BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain investasi pada aktiva nyata (riil assets). Investasi pada aktiva keuangan adalah investasi pada surat-surat berharga baik di pasar uang maupun di pasar modal, sedangkan investasi pada aktiva nyata dapat berupa investasi pada rumah, tanah, dan emas. Investasi pada aktiva keuangan baik di pasar uang maupun pasar modal tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Beberapa alasan yang mengakibatkan tidak semua orang dapat melakukannya adalah karena keterbatasan dana, keterbatasan waktu dan juga keterbatasan pengetahuan mengenai instrumen investasi. Wadah investasi yang diciptakan untuk menarik para pemodal yang memiliki keterbatasan dana, waktu atau pengetahuan tersebut adalah reksadana. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) mendefinisikan bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Pada pengertian tersebut terdapat tiga unsur penting, pertama adanya dana dari masyarakat pemodal, kedua dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan ketiga dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam reksadana itu

2 adalah milik bersama para pemodal. Manajer investasi merupakan pihak yang dipercayakan untuk mengelola dana (Mulyana, 2004:2). Perkembangan jumlah reksadana dan jumlah dana reksadana selama tahun dapat dilihat pada Tabel 1.1 : Tabel 1.1 Jumlah Reksadana dan Jumlah Dana Reksadana Tahun No Tahun Jumlah Reksadana Jumlah Dana Reksadana Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Rp triliun Sumber : pada tanggal 30 Januari 2009 Reksadana di Indonesia pertama kali berdiri pada tahun Pada tahun pertama, pertumbuhan industri ini masih lambat dengan reksadana sebanyak 28 dan total aset sebesar Rp 2,78 triliun dan kemudian berhasil mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 1997 dengan jumlah reksadana sebanyak 76 dan total aset Rp 8,3 triliun. Akibat krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1997, industri reksadana tidak mengalami kemajuan sampai tahun Sejak tahun 2002, reksadana terus mengalami pertumbuhan sampai pada pertengahan tahun 2005, dimana BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) mengeluarkan aturan

3 mengenai mark-to-market (pencatatan harga atau nilai suatu efek portofolio untuk merefleksikan nilai pasar terkininya) untuk setiap portofolio aset reksadana. Nilai portofolio reksadana turun akibat peraturan baru ini yang mengakibatkan para investor panik dan melakukan redemption (penjualan kembali), karena belum meratanya penerapan mark-to-market. Kondisi ini semakin buruk dengan cukup tingginya tingkat suku bunga pada saat itu, hal ini telah mengakibatkan industri reksadana mengalami penurunan. Total aset pada akhir tahun 2005 turun menjadi hanya Rp 28,39 triliun dari sebesar Rp 108,22 triliun di tahun Tetapi jumlah reksadana tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut, karena Manajer Investasi percaya bahwa reksadana masih memiliki peluang yang bagus mengingat sejarah perkembangannya. Industri reksadana menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan pada tahun 2006 dan 2007, terutama didukung oleh menguatnya pasar saham dan pasar surat hutang. Total aset naik menjadi Rp 92,2 triliun pada akhir tahun 2007 dengan jumlah reksadana sebesar 408. Tahun 2008, pertumbuhan reksadana sangat terpengaruh oleh perkembangan yang kurang menggembirakan, hal ini diakibatkan oleh penurunan nilai aset portofolio karena krisis ekonomi, sehingga kenaikan aset reksadana tidak terlalu tinggi. ( pada tanggal 9 Februari 2009) Pergerakan jumlah reksadana dan jumlah dana reksadana dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan 1.2 :

4 Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Reksadana tahun Jumlah Reksadana Tahun Gambar 1.2 Grafik Perkembangan Dana Reksadana tahun Triliun Rupiah Sumber : pada tanggal 9 Februari 2009 Tahun Investasi dalam bentuk reksadana sangat diminati saat ini, oleh karena diversifikasi (melakukan investasi tidak pada satu macam efek, tetapi pada berbagai macam efek) yang dilakukan sehingga menurunkan risiko dan mengoptimalkan hasil investasi. Faktor lain yang membuat reksadana diminati adalah reksadana memberikan pengelolaan investasi yang profesional oleh pengelola dana yaitu Manajer Investasi dan Bank Kustodian, sehingga investor terbebas dari pekerjaan menganalisa dan urusan administrasi. Kemudahan tersebut

5 telah membuat banyak para investor memilih reksadana sebagai pilihan investasinya (Marzuki, 1998:21-22). Reksadana saham merupakan salah satu jenis reksadana selain reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang dan reksadana campuran. Reksadana saham adalah reksadana dimana investasi dilakukan dengan alokasi aset minimum 80 % untuk saham. Investasi pada saham memiliki risiko lebih tinggi namun menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih berfluktuasi (Pratomo dan Nugraha, 2009: 73). Kinerja suatu reksadana diperlukan untuk membantu pemilihan reksadana yang layak diinvestasikan. Alat penilaian kinerja reksadana saham yang menilai kinerja atas dasar return dan resiko adalah Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Pengukuran dengan Metode Sharpe adalah didasarkan atas risk-premium (selisih antara pendapatan yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh investasi bebas resiko) dibandingkan terhadap standard deviasi (resiko total). Pengukuran ini akan menghasilkan besaran Indeks Sharpe dari masing-masing reksadana saham. Metode Treynor didasarkan atas riskpremium dibandingkan terhadap resiko pasar (Beta). Pengukuran ini akan menghasilkan besaran Indeks Treynor dari masing-masing reksadana saham. Pengukuran dengan Metode Jensen adalah pengukuran yang didasarkan pada konsep Security Market Line (SML). SML adalah garis pasar sekuritas yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan investasi bebas resiko. Indeks Jensen adalah besar penyimpangan/perbedaan antar tingkat

6 pengembalian suatu reksadana saham dengan tingkat pengembalian pada SML (Pratomo dan Nugraha, 2009: ). Penggunaan Metode Jensen dapat menimbulkan masalah yaitu kemungkinan adanya perbedaan SML yang sebenarnya (teoritis) dengan SML empirik. Penelitian empirik terhadap SML umumnya menemukan fenomena adanya bias apabila dibandingkan dengan garis teoritisnya. Bias tersebut adalah terlalu tingginya intersep apabila dibandingkan dengan garis teoritisnya. Karena adanya bias tersebut, peneliti tidak menggunakan Metode Jensen dalam penilaian kinerja reksadana saham (Usman dan Ratnasari, 2004:171). Penilaian kinerja reksadana saham dengan metode Sharpe dan Treynor bersifat komplementer (saling melengkapi). Perbedaan peringkat pada kedua pengukuran diatas menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Kedua pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama (Pratomo dan Nugraha, 2005: 196). Pengukuran kinerja reksadana saham memerlukan tolak ukur (benchmark). Tolak ukur kinerja reksadana adalah kinerja pasar saham yang disebut dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Perbandingan antara Indeks Sharpe dan Treynor reksadana saham dilakukan terhadap Indeks Sharpe dan Treynor IHSG. Reksadana saham yang memiliki indeks Sharpe dan Treynor lebih tinggi daripada indeks Sharpe dan Treynor IHSG merupakan reksadana yang layak untuk dipilih, karena reksadana saham tersebut dapat memperoleh return per unit risiko yang lebih besar dibanding dengan return per unit risiko pasar yang dicerminkan oleh IHSG. Pemilihan reksadana saham berdasarkan kinerjanya dilakukan berdasarkan

7 perbandingan Indeks Sharpe dan Treynor reksadana saham terhadap Indeks Sharpe dan Treynor IHSG (Usman dan Ratnasari, 2004:177) Peneliti mengambil judul penelitian berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas yaitu : Analisis Perbedaan Kinerja Reksadana Saham Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Dengan Menggunakan Metode Sharpe Dan Treynor Di Bursa Efek Indonesia. B. Perumusan Masalah Permasalahan yang ingin diteliti berdasarkan latar belakang penelitian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Treynor di Bursa Efek Indonesia? C. Kerangka Konseptual Reksadana saham adalah salah satu bentuk dari reksadana dimana sebagian besar dana investor diinvestasikan pada portofolio saham, yaitu minimum alokasi 80% pada portofolio saham. Pendapatan (return) yang diperoleh dari berinvestasi pada reksadana saham adalah berdasarkan pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit. Kinerja reksadana saham diukur dengan menggunakan Metode Sharpe dan Treynor. Pengukuran dengan Metode Sharpe

8 dan Treynor dilakukan untuk memperoleh Indeks Sharpe dan Indeks Treynor reksadana saham (Usman Dan Ratnasari, 2004:171). Indeks Sharpe dan Indeks Treynor reksadana saham berguna untuk mengetahui reksadana saham yang paling baik kinerjanya bila dibandingkan denga kinerja pasar. Perbandingan antara reksadana saham terhadap IHSG dengan kedua metode pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah reksadana saham tersebut telah memiliki kinerja optimal (Fabozzi, 2000:799). Gambar 1.3 Bagan Kerangka Konseptual Penelitian Kinerja Reksadana saham dengan Metode Sharpe dan Treynor Kinerja IHSG dengan Metode Sharpe dan Treynor Sumber : Usman dan Ratnasari, 2004 Fabozzi, 2000 (dimodifikasi pada tanggal 10 April 2009) D. Hipotesis Hipotesis penelitian berdasarkan uraian diatas adalah : 1. Terdapat perbedaan kinerja Reksadana Saham terhadap IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia. 2. Terdapat perbedaan kinerja Reksadana Saham terhadap IHSG dengan menggunakan Metode Treynor di Bursa Efek Indonesia.

9 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kinerja antara reksadana saham terhadap IHSG di Indonesia dengan menggunakan Metode Sharpe dan Treynor dalam rangka pemilihan reksadana saham. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Masyarakat dan Investor Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat ataupun investor mengenai pengukuran kinerja reksadana saham dengan Metode Sharpe dan Treynor. b. Peneliti 1. Peneliti mengetahui perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan Metode Sharpe dan Treynor untuk pemilihan reksadana yang layak diinvestasi. 2. Peneliti dapat menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan di bidang pengukuran kinerja reksadana saham terutama dengan Metode Sharpe dan Treynor. c. Peneliti lain Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi penelitian selanjutnya

10 F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Reksadana yang diteliti dan diukur adalah reksadana saham b. Metode yang digunakan dalam mengukur kinerja reksadana saham adalah Metode Sharpe dan Treynor c. Biaya transaksi atau biaya perdagangan yang meliputi biaya pembelian (entry fee) dan penjualan kembali (redemption fee) dianggap tidak ada atau diabaikan karena pengelola dana berbeda serta agar mencerminkan nilai teoritis dari harga pasar sekuritas d. Pembagian dividen dan capital gain dianggap tidak ada selama periode penelitian. 2. Defenisi Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Reksadana saham dengan menggunakan Metode Sharpe (Indeks Sharpe reksadana saham) b. Reksadana saham dengan menggunakan Metode Treynor (Indeks Treynor reksadana saham) c. Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan Metode Sharpe (Indeks Sharpe IHSG) d. Indeks Harga Saham Gabungan dengan menggunakan Metode Treynor (Indeks Treynor IHSG)

11 Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Reksadana saham dengan menggunakan Metode Sharpe (Indeks Sharpe reksadana saham) Reksadana saham dengan menggunakan Metode Treynor (Indeks Treynor reksadana saham) IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe (Indeks Sharpe IHSG) IHSG dengan menggunakan Metode Treynor (Indeks Treynor IHSG) Selisih antara rata-rata return dengan risk free return dibagi dengan Standar Deviasi Selisih antara rata-rata return dengan risk free return dibagi dengan Beta Selisih antara rata-rata return dengan risk free return dibagi dengan Standar Deviasi Selisih antara rata-rata return dengan risk free return dibagi dengan Beta - NAB/unit - SBI - NAB/unit - SBI - IHSG - IHSG - SBI - SBI - IHSG Rasio Rasio Rasio Rasio Sumber : Dimodifikasi dari Pratomo dan Nugraha (2009), Usman dan Ratnasari (2004) pada tanggal 10 April Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005:72). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAMLK, yaitu sebanyak 56 (lima puluh enam) reksadana saham. b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purpose sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan dengan

12 sengaja, berdasarkan pertimbangan karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan tertentu ( Husein Umar, 2000:107). Pengambilan sampel reksadana dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Reksadana saham yang diteliti adalah reksadana saham dengan bentuk hukum reksadana Kontrak Investasi Kolektif (Reksadana KIK) yang masih aktif di BAPEPAMLK. 2) Reksadana saham yang memiliki data NAB per unit harian pada periode pengukuran antara tanggal 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember Tabel 1.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel Kriteria Sampel Jumlah Reksadana saham yang terdaftar di 56 BAPEPAMLK Reksadana saham yang tidak aktif (1) tetapi terdaftar di BAPEPAMLK Reksadana saham yang tidak memiliki (34) data NAB per unit harian dari tanggal 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008 Jumlah Sampel 21 Sumber : dimodifikasi dari pada tanggal 11 April 2009 Berdasarkan karateristik penarikan sampel pada Tabel 1.3, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 21 reksadana saham. Adapun reksadana saham yang dijadikan sebagai sampel adalah pada Tabel 1.4. Tabel 1.4 Sampel Reksadana Saham Yang Akan Diteliti No Reksadana Manajer Investasi 1 Reksadana Schroder Dana Istimewa PT. Schroder Investment Management Indonesia 2 Schroder Dana Prestasi Plus PT. Schroder Investment Management Indonesia

13 No Reksadana Manajer Investasi 3 Fortis Equitas PT. Fortis Investment 4 FS Indoequity Sectoral Fund PT. First State Investment Indonesia 5 FS Indoequity Dividend Yield PT. First State Investment Indonesia Fund 6 Reksadana Dana Ekuitas Andalan PT. Bahana TWC Investment Management 7 Bahana Dana Prima PT. Bahana TWC Investment Management 8 Reksadana Reliance Equity Fund PT. Reliance Asset Management 9 Reksadana Maestro Dinamis PT. AXA Asset Management Indonesia 10 Reksadana Dana Sentosa PT. Equity Development Securities 11 RD Saham BUMN PT. JATIM Investment Management 12 Reksadana Nikko Saham PT. Nikko Securities Indonesia Nusantara 13 Danareksa Mawar PT. Danareksa Investment Management 14 NAM INVESTASI AGRESIF PT. Niaga Aset Manajemen 15 Reksadana Platinum Saham PT. Platinum Asset Management 16 Manulife Dana Saham PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia 17 Phinisi Dana Saham PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia 18 Panin Dana Maxima PT. PANIN Sekuritas 19 Rencana Cerdas PT. Ciptadana Aset Manajemen 20 BNI Reksadana Berkembang PT. BNI Securities 21 TRIM Kapital PT. Trimegah Securities Tbk Sumber : pada tanggal 9 Februari Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap data NAB per unit reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAMLK (Badan Pengawas Modal dan Lembaga Keuangan) Departemen Keuangan. Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2009 sampai dengan April Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

14 langsung melalui media perantara (diperoleh data dicatat oleh pihak lain) seperti buku, majalah, internet yang dapat mendukung penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan (NAB/unit) reksadana saham antara 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember ) Suku Bunga Bank Indonesia antara 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember ) IHSG Bursa Efek Indonesia antara 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu mencari data melalui catatan, buku, surat kabar, majalah dan publikasi di internet. 7. Metode Analisis Data Teknik analisis data bertujuan untuk membahas dan menjabarkan data yang diperoleh. Pengukuran indeks reksadana saham menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis dskriptif kuantitatif dilakukan dengan Metode Sharpe dan Treynor untuk mengetahui indeks reksadana saham. Pengukuran dibagi dalam periode tiap 1 (satu) tahunan selama 3 (tiga) tahun yaitu dari tanggal 01 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008, dengan sub periode harian artinya data yang dikumpulkan adalah data harian.

15 a. Pengukuran Indeks Sharpe Reksadana Saham Pengukuran Indeks Sharpe dari reksadana saham diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan standar deviasi tingkat pengembalian (return) reksadana saham. Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan return reksadana saham dengan investasi bebas risiko dalam hal ini digunakan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), sehingga Indeks Sharpe Reksadana Saham dapat diperoleh melalui rumus (Brandy, 2002: 6) : Dimana : S R = R R - R SBI σ S R R R R SBI σ = Indeks Sharpe Reksadana Saham = Rata-rata Return Reksadana Saham = Rata-rata tingkat suku bunga SBI = Standar Deviasi Return Reksadana Saham b. Pengukuran Indeks Treynor Reksadana Saham Indeks Treynor reksadana saham merupakan hasil bagi antara risk premium dengan beta (β) reksadana saham terhadap pasar dalam hal ini tolak ukur pasar reksadana saham adalah IHSG. Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan return reksadana saham dengan tingkat perolehan suku bunga SBI, sehingga Indeks Treynor Reksadana Saham dapat diperoleh melalui rumus (Brandy, 2002:6) : T R = R R - R SBI β

16 dimana : T R R R R SBI β = Indeks Treynor Reksadana Saham = Rata-rata Return Reksadana Saham = Rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI = Beta Reksadana Saham terhadap IHSG c. Pengukuran Indeks Sharpe IHSG Indeks Sharpe pasar diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan standar deviasi dari tingkat pengembalian pasar (IHSG). Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan return IHSG dengan tingkat perolehan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), sehingga indeks Sharpe IHSG dapat diperoleh melalui rumus (Pratomo dan Nugraha, 2005: 195) Dimana : S P = R P - R SBI SDp S P R P R SBI SD P = Indeks Sharpe IHSG = Rata-rata return IHSG = Rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI = Standar Deviasi Return IHSG d. Pengukuran Indeks Treynor IHSG Indeks Treynor pasar diperoleh dengan cara membagi risk premium dengan Beta (β) dari tingkat pengembalian IHSG. Nilai Beta (β) dari tingkat pengembalian adalah 1 (satu). Risk premium diperoleh dengan cara mengurangkan return IHSG dengan tingkat perolehan suku bunga SBI, sehingga Indeks Treynor pasar dapat diperoleh melalui rumus (Pratomo dan Nugraha, 2005: 196)

17 dimana : T P = R P - R SBI β T P R P R SBI = Indeks Treynor IHSG = Rata-rata Return IHSG = Rata-rata tingkat perolehan suku bunga SBI β = Beta tingkat pengembalian IHSG = 1 e. Return Reksadana Saham Return reksadana saham adalah selisih antara NAB per unit hari tersebut (NAB/unit t ) dengan NAB per unit hari sebelumnya (NAB/unit t-1 ), dibagi dengan NAB per unit hari sebelumnya (NAB/unit t-1 ) atau dapat dirumuskan (Pratomo dan Nugraha, 2009: 177) : Dimana : R R = NAB/unit t - NAB/unit t-1 NAB/unit t-1 R R NAB/unit t NAB/unit t-1 = Return Reksadana Saham = Nilai Aktiva Bersih/unit hari tersebut = Nilai Aktiva Bersih/unit hari sebelumnya Sedangkan rata-rata return reksadana saham adalah jumlah return reksadana saham pada satu periode dibagi dengan jumlah sub periode pada periode tersebut. f. Rata-Rata Tingkat Perolehan SBI Rata-rata tingkat perolehan SBI merupakan rata-rata tingkat suku bunga SBI yang berlaku pada periode tersebut.

18 g. Rata-Rata Tingkat Perolehan IHSG Tingkat perolehan pasar (IHSG) adalah selisih dari tingkat IHSG pada hari t dikurang dengan IHSG pada hari t-1 dibagi dengan IHSG pada hari t-1, atau dapat dirumuskan sebagai berikut (Mohamad Samsul,2006:373) : R P = IHSG t - IHSG t-1 IHSG t-1 Dimana : R P IHSG t IHSG t-1 = Return IHSG = IHSG pada hari tersebut = IHSG pada hari sebelumnya Rata-rata tingkat perolehan IHSG adalah sejumlah tingkat perolehan IHSG pada periode tersebut dibagi dengan jumlah sub periode pada periode tersebut. h. Standar Deviasi Reksadana Saham Standar deviasi reksadana saham diperoleh melalui rumus (Abdul Halim, 2005: 83) : Dimana : σ = Σ(R R - R R ) 2 N R R R R N = Return Reksadana Saham = Rata-rata return reksadana saham = Jumlah sub periode

19 68) : i. Beta Reksadana Saham Beta (β) reksadana saham diperoleh melalui rumus (Abdul Halim, 2005: β = N(ΣR P R R ) (ΣR P )(ΣR R ) N(ΣR P 2 ) (ΣR P ) 2 Dimana : R P R R N = Tingkat perolehan pasar (IHSG) = Tingkat perolehan reksadana saham = Jumlah sub periode j. Pengujian Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Penelitian ini berguna untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan metode Sharpe dan Treynor, yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Hipotesis 1 Ho : tidak terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Sharpe. Ha : terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Sharpe. 2. Hipotesis 2 Ho : tidak terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Treynor.

20 Ha : terdapat perbedaan kinerja reksadana saham terhadap IHSG dengan menggunakan metode Treynor. Derajat keyakinan yang digunakan adalah sebesar 95%. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji dua pihak (two-tailed test) untuk menguji perbandingan data rasio dengan menggunakan teknik statistik parametrik t-test untuk dua sampel yang berpasangan (paired sample t-test). (Sugiyono, 2005 :148) Ho diterima jika - t tabel < t hitung < t tabel Ho ditolak jika t tabel > t hitung atau t tabel < t hitung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Model dan Metode Analisis Model penelitian pada tesis ini adalah secara deskriftif yaitu dengan menampilkan diagram, tabel dan grafik, disertai dengan penjelasan.dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa

III. METODE PENELITIAN. yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian adalah suatu entitas yang akan diteliti, dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian studi komparasi adalah kinerja dari reksa dana

Lebih terperinci

BAB IV METODE RISET. penelitian adalah tahun 2006 s.d maka reksadana saham yang dijadikan

BAB IV METODE RISET. penelitian adalah tahun 2006 s.d maka reksadana saham yang dijadikan BAB IV METODE RISET 4.1. Objek Penelitian Dari berbagai jenis reksadana sebagaimana telah diuraikan pada Bab III, yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah reksadana saham. Karena periode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran umum Reksa Dana Fortis Ekuitas Reksa Dana Fortis Ekuitas mulai efektif pada tanggal 16 Januari 2001, selaku manajer investasi

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori 3.1.1. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sample Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih sample adalah sebagai berikut: 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham 2. Reksa dana tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund Makinta Growth Fund merupakan reksa dana yang dikelola oleh Makinta Securities. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini sendiri merupakan jenis penelitian komparatif yakni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini sendiri merupakan jenis penelitian komparatif yakni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini sendiri merupakan jenis penelitian komparatif yakni menjelaskan perbandingan kinerja reksa dana saham dan reksa dana campuran. 3.2 Tempat dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Reksa Dana Saham dan Reksa Dana

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Reksa Dana Saham dan Reksa Dana 29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Teknik dan Pengambilan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Pendapatan Tetap yang terdaftar di Badan Pengawas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe,

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe, BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Perhitungan Return Pengembalian Bebas Risiko Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe, Treynor, dan Jensen, digunakan suatu tingkat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi

METODE PENELITIAN. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini mengenai analisis komparasi kelayakan investasi reksadana saham syariah dengan reksadana saham konvensional dimana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana yang III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Reksa dana yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana yang terdaftar dalam situs BAPEPAM dan IDX, perusahaan reksa dana ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB 4. HASIL dan ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL dan ANALISIS PENELITIAN 4.1 Perhitungan Return Pengembalian Bebas Risiko Dalam pengukuran kinerja reksa dana pendapatan tetap dengan menggunakan metode Sharpe, metode Treynor, dan metode Jensen,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang lebih besar pada masa mendatang. Investasi merupakan penanaman dana yang bertujuan untuk mendapat

Lebih terperinci

PADA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JANSEN. NPM : Jurusan : Akuntansi

PADA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JANSEN. NPM : Jurusan : Akuntansi ANALISIS KINERJA REKSA DANA PADA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JANSEN Nama : Pricilia Meidy Sapulete NPM : 28211722 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Riyanti, SE., MM. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu alternatif bagi para pemodal untuk berinvestasi. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI REKSA DANA. mengeluarkan peraturan tentang pasar modal yang mencakup pula peraturan

BAB II DISKRIPSI REKSA DANA. mengeluarkan peraturan tentang pasar modal yang mencakup pula peraturan 11 BAB II DISKRIPSI REKSA DANA 2.1 Sejarah Reksa Dana di Indonesia Di Indonesia, reksa dana pertama kali muncul saat pemerintah mendirikan PT. Danareksa pada tahun 1976. Pada waktu itu PT. Danareksa menerbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial adalah kondisi ketika kita hidup berkecukupan, mempunyai pendapatan yang lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK Dalam beberapa tahun ini, perkembangan instrumen investasi di Indonesia cukup pesat terutama perkembangan instrumen investasi reksa dana. Reks

ABSTRAK Dalam beberapa tahun ini, perkembangan instrumen investasi di Indonesia cukup pesat terutama perkembangan instrumen investasi reksa dana. Reks KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat serta karunia-nya yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Single Index Model Pada dasarnya Single Index Model menyederhanakan masalah portofolio dengan mengkaitkan hubungan antara setiap saham dalam portofolio

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan tipe sampel yang berbasis pada kemungkinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari rentang waktu Januari 2013 sampai dengan Desember 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. dari rentang waktu Januari 2013 sampai dengan Desember 2015. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2017. Sedangkan tempat yang menjadi objek penelitian adalah situs resmi OJK

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja dari beberapa reksa dana saham. Penulis melakukan penelitian pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal atau bursa efek merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market). Peran pasar modal sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian Menurut Hilway(1956) penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan sesorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) merupakan anak perusahaan dari

BAB I PENDAHULUAN. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) merupakan anak perusahaan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) merupakan anak perusahaan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, yang terbentuk pada bulan Desember 2004. Sebagai bagian dari

Lebih terperinci

karena hanya diijinkan usaha reksadana yang berjenis tertutup (close-ended). Kemudian setelah disahkan Undang Undang No. 8 tahun 1995 yang mengatur

karena hanya diijinkan usaha reksadana yang berjenis tertutup (close-ended). Kemudian setelah disahkan Undang Undang No. 8 tahun 1995 yang mengatur Perbandingan Kinerja Reksadana saham Konvensional dan Reksadana Syariah di Indonesia dengan Metode Sharpe, Treynor, Jensen, Rasio Informasi dan Roy Safety First Ratio Oleh : Siti Listiana T (11510032)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran dan Evaluasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis, sehingga tidak ada suatu kepastian

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN Fitaning Intan Pradani R. Rustam Hidayat Topowijono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada 21 Mei 2013 Bursa Efek Indonesia mengalami peristiwa penting dimana IHSG mencapai level 5.251,296 dimana level tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah

Lebih terperinci

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi.

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Halim (2003:1) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 REKSA DANA PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 Reksa Dana UNDANG-UNDANG PASAR MODAL No. 8 tahun1995, BAB I, Pasal 1 Ayat 27 : Reksa Dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti yaitu bagaimanakah perbedaan kinerja

Lebih terperinci

KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN KINERJA PASAR DENGAN METODE SHARPE DAN TREYNOR

KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN KINERJA PASAR DENGAN METODE SHARPE DAN TREYNOR ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DENGAN KINERJA PASAR DENGAN METODE SHARPE DAN TREYNOR SARI SYAHRIANI / 21208134 PEMBIMBING Dr. HARY W. ACHMAD ROMADHON CAECILIA WIDI PRATIWI, SE., MMSI PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat BAB IV PEMBAHAS AN IV.1 Analisis Kinerja Portofolio Melihat kinerja portofolio perlu dilakukan sebelum melakukan keputusan investasi. Dengan membandingkan kinerja antar reksa dana, maka investor mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Periode Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap reksa dana saham di Indonesia pada periode tahun 2004 sampai dengan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya I. PENDAHULUAN I.1 latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 hingga 2007 mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya surplus neraca pembayaran serta membaiknya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari perhitungan dan analisis yang dilakukan di bab 4, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah pendapatan tetap yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan. Reksa dana yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2013:58), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Investasi adalah hal yang dilakukan oleh masyarakat agar mendapatkan tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau kekayaaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan segmen pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan segmen pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang. Taraf hidup masyarakat Indonesia pun mulai meningkat terlihat dari gaya hidup yang mereka lakukan. Berdasarkan data dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...iii UCAPAN TERIMA KASIH...iv DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...iii UCAPAN TERIMA KASIH...iv DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...iii UCAPAN TERIMA KASIH...iv DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi

Lebih terperinci

REVIEW REKSADANA CAMPURAN TAHUN 2014

REVIEW REKSADANA CAMPURAN TAHUN 2014 REVIEW REKSADANA CAMPURAN TAHUN 2014 Edisi.1, Tahun 2015, Tanggal: 10 Februari 2015 Definisi Reksadana Campuran : Reksadana campuran adalah reksadana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Reksadana Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) disebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak terbatas, tapi kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak terbatas, tapi kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki keinginan dan kebutuhan yang tidak terbatas, tapi kemampuan mereka memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut terbatas. Manusia membutuhkan sandang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hal yang perlu dilakukan oleh calon investor adalah menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. maka hal yang perlu dilakukan oleh calon investor adalah menilai kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penilaian kinerja suatu organisasi sangat perlu dilakukan untuk memperoleh informasi tentang bagus atau tidaknya kinerja suatu organisasi. Kinerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini atau di investasikan pada berbagai jenis pilihan instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menyediakan alternatif

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di masa sekarang ini banyak orang berpikir untuk investasi. Banyak juga orang mengatakan investasi tanpa jelas dan mengerti apa itu investasi dan apa contoh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah kegiatan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi yang dipilih peneliti untuk penelitian adalah di Pojok BEI UIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi yang dipilih peneliti untuk penelitian adalah di Pojok BEI UIN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih peneliti untuk penelitian adalah di Pojok BEI UIN malang. Untuk mencari sampel dan populasi Reksadana Saham sebagai bahan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. ini menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar untuk bermacam instrumen keuangan jangka panjang. Peran pasar modal sangat besar dalam perekonomian karena pasar ini menjalankan dua fungsi,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA. Rofiqah Wahdah Joko Hartanto

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA. Rofiqah Wahdah Joko Hartanto APRIL 2012, VOLUME 13 NOMOR 1 Rofiqah Wahdah Joko Hartanto Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banjarmasin Jalan Brigjend H. Hasan Basry No. 9-11 Kayu Tangi Banjarmasin Abstract:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal mempunyai peranan yang penting bagi kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat pemodal kehadiran pasar modal merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN UNTUK PERIODE SOFIKA AZIZIA SASANTI

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN UNTUK PERIODE SOFIKA AZIZIA SASANTI ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN UNTUK PERIODE 2008-2012 SOFIKA AZIZIA SASANTI DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan investasi yang semakin maju terutama investasi di pasar modal Indonesia menjadi salah satu alternatif investasi yang menguntungkan. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. aktif diperdagangkan hingga penelitian ini dilakukan.

BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. aktif diperdagangkan hingga penelitian ini dilakukan. BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam skripsi ini adalah reksa dana saham berbasis syariah yang aktif diperdagangkan hingga penelitian ini dilakukan. III.1.1

Lebih terperinci

COMPARATIVE ANALYSIS OF THE PERFORMANCE OF CONVENTIONAL EQUITY FUND AND SYARIAH EQUITY FUND USING SHARPE, TREYNOR, AND JENSEN METHOD IN 2014

COMPARATIVE ANALYSIS OF THE PERFORMANCE OF CONVENTIONAL EQUITY FUND AND SYARIAH EQUITY FUND USING SHARPE, TREYNOR, AND JENSEN METHOD IN 2014 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSA DANA SAHAM KONVENSIONAL DAN REKSA DANA SAHAM SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN PADA TAHUN 2014 COMPARATIVE ANALYSIS OF THE PERFORMANCE OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu kemampuan seseorang yang saat ini masih berusia produktif dalam bekerja dapat menurun kinerjanya dikarenakan usia yang semakin lanjut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang. BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Di zaman yang serba moidern ini investasi sudah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat. Menurut Sharpe (2005: 1) investasi merupakan pengorbanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat perkembangan perekonomian di Indonesia saat ini, pasar modal merupakan salah satu alternatif terbaik dalam berinvestasi. Hal ini didukung oleh rendahnya

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Pengertian Reksa Dana Syariah Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh berbeda, namun secara fundamental terdapat

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan di masa depan. Seseorang melakukan investasi

Lebih terperinci

REVIEW REKSADANA SAHAM TAHUN 2014

REVIEW REKSADANA SAHAM TAHUN 2014 REVIEW REKSADANA SAHAM TAHUN 2014 Edisi No.2, Tahun 2015, Tanggal: 2 Maret 2015 Definisi Reksadana Campuran : Reksadana campuran adalah reksadana yang melakukan investasi dalam efek ekuitas dan efek hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah pribadi atau memiliki sebuah mobil mewah dan masih banyak tujuan

BAB I PENDAHULUAN. rumah pribadi atau memiliki sebuah mobil mewah dan masih banyak tujuan BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu pasti memiliki tujuan dalam hidupnya termasuk di dalamnya tujuan keuangan yang ingin dicapai, seperti memiliki sebuah rumah pribadi

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe Dan Jensen Untuk Periode

Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe Dan Jensen Untuk Periode Pujiarti, Dewi Ratna Analisis Kinerja Reksa Dana 97 Analisis Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Metode Sharpe Dan Jensen Untuk Periode 2005 2009 Trisiwi Pujiarti Alumni Manajemen Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Komposisi Investasi Komposisi Investasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Komposisi Investasi Komposisi Investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 PT. Trimegah Asset Management PT. Trimegah Asset Management merupakan anak perusahaan dari PT. Trimegah Securities Tbk, salah satu perusahaan sekuritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring meningkatnya kebutuhan manusia, membuat setiap orang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring meningkatnya kebutuhan manusia, membuat setiap orang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya kebutuhan manusia, membuat setiap orang harus memikirkan masa depan. Peningkatan kebutuhan tersebut tentunya harus diimbangi dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang. Secara umum, investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang. Secara umum, investasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Tandelilin (2010), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal yang merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA KETIKA PASAR NAIK DAN TURUN TAHUN Handrich Kongdro 1 Universitas Tarumanegara

PENILAIAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA KETIKA PASAR NAIK DAN TURUN TAHUN Handrich Kongdro 1 Universitas Tarumanegara PENILAIAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA KETIKA PASAR NAIK DAN TURUN TAHUN 2007 2009 Handrich Kongdro 1 Universitas Tarumanegara Sarwo Edy Handoyo 2 Universitas Tarumanegara ABSTRACT Mutual funds

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis membahas mengenai pengolahan data-data yang berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data tersebut akan menghasilkan hasil

Lebih terperinci

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh:

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh: REKSADANA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang Disusun Oleh: Fitria Mayasari Evi Atikah Sari Arif Puji Utomo B.241.09.0051 B.241.10.0017 B.241.10.0047 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berinvestasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu investasi langsung dan tidak

PENDAHULUAN. Berinvestasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu investasi langsung dan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berinvestasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu investasi langsung dan tidak langsung. Investasi langsung artinya adalah investor dapat memilih langsung

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN Abdul Rofiq abdulrofiq.sulaiman@gmail.com Bambang Hadi Santoso Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya Abstract

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor

BAB II Tinjauan Pustaka. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor 14 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Reksa Dana Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor 49, pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets menjadi sebuah cara yang banyak digemari oleh para pemilik modal untuk mengembangkan dana yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 59 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran data yang diolah dalam penelitian. Beberapa ukuran yang digunakan dalam memberikan deskripsi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan, setiap saat cenderung menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan permodalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersedia berbagai pilihan instrumen investasi. Adanya alternatif instrumen

I. PENDAHULUAN. tersedia berbagai pilihan instrumen investasi. Adanya alternatif instrumen I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan semakin berkembangnya perekonomian dunia maka tersedia berbagai pilihan instrumen investasi. Adanya alternatif instrumen investasi memungkinkan seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut. 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah bentuk penundaan konsumsi masa sekarang untuk memperoleh konsumsi di masa yang akan datang, di mana di dalamnya terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia memerlukan dana investasi yang sangat besar agar mampu menciptakan kesempatan kerja baru dan meningkatkan tingkat pertumbuhan Produk Nasional

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perhitungan Tingkat Pengembalian (Return) Reksa Dana Dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perhitungan Tingkat Pengembalian (Return) Reksa Dana Dan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perhitungan Dan Pembahasan 4.1.1 Hasil Perhitungan Tingkat Pengembalian (Return) Reksa Dana Dan Independent T-test return. Perhitungan tingkat pengembalian reksa dana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian terhadap sejumlah perusahaan reksadana di Indonesia yang aktif terdaftar di Bapepam-LK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini semakin pesat. Semakin banyak masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi. Hal ini membuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara pihak yang memerlukan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pihak yang memerlukan dana menjual

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksa Dana Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksadana Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

BAPPENAS, 2010 : 53 Tahun Investasi BAPPENAS, 2010 : 28

BAPPENAS, 2010 : 53 Tahun Investasi BAPPENAS, 2010 : 28 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk menjawab berbagai permasalahan dan tantangan di berbagai bidang yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada april 2009 menjadi Rp 1,857 triliun pada September 2009.

BAB I PENDAHULUAN. pada april 2009 menjadi Rp 1,857 triliun pada September 2009. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Indonesia adalah masyarakat penabung. Hal tersebut dapat dilihat dari data jumlah dana pihak ketiga yang parkir di bank-bank sangatlah besar.

Lebih terperinci