Gambar 1 Struktur manajemen dan kerjasama penghijauan tanaman sengon
|
|
- Hengki Hendra Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Organisasi dan Manajemen CV. Parama Mulya Abadi (PMA) merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang penghijuan berupa tanaman sengon. CV. PMA bermitra dan bekerjasama dengan kelompok tani hutan rakyat (KTHR) yang dijembatani oleh Perum Perhutani. CV. PMA berfungsi sebagai investor yang mengeluarkan modal input produksi penanaman berupa : penyediaan bibit, pengangkutan bibit, obatobatan, pupuk, biaya penanaman, biaya perawatan, biaya penebangan (pasca panen) dan melakukan monitoring kegiatan. Penyediaan lahan untuk penanaman tanaman sengon, pemeliharaan, dan pengamanan tanaman dilaksankan oleh KTHR setempat. Sedangkan untuk pengawasan dan pendampingan agar program penanaman tanaman sengon berhasil dilakukan oleh pihak Perum Perhutani (Gambar 1). Gambar 1 Struktur manajemen dan kerjasama penghijauan tanaman sengon
2 Fungsi Perum Perhutani sebagai pengawas dan pendamping berupa : perencanaan teknis kehutanan, melakukan pendataan dan pemetaan hak milik lahan, melakukan sosialisasi penanaman pada pihak KTHR, melakukan pengawasan, dan melaksanakan monitoring dan evaluasi. Program kerjasama penghijauan yang dilakukan oleh CV. PMA bertujuan untuk : (1) Menunjang penyediaan bahan baku kayu untuk kepentingan pembangunan, (2) Meningkatkan produktivitas lahan dan menciptakan kondisi biofisik lingkungan yang baik, (3) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan, dan (4) Meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat. Adapun kegiatan kerjasama antara KTHR dan CV. PMA berupa : (1) Penanaman tanaman sengon, (2) Pemeliharaan tanaman sengon, (3) Pengamanan tanaman sengon, (4) Pemasaran hasil, (5) Pembagian hasil, (5) Monitoring dan evaluasi. Survei dan sosisalisasi penghijauan dilakukan untuk mempermudah proses terjadinya kerjasama. Adapun sosialisasi yang dilakukan berupa : sosialisasi kegiatan kerjasama penanaman dengan pola bagi hasil, iventarisasi dan pengecekan lahan yang digunakan untuk kerjasama, pengukuran dan pemetaan bersama pada areal penanaman, serta persiapan lahan. Wilayah kerjasama CV. PMA terletak di wilayah jawa tengah Perum Perhutani wilayah 1 yaitu : Kab. Banyumas, Kab. Banjarnegara, dan Kab. Jepara. Kab. Banyumas terdapat 4 Desa yaitu : Desa Karang Tengah KTHR SENGON LESTARI, Desa Semedu KTHR Alba Lestari, Desa Jingkang KTHR Mekar Sari, dan Desa Gunung Lurah KTHR WONOSARI. KTHR wilyah Banjarnegara terdapat 1 desa dengan 2 KTHR yatitu KTHR PANCA MULYA dan KTHR Tri Tunggal. Sedangkan untuk KTHR Kab. Jepara terdapat 2 desa yaitu : Desa Mindahan KTHR MINDAHAN LESTARI dan Desa Somosari KTHR NGUNDI LOHJINAWE. Untuk pembibitan tanaman sengon, CV. PMA bekerjasama dengan Perum Perhutani daerah Kebumen. Hama dan Penyakit di Pembibitan Sengon Hama dan penyakit yang ditemukan di pembibitan sengon milik CV. PMA Desa Logending, Kec. Ayah, Kab. Kebumen adalah sebagai berikut (Tabel 2): Tabel 2 Hama dan penyakit yang ditemukan di pembibitan sengon Nama Umum Bagian Diserang Tingkat Kepentingan Gejala Antraknosa Pangkal batang ++++ Tanaman rebah dan mati Batang +++ Tanaman mengering dan mati Pucuk ++++ Mati pucuk, tanaman mati Ulat Penjalin Daun + Melipat dan Daun menjalin daun Kutu Putih Pangkal batang ++ Nekrosis, layu, mati Batang ++ Nekrosis, layu, mati Keterangan : + = Tidak bermasalah, ++ = : sedang, +++ = Bermasalah, ++++ = Sangat bermasalah 7
3 8 Penyakit penting yang terdapat di lokasi pembibitan sengon milik CV. PMA Desa Logending, Kec. Ayah, Kab. Kebumen adalah penyakit rebah kecambah dan antraknosa. Pada awalnya, penyakit rebah kecambah diduga disebabkan oleh patogen Rhizoctonia solani. Akan tetapi, setelah dilakukan identifikasi penyebab penyakit rebah kecambah di pembibitan sengon milik CV. PMA disebabkan oleh patogen Colletothtrichum gloeosporioides. Penyakit antraknosa menyerang pada semua jenis umur bibit sengon. Penyakit antraknosa menyerang tanaman sengon pada bagian: pangkal batang, batang, dan pucuk. Serangan penyakit antraknosa yang langsung menyebabkan kematian terjadi pada bagian pucuk dan pangkal batang. Serangan penyakit antraknosa dipangkal batang menyebabkan tanaman rebah kecambah, bagian batang dan pucuk menyebabkan tanaman mati. Gejala penyakit rebah kecambah di pembibitan sengon berupa : lodoh atau terdapat warna hitam mengkerut di pangkal batang, sehingga menyebabkan tanaman rebah (Gambar 2). (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2 Gejala rebah kecambah, aservulus, konidia C. gloeosporioides dan gejala antraknosa : (2a) gejala pada pangkal batang, (2b) gejala dimulai dari pucuk, (2c) aservulus, (2d) konidia C. gloeosporioides, (2e) gejala antraknosa pada bibit besar : gejala awal, sedang, dan lanjut.
4 Dalam memenuhi jumlah bibit untuk program penanaman, perusahaan memilih alternatif membeli bibit dari para petani konvensional. Namun, ketersediaan bibit yang belum memenuhi syarat atau standar kelayakan dari petani konvensional untuk dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara (TPS), menyebabkan kematian bibit yang tinggi yaitu sebesar dari total bibit yang dibeli (kematian bibit sebesar 87%). Penyebab kematian bibit sengon disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: bibit yang masih muda, intensitas terpapar sinar matahari yang kurang, kadar N yang tinggi, terjadinya etiolisasi dan terserang penyakit antraknosa (Gambar 3). 9 (a) (b) (c) Gambar 3 (d) Bibit sengon petani konvensional : (3a) naungan, (3b) terjadinya etiolisasi, (3c) batang bibit yang kecil, (4d) bibit rusak akibat penyakit, (5e) gejala penyakit (e) Pengelolaan Pembibitan Sengon Teknik pengelolaan pembibitan yang dilakukan oleh CV. PMA berbeda dengan petani konvensional. Perbedaan teknik pengelolaan terlihat pada beberapa teknik pengelolaan dan cara budidayanya. Pengelolaan penyakit yang dilakukan oleh CV. PMA berupa : (1) pengaturan bibit sengon dengan cara membuat bedengan secara baris dan sap dengan satu bedengan terdapat 500 bibit sengon
5 10 (bertujuan untuk mempermudah perawatan baik berupa pemberian pupuk, penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit; (2) penyulaman); (3) pemberian naungan menggunakan paranet bewarna hitam; (4) penyiraman air pada pagi dan sore hari; (5) penyemprotan pestisida. Perbandingan budidaya bibit sengon antara petani konvensional dan petani mitra adalah sebagai berikut (Tabel 3) : Tabel 3 Perbandingan budidaya bibit sengon antara petani konvensional dan petani mitra Asal Bibit Cara Pengelolaan Kelebihan Kekurangan Konvensional 1. Penggunaan pupuk : Pupuk kandang dari kotoran ayam TSP atau SP36 2. Naungan berupa sungkup dari plastik putih 3. Penyiraman air 4. Lokasi pembibitan di tanah sawah Perusahaan 1. Menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing 2. penggunaan berbagai macam perlakuan : Pupuk Mikro PGPR Pestisida Larutan Gir Mikoriza 3. Naungan dari paranet berwarna hitam 4. Penyiraman air 1. Pertumbuhan yang cepat 2. intensitas penyiangan gulma rendah 3. Meminimalisir volume air hujan yang jatuh ke polibag 4. Biaya produksi rendah 1. Tahan terhadap HPT 2. Vigor tanaman baik 3. Tidak mudah mati 4. Waktu adaptasi yang relatif singkat 5. Ketersediaan pupuk yang lama 1. Terjadinya etiolisasi 2. Ketersediaan pupuk yang relatif singkat 3. Rentan terhadap serangan HPT 4. Memerlukan masa adaptasi yang lama setalah dibuka dari naungan plastik 5. Vigor tanaman yang kurang baik 6. Mudah mati 1. Pertumbuhan yang lama 2. Sering terjadi penggenangan air pada polibag akibat air hujan, sehingga menyebabkan rebah 3. Intensitas penyiangan gulma tinggi 4. Biaya produksi yang lebih mahal 5. Keterbatasan SDM ahli Pengelolaan penyakit yang dilakukan oleh CV. PMA yaitu: (1) pengaturan bibit sengon dengan cara membuat bedengan dengan satu bedengan terdapat 500 bibit sengon. Pengaturan bendengan bertujuan untuk mempermudah perawatan baik berupa pemberian pupuk, penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit; (2) penyulaman; (3) pemberian naungan untuk segala jenis umur bibit
6 sengon menggunakan paranet bewarna hitam; (4) penyiraman air pada pagi dan sore hari; (5) penyemprotan pestisida (Gambar 4). 11 Gambar 4 (a) (b) (c) Pengelolaan di pembibitan sengon: (4a) naungan menggunakan paranet warna hitam dan pengaturan bendengan berbentuk baris bersap, (4b) penyiraman air, (5c) penyemprotan pestisida. Pemupukan yang biasa dilakukan oleh CV. PMA menggunakan larutan Gir dengan dosis penyiraman 5 cc/polibag. Larutan Gir merupakan hasil fermentasi antara pupuk kandang, air dan pupuk TSP atau SP36. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan bibit sengon memiliki tinggi yang sama, bibit hidup dan mati. Penyiangan gulma dilakukan pada perpolibag tanaman sengon. Penyiangan gulma bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan persaingan unsur hara antara tanaman dan gulma. Teknik Pengendalian Penyakit yang Biasa Dilakukan Pengendalian penyakit di pembibitan sengon yang biasa dilakukan oleh CV. PMA berupa : penggunaan fungisida kimiawi, PGPR, mikoriza, dan pupuk mikro. Penggunaan PGPR dan pupuk mikro baru diterapkan setelah manejer CV. PMA melakukan konsultasi dengan Klinik Tanaman IPB, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sedangkan penggunaan mikoriza sudah tidak dilakukan lagi, disebabkan penggunaan mikoriza tidak efektif dalam menekan keparahan penyakit. Menurut Santoso (2007), mikoriza berfungsi sebagai mempercepat tumbuh bibit sengon, penyedia utama fosfor (P) dan penyedia unsur lain seperti : N, K, Zn, Cu dan B. Masalah Pengelolaan Penyakit di Pembibitan Sengon Masalah dan hambatan yang timbul dalam rangka memenuhi stok dan produksi bibit sengon milik CV. PMA dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : kelembagaan yang lemah, penggunaan teknologi yang tidak tepat, dan minimnya kapasitas sumber daya manusia (SDM). Indikasi kelembagaan lemah ditandai dengan pengelolaan penyakit yang kurang baik, kurangnya pengawasan dan tanggung jawab yang tidak jelas, sehingga menyebabkan serangan penyakit yang tinggi. Salah satu contoh penggunaan teknologi yang tidak tepat seperti: penggunaan pestisida yang tidak tepat waktu, jenis, dan dosis.
7 12 Peranan kelembagaan didalam meningkatkan produksi bibit sengon berupa: penentuan teknologi, pemilihan SDM yang ahli, penentuan pasar, penyediaan modal dan penerapan jasa konsultan. Pendampingan Klinik Tanaman-IPB membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh CV. PMA dalam produksi bibit sengon. Perbandingan hasil pengelolaan pembibitan sengon sebelum dan sesudah pendampingan Klinik Tanaman-IPB adalah sebagai berikut (Tabel 4) : Tabel 4 Perbandingan hasil antara pengelolaan sebelum dan sesudah pendampingan Klinik Tanaman-IPB Pembanding Sebelum Sesudah Perlakuan benih Secara konvensional Menggunakan PGPR Media tanam Tanah dan pupuk kandang yang belum matang Perbandingan tanah dan pupuk kandang yang matang 1:1 dan menggunakan Trichoderma spp. Pemupukan Menggunakan larutan Gir, Menggunakan PGPR dan pupuk Pengelolaan penyakit Pertumbuhan tanaman Mikoriza Penggunaan pestisida yang tidak terjadwal dan tepat sasaran Banyak tanaman mati akibat penyakit mikro Penggunaan PGPR, pupuk mikro, sanitasi, dan sistem PHT (gabungan dari semua teknik pengendalian maupun penggunaan pestisida) Ketahanan tanaman meningkat, tanaman subur, dan banyak yang tumbuh Pendampingan Klinik Tanaman-IPB melalui penerapan sistem teknologi, pelatihan SDM, dan pengawasan memberikan hasil berkurangnya penyakit, meningkatnya pertumbuhan bibit sengon dan peningkatan kualitas SDM). Selain itu, penerapan sistem teknologi yang tinggi dan peningkatan kualitas SDM akan menyebabkan berkurangnya penyakit serta meningkatnya pertumbuhan bibit sengon. Pengujian Beberapa Teknik Pengendalian Penyakit di Pembibitan Sengon Pengujian Trichoderma spp. Untuk Mengendalikan Penyakit Rebah Kecambah (damping off) Pengujian dua spesies Trichoderma spp. tidak efektif dalam menekan kematian yang disebabkan oleh penyakit antraknosa. Perlakuan fungisida pada 7 MST dan 8 MST merupakan perlakuan yang paling efektif menekan penyakit rebah kecambah dengan persentase kematian sebesar 58.75% (Gambar 5 dan Lampiran 1). Ketidak-efektifan dua spesies Trichoderma spp. disebabkan oleh beberapa faktor seperti : sifat Trichoderma spp. sebagai agens pengendali penyakit tular tanah, patogen C. gloeosporioides merupakan patogen tular benih dan percikan air hujan, serta sumber inokulum yang banyak. Menurut Sinaga (2006), inang yang rentan, patogen yang virulen, dan lama intensitas faktor lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan patogen akan menyebabkan terjadinya
8 epidemik penyakit. Menurut Semangun (2006), perkembangan penyakit dipengaruhi oleh interaksi antara inang, patogen, lingkungan, dan manusia yang saling mendukung untuk terjadinya penyakit. Menurut Evans (1982), daya tumbuh tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor seperti : lokasi penanaman (tanah), cuaca, kondisi bibit, tata air atau erosi permukaan, hama dan penyakit, serta kompetisi dengan gulma. 13 Gambar 5 Persentase kematian bibit sengon pada berbagai perlakuan Tabel 5 menunjukan bahwa rata-rata hasil pengukuran ph pada setiap perlakuan memiliki nilai ph yang relatif sama yaitu pada awal sebesar 6.6. Pada akhir pengukuran menunjukan hasil bahwa, perlakuan TH1, TH4, TP1, TP2 dan TP4 yaitu ph berkisar antara 5 sampai 6 dan memberi pengaruh terhadap keasaman media tanam. Hasil pengukuran ph pada perlakuan TH2 menunjukan ph yang stabil dari awal sampai akhir yaitu berkisar antara 6 sampai 7. Tabel 5 Rata-rata hasil pengukuran ph tanah Perlakuan Rata-rata ph tanah Awal Pertengahan Akhir Tanpa perlakuan Fungisida TH TH TH TH TP TP TP TP Keterangan : Hasil pengukuran ph tanah atau media tanam bibit sengon.
9 14 Pengujian dua spesies Trichoderma spp. tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sengon, baik tinggi tanaman maupun diameter batang (Lampiran 1). Perlakuan fungisida berbahan aktif mankozeb berpengaruh terhadap tinggi dan diameter batang bibit sengon pada 7 dan 8 MST. Tinggi bibit sengon pada 7 dan 8 MST sebesar 6.68 dan 7.15 cm, sedangkan diameter batang sebesar 0.19 cm dan berbeda nyata terhadap perlakuan dua spesies Trichoderma spp. dan kontrol. Rata-rata tinggi dan diameter batang bibit sengon dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Rata-rata tinggi dan diameter batang tanaman sengon pada berbagai perlakuan Peningkatan tinggi dan diameter batang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: sumber patogen, jenis dan ketersedian unsur hara, suhu dan kelembaban, curah hujan, serta kemampuan fisiologi tumbuhan dalam mengambil nutrisi dan unsur hara, serta terjadinya kontak antara patogen dan tumbuhan (Agrios 1996). Pengujian Teknik Pengendalian Penyakit pada Bibit Sengon Umur Satu Bulan Pengelolaan hama dan penyakit tanaman secara terpadu merupakan pengendalian yang menggunakan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel, agar kondisi tanaman sengon dalam kondisi sehat dan tingkat serangan tidak merugikan secara ekonomis. Pengelolaan hutan tanaman sengon lebih menekan
10 pada tiga aspek, yaitu : (1) budidaya tanaman sehat, (2) monitoring, (3) meningkatkan peran musuh alami. Menurut achmad (1999), manajemen secara terpadu cukup efektif untuk diterapkan dalam mengelola penyakit di pembibitan kehutanan. Tabel 6 menunjukan bahwa, perlakuan PHT yang menggunakan kombinasi antara pupuk mikro, khamir antagonis dan pemotongan bagian tanaman yang sakit efektif dalam menekan keparahan penyakit antraknosa yaitu sebesar 90% dan berbeda nyata terhadap perlakuan perusahaan dan kontrol. Akan tetapi, perlakuan PHT tidak berbeda nyata terhadap perlakuan fungisida yang berbahan aktif mankozeb dengan penekanan keparahan penyakit pada perlakuan fungisida sebesar 100%. Tabel 6 Keparahan penyakit antraknosa pada bibit sengon umur satu bulan pada berbagai perlakuan pengendalian Perlakuan Tanpa Perlakuan Waktu Pengamatan a M1 M2 M3 M4 M5 M6 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a Perusahaan 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a 100 ± 0.0a Fungisida 0.0 ± 0.0b 0.0 ± 0.0b 0.0 ± 0.0b 0.0 ± 0.0b 0.0 ± 0.0b 0.0 ± 0.0b PHT 10 ± 31b 10 ± 31b 10 ± 31b 10 ± 31b 10 ± 31b 10 ± 31b a Angka yang diikuti huruf dan kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (uji selang ganda Duncan 5%) Perlakuan PHT yang menggunakan kombinasi pupuk mikro, khamir antagonis dan pemotongan bagian tanaman yang sakit berpengaruh terhadap pertumbuhan yaitu pertambahan tinggi dan diameter batang bibit sengon. Peningkatan pertumbuhan tinggi dan diameter batang pada perlakuan PHT tidak berbeda nyata dengan perlakuan fungisida (Lampiran 2). Rata-rata tinggi dan diameter batang bibit sengon pada perlakuan PHT dan fungisida dapat dilihat pada Gambar 7. 15
11 16 Gambar 7 Rata-rata tinggi dan diameter batang tanaman sengon pada perlakuan fungisida dan PHT Pengujian Pengendalian Penyakit pada Bibit Sengon Umur Enam Bulan Perlakuan PHT menggunakan kombinasi antara pupuk mikro, khamir antagonis dan sanitasi efektif dalam menekan keparahan penyakit antraknosa. Penekanan keparahan penyakit antraknosa pada perlakuan PHT sebesar 100% dan tidak berbeda nyata terhadap bibit tanpa perlakuan yaitu sebesar 90% (Tabel 7). Faktor yang menyebabkan perlakuan PHT tidak berbeda nyata terhadap bibit tanpa perlakuan disebabkan oleh : pemangkasan bagian bibit yang terserang penyakit antraknosa sebelum dilakukan perlakuan. Pemangakasan bagian tanaman yang terserang penyakit antraknosa bertujuan untuk membuat kondisi penyakit menjadi nol dan mengurangi sumber inokulum patogen, sehingga menyebabkan perkembangan penyakit menjadi lambat. Menurut Phoulivong (2011), patogen Colletothtricum sp. efektif dikendalikan dengan pengendalian yang menggunakan kombinasi seperti penggunaan kultivar tahan, budidaya tanaman yang sehat, pengendalian biologis yang menggunakan agens antagonis, dan pengendalian kimiawi. Tabel 7 Rata-rata tinggi, diameter batang dan keparahan penyakit antraknosa pada bibit sengon umur enam bulan pada berbagai perlakuan pengendalian Perlakuan Keparahan penyakit (%) Tinggi Tanaman (cm) Diameter Batang (cm) Tanpa Perlakuan ± 31.62a a ± 7.51b 0.38 ± 0.05b PHT 0.00 ± 0.00a ± 8.23a 0.47 ± 0.09a a Angka yang diikuti huruf dan kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (uji selang ganda Duncan 5%)
12 Perlakuan PHT yang menggunakan kombinasi antara pupuk mikro, khamir antagonis dan pemotongan bagian tanaman yang sakit berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu tinggi dan diameter batang bibit sengon. Rata-rata tinggi dan diameter bibit sengon pada perlakuan PHT yaitu sebesar cm dan 0.47 cm dengan persentase peningkatan tinggi sebesar 39%, diameter batang sebesar 24% dan berbeda nyata terhadap tinggi dan diameter batang bibit tanpa perlakuan. Peningkatan tinggi dan diameter batang pada perlakuan PHT disebabkan oleh penggunaan kombinasi antara pupuk mikro, khamir antagonis dan pemotongan bagian tanaman yang sakit. Penggunaan pupuk mikro memberi dampak terhadap pertumbuhan dan menambah nutrisi bagi tanaman. Penggunaan khamir antagonis memberi dampak terhadap penekanan patogen melalui mekanisme persaingan nutrisi dan kemampuan mengeluarkan metabolit yang bersifat toksik bagi patogen (Soesanto 2008). Selain itu, peningkatan tinggi dan diameter bibit sengon pada perlakuan PHT disebabkan oleh kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara dan nutrisi. Menurut Husch (1982), pertumbuhan pohon dipengaruhi oleh kemampuan genetis dari individu yang berinteraksi dengan lingkungan meliputi : faktor tanah (sifat fisik kimia tanah, kelembaban dan mikroorganisme); faktor iklim; topografi serta kompetisi. Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Epidemi Penyakit Antraknosa Faktor yang menyebabkan tingginya penyakit antraknosa di pembibitan sengon milik CV. PMA Desa Logending, Kec. Ayah, Kab. Kebumen disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : lemahnya fungsi kelembagaan, penggunaan teknologi yang tidak tepat, curah hujan yang tinggi (Tabel 8), kelembaban yang tinggi (Tabel 9), dan minimnya kapasitas sumber daya manusia. Tabel 8 Data curah hujan Kec. Ayah, Kab. Kebumen Bulan Jumlah Hari Hujan Rata-rata Curah Hujan Intensitas Hujan (hari) Harian (mm) (mm/jam) Januari Lebat Februari Lebat Maret Lebat April Lebat Mei Lebat Sumber : BMKG semarang 2012 Keterangan : Ringan (0.1-5 mm/jam), sedang (5-10 mm/jam), lebat (10-20 mm/jam), sangat lebat ( > 20 mm/jam). Tabel 9 Suhu dan kelembaban rata-rata Bulan Suhu rata-rata Kelembaban rata-rata ( C) (%) Januari Februari Maret April Mei Juni Sumber : BMKG Semarang, Stasiun Klimatologi Cilacap, Kab.Cilacap
13 18 Menurut Krisnawati (2011), insiden penyakit pada pembibitan sengon tertinggi terjadi pada musim hujan. Intensitas curah hujan yang tinggi akan menimbulkan permasalahan penyakit yang tinggi. Intensitas curah hujan yang tinggi, sumber inokulum yang banyak, serta kerentanan tanaman akan menjadi faktor pendukung terhadap kejadian penyakit (Semangun 2006). Rata-rata curah hujan harian dari bulan januari hingga Mei relatif lebat (Tabel 8). Curah hujan yang tinggi menyebabkan ketahanan vigor tanaman melemah (mempermudah proses infeksi patogen), dan menyebarkan inokulum patogen C. gloeosporioides. Suhu rata-rata relatif normal yaitu berkisar antara 26 sampai 27 C dengan kelembaban yang relatif tinggi yaitu berkisar antara 81 sampai 84% (Tabel 9). Menurut Vaartaja (1952) ; Perrin dan Sampagni (1986), patogen penyakit rebah kecambah akan menjadi aktif ketika kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban relatif, ph tanah akan menjadi faktor pendukung terjadinya penyakit. Menurut Landis (1989), faktor abiotik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit akibat serangan penyakit.
PENGELOLAAN PENYAKIT DI PEMBIBITAN SENGON Paraserianthes falcataria (L.) NIELSEN BUSYAIRI
PENGELOLAAN PENYAKIT DI PEMBIBITAN SENGON Paraserianthes falcataria (L.) NIELSEN BUSYAIRI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada
Lebih terperinciIII. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR
16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat
Lebih terperinciTeknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat
Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciAgroteknologi Tanaman Rempah dan Obat
Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg
Lebih terperinciPERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciIII. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)
III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT
HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan
Lebih terperinciPRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013
PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA TOMAT
TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciMANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA
Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola
Lebih terperinciTeknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR
Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Lebih terperinciPenanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk
Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciStrategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada
Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada black pepper. Meskipun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota
Lebih terperinciPENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA
PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciBUDIDAYA KELAPA SAWIT
KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena
Lebih terperinciIII. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,
23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung
Lebih terperinciTUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT
TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat
Lebih terperinciSumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May
10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Km. 60, Kab. Tanah karo, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 1000
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Tanaman Buah Tongkoh Km. 60, Kab. Tanah karo, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 1000 meter di atas permukaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas
Lebih terperinciPENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh
PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh Pada Balai penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaaan
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH
TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan
Lebih terperinciBUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan
Lebih terperinciTEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU
TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik
38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian Tanah yang digunakan sebagai media tanam kelapa sawit tergolong ke dalam jenis tanah Latosol. Analisis tanah di pembibitan menunjukkan bahwa tanah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2
Lebih terperinciUPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda
UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil
Lebih terperinciKELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat
Lebih terperinciOleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09
Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Duku (Lansium domesticum Corr.) sebagai buah unggulan Provinsi Jambi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Duku (Lansium domesticum Corr.) sebagai buah unggulan Provinsi Jambi, memerlukan tempat tumbuh yang baik yaitu terletak di daerah beriklim basah sampai agak basah, dengan
Lebih terperinciBUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI
BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Pertanaman Bawang Merah Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Secara
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN ACARA 1 PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA HUTAN DISUSUN OLEH : NAMA NIM SIFT CO.ASS : SIWI PURWANINGSIH : 10/301241/KT/06729 : Rabu,15.30 : Hudiya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk
Lebih terperinciCara Menanam Tomat Dalam Polybag
Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,
Lebih terperinciBUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING
BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai
Lebih terperinciBAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae
Lebih terperinci3. METODE DAN PELAKSANAAN
3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di
Lebih terperinciDASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN KOMPETENSI KEAHLIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang
Lebih terperinciTEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH
TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium
I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota
15 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Penelitian ini dimulai pada Bulan April 2012 sampai
Lebih terperinciHama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)
KOMPONEN OPT Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman Gulma (tumbuhan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA
PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK ABRIANI FENSIONITA. Perkembangan
Lebih terperinciKegiatan Pembelajaran 2. Penyiapan Tempat Pesemaian. A. Deskripsi
Kegiatan Pembelajaran 2. Penyiapan Tempat Pesemaian A. Deskripsi Kegiatan pembelajaran penyiapan tempat pesemaian berisikan uraian materi: Persyaratn tempat persemaian, sistem tempat pesemaian, perbedaan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak
Lebih terperinciTUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB
TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IPPTP)
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai
Lebih terperinciMenurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili
Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Lebih terperinciUSAHA PEMBIBITAN JABON YANG DISUSUN OLEH NAMA: ELISKA ERLIANDA NPM:
USAHA PEMBIBITAN JABON YANG DISUSUN OLEH NAMA: ELISKA ERLIANDA NPM: 10712014 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Tanaman hutan sebelumnya belum di usahakan
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Metode Percobaan
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah
Lebih terperinci