SEORANG WANITA USIA 70 TAHUN DENGAN POST HEMIARTROPLASTI CLOSED FRACTURE COLLUM FEMUR DEXTRA GARDEN IV SUBCAPITAL
|
|
- Herman Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PRESENTASI KASUS REHABILITASI MEDIS SEORANG WANITA USIA 70 TAHUN DENGAN POST HEMIARTROPLASTI CLOSED FRACTURE COLLUM FEMUR DEXTRA GARDEN IV SUBCAPITAL oleh: Rani Tiyas Budiyanti G Pembimbing DR.Dr.Noer Rachma, Sp.RM KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RSUD DR.MOEWARDI
2 STATUS PASIEN I. ANAMNESA A. Identitas Pasien Nama : Ny. S Umur : 70 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Grintingan, Babadan, Sambi, Boyolali Pekerjaan : Petani Status : Menikah Tanggal Masuk : 17 April 2012 Tanggal Periksa : 1 Mei 2012 No CM : B. Keluhan Utama Nyeri pada pangkal paha kanan C. Riwayat Penyakit Sekarang 14 hari yang lalu pasien datang ke RSDM dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan. Nyeri dirasakan setelah pasien jauh terduduk akibat tertendang sapi. Setelah jatuh, pasien merasakan kaki kanan sukar digerakkan, pangkal paha bengkak, serta tidak mampu berjalan. Pasien lalu dibawa ke tukang pijit dan diurut. Pasien merasakan nyeri semakin hebat setelah diurut, pasien lalu dibawa ke RSDM. Pasien direncanakan untuk operasi, akan tetapi tekanan darah pasien tinggi sehingga operasi ditunda hingga tekanan darah pasien stabil. 3 hari yang lalu pasien menjalani operasi penggantian sendi pangkal paha kanan di RSDM. Setelah operasi, nyeri mulai dirasakan berkurang. Saat ini pasien tidak mengeluhkan nyeri maupun bengkak. Pasien juga tidak merasakan kesemutan atau bebal di kaki kanan. Pergerakan kaki kanan pasien belum maksimal setelah operasi. 2
3 D. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat hipertensi Riwayat penyakit jantung Riwayat sakit gula Riwayat asma Riwayat mondok : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal E. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat hipertensi Riwayat sakit gula Riwayat penyakit jantung Riwayat asma : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi Riwayat merokok : disangkal Riwayat minum alkohol : disangkal Riwayat olahraga : disangkal G. Riwayat Sosial Ekonomi Penderita adalah seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak yang sudah berkeluarga. Penderita adalah pasien Jamkesmas. Kesan sosial ekonomi kurang. II. PEMERIKSAAN FISIK ( 1 Mei 2012) A. Status Generalis Keadaan umum baik, compos mentis E 4 V 5 M 6, gizi kesan cukup. B. Tanda Vital Tekanan Darah : 150/100 mmhg 3
4 Nadi Respirasi Suhu : 88x / menit : 22x / menit : 36,5º C per aksiler C. Kulit Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-) D. Kepala Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris E. Mata Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm) F. Hidung Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-) G. Telinga Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-) H. Mulut Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-) I. Leher Simetris, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak membesar J. Thorax a. Retraksi (-), bentuk simetris, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan toracoabdominal, sela iga melebar (-), muskulus pektoralis atrofi (-), pembesaran KGB axilla (-/-). b. Jantung Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak 4
5 Palpasi Perkusi Auskultasi bising (-) : Ictus Cordis tidak kuat angkat : Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar : Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler, c. Paru Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri Perkusi : Sonor / Sonor Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-) L. Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi : Dinding perut sejajar dinding dada : Peristaltik (+) normal : Tympani : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba M. Ekstremitas Extremitas superior Extremitas inferior Dextra Sinistra Dextra Sinistra Edema Sianosis Pucat Akral dingin N. Status Lokalis Regio Hip Joint Dextra: Look : Terdapat luka bekas operasi tertutup perban, drainage (- ) deformitas (-), oedem (-) Feel : Neurovascular disturbance (-), nyeri (-) 5
6 Movement : Range of motion ankle full Range of motion knee dan hip sulit dievaluasi et cauasa post hemiartroplasti 1. Range of Motion (ROM) Neck Aktif Pasif Flexi 0-70 o 0-70 o Extensi 0-40 o 0-40 o Rotasi ke kanan 0-90 o 0-90 o Rotasi ke kiri 0-90 o 0-90 o Extremitas Superior Dextra Sinistra Aktif Pasif Aktif Pasif Shoulder Flexi o o o o Extensi 0-30 o 0-30 o 0-30 o 0-30 o Abduksi o o o o Adduksi 0-75 o o o o Internal rotasi 0-90 o 0-90 o 0-90 o 0-90 o External rotasi 0-90 o 0-90 o 0-90 o 0-90 o Elbow Flexi Extensi Supinasi 0-90 o 0-90 o 0-90 o 0-90 o Pronasi 0-90 o 0-90 o 0-90 o 0-90 o Wrist Flexi 0-80 o 0-90 o 0-80 o 0-90 o Extensi o 0-70 o 0-80 o Ulnar deviasi 0-30 o 0-30 o 0-30 o 0-30 o Radius deviasi 0-30 o 0-30 o 0-30 o 0-30 o Finger MCP I flexi 0-90 o 0-90 o 0-90 o 0-90 o MCPII,III,IVf lexi 0-90 o 0-90 o 0-90 o 0-90 o DIP II,III,IV 0-90 o 0-90 o 0-90 o 0-90 o 6
7 flexi PIP II,III,IV o o o o flexi MCP I extensi o 0-30 o 0-30 o Trunk ROM pasif ROM aktif Flexi sde sde Extensi sde sde Rotasi Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi Extremitas Inferior Dextra Sinistra Aktif Pasif Aktif Pasif Hip Flexi sde sde o o Extensi sde sde 0-30 o 0-30 o Abduksi sde sde 0-45 o 0-45 o Adduksi sde sde 0-45 o 0-45 o Knee Flexi sde sde o o Extensi sde sde 0 o 0 0 Ankle Dorsoflexi 0-20 o 0-20 o 0-20 o 0-20 o Plantarflexi 0-50 o 0-50 o 0-50 o 0-50 o Eversi Inversi Manual Muscle Testing (MMT) Ekstremitas Superior Dextra Sinistra Shoulder Flexor M.deltoideus antor 5 5 M.biceps brachii 5 5 Extensor M.deltoideus antor 5 5 M.teres major 5 5 Abduktor M.deltoideus 5 5 M.biceps brachii 5 5 7
8 Adduktor M.latissimus dorsi 5 5 M.pectoralis major 5 5 Rotasi internal M.latissimus dorsi 5 5 M.pectoralis major 5 5 Rotasi M.teres major 5 5 eksternal M.pronator teres 5 5 Elbow Flexor M.biceps brachii 5 5 M.brachialis 5 5 Extensor M.triceps brachii 5 5 Supinator M.supinator 5 5 Pronator M.pronator teres 5 5 Wrist Flexor M.flexor carpi 5 5 radialis Extensor M.extensor 5 5 digitorum Abduktor M.extensor carpi 5 5 radialis Adduktor M.extensor carpi 5 5 ulnaris Finger Flexor M.flexor digitorum 5 5 Extensor M.extensor digitorum 5 5 Extremitas Inferior Dextra Sinistra Hip Flexor M.psoas major sde 5 Extensor M.gluteus maximus sde 5 Abduktor M.gluteus medius sde 5 Adduktor M.adductor longus sde 5 Knee Flexor Hamstring muscles sde 5 Extensor M.quadriceps sde 5 8
9 femoris Ankle Flexor M.tibialis 5 5 Extensor M.soleus Fungsi sensorik Kedua ekstremitas bawah dan ekstremitas atas kanan dan kiri normal. III. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Laboratorium (26 April 2012) Hb : 9,5 gr/dl Hct : 29% AL : µ/l AT : µ/l AE : 3,44 x 10 6 B. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan Radiologi Thorax PA (17 April 2012) Kesan: Cardiomegali 9
10 Pemeriksaan Radiologi Hip Joint Dextra (17 April 2012) Kesan : Discontinuitas Collum Femur Dextra Subcapital 10
11 Foto Radiologi Hip Joint Dextra (28 April 2012) pasca hemiartroplasti IV. ASSESMENT Geriatri Post Hemiartroplasti pada Closed Fracture Collum Femur Dextra Garden IV Sub Capital (Operasi Hemiartroplasti dilakukan tanggal 28 April 2012) 11
12 V. DAFTAR MASALAH Masalah Medis : Geriatri Post hemiartroplasti pada Closed Fracture Collum Femur Dextra Problem Rehabilitasi Medik 1. Speech Terapi : (-) 2. Okupasi Terapi : Keterbatasan berjalan 3. Sosiomedik : Memerlukan bantuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari tertentu 4. Ortesa-protesa : membutuhkan penggunaan alat bantu berjalan 5. Psikologi : pasien khawatir tentang prognosis penyakit yang diderita 6. Fisioterapi : Diperlukan alih badan bertahap, dan latihan menggerakkan alat gerak VI. PENATALAKSANAAN Rehabilitasi Medik Post Hemiartroplasti Hari ke-3 1. Fisioterapi - Alih badan bertahap dari duduk < 90 0 duduk tegak dan ongkangongkang berdiri di samping bed - AAROM exercise alat gerak 2. Speech Terapi : Tidak dilakukan 3. Okupasi Terapi : ADL dan latihan berjalan 4. Sosiomedik : Menjembatani antara pasien, keluarga, dan pemberi pelayanan kesehatan. 5. Ortesa-protesa : Persiapan Walker 6. Psikologi : Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak merasa cemas dengan penyakitnya. 12
13 VII. HANDICAP, IMPAIREMENT, DISABILITY Handicap : Geriatri, post hemiartroplasti AMP atas indikasi fraktur collum femoris dextra garden IV subcapital Impairement : keterbatasan gerak anggota gerak bawah, gangguan fungsi kognitif Disability : Keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari VIII. PLANNING Planning Diagnostik : - Planning Terapi : - Planning Edukasi : - Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi. - Edukasi pasien untuk tidak menggerakkan kaki menjauhi badan, maupun kaki menekuk ke arah badan, untuk menghindari hal itu terjadi maka diberikan bantal diantara kedua kaki -Pasien dipantau agar taat melakukan terapi dikarenakan pasien adalah geriatric. Planning Monitoring : - Evaluasi hasil terapi, ROM dan MMT IX. TUJUAN 1. Perbaikan keadaan umum sehingga mempersingkat waktu perawatan 2. Mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan 3. Membantu penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan aktivitas sehari-hari 4. Edukasi perihal home exercise X. PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam 13
14 TINJAUAN PUSTAKA I. FRAKTUR COLLUM FEMUR A. Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan. Gambar 1. Anatomi Femur (tampak anterior dan posterior) Fraktur intertrokanter bersifat ekstrakapsular. Bagian dari panggul yang termasuk intertrokanter adalah mulai dari distal dari leher femur sampai trokanter minor. B. Klasifikasi Klasifikasi fraktur femur : 1. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femur b. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femur c. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur 14
15 2. fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul a. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor b. Fraktur intertrokanter c. Fraktur subtrokanter C. Fraktur Kolum Femur Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan. Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan pelvis anteroposterior dan cross-table lateral. Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden s adalah sebagai berikut : a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi) b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment) d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang bersinggungan 15
16 Gambar 2. Klasifikasi Garden Pada Fraktur Colum Femur Klasifikasi Pauwel s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak. a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30 dengan bidang horizontal pada posisi tegak b. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut dengan bidang horizontal pada posisi tegak c. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50 dengan bidang horizontal pada posisi tegak Gambar 3. Klasifikasi Pauwel untuk Fraktur Kolum Femur 16
17 D. Penanganan Fraktur Kolum Femur E. Komplikasi Trauma Pasien dengan fraktur kolum femur mempunyai risiko menderita penyakit tromboemboli dan mempunyai risiko kematian. Karena suplai darah yang baik pada region femur maka risiko osteonekrosis dan nonunion minimal. F. Komplikasi Terapi a. Deformitas bentuk varus pada bagian proksimal dari fragmen fraktur. Biasanya berhubungan dengan fraktur tidak stabil akibat kurangnya bantalan pada bagian posteromedial. b. Malrotasi, malrotasi umumnya terjadi karena rotasi internal dari bagian distal fragmen fraktur yang tidak stabil pada saat pemasangan implant. c. Nonunion, jarang terjadi, tetapi bila fraktur tidak menyatu dengan kuat selam 6 bulan, fraktur ini mungkin tidak akan mnyambung dan sebaiknya dilakukan operasi lanjutan, fraktur direposisi, alat fiksasi dipasang lebih kuat dan cangkokan tulang ditempelkan di sekitar fraktur. 17
18 II. Hemiartroplasty Austin Moore Prothetic (AMP) 1. Definisi Hemiartroplasty adalah prosedur pembedahan yang menggantikan setengah dari sendi dengan permukaan buatan dan meninggalkan bagian lainnya di dalam (pra-operasi). Desain protesis yang paling umum digunakan adalah Austin Moore dan Thompson dimana prostetik ini dilakukan dengan menghapus kepala femur dan menggantinya dengan logam atau komposit prostesis. Tindakan ini bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki kerusakan sendi yang parah akibat patah tulang. Prosedur pemasangan Austin Moore Prothetic menggunakan teknik pendekatan posterior yaitu mengakses sendi dan kapsul lewat belakang.kemudian operator mengambil sedikit m. piriformis dan rotator external dari tulang paha untuk memasukan caput implan.pendekatan ini memberikan akses yang sangat mudah ke acetabulum dan tulang paha serta mempertahankan keada ananatomis pinggul sehingga meminimalkan risiko pascaoperasi. 2. Indikasi Tindakan ini paling sering digunakan untuk mengobati gagal sendi yang disebabkan oleh osteoarthritis. Indikasi lainnya termasuk rheumatoid arthritis, nekrosis avaskular, arthritis traumatis, protrusio acetabuli, patah tulang pinggul tertentu, arthritis terkait dengan penyakit Paget, ankylosing spondylitis dan rheumatoid arthritis remaja. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menghilangkan nyeri dan mengembalikan fungsi pinggul. Pemasangan Austin Moore Prothetic (AMP) biasanya dilakukan setelah terapi lain, seperti terapi fisik dan obat-batan telah gagal. 3. Risiko dan Komplikasi a. Dislokasi Dislokasi adalah komplikasi yang paling umum terjadi dari Hemiartroplasty.Pada operasi, caput femoral diambil dari soket, kemudian implant pinggul disisipkan dan pinggul dimasukkan kembali 18
19 ke dalam posisi yang tepat.dibutuhkan waktu delapan sampai dua belas minggu untuk regenerasi jaringan unak yang terpotong atau terluka.selama periode ini, caput dapat keluar dari acetabulum sehingga dapat menyebabkan dislokasi. b. Osteolisis Osteolisis merupakan salah satu efek samping pemasangan prostetik. Tulang akan terkikis akibat reaksi tubuh terhadap puingpuing bahan implant dari waktu ke waktu. Sebuah proses inflamasi menyebabkan reasorbsi tulang yang dapat menyebabkan melonggarnya implant dari pinggul dan bahkan bekas patah tulang di sekitar implan. Dalam upaya menghilangkan efek osteolisis, permukaan bantalan implan modern dilapisi keramik. c. Hipersensitif terhadap Logam (Bahan Implan) Partikulat implan merupakan bahan-bahan yang asing bagi tubuh, hal yang dikhawatirkan adalah apabila system imun bereaksi terhadap partikulat tersebut sehingga menimbulkan reaksi hipersensitifitas. d. Kelumpuhan Nervus Kelumpuhan saraf pasca operasi adalah komplikasi yang mungkin terjadi.insiden komplikasi ini rendah.kelumpuhan n.femoris merupakan komplikasi yang jarang.pasien yang sebelumnya memiliki riwayat cedera saraf berisiko lebih besar mengalami komplikasi ini dan juga lambat untuk pulih. e. Nyeri Kronis Beberapa pasien yang telah mengalami penggantian pinggul menderita nyeri kronis setelah operasi.nyeri inguinal dapat berkembang jika m. iliopsoas menggosok acetabular.bursitis dapat berkembang pada trochanter mayor dimana bekas luka bedah melintasi tulang, atau jika komponen femoralis digunakan mendorong kaki ke samping terlalu jauh.juga beberapa pasien dapat mengalami nyeri pada cuaca dingin atau lembab. 19
20 f. Perbedaan Panjang Kaki (Leg Length Inequality) Leg Length Inequality adalah keluhan paling umum yang dirasakan oleh pasien setelah operasi.leg Length Inequality akan tampak segera setelah operasi padahal sebenarnya apabila dilatih, kedua panjangnya akan kembali. 4. Exercise Pasca Hemiartroplasty Austin Moore Prothetic (AMP) Latihan sangat penting setelah Hemiartroplasty Austin Moore Prothetic (AMP). Latihan akan membantu memperkuat otot pinggul dan paha.secara garis besar, program latihan post operasi Austin Moore Prothetic (AMP) terbagi dalam beberapa minggu: 1. Selama 1-2 minggu pasca operasi: a. Berjalan minimal kaki dengan alat bantu jalan b. Naik dan turun langkah dengan rel, satu kali per hari c. Tekuk pinggul 60 d. Meluruskan pinggul sepenuhnya dengan berbaring selama 30 menit beberapa kali per hari e. Belajar melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan orang lain f. Secara bertahap melanjutkan tugas rumah sesuai kebutuhan 2. Selama 3-4 minggu pasca operasi: a. Lengkapi setiap tujuan yang tersisa dari 1-2 minggu pertama b. Sapih satu persatu kaki dengan menggunakan Cruch atau Cane c. Berjalan minimal 4 blok (4 meter) d. Naik dan turunkan kaki langkah dengan rel, lebih dari sekali per hari e. Tekuk pinggul sampai 90 f. Melanjutkan semua tugas rumah dengan bantuan sesuai kebutuhan 3. Setelah 5-6 minggu pasca operasi: a. Lengkapi setiap tujuan yang tersisa dari minggu 1-4 b. Berjalan dengan Cruch atau Cane untuk menempuh jarak 8 m c. Naik turun tangga dengan rel dari satu kaki ke kaki lainnya d. Tekuk pinggul sampai 90 20
21 e. Melanjutkan semua tugas rumah tanpa bantuan sesuai kebutuhan 4. Setelah 7-12 minggu pasca operasi: a. Lengkapi setiap tujuan yang tersisa dari minggu 1-6 b. Berjalan tanpa tongkat atau kruk tanpa pincang dengan jarak sampai 16 m c. Naik turun tangga dengan rel d. Melanjutkan tugas rumah semua dan kegiatan low impact e. Meninjau semua latihan dengan ahli terapi fisik. f. Lakukan latihan kali, 2-3 kali setiap hari, kecuali dinyatakan sebaliknya. g. Jangan ragu untuk melakukan latihan dengan menapakkan kedua kaki (Full Weight Bearing) 5. Gerakan yang Tidak DibenarkanSetelah Hemiartroplasty a. Mengangkat lutut melebihi panggul b. Melakukan rotasi internal (menyilangkan kaki) 21
22 c. Duduk dengan sudut melebihi 90º d. Menggantungkan kaki yang terpasang implan ketika berlatih berjalan dengan menggunakan alat bantu 22
23 e. Menyilangkan tungkai atas terhadap panggul yang terpasang implant f. Memutar badan ketika berlatih berjalan 23
24 g. Tidak bertumpu pada kaki yang terpasang implan ketika berdiri III. GERIATRI Geriatric merupakan suatu istilah yang terdiri dari kata geros (usia lanjut) dan iatreia (merawat/merumat), geriatri sendiri mengacu pada cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyediaan layanan kesehatan bagi manula. Seseorang dikatakan lanjut usia, jika telah mencapai usia diatas 60 tahun. Untuk menangani penyakit geriatric pada lansia dibutuhkan pendekatan holistik yaitu, perhatian total terhadap pasien secara terpadudengan mempertimbangkan keadaan lingkungan, sosial ekonomi, gaya hidup, diagnosis dan terapi penyakit dalam merawat penderita. Lansia banyak yang mengidap salah satu penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi jika, tidak ditangani dengan baik seperti, fraktur pada tulang yang dapat menyebabkan osteoporosis atau jika seseorang memiliki angka kolesterol yang tinggi saat lanjut usia dapat menjadi Penyakit 24
25 Jantung Koroner (PJK), hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Beberapa masalah yang sering muncul pada usia lanjut disebut sebagai a series of I s, yaitu immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), dan immune deficiency (penurunan kekebalan tubuh). Sifat penyakit pada lansia perlu untuk dikenali supaya tidak salah ataupun lambat dalam menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lain yang mengikutinya dengan segera dapat dilaksanakan. Hal ini akan menyangkut beberapa aspek, yaitu etiologi, diagnosis dan perjalanan penyakit. Etiologi, penyakit pada lansia lebih bersifatendogen daripada eksogen. Hal ini disebabkan oleh menurunnya berbagai fungsi tubuh karena proses menua, etiologi sering kali tersembunyi (Occult), dan sebab penyakit dapat bersifat ganda (multiple) dan kumulatif (penimbunan), terlepas satu sama lain ataupun saling mempengaruhi. Diagnosis, penyakit pada lansia umumnya lebih sulit dideteksi dari pada remaja atau dewasa, karena gejala dan keluhan sering tidak jelas. Perjalanan penyakit, Pada umumnya perjalanan penyakit adalah kronik (menahun) diselingi dengan eksaserbasi akut,penyakit bersifat progresif (bertahap), dan sering menyebabkan kecacatan (invalide). WHO, mengembangkan konsep kriteria mundurnya kemandirian secara bertingkat, seperti berikut : Imapirment : Kehilangan (kelainan) baik psikologik, fisiologik, struktur atau fungsi anatomik. Disabilitas : Semuaretriksi (kekurangan mampuan) untukmelakukan kegia tan yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal. Handicap : Suatu ketidakmampuan seseorang sebagai akibat impairment atau disabilitas sehingga membatasinya untuk melaksakan peranan hidup secara normal. 25
26 a. Gejala kemunduran fisik menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis 1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap 2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban 3. Gigi mulai lepas (ompong) 4. Penglihatan dan pendengaran berkurang 5. Mudah lelah dan mudah jatuh 6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah b. Kemunduran kognitif yang dialami, antara lain 1. Suka lupa (ingatan tidak berfungsi dengan baik) 2. Ingatan pada hal-hal di masa muda lebih baik dari hal-hal yang baru terjadi 3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang 4. Sulit menerima ide-ide baru 5. Keseimbangan antara badan, penglihatan, dan pendengaran berkurang. c. Masalah Fisik Sehari-hari pada Lansia 1. Mudah jatuh a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik(gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness), dan faktor ekstrinsik (lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang). 2. Mudah lelah, disebabkan oleh a. Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi b. Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll c. Pengaruh obat: sedasi, hipnotik d. Karakteristik Penyakit Lansia diindonesia 1. Penyakit persendian dan tulang, seperti rheumatik, dan osteoporosis. 26
27 2. Penyakit Kardiovaskuler, seperti hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, dan PJK. 3. Penyakit Pencernaan seperti gastritis, dan ulcus pepticum. 4. Penyakit Urogenital, seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, dan Benigna Prostat Hiperplasia. 5. Penyakit Metabolik/endokrin, seperti diabetes mellitus, dan obesitas. 6. Penyakit Pernafasan, seperti asma, dan TB paru. 7. Penyakit Keganasan, seperti carsinoma atau kanker. 8. Penyakit lain, seperti senilis/pikun/dimensia, alzeimer, dan parkinson. 27
28 DAFTAR PUSTAKA Apley AG, Solomon L. Apley s System of Orthopaedics Fractures. ButterworthHeinemann, Brinker. Review of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company, Brunner dan Suddarth "Early attempts at hip arthroplasty 1700s to 1950s". Iowa Orthop J 25: PMC PMID d= Corwin EJ Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. Davey P At a Glance Medicine. Erlangga Medical Series, Surabaya Fizuhri SB. Uji Banding Penggunaan Skrew Paralel pada Fraktur Colum Femur: Sebuah Studi Biomekanika. al [diakses 1 Mei 2012]. McMahon. Specific Preoperative Nursing Care of a Fracture Neck Femur Smeltzer Hip Pain and Mobility Deficits Hip Osteoarthritis: Clinical Practice Guidelines Linked to the International Classification of Functioning, Disability, and Health from the Orthopaedic Section of the American Physical Therapy Association J Orthop Sports Phys Ther 2009; 39(4) : A1-A25. doi: /jospt Anonim. Femur. medicine- id [diakses 1 Mei 2012]. Anonim. Biomechanics Lecture Outline: Lower Extremity. 28
29 29
Wan Rita Mardhiya, S. Ked
Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi
Lebih terperinciCASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean
CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan 1301-1210-0072 Abednego Panggabean 1301-1210-0080 Pembimbing: Vitriana, dr., SpKFR BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
Lebih terperinciBAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK
BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK A. Identitas Pasien Nama : Ny. F Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 51 tahun Suku : Jawa Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang Pakaian Alamat : Bojonegoro
Lebih terperinciLAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR
LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah patahan tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan umumnya disebabkan oleh tulang patah dapat berupa trauma
Lebih terperinciADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u
ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k
Lebih terperinciTopik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.
Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : 09.30 A. LATAR BELAKANG Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi
Lebih terperinciInsidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses penurunan tensil strength dan stiffnes jaringan kolagen yang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah saatu fenomena physiology of aging atau proses ketuaan yaitu terjadi proses penurunan tensil strength dan stiffnes jaringan kolagen yang menyebabkan instabilitas
Lebih terperinciBED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.
BED SITE TEACHING Dani Dania D - 12100113044 Siti Fatimah - 12100113045 Lisa Valentin S - 12100113001 Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.PD SMF ILMU PENYAKIT DALAM P3D FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA RS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciCASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian Nur Hamizah Nasaruddin PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.
CASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian 130112110127 Nur Hamizah Nasaruddin 130110082001 PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.KFR (K) BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI RSUP DR.
Lebih terperinciDISLOKASI SENDI PANGGUL
DISLOKASI SENDI PANGGUL Pembimbing: Prof. dr. H. Hafas Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K), FICS Oleh: Leni Agnes Siagian (070100153) Rahila (070100129) Hilda Destuty (070100039) ILMU BEDAH ORTOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
Lebih terperinciThompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment
Dislokasi Hips Posterior Mekanisme trauma Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) F6. Upaya Pengobatan Dasar HIPERTENSI STAGE II. Disusun Oleh: dr. Deanita Puspitasari
Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) F6. Upaya Pengobatan Dasar HIPERTENSI STAGE II Disusun Oleh: dr. Deanita Puspitasari PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH 2014 A. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB I REKAM MEDIS I. IDENTIFIKASI
BAB I REKAM MEDIS I. IDENTIFIKASI Nama : Tn. A Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Status : Belum Menikah Bangsa : Indonesia Alamat : Luar Kota Pekerjaan : Pedagang MRS : 1 Agustus
Lebih terperinciPresentasi Kasus Spinal Cord Injury
Presentasi Kasus Spinal Cord Injury Evan Pramudito Mulyadi 1110103000049 Audi Fikri Aulia 1111103000025 Kepanitraan Klinik SMF Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan dibidang kesehatan adalah penyelenggaran upaya kesehatan mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Hidup sehat pada
Lebih terperinciLAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama Umur Negeri asal Suku Agama Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : A : 6 tahun : Jambi : Minang : Islam : Laki-laki : Pelajar : Sungai Penuh, Jambi Seorang pasien anak laki-laki,
Lebih terperinciLAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK
LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK SEORANG LAKI-LAKI 17 TAHUN DENGAN FRAKTUR SEGMENTAL MANDIBULA DEXTRA TERTUTUP NON KOMPLIKATA Pembimbing dr. Benny Issakh, Sp.B, SpB.Onk Disusun Oleh Hj Mutiara DPR 22010111200152
Lebih terperinciData Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:
1 Berkas Okupasi Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan : No Berkas : No Rekam Medis : Pasien Ke : dalam keluarga Data Administrasi tanggal diisi oleh Nama: NPM/NIP: Nama Umur / tgl. Lahir Pasien Keterangan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas
Lebih terperinciIDENTITAS PASIEN. Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah
ACS STEMI IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.T Jenis Kelamin : Laki-Laki Usia : 46 tahun Tanggal Lahir : 17 September 1964 Status Perkawinan : Sudah menikah Agama : Islam Pekerjaan : Pengendara sepeda Alamat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunya mengalami peningkatan, total jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan pusat statistik,
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA Oleh : SAYAT J 100 050 007 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan
Lebih terperinciLatihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik
LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan pada fragmen tulang. Fraktur dibagi menjadi 2
Lebih terperinciSEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA 1/3 TENGAH
PRESENTASI KASUS SEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA 1/3 TENGAH Oleh : De yang WPP G99141092 Pembimbing: dr. Tito Sumarwoto, Sp. OT (K) KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
Lebih terperinciMateri 13 KEDARURATAN MEDIS
Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang diiringi dengan kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju. Hal ini ditandai dengan munculnya industri-industri
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan
BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS A. Pengkajian Fisioterapi Untuk penentuan masalah dan atau melakukan pelaksanaan pelayanan fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan
Lebih terperincidan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya tingkat sosial dalam kehidupan masyarakat dan ditunjang pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak pada peningkatan usia harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan
Lebih terperinciB AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.
B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan
Lebih terperinciFRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian
Lebih terperinciBAB III ILUSTRASI KASUS
BAB III ILUSTRASI KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. G MR : 010486 Umur : 45 th Pekerjaan : Buruh angkat dan sopir Suku Bangsa : Minang Alamat : simp. Rumbio ANAMNESA KELUHAN UTAMA Nyeri pinggang sejak
Lebih terperinciOleh : DWI BRINA HESTILIANA J
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO. PROF DR. R SOEHARSO SURAKARTA Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J 100 050 035
Lebih terperinciGangguan Pada Bagian Sendi
Gangguan Pada Bagian Sendi Haemarthrosis ( Hemarthrosis ) Hemarthrosis adalah penyakit kompleks di mana terjadi perdarahan ke dalam rongga sendi - Penyebab (Etiologi) Traumatic nontraumatic Degrees - Gejala
Lebih terperinci22/03/2016 MASYKUR KHAIR
MASYKUR KHAIR Aktivitas tubuh merupakan kegiatan at kerja yg dilakukan oleh bagian-bagian tubuh Umumnya tk. Kesehatan seseorg dinilai dr kemampuan org tsb u/ melakukan aktivitas sehar-hari, mis. berdiri,
Lebih terperinciSTATUS PASIEN. Alamat : Jl. Sungai ngirih, Selakau. Status Perkawinan : Menikah Masuk RS tanggal : Senin, 21 Desember 2015 pukul
STATUS PASIEN A. Identitas Nama : Tn. E Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 59 tahun Agama : Islam Alamat : Jl. Sungai ngirih, Selakau Pekerjaan : Buruh Status Perkawinan : Menikah Masuk RS tanggal : Senin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatominya. Fraktur neck femur dan intertrokanter femur memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kecelakaan lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan sepanang tahun
Lebih terperinciDDH (Developmental Displacement of the Hip)-I
DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Displasia of the hip. Dahulu, lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO tahun 2005, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. subyektif, setiap orang memiliki arti sehat masing-masing. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan konsep yang sangat individual dan subyektif, setiap orang memiliki arti sehat masing-masing. Berdasarkan arti sehat tersebut, dimensi kesehatan dibedakan
Lebih terperinciBAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:
11 BAB II RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 Januari 20007 jam 07.30 WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 1. Biodata. a. Identitas
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASCA OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTIN MOORE PROTHESE DI RS. ORTHOPEDI SURAKARTA
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASCA OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTIN MOORE PROTHESE DI RS. ORTHOPEDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan
Lebih terperinciLAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL. Program Studi Fisioterapi
LAPORAN STATUS KLINIK D III FISIOTERAPI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL Program Studi Fisioterapi Nomor Urut: 2/R/2014 NAMA MAHASISWA N.I.M TEMPAT PRAKTEK PEMBIMBING : Triastika Restti Alfiandri : J100110059
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur ekstremitas atas cukup sering terjadi, biasanya disebabkan karena jatuh dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit rawat
Lebih terperinciBUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH
BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH dr. Jainal Arifin, Sp.OT, M.Kes dr. M. Sakti, Sp.OT, M.Kes Sub Divisi Rheumatology Bagian Ilmu
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit sendi yang menyerang sendi sendi penopang berat. (American Academy of Orthopedic Surgeons, 2004).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Total Knee Replacement (TKR) adalah tindakan pembedahan umum yang dilakukan untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi yang disebabkan oleh osteoartritis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua
Lebih terperinciPortofolio Kasus 1 SUBJEKTIF OBJEKTIF
Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF Pasien Tn.D, 22 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 3 hari yang lalu, mual dan muntah sebanyak 3 kali sejak 2 malam yang lalu. Selain itu os juga mengeluhkan
Lebih terperinciLEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Para peserta dan orangtua/wali yang terhormat, Medical check up merupakan salah satu tahapan dalam proses Penerimaan Santri Baru (PSB) yang harus diikuti
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI CLOSE FRAKTUR RAMUS PUBIS DEXTRA DAN SINISTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI BANGSAL MAWAR RSUD. DR. MOEWARDI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan optimal
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.
PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr. SOEDJONO MAGELANG Disusun oleh: FATHIA NURUL RAHMA J 100 090 019 NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya (WHO, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jatuh merupakan suatu kejadian fisik yang sering dialami lansia saat proses penuaan. Jatuh pada usia lanjut dapat meningkatkan angka morbiditas, mortalitas, kecacatan,
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMUR SINISTRA
PENATALAKSANAAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMUR SINISTRA DENGAN PAMASANGAN AUSTIN MOORE PROTHESE (AMP) DENGAN MODALITAS TERAPI LATIHAN DI RS ORTHOPEDI Prof. DR. SOEHARSO SURAKARTA Disusun Oleh:
Lebih terperinciFORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS
Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan
Lebih terperinciDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) JL. Terusan Arjuna No. 16 Kebon Jeruk - Jakarta Barat
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA) JL. Terusan Arjuna No. 16 Kebon Jeruk - Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Hari/Tanggal
Lebih terperinciPENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU
1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun
Lebih terperinciKASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya,
KASUS GIZI BURUK 1. Identitas a. Identitas Balita Nama : Yuni Rastiani Umur : 40 bln (29-06-2009) Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 29-06-2009 Alamat Agama Suku : Bojong Kaum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat barang, mencuci, ataupun aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trauma atau aktifitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada. dan terjadi fraktur radius 1/3 (Thomas, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur merupakan suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan atau primpilan korteks, biasanya patahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Indonesia mulai memilih alat transportasi yang praktis, modern, dan tidak membuang banyak energi seperti kendaraan
Lebih terperinciPusat Hiperked dan KK
Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure
Lebih terperinciPANDUAN ASESMEN PASIEN
PANDUAN ASESMEN PASIEN BAB I : PENDAHULUAN Semua pasien yang datang ke rumah sakit akan dilakukan asesmen atau pengkajian yaitu asesmen informasi (yang berisi tentang asesmen medis, riwayat sakit dahulu),
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. anamnesis. Anamnesis dilakukan dengan cara tanya jawab, dilakukan untuk
BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS A. Pengkajian Fisioterapi Sebagai tenaga kesehatan yang profesional maka fisoterapi harus melakukan anamnesis. Anamnesis dilakukan dengan cara tanya jawab, dilakukan untuk
Lebih terperinciPembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.
OSTEOARTHRITIS Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad Anggota : Monareza Restantia Shirly D. C 111 11 178 Uswah Hasanuddin C 111 11 206 Citra Lady
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar
Lebih terperinciLAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK ANASTESI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG
LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK ANASTESI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG Nama : Goei,Deo Putra Lukmana Tanda Tangan No NIM : 11.2012.124... Topik : Anestesi Spinal Dokter Pembimbing
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS FRAKTUR COLUMN FEMUR DEXTRA DI RUMAH SAKIT ORTOPEDHI Dr. SOEHARSO SURAKARTA TAHUN 2015
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS FRAKTUR COLUMN FEMUR DEXTRA DI RUMAH SAKIT ORTOPEDHI Dr. SOEHARSO SURAKARTA TAHUN 2015 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Osteoartritis (OA) lutut adalah suatu kondisi inflamasi, keadaan reumatik kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. Osteoartritis
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI
Data Diri DokterMuda NamaPasien Alamsyah JenisKelamin Laki-laki 59 tahun No. CM 1-07-96-69 Soal 1 ReferensiLiteratur Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan. Nyeri dada dirasakan sekitar
Lebih terperinciPEMERIKSAAN FISIK (PHYSICAL ASSESMENT) Ulfatul Latifah, SKM
PEMERIKSAAN FISIK (PHYSICAL ASSESMENT) Ulfatul Latifah, SKM Pemeriksaan Fisik Merupakan pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan/hanya bagian tertentu yang dianggap penting oleh tenaga kesehatan Tujuan
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk
Lebih terperinciBAB I. yang mencapai umur 60 tahun keatas 1. terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita 2.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lanjut usia atau disebut sebagai lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun keatas 1. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri dari fase prasenium yaitu lanjut usia yang berusia antara 55-65 tahun, danfase senium yaitu lanjut usia
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Di susun oleh : ALFIAN RUDIANTO J 100 090 049 NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI. dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu
BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI A. Pengkajian Fisioterapi 1. Anamnesis Pada kasus fraktur collum humerus dekstra ini, anamnesis dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016 secara auto anamnesis yaitu anamnesis
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9
Lebih terperinciData Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:
1 Berkas Pasien Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan : No Berkas : No Rekam Medis : Pasien Ke : dalam keluarga Data Administrasi tanggal diisi oleh Nama: NPM/NIP: Nama Umur / tgl. Lahir Alamat Jenis kelamin
Lebih terperinciTindakan keperawatan (Implementasi)
LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan
Lebih terperinciLAPORAN STATUS KLINIK
LAPORAN STATUS KLINIK NAMA MAHASISWA : WIWIT JATMIKO N.I.M : J10080005 TEMPAT PRAKTEK : YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA PEMBIMBING : ERSIANA INTAN SAFITRI Tanggal pembuatan laporan : 5 Febuari 2011 Kondisi/kasus
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) ANTENATAL CARE (ANC) PADA KEHAMILAN ENERGI KRONIS
LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) ANTENATAL CARE (ANC) PADA KEHAMILAN ENERGI KRONIS Oleh: dr. Diana Zahrawardani DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN IX PERIODE
Lebih terperinciFraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.
Definisi fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa
Lebih terperinci3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria)
Lampiran : Surat No. 224/DL.004/V/AMG-2012 Tanggal 15 Mei 2012 Hal : Pemeriksaan Kesehatan MACAM DAN JENIS PEMERIKSAAN KESEHATAN 1. Riwayat Penyakit (Anamnesis) 2. Pemeriksaan Fisik (Physical Test) 3.
Lebih terperinciREHABILITASI STROKE FASE AKUT
Instalasi Rehabilitasi Medik RS Stroke Nasional Bukittinggi 2017 Stroke adalah kumpulan gejala kelainan neurologis lokal yang timbul mendadak akibat gangguan peredaran darah di otak yang disebabkan oleh
Lebih terperinciCHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA
CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA No. Aspek yang Dinilai Contoh/Parameter 1. Mengucap salam...assalamualaikum wr wb... 2. Memperkenalkan diri dan membina sambung rasa...perkenalkan saya Andi saya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, setiap individu, keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung
Lebih terperinci