PT. UNITED TRACTORS Tbk TC SANGATTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PT. UNITED TRACTORS Tbk TC SANGATTA"

Transkripsi

1 UNDERCARRIAGE PT. UNITED TRACTORS Tbk TC SANGATTA

2 D A F T A R I S I KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I. BAB II. FINAL DRIVE A. SINGLE REDUCTION ROTATED DRIVE SHAFT. I B. SINGLE REDUCTION FIXED DRIVE SHAFT I C. DOUBLE REDUCTION..... I D. PLANETARY GEAR TYPE RIGID I E. PLANETARY GEAR TYPE SEMI RIGID. I UNDERCARRIAGE A. KLASIFIKASI KERANGKA BAWAH.. II B. KOMPONEN UTAMA UNDERCARRIAGE. II Track Frame. II Roller II Front Idler. II Recoil Spring....II Sprocket II Track Link II Track Shoe... II Equalizing Beam.. II Guard II BAB III. MEASUREMENT A. ALAT - ALAT UKUR KOMPONEN UNDERCARRIAGE. III Multi Scale... III Out Side Caliper... III Sprocket Wear Gauge... III B. METODE PENGUKURAN. III C. PEMERIKSAAN.. III Percent Worn Chart.. III Hour Left Chart III Perhitungan Tanpa Hour Left Chart.III D. REBUILD DAN REPLACE....III BAB IV. GRAFIK WEAR RATE DAN OPERATING HOURS A. LINK PITCH DAN CARRIER ROLLER... III- 1-5 B. BUSHING OUTSIDE DIAMETER DAN LINK HEIGHT. III- 2-5 C. GROUSER HEIGHT.... III- 3-5 D. IDLER...III- 4-5 E. TRACK ROLLER.... III- 5-5 TABEL KEAUSAN SPECIAL TOOLS TROBLE SHOOTING

3 D A F T A R I S I BAB V. PERCENT WORN TABLE A. D 85 ESS 2 V B. D 85 ESS 1 V C. PC 200 LC 2..V BAB VI. SPECIAL TOOLS A. MEMBUKA SPROCKET... VI B. MEMASANG SPROCKET. VI C. MEMBUKA SPROCKET HUB...VI D. MEMASANG SPROCKET HUB. VI E. MEMBUKA DAN MEMASANG TRACK. VI Traning centre Department PT United Tractors, Tbk

4 Normalnya, komponen-komponen pada bulldozer yang mengalami keausan yang besar adalah perlengkapan kerja dan kerangka bawah. Keausan pada bagian kerangka bawah dapat digolongkan dalam komponen besar pada bulldozer yang mendapat perhatian besar terhadap biaya perawatan. Hal terpenting bagaimana mengurangi biaya yang dipergunakan akibat keausan bagian kerangka bawah dan melakukan perawatan ataupun perbaikan, karena keausan pada kerangka bawah tercatat besar bagiannya pada bulldozer dan biaya perawatannya. Gambar di atas menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah tercatat 60% dari biaya total perbaikan unit bulldozer. Gambar di atas menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah tercatat lebih besar 45% dari biaya total perbaikan unit Excavator. Jadi dengan mengurangi biaya perbaikan untuk kerangka bawah banyak hal kemungkinan, yang jelas biaya perbaikan kerangka bawah akan menjadi turun

5

6 Susunan roda gigi penggerak akhir adalah pegurang kecepatan yang biasanya diperlengkapi dengan satu atau dua set roda gigi lurus dan pinion boss roda gigi penggerak akhir. Prinsip yang dipergunakan pada transmisi dimana kecepatan rotasi dikurangi dan momen puntir ( torque ) ditambah oleh sejumlah roda gigi yang dipergunakan pada penggerak akhir. Masing-masing bak penggerak akhir ( final drive case ) dipasang melebar keluar dari bak roda gigi tirus ( bevel gear case ) pada masing-masing sisi. Dengan memilih perbandingan kecepatan yang tepat momen puntir ( Torque ) sebelum ke penggerak akhir ( final drive ) dapat diperkecil. Dengan demikian, transmisi yang sama, poros roda tirus ( bevel gear shaft ) dan lain-lain dapat dipergunakan yang sama pada berbagai jenis model mesin. Roda gigi penggerak akhir ( final Drive gears ) dapat dihadapkan pada tekanan permukaan yang besar disebabkan oleh beban goncangandan benturan ( shock and impact loads ), yang mana memerlukan perhatian ekstra untuk seleksi oli pelumas dan mencegah masuknya benda asing ke dalam bak penggerak akhir ( final drive cases ). Perbandingan reduksi normal berada diantara 1/9 sampai 1/12 untuk perbandingan reduksi yang lebih kecil dipergunakan sistem reduksi tunggal ( single reduction system ). Untuk perbandingan reduksi yang besar dipergunakan sistem reduksi ganda atau sistem roda gigi planet. ( Double reduction system or planetary gear system ). Jenis-jenis penggerak akhir : 1. Single reduction final drive shaft ikut berputar ( D31A - 17, D319Q - 17 ). 2. Single reduction fixed final drive shaft ( D20S - 1,2,3 s/n ). 3. Double reduction ( D50/53A - 17, D75S - 5, D80/85A - 21, D150/155A - 2 ). 4. Planetary gear type rigid ( D355A - 3, D455A - 1 ). 5. Planetary gear type semi rigid (D2675A - 2, D375A - 2, D475A - 2 ).

7 A. SINGLE REDUCTION ROTATED DRIVE SHAFT ( D31S - 17 ). Gbr I - 1. Single Reduction Rotated Final Drive Shaft ( D31S - 17 ). 1. Sprocket 12.Plane bearing 2. Steering case 13.Pinion 3. Final drive case 14.Retainer 4. Cover 15.Flange 6. Hub 16.Nut 7. Nut 17.Oil seal 8. Dowel pin 18.Nut 9. Nut 19.Driven gear 10.Floating seal 20.Final drive shaft 11.Cover Penggerak akhir (final drive) tipe reduksi tunggal (single reduction) dengan roda gigi lurus (spur gear) tenaga penggeraknya dari kopling stir (steering clutch), disalurkan ke pinion (13) melalut tromol rem (brake drum) dan flange (15). Tenaga gerak kemudian disalurkan ke sprocket (1) melalui pinion (13), roda gigi pemutar (drive gear) (19), poros penggerak akhir (final drive shaft) (20}, dan. hub (6) demikianlah urutannya. Hub (6) dipress duduk poros penggerak akhir (final drive shaft) (20).

8 B. SINGLE REDUCTION FIXED DRIVE SHAFT ( D20S - 1,2,3 s/n ). 1. Collar 2. Bearing Cage 3. Bearing 4. Collar 5. Washer 6. Nut 7. Cover 8. Bushing 9. Bearing 10. ring 11. Nut 12. Hub Gbr I - 2. Single Reduction Fixed Final Drive Shaft ( D20S - 1,2,3 s/n ).

9 C. DOUBLE REDUCTION ( D50/D53, D60/D65, D7ES - 5, D80/D85, D150/D155 ). Gbr I - 3. Double Reduction ( D50/D53, D60/D65, D7ES - 5, D80/D85, D150/D155 ). Model D150, 155 A menggunakan metode reduksi dua langkah dengan memakai roda gigi lurus ( spur gears ) dan pelumasan bilas dengan memanfaatkan rotasi dari roda gigi. Tenaga dari poros steering system disalurkan melalui clutch outer drum ( brake drum ) ke final drive flange ( 1 ), memutar primary pinion ( 3 ). Pada flange primary berhubungan dengan primary gear ( 35 ), memutar secondary pinion ( 34 ) pada gear shaft tenaga disalurkan lebih lanjut dari secondary pinion. Dengan mempengaruhi kecepatan reduksi pada saat yang sama. Berhubung karena konstruksinya, dimana secondary gear dibautkan pada final drive hub ( 27 ) ke dalam sprocket boss ( 11 ) dipresskan dalam bentuk taper spline ( alur tirus ), rotasi dari secondary gear berputar menjadi putaran sprocket boss. Final drive case ( 38 ) berfungsi sebagai tanki oli pelumas untuk masing-masing gear. Bagian - bagian yang berputar meluncur dari sprocket diperlengkapi dengan floating seals ( 19 ) dan ( 22 ) untuk mencegah kemasukan debu atau lumpur dan oli bocor.

10 Gbr I - 4. Double Reduction. 1. Final drive flange 11.Sprocket nut 21. Bearing 2. Bearing 12.Stopper 22. Floating seal 3. Primary pinion 13.Sprocket boss 23. Guard ( 12 teeth ) 14.Sprocket support 24. Color 4. Bearing 15.Cover 25. Secondary gear 5. Cover 16.Nut ( 55 teeth ) 6. Bearing 17.Washer 26. Bolt 7. Cover 18.Bushing 27. Sprocket hub 8. Cover 19.Floating seal 28. Bearing 9. Segment teeth 20.Retainer 10.Nut

11 D. PLANETARY GEAR TYPE ( D355A - 3, D455A - 1 ). 1. Cover 11. Final drive pinion 21. Floating seal 2. Support 12. Bearing cage 22. Drum 3. Snap ring 13. Pinion hub 23. Sprocket 4. Carrier 14. Sprocket shaft 24. Sun gear 5. Bearing 15. Steering case 25. Bearing cage 6. Ring gear 16. Hub 26. Floating seal 7. Planetary gear shaft 17. Final drive gear 27. Bush 8. Flange 18. Guard 28. Collar 9. Case cover 19. Shaft 29. Nut 10. Anchor 20. Guard Gbr I - 5. Planetary Gear type Rigid ( D355A - 3, D455A - 1 ).

12 E. PLANETARY GEAR TYPE SEMI RIGID ( D175A - 1, D275A - 2, D375A - 2, D475A - 2 ). Penjelasan Umum. Gbr I - 6. Planetary Gear Type Semi Rigid. ( D175A - 1, D275A - 2, D375A - 2, D475A - 2 ). Sistem reduksi satu tingkat yang mempergunakan roda gigi lurus ( spur gears ) dan yang lain mempergunakan roda gigi planet ( planetary gears ). Sistem pelumasannya mempergunakan roda gigi untuk membilaskan oli di dalam bak penggerak akhir untuk melumasi seluruh bagian dalam dari bak penggerak akhir. Bagian-bagian yang berotasi dan meluncur dari sprocket memiliki floating seals ( penyekat ngambang ) ( 19 ) untuk mencegah kotoran masuk ke dalam dari sebelah luar dan mencegah oli bocor. Diantara inner body ( tubuh dalam ) ( 15 ) dan outer body ( tubuh luar ) ( 13 ) dari sprocket dan sprocket boss ( 12 ), di sana terdapat rubber bushing (20 ) dipasang dengan jarak yang sama sekeliling lingkaran pada 10 tempat dimasing-masing sisi. Rubber bushing ini berbentuk silinder dengan konstruksi terdiri dari dua lapis yang dibuat dari logam dan karet. Rubber bushing berubah bentuk ketika mendapat gaya dari luar misalnya gaya impact atau tarikan drawbar ketika sedang beroperasi. Hal ini mengurangi beban pada komponen penggerak akhir ( final drive ). Sebagai tambahan, seal ( penyekat ) ( 14 ) dipasang untuk memisahkan rubber bushing ( 20 ) sepenuhnya dari sisi luar untuk mencegah masuknya kotoran atau air dari sebelah luar.

13 Gbr I - 7. Planetary Gear Type Semi Rigid. 1. Bearing cage 13.Outer body 2. Final drive case 14.Seal 3. No.1 pinion ( 17 teeth ) 15.Inner body 4. No.1 gear hub 16.Cover 5. No.1 gear ( 80 teeth ) 17.Hub 6. Cover 18.Carrier 7. Ring gear ( 69 teeth ) 19.Floating seal 8. Planet gear ( 25 teeth ) 20.Rubber bushing 9. Cover 21.Wear guard 10.Sun gear ( 19 teeth ) 22.Shaft 11.Teeth 23.Boss 12.Sprocket boss 24.Pivot shaft

14 Pemindahan dari Gaya Gerak. Gbr I - 8. Cara Kerja Planetary System. Gaya gerak dari bever gear shaft dan steering clutch disalurkan ke pinion No.1 ( 3 ). Kemudian disalurkan melalui gear ( roda gigi ) No.1 ( 5 ) dan gear hub No.1 ( 4 ) untuk memutar sun gear ( 10 ). Rotasi dari sun gear ( 10 ) disalurkan ke planet gear ( 8 ). Sedangkan ring gear ( 7 ) yang berhubungan dengan planet gear ( 8 ) berputar pada axis dan bergerak sepanjang ring gear mengorbit sekeliling sun gear ( 10 ). Rotasi dan sun gear ( 10 ) disalurkan ke carrier ( 18 ) dan kemudian dipindahkan melalui hub ( 17 ) untuk memutar inner body ( 15 ). Inner body berputar dengan arah yang sama seperti sun gear ( 10 ). Rubber bushing ( 20 ) dipasang antara inner body ( 15 ) dan outer body ( 13 ) serta sprocket boss ( 12 ), dengan demikian putaran dari inner body ( 15 ) disalurkan melalui rubber bushing ( 20 ) ke outer body ( 13 ), sprocket boss ( 12 ) dan sprocket teeth ( 11 ).

15

16 Unit type rantai ( Crawler type ) digunakan untuk berbagai macam kerja mendorong ( Bulldozer ), membawa beban ( Dozer Shovel ) dan banyak pekerjaan yang lain dengan jenis perlengkapan yang berbeda. A. KLASIFIKASI KERANGKA BAWAH. 1. Rigid Type. Type kerangka bawah ini front idler tidak dilengkapi rubber pad, final drive tidak memakai rubber bushing dan equalizing beam hanya duduk di atas frame utama ( main frame ). Contoh : D80/85 A, D155 A, D455 A. Gbr II - 1. Undercarriage. 1. Sprocket cover 6. Idler 2. Sprocket 7. Track frame 3. Recoil spring cover 8. Track roller 4. Carrier roller 9. Guiding guard 5. Track shoe

17 2. Semi Rigid Type Type kerangka bawah ini pada komponen sprocket diperlengkapi dengan rubber bushing dan front idler dilengkapi rubber pad dan equalizing beam dilock dengan pin pada frame utama ( main frame ). Contoh : D65E - 12, D275A -1, D375A - 1, D475A Bogie Type. Gbr II - 2. Semi Rigid Type. Type kerangka bawah ini terdapat dua idler, track roller dapat bergerak flexible ( Bogey ) dan sprockets kedudukannya lebih tinggi dari rear idler. Gbr II - 3. Bogey Type.

18 KERANGKA BAWAH ( UNDERCARRIAGE ). Kerangka bawah adalah : Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi untuk bergerak maju, mundur, belok kiri dan kanan. Bagian bawah yang menahan dan meneruskan berat dari tractors ke landasan. Bagian bawah dari crawler tractors yang berfungsi sebagai pembawa dan pendukung unit. B. KOMPONEN - KOMPONEN UTAMA UNDERCARRIAGE. 1. Track frame. 2. Roller. 3. Idler. 4. Recoil spring. 5. Sprocket. 6. Track link. 7. Track shoe. 8. Equalizing. 9. Guard. 1. Track Frame. Struktur track frame : Gbr II - 4. Track Frame dengan Diagonal Brace. 1. Carrier roller bracket 6. Track frame 2. Carrier Roller 7. Guiding guard 3. Recoil spring cover 4. Sprocket cover 5. Diagonal brace

19 Track frame merupakan tulang punggung dari pada Undercarriage, sebagai tempat kedudukan komponen-komponen undercarriage. Track frame ( 6 ) merupakan gabungan baja yang dibentuk menyerupai konstruksi box yang saling menyilang dan dirakit dengan plat baja yang dilas. Track frame khusus di design mampu melawan beban kejut selama operasi berat atau ringan dari kondisi kerja unit. Pada setiap unit terdapat 2 buah track frame yang dipasang pada sisi kiri dan kanan dari crawler tractors. Bentuk dari track frame seperti pada gambar II - 4, dipasang ke frame crawler tractors bagian belakang melalui diagonal brace ( 5 ). Tipe lain dari track frame terlihat seperti gambar di bawah ini. Gbr II - 5. Track Frame tanpa Diagonal Brace. Frame crawler tractors harus diperhatikan kondisi kelurusannya, apabila crawler tractors sudah dipakai operasi maka kemungkinan posisi kelurusan dari frame berubah yang menyebabkan toe out menjadi berubah pula.

20 Yang dimaksud toe in adalah suatu keadaan perubahan kelurusan track frame kiri dan kanan ketika permukaan idler menuju ke dalam mendekati Center line of tractors. Yang dimaksud toe out adalah suatu keadaan perubahan kelurusan track frame kiri dan kanan ketika permukaan idler menuju ke luar menjauhi Center line of tractors. Catatan : Perubahan kelurusan pada kondisi idler dilihat dari sprocket. Track frame mengalami toe in atau toe out disebabkan karena : Posisi ( pitch ) track roller yang dalam pemasangannya tidak memperhatikan ketentuan - ketentuan skala gambar. Terjadinya benturan antara batu dengan permukaan bawah diagonal brace yang dapat merusak fisik diagonal brace. Unit yang sudah beroperasi dalam waktu lama sehingga dengan variasi beban dapat menyebabkan perubahan kelurusan track frame. Gbr. II - 6. Pengukuran Toe in dan Toe out.

21 2. Roller. Pada kerangka bawah ada 2 jenis roller yaitu : Track roller. Carrier roller. a. Track roller. Track roller berfungsi sebagai pembagi berat dozer ke track. Gbr II - 7. Track Roller.

22 Track roller dibagi menjadi 2 macam tipe yaitu : Single flange roller. Double flange roller. Single flange roller. Gbr II - 8. Single Flange Roller. Double flange roller. Gbr II - 9. Double Flange Roller.

23 Track Roller dipasang pada Track Frame. Gbr II Track Roller. 1. Track roller 4. Floating 2. Bushing 5. Shaft 3. Collar

24 Gbr II Track Roller. 1. Snap ring 7. Spring washer O-ring 2. Thrust key 8-1. Seal ring Shaft 3-1. Seal ring 8-2. O-ring Seal ring 3-2. O-ring 8-3. Bushing O-ring 3-3. Bracket 8-4. Dowel pin Bushing 4. Snap ring 8-5. O-ring Dowel pin 5-1. Seal ring 8-6. Bearing O-ring 5-2. O-ring 9. Bolt Bearing 5-3. Bracket 10. Spring washer 12. Roller 6. Bolt O-ring Jumlah track roller yang dipasang pada dozer tergantung daro panjang track pada permukaan tanah ( jarak antara idler dengan sprocket ). Gbr II Lokasi Track Roller.

25 Pada posisi ke satu dan terakhir, pada umumnya dipasang track roller single flanged type, tujuannya agar keausan dapat dikurangi. Baik keausan pada track link maupun track roller itu sendiri. Sebagai contoh, unit D85ESS - 2 punya susunan track roller S S D S S D S S. Sedangkan untuk unit D 375 A - 3 punya susunan track roller dari beberapa model unit. S: Single flanged roller D: Double flanged M o d e l D 10 A, S - I D 20 A, P, S, Q - 3 D 21 A, P, S, Q - 3 D 30 A, S, Q - 15 D 30 P - 15 D 31 A, Q, S - 15, 16 D 31 P -15, -16 D 40 A - 1 D 40 P - 1 D 45 A, S - 1 D 45 P - 1 D 50 A, S - 15 D 50 P - 15 D 53 A, S - 15 D 55 S - 3 D 57 S - 1 D 60 A, S - 6 D 60 E, P - 6 D 65 A, S - 6 D 65 E, P - 6 D 75 S -2, -3 D 80 A -12 D 80 E - 12 D 85 A - 12 D 85 E - 12 D 95 S - 1 D 150 A - 1 D 155 A - 1 D 155 S, C - 1 D 355 A - 3 D 355 C - 3 D 455 A - 1 Rollers Per side Idler Rollers Position Sprocket S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S S D S D S S D S S D S S D S D S S D S S D S S D S D S S D S D S D S S D S D S S D S D S S D S S D S S D S S D S S D S D S D S S D S S D S S D S D S D S S D S D S D S S D S S D S S D S D S D S S D S S D S S D S D S D S S D S D S D S D D D S D D S D D D S D D S D S D S D S D S D D D S D D S D S D S D S D S D D S D S D S

26 Unit Komatsu baru ada yang menggunakan track roller dengan tipe BOGIE, unit - unit terseburt diantaranya D 155 AX dan D15-3, D375-3, D Untuk selanjutnya, track roller yang terikat secara tetap di track framenya disebut dengan tipe RIGID. Dengan tipe BOGIE, track rollernya dapat berisolasi menyesuaikan permukaan tanah, sehingga daya cengkeram tetap baik walaupun bekerja dipermukaan tanbah yang tidak rata. 1. Rubber mount. 6. Floating seal. 2. Track roller. 7. Bushing. 3. Inner bogie. 8. Plug. 4. Outer bogie. 9. Bogie mount cap. 5. Cartridge pin. Gbr. II Track Roller Tipe Bogie. Tiap track roller dipasang pada masing-masing inner bogie (3) dan outer bogie (4) untuk menjamin track roller dan track link selalu bersentuhan. Rubber mount 1) digunakan untuk menyerap getaran yang disebabkan oleh permukaan tanah.

27 Carrier Roller. Carrier roller berfungsi untuk : 8Menahan berat gulungan atas dari track shoe ass y agar tidak melentur. 8Menjaga gerakan track shoe antara sprocket ke idler atau sebaliknya tetap lurus. Gbr II Carrier Roller 1. Bolt 6-2. O-ring 7-6. O-ring 2. Spring washer 6-3. Shaft 7-7. Seal 3-1.Cover 7-1. Seat 7-8. Dowel pin 3-2.O-ring 7-2. O-ring 7-9. Bearing 4. Snap ring 7-3. O-ring 8-1. Bearing 5. Nut 7-4. Seal ring 8-2. Bearing 6-1.Snap ring 7-5. Seal ring 8-3. Carrier roller

28 Carrier roller diklasifikasikan menajdi 2 macam tipe yaitu : Flanged type. Drum type. Gbr II Flanged Type. Gbr II Drum Type. Jumlah carrier roller yang dipasang pada unit tergantung dari panjang track, pada umumnya antara 1 buah dan 2 buah tiap sisinya.

29 3. Front Idler. Front idler berfungsi untuk membantu menegangkan atau mengendorkan track dan juga meredam kejutan. Gbr III Front Idler. 8 Kejutan yang diterima oleh front idler diteruskan ke recoil spring. Gbr III Hubungan antara front idler dan recoil spring.

30 Gbr II Front Idler. 1. Idler 4. Cover 2. Bushing 5. Floating seal 3. Shaft 6. Support Fungsi komponen-komponen antara lain : Cover ( 4 ) bersama dengan ketebalan shim ( B ) mengatur kelurusan idler antara guide plate dan track frame. Jika clearance besar untuk mengatur sesuai standard clearance ( 0.5 mm ~ 1.0 mm ) dengan cara mengurangi ketebalan shim. Begitu sebaliknya jika clearance kecil untuk mengaturnya dengan cara menambah shim sesuai dengan ketebalan tertentu. Support ( 6 ) bersama dengan ketebalan shim ( A ) mengatur kerataan sisi idler kiri dengan sisi idler kanan.

31 Komponen-komponen Idler. Gbr II Komponen-komponen Front Idler.

32 1. Bolt Shim Dowel pin 2. Spring washer Bracket ( R.H ) O-ring 3. Scraper ( L.H ) 15. Seal ring Bearing 4. Bolt 16. O-ring 23. Bolt 5. Spring washer Bolt 24. Lock washer 6. Scraper ( R.H ) Spring washer Shaft 7. Bolt Guide plate O-ring 8. Spring washer Shim O-ring 9. Yoke Bracket ( L.H ) Seal ring 10. Nut 18. Seal ring O-ring 11. Spring washer 19. O-ring Bearing 12. Washer 20. Bolt Dowel pin 13. Bolt 21. Lock washer O-ring Bolt Seal ring Bearing Spring washer O-ring 26. Idler Guide plate Bearing 4. Recoil Spring. Gbr II Recoil Spring. 1. Yoke 7. Recoil Spring 13. Oil seal 2. Rod 8. Rear pilot 14. Wear ring 3. Cylinder 9. Nut 15. Packing 4. Piston 10. Cover 16. Grease fitting 5. Cover 11. Collar 17. Plug 6. Front pilot 12. Bushing

33 Recoil Spring berfungsi untuk meredam kejutan-kejutan dari front idler. Track adjuster berfungsi untuk mengatur kekencangan track. Untuk mengencangkan track dengan cara grease dipompakan masuk ke ruangan dalam cylinder ( 3 ) melalui grease fitting ( 16 ). Sehingga cylinder ( 3 ) akan bergerak keluar ( ), sedangkan untuk mengendorkan track dengan cara grease harus dikeluarkaan dari ruangan pada cylinder ( 3 ) melalui plug ( 17 ). Komponen-komponen Recoil Spring. Gbr II Recoil Spring. 1. Bolt 8-5. Seal Bolt 2. Spring washer 8-6. Seal Spring washer 3. Cover 8-7. Piston Lock 4. Gasket 9-1. Gasket Nut 5. Bolt 9-2. Bolt Rod 6. Spring washer 9-3. Spring washer Stopper 7. Cylinder 9-4. Snap ring Pilot 8-1. Ring 9-5. Bushing Seat 8-2. Ring 9-6. O-ring Spring 8-3. Gasket 9-7. Cover 8-4. Back up ring 9-8. Cover

34 Bagian-bagian recoil spring dan fungsinya : 8 Rod : Sebagai penerus tekanan ke yoke. 8 Cylinder : Sebagai buangan tempat grease yang berfungsi sebagai penekan rod. 8Piston : Sebagai penerus tekanan rod ke arah spring ( ). 8 Cover depan : Sebagai penahan spring dan tempat mengeluarkan spring. 8 Pilot dan seat : Tempat kedudukan spring dan oil pelumas. 8 Housing : Tempat susunan recoil spring dan menerima gaya. 8 Spring : Sebagai peredam kejut. 8 Bolt / Rod : Menerangkan tekanan spring dan meluruskan gaya. 8 Cover belakang : Tempat checking kondisi recoil spring. Adapun bentuk atau konstruksi lain dari recoil spring adalah sebagai berikut ( Diambil dari D 85 ESS - 2 ). Gbr II Recoil Spring D 85 ESS - 2.

35 Bagian-bagian recoil spring dan fungsinya : 8 Rod : Sebagai penerus tekanan ke yoke. 8 Cylinder : Sebagai buangan tempat grease yang berfungsi sebagai penekan rod. 8Piston : Sebagai penerus tekanan rod ke arah spring ( ). 8 Cover depan : Sebagai penahan spring dan tempat mengeluarkan spring. 8 Pilot dan seat : Tempat kedudukan spring dan oil pelumas. 8 Housing : Tempat susunan recoil spring dan menerima gaya. 8 Spring : Sebagai peredam kejut. 8 Bolt / Rod : Menerangkan tekanan spring dan meluruskan gaya. 8 Cover belakang : Tempat checking kondisi recoil spring. Penyetelan Kekencangan Track : Ketika track kendor, check ketegangan track dengan menempatkan unit di tempat yang rata, letakkan mistar lurus di atas track shoe diantara front idler dan front carrier. ( Lihat gambar dan tabel di bawah ini ). Model D D D D50 D53 D55 D57 D D75. D D95 D D D355 D455 Standard clearance 20 ~ 30 mm 30 ~ 40 mm 20 ~ 40mm 30 ~ 40mm Gbr II Penyetelan kekencangan track.

36 5. Sprocket. Sprocket berfungsi : 8 Meneruskan tenaga gerak ke track, melalui bushing. 8 Merubah putaran menjadi gulungan pada track agar unit dapat bergerak. Type Sprocket. Segment type Solid type Gbr II Sprocket. Segment Type. Gbr II Segment Type. Pada segment type, pergantian segment tidak perlu melepas track link.

37 Solid Type. Gbr II Solid Type. Pada solid type sprocket, apabila teethnya sudah aus maka pada waktu penggantiannya, harus banyak yang dilepas dan solid type sprocket harus dipotong, kemudian diganti dengan sprocket rim yang baru dan di las. 6. Track Link. 1. Link 2. Nut 3. Bolt 4. Master pin 5. Dust seal 6. Shoe 7. Regular pin Gbr II Track Link.

38 Track link berfungsi untuk : 8 Merubah gerakan putaran menjadi gerakan gulungan. 8Tempat tumpuan ( rel ) dari track roller sehingga memungkinkan crawler tractors dapat berjalan. Komponen-komponen track link adalah : Pin Bushing Spacer Seal ass y Plugs Link P i n. Surface hardened laver Gbr II P i n. Pin berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan link satu dengan link berikutnya disamping juga sebagai tempat kedudukan bushing, seal ass y, plug dan spacer. Struktur pada pin di bagian permukaannya diproses panas ( Heat treatment ) yang tujuannya agar didapatkan bahan dengan kekerasan tertentu sehingga proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama gesekan terjadi lebih lama. Tipe-tipe pin dibedakan atas 2 tipe yaitu : Regular pin. Master pin.

39 Regular pin. Master pin Center Bore Gjbr. II Macam - macam Tipe Pin L i n k. Gbr II L i n k.

40 Link berfungsi untuk : 8 Penumpu berat unit ke landasan. 8 Tempat kedudukan pin, bushing dan track shoe. 8 Tempat persinggungan dengan roller saat crawler tractors diam maupun bergerak. 8 Menghubungkan dan memutuskan crawler ( hanya pada master link ). Tipe-tipe master link adalah : Gbr II Macam-Macam Tipe Master Link. Bushing. Gbr II Bushing.

41 Bushing berfungsi untuk : 8 Tempat persinggungan antara diameter luar bushing dengan permukaan gigi sprocket. 8 Flexible daripada track saat bergerak menggulung. Struktur pada bushing di bagian I D dan 0 D juga diproses panas ( Heat treatment ) yang tujuannya agar didapatkan bahan dengan kekerasan tertentu sehingga proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama. Tipe-tipe bushing yang berfungsi sebagai flexible dari track adalah : Gbr II Macam-Macam Tipe Bushing. Seal yang terpasang di bushing ada beberaoa macam sesuai dengan fungsinya Lubricated. Digunakan pada bushing yang memerlukan lubrikasi. Fungsinya untuk mencegah terjadinya kebocoran oli, serta masuknya debu. Gbr II Lubricated.

42 Seal Assembly. Gbr II Seal Assembly. Seal assembly berfungsi untuk mencegah terjadinya kebocoran oil dan juga mencegah masuknya debu dari luar ke dalam clearance antara bushing dan pin. Dust Seal. Berfungsi untuk mencegah masuknya debu dari luar ke dalam clearance antara bushing dan pin. Dust seal tipe E Dust seal tipe W E type dust seal. W type dust seal. Dust seal tipe X X type dust seal. Dust Seal Item Application Material E Type Medium andlarge bulldezers Polyurethane rubber W Type Small buldozer Teflon - filled urethane rubber X Type Large bulldozer Steed plate spring

43 7. Track Shoe. Gbr II Track Shoe. 1. Shoe bolt 4. Bushing 2. Dust seal 5. Shoe 3. Link 6. Pin Track shoe adalah bagian dari undercarriage yang berfungsi disamping tempat persinggungan dengan tanah juga merupakan alas gerak crawler tractors. Track shoe merupakan pembagi berat unit ke prmukaan tanah ( ground ).

44 Tipe - Tipe Track Shoe. Dipasang pada bulldozer untuk keperluan operasi di daerah tanah biasa. Pada Semi Double Grouser, ketinggian satu grouser berbeda dengan ketinggian dari grouser berikutnya. Di pasang pada Dozer Shovel untuk keperluan operasi di daerah tanah biasa. Dipasang pada Dozer Shovel untuk keperluan operasi di medan operasi permukaan yang keras juga tipe ini dipasang pada hydraulic excavator. Dipasang pada bulldozer untuk keperluan operasi di daerah yang berbatu, sedangkan apabila dioperasikan di daerah yang berpasir tingkat keausannya cenderung lebih besar. Pada rock shoe, dilengkapi dengan rib ( 5 ) tujuannya untuk mengurangi geseran ke samping dan dilengkapi dengan bolt guard ( 6 ) bertujuan untuk megurangi kerusakan kepala bolt.

45 Dipasang pada bulldozer untuk keperluan operasi di daerah pasir bercampur batu yang sangat abrasif bentuk shoe ini sama dengan single grouser shoe akan tetapi ketebalannya dan kekuatan bahannya berbeda. Dipasang pada unit untuk keperluan operasi di daerah yang ber-rawa ( berlumpur ). Bentuk segitiga pada Swamp shoe adalah grouser. Dipasang pada unit untuk keperluan beroperasi di daerah bersalju. Agar pada saat bergerak, unit tidak slip ke samping, maka pada snow shoe di pasang step ( 19 ) dan rib ( 20 ). Dipasang pada unit untuk keperluan transportasi agar tidak merusak jalan. Rubber pad dipasang pada shoe yang terpasang pada unit apabila unit tersebut hendak dijalankan pada jalan beraspal, agar permukaan jalan tidak rusak.

46 8. Equalizing Beam. Equalizing beam berfungsi untuk menahan bagian depan unit ( bulldozer, dozer shovel ) yang diteruskan ke track frame tersebut dengan ditahan oleh bracket. Gbr II Equalizing Beam. 1. Sheet 6. Grease fitting 2. Pad 7. Bushing 3. Support 8. Dust seal 4. Equalizer bar 9. Bushing 5. Pad 10.Center pin

47 9. Guard. Track Roller Guard Track roller guard berfungsi untuk : 8 Melindungi kerusakan track roller yang diakibatkan oleh benda-benda dari luar ( batu, kayu ). 8 Mencegah lepasnya track link. Type track roller guard : 8Solid type. 8Segment type. Gbr II Equalizing Beam untuk track frame tipe pivot. Gbr II Wear Guard.

48 Wear Guard. Wear guard berfungsi untuk melindungi final drive case dari terjadinya keausan akibat gesekan dengan benda-benda luar. Gbr II Wear Guard.

49

50 Index No. A. ALAT-ALAT UKUR KOMPONEN UNDERCARRIAGE. Undercarriage Measuring Tool Kit ( No ). ( 1 ) Track Measuring Tool Kit ( Tool No ). Part No. Instrument Inspection Measuring Items Grouser height Shoe Loose shoe bolt Multi - Scale O O O O O O O O O Link height L i n k Link pitch Gap on link face Carrier roller Outer diameter of bushing Outer diameter of roller Flange width Track Roller Outer diameter of roller Adapter O Flange width Tread depth Front Idler Treat depth Sprocket Tool width Adapter O Convex rule (2 ml) O Outside caliper (300 mm) O Thickness gauge O Scale (300 mm) O O Scale (150 mm) O O Test Hammer O Pin O O Wire brush For removing mad Pinch bar (400 mm) For removing mud Binder For filling check sheets Steel case For carrying measuring instruments Other tools : To remove mud, the following auxiliary tools are also required : a. 1 m Pinch bar b. Scoop.

51 1. Multi Scale. Gbr III - 1. Multi Scale dilengkapi dengan Adaptor. Kegunaan multi scale yaitu dipakai untuk melaksanakan pengukuran : 8 Ketinggian komponen 8 Panjang, lebar, tebal suatu komponen. 8 Diameter komponen Cara pembacaan multi scale : 8 Pembacaan antara regular dengan 1st vernier. Apabila menggunakan skala pada regular scale dengan 1st vernier, maka tingkat ketelitian pembacaan sampai 1/20 mm. Gbr III - 2. Cara pembacaan Multi Scale.

52 8 Baca skala pada reguler scale yang ditunjuk oleh angka 0 pada 1st vernier. Pada contoh di atas angka 0 pada 1st vernier terletak antara angka 41 dan 42 pada reguler scale. 8 Selanjutnya perhatikan garis-garis skala pada reguler scale dan 1st vernier yang saling berhubungan, kemudian baca angka skala pada 1st vernier lurus berhubungan dengan garis skala pada reguler scale. 8 Berarti pembacaan adalah : = 41.5 mm Pembacaan tersebut di atas dipakai pada saat pengukuran ketebalan, diameter luar, kedalaman atau ketinggian. Pembacaan antara 1st vernier dengan 2nd vernier. Dipakai untuk pengukuran O.D ( outside diameter ) dari track roller. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 8 Ukur ketinggian link tread seperti gambar di bawah ini. 8 Kemudian kunci dengan memutar stopper, sehingga antara 1st vernier dengan reguler scale tidak berubah / bergeser. 8 Pasang adaptor pada bolt yang dipakai untuk plug lubrication pada track roller.

53 8 Geser 2nd vernier, sampai groove pada 2nd vernier tepat pada pointer adaptor. 8 Baca scale antara 1st vernier dengan 2nd vernier yang saling berhubungan ( menjadi satu garis ). 8 Hasil pembacaan ini menunjukkan diameter luar dari track roller. 8 Cara pembacaan 1st vernier dengan 2nd vernier. Tingkat ketelitian pembacaan ini adalah 1/5 mm. 8 Baca skala pada 1st vernier yang ditunjuk oleh angka 0 pada 2nd vernier menunjukkan angka antara mm. 8 Selanjutnya perhatikan garis skala pada 1st vernier dengan 2nd vernier yang saling berhubungan ( menjadi satu garis ), kemudian baca angka skala pada 1st vernier. 8 Berarti pembacaannya adalah : = mm Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penggunaan multi scale : Pada pengukuran link height ( ketinggian ). 8 Pengukuran ketebalan link dilaksanakan pada bagian tengah link. 8 Jangan melaksnakan pengukuran pada shoe yang bengkok. Pada pengukuran track roller outside diameter ( Diameter luar track roller ). 8 Posisikan titik tengah track roller pada bagian tengah link. 8 Jangan melaksanakan pengukuran pada shoe yang bengkok. 8 Posisikan unit ( machine ) pada tempat yang rata sehingga antara link dan track roller terjadi contek ( rapat tidak ada celah ).

54 2. Out Side Caliper. 3. Sprocket Wear Gauge. Gbr III - 3. Out side caliper. Gbr III - 4. Sprocket wear gauge.. Kegunaan sprocket wear gauge adalah untuk mengukur keausan gigi sprocket, baik yang solid maupun segment type.

55 Cara penggunaan sprocket wear gauge : Gbr III - 5. Cara penggunaan Sprocket Wear Gauge. Ketika menggunakan wear gauge, posisi bawah harus tepat satu garis dengan standar line pada harus wear gauge. Wear gauge di pasang diantara dua gigi sprocket, maka akan didapatkan lokasi yang mengalami keausan yaitu di sisi kiri, kanan dan ditengah-tengah antara dua gigi sprocket tersebut. Dimana untuk sprocket yang bertipe solid, menentukan standar line tidak jelas. Untuk itu jumlah keausan gigi sprocket dapat diperkirakan dari segi pandang kesetimbangan untuk segala bentuk.

56 B. METODE PENGUKURAN.

57

58 C. PEMERIKSAAN Pemeriksaan ialah meneliti bagiam bagian yang telah aus dari komponen undercarriage, sehingga dapat diketahui sudah berapa ( % ) keausan itu terjadi dan masih berapa lama dapat dipakai. Di samping itu, dapat menentukan apaah komponen undercarriage tersebut harus diremajakan ( rebuilding ) atau diganti ( replacement ). Tetapi kalau tidak dilakukan pemeriksaan maka komponen tersebut akan rusak secara total sehingga tidak dapat diperbaiki, dengan kata lain dapat merugikan kita. Jadi kalau pada waktu pemeriksaan diketahui keausan sudah mencapai service limit, maka cepat cepatlah diganti sebelum fatal. Arti pemeriksaan terhadap komponen undercarriage antara lain : Menjaga komponen atau bagian dari undercarriage agar dalam keadaan bersih dan baik, sehingga tidak mengganggu saat operasi. Memperhatikan pelumasan pelumasan apa saja yang diperlukan, serta bagian bagian mana yang memerlukan nya, dan pemeriksaannya secara teratur agar selalu diketahui kondisinya. Memeriksa bagian bagian yang telah aus dan sudah berapa prosen keausannya serta sudah waktunya atau belum. Melakukan penyetelan / adjustment terhadap bagian - bagian yang memerlukannya. Mengadakan perawatan sebelum dan sesudah dipakai. Tujuan diadakannya pemeriksaan terhadap komponen undercarriage antara lain Akan memperpanjang umur komponen undercarriage. Mencegah keausan yang berlebihan, yang sebenarnya komponen tersebut masih dapat diperbaiki kembali. Tapi karena kurang diperhatikan maka komponen hancur sama sekali sehingga tidak dapat diperbaiki lagi. Mencegah terjadinya keausan sebelum waktunya. Kerugian bila tidak memperhatikan perawatan : ' - Akan memperpendek umur dari komponen undercarriage. -- Pemborosan spare part. Menurunkan efisiensi kerja unit tersebut. 1. Percent Worn Chart. Pengukuran keausan kerangka bawah/undercarriage sangat penting, agar dapat menentukan sampai berapa lama lagi komponen undercarriage ini dapat dipakai. Hasil pengukuran komponen kerangka bawah selanjutnya dimasukkan atau dibandingkan ke Percent Worn Chart untuk masing-masing komponen, tipe unit dan serial number yang sama, sehingga diperoleh tingkat keausan (worn) dalam satuan persent (%). Dalam Percent Worn Chart tingkat keausan dibagi menjadi : Normal & Impact

59 Tingkat keausan normal berarti unit ( machine ) dioperasikan pada kondisi medan biasa. Tingkat keausan impact berarti unit ( machine ) dioperasikan pada kondisi medan yang sering mendapat beban kejut. Tingkat keausan normal atau impact ditujukan terhadap pengukuran bushing out side diameter ( Diameter luar bushing ), dan link pitch sedang untuk komponen kerangka bawah lainnya tidak dibedakan tingkat keausan normal ataupun impact ( hanya tercantum satu tingkat keausan ). Contoh Bushing O.D untuk D20-6. Apabila diperoleh dari hasil pengukuran bushing O.D diameter 39.1 mm, maka tingkat keausan untuk unit yang beroperasi di daerah sering mendapat beban kejut adalah sudah mencapai 70% sedang apabila unit dipakai pada operasi medan biasa, tingkat keausannya ( worn ) baru mencapai 42 %. Apabila hasil pengukuran tidak tercantum dalam percent worn chart maka keausan dapat dihitung dengan memakai persamaan sebagai berikut : Standart Value - Measured wear rate Worn ( Wear Rate ) = X 100 % Standart Value - Repair limit

60 Contoh : Track roller D20-6 s/n up. Hasil pengukuran 131.4mm. Penyelesaian : Dilihat dari percent worn chart, maka tingkat keausannya tidak terlihat. Masukkan ke persamaan seperti di atas. Standard value 13, repair limit 127 mm, maka : ,4 Worn = X 100 % = X 100 % 8 = 45 %.

61 Dari percent worn chart atau dari perhitungan selanjutnya dipakai unutk menentukan sampai berapa lama lagi komponen kerangka bawah / undercarriage masih dapat dipakai. 2. Hour Left Chart. Hour left chart dipakai untuk mengestimasikan sampai berapa lagi komponenkomponen kerang bawah / undercarriage masih dapat dipakai ( sampai mencapai repair dan rebuild limit ). Penggunaan hour left chart ini harus disesuaikan dengan komponen kerangka bawah dan type unit. Garis mendatar pada hour left chart menunjukkan waktu operasi ( operating hours ), garis vertikal menunjukkan tingkat keausan komponrn ( wear rate ). Contoh : Pengukuran Front Idler D Service meter menunjukkan 1600 jam. 8 Hasil pengukuran pada idler tread step 27.3 mm. Penyelesaian : Langkah 1 : Dari percent worn chart tingkat keausan pada idler tread step adalah 70 %.

62 Catatan : 1. Selalu pergunakan percent worn chart yang sesuai dengan komponen untuk model dan serial number yang cocok. 2. Wear rate diperoleh dari hasil pengukuran yang selanjutnya dimasukkan ke percent worn chart, maka angka wear rate ( % worn ) akan diperoleh dari percent worn chart tersebut. Langkah langkah dalam membaca hour left chart. 8 Tarik garis ke arah atas dari angka 1600 operating hours ( service meter ). 8 Buat titik A pada pertemuan dari garis 1600 jam dan 70 %. 8 Tarik garis sejajar dengan yang paling dekat terhadap titik A, sampai garis tersebut memotong garis wear rate 100 % ( atau titik B ). 8 Selanjutnya dari titik B tarik garis ke bawah sehinga memotong garis operation hour ( titik C ) diperoleh operating hoursnya adalah 2000 jam. 8 Titik C atau 2000 jam merupakan service limit dari idler tread step. 8 Maka idler tread step masih dapat dipakai lagi selama = 400 jam, dari waktu saat pengukuran.

63 3. Perhitungan Tanpa Hour Left Chart. Service limit dapat dihitung dengan memakai perhitungan, tingkat ketelitian dengan memakai perhitungan lebih akurat jika dibandingkan dengan memakai hour left chart. Persamaan yang dipakai sebagai berikut : y = a. x k Dimana : y = Wear rate ( % ) x = Operation Hour ( jam ) k = Faktor ( untuk masing-masing komponen tidak sama ) a = Konstanta, yang harus dicari terlebih dahulu. Mengambil contoh diatas dari point B, dimana dari percent worn chart diperoleh keausan 70 % pada sercvice meter 1600 jam, sehingga : y 1 = a 1. x 1 k Dimana : y 1 = 70 % x 1 = 1600 jam k = ( untuk idler tread step ) 70 = a a 1 = a 1 = a 1 = 0, Apabila keausannya 100 %, maka x 2 = operating hoursnya adalah sebagai berikut : y 2 = a 2. x 2 k Dimana : a 1 = a = 0, X 2 1,8 1.8 x 2 = ,96 x 2 = 1950,6377. x dibulatkan menjadi 1950 jam maka idler tread step masih dapat dipakai lagi selama = 350 jam, dari waktu pada saat pengukuran.

64 D. REBUILD DAN REPLACE. Rebuild di undercarriage adalah suatu perlakuan terhadap komponen undercarriage, dimana kondisi keausannya sudah mencapai 100%. Perlakuan yang dilakukan terhadap komponen tersebut adalah dengan cara menambal ( menambah daging ) pada bagian yang aus, penambalan yang dimaksud adalah dengan pengelasan. Contoh-contoh komponen undercarriage yang direbuild adalah sebagai berikut : Sedangkan Replace adalah penggantian komponen undercarriage dengan yang baru, dikarenakan kompenn tersebutr sudah aus sampai 120 %. Kedua istilah tersebut dia atas berdasarkan ketebalan Hardened Surface dari komponen. Di shop manual ( Maintenance Standard ) kondisi repair limit adalah untuk replace ( 120 % ), sedangkan kondisi rebuild-nya bisa ditentukan. Namun demikian, ada juga shop manual yang mengatalan behwa repair limit di maintenance standard dapat diperlakukan Rebuild atau Replace. Dengan demikian untuk lebih amanya dalam menentukan rebuild atau replace adalah dengan berpedoman pada shop manual unit masing masing.

65

66 A. LINK PITCH DAN CARRIER ROLLER. GRAFIK WEAR RATE & OPERATING HOURS

67 B. BUSHING OUTSIDE DIAMETER DAN LINK HEIGHT.

68 C. GROUSER HEIGHT.

69 D. IDLER.

70 E. TRACK ROLLER.

71

72 A. D 85 ESS 2. Serial No up. Link pitch mm Worn (%) Grouser height mm Worn (%) Track roller mm Worn (%) Idler mm Worn (%) Carrier roller mm Worn (%) O.D Bushing ( light duty ) mm Worn (%)

73 O.D. Bushing ( heavy duty ) mm Worn (%) Height of link mm Worn (%) Sprocket mm Worn (%) B. D 85 ESS 1. Serial No up. Link Pitch mm Worn (%) Grouser height mm Worn (%) Track roller mm Worn (%)

74 Idler mm Worn (%) Carrier roller mm Worn (%) O.D. Bushing ( light duty ) mm Worn (%) O.D. Bushing ( heavy duty ) mm Worn (%) Height of link mm Worn (%) Sprocket mm Worn (%)

75 C. PC200LC 2. Serial No up. Link pitch mm Worn (%) Grouser height mm Worn (%) Track roller mm Worn (%) Idler mm Worn (%) Carrier roller mm Worn (%) O.D Bushing mm Worn (%)

76 Height of link mm Worn (%) Tabel keausan diatas adalah contoh beberapa komponen dari jenis unit yang sesuai dengan serial numbernya. Untuk lebih praktisnya pergunakanlah rumus keausan ( Worn ), yaitu : Standard value Measured Wear Rate Worn ( wear rate ) = x 100 % Standard value Repair limit Catatan : Wear rate =Angka keausan ( % ) yang kita cari. Standard value =Ukuran komponen ketika dalam kondisi baru ( dari Shop Manual Maintenance Standard ) Measurement =Hasil pengukuran dari komponen. Wear Rate Repair Limit =Ukuran komponen setelah ia mengalami keausan 100 % ( dari Shop Manual di kolom repair limit Maintenance Standard ). Catatan : Pada kondisi Rebuild, tetapi juga shop manual yang menyebutkan bahwa angka yang tertera dalam kolom repair limit adalah untuk kondisi Rebuild dan Replace.

77

78 Beberapa Special tools untuk Assembly and Disassembly pada komponen Penggerak Akhir Kerangka Bawah antara lain : A. MEMBUKA SPROCKET.

79 Cara penggunaannya : Pasang GUIDE ( 12 ) pada sprocket shaft. Pasang SLEEVE ( 5 ) pada sprocket hub dan ikat dengan baut. Pasang T TYPE ADAPTER ( 2 ) pada sprocket. Pasang YOKE ( 11 ) pada T TYPE ADAPTER ( 2 ). Pasang ARM ( 1 ) pada YOKE ( 11 ) dan masukkan PIN ( 3 ). Pasang HYDRAULIC CYLINDER 70 ton dan hubungkan dengan ARM ( 1 ) kemudian pasang PIN ( 3 ). Pasang EXTENSION ( 10 ) pada HYDRAULIC CYLINDER. Pasang PLUG ( 4 ) pada SLEEVE ( 5 ). Pasang EXTENSION ( 10 ) pada HYDRAULIC CYLINDER. Pasang HYDRAULIC PUMP pada HYDRAULIC CYLINDER. Cara kerja : Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder untuk mendorong PLUG ( 4 ) kemudian diteruskan mendorongh SLEEVE ( 5 ) dan selanjutnya mendorong Sprocket Hub, maka Sprocket akan ketarik keluar secara perlahan lahan dan perhatikan kelurusan antara Hydraulic Cylinder dan Sleevenya. Bila sprocket sudah ketarik keluar maka masukkan kembali rod hydraulic cylindernya sampai habis dan lepaskan tools yang masih berhubungan satu sama lainnya.

80 B. MEMASANG SPROCKET.

81 Cara penggunaannya : Pasang GUIDE ( 9 ) pada sprocket shaft. Pasang SPACER ( 7 ) pada sprocket hub ikat dan kencangkan dengan baut. Pasang COUPLING ( 2 ) pada HYDRAULIC CYLINDER. Pasang PUSHER ( 1 ) dan hubungkan dengan WASHER ( 5 ) untuk mendorong Sprocket Hub. Pasang HEAD ( 4 ) pada HYDRAULIC CYLINDER dan pasang PIN. Keluarkan ROD HYDRAULIC CYLINDER dan hubungkan PADA SLEEVE ( 7 ) dan pasanglah PIN ( 3 ) untuk mengikatnya. Pasang HYDRAULIC PUMP dan HYDRAULIC CYLINDER. Cara kerja : Masukkan Rod Hydraulic Cylinder, maka rod akan menarik sleeve yang diikat pada sprocket hub maka pusher akan mendorong sprocket secara perlahan - lahan dan bacalah tekanan pada pressure gauge berapa ton tekanan yang diizinkan.. Bila sprocket sudah terpasang dengan baik, maka Rod Hydrauliuc Cylinder keluarkan kembali untuk melepaskan special tools yang berhubungan dan bila sudah terlepas semua maka Rod Hydraulic Cylinder masukkan kembali.

82 C. MEMBUKA SPROCKET HUB.

83 Cara penggunaannya : Pasang PULLER ( 2 ) pada sprocket hub dan ikat dengan bolt. Pasang ARM ( 9 ) pada PULLER ( 2 ) dan hubungkan dengan HYDRAULIC CYLINDER dan pasang pin ( 5 ). Pasang HYDRAULIC PUMP pada HYDRAULIC CYLINDER. Pasang EXTENSION ( 4 ) antara rod hydraulic cylinder dengan sprocket shaft. Cara kerja : Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder dan perhatikan kelurusan dari pada extensionnya, maka rod hydaraulic cylinder akan mendorong Extension yang ditahan oleh sprocket shaft, maka puller yang diikat pada sprocket hub akan ketarik keluar. Dalam menggunakan tools ini harus diperhatikan betul dalam keselamatan kerja.

84 D. MEMASANG SPROCKET HUB.

85 Cara penggunaannya : Pasang PLATE ( 1 ) untuk meluruskan bearing. Pasang GUIDE ( 2 ) pada sprocket shaft. Pasang COUPLING ( 3 ) pada sprocket shaft. Pasang SCREW ( 4 ) pada COULPLING ( 3 ). Pasang SLEEVE ( 7 ) pada sprocket hub. Pasang PLUG ( 6 ) pada SLEEVE ( 7 ). Pasang PULLER 30 ton dengan posisi rod menghadap ke PLUG ( 6 ). Pasang NUT ( 5 ) dan kencangkan. Pasang HYDRAULIC PUMP pada PULLER. Cara kerja : Keluarkan Rod dari PULLER untuk mendorong PLUG ( 6 ) dan diteruskan ke SLEEVE ( 7 ) kemudian mendorong sprocket hub, karena PULLER ditahan oleh sprocket shaft yang dihubungkanmelalui COUPLING ( 3 ) dan SCREW ( 4 ) kemudian diikat NUT ( 5 ).

86 E. MEMBUKA DAN MEMASANG TRACK.

87 ~ Membuka Master PIN. Cara penggunaannya : Pasang SCREW ( 8 ) pada HYDRAULIC CYLINDER dan kencangkan. Pasang HYDRAULIC CYLINDER yang sudah dipasang SCREW ( 8 ) dan pasang pada FRAME ( 1 ) dan kencangkan NUT ( 7 ). Pasang pada Track Link. Pasang HOOK ( 5 ) untuk menahan dan meluruskan jalannya PIN, kemudian pasang SUPPORT ( 2 ) dan pasang SCREW ( 4 ) dan NUT-nya ( 3 ). Pasang ADAPTER ( 11 ) untuk meluruskan / menahan. Pasang PIN PUSHER ( 15 ) untuk mendorong Master PIN. Pasang HYDARULIC CYLINDER-nya Perhatikan jalanya PIN PUSHER ( 7 ) harus lurus ( pas ). Catatan : Untuk membuka dan memasang prinsip kerjanya sama.

Undercarriage. Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi:

Undercarriage. Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: Undercarriage Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: untuk menopang dan meneruskan beban unit ke tanah. bersama-sama dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Fungsi Undercarriage Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: untuk menopang dan meneruskan beban

Lebih terperinci

UNDER CARRIAGE MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR KODE MODUL ABMR A

UNDER CARRIAGE MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR KODE MODUL ABMR A KODE MODUL ABMR 011.21-1.A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ALAT BERAT MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR UNDER CARRIAGE BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT

Lebih terperinci

Undercarriage and Tyre ( DTAB 2207, 2 SKS)

Undercarriage and Tyre ( DTAB 2207, 2 SKS) UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI DIPLOMA TEKNIK MESIN Jl. Yacaranda Sekip Unit IV, Yogyakarta RPKPM (Rencana Program dan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan - 0 Undercarriage and

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERAWATAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE ALAT BERAT SKRIPSI HIDAYAH JATI

PENINGKATAN PERAWATAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE ALAT BERAT SKRIPSI HIDAYAH JATI PENINGKATAN PERAWATAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE ALAT BERAT SKRIPSI HIDAYAH JATI 0706198581 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM TEKNIK MESIN DEPOK JUNI 2011 i PENINGKATAN PERAWATAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE ALAT BERAT SKRIPSI

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name

Konstruksi CVT. Parts name Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 1 A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat D. Secondary fixed sheave(pulley tetap) E. Secondary sliding sheave

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 Gbr 4.1 Transmisi Type C50 4.1 MEMBONGKAR TRANSAXLE 1. MELEPAS POROS TUAS PEMINDAH (SELECT LEVER SHAFT ASSEMBLY) DAN PEMILIH (SHIFT) Lepaskan poros tuas pemindah

Lebih terperinci

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI KISI KISI LOMBA KETERAMPILAN SISWA AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI TAHUN 2012 TUGAS A : TUNE UP MOTOR BENSIN WAKTU : 1. Persiapan ( 5 Menit) Tune Up Motor bensin pada kendaran Kijang 7K tahun 2007

Lebih terperinci

CYLINDER HEAD E HP GASKET CARBURETOR INSULATOR HP WASHER, PLAIN 8 X 6 X

CYLINDER HEAD E HP GASKET CARBURETOR INSULATOR HP WASHER, PLAIN 8 X 6 X E - CYLINDER HEAD see E- 0 0 0 0 HP 0 000 HEAD COMP CYLINDER 0 HP 0 000 HOLDER CAMSHAFT. HP 0 000 GUIDE IN VALVE HP 0 000 GUIDE EX VALVE HP 0 000 GASKET CYLINDER HEAD HP 0 000 GASKET CARBURETOR INSULATOR

Lebih terperinci

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP diajukan untuk memenuhi nilai akhir semester dua disusun oleh : Arman Syah. S XI

Lebih terperinci

ANALISA UMUR PAKAI BUSHING PADA UNIT DOZER D375A-5 MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR

ANALISA UMUR PAKAI BUSHING PADA UNIT DOZER D375A-5 MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR ANALISA UMUR PAKAI BUSHING PADA UNIT DOZER D375A-5 MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

ANALISA UMUR PAKAI IDLER BARU DAN IDLER REKONDISI UNIT CAT D7G

ANALISA UMUR PAKAI IDLER BARU DAN IDLER REKONDISI UNIT CAT D7G Michael Davit Sambuari, Sadat N.S. Sidabutar (2017), TRANSMISI, Vol-13 Edisi-1/ Hal. 103-112 Abstraksi ANALISA UMUR PAKAI IDLER BARU DAN IDLER REKONDISI UNIT CAT D7G Michael Davit Sambuari 1, Sadat N.

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 9I 1 10 J A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) G. Clutch housing/rumah kopling C. Weight / Pemberat

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE EXCAVATOR HITACHI EX200 PADA PT. TAKABEYA PERKASA GROUP DENGAN METODE FMEA

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE EXCAVATOR HITACHI EX200 PADA PT. TAKABEYA PERKASA GROUP DENGAN METODE FMEA ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE EXCAVATOR HITACHI EX200 PADA PT. TAKABEYA PERKASA GROUP DENGAN METODE FMEA Irfan Maulana 1, Akhyar Ibrahim 2, Darmein 2 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR CVT (Continuous Variable Transmission) Modul ini disusun sebagai bahan ajar bagi siswa kelas XI TSM (Teknik Sepeda Motor) Disusun : Gunadi, S. Pd DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Otomatis

Sistem Transmisi Otomatis Sistem Transmisi Otomatis A. Garis Besar Sistem V-Matic Sistem V-Matic adalah mekanisme otomatis yang mengubah perbandingan gigi tanpa langkah-langkah dan mengubah daya mesin menjadi gaya dorong optimal

Lebih terperinci

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION 1.Rear suspension cylinder Hydro-pneumatic cylinder yang dipasang tegak pada bagian belakang unit, dimana bagian bawah cylinder dipasang dengan pin dan spherical bearing

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Hidrolik Dalam bahasa yunani hidro artinya air sedang aulos artinya pipa. Kata hidrolik berasal dari bahasa yunani yang dalam bahasa inggris artinya air dalam pipa.

Lebih terperinci

ANALISA LIFE TIME TRACK ROLLER MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF UNIT KOMATSU D375A-5 DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR

ANALISA LIFE TIME TRACK ROLLER MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF UNIT KOMATSU D375A-5 DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR ANALISA LIFE TIME TRACK ROLLER MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF UNIT KOMATSU D375A-5 DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR TEGUH PRASTYO NIM : 140309238191 PROGRAM STUDI ALAT BERAT JURUSAN

Lebih terperinci

Perawatan System C V T

Perawatan System C V T Perawatan System C V T A. Pelumasan Colar pada pulley primer Sebab : Jika tidak ada pelumasan, akselerasi / percepatan tidak halus karena gerakan penyesuai pada primary sheave tidak bekerja dengan baik.

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK 70 Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK Faktor Penyabab masalah 1 2 3 4 5 1 Andri 4 2 1 1 5 2 Denny 4 4 1 4 5 3 Eko 5 3 4 1 4 4 Fahrul 4 4 1 3 5 5 Handi 5 3 3 1 4 6 Hery 4 3 3 1 5 7 Mujilan 4 3 3 1 5 8 Montes 4

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA DIFFERENTIAL HEAVY DUTY TRUCK HD 785-5

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA DIFFERENTIAL HEAVY DUTY TRUCK HD 785-5 36 ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA DIFFERENTIAL HEAVY DUTY TRUCK HD 785-5 Rasma *, Loki Mardian Program Studi D3 OAB, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jalan Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi pengembangan alat peraga real axle traktor head a. Differantial assy real axle b. Hose 8 mm c. Kompresor angin d. Motor bensin 5,5 pk e.v-belt f.pully g.roda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Daftar Isi Halaman judul... i Lembar nomor persoalan... ii Lembar pengesahan... iii Lembar persembahan... iv Lembar pernyataan... v Lembar motto... vi Kata pengantar... vii Abstract... ix Intisari... x

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES ASSEMBLY POWER SECTION APU GTCP85-129

BAB IV PROSES ASSEMBLY POWER SECTION APU GTCP85-129 BAB IV PROSES ASSEMBLY POWER SECTION APU GTCP85-129 4.1 Pengantar Proses assemble power section dibagi menjadi 3 tahapan proses assembly yaitu : 1. Assembly rotating group 2. Assembly component support

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS POROS RODA BELAKANG PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK-UP 1500CC

BAB III ANALISIS POROS RODA BELAKANG PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK-UP 1500CC BAB III ANALISIS POROS RODA BELAKANG PADA DAIHATSU GRAN MAX PICK-UP 1500CC 26 A. Daftar Spesifikasi Mobil Daihatsu Gran Max Pick-Up 1500cc Tabel 3.1 Spesifikasi Mobil Daihatsu Gran Max (Sumber : http://counterdaihatsu.files.wordpress.com/2011/12/spek-gmpu.jpg)

Lebih terperinci

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8727 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8727 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK Sebagian besar kecelakaan yang melibatkan pengoperasian atau perawatan mesin disebabkan oleh kegagalan

Lebih terperinci

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion Jobsheet Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion 1. Tujuan Siswa mengenal komponen sistem kemudi Tipe Rack and Pinion Siswa memahami cara kerja sistem kemudi Tipe Rack and Pinion Siswa mampu membongkar

Lebih terperinci

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball Jobsheet Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball 1. Tujuan Siswa mengenal komponen sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa memahami cara kerja sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa mampu

Lebih terperinci

TRAKTOR QUICK G600 single speed 3 KATA PENGANTAR

TRAKTOR QUICK G600 single speed 3 KATA PENGANTAR TRAKTOR QUICK G600 single speed 3 KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan pengolahan

Lebih terperinci

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk HONDA SALES OPERATION TECHNICAL SERVICE DIVISION TRAINING DEVELOPMENT ASTRA HONDA TRAINING CENTRE PELATIHAN MEKANIK TINGKAT - I BONGKAR & PASANG MESIN MENURUNKAN MESIN SEPEDA

Lebih terperinci

1 BAB III METODELOGI PENELITIAN

1 BAB III METODELOGI PENELITIAN 1 BAB III METODELOGI PENELITIAN Tempat & Waktu Pelaksanaan Dilaksanakannya dalam proses Analisis Troubleshooting Sistem Transmisi Penggerak Roda Depan Honda Accord 4 Percepatan dan pembongkaran pengambilan

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR TEORI SECARA UMUM SISTIM SUSPENSI Sistim suspensi biasanya ditempatkan diantara frame dan poros roda. Pada umumnya dilengkapi dengan shock absorber. Sistim suspensi terletak

Lebih terperinci

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal Celah antara ring piston dengan - - silinder I II III IV Ring I 0.02 0.02 0.02 0.02 Ring II 0.02 0.02 0.02 0.02 alurnya Gap ring piston - - silinder I II III IV Ring I 0.30 0.20 0.30 0.20 Tebal piston

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. Output side to final drive unit (tires) Sun gear TOYOTA MOTOR CORPORATION. All right reserved.

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. Output side to final drive unit (tires) Sun gear TOYOTA MOTOR CORPORATION. All right reserved. Garis besar Input side from torque converter (engine) Clutches ( and ) Brakes (, and ) One-way clutches ( and ) Front planetary gear set Rear planetary gear set Output side to final drive unit (tires)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle 44 BAB IV 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Alur Proses Pada Perawatan Handle start Pemeriksaan awal per-periodik Pengecheckan kebocoran Haandle Indeks Kerusakan Perbaikan Handle Test Ulang Kebocoran

Lebih terperinci

BAB III KONSTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB-ASSEMBLY

BAB III KONSTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB-ASSEMBLY 22 BAB III KONSTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB-ASSEMBLY KOPLING (CLUTCH) 3.1 Kontruksi dan Prinsip Kerja Kopling Bab ini membahas konstruksi sub-assembly kopling, prinsip kerja dan fungsi

Lebih terperinci

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8093 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 793 TRUCK

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8093 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 793 TRUCK ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 793 TRUCK Sebagian besar kecelakaan yang melibatkan pengoperasian atau perawatan mesin disebabkan oleh kegagalan

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual

BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual 20 BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PENGERJAAN TRANSMISI 4.1.1 Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual Catatan : Transmisi manual yang ditinjau dalam servis ini adalah transmisi manual

Lebih terperinci

ALAT UKUR & SST (Special Service Tools)

ALAT UKUR & SST (Special Service Tools) ALAT UKUR & SST (Special Service Tools) ALAT ALAT UKUR I. DIAL GAUGE (DIAL INDICATOR) Uraian Dial gauge digunakan untuk mengukur kebengkokan poros, run out, dan backlash. Dengan ketelitian : 0,01 mm Apabila

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/0& Revisi : 0 Tgl : 6 Februari 0 Hal dari I. Kompetensi : Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat :. Melepas dan memasang semua komponen mesin

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

4.1 SOP PENERIMAAN DAN PERBAIKAN ALAT

4.1 SOP PENERIMAAN DAN PERBAIKAN ALAT 12 BAB IV PROSES PERBAIKAN ALAT BERAT 4.1 SOP PENERIMAAN DAN PERBAIKAN ALAT Proses perbaikan alat berat dimulai dari penerimaan di workshop hingga alat tersebut selesai diperbaiki dan diserahkan kepada

Lebih terperinci

FRAME F - 1. Dimention (mm) No. Notes. l/w (_ ) HARNESS, WIRE

FRAME F - 1. Dimention (mm) No. Notes. l/w (_ ) HARNESS, WIRE F - AME No..... Part Number Part Name Qty HP F-R&X F 00 00 BODY COMP, AME RANGKA HP F-R&X F 0068 00 HARNESS, WIRE KABEL BODY HP F-R&X F 00 00 COVER SET, RR. STANDING PANGKON TUTUP COVER, BODY HP F-R&X

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE ( TOR ) REPAIR JOURNAL SHAFT

TERM OF REFERENCE ( TOR ) REPAIR JOURNAL SHAFT JASA ASSEMBLY PENDAHULUAN/ LATAR BELAKANG Dalam pengoperasian PLTU Paiton unit 1 dan 2, terjadi beberapa kerusakan pada journal shaft assembly. Kerusakan tersebut antara lain terjadinya keausan pada journal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Vaganza single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Vaganza single speed 2 TRAKTOR QUICK G1000 Vaganza single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Garis Besar Chasis Dan Suspensi Pada sebuah kendaraan terbagi ke dalam beberapa sistem yang merupakan point utama dari adanya sebuah kendaraan, salah satunya sistem chasis meliputi

Lebih terperinci

Proses Removal Unit Bulldozer Tipe D85ESS-2A Pada Blade Straight di PT. United Tractors Tbk. Branch Jakarta

Proses Removal Unit Bulldozer Tipe D85ESS-2A Pada Blade Straight di PT. United Tractors Tbk. Branch Jakarta Proses Removal Unit Bulldozer Tipe D85ESS-2A Pada Blade Straight di PT. United Tractors Tbk. Branch Jakarta NAMA : Galang Oktaviano NPM : 22411992 KELAS : 4 IC 05 LATAR BELAKANG MASALAH PT. United Tractors

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester III OVERHAUL MESIN X 50 No.JST/OTO/OTO0/9&0 Revisi: 0 Tgl: Agustus 06 Hal dari I. Kompetensi: Setelah selesai praktik diharapkan mahasiswa dapat:. Melepas dan memasang semua komponen mesin dengan

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM KOPLING

PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PERAWATAN & PERBAIKAN SISTEM KOPLING 39 PRAKTEK PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING ( Toyota Kijang KF 40 ). 1. Memeriksa dan Menyetel Pedal Kopling.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK KIJANG single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK KIJANG single speed 2 TRAKTOR QUICK KIJANG single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan pengolahan

Lebih terperinci

Created by Training Department Edition : April 2007

Created by Training Department Edition : April 2007 M-STEP I Created by Training Department Edition : April 2007 Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta. M-STEP I 2-1. Open End Wrench (Spanner) 1. Pastikan ukuran open end wrench cocok dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Heavy Dump Truck (HD) merupakan produk Komatsu yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan salah satunya adalah Heavy Dump Truck Komatsu 465-7R, yang mempunyai arti:

Lebih terperinci

No. JST/OTO/321 Revisi : 00 Tgl : Page 1 of 2

No. JST/OTO/321 Revisi : 00 Tgl : Page 1 of 2 No. JST/OTO/321 Revisi : 00 Tgl : 07-07-07 Page 1 of 2 KOPLING PEGAS SPIRAL 2 x 50 Kompetensi : Memelihara/ servis, memperbaiki dan overhaul sistem pemindah tenaga pada kendaraan ringan Sub Kompetensi

Lebih terperinci

SISTEM POROS PROPELLER

SISTEM POROS PROPELLER SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) SISTEM POROS PROPELLER 22 PEMELIHARAAN / SERVICE UNIT FINAL DRIVE ( SISTEM POROS PROPELLER) URAIAN Propeller Shaft Propeller Shaft berfungsi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. JST/OTO/OTO0/06 Revisi: 0 Tgl: Agustus 06 Hal dari 5 I. Kompetensi:. Melepas dan memasang poros nok dengan prosedur yang benar. Menentukan kondisi poros nok II. III. IV. Sub Kompetensi: Setelah selesai

Lebih terperinci

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perakitan dan pengukuran tranmisi Langkah Pembongkaran Berikut ini langkah-langkah pembongkaran transmisi : a. Membuka baut tap oli transmisi. b. Melepas baut yang melekat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis laporan praktek ini dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari referensi dari beberapa sumber yang berkaitan dengan judul yang di

Lebih terperinci

Lampiran 6. Jobsheet Kopling

Lampiran 6. Jobsheet Kopling Lampiran 6. Jobsheet Kopling TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK MUHAMMADIYAH PAKEM JOB SHEET KOPLING Semester Gasal PENYETELAN KOPLING 225 Menit No. JST/XI/TKR/PCPT/01 Tgl : 30 Agustus 2016 Jumlah Halaman : 6

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

A8720 777D Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8720 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - 777D CAT TRUCK

A8720 777D Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8720 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - 777D CAT TRUCK ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - 777D CAT TRUCK Sebagian besar kecelakaan yang melibatkan pengoperasian atau perawatan mesin disebabkan oleh kegagalan

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja 1. Meletakkan alat dan bahan di tempat yang aman, gunakan alat yang sesuai. 2. Bekerja dengan teliti dan hati-hati

Keselamatan Kerja 1. Meletakkan alat dan bahan di tempat yang aman, gunakan alat yang sesuai. 2. Bekerja dengan teliti dan hati-hati JOB SHEET TEKNOLOGI SEPEDA I. Standar Kompetensi: Memeriksa sistem kopling otomatis sepeda motor (Ganda) II. III. IV. Kompetensi Dasar 1. Melakukan bongkar pasang kopling otomatis tipe tunggal dengan cara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 single speed 2 TRAKTOR QUICK G1000 single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan pengolahan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil peneltian, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut: a. Produk yang terpilih untuk diteliti adalah Split Collar Type 3 dengan loss sebesar S$6.685,02

Lebih terperinci

BAB III BANTALAN (BEARING)

BAB III BANTALAN (BEARING) 48 Tujuan Pelajaran: BAB III BANTALAN (BEARING) Mengidentifikasi, menyeleksi, dan memasang bantalan ke dalam peralatan mekanis yang dipilih. Kriteria Penilaian 1. Mengidentifikasi dan menyebutkan aplikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN. Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga Yamaha Vixion ini dilakukan di

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN. Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga Yamaha Vixion ini dilakukan di BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin Program Politeknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Salah satu komponen yang digunakan oleh kendaraan HINO FM260TI adalah Gearbox bentuk aplikasi dari rodagigi dimana rodagigi disusun menjadi beberapa stage/tingkat

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

4. Komponen Alat Berat

4. Komponen Alat Berat 4. C. Torqflow Transmission Torqflow Transmission adalah suatu sistem pemindahan tenaga (daya dan putaran) dengan menggunakan oli sebagi pengendali atau disebut juga Hydraulic control. Dalam sistem ini

Lebih terperinci

Edisi I, Cetakan ke-1/2011 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN

Edisi I, Cetakan ke-1/2011 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN Edisi I, Cetakan ke-1/2011 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T R A K T O R Q U I C K M.U.L.T.I S.P.E.E.D 2 TRAKTOR QUICK M1000 Alfa multi speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Indonesia sebagai negara berkembang dimana pembangunan di setiap wilayah di indonesia yang semakin berkembang yang semakin berkekembang pesat-nya bangunanbangunan

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT. Rian Alif Prabu ( ) Septian Dwi Saputra ( )

MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT. Rian Alif Prabu ( ) Septian Dwi Saputra ( ) MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT Rian Alif Prabu (12504244022) Septian Dwi Saputra (12504244032) Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2016 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

POROS PENGGERAK RODA

POROS PENGGERAK RODA SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) POROS PENGGERAK RODA 34 PEMELIHARAAN / SERVICE POROS PENGGERAK RODA A. URAIAN Fungsi axle shaft adalah sebagai penumpu beban roda atau dudukan

Lebih terperinci

dikombinasi hanya dengan bahan tekstil tanpa alat kelengkapan untuk pos 8704

dikombinasi hanya dengan bahan tekstil tanpa alat kelengkapan untuk pos 8704 9 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110/PMK.011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN BAGIAN TERTENTU ALAT BESAR DAN/ATAU PERAKITAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. cutting turbocharger. Berikut adalah beberapa langkah yang dilakukan : Proses pengerjaan cutting Turbocharger BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses cutting Turbocharger Dalam pengerjaan media pembelajaran dalam sistim Turbocharger, adapun langkah yang dilakukan dalam pengerjaan proses cutting turbocharger. Berikut

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T r a k t o r Q U I C K dilengkapi dengan P A R T L I S T Edisi Januari 2004 2 TRAKTOR QUICK TL800 single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. pembongkaran overhoul differential dengan keadaan tutup oli berkarat spare. Gambar 4.1 Differential cover belakang.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. pembongkaran overhoul differential dengan keadaan tutup oli berkarat spare. Gambar 4.1 Differential cover belakang. BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Data Awal setelah Overhoul differential Berikut adalah penampakan differential awal sebelum dilakukan pembongkaran overhoul differential dengan keadaan tutup oli berkarat

Lebih terperinci

Oleh sebab itu pembuatan silinder diperlukan ketelitian yang tinggi.

Oleh sebab itu pembuatan silinder diperlukan ketelitian yang tinggi. Blok Silinder Blok silinder merupakan inti daripada mesin yang terbuat dari besi tuang. Belakangan ini ada beberapa blok silinder yang dibuat dari paduan aluminium. Seperti kita ketahui, bahwa aluminium

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu :

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu : BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil pemeriksaan dan pengukuran 4.1.1 Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Bagian primary fixed

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Torque Converter adalah suatu komponen power train yang bekerja secara hidrolis. Prinsip kerja dari torque converter adalah merubah tenaga mekanis dari engine menjadi

Lebih terperinci

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor menggunakan transmisi tipe constant mesh. Karakteristik Tipe

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan moment poros engkol ke roda-roda penggerak.

BAB III LANDASAN TEORI. Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan moment poros engkol ke roda-roda penggerak. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Transmisi Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan moment poros engkol ke roda-roda penggerak. 1.Menghasilkan tenaga yang lebih

Lebih terperinci

PEMINDAH DAYA. 1. Uraian Tipe axle dan axle shaft

PEMINDAH DAYA. 1. Uraian Tipe axle dan axle shaft PEMINDAH DAYA GARIS BESAR PEMINDAH DAYA..... 190 KOPLING 1. Uraian.......................... 191 2. Rangkaian kopling................ 191 3. Plat kopling...................... 193 4. Mekanisme penggerak............

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 Aulia Firdaus 1, Turmizi 2, Ariefin 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T R A K T O R Q U I C K 2 TRAKTOR QUICK CAPUNG METAL single speed KATA PENGANTAR Indonesia mempunyai lahan pertanian padi yang luas dan bervariasi, salah satunya lahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Konveyor. Konveyor (Conveyor) berasal dari kata convoy yang artinya, berjalan bersama dalam suatu grup besar. Konveyor berfungsi mengangkut suatu barang dalam

Lebih terperinci