KOMUNITAS TERHADAP PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas Hijabers USU Terhadap Pembentukan Identitas Diri)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMUNITAS TERHADAP PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas Hijabers USU Terhadap Pembentukan Identitas Diri)"

Transkripsi

1 KOMUNITAS TERHADAP PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas Hijabers USU Terhadap Pembentukan Identitas Diri) Tri Ayu Videlia Sari Abstrak Skripsi ini berjudul Komunitas terhadap Pembentukan Identitas Diri. Komunitas tersebut ialah komunitas Hijabers USU dan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran komunikasi kelompok dalam komunitas Hijabers USU terhadap pembentukan identitas diri anggotanya dan bagaimana keterbukaan diri antara anggota komunitas Hijabers USU dalam membentuk identitas diri. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini ialah 5 orang mahasiswi muslimah di Universitas Sumatera Utara (USU) yang tergabung dalam komunitas Hijabers USU. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini berusaha memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena keadaan objek yang terjadi di masyarakat dalam hal ini komunitas Hijabers USU dan pengaruh terhadap identitas diri. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Sesuai dengan konteks masalah yang diteliti, maka hasil penelitian yang diperoleh peneliti ialah komunikasi kelompok yang sering dilakukan oleh komunitas membuat anggotanya menjadi aktif dan merasa percaya diri dalam mengeluarkan ide untuk event yang akan diselenggarakan. Para anggota yang sebelumnya merasa canggung dan kaku untuk berbicara didepan banyak orang, dengan rutinitas komunitas yang sering melakukan diskusi kelompok membuat informan menjadi semakin percaya diri dan yakin akan kemampuannya serta penampilannya dalam berbusana. Berdasarkan hal itu, fakta identitas diri yang muncul pada anggota komunitas Hijabers USU ialah percaya diri. Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya kepercayaan diri anggota ialah adanya rasa bangga menjadi anggota Hijabers USU sebagai salah satu status sosial mereka, style yang sama, bertambahnya relasi, seringnya melakukan komunikasi kelompok sehingga wawasan menjadi bertambah, adanya keterbukaan diri dan bertambahnya pengetahuan tentang Islam. Kata Kunci: Komunitas Hijabers, Identitas Diri. PENDAHULUAN Setiap manusia pasti akan berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu manusia disebut makhluk sosial karena manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan dalam hidupnya. Manusia juga diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial (Bungin, 2006: 25). Kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkumpul dengan sesama merupakan kebutuhan dasar (naluri) manusia itu sendiri. Kehidupan manusia berhubungan erat dengan interaksi yang hanya terjadi jika melibatkan dua orang atau lebih. Interaksi manusia dalam masyarakat menjadi lebih kompleks daripada hanya interaksi antar dua pribadi. Disaat itulah manusia akan mulai mencari jati diri melalui kebersamaan dengan orang lain sekaligus membentuk identitas diri. Lau & Pun (1999) menyatakan bahwa faktor genetik memainkan sebuah peran terhadap identitas diri, atau konsep self, yang sebagian didasarkan pada interaksi dengan orang lain yang dipelajari dan dimulai dengan anggota keluarga terdekat, kemudian meluas ke interaksi dengan mereka di luar keluarga (Dalam Baron & Byrne, 2004: 164). Mengenal jati diri dan memperkuat identitas diri di tengah masyarakat dapat dipermudah ketika manusia tergabung dalam sebuah komunitas atau kelompok. Karena 1

2 dalam komunitas atau kelompok inilah setiap individu secara perlahan membuka diri untuk berinteraksi dengan anggota lain. Ketika manusia menjadi anggota dalam komunitas, Ia selalu ingin merasa satu dalam upaya pembentukan pribadi diri. Semakin meningkatnya pengetahuan tentang diri kita, maka semakin mudah untuk kita dalam membentuk identitas diri yang akan membedakan kita dari orang lain. Di dalam komunitas inilah terjalinnya komunikasi kelompok yang dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku anggota yang tergabung didalamnya. Di Indonesia sudah banyak komunitas-komunitas yang hadir sebagai cerminan diri. Mulai dari komunitas berdasarkan agama, suku, budaya, hobi sampai pada komunitas berdasarkan gaya hidup dan fashion style. Salah satu komunitas yang sekarang sedang digandrungi kaum muslimah Indonesia ialah komunitas jilbab yang disebut Hijabers Community. Komunitas Hijabers adalah sekumpulan wanita yang ingin terlihat sama dalam satu pandangan dalam bergaya dan berbusana.. Komunitas Hijabers berupaya menghilangkan citra wanita berjilbab yang dahulu dikatakan bergaya kuno, tua, dan kampungan. Komunitas Hijabers telah menginspirasi banyak kaum muslimah muda untuk bergaya dan berbusana ala Hijabers yang stylish dan modern. Buktinya, sudah banyak muslimah yang bergabung dalam komunitas Hijabers, seperti komunitas Hijabers khusus untuk para mahasiswi muslim di Universitas Sumatera Utara yang bernama komunitas Hijabers USU. Hal ini memunculkan suatu identitas baru yang kemudian akan ditunjukkan oleh individuindividu yang tergabung dalam komunitas Hijabers USU. Berdasarkan pra survei yang telah dilakukan oleh peneliti, komunitas ini belum lama terbentuk yaitu pada tanggal 8 Agustus 2012 dan jumlah anggotanya tidak sebanyak komunitas Hijabers Medan yang mencapai ratusan orang, melainkan masih berjumlah 80 orang. Jumlah tersebut adalah anggota yang sudah resmi tergabung dalam komunitas Hijabers USU, tetapi jika dilihat dari jumlah followers (bahasa dalam akun twitter yang berarti mengikuti suatu akun untuk terus berhubungan dengan akun tersebut), tercatat 355 pengguna twitter tertarik menjadi followers komunitas ini. Walaupun tidak sebanyak angka di sosial media, angka ratusan ini tentunya cukup menjelaskan bahwa Hijabers USU banyak dilirik oleh para muslimah di kota Medan, khususnya mahasiswi-mahasiswi yang beragama Islam di USU. Komunitas ini hanya terdiri dari mahasiswi-mahasiswi muslim dari berbagai fakultas di USU. Untuk kegiatannya pun hampir sama dengan Hijabers Medan, hanya saja Hijabers USU menyesuaikan dengan kemampuan financial setingkat mahasiswa, sehingga acara mereka lebih sederhana, namun bermakna dan jauh dari kesan glamour. Sama seperti komunitas-komunitas lainnya, Hijabers USU sering mengadakan event-event positif dan seluruh anggota di dalamnya ikut terlibat. Dengan pemikiran yang berbeda-beda pada awalnya, hal itu dapat disatukan karena komunitas memiliki tujuan yang sama dan anggota komunitas secara bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan itu. Upaya mewujudkan tujuan dapat dengan mudah dilakukan jika ada komunikasi kelompok dalam komunitas tersebut. Pandangan negatif dari masyarakat yang mengatakan bahwa komunitas Hijabers hanya sosialita yang sekedar tahu mengenai fashion dan bergaya glamour menjadikan motivasi bagi Hijabers USU untuk membuktikan kepada khalayak bahwa mereka memiliki sisi yang berbeda dari komunitas Hijabers lainnya yang terkesan ekslusif dan glamour. Komunitas Hijabers USU yang anggotanya tidak terlalu banyak seperti komunitas Hijabers Medan membuat komunitas ini tidak terlalu sulit untuk mengadakan pertemuan dan lebih sering berkumpul untuk membahas masalah event. Menambah kreatifitas dan wawasan mengenai Islam dengan menyelenggarakan acara yang bermakna adalah yang lebih penting dibandingkan sekedar bergaya dan mempercantik diri. Saat berkumpul dan berdiskusi, komunitas Hijabers USU melakukan kegiatan komunikasi kelompok. Secara bertahap komunikasi kelompok yang sering terjalin dalam komunitas Hijabers USU akan mempengaruhi pribadi diri masing-masing individu yang tergabung di dalamnya. 2

3 Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik dan kemudian mencoba melakukan penelitian lebih jauh bagaimana komunikasi kelompok yang terjadi dalam komunitas Hijabers mempengaruhi identitas diri mereka pada penelitian yang berjudul Komunitas terhadap Pembentukan Identitas Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas Hijabers USU terhadap Pembentukan Identitas Diri). KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme yang menempatkan posisi peneliti setara dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan mengonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman subjek yang akan diteliti. KOMUNIKASI KELOMPOK Kelompok adalah sejumlah orang yang saling berkomunikasi antara yang satu dengan yang lain, serta sering kali dilakukan sepanjang jangka waktu tertentu dan jumlahnya cukup sedikit, sehingga tiap orang mampu berkomunikasi dengan semua orang, tidak melewati orang lain atau orang kedua, tetapi dengan tatap muka. (Manahan, 2004: 36). Komunikasi kelompok (Group Communications) adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan komunikan dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang (Effendy, 2002: 75). Komunikasi kelompok meskipun disebutkan sebagai komunikasi dengan sejumlah orang yang tergabung dalam suatu kumpulan, namun tidak semua kumpulan orang yang berkomunikasi disebut komunikasi kelompok, walaupun sejumlah orang secara fisik bersama-sama berada dalam suatu tempat dan waktu yang sama, belum tentu mereka kelompok. Para ahli psikologi dan juga ahli sosiologi telah mengembangkan berbagai cara untuk mengklasifikasikan kelompok. Adapun klasifikasi kelompok menurut beberapa ahli ialah sebagai berikut : a. Kelompok primer dan sekunder b. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan c. Kelompok deskriptif dan kelompok perspektif Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi Perubahan perilaku individu terjadi karena apa yang lazinm disebut psikologi sosial sebagai pengaruh sosial. Di sini kita akan mengulas tiga macam pengaruh kelompok terhadap prilaku komunikasi yaitu: a. Konformitas. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga (Rakhmat, 2007: 150). Ada dua alasan seseorang bergabung dalam kelompok. Pertama, untuk mencapai tujuan yang bila dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai. Kedua, dalam kelompok seseorang dapat tepuaskan kebutuhannya dan mendapatkan reward sosial seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta, pertemanan, dan lain-lain. Besarnya anggota kelompok akan mempengaruhi interaksi dan keputusan yang dibuatnya ( Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok saling menyukai, memiliki tujuan yang sama dan ingin selalu mendambakan kehadiran anggota lainnya. 3

4 Biasanya kohesivitas ini dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua bentuk kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk selalu conform terhadap norma kelompok. Hollander (1975) berpendapat bahwa konformitas tidak selalu jelek dan tidak selalu baik. Untuk nilai-nilai sosial yang dipegang teguh oleh system sosial, konformitas diperlukan. Untuk kebersihan moral, kita memerlukan konformitas. Tetapi untuk perkembangan pemikiran untuk menghasilkan hal-hal yang baru dan kreatif, konformitas merugikan (Dalam Rakhmat, 2007: 154). 2. Fasilitasi sosial. Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang benar, karena itu peneliti-peneliti melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu (Rakhmat, 2007: 155). Dapat dikatakan bahwa Fasilitasi sosial adalah peningkatan prestasi individu karena disaksikan oleh kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga terasa lebih mudah dan kehadiran orang lain dianggap dapat menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. 3.Polarisasi. Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. Polarisasi mengandung beberapa implikasi yang negatif. Pertama, kecenderungan ke arah ekstremisme menyebabkan peserta komunikasi menjadi jauh dari dunia nyata, karena itu makin besar peluang bagi mereka untuk berbuat kesalahan. Kedua, polarisasi akan mendorong ekstremisme dalam kelompok gerakan sosial atau politik. Kelompok ini biasanya menarik anggota-anggota yang memiliki pandangan yang sama. Ketika mereka berdiskusi, pandangan yang sama ini makin dipertegas, sehingga mereka makin yakin akan kebenarannya (Rakhmat, 2007: 158). Pandangan yang dipertegas oleh kelompok itu pada faktanya belum tentu benar. INTERAKSI SOSIAL Kita mempelajari siapakah diri kita adalah melalui pengalaman khususnya interaksi kita dengan orang lain. Salah satu cara kita mempelajari diri kita dari interaksi sosial adalah dengan menemukan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Proses persepsi mengenai sisi baik atau jelek berdasarkan pada apa yang orang lain pikirkan tentang kita disebut dengan penaksiran yang direfleksikan (reflected appraisals). Ini adalah proses yang paling penting yang mempengaruhi konsep diri kita. Istilah reflected appraisals menunjuk pada ide bahwa kita menaksir diri kita sendiri dengan merefleksikan atau bercermin dari bagaimana orang lain menaksir diri kita (Dayaksini & Hudaniah, 2009: 62). Dengan mengetahui pendapat orang lain mengenai bagaimana diri kita, kita akan lebih mudah untuk mengenal pribadi kita apalagi jika tergabung dalam suatu komunitas atau kelompok. Perkembangan pribadi atau karakter 4

5 seorang manusia ditentukan oleh interaksi yang berkesinambungan antar individu dan lingkungan. Ada beberapa faktor yang menentukan kepribadian seseorang, salah satu faktor terpenting adalah interaksi dengan lingkungannya atau yang sering kita sebut interaksi sosial. Menurut H. Bonner interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia ketika kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Santosa, 2009 : 11). Berdasarkan pengertian menurut Bonner tersebut, interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubunganhubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya. PENGUNGKAPAN DIRI (SELF DISCLOSURE) Self disclosure atau pengungkapan diri merupakan sebuah proses membeberkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Pengungkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keontentikan memasuki hubungan sosial kita, dan hal ini berkaitan dengan kesehatan mental dan pengembangan konsep diri. Dalam melakukan proses self disclosure atau pengungkapan diri seseorang haruslah memahami waktu, tempat, dan tingkat keakraban. Kunci dari suksesnya pengungkapan diri itu sendiri adalah kepercayaan. Sedangkan kepercayaan itu sendiri akan muncul ketika seseorang sudah berinteraksi dan berkomunikasi secara mendalam sehingga dapat mengenal orang lain yang baru dikenal. Ada beberapa jenis karakter diri seseorang bila dilihat dari komunikasi kelompok, beberapa diantaranya yaitu: 1. Monopolist Monopolist adalah orang yang mempunyai dorongan untuk selalu berceloteh tanpa henti. orang seperti ini gelisah jika tidak bicara. 2. Pendiam (Silent Patient) Orang yang pendiam dapat tertolong melalui pengamatan langsung untuk mengidentifikasi orang lain, yang aktif, yang mempunyai masalah yang serupa dengan dirinya. Berbagai kasus menunjukkan bahwa perilaku orang seperti ini di luar kelompok akan berubah meskipun di dalam kelompok tidak menunjukkan perubahan. 3. Penolak Pertolongan dan Pengeluh (The Help-Rejecting Complainer) Penolak pertolongan dan pengeluh (the help rejecting complainer) mempunyai pola perilaku yang khas dalam berinteraksi baik antara individu maupun kelompok, yang secara implisit atau eksplisit selalu meminta pertolongan dari kelompok dengan menceritakan masalah atau keluhan, dan kemudian menolak setiap pertolongan yang ditawarkan. ( METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan data analisis isi kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif ini dipilih agar dapat menggambarkan sedalam-dalamnya tentang fenomena yang akan diteliti. Dimana metode penelitian kualitatif ini berusaha memahami situasi, menafsirkan serta menggambarkan suatu peristiwa atau fenomena keadaan objek yang terjadi di masyarakat dalam hal ini komunitas Hijabers USU di Kota Medan yang mempengaruhi identitas diri. 5

6 OBJEK PENELITIAN Objek formal yang diteliti dalam penelitian ini adalah komunitas yang sedang digandrungi mahasiswi-mahasiswi muslimah di Universitas Sumatera Utara yaitu komunitas Hijabers USU. SUBJEK PENELITIAN Peneliti menggunakan teknik snow ball sampling dimana pengumpulan data dilakukan dengan cara intensive-interview yang harus dilakukan melalui wawancara mendalam dari satu responden bergulir ke responden lain yang memenuhi kriteria sampai mengalami titik jenuh (Hamidi, 2010: 95). Informan adalah 5 orang dari komunitas Hijabers USU dari angkatan pertama. Peneliti berhenti pada informan kelima, karena peneliti merasa telah cukup mendapatkan data yang diinginkan untuk menjawab semua pertanyaan penelitian. KERANGKA ANALISIS Komunitas Hijabers USU Gambar 3.1 Kerangka Analisis - Status Sosial - Pandangan masyarakat - Trend Komunikasi Kelompok Kelompok primer Pembentukan Identitas Diri - Monopolist - Silent Patient - Percaya diri Sumber: Hasil Penelitian 2013 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi 2. Wawancara Mendalam 3. Studi Kepustakaan TEKNIK ANALISIS DATA Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992: 16). 1. Reduksi data 6

7 Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. 2. Penyajian data Penyajian data ialah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. 3. Kesimpulan atau verifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwasanya semua informan merasa nyaman bergabung dalam komunitas Hijabers USU. Informan 1, 3 dan 4 adalah pembentuk komunitas Hijabers USU yang terinspirasi dari Hijabers Medan. Sebagai pendiri komunitas ini, mereka mengaku sangat nyaman dan bangga karena eventevent yang mereka selenggarakan telah sukses membuat seluruh anggota aktif berpartisipasi. Kemauan anggota untuk ikut terlibat dalam setiap acara membuat informan 1, 3 dan 4 sebagai pengurus inti merasa lebih mudah dalam melaksanakan event. Percaya diri pasti bertambah kak, karena Debby bisa membuat event bersama kawan-kawan dan karena Debby sama temen-temen juga kan yang bentuk komunitas ini. (Wawancara informan 1, 4 Maret 2012) Berkaitan dengan pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi, dalam komunitas ini konformitas dan fasilitasi sosial yang lebih berpengaruh. Komunitas yang menimbulkan status sosial, pandangan masyarakat dan trend membuat seseorang dalam kelompok merasa terpuaskan kebutuhannya dan mendapatkan reward sosial seperti rasa bangga. Bangga akan status sosial yang baru sebagai anggota Hijabers USU dan bangga dengan trend fashion yang mereka ciptakan. Pandangan yang timbul dari masyarakat pun berbeda-beda, ada yang positif, skeptis dan negatif. Walaupun pandangan masyarakat berbeda-beda, namun komunitas Hijabers USU berupaya menciptakan citra yang positif dengan aktif menyelenggarakan event yang bermakna dan dapat mengasah kreatifitas anggota. Berdasarkan hasil wawancara informan sebelumnya, semua informan memiliki satu identitas diri yang sama yaitu percaya diri. Tetapi informan 1 dan 2 juga memiliki identitas yang berbeda dengan informan 3, 4 dan 5. Infroman 1 dan 2 tergolong dalam pribadi diri yang pendiam/ silent patient, sedangkan informan 3, 4 dan 5 adalah monopolist. Informan 1 selaku ketua komunitas lebih menjaga sikapnya dengan tidak terlalu banyak berbicara pada saat berkumpul. Ia lebih memberi kesempatan kepada anggota lain untuk menyatakan pendapat pada saat rapat berlangsung. Sedangkan informan ke 2 mengaku dirinya lebih suka menjadi pendengar daripada menceritakan isi hati kepada anggota komunitas. Baginya, masalah yang dialaminya merupakan privasi yang harus dijaga. Sikap keduanya yang lebih suka menjadi pendengar daripada banyak bicara menempatkan diri mereka menjadi pribadi diri yang silent patient. Hal yang perlu diketahui adalah bahwa diam itu tidak pernah berarti sekedar diam melainkan merupakan suatu perilaku, dan seperti perilaku lainnya, diam juga sebagai contoh perwujudan caranya berhubungan dengan dunia interpersonalnya. Berbeda dengan informan 3,4 dan 5 yang tergolong kategori pribadi diri monopolist. Monopolist merupakan orang yang suka berbicara dan orang yang mempunyai dorongan untuk selalu berceloteh tanpa henti. Biasanya orang dengan karakter seperti ini sangat aktif pada saat diskusi berlangsung. Tapi jika orang dengan karakter ini terlalu berlebihan dalam berbicara maka kelompok yang semula mungkin menyambut dan 7

8 mendorong sang monopolist untuk berbicara, suasana hati mereka segera berubah menjadi frustrasi. Hal ini tidak begitu baik bagi keharmonisan kelompok atau komunitas. Karakter monopolist dan silent patient sangat berbeda. Jika informan 1 dan 2 lebih suka mendengarkan dan berdiam diri, berbanding terbalik dengan informan 3,4,dan 5 yang sangat suka berbicara di dalam kelompok. Tapi ada satu identitas diri atau pribadi diri yang sama dalam setiap diri informan yaitu percaya diri. Semua informan mengaku memiliki kepercayaan diri yang kuat. Informan 1, 2, 4,dan 5 merasa kepercayaan diri mereka semakin meningkat setelah bergabung dalam komunitas hijabers. Sedangkan untuk informan 3 merasa kepercayaan dirinya tidak mengalami penurunan maupun peningkatan, namun tetap saja informan 3 memiliki rasa percaya diri yang kuat. Peningkatan rasa percaya diri adalah yang paling signifikan yang dialami oleh para informan setelah mereka tergabung di komunitas Hijabers USU. Komunikasi kelompok yang terjadi dalam komunitas Hijabers USU membentuk pribadi diri anggotanya, seperti para informan yang sebelumnya tidak merasa percaya diri dalam mengeluarkan pendapat atau idenya dan merasa minder dengan dirinya, setelah bergabung dalam komunitas yang di dalamnya sering melakukan interaksi dan komunikasi kelompok membuat pribadi diri mereka berkembang. Kepercayaan diri bagi para informan timbul karena berbagai hal. Adapun faktorfaktor yang meningkatkan kepercayaan diri pada informan setelah bergabung di komunitas ialah : 1. Adanya rasa bangga menjadi anggota Hijabers USU sebagai salah satu status sosial mereka. 2. Perasaan nyaman berada dalam komunitas Hijabers USU karena bisa melakukan kegiatan positif. 3. Memiliki teman-teman yang visi dan misinya sama. 4. Fashion style hijab modern yang serupa dengan teman-teman satu komunitas 5. Bertambahnya relasi dan teman dalam kehidupan masing-masing individu. 6. Seringnya melakukan pertukaran informasi dan berbagi pengalaman dalam komunikasi kelompok antar anggota dalam komunitas Hijabers USU 7. Adanya keterbukaan diri dari individu kepada anggota komunitas 8. Bertambahnya pengetahuan tentang syariat Islam dengan melakukan pengajian SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil peneiltian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai komunitas Hijabers USU terhadap pembentukan identitas diri, yaitu: 1. Komunikasi kelompok yang terjalin dengan baik dalam komunitas berperan penting dalam menjaga keharmonisan dan eksisnya suatu komunitas. Seringnya melakukan diskusi kelompok membuat para informan menjadi aktif dan merasa percaya diri dalam mengeluarkan ide untuk event yang akan diselenggarakan. Selain itu, para informan yang sebelumnya merasa canggung dan kaku untuk berbicara didepan banyak orang, dengan rutinitas komunitas yang sering melakukan diskusi kelompok membuat informan menjadi semakin percaya diri dan yakin akan kemampuannya. Hal ini juga disebabkan karena informan merasa dirinya diterima di dalam kelompok dan anggota komunitas menanggapi setiap pendapat yang dikeluarkan oleh informan. 2. Komunitas Hijabers USU merupakan suatu wadah bagi mahasiswi-mahasiswi muslimah di USU agar bisa berbagi pengetahuan tentang hijab dan syariat Islam. 8

9 Selain itu, komunitas aktif menyelenggarakan event dan melibatkan seluruh anggota, sehingga anggota komunitas menjadi tidak pasif. Komunitas Hijabers USU yang anggotanya memiliki kesamaan gender dan agama membuat informan merasa nyaman serta lebih mudah melakukan interaksi dan komunikasi. 3. Kenyamanan dalam melakukan interaksi dan komunikasi di dalam komunitas terjadi karena adanya pengungkapan diri dari individu. Informan yang tadinya merasa belum mengenal satu sama lain, secara bertahap melakukan pengungkapan diri kepada anggota lain sehingga terjalinlah komunikasi yang baik. Berbagi pengalaman dan pengetahuan menambah wawasan informan dan hal itu sangat bermanfaat. 4. Walaupun terdapat perbedaan dari masing-masing informan, fakta identitas diri yang muncul dari semua informan dalam komunitas Hijabers USU ialah percaya diri. Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya kepercayaan diri informan adalah adanya rasa bangga menjadi anggota Hijabers USU sebagai salah satu status sosial mereka, perasaan nyaman berada dalam komunitas karena melakukan kegiatan positif, memiliki teman-teman yang visi dan misinya sama, style yang sama, bertambahnya relasi, seringnya melakukan komunikasi kelompok sehingga wawasan menjadi bertambah, adanya keterbukaan diri dan bertambahnya pengetahuan tentang Islam dari melakukan pengajian. SARAN Berdasarkan hasil yang telah diperoleh selama melakukan penelitian, sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian memberikan saran kepada member dan committee yang tergabung dalam komunitas Hijabers USU serta orang-orang diluar komunitas seperti mahasiswa dan mahasiswi dalam menyikapi ataupun menilai komunitas Hijabers USU, sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada pengurus dan anggota komunitas Hijabers USU untuk tetap mempertahankan kesederhanaan mereka dalam berbusana, jangan terlalu glamour seperti komunitas Hijabers lain yang hijabnya tidak sesuai syariat Islam. Sikap dan penampilan harus mencerminkan sosok muslimah modern namun tidak menyimpang dari ajaran Islam. 2. Kegiatan komunitas harus lebih ditingkatkan dengan mencoba membuat acara yang lebih bisa menggali kreatifitas anggota maupun orang lain di luar komunitas agar menginspirasi banyak orang bahwa komunitas Hijabers USU bukan sekedar komunitas yang hanya tahu tentang fashion hijab, tapi masyarakat bisa memandang mereka dari sisi positif lainnya. 3. Hubungan yang baik antar anggota komunitas harus tetap terjaga agar semua visi dan misi komunitas dapat tercapai. Komunitas diharapkan dapat memelihara komunikasi dan interaksi yang baik dalam komunitas sehingga tidak terjadi pertikaian yang dapat mempengaruhi pribadi diri anggota ke arah yang lebih negatif. IMPLIKASI TEORITIS Melalui penelitian ini, diharapkan agar dapat menambah khazanah ilmu komunikasi dan pengetahuan atau wawasan penulis, mahasiswa, maupun masyarakat umum mengenai peranan komunikasi kelompok dalam komunitas terhadap pembentukan identitas diri yang mana dalam penelitian ini membahas tentang komunitas Hijabers USU. 9

10 PRAKTIS Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan bagi mahasiswa maupun peneliti terdahulu dalam memahami komunitas terhadap pembentukan identitas diri. DAFTAR REFERENSI Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Dayaksini, Tri & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hamidi. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press. Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif; Sumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia. Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Santosa, Slamet. (2009). Dinamika Kelompok Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Tampubolon, Manahan. P. (2004). Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Ghalia Indonesia Walgito, Bimo. (2007). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: C.V Andi Off Set. Sumber Lain: Diakses pada tanggal 2 Februari

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Ir. Henrikus, SPsi, CHT PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan seorang muslimah, menutup aurat merupakan sebuah kewajiban yang tidak dapat dihindari. Dalam menutup aurat tersebut, ajaran Islam menyerukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siapa yang tidak mengenal istilah jilbab? Jilbab atau kerudung merupakan istilah yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Di Indonesia mengenakan jilbab atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED), Fashion is good place to start as any, dari bahasa latin Faction yang berarti make or to do. Sementara itu

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Pokok Bahasan PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Advertising and Kode MK Marketing Communication 06

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fenomena hijabers atau sebutan bagi orang yang mengenakan hijab secara

BAB V PEMBAHASAN. Fenomena hijabers atau sebutan bagi orang yang mengenakan hijab secara BAB V PEMBAHASAN Fenomena hijabers atau sebutan bagi orang yang mengenakan hijab secara trendy/stylish menunjukkan adanya keterlibatan aspek agama Islam yang diwujudkan dalam kegiatan sehari-hari seseorang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai terjadinya variasi penggunaan hijab di masyarakat perkotaan, dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang menimbulkan pembentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu

Lebih terperinci

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara

Lebih terperinci

Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan)

Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan) Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan) Nurul Rezekiah Putri 110904102 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Ask.Fm

Lebih terperinci

TREND FASHION HIJAB TERHADAP KONSEP DIRI HIJABERS KOMUNITAS HIJAB MEDAN

TREND FASHION HIJAB TERHADAP KONSEP DIRI HIJABERS KOMUNITAS HIJAB MEDAN TREND FASHION HIJAB TERHADAP KONSEP DIRI HIJABERS KOMUNITAS HIJAB MEDAN Khairun Nisa, Rudianto Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Jalan Kapten Mukhtar Basri No 3 Medan 20238 Abstract His study aims

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelarangan penggunaan jilbab sebagai atribut Islam sangat ketat di beberapa negara. Setelah umat Islam mendapat kemerdekaan menggunakan segala bentuk atribut Islam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu memiliki rasa untuk terus bersama dengan orang lain. Hal ini dikemukakan oleh seorang tokoh sosiologi dunia, Aristoteles (384-322 SM) dalam buku Sosiologi

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA REMAJA DENGAN AYAH YANG BERTUGAS JARAK JAUH

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA REMAJA DENGAN AYAH YANG BERTUGAS JARAK JAUH KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA REMAJA DENGAN AYAH YANG BERTUGAS JARAK JAUH (Studi DeskriptifKualitatif Komunikasi Efektif antara Remaja dengan Ayah yang Bertugas Jarak Jauh di Kota Medan) JURNAL HANI AMIRAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian tentang volunterisme pemuda kota dalam KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG

STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG STRATEGI KOMUNIKASI GURU DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan) HELFRAN F SIPAYUNG 100904084 Abstrak Skripsi ini berisi penelitian mengenai strategi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Boyolali yang terletak di jantung Kota Boyolali merupakan salah satu pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Boyolali yang terletak di jantung Kota Boyolali merupakan salah satu pasar BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Boyolali khususnya di Pasar Kota Boyolali. Alasan pemilihan tempat penelitian yaitu Pasar Kota Boyolali yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Jilbab merupakan jenis pakaian yang memiliki arti sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (kbbiweb.id). Jilbab

Lebih terperinci

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang masalah Komunikasi tidak lepas dalam kehidupan sehari hari, komunikasi merupakan suatu aktivitas dasar manusia dalam berinteraksi. Komunikasi akan berhasil apabila

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip 63 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu landasan gerak yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Metode di sini diartikan sebagai suatu cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

Lebih terperinci

DAMPAK KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) TANJUNG TUALANG KECAMATAN PEUREULAK BARAT

DAMPAK KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) TANJUNG TUALANG KECAMATAN PEUREULAK BARAT DAMPAK KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) TANJUNG TUALANG KECAMATAN PEUREULAK BARAT SKRIPSI Diajukan Oleh: ZAITUN AKMAL NIM. 211001362 Mahasiswa

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM PROSES KOMUNIKASI REMAJA GAY (Studi Kasus Konsep Diri dalam Proses Komunikasi Remaja Gay di Kota Medan) AISYAH ARFANI S

KONSEP DIRI DALAM PROSES KOMUNIKASI REMAJA GAY (Studi Kasus Konsep Diri dalam Proses Komunikasi Remaja Gay di Kota Medan) AISYAH ARFANI S KONSEP DIRI DALAM PROSES KOMUNIKASI REMAJA GAY (Studi Kasus Konsep Diri dalam Proses Komunikasi Remaja Gay di Kota Medan) AISYAH ARFANI S 110904020 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri Dalam Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, manusia pada dasarnya akan merasakan kesulitan jika hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam era informasi sekarang ini, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peran media. Dari zaman ke zaman media massa mengalami perkembangan yang pesat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon dalam buku yang ditulis oleh Moleong 22, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivistik, realitas sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivistik, realitas sosial 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivistik. Paradigma konstruktivistik dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk mengetahui penelitian yang berjudul analisis pengendalian internal untuk mendukung kelancaran proses produksi di UD Tri Manunggal Utama Jepara maka Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN GOTONG ROYONG DALAM KOMUNITAS DI RUMAH SUSUN (RUSUN) (Studi Kasus di Rusunawa Kranggan Ambarawa Kabupaten Semarang) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan pernah hilang selama kehidupan manusia berlangsung. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik.

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. ditinjau dari beberapa aspek, seperti tujuan penelitian, pendekatan

BAB II METODE PENELITIAN. ditinjau dari beberapa aspek, seperti tujuan penelitian, pendekatan BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto, penentuan jenis penelitian dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti tujuan penelitian, pendekatan penelitian, bidang ilmu yang

Lebih terperinci

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian.1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling membantu dan mengadakan interaksi. berbagai sarana komunikasi salah satunya adalah Blackberry.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling membantu dan mengadakan interaksi. berbagai sarana komunikasi salah satunya adalah Blackberry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi memegang peranan penting bagi kehidupan suatu perusahaan, baik swasta maupun negeri. Komunikasi sangat penting untuk menjalin hubungan kerjasama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dampak facebook terhadap perubahan pola komunikasi antar pribadi mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN. dampak facebook terhadap perubahan pola komunikasi antar pribadi mahasiswa BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan jenis penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengetahui mengetahui studi dampak facebook terhadap perubahan pola komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Fokus penelitian adalah manajemen kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Metode penelitian menggambarkan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari

DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI. Fipit Novita Sari DINAMIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU DALAM MENJAGA HARMONISASI Fipit Novita Sari 100904099 ABSTRAK Skripsi ini berisi penelitian mengenai bagaimana dinamika komunikasi antarbudaya

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Antarpribadi Sesama Warga Bina Sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi) Rittar Murdani

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Menurut Thomas Kuhn 22, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan realitas yang kompleks dan memperoleh pemahaman makna dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. 1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini penampilan menjadi suatu perhatian utama bagi seluruh kalangan terlebih pada kaum wanita. Setiap wanita selalu berkeinginan untuk memiliki penampilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang bernama komunitas kandank jurank doank.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang bernama komunitas kandank jurank doank. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian yang digunakan peneliti menggunakan paradigma kontruktivisme dikarenakan peneliti melakukan pendekatan secara teoretis untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial setiap individu akan selalu berkeinginan untuk berbicara, saling tukar-menukar pendapat dan informasi ataupun saling berbagi pengalaman dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. media sosial. Popularitas media sosial semakin berkembang dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. media sosial. Popularitas media sosial semakin berkembang dari tahun ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang berkembang di era globalisasi saat ini berfungsi untuk mempermudah, mempercepat, atau memberikan alternatif lain bagi pilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan

BAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sikumpul, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Peneliti memilih lokasi ini, karena di daerah ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2000:3), menyatakan: Prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian (field research) atau studi lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Dusun

BAB III METODE PENELITIAN. Magelang. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di Dusun 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Industri Batu Bata Dusun Somoketro III, Desa Somoketro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Alasan peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini penggunaan hijab dikalangan remaja telah mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga menggunakannya dalam

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta 1. Pengertian Presentasi Diri Pada dasarnya, setiap orang memiliki langkah-langkah khusus dalam mempresentasikan dirinya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Sebagai mahluk sosial manusia memiliki dorongan keinginan untuk saling berhubungan dengan individu lainnya. Dorongan sosial tersebut mengharuskan setiap individu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan

Lebih terperinci

pribadi dalam keluarga. disinilah keluarga memiliki peranan yang strategis

pribadi dalam keluarga. disinilah keluarga memiliki peranan yang strategis pribadi dalam keluarga. disinilah keluarga memiliki peranan yang strategis untuk memenuhi harapan tersebut. 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu Dusun Tegalsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yaitu paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia lain. Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis, Sifat, Lokasi, dan Waktu Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bentuk kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagaimana telah disebutkan dalam ayat Al-Qur an. Jilbab diambil dari bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagaimana telah disebutkan dalam ayat Al-Qur an. Jilbab diambil dari bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan jilbab merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslimah sebagaimana telah disebutkan dalam ayat Al-Qur an. Jilbab diambil dari bahasa Arab yang artinya baju

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PERSETUJUAN. ii PERNYATAAN ORISINALITAS. iii LEMBAR PENGESAHAN. iv KATA PENGANTAR. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode dalam meneliti status sekelompok manusia. Suatu objek, suatu sistem

BAB III METODE PENELITIAN. metode dalam meneliti status sekelompok manusia. Suatu objek, suatu sistem 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nasir (1988:63) metode deskriptif adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Menurut Anwar Arifin komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat diartikan sebagai usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan guna menjawab permasalahan yang akan diteliti. 1 Metode merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu akan mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Diri Dalam Proses Komunikasi Pada Satpam Perempuan Di Universitas Sumatera Utara BEATRIX PUTRI LOPIAN LUMBAN TORUAN ABSTRAK

Penerapan Konsep Diri Dalam Proses Komunikasi Pada Satpam Perempuan Di Universitas Sumatera Utara BEATRIX PUTRI LOPIAN LUMBAN TORUAN ABSTRAK Penerapan Konsep Diri Dalam Proses Komunikasi Pada Satpam Perempuan Di Universitas Sumatera Utara BEATRIX PUTRI LOPIAN LUMBAN TORUAN 100904128 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Pendekatan 1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian atau skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam,

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, berhijab diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Adapun pengertian hijab ini sebenarnya sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kriteria pengambilan data yang akan dilakukan. untuk mengumpulkan data-data sekaligus untuk dianalisis lebih

BAB III METODE PENELITIAN. kriteria pengambilan data yang akan dilakukan. untuk mengumpulkan data-data sekaligus untuk dianalisis lebih BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian mengenai pola asuh keluarga broken home dalam perkembangan anak ini, peneliti mengambil lokasi di Desa Sumberejo, Kecamatan Madiun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui perilaku konsumtif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan berdasarkan subjek penelitan, data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan oleh Peneliti adalah paradigma konstruktivistik. Menurut Harmon, paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi tersebut membuat berbagai perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian campuran (mixed methods) yang mengkaji suatu permasalahan atau fenomena dengan dua perspektif. Yaitu perspektif

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS Makalah Bahasa Indonesia Oleh: NAMA : KAHLIL GIBRAN ARDA YASSIN NIM : 004138322374193

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di daerah Desa Progowati, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Relations merupakan suatu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator memperlakukan komunikannya secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah tipe kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan. Penelitian lapangan adalah melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh

Lebih terperinci