BAHAN AJAR MATA KULIAH ANTROPOLOGI EKOLOGI
|
|
- Ida Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAHAN AJAR MATA KULIAH ANTROPOLOGI EKOLOGI TINJAUAN MATA KULIAH Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah Antropologi Ekologi (KTM 3229) merupakan mata kuliah pilihan bebas Minat Manajemen Hutan di Fakultas Kehutanan UGM. Mata kuliah ini akan membahas dan menganalisis berbagai teori tentang manusia, masyarakat dan kebudayaannya serta perubahan-perubahan kebudayaan yang terjadi dalam konteks interaksinya dengan sumberdaya alam terutama hutan. Perspektif atau pendekatan dalam antropologi ekologi juga akan dibahas secara lebih detail agar mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap relasi antara budaya masyarakat dengan sumberdaya hutan secara ilmiah dan sistematis. Beberapa konsep turunan dari kebudayaan masyarakat seperti kearifan lokal, modal sosial serta konsep-konsep kebudayaan lokal sebuah masyarakat juga akan dijelaskan berikut contoh-contoh kasusnya terutama yang berkaitan dengan upaya pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya hutan, baik hutan negara maupun hutan rakyat.hutan rakyat. Dalam penyajian mata kuliah ini nantinya, disamping mahasiswa dibekali dengan berbagai teori dan analisis tentang kebudayaan beserta turunannya, juga akan dilakukan diskusi terhadap berbagai kasus di kehutanan yang up to date terkait dengan relasi antara masyarakat dan kebudayaannya dengan sumberdaya hutan di sekitarnya. Dengan demikian diharapkan mahasiswa akan terbiasa untuk memahami, menjelaskan dan menganalisis kasus-kasus dalam pengelolaan hutan yang ada hubungannnya dengan budaya masyarakat serta interaksinya dengan hutan menggunakan sudut pandang teoriteori antropologi ekologi secara sistematis dan ilmiah. Sistem perkuliahan dilaksanakan dengan berbagai metode, yaitu ceramah, diskusi interaktif dua arah, penugasan mandiri berupa pencarian kasus-kasus dalam konteks antropologi ekologi berikut analisisnya, dan presentasi (seminar kecil) terhadap analisis kasus yang dibuat oleh mahasiswa tersebut. 1
2 Kegunaan Mata Kuliah bagi Mahasiswa Mata kuliah ini disajikan dalam rangka untuk membekali mahasiswa Fakultas Kehutanan dengan pengetahuan dan teori-teori tentang manusia, masyarakat berikut kebudayaannya (antropologi), terutama masyarakat yang tinggal disekitar hutan dan interaksi yang terbentuk antara masyarakat tersebut dengan sumberdaya hutan (ekologi). Antropologi ekologi itu sendiri pada hakekatnya merupakan ilmu atau studi tentang dinamika sosial budaya masyarakat dan relasinya dengan lingkungan hidup tempat mereka tinggal. Dengan memahami karakteristik dan dinamika budaya sebuah masyarakat berikut interaksinya terhadap hutan disekitarnya, maka upaya menemukan pola relasi ideal antara masyarakat dengan hutan akan lebih mudah untuk dilakukan. Tujuan Pembelajaran Penyajian mata kuliah ini bertujuan untuk memberi bekal keilmuan tentang masyarakat, kebudayaan dan dinamikanya serta relasi antara kebudayaan sebuah masyarakat dengan pengelolaan sumberdaya hutan. Hal ini dimaksudkan agar nantinya mahasiswa memiliki senjata atau pisau untuk melakukan analisis terhadap kasus-kasus pengelolaan hutan di Indonesia yang ada hubungannya dengan budaya sebuah masyarakat. Selain itu juga bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk menemukan, memahami dan menjelaskan berbagai problematika dalam pengelolaan sumberdaya hutan baik di hutan negara mauun hutan rakyat yang berkaitan dengan karakteristik dan dinamika sosial budaya masyarakat yang tinggal disekitar hutan tersebut. Susunan Bahan Ajar BAB I. Definisi dan Cakupan Konsep Antropologi Ekologi BAB II. Paradigma Sosiologi dan Pendekatan dalam Antropologi Ekologi BAB III. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Antropologi BAB IV. Masyarakat Desa dan Dinamikanya BAB V. Antropologi Masyarakat Desa Hutan BAB VI. Kebudayaan dan Relasinya terhadap Pengelolaan Hutan BAB VII. Perubahan dan Penyebaran Kebudayaan BAB VIII. Hak Ulayat dan Hutan Adat 2
3 BAB IX. Perladangan di Indonesia BAB X. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan BAB XI. Modal Sosial dan Relasinya dengan Pengelolaan Hutan BAB XII. Etnobotani dan Perkembangannya Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar a. Pertama mahasiswa harus memahami kompetensi atau hasil pembelajaran yang diharapkan dari mata kuliah ini dan kompetensi dari masing-masing bab. b. Selanjutnya mahasiswa harus memahami secara baik definisi dan cakupan konsep serta teori untuk masing-masing pokok bahasan berikut contoh-contoh kasus dan penerapannya. c. Mahasiswa aktif mencari dan mengembangkan teori-teori tambahan yang relevan secara mandiri dari berbagai literatur atau sumber bacaan lainnya. d. Mahasiswa aktif mencari kasus-kasus dan isu-isu kehutanan yang terbaru sebagai bahan diskusi di kelas sesuai dengan pokok bahasan di kelas tersebut. e. Mahasiswa selalu melatih diri untuk menggunakan teori tersebut guna membaca dan menganalisis berbagai kasus dalam pengelolaan hutan dari kacamata teori tersebut kemudian menyajikannnya baik secara lisan maupun tertulis. f. Melaksanakan berbagai aktifitas atau tugas tambahan dari masing-masing pokok bahasan dalam rangka mendukung pencapaian kompetensi yang diharapkan seperti pembuatan paper atau tulisan ilmiah lainnya. g. Memahami prosedur penilaian dari mata kuliah ini sehingga bisa mempersiapkan diri seoptimal mungkin agar memperoleh hasil yang memuaskan. h. Berusaha semaksimal mungkin menjawab berbagai kuis dan soal-soal latihan yang diberikan pada masing-masing pokok bahasan sebagai persiapan untuk menghadapi test summatif (ujian sisipan dan ujian akhir). 3
4 BAB I. Definisi dan Cakupan Konsep Antropologi Ekologi Pokok Bahasan Manusia secara ekologi adalah bagian integral lingkungan hidupnya. Manusia terbentuk oleh lingkungan hidupnya dan sebaliknya manusia membentuk lingkungan hidupnya. Kelangsungan hidupnya hanya mungkin dalam batas kemampuannya untuk menyesuaikan dirinya terhadap perubahan dalam lingkungan hidupnya. Citra lingkungan tradisional manusia Indonesia ialah manusia merupakan bagian lingkungan hidupnya. Karena itu kelangsungan hidup manusia tergantung dari keutuhan lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup tidak dipandang semata-mata sebagai sumberdaya yang harus dieksploitasi, melainkan terutama sebagai tempat hidup yang mensyaratkan adanya keserasian antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Manusia seperti halnya semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya ia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya (Soemarwoto, 2007). Pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia berjalan dengan masiv semenjak konsep progress (kemajuan) telah menjadi cita-cita setiap manusia. Konsep ini muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap ajaran teologis tentang life cycle yang menyatakan bahwa siklus kehidupan manusia terdiri dari tiga fase, yaitu born, adult and dead. Ajaran ini dianggap melemahkan semangat manusia untuk berkarya dan berjuang dalam hidup ini, karena toh kemudian manusia akan mati. Sehingga dimunculkanlah ajaran baru tentang siklus hidup untuk mengkounter efek negatif tersebut yaitu born, adult and progress. Dalam ajaran ini progress akan menjadi cita-cita akhir yang selalu akan dikejar dan diperjuangkan oleh manusia. Konsep progress tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam tiga macam kriteria, yaitu rationality (ilmu pengetahuan dan teknologi), prosperity (ekonomi) dan liberty (politik). Untuk memperoleh kemajuan tersebut maka muncullah konsep pembangunan (development), artinya sebuah upaya serius untuk menghindari kehancuran atau kerusakan menjadi sesuatu yang lebih baik (betterment). 4
5 Lebih lanjut Soemarwoto (2007) menjelaskan bahwa pembangunan pada hakekatnya adalah gangguan terhadap keseimbangan lingkungan, yaitu usaha sadar manusia untuk mengubah keseimbangan lingkungan dari tingkat kualitas yang dianggap kurang baik ke keseimbangan baru pada tingkat kualitas yang dianggap lebih tinggi. Dalam usaha ini harus dijaga agar lingkungan tetap mampu untuk mendukung tingkat hidup pada kualitas yang lebih tinggi itu. Kemampuan lingkungan untuk memasok sumberdaya dan untuk mengasimilasi zat pencemar serta ketegangan sosial adalah terbatas. Batas kemampuan itu disebut daya dukung. Kecenderungan yang sekarang terjadi ialah kenaikan kualitas hidup disertai oleh kenaikan konsumsi sumberdaya dan pencemaran serta naiknya ketegangan sosial. Di sisi lain, manusia sering berbuat rakus dan hilang kendali dalam aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam, sehingga kadang melebihi kapasitas daya dukung sumberdaya tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya degradasi sumberdaya alam yang kemudian diikuti dengan munculnya dampak negatif yang dapat merugikan manusia. Hal ini memunculkan berbagai usaha manusia untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya ataupun upaya penanggulangan dampak negatif yang ditimbulkan. Dikarenakan hal ini menyangkut kepentingan banyak pihak dan melibatkan sekian banyak aktor, maka kedua usaha tersebut tidak mudah dilakukan, dan bahkan sering terjadi konflik didalamnya. Ini menunjukkan perlunya sinkronisasi dari berbagai kepentingan yang muncul dalam konteks pemanfaatan sumberdaya alam. Dalam setiap tahap pembangunan, selalu saja ada kecenderungan manusia untuk merubah lingkungannya, sementara pada sisi yang lain suatu lingkungan akan mempengaruhi kehidupan manusia, baik itu menguntungkan atau merugikan. Dalam posisi yang demikian, kadangkala pembangunan telah melampaui ukuran perencanaan, dan akibatnya sering terjadi efek lingkungan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Sebagai akibatnya, suatu upaya merubah lingkungan tersebut akan membawa efek negatif terhadap kesejahteraan makhluk hidup termasuk manusia. Manusia bukan hanya sebagai obyek semata, melainkan juga sebagai subyek yang berperan aktif dalam pembangunan, yang dalam upaya pembangunan itu harus selalu memperhatikan kondisi sosial ekonomi warga setempat. Sebagai konsekuensi dari pendekatan bahwa sumber 5
6 segala perubahan yang terjadi berasal dari manusia, maka muncul dua pandangan dalam melihat unsur manusia dalam konteks perubahan lingkungan. Menurut Poerwanto (2000: ), pandangan tersebut meliputi: pertama, pendekatan yang bersifat manipulatif, kedua, pendekatan yang berlandaskan pada potensi manusia guna mengembangkan pemecahan dan pengelolaan suatu lingkungan. Pendekatan yang menekankan pentingnya unsur manusia dalam pengelolaan suatu lingkungan, memiliki dasar argumentasi, dan sekaligus konsekuensi yang berbeda. Pada pendekatan pertama, terkandung konsep rekayasa sosial, dalam hal ini suatu pengelolaan lingkungan dipandang sebagai upaya mengelola segala kegiatan manusia agar dapat mencapai batas toleransi lingkungan. Pendekatan ini bersifat dari atas ke bawah (top-down), sehingga kurang memberikan peluang kreativitas kepada warga masyarakat. Pendekatan seperti ini sering dipraktekkan oleh pemerintah baik di Pusat maupun Daerah. Antroposentrisme adalah teori etika ligkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karena itu, alampun dilihat hanya sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri (Keraf, 2006). Dalam pandangan teori tersebut sumberdaya alam dapat dikelola dan dimanfaatkan sesuai dengan kehendak manusia. Manusia dianggap mampu mengendalikan dan memanfaatkan sumberdaya alam secara baik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diciptakannya (teknosentris) tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya alam tersebut. Dalam praktek di lapangan, pandangan ini selalu mengandalkan manusia beserta segenap peralatan canggih yang dipunyainya untuk mengeksploitasi sumberdaya 6
7 alam yang ada. Terkadang untuk memuluskan berbagai aktifitasnya, penganut aliran ini sering menggunakan otoritas negara dan memberikan kepercayaan penuh pada organ negara (birokrasi) untuk menjalankannya. Lebih lanjut Keraf (2006) menjelaskan bahwa suatu kebijakan dan tindakan yang baik dalam kaitan dengan lingkungan hidup akan dinilai baik kalau mempunyai dampak yang menguntungkan bagi kepentingan manusia. Konservasi, misalnya, hanya dianggap serius sejauh itu bisa dibuktkan mempunyai dampak menguntungkan bagi kepentingan manusia, khususnya kepentingan ekonomis. Teori semacam itu juga bersifat egoistis karena hanya mengutamakan kepentingan manusia. Kepentingan mahluk hidup lain, dan juga alam semesta seluruhnya, tidak menjadi pertimbangan moral manusia. Teori tersebut dituduh sebagai salah satu penyebab, bahkan penyebab utama, dari krisis lingkungan yang kita alami sekarang. Krisis lingkungan dianggap terjadi karena perilaku manusia yang dipengaruhi oleh cara pandag antroposentris. Cara pandang antroposentris ini melahirkan sikap dan perilaku rakus dan tamak yang menyebabkan manusia mengambil semua kebutuhan dari alam tanpa mempertimbangkan kelestariannya, karena alam dipandang hanya ada demi kepentingan manusia. Apa saja boleh dilakukan manusia terhadap alam, sejauh tidak merugikan kepentingan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju dan modern telah menjadi pemicu lahirnya pola kebiasaan baru yang menyebabkan status sosial, hubungan-hubungan dalam keluarga dan sistem politik ikut berubah. Proses perubahan kebudayaan mengacu pada mekanisme sosial yang aktual dan faktual dimana perubahan itu muncul. Dasar munculnya perubahan kebudayaan terletak pada perubahan sikap dan tingkah laku individu sebagai suatu masyarakat. Joan Vincent (1986) menyatakan bahwa literatur antropologi dalam periode menunjukkan lebih banyaknya penggunaan istilah dengan "-izations" daripada "-isms". Gejala ini, menurut dia, mencerminkan adanya peralihan dari pendekatan yang sistemik, sistematik, ke pendekatan yang lebih menekankan pada proses (processual). Kecenderungan ini dapat dilihat antara lain dalam antropologi ekologi, antropologi hukum, antropologi politik dan antropologi rituil. 7
8 Dalam antropologi ekologi, perpindahan dari analisis sistemik ke analisis proses (processual analysis) tercermin pendekatan yang lebih memusatkan perhatian pada pelaku (actor), di mana si ahli antropologi menggunakan "actor- based model" untuk memahami gejala yang mereka telaah. Dalam model ini fokus analisis adalah pada proses pengambil keputusan (decision making) dari seorang pelaku tertentu (stereotype actor) yang mencoba memecahkan masalah yang dihadapinya berdasarkan atas pengetahuannya mengenai situasi saat itu (Orlove, 1980). Perlu dicatat di sini bahwa analisis pengambilan keputusan individu ini tidaklah sinonim dengan analisis proses. Analisis ini hanyalah sebagian kecil dari trend analysis process dalam disiplin ilmu antropologi (Vincent, 1986). Secara umum ada beberapa definisi tentang konsep antropologi ekologi dari beberapa ilmuwan, diantaranya adalah : The study of relationships between humans and their environment (Donald R. Hardesty, 1977:289). A Subdiscipline of anthropology for studying cultural and social adaptation which are made by human beings to their environment (Heddy Shri Ahimsa Putra, 1994). The study of the relations among the population dynamics, social organization, and culture of human populations and the environments in which they live (Benjamin S. Orlove, 1980:235-73). Heider (1972, dalam Lahajir 2002: 198) mengemukakan bahwa ekologi kebudayaan pada intinya memahami hubungan antara masyarakat, subsistensi, dan lingkungannya. Penekanannya dalam ekologi kebudayaan adalah aktivitas subsistensi, dimana yang diperhatikan adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik, teknologi dan organisasi sosialnya. 8
9 Hasil Pembelajaran Dapat memahami dan menjelaskan : (1) Definisi dan cakupan konsep antropologi ekologi (2) Konsep-konsep turunan antropologi ekologi beserta contoh kasusnya di kehutanan Aktifitas : (1) Membaca bahan ajar sebelum kuliah (2) Diskusi dan menjawab kuis Kuis dan latihan - Terangkan cakupan konsep antropologi ekologi dan berikan contoh kasus pengelolaan sumberdaya hutan yang masuk dalam cakupan konsep tersebut! 9
10 DAFTAR PUSTAKA Ahimsa Putra H.S Antropologi Ekologi; Beberapa Teori dan Perkembangannya. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Awang S.A Etnoekologi ; Manusia di Hutan Rakyat. Sinergi Press. Yogyakarta Djuwadi Beberapa Aspek Produksi Gula Kelapa, FKT UGM, Yogyakarta Djuwadi & Fanani Produksi Tanaman Perladangan sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Peladang di Propinsi Jambi. FKT UGM. Yogyakarta Djuwadi Hutan Kemasyarakatan. FKT UGM. Yogyakarta Dove. M.R Sistem perladangan di Indonesia; Studi Kasus di Kalimantan Barat. Penerbitan FKT UGM. Yogyakarta Field, John Modal Sosial. Kreasi Wacana. Yogyakarta. Hasbullah, J., Sosial Kapital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia. MR- United Press. Jakarta. Leibo J., Kearifan Lokal Yang Terabaikan Sebuah Perspektif Sosiologi Pedesaan. Kurnia Kalam Semesta, Yogyakarta Kartasasmita, G Pembangunan Hutan Rakyat, Cides. Jakarta. Keraf S Etika Lingkungan. Kompas. Jakarta. Koentjaraningrat Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta Lobja E Menyelamatkan Hutan dan Hak Adat Masyarakat Kei. Debut Press. Yogyakarta Mubyarto Pemberdayaan Ekonomi Rakyat; Laporan Kaji Tindak Program IDT. Aditya Media. Yogyakarta Nugraha A. & Murtijo Antropologi Ekologi. Wana Aksara. Banten Nur A Peranan Kearifan Lokal dalam Mendukung Kelestarian Hutan Rakyat. FKT UGM. Yogyakarta Pretty J. & Ward H., 2001, Social Capital and The Environment, World Development, Volume 29, No. 2, UK Qowi M.R Tata Kelola Hutan Lestari Masyarakat Adat Baduy. FKT UGM Yogyakarta 10
11 Raharjo Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Ritzer G., dan Goodman D.J., 2004, Teori Sosiologi Modern, Prenada Media, Jakarta. Salim P., Teori dan Paradigma: Penelitian Sosial. Tiara Wacana. Yogyakarta Soekanto S Sosiologi ; Suatu Pengantar. Rajawali Pers Jakarta Soemarwoto O., 2007, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Soetomo Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Supriono, Agus., Flassy, Dance J., Rais, Slasi Modal Sosial : Definisi, Dimensi, dan Tipologi. Artikel Wibisono H Etnobotani Tanaman Herbal pada Areal Hutan Rakyat oleh Masyarakat Dusun Gedong. Girimulyo. Kulon Progo. FKT UGM Yogyakarta Widiyanto E Relasi antara Modal Sosial dengan Implementasi PHBM di Desa Jono. Kab. Bojonegoro. FKT UGM. Yogyakarta Yuntari D Relasi antara Tata Nilai dan Modal Sosial dengan Interaksi Masyarakat Terhadap Sumberdaya Hutan. FKT UGM. Yogyakarta 11
BAB III. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Antropologi
. BAB III. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Antropologi Pokok Bahasan a. Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi 1. Fase Pertama (Sebelum 1800) Kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika
Lebih terperinciBAB X. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan
. BAB X. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Pokok Bahasan a. Definisi Kata arif dalam kearifan menurut kamus umum Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka diartikan sebagai bijaksana atau
Lebih terperinciBAB VIII. Hak Ulayat dan Hutan Adat
. BAB VIII. Hak Ulayat dan Hutan Adat Pokok Bahasan a. Hak Ulayat Hak ulayat adalah kewenangan, yang menurut hukum adat, dimiliki oleh masyarakat hukum adat atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan
Lebih terperinciBAB IV. Masyarakat Desa dan Dinamikanya
. BAB IV. Masyarakat Desa dan Dinamikanya Pokok Bahasan Masyarakat (community) adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu tempat tertentu, yang terikat dalam suatu norma, nilai dan kebiasaan yang disepakati
Lebih terperinciBAHAN AJAR MATA KULIAH POLITIK KEHUTANAN
BAHAN AJAR MATA KULIAH POLITIK KEHUTANAN TINJAUAN MATA KULIAH Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah Politik Kehutanan (KTM 3228) merupakan mata kuliah pilihan bebas Minat Manajemen Hutan di Fakultas Kehutanan
Lebih terperinciETIKA DAN LINGKUNGAN
ETIKA DAN LINGKUNGAN Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi saat ini lokal, regional, nasional, internasional sebagian besar bersumber dari perilaku manusia Kasus-kasus pencemaran dan
Lebih terperinciBAB II. Paradigma Sosiologi dan Pendekatan dalam Antropologi Ekologi
BAB II. Paradigma Sosiologi dan Pendekatan dalam Antropologi Ekologi Pokok Bahasan a. Paradigma Sosiologi dan Posisi Antropologi Ekologi Ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu
Lebih terperinciBAB XI. Modal Sosial dan Relasinya dengan Pengelolaan Hutan
. BAB XI. Modal Sosial dan Relasinya dengan Pengelolaan Hutan Pokok bahasan a. Definisi dan Dimensi Modal Sosial Dimensi modal sosial mencakup kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah
Lebih terperinciEtika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih
ix U Tinjauan Mata Kuliah ntuk menjaga agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga, diperlukan etika lingkungan. Etika lingkungan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciBAB IX. Perladangan di Indonesia
. BAB IX. Perladangan di Indonesia Pokok Bahasan a. Definisi dan Dinamika Perladangan Perhutanan sosial tradisional yang dilakukan oleh masyarakat di luar Jawa adalah perladangan. Perladangan atau shifting
Lebih terperinciBaca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.
Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep
Lebih terperinciLaporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN
BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep pembangunan sumber daya hutan sebagai sistem penyangga kehidupan merupakan orientasi sistem pengelolaan hutan yang mempertahankan keberadaannya secara lestari untuk
Lebih terperinciUntuk: Istriku Wati J. Iskandar dan Putra-Putraku: Oktarian, Septabian dan Oktabrian tercinta
Manusia dan Lingkungan dengan Berbagai Perubahannya, oleh Johan Iskandar Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262; Fax: 0274-4462136 E-mail:
Lebih terperinciI. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam baik hayati maupun non-hayati sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup manusia. Alam memang disediakan untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. demikian dimungkinkan munculnya suatu unsur yang penting seperti yang akan
23 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Keberhasilan dalam melakukan penelitian banyak tergantung dari keberhasilan perundingan yang dilakukan oleh peneliti dengan mereka yang diteliti. Dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat dipelajari dengan cara yang berjarak dan ilmiah. Keberadaannya mendahului
Lebih terperinciETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun
ETIKA LINGKUNGAN Dosen: Dr. Tien Aminatun DEFINISI ETIKA: Sebuah refleksi kritis tentang norma dan nilai, atau prinsip moral yg dikenal umum selama ini, dalam kaitan dg lingkungan, cara pandang manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mampu menyediakan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan bagi keluarga, sehingga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciBAB XII. Konflik dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
BAB XII. Konflik dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Pokok bahasan Dalam bab ini akan disajikan hasil penelitian dalam kasus konflik pengelolaan hutan rakyat di Blitar, Jawa Timur. Judul Penelitian Konflik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial (social capital) yang mampu membuat individu individu yang ada didalam komunitas tersebut berbagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
Lebih terperinciPENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN
PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN Rachmat Mulyana Abstrak Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis lingkungan yang terjadi saat ini
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dengan pemaparan dan analisa sebagaimana diuraikan di atas maka dapat disusun beberapa kesimpulan sebagai berikut; 1. Latarbelakang lahirnya kontestasi multi
Lebih terperinciKEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi : Pendidikan Sosiologi Nama Mata Kuliah : Sosiologi Politik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka resmi Kementerian Kehutanan Republik Indonesia pada tahun 2012 luas kawasan hutan di Indonesia sekitar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. modern. Salah satu pasar tradisonal yang masih eksis di Yogyakarta yaitu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Modal sosial dapat dibangun dalam dunia perdagangan di pasar. Modal sosial juga memiliki peran dalam membantu pasar tradisonal untuk mempertahankan keberadaannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan
Lebih terperinciDeskripsi Singkat Topik :
1 PEMBANGUNAN DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : PEMBANGUNAN DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di alam ini. Selain itu, air juga merupakan barang milik umum, sehingga air dapat mengalami
Lebih terperinciEtika Lingkungan dan Politik Lingkungan
Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Onrizal Oktober 2008 Daftar Isi Pendahuluan Teori Etika Teori Etika Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan 1 Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciEtika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati. A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015
Etika dan Filsafat Lingkungan Hidup Lokakarya Peradilan dalam Penanganan Hukum Keanekaragaman Hayati A.Sonny Keraf Jakarta, 12 Januari 2015 Krisis dan Bencana LH Global (1) 1. Kerusakan: hutan, tanah,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Wilayah Analisis Penelitian ini dilakukan pada beberapa wilayah kajian analisis. Kajian utama yang dilakukan adalah mencoba melihat bagaimana respon pesantren terhadap berbagai
Lebih terperinciPembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro
Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA Nindyantoro Permasalahan sumberdaya di daerah Jawa Barat Rawan Longsor BANDUNG, 24-01-2008 2008 : (PR).- Dalam tahun 2005 terjadi 47 kali musibah tanah longsor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan. Manusia diciptakan dari tanah, hidup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Basrowi, dan Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA Basrowi, dan Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan, 2001, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajawali Press. Coleman, J.S. Foundations
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI
EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Wahyu
Lebih terperinciMatakuliah : CB142 Tahun : 2008
Matakuliah : CB142 Tahun : 2008 Pertemuan 2 MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP Learning outcome Mahasiswa mempu membedakan beberapa teori etika lingkungan dan konsekwensinya terhadap lingkungan hidup Teori Etika
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian ini dikenal dengan istilah shifting cultivation yang sudah lama dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perladangan adalah salah satu sistem pertanian lahan kering. Sistem pertanian ini dikenal dengan istilah shifting cultivation yang sudah lama dikenal dalam dunia ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya hutan dari masa ke masa senantiasa memberikan kontribusi dalam mendukung pembangunan nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peranan sumberdaya hutan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,
161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan dalam bab pendahuluan, bahwa penelitian ini akan diarahkan guna menjawab rumusan masalah yang telah penulis angkat dalam mengkaji pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia dengan luas daratan 1,3% dari luas permukaan bumi merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman ekosistem dan juga keanekaragam hayati yang
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi : Pendidikan Sosiologi Nama Mata Kuliah : Sosiologi Kriminal
Lebih terperinciBAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak
53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Faktor- faktor yang melatarbelakangi masyarakat mengikuti arisan motor
91 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian Modal Sosial Arisan Motor CV Sehati di Dusun Plataran Desa Banyurejo Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman, peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1. Faktor-
Lebih terperinciPARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR
PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: FIERDA FINANCYANA L2D 001 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata di Indonesia saat ini telah memberikan sumbangan dalam meningkatkan devisa maupun lapangan kerja. Sektor pariwisata juga membawa dampak sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi ekologi dan sosial yang tinggi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sebagian besar masyarakat
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
144 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Ali, Jacub dkk. (1991). Perkembangan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri di Daerah Nusa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luas, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain. Mc Iver pakar sosiologi politik pernah mengatakan: Manusia adalah makhluk yang dijerat
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL (PERKEMBANGAN MASYARAKAT DAN BUDAYA LOKAL) SILABI MATA KULIAH
SILABI MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Kode Mata Kuliah : PNF 207 SKS Dosen Program Studi : 2 SKS (Teori) : Widyaningsih, M.Si : Pendidikan Luar Sekolah Prasyarat : - Waktu Perkuliahan : Semester Genap
Lebih terperinciRANCANGAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI
RANCANGAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI disusun oleh Dr. Wisnu Widjanarko PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKUTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK UNIVERSITAS JENDERAL
Lebih terperinciMARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH
RAKOTER TNI TAHUN 2009 Tema Melalui Rapat Koordinasi Teritorial Tahun 2009 Kita Tingkatkan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan di Jajaran Komando Kewilayahan TNI CERAMAH KETUA TIM TEKNIS KETAHANAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciPertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA
Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Kebudayaandan Peradaban Peradaban adalah suatu bentuk masayarakat
Lebih terperinciImplementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan
Implementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat Oleh : Dr. Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.Hum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan
Lebih terperinciILMU KEALAMAN DASAR ( IKD )
SILABUS MATA KULIAH DAN RENCANA MUTU PEMBELAJARAN ILMU KEALAMAN DASAR ( IKD ) Oleh: TIM DOSEN IKD LEMBAGA PENGEMBANGAN ILMU-ILMU DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 Program studi :. Kode Mata
Lebih terperinciAnalisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat. Yessy Nurmalasari Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang
Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Yessy Nurmalasari Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang Abstrak Sumber daya pesisir dan lautan merupakan potensi penting dalam pembangunan masa depan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sangat kaya akan berbagai sumberdaya alam, termasuk keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya. Kekayaan sumberdaya alam tersebut harus dikelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kawasan hutan atau hutan tropis yang cukup luas di dunia. Kawasan hutan di Indonesia mencapai ±137,09 Juta ha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di negara negara maju bidang hak kekayaan intelektual ini sudah mencapai suatu titik dimana masyarakat sangat menghargai dan menyadari pentingnya peranan hak kekayaan
Lebih terperinciPERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK
31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada
TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme menarik untuk dicermati dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian ini
Lebih terperinciKEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi : Pendidikan IPS Nama Mata Kuliah : Keluarga Kode : PIS
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS 4 SD Firosalia Kristin firosalia.kristin@staff.uksw.edu Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber daya alam. Sub sistem ekologi,
Lebih terperinciPARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN
PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN Makalah Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Konservasi Dosen pengampu : Sri Hartati Disusun oleh: 1.Nurul Khairun Nisa (1401415010) 2.Jamilah (1401415028) PENDIDIKAN
Lebih terperinciPEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat
PEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat Kontrak Belajar 1. Kontrak ini berlaku untuk kuliah selama satu semester
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Participatory Action Research Berbagai kajian dalam rumpun ilmu sosiologi membenarkan bahwa modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
Pokok Bahasan : Perkembangan teori sosiologi dan antropologi. Pertemuan ke- : 1 dan 2 Mahasiswa memiliki pemahaman dan wawasan mengenai perkembangan teori sosiologi dan antropologi. 1. Menjelaskan pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km 2 ini terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia yang dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa dan rakyat Indonesia, merupakan rahmat dari pada-nya dan wajib dikembangkan dan dilestarikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Matakuliah : Konservasi Sumberdaya Perairan 1. Terdapat masalah dalam mata kuliah ini, yaitu: Kondisi ruangan yang tidak mencukupi untuk penyelenggaraan kuliah
Lebih terperinciSTRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN
STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai
Lebih terperinciBAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik
BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika
Lebih terperinciSILABUS SMA. Sumber Belajar. Kompetensi Dasar Materi pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu
SILABUS SMA Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XI Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi : Pendidikan Sosiologi Nama Mata Kuliah : Pendidikan Berbasis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya pengetahuan pengobatan tradisional hanya dikuasai oleh kaum tua. Generasi muda saat ini kurang termotivasi untuk menggali pengetahuan dari kaum tua,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Lebih jauh lihat diakses pada 15 October WIB.
1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah di bidang desentralisasi dan otonomi daerah dimulai sejak keluarnya UU No.22/1999 yang kemudian direvisi menjadi UU 32/2004 yang isinya memuat
Lebih terperinci2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana
Lebih terperinciMEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2
MEMBANGUN INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN YANG MANDIRI 1 Dr.Ravik Karsidi, MS. 2 Tulisan ini bermaksud memahami pentingnya institusi masyarakat pedesaan terutama kelompok dan organisasi masyarakat sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah
BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sektor pariwisatanya telah berkembang. Pengembangan sektor pariwisata di Indonesia sangat berperan dalam
Lebih terperinci