PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN"

Transkripsi

1 1 PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : W I N A R T O NIM. ST13081 PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

2 2

3 iii 3

4 4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan YME atas segala limpahan rahmat, petunjuk, karunia, serta hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai tahapan akhir setelah peneliti melakukan penelitian dan merupakan syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah menyetujui atas skripsi ini. 3. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.M.Kep., selaku pembimbing utama skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. iv

5 5 4. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku pembimbing pendamping skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini 5. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes., selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. 6. Dr. Endang Agustinar, M.Kes., selaku direktur RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 7. Kepala Ruang dan Staf Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memfasilitasi jalannya penelitian. 8. Dosen dan Staf Progam Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepeda penulis selama menjalani pendidikan. 9. Istri, Ananda tercinta, dan seluruh keluarga yang selalu senantiasa memberikan doa restu, semangat dan dorongan kepada penulis selama menjalani pendidikan. 10. Teman-teman seperjuangan Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya selama ini, baik berupa moril dan materiil secara langsung atau tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembelajaran dan skripsi ini. 11. Responden penelitian yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya, terima kasih atas kerja sama dan bantuannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. v

6 6 12. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam proses penyusunan skripsi ini, untuk itu dalam kesempatan ini tak lupa penulis juga mengharapkan masukan dan saran positif dari semua pihak demi sempurnanya skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan studi dan dapat memberikan manfaat positif bagi kita semua.. Surakarta, Agustus 2015 Penulis vi

7 7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii ABSTRAK... xiii ABSTRACT... xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumusan masalah Tujuan penelitian Manfaat penelitian... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori Elektrokardiogram (EKG) Aritmia Metode pembelajaran the six stage method (SSM) Metode pembelajaran diskriptif Proses pembelajaran Mahasiswa keperawatan Keaslian penelitian Kerangka teori Kerangka konsep Hipotesis vi vii

8 8 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan rancangan penelitian Populasi dan sampel Tempat dan waktu penelitian Variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran Alat penelitian dan cara pengumpulan data Uji validitas dan reliabilitas Jalannya penelitian Teknik pengolahan dan analisa data Etika penelitian BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran umum tempat penelitian Karakteristik responden Analisa univariat Analisa bivariat BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik responden Analisa univariat Analisa bivariat BAB VI. PENUTUP 6.1. Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1. Definisi operasional Tabel 4.1. Distribusi jenis kelamin responden Tabel 4.2. Distribusi umur responden Tabel 4.3. Distribusi nilai interpretasi EKG responden Tabel 4.4. Distribusi nilai interpretasi EKG responden Tabel 4.5. Uji tendensi sentral responden Tabel 4.6. Uji normalitas data penelitian Tabel 4.7. Uji beda metode SSM dengan metode diskriptif ix

10 10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Sistem konduksi jantung Gambar 2.2. Sandapan bipolar Gambar 2.3. Sandapan unipolar ekstremitas Gambar 2.4. Penempelan elektroda prekordial Gambar 2.5. Kertas EKG Gambar 2.6. Kurva EKG normal Gambar 2.7. Gelombang P Gambar 2.8. Komplek QRS Gambar 2.9. Gelombang T Gambar Interval PR Gambar ST depresi Gambar ST elevasi Gambar Sinus rhythm Gambar Aksis jantung Gambar Sinus takikardi Gambar Sinus bradikardi Gambar Atrial fibrilasi Gambar Supra vetrikuler takikardi Gambar Ventrikel takikardi Gambar Ventrikel fibrilasi Gambar AV blok derajat Gambar AV blok derajat 2 tipe mobitz Gambar AV blok derajat 2 tipe mobitz Gambar Total AV blok Gambar Asistole Gambar Irama strip I Gambar Irama strip Gambar Irama strip x

11 11 Gambar Irama strip Gambar Kerangka teori Gambar Kerangka konsep xi

12 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 : : : : : : : : : : : : : : : : : Jadwal penyusunan skripsi F.01 Usulan topik penelitian F.02 Pengajuan judul skripsi F.04 Pengajuan ijin studi pendahuluan F.07 Pengajuan ijin penelitian Permohonan studi pendahuluan penelitian Surat balasan pengantar studi pendahuluan penelitian Surat permohonan ijin penelitian Surat balasan pengantar ijin penelitian Surat persetujuan validitas isi Surat permohonan menjadi responden penelitian Surat pernyataan bersedia menjadi responden Kuesioner penelitian Tabulasi data Data SPSS Lembar konsultasi Surat keterangan telah menyelesaikan penelitian dari RSUD Dr. Moewardi Surakarta. xii

13 13 PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Winarto PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX STAGE METHOD (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ABSTRAK Belajar menginterpretasi EKG bagi perawat sangat penting, khususnya perawat di ruang intensif karena perawat merupakan mitra dokter yang perlu saling berkolaborasi dalam bekerja melayani pasien. The six stage method (SSM) adalah suatu metode pembelajaran alternative untuk pendidik, di dalam mengenalkan aritmia jantung dengan menggunakan gambaran strip EKG. Metode yang diteliti diharapkan efektif untuk mengajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara metode pembelajaran SSM dengan diskriptif terhadap hasil interpretasi EKG aritmia mahasiswa keperawatan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperiment dengan rancangan post test only control group design. Hasil rata-rata dari hasil belajar interpretasi EKG pada kelompok SSM adalah 6,73 dan kelompok diskriptif adalah 6,47. Hasil uji statistik didapat nilai t hitung= 0,947 dengan p-value sebesar 0,352 sehingga diterima pada taraf signifikansi 5% (P>0,05), artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pengetahuan antara hasil belajar menggunakan metode SSM dengan metode diskriptif. Kedua metode sama efektifnya digunakan dalam metode pembelajaran interpretasi EKG aritmia terhadap mahasiswa keperawatan. Kata kunci : EKG, aritmia, Methode pembelajaran SSM dan Diskriptif. Daftar pustaka : 30( ) xiii

14 14 BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Winarto Comparison between Learning the Six-Stage Method (SSM) and Descriptive Method of the Nurse Students Interpretation Result of ECG Arrhythmias ABSTRACT Interpreting ECG is very important for nurses to be learnt, particularly for those who are employed at the intensive room because the nurses are the partners for doctors in managing the patients. The six stage method (SSM) is an alternative learning method for educator in introducing the cardiac arrhythmias by using the description of ECG stripe. The method is expected to be effective to teach the Nurse students interpretation result of ECG arrhythmias. The objective of this research is to investigate the difference of effectiveness between the SSM method and the descriptive method (DM) to the Nurse students interpretation result of ECG arrhythmias. The research used the true experimental method with the posttest-only control group design. The result shows that the average ECG interpretation learning result of the SSM group was 6.73 and ECG interpretation learning result of the DM group was The result of the statistic test shows that the value of t count was with the p-value = meaning that the it was verified at the significance level 5% (p>0.05). Thus, there was no significant difference of knowledge between the SSM and the DM. Thus, both methods were similarly effective for the Nurse students interpretation learning method of ECG arrhythmias. Keywords : ECG, arrhythmias, six-stage method and descriptive method. References : 30 ( ) xiv

15 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak di tengah toraks, dan menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 gram (10,6 oz) meskipun berat dan ukuranya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan, aktifitas fisik, dan penyakit jantung. Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot (Adipranoto, 2006). Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doengoes, 2009). Aritmia dapat diidentifikasi melalui gelombang elektrokardiogram (EKG). Aritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 2005). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 2006). Pemeriksaan aritmia jantung salah satunya dengan menggunakan perekaman elektrokardiografi. Elektrokardiogram (EKG) merupakan sebuah 1

16 2 instrument medis yang digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi seputar kerja jantung manusia. Mekanisme kerja sederhana dari alat ini adalah mengukur potensial listrik sebagai fungsi waktu yang dihasilkan oleh jantung. Potensial listrik tersebut dihasilkan oleh beberapa sel pemicu denyut jantung yang dapat merubah sistem kelistrikan jantung. Perbedaan potensial tersebut kemudian divisualisasikan sebagai sinyal pada layar monitor atau pada kertas perekam. Sinyal ini sering digunakan oleh dokter untuk mendeteksi kondisi jantung seorang pasien (Pratanu, 2006). Belajar menginterpretasi EKG bagi perawat sangat penting, khususnya perawat di ruang intensif karena perawat merupakan mitra dokter yang perlu saling berkolaborasi dalam bekerja melayani pasien. Proses pembelajaran terdapat interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik mempunyai peran penting saat berlangsungnya pembelajaran. Tugas pendidik tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tidak menjadikan peserta didik sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subyek pembelajaran, sehingga siswa tidak pasif dan dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajari. Oleh karena itu, pendidik harus memahami materi yang akan disampaikan kepada peserta didik serta dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu materi (Surakhman, 2004). Hasil penelitian lain menyebutkan seluruh hasil menunjukkan bahwa metode pembelajaran enam langkah (the six-stage method / SSM) sama efektifnya dengan metode pembelajaran diskriptif. Penelitian ini

17 3 menunjukkan bahwa dalam setiap group, bradiaritmia teridentifikasi dengan tepat oleh lebih banyak mahasiswa dari pada takiaritmia. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua metode mengajar yang terlihat dalam interpretasi aritmia jantung spesifik mana pun (Dimitrios, 2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dimitrios (2013) adalah terletak pada sampel, tempat dan uji analisis yang dipakai. Penelitian sebelumnya sampel yang dipakai adalah mahasiswa keperawatan satu kelas dari institusi perguruan tinggi yang sama, dan ada beberapa mahasiswa yang sudah pernah bekerja, sedangkan sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa DIII Keperawatan dari beberapa perguruan tinggi yang praktek di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD Dr. Moewardi Surakarta (RSDM) yang semuanya belum pernah bekerja. Tempat penelitian sebelumnya ada di luar negeri sedangkan tempat penelitian ini ada di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Analisis penelitian sebelumnya menggunakan analisis hasil rata-rata (mean) sedangkan penelitian ini menggunakan nilai alpha. Penelitian dengan variabel metode SSM dan metode diskriptif belum pernah ada di Indonesia. Peneliti belum pernah melakukan metode pembelajaran the six stage method (SSM) selama menjadi Clinical Instructor (CI). Peneliti dan CI yang lain juga belum tahu metode yang efektif dalam memberikan pembelajaran interpretasi EKG aritmia kepada mahasiswa keperawatan.

18 4 Berdasarkan hasil studi pendahuluan di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD Dr. Moewardi Surakarta terhadap 5 mahasiswa DIII Keperawatan, didapatkan bahwa belum semuanya bisa menginterpretasikan EKG. Mahasiswa DIII Keperawatan yang praktik di ruang intensif khususnya ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta mempunyai target kompetensi mampu melakukan perekaman EKG 12 Lead dan menginterpretasikan hasil perekaman EKG strip, sehingga CI (Clinical Instructor) perlu metode pembelajaran yang tepat untuk mentrasfer ilmunya kepada mahasiswa DIII Keperawatan yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan Rumusan Masalah Perawat di ruang intensif dituntut harus bisa menginterpretasikan EKG aritmia karena bila ada pasien yang mengalami aritmia jantung, ketepatan dalam menginterpretasi EKG aritmia akan sangat membantu medis dalam menentukan tindakan dan terapi sesegera mungkin. Pemberian pelayanan keperawatan di ruang intensif juga melibatkan mahasiswa perawat, oleh karena itu peranan CI dalam memberikan pembelajaran tentang EKG aritmia pada mahasiswa perawat sangat dibutuhkan. Berdasarkan studi

19 5 pendahuluan terhadap 5 mahasiswa DIII Keperawatan di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta ternyata belum semuanya bisa menginterpretasikan EKG, sehingga CI perlu metode pembelajaran yang tepat untuk mentrasfer ilmunya kepada mahasiswa DIII Keperawatan yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian : Apakah ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan antara lain : 1. Tujuan umum Membandingkan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia mahasiswa DIII Keperawatan di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.. 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan hasil belajar interpretasi EKG aritmia mahasiswa DIII Keperawatan menggunakan metode pembelalajaran the six stage method (SSM) di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

20 6 b. Mendiskripsikan hasil belajar interpretasi EKG aritmia mahasiswa DIII Keperawatan menggunakan metode pembelalajaran diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. c. Menganalisis perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu : 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit khususnya para pembimbing klinik untuk memberikan bimbingan yang tepat terkait interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah khasanah keilmuan tentang perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi peneliti berikutnya terkait perbandingan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang hasil interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa keperawatan.

21 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori Elektrokardiogram (EKG) 1. Pengertian Elektrokardiagram (EKG) adalah rekaman listrik jantung yang diperoleh dengan bantuan elektroda yang ditempel di permukaan tubuh. Elektrokardiagrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang EKG (Munawar dan Sutandar, 2006). 2. Kegunaan EKG EKG sangat berguna dalam menentukan kelainan seperti : aritmia jantung, hipertrofi atrium dan ventrikel, iskemik dan infark miokard, efek beberapa pengobatan terutama digitalis dan anti aritmia, gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium, serta penilaian fungsi pacu jantung (Munawar dan Sutandar, 2006). 3. Potensial aksi Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanik, dan termis. Lima fase aksi potensial (Dharma, 2009) yaitu : 7

22 8 a. Fase istirahat : bagian dalam bermuatan negative (polarisasi) dan bagian luar bermuatan positif. b. Fase depolarisasi (cepat) : disebabkan meningkatnya permeabilitas membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke dalam. c. Fase polarisasi parsial : setelah depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan positih dalam sel menjadi berkurang. d. Fase plato (keadaan stabil) : fase depolarisasi diikuti keadaan stabil agak lama sesuai masa refraktor absolut miokard. e. Fase repolarisasi (cepat) : kalsium dan natrium berangsurangsur tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat. 4. Sistem konduksi jantung a. Sino-atrial node (SA node) Sering disebut nodus sinus, disingkat sinus nodus SA terletak di atrium kanan di dekat muara vena kava superior. Secara anatomis nodus SA memiliki panjang mm, lebar 3 5 mm dan tebal 1 mm. Pada keadaan normal nodus SA mampu menghasilkan impuls listrik sebesar kali per menit. Nodus SA merupakan pendahulu kontraksi jantung, dari sini impuls diteruskan ke antrioventrikuler node (Munawar dan Sutandar, 2006).

23 9 b. Antrio-ventrikuler node (AV node) Nodus AV terletak di dalam dinding septum atau sekat antara atrium kanan dan kiri, tepatnya diatas katup trikuspid di dekat sinus koronarius. Secara anatomis, nodus AV memiliki panjang sekitar 7 mm, lebar 3 mm dan tebal 1 mm. Perjalanan impuls dari nodus SA menuju nodus AV memerlukan waktu 0,08 0,12 detik, dengan maksud untuk memberikan kesempatan pengisian ventrikel selama terjadi pengisian atrium. Nodus AV mampu menghasilkan impuls listrik sebesar kali per menit. Selanjutnya impuls-impuls diteruskan ke antrioventrikuler bundel melalui berkas wenkebach (Munawar dan Sutandar, 2006). c. Berkas his Berkas his adalah sebuah berkas yang pendek (panjang sekitar 10 mm dengan diameter 2 mm) yang merupakan kelanjutan dari bagian bawah nodus AV yang menembus annulus fibrosus dan septum bagian membran. Nodus AV bersama berkas his disebut penghubung atrio-ventrikuler (Munawar dan Sutandar, 2006). d. Cabang berkas Kearah distal, berkas his bercabang menjadi dua yaitu cabang berkas kiri dan cabang berkas kanan. Cabang berkas kiri memberikan cabang-cabang ke ventrikel kiri, sedangkan

24 10 cabang berkas kanan bercabang-cabang ke ventikel kanan (Jones, 2005). e. Serabut purkinje Bagian terakhir dari sistem konduksi jantung ialah serabut-serabut purkinje, yang berupa anyaman halus dan berhubungan erat dengan sel-sel otot jantung yang berada pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel. Serabut purkinje mampu menghasilkan impuls kali per menit. Gambar 2.1. Sistem konduksi jantung 5. Sandapan EKG Terdapat 2 jenis sandapan (lead) pada EKG : a. Sandapan bipolar, yaitu merekam perbedaan potensial dari dua elektroda, sandapan ini ditandai dengan angka romawi I, II dan III. Gambar 2.2. Sandapan bipolar

25 11 b. Sandapan unipolar 1) Sandapan unipolar ekstremitas Merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, elektroda ekplorasi diletakan pada ekstremitas yang mau diukur. Gabungan elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0). Sandapan ini dinamakan avr, avl, avf. Gambar 2.3. Sandapan unipolar ekstremitas 2) Sandapan unipolar prekordial Merekam besar potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda eksplorasi yang ditempatkan di beberapa dingding dada. Elektroda indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstremitas. Pemasangan sandapan unipolar prekordial : 1) Sandapan V1: ruang intercosta 4, garis sternal kanan 2) Sandapan V2: ruang interkosta 4, garis sternal kiri. 3) Sandapan V3: antara V2 dan V4. 4) Sandapan V4: ruang interkosta 5, garis midklavikula kiri.

26 12 5) Sandapan V5 : sejajar dengan V4 pada garis aksila anterior kiri. 6) Sandapan V6 : sejajar dengan V5 garis aksila tengah Gambar 2.4. Penempelan elektroda prekordial 6. Kertas EKG Kertas EKG merupakan kertas grafik yang merupakan garis horizontal dan vertikal dengan jarak 1 mm (kotak kecil). Garis yang lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm disebut (kotak besar). Garis horizontal menunjukan waktu, dimana 1 mm = 0,04 detik, sedangkan 5 mm = 0,20 detik. Garis vertikal menggambarkan voltage, dimana 1 mm = 0,1 mv, sedangkan setiap 5 mm = 0,5 mv. 0,04 0,5 mv 0, 20 detik 0,1 mv Gambar 2.5 Kertas EKG

27 13 7. Kurva EKG Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel. EKG normal terdiri dari gel P, Q, R, S dan T serta kadang terlihat gelombang U. Selain itu ada juga beberapa interval dan segmen EKG. Gambar 2.6. Kurva EKG normal 8. Karakteristik gelombang EKG a. Gelombang P Gambaran yang ditimbulkan oleh depolarisasi atrium. Normal : 1) Tinggi : < 0,3 mvolt 2) Lebar : < 0,12 detik 3) Selalu positif di lead II 4) Selalu negatif di lead avr Kepentingan : 1) Mengetahui kelainan di atrium 2) Gelombang P pulmonal untuk mengetahui right atrium hipertrophy (RAH)

28 14 3) Gelombang P mitral untuk mengetahui left atrium hipertrophy (LAH) Gambar 2.7. Gelombang P b. Komplek QRS Gambaran yang ditimbulkan oleh depolarisasi ventrikel Normal : 1) Lebar : 0,06-0,12 detik 2) Tinggi : tergantung lead Gambar 2.8. Komplek QRS c. Gelombang Q Normal : 1) Lebar : < 0,04 detik 2) Dalam : < 1/3 tinggi gelombang R

29 15 d. Gelombang R Defleksi positif pertama pada komplek QRS. Gelombang R umumnya positif di lead I, II, V5 dan V6. Lead avr, V1, V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada. e. Gelombang S Defleksi negatif sesudah gelombang R, di lead avr dan V1 gelombang S terlihat dalam, dari lead V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang. Kepentingan : 1) Mengetahui adanya hipertrofi ventrikel 2) Mengetahui adanya bundle branch block 3) Mengetahui adanya infark f. Gelombang T Gambaran yang timbul akibat repolarisasi ventrikel Nilai normal : gelombang T positif di lead l, ll, V3 - V6 dan terbalik di lead avr. Kepentingan : 1) Mengetahui adanya iskemia / infark 2) Kelainan elektrolit Gambar 2.9. Gelombang T

30 16 g. Interval PR Diukur dari permulaan gelombang P sampai dengan permulaan komplek QRS. Normal : 0,12-0,20 detik Kepentingan : kelainan sistem konduksi Gambar Interval PR h. Segmen ST Diukur dari akhir QRS sampai dengan awal gelombang T Normal : isoelektris Kepentingan : 1) Elevasi pada injuri / infark akut 2) Depresi pada iskemia Gambar ST depresi Gambar ST elevasi 9. Irama jantung Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai berikut : a. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak. b. Tentukan berapa frekwensi jantung / heart rate (HR).

31 17 c. Tentukan gelombang P normal atau tidak. d. Tentukan interval PR normal atau tidak. e. Tentukan gelombang QRS normal atau tidak. f. Interpretasi. Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka iramanya disebut irama sinus (sinus rhythm). Kriteria irama sinus adalah sebagai berikut : a. Irama teratur. b. Frekwensi jantung (HR) antara kali permenit. c. Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T. d. Interval PR normal (0,12-0,20 detik). e. Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik). f. Semua gelombang sama. Gambar Sinus rhythm Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria tersebut di atas disebut aritmia atau disritmia.

32 Menentukan frekwensi / heart rate (HR) Cara menghitung HR : a. 300 Jumlah kotak besar antara R R b Jumlah kotak kecil antara R R c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah komplek QRS dan kalikan 10. Cara pertama dan kedua digunakan jika irama jantung teratur, sedangkan cara ketiga digunakan pada irama jantung tidak teratur. Irama jantung teratur jika jarak antara gelombang R ke R berikutnya selalu sama, jika jarak gelombang R ke R berikutnya tidak sama disebut irama tidak teratur. 11. Menentukan sumbu jantung (axis) Aksis normal terletak antara -30 derajat sampai dengan +110 derajat. Apabila aksis jantung antara -30 sampai dengan - 90 derajat dinamakan left axis deviation (LAD), apabila +110 derajat sampai dengan +180 derajat dinamakan right axis deviation (RAD), apabila aksis jantung antara +180 derajat sampai dengan +270 derajat atau -90 derajat sampai dengan -180 derajat dinamakan extrem axis deviation.

33 19 Cara menghitung atau menentukan aksis jantung ada beberapa cara, ada juga yang mengatakan kalau aksis jantung juga bisa ditentukan melalui bidang horizontal. Tapi sebaiknya untuk menghitung melalui bidang frontal yaitu dengan menggunakan lead I, II, III, avr, avf, avl seperti penjelasan sebagai berikut : a. Normal aksis yaitu bila hasil resultan sandapan I positif dan avf positif, maka aksis jantung berada pada posisi normal. b. Bila hasil resultan sandapan I positif, avf negatif, dan sandapan II positif, maka aksis jantung masih berada pada posisi normal. c. Left axis deviation (RAD) yaitu bila hasil resultan sandapan I positif, avf negatif dan sandapan II negatif, maka terjadi deviasi aksis ke kiri berada pada sudut -30 derajat sampai +90 derajat. d. Right axis deviation (RAD) yaitu bila hasil resultan sandapan I negatif, avf positif, dan sandapan II negatif, maka terjadi deviasi aksis ke kanan berada pada sudut +90 derajat sampai dengan -180 derajat. e. Extrem aksis yaitu bila hasil sandapan I negatif, avf negatif, dan sandapan II negatif, maka terjadi deviasi aksis ke superior (extreme axis deviation) berada pada sudut antara +180

34 20 derajat sampai -90 derajat atau +180 derajat sampai dengan +270 derajat. Gambar Aksis jantung Aritmia 1. Pengertian aritmia Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 2009). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 2006). Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya, kebanyakan orang

35 21 sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dengan heart rate abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi dengan heart rate normal ( kali per menit) atau dengan heart rate lambat yang disebut bradiaritmia (kurang dari 60 kali per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan heart rate yang cepat yang disebut takiaritmia yaitu lebih dari 100 kali per menit (Price, 2005). Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah serambi jantung tidak menguncup atau fibrilasi yang bergetar kecil dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara normal yang seharusnya pacu jantung nodus sino-atrial (SA) di serambi kiri memberikan pacu untuk serambi jantung agar menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi hanya bergetar saja tanpa memompa jantung, hal ini akan sangat berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak menguncup sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya dipompakan keseluruh tubuh (Doenges, 2009). Kasus-kasus fibrilasi serambi tidak kuncup banyak terjadi di Uni Eropa dan Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah berusia di atas 60 tahun, apalagi bagi yang memiliki usia di atas 80

36 22 tahun resiko terjadinya fibrilasi serambi jantung semakin tinggi (Doenges, 2009). Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap saja orang dapat meninggal. Akibatnya gangguan irama pada serambi jantung ini membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan menyangkut di ginjal serta menimbulkan gagal ginjal (Doenges, 2009). Pengobatan aritmia jantung sering kali dapat mengendalikan atau menghilangkan denyut jantung tidak teratur, selain itu aritmia juga dapat diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat. Tanda dan gejala aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak teratur dapat juga terjadi pada jantung yang normal dan sehat (Munawar dan Sutandar, 2006). 2. Macam-macam aritmia Sebelum dilakukan penilaian irama jantung melalui EKG, pasien harus diperiksa ada tidaknya nadi, karena ada beberapa gambaran

37 23 EKG yang disertai keadaan tanpa nadi. Seperti ventrikel takikardia (VT) tanpa nadi dan pulseness elektrical activity (PEA). a. Sinus takikardi (ST) 1) Irama : teratur 2) Frekwensi (HR) : kali per menit 3) Gelombang P : normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T 4) Interval PR : normal (0,12 0,20 detik) 5) Komplek QRS : normal (0,06 0,12 detik) 6) Semua gelombang sama Gambar Sinus takikardi b. Sinus bradikardi (SB) 1) Irama : teratur 2) Frekwensi (HR) : kurang dari 60 kali per menit 3) Gelombang P : normal 4) Interval PR : normal (0.12 0,20 detik) 5) Komplek QRS : normal ( detik) 6) Semua gelombang sama Gambar Sinus bradikardi

38 24 c. Atrial fibrilasi (AF) 1) Irama : tidak teratur 2) Frekwensi (HR) : bervariasi 3) Gelombang P : tidak normal atau tidak ada 4) Interval PR : tidak dapat dihitung 5) Komplek QRS : normal (0,06 0,12 detik) Gambar Atrial fibrilasi d. Supra ventrikuler takikardia (SVT) 1) Irama : teratur 2) Frekuensi : kali per menit 3) Gelombang P : tidak ada atau kecil, tertutup oleh gelombang T 4) Interval PR : tidak ada atau memendek 5) Komplek QRS : normal 0,06 0,12 detik normal dan tingginya harus sama (ingat duri ikan) Gambar Supra ventrikuler takikardia

39 25 e. Ventrikel takikardia (VT) 1) Irama : teratur 2) Frekuensi ( HR ) : lebih dari kali per menit 3) Gelombang P : tidak ada 4) Interval PR : tidak ada 5) Komplek QRS : lebar, lebih dari 0,12 detik Gambar Ventrikuler takikardia f. Ventrikel fibrilasi (VF) 1) Irama : tidak teratur 2) Frekuensi (HR) : lebih dari 350 kali per menit sehingga tidak bisa dihitung 3) Gelombang P : tidak ada 4) Interval PR : tidak ada 5) Komplek QRS : lebar dan tidak teratur 6) Tidak ada denyut jantung Gambar Ventrikel fibrilasi

40 26 g. Blok atrio-ventrikuler (AV blok) derajat 1 1) Irama : teratur 2) Frekuensi : umumnya normal antara kali/menit 3) Gelombang P : normal 4) Interval PR : memanjang lebih dari 0,20 detik 5) Komplek QRS : normal ( 0,06-0,12 detik ) Gambar AV blok derajat 1 h. Blok atrio-ventrikuler (AV blok) derajat 2 tipe mobitz I 1) Irama : tidak teratur 2) Frekuensi : normal atau lebih dari 60 kali/menit 3) Komplek P : normal, tetapi ada 1 gelombang P yang tidak diikuti komplek QRS, kemudian siklus makin panjang diulang. 4) Komplek QRS : normal ( 0,06-0,12 detik ) Gambar AV blok derajat 2 tipe mobitz I

41 27 i. Blok atrio-ventrikuler (AV blok) derajat II tipe mobitz 2 1) Irama : umumnya tidak teratur, kadang bisa teratur 2) Ferkuensi (HR) : umumnya lambat, kurang dari 60 kali per menit 3) Gelombang P : normal, tetapi ada 1 atau lebih gelombang P yang tidak diikuti komplek QRS 4) Interval PR : normal atau memanjang secara konstan 5) Komplek QRS : normal ( 0,06-0,12 detik ) Gambar AV blok derajat II tipe mobitz 2 j. Blok atrio-ventrikuler derajat 3 ( total AV blok ) 1) Irama : teratur 2) Frekuensi ( HR ) : kurang dari 60 kali permenit 3) Gelombang P : normal, tetapi gelombang P dan QRS berdiri sendiri-sendiri 4) Interval PR : berubah-ubah 5) Komplek QRS : normal atau memanjang lebih dari 0,12 detik

42 28 Gambar Total AV blok k. Asistole 1) Tidak muncul nadi 2) Tidak muncul gelombang P, QRS atau T 3) Muncul garis lurus atau flat Gambar Asistole Metode Pembelajaran The Six Stage Method (SSM) 1. Pengertian The six stage method (SSM) adalah suatu metode pembelajaran alternative untuk pendidik, di dalam mengenalkan aritmia jantung dengan menggunakan gambaran lead EKG (Dimitrios, et al. 2013). SSM didapat dari the european resuscitation council (ERC) dan digunakan dalam pelatihan advanced life support (ALS) (Dimitrios, et al. 2013).

43 29 SSM merupakan cara menganalisa irama jantung yang terstruktur dan menggunakan pertanyaan yang mudah diingat serta akan menghasilkan skill yang lebih baik. 2. Langkah-langkah pembelajaran SSM The european resuscitation council (ERC) (2010) dalam Dimitrios, et al, (2013) mengatakan cara menganalisa aritmia jantung dengan analisa irama strip EKG melalui enam langkah : a. Irama strip I : Gambar Irama strip 1 1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : ya 2) Responden ditanya berapa heart rate (ventrikel rate)? Jawab : ada 8 komplek QRS di dalam 30 kotak kecil; 8x10= 80 3) Responden ditanya apakah irama QRS regular atau irregular? Jawab : irama QRS reguler 4) Responden ditanya apakah QRS normal, melebar atau memanjang?

44 30 Jawab : QRS lebih kecil 3 kotak kecil, jadi tidak melebar atau memanjang. 5) Responden ditanya apakah muncul aktivitas atrium (gelombang P)? Jawab : gelombang P muncul. 6) Responden ditanya mengenai aktivitas atrium (gelombang P) terkait aktivitas ventrikel (gelombang QRS)? Jawab : gelombang P selalu muncul disetiap komplek QRS sepanjang strip. Jarak gelombang P dengan komplek QRS lebih kecil dari 1 kotak besar (0,2 detik). Irama ini disebut sinus rithm. b. Irama strip II : Gambar Irama strip 2 1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : ya 2) Responden ditanya berapa heart rate (ventrikel rate)? Jawab : komplek QRS tidak jelas 3) Responden ditanya apakah irama QRS regular atau irregular?

45 31 Jawab : irama QRS tidak jelas 4) Responden ditanya apakah QRS normal, melebar atau memanjang? Jawab : QRS tidak jelas 5) Responden ditanya apakah muncul aktivitas atrium (gelombang P)? Jawab : tidak muncul gelombang P 6) Responden ditanya mengenai aktivitas atrium (gelombang P) terkait aktivitas ventrikel (gelombang QRS)? Jawab : tidak muncul gelombang P atau komplek QRS. Irama ini adalah ventrikel fibrilasi (VF), biasanya dapat muncul di monitor jantung atau di mesin EKG. c. Irama strip III : Gambar Irama strip 3 1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : ya 2) Responden ditanya berapa heart rate (ventrical rate)? Jawab : ada 12 komplek QRS di dalam 30 kotak kecil; 12 x 10= 120

46 32 3) Responden ditanya apakah irama QRS regular atau irregular? Jawab : irama QRS irreguler 4) Responden ditanya apakah QRS normal, melebar atau memanjang? Jawab : QRS lebih kecil 3 kotak kecil, jadi tidak melebar atau memanjang 5) Responden ditanya apakah muncul aktivitas atrium (gelombang P)? Jawab : gelombang P tidak muncul 6) Responden ditanya mengenai aktivitas atrium (gelombang P) terkait aktivitas ventrikel (gelombang QRS)? Jawab : tidak ada aktivitas dari atrium. Irama ini disebut atrial fibrilasi. d. Irama strip IV : Gambar Irama strip 4 1) Responden ditanya apakah muncul aktivitas listrik? Jawab : tidak muncul aktivitas listrik. 2) Responden ditanya berapakah ventrikel rate (QRS)?

47 33 Jawab : tidak muncul QRS, sehingga terekam dalam EKG garis lurus atau flat yang disebut asistole Metode Pembelajaran Diskriptif (Dimitrios, et al, 2013) 1. Pengertian Pembelajaran diskriptif yaitu : metode pembelajaran yang terstruktur sesuai konsep teori yang ada. 2. Langkah-langkah pembelajaran diskriptif 1) Menjelaskan pengertian EKG; 2) Menjelaskan sistem konduksi jantung; 3) Menjelaskan kertas EKG; 4) Menjelaskan kurva EKG normal; 5) Menjelaskan macam-macam gelombang pada EKG normal; 6) Menjelaskan kelainan yang muncul di gelombang EKG; 7) Menjelaskan pengertian aritmia jantung; 8) Menjelaskan macam-macam aritmia; 9) Menjelaskan ciri-ciri tampilan EKG pada pasien aritmia; 10) Dan seterusnya sesuai konsep Proses Pembelajaran 1. Pengertian pembelajaran Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan

48 34 belajar siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa untuk menuju tujuan yang lebih baik. Untuk melakukan sebuah proses pembelajaran, terlebih dahulu harus dipahami pengertian dari kata pembelajaran. Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2011). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal (Rustaman, 2011). Menurut pendapat Bafadal (2005), pembelajaran dapat diartikan sebagai segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007) juga berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang dihadapi dan karakteristikkarakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.

49 35 Pengertian proses pembelajaran antara lain menurut Rooijakkers (2011) : Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Winkel (2010) : proses pembelajaran adalah suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Rustaman, 2011). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, sertadiharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta

50 36 perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu (Rustaman, 2011). 2. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka (Dahar, 2006). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kognitif (kemampuan intelektual), afektif (perkembangan moral), dan psikomotorik (keterampilan). Hal ini diperkuat oleh pendapat Blomm yang membagi tiga kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu: 1) Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotorik (Nasution, 2008). Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individu mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga perkembangan moral, sedangkan tujuan psikomotorik adalah menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motorik sehingga siswa mengalami perkembangan yang maju dan positif (Rustaman, 2011). Tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki

51 37 siswa atau peserta didik setelah menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pengajaran, oleh karena itu tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru haruslah bermanfaat bagi siswa dan sesuai dengan karakteristik siswa supaya tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal (Rustaman, 2011). Dalam hal ini tujuan pembelajaran musik ekstrakurikuler band adalah menjadi wadah siswa untuk menyalurkan bakat di bidang musik, mengasah keterampilan bermain alat musik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman bermain musik secara kelompok serta melatih kepercayaan diri siswa pada saat tampil di depan orang banyak (Rustaman, 2011). Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai upaya membekali diri siswa dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat pengalaman, pemahaman moral dan keterampilan sehingga mengalami perkembangan positif (Rustaman, 2011) Mahasiswa Keperawatan 1. Pengertian mahasiswa Siregar (2006), mengatakan bahwa mahasiswa adalah kalangan muda yang berumur antara tahun yang memang

52 38 dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Siregar (2006), menyatakan bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap keilmuwannya yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif, sistematis dan rasional (Kartono, 2007). Mahasiswa keperawatan adalah peserta didik yang sedang menempuh pendidikan tinggi keperawatan. 2. Ciri-ciri mahasiswa Mahasiswa merupakan anggota masyakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain (Kartono, 2007) : a. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia. b. Karena kesempatan diatas diharapkan nantinya dapat bertindak sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja. c. Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi. d. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan profesional.

53 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelurusan pustaka, peneliti belum menemukan penelitian yang serupa, berikut adalah penelitian yang terkait dengan perbandingan metode pembelajar the six stage method (SSM) dengan diskriptif tentang interpretasi EKG aritmia : 1. Dimitrios, P.,Varvaroussis, D.P.,et al (2013) judul comparison of two teaching method for cardiac arrhyitmia interpretation among nursing student. Dengan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif untuk menginterpretasi aritmia jantung pada mahasiswa keperawatan tanpa pengetahuan EKG sebelumnya. 2. Keller, K.B.,Deborah, A., et al (2005) judul arrhytmia knowledge: a qualitative study. Dengan hasil bahwa melalui study qualitative teridentifikasi pengetahuan aritmia tingkat dasar, menengah dan lanjut. Study ini juga menunjukkan bahwa tenaga keperawatan mengalami kekurangan perawat yang mampu untuk mengidentifikasi aritmia yang spesifik dengan memasukkan blok jantung, konduksi abberan, dan takiaritmia.

54 Kerangka Teori Pembimbing klinik/ci Mahasiswa perawat Mahasiswa perawat Metode SSM Metode diskriptif Interptretasi EKG: 1. Irama 2. Laju QRS 3. Interval PR 4. Komplek P-QRS-T Keterangan : Aritmia jantung: 1. Sinus rhythm (SR) 2. Sinus takhikardi (ST) 3. Sinus bradikardi (SB) 4. Atrial fibrilasi (AF) 5. Supra ventrikuler takikardi (SVT) 6. Ventrikel takikardi (VT) 7. Ventrikel fibrilasi (VF) 8. Blok atrioventrikuler derajat 1 (AV blok dejarat I) 9. Blok Atrioventrikuler dejarat 3 (total AV blok) 10. Asistole Gambar Kerangka teori (Sumber: Dimitrios, et al, 2013; Hanafi, 2006) = Diteliti = Tidak diteliti

55 Kerangka Konsep Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep digambarkan sebagai berikut : Mahasiswa perawat kelompok A Mahasiswa perawat kelompok B Pembelajaran metode SSM Pembelajaran metode diskriptif Proses belajar Hasil belajar interpretasi EKG aritmia jantung Gambar Kerangka konsep (Sumber: Dimitrios, et al, 2013; Hanafi, 2006) 2.5. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII Keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di Ha : ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tidak ada perbedaan hasil belajar interpretasi EKG aritmia pada mahasiswa DIII keperawatan ditinjau dari penggunaan metode pembelajaran the six stage method (SSM) dengan diskriptif di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

56 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Desain penelitian adalah rancangan yang mencerminkan langkah-langkah teknis dan operasional penelitian (Notoatmodjo, 2010). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, berdasarkan tujuan penelitian, rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperiment dengan rancangan post test only control group design (Nursalam, 2008). Model Rancangan : Keterangan : Xa Xb O1 O2 = Pembelajaran dengan metode SSM = Pembelajaran dengan metode diskriptif = Hasil belajar kelompok metode SSM = Hasil belajar kelompok metode diskriptif 3.2. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro dan Ismail, 2006). Populasi dalam penelitian adalah setiap subyek (misalnya manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). 42

57 43 Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa perawat DIII dari beberapa perguruan tinggi yang praktek di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (RSDM). Jumlah populasi rata-rata perbulan sebanyak 30 orang, diperoleh dari 362 mahasiswa (jumlah total mahasiswa perawat DIII dalam satu tahun) : 12 (bulan) = 30,16, yaitu rata-rata mahasiswa dalam satu bulan (Diklat RSUD Dr. Moewardi, 2014), sehubungan dengan keterbatasan waktu dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan populasi dalam hitungan bulan. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap mewakili populasinya (Sastroasmoro dan Ismael, 2006). Sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada di dalam populasi (Bungin, 2005). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 mahasiswa. a. Teknik sampling Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses dalam menyeleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, dengan menggunakan teknik sampling. Metode sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, merupakan teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX-STAGE METHODE (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX-STAGE METHODE (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN 1 PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN THE SIX-STAGE METHODE (SSM) DENGAN DISKRIPTIF TENTANG HASIL INTERPRETASI EKG ARITMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN Winarto 1), Agnes Sri Harti 2), Atiek Murharyati 3) 1)

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) KONSEP DASAR EKG Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) TIU Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami konsep dasar EKG dan gambaran EKG normal. TIK Setelah mengikuti materi ini peserta

Lebih terperinci

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA PENDAHULUAN Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari rekaman aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Normal EKG untuk Paramedis dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Anatomi Jantung & THE HEART Konsep dasar elektrokardiografi Sistem Konduksi Jantung Nodus Sino-Atrial (SA) - pada pertemuan SVC dg atrium

Lebih terperinci

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1.

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1. ELEKTROKARDIOGRAFI ILMU YANG MEMPELAJARI AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) SUATU GRAFIK YANG MENGGAMBARKAN REKAMAN LISTRIK JANTUNG NILAI DIAGNOSTIK EKG PADA KEADAAN KLINIS : ARITMIA JANTUNG

Lebih terperinci

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG Disusun untuk memenuhi tugas mandiri keperawatan gawat darurat Dosen Setiyawan S.Kep.,Ns.,M.Kep. Disusun oleh : NUGKY SETYO ARINI (P15037) PRODI D3

Lebih terperinci

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis - V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah Elektrokardiografi (EKG) Ditulis pada Rabu, 20 September 2017 08:47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan,

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari 1106053344 A. Pengertian Tindakan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price, 2006). Sewaktu impuls

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian B. Tujuan tindakan C. Indikasi, kontra indikasi, dan komplikasi tindakan Indikasi tindakan Kontraindikasi

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian B. Tujuan tindakan C. Indikasi, kontra indikasi, dan komplikasi tindakan Indikasi tindakan Kontraindikasi BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktivitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Jantung merupakan organ otot

Lebih terperinci

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN SOP ECHOCARDIOGRAPHY N O A B C FASE PRA INTERAKSI TINDAKAN 1. Membaca dokumentasi keperawatan. 2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu. 3. Mencuci tangan. FASE ORIENTASI 1. Memberikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA

UNIVERSITAS GADJAH MADA UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2: RKPM Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Modul Pembelajaran Pertemuan ke-12 Modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jantung 2.1.1. Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, yang menyebabkan terjadinya pergerakan ion yang keluar-masuk

Lebih terperinci

Sinyal ECG. ECG Signal 1

Sinyal ECG. ECG Signal 1 Sinyal ECG ECG Signal 1 Gambar 1. Struktur Jantung. RA = right atrium, RV = right ventricle; LA = left atrium, dan LV = left ventricle. ECG Signal 2 Deoxygenated blood Upper body Oxygenated blood Right

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontraksi sel otot jantung untuk menyemprotkan darah dipicu oleh potensial aksi yang menyapu ke seluruh membrane sel otot. Jantung berkontraksi, atau berdenyut secara

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 1. Dosen Pembimbing 2. Pembimbing Lapangan 3. Bagian Lab TelkoMedika 4. TelkoMedika

KATA PENGANTAR. 1. Dosen Pembimbing 2. Pembimbing Lapangan 3. Bagian Lab TelkoMedika 4. TelkoMedika ABSTRAK Kerja Praktik merupakan suatu program kurikuler yang dirancang untuk menciptakan pengalaman kerja tertentu bagi mahasiswa di Universitas Telkom yang menempuh perkuliahan selama enam semester. Dengan

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK PADA METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL-FLOWCHART DALAM PEMASANGAN IUD KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK PADA METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL-FLOWCHART DALAM PEMASANGAN IUD KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK PADA METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL-FLOWCHART DALAM PEMASANGAN IUD KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

Pengantar Elektrofisiologi Jantung

Pengantar Elektrofisiologi Jantung Pengantar Elektrofisiologi Jantung Erwin, S.Kep., Ners Session I Disampaikan pada Seminar Nasional Kardiovaskular : Peran perawat dalam asuhan keperawatan pasien dengan Sindrome Koronaria Akut, Jum at,

Lebih terperinci

ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA DISRITMIA. Oleh : Bambang Sutikno

ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA DISRITMIA. Oleh : Bambang Sutikno ADVANCED ECG INTERPRETATION ARITMIA Oleh : Bambang Sutikno DISRITMIA Kelainan/gangguan dalam kecepatan, irama, tempat asal impuls, atau gangguan konduksi yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP

PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP Station 1: Perekaman EKG PRAKTIKUM 6 PEREKAMAN EKG, INFUS PUMP DAN PEMANTAUAN CVP Gambaran Umum/Persiapan EKG merupakan tindakan non invasif yang dapat memberikan gambaran tentang aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA

UNIVERSITAS GADJAH MADA UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2: RKPM Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Modul Pembelajaran Pertemuan ke-9 Modul

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

ANATOMI JANTUNG MANUSIA

ANATOMI JANTUNG MANUSIA ANATOMI JANTUNG MANUSIA Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut

Lebih terperinci

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung Cardiac Arrest 1. Pengertian Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Tujuan Pembelajaran Menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di kelompok pengrajin batik tulis

Lebih terperinci

Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI)

Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI) Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis Pada Elektrokardiografi (EKG) akibat Penyakit Otot Jantung Myocardial Infarction (MI) Andi Naslisa Bakpas1, Wira Bahari Nurdin, dan Sri Suryani

Lebih terperinci

Intro. - alifis.wordpress.com

Intro. - alifis.wordpress.com Intro. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberadaan listrik dengan inderanya, baik untuk muatan maupun untuk medan listriknya. Baru pada akhir abad 18 hal-hal mengenai listrik

Lebih terperinci

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner Pengertian Kardiovaskuler Sistem Kardiovaskuler yaitu sistem peredaran darah di dalam tubuh. Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak di dalam mediastinum di

Lebih terperinci

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Identifikasi Karakter Temporal dan Potensial Listrik Statis dari Kompleks QRS dan Segmen ST Elektrokardiogram (EKG) Pada Penderita dengan Kelainan Jantung Hipertrofi Ventrikel Kiri Hariati 1, Wira Bahari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri

I. PENDAHULUAN. pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan salah satu rongga organ berotot yang memompa darah ke pembuluh darah secara teratur dan berulang. Letak jantung berada di sebelah kiri bagian dada diantara

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 2 (3) (2014): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein RANCANG BANGUN INSTRUMENTASI ELEKTROKARDIOGRAFI BERBANTUAN PC MENGGUNAKAN SOUNDSCOPE Evi Ulandari dan Ridwan Abdullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensial permukaan tubuh (Sumber: Clark Jr, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya seluruh fungsi dan aktivitas tubuh melibatkan listrik. Tubuh manusia menghasilkan sinyal listrik dari hasil aksi elektrokimia sel-sel tertentu dan listrik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Keseluruhan anjing yang dipergunakan pada penelitian diperiksa secara klinis dan dinyatakan sehat sesuai dengan klasifikasi status klas I yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMASANGAN DAN INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMASANGAN DAN INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMASANGAN DAN INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 PENGANTAR Buku Panduan Skills Lab. Sistem Kardiovaskuler seri ke-2 ini berisi ketrampilan

Lebih terperinci

SUCI ARSITA SARI. R

SUCI ARSITA SARI. R ii iii iv ABSTRAK SUCI ARSITA SARI. R1115086. 2016. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pola Makan Balita di Desa Sambirejo Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi. Program Studi DIV

Lebih terperinci

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki 1. Definisi Atrial flutter merupakan bentuk aritmia berupa denyut atrium yang terlalu cepat akibat aktivitas listrik atrium yang berlebihan ditandai dengan denyut atrial rata-rata 250 hingga 350 kali per

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI DIAGNOSIS DEFINISI ARITMIA Deviasi abnormal dari irama sinus yaitu suatu gangguan pembentukan impuls dan atau gangguan sistem konduksi listrik jantung. Gangguan Pembentukan Impuls. 1. Gangguan Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola, minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi, misalnya pada obatobat stimulan, pereda nyeri,

Lebih terperinci

KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) Buku Pedoman Keterampilan Klinis FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIS KETERAMPILAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

SISTEM CARDIO VASCULAR

SISTEM CARDIO VASCULAR SISTEM CARDIO VASCULAR SISTEM CARDIO VASKULAR PENDAHULUAN ANATOMI JANTUNG FUNGSI UTAMA DAN MANFAAT DENYUT JANTUNG SIFAT OTOT JANTUNG GERAKAN JANTUNG FUNGSI JARINGAN VASKULAR ANATOMI JARINGAN VASKULAR DARAH

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga Dengan Minat

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. (Studi dilakukan di Kampung Sengon Kabupaten Sukoharjo)

KARYA TULIS ILMIAH. (Studi dilakukan di Kampung Sengon Kabupaten Sukoharjo) KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN ANTARA PENGUNAAN MEDIA POWERPOINT DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA TENTANG MENOPAUSE (Studi dilakukan di Kampung Sengon Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang dan tujuan pembuatan proyek akhir. Materi yang dibahas adalah latar belakang, tujuan, perumusan masalah, batasan masalah, serta metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, karena jantung merupakan organ utama yang mensirkulasikan darah ke seluruh tubuh. Jantung memompakan darah ke

Lebih terperinci

PENGARUH BODY MASSAGE TERHADAP TINGKAT DEPRESI IBU NIFAS DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI SIYAMTININGSIH KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH BODY MASSAGE TERHADAP TINGKAT DEPRESI IBU NIFAS DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI SIYAMTININGSIH KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH BODY MASSAGE TERHADAP TINGKAT DEPRESI IBU NIFAS DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI SIYAMTININGSIH KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ANGGUN

Lebih terperinci

SOFIA PARAMITA R

SOFIA PARAMITA R HUBUNGAN MOTIVASI PEMENUHAN TARGET KOMPETENSI ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN TERHADAP KETERAMPILAN MAHASISWI KEBIDANAN SEMESTER 4 DALAM MANAJEMEN AKTIF KALA III DI PONEK RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU BERSALIN DAN LAMA PERSALINAN KALA I DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU BERSALIN DAN LAMA PERSALINAN KALA I DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU BERSALIN DAN LAMA PERSALINAN KALA I DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ANISA RETNO KUMALASARI

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

JANTUNG dan PEREDARAN DARAH. Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

JANTUNG dan PEREDARAN DARAH. Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO JANTUNG dan PEREDARAN DARAH Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan

Lebih terperinci

Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia

Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia Editor : Jeanita Suci Indah Sari G1CO15010 PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN JAJANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD N 80 NGORESAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan INTAN GIOVANI SETYANINGRUM

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan SOFIA PARAMITA R HUBUNGAN MOTIVASI PEMENUHAN TARGET KOMPETENSI ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN TERHADAP KETERAMPILAN MAHASISWI KEBIDANAN SEMESTER 4 DALAM MANAJEMEN AKTIF KALA III DI PONEK RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

ECG ElectroCardioGraphy. Peralatan Diagnostik Dasar, MRM 12

ECG ElectroCardioGraphy. Peralatan Diagnostik Dasar, MRM 12 ECG ElectroCardioGraphy Elektrokardiografi - merekam grafik aktivitas listrik (potensi) yang dihasilkan oleh sistem konduksi dan miokardium jantung selama depolarisasi / re-polarisasi siklus. Akhir 1800-an

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penyakit jantung merupakan penyakit yang berbahaya dan menjadi penyebab kematian nomer satu di dunia (Mendis et al., 2011). Menurut data World Health

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Mahayu Devi Kurniasari J

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Mahayu Devi Kurniasari J EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO COMPACT DISK (VCD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) PADA SISWA SMP 2 MEJOBO KUDUS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN METODE RELAKSASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENGATASI NYERI HAID PADA MAHASISWI D III KEBIDANAN FK UNS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Darah yang dipompa ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran

Lebih terperinci

Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung

Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung Kontrol Dari Kecepatan Denyut Jantung Pacemaker akan menyebabkan jantung berdenyut ± 100X permenit, dalam kenyataannya jantung akan berdenyut antara 60-140 kali permenit tergantung kebutuhan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan metabolik tubuh (forward failure), atau

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Klasifikasi dan Pengenalan Pola pada Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) dengan 6 Channel

Klasifikasi dan Pengenalan Pola pada Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) dengan 6 Channel Klasifikasi dan Pengenalan Pola pada Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) 6 Channel Jaenal Arifin 1, Oyas Wahyunggoro 2, Rudy Hartanto 3 Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TOODLER DI KELURAHAN SEWU SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TOODLER DI KELURAHAN SEWU SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TOODLER DI KELURAHAN SEWU SURAKARTA Skripsi Di ajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih

Lebih terperinci

PERBEDAAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA D III KEBIDANAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA D III KEBIDANAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA PERBEDAAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA D III KEBIDANAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan KHARUZA FIKRIYA NIM: R1115052

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida secara luas berdampak pada meningkatnya kasus, yakni sebanyak 80% kasus pestisida merupakan kasus pestisida.1 Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO2MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO2MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO2MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral adalah penyakit kelainan katup jantung yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri pada fase diastolik disebabkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

Informed Consent Penelitian

Informed Consent Penelitian 62 Lampiran 1. Lembar Kerja Penelitian Informed Consent Penelitian Yth. Bapak/Ibu.. Perkenalkan saya dr. Ahmad Handayani, akan melakukan penelitian yang berjudul Peran Indeks Syok Sebagai Prediktor Kejadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel sinister BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomifisiologi Jantung Anjing Secara anatomi, jantung anjing memiliki empat ruang yang terbagi atas dua ruang yaitu atrium kiri (sinister) dan kanan (dexter), dan dua ventrikel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung Berdasarkan struktur anatomi, jantung hewan mamalia terbagi menjadi 4 ruang yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan, serta memiliki

Lebih terperinci

terdapat perbedaan elektrik dari gangguan irama yang ditemukan. 1 Diagnosis atrial flutter dan atrial fibrilasi biasanya berdasarkan pengawasan irama

terdapat perbedaan elektrik dari gangguan irama yang ditemukan. 1 Diagnosis atrial flutter dan atrial fibrilasi biasanya berdasarkan pengawasan irama BAB I PENDAHULUAN Atrial flutter merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan gangguan irama jantung (aritmia). Atrial flutter berkaitan dengan kondisi kardiovaskular dan dapat menyebabkan kematian. Angka

Lebih terperinci

EVALUASI KERJA ELECTROCARDIOGRAPH (ECG) RSUD ZAINOEL ABIDIN LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTIK

EVALUASI KERJA ELECTROCARDIOGRAPH (ECG) RSUD ZAINOEL ABIDIN LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTIK EVALUASI KERJA ELECTROCARDIOGRAPH (ECG) RSUD ZAINOEL ABIDIN LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTIK DILAKSANAKAN PADA : RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ZAINOEL ABIDIN (RSUDZA) Jl. Daud Beureuh No.108 Banda Aceh Oleh: LEDYANA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN SMALL GROUP HASIL BELAJAR KB AKDR KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN SMALL GROUP HASIL BELAJAR KB AKDR KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan PERBEDAAN EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN SMALL GROUP DISCUSSION DENGAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR KB AKDR KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ANINDYA

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Monitoring RR Interval pada Data Elektrokardiogram Berbasis Metode First Derivative Based Technique (FDBT) untuk User Bergerak

Rancang Bangun Sistem Monitoring RR Interval pada Data Elektrokardiogram Berbasis Metode First Derivative Based Technique (FDBT) untuk User Bergerak JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Rancang Bangun Sistem Monitoring RR Interval pada Data Elektrokardiogram Berbasis Metode First Derivative Based Technique (FDBT) untuk User Bergerak Arif

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR KB METODE SEDERHANA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR KB METODE SEDERHANA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR KB METODE SEDERHANA MAHASISWA DIII KEBIDANAN STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ANI MU TAMAROH R1115004 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL MASALAH KEPERAWATAN PASIEN KANKER PADA MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS UDAYANA Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik.

BAB I PENDAHULUAN. darah tinggi, stroke, sakit di dada (angina) dan penyakit jantung rematik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penyakit jantung adalah penyakit yang mengganggu sistem pembuluh darah atau lebih tepatnya menyerang jantung dan urat-urat darah, beberapa contoh penyakit

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR KARAKTERISTIK ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Putu Martana, Abdul Rakhmat, H.Ismail Mahasiswa S1 Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia pada saat ini. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2002 sedikitnya 6 juta kematian di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr. MOEWARDI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pasien dengan diabetes mellitus risiko menderita penyakit kardiovaskular meningkat menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Pola Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy)

Identifikasi dan Klasifikasi Pola Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) Identifikasi dan Klasifikasi Pola Sinyal EKG Berdasarkan Sifat Keacakan (Entropy) Jaenal Arifin 1, Hanung Adi Nugroho 2 Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik, Universitas Gadjah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci