ANALISIS DETERMINAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA TESIS. Oleh KHAIRANI SIREGAR /EP
|
|
- Widya Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS DETERMINAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA TESIS Oleh KHAIRANI SIREGAR /EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
2 ANALISIS DETERMINAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh KHAIRANI SIREGAR /EP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
3 Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA Nama Mahasiswa : Khairani Siregar Nomor Pokok : Program Studi : Ekonomi Pembangunan Menyetujui Komisi Pembimbing (Dr. Dede Ruslan, M.Si) Ketua (Kasyiful Mahalli, S.E., M.Si) Anggota Ketua Program Studi Direktur (Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc) Tanggal lulus: 24 Pebruari 2009
4 Telah diuji pada Tanggal: 24 Pebruari 2009 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota : Dr. Dede Ruslan, M.Si. : 1. Kasyful Mahalli, S.E., M.Si. 2. Dr. Murni Daulay, M.Si. 3. Dr. Rahmanta, M.Si. 4. Drs. Rujiman, M.A
5 ABSTRAK Keputusan masyarakat dalam berkonsumsi sangat mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Konsumsi masyarakat di Indonesia memberikan kontribusi terbesar dalam pemasukan pendapatan nasional dan mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Konsumsi Masyarakat sebagai variabel terikat dan Pendapatan Nasional, Uang Kuasi, Suku Bunga Deposito serta Inflasi sebagai variabel bebas. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Bank Indonesia yaitu data triwulanan yang dimulai dari triwulan I tahun 2000 sampai dengan triwulan II tahun Untuk analisis data digunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan model estimasi regresi linear berganda yang didasarkan atas hasil pengolahan data dengan menggunakan bantuan software Eviews 5.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Nasional, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Konsumsi Masyarakat di Indonesia, sedangkan variabel Uang Kuasi memiliki multikolinearitas yang tinggi dengan variabel Pendapatan Nasional sehingga tidak diikutsertakan ke dalam model penelitian. Kata Kunci : Konsumsi, Pendapatan Nasional, Uang Kuasi, Suku Bunga, Inflasi.
6 ABSTRACT Private decision in consumption is the most influencing to all of economic behavior in the long run and in the short run. Private consumption give the biggest contribution in national income and also impact in determine fluctuating of economic activity from one time to another time. This research have goal to know and to analyze determinants of private consumption in Indonesia. Variable used in this research are private consumption such as dependent variable, national income, quasi money, interest rate of time deposit, and inflation as independent variable. Data used is secondary data based on Bank Indonesia, that is quarterly data begin from 2000 : : 02. To analyze data is using OLS Method (Ordinary Least Square) with double linear regression estimate based on result of processing data using software Eviews5.1. The result show that variable of national income, interest rate of time deposit and inflation have significant effect to private consumption in Indonesia, and quasi money variable have high multicollinearity with national income variable, so do not attached in to research model. Keyword : Consumption, National Income, Quasi Money, Interest Rate, Inflation.
7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Analisis Determinan Konsumsi Masyarakat di Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak tidak mungkin tesis ini dapat terselesaikan, untuk itu perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana, Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE dan Dr. M. Pandapotan Nasution, MS selaku Wakil Direktur I dan Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas arahan dan bimbingannya kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan. 4. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. dan Bapak Kasyful Mahalli, S.E.,Msi. selaku pembimbing yang telah memberikan banyak perhatian, bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini. 5. Seluruh dosen dan Guru Besar serta seluruh Staf Administrasi pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana USU. 6. Sembah sujud penulis kepada Ayahanda tercinta Almarhum Dahroem Siregar, dan Ibunda tercinta Almarhumah R. Hanimah Dalimunte, yang telah memberikan pengorbanan dan kasih sayang yang tiada terhingga selama hidupnya. Doa dan kasih sayang penulis selalu untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta. 7. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu Mertua, H. Achmad Dairobbi Sagala dan Hj. Hasnah Lubis atas dorongan semangat dan doanya.
8 8. Khusus bagi suami tercinta, Hazanoel Arifin Dairobbi Sagala yang tetap memberikan doa, dukungan semangat dan perhatian bagi penulis dalam menyelesaikan studi ini. 9. Kepada Saudara saudaraku tersayang, abang, kakak, dan adik-adik yang telah banyak membantu dan menguatkan penulis untuk menyelesaikan studi ini. Buat kemanakanku tercinta, semoga termotivasi. 10. Rekan-rekan angkatan 12 di Program Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, khususnya rekan Peggy Chrisanty dan Nancy Nopeline yang telah memberikan semangat dan tetap saling menguatkan selama mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tesis ini. 11. Rekan-rekan kerja di Bidang Pengurangan, Keberatan, dan Banding Kanwil DJP Sumatera Utara I yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan studi ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan mohon maaf atas segala kekurangan. Terima kasih. Medan, 24 Pebruari 2009 Penulis Khairani Siregar
9 RIWAYAT HIDUP 1. Nama : Khairani Siregar 2. Agama : Islam 3. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/17 Maret Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 5. Nama Ayah : Dahroem Siregar (Alm) Nama Ibu : R. Hanimah Dalimunte (Alm) 6. Nama Suami : Hazanoel Arifin Dairobbi Sagala 7. Pendidikan : a. SD Mandala Medan, lulus tahun 1979 b. SMP Negeri 15 Medan, lulus tahun 1982 c. SMA Negeri 7 Medan, lulus tahun 1985 d. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi USU Medan, lulus tahun 1993 e. Sekolah Pascasarjana USU Program Magister Ekonomi Pembangunan, lulus tahun 2009
10 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vi viii ix x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Landasan Teori Teori Konsumsi Fungsi Konsumsi Determinan Konsumsi Model Variabel Penelitian Penelitian Terdahulu Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian... 43
11 BAB III METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Jenis dan Sumber Data Model Estimasi Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian Analisis Data Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit) Uji Penyimpangan Asumsi Klasik. 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Statistik Deskriftif Model Etimasi Pengujian Masalah dalam Regresi Linear Klasik Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit) Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 76
12 DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman 4.1. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia Kuartal Tahun 2000 s/d Kuartal II Tahun Perkembangan Pendapatan Nasional Indonesia Kuartal I Tahun 2000 s/d kuartal II Tahun Perkembangan Uang Kuasi Kuartal I Tahun 2000 s/d Kuartal II Tahun 2008) Perkembangan Suku Bunga Deposito Kuartal I Tahun 2000 s/d Kuartal II tahun Perkembangan Tingkat Inflasi Kuartal I Tahun 2000 s/d Kuartal II Tahun Matriks Korelasi Matriks Korelasi Hasil Uji Autokorelasi Hasil Uji t 67
13 DAFTAR GAMBAR No. Judul Halaman 1.1. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia Kuartal I Tahun 2000 sampai dengan Kuartal II Tahun Fungsi Konsumsi Keynes Teori Konsumsi dengan Permanent Income Hypothesis Teori Konsumsi dengan Life Cycle Hypothesis Teori Konsumsi dengan Hypothesis Pendapatan Relatif Kerangka Konseptual Grafik Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Kuartal I Tahun 2000 s/d Kuartal II Tahun Grafik Pertumbuhan Pendapatan Nasional Indonesia Kuartal I Tahun 2000 s/d Kuartal II Tahun Grafik Pertumbuhan Uang Kuasi Kuartal I Tahun 2000 s/d Kuartal II Tahun Grafik Pertumbuhan Suku Bunga Deposito Kuartal I Tahun 2000 s/d Kuartal II Tahun Grafik Pertumbuhan Tingkat Inflasi Kuartal I Tahun 2000 s/d Kuartal II Tahun
14 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Tabulasi Data Penelitian Output Eviews Output Eviews Statistik Deskriftif Struktur PDB Tahun (Harga Konstan 2000)... 85
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang selalu berhubungan dengan konsumsi, apakah itu untuk memenuhi kebutuhan akan makan, pakaian, hiburan atau untuk kebutuhan yang lain. Pengeluaran masyarakat untuk makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya tersebut dinamakan dengan pembelanjaan atau konsumsi. Pengeluaran konsumsi melekat pada setiap orang mulai dari lahir sampai dengan akhir hidupnya, artinya setiap orang sepanjang hidupnya melakukan kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Berbagai jenis barang dan jasa diproduksi dan ditawarkan kepada masyarakat untuk digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Munculnya kegiatan produksi disebabkan karena adanya kegiatan konsumsi. Sebaliknya, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi. Karenanya, keputusan rumah tangga dalam berkonsumsi sangat mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia per triwulan dari triwulan I tahun 2000 sampai dengan triwulan II tahun 2008 dapat dilihat pada grafik berikut :
16 Konsumsi Rumah Tangga (Trilyun) Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q4 Q3 Q Kuartal / Tahun Sumber : Bank Indonesia, tahun (data diolah) Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia Kuartal I Tahun 2000 sampai dengan Kuartal II Tahun 2008 Gambar 1.1. di atas menunjukkan konsumsi masyarakat di Indonesia yang diproxy melalui konsumsi rumah tangga sepanjang kuartal I tahun 2000 hingga kuartal II tahun Dari grafik terlihat bahwa konsumsi dari kuartal I tahun 2000 sampai dengan kuartal IV 2002 menunjukkan kecenderungan peningkatan yang relatif stabil dengan trend yang meningkat. Namun demikian, jika diamati data konsumsi rumah tangga secara triwulanan, akan terlihat bahwa peningkatan tersebut berfluktuatif naik dan turun dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi berkisar 1,01%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun 2000 dan triwulan II tahun 2003 dengan masing-masing tingkat pertumbuhan sebesar 2,15% dan 2,55% dibanding triwulan sebelumnya, sedangkan penurunan terendah terjadi pada triwulan IV tahun 2003 yaitu sebesar -1,51% dibanding triwulan sebelumnya. Adanya fluktuasi konsumsi masyarakat tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor
17 yang menggerakkan perubahan konsumsi masyarakat yang disebut juga dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Ketika konsumsi masyarakat menunjukkan peningkatan, seperti yang terjadi pada triwulan IV tahun 2000, kondisi perekonomian pada triwulan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa terjadi peningkatan Pendapatan Nasional pada triwulan ini sebesar 10,88% dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat itu dipengaruhi daya beli (pendapatan masyarakat) yang menunjukkan peningkatan terutama yang terkait dengan pendapatan yang dapat dibelanjakan. Meningkatnya pendapatan memberi kemungkinan bagi masyarakat untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk disimpan sebagai kekayaan di masa tua dalam bentuk tabungan atau deposito (uang kuasi). Dalam perbandingan relatif terhadap pendapatan nasional, jika proporsi pengeluaran konsumsi masyarakat makin lama makin meningkat maka terdapat kecenderungan proporsi uang kuasi mengalami penurunan karena digunakan untuk memenuhi keperluan akan konsumsi. Meskipun juga terjadi kenaikan uang kuasi dalam periode yang sama, tetapi persentase kenaikannya lebih kecil dibanding persentase kenaikan konsumsi. Demikian juga sebaliknya, jika proporsi pengeluaran konsumsi masyarakat mengalami penurunan maka terdapat kecenderungan proporsi uang kuasi mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara konsumsi dengan jumlah uang kuasi.
18 Berdasarkan data dari Bank Indonesia selama kurun waktu triwulan I sampai dengan triwulan II , tingkat suku bunga berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Penurunan suku bunga mempengaruhi peningkatan jumlah uang yang beredar di masyarakat sehingga memberi pengaruh terhadap peningkatan pembelanjaan atau konsumsi. Tingkat bunga dapat dipandang sebagai pendapatan yang dapat diperoleh dari melakukan tabungan. Orang akan membuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bunga tinggi karena lebih banyak pendapatan bunga yang akan diperoleh. Sebaliknya, pada tingkat bunga yang rendah orang tidak begitu suka membuat tabungan di bank karena mereka merasa lebih baik melakukan pembelanjaan konsumsi dari pada menabung. Perubahan tingkat bunga mempunyai dua efek yaitu efek subsitusi (Substitution Effect) dan efek pendapatan (Income effect). Efek subsitusi bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung menurunkan pengeluaran konsumsi dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga adalah meningkatnya pengeluaran konsumsi dan mengurangi tabungan. Efek totalnya tergantung dari mana efek yang lebih kuat (dominan). Jadi, secara teoritis tidaklah mudah membuktikan kenaikan tingkat bunga menyebabkan seseorang melakukan konsumsi lebih banyak atau lebih sedikit. Perubahan tingkat bunga juga dapat mempengaruhi tingkat inflasi melalui jumlah uang yang beredar. Jika tingkat bunga mengalami penurunan maka terdapat kecenderungan peningkatan jumlah uang beredar, permintaan akan barang dan jasa meningkat sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Apabila inflasi
19 semakin meningkat maka daya beli masyarakat mengalami penurunan sehingga masyarakat akan menyesuaikan tingkat pendapatannya dengan mengurangi konsumsi. Artinya patut diduga bahwa hubungan antara konsumsi masyarakat dengan inflasi mempunyai korelasi yang negatif. Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor pendapatan, kekayaan, tingkat suku bunga serta inflasi. Hal ini didukung oleh teori yang telah dikembangkan oleh para ahli ekonomi. Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya. Mankiw (2003) menyebutkan Fungsi dasar konsumsi C = f (Y) atau konsumsi merupakan fungsi pendapatan disposable; Samuelson (1999) menyebutkan bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposibel sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang Pendekatan pendapatan permanen (PIH) dan pendekatan daur hidup (LIH) mengasumsikan bahwa rumah tangga membagi konsumsinya antara masa sekarang dan masa yang akan datang berdasarkan perkiraan kemampuan konsumsi dalam jangka panjang. Rumah tangga mencoba untuk melancarkan konsumsi mereka dengan menyimpan sebagian pendapatannya untuk masa pensiun. Selain itu rumah tangga memilih tingkat konsumsinya berdasarkan atas kekayaan yang dimiliki (kekayaan nyata dan kekayaan keuangan). Singh (2004) menyebutkan C t = f(y t, W t,
20 Z), Dimana : C t = Konsumsi; Y t = Pendapatan disposibel nasional; W t = Kekayaan dan Z t = Determinan lain. Selanjutnya Singh menggunakan uang kuasi dalam memproksi kekayaan (W t ), sehingga dalam penelitian ini kekayaan juga diproxy melalui jumlah uang kuasi. Keynes membedakan permintaan uang menurut motivasi masyarakat untuk memegang uang menjadi tiga yaitu untuk berjaga-jaga, transaksi dan motif spekulasi, yakni mencari uang dari perbedaan tingkat bunga. Konsumsi mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat tabungan, tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau dibelanjakan. Suku bunga mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat melalui tabungan. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar pula jumlah uang yang ditabung sehingga semakin kecil uang yang dibelanjakan untuk konsumsi. Sebaliknya semakin rendah tingkat bunga, maka jumlah uang yang ditabung semakin rendah yang berarti semakin besar uang digunakan untuk konsumsi. Jadi hubungan antara konsumsi dan suku bunga mempunyai arah yang bertentangan, dimana suku bunga yang meningkat akan mengurangi pola konsumsi masyarakat (Sukirno, 2001). Guritno (1998) mengatakan inflasi sebagai fenomena ekonomi yang terutama terjadi di Negara-negara berkembang seperti Indonesia sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian. Tingkat inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum yang menyebabkan terjadinya efek substitusi. Konsumen akan mengurangi pembelian terhadap barang-barang yang harganya relatif mahal dan menambah pengeluaran konsumsi terhadap barang-barang yang harganya relatif murah. Kenaikan tingkat
21 harga umum tidaklah berarti bahwa kenaikan harga barang terjadi secara proporsional. Hal ini mendorong konsumen untuk mengalihkan konsumsinya dari barang yang satu ke barang lainnya. Inflasi yang tinggi akan melemahkan daya beli masyarakat terutama terhadap produksi dalam negeri yang selanjutnya akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang nasional. Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Di kebanyakaan negara, pengeluaran konsumsi sekitar persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Atas dasar kondisi tersebut, penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat menjadi penting untuk dilakukan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Berapa besar pengaruh pendapatan nasional riil terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia? 2. Berapa besar pengaruh uang kuasi terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia?
22 3. Berapa besar pengaruh suku bunga deposito terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia? 4. Berapa besar pengaruh tingkat inflasi terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendapatan nasional riil terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh uang kuasi terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh suku bunga deposito terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua yang berkepentingan, terutama kepada peneliti, Pemerintah Indonesia, dan peneliti peneliti lainnya, yaitu :
23 1. Sebagai wadah dalam menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi, khususnya hal yang berkaitan dengan faktor faktor yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat di Indonesia. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan pola konsumsi masyarakat. 3. Sebagai bahan referensi didalam melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pola konsumsi masyarakat dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori Teori Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004) Teori Konsumsi John Maynard Keynes Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal merupakan rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.
25 Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini, persamaan konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003) : C = a + by, a > 0, 0 < b < 1... (2.1) Keterangan : C = konsumsi Y = pendapatan disposebel a = konstanta b = kecenderungan mengkonsumsi marginal
26 Secara grafis, fungsi konsumsi Keynes digambarkan sebagai berikut : Konsumsi Y = C C C 0 0 Pendapatan Gambar 2.1. Fungsi Konsumsi Keynes Menurut Reksoprayitno (2000) ada beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes : 1. Fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. 2. Pendapatan yang terjadi, merupakan pendapatan nasional yang dapat menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi yaitu pendapatan nasional yang terjadi atau current national income. 3. Dalam fungsi konsumsi Keynes, pendapatan nasional diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut. 4. Fungsi konsumsi berbentuk lengkung.
27 Pada gambar 2.1. terlihat bahwa fungsi konsumsi Keynes tidak melalui titik 0, tetapi melalui sumbu vertikal pada nilai positif (Co). Konsekwensi fungsi konsumsi ini, dengan meningkatnya pendapatan nasional akan memberikan dampak terhadap penurunan hasrat konsumsi rata-rata atau APC. Jika APC akan mengalami penurunan dengan terjadinya peningkatan pendapatan nasional, dalam fungsi konsumsi Keynes akan terlihat pertama, peningkatan pendapatan masih diikuti dengan peningkatan konsumsi, kedua, pada saat garis konsumsi C memotong garis OY maka peningkatan pendapatan diiringi dengan penurunan konsumsi atau APC Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Milton Friedman) Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanent adalah : 1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. 2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya (Guritno, 1998).
28 Friedman menganggap tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi (Suparmoko, 2001). Consumption of first period C1 A Budget line Y 2 t+ i 2 Y 1 D E H I J J 2 J 3 C 1 J 1 Y 2 C 2 F G Y 1 (t+i) B Consumption of second period C2 Gambar 2.2. Teori Konsumsi dengan Permanent Income Hypothesis
29 Gambar 2.2. menunjukkan gambar indeference curve dan budget line. Konsumen ingin memperoleh kepuasan yang maksimum dengan mengkonsumsi barang sesuai dengan anggarannya. Kepuasan maksimum akan tercapai saat kemiringan kurva indeferent (slope indifferent curve) sama dengan budget line. Dalam teori perilaku konsumen, indefferent curve menggambarkan dua barang yang dikonsumsi, dalam teori Permanent Income Hypotesis dua barang yang dikonsumsi tersebut ditukar dengan konsumsi pada periode pertama dan konsumsi pada periode kedua. Budget line diumpamakan sebagai garis pendapatan. Ada tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu pendapatan pada periode pertama, pendapatan pada periode kedua dan tingkat bunga. Pada gambar 2.2. dapat dilihat bahwa : 1. OA = OB = Jumlah total pendapatan untuk periode satu dan periode kedua 2. OD = Pendapatan periode pertama 3. AD = Pendapatan periode kedua yang didiscount 4. OF = Pendapatan periode kedua 5. FB = Pendapatan periode pertama yang ditambah bunga (i). 6. Pada saat pendapatan periode pertama Y1, konsumen mengkonsumsi barang pada periode satu sebesar C1. Sisanya DE disimpan. Pada periode kedua, ketika pendapatan hanya mencapai Y2, agar kepuasan maksimum, ia akan mengkonsumsi sebesar C2. 7. Pada saat itu C2 > Y2, hal ini dapat terjadi karena konsumen menggunakan saving pada periode pertama sebesar FG FG = DE + bunga. Jadi sekarang konsumen mencapai kepuasan yang maksimum selama dua periode, pertama
30 ia mengkonsumsi sebesar C1 dan pada periode kedua mengkonsumsi sebesar C2. 8. Dengan kata lain, hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi lebih pada Expected Normal Income (rata-rata pendapatan normal) yang disebut sebagai permanent income Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya. Karena orang cenderung menerima penghasilan/pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving), orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah. Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena
31 peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak hanya orang yang sudah pension saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain (Suparmoko, 2001). Gambar 2.3. Teori Konsumsi dengan Life Cycle Hypothesis
32 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu: 1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. 2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan (Guritno, 1998).
33 Gambar 2.4. Teori Konsumsi Dengan Hipothesis Pendapatan Relatif Duessenbery dalam teorinya menemukan bahwa persentase dari konsumsi dan pendapatan akan cenderung kecil pada saat perekonomian baik, dan cenderung tinggi pada saat ekonomi dalam keadaan buruk. Ketika terjadi perubahan pada penghasilan, maka konsumsi tidak langsung meningkat, karena terjadi pengaruh konsumsi periode yang lalu yang lebih kecil. Demikian pula, ketika pendapatan turun, maka konsumsi tidak akan turun secara tajam karena terbiasa dengan hidup senang, yang terjadi adalah persentase dari konsumsi dan pendapatannya menjadi semakin besar. Hal ini dapat dijelaskan melalui gambar 2.4. sebagai berikut : 1) Ketika pendapatan turun Y = OYo, konsumsi tidak turun langsung ke titik a, tetapi masih tetap berkonsumsi di sepanjang kurva C. Konsumsinya terletak di titik f (Jk Pendek), namun dalam jangka panjang turun ke titik a.
34 2) Ketika pendapatan turun, terjadi pemanfaatan saving sebesar af untuk tetap dapat mengkonsumsi yang besar. Proporsi tabungan menurun. Seharusnya proporsinya adalah ga/gyo, karena dimanfatkan untuk menutupi konsumsi sehingga hanya mencapai gf/gyo. 3) Sebaliknya, apabila terjadi peningkatan pendapatan menjadi OY2, konsumsi tidak langsung naik pada garis C2 (Titik i), tetapi tetap di garis C1 (Titik e), baru setelah jangka panjang bergeser ke titik i. 4) Dalam jangka pendek terjadi peningkatan proporsi tabungan, yang seharusnya adalah ji/jy2, namun dalam jangka pendek sebesar je/jy2. 5) Kejadian ini disebut dengan Ratchet Effect, yaitu penurunan atau kenaikan pendapatan tidak secara langsung menurunkan/menaikkan konsumsi dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang terjadi. 6) Dari hasil penelitiannya, Duessenbery membuat kesimpulan : 1. Konsumsi seseorang akan tergantung dari penghasilan saat ini dan penghasilan tertinggi tahun sebelumnya (Ratchet Effect) 2. Perilaku konsumsi seseorang akan tergantung pula dengan perilaku konsumsi lingkungannya (Demonstration Effect) Fungsi Konsumsi Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan dalam buku-buku makro ekonomi adalah fungsi konsumsi Keynesian, yaitu : C = f (Y)... (2.2)
35 Atau, C = f (Y-T)...(2.3) Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposible income. Hubungan antara konsumsi dan disposible income disebut consumption function (Mankiw, 2003). Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya. Secara lebih spesifik, Keynes memasukkan komponen marginal propensity to consume (MPC) ke dalam persamaan konsumsinya seperti yang telah diuraikan pada persamaan (2.1) sebelumnya. Teori daur hidup (life-cycle) yang terutama dikembangkan oleh Franco Modigliani, melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan dipandang sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup adalah : C = awr + cyl...(2.4) dimana WR merupakan kekayaan riel, a adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, YL merupakan pendapatan tenaga kerja dan c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja. Milton Friedman dengan teori pendapatan permanennya mengemukakan bahwa orang menyesuaikan perilaku konsumsi mereka dengan kesempatan konsumsi
36 permanen atau jangka panjang, dan bukan dengan tingkat pendapatan mereka yang sekarang (Dornbusch and Fisher, 2004). Dalam bentuk yang paling sederhana, hipotesis pendapatan permanen dari perilaku konsumsi berpendapat bahwa konsumsi itu adalah proporsional terhadap pendapatan permanen, yaitu : C = cyp...(2.5) dimana YP merupakan pendapatan (disposibel) permanen. Dari persamaan (2.4), konsumsi bervariasi menurut proporsi yang sama dengan pendapatan permanen. Kenaikan 5% dalam pendapatan permanen akan menaikkan konsumsi sebesar 5%. Lebih jauh hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi pada Expected Normal Income (ratarata pendapatan normal. Bentuk lain fungsi konsumsinya adalah : C = f (YP,i)...(2.6) dimana YP adalah permanen income dan i adalah real interest rate. Berbagai teori modern tentang konsumsi lebih jauh mengkombinasikan pembentukan ekspektasi melalui pendekatan pendapatan permanen dan pendekatan daur hidup yang menggunakan variabel kekayaan dan demografis (Dornbusch and Fisher, 2004). Suatu fungsi konsumsi modern yang disederhanakan akan menjadi : C = awr + bθyd + b(1 θ) YD -1...(2.7) dimana WR adalah kekayaan riel, YD adalah pendapatan disposibel tahun ini, YD -1 adalah pendapatan disposibel tahun lalu. Persamaan (2.7) memperlihatkan peranan kekayaan yang mempunyai pengaruh penting terhadap pengeluaran konsumsi.
37 Konsumsi adakalanya tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini terjadi karena keterbatasan anggaran. Fisher mencoba membuat persamaan yang menganalisis tentang batas anggaran untuk kkonsumsi pada dua periode, yaitu : pada periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi : S = Y 1 C 1... (2.8) Dalam periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan (termasuk bunga tabungan) ditambah pendapatan periode kedua, yaitu : C 2 = (1 + r)s + Y 2...(2.9) Dimana r adalah tingkat bunga riel, variabel S menunjukkan tabungan atau pinjaman dan persamaan ini berlaku dalam kedua kasus. Jika konsumsi pada periode pertama kurang dari pendapatan periode pertama, berarti konsumen menabung dan S lebih besar dari nol. Jika konsumsi periode pertama melebihi pendapatan periode pertama, konsumen meminjam dan S kurang dari nol. Untuk menderivasi batas anggaran konsumen, maka kombinasi persamaan (2.8) dan persamaan (2,9) menghasilkan persamaan : C 2 = (1 + r) (Y 1 C 1 ) + Y 2...(2.10) Persamaan ini menghubungkan konsumsi selama dua periode dengan pendapatan dalam dua periode. Sukirno (2001) dalam buku makro ekonomi-nya membuat suatu definisi tentang fungsi konsumsi yang menyatakan bahwa fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga
38 dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : C = a + by...(2.11) Dimana : a : konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b : kecondongan konsumsi marginal, C : tingkat konsumsi dan Y : tingkat pendapatan nasional. Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan konsumsi yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi rata- rata. Kencondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPC =.. (2.12) Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumsi tersebut dilakukan (Yd).
39 Determinan Konsumsi Banyak ahli yang telah menguraikan pendapatnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dan faktorfaktor yang mempengaruhi konsumsi tersebut telah dijabarkan ke dalam suatu fungsi konsumsi yang terangkum dalam persamaan (2.1) sampai dengan (2.11) tersebut di atas. Begitu pentingnya bahasan tentang konsumsi sehingga banyak ahli lainnya yang turut membahas tentang determinan konsumsi. Misalnya, Spencer (1977), menurutnya, faktor-faktor yamg mempengaruhi konsumsi diantaranya adalah pendapatan disposible yang merupakan faktor utama, banyaknya anggota keluarga, usia anggota keluarga, pendapatan yang teradahulu dan pengharapan akan pendapatan dimasa yang akan datang. Menurut Samuelson (1999) bahwa faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposibel sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi dimasa yang akan datang. Sukirno (2001), selanjutnya menyebutkan bahwa disamping faktor-faktor pendapatan rumah tangga, kekayaan dan pajak pemerintah, konsumsi rumah tangga juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : 1. Ekspektasi, mengenai keadaan di amsa yang akan datang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga pada masa kini. Keyakinan bahwa
40 pada masa yang akan datang mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsinya di masa sekarang. 2. Jumlah penduduk, dalam analisis mengenai pembelanjaan agregat yang diperhatikan adalah konsumsi penduduk negara. Oleh sebab itu tingkat konsumsi bukan saja bergantung pada tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang tetapi juga yang diterima penduduk secara keseluruhan. 3. Tingkat harga, dalam analisis Keynesian sederhana dimisalkan bahwa tingkat harga adalah tetap, maka setiap kenaikan pendapatan berarti terjadi kenaikan pendapatan riel. Dalam keadaan yang demikian, apabila pendapatan meningkat 100 persen dan MPC sebesar 0,80 atau 80% dari kenaikan pendapatan itu akan dikonsumsikan, maka hal ini akan menunjukkan terjadi kenaikan konsumsi yang sebenarnya. Parkin (1993) sependapat dengan teori ahli-ahli lainnya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin yang paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya dua, yaitu : pendapatan disposibel (disposible income) dan pengharapan terhadap pendapatan dimasa yang akan datang (expected future income). Nicholson (1991) menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi ini
41 menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan Hukum Engel (Engel s Law). Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposibel yang berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan, dengan naiknya tingkat pendapatan maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan. Sementara persentase yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin bertambah. Godam (2007) menyebutkan terdapat 3 penyebab perubahan konsumsi, yaitu : 1. Penyebab Faktor Ekonomi a. Pendapatan Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang yang tadinya makan nasi aking ketika mendapat pekerjaan yang menghasilkan gaji yang besar akan meninggalkan nasi aking menjadi nasi beras rajalele. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik. b. Kekayaan Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contohnya seperti seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak
42 uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karena punya banyak pemasukan dari hartanya. c. Tingkat Bunga Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang. d. Perkiraan Masa Depan Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya. 2. Penyebab Faktor Demografi a. Komposisi Penduduk Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi. b. Jumlah Penduduk
43 Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula. 3. Penyebab / Faktor Lain a. Kebiasaan Adat Sosial Budaya Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar. b. Gaya Hidup Seseorang Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran konsumsi yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun lembaga keuangan bank (kredit). Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain hal di atas antara lain : a. Selera Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak dari pada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift).
44 b. Faktor sosial ekonomi Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga. Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok tua. Demikian juga dengan pendapatan yang disisihkan (tabung) pada kelompok umur tua adalah rendah. Hal ini berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi relatif tinggi pada kelompok muda dan tua, tetapi rendah pada umur pertengahan. Dengan adanya perbedaan proporsi pendapatan untuk konsumsi diantara kelompok umur, maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat. c. Kekayaan Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam hipotesis pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih (net worth) dari suatu kekayaan merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi. d. Keuntungan / Kerugian Capital
45 Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. e. Tingkat harga Naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proporsi yang sama tidak akan mengubah konsumsi riil. Bila seseorang tidak mengubah konsumsi riilnya walaupun ada kenaikan pendapatan nominal dan tingkat harga secara proposional, maka ia dinamakan bebas dari ilusi uang (money illusion) seperti halnya pendapat ekonomi kasik. Sebaliknya bila mereka mengubah konsumsi riilnya maka dikatakan mengalami ilusi uang seperti yang dikemukakan Keynes. f. Barang tahan lama Barang tahan lama adalah barang yang dapat dinikmati sampai pada masa yang akan datang (biasanya lebih dari satu tahun). Adanya barang tahan lama ini menyebabkan timbulnya fluktuasi pengeluaran konsumsi. Seseorang yang memiliki banyak barang tahan lama, seperti lemari es, perabotan, mobil, sepeda motor, tidak membelinya lagi dalam waktu dekat. Akibatnya pengeluaran konsumsi untuk jenis barang seperti ini cenderung menurun pada masa (tahun) yang akan datang.
46 Pengeluaran konsumsi untuk jenis barang ini menjadi berfluktuasi sepanjang waktu, sehingga pada periode tersebut pengeluaran konsumsi secara keseluruhan juga berfluktuasi. g. Kredit Kredit yang diberikan oleh sektor perbankan sangat erat hubungannya dengan pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga. Adanya kredit menyebabkan rumah tangga dapat membeli barang pada waktu sekarang dan pembayarannya dilakukan di kemudian hari. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa adanya fasilitas kredit menyebabkan rumah tangga akan melakukan konsumsi yang lebih banyak, karena apa yang mereka beli sekarang harus dibayar dengan penghasilan yang akan datang. Konsumen akan memperhitungkan beberapa hal dalam melakukan pembayaran dengan cara kredit, misalnya tingkat bunga, uang muka dan waktu pelunasannya. Tingkat bunga tidak merupakan faktor dominan dalam memutuskan pembelian dengan cara kredit, sebagaimana faktor-faktor yang lain seperti uang muka dan waktu pelunasan. Kenaikan uang muka akan menurunkan jumlah uang yang harus dibayar secara kredit. Sedangkan semakin panjang waktu pelunasan akan meningkatkan jumlah uang yang harus dibayar dengan kredit (Suparmoko, 2001).
47 Model Variabel Penelitian Fungsi konsumsi Keynes pada persamaan (2.2) menyatakan bahwa konsumsi merupakan fungsi pendapatan atau dinyatakan sebagai C = f (Y), artinya pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung dengan tingkat pendapatannya Teori daur hidup (life-cycle) dikembangkan oleh Franco Modigliani, melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan dipandang sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup pada persamaan (2.4) adalah : C = awr + cyl, dimana WR merupakan kekayaan riel, a adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, YL merupakan pendapatan tenaga kerja dan c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja. Milton Friedman dengan teori pendapatan permanennya mengemukakan bahwa orang menyesuaikan perilaku konsumsi mereka dengan kesempatan konsumsi permanen atau jangka panjang, dan bukan dengan tingkat pendapatan mereka yang sekarang. Hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi pada Expected Normal Income (rata-rata pendapatan normal. Bentuk fungsi konsumsi yang dikembangkan dan telah diuraikan pada persamaan (2.6) adalah C = f (YP, i), dimana YP adalah permanen income dan i adalah real interest rate.
48 Singh (2004) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa berdasarkan tinjauan teori dan penemuan empiris, suatu fungsi konsumsi dapat ditunjukkan melalui persamaan : C t = f(y t, W t, Z)..(2.13) Dimana : C t = Konsumsi Y t = Pendapatan disposibel nasional W t = Kekayaan Z t = Determinan lain Fungsi konsumsi yang dikembangkan Singh seperti tersebut di atas didasarkan pada pendekatan pendapatan permanen (PIH) dan pendekatan daur hidup (LIH) yang mengasumsikan bahwa rumah tangga membagi konsumsinya antara masa sekarang dan masa yang akan datang berdasarkan perkiraan kemampuan konsumsi dalam jangka panjang. Rumah tangga mencoba untuk melancarkan konsumsi mereka dengan menyimpan sebagian pendapatannya untuk masa pensiun. Selain itu rumah tangga memilih tingkat konsumsinya berdasarkan atas kekayaan yang dimiliki (kekayaan nyata dan kekayaan keuangan). Singh (2004) memproksikan kekayaan melalui uang kuasi. Uang kuasi dimaksud terdiri dari tabungan yang dimiliki penduduk sepanjang waktu dan juga komponen memegang uang dalam pengertian luas. Determinan lain dari model konsumsi Singh yang diinisiasi variabel Z terdiri dari tingkat bunga nyata, tingkat pengangguran dan transfer bersih swasta. Tingkat bunga nyata memberikan pengaruh pengaruh substitusi (pilihan waktu konsumsi sekarang atau kadang kadang pada masa yang akan datang), sementara tingkat pengangguran dipertimbangkan sebagai suatu proksi ketidakpastian terkait dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsumsi Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya
Lebih terperinciTEORI KONSUMSI. Minggu 8
TEORI KONSUMSI Minggu 8 Pendahuluan Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan
Lebih terperinciFungsi Konsumsi Keynes
Teori ini muncul setelah terjadi great depression tahun 1929-1930. Teori Konsumsi dikenalkan oleh Jhon Maynard Keynes. Sedangkan kelompok Klasik tidak pernah memikirkan dan mengeluarkan teori konsumsi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Definisi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan 2.1.1 Sumber daya energi Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam membangun nilai didalam kondisi dimana kita
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh
BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan tarafhidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah
Lebih terperinciTEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi
TEORI KONSUMSI Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya
Lebih terperinciKONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI
KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)
Lebih terperinciKONSUMSI DAN TABUNGAN
Minggu ke 4 dan 5 KONSUMSI DAN TABUNGAN ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI 8 dan 5 Maret 03 LEARNING OUTCOME Setelah mengikuti topik bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan model konsumsi dan tabungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
25 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai analisis konsumsi masyarakat di Indonesia sebelumnya telah dilakukan. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan adalah
Lebih terperinciANALISIS PASAR TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA T E S I S. Oleh BERLA KARO KARO /EP
ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DI SUMATERA UTARA T E S I S Oleh BERLA KARO KARO 077018028/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ANALISIS PASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja,
Lebih terperinciANALISIS SHOCK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA TESIS. Oleh HERNAWATI /EP
ANALISIS SHOCK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA TESIS Oleh HERNAWATI 087018049/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ANALISIS SHOCK KEBIJAKAN FISKAL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beras bagi kehidupan Bangsa Indonesia memiliki arti yang sangat penting. Dari jenis bahan pangan
Lebih terperinciPENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR MIGAS DAN NON MIGAS INDONESIA TESIS.
PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB), NILAI TUKAR RUPIAH DAN INFLASI TERHADAP NILAI IMPOR MIGAS DAN NON MIGAS INDONESIA TESIS Oleh ESTER RUMONDANG HOT TUA LUMBAN GAOL 087018045/EP E K O L A S H PA S C
Lebih terperinciGITA ALFIANI FATRIA /EP
ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN STABAT TESIS Oleh GITA ALFIANI FATRIA 087018024/EP S E
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN TESIS. Oleh SARBINI POHAN /EP
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN TESIS Oleh SARBINI POHAN 057018028/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN KELUARGA MISKIN DI KOTA MEDAN TESIS. Oleh FAUZIAH AMINI /EP
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN KELUARGA MISKIN DI KOTA MEDAN TESIS Oleh FAUZIAH AMINI 087018023/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Komsumen a. Pendekatan Kardinal Aliran ini menganggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subyek yang memberikan penilian. Jadi
Lebih terperinciPENGARUH PENDAPATAN NASIONAL, INFLASI DAN SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA TESIS
PENGARUH PENDAPATAN NASIONAL, INFLASI DAN SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi
Lebih terperinciModel Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor
4. Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor Mengapa Anda Perlu Tahu Ketika seseorang bekerja pada perusahaan atau pemerintah maka dia akan mendapatkan gaji. Tentu, gaji yang didapatkan perlu dipotong
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DANA PIHAK KETIGA PERBANKAN DI SUMATERA UTARA T E S I S. Oleh M. SORISYAH MUDA NASUTION /EP
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DANA PIHAK KETIGA PERBANKAN DI SUMATERA UTARA T E S I S Oleh M. SORISYAH MUDA NASUTION 087018032/EP S E K O L A H PA S C A S A R JA N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS
Lebih terperinciMODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA
MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan. diikuti oleh perubahan dalam aspek lain dalam perekonomian seperti
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti sedikit berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB riil. Sedangkan pembangunan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PENGELUARAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROPINSI ACEH TESIS. Oleh S A R D I NIM /EP
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROPINSI ACEH TESIS Oleh S A R D I NIM 107018004/EP E K O L A S H PA S C A S A R JA N A SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah fitrah manusia yang merupakan sebuah kebutuhan darurat yang tidak dapat di pisahkan dari diri manusia karena konsumsi adalah bagian dari usaha
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT TESIS Oleh JULIANA M 107018037/MEP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG
Lebih terperinciTESIS. Oleh. Nur Khoiriyah Daulay SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 L A H PA S C A S A R JA N A
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN KEMISKINAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI SUMATERA UTARA TESIS Oleh Nur Khoiriyah Daulay 117018029
Lebih terperinciPENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh
PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS Oleh DARWINTO EDWINTO H SIMAMORA 097018004/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk
Lebih terperinciKESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian )
KESEIMBANGAN EKONOMI Melihat lebih mendalam keseimbangan Pendapatan Nasional yang ditentukan oleh Pengeluaran Agregat ( Pendekatan Keynesian ) PREPARED BY : S. K.TOMASOA, SE.,M.Si. Keseimbangan Ekonomi
Lebih terperinciANALISIS MARGINAL PROPENSITY TO CONSUME SUMATERA UTARA
ANALISIS MARGINAL PROPENSITY TO CONSUME SUMATERA UTARA Tassha Ghiska 1 & Sylvia V. Ranita 1 * 1 Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Medan Telp. 061-7867311 Fax. 061-7874466 *E-mail : sylvia.ranita@yahoo.com
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh IMOM SALEH RITONGA /EP
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN KRISIS EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA TESIS Oleh IMOM SALEH RITONGA 047018029/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinciIV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro)
IV. FUNGSI PENDAPATAN (Penerapan Fungsi Linear dalam Teori Ekonomi Makro) Yang dimaksud fungsi pendapatan disini adalah Pendapatan Nasional (Y) yaitu pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan
Lebih terperinciANALISIS INFLASI DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI DI INDONESIA TESIS. Oleh RITA HANDAYANI /EP
ANALISIS INFLASI DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI DI INDONESIA TESIS Oleh RITA HANDAYANI 087018043/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 ANALISIS
Lebih terperinciPertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)
Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PEKERJA WANITA DI KOTA MEDAN TESIS. Oleh RIA HOT JUANITA SIMBOLON /EP
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PEKERJA WANITA DI KOTA MEDAN TESIS Oleh RIA HOT JUANITA SIMBOLON 087018016/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS
Lebih terperinciANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA Periode
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA Periode 1980 2012 TESIS Oleh DJAMES SIAHAAN 107018002/EP SEKOLAH PASCASARJA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 ANALISIS PENYERAPAN
Lebih terperinciTeori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan
Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi ditentukan suku bunga. Makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu
Lebih terperinciANALISIS INTERAKSI FISKAL DAN MONETER TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TESIS. Oleh UMI KHALSUM /EP
1 ANALISIS INTERAKSI FISKAL DAN MONETER TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TESIS Oleh UMI KHALSUM 087018036/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciTEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM
TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Teori dlm ekonomi: 1. Teori klasik a. Keinginan masyarakat untuk menabung dan keinginan pengusaha untuk meminjam dana modal untuk investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan
Lebih terperinciDEFISIT ANGGARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA TESIS. Oleh BAKHTIAR EFENDI /EP
DEFISIT ANGGARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA TESIS Oleh BAKHTIAR EFENDI 077018026/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 DEFISIT
Lebih terperinciKecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia
Kecenderungan Konsumsi Marginal di Kalangan Masyarakat Indonesia ======================================================== Oleh: Novya Zulva Riani ABSTRACT This article analyzes the marginal propensity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan rumah tangga untuk barang dan jasa. barang meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang awet, seperti mobil dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
18 II. TINJAUAN PUSTAKA Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat yang mengadakan suatu kenduri merasa tidak lengkap jika tidak ada sajian
Lebih terperinciBAB II TEORI KONSUMSI
BAB II TEORI KONSUMSI A. Teori Konsumsi 1. Konsumsi Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya yang di belanjakan.
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PRESTASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS.
ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PRESTASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS Oleh ZULMAYANI 087019162/IM E K O L A H S PAS C A S A R JA N A SEKOLAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS POLA KONSUMSI MASYARAKAT KOTA MEDAN OLEH TULUS PANE
SKRIPSI ANALISIS POLA KONSUMSI MASYARAKAT KOTA MEDAN OLEH TULUS PANE 120501035 PROGRAM STUDI STRATA-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA BUDI MULYADI /EP
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA TESIS Oleh BUDI MULYADI 077018029/EP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI DAMPAK PENDAPATAN DAN SUKU BUNGA TERHADAP KONSUMSI MASYARAKAT DI SUMATERA BARAT SELAMA PERIODE 1993-2008 Oleh : GLIANTIKA 07 951 022 Mahasiswa Program Strata
Lebih terperinciKONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag.
KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh : AGUS ARWANI, SE, M.Ag. MEMAHAMI KONSUMSI DAN TABUNGAN Konsumsi Tabungan Fungsi Konsumsi APC MPC Garis 45 0 Fungsi Tabungan APS Grafis Matematis Grafis Matematis Komponen Pendapatan
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TESIS. Oleh ABDUR RAMAN /EP
ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TESIS Oleh ABDUR RAMAN 077018001/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciPENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA MODAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN TESIS.
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA MODAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN TESIS Oleh NUR AINI DEWI 107003047/PWD S E K O L A H PA S C A S A R JA
Lebih terperinciPENGARUH TAX EFFORT, PERTUMBUHAN BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA TESIS
PENGARUH TAX EFFORT, PERTUMBUHAN BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA TESIS Oleh : ALBEN NURADI PANJAITAN 087017085/Akt E K O L A
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS PENGARUH DANA OTONOMI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI ACEH OLEH. Andrika Sembiring
SKRIPSI ANALISIS PENGARUH DANA OTONOMI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI ACEH OLEH Andrika Sembiring 110501110 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Pentingnya tabungan bagi masyarakat selain sebagai dana cadangan untuk pengeluaran yang tidak terduga juga merupakan akumulasi modal dan kekayaan yang bisa dipergunakan
Lebih terperinciTESIS. Oleh. ABDUL WAHAB MATONDANG /Akt
PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI DAN INFORMASI NON AKUNTANSI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KREDIT KUPEDES MODAL KERJA PADA PT. BANK BRI ISKANDAR MUDA MEDAN TESIS Oleh ABDUL WAHAB MATONDANG 087017039/Akt SEKOLAH
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang
11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Teori Tinjauan pustaka dimulai dari teori tentang hubungan antara pendapatan dengan tabungan. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa hasil penelitian
Lebih terperinciKONSUMSI DAN INVESTASI. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM
KONSUMSI DAN INVESTASI Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Penentuan Kegiatan Ekonomi: 1. Pandangan Klasik a. Di dalam perekonomian terjadi keadaan di mana jumlah keseluruhan penawaran barang- barang (penawaran
Lebih terperinciPENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( )
PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (1988-2012) SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UNTUK MENCAPAI
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK REALISASI APBD TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA BINJAI SKRIPSI. Diajukan oleh :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS DAMPAK REALISASI APBD TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA BINJAI SKRIPSI Diajukan oleh : ABDUL AZIZ NASUTION 060501032 Ekonomi
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MENPENGARUHI PENETAPAN HARGA AIR PDAM TIRTANADI MEDAN TESIS. Oleh SOFYAN SAPAR /EP
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MENPENGARUHI PENETAPAN HARGA AIR PDAM TIRTANADI MEDAN TESIS Oleh SOFYAN SAPAR 05707018031/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DI RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA KLAS-I MEDAN TESIS.
PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DI RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA KLAS-I MEDAN TESIS Oleh HEMING BAITULLAH 077019037/IM S E K O L A H PA S C A S A R J A N A
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSAKSI BERJALAN INDONESIA PERIODE OLEH RAMADHANI
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSAKSI BERJALAN INDONESIA PERIODE 2006-2013 OLEH RAMADHANI 100501175 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinci= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)
Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN UANG KUASI DI INDONESIA OLEH BETHESDA ELIZABETH
SKRIPSI ANALISIS PERMINTAAN UANG KUASI DI INDONESIA OLEH BETHESDA ELIZABETH 090501054 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciSKRIPSI PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT INFLASI DAN PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP BESARNYA JUMLAH TABUNGAN NASABAH PADA PT
SKRIPSI PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT INFLASI DAN PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP BESARNYA JUMLAH TABUNGAN NASABAH PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK CABANG MEDAN PUTRI HIJAU OLEH PUTRA
Lebih terperinciIII. KERANGKA TEORITIS
III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan
Lebih terperinciJurnal Kajian Ekonomi, Januari 2013, Vol. I, No. 02 ANALISIS KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA. Oleh : Baginda Persaulian, Hasdi Aimon, Ali Anis
ANALISIS KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA Oleh : Baginda Persaulian, Hasdi Aimon, Ali Anis ABSTRACT The purpose of this study to identify and analyze: (1) consumption of the previous period, the current
Lebih terperinciANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA TESIS. Oleh BOBBY RUSDA ZEGA /EP
ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA TESIS Oleh BOBBY RUSDA ZEGA 087018003/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ANALISIS
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN OLEH ROSE LINARTI SIHOMBING
SKRIPSI ANALISIS ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PUBLIK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN OLEH ROSE LINARTI SIHOMBING 080501110 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI
Lebih terperinciANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT
ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT Nurhuda. N, Sri Ulfa Sentosa, Idris Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Padang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP OMSET USAHA KECIL MIKRO KOTA MEDAN TESIS THOMAS FIRDAUS HUTAHAEAN NIM : / EP
PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP OMSET USAHA KECIL MIKRO KOTA MEDAN TESIS THOMAS FIRDAUS HUTAHAEAN NIM : 107018009 / EP SEKOLAH PASCASARJANA EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 PENGARUH PEMBERIAN
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERBITAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA TESIS. Oleh: AHMADI SARIP / EP
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERBITAN OBLIGASI PEMERINTAH DI INDONESIA TESIS Oleh: AHMADI SARIP 097018015 / EP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,
Lebih terperinciProf. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:
Pokok Bahasan 3 PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id; syahza.almasdi@gmail.com Guru Besar Universitas Riau Pandangan Klasik, Keynes
Lebih terperinciSEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
ANALISIS DETERMINAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP REAKSI INVESTOR PADA INDUSTRI MANUFAKTUR BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2008 TESIS Oleh
Lebih terperinciBAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT
BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KOTA BINJAI
1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI KOTA BINJAI SKRIPSI Diajukan oleh : RIKI ARDIANSYAH 050501017
Lebih terperinciPengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output
Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output 1. Model Arus Lingkar Pendapatan (The Circular Flow of Income model) 2. Pengeluaran Agregate yang direncanakan (Agregate Expenditure, AE)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap
Lebih terperinciPENGARUH KURS RUPIAH-USD, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTORAL DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS.
PENGARUH KURS RUPIAH-USD, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTORAL DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS Oleh A M B O E N R E 097017034/Akt SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
17 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran konsumen untuk membeli barang dan jasa. Faktor utama yang menentukan konsumsi seorang konsumen akan barang dan jasa adalah
Lebih terperinciPENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS. Oleh
1 PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS Oleh EDWARD SITORUS 087017049/Akt S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH
Lebih terperinciBAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya
BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA
DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor
Lebih terperinciFUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL
FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN, PENDAPATAN NASIONAL 6.1 Pendahuluan Dalam ekonomi makro, pengeluaran seseorang yang digunakan untuk konsumsi dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Konsumsi akan semakain tinggi
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN ACEH SINGKIL PADA ERA OTONOMI DAERAH TESIS. Oleh ALI HASMI /EP
ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN ACEH SINGKIL PADA ERA OTONOMI DAERAH TESIS Oleh ALI HASMI 047018003/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak
BAB II y TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka Dussenbery mengungkapkan bahwa bukan pendapatan mutlak melainkan pendapatan relatiflah yang menentukan konsumsi suatu keluarga. Keluarga-keluarga
Lebih terperinciANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS. Oleh H A M D I /EP
ANALISIS PENCAPAIAN STABILITAS INFLASI DENGAN PENDEKATAN HARGA DI INDONESIA TESIS Oleh H A M D I 087018025/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinci