BAHAN AJAR MATA KULIAH POLITIK KEHUTANAN
|
|
- Yohanes Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAHAN AJAR MATA KULIAH POLITIK KEHUTANAN TINJAUAN MATA KULIAH Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah Politik Kehutanan (KTM 3228) merupakan mata kuliah pilihan bebas Minat Manajemen Hutan di Fakultas Kehutanan UGM. Mata kuliah ini nantinya akan membahas dan menganalisis berbagai dinamika politik dan kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya hutan baik di tingkat nasional maupun internasional beserta implikasinya terhadap kondisi biofisik dan tata kelola kehutanan di Indonesia, menjelaskan posisi dan peran negara, masyarakat serta swasta dalam pembangunan sumberdaya hutan, memetakan pertarungan kepentingan dari berbagai aktor yang terlibat dalam pengelolaan hutan, menganalisis issuissu strategis di kehutanan dewasa ini serta merumuskan strategi pengelolaan hutan kedepan dengan memasukkan variabel-variabel sosial politik berdasarkan problematika yang sering muncul akhir-akhir ini. Dalam penyajian mata kuliah ini nantinya, disamping mahasiswa dibekali dengan berbagai paradigma dan teori dalam ilmu politik, juga akan dilakukan diskusi terhadap berbagai kasus kehutanan yang up to date, sehingga diharapkan mahasiswa akan terbiasa untuk memahami, menjelaskan dan menganalisis kasus di kehutanan menggunakan sudut pandang ilmu politik secara sistematis dan ilmiah. Adapun kompetensi yang diharapkan dapat diraih oleh mahasiswa setelah mengikuti kuliah ini antara lain adalah : mahasiswa mampu menguasai berbagai paradigma, metodologi dan teori dalam ilmu politik secara umum, mahasiswa mampu mengenali, menguraikan dan menganalisis berbagai problematika pengelolaan hutan dengan menggunakan berbagai metodologi dan teori dalam ilmu politik yang telah dia kuasai sebelumnya, mahasiswa mampu menyampaikan hasil deskripsi dan analisis terhadap berbagai issu dan atau kasus pengelolaan hutan di tingkat nasional maupun internasional secara sistematis baik melalui lisan maupun tulisan, dan yang terakhir mahasiswa mampu merumuskan berbagai alternatif pemecahan terhadap berbagai persoalan dalam pengelolaan hutan dari sisi dinamika aktor, kewenangan dan kepentingan (politis) dan juga dari sisi tata kelolanya (governance). 1
2 Kegunaan Mata Kuliah bagi Mahasiswa Mata kuliah ini disajikan dalam rangka membekali mahasiswa kehutanan dengan ilmuilmu sosial yang dalam hal ini adalah ilmu politik agar nantinya mereka mampu memahami, menjelaskan dan menganalisis berbagai problematika dalam pengelolaan sumberdaya hutan dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari sisi politis. Hal ini penting mengingat dewasa ini persoalan di kehutanan semakin kompleks dan melibatkan sekian banyak aktor beserta kepentingannya yang masing-masing melakukan kontestasi atau perjuangan untuk mendapatkan haknya. Dengan mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa akan memiliki bekal keilmuan yang cukup untuk dapat memahami dan menganalisis dinamika politik kehutanan Indonesia maupun dunia internasional secara sistematis. Tujuan Pembelajaran Tujuan dari penyelenggaraan mata kuliah ini adalah memberi bekal keilmuan di bidang politik secara umum dan politik kehutanan secara khusus kepada mahasiswa agar nantinya mahasiswa memiliki senjata atau pisau untuk melakukan analisis terhadap kasus-kasus pengelolaan hutan ditingkat nasional maupun internasional secara sistematis. Selain itu juga bertujuan untuk melatih mahasiswa untuk menemukan, memahami dan menjelaskan berbagai problematika pengelolaan sumberdaya hutan seperti deforestasi, degradasi hutan, penyimpangan birokrasi kehutanan dan konservasi sumberdaya hutan dari sudut pandang konsep dan teori-teori politik. Dengan demikian diharapkan nantinya mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah ini akan mampu melakukan analisis untuk menemukan berbagai alternatif solusi terhadap persoalan kehutanan dewasa ini dari sisi atau tinjauan politis. Susunan Bahan Ajar BAB I. Definisi dan Cakupan Konsep - Konsep dalam Politik Hutan BAB II. Paradigma dan Metodologi dalam Ilmu Politik BAB III. Dinamika Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Hutan di Indonesia (political point of view) BAB IV. Politik Deforestasi dan Degradasi Sumberdaya Hutan 2
3 BAB V. Politik Konservasi Sumberdaya Hutan BAB VI. Sustainable development dan Implikasinya dalam Pembangunan Hutan di Indonesia BAB VII. Demokratisasi di Bidang Kehutanan BAB VIII. Desentralisasi di Bidang Kehutanan BAB IX. Perilaku Birokrasi; Studi Kasus di Kehutanan BAB X. Good Forestry Governance BAB XI. Politik Climate Change BAB XII. Wacana dan Isu-Isu Politik Hutan di Tingkat Nasional dan Internasional Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar a. Terlebih dahulu mahasiswa harus memahami kompetensi atau hasil pembelajaran yang diharapkan dari mata kuliah ini dan kompetensi dari masing-masing bab atau pokok bahasan. b. Selanjutnya mahasiswa harus memahami secara baik definisi dan cakupan konsep serta teori untuk masing-masing pokok bahasan berikut contoh-contoh kasus dan penerapannya c. Mahasiswa aktif mencari dan mengembangkan teori-teori tambahan yang relevan secara mandiri dari berbagai literatur atau sumber bacaan lainnya. d. Mahasiswa aktif mencari kasus-kasus dan isu-isu kehutanan yang terbaru sebagai bahan diskusi di kelas sesuai dengan pokok bahasan di kelas tersebut e. Mahasiswa selalu melatih diri untuk menggunakan teori tersebut guna membaca dan menganalisis berbagai kasus dalam pengelolaan hutan dari kacamata teori tersebut kemudian menyajikannnya baik secara lisan maupun tertulis. f. Melaksanakan berbagai aktifitas atau tugas tambahan dari masing-masing pokok bahasan dalam rangka mendukung pencapaian kompetensi yang diharapkan seperti pembuatan paper atau tulisan ilmiah lainnya g. Memahami prosedur penilaian dari mata kuliah ini sehingga bisa mempersiapkan diri seoptimal mungkin agar memperoleh hasil yang memuaskan. h. Berusaha semaksimal mungkin menjawab berbagai kuis dan soal-soal latihan yang diberikan pada masing-masing pokok bahasan sebagai persiapan untuk menghadapi test summatif (ujian sisipan dan ujian akhir). 3
4 BAB I. Definisi dan Cakupan Konsep-Konsep dalam Politik Hutan Pokok Bahasan Konsep politik selalu berkaitan dengan aktor, kepentingan dan kekuasaan. Usaha dari setiap aktor untuk mewujudkan keinginan atau kepentingannya sering diartikan sebagai politik. Oleh Lasswel (dalam Varma, 2003), politik diartikan sebagai sebuah perjuangan untuk meraih sesuatu dalam keterbatasan sumberdaya. Jadi setiap bentuk pemanfaatan sumberdaya alam oleh manusia untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya akan selalu bersentuhan dengan dimensi-dimensi politik. Hal ini dikarenakan sebagian sumberdaya alam bersifat terbatas dan dibutuhkan oleh sekian banyak manusia, sehingga dimungkinkan terjadi perebutan untuk mendapatkannya. Siapa yang memiliki kekuatan dan kekuasaan akan mendapatkan bagian lebih banyak dibandingkan mereka yang tidak memilikinya. Dari sinilah sering muncul adanya ketidakadilan dalam mendapatkan kemanfaatan dari sumberdaya alam yang ada. Di sisi lain, manusia sering berbuat rakus dan hilang kendali dalam aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam, sehingga kadang melebihi kapasitas daya dukung sumberdaya tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya degradasi sumberdaya alam yang kemudian diikuti dengan munculnya dampak negatif yang dapat merugikan manusia. Dari sinilah muncul berbagai usaha manusia untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya ataupun upaya penanggulangan dampak negatif yang ditimbulkan. Dikarenakan hal ini menyangkut kepentingan banyak pihak dan melibatkan sekian banyak aktor, maka kedua usaha tersebut tidak mudah dilakukan, dan bahkan sering terjadi konflik didalamnya. Istilah politik dapat dijelaskan dengan bermacam-macam pengertian tergantung dimensi serta sudut pandang kita dalam melihatnya. Dalam dimensi keilmuan, politik menurut Roger F. Soltau dijelaskan sebagai ilmu yang mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan tersebut, hubungan antara negara dengan warga negaranya dan dengan negara lain. Sedangkan W.A. Robson menjelaskan bahwa politik merupakan ilmu yang mempelajari tentang kekuasaan dalam masyarakat (Budiardjo, 2006). Ditinjau dari dimensi praktis, Joyce Mitchell menerangkan bahwa politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya. Lebih lanjut Hoogerwerf (dalam Budiardjo, 2006) menerangkan bahwa objek dari ilmu politik adalah kebijaksanaan pemerintah, proses terbentuknya serta akibat- 4
5 akibatnya. Yang dimaksud dengan kebijaksanaan disini adalah sebuah upaya membangun masyarakat secara terarah melalui pemakaian kekuasaan. Secara umum politik juga sering ditafsirkan dengan suatu cara untuk mendapatkan, menjalankan dan mempertahankan kekuasaan. Ada beberapa asumsi pokok yang terkandung dalam konsep politik menurut Philipus dan Aini (2006), yaitu : setiap masyarakat menghadapi kelangkaan sumber daya sehingga timbul konflik saat proses penetapan distribusi kelompok dominan dalam masyarakat ikut dalam pendistribusian tersebut melalui keputusan politik pemerintah mengalokasikan sumberdaya langka kepada kelompok tertentu yang memiliki kemampuan menekan pemerintah lebih kuat Politik merupakan the art of posible, karena pada kenyataannya si pembuat kebijakan menghadapi kendala antara lain watak manusia, kekuasaan, kelangkaan teknologi, kapasitas, dan lain-lain. Politik tidak bisa dipisahkan dari realitas kehidupan dan aktifitas masyarakat. Politik mencakup seluruh aktifitas baik bersifat cooperatif maupun konflik di dalam maupun diantara masyarakat (societies), yang didalamnya memuat kegiatan : pengorganisasian dan distribusi sdm, sda dan sumberdaya lain untuk kegiatan produksi dan reproduksi dalam kehidupan biologis dan sosial (Leftwich, 1984). Kemudian tentang konsep negara, ada beberapa definisi yang bisa diacu antara lain adalah menurut Harold J. Laski (dalam Budiardjo, 2006), negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena memiliki wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Sedangkan Max Weber menjelaskan bahwa negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Dari definisi tersebut dapat diambil pengertian bahwa negara memiliki beberapa sifat khusus yaitu sifat memaksa, monopoli dan mencakup seluruh wilayah tertentu. Birokrasi umumnya didefinisikan sebagai aktor yang menjalankan kebijakan yang diputuskan di tempat lain (Masoed, 1994). Kapasitas negara dalam menjalankan sebuah skema kebijakan pengelolaan linkungan sangat tergantung pada kapasitas kelembagaan birokrasi pemerintahan yang dipunyai. Selama ini, birokrasi Weberian dianggap sebagai 5
6 bentuk ideal dari sebuah birokrasi yang selalu berusaha untuk diterapkan di berbagai negara berkembang. Ciri utama dari birokrasi ini antara lain adalah : adanya hierarkhi, adanya prinsip kepastian yang harus diatur berdasarkan hukum, adanya pembagian tugas, dan pola hubungan yang bersifat impersonal. Civil society merupakan suatu ruang atau space yang terletak antara negara di satu pihak dan masyarakat di pihak lain seperti yang dikatakan oleh Michael Walker (1995), dan dalam ruang tersebut terdapat asosiasi warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun sebuah jaringan hubungan di antara asosiasi tersebut. Asosiasi tersebut bisa dalam bentuk bermacam-macam: ikatan pengajian, persekutuan gereja, koperasi, kalangan bisnis, rukun tetangga, rukun warga, ikatan profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan lain sebagainya. Hubungan yang terjadi dikembangkan atas dasar toleransi dan saling menghargai satu sama lain. Jadi civil society adalah sebuah masyarakat, baik secara individual maupun secara kelompok di dalam suatu negara yang mampu berinteraksi secara independen dengan negara (Gaffar, 2006; ). Kehadiran LSM yang juga dikenal dengan istilah Organisasi non Pemerintah (Non Goverment Organization/NGO) dalam sebuah masyarakat merupakan kenyataan yang tidak dapat dinafikan. Hal itu terjadi karena bagaimanapun juga kapasitas pemerintah terbatas. Tidak semua kebutuhan warga masyarakat dapat dipenuhi oleh pemerintah, apalagi di negara-negara yang sedang membangun seperti Indonesia. Dalam konteks pembangunan, tidak jarang orang membedakan antara pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan pembangunan yang diselenggarakan oleh masyarakat, yang dalam hal ini tentu saja LSM/NGO sebagai motor penggerak paling utama. Lembaga ini bahkan tidak jarang memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dibanding lembaga pemerintah (Gaffar, 2006 ; 202). Konsep kebijakan merujuk pada pengertian kumpulan keputusan yang diambil seseorang atau kelompok dalam usaha mencapai tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tersebut (Philipus dan Aini, 2006). Sedangkan kebijakan hutan adalah seperangkat tindakan yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk tujuan tertentu yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya hutan (Cubbage, 1993). Lasswell dan Kaplan (dalam SP Varma, 2003) menerangkan bahwa keputusan atau kebijakan merupakan hasil dari suatu pertentangan yang membentuk kekuasaan, atau merupakan hasil dari sebuah interaksi dalam arena politik. Pembuatan keputusan yang 6
7 rasional menyangkut tiga hal, yaitu kejelasan konsep tujuannya, ketelitian dalam perhitungan kemungkinan dan penerapan pengetahuan tentang cara dan alat-alat yang tersedia secara jitu. Kemudian menurut Christopher Hood, ada beberapa instrumen kebijakan yang harus tersedia secara baik untuk dapat menghasilkan kebijakan yang ideal, yaitu : nodality (informasi), authority (kewenangan), treasure (dana) dan organization (pelaksana). Menurut Fiorino (1995), agenda setting adalah proses membatasi berbagai macam permasalahan dalam pemerintahan menjadi lebih sempit dan terfokus pada satu issu tertentu. Hal ini merupakan sebuah proses yang komplek dimana manusia, peristiwa atau fakta dan waktu memainkan perannya secara bersamaan. Seringkali peristiwa atau fakta akan menentukan agenda kebijakan dari pemerintah, terutama issu yang dianggap strategis oleh pemerintah. Sebagai contoh adalah bahwa kebijakan tentang lingkungan hidup selalu menghadapi permasalahan klasik yaitu bahwa pemerintah harus menetapkan skala prioritas kebijakan. Disana akan banyak pilihan yang harus dipertimbangkan dengan baik, misalnya pertentangan antara kepentingan domestik dengan kepentingan luar negeri, keuntungan eksploitasi dengan kelestarian ekologis, kemampuan anggaran dengan idealitas kebijakan, dan lain-lain. Teori Agenda Setting semakin berpengaruh pada saat itu karena media massa menjadi, seperti istilah Marshall MacLuhan, the extension of man, atau kepanjangan indera manusia, yang membantu manusia memahami apa yang terjadi di lingkungannya. Kejadian Tsunami, banjir, tanah longsor, gempa dan tragedi kemanusiaan lain pertama-tama dilaporkan oleh media kepada publik. Bahkan acap kali kecepatan media untuk menangkap isu dan menyampaikan kepada publik jauh lebih tinggi daripada jaringan birokrasi pemerintah ataupun intelijen (Nugroho R., 2007). Charles Jones dalam Fiorino (1995), menjelaskan bahwa ada tiga pola dalam agenda setting : - pertama, pemerintah menempatkan diri sebagai pihak yang pasif dan mengakomodir sepenuhnya kepentingan sektor swasta - kedua, pemerintah menentukan proses atau mekanisme pengambilan kebijakan dan mendorong pihak swasta untuk berpartisipasi dalam proses penetapan prioritas kebijakan 7
8 - ketiga, pemerintah memiliki otoritas sepenuhnya dalam penentuan agenda dan tujuan dari setiap kebijakan yang akan diambil Menurut Purwo Santoso (2006), untuk melakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan pemerintah atau prediksi mengenai keberhasilan atau kegagalan kebijakan tersebut dalam mencapai tujuannya, dapat didekati melalui tiga perspektif, yaitu perspektif manajerial (teknokratik), konsensual (politis) dan kontekstual. Secara manajerial, sebuah kebijakan yang baik harus direncanakan, dikelola dan diekskusi sebaikbaiknya. Fokus perhatiannya adalah bagaimana kebijakan ini melengkapi dirinya dengan kejelasan dan ketepatan tahapan atau langkah baik dalam perumusan maupun implementasinya. Kemudian dalam sudut pandang konsensual (politis), suatu kebijakan harus disepakati dan dipatuhi oleh pihak-pihak yang terkait. Dalam hal ini diperlukan adanya komitmen yang kuat dari setiap stake holders yang akan menjadi pelaku maupun sasaran dari kebijakan tersebut. Dan yang terakhir dari kacamata kontekstual, bahwa sebuah kebijakan akan berhasil jika seluruh isi dan proses yang ada dalam kebijakan itu sesuai dengan konteks (struktur sosial, situasi politik, kebutuhan, kapabilitas) yang sedang berjalan. Kemudian David E. Apter (1977), menjelaskan bahwa pemerintah atau negara yang berdaulat memiliki empat fungsi input dan tiga fungsi output. Fungsi input dari pemerintah tersebut adalah sosialisasi dan rekruitmen politik, artikulasi kepentingan, pengelompokan kepentingan dan komunikasi politik. Sedang fungsi outputnya adalah pembuatan aturan atau kaidah, implementasi dari kaidah dan penghakiman terhadap kaidah atau aturan main tersebut. Sistem politik merupakan berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi politik. Struktur politik terdiri dari suprastruktur (the ruler/pemerintah atau penguasa) dan infrastruktur (the ruled/masyarakat beserta organisasi yang dibentuknya/ormas, orpol, pers, dll). Fungsi politik terdiri dari fungsi input (sosialisasi, rekruitmen dan komunikasi politik, agregasi dan artikulasi kepentingan) dan fungsi output (pembuatan dan pelaksanaan peraturan/kebijakan, peradilan). Dalam model sistem politik yang dikemukakan oleh David Easton, kebijakan publik dipandang sebagai tanggapan dari sistem politik atas permintaan ataupun dorongan lingkungan. Sistem politik yang dimaksudkan di sini adalah jaringan institusi dan kegiatan dalam masyarakat yang dapat menciptakan suatu keputusan atau alokasi-alokasi otoritatif. Kekuatan- 8
9 kekuatan yang timbul dalam lingkungan dapat mempengaruhi sistem politik disebut sebagai input yang terdiri dari demand dan support dengan fungsi pada sistem untuk mentransformasi input tersebut menjadi output. Input adalah pemasukan informasi atau sumber daya ke dalam sistem. Memory terdiri dari fasilitas dan proses menyimpan dan memanggil kembali informasi. Keputusan adalah komitmen, berdasar analisis tentang informasi yang ada dan kemampuan yang dipunyai, untuk melakukan tindakan terhadap lingkungan. Output adalah tindakan suatu sistem. Tujuan adalah apa saja yang dimaksud akan dikejar melalui tindakan itu. Terakhir feedback adalah informasi baru tentang akibat dari tindakan yang telah dilakukan, yaitu yang menjadi dasar bagi sistem itu untuk memulai siklus itu kembali. Hasil Pembelajaran Dapat memahami dan menjelaskan : (1) Definisi dan cakupan konsep-konsep dalam politik (2) Konsep-konsep terapan dalam politik hutan beserta contoh-contoh kasusnya Aktifitas : (1) Membaca bahan ajar sebelum kuliah (2) Membaca bahan bacaan/pustaka yang relevan (3) Diskusi dan menjawab kuis Kuis dan latihan (1) Terangkan beberapa asumsi-asumsi dalam konsep politik dan berikan contoh kasus di kehutanan yang menguatkan asumsi tersebut! (2) Jelaskan yang dimaksud proses politik dan berikan contohnya dalam konteks kemunculan sebuah kebijakan hutan! (3) Sebutkan instrumen-instrumen yang harus ada dalam sebuah kebijakan yang ideal kemudian gunakan untuk memotret salah satu kebijakan kehutanan yang ada saat ini! 9
KONSEP-KONSEP POLITIK
KONSEP-KONSEP POLITIK (Teori politik, Masyarakat, Kekuasaan dan Negara) Oleh: Adiyana Slamet Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-9 (IK-1,3,4,5) Pengertian Teori Teori adalah abstraksi
Lebih terperinciWORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM
WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan Yogyakarta, 21-22 Juni 2010 MAKALAH Otda & Konflik Tata Ruang Publik Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol
Lebih terperinciKonsep-konsep Pokok Politik yang Mendasari Definisi/Pengertian Ilmu Politik
Konsep-konsep Pokok Politik yang Mendasari Definisi/Pengertian Ilmu Politik Oleh: Adiyana Slamet Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-2-3 (IK-1,3,4,5) NEGARA Negara adalah suatu
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI
EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Wahyu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan politik demokratik berjalan semenjak reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sejumlah agenda; penyelenggaraan
Lebih terperinciNEGARA (Pengertian, Tugas, Asal mula,sifat, Unsurunsur, Tujuan dan fungsi Negara, Istilah Negara dan sistem Politik)
NEGARA (Pengertian, Tugas, Asal mula,sifat, Unsurunsur, Tujuan dan fungsi Negara, Istilah Negara dan sistem Politik) Oleh: Adiyana Slamet Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-4-5
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciOtda & Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM. Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII
Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan NCHR Uuniversity
Lebih terperinciAIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM
AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciPERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI NON-PROFIT
PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI NON-PROFIT DR. Johannes Buku : Manajemen Stratejik - bab 11 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti BAB ini diharapkan menjelaskan hal-hal berikut. anda dapat 1.Perkembangan
Lebih terperinciGood Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik
Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setelah melalui perjalanan panjang selama kurang lebih 7 tahun dalam pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disahkan pada tanggal 15 Januari
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciSosiologi politik MEMAHAMI POLITIK #4 Y E S I M A R I N C E, M. S I
Sosiologi politik MEMAHAMI POLITIK #4 Y E S I M A R I N C E, M. S I PENGERTIAN ILMU POLITIK Secara Etimologis istilah politik berasal dari kata dalam bahasa Yunani Kuno yakni polis yang artinya adalah
Lebih terperinciADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah
ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah Petunjuk Umum: Baca dan tandatangani pernyataan patuh pada Etika Akademik Pilihan Ganda 1. Berilah tanda silang pada lembar jawaban dengan memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciKomunikasi Politik dalam Sistem Politik 1
Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1 Beberapa ilmuan melihat komunikasi politik sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan politik. Oleh karena itu komunikasi politik dianggap memiliki fungsi yang
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.
SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan
Lebih terperinciBAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciA. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM
A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri
Lebih terperinciPembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro
Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA Nindyantoro Permasalahan sumberdaya di daerah Jawa Barat Rawan Longsor BANDUNG, 24-01-2008 2008 : (PR).- Dalam tahun 2005 terjadi 47 kali musibah tanah longsor
Lebih terperinciBab II Perencanaan Kinerja
Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Visi Misi Daerah Dasar filosofi pembangunan daerah Provinsi Gorontalo seperti tercantum dalam RPJMD Provinsi Gorontalo tahun 2012-2017 adalah Terwujudnya Percepatan Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi
Lebih terperinciKomunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si
Komunikasi dan Politik 1 Oleh : Adiyana Slamet, S.Ip., M.Si Seseorang yang menggeluti komunikasi politik, akan berhadapan dengan masalah yang rumit, karena komunikasi dan politik merupakan dua paradigma
Lebih terperinciPERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001
PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992
Lebih terperinciMENGENAL KPMM SUMATERA BARAT
MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201
Lebih terperinciVI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN
VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator
Lebih terperinciREVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi
REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi Pembelajaran Akselerasi Bertindak Melihat Mendengar Merasa Siklus Belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Pastinya kemajuan teknologi dan informasi menuntut birokrasi untuk beradaptasi dalam menghadapi dunia global
Lebih terperinciBAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK Rencana Kerja Bappeda Kabupaten Aceh Selatan adalah penjabaran perencanaan tahunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat peraturan perundang-undangan),
Lebih terperinciKabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011
DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia sejak tahun 1990-an dan semakin populer pada era tahun 2000-an. Pemerintahan yang baik diperkenalkan
Lebih terperinciBAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS
BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian
Lebih terperinciDEfiNISI KEBIJAKAN PUBLIK
DEfiNISI KEBIJAKAN PUBLIK John Locke MENURUT PAKAR Francis Bacon Easton Pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam pengertian ini hanya pemerintah yang
Lebih terperinciPerspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim
Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Jakarta, 17 Januari 2018 Agenda Presentasi RPP Perubahan Iklim sebagai Instrumen Pelaksana UU 16/2016 Good Governance dalam RPP Perubahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Pembangunan Desa adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah desa, dalam rangka memajukan desa dan meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat desa. Dana pembangunan
Lebih terperinci8 KESIMPULAN DAN SARAN
8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dalam konteks kelembagaan pengelolaan hutan, sistem pengelolaan hutan bukan hanya merupakan representasi keberadaan lembaga regulasi negara, melainkan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciGood Governance. Etika Bisnis
Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejarah memberikan makna dan pengalaman tentang peristiwa masa lampau. Sejarah mengajarkan kita untuk dapat bertindak lebih bijaksana. Melalui pembelajaran
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan fungsi desentralisasi dan demokratisasi pada tingkat lokal (Otonomi Daerah), pemerintah melakukan upaya-upaya yang signifikan melalui penataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Berdasarkan ketentuan ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan desa secara yuridis formal diakui dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
Lebih terperinciBAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik
BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperinci69. Mata Pelajaran Sosiologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)
69. Mata Pelajaran Sosiologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan murni (pure science) bukan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata bergerak dari tiga aktor utama, yaitu masyarakat (komunitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata bergerak dari tiga aktor utama, yaitu masyarakat (komunitas lokal) yang berperan sebagai informal business unit, sektor swasta sebagai formal business unit,
Lebih terperinciBAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK
BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK Untuk lebih mendalami hakekat pendidikan politik, berikut ini disajikan lagi beberapa pendapat ahli mengenai pendidikan politik. Alfian (1986) menyatakan pendidikan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang. telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa
282 BAB VI PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa kesimpulan dan saran yang diperlukan. A. Kesimpulan
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,
BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di
Lebih terperinciBUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014
Lebih terperinciPURWO SANTOSO. Universitas Gadjah Mada
PURWO SANTOSO Universitas Gadjah Mada ALUR PAPARAN Sekilas tentang Kebijakan Publik Studi kebijakan publik: Sebuah ilmu terapan? Probematika penerapan Studi Kebijakan publik. Advokasi kebijakan: Terobosan
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi dan Misi BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rumusan visi dan misi Badan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013-2018 berlandaskan pada tugas pokok dan fungsi yang
Lebih terperinciTahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan
Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan Tahap penyusunan agenda Masalah kebijakan sebelumnya berkompetisi terlebih
Lebih terperinciteori organisasi. Modul 1 terdiri dari 3 kegiatan belajar. Pada Kegiatan Belajar 1 dijelaskan pengertian organisasi, komponen-komponen yang ada dalam
ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Teori Organisasi (ADPU4341) merupakan mata kuliah pokok dan salah satu mata kuliah pendukung tugas akhir program studi ilmu administrasi publik. Seperti yang diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. suatu sistem, dimana bagian-bagian tugas negara diserahkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bergulirnya periode reformasi memberikan dorongan bagi pemerintah untuk melakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk hubungan antara pusat dan daerah. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Pada masa awal kemerdekaan ada semacam kesepakatan pendapat bahwa birokrasi merupakan sarana politik yang baik
Lebih terperinciPolitik Global dalam Teori dan Praktik
Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
Lebih terperinciSilabus MATA KULIAH KEBIJAKAN PEMERINTAH Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Warmadewa Dosen Pengampu: I Wayan Gede Suacana
Silabus MATA KULIAH KEBIJAKAN PEMERINTAH Program Studi Ilmu an Fisipol Universitas Warmadewa Dosen Pengampu: I Wayan Gede Suacana Deskripsi: Mata kuliah ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa memahami
Lebih terperinciM E M U T U S K A N :
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.2/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN FORMULASI, IMPLEMENTASI, EVALUASI KINERJA DAN REVISI KEBIJAKAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN
Lebih terperinciIkhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP
Ikhtisar Eksekutif Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. terkait dengan judul penelitian serta rumusan masalah penelitian. yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.
BAB VI PENUTUP Bab ini mengulas tentang kesimpulan dari pembahasan terkait dengan judul penelitian serta rumusan masalah penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya. Peneliti juga memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang saling mendukung dan tidak bisa dipisahkan. Secara konseptual, komunikasi dan pembangunan memandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian, dan
Lebih terperinciMANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, Drs., M.Pd. Hakekat pembelajaran sebenarnya menunjuk pada fungsi pendidikan sebagai wahana untuk menjadikan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak. sumber daya dan kemampuan, diantaranya diperlukan kemampuan
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah harus dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak sumber daya dan kemampuan, diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REFLEKSI TEORI
109 BAB VI KESIMPULAN DAN REFLEKSI TEORI Berdasarkan analisis penelitian seperti yang telah diuraikan bab-bab sebelumnya berkaitan dengan analisis politik keuangan daerah di Era Desentraliasasi, Studi
Lebih terperinciMANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI T E S I S
MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI T E S I S Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciPELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM
PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM Oleh: Donny Setiawan * Pada era demokratisasi sebagaimana tengah berjalan di negeri ini, masyarakat memiliki peran cukup sentral untuk menentukan
Lebih terperinciBULETIN ORGANISASI DAN APARATUR
BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) adalah suatu sistem manajemen pemerintah yang dapat merespon aspirasi masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, peranan Negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (Government) menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan reformasi, istilah Good Governance begitu popular. Salah satu yang cukup penting dalam proses perubahan
Lebih terperinciPEMBINAAN ORGANISASI MITRA PEMERINTAH
PEMBINAAN ORGANISASI MITRA PEMERINTAH Disampaikan Oleh : DR. Ir. SUHATMANSYAH IS, Msi Direktur Fasilitasi Organisasi Politik dan Kemasyarakatan Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Departemen
Lebih terperinci2 alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan Peristiw
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah administrasi kependudukan di Indonesia merupakan hal yang sangat berperan dalam pembangunan, dimana dari sistem administrasi penduduk tersebut dapat
Lebih terperinciII. PENDEKATAN TEORITIS
II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Kepemilikan Sumber Daya (Property rights) Kondisi tragedy of the common didorong oleh kondisi sumber daya perikanan yang bersifat milik bersama
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
- 107 - BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Merujuk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25 tahun 1999 merupakan titik awal berjalannya otonomi daerah (reformasi pemerintahan daerah dan reformasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai
Lebih terperinciTERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM
BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI Untuk menyelenggarakan pembangunan jangka panjang Kabupaten Aceh Tamiang, perlu dikembangkan suatu kredo atau arahan bagi penyelenggaraan sistem pembangunan agar
Lebih terperinciPolicy Brief Launching Arsitektur Kabinet : Meretas Jalan Pemerintahan Baru
Policy Brief Launching Arsitektur Kabinet 2014-2019 : Meretas Jalan Pemerintahan Baru Konstitusi mengamanatkan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (Pasal 4 UUD 1945). Dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.2/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN FORMULASI, IMPLEMENTASI, EVALUASI KINERJA DAN REVISI KEBIJAKAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas berbantuan sesuai dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penganggaran merupakan suatu proses pada organisasi sector publik, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait dalam penentuan
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN
BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud
Lebih terperinci