PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2012 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2012 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG"

Transkripsi

1 PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2012 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG Bekerjasama dengan: PDF processed with CutePDF evaluation edition

2 kata pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah dan perkenan-nyalah buku Penyusunan Nilai Tukar Petani Kabupaten Jombang tahun 2012 ini dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Perencanaan Pembangunan Derah Kabupaten Jombang atas kepercayaaan yang telah diberikan kepada kami serta kepada semua fihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan laporan hasil penelitian ini. Kami juga memohon maaf apabila masih banyak terdapat kekurangsempurnaan dan kekhilafan dalam penyusunan laporan ini Semoga buku ini dapat menjadi masukan dan inspirasi bagi perbaikan dan pengembangan penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Jombang pada masa-masa yang akan datang. JOMBANG, 2012 Tim Penyusun PDF processed with CutePDF evaluation edition

3 PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2012 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG Bekerjasama dengan:

4 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Sasaran Ruang Lingkup 1.4 BAB II KAJIAN PUSTAKA Umum Angka Indeks Indeks Harga Angka Indeks Gabungan Perhitungan Nilai Tukar Petani 2.7 BAB III METODOLOGI Umum Tahapan Penelitian Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Metode Pengumpulan Data Jenis dan Sumber Data Definisi Operasioanal Populasi dan Sampel Populasi Sampel Metode Analisis 3.14 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH Umum 4.1 i

5 4.2. Kondisi Topografi Kependudukan Struktur Ekonomi Penggunaan Lahan Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Pangan Tanaman Perkebunan Kehutanan Peternakan Perikanan 4.18 BAB V HASIL PERHITUNGAN Nilai Tukar Petani (NTP KABUPATEN) Indeks Diterima Petani Kabupaten (lt) Indeks Dibayar Petani Kabupaten Nilai Tukar Petani (NTP KECAMATAN) Indeks diterima Petani Kecamatan(lt) Indeks Dibayar Petani Kecamatan Pendapatan Rumah Tangga Petani 5.17 BAB VI PEMBAHASAN Pembahasan 6.1 BAB VII KESIMPULAN, SARAN & REKOMENDASI KESIMPULAN SARAN REKOMENDASI 7.3 DAFTAR PUSTAKA 7.4 ii

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Analisis Perhitungan NTP 3.2 Gambar 3.2 Diagram Perhitungan NTP 3.17 Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Jombang 4.2 Gambar 4.2 Luas Tanah Menurut Penggunaanya Tahun Gambar 4.3 Jumlah Produksi Padi dan Jagung Kabupaten Jombang 4.13 Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Indeks Terima (It), Indeks Bayar (Ib) dan NTP Tahun Gambar 5.2 Grafik Rata-rata Indeks Diterima Petani (It), Indeks Dibayar Petani (Ib) dan Nilai Tukar Petani (NTP) per Sub-sektor Kab. Jombang Tahun 2011 (2008 =100) 5.6 Gambar 5.3 Grafik Nilai Tukar Petani (NTP) Kecamatan Tahun Gambar 6.1 Sistem Agribisnis 6.5 v

7 DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Variabel-variabel dan Sumber Data yang Digunakan Dalam Penyusunan NTP 3.5 Tabel 3.2 Populasi Penelitian 3.8 Tabel 3.3 Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Tingkat Kesalahan 1%, 5%, dan 10% 3.11 Tabel 3.4. Jumlah Sampel di Masing-Masing Kecamatan 3.13 Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan 4.3 Tabel 4.2 Tinggi dan Luas Daerah Menurut Kecamatan 4.5 Tabel 4.3 Luas Daerah Menurut Derajat Kemiringan 4.6 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang 4.7 Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jombang Tabel 4.6 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Tahun Tabel 4.7 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi 4.12 Tabel 4.8 Luas Area Dan Produksi Perkebunan Tabel 4.9 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi ( HA ) 4.15 Tabel 4.10 Populasi Ternak Besar Menurut Kecamatan Tabel 4.11 Populasi Unggas Menurut Kecamatan Tabel 4.12 Produksi Ikan Menurut Sub Sektor Perikanan 2010 (TON) 4.18 Tabel 5.1. Rata-rata Indeks Diterima Petani (It), Indeks Dibayar Petani (Ib) dan Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Jombang Tahun (2008 =100) 5.3 Tabel 5.2. Rata-rata Indeks Diterima Petani (It), Indeks Dibayar Petani (Ib) dan Nilai Tukar Petani (NTP) per Subsektor Kabupaten Jombang Tahun (2008 =100) 5.5 iii

8 Tabel 5.3. Rata-rata Indeks Diterima Petani (It) Kabupaten Jombang Menurut Sub Sektor PertanianTahun (2008 = 100) 5.9 Tabel 5.4. Rata-rata Indeks Dibayar Petani (Ib) Kabupaten Jombang Menurut Kelompok/Jenis Komoditi Tahun (2008 = 100) 5.11 Tabel 5.5. Rekapitulasi NTP Kecamatan Tahun Tabel 5.6. Pendapatan Rumah Tangga petani kabupaten Jombang Tahun iv

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting, baik dalam masa normal, maupun dalam masa krisis seperti krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1960-an, 1980-an dan tahun 1997 sampai saat ini. Dalam krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997, sektor pertanian yang memiliki local content relatif tinggi dibandingkan dengan komoditi manufaktur non pertanian, dan berfungsi sebagai katup penyelamat. Peranan sektor pertanian akan tambah besar lagi apabila diperhitungkan: 1. Nilai tambah yang diciptakan melalui penyediaan jasajasa yang melayani keberlanjutan produksi (transportasi, pergudangan, keuangan dan lain-lain); 2. Industri hulu seperti industri pupuk, alat-alat pertanian dan jasa perdagangan produk primer dan olahan agribisnis. Untuk itu diperlukan suatu pandangan yang utuh agar output sektor pertanian tidak hanya dilihat sebatas penghasil PDF processed with CutePDF evaluation edition 1.1

10 bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hewan, tetapi perlu dilihat sebagai suatu sistem agribisnis mulai subsistem sumberdaya alam, pengadaan sarana produksinya, produksi usaha tani, pengolahan (agroindustri), pemasaran dan jasa-jasa penunjangnya serta subsistem konsumsinya. Konsekuensi sebagai daerah agraris, yang sebagian besar lahan dan mata pencaharian penduduknya bertumpu pada bidang tersebut, perhatian pembangunan daerah harus lebih banyak terfokus kepada bidang pertanian, artinya bukan hanya sekedar mempertahankan keberadaan bidang pertanian dengan segala ciri tradisionalnya, namun harus lebih mengarah kepada transformasi modern atau industrialisasi pertanian (agroindustri) yang mampu memberikan nilai tambah terhadap bidang pertanian. Dengan demikian, Nilai Tukar Petani (NTP), khususnya petani produsen yang selalu berada pada tingkat yang lebih rendah, secara berangsur dapat bergeser ke tingkat yang semakin baik. Pada akhirnya daya tawar petani (khususnya petani produsen) menjadi kuat dan secara umumm juga akan menunjang posisi tawar daerah, baik secara regional maupun nasional. Untuk melihat keberhasilan dalam menjalankan misi tersebut, selain data tentang pertumbuhan ekonomi diperlukan 1.2

11 juga data pendukung di sektor pertanian. Dengann tersedianya data yang lengkap dan aktual akan lebih memudahkan pemerintah dalam melakukan evaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan dan perencanaan pembangunan berikutnya. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur hasil pembangunan sektor pertanian adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP adalah rasio indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. Secara konsep, NTP adalah mengukur kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani dan barang dan jasa yang diperlukan dalam menghasilkan produk pertanian Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui keberhasilan pembangunan sektor pertanian Kabupaten Jombang tahun 2012 sampai dengan tingkat kecamatan; 2. Mengetahui tingkat kesejahteraan petani sampai dengan tingkat kecamatan; 1.3

12 1.3. Sasaran Tersedianya buku penghitungan NTP Kabupaten Jombang tahun 2012 yang dihitung di 21 kecamatan meliputi 5 (lima) sub sektor pertanian yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, kehutanan, dan perikanan Ruang Lingkup 1. Penghitungan indeks harga yang diterima petani yang meliputi subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan Kabupaten Jombang tahun 2012 beserta analisis faktorpetani yang faktor yang mempengaruhi; 2. Penghitungan indeks harga yang dibayar meliputi indeks konsumsi rumah tangga dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal Kabupaten Jombang Tahun 2012 beserta analisis faktor- faktor yang mempengaruhi; 1.4

13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Umum Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan/rasio antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani. Hubungan NTP dengan tingkat kesejahteraan petani sebagai produsen secara nyataa terlihat dari posisi It yang berada pada pembilang (enumerator) dari angka NTP. Apabila harga barang/produk pertanian naik, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang, maka penerimaan / pendapatan petani dari hasil panennya juga akan bertambah. Perkembangan harga yang ditunjukkan It, merupakan sebuah indikator tingkat kesejahteraan petani produsen dari sisi pendapatan (Rosidi, 2007). Perkembangan nilai tukar petani merupakan salah satu penentu tingkat pendapatan riil petani dan juga seringkali disebut sebagai indikator tingkat kesejahteraan petani, maka menurunnya nilai tukar petani dapat berpengaruh negatif terhadap tingkat pendapatan riil petani. Menurunnya nilai tukar 2.1

14 hasil produksi pertanian dapat langsung mempengaruhi daya beli masyarakat tani, sebaliknya makin baik nilai tukar komoditi pertanian tertentu, semakin baik pula kedudukan pertanian terhadap industri dan semakin bergairah petani untuk meningkatkan produksinya, sehingga kelestarian swasembada beras/pangan dapat terjamin (Hendayana, 2001) Angka Indeks Angka lndeks adalah suatu angka yang diharapkan dapat memberitahukan perubahan-perubahan sebuah atau lebih karakteristik pada waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan. Macam-macam angka lndeks ada tiga, yaitu lndeks harga, Indeks jumlah (kuantitas), dan lndeks nilai. Dalam NTP ini, Indeks yang digunakan adalah indeks harga. Dalam penghitungan angka lndeks, selalu menggunakan acuan tahun dasar. Pengertian tahun dasar adalah tahun dan waktu di mana keadaan dijadikan pokok perbandingan daripada keadaan pada tahun atau waktu yang lainnya. Pedoman dalam pemilihan tahun dasar adalah sebagai berikut: 1. Harga yang dipakai untuk perbandingan adalah harga rata- rata selama jangka waktu tersebut. 2.2

15 2. Tahun atau waktu dasar yang normal (tidak masa perang, banjir, wabah penyakit). 3. Jangka waktu tidak terlalu pendek atau terlalu panjang. 4. Tahun dasar atau waktu dasar tidak diambil terlampau jauh lewat ke masa silam Indeks Harga Indeks harga adalah angka yang diharapkan dapat dipakai untuk memperlihatkan perubahan mengenai harga-harga barang, baik harga untuk semacam maupun berbagai macam barang dalam waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan. lndeks harga dirumuskan sebagai berikut: di mana, ho = harga barang pada tahun atau waktu dasar ht = harga barang pada tahun yang lain 2.3

16 2.4. Angka Indeks Gabungan Angka lndeks gabungan adalah angka lndeks yang ditentukan berdasarkan beberapa macam barang atau bahan. Penentuan angka lndeks gabungan meliputi: a. Angka Indeks Agregatif Angka lndeks gabungan yang didapat dengan jalan membentuk angka relatif untuk jumlah akhir mengenai harga (jumlah atau nilai) dari pada barang-barang (bahan-bahan) yang membentuk agregatif tersebut. b. Angka lndeks dengan cara rata-rata relatif Angka lndeks gabungan yang didapat dengan jalan menentukan rata-rata dari angka relatif tiap barang atau bahan. Cara penentuan angka Indeks gabungan meliputi dua hal, yaitu memperhatikan kepentingan relatif (ditimbang) dan tidak memperhatikan kepentingan relatifnya (tidak ditimbang). Tiga cara untuk penentuan angka lndeks agregatif ditimbang, yaitu: 1) Cara Laspeyres atau Cara Tahun Dasar Menggunakan banyak barang yang terdapatt pada tahun 2.4

17 dasar sebagai timbangan terhadap harga. Banyak barang merupakan faktor perkalian untuk harga-harga barang yang lndeks sedang dicari. lndeks ini digunakan untuk mengetahui perubahan harga apabila dengan menganggap banyak barang tidak berubah dari tahun ke tahun semenjak tahun dasar atau pengaruh perubahan banyak barang ditiadakan. Formula lndeks Laspeyres adalah sebagai berikut: di mana, ht = harga pada tahun t yang lndeksnya sedang dicari ho = harga pada tahun yang lain do = banyak barang yang didapat tahun atau waktu dasar lt = indeks Laspeyres yang sedang dicari 2) Cara Paasche atau Cara Tahun Diketahui Menggunakan timbangan berupa banyak barang yang terdapat pada tahun yang angka lndeksnya akan 2.5

18 ditentukan. lndeks ini digunakan untuk mengukur perubahan harga semenjak tahun dasar dengan anggapan bahwa banyak barang pada tahun dasar sama dengan banyak barang pada tahun yang lndeksnya dicari. Formula lndeks Paasche adalah sebagai berikut: dimana, ht = harga pada tahun t yang lndeksnya sedang dicari ho = harga pada tahun yang lain dt = banyak barang yang didapat tahun atau waktu dasar lp = indeks Paasche yang sedang dicarii 3) Cara Tahun Khas lndeks yang menggunakan timbangan berupa banyak barang yang terdapat pada suatu tahun atau waktu tertentu yang dianggap khas atau cukup beralasan. Formula lndeks Tahun Khas adalah sebagai berikut: 2.6

19 di mana, ht = harga pada tahun t yang lndeksnya sedang dicari ho = harga pada tahun yang lain dt = banyak barang yang didapat tahun khas lk = indeks Khas yang sedang dicari 2.5. Penghitungan Nilai Tukar Petani Beberapa formula angka Indeks yang berkaitan dengan penghitungan nilai tukar petani adalah: a. Harga Relatif Harga relatif (HR) adalah rasio perbandingan harga suatu komoditi pada suatu periode waktu tertentu terhadap harga pada periode waktu sebelumnya. Data harga per komoditi diperoleh dari pemantauan harga konsumen pedesaan dan harga produsen di kecamatan dan digunakan untuk menghitung HR komoditi kecamatan. Rumus HR adalah: 2.7

20 dengan, HR(t)ji = HR pada bulan ke-t komoditi j di kecamatan ke-i H(t)ji = Harga pada bulan ke-t komoditi di kecamatan ke-i H (t-1)ji = Harga pada bulan ke-(t-1) komoditi j di kecarnatan ke-i Dari hasil penghitungan HR kecamatan, selanjutnya dihitung HR komoditi kabupaten dengan cara rata-rata dari HR sebagai berikut: dengan, HR (t) j = rata-rata HR pada bulan ke-t komoditi j HR(t)ji = HR pada bulan ke-t komoditi di kecamatan ke-i k = jumlah kecamatan b. lndeks Harga Yang Diterima Petani (IHTP) Penghitungan lndeks harga yang diterima petani menggunakan formula lndeks Laspeyres. Beberapa formula 2.8

21 yang berkaitan dalam penghitungan IHTP dan sebagai berikut: IHBF adalah dengan, I t H ti H (t-1)i = lndeks harga bulan ke-t baik pada IHTP maupun IHBP = Harga pada bulan ke-t untuk barang ke-i = Harga pada bulan ke-(t-7) untuk barang ke-i H ti H (t-1) i = Relatif harga bulan ke-t dibanding ke-(t-1) untuk barang ke-i H oi Q oi m = Harga pada tahun dasar untuk barang ke-i = Kuantitas pada tahun dasar untuk barang ke-i = Banyaknya barang yang tercakup dalam paket komoditi. Untuk mempermudah penghitungan pada formula Indeks Laspeyers maka digunakan rumus berikut: 2.9

22 Sehingga untuk penghitungan IHTP adalah di mana, 2.10

23 dengan, DT oi = Diagram timbangan dasar komoditi i NMS oi = Nilai Market Surplus dasar komoditi i T = Jumlah komoditi paket komoditi sektor pertanian c. lndeks Harga Yang Dibayar petani (lhbp) Penghitungan IHBP pada dasarnya juga menggunakan lndeks Laspeyers, tetapi terdapat perbedaan pada penyebutnya. Formula penghitungan lhbp adalah sebagai berikut: di mana: dengan, DT 0i = Diagram timbangan dasar komoditi i P oi O oi = Nilai Konsumsi dasar untuk komoditi i 2.11

24 T = Jumlah komoditi konsumsi rumahtangga dan biaya produksi d. Nilai Tukar Petani Berdasarkan IHTP dan IHBP maka Nilai Tukar Petani diformulakan sebagai berikut: dengan, NTP = Nilai Tukar Petani l t = lndeks harga yang diterima petani l p = lndeks harga yang dibayar petani Menurut Rosidi (2007), NTP merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produk pertanian dengan barang- petani barang konsumsi dan faktor produksi yang dibutuhkan yang dinyatakan dalam persen. NTP berfluktuasi dari waktu kewaktu tergantung dari perkembangan harga barang yang dijual petani (It) dan barang dan jasa yang dikonsumsi petani (Ib). Apabila harga produk pertanian yang dihasilkan petani naik dengan persentase lebih besar dari persentase kenaikan 2.12

25 barang dan jasa yang dibayar petani, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang, maka NTP naik dan dengan sendirinya pendapatan petani naik relatif lebih besar dari kenaikan pengeluaran atau terjadi surplus. Dengan demikian secara konseptual, hubungan antara NTP dan pertambahan pendapatan petani sangat erat. Karena pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka NTP merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani. Secara umum penghitungan angka lndeks yang dikaitkan dengan penghitungan Nilai Tukar Petani (NTP) menghasilkan 3 (tiga) kemungkinan sebagai berikut: 1. NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya; dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya. 2. NTP = 100: berarti petani mengalami impas / break even, kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang 2.13

26 konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani periode tertentu tidak mengalami perubahan. 3. NTP < 100: berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang produksinya relative lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani periode tertentu mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani pada periode sebelumnya. 2.14

27 BAB III METODOLOGI 3.1. Umum Acuan kerja pada pekerjaan ini akan memberikan arahan pelaksanaan pekerjaan yang baik. Untuk memenuhi maksud dan tujuan seperti dalam Kerangka Acuan Kerja, maka perlu diuraikan pendekatan umum tentang hal-hal yang diperhatikan dalam melaksanakan pekerjaan ini, yaitu: 1. Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus didasari dengan pola berpikir multi disiplin teknologi, lingkungan, ekonomi pembangunan dan tata ruang. 2. Pemahaman pekerjaan yang akan dilakukan dengan sedetail-detailnya sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pekerjaan yang teliti dan dapat mendukung kelancaran pekerjaan. Oleh karena itu tim harus benar-benar memahami situasi, kondisi dan lokasi pekerjaan. 3.1

28 3.2. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian penghitungan Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Jombang Tahun 2012 dapat dilihat padaa diagram alir berikut: Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Analisis Penghitungan NTP 3.3. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Agar pekerjaan ini dapat dilaksanakan secaraa terarah dan sistematika, berikut diuraikan tahapan pelaksanaan pekerjaan dengan berdasar pada lingkup dan kerangka pikir pekerjaan, yaitu: 3.2

29 1. Kegiatan Persiapan. Kegiatan persiapan mencakup beberapa kegiatan awal sebelum kegiatan operasional survei di lapangan dimulai. Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan beberapa hal yang terkait, agar kegiatan operasional yang akan dilaksanakan mencapai sasaran, lebih terarah, efektif dan efisien. Pemahaman terhadap lingkup pekerjaan dan persoalan yang dapat dikaji/dipelajari dari Kerangka Acuan Pekerjaan yang ada, produk studi terdahulu yang terkait dengan studi yang akan dilaksanakan, serta informasi lain termasuk aspek kebijakan dan kelembagaan. Dari tahapan kegiatan tersebut dapat dirumuskan persoalan yang ada, data pendukung yang diperlukan baik data primer maupun sekunder, serta data dan informasi tambahan sesuai dengan kebutuhan. 2. Pengumpulan Data, Referensi dan Analisis Kegiatan ini mencakup beberapa tahapan, mulai dari Inventarisasi data dan referensi pendahuluann yang perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran garis besar dari kondisi wilayah dan persoalan studi, baru ditindak-lanjuti dengan pengumpulan data sekunder pengumpulan data primer dan data penunjang. 3.3

30 a) Inventarisasi Pendahuluan, dimaksudkan untuk melakukan orientasi atau observasi lapangan secara global untuk memperoleh informasi mutakhir tentang kondisi wilayah studi dengan referensi hasil studi terdahulu dan informasi lain yang ada, untuk menangkap persoalan-persoalan umumm sebelum survei dan pengumpulan data yang lebih rinci dilakukan. b) Pengumpulan dan Analisis Data Sekunder, dilakukan terutama untuk melengkapi data yang telah ada yang dipakai sebagai dasar analisis dari pekerjaan ini dan untuk pemutakhiran (up dating) terhadap data yang dianggap kurang. Sehingga studi ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara optimal serta efisien. c) Melakukaan telaah hukum/sinkronisasi dengan RTRW dan penjaringan informasi/pengumpulan referensi data yang berkaitan dengan pekerjaan ini, dilakukan dengan maksud untuk melengkapi data sekunder yang ada yang dianggap masih kurang, memutakhirkan atau checking silang terhadap data atau informasi yang dianggap meragukan atau yang dianggap perlu dilakukan pengecekan untuk penajaman. 3.4

31 3.4. Metode Pengumpulan Data Jenis dan Sumber Data Terdapat dua sumber data utama dalam penyusunan Nilai Tukar Petani (NTP) Kabupaten Jombang yaitu: 1. Data primer (melalui survei lapangan) 2. Data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penyusunan NTP dan sumber datanya selengkapnya disajikan pada Tabel 3.1. berikut: Tabel 3.1. Variabel-variabel dan Sumber Data yang Digunakan Dalam Penyusunann NTP 3.5

32 Definisi Operasioanal Definisi dan konsep pada data yang diperlukan dalam penghitungan Nilai Tukar Petani adalah sebagai berikut: Petani Adalah orang yang mengusahakan mengelola usaha pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perburuan dan perikanan, atas resiko sendiri dengan tujuan untuk dijual. Petani yang termasuk dalam cakupan penghitungan NTP adalah petani penggarap baik sebagai petani pemilik, penyewa atau bagi hasil, tidak termasuk buruh tani. Harga Produsen Adalah harga produksi dari petani sebelum memasukkan biaya pengepakan dan transportasi ke dalam harga penjualan atau dengan kata lain harga di ladang atau sawah setelah pemetikan (farm gate). Harga yang dicakup adalah harga transaksi dengan sistem penjualan umum atau tebasan, sedangkan penjualan dengan sistem ijon tidak dicatat karena tidak mewakili harga yang sebenarnya. Harga Konsumen pedesaan 3.6

33 Adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual (pedagang eceran) dan pembeli (konsumen langsung) dengan satuan eceran, sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat dan dikonversikan ke satuan standar. Nilai Konsumen Adalah jumlah nilai yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memperoleh suatu komoditas untuk dikonsumsi. Nilai konsumsi suatu merupakan perkalian harga komoditas yang dikonsumsi pada periode dasar. Paket Komoditas komoditas (banyaknya) Adalah jenis barang/jasa yang dipantau harganya untuk penghitungan NTP. Diagram Timbangan Adalah diagram yang menunjukkan persentase nilai konsumen/produksi komoditas terhadap total pengeluaran/produksi rumah tangga petani. Diagram timbangan tersebut juga mencerminkan pola konsumsi rumah tangga petani dan pola produksi (potensi usaha tani) di suatu daerah. Nilai Tukar petani 3.7

34 Adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani dinyatakan dalam persentase Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang ada di Kabupaten Jombang yang tersebar di 21 kecamatan yang berjumlah petani. Rincian jumlah petani di tiap-tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel 3.2 : Tabel 3.2 Populasi Penelitian 3.8

35 3.5.2 Sampel Penentuan sampel dilakukan dengan teknik probability sampling yaitu Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Anshori dan Iswati, 2009). Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian, bergantung pada tingkat kepercayaan atau tingkat kesalahan yang dikehendaki. Tingkat kepercayaan atau kesalahan yang dikehendaki sering bergantung pada tujuan penelitian, sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan. Pada penelitian ini, penentuan jumlah sampel akan menggunakan pendapat Isaac dan Michael dalam Anshori dan Iswati (2009). Adapun rumusnya, sebagai berikut: 3.9

36 s = Dimana : s = Jumlah Sampel N = Ukuran Populasi P = Proporsi dalam populasi λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10% Isaac dan Michael mengembangkan dan membuat tabel untuk penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu, untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Tabel tersebut dapat dilihat pada Tabel

37 Tabel 3.3 Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Tingkat Kesalahan 1%, 5%, dan 10% N Tingkat Kesalahan Tingkat Kesalahan N 1% 5% 10% 1% 5% 10% N Tak terhingga Tingkat Kesalahan 1% 5% 10%

38 Berdasarkan tabel diatas maka jumlah keseluruhan sampel pada penelitian ini sebesar 661 responden dengan tingkat kesalahan 1%. Dalam penelitian ini dibutuhkan responden dengan karakteristik lainnya (non petani) diantaranya adalah : dari tenaga medis (dokter praktek, rumah sakit, puskesmas), pedagang (pasar, toko, super market), Responden dengan karakteristik tersebut di atas, merupakan sumber data primer untuk harga-harga konsumen baik makanan maupun non makanan. Adapun jumlah sampel sebanyak 661 responden, terdiri dari 42 responden diantaranya merupakan (pedagang) untuk disurvei tentang harga pasar dan 42 responden merupakan tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, Mantri) yang berada di 21 kecamatan. Sedangkan sisanya 577 merupakan responden rumah tangga petani yang terdistribusi pada masing-masing kecamatan. Jumlah sampel pada masing-masing kecamatan selengkapnya disajikan pada Tabel

39 Tabel Jumlah Sampel di Masing-Masing Kecamatan No Kecamatan Jumlah Petani 1 BANDAR KEDUNGMULYO 3,725 2 BARENG 20,805 3 DIWEK 5,340 4 GUDO 21,997 5 JOGOROTO 3,219 6 JOMBANG 4,165 7 KABUH 7,245 8 KESAMBEN 7,953 9 KUDU 5, MEGALUH 4, MOJOAGUNG 12, NGORO 12, NGUSIKAN 1, MOJOWARNO 6, PERAK 4, PETERONGAN 2, PLANDAAN 7, PLOSO 5, SUMOBITO 7, TEMBELANG 1, WONOSALAM 5,073 Jumlah 150,833 Jumlah Sampel Rumah Tangga Petani

40 3.6. Metode Analisis Berikut adalah tahapan dalam metode analisis yang digunakan untuk menyusun nilai tukar petani: 1. Persiapan Penyusunan NTP Aktifitas dalam persiapan penyusunan NTP diawali dengan diskusi awal. Diskusi awal bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang konsep NTP sebelum penghitungan NTP dilakukan. Kesamaan persepsi sangat terkait dengan akurasi hasil pengukuran karena semua pihak yang terlibat akan memiliki persepsi dan cara pengukuran yang sama terhadap komponen- komponen NTP. Aktifitas lain dalam persiapan adalah pembuatan desain riset. Pembuatan desain riset ini untuk keperluan pengumpulan data primer maupun sekunder. Khususnya untuk pengumpulan data primer, disain riset mencakup: a) Penyusunan sampling b) Desain alat ukur (kuesioner). Kuesioner akan mengukur harga yang diterima petani dan harga yang dibayar petani. 3.14

41 2. Penyusunan NTP a. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder terdiri dari informasi umum mengenai Kabupaten Jombang yang mencakup informasi di setiap Kecamatan. Adapun jenis informasi tersebut diantaranya adalah: 1) Demografi penduduk (jumlah penduduk, jumlah KK) 2) Komoditas unggulan pertanian, termasuk luas panen, produktifitas, dan produksinya di masing-masing kecamatan. 3) lnformasi harga produksi pertanian, dan lain- sekunder lain. Sumber informasi mengenai data tersebut diperoleh dari buku Kabupaten Jombang Dalam Angka 2012 yang didukung pula oleh informasi data dari kecamatan. b. Pengumpulan Data Primer Data primer diperoleh dari hasil survei terhadap rumah tangga petani, di samping itu juga dilakukan 3.15

42 survei harga pasar di masing-masingg kecamatan. Pengambilan data ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September tahun Penghitungan NTP Penghitungan NTP, dimulai dari validasi kuesioner, entry data, koding data, dan pengolahan data. Rumusan indeks yang diterima petani (lhtp) dan indeks yang dibayar petani (IHBP) adalah indeks Laspeyres: 3.16

43 Secara rinci, urutan penghitungan Nilai Tukar Petani (NTP) dapat dilihat pada diagram berikut: Gambar 3.2 Diagram Penghitungan NTP Untuk melihat besarnya pengaruh indeks penerimaan dan indeks pengeluaran petani terhadap NTP dilakukan dengan 3.17

44 menggunakan metode pembangunan model penduga regresi linear berganda sebagai berikut : NT = f ( indeks tanaman bahan makanan, indeks tanaman perkebunan, indeks peternakan, indeks perikanan, indeks konsumsi rumah tangga dan indeks biaya prosuksi ) Ŷ = a+ b X + b X +b X + b X + b X +b X +μ dimana : Y = Nilai Tukar Petani a = Koefisien intercept b b = Koefisien Regresi 1 5 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 = indeks tanaman bahan makanan = indeks tanaman perkebunan = indeks peternakan = indeks perikanan = indeks konsumsi rumah tangga = indeks biaya produksi 3.18

45 Untuk menguji variable tersebut berpengaruh terhadap nilai tukar petani maka digunakan uji F yakni : Dimana : R 2 = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel k = Derajat bebas pembilang n-k = Derajat bebas penyebut Kriteria uji untuk serempak adalah : Fhit < Ftabel... Hipotesis Ho F diterima hit > Ftabel... Hipotesis Ho ditolak ( Supranto, 2005 ) Menurut Gujarati ( 1994 ), besaran R2 yang paling lazim digunakan untuk mengukur kebaikan/kesesuaian (goodness of fit ) dari garis regresi. R2 mengukur proporsi (bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan dalam model regresi. 3.19

46 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Umum Wilayah Kabupaten Jombang 1.159,50 km 2, terdiri dari 21 Kecamatan dan 302 desa dan 4 Kelurahan. Ditinjau dari komposisi jumlah desa/kelurahan, Kecamatan Sumobito memiliki jumlah desa terbanyak, yaitu 21 desa. Namun bila ditinjau dari luas wilayah, terdapat 3 Kecamatan yang memiliki wilayah terluas, yaitu Kecamatan Wonosalam dengan luas 121,63 km 2, Kecamatan Plandaan dengan luas 120,40 km 2 dan Kecamatan Kabuh dengan luas 97,35 km 2. Kecamatan Ngusikan merupakan kecamatan baru, yaitu merupakan pemekaran dari Kecamatan Kudu berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 15 Tahun Wilayah Kabupaten Jombang sebagian besar berada pada ketinggian ± 350 meter dari permukaan laut, dan sebagian kecil dengan ketinggian > 1500 meter dari permukaan laut yaitu wilayah yang berada di Kecamatan Wonosalam. Letak geografis Kabupaten Jombang terletak antara 5 20' 01'' ' 01'' Bujur Timur dan antara 7 24' 01'' ' 01'' Lintang Selatan. Kabupaten Jombang berbatasan dengan batas administratif wilayah - wilayah berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang 4.1

47 Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk Kedudukan Wilayah Kabupaten Jombang dan Lingkup wilayah administratif Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Jombang 4.2

48 Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan No. Kecamatan Luas (Km 2 ) Desa Dusun (1) (2) (3) (4) (5) 1 Bandarkedungmulyo 32, P e r a k 29, G u d o 34, D i w e k 47, N g o r o 49, Mojowarno 78, Bareng 94, Wonosalam 121, Mojoagung 60, Sumobito 47, Jogoroto 28, Peterongan 29, Jombang 36, Megaluh 28, Tembelang 32, Kesamben 51, K u d u 77, Ngusikan 34, P l o s o 25, K a b u h 97, Plandaan 120, Jumlah 1.159, , , Sumber: Jombang Dalam Angka, Kondisi Topografi Secara goegrafis Kabupaten Jombang terletak di sebelah selatan garis katulistiwa berada antara 5 20' 01" sampai 5 30' 4.3

49 01" Bujur Timur dan 7 24' 01" dan 7 45' 01" Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.159,50 km2. Ibukota Kabupaten Jombang terletak pada ketinggian + 44 m di atas permukaan laut. Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi 3 (tiga) sub area, yaitu: a. Kawasan Utara, bagian pegunungan kapur muda kendeng yang sebagian besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian berbukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu dan Ngusikan. b. Kawasan Tengah, sebelah selatan Sungai Kali Brantas, sebagian besar erupakan tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija, karena irigasinya cukup bagus meliputi Kecamatan Bandarkedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang dan Kesamben. c. Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno dan Wonosalam. Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang merupakan wilayah datar hingga bergelombang. Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kecamatan Perak, Kecamatan Gudo, Kecamatan Diwek, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Megaluh, Kecamatan Tembelang, Kecamatan Kesamben, dan Kecamatan Ploso berada pada kemiringan lahan 0-2 %. Kecamatan Mojowarno dan Kecamatan Jombang berada pada kemiringan 0-5 %. Kecamatan Kabuh berada pada kemiringan 0-40 %. Kecamatan Bareng, Kecamatan Mojoagung dan Kecamatan Plandaann merupakan kecamatan yang mempunyai kemiringan bervariasi dari datar hingga terjal 0-40 %. Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Kudu 4.4

50 dan Kecamatan Ngusikan merupakan wilayah yang kategori bergelombang hingga terjal. Tabel 4.2 Tinggi dan Luas Daerah Menurut Kecamatan Kecamatan Letak Ketinggian (M) Luas Daerah < > 700 (1) (2) (3) (4) 1. Bandarkedungmulyo 32, P e r a k 29, G u d o 34, D i w e k 47, N g o r o 49, Mojowarno 78, Bareng 94, Wonosalam 63, ,22 9. Mojoagung 60, Sumobito 47, Jogoroto 28, Peterongan 29, Jombang 36, Megaluh 28, Tembelang 32, Kesamben 51, K u d u 77, Ngusikan 34, P l o s o 25, K a b u h 97, Plandaan 120, Kabupaten Jombang 1.101,52 50,76 7,22 Sumber: Jombang Dalam Angka, 2011 berada pada ( Km2 ) (5) 32,50 29,05 34,39 47,70 49,86 78,62 94,27 121,63 60,18 47,64 28,28 29,47 36,40 28,41 32,94 51,72 77,75 34,98 25,96 97,35 120, ,50 4.5

51 Tabel 4.3 Luas Daerah Menurut Derajat Kemiringan Kecamatan Kemiringan (derajat) 0-2 % 2-5 % % > 40 % (1) (2) (3) (4) (5) 1. Bandarkedungmulyo P e r a k G u d o D i w e k N g o r o Mojowarno , Bareng , Wonosalam , Mojoagung , Sumobito Jogoroto Peterongan Jombang , Megaluh Tembelang Kesamben K u d u , Ngusikan 0 300, P 1 o s o K a b u h , Plandaan , Kabupaten Jombang , ,6 Sumber: Jombang Dalam Angka, Kependudukan Menurut Hasil Sensus tahun 2010 penduduk kabupaten Jombang adalah jiwa terdiri dari Laki-laki dan Perempuan. Berdasarkan sensus penduduk yang 4.6

52 dilaksanakan 10 tahun sekali tampak adanya pertumbuhan jumlah penduduk cukup signifikan dengan peningkatan sebesar ,00 jiwa dari angka tahun 2000 sampai dengan tahun Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang Kecamatan Bandar Kedung Mulyo P e r a k G u d o D i w e k N g o r o Mojowarno Bareng Wonosalam Mojoagung Sumobito Jogoroto Peterongan Jombang Megaluh Tembelang Kesamben K u d u Ngusikan 19. P l o s o K a b u h Plandaan Tempat Tinggal Tidak Tetap Jumlah Sumber : Jombang dalam Angka

53 Untuk kepadatan penduduk, kecamatan Jombang merupakan kecamatan terpadat dengan jumlah jiwa per km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan Wonosalam dengann penduduk sebanyak 252 per km Struktur Ekonomi Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi dominan di Kabupaten Jombang meskipun peranannya mengecil dibandingkan dengan sektor industri pengolahann dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Menurunnya persentase andil sektor pertanian dibanding tahun sebelumnya bukan berarti sektor ini tidak tumbuh, melainkan karena kecepatan tumbuhnya kalah cepat dengan sektor lain, misalnya sektor Perdagangan dan Industri. Dengan demikian momentum revitalisasi pertanian dapat dilanjutkan. 4.8

54 Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jombang Sektor/Sub Sektor (1) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. PERTANIAN , , , , , ,71 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , , ,20 b. Tanaman Perkebunan , , , , , ,35 c. Peternakan , , , , , ,61 d. Kehutanan , , , , , ,92 e. Perikanan , , , , , ,63 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN , , , , , ,88 3. INDUSTRI PENGOLAHAN , , , , , ,05 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH , , , , , ,33 5. BANGUNAN , , , , , ,96 6. PERRDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN , , , , , ,19 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI , , , , , ,40 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN , , , , , ,86 9. JASA-JASA , , , , , ,68 PDRB DENGAN MIGAS , , , , , ,06 PDRB TANPA MIGAS , , , , , ,06 Sumber: Jombang Dalam Angka

55 Tabel 4.6 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Tahun 2010 Sektor / Sub Sektor 2009*) 2010**) PERTANIAN ,69 a. Tanaman Bahan Makanan ,34 b. Tanaman Perkebunan ,86 c. Peternakan ,98 d. Kehutanan , , , , , ,32 e. Perikanan , ,76 Sumber: Jombang dalam Angka 2011, BPS Kab. Jombang Dilihat dari tabel diatas sub sektor tanaman Bahan Makanan merupakan penyumbang PDRB sektor pertanian terbesar kemudian diikuti oleh sub sektor Tanaman Perkebunan Penggunaan Lahan Penggunaan tanah di Kabupaten Jombang didominasi oleh sawah yang mencapai ,86 Hektar, kemudian permukiman ,05 hektar, hutan hektar dan sisanya perkebunan, tegalan, kawasan indutri dan peruntukan lainnya (BPS, 2011). 4.10

56 Gambar 4.2. Luas Tanah Menurut Penggunaanya Tahun , , , , , Pemukiman Kawasan Industri Sawah Tegalan Perkebunan Hutan Lainnya Sumber: Jombang dalam Angka 2011, BPS Kab. Jombang 4.6. Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Pangan Rata-rata produksi/produktivitas padi (padi sawah dan ladang) di Kabupaten Jombang pada tahun 2010 adalah 63,92 kuintal/hektar meningkat dibandingkan tahun 2009 sebanyak 60,26 Kw/Ha dengan luas panen bersih Ha dan produksi ton. Kecamatan penyumbang produksi padi terbesar adalah Kecamatan Mojowarno dengan total produksi ton dan luas panen bersih sebesar Ha. Sedang Kecamatan Sumobito memiliki produktivitas paling tinggi yaitu 65,86 Kw/Ha dengan luas panen sebesar Ha. 4.11

57 Tabel 4.7 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Luas Panen Rata - rata Produksi Kecamatan Bersih Produksi ( Ha ) ( Ton ) ( Kw/Ha ) 010. Bandar Kedung Mulyo P e r a k G u d o D i w e k N g o r o Mojowarno Bareng Wonosalam Mojoagung Sumobito Jogoroto Peterongan Jombang Megaluh Tembelang Kesamben K u d u Ngusikan P l o s o K a b u h Plandaan Jumlah , , ,27 Sumber: Jombang dalam Angka 2011, BPS Kab. Jombang Hampir semua kecamatan di Kabupaten Jombang memiliki luas panen padi sawah yang besar meskipun terdapat dua Kecamatan yang relatif kecil luas panennya, yaitu Kecamatan Wonosalam dan Kecamatan Ngusikan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lahan yang ada di wilayah Kecamatan ini merupakan hutan. Tanaman 4.12

58 palawija yang memiliki produktifitas paling tinggi adalah jagung dengan produksi ton dengan luas panen Ha. Sementara yang memiliki produksi paling rendah adalah kacang hijau dengan produksi 263 ton dan luas panen 268 Ha. (BPS, 2011) Gambar 4.3. Jumlah Produksi Padi dan Jagung Kabupaten Jombang Produksi (Ton ) PADI JAGUNG 4.13

59 Tanaman Perkebunan Tanaman perkebunan yang terdapat di Kabupaten Jombang adalah jambu mete, kelapa, kopi, cengkeh, kapuk randu, tembakau virginia dan rakyat, pandan, kencur, jahe, kunyit, lada, lengkuas, sere dan kenanga. (BPS, 2011). Komoditi Tabel 4.8 Luas Area Dan Produksi Perkebunan Luas Area ( Ha ) Mente 146,98 148,56 150,9 38,85 Kelapa 1.711, , , ,44 Kopi 1.226, , ,50 738,24 Cengkeh 2.238, , ,10 958,71 Kapuk Randu 910,72 914,12 862,6 67,45 Tembakau Virginia ,75 Tembakau Jawa 3.469, , , ,19 Tebu , , , ,78 Sumber: Jombang dalam Angka 2011, BPS Kab. Jombang, diolah Produksi *) ( Ton ) ,22 24, , ,31 734,96 421,25 918,98 709,08 62,36 151, , , , ,00

60 Kehutanan Menurut fungsinya, hutan dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung, hutan tebang pilih (HTB) dan suaka alam/hutan wisata/taman Nasional. Tabel 4.9 pada tahun 2010 memperlihatkan keberadaan hutan di Kabupaten Jombang dengan luas mencapai ,3 hektar menurun dibandingkan dengan kondisi diawal 2000an dimana luas hutan masih sekitar ,6 hektar. Luas suaka alam/hutan wisata relatif sama yaitu 2.864,7 hektar. Tabel 4.9 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi ( HA ) Hutan Hutan Suaka Alam / Hutan T a h u n TBP/LDTI Produksi Lindung Wisata / Taman Nasional Luas Hutan ,30 873,1 472, , , ,30 873,1 472, , , ,30 873,1 472, , , ,30 873,1 472, , , ,30 873,1 472, , , ,10 873, , , , ,10 873, , , , ,70 873, , ,7* , ,70 873, , ,7* , ,70 873, , ,7* ,30 Sumber: Jombang dalam Angka 2011, BPS Kab. Jombang, diolah Peternakan Pada tahun 2010 Populasi ternak yang mengalami peningkatan adalah Sapi potong dan sapi perah, sedangkan yang mengalami penurunan adalah kerbau, Kambing, dan domba. 4.15

61 Tabel 4.10 Populasi Ternak Besar Menurut Kecamatan 2010 Kecamatan Kuda Sapi Sapi Potong Perah Kerbau 010. Bandar Kd. Mulyo P e r a k G u d o D i w e k N g o r o Mojowarno Bareng Wonosalam Mojoagung Sumobito Jogoroto Peterongan Jombang Megaluh Tembelang Kesamben K u d u Ngusikan P l o s o K a b u h Plandaan Jumlah Sumber: Jombang dalam Angka 2011, BPS Kab. Jombang. 4.16

62 Perkembangan populasi unggas di Kabupaten Jombang mengalami penurunan pada ayam buras dan ayam petelur. Tabel 4.11 Populasi Unggas Menurut Kecamatan 2010 Kecamatan Ayam Ayam Ayam Buras Pedaging Petelur Entok Itik 010. Bandar Kd. Mulyo P e r a k G u d o D i w e k N g o r o Mojowarno Bareng Wonosalam Mojoagung Sumobito Jogoroto Peterongan Jombang Megaluh Tembelang Kesamben K u d u Ngusikan P l o s o K a b u h Plandaan Jumlah Sumber: Jombang dalam Angka 2011, BPS Kab. Jombang. 4.17

63 Sedangkan ayam pedaging, entok dan itik mengalami peningkatan. Kenaikan terbesar dialami oleh Ayam pedaging dari ekor pada tahun 2009 menjadi ekor ada tahun Perikanan Produksi perikanan perairan umum, sawah tambak, kolam, mina padi dan keramba mengalami perkembangan. Tabel 4.12 Produksi Ikan Menurut Sub Sektor Perikanan 2010 (TON) Kecamatan Perairan Umum Kolam Karamba Jumlah 010. Bandar Kd. Mulyo 6, , P e r a k 2,3 110,8-113, G u d o 4,5 217,1-221, D i w e k 3, , , N g o r o 12, ,40 24, , Mojowarno 12,3 531,1-543, Bareng 28,9 154,2-183, Wonosalam 17, , Mojoagung 11,8 344,6-356, Sumobito 8 66,4-74, Jogoroto 4, , , Peterongan 4,5 223, Jombang 4,2 465, Megaluh 15,3 206, Tembelang 6,2 291, Kesamben 13,4 320, K u d u 8,1 6, Ngusikan 0 66, P l o s o 12,6 53, K a b u h 12,1 60, Plandaan 20, ,9 469,5 222, ,8 14,7 66,1 66,1 72,4 39,7 Jumlah 208, ,70 24, , , ,40 29, , ,00 74, , ,00 55, , , ,50 206, , , ,10 224, ,30 Sumber: Jombang dalam Angka 2011, BPS Kab. Jombang. 4.18

PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011

PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 i PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 Oleh : BIDANG LITBANG BAPPEDA JOMBANG Bekerjasama Dengan LP4MSTIE PGRI DEWANTARA JOMBANG ii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN JOMBANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas Batas Wilayah Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa 4 kelurahan serta 1.258 dusun. Luas wilayah

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013

Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 iv Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 KATA PENGANTAR Penghitungan dan Penyusunan Publikasi Nilai Tukar Petani Kabupaten Ponorogo Tahun 2013

Lebih terperinci

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Judul Buku : Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman : v + 44 hal Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Gambar Kulit

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUKOHARJO NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2017

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2015

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2015 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG KATA PENGANTAR Sektor pertanian memegang peranan penting bagi perekonomian di Kabupaten Temanggung,

Lebih terperinci

Dr. Ali Rosidi Direktur Statistik Keuangan & Harga Badan Pusat Statistik

Dr. Ali Rosidi Direktur Statistik Keuangan & Harga Badan Pusat Statistik NILAI TUKAR PETANI (NTP) SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI Dr. Ali Rosidi Direktur Statistik Keuangan & Harga Badan Pusat Statistik Disajikan Pada: Pertemuan Dan Diskusi Terbatas Mengenai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG Oleh : RIZKY KHAIRUNNISA Nrp : 3607 1000 41 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN PETANI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN PETANI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN PETANI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN PETANI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2013 ISSN : Nomor Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 15 x 21 cm : viii + 32 halaman

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 14 Tanggal : 23 December 2015 PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jombang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jombang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jombang Tahun 213 sebanyak 124.562 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Jombang Tahun 213 sebanyak 15 Perusahaan Jumlah perusahaan tidak berbadan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2016

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2016 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2016 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2017 Nilai Tukar Petani Kabupaten Temanggung 2016 i KATA PENGANTAR Sektor pertanian memegang peranan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2014

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2014 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEMANGGUNG 2014 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG KATA PENGANTAR Sektor pertanian memegang peranan penting bagi perekonomian di Kabupaten Temanggung,

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/09 /Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN AGUSTUS 2011 SEBESAR 99,44 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Agustus 2011 sebesar 99,44

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN No. 02/07/81/Th.IX, 3 Juli 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU JUNI 2017 SEBESAR 101,07 NAIK 0,38 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Juni 2017 adalah sebesar 101,07, atau naik sebesar

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,55 PERSEN No. 04/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PEMALANG Bulan April Juni 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PEMALANG Bulan April Juni 2017 No. 36/07/3327 TH VI, Juli 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PEMALANG Bulan April Juni 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Nilai Tukar Petani (NTP) Pemalang bulan April-Juni 2017 menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014

NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014 Katalog : 332804.15.01 NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEGAL TAHUN KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN TEGAL DAN BPS KABUPATEN TEGAL NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN TEGAL TAHUN Nomor Publikasi : 332804.15.01 Ukuran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Kabupaten Jombang. Secara geografis Kabupaten Jombang terletak antara

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Kabupaten Jombang. Secara geografis Kabupaten Jombang terletak antara 45 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Deskripsi Hasil Penelitian 5.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Jombang A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Jombang terletak antara 5 0 20 dan 5 0 30 Bujur

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Adapun jumlah Pengunjung Perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2.184. Tabel 2.184. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Lebih terperinci

pelalawankab.bps.go.id

pelalawankab.bps.go.id ISBN : 979 484 622 8 No. Publikasi : 25 Katalog BPS : 1101002.1404041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12 + iii Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Integrasi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 1706.1416 Katalog BPS : 4102004.1706040

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2013, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,13 PERSEN Berdasarkan penghitungan dengan tahun dasar baru (2012

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

https://ambonkota.bps.go.id

https://ambonkota.bps.go.id No. 02/09/81/Th.IX, 4 September 2017 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU AGUSTUS 2017 SEBESAR 101,16, NAIK 0,31 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Agustus 2017 adalah sebesar 101,16, atau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN Kata kunci : Nilai Tukar Petani, Fluktuasi Harga, Subsektor.

PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN Kata kunci : Nilai Tukar Petani, Fluktuasi Harga, Subsektor. PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2017 Markus Patiung markuspatiung@uwks.ac.id ABSTRAK Judul Penyusunan Nilai Tukar Petani Kabupaten Bondowoso Tahun 2017 dengan tujuan (1) Mengetahui

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS: 7102019 BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003 Jakarta 10010 Telp. : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax. : (021) 3857046 Homepage : http//www.bps.go.id

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Statistik Nilai Tukar Petani Kabupaten Banjarnegara 2012

Statistik Nilai Tukar Petani Kabupaten Banjarnegara 2012 Statistik Nilai Tukar Petani Kabupaten Banjarnegara 2012 Kerjasama BAPPEDA dengan BPS KABUPATEN BANJARNEGARA NILAI TUKAR PETANI BANJARNEGARA TAHUN 2013 FARMER S EXCHANGE RATE BANJARNEGARA 2013 No.Katalog

Lebih terperinci

pelalawankab.bps.go.id

pelalawankab.bps.go.id ISBN : 979 484 615 5 No. Publikasi : 18 Katalog BPS : 1101002.1404020 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12 + iii Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Integrasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini berisikan gambaran umum wilayah yaitu Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, kondisi perekonomian, kondisi fasilitas

Lebih terperinci

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian Perekonomian Daerah Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan pertanian masih didominasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

JURNAL HABITAT ISSN: (p); (e), Volume 27, No. 2, Agustus 2016, Hal DOI: /ub.habitat

JURNAL HABITAT ISSN: (p); (e), Volume 27, No. 2, Agustus 2016, Hal DOI: /ub.habitat JURNAL HABITAT ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e), Volume 27, No. 2, Agustus 2016, Hal. 66-71 DOI: 10.21776/ub.habitat.2016.027.2.8 Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2010 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 97,63 PERSEN No. 04/01/Th. XIV, 3 Januari 2011 Pada bulan Desember 2010, NTP Provinsi Sulawesi Tengah masing-masing subsektor tercatat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 SEBESAR ATAU TURUN 1.04 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 SEBESAR ATAU TURUN 1.04 PERSEN No.25/04/71/Th.IX, 1 April 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 SEBESAR 97.49 ATAU TURUN 1.04 PERSEN Pada bulan Maret 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA APRIL 2015 SEBESAR ATAU TURUN 0.96 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA APRIL 2015 SEBESAR ATAU TURUN 0.96 PERSEN No.30/05/71/Th.IX, 4 Mei 2015 NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA APRIL 2015 SEBESAR 96.55 ATAU TURUN 0.96 PERSEN Pada bulan April 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Sulawesi Utara

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 7102019.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG NILAI TUKAR PETANI (NTP) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013 No. Katalog : 7102019.3322 No. Publikasi

Lebih terperinci

Nilai Tukar Petani Sulawesi Barat 2016 ISBN: Nomor Publikasi: 76530.1701 Katalog BPS: 7102019.76 Ukuran Buku: 17 cm x 25 cm Jumlah Halaman: x + 46 halaman Naskah: Bidang Statistik Distribusi Gambar Kulit:

Lebih terperinci

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1 MAKMUR AMAN CERDAS DAN BERMARTABAT 1 Sambutan BUPATI Musi Rawas Utara Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat Rahmat dan Karunia-Nya jualah, buku dapat diselesaikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) Kasmiyati, Amik Krismawati dan Dwi Setyorini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 58/10/72/Th.XVIII, 01 Oktober 2015 Selama September 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 98,50 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama September

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci