Analisa Kointegrasi Pasar Modal ASEAN-5 Sebelum, Saat, dan Setelah Krisis Subprime Mortgage

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Kointegrasi Pasar Modal ASEAN-5 Sebelum, Saat, dan Setelah Krisis Subprime Mortgage"

Transkripsi

1 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) Analisa Kointegrasi Pasar Modal ASEAN-5 Sebelum, Saat, dan Setelah Krisis Subprime Mortgage Jaqueline Yuanita Chandra Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto , Surabaya Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kointegrasi antara indeks pasar modal di ASEAN-5 pada periode sebelum, saat, dan setelah krisis subprime mortgage. Johansen test digunakan untuk melihat keberadaan hubungan kointgerasi serta perubahan hubungan tersebut. Dengan menggunakan nilai penutupan indeks pada periode periode 1 Januari Juli 2007 (sebelum krisis), 26 Juli Maret 2010 (saat krisis), dan 1 April Juli 2013 (setelah krisis), penelitian menunjukkan adanya perubahan hubungan kointegrasi. Pada periode krisis ditemukan peningkatan hubungan kointegrasi dibandingkan periode sebelum krisis, sedangkan pada periode setelah krisis hubungan ini menurun dibandingkan periode krisis namun menguat apabila dibandingkan periode sebelum krisis. Perubahan ini diindikasikan disebabkan oleh krisis subprime mortgage. Kata Kunci Indeks ASEAN-5, Kausalitas, Kointegrasi, Krisis Subprime Mortgage Abstract This study is conducted to determine the existence of cointegration between ASEAN-5 s indices. Johansen test is used to identify the presence of cointegrating relationship and how it changes. By using weekly closing price of all five indices during January 1 st 2006 July 25 th 2007 (before crisis), July 26 th 2007 March 31 st 2010 (during crisis), and April 1 st 2010 June 30 th 2013 (after crisis), this study finds that there are changes on cointegrating relationship between five indices. Cointegration is found strongest during crisis, while in after-crisis period, cointegration appears weaker compared to during-crisis period. Additionaly, in after-crisis period, cointegration is found stronger than before-crisis period. These changes are caused by subprime mortgage crisis. Keywords ASEAN-5 Indices, Causality, Cointegration, Subprime Mortgage Crisis 1. PENDAHULUAN Hubungan perekonomian internasional semakin berkembang ke arah perdagangan bebas antar negara. Hal ini juga yang terjadi di ASEAN. Diterapkannya ASEAN free trade area membuat arus modal dan perdagangan antar negara menjadi semakin besar. Meningkatnya arus modal dapat meningkatkan interdependensi ekonomi antar negara di kawasan ASEAN, khususnya ASEAN-5. Interdependensi ekonomi yang terjadi ini juga dapat terefleksi pada hubungan pasar modalnya. Hal ini terjadi karena dalam suatu pasar yang bebas, fundamental ekonomi suatu negara akan terrefleksikan pada pasar modalnya (Royfaizal, Lee, & Mohamed, 2007). Akibatnya, tren yang ada di pasar modal akan mencerminkan fundamental ekonomi yang saling berelasi (Phengpis, Apilado, & Swanson, 2004). Hubungan di antara pasar modal bersifat dinamis yaitu dapat berubah sewakktu-waktu. Perubahan ini terjadi terutama ketika ada major economic event (Huyghebaert & Wang, 2010). Menurut penelitian Chen et al. (2003) ditemukan bahwa pasar modal ASEAN-5 terkointegrasi saat sebelum dan sesudah krisis namun tidak terkointegrasi saat krisis. Hal ini didukung oleh Click dan Plummer (2003) yang menemukan adanya penguatan kointegrasi antar pasar modal di ASEAN setelah terjadinya krisis Asia Berkembangnya perdagangan antar negara ASEAN juga mengakibatkan semakin tingginya kemungkinan terjadinya financial contagion. Adanya financial contagion memungkinkan krisis ekonomi yang terjadi di suatu negara menyebar ke negara lainnya. Efek dari financial contagion yang paling mudah diamati adalah ketika krisis global, salah satunya ketika krisis subprime mortgage. Krisis subprime mortgage pada tahun 2007 yang berawal di Amerika Serikat efeknya juga dapat dirasakan di Asia Tenggara. Efek dari krisis ini juga dapat dilihat pada pergerakan indeks pasar saham di ASEAN-5, di mana indeks menunjukkan kecenderungan untuk bergerak secara bersama-sama. Bertolak dari fenomena tersebut, penelitian ini ditujukan untuk membuktikan apakah ada efek dari krisis subprime mortgage terhadap kointegrasi pasar modal di kawasan ASEAN, khususnya ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura). Untuk mencapai tujuan tersebut, periode penelitian ini dibagi menjadi 3 periode yaitu sebelum, saat, dan setelah krisis subprime mortgage. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data indeks harga saham harian di negara ASEAN-5 pada periode 1 Januari Juli 2007 (sebelum krisis), 26 Juli Maret 2010 (saat krisis), dan 1 April Juni 2013 (setelah krisis). 2. TEORI PENUNJANG Kointegrasi merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih yang biasanya ditunjukkan oleh adanya pergerakan secara bersamaan (co-movement). Kointegrasi adalah kombinasi linear variabel-variabel yang tidak stasioner di order yang sama. Adanya kointegrasi mengindikasikan adanya hubungan kausalitas di antara variabel yang diteliti (Engle & Granger, 1987). Indeks Harga Saham Gabungan (composite index) merupakan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukur kinerja suatu saham di bursa efek, menilai situasi pasar secara umum dan berfungsi sebagai barometer kesehatan perekonomian negara secara umum. Indeks sering digunakan sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal dan keadaan perekonomian secara umum. Krisis subprime mortgage awalnya terjadi di Amerika Serikat yang diakibatkan adanya peningkatan praktek

2 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) pemberian dana pinjaman yang berisiko (subprime lending). Pecahnya gelembung properti di Amerika Serikat menyebabkan sebagian besar pinjaman ini menjadi macet sehingga surat-surat derivatif yang didasarkan pada pinjaman ini menjadi gagal bayar (default). Surat-surat berharga ini dimiliki oleh investor dari banyak negara sehingga krisis ini akhirnya juga berefek negatif pada banyak pasar keuangan. Adanya hubungan diplomatik dan perdagangan antara kelima negara di ASEAN-5 mengindikasikan adanya keterkaitan di antara kelima negara. Selain itu, integrasi ekonomi di kawasan ASEAN yang ditandai dengan adanya ASEAN free-trade area menimbulkan adanya interdependensi ekonomi antar negara anggota. Interdependensi ini dapat diamati juga pada kinerja pasar modal yang tercermin pada indeks harga saham gabungan. Adanya interdependensi pada pasar modal menyebabkan pasar modal di negara ASEAN-5 memiliki pergerakan yang hampir sama atau terjadi co-movement di antara kelima indeks saham. Adanya co-movement antara kelima indeks ini mengindikasikan adanya kointegrasi. Kointegrasi pasar modal bersifat dinamis atau berubahubah dari waktu ke waktu. Perubahan ini seringkali dipicu oleh adanya major economic event (Huyghebaert & Wang, 2010). Salah satu major economic event yang baru saja terjadi adalah krisis subprime mortgage. Bergejolaknya pasar keuangan global akibat krisis subprime mortgage menyebabkan investor global serentak melakukan penilaian ulang terhadap profil risiko investasinya sehingga terjadi penarikan dana di sejumah negara yang menyebabkan keruntuhan sebagian besar indeks saham dunia, termasuk di ASEAN. Hubungan kointegrasi antar indeks ASEAN-5 pernah dibuktikan secara empiris oleh B.A. Karim dan Z.A. Karim (2011) yang menggunakan data bulanan indeks harga saham gabungan kelima negara dari periode Januari Desember Hasil penelitian ini menemukan bahwa pasar modal ASEAN-5 semakin terkointegrasi setelah krisis keuangan global terjadi dibandingkan dengan periode sebelum krisis. Penelitian lain dilakukan oleh Huyghebaert dan Wang (2010) yang menemukan bahwa kointegrasi antar indeks di 6 pasar modal Asia menguat saaat krisis namun kembali melemah pada periode setelah krisis. Namun, ia juga menemukan bahwa hubungan kointegrasi indeks di Asia semakin menguat setelah krisis apabila dibandingkan dengan sebelum krisis. Berikut adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini: Gambar 1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka didapatkan hipotesa sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan kointegrasi antar pasar modal di ASEAN-5 sebelum krisis subprime mortgage. 2. Pada periode krisis subprime mortgage terdapat hubungan kointegrasi antar pasar modal di ASEAN-5 yang lebih kuat dibandingkan sebelum krisis. 3. Pada periode setelah krisis subprime mortgage terdapat hubungan kointegrasi antar pasar modal di ASEAN-5 yang lebih lemah daripada saat krisis namun lebih kuat dibandingkan periode sebelum krisis. 4. Terdapat perubahan hubungan kointegrasi dan kausalitas antar pasar modal di ASEAN-5 pada sebelum dan saat, saat dan sesudah, serta sebelum dan sesudah krisis subprime mortgage 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini disusun berdasarkan metode kuantitatif. Menurut Kuncoro (2007), metode kuantitatif merupakan penelitian yang sifatnya dapat dihitung jumlahnya dengan metode statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah indeks saham anggota ASEAN-5, yang terdiri dari indeks Indonesia (JKSE), indeks Malaysia (KLCI), indeks Thailand (SET), indeks Filipina (PSEi) dan indeks Singapura (STI). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling. Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah: a) memiliki data nilai penutupan mingguan pada periode 1 Januari Juni 2013 b) kelima indeks harus memiliki kesamaan tanggal data closing price. Tahap pengujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Mentransformasi data ke dalam bentuk natural logarithm b) Melakukan uji unit root pada kelima indeks dengan menggunakan alat statistik Augmented Dickey-Fuller. Hipotesis dari uji ini adalah : H 0 : model bersifat non-stasioner H 1 : model bersifat stasioner Sesuai dengan hipotesa-hipotesa yang telah dibuat di atas ditentukan kriteria uji asumsi sebagai berikut : i. Tolak H 0 jika nilai probabilitas < tingkat signifikansi (α = 0,05) ii. Terima H 0, jika nilai probabilitas > tingkat signifikansi (α = 0,05) Variabel terindikasi memiliki hubungan kointegrasi apabila tidak stasioner pada tingkat level namun stasioner pada tingkat differencing yang sama. c) Melakukan uji lag optimal dengan menggunakan model VAR. Penentuan jumlah lag optimal dapat ditentukan berdasarkan kriteria AIC, SC, HQ, dan FPE. Lag optimal yang dihasilkan kemudian diuji dengan memeriksa ada tidaknya autokorelasi pada residual. Apabila residual bebas dari autokorelasi maka lag tersebut digunakan, apabila ditemukan autokorelasi, lag akan ditingkatkan hingga tidak ditemukan autokorelasi pada residual. d) Melakukan uji kointegrasi menggunakan Johansen test. Lag yang digunakan adalah lag optimal yang ditentukan pada langkah (c). Hipotesa dalam uji ini adalah sebagai berikut :

3 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) H 0 : r = 0 ; H 1 : r = 1 H 0 : r 1 ; H 1 : r = 2 H 0 : r 2 ; H 1 : r = 3 H 0 : r 3 ; H 1 : r = 4 H 0 : r 4 ; H 1 : r = 5 Kriteria pengambilan keputusan pada Johansen Test ini didasarkan pada nilai trace statistic dan maximum eigenvalue. a. Berdasarkan trace statistic : i. Apabila nilai trace statistic < critical value ( = 0,05), maka H 0 diterima ii. Apabila nilai trace statistic > critical value ( = 0,05), maka H 0 ditolak dan H 1 diterima b. Berdasarkan maximum eigen-value : i. Apabila nilai maximum eigen-value < critical value ( = 0,05), maka H 0 diterima ii. Apabila nilai maximum eigen-value > critical value ( = 0,05), maka H 0 ditolak dan H 1 diterima e) Melakukan Vector Error Correction Model (VECM) pada model yang terbukti memiliki hubungan kointegrasi. Apabila terbukti tidak terkointegrasi maka dilakukan pembentukan model Vector Autoregression in Differences (VARD). f) Melakukan uji multivariate Granger causality untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel pada periode sebelum, saat, dan setelah krisis. Uji granger causality ini dilakukan berdasarkan model VAR yang telah dibuat. Dalam pengujian granger causality ini digunakan metode Toda-Yamamoto (Toda & Yamamoto, 1995). Hipotesa pada pengujian ini adalah sebagai berikut : H 0 : variabel X tidak mempengaruhi variabel Y H 1 : variabel X mempengaruhi variabel Y Sesuai dengan hipotesa-hipotesa yang telah dibuat di atas ditentukan kriteria uji asumsi sebagai berikut : i. Tolak H 0 jika nilai probabilitas < tingkat signifikansi (α = 0,05) ii. Terima H 0, jika nilai probabilitas > tingkat signifikansi (α = 0,05). g) Melakukan variance decomposition untuk menyusun forecast error variance suatu variabel. Analisa variance decomposition dapat memberikan gambaran mengenai reaksi pasar modal terhadap system-wide shock dan bagaimana reaksi ini menyebar dari waktu ke waktu. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Total sampel pada periode sebelum krisis yaitu sebanyak 405 data yang terdiri dari 81 data untuk masing-masing indeks, pada periode krisis, total observasi sebanyak 700 data yang terdiri dari 140 data untuk masing-masing indeks, sedangkan pada periode sesudah krisis, total observasi sebanyak 850 data yang terdiri dari 170 data untuk masingmasing indeks. Hasil uji stasioner pada data menunjukkan bahwa data tidak stasioner di tingkat level, namun stasioner di tingkat differencing pertama (I(1)). Hal ini mengindikasikan bahwa data terkointegrasi. Setelah itu, dilakukan pengujian untuk menemukan lag maksimum. Pada pengujian ini, lag maksimum yang digunakan adalah 8. Hal ini disebabkan karena kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi sangat memungkinkan suatu berita dapat ditransmisikan ke bursa lain pada periode kurang dari 2 bulan (8 minggu). Hasil uji lag optimal adalah sebagai berikut : Tabel 1 Hasil uji VAR Sebelum Setelah Periode Saat Krisis Krisis Krisis Lag Optimal Berdasarkan tabel 1, lag yang digunakan pada periode sebelum krisis adalah 2, saat krisis lag 7, dan setelah krisis lag 3. Ketiga lag ini juga yang digunakan dalam pengujian kointegrasi menggunakan Johansen test. Hasil Johansen test adalah sebagai berikut: Berdasarkan tabel 2, pada periode sebelum krisis, hasil yang ditunjukan oleh trace test dan maximum eigen-value adalah sama. Nilai trace statistic < critical value dan nilai maximum eigen-value < critical value sehingga H 0 (r = 0) diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam periode sebelum krisis tidak ditemukan adanya hubungan kointegrasi di pasar modal negara-negara ASEAN-5. Tabel 2. Hasil Johansen Test Pada Periode Sebelum Krisis Hipotesis Critical value Maximum Critical value Trace Eigen- H 0 H 1 statistic 5% 10% Value 5% 10% r=0 r= r 1 r= r 2 r= r 3 r= r 4 r= Tabel 3. Hasil Johansen Test Pada Periode Saat Krisis Hipotesis Critical value Maximum Critical value Trace Eigen- H 0 H 1 statistic 5% 10% Value 5% 10% r=0 r= r 1 r= r 2 r= r 3 r= r 4 r= Berdasarkan tabel 3, pada hipotesa yaitu H 0 : r = 2 dan H 1 : r = 3, ada perbedaan hasil yang ditunjukan oleh trace test dan maximum eigen-value. Nilai maximum eigen-value > critical value sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima, di sisi lain nilai maximum eigen-value < critical value sehingga H0 diterima. Dalam kasus adanya perbedaan hasil yang ditunjukan oleh trace test dan maximum eigen-value, hasil trace test yang akan digunakan. Oleh karena itu, pada hipotesa H 0 : r=2 dan H 1 : r = 3, H 0 ditolak dan H 1 diterima sehingga dilanjutkan pada hipotesa berikutnya. Pada hipotesa H 0 : r = 2 dan H 1 : r = 3, nilai trace test dan maximum eigen-value lebih kecil daripada critical value sehingga H 0 diterima. Hal ini menunjukkan ada 3 vektor kointegrasi di antara pasar modal negara ASEAN-5 pada saat krisis subprime mortgage.

4 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) Tabel 4. Hasil Johansen Test Pada Periode Setelah Krisis Hipotesis Critical value Maximum Critical value Trace Eigen- H 0 H 1 statistic 5% 10% Value 5% 10% r=0 r= r 1 r= r 2 r= r 3 r= r 4 r= Berdasarkan tabel 4, pada periode setelah krisis, pada confidence level 90% nilai trace statistic > critical value dan nilai maximum eigen-value > critical value sehingga H0 (r = 0) ditolak dan H1 (r = 1) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada 1 vektor kointegrasi pada periode setelah krisis subprime mortgage. Selanjutnya dilakukan pembentukan model VECM bagi periode saat dan setelah krisis, sedangkan untuk periode sebelum krisis dibentuk model VARD. Pembentukan model VECM dan VARD digunakan untuk melakukan forecast. Dalam pembentukan kedua model ini, lag yang digunakan adalah lag optimal yaitu 2 lag untuk periode sebelum krisis, 7 lag untuk periode saat krisis, dan 3 lag untuk periode setelah krisis. Selanjutnya, dilakukan uji granger causality untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Lag yang digunakan pada pengujian ini adalah lag optimal. Variabel Dependen JKSE KLCI PSEI SET STI Tabel 5. Hasil Uji Granger causality Probability Variabel Sebelum Saat Setelah Independen Krisis Krisis Krisis KLCI PSEI SET STI JKSE PSEI SET STI JKSE KLCI SET STI JKSE KLCI PSEI STI JKSE KLCI PSEI SET Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa terdapat dua probability yang memiliki nilai dibawah 0,05 pada periode sebelum krisis. Hal ini berarti ada 2 hubungan kausalitas yang terjadi, yaitu PSEi mempengaruhi STI yang dan PSEi mempengaruhi JKSE. Sedangkan pada periode sesudah krisis, terdapat 7 hubungan kausalitas antara pasar modal di ASEAN-5. Hubungan kausalitas tersebut yaitu KLCI yang mempengaruhi SET, KLCI mempengaruhi STI, STI mempengaruhi SET, dan JKSE mempengaruhi keempat pasar modal lainnya. Pada periode setelah krisis, hanya terdapat 2 hubungan kausalitas. Hubungan tersebut adalah JKSE mempengaruhi STI dan PSEi mempengaruhi SET. Berdasarkan hasil uji variance decomposition, pada periode sebelum krisis, forecast error variance dari pasar modal di ASEAN-5, kecuali Singapura, sebagian besar dijelaskan oleh dirinya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, kontribusi pasar modal lainnya dalam menjelaskan shock yang terjadi semakin meningkat. Di sisi lain, shock yang terjadi di pasar modal Singapura sebagian besar dijelaskan oleh shock yang terjadi di pasar modal lainnya, terutama JKSE dan KLCI. Di periode saat krisis, terjadi dinamika yang menarik pada forecast error variance di pasar modal di ASEAN-5. Pada periode 1-3, semua shock yang terjadi sebagian besar dapat dijelaskan oleh shock yang berasal dari variabel itu sendiri. Namun, pada periode 5 dan 10, shock yang terjadi dijelaskan oleh shock yang terjadi pada variabel JKSE. Pada periode setelah krisis, forecast error variance dari pasar modal di ASEAN-5, kecuali SET dan STI, sebagian besar dijelaskan oleh dirinya sendiri. Pada variabel SET, di periode ke 10, sebagian besar yakni 52% variance dijelaskan oleh variabel JKSE, sedangkan variabel SET sendiri hanya mampu menjelaskan 19%. Di sisi lain, pada variabel STI, di periode ke 10 variance yang dijelaskan oleh variabel itu sendiri hanya 23% sedangkan 37% dijelaskan oleh variance variabel JKSE, 16% oleh masing-masing PSEi dan SET, serta 7% oleh variabel KLCI. Gambar 2. Hubungan Kointegrasi antar Indeks ASEAN-5 Sebelum, Saat, dan Setelah Krisis Subprime mortgage Gambar 2 menunjukkan bahwa pada periode sebelum krisis tidak ada hubungan kointegrasi di antara indeks negara ASEAN-5 sebelum terjadi krisis subprime mortgage. Namun, pada saat krisis terjadi perubahan yang cukup signifikan karena ada 3 vektor hubungan kointegrasi pada saat krisis. Setelah krisis ada penurunan jumlah vektor hubungan kointegrasi menjadi 1. Meskipun ada penurunan jumlah vektor hubungan kointegrasi setelah krisis, kointegrasi di antara indeks negara ASEAN-5 menguat dibandingkan saat sebelum terjadi krisis subprime mortgage, di mana pada periode sebelum krisis tidak ada hubungan kointegrasi di antara kelimanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa adanya krisis menguatkan hubungan kointegrasi indeks negara ASEAN-5. Berdasarkan hasil uji Granger causality, maka dapat dilihat hubungan JKSE dengan indeks anggota ASEAN-5 pada periode sebelum dan sesudah krisis adalah sebagai berikut:

5 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) Gambar 3. Hubungan Kausalitas Indeks Pasar Modal ASEAN-5 Pada Periode Sebelum, Saat, dan Sesudah Krisis Gambar 3 menunjukkan bahwa pada periode sebelum krisis ditemukan 2 hubungan kausalitas. Hubungan ini ditunjukkan oleh PSEi yang mempengaruhi JKSE. Selain itu, PSEi juga ditemukan mempengaruhi STI. Pada periode krisis, ditemukan 7 hubungan kausalitas yang terjadi antara pasar modal di ASEAN-5. Hubungan ini ditunjukkan oleh JKSE yang mempengaruhi 4 pasar modal lainnya (KLCI, PSEi, SET, dan STI), KLCI mempengaruhi SET dan STI, serta STI mempengaruhi SET. Di periode setelah krisis, hubungan kausalitas yang terjadi menurun jumlahnya menjadi 2. Hubungan kausalitas ini ditunjukkan oleh JKSE yang mempengaruhi STI. Di samping itu, terlihat juga hubungan PSEi yang mempengaruhi SET. Hasil uji kointegrasi dan granger causality menunjukkan bahwa hubungan antara indeks pasar modal ASEAN-5 berubah-ubah seiring waktu. Secara lebih spesifik, hasil uji Johansen test menunjukkan bahwa pada saat krisis keuangan, kointegrasi yang ada mengalami penguatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Royfaizal, Lee, dan Mohammed (2007). Selain adanya penguatan saat krisis, ditemukan pula hubungan kointegrasi yang terjadi pada saat krisis mengalami pelemahan setelah periode krisis berlalu. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Royfaizal, Lee, dan Mohammed (2007) yang menemukan turunnya jumlah vektor kointegrasi setelah periode krisis berlalu. Hasil uji kointegrasi juga menemukan bahwa terjadi penguatan hubungan kointegrasi pada periode setelah krisis dibandingkan periode sebelum krisis. Penemuan ini didukung oleh penelitian B.A. Karim dan Z.A. Karim (2011), Huyghebaert dan Wang (2010), serta Royfaizal, Lee, dan Mohammed (2007) yang menyatakan bahwa hubungan kointegrasi di pasar modal pada periode setelah krisis mengalami penguatan dibandingkan dengan periode sebelum terjadinya krisis. Adanya hubungan kointegrasi di antara indeks harga saham di negara ASEAN-5 dapat didorong oleh adanya keterkaitan ekonomi di antara kelimanya yang ditunjukkan oleh kegiatan ekspor dan impor. Selain itu, adanya kedekatan lokasi geografis di antara kelimanya juga mendukung terjadinya hubungan kointegrasi, seperti dikatakan Mansur (2005) bahwa keterkaitan antar bursa akan terjadi pada negara dengan lokasi berdekatan. Pada periode krisis, yaitu Agustus 2007 Maret 2010, mayoritas negara ASEAN mengalami penurunan investasi yang masuk ke negaranya, yang berasal dari negara ASEAN lain. Turunnya nilai FDI ini seharusnya membawa dampak negatif pada hubungan kointegrasi antar negara ASEAN-5. Namun, hubungan kointegrasi saat krisis subprime mortgage malah mengalami penguatan. Dalam menganalisa hubungan kointegrasi dan kausalitas saat krisis diperlukan kehati-hatian. Hal ini harus dilakukan karena hubungan kointegrasi, yang ditandai oleh comovement, dapat disebabkan oleh adanya efek contagion dari krisis subprime mortgage. Hal ini didukung oleh penelitian Chunxiu dan Masih (2014) yang menemukan adanya transmisi volatilitas dan efek spillover yang signifikan yang menandai adanya contagion di ASEAN-5 akibat krisis subprime mortgage. Adanya efek contagion ini memunculkan adanya dugaan bahwa hubungan kointegrasi dan kausalitas selama krisis bukan disebabkan oleh adanya fundamental ekonomi melainkan dikarenakan kondisi psikologis investor. Adanya perubahan ekspektasi investor ASEAN-5 akibat krisis di Amerika Serikat membuat keadaan di pasar modal juga memburuk karena adanya self-fulfilling expectations. Hal ini yang menyebabkan peningkatan hubungan kointegrasi dan kausalitas pada saat krisis. Pada periode setelah krisis, ada peningkatan hubungan kointegrasi apabila dibandingkan dengan periode sebelum krisis. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh meningkatnya hubungan perdagangan intra-asean 5. Pada tahun 2010 total perdagangan intra-asean 5 mengalami peningkatan yang cukup tajam. Apabila dibandingkan dengan tahun 2006, terjadi peningkatan perdagangan 52,55% atau sebesar $156,7 milyar. Pengujian hubungan kointegrasi adalah untuk menguji hubungan jangka panjang, namun untuk melihat hubungan jangka pendek antar variabel dapat digunakan pengujian granger causality. Adanya hubungan kausalitas ini dipengaruhi oleh adanya hubungan perdagangan serta aliran investasi yang ada. Pada periode sebelum krisis, keterkaitan antara Filipina dan Indonesia didorong oleh adanya peningkatan hubungan perdagangan di antara kedua negara. Menurut Laporan Atase Perdagangan Indonesia, pada periode Januari- September 2007, total perdagangan antara Filipina dan Indonesia meningkat 27,51% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya menjadi US$ 1.262,58 juta. Di sisi lain, keterkaitan antara Filipina dengan Singapura tergambar dari hubungan perdagangan serta investasi yang ada. Singapura merupakan mitra perdagangan terbesar keempat dari Filipina dengan total nilai perdagangan $9.358 milyar pada tahun Di samping itu, net investment portfolio Singapura di Filipina pada tahun 2006 mencapai $132,4 juta, yang terbesar di antara negara-negara ASEAN. Hubungan kausalitas antara Filipina dan Thailand pada periode setelah krisis didorong oleh peningkatan perdagangan bilateral. Di antara tahun , perdagangan dengan Thailand mengalami peningkatan 60,5%, menjadikan keterkaitan antara Filipina dengan Thailand menjadi semakin tinggi. Di sisi lain, keterkaitan antara Indonesia dengan Singapura pada periode setelah krisis tergambar melalui investasi Singapura di Indonesia. Pada tahun 2013, penanaman modal Singapura di Indonesia adalah $4,856 milyar, yang terbesar di antara negara lain. Besarnya investasi ini menyebabkan Singapura rentan terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Perubahan hubungan kointegrasi serta kausalitas antara pasar modal ASEAN-5 tentu membawa dampak. Implikasi dari menguatnya hubungan kointegrasi di ASEAN-5 adalah investor yang memiliki portfolio investasi yang tersebar di negara ASEAN-5 tidak dapat memperoleh keuntungan

6 FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) diversifikasi jangka panjang secara maksimal. Hal ini sejalan dengan penelitian B.A. Karim dan Z.A. Karim (2011) serta Click dan Plummer (2005). Perubahan hubungan kausalitas juga patut mendapat perhatian dari investor. Dampak dari hubungan antar negara di ASEAN yang semakin dependen satu sama lain menyebabkan keadaan suatu negara semakin mudah mempengaruhi negara lain khususnya negara-negara yang memiliki hubungan kausalitas. Oleh karena itu, adanya peningkatan hubungan kointegrasi serta perubahan hubungan kausalitas ini dapat menjadi pertimbangan bagi investor sebelum menentukan portfolio investasinya. Di sisi lain, adanya penguatan kointegrasi di kawasan ASEAN (khususnya di ASEAN-5) ini mengindikasikan adanya penguatan hubungan interdependensi antar pasar modal. Interdependensi yang menguat ini diharapkan dapat memperkuat pertahananan struktur pasar modal regional terhadap efek contagion dari krisis ekonomi dan keuangan yang berasal dari luar ASEAN. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : 1. Tidak ada hubungan kointegrasi di antara pasar modal ASEAN-5 pada periode sebelum krisis subprime mortgage. 2. Ada hubungan kointegrasi di antara pasar modal ASEAN- 5 pada periode krisis subprime mortgage. Vektor kointegrasi yang ditemukan adalah 3 di mana hal ini merupakan peningkatan hubungan kointegrasi dibandingkan sebelum krisis. 3. Ada hubungan kointegrasi di antara pasar modal ASEAN- 5 pada periode setelah krisis subprime mortgage. Vektor kointegrasi yang ditemukan adalah 1 di mana terjadi penurunan hubungan kointegrasi dibandingkan periode krisis. Ada peningkatan hubungan kointegrasi dari periode sebelum krisis dan periode setelah krisis yang disebabkan oleh adanya krisis subprime mortgage. 4. Ada 2 hubungan kausalitas yang terjadi pada periode sebelum krisis. Hubungan yang terjadi yaitu antara PSEi yang mempengaruhi JKSE dan STI. Pada periode setelah krisis ditemukan 2 hubungan kausalitas, yaitu JKSE mempengaruhi STI dan PSEi yang mempengaruhi SET. Pada periode krisis, hubungan kointegrasi dan kausalitas mengalami peningkatan signifikan, di mana kointegrasi meningkat menjadi 3 vektor dan hubungan kausalitas yang ditemukan meningkat menjadi 7. Hal ini diindikasikan terjadi karena adanya efek contagion dari krisis subprime mortgage bukan oleh perubahan hubungan fundamental ekonomi. Saran : 1. Memasukkan variabel lain yang juga memiliki pengaruh pada pasar modal ASEAN seperti China dan Jepang yang merupakan beberapa partner perdagangan utama ASEAN, serta Amerika Serikat yang merupakan episentrum krisis subprime mortgage. 2. Meneliti kointegrasi bukan dari pasar modalnya saja, yang tercermin dari indeks, namun juga memperhatikan faktor perekonomian lain, seperti misalnya suku bunga dan nilai tukar mata uang. 3. Meneliti determinan dari hubungan kointegrasi pasar modal sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengetahui alasan adanya hubungan kointegrasi antar pasar modal. DAFTAR PUSTAKA ASEAN Stats. (2014, November 15). Intra-ASEAN FDI Flows. Retrieved from ASEAN Stats: a73d-be01bf4bb5e5&px_db=4- Foreign+Direct+Investments&px_type=PX&px_language=en&px _tableid=4-foreign+direct+investments%5cfdisp05-intra- ASEANFDIFlows(US%24millions)%2c px&layout=chartV Chen, W. Y., Leng, G. K., & Lian, K. K. (2003). Financial Crisis and Intertemporal Linkages across the ASEAN-5 Stock Markets. FEA Working Paper. No Chunxiu, M., & Masih, M. (2014). Contagion Effects of US Subprime Crisis on ASEAN-5 Stock Markets: Evidence from MGARCH-DCC Application. Munich Personal RePEc Archive Paper Click, R. W., & Plummer, M. G. (2005). Stock Market Integration in ASEAN after the Financial Crisis. Working Paper Series Vol Department of Statistics Singapore. (2014, November 27). Trade with Major Trading Partners. Retrieved from Department of Statistics Singapore: de/trade2013.html Engle, R. F., & Granger, C. W. (1987). Co-integration and Error Correction: Representation, Estimation, and Testing. Econometrica Vol. 55, Huyghebaert, N., & Wang, L. (2010). The Co-Movement of Stock Markets in East Asia: Did the Asian Financial Crisis Really Strengthen Stock Market Integration?. China Economic Review Volume Karim, B. A., & Karim, Z. A. (2012). Integration of ASEAN-5 Stock Markets : A Revisit. Asian Academy of Management Journal of Accounting and Finance Volume 8, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2007, September). Laporan Atase Perdagangan Indonesia-Filipina. Retrieved from Kementerian Perdagangan Republik Indonesia: Kuncoro, M. (2007). Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mansur, M. (2005). Pengaruh Indeks Bursa Global terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode Tahun Bandung: Universitas Padjajaran. Pengphis, C., Apilado, V. P., & Swanson, P. E. (2004). Effects of Economic Convergence on Stock Market Returns in Major EMU Member Countries. Review of Quantitative Finance and Accounting, Royfaizal, R. C., Lee, C., & Mohammed, A. (2007). Asean-5+3 And Us Stock Markets Interdependence Before, During And After Asian Financial Crisis. MPRA Paper Toda, H. Y., & Yamamoto, T. (1995). Statistical inference in vector autoregressions with possibly integrated processes. Journal of Econometrics Volume 66,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis integrasi pasar modal di negara-negara ASEAN-5, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand dalam mendukung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN.... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, hampir semua negara menaruh perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, hampir semua negara menaruh perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, hampir semua negara menaruh perhatian lebih terhadap pasar modal karena memiliki peranan penting pada perkembangan suatu negara.

Lebih terperinci

Analisis Kointegrasi dan Potensi Contagion Effect Antara Pasar Saham Negara Kawasan Eropa dan Indonesia A. PENDAHULUAN

Analisis Kointegrasi dan Potensi Contagion Effect Antara Pasar Saham Negara Kawasan Eropa dan Indonesia A. PENDAHULUAN Analisis Kointegrasi dan Potensi Contagion Effect Antara Pasar Saham Negara Kawasan Eropa dan Indonesia Yosi Iriantono P. P. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: yosiiriantono@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks bursa saham yang terdapat di beberapa negara yang berada di kawasan ASEAN, yaitu negara

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI PASAR MODAL KAWASAN REGIONAL ASEAN: IMPLIKASI DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO INTERNASIONAL

ANALISIS INTEGRASI PASAR MODAL KAWASAN REGIONAL ASEAN: IMPLIKASI DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO INTERNASIONAL ANALISIS INTEGRASI PASAR MODAL KAWASAN REGIONAL ASEAN: IMPLIKASI DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO INTERNASIONAL OLEH : HERANADYA DWI EVELLYNA 3103012242 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki awal abad 21 dunia ditandai dengan terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai belahan dunia. Proses integrasi ini penting dilakukan masing-masing kawasan

Lebih terperinci

UJI INTEGRASI DAN CONTAGION EFFECT PASAR MODAL PADA LIMA NEGARA ASEAN (RISET EMPIRIS PASCA TERJADINYA KRISIS SUBPRIME MORTGAGE DAN KRISIS YUNANI)

UJI INTEGRASI DAN CONTAGION EFFECT PASAR MODAL PADA LIMA NEGARA ASEAN (RISET EMPIRIS PASCA TERJADINYA KRISIS SUBPRIME MORTGAGE DAN KRISIS YUNANI) Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.20, No.2 Mei 2016, hlm. 252 262 Terakreditasi SK. No. 040/P/2014 http://jurkubank.wordpress.com UJI INTEGRASI DAN CONTAGION EFFECT PASAR MODAL PADA LIMA NEGARA ASEAN

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

PENGARUH PASAR SAHAM DUNIA TERHADAP PASAR SAHAM INDONESIA

PENGARUH PASAR SAHAM DUNIA TERHADAP PASAR SAHAM INDONESIA PENGARUH PASAR SAHAM DUNIA TERHADAP PASAR SAHAM INDONESIA Chandra Utama Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan chandradst@yahoo.com Abstrak Penelitian ini berusaha menemukan apakah ada keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu aset tertentu dan dalam jangka waktu tertentu yang akan memberikan imbal hasil di masa yang akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak memasuki memasuki era globalisasi, satu persatu negara di dunia mulai ikut dalam proses globalisasi. Kemajuan teknologi yang semakin canggih di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.8 Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.8 Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Maju atau tidaknya perekonomian suatu negara, dapat dilihat dari perkembangan pasar modal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Globalisasi yang tengah menjadi fenomena kehidupan masyarakat dunia, telah membawa dampak dan perubahan yang besar terhadap pola hubungan ekonomi antar negara. Perubahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Terdapat hubungan kausalitas secara Granger di antara pasar modal Amerika Serikat,

BAB V PENUTUP. 1. Terdapat hubungan kausalitas secara Granger di antara pasar modal Amerika Serikat, BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisa hasil pada bab sebelumnya, maka didapatkan beberapa kesimpulan berikut: 1. Terdapat hubungan kausalitas secara Granger di antara pasar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Objek Studi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite merupakan salah satu indeks pasar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di Amerika Serikat pada tahun 2001 sampai Skema ini memiliki target kaum

BAB 1 PENDAHULUAN. di Amerika Serikat pada tahun 2001 sampai Skema ini memiliki target kaum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skema Subprime Mortgage adalah skema penjualan rumah murah yang laku di Amerika Serikat pada tahun 2001 sampai 2005. Skema ini memiliki target kaum Subprime,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. yang berbeda. Sebuah studi menyatakan bahwa pada tahun 1990, hubungan antara

BAB I. Pendahuluan. yang berbeda. Sebuah studi menyatakan bahwa pada tahun 1990, hubungan antara BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Globalisasi telah menyebabkan terjadinya hubungan interdependen diantara pasar saham yang berada di seluruh dunia, perubahan yang terjadi di satu pasar modal dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Kesimpulan yang di dapatkan dari hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil dari tiga tahapan pengujian yang telah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), prosedur pembentukan model Vector Error Correction (VEC), dan aplikasi model Vector Error Correction (VEC) pada penutupan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER,

RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER, RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER, 2010. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah Dengan Indeks Saham di Bursa Efek Indonesia. Di bawah bimbingan NOER AZAM ACHSANI dan TRIAS ANDATI. Stabilitas terhadap nilai tukar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No ANALISIS KOINTEGRASI ANTARA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), DAN INDEKS HARGA PEDAGANG BESAR (IHPB) DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2007-2013 Oleh: Drs. Bonaraja Purba, M.Si*)

Lebih terperinci

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia semakin terintegrasi seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sektor keuangan. Interaksi kegiatan ekonomi sektor rill bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun sektor keuangan. Interaksi kegiatan ekonomi sektor rill bisa dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kegiatan ekonomi di dunia saat ini menjadi semakin berkait dan bergantung satu sama lain. Hampir tidak ada negara yang tidak mempunyai interaksi dengan dunia luar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meminimalisasi risiko sesuai dengan hasil dari perdagangan yang telah dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. meminimalisasi risiko sesuai dengan hasil dari perdagangan yang telah dilakukan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, dimana perdagangan instrumen keuangan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, setiap individu maupun kelompok dapat bertransaksi dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR. 2.1 Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR. 2.1 Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG Keterkaitan pasar modal Indonesia dengan pasar modal luar negeri dimulai setelah diperbolehkannya para investor untuk ikut menguasai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sumber Data Keselurahan data yang diterima sebelumnya belum mengindikasikan dinamika perubahan sehingga harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membuka gerbang untuk masuknya teknologi informasi dan komunikasi dari suatu negara ke negara lainnya. Dengan adanya globalisasi batasan geografis antar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. asosiatif kausal, Menurut Sugiyono (2007 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah

BAB III METODE PENELITIAN. asosiatif kausal, Menurut Sugiyono (2007 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal, Menurut Sugiyono (2007 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 sampai Januari 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 sampai Januari 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (Kurs),

Lebih terperinci

Endri. ABFI Institute Perbanas Jakarta Jl. Perbanas, Karet Kuningan, Setia Budi Jakarta, 12940

Endri. ABFI Institute Perbanas Jakarta Jl. Perbanas, Karet Kuningan, Setia Budi Jakarta, 12940 Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, No.2 Mei 2010, hal. 205 219 Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007 Endri ABFI Institute Perbanas Jakarta Jl. Perbanas, Karet Kuningan, Setia Budi Jakarta, 12940

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara, karena pasar modal merupakan lembaga intermediasi dana dari pihak yang kelebihan dana

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA KERTAS KERJA

GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA KERTAS KERJA GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA Oleh: Christopher Daniel NIM: 212011050 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Variabel independen DJIA, FTSE, N225, STI, dan HANGSENG tidak dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Variabel independen DJIA, FTSE, N225, STI, dan HANGSENG tidak dapat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel independen DJIA, FTSE,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal tidak hanya dimiliki oleh negara-negara industri, bahkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal tidak hanya dimiliki oleh negara-negara industri, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tidak hanya dimiliki oleh negara-negara industri, bahkan banyak Negara-negara yang sedang berkembang yang juga memiliki pasar modal. Hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses globalisasi. Begitu pula halnya dengan pasar modal Indonesia, melalui

BAB I PENDAHULUAN. proses globalisasi. Begitu pula halnya dengan pasar modal Indonesia, melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi kunci indikator ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Data 1. Analisis Bank Indonesia Rate Bank Indonesia rate atau yang disebut dengan suku bunga Bank Indonesia (BI) merupakan kebijakan moneter (keuangan) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 sampai 1998 lalu. Peristiwa ini telah membawa dampak yang merugikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

TRANSMISI HARGA PASAR GULA RAFINASI DI INDONESIA PENDAHULUAN

TRANSMISI HARGA PASAR GULA RAFINASI DI INDONESIA PENDAHULUAN P R O S I D I N G 217 TRANSMISI HARGA PASAR GULA RAFINASI DI INDONESIA Fitrotul Laili 1, Ratya Anindita 1, Budi Setiawan 1 1 Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email: laili.brawijaya.university@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

Integrasi Pasar Saham Indonesia, Jepang dan India Oleh: Musrizal, BA., MA*

Integrasi Pasar Saham Indonesia, Jepang dan India Oleh: Musrizal, BA., MA* LENTERA Vol. 13, No. 4. November 2013 Abstrak Integrasi Pasar Saham Indonesia, Jepang dan India Oleh: Musrizal, BA., MA* Penelitian ini menguji integrasi pasar saham Indonesia dengan Jepang dan India.

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis

Lebih terperinci

Integrasi Pasar Keuangan Pasca Krisis Finansial Global Pada Negara Indonesia, Cina dan India. Oleh : Anwar Puteh Dosen Fakultas Ekonomi Unimal

Integrasi Pasar Keuangan Pasca Krisis Finansial Global Pada Negara Indonesia, Cina dan India. Oleh : Anwar Puteh Dosen Fakultas Ekonomi Unimal Integrasi Pasar Keuangan Pasca Krisis Finansial Global Pada Negara Indonesia, Cina dan India Oleh : Anwar Puteh Dosen Fakultas Ekonomi Unimal abstract This study examines the integration of financial markets

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Seperti yang terjadi pada saat krisis keuangan Subprime Mortage yang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Seperti yang terjadi pada saat krisis keuangan Subprime Mortage yang 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bursa saham suatu negara dapat dianggap menjadi cerminan keadaan ekonomi dari negara tersebut. Semua faktor yang mempengaruhi perekonomian suatu negara

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Amerika Serikat yaitu subprime mortgage yang mengakibatkan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Amerika Serikat yaitu subprime mortgage yang mengakibatkan Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia di lima tahun terakhir ini dihadapkan pada satu babak baru yaitu runtuhnya stabilitas ekonomi global, krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan krisis Subprime Mortgage telah merontokkan Amerika, juga sebagian

BAB I PENDAHULUAN. dengan krisis Subprime Mortgage telah merontokkan Amerika, juga sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di pertengahan tahun 2007 hingga 2009 lalu perekonomian dunia, khususnya Amerika Serikat mengalami gejolak keuangan yang cukup serius. Banyak analis yang memperkirakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTEGRASI PASAR MODAL DI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTEGRASI PASAR MODAL DI INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTEGRASI PASAR MODAL DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusun Oleh: Kartika sari 115020401111003 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pasar modal dianggap sebagai sarana pembentuk modal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat Indonesia semakin rentan terhadap berbagai gejolak pada lingkungan eksternal, baik yang bersifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi

I. PENDAHULUAN. karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange)

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amerika Serikat memiliki salah satu pasar keuangan terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange) merupakan bursa terbesar

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Software Eviews Versi 4.1 dan Microsoft Office Excel Gambar 2 Plot IHSG. kointegrasi lebih besar dari nol maka model yang digunakan adalah VECM (Enders, 1995). 4. Analisis model VAR, VARD atau VECM. 5. Interpretasi terhadap model. 6. Uji kelayakan model. 7. Pengkajian fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan kemampuan atau sumber daya yang terbatas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013)

FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 136-140 136 Analisa Hubungan Indeks Saham antar Negara G20 dan Pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Andrew Hartanto Program Studi Manajemen, Program Manajemen Keuangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

BAB I PENDAHULUAN. komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu selalu dihadapkan dalam beberapa pilihan dalam hidupnya, misalnya saja pilihan dalam menentukan proporsi dana dan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi

Lebih terperinci