ANALISA UMUR PAKAI BUSHING PADA UNIT DOZER D375A-5 MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA UMUR PAKAI BUSHING PADA UNIT DOZER D375A-5 MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 ANALISA UMUR PAKAI BUSHING PADA UNIT DOZER D375A-5 MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN MAULANA PROGRAM STUDI ALAT BERAT JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN 2017 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Arifin dan Susiani Saudara-saudaraku yang kusayangi Aisa dan Muhammad Nur Teman-teman 3 TM Politeknik Negeri Balikpapan angkatan 2014 Team Undercarriage Crew v

6 ABSTRAK Bulldozer merupakan alat berat yang dirancang untuk pekerjaan mendorong, menimbun, menggusur, dan meratakan material. Komponen utama pada bulldozer adalah engine sebagai penghasil tenaga dan kemudian tenaga tersebut dikirim ke final drive dan kemudian diteruskan ke undercarriage. Salah satu komponen yang terdapat pada undercarriage yaitu bushing. Bushing yang terletak pada bagian track link yang berfungsi sebagai media persinggungan antara diameter luar bushing dengan permukaan teeth sprocket, dan juga berfungsi sebagai komponen yang fleksibel dari track saat bergerak menggulung. Apabila sudah terjadi keausan yang melebihi standar maka perlu dilakukan penggantian komponen. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui umur pakai dari komponen bushing sehingga, kita bisa membuat perencanaan penggantian bushing agar komponen pengganti sudah tersedia dan sebagai upaya mencegah tingginya breakdown yang disebabkan oleh pending part. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data sekunder P2U D375A-5 dari bulan Januari sampai September tahun Hasil yang di dapat selama penelitian adalah tingkat keausan perjam interval lower limit : mm/jam, interval upper limit : mm/jam dan usia pakai bushing tercepat : 2986 jam, usia pakai bushing terlama : 3606 jam. Kata kunci : bulldozer, undercarriage, bushing, umur pakai. vi

7 ABSTRACT Bulldozer is a heavy equipment designed for pushing job, hoarding, hauling, and leveling down the material. The main component of the bulldozer is the engine as a power producer and then the power is sent to the final drive and then forwarded to the undercarriage. One of the components contained in the undercarriage is bushing. Bushing is located on the track link that serves as a contiguity media between the outer diameter of the bushing with the teeth sprocket surface, and also serves as a flexible component of the track while moving rolled. If there is of wear and tear that exceeds the standard so that it is necessary to replace the component. Therefore, the researcher is interested in conducting the research that is aimed to determine the lifetime of the bushing component so we can make a replacement plan for the replacement of bushing components are available and in an effort to prevent the high breakdown that is caused by pending parts. This research used descriptive method by using secondary data of P2U D375A-5 from January to September The result of this research is the wear rate of lower limit interval: mm/hours, upper limit interval: mm/hours and Fastest bushing life time: 2986 hours, longest bushing life time: 3606 hours. Keyword : bulldozer, undercarriage, bushing, life time. vii

8 viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penulisan... 3 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Unit Bulldozer Pengkodean pada unit Dozer Komatsu D375A Definisi Undercarriage Fungsi Undercarriage Klasifikasi Undercarriage Komponen Utama Undercarriage Track Frame Track Roller... 7 ix

10 2.3.3 Carrier Roller Front Idler Pin dan Bushing Track Link Track Adjuster dan Recoil Spring Track Shoe Guard Equalizing Beam Program Pemeriksaan Undercarriage (PPU) Pengukuran Link Pitch Pengukuran Link Height Pengukuran Bushing O.D Pengukuran Grouser Pengukuran Carrier Roller Pengukuran Idler Pengukuran Track Roller Pengukuran Sprocket Penyebab-penyebab keausan pada komponen Undercarriage Penyebab-penyebab keausan pada link Penyebab-penyebab Keausan pada Pin dan Bushing Penyebab keausan idler Faktor yang mempengaruhi umur pakai Undercarriage Statistik dan Statistika Metode Statistika Ukuran Pemusatan Data Varian dan Standar Deviasi Standard Error of Mean Convidence Interval Perhitungan Umur Pakai x

11 2.8 Perhitungan Life Time Menggunakan Metode KUC Perhitungan Keausan Komponen Undercarriage dengan Percent Worn Chart Perhitungan Tanpa Hour Left Chart BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Diagram Alur Metode Penelitian Identifikasi Masalah Rumusan Masalah Studi Literatur Shop Manual Internet Buku Referensi Pengumpulan Data Pemilahan Data Pengolahan Data Hasil Dan Pembahasan Kesimpulan Dan Saran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Program Pemeriksaan Undercarriage Pengolahan Data Dengan Statistik Mencari mean, median, modus dan range Varian dan Standar Deviasi Perhitungan interval lower dan interval upper limit Perhitungan Umur Pakai Perhitungan Life Time Menggunakan Metode KUC xi

12 4.5.1 Perhitungan keausan komponen Undercarriage dengan Percent Worn Char Perhitungan Tanpa Hour Left Chart BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Populasi Unit di PT.Pamapersada Nusantara 1 Gambar 1.2 Diagram biaya Maintenance 2 Gambar 2.1 Bulldozer D375A-5 4 Gambar 2.2 Track Frame Tipe Rigid 5 Gambar 2.3 Track Frame Semi Rigid 6 Gambar 2.4 Track Roller 7 Gambar 2.5 Tipe Center Flange 8 Gambar 2.6 Tipe Single Flange 8 Gambar 2.7 Tipe Flat Carrier Roller 8 Gambar 2.8 Struktur Carrier Roller 9 Gambar 2.9 Front Idler 9 Gambar 2.10 Pin Dan Bushing 10 Gambar 2.11 Seald Lubricated dan Grease Sealed Tipe Rigid 10 Gambar 2.12 Track Adjuster dan Recoil Spring 11 Gambar 2.13 Single Grouser Shoe 11 Gambar 2.14 Double Grouser Shoe 12 Gambar 2.15 Triple Grouser Shoe 12 Gambar 2.16 Swamp Shoe 12 Gambar 2.17 Heavy Duty Shoe 13 Gambar 2.18 Flat Shoe 13 Gambar 2.19 Roadliner (rubber) Shoe 13 Gambar 2.20 Rock Shoe 14 Gambar 2.21 Snow Shoe 14 Gambar 2.22 Roller Guard Large Dozer 15 Gambar 2.23 Equalizing Beam 15 Gambar 2.24 Flow chat program pemeriksaan Undercarriage (PPU) 16 xiii

14 Gambar 2.25 Pengukuran Link Pitch 16 Gambar 2.26 Pengukuran Link Height 17 Gambar 2.27 Pengukuran Busing OD 17 Gambar 2.28 Pengukuran Grouser 18 Gambar 2.29 Penggukuran Carrier Roller 18 Gambar 2.30 Pengukuran Idler 19 Gambar 2.31 Pengukuran Track Roller 19 Gambar 2.32 Pengukuran Sprocket 20 Gambar 2.33 Keausan merata pada Link 21 Gambar 2.34 Keausan karena beeringgungan dengan Track Roller 21 Gambar 2.35 Keausan abnormal pada bagian atas link 22 Gambar 2.36 Keausan pada sisi permukaan link 22 Gambar 2.37 Keausan Track Link 23 Gambar 2.38 Singgungan antara Sprocket dan Bushing 23 Gambar 2.39 Arah keausan pada Bushing 24 Gambar 2.40 Akibat persinggungan Pin dan Bushing 25 Gambar 2.41 Idler 25 Gambar 2.42 Garis singgungan antara Track link dan Idler 26 Gambar 2.43 Komponen dalam Idler D375A-5 27 Gambar 3.1 Diagram alir metode penelitian 36 Gambar 4.1 Data P2U unit dozer D375A-5 39 xiv

15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kode unit 4 Tabel 2.2 Tabel factor yang mempengaruhi usia pakai Undercarriage 28 Tabel 4.1 Seluruh data P2U bushing yang diolah 40 Tabel 4.2 Hasil pengolahan data P2U bushing 43 xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Data P2U Dozer D375A-5 Pengolahan Data P2U Dozer D375A-5 xvi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. PAMAPERSADA NUSANTARA adalah anak perusahaan PT UNITED TRACTORS Tbk yang didirikan pada tanggal 27 September 1993 dan menjadi kontraktor terkemuka di Indonesia dan tetap konsisten hingga saat ini. Alat berat salah satu Unit Supporting pada pertambangan di bidang pemindahan tanah, pembukaan lahan dan lain-lain. Salah satunya adalah Bulldozer D375A-5 sebanyak 11 unit di PT. Pamapersada Nusantara site batu kajang Populasi Unit di PT.PAMA Persada Nusantara Gambar 1.1 Populasi Unit di PT.Pamapersada Nusantara (Sumber : PT. United Tractors Tbk) Bulldozer merupakan alat berat yang dirancang untuk pekerjaan mendorong, menimbun, menggusur, dan meratakan material. Komponen utama pada bulldozer adalah engine sebagai penghasil tenaga dan kemudian tenaga tersebut dikirim ke final drive dan akan diteruskan oleh undercarriage. Undercarriage merupakan bagian dari track drive system, komponen yang terdapat di dalamnya yaitu: idler, track frame, track link, track shoe, track roller, sprocket, carrier roller. Dalam dunia alat berat biaya perawatan yang terbesar terletak pada bagian undercariage yang mencapai hingga 60% dari total biaya perawatan, sehingga perlu diadakan pemantauan secara berkala pada setiap komponen. 1

18 Gambar 1.2 Diagram biaya maintenance (Sumber : Basic Maintenance) Salah satu komponen yang terdapat pada undercarriage yaitu bushing. Bushing yang terletak pada bagian track link yang berfungsi sebagai media persinggungan antara diameter luar bushing dengan permukaan teeth sprocket, dan juga berfungsi sebagai komponen yang fleksibel dari track saat bergerak menggulung. Beberapa permasalahan pada bushing yang sering terjadi salah satunya adalah aus. Aus secara definisi adalah hilangnya sejumlah lapisan permukaan material karena adanya gesekan antara permukaan padat dengan benda lainnya. Definisi gesekan itu sendiri adalah gaya tahan yang menahan gerakan antara dua permukaan solid yang bersentuhan maupun solid dengan liquid. Dari uraian di atas menjelaskan bahwa bushing merupakan komponen yang memiliki peranan penting pada suatu unit undercarriage, sehingga apabila komponen tersebut mengalami masalah dapat menyebabkan unit breakdown. Jadi sangat diperlukan untuk mengetahui umur pakai bushing pada komponen undercarriage agar tidak terjadi pending part saat melakukan overhaul yang menyebabkan unit breakdown. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisa umur pakai bushing pada unit dozer D375A-5 menggunakan metode deskrptif di PT Pama Persada Nusantara site batu kajang sebagai judul laporan tugas akhir. 2

19 1.2. Rumusan Masalah Dengan melihat Latar Belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diambil rumusan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut : 1. Berapa tingkat keausan perjam bushing undercarriage pada dozer D375A-5? 2. Berapa lama usia pakai bushing undercarriage pada dozer D375A-5? 3. Apakah ada perbedaan perhitungan menggunakan statistik dengan perhitungan mengunakan KUC (Komatsu Undecarriage)? 1.3. Batasan Masalah Untuk mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan yang diharapkan, maka disusun batasan masalah guna memperjelas arah dan mengendalikan model sistem yang hendak dicapai, yaitu sebagai berikut : 1. Hanya menggunakan data P2U dozer D375A-5 tahun Tidak mengukur kekerasan material bushing. 3. Mengabaikan lingkungan dan medan operasi unit. 4. Mengabaikan prilaku operator dalam mengoperasikan unit Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penulisan tugas akhir ini yaitu : 1. Mengetahui tingkat keausan bushing perjam pada dozer D375A Mengetahui usia pakai bushing undercarriage pada dozer D375A Mengetahui perbedaan perhitungan menggunakan statistik dengan perhitungan menggunakan KUC? 1.5. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penelitian dalam tugas akhir ini : 1 Mengetahui tentang perhitungan keausan bushing perjam dengan benar. 2 Menambah pengetahuan dan wawasan dari penulis kepada pembaca mengenai bushing pada undercarriage dozer. 3

20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Unit Gambar 2.1 Bulldozer D375A-5 Sumber: ( Bulldozer Bulldozer adalah traktor yang mempunyai traksi besar. Dapat melakukan pekerjaan menggusur, meratakan, menarik dan dapat dioperasikan pada medan yang berlumpur, berbatu, berbukit dan di daerah yang berhutan Pengkodean pada unit Dozer Komatsu D375A-5 Kode Arti D Kode Bulldozer Komatsu 37 Ukuran Unit Bulldozer 5 Tipe Pengeraknya Torq Flow Type A Angle Dozer/Straight Dozer 5 Generation Tabel 2.1 Kode Unit (Sumber :Basic Course I) 4

21 2.2 Definisi Undercarriage Undercarriage adalah sistem penggerak untuk jenis kendaraan yang berat roda yang digunakan dozer untuk bergerak, tidak seperti roda pada umumnya yang berbentuk bulat dan kebanyakan terbuat dari karet, undercarriage terbuat dari besi yang saling berhubungan dan digunakan karena tujuan tertentu yaitu untuk mengerakan alat berat dozer yang memiliki beban yang sangat kuat Fungsi Undercarriage Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: 1. Untuk menopang dan meneruskan beban unit ke tanah. 2. Bersama-sama dengan system steering dan rem mengarahkan unit bergerak maju dan mundur, kanan dan kiri. 3. Sebagai pembawa dan pendukung unit Klasifikasi Undercarriage Undercarriage dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu tipe rigid dan tipe semi rigid. 1. Tipe rigid pada undercarriage tipe ini seperti di tunjukkan pada gambar 2.2 front idler tidak di lengkapi dengan rubber pad. Final drive juga tidak dilengkapi dengan ruber bushing dan equalizing beam hanya menempel pada main frame contoh unit yang menggunakan undercarriage tipe ini adalah dozer D80/85A dan 155A. Gambar 2.2 Track Frame Tipe Rigid (Sumber :Basic Mechanic Course) 5

22 2. Tipe semi rigid Tipe kerangka bawah ini seperti di tunjukan pada gambar 2.3 pada track framen-nya dilengkapi dengan rubber pad dan pada sprocket dilengkapi dengan rubber bushing. Undercarriage tipe ini equalizing beam-nya diikat dengan pin pada track frame utama. Gambar 2.3 Track Frame Semi Rigid Sumber :Basic Mechanic Course 2.3 Komponen Utama Undercarriage Track Frame Track Frame merupakan tulang punggung dari pada undercarriage, sebagai tempat dudukan komponen-komponen undercarriage. Setiap crawler tractor terdapat dua buah track frame yang di pasang bagian kiri dan kanan unit. Track frame merupakan gabungan baja yang dibentuk menyerupai kotak (box) yang disusun saling menyilang dan dirakit dengan plat baja yang dilas. Track frame khusus dirancang agar mampu melawan beban kejut baik dalam kondisi kerja ringan maupun berat. Berdasarkan cara pengikatannya (mounting) ke main frame, track frame diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu tipe rigid mounting dan tipe pivot mounting. Perbedaan antara tipe rigid mounting dan tipe pivot mounting adalah : 1. Rigid mounting Track frame dengan tipe rigid ini diikat (mounting) ke main frame dengan kaku (rigidly). Track frame dengan tipe seperti ini biasa digunakan pada unit-unit kecil, contohnya pada unit bulldozer D

23 2. Pivot mounting Track frame dengan tipe pivot mounting seperti ini masing-masing track frame-nya dapat bergerak secara bebas (independenly). Track frame ini digunakan pada unit-unit dengan ukuran menengah sampai dengan unit yang berukuran besar Track Roller Track roller yang terdapat pada sebuah undercarriage berfungsi sebagai pembagi berat unit ke track dan sebagai pengarah track link, bukan untuk menggulung track. Track roller terdiri atas dua jenis, yaitu single flange dan double flange. Dua jenis track roller tersebut dipasang dengan susunan tertentu pada masing-masing track pada crawler tractor. Jumlah track roller yang terpasang pada sebuah undercarriage sangat tergantung dari panjangnya track, semakin panjang track maka semakin banyak pula susunan track roller yang terpasang. Gambar 2.4 Track Roller (Sumber: Basic Mechanic Course) Carrier Roller Carrier roller merupakan salah satu komponen undercarriage yang berfungsi untuk : 1. Menahan gulungan bagian dari track shoe assembly agar tidak melentur ke bawah. 2. Menjaga kelurusan antara track shoe dengan idler. Jumlah carrier roller yang terpasang di tiap-tiap sisi track sangat Tergantung pada panjang-pendeknya track. Umumnya jumlah carrier roller yang terpasang adalah 1 atau 2 carrier roller pada tiap sisi. 7

24 Terdapat 2 tipe carrier roller, yaitu tipe flange (flange type) dan tipe flat (flat type). Carrier roller tipe flange dibagi lagi menjadi 2 tipe, yaitu center flange dan single flage. 1. Center flange type pada umumnya digunakan pada unit hydrolic excavator bulldozer ukuran kecil, dan dozer shovels. Bentuk center flange type ditunjukkan dalam gambar 2.5. Gambar 2.5 Tipe Center Flange (Sumber: Basic Mechanic Course) 2. Single flange type seperti ditunjukkan pada gambar 2.6 pada umumnya digunakan pada unit bulldozer dengan ukuran sedang sampai besar dan dozer shovels. Gambar 2.6 Tipe Single Flange (Sumber: Basic Mechanic Course) 3. Carrier roller dengan tipe flat seperti yang ditunjukkan gambar 2.7 digunakan pada hydrolic excavator dengan ukuran kecil. Gambar 2.7 Tipe Flat Carrier Roller (Sumber: Basic Mechanic Course) 8

25 4. Struktur dari carrier roller seperti ditunjukkan dalam gambar 2.8 terlihat lebih sederhana jika dibandingkan dengan struktur track roller. Di dalam carrier roller juga terdapat oli pelumas untuk mengurangi terjadinya keausan antara bushing dengan shaft. Dan juga terdapat seal untuk mencegah terjadinya kebocoran oli ke luar dan sebaliknya mencegah kotoran agar jangan sampai masuk ke dalam komponen carrier roller. Gambar 2.8 Struktur Carrier Roller (Sumber: Basic Mechanic Course) Front Idler Idler yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 di pasang pada bagian depan dari track frame yang berfungsi sebagai pengarah (guide) track link assembly dan peredam kejut. Bagian dalam dari idler dilengkapi dengan bushing dan shaft serta oli yang berfungsi sebagai pelumas. Gambar 2.9 Front Idler (Sumber: Basic Course I) Pin Dan Bushing Pada Gambar 2.10, Pin dan Bushing menahan kedua sambungan (link) masing-masing bagian track secara bersama. Pin berfungsi sebagai engsel untuk menghubungkan kedua track link. 9

26 Di dalam track yang di pasangin sekat, pin bersifat solid. Di dalam track yang di pasangi sekat dan di lumasi, pin berlubang sehingga area di antara pin dan bushing pada bagian track berikutnya dapat di lumasi. Gambar 2.10 Pin Dan Bushing (Sumber: Track Link Track link seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11 berfungsi sebagai merubah gerakan putar menjadi gulungan dan tempat tumpuan dari track roller sehinnga memungkinkan unit dapat berjalan. Track link terdiri dari dua tipe, yaitu sealed and lubricated type track dan grease sealed type track. Gambar 2.11 sealed lubricated dan grease sealed tipe track (Sumber: Basic Course I) Track Adjuster dan Recoil Spring Recoil spring yang terdapat pada komponen undercarriage seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.12 berfungsi untuk kejutan yang berasal dari front idler, sehingga hal ini akan dapat memperpanjang umur komponen dan menambah kenyamanan operator dalam mengoperasikan alat. Sedangkan track adjuster berfungsi agar kondisi kekencangan track shoe assembly tetap terjaga. 10

27 Gambar 2.12 Track Adjuster dan Recoil Spring (Sumber: Basic Mechanic Course) Track Shoe Track shoe merupakan papan baja yang diikat pada track link menggunakan baut, fungsi utama dari Track shoe adalah landasan yang bersentuhan langsung dengan tanah sehingga saat track di tarik oleh final drive mesin dapat bergerak, berikut jenis-jenis dari track shoe : 1. Single grouser shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.13 digunakan di dozer untuk keperluan operasi di tanah biasa/general soil (dapat juga digunakan untuk tanah berbatu). Dapat menghasilkan penetrasi ke permukaan tanah lebih dalam dan traksi baik. Gambar 2.13 Single Groser Shoe (Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) 2. Double grouser shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.14 Digunakan di dozer untuk keperluan operasi di tanah soft dan hard, ketinggian satu grouser berbeda dengan ketinggian grouser lainnya. 11

28 Gambar 2.14 Double Grouser Shoe (Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) 3. Triple grouser shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.15 Dipasang untuk keperluan operasi di tanah yang keras. Gambar 2.15 Triple Grouser Shoe (Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) 4. Swamp shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.16 Dipasang untuk keperluan operasi di rawa atau di kondisi tanah basah. Gambar 2.16 Swamp Shoe (Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) 5. Heavy duty shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.17 Dipasang di dozer untuk keperluan operasi di tanah berpasir bercampur batu yang sangat abrasive, bentuk sama dengan single grouser shoe, tetapi tebal dan kekuatan bahan berbeda. 12

29 Gambar 2.17 Heavy Duty Shoe (Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) 6. Flat shoe seperti ditunjukan pada gambar 2.18 Dipasang untuk keperluan operasi jalan beraspal atau di dalam gedung. Gambar 2.18 Flat Shoe (Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) 7. Roadliner (rubber) shoe ditunjukan pada gambar 2.19 Dipasang untuk keperluan operasi jalan beraspal/di dalam gedung. Gambar 2.19 Roadliner (rubber) Shoe (Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) 13

30 8. Rock shoe ditunjukan pada gambar 2.20 Dipasang di dozer untuk keperluan operasi di daerah berbatu, apabila digunakan di daerah berpasir tingkat keausannya besar. Gambar 2.20 Rock Shoe (Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) 9. Snow shoe ditunjukan pada gambar 2.21 Dipasang untuk keperluan beroperasi di daerah bersalju. Gambar 2.21 Snow Shoe (Sumber: Springer handbook of mechanical engineering, 2008) Guard Guard seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.22 berfungsi untuk melindungi komponen-komponen undercariage dari kerusakan yang diakibatkan oleh gesekan atau benturan dari luar, seperti kayu, batu, dan material keras lainnya. Komponen-komponen yang dilindungi oleh guard diantaranya track roller dan final drive case. 14

31 Gambar 2.22 Roller Guard Large Dozer (Sumber: Basic Mechanic Course) Equalizing Beam Equalizing beam seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.23 berfungsi untuk menahan bagian depan unit ( bulldozer, dozer shovel ) yang diteruskan ke track frame tersebut dengan ditahan oleh bracket. Gambar 2.23 Equalizing Beam (Sumber: Program Pemeriksaan Undercarriage (PPU) Tujuan dilakukan PPU adalah sebagai tindakan preventive maintenance. Agar kita dapat mengetahui tingkay kehausan pada undercarriage dan sebagai tolak ukur usia pakai komponen. 15

32 Gambar 2.24 flow chart program pemeriksaan Undercarriage (PPU) (Sumber: Basic Maintenance) PPU pada Bulldozer dilakukan pada setiap 500 hours meter. Prosedur pertama sebelum dilakukan pengukuran adalah 1. Bersihkan All component Undercarriage. 2. Siapkan tools Measurment. Semua prosedur sudah dilaksanakan, maka lakukan pada setip komponen undercarriage sebagi berikut: Pengukuran link pitch Pada pengukuran link pitch, ukurlah panjang empat link dan hasil pengukuran di bagi empat, maka didapat hasil pengukuran yang akurat. Gambar 2.25 Pengukuran Link Pitch (Sumber: Undercarriage Measurements) 16

33 2.4.2 Pengukuran Link Height Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik, ukurlah ketinggian link dari track shoe sampai link pitch tread pada tiga tempat, hasil pengukuran terkecil di ambil sebagai hasil pengukuran. Gambar 2.26 Pengukuran Link Height (Sumber: Undercarriage Measurements) Pengukuran Bushing O.D Untuk mengukur diameter luar bushing gunakan multi scale, ukur bushing pada tiga tempat sehingga didapatkan hasil pengukuran yang akurat. Gambar 2.27 Pengukuran Bushing OD (Sumber: Undercarriage Measurements) Pengukuran Grouser Ukurlah ketinggian grouser dari ujung grouser sampai kepermukaan shoe menggunakan multiscale pada tiga tempat untuk mendapatan hasil yang akurat 17

34 Gambar 2.28 Pengukuran grouser (Sumber: Undercarriage Measurements) Pengukuran Carrier Roller Untuk menggukur carrier roller gunakan outside caliper, sebelum melakukan pengukuran bersihkan permukaan tread roller dari kotoran dan tanah yang menempel, setelah bersih ukur roller pada sekitar tread dengan benar sehingga mendapatkan hasil pengukuran terkecil. Gambar 2.29 Pengukuran Carrier Roller (Sumber: Undercarriage Measurements) Pengukuran Idler Sebelum melakukan pengukuran pastikan idler dalam keadaan bersih, dalam melakukan pengukuran idler gunakan multiscale ukur kedalaman tread ( tinggi flange dari tread ). 18

35 Gambar 2.30 Pengukuran Idler (Sumber: Undercarriage Measurements) Pengukuran Track Roller Sebelum mengukur track roller bersihkan permukaan contact roller, untuk mengukur gunakan outside caliper pada contact roller dengan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Gambar 2.31 Pengukuran Track Roller (Sumber: Undercarriage Measurements) Pengukuran Sprocket Sebelum melakukan pengukuran bersihkan sprocket dari kotoran, untuk mengukur sprocket digunakan alat khusus untuk mengukur keausan sprocket yaitu sprocket wear gauge yang sesuai dengan model unit yang di ukur, untuk mengukur sprocket garis bawah pada mal harus tepat pada sprocket. sehingga hasil pengukuran tepat. 19

36 Gambar 2.32 Pengukuran Sprocket (Sumber: Undercarriage Measurements) 2.5 Penyebeb-penyebab keausan pada komponen Undercarriage Keausan pada komponen undercarriage terbagi menjadi 2 yaitu normal limit dan impact limit. Normal limit adalah batas keausan pada saat alat dioperasikan di daerah yang berpasir tanpa batu dan pada kondisi dimana tidak terdapat kejutan-kejutan yang terlalu besar dan sering pada undercarriage. Impact limit adalah batas pada saat alat dioperasikan di daerah yang berbatu dan pada kondisi di mana undercarriage banyak sekali kejutan. Berikut adalah beberapa keausan yang terjadi pada undercarriage: Penyebab-penyebab keausan pada link 1. keausan merata pada link Keausan pada link disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah kontak langsung link dengan track roller yang menahan beban keseluruhan tractor. Keausan akan disebabkan oleh partikel-partikel tanah atau pasir keras yang masuk di antara permukaan link dan permukaan roller. Keausan seperti ini menyebabkan ukuran link high berkurang, dan kerusakan pada pin boos. Hal ini disebabkan oleh adanya gesekan secara langsung antara flange pada track roller dengan pin boss. 20

37 Gambar 2.33 Keausan merata pada link (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu) 2. Keausan karena bersinggungan dengan track roller Keausan pada gambar 2.34 karena permukaan link yang berlebih sempit pada ujung mata link (link joints), bagian bertanda A yang mendapat tekanan dari track roller lebih besar pada bagian bertanda B sehingga akan cepat aus. Gambar 2.34 Keausan karena bersinggungan dengan track roller (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu) 3. Keausan abnormal pada atas link Keausan ini disebabkan karena bersinggungan dengan front idler. Sebetulnya hanya bagian tengah bertanda C dari link yang bersinggungan dengan idler. Dengan demikian keausan juga muncul seiring dengan waktu operasinya alat. Keausan seperti ini tidak akan menimbulkan masalah pada undercarriage kecuali jika keausannya sangat parah. 21

38 Gambar 2.35 Keausan abnormal pada bagian atas link (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu) 4. Keausan pada sisi permukaan link Keausan terjadi akibat persinggungan permukaan link dengan permukaan sprocket teeth, permukaan front idler, track dan carrier roller hal tersebut tidak mungkin dihindarkan. Jika ditengarai bahwa terjadi keausan yang cepat, penyebabnya bisa dianggap bahwa terjadi kondisi pengoperasian alat yang tidak sesuai : Akibatnya adalah berkurangnya permukaan link, maka tekanan permukaan dari track roller akan meningkat sehingga keausan permukaan link akan semakin cepat. Umur pakai roller jadi lebih pendek. Keausan yang keterlaluan menyebabkan sulitnya track link ini diremajakan. Pencegahannya adalah : Melakukan penyetelan track dengan benar Mengganti shoe yang lebih pendek Gambar 2.36 Keausan pada sisi permukaan link (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu) 22

39 5. Keausan track link Penyebabnya karena keausan yang di sebabkan track link yang bergerak mengular (Snaky Track). Tengangan track yang kendor menyebabkan gerakan sanky track. Flange pada track roller seharusnya berfungsi untuk menjaga kelurusan gerak track link, maka jika mengalami kerusakan akan berakibat gerakan snaky track. Gambar 2.37 Keausan track link (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu) Penyebab-penyebab keausan pada Pin dan Bushing 1. Keausan normal pada Pin dan Bushing Bushing bersinggungan dengan gigi sprocket, sehingga keausan pada diameter luar bushing harus diteliti dengan keadaan keausan pada gigi sprocker. Berikut ini hal-hal yang dapat membantu untuk menentukan penyebab keausan pada diameter luar bushing. Gambar 2.38 Singgungan antara sprocket dan bushing (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu) 23

40 Keausan pada bagian luar pada arah sisi maju (F) Keausan ini terjadi akibat gesekan antara bushing dan gigi sprocket. Gesekan seperti ini terjadi pada bushing meninggalkan gigi sprocket, dengan kata lain gesekan terjadi pada saat alat bergerak maju. Keausan pada bagian atas (V) Keausan ini terjadi akibat gesekan antara bushing dan gigi sprocket. pada saat bushing bekerja sepanjang lintasan gigi sprocket untuk mengisi celah backlash antara bushing dan gigi sprocket tersebut. Keausan pada bagian luar pada arah sisi mundur (R) Keausan ini terjadi akibat gesekan antara bushing dan gigi sprocket. Gesekan seperti ini terjadi pada saat bushing bersinggungan dengan gigi sprocket pada saat final drive bergerak mundur. Dampak dari keausan tersebut adalah ketebalan dinding bushing akan menyebabkan kemungkinan terjadi keretakan atau kerusakan pada bushing tersebut. Gambar 2.39 Arah keausan pada bushing (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu) 24

41 Gambar 2.40 Akibat persinggungan Pin dan Bushing (Sumber: Undercarriage System KUC Procedure Manual Komatsu) Penyebab keausan idler Idler berfungsi sebagai peredam kejutan pada saat ada impact dari depan serta sebagai menegangkan dan mengendorkan track, dan membantu menggulung track link agar unit dapat bergerak. Gambar 2.41 Idler (Sumber: Shop Manual Komatsu D375-5) Keausan pada idler dikelompokan menjadi dua yaitu keausan normal dan keausan abnormal. 1. Keausan Normal Keausan normal disebabkan gesekan antara idler dan track link. Gesekan itu timbul karena adanya dua buah benda yang bertemu. Setiap benda mempunyai koefisien gesekan yang berbeda-beda. Garis singgungan antara idler hanya pada track link maka keausan hanya 25

42 pada link high dan depth tread-nya saja. Gesekan track link dan idler akan mengakibatkan keausan. Hal ini wajar terjadi karena idler membutuhkan traksi yang besar untuk bergerak, apabila koefisien geseknya kecil maka idler akan slip. Gambar 2.42 Garis singgung antara track link dan idler (Sumber: Undercarriage Basic BMC) 2. Keausan Abnormal Critical point pada idler biasanya terjadi pada shaft dan bushingnya. Beban yang paling besar pada komponen idler adalah pada shaft yang berfungsi tumpuan atau poros putarannya. Gaya gesekan selalu terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat licin. Permukaan benda yang sangat licin pun sebenarnya sangat kasar dalam skala mikroskopis. Ketika kita mencoba menggerakan sebuah benda,tonjolan-tonjolan mikroskopis ini menggangu gerak tersebut. Sebagai tambahan, pada tingkat atom (ingat bahwa semua materi tersusun dari atom-atom), sebuah tonjolan pada permukaan menyebabkan atom-atom sangat dekat dengan permukaan lainnya. Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda lain, masing-masing benda tersebut melakukan gaya gesekkan antara suatu dengan yang lain. Gaya gesekan pada benda yang bergerak selalu berlawanan arah dengan arah gerakan benda tersebut. Selain menghambat gerak benda, gesekan dapat menimbulkan aus dan 26

43 kerusakan. Semakin kasar bidang lintasan, maka gaya yang dibutuhkan semakin kasar. Sebaliknya semakin licin bidang tersebut maka gaya yang dibutuhkan semakin kecil. Gesekan itu timbul karena adanya dua buah benda yang bertemu. Setiap benda mempunyai koefisien gesekan yang berbeda-beda. Dibutuhkan pelumas yang tepat untuk melumasi shaft dan bushing idler agar gesekan antara kedua komponen tersebut dapat perkecil. Pada idler D375-5 di pasang floating seal agar mencegah kebocoran oli dan masuknya debu. Shaft Bushing Floating Sheal Gambar 2.43 komponen dalam idler D375-5 (Sumber: Shop Manual Komatsu D375-5) 2.6 Faktor yang mempengaruhi umur pakai Undercarriage Hal-hal yang menyebkan panjangnya umur pakai undercarriage dapat di bagi dalam 3 kelompok : 1. Dikendalikan dari sisi perawatan undercarriage, termasuk track tension adjustment. 2. Dikendalikan oleh metode pengoperasian alat. 3. Hal-hal yang tidak bias dikendalikan, yaitu pengaruh lingkungan seperti kondisi tanah. Berikut ini adalah table sederhana yang menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi usia pakai undercarriage : 27

44 Tabel 2.2 Tabel factor yang mempengaruhi usia pakai undercarriage (Sumber: Undercarriage system KUC procedure manual Komatsu) Untuk mengantisipasi keausan yang berlebihan, perlu dilakukan program maintenance secara berkala seperti cleaning unit secara rutin dan adjust tension track apabila track link kendor, serta cek kebocoran oli setiap komponen undercarriage yang menggunakan pelumas termasuk shaft idler. 2.7 Statistik dan Statistika Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan dan penyusunan data, pengolahan data, dan penganalisisan data, serta penyajian data berdasarkan kumpulan dan analisis data yang dilakukan. Salah satu ilmu yang mendasari dalam mempelajari statistika adalah peluang atau probabilitas. Somantri (2006:18) menyatakan statistik diartikan sebagai kumpulan fakta yang berbentuk angka-angka yang disusun dalam bentuk daftar atau tabel yang menggambarkan suatu persoalan. Salah satu alasan diperlukannya statistik adalah generalisasi akan parameter suatu populasi yang dapat diambil dengan hanya meneliti sebagian kecil anggota populasi (sampel). Generalisasi ini bukan tanpa kesalahan, tetapi secara statistik, kesalahan generalisasi dan hal lain yang berhubungan dengan sampel, pengambilan data, rumus (perhitungan) dan lain-lain selalu dapat diprediksi. 28

45 2.7.1 Metode Statistika Metode statistika digolongkan menjadi dua yaitu Metode Statistika Deskriptif dan Metode Statistika Inferensia. 1. Metode Statistika Deskriptif Somantri (2006:19) berpendapat bahwa statistika deskriptif membahas cara-cara pengumpulan data, penyederhanaan angka-angka pengamatan yang diperoleh (meringkas dan menyajikan), serta melakukan pengukuran pemusatan dan penyebaran data untuk memperoleh informasi yang lebih menarik, berguna dan mudah dipahami.misal : ukuran tendensi sentral (central tendency),ukuran penyimpangan (standard deviasi), tabel persentase, analisis korelasi, dll 2. Metode Statistika Deskriptif Somantri (2006:19) menyatakan bahwa statistika inferensia membahas mengenai cara menganalisis data serta mengambil keputusan (berkaitan dengan estimasi parameter dan pengujian hipotesis). Misal : analisis chi square, analisis variance, analisis korelasi & regresi, analisis faktorial, dll Ukuran Pemusatan Data Ukuran pemusatan data merupakan salah satu pengukuran data dalam statistika. Yang termasuk dalam ukuran pemusatan data adalah rataan (Mean), Median, Modus. a. Mean Mean atau rata-rata hitung adalah nilai yang diperoleh dari jumlah sekelompok data dibagi dengan banyaknya data. Rata-rata disimbolkan dengan x....(2.1) Keterangan : = mean = banyaknya data = nilai data ke-i 29

46 penjumlahan semua nilai X i dalam sample b. Median Median adalah nilai data yang terletak di tengah setelah data diurutkan. Dengan demikian, median membagi data menjadi dua bagian yang sama besar. Median (nilai tengah) disimbolkan dengan Me. 1) Untuk data Genap...(2.2) banyaknya data 2) Untuk data ganjil Langsung mencari nilai tengah dari data yang ada, dengan catatan harus mengurutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar. c. Modus Modus adalah data yang paling sering muncul atau memiliki frekuensi tertinggi. Modus dilambangkan dengan Mo. d. Range (rentang) Range (rentang) adalah sample ukuran deskriptif numberic dari variasi dalam satu set data. Jarak sama dengan nilai terbesar dikurangi nilai terkecil. Range = X largest - X smallest (2.3) Varian dan Standar Deviasi Selain ukuran pemusatan data, setiap data dapat ditandai dengan variasi dan bentuknya. Salah satu langkah sederhana variasi adalah rentang, perbedaan antara yang terbesar dan nilai-nilai terkecil. Lebih umum digunakan dalam statistik adalah standar deviasi dan variasi.meskipun jangkauan dan rentang interkuartil adalah ukuran variasi, mareka tidak mempertimbangkan bagaimana 30

47 mendistribusikan nilai-nilai ekstrim. Dua langkah umun yang digunakan untuk memperhitungkan variasi adalah varian dan standar deviasi. Statistik ini mengukur rata-rata pencar disekitar nilai yang lebih besar berfluktuasi di atas dan nilai-nilai kecil dibawah. Salah satu langkah variasi yang berbeda dari data set ke kumpulan data perbedaan antara perbedaan antara setiap nilai dan rata-rata dan jumlah ini perbedaan kuadrat. Dalam statistic, jumlah ini disebut jumlah kuadrat (atau SS). Jumlah ini dibagi dengan jumlah minus 1 (untuk kemudian dibagi dengan jumlah nilai minus 1 (untuk data sampel) untuk mendapatkan variasi sampel (S 2 ). Akar kuadrat dari variasi sampel adalah deviasi standar sampel (S). Karena jumlah perbedaan kuadrat bawah dengan aturan aritmatika akan selalu non-negatif, tidak varians atau deviasi standar tidak dapat pernah menjadi negative. Untuk hampir semua data varians dan standar deviasi akan menjadi nilai positif. Untuk sampel yang mengandung n nilai-nilai, X 1, X 2, X 3,..., X n, sampel varians (disimbolkan dengan symbol S 2 ) Sample of varian : ( ) ( ) ( ) (2.4) Standar deviasi : ( ) (2.5) Keterangan : Sample Varians S = standar deviasi ( ) = ringkasan semua perbedaan kuadrat antara nilai X 1 dan. 31

48 2.7.4 Standard Error of Mean Standard error yang ditampilkan sebagai output Excel (dalam menu descriptive statistics) adalah standard error dari rata-rata (Standard Error of Mean). Ini adalah pengukuran untuk mengukur seberapa jauh nilai rata-rata bervariasi dari satu sampel ke sampel lainnya yang diambil dari distribusi yang sama. Rumus untuk mencari standard error of mean adalah sebagai berikut :...(2.6) Keterangann : Convidence Interval Convidence Interval adalah salah satu parameter lain untuk mengukur seberapa akurat Mean sebuah sample mewakili (mencakup) nilai mean populasi sesungguhnya. a. Interval Lower Limit Interval Lower Limit = ( )( )...(2.7) b. Interval Upper Limit Interval Uper Limit = ( )( )...(2.8) Keterangan : Catatan : untuk digunakan 95% dan nilainya menjadi 1,96. Dapat ditemukan menggunakan kalkulator distribusi normal Perhitungan Umur Pakai Untuk mencari umur pakai komponen bushing menggunakan rumus sebagai berikut : 32

49 a. Umur pakai tercepat...(2.9) b. Umur pakai terlama...(2.10) 2.8 Perhitungan Life Time Menggunakan Metode KUC (Komatsu Undercarriage) Perhitungan Keausan Komponen Undercarriage dengan Percent Worn Chart Tingkat keausan normal berarti unit dioperasikan pada kondisi medan biasa. Tingkat keausan impact berarti unit dioperasikan pada kondisi medan yang sering mendapat beban kejut. Tingkat keausan normal atau impact ditujukan terhadap pengukuran bushing outside diameter (diameter luar bushing), dan link pitch. Sedangkan untuk komponen kerangka bawah lainnya tidak dibedakan tingkat keausan normal atau impact (hanya tercantum satu tingkat keausan). ( ) (2.11) Dari percent worn chart atau dari perhitungan selanjutnya dapat dipakai untuk menentukan sampai berapa lama lagi komponen undercarriage dapat dipakai Perhitungan Tanpa Hour Left Chart Service limit dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan (rumus), tingkat ketelitian dengan menggunakan cara ini lebih akurat jika dibandingkan dengan menggunakan hour left chart. Persamaan yang dipakai sebagai berikut :...(2.12) keterangan : y = wear rate ( % ) x = operation hour (jam) k = faktor (untuk masing masing komponen tidak sama) 33

50 a = konstanta, yang harus dicari terlebih dahulu Apabila keausannya 100%, maka x 2 = operating hoursnya adalah sebagai berikut:...(2.13) dimana a 1 = a 2 34

51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder P2U dozer D375A-5 tahun Tujuanya adalah untuk mengetahui umur pakai dari komponen bushing. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2017 di Workshop Teknik Mesin Alat Berat Politeknik Negeri Balikpapan. 3.3 Metode Pengumpulan Data Dalam menyusun laporan Tugas Akhir ini, penulis mengumpulkan data berdasarkan pada teori-teori yang diperoleh selama dibangku kuliah dan pada saat On The Job Training. Dalam pengumpulan data ini, ada beberapa teknik yang diterapkan oleh penulis, yaitu sebagai berikut : 1. Metode literatur, penelitian memperoleh berbagai macam data yang bersumber dari buku referensi, internet, dan shop manual. Buku Referensi : Basic Maintenance. Penerbit PT. United Tractor, Jakarta, 2011 Sistem Final Drive dan Undercarriage. Penerbit PT. United Tractor, Jakarta 2011 Internet : pengumpulan data untuk menambahkan referensi dan hal-hal lain yang bias di jadikan bahan pertimbangan dalam menganalisa komponen-komponen pendukung serta teori kerjanya. Shop Manual : sumber pendoman pada suatu unit untuk mengetahui serta menganalisa suatu masalah, dan juga mengetahui komponenkomponen seperti bushing serta cara kerjanya. Shop Manual yang digunakan penulis adalah Shop Manual D375A-5. 35

52 3.4 Diagram Alir Metode Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Rumusan Masalah Studi Literatur Buku Referensi Shop Manual Internet Pengumpulan Data Sekunder P2U Dozer D375A-5 Pemilahan Data Pengolahan Data Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1 Diagram alir metode penelitian 36

53 3.4.1 Identifikasi Masalah Sebagai langkah awal dalam penelitian ini, maka masalah yang ingin diselesaikan / diteliti harus diidentifikasikan secara jelas Rumusan Masalah Setelah masalah teridentifikasi, maka dilanjutkan dengan perumusan masalah yang ada agar diketahui secara tepat permasalahannya. Selain itu, menentukan tujuan apa saja yang ingin dicapai dengan melakukan penelitian ini sehingga memberi pedoman pada penelitian ini agar lebih fokus dan tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan Studi Literatur Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Studi literatur yang digunakan penulis dalam menyusun tugas akhir didapat dari berbagai sumber, jurnal, internet dan shop manual Shop Manual Shop manual dan buku-buku Training sebagai sumber pedoman untuk menganalisa suatu masalah. Serta mengetahui komponen-komponen pada undercarriage, terutama pada bushing serta cara kerjanya. Oleh karena itu shop manual dan buku-buku training sangat membantu dalam proses penyusunan Tugas Akhir Internet Internet sangat diperlukan untuk menambahkan referensi dan hal-hal lain yang bisa di jadikan bahan pertimbangan dalam menganalisa komponenkomponen pendukung serta teori kerjanya Buku Referensi Pengumpulan data berupa jurnal-jurnal tentang penelitian serta teori-teori dasar sebagai penyusunan landasan teori pada penulisan tugas akhir analisa umur pakai bushing D375A-5. 37

54 3.4.7 Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data report hasil P2U D375A-5 dari bulan Januari sampai September tahun Pemilahan Data Dari hasil data sekunder P2U (Program Pemeriksaan Undercarriage) yang ada kemudian pisahkan hasil pengukuran bushing untuk mencari durasi (jam), tingkat keausan (mm), tingkat keausan (mm/jam) Pengolahan Data Dari hasil perhitungan keausan perjam yang telah dilakukan apabila ada data extreme yaitu data yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak perlu digunakan karena bisa menggangu perhitungan selanjutnya Hasil dan Pembahasan Kemudian dari hasil perhitungan keausan perjam diolah kembali untuk mencari mean, median, modus, range, varian dan standar deviasi, interval lower dan interval upper limit, dan umur pakai pada bushing dozer D375A Kesimpulan dan saran Dari hasil yang sudah diolah dan kemudian di analisa dapat ditarik kesimpulkan dalam analisa umur pakai bushing seperti mengetahui life time dan juga mengetahui keausan komponen bushing perjamnya, serta memberikan saran kepada pembaca apabila akan meneliti lebih lanjut tentang tugas akhir ini. 38

55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Program Pemeriksaan Undercarriage Data hasil Program Pemeriksaan Undercarriage (P2U) komponen Bushing hanya tercantum pengukuran komponen undercarriage RH dan LH, Schedule (SMR) unit, nominal measurement dan rebuld limit. Dan data unit yang dilakukan P2U sebanyak 7 unit Bulldozer Komatsu D375A-5 dengan nomor unit : 1. DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ470 Dibawah ini adalah data bushing P2U Dozer yang di gunakan, sebelum dipilah: Components Nominal Meas. Rebuild Limit Measurement % worn HM Install HM Install BRAND PARTS Life Time Life Time LH Replacement Plan on RH Replacement Plan on LH RH Left Right Left Right Left Right Left Right Left Right % 14% 07-Mei Mei Mar Mar Komatsu Komatsu % 13% 03-Mei Mei Mar Mar Komatsu Komatsu % 29% 22-Mar Mar Mar Mar Komatsu Komatsu % 29% 28-Mar Mar Mar Mar Komatsu Komatsu % 40% 16-Nop Nop Mar Mar Komatsu Komatsu % 46% 13-Nop Nop Mar Mar Komatsu Komatsu % 20% 21-Apr Apr Mar Mar Komatsu Komatsu % 33% 18-Nop Nop Mar Mar Komatsu Komatsu % 18% 23-Apr Apr Mar Mar Komatsu Komatsu % 18% 27-Apr Apr Mar Mar Komatsu Komatsu % 18% 30-Apr Apr Mar Mar Komatsu Komatsu % 17% 23-Apr Apr Mar Mar Komatsu Komatsu % 18% 30-Apr Apr Mar Mar Komatsu Komatsu % 17% 23-Apr Apr Mar Mar Komatsu Komatsu % 18% 23-Apr Apr Mar Mar Komatsu Komatsu Gambar 4.1 Data P2U Unit Dozer D375A-5 39

56 Dari gambar 4.1 dapat diketahui, data yang digunakan hasil P2U pada tahun 2014 sebelum melakukan pengolahan. a. Mencari durasi pemakaian unit perbulan : Durasi = HM Bulan Ke 2 (08-Feb-14) - HM Bulan Ke 1 (06-Jan-14) Durasi = HM Bulan Ke 2 (08-Feb-14) - HM Bulan Ke 1 ( 06-Jan-14) = = 460 b. Mencari tingkat keausan per-jam : Keausan per-jam = ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Tabel 4.1 Seluruh data P2U bushing yang diolah Hasil pengukuran Tingkat Keausan Tingkat Keausan Kode HM saat Durasi (mm) (mm) (mm)/jam Unit pengukuran (Jam) LH RH LH RH LH RH DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ

57 DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ

58 DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ Pada tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa data yang di beri warna kuning adalah data yang tidak valid atau data extrem. Data tersebut tidak dapat di olah pada saat pengujian, maka data tersebut dapat dibuang. c. Menyatukan semua data Selanjutnya hal yang harus dilakukan adalah menyatukan semua data P2U yang sudah di cari durasi dan tingkat keausannya dari total 7 unit menjadi satu seperti tabel 4.2 dibawah. Selanjutnya adalah membuang data ekstrim, data ekstrim yang dimaksud adalah data hasil pengukuran yang berbeda jauh dengan data-data yang lain apakah itu pengukurannya yang terlalu tinggi atau pengukurannya yang terlalu rendah. 42

59 Tabel 4.2 Hasil pengolahan data P2U bushing Kode Unit HM saat pengukuran Hasil pengukuran (mm) Durasi (Jam) Tingkat Keausan (mm) Tingkat Keausan (mm/jam) LH RH LH RH LH RH DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ

60 DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ DZ Pada table 4.2 Total ada 46 data pengukuran Bushing dari 63 data pengukuran dari 7 unit Bulldozer yang bisa digunakan, ada beberapa data extrem yang dibuang karena tidak dapat melakukan perhitungan maupun pengujian. 4.2 Pengolahan Data Dengan Statistik Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan dan penyusunan data, pengolahan data, dan penganalisisan data, serta penyajian data berdasarkan kumpulan dan analisis data yang dilakukan. 44

61 4.2.1 Mencari Mean, Median, Modus dan Range a. Mean Dari hasil perhitungan diatas diketahui mean atau rata-rata keausan pada bushing adalah 0,0026. b. Median Dari hasil tersebut diketahui bahwa median atau nilai tengah berada pada urutan 23,5. Jadi data pada urutan 23 dan urutan 24 di jumlah lalu di bagi 2 sehingga hasilnya adalah Me = 0,0025 c. Modus Pada bab 2 telah dijelaskan bahwa modus adalah data yang sering muncul / data yang paling banyak muncul dari keseluruhan data yang ada : Dari tabel 4.2 dapat dilihat jumlah dari tiap data adalah sebagai berikut : 1. 0,0013 = 2 data 2. 0,0015 = 4 data 3. 0,0018 = 1 data 4. 0,0020 = 7 data 45

62 5. 0,0022 = 2 data 6. 0,0023 = 3 data 7. 0,0024 = 1 data 8. 0,0025 = 10 data 9. 0,0029 = 3 data 10. 0,0030 = 4 data 11. 0,0033 = 3 data 12. 0,0035 = 2 data 13. 0,0038 = 2 data 14. 0,0043 = 1 data 15. 0,0048 = 1 data Data dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa keausan yang paling sering muncul adalah 0,0025 sebanyak 10 data, sehingga dapat diketahui Modusnya adalah 0,0025. d. Range (rentang) Range = X Larges - X samalles = 0,0048 0,0013 = 0,0035 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa Range (Rentang) keausan dari data pada tabel 4.2 adalah 0, Varian dan Standar Deviasi Sample of Varian ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 46

63 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa Varian dari data pada tabel 4.2 adalah 0, Standar Deviasi ( ) Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa Standar Deviasi dari data pada tabel 4.2 adalah 0, Perhitungan interval lower dan interval upper limit a. Standard Error of Mean b. Interval Lower Limit ( )( ) ( )( ) = c. Interval Upper Limit ( )( ) = ( )( ) 47

64 4.4. Perhitungan Umur Pakai a. Umur pakai tercepat Nominal meas = 18.8 Rebuild limit = 10.3 Nominal meas Rebuild limit = Range keausan = 8.5 Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui umur pakai tercepat adalah jam di bulatkan menjadi 2986 jam. b. Umur pakai terlama Nominal meas = 18.8 Rebuild limit = 10.3 Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui umur pakai terlama adalah jam di bulatkan menjadi 3606 jam. 4.5 Perhitungan Life Time Menggunakan Metode KUC Perhitungan keausan komponen Undercarriage dengan Percent Worn Char ( ) ( ) = 15% Perhitungan Tanpa Hour Left Chart Dimana : y 1 = 15% x 1 = 1857 jam 48

65 k = dimana untuk bushing unit ini bernilai 2,0 15 = a a 1 = = 0, Apabila keausannya 100%, maka x 2 = operating hoursnya adalah sebagai berikut: dimana a 1 = a = 0, x 2 X 2 2 = X 2 = = 4794,633 Jika di bulatkan menjadi 4795 jam. Sisa umur komponen bushing adalah = 2938 jam lagi dari saat pengukuran. 49

66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil Analisa Umur Pakai Bushing Pada Unit Dozer D375A-5 di PT. Pama Persada Nusantara Site Batu Kajang. dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Tingkat keausan Bushing perjam pada unit dozer D375A-5 adalah : a. Interval lower limit (tingkat keausan terendah) : 0,0024 mm/jam. b. Interval upper limit (tingkat keausan tertinggi) : 0,0028 mm/jam. 2. Lama usia pakai Bushing undercarriage pada unit dozer D375A-5 adalah : a. Usia pakai Bushing tercepat : 2986 jam. b. Usia pakai Bushing terlama : 3606 jam. 3. Dari hasil perhitungan menggunakan statistik diketahui hasilnya tercepat 2986 jam dan terlama 3606 jam, sedangkan menggunakan perhitungan menggunakan KUC diketahui hasilnya 4795 jam. Jadi hasil perhitungan menggunakan KUC dan perhitungan menggunakan statistik terdapat perbedaan hasil life time, hal tersebut dikarenakan perhitungan statistik yang digunakan mencangkup dari seluruh data unit sedangkan perhitungan KUC hanya menggunakan 1 data pengukuran. Dalam hal ini penggunaan rumus KUC lebih efesien karena data yang digunakan hanya 1 sampel pengukuran. 5.2 Saran Adapun saran penelitian ini adalah sebagi berikut : 1. Disarankan untuk membersihkan komponen bushing sebelum melakukan pengukuran dan pada saat pengukuran sebaiknya dilakukan lebih dari satu titik agar pengukuran lebih akurat. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengunakan data terbaru P2U dozer D375A-5. 50

67 DAFTAR PUSTAKA KOMATSU. KUC Procedure Manual, Undercarriage System Training. Penerbit KOMATSU. KOMATSU. Ultrasonic Undercarriage Measurments, Support Training, Penerbit KOMATSU. UNITED TRACTOR, Basic Maintenance,Technical Training Department. Penerbit PT. UNITED TRACTOR Tbk. UNITED TRACTOR, Basic Mechanic Course, Technical Training Department. Penerbit PT. UNITED TRACTOR Tbk. UNITED TRACTOR Product Knowledge, Basic Course I. Penerbit PT. UNITED TRACTOR Tbk. UNITED TRACTOR Final Drive & Undercarriage, Basic Course I. Penerbit PT. UNITED TRACTOR Tbk. UNITED TRACTOR Final Drive & Undercarriage, Basic Mechanic Course. Penerbit PT. UNITED TRACTOR Tbk. KOMATSU, Shop Manual D375A-5. Penerbit KOMATSU Peron Education, Inc, Upper Saddle, River, New Jersey, 07458, Statistics For Manager Using Microsoft Excel. United States of America : Pearson Precentise Hall. Springer Handbook of Mechanical Engineering, statistik.html

68 REGISTER REPORT : BIU/P2U/PAMA/DZ465/33/02/2014 Unit Number: Undercarriage Inspection Report Customer Name: PT PAMA Inspection Date : 12-Feb-14 Model D375A-5 Serial No S.M.R Work Opration JL 2E BATUKAJANG Inspection By : Applic. Soil condition Work condition SYAHRIAL HABIB Mining Comment and Summary : ALL GOOD CONDITION UNDERCARRIAGE Soil Distributor's Name: DZ465 PT. United Tractors Tbk Dozing Components Nominal Meas. Rebuild Limit Measurement % worn Date Install HM Install BRAND PARTS LH Replacement RH Replacement Life Time Life Time Plan on Plan on LH RH Left Right Left Right Left Right Left Right Left Right % 19% 22-Sep Sep Jul Jul Komatsu Komatsu % 32% 29-Agust Agust Jul Jul Komatsu Komatsu % 53% 18-Jun Jun Jul Jul Komatsu Komatsu % 41% 24-Jul Jul Jul Jul Komatsu Komatsu % 80% 13-Mar Mar Jul Jul % 72% 05-Mar Mar Jul Jul Komatsu Komatsu Komatsu Komatsu % 28% 29-Agust Agust Jul Jul Komatsu Komatsu % 67% 17-Mar Mar Jul Jul Komatsu Komatsu % 44% 08-Jul Jul Jul Jul Komatsu Komatsu % 44% 09-Jul Jul Jul Jul Komatsu Komatsu % 45% 12-Jul Jul Jul Jul Komatsu Komatsu % 47% 06-Jul Jul Jul Jul Komatsu Komatsu % 46% 07-Jul Jul Jul Jul Komatsu Komatsu % 45% 13-Jul Jul Jul Jul Komatsu Komatsu % 47% 12-Jul Jul Jul Jul Komatsu Komatsu 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Link Pitch 19% Link Pitch 75% 67% Rail Height 30% Rail Height Bushing OD 54% % Bushing OD Track Shoes 41% Track 41% Shoes 46% Carrier Rollers 75% 30% Carrier Rollers 28% 19% Idlers 28% Carrier Rollers Sprockets 67% Carrier Rollers Track Rollers 46% Idlers Link Pitch Rail Height Bushing OD Track Sprockets Shoes Carrier Rollers Idlers Sprockets Track Rollers Inspection Was Preformed :ULTRASONIC & MANUAL Aproved by PT UNITED TRACTORS Aproved by PT PAMA PERSADA NUSANTARA SYAHRIAL HABIB P2U OFFICER AGUNG BEKTIAWAN PARTS DEPT HEAD TRI HARSONO KA BAG LOG KA BAG PLANT 52

69 REGISTER REPORT : BIU/P2U/PAMA/DZ453/40/03/2014 Unit Number: Undercarriage Inspection Report Distributor's Name: DZ453 PT. United Tractors Tbk Customer Name: PT PAMA BATUKAJANG Inspection Date : Model Serial No S.M.R. Work Opration 04-Mar-14 D375A Jl 6E Inspection By : Applic. Soil condition Work condition SYAHRIAL HABIB Mining Comment and Summary : ALL GOOD CONDITION UNDERCARRIAGE Soil Dozing Components Nominal Meas. Rebuild Limit Measurement % worn Date Install HM Install BRAND PARTS Life Time Life Time LH Replacement Plan on RH Replacement Plan on LH RH Left Right Left Right Left Right Left Right Left Right % 19% 12-Okt Okt Agust Agust Komatsu Komatsu % 33% 21-Sep Sep Agust Agust Komatsu Komatsu % 66% 05-Jun Jun Agust Agust Komatsu Komatsu % 50% 22-Jul Jul Agust Agust Komatsu Komatsu % 88% 02-Apr Apr Agust Agust % 96% 25-Mar Apr Agust Agust Komatsu Komatsu Komatsu Komatsu % 28% 18-Sep Sep Agust Agust Komatsu Komatsu % 83% 20-Mar Mar Agust Agust Komatsu Komatsu % 57% 06-Jul Jun Agust Agust Komatsu Komatsu % 57% 07-Jul Jun Agust Agust Komatsu Komatsu % 57% 06-Jul Jun Agust Agust Komatsu Komatsu % 57% 11-Jul Jun Agust Agust Komatsu Komatsu % 56% 06-Jul Jul Agust Agust Komatsu Komatsu % 57% 03-Jul Jul Agust Agust Komatsu Komatsu % 57% 02-Jul Jun Agust Agust Komatsu Komatsu 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 83% 83% Link Pitch 19% % Link Pitch Rail Height 30% Rail Height 56% Bushing OD 66% % Bushing OD Track Shoes 50% Track Shoes Carrier Rollers 83% 30% Carrier Rollers 28% 19% Idlers 28% Carrier Rollers Sprockets 83% Carrier Rollers Track Rollers 56% Idlers Link Pitch Rail Height Bushing OD Track Sprockets Shoes Carrier Rollers Idlers Sprockets Track Rollers Inspection Was Preformed :ULTRASONIC & MANUAL Aproved by Aproved by Inspection By PT UNITED TRACTORS PT PAMA PERSADA NUSANTARA SYAHRIAL HABIB P2U OFFICER AGUNG BEKTIAWAN PARTS DEPT HEAD TRI HARSONO KA BAG LOG KA BAG PLANT 53

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Fungsi Undercarriage Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: untuk menopang dan meneruskan beban

Lebih terperinci

ANALISA LIFE TIME TRACK ROLLER MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF UNIT KOMATSU D375A-5 DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR

ANALISA LIFE TIME TRACK ROLLER MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF UNIT KOMATSU D375A-5 DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR ANALISA LIFE TIME TRACK ROLLER MENGGUNAKAN METODE DESKRIPTIF UNIT KOMATSU D375A-5 DI PT. PAMA PERSADA NUSANTARA SITE BATU KAJANG TUGAS AKHIR TEGUH PRASTYO NIM : 140309238191 PROGRAM STUDI ALAT BERAT JURUSAN

Lebih terperinci

Undercarriage. Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi:

Undercarriage. Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: Undercarriage Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: untuk menopang dan meneruskan beban unit ke tanah. bersama-sama dengan

Lebih terperinci

Undercarriage and Tyre ( DTAB 2207, 2 SKS)

Undercarriage and Tyre ( DTAB 2207, 2 SKS) UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI DIPLOMA TEKNIK MESIN Jl. Yacaranda Sekip Unit IV, Yogyakarta RPKPM (Rencana Program dan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan - 0 Undercarriage and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Semakin bertambahnya umur unit atau komponen, maka unit atau komponen tersebut mengalami penurunan performansi. Karena itu diperlukan tindak perawatan (maintenance).

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE EXCAVATOR HITACHI EX200 PADA PT. TAKABEYA PERKASA GROUP DENGAN METODE FMEA

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE EXCAVATOR HITACHI EX200 PADA PT. TAKABEYA PERKASA GROUP DENGAN METODE FMEA ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE EXCAVATOR HITACHI EX200 PADA PT. TAKABEYA PERKASA GROUP DENGAN METODE FMEA Irfan Maulana 1, Akhyar Ibrahim 2, Darmein 2 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi

Lebih terperinci

PT. UNITED TRACTORS Tbk TC SANGATTA

PT. UNITED TRACTORS Tbk TC SANGATTA UNDERCARRIAGE PT. UNITED TRACTORS Tbk TC SANGATTA D A F T A R I S I KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I. BAB II. FINAL DRIVE A. SINGLE REDUCTION ROTATED DRIVE SHAFT. I - 2-9 B. SINGLE REDUCTION

Lebih terperinci

ANALISA UMUR PAKAI IDLER BARU DAN IDLER REKONDISI UNIT CAT D7G

ANALISA UMUR PAKAI IDLER BARU DAN IDLER REKONDISI UNIT CAT D7G Michael Davit Sambuari, Sadat N.S. Sidabutar (2017), TRANSMISI, Vol-13 Edisi-1/ Hal. 103-112 Abstraksi ANALISA UMUR PAKAI IDLER BARU DAN IDLER REKONDISI UNIT CAT D7G Michael Davit Sambuari 1, Sadat N.

Lebih terperinci

UNDER CARRIAGE MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR KODE MODUL ABMR A

UNDER CARRIAGE MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR KODE MODUL ABMR A KODE MODUL ABMR 011.21-1.A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ALAT BERAT MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR UNDER CARRIAGE BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 Aulia Firdaus 1, Turmizi 2, Ariefin 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERAWATAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE ALAT BERAT SKRIPSI HIDAYAH JATI

PENINGKATAN PERAWATAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE ALAT BERAT SKRIPSI HIDAYAH JATI PENINGKATAN PERAWATAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE ALAT BERAT SKRIPSI HIDAYAH JATI 0706198581 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM TEKNIK MESIN DEPOK JUNI 2011 i PENINGKATAN PERAWATAN KOMPONEN UNDERCARRIAGE ALAT BERAT SKRIPSI

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI UNDERCARRIAGE EXCAVATOR DENGAN SISTEM MEKANIK (PENGUJIAN)

RANCANG BANGUN SIMULASI UNDERCARRIAGE EXCAVATOR DENGAN SISTEM MEKANIK (PENGUJIAN) RANCANG BANGUN SIMULASI UNDERCARRIAGE EXCAVATOR DENGAN SISTEM MEKANIK (PENGUJIAN) LAPORAN AKHIR Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Mesin Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan muatan yang dapat digantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undercarriage

BAB I PENDAHULUAN. undercarriage BAB I PENDAHULUAN Excavator merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat yang lain. Tujuan penggunaan excavator adalah untuk membantu melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name

Konstruksi CVT. Parts name Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 1 A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat D. Secondary fixed sheave(pulley tetap) E. Secondary sliding sheave

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR CVT (Continuous Variable Transmission) Modul ini disusun sebagai bahan ajar bagi siswa kelas XI TSM (Teknik Sepeda Motor) Disusun : Gunadi, S. Pd DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Ada dua jenis tipe persediaan atau inventory, yang pertama adalah manufacturing inventory, yaitu penyediaan dari bahan baku atau komponen yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

TRAKTOR QUICK G600 single speed 3 KATA PENGANTAR

TRAKTOR QUICK G600 single speed 3 KATA PENGANTAR TRAKTOR QUICK G600 single speed 3 KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan pengolahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

Sistem Suspensi pada Truck

Sistem Suspensi pada Truck Sistem Suspensi pada Truck Halaman 1 dari 4 Fungsi utama sistem suspensi pada kendaraan adalah mendukung berat kendaraan untuk diteruskan ke tanah (ground). Fungsi lain adalah melindungi badan kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bucket Wheel Excavator (B.W.E) 2.1.1 Pengertian Bucket Wheel Excavator (B.W.E) Bucket wheel excavator (B.W.E) adalah alat berat yang digunakan pada surface mining, dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 9I 1 10 J A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) G. Clutch housing/rumah kopling C. Weight / Pemberat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR (HAND OUT)

BAHAN AJAR (HAND OUT) BAHAN AJAR (HAND OUT) Matakuliah : Tenologi Alat Berat SKS : 3 SKS Sub Bahasan : Pengenalan komponen dan pengenalan sistem excavator Program Studi : Pendidikan Teknik Otomotif Kode : OTO 017 Pertemuan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern sehingga persaingan akan pasar menjadi semakin kompetitif, setiap

BAB I PENDAHULUAN. modern sehingga persaingan akan pasar menjadi semakin kompetitif, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era global seperti saat ini dimana sektor industri semakin maju dan modern sehingga persaingan akan pasar menjadi semakin kompetitif, setiap pelaku bisnis yang

Lebih terperinci

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 3.1 Definisi Excavator secara umum Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut suatu material (tanah, batubara, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi pengembangan alat peraga real axle traktor head a. Differantial assy real axle b. Hose 8 mm c. Kompresor angin d. Motor bensin 5,5 pk e.v-belt f.pully g.roda

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR NOMOR POERSOALAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR NOMOR POERSOALAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR NOMOR POERSOALAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Pada gambar 4.1 menggambarkan sebuah langkah dari proses pelayanan perawatan kendaraan yang dilakukan oleh menejemen Astrido Daihatsu Kebon Jeruk agar

Lebih terperinci

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA DIFFERENTIAL HEAVY DUTY TRUCK HD 785-5

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA DIFFERENTIAL HEAVY DUTY TRUCK HD 785-5 36 ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA DIFFERENTIAL HEAVY DUTY TRUCK HD 785-5 Rasma *, Loki Mardian Program Studi D3 OAB, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jalan Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari referensi dari beberapa sumber yang berkaitan dengan judul yang di

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 single speed 2 TRAKTOR QUICK G1000 single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan pengolahan

Lebih terperinci

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION 1.Rear suspension cylinder Hydro-pneumatic cylinder yang dipasang tegak pada bagian belakang unit, dimana bagian bawah cylinder dipasang dengan pin dan spherical bearing

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang

Tabel I-1 Aktivitas operasional Alat Berat CV Kurnia Gemilang. Jenis Pekerjaan. Komatsu Type PC Sumber : CV Kurnia Gemilang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV Kurnia Gemilang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyediaan alat berat untuk pekerjaan penggalian material pasir dan batu atau pertambangan galian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu :

BAB IV PEMBAHASAN Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu : BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil pemeriksaan dan pengukuran 4.1.1 Komponen yang terdapat pada transmisi otomatis Yamaha Mio. Sistem Transmisi otomatis terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Bagian primary fixed

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin Oleh: Rahardian Faizal Zuhdi 0220120068 Mekatronika Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T r a k t o r Q U I C K dilengkapi dengan P A R T L I S T Edisi Januari 2004 2 TRAKTOR QUICK TL800 single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu

BAB III PEMBAHASAN. Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu 29 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Permasalahan 3.1.1. Flow yang Dihasilkan Kurang 3.1.1.1. Gambaran Masalah Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu mengangkat beban pada ketinggian yang

Lebih terperinci

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body.

Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SISTEM SUSPENSI Sistem suspensi dipasang diantara rangka kendaraan dengan poros roda, supaya getaran atau goncangan yang terjadi tidak di teruskan ke body. SPRUNG WEIGHT DAN UNSPRUNG WEIGHT Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan.

BAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan. BAB II TEORI KEAUSAN 2.1 Pengertian keausan. Definisi paling umum dari keausan yang telah dikenal sekitar 50 tahun lebih yaitu hilangnya bahan dari suatu permukaan atau perpindahan bahan dari permukaannya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 785 TKPH Site vs TKPH Rating. Gambar 5.1. Grafik TKPH site vs TKPH rating HD-785

BAB V PEMBAHASAN. 785 TKPH Site vs TKPH Rating. Gambar 5.1. Grafik TKPH site vs TKPH rating HD-785 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Ton Kilometer Per Hour 5.1.1. Ban Ukuran 27.00-49 Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada bab III, dapat dibuat grafik perbandingan nilai Ton Kilometer Per Hour (TKPH)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUN PUSTAKA

BAB III TINJAUN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUN PUSTAKA 3.1 Perawatan (Maintenance) Perawatan atau maintenance adalah aktivitas agar suatu komponen atau sistem yang rusak dikembalikan atau diperbaiki dalam suatu kondisi tertentu pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

Undercarriage and Tyre ( DTAB 2207, 2 SKS)

Undercarriage and Tyre ( DTAB 2207, 2 SKS) UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI DIPLOMA TEKNIK MESIN Jl. Yacaranda Sekip Unit IV, Yogyakarta RPKPM (Rencana Program dan Pembelajaran Mingguan) Modul Pembelajaran Pertemuan - 11 Undercarriage and

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 109 BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Produk Desain dari produk pembersih dan pelumas rantai otomatis ini dibuat berdasarkan kebutuhan yang diperlukan dari sistem pelumasan rantai dan dikembangkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Vaganza single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Vaganza single speed 2 TRAKTOR QUICK G1000 Vaganza single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan

Lebih terperinci

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP diajukan untuk memenuhi nilai akhir semester dua disusun oleh : Arman Syah. S XI

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN SUKU CADANG HYDRAULIC OIL FILTER KOMATSU DI PT KOMATSU MARKETING AND SUPPORT INDONESIA

ANALISIS PERAMALAN SUKU CADANG HYDRAULIC OIL FILTER KOMATSU DI PT KOMATSU MARKETING AND SUPPORT INDONESIA ANALISIS PERAMALAN SUKU CADANG HYDRAULIC OIL FILTER KOMATSU DI PT KOMATSU MARKETING AND SUPPORT INDONESIA NAMA MAHASISWA : Galih Trisno Saputra Instansi : -- Alamat : -- Telp : -- Email Penulis : galihtrisno@ymail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wheel Loader 2.1.1 Pengertian Wheel Loader Wheel loader adalah traktor dengan roda karet yang dilengkapi bucket. Effisien untuk daerah kerja kering rata dan kokoh karena memiliki

Lebih terperinci

ANALISA ENGINE OVERHEAT PADA UNIT KOMATSU BULLDOZER D155A-6

ANALISA ENGINE OVERHEAT PADA UNIT KOMATSU BULLDOZER D155A-6 ANALISA ENGINE OVERHEAT PADA UNIT KOMATSU BULLDOZER D155A-6 Hendro Purwono 1*, Rasma 2 12 Program studi D-3 Teknik Otomotif dan Alat Berat, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

Perawatan System C V T

Perawatan System C V T Perawatan System C V T A. Pelumasan Colar pada pulley primer Sebab : Jika tidak ada pelumasan, akselerasi / percepatan tidak halus karena gerakan penyesuai pada primary sheave tidak bekerja dengan baik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

Edisi I, Cetakan ke-1/2011 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN

Edisi I, Cetakan ke-1/2011 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN Edisi I, Cetakan ke-1/2011 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T R A K T O R Q U I C K M.U.L.T.I S.P.E.E.D 2 TRAKTOR QUICK M1000 Alfa multi speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Indonesia sebagai negara berkembang dimana pembangunan di setiap wilayah di indonesia yang semakin berkembang yang semakin berkekembang pesat-nya bangunanbangunan

Lebih terperinci

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA

TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA PRESS RELEASE TIPS MUDIK DARI YAMAHA INDONESIA 10 August 2011 Image not found or type unknown JAKARTA - Hari Raya Lebaran kian dekat dan para pemudik pun siap-siap mudik untuk merayakannya bersama keluarga

Lebih terperinci

1 BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Transmisi Fungsi transmisi adalah untuk meneruskan putaran dari mesin ke arah putaran roda penggerak, dan untuk mengatur kecepatan putaran dan momen yang dihasilkan sesuai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle 44 BAB IV 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Alur Proses Pada Perawatan Handle start Pemeriksaan awal per-periodik Pengecheckan kebocoran Haandle Indeks Kerusakan Perbaikan Handle Test Ulang Kebocoran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Garis Besar Chasis Dan Suspensi Pada sebuah kendaraan terbagi ke dalam beberapa sistem yang merupakan point utama dari adanya sebuah kendaraan, salah satunya sistem chasis meliputi

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT. Rian Alif Prabu ( ) Septian Dwi Saputra ( )

MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT. Rian Alif Prabu ( ) Septian Dwi Saputra ( ) MAKALAH SISTEM PEMINDAH TENAGA PROPELLER SHAFT Rian Alif Prabu (12504244022) Septian Dwi Saputra (12504244032) Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2016 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN MIDDLE AXLE TRUK RENAULT KERAX DXI 440 TIPE 17 X 35

ANALISIS KERUSAKAN MIDDLE AXLE TRUK RENAULT KERAX DXI 440 TIPE 17 X 35 ANALISIS KERUSAKAN MIDDLE AXLE TRUK RENAULT KERAX DXI 440 TIPE 17 X 35 Abstrak Wahju Djalmono Putro, Anwar S. Ardjo, Munaputra Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto S.H.,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Start Alat berat masuk ke Workshop Pengecekan sistem hidrolik secara keseluruhan komponen Maintenance Service kerusakan Ganti oli Ganti filter oli Ganti hose hidrolik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR ABSTRAK Ban merupakan komponen penting dalam suatu sistem pengangkutan tambang khususnya alat angkut. Sebagai komponen yang langsung bersinggungan dengan jalan yang kondisinya bervariasi, ban berisiko

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6

Gambar 2.1 Dump Truck Sumber:Lit 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KERUSAKAN EQUALIZER BAR PADA UNIT BULLDOZER

ANALISIS PENYEBAB KERUSAKAN EQUALIZER BAR PADA UNIT BULLDOZER ANALISIS PENYEBAB KERUSAKAN EQUALIZER BAR PADA UNIT BULLDOZER Achmad Husen 1), Madinah 2) 1),2), Program Studi Teknik Mesin, Institut Sains dan Teknologi Nasional Bhumi Srengseng Indah, Jakarta 12640 Email

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK KIJANG single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK KIJANG single speed 2 TRAKTOR QUICK KIJANG single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Suspensi Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang bergelombang sehingga menambah kenyamanan berkendara

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGAYAK PASIR ( PROSES PEMBUATAN )

RANCANG BANGUN MESIN PENGAYAK PASIR ( PROSES PEMBUATAN ) RANCANG BANGUN MESIN PENGAYAK PASIR ( PROSES PEMBUATAN ) Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Mesin Program Studi Maintenance and

Lebih terperinci

Pemindah Gigi (Derailleur) Belakang

Pemindah Gigi (Derailleur) Belakang (Indonesian) DM-RD0004-08 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE XTR RD-M9000 DEORE XT RD-M8000 Pemindah Gigi (Derailleur) Belakang DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Otomatis

Sistem Transmisi Otomatis Sistem Transmisi Otomatis A. Garis Besar Sistem V-Matic Sistem V-Matic adalah mekanisme otomatis yang mengubah perbandingan gigi tanpa langkah-langkah dan mengubah daya mesin menjadi gaya dorong optimal

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

SELAMAT DATANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI SELAMAT DATANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN BADAN PEMBINAAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KONSTRUKSI DAN DAN SUMBER SUMBER DAYA DAYA MANUSIA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Excavator (Sumber: lit 8)

Gambar 2.1 Excavator (Sumber: lit 8) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Excavator Secara Umum Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut ( loading and unloading) suatu material (tanah, batubara, pasir dan lain-lainnya).

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Perawatan Berkala 40 Jam Pembersihan Conveyor Belt pengecekan ketajaman pisau. Mesin Tidak Rusak 8 Jam PengecekanTombo l-tombol Emergency Mesin

Lebih terperinci

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL

ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL ANALISA GAYA PADA SISTEM KEMUDI TYPE RECIRCULATING BALL PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Pemindah Gigi Belakang

Pemindah Gigi Belakang (Indonesian) DM-MBRD001-04 Panduan Dealer JALANAN MTB Trekking Keliling Kota/ Sepeda Nyaman URBAN SPORT E-BIKE Pemindah Gigi Belakang SLX RD-M7000 DEORE RD-M6000 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING... 3 UNTUK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Matic motor matic adalah suatu kendaraan yang aman dan nyaman saat dikendarai dengan hanya menarik gas kemudian motor langsung jalan. yang pada dasa rnya kinerja motor matic

Lebih terperinci

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6]

BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] BAB V PROSES PEMBUATAN SILINDER HIDROLIK (MANUFACTURING PROCESS) BUCKET KOBELCO SK200-8 Bagan 5.1 Hydraulic Cylinder Manufacturing Process [6] Universitas Mercu Buana 47 Gambar 5.1 Job Set Cylinder Assy

Lebih terperinci

(Perawatan dan Perbaikan)

(Perawatan dan Perbaikan) Rancang Bangun Alat Simulasi Planetary Gear System Double Pinions (Perawatan dan Perbaikan) LAPORAN AKHIR Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //d //d //d //d PENGARUH

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN REM 4.1 PENGERTIAN PERAWATAN Perawatan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencegah kerusakan terhadap suatu obyek, sehingga diharapkan dapat berfungsi secara maksimal

Lebih terperinci