BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cedera otak traumatik Defenisi cedera otak traumatik Istilah cedera kepala (Head Injury), trauma kapitis adalah cedera yang mengenai bukan hanya jaringan otak tetapi juga disertai cedera kulit kepala (scalp), tulang tengkorak (atap dan dasar tengkorak), tulang-tulang wajah (maksila, mandibula), saraf kranial spesial (penglihatan, penciuman, pendengaran) (Critchley and Memon, 2009). Tidak semua jejas pada kepala menyebabkan cedera jaringan otak (misalnya luka sayat sederhana pada kulit kepala), sebaliknya tidak harus ada jejas di kepala menyebabkan cedera jaringan otak (misalnya jatuh terduduk dari ketinggian tanpa ada perlukaan di kepala). Cedera otak traumatik (Traumatic Brain Injury) adalah suatu proses patologis pada jaringan otak yang bukan bersifat degeneratif maupun kongenital, melainkan akibat kekuatan mekanis dari luar (trauma), menyebabkan gangguan fungsi kognitif, fisik dan psikososial yang sifatnya menetap atau sementara dan disertai hilangnya atau berubahnya tingkat kesadaran (Dawodu, 2009; Crithcley and Memon, 2009). Penyebab cedera otak traumatik yaitu kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, cedera olah raga (misalnya olah raga tinju), cedera pada rekreasi (misalnya parachute jumping), luka tembak, kriminalitas, penyalahgunaan anak (child abuse). Penyebab cedera otak traumatik secara lengkap dan terperinci terdapat di naskah klasifikasi diagnostik internasional ke-10 (ICD 10) kode V01 sampai Y98 (ICD 10, Engel, 2008). Cedera otak primer akibat langsung dari kekuatan mekanik yang merusak jaringan otak saat terjadinya cedera kepala (hancur, robekan, memar dan perdarahan) (Reilly, 2007). Cedera otak primer menyebabkan kerusakan jaringan otak lokal, multi fokal dan difus pada sel neuron, axon, glia dan pembuluh darah. Temuan radiologis pada CT Scan otak yaitu perdarahan epidural, perdarahan sub dural, perdarahan intra serebral, bercak perdarahan kontusio, cedera difus dan sebagainya (Reilly, 2007)

2 Cedera otak sekunder adalah akibat lanjutan dari cedera otak primer terdiri dari faktor-faktor lokal (intra kranial) dan sistemik (ekstra kranial) (Reilly, 2007). Suatu hal penting dalam memahami cedera kepala murni (isolated) dengan atau tanpa disertai cedera struktur anatomi dibawah leher (polytrauma). Cedera ganda (polytrauma, multitrauma) memiliki kontribusi besar pada kejadian insult cedera otak sekunder (Crithcley and Memon, 2009) Pembagian cedera otak traumatik Klasifikasi cedera otak traumatik dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Klasifikasi cedera otak traumatik berdasarkan mekanisme, derajat keparahan dan morfologi Jenis Pembagian Mekanisme Tumpul Kecepatan tinggi (tabrakan mobil) Kecepatan rendah (jatuh, dipukul) Tembus Cedera peluru Cedera tembus lain Derajat keparahan Ringan GCS Sedang GCS 9 12 Berat GCS 3 8 Morfologi Fraktur tengkorak Kalvaria Garis, bintang, distasis Dasar tengkorak sutura, kompleks Impresi Terbuka-tertutup Lesi intrakranial Fokal Epidural Subdural Difus fraktur Dengan/tanpa kebocoran CSS Dengan/tanpa paresis N VII Intraserebral Komosio ringan Cedera akson difus Tabel diterjemahkan dari Valadka, AB dan Narayan, RK Emergency room management of the head injured patient in RK Narayan R, JE Wilberger, JF Povilshock (ed), Neurotrauma, New York, Mc. Graw-Hill, p120

3 Pembagian cedera otak traumatik menurut The International Classification of Diseases (ICD) 10 adalah sebagai berikut: Kode kategorikal S00 S01 S02 S03 Tabel 2. Daftar kode ICD-10 dan kategori cedera kepala Diagnosis Superficial injury of the head Open wound of the head Fracture of skull and facial bones Dislocation, sprain and strain of joints and ligaments of the head Injury of cranial nerves Injury of eye and orbit Intracranial injury S04 S05 S06 S06.0 Concussion S06.1 Traumatic cerebral oedema S06.2 Diffuse brain injury S06.3 Focal brain injry S06.4 Epidural haemorrhage S06.5 Traumatic subdural haemorrhage S06.6 Traumatic subarachnoid haemorrhage S06.7 Intracranial injury with prolonged coma S06.8 Other intracranial injury S06.9 Intracranial injury, unspecified S07 S08 S09 Crushing injury of head Traumatic amputation of part of head Other and unspecified injuries of head Sumber: International Statistical Classification of disease and Related Health Problems, 10th Revision, Version for 2007 published by the WHO Reproduced with permission from the World Health Organization, Pembagian cedera otak traumatik berdasarkan derajat keparahan Berdasarkan derajat Glasgow Coma Scale (GCS) Pengukuran derajat keparahan cedera otak traumatis ada berbagai macam yaitu, parameter klinis (misalnya penilaian tingkat kesadaran, reaktifitas pupil), radiologi (kriteria cedera difus) dan laboratorium (petanda biomarker kerusakan jaringan otak). Parameter klinis yang sering dipakai adalah penilaian tingkat kesadaran penderita cedera otak traumatik. Ada beberapa skala penilaian tingkat kesadaran seperti: Glasgow Liege Scale, Glasgow Pittsburg Coma Scoring

4 System, Head Injury Watch Sheet, Maryland Coma Scale, Leeds Coma Scale, Japan Trauma Scale dan lain-lain. Skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale = GCS) yang dilakukan setelah resusitasi paling umum dan banyak dipakai di Internasional bahkan di literatur penelitian neurotrauma. Kelebihan GCS adalah reliabel dan obyektif ketika dilakukan oleh penilai yang berbeda, sederhana, berguna sebagai pedoman terapi dan memberi informasi tentang prognosis (Stein 1996; Ross Bullock et al, 2003). Kendala keterbatasan pengukuran GCS antara lain jika penderita mengalami edema palpebra, terintubasi, patah tulang ekstremitas, intoksikasi alkohol, penggunaan obat sedasi dan blokade muskuler, serangan kejang pasca traumatik, sehingga ada variabel yang tidak bisa dinilai (Feldman, 1996; Ross Bullock et al, 2003). Tabel 3. Penilaian Skala Koma Glasgow (GCS) A Respon buka mata Nilai Spontan 4 Atas perintah / suara 3 Rangsangan nyeri 2 Tidak ada 1 B Respon motorik Nilai Menurut perintah 6 Melokalisir nyeri 5 Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang) 4 Fleksi abnormal (dekortikasi) 3 Ekstensi abnormal (deserebrasi) 2 Tidak ada (flasid) 1 C Respon bicara Nilai Berorientasi baik 5 Berbicara mengacau / bingung 4 Kata-kata tidak teratur 3 Suara tidak jelas 2 Tidak ada 1 Tabel ini diambil dari : American College of Surgeon 1997, Advance Trauma Life Support Program Student Manual, Komisi Trauma IKABI (Ikatan Ahli Bedah Indonesia), 6th ed, Komisi Trauma IKABI, Jakarta. Tingkat pengukuran yang menunjukkan derajat keparahan paling berat adalah GCS 3 yaitu tidak dapat membuka mata, tidak dapat berbicara dan tidak ada respon motorik meskipun dengan rangsang nyeri. Sedangkan pengukuran

5 yang menunjukkan derajat paling ringan adalah GCS 15 yaitu membuka mata spontan, berbicara baik berorientasi dan respon motorik sesuai perintah. Penulisan pada catatan rekam medik E1, M1, V1 dan E4, M6, V Skala Prognosis Glasgow (Glasgow Outcome Scale = GOS) Glasgow outcome scale (GOS) paling luas digunakan untuk menilai hasil akhir secara umum pada cedera otak, GOS dikelompokkan dalam 5 kategori: 1. mati, 2. persistent vegetative state, 3. ketidakmampuan yang berat, 4. ketidakmampuan sedang, 5. kesembuhan yang baik. Penilaian secara tepat diperoleh pada 3,6 dan 12 bulan setelah cedera otak. Validitas dari GOS sebagai suatu penilai hasil akhir cedera otak didukung oleh kuatnya hubungan dengan lamanya koma,beratnya kondisi pada awal trauma(diukur dengan GCS), dan tipe lesi intrakranial. GOS katagori juga berkorelasi dengan lamanya postraumatik amnesia. Kritikan terhadap GOS terutama relatif tidak sensitif terhadap kondisi pasien yang membaik signifikan secara klinis terutama 6 bulan setelah cedera otak. (Narayan,et al,1995) Skala pengukuran GOS ini pertama kali ditemukan oleh Jennet dan Bond, 1975 prognosis paska cedera otak yang didasarkan kapabilitas sosial pasien paska cedera otak dikombinasikan dengan efek mental spesifik dan defisit neurologis. Derajat skala ini mencerminkan suatu kerusakan otak secara umum, dimana juga mampu menilai prognosis paska koma traumatik maupun non traumatik. (Bullock,2004; Narayan,Michel, 2002; Jennet,2005) Telaah pada penderita sebanyak 150 orang yang bertahan hidup setelah cedera otak di Glasgow oleh spesialis saraf dan bedah saraf memutuskan penilaian ini sangat tepat pada 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan paska trauma. (Jennet,2005) Outcome Paska Cedera Kepala (Glasgow Outcome Scale) Glasgow Outcome Scale dikembangkan pertama kali oleh Jennet dan Bond pada tahun Mereka mengembangkan GOS dengan tujuan mengklasifikasi bermacam-macam kondisi outcome yang terdapat pada pasien

6 paska cedera kepala. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya GOS terdiri 5 kategori. Kategori GOS mulai dari Good recovery (GOS 5) hingga Death (GOS 1) (Lee KS et al, 1997). Banyak peneliti telah menggunakan GOS sebagai pengukuran utama outcome karena dapat mendeskripsikan secara umum outcome dari pasien (Pozzati E et al, 1980; Seeler RA et al, 1973; Jamieson KG, 1972; Munro D, 1982; Lee KS et al, 1997) Beberapa peneliti dalam studi mereka mengkombinasikan kategori dalam GOS dengan tujuan menciptakan outcome kategori yang lebih luas. Choi dan kawan-kawan (1983), Narayan dan kawankawan (1981), dan Young dan kawan-kawan (1981) membuat kategori outcome baik dan buruk. Outcome baik terdiri dari kategori good recovery atau moderate disability, outcome buruk pada pasien yang mengalami severe disability, persisten vegetative state or death. Dengan membuat kriteria outcome ini lebih luas, peneliti dapat menggambarkan akurasi yang lebih baik pada prediksinya. Pengukuran outcome dari cedera kepala dilakukan menggunakan skala pengukuran yang beragam. Glasgow Outcome Scale (GOS), Barthel Index (BI), Functional Independence Measure (FIM) merupakan beberapa skala pengukuran yang sering digunakan diantara banyak skala lainnya.

7 Skoring Glasgow Outcome Scale Score Skor Rating Penilaian Definition Definisi 5 Good Recovery Baik Pemulihan 4 Moderate Disability Cacat Sedang 3 Severe Disability Cacat berat Resumption of normal life despite minor deficits/ Kembalinya kehidupan normal meskipun defisit kecil Disabled but independen independen Can work in sheltered setting Penyandang cacat tetapi dapat bekerja dalam pengaturan terlindung Conscious but disabled/sadar tapi dinonaktifkan. Dependent for daily support /Dependent untuk dukungan setiap hari 2 Persistent vegetative Minimal responsiveness/ Minimal tanggap Persistent vegetatif 1 Death/ Kematian Non survival / Non hidup 2.3.Teknik Pembedahan Kraniectomi Dekompresi Tujuan dari kraniectomi dekompresi adalah untuk menganggu prinsip dasar doktrin Monro-Kellie dengan memberikan perluasan ruangan bagi otak secara paksa. Akhirnya dengan membuang bone flap dan membiarkan dura terbuka lebar (dengan atau tanpa duraplasty) akan menjadi paling efektif. Kraniotomi yang lebar akan menghalangi kerusakan jaringan dan bendungan vena bila dibandingkan dengan kraniotomi yang lebih kecil bila terdapat

8 pembengkakan otak yang hebat. Berbagai teknik operasi telah didiskusikan, tetapi hanya ada sedikit dasar untuk perbandingan secara objektif. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi teknik operasi (surgical approach). Pembengkakan (swelling) unilateral paling baik ditangani dengan dekompresi unilateral yang luas. Efek masa yang difus, bifrontal atau bitemporal paling baik ditangani dengan teknik bilateral frontal (atau pan-frontal). Batas Hemicraniectomy termasuk (a) 2 cm dari tepi lateral sinus sagital superior, (b) pada tingkat lantai fossa kranial tengah pada asal lengkungan zygomatic, (c) frontal ke midpupillary baris, dan (d) 3 cm posterior meatus akustik eksternal. Craniectomy bifrontal diperpanjang posterior hanya sekitar 2 cm di depan sutura koronal dan lateral ke lantai ke fossa tengah. Duramater dibuka, dan pembukaan diperpanjang ke margin tulang secara stellate atau setengah lingkaran. Permukaan otak ditutupi longgar oleh dura sisa atau substites dural buatan tanpa penutupan kedap. (Huang, 2013) Dampak dari dekompresi pada pengelolaan pasca bedah mungkin berhubungan erat. Beberapa ahli bedah hanya mengambangkan (float) dari bone flap, daripada membuangnya. Penulis cenderung untuk membuang bilateral fronto-temporo-parietal flap dengan meninggalkan sepotong tulang diatas sinus sagittalis superior untuk menempatkan monitoring. Tujuan pembedahan untuk menghilangkan peningkatan tekanan intrakranial, hipertensi intrakranial tidak sepenuhnya dapat diatasi setelah tindakan dekompresi. Penulis menemukan bahwa static autoregulation hilang setelah tindakan operasi ini yang dapat mengarah ke hyperemic intracranial hypertension yang mungkin memerlukan atau tidak memerlukan tindakan. Sughrue ME dan kawan-kawan mengatakan bahwa tindakan bedah kraniectomi

9 dekompresi juga dilakukan sebagai tindakan profilaksis dalam rangka pengaturan darurat pada saat evakuasi subdural hematoma atau lesi masa epidural bila tulang tidak dipasang kembali dalam rangka mengantisipasi peningkatan tekanan intracranial seperti yang diprediksi dari gambaran CT atau tampilan jaringan otak pada saat operasi. Pada teknik operasi ini ditekankan untuk membuang bagian tulang temporal sampai ke dasar fossa media (sphenoid wing) untuk mendapatkan dekompresi maksimal terhadap bagian lateral dari batang otak Indikasi untuk kraniectomi dekompresi yaitu : (i) tindakan setelah dilakukannya evakuasi dari lesi masa dimana otak dirasakan membengkak berlebihan; dan (ii) pengukuran TIK yang tetap tinggi meskipun telah mengikuti protokol manajemen medis yang maksimal. Komplikasi kraniectomi Dekompresi : Komplikasi dari operasi kraniectomi dekompresi 1. Kematian Dari enam kematian yang terjadi setelah operasi dekompresi hanya satu kasus yang dapat dianggap sebagai komplikasi sesungguhnya. Pasien ini menunjukkan penyembuhan yang baik beberapa hari setelah terjadinya cedera dan ketika ia sedang mencoba untuk berjalan tanpa bantuan dan jatuh tepat pada sisi kraniectomi yang tidak terlindungi. Pasien ini mengalami cedera serebral yang lebih berat dan pada akhirnya meninggal. Sebuah kebijakan operasional khusus untuk post kraniectomi decompresi diimplementasikan untuk pemeriksaan dan manajemen pasien. Sisanya adalah kematian yang disebabkan karena cedera otak traumatik meskipun dilakukan intervensi medis tepat waktu. 2. Herniasi melalui celah kraniectomi Walaupun herniasi melalui cela kraniectomi telah dilaporkan sebagai suatu komplikasi, fenomena ini terjadi begitu seringnya (contohnya 51% dari sampel kohort ini) yang hampir selalu menjadi penyebab keadaan patologis pada prosedur dekompresi. Meskipun kemungkinan terjadinya cedera pada korteks serebri yang mengalami herniasi telah dijelaskan, pada studi kohort ini, tidak ditemukan bukti klinis atau radiologis dari herniasi pada tepi dari celah kraniectomi. Hal ini

10 kemungkinan pada kedua centre ini lebih menekankan pada tindakan kraniotomi ekstensif untuk kasus bedah pada kasus trauma. 3. Efusi subdural/subgaleal Efusi subdural post traumatic yang terjadi setelah cedera kepala merupakan suatu fenomena yang dapat dikenali dengan baik, dengan insiden yang dilaporkan dari 6% sampai 21%. Patogenesis ini berperan pada terjadinya ruptur lapisan dura-arachnoid dan trabeculae yang disebabkan oleh kejadian traumatik dan perubahan dinamika dari sirkulasi CSF yang transien. Efusi subdural merupakan suatu komplikasi dari kraniectomi dekompresi dengan insiden 26% sampai dengan 60%. Pada studi ini, dari seluruh pasien yang selamat, 63% mengalami beberapa bentuk efusi. Efusi yang terjadi bisa merupakan komplikasi primer dari cedera otak traumatik dan pembuangan dari bone flap dapat menyebabkan terbentuknya ruangan dimana cairan dapat berkumpul. Pembukaan dari dura menyebabkan terciptanya hubungan dengan ruangan subgaleal dan seiring dengan berkurangnya oedem cerebral akut beberapa bentuk efusi biasanya terbentuk. Ketika efusi ini timbul secara cepat, kebanyakan dari efusi ini mempunyai gejala klinis yang tidak signifikan. Efusi ini biasanya terserap begitu bone flap dipindahkan. Pada seorang pasien dimana efusi terjadi secara kontralateral pada sisi kraniectomi, drainase burr hole berhasil dilakukan pada saat cranioplasty autolog yang dilakukan karena pergeseran midline dan deteriorisasi neurologis. 4. Sindrom Trephined Sekelompok gejala gejala yg tidak diinginkan telah ditemui berhubungan dengan tidak adanya bone flap. Sindrom trephined pertama kali dijelaskan oleh Grant dan Necross tahun 1939, mereka menjelaskan gejala gejala dari sakit kepala, kejang kejang, perubahan mood, dan gangguan perilaku. Kalimat sindrom dari tenggelamnya scalp flap menunjukkan defisit defisit neurologis yg bisa timbul dikarenakan disfungsi kortikal yang disebabkan distorsi otak dibawah scalp flap tadi seiring dengan hilangnya oedem. Pada tingkatan dimana pasien ini terpengaruh oleh gejala ini sangat sukar untuk ditentukan secara akurat karena banyak pasien dalam fase penyembuhan dari cedera kepala berat. Pasien pasien secara terus menerus mengeluh sakit

11 kepala, perubahan mood dan gangguan perilaku serta sukar untuk menentukan derajat derajat fenomena post kraniotomi ini. Pada dua rumah sakit trauma di Australia Barat, bone flaps digantikan sesegera mungkin untuk mengembalikan fungsi kosmetik dan protektifnya. Pada penelitian kohort ini tidak ditemukannya contoh contoh dimana fungsi neurologis pasien meningkat signifikan setelah operasi kranioplasti primer. Bagaimanapun, tiga orang pasien yang mengalami cranioplasty autolog telah melalporkan keluhan tentang sakit kepala berat postural dengan diikutinya vertigo. Gejala gejala mereka terpecahkan dengan melakukan sebuah cranioplasty titanium. 5. Hidrosefalus Nilai insidensi dari hidrosefalus post-traumatik yg simptomatik bervariasi dari 0.7% hingga 29%. Perbedaan perbedaan dalam kriteria diagnostik dan klasifikasi mempengaruhi variasi ini. Pada pasien yg telah dilakukan kraniectomi dekompresi, nilai insidensi dari hidrosefalus post- traumatik berkisar dari 10% hingga 40%. Penelitian ini dilakukan terhadap lima pasien yg telah tepasang VP shunt. Empat dari pasien tersebut didapatkan kemajuan klinis. Seorang pasien lagi yg telah berada di status vegetatif berkepanjangan, tidak ditemukan adanya perubahan klinis dan diagnosisnya menuju ke ventrikulomegali. Angka insidensi penelitian kohort ini kemudian dilaporkan sebesar 11%. Seperti yg disebut sebelumnya, gangguan gangguan aliran CSF post-traumatik kemungkinan berpengaruh dalam perkembangan dari efusi subdural dan subgaleal dan dipercaya bahwa hidrosefalus simptomatis muncul ketika sirkulasi CSF tidak normal/ stabil. Tingkat keparahan dari cedera dan perkembangan efusi efusi subgaleal/ subdural terlihat sangat berhubungan erat dgn perkembangan hidrosefalus. Keseluruhan empat orang pasien menunjukkan efusi efusi yang ekstensif dan hanya seorang dari empat orang pasien tadi yang menunjukkan penyembuhan yang baik. Meskipun hidrosefalus muncul secara primer sebagai hasil dari cedera kepala berat, ada kemungkinkan juga operasi kraniectomi dekompresi dapat mengubah dinamika tekanan CSF menjadi lebih jelek dan/ atau meningkatkan perlukaan sub-arakhnoid, sehingga menempatkan kelompok pasien ini pada resiko yang lebih besar terkenanya hidrosefalus.

12 6. Kejang post-traumatik Angka insidensi dari kejang post-traumatik untuk segala tipe dari cedera kepala adalah 2% hingga 2.5% dalam populasi masyarakat sipil. Insidensi ini meningkat hingga 5% pada pasien pasien bedah saraf di rumah sakit. Ketika yang dipertimbangkan hanya cedera kepala berat (kontusi otak, hematoma intrakranial, kehilangan kesadaran atau amnesia post-traumatik >24 jam), insidensinya 10% hingga 15% pada pasien dewasa dan 30% hingga 35% pada anak anak. Pada pasien pasien yang telah dilakukan kraniectomi dekompresi (yg diduga termasuk dalam kategori cedera kepala berat), angka insidensi terjadinya epilepsi bervariasi dari 7% hingga 20%. Dalam penelitian ini, dari 34 orang pasien yang bertahan hidup, lima orang (17%) mengalami kejang kejang post-traumatik. Meskipun terlihat komplikasi ini terjadi secara primer karena cedera kepala berat, manipulasi serebral yang timbul dengan prosedur dekompresi dan cranioplasty yang dilakukan setelahnya kemungkinan mempunyai beberapa pengaruh.(honeybul S,2010) 2.4. Rotterdam Computed Tomography Score Yang paling terkenal dari klasifikasi CT kepala pada cedera otak traumatik akut, Marshall CT klasifikasi (Marshall et al., 1991) dan klasifikasi Rotterdam CT (Maas et al., 2005), didasarkan pada fitur kualitatif CT kepala. Berdasarkan Rotterdam CT klasifikasi (Maas, 2005), yang mengidentifikasi lima temuan pencitraan kunci pada trauma kepala CT dengan signifikan nilai prognostik klinis: (1) ada atau tidak adanya subdural atau epidural hematoma, (2) ada atau tidak adanya subarachnoid perdarahan, (3) ada atau tidak adanya suatu intraparenchymal hematoma, (4) ada atau tidak adanya klinis yang signifikan pergeseran garis tengah ( 5 mm), dan (5) normal. Nilai dari sistem klasifikasi CT dalam memprediksi hasil klinis diakui sebagai pedoman untuk manajemen setelah cedera otak traumatic berat (Chestnut, 2000). Huang YH et al,2012 menguji pembedaan prognostik dan prediksi dari Rotterdam CT Score pada kasus pasien yang menjalani kraniectomi dekompresi untuk cedera otak traumatik. Mortalitas dan skala Glasgow outcome scale pada

13 akhir masa follow up dipakai sebagai ukuran hasil akhir. Mereka mendapatkan hasil, untuk pasien cedera otak traumatik yang menjalani kraniectomi dekompresi, Rotterdam CT Score memberikan perbedaan prognostik yang besar dan merupakan prediktor independen terhadap hasil akhir yang tidak menguntungkan. Kontusio serebri yang luas adalah umum pada pasien yang menjalani hemicraniectomy decompressive. Awal Skor Rotterdam sangat terkait dengan ekspansi contusio pada pasien yang mengalami hemicraniectomy. Skor Rotterdam tinggi dikaitkan dengan kedua lebih tinggi frekuensi dan ukuran yang lebih besar dari ekspansi contusio. Peningkatan volume contusio besar dari 20 cc berikut hemicraniectomy sangat terkait dengan kematian pasien. Tabel 4. Klasifikasi Rotterdam CT Score PREDICTOR BASAL CISTERNS Normal Compressed Absent MIDLINE SHIFT No shift or shift 5 mm Shift > 5 mm EPIDURAL MASS LESION Present Absent SCORE INTRAVENTRICULAR BLOOD or SUBARACHNOID HEMORRHAGE Absent 0 Present SUM SCORE +1 In In The Rotterdam Scorring System, 1 point is added as a sum score to make The Rotterdam grade numerically total 6 points, consistent with the motor score of the Glasgow Coma Scale and The Marshall Clssification.

14 Dikutip dari : Maas AI, Hukkenhoven CW, Marshall LF, Steyerberg EW. Prediction of outcome in traumatic brain injury with computed tomographic characteristics: A comparison between the computed tomographic classification and combinations of computed tomographic predictors. Neurosurgery 2005;57(6): Berbagai penelitian menggambarkan hasil prediksi dengan klasifikasi Marshall, dan pedoman internasional tentang prognosis pasien meliputi klasifikasi Computed Tomography sebagai prediktor utama. Bahkan klasifikasi Marshall awalnya tidak dikembangkan dari perspektif prognosis, sehingga Maas et al meneliti nilai prediktif dan dibandingkan dengan klasifikasi alternatif Computed Tomography. Mereka menggabungkan individu Computed Tomography memiliki model penilaian yang dikenal sebagai Rotterdam CT score, yang menunjukkan prognostik yang lebih baik atas Marshall CT klasifikasi, khususnya dalam kasus pasien dengan lesi massa.(huang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trauma merupakan penyebab kematian utama pada kelompok umur dibawah 45 tahun di negara maju dan di negara berkembang. Kepala juga merupakan bagian yang paling sering

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Cedera Kepala Akibat Trauma Cedera kepala umumnya diklasifikasikan atas satu dari tiga sistem utama, yaitu: keparahan klinis, tipe patoanatomi dan mekanisme fisik.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Medan, 2013 Yang membuat pernyataan persetujuan. penjelasan. dr... Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Medan, 2013 Yang membuat pernyataan persetujuan. penjelasan. dr... Universitas Sumatera Utara Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :.. Umur : tahun L / P Alamat :.... Hubungan dengan pasien : Bapak/Ibu/anak/hubungan kerabat lainnya Dengan ini menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Traumatic Brain Injury (TBI) merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di kalangan anak muda di seluruh dunia, prediksi hasil saat masuk RS sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Diperkirakan insidensinya lebih dari 500 per 100.000 populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya

Lebih terperinci

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan HEAD INJURY Pendahuluan Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan peralatan keselamatan sabuk pengaman, airbag, penggunaan helm batas kadar alkohol dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis crania serta organ didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai mortalitas relative tinggi apakah penderita dioperasi atau tidak. Oleh karena itu

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai mortalitas relative tinggi apakah penderita dioperasi atau tidak. Oleh karena itu BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perdarahan subdural akut (PSD akut ) merupakan salah satu penyakit bedah syaraf yang mempunyai mortalitas relative tinggi apakah penderita dioperasi atau tidak.

Lebih terperinci

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C

TRAUMA KEPALA. Doni Aprialdi C Lusi Sandra H C Cynthia Dyliza C TRAUMA KEPALA Doni Aprialdi C11050165 Lusi Sandra H C11050171 Cynthia Dyliza C11050173 PENDAHULUAN Insidensi trauma kepala di USA sekitar 180-220 kasus/100.000 populasi (600.000/tahunnya) 10 % dari kasus-kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Cedera kepala merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur dibawah 45 tahun, perbandingan laki-laki dan wanita adalah 2 : 1. Penyebab paling

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma kepala (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis,

Lebih terperinci

Author : Olva Irwana, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UR

Author : Olva Irwana, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UR Author : Olva Irwana, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr 0 CEDERA KEPALA 1. Definisi Cedera kepala adalah trauma mekanik

Lebih terperinci

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH Topik : Bedah saraf Judul : Cedera Kepala ( 3b) Tujuan pembelajaran Kognitf II. 1. Menjelaskan anatomi kepala 2. Menjelaskan patogenesa cedera kepala 3. Menjelaskan diagnosis

Lebih terperinci

Hasil Akhir Penderita dengan Diffuse Brain Injury yang Dirawat di Neurosurgical Critical Care Unit RS Hasan Sadikin, Bandung

Hasil Akhir Penderita dengan Diffuse Brain Injury yang Dirawat di Neurosurgical Critical Care Unit RS Hasan Sadikin, Bandung Hasil Akhir Penderita dengan Diffuse Brain Injury yang Dirawat di Neurosurgical Critical Care Unit RS Hasan Sadikin, Bandung Suzy Indharty Bagian/SMF Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi terutama dalam bidang transportasi mengakibatkan meningkatnya jumlah dan jenis kendaraan bermotor dan hal ini berdampak pada meningkatnya kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala traumatik merupakan masalah utama kesehatan dan sosial ekonomi di seluruh dunia (Ghajar, 2000; Cole, 2004). Secara global cedera kepala traumatik merupakan

Lebih terperinci

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka TRAUMA KEPALA TRAUMA KEPALA Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak / otak atau kulit seperti kontusio / memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN : CEDERA KEPALA POST KRANIOTOMI HARI KE-2 DI RUANG SOFA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : WIJAYANTI

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan perubahan tanda klinis secara cepat baik fokal maupun global yang mengganggu fungsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh: ADE SOFIYAN J500050044 Kepada : FAKULTAS

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEJANG PASCA TRAUMA

MANAJEMEN KEJANG PASCA TRAUMA Dipresentasikan pada: Pengembangan Profesi Bedah Berkelanjutan (P2B2) XIII-2016 Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia (PABI) Lampung MANAJEMEN KEJANG PASCA TRAUMA DR.Dr.M.Z. Arifin,Sp.BS Department

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada kasus-kasus kecelakaan lalu lintas. Di Inggris misalnya, setiap tahun sekitar 100.000 kunjungan pasien

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S Dengan CKR ( CIDERA KEPALA RINGAN )

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S Dengan CKR ( CIDERA KEPALA RINGAN ) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S Dengan CKR ( CIDERA KEPALA RINGAN ) Disusun oleh: Endri Normawati (2520142434 / 08) AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA 2016 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian... 39

BAB III. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian... 39 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN...ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii MOTTO... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR LAMPIRAN... xi KATA PENGANTAR... xii PERNYATAAN...xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011). Stroke merupakan penyebab

Lebih terperinci

Primary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome

Primary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome Jurnal Bedah Saraf Primary Cerebellar Haemorrhage : Complications, Treatment and Outcome (Clinical Neurology and Neurosurgery Journal, Elsevier 2013) Oleh: Fadhilah Pembimbing: dr. Hanis Setyono, SpBS

Lebih terperinci

USULAN PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DAN OUTCOME PASIEN EPIDURAL HEMATOMA PASCA TREPANASI EVAKUASI HEMATOMA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

USULAN PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DAN OUTCOME PASIEN EPIDURAL HEMATOMA PASCA TREPANASI EVAKUASI HEMATOMA DI RSUP SANGLAH DENPASAR USULAN PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DAN OUTCOME PASIEN EPIDURAL HEMATOMA PASCA TREPANASI EVAKUASI HEMATOMA DI RSUP SANGLAH DENPASAR HING THEDDY NIM : 1114028204 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA

TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA Nindy OLEH : Maria Natalia Putri 115070107111078 Pembimbing : dr. Sri Budhi Rianawati, Sp.S PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DECOMPRESSIVE HEMICRANIECTOMY FOR SPONTANEOUS INTRACEREBRAL HEMORRHAGE

DECOMPRESSIVE HEMICRANIECTOMY FOR SPONTANEOUS INTRACEREBRAL HEMORRHAGE DECOMPRESSIVE HEMICRANIECTOMY FOR SPONTANEOUS INTRACEREBRAL HEMORRHAGE Satoru Takeuchi, M.D., Kojiro Wada, M.D.,Kimihiro Nagatani, M.D., Naoki Otani, M.D., and Kentaro Mori, M.D. Department of Neurosurgery,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

Lebih terperinci

ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN

ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA ALGORITMA PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN Definisi : penderita sadar dan berorientasi (GCS 14-15) Riwayat : Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan Mekanisme cedera

Lebih terperinci

HUBUNGAN GLASGOW COMA SCALE DENGAN GLASGOW OUTCOME SCALE BERDASARKAN LAMA WAKTU TUNGGU OPERASI PADA PASIEN PERDARAHAN EPIDURAL

HUBUNGAN GLASGOW COMA SCALE DENGAN GLASGOW OUTCOME SCALE BERDASARKAN LAMA WAKTU TUNGGU OPERASI PADA PASIEN PERDARAHAN EPIDURAL Majalah Kedokteran Andalas, Vol. 39, No.2, Agustus 2016, hal. 50-57 http://jurnalmka.fk.unand.ac.id Artikel Penelitian HUBUNGAN GLASGOW COMA SCALE DENGAN GLASGOW OUTCOME SCALE BERDASARKAN LAMA WAKTU TUNGGU

Lebih terperinci

Cedera kepala merupakan salah satu

Cedera kepala merupakan salah satu Artikel Asli Karakteristik Klinis Trauma Kepala pada Anak di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Msy Rita Dewi MS,* Irawan Mangunatmadja,** Yeti Ramli*** * Bagian Neurologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat 46 BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan study prognostik dengan desain kohort. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat yang dirawat

Lebih terperinci

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1 Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau telah terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan jaringan. Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyakit dengan defisit neurologis permanen akibat perfusi yang tidak adekuat pada area tertentu di otak atau batang otak. Stroke dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke memiliki serangan akut yang dapat dengan cepat menyebabkan kematian. Penderita stroke mengalami defisit neurologis fokal mendadak dan terjadi melebihi dari 24

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang dengan tiga penyebab utama kematian secara global. Tiga hal tersebut adalah kecelakaan lalu lintas, pembunuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal akibat trauma. Di antara trauma - trauma yang terjadi, trauma maksilofasial

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal akibat trauma. Di antara trauma - trauma yang terjadi, trauma maksilofasial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aspek yang berkaitan dengan trauma mempunyai kepentingan yang tinggi di dunia karena merupakan penyebab utama kematian. Menurut Krug (2000),setiap hari sekitar

Lebih terperinci

Asuhan Keprawatan Cedera Kepala Agus K Anam,M.Kep

Asuhan Keprawatan Cedera Kepala Agus K Anam,M.Kep Asuhan Keprawatan Cedera Kepala Agus K Anam,M.Kep TERJADI TIAP 15 DETIK MATI TIAP 12 MENIT CEDERA KEPALA 50 % KEMATIAN PADA TRAUMA 60 % KEMATIAN AKIBAT KLL TATALAKSANA P R I M A R Y S U R V E Y A AIRWAY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kraniotomy adalah operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J, 2005). Pembedahan

Lebih terperinci

Cedera kepala merupakan salah satu

Cedera kepala merupakan salah satu Prediktor Klinis Perdarahan Intrakranial Traumatik pada Anak Msy Rita Dewi MS*, Irawan Mangunatmadja**, Yeti Ramli*** * Departemen IKA Divisi Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fungsi psikososial, dengan disertai penurunan atau hilangnya kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fungsi psikososial, dengan disertai penurunan atau hilangnya kesadaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Traumatik brain injury (cedera otak traumatik/cot) yang umumnya didefinisikan dengan adanya kelainan non degeneratif dan non congenital yang terjadi pada otak, sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk memperbaiki kerusakkan pada jaringan otak. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk memperbaiki kerusakkan pada jaringan otak. 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Trauma kapitis. Trauma kapitis merupakan trauma pada kepala yang dapat menyebabkan kerusakan kompleks di kulit kepala, tulang tempurung kepala, selaput otak dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif (Japardi, 2004). Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif (Japardi, 2004). Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikisaran usia produktif (Japardi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Trauma Kapitis Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologi yaitu gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba disebabkan oleh adanya gangguan perfusi ke otak. Manifestasi klinis dari stroke merupakan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh daerah kepala batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala. Berdasarkan kausanya digolongkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab kematian dan kecacatan dari fungsional tubuh manusia setelah penyakit kanker dan jantung. Setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Struktur anatomi pada kepala terdiri dari: tengkorak, kulit kepala, otot kepala, otak, dan vaskularisasi otak (Peter, 2006). Tengkorak berfungsi sebagai pelindung otak

Lebih terperinci

Hubungan antara skala skor FOUR dan CT Marshall dengan penilaian GCS pada penderita cedera otak akibat trauma

Hubungan antara skala skor FOUR dan CT Marshall dengan penilaian GCS pada penderita cedera otak akibat trauma Hubungan antara skala skor FOUR dan CT Marshall dengan penilaian GCS pada penderita cedera otak akibat trauma Jemmy Matoha Eko Prasetyo Maximillian Ch. Oley Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Sinonim: Head injuri=cedera kepala=trauma kapitis=trauma kranioserebral=traumatic brain injury Cedera kepala merupakan cedera mekanik terhadap kepala

Sinonim: Head injuri=cedera kepala=trauma kapitis=trauma kranioserebral=traumatic brain injury Cedera kepala merupakan cedera mekanik terhadap kepala Sinonim: Head injuri=cedera kepala=trauma kapitis=trauma kranioserebral=traumatic brain injury Cedera kepala merupakan cedera mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Validitas Faktor-Faktor Resiko Kematian dalam 14 Hari pada Pasien Cidera Kepala Berat di RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRAK. Validitas Faktor-Faktor Resiko Kematian dalam 14 Hari pada Pasien Cidera Kepala Berat di RSUP Sanglah Denpasar ABSTRAK Validitas Faktor-Faktor Resiko Kematian dalam 14 Hari pada Pasien Cidera Kepala Berat di RSUP Sanglah Denpasar Latar Belakang : Pasien dengan trauma kepala memerlukan penegakan diagnosis sedini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus. yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus. yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala bisa terjadi pada semua orang tanpa kecuali, misalnya

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

Head Injury (Cedera Kepala) Galuh Kencana A Zaesi Purwanti Waldian F Ismail

Head Injury (Cedera Kepala) Galuh Kencana A Zaesi Purwanti Waldian F Ismail Head Injury (Cedera Kepala) Galuh Kencana A Zaesi Purwanti Waldian F Ismail Pengertian Menurut Irwana (2009), cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia (Carlo, 2009). Setiap tahunnya terdapat 16.000.000 kasus baru dan 5.700.000 kematian

Lebih terperinci

Jon Hadi 1, Syaiful Saanin 2, Erkadius 3 Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS M.Djamil Padang

Jon Hadi 1, Syaiful Saanin 2, Erkadius 3 Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RS M.Djamil Padang PENGARUH KOAGULOPATI TERHADAP GLASGOW OUTCOME SCALE PENDERITA CEDERA KEPALA BERAT YANG TIDAK MEMPUNYAI INDIKASI OPERASI Jon Hadi 1, Syaiful Saanin 2, Erkadius 3 Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, infeksi susunan saraf pusat menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit (Saharso dan Hidayati, 2000). Inflamasi yang terjadi pada sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram et al., 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker, demikian juga diberbagai negara di dunia

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit serebrovaskuler yang paling sering terjadi sekarang ini adalah stroke. Stroke dapat didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui. di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui. di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikisaran usia produktif. (Japardi,

Lebih terperinci

GAMBARAN CT SCAN KEPALA PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

GAMBARAN CT SCAN KEPALA PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE GAMBARAN CT SCAN KEPALA PADA PENDERITA CEDERA KEPALA RINGAN DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2012 2013 1 Miranda Esther Irene Manarisip 2 Maximillian Ch. Oley 2 Hilman Limpeleh 1 Kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak. Stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna kendaraan bermotor di masyarakat, tingkat kecelakaan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. pengguna kendaraan bermotor di masyarakat, tingkat kecelakaan di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini dengan kemajuan teknologi automotif dan meningkatnya pengguna kendaraan bermotor di masyarakat, tingkat kecelakaan di dunia semakin hari semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab terbanyak cedera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD). Cerebrovascular disease menunjukan kelainan otak yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya dan orang membutuhkan rawat inap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya dan orang membutuhkan rawat inap untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala mengenai hampir 1,5 juta orang di Amerika Serikat setiap tahunnya dan 240.000 orang membutuhkan rawat inap untuk pengobatan trauma mereka (Frey et al.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun banyak orang dalam hidupnya tidak ingin menghabiskan kegiatan yang bersangkutan dengan nilai kesehatan. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cedera Kepala 2.1.1. Definisi Cedera kepala dapat disebut juga dengan head injury ataupun traumatic brain injury. Kedua istilah ini sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur ini bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH

HASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH HASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH KAITAN GLASGOW COMA SCORE AWAL DAN JARAK WAKTU SETELAH CEDERA KEPALA SAMPAI DILAKUKAN OPERASI PADA PASIEN PERDARAHAN SUBDURAL AKUT

Lebih terperinci

Epidural Hematoma Epidural Hematoma Pendahuluan

Epidural Hematoma Epidural Hematoma Pendahuluan Epidural Hematoma Alokasi Waktu : 1 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU) : Mampu menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan awal pasien dengan epidural hematoma Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling sering dijumpai setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan suatu sindrom yang ditandai gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak yang berkembang dengan sangat cepat berlangsung lebih

Lebih terperinci

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009

Trauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Trauma Lahir dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Jenis trauma lahir 1. Trauma lahir pada kepala Ekstrakranial Intrakranial 2. Trauma Medulla Spinalis 3. Trauma

Lebih terperinci

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi Neuroimaging merupakan salah satu peranan radiodiagnostik di bidang ilmu penyakit saraf.

Lebih terperinci

TRAUMA KEPALA. DR. dr. David Gunawan, Sp.S (K)

TRAUMA KEPALA. DR. dr. David Gunawan, Sp.S (K) TRAUMA KEPALA DR. dr. David Gunawan, Sp.S (K) NERVOUS SYSTEM CENTRAL NERVOUS SYSTEM Brain /Cerebrum Telencephalon Cerebral Cortex Subcortical white matter Commissure Basal ganglia Diencephalon Cerebellum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunya mengalami peningkatan, total jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan pusat statistik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya dalam bidang transportasi. Masyarakat moderen menempatkan trasportasi sebagai kebutuhan sekunder yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas setelah demensia. Setiap tahun, lima belas juta orang di dunia terkena serangan stroke. Data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup akibat meningkatnya pelayanan kesehatan dapat diperkirakan bahwa pada masa depan akan terjadi perubahan pola penyakit. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

I KETUT WISUDANA YUANA NIM

I KETUT WISUDANA YUANA NIM TESIS HUBUNGAN MULTIPLE FRAKTUR MAKSILOFASIAL, SKOR GCS AWAL KURANG DARI 14 TERHADAP TERJADINYA LESI INTRAKRANIAL AKUT PADA PASIEN TRAUMA MAKSILOFASIAL DI RSUP SANGLAH DENPASAR I KETUT WISUDANA YUANA NIM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Stroke menurut World Health Organization (WHO) 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf di FK USU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), stroke. merupakan tanda-tanda klinis akibat gangguan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), stroke. merupakan tanda-tanda klinis akibat gangguan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke merupakan tanda-tanda klinis akibat gangguan fungsi serebral baik fokal maupun global yang berkembang cepat dengan

Lebih terperinci

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment Dislokasi Hips Posterior Mekanisme trauma Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH

HASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH HASIL PENELITIAN MAGISTER PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH KAITAN GLASGOW COMA SCORE AWAL DAN JARAK WAKTU SETELAH CEDERA KEPALA SAMPAI DILAKUKAN OPERASI PADA PASIEN PERDARAHAN SUBDURAL AKUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

PRIMARY SURVEY. A : Airway, menjaga airway dengan control servikal (servical spine control) B : Breathing, menjga pernafasan dengan ventilasi

PRIMARY SURVEY. A : Airway, menjaga airway dengan control servikal (servical spine control) B : Breathing, menjga pernafasan dengan ventilasi PRIMARY SURVEY Pengertian Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada penderita yang terluka parah, terapi9 yang di berikan

Lebih terperinci