DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F22. Pelatihan Madya 1. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F22. Pelatihan Madya 1. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan"

Transkripsi

1 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Madya 1 F22 Belajar Bersama PNPM Mandiri Perkotaan

2 Modul 1 Mitra Belajar 1 Kegiatan 1: Permainan Perkenalan 2 Kegiatan 2: Mengisi Biodata 2 Modul 2 Orientasi Belajar 7 Kegiatan 1 : Penjelasan Harapan dan Rangkaian Pelatihan 8 Kegiatan 2 : Penjelasan Garis Besar Program Pembelajaran 8 Modul 3 Kontrak Belajar 17 Kegiatan 1 : Curah Pendapat dan Diskusi Harapan Bersama 18 Kegiatan 2 : Penyepakatan Mekanisme Belajar 19

3 Modul 1 Topik: Mitra Belajar 1. Saling mengenal, saling memahami dan menghargai perbedaan 2. Peserta mampu menciptakan keakraban Kegiatan 1: Permainan perkenalan Kegiatan 2: Mengisi Biodata 1 Jpl ( 45 ) Bahan Bacaan: 1. Jenis Jenis Permainan perkenalan 2. Biodata peserta Kertas Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar 1

4 Permainan Perkenalan Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai pelatihan ini dengan perkenalan peserta. Sebelum kegiatan ini dimulai, pemandu kelas harus sudah memilih cara perkenalan yang akan digunakan. Cara perkenalan yang dipilih sebaiknya menjadi proses awal membangun dinamika kelas. Jika menggunakan permainan sebagai cara untuk melakukan perkenalan, siapkan peralatan yang akan digunakan untuk kegiatan tersebut. Seluruh peserta (pemandu kelas, wakil pemandu, panitia, dll) di dalam kelas ikut serta dalam permainan perkenalan ini. Contoh jenis-jenis perkenalan dapat dilihat pada Bahan Bacaan : Metoda Permainan. Mengisi Biodata 1) Bagikan formulir bio data dan name tag kepada seluruh peserta. Data yang di minta dapat disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggara pelatihan. 2) Minta peserta untuk mengisi formulir tersebut dan tanda pengenal (name tag) yang telah dibagi dengan nama panggilan dgn tulisan yg cukup besar dan jelas dibaca. 3) Kumpulkan formulir setelah selesai diisi oleh seluruh peserta. 4) Minta peserta untuk menggunakan identitas / tanda pengenal (name tag). 5) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih. 2

5 Perkenalan Siapa Dia? Petunjuk : Minta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran Minta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ), missal :Nama saya Retno, fasilitator PNPM.Nama saya Rachman, Relawan Mintalah peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri, misal : teman saya Retno, fasilitator, saya Mika, guru sekolah Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya. Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : siapa nama anda? atau siapa nama anda dan apa yang anda katakan tadi? 3

6 Perkenalan Kisah Angka Angka Permainan ini dipakai agar peserta mengenal satu sama lain dengan cara santai dan menghapuskan kekakuan. Langkah langkah : Mintalah seluruh peserta berhitung dari nomor 1 dan seterusnya sampai selesai ( habis) Minta setiap peserta mengingat nomor urutnya masing-masing dengan baik, jika perlu lakukan pengujian dengan menyebut secara acak beberapa angka dan minta peserta yang disebut nomornya utntuk menyahut ya!, atau tunjuk beberapa orang peserta secara acak dan tanyakan nomor urut berapa dia. Tegaskan sekali lagi apakah mereka benar benar mengingat nomor urutnya masing masing. Setelah yakin, jelaskan bahwa anda akan menyampaikan suatu berita atau suatu cerita tertentu di mana dalam sepanjang cerita itu akan disebut sejumlah angka angka. Peserta yang disebut angka atau nomor urutnya diminta segera berdiri dan langsung meneriakkan namanya keras keras kepada seluruh peserta lain. Jika terlambat 3 detik, peserta dikenakan hukuman ramai ramai oleh peserta lain. Hukuman berupa hal hal yang menghibur dan membuat akrab peserta. Tanyakan kepada peserta apakah mereka paham peraturan tersebut?, jika perlu ulangi sekali lagi dan berikan contoh. Mulai bercerita, misalnya : saudara saudara, latihan ini sebenarnya sudah direncanakan sejak 5 bulan yang lalu, tapi karena beberapa hal, barulah 3 bulan yang lalu ada kejelasan dan kemudian dipersiapkan oleh 8 orang panitia.. dst. Atau cerita lain yang anda karang sendiri pada saat itu ( yang penting, dalam cerita itu ada disebutkan angka angka nomor urut peserta setiap satu kalimat atau setiap selang satu menit ). Lakukan sampai separuh peserta tersebut nomornya atau seluruhnya (bergantung kepada kecepatan anda dan peserta dan sesuai dengan waktu yang tersedia) Lakukan diskusi dengan peserta tentang apa makna permainan ini dan dapat digunakan untuk apa saja dalam kegiatan latihan, termasuk perasaan persaan peserta sendiri. Simpulkan 4

7 Perkenalan Mencari Jodoh Petunjuk : Buatlah kalimat pendek yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diberikan, misal : Bersama Membangun Kepedulian. Kalimat yang dibuat sebanyak setengah dari jumlah peserta, kalau peserta 20 orang, harus disediakan 10 kalimat. Pecahlah kalimat tersebut ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas, misal untuk kalimat tadi satu kertas berisi kalimat Bersama Membangun dan satu kertas berisi kata Kepedulian. Gulunglah kedua kertas yang berisi tulisan tadi. Bagikan kertas kertas tergulung yang sudah disiapkan sebanyak jumlah peserta (apabila peserta ganjil, satu orang berpasangan dengan pemandu sendiri ) Minta peserta untuk membuka gulungan kertas masing masing dan membaca isinya yaitu sepotong kalimat yang belum lengkap. Minta peserta untuk mencari pasangannya masing masing agar kalimat itu menjadi lengkap. Minta setiap pasangan berkenalan dan mendiskusikan arti kalimat tersebut. Minta peserta berkumpul lagi dan meminta setiap pasangan memperkenalkan pasangannya dan menyampaikan arti kalimat kepada peserta yang lain. 5

8 Perkenalan Berdirilah Jika Petunjuk : Minta semua peserta untuk duduk membentuk lingkaran, lalu pemandu berdiri di tengah. Jalaskan kepada peserta bentuk permainannya, yaitu setiap pemandu mengucapkan kalimat, peserta mengucapkan kalimat, peserta diminta berdiri apabila kalimat itu sesuai dengan dirinya; misal : Keluarga saya adalah keluarga pedagang.. ; Saya seorang perempuan yang berani bicara di depan publik. dsb. Ucapkan kalimat kalimat yang relevan dengan keadaan peserta ( jangan sampai ada peserta yang tidak pernah berdiri), contoh contoh kalimat misalnya : Saya adalah petugas lapangan Saya lahir di pedesaan Saya lahir di kota besar Saya memiliki hobby membaca, dsb Setelah selesai, minta seluruh peserta untuk memperkenalkan nama, asal, dan hal lain yang berkenaan dengan dirinya secara singkat. 6

9 Modul 2 Topik: Orientasi Belajar Peserta memahami 1. Tujuan Pelatihan 2. Apa yang akan diperoleh dan bagaimana pelatihan akan dilakukan Kegiatan 1: Penjelasan harapan dan rangkaian pelatihan Kegiatan 2: Penjelasan Garis Besar Program Pembelajaran 1 Jpl ( 45 ) Bahan Bacaan: 1. Harapan dan Rangkaian Pelatihan 2. GBPP Pelatihan Kertas Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar 7

10 Penjelasan Harapan dan Rangkaian Pelatihan 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul Orientasi Belajar yang terdiri dari dua kegiatan belajar. Jelaskan tujuan dari modul ini. 2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan 1 yaitu Penjelasan mengenai Harapan dan Rangkaian Pelatihan dan gunakan Bahan Bacaan - Harapan dan Rangkaian Pelatihan yg telah disediakan panitia. 3) Setelah selesai lanjutkan ke kegiatan 2. Penjelasan Garis Besar Program Pembelajaran 1) Jelaskan bahwa kita melanjutkan modul ini dengan kegiatan kedua yaitu Penjelasan Garis Besar Program Pembelajaran dan gunakan Bahan Bacaan GBPP Pelatihan Madya 1. 2) Buka kesempatan tanya jawab untuk kedua kegiatan ini. 3) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih. 8

11 HARAPAN DAN RANGKAIAN PELATIHAN FASILITATOR Latar Belakang Masalah kemiskinan telah menjadi masalah serius di Indonesia, terutama setelah krisis ekonomi yang terjadi tahun Jumlah penduduk miskin tahun 1976 sebesar 54,2 juta jiwa (40,1%) yang berhasil diturunkan menjadi 22,5 juta jiwa (11,3%) pada tahun 1996, meningkat tajam menjadi 49,5 juta jiwa (24,23%) pada tahun Ini artinya, krisis ekonomi menyebabkan 27 juta jiwa penduduk Indonesia jatuh miskin. Dalam upaya menanggulangi kemiskinan tersebut Pemerintah Indonesia meluncurkan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 dan kemudian diadopsi menjadi pendekatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, dan P2KP menjalankan pendampingan di lokasi perkotaan sehingga nama P2KP berganti menjadi PNPM Mandiri Perkotaan.. Program ini merupakan program yang menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui penyadaran kritis para pelaku pembangunan agar mampu menjadi pelaku nilai. Pendekatan pemberdayaan ini juga dilakukan melalui pengorganisasian masyarakat dan pembangunan lembaga kepemimpinan kolektif yang benar-benar mampu menjadi ujung tombak perjuangan rakyat miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka. Dalam upaya ini, titik berat upaya pemberdayaan tersebut diletakkan di pundak para fasilitator yang diharapkan mampu berperan sebagai pelopor perubahan di masyarakat (change agent) dalam rangka menciptakan fasilitator pembangunan tersebut maka berbagai pelatihan dilakukan. Secara keseluruhan jenis-jenis pelatihan bagi fasilitator dalam rangka pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut : a) Pelatihan Dasar, untuk fasilitator yang bertugas di kelurahan baru b) Pelatihan Madya, untuk fasilitator yang bertugas pada lokasi pendampingan tahap kedua c) Pelatihan Utama, untuk fasilitator yang bertugas pada lokasi pendampingan tahap ketiga. Masing masing terdiri dari beberapa paket paket pelatihan. Tujuan Umum a) Tercapai kesamaan pandang dan keyakinan antar fasilitator terhadap paradigma, pendekatan, konsep dan mekanisme PNPM Mandiir Perkotaan b) Tersedianya Fasilitator yang memahami, meyakini dan mampu melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan secara kritis. Uraian Tiap Jenis Pelatihan Madya Pelatihan Dasar dibagi ke dalam 2 Paket yaitu : Pelatihan Madya 1 Pelatihan Madya 2 1. Pelatihan Madya 1 Pelatihan yang diselenggarakan bagi Fasilitator dan Askorkot yang mendampingi wilayah kelurahan/desa yang telah memasuki rencana tahunan ke 2 dari PJM Pronangkis. Titik berat pelatihan ini menekankan pada peningkatan kesadaran dan pemahaman serta keterampilan terhadap tahapan pelaksanaan siklus tahun ke 2, seperti review partisipatif, musrenbang serta 9

12 meningkatkan pemahaman dan kemampuan channeling. Waktu penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan selama 10 hari efektif. Tujuan Fasilitator memahami makna, konsep dan tata cara pelaksanaan tahapan siklus review partisipatif, kemitraan lobby dan negosiasi, musrenbang, community data inventory manajemen organisasi nirlaba, mengembangkan dan memelihara KSM serta Community disaster management. Fasilitator mampu melaksanakan dan memfasilitasi pelatihan, coaching dan On The Job Training (OJT) bagi relawan, BKM/LKM dan UP UP. Fasilitator mampu memfasilitasi proses pelaksanaan tiap tahapan siklus tahun ke dua. Keluaran yang diharapkan : Tersedianya Fasilitator yang mampu memfasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelajaran dan penyadaran kritis pada tahapan siklus tahun ke 2. terutama review partisipatif, musrenbang serta channeling, memelihara dan mengembangkan KSM. Tersedianya fasilitator yang mempunyai kemampuan untuk mendampingi masyarakat Hubungan antara Pokok Bahasan dan Tujuan Pembelajaran PELATIHAN MADYA 1 Ranah Belajar Pokok Bahasan Pengetahuan Penyadaran Keterampilan kritis (Sikap ) Review Pelaksanaan siklus Review Partisipatif Kemitraan, Lobby dan negosiasi Musrenbang Community data inventory Manajemen Organisasi Nirlaba Mengembangkan dan memelihara KSM Community disaster management 2. Pelatihan Madya 2 Pelatihan yang diselenggarakan bagi Fasilitator yang bertugas di kelurahan/ desa yang telah memasuki tahapan siklus rencana tahunan ke 2 dari PJM Pronangkis. Titik berat pelatihan ini untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan serta keterampilan dalam mengembangkan forum BKM, pemasaran sosial, penyusunan proposal serta pemanfataan BLM. Tujuan : Fasilitator memahami makna, konsep dan tata cara mengembangkan forum BKM/LKM, pemasaran sosial, penyusunan proposal dan pemanfaatan BLM. Fasilitator mampu melaksanakan dan memfasilitasi coaching dan On The Job Training (OJT) bagi BKM/LKM, UP-UP dan relawan Keluaran yang diharapkan : Tersedianya fasilitator yang mampu memfasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelajaran dan penyadaran kritis melalui pengembangan forum BKM/LKM serta membangun jaringan atau kerjasama dengan pihak lain. 10

13 Hubungan antara Pokok Bahasan dengan Tujuan Pembelajaran Pelatihan Madya 2 Ranah Belajar Pokok Bahasan Pengetahuan Penyadaran Keterampilan kritis (sikap) Mengembangkan Forum BKM Pemasaran Sosial Penyusunan Proposal BLM 11

14 GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN PELATIHAN MADYA 1 FASILITATOR 01. Pendahuluan Pelatihan yang diselenggarakan bagi Fasilitator yang mendampingi wilayah kelurahan/desa yang telah memasuki rencana tahunan ke 2 dari PJM Pronangkis. Titik berat pelatihan ini menekankan pada peningkatan kesadaran dan pemahaman serta keterampilan terhadap tahapan pelaksanaan siklus tahun ke Tujuan Fasilitator memahami makna, konsep dan tata cara pelaksanaan tahapan siklus review partisipatif, kemitraan lobby dan negosiasi, musrenbang, community data inventory manajemen organisasi nirlaba, mengembangkan dan memelihara KSM serta Community disaster management. Fasilitator mampu melaksanakan dan memfasilitasi pelatihan, coaching dan On The Job Training (OJT) bagi relawan, BKM/LKM dan UP UP. Fasilitator mampu memfasilitasi proses pelaksanaan tiap tahapan siklus tahun ke dua. 03. Keluaran yang Diharapkan Tersedianya Fasilitator yang mampu memfasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelajaran dan penyadaran kritis pada tahapan siklus tahun ke 2. terutama review partisipatif, musrenbang serta kemitraan, memelihara dan mengembangkan KSM. Tersedianya fasilitator yang mempunyai kemampuan untuk mendampingi masyarakat 04. Sasaran Kelompok Seluruh Fasilitator yang mendampingi di wilayah desa/kelurahan yang telah memasuki siklus rencana tahunan ke 2 dari PJM Pronangkis. 05. Metodologi Untuk mencapai tujuan dan memberikan manfaat kepada para peserta seperti yang diharapkan, maka pelatihan ini akan menerapkan proses belajar mengajar orang dewasa dimana dalam seluruh proses belajar mengajar orang dewasa ini, para peserta turut berperan sebagai nara sumber untuk saling memperkaya pemahaman masing-masing dengan menggunakan pendekatan pendidikan kritis. 06. Pokok Bahasan Keseluruhan pokok bahasan dalam pelatihan madya 1 ini disusun sedemikian rupa untuk dapat menjawab 6 pertanyaan mendasar sebagai berikut : a) Bagaimana pelaksanaan siklus terdahulu 12

15 b) Bagaimana melakukan rebview partisipatif? c) Bagaimana membangun kemitraan dengan pihak lain? d) Apa organisasi nirlaba? e) Apa dan bagaimana musrenbang? f) Bagaimana cara memelihara dan mengembangkan KSM? g) Apa saja dan bagaimana menhadapi bencana? Ketujuh pengelompokan pokok bahasan tersebut kemudian diuraikan dalam tema dan topik sebagai berikut di bawah ini yang keseluruhan membutuhkan waktu 57,75 jam pelajaran (1 Jpl = 45 menit). Tiap Tema kemudian diuraikan lagi menjadi beberapa Topik sebagai berikut ini No Topik Tujuan Waktu (JPL) I Belajar Bersama 3 1 Mitra belajar Saling mengenal, saling memahami dan menghargai perbedaan Peserta mampu menciptakan 1 keakraban 2 Orientasi Belajar Peserta memahami Tujuan Pelatihan Apa yang akan diperoleh dan 1 bagaimana pelatihan akan dilakukan 3 Kontrak Belajar Peserta mampu : Merumuskan harapan bersama terhadap pelatihan Memahami hubungan antara harapan dan silabus Membangun kesepakatan untuk mencapai harapan Membangun kesepakatan tata tertib pelatihan 1 II Review Pelaksanaan Siklus 6 1 Review Pemahaman Siklus Memperkuat pemahaman peserta terhadap PNPM Mandiri Perkotaan siklus PNPM Mandiri Perkotaan 2 Peserta mampu memetakan 2 pelaksaanaan siklus di lapangan Peserta memahami dan menyadari Refleksi Pelaksanaan Siklus perbaikan perbaikan yang harus di Lapangan dilakukan 4 Peserta memahami tahapan pendampingan/intervensi selanjutnya III Review Partisipatif 15 1 Gambaran Umum Review Peserta memahami tujuan dan tahapan Partisipatif BKM/LKM review partisipatif. 1 2 Review Kelembagaan BKM/LKM Peserta mengingat kembali alasan keberadaan dan peran BKM/LKM Peserta memahami pentingnya tahapan perkembangan BKM/LKM Peserta memahami aspek-aspek sumberdaya dalam penguatan 5 13

16 3 Review Program Penanggulangan Kemiskinan 4 Review Keuangan 5 Strategi Pendampingan Fasilitator dalam Proses Fasilitasi Review Partisipatif kelembagaan BKM Peserta berlatih menilai tahapan pengembangan organisasi BKM/LKM Peserta mengingat kembali tujuan penyusunan PJM Pronangkis. Peserta merefleksikan kekuatan dan kelemahan PJM Pronangkis. Peserta memahami parameter transparansi dan akuntabilitas keuangan BKM/LKM Peserta memahami tahapan proses review partisipatif. Peserta merumuskan strategi pendampingan proses review partisipatif IV Kemitraan, Lobby dan Negosiasi 10 Pentingnya Membangun Peserta mengingat kembali prinsipprinsip 1 kemitraan secara umum dalam penanggulangan kemiskinan Kemitraan Dalam Penanggulangan Kemiskinan Peserta menyadari pentingnya kemitraan Mengapa Melakukan Lobby & Negosiasi? Tahapan dan Teknik Dalam Lobby & Negosiasi Berlatih Lobby & Negosiasi Peserta mengenali proses lobby & negosiasi dalam kehidupan sehari-hari Peserta menyadari pentingnya lobby & negosiasi dalam mewujudkan kemitraan Peserta memahami tujuan dan prinsipprinsip lobby & negosiasi Peserta memahami tahapan-tahapan dalam lobby & negosiasi Peserta memahami teknik-teknik yang umum digunakan dalam lobby & negosiasi Peserta mampu merumuskan target maksimal-minimal Peserta mampu merancang strategi & skenario negosiasi Peserta menguasai teknik-teknik dalam lobby & negosiasi Peserta menarik pembelajaran dari permainan peran yang sudah dilakukan V Musrenbang 8 1 Peserta mengetahui tahapan siklus kota PNPM Mandiri Perkotaan Siklus Kota PNPM Mandiri Peserta memahami hubungan siklus Perkotaan tingkat Desa/ kelurahan dengan siklus tingkat kota sebagai bagian dari proses transformasi sosial. 2 2 Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Daerah Peserta memahami pengertian dan tujuan perencanaan pembangunan daerah (musrenbang) Peserta mampu memahami tahapan perencanaan pembangunan daerah (musrenbang). Peserta mampu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi

17 3 Strategi Memperjuangkan PJM Pronangkis ke dalam Musrenbang pada setiap tahapan perencanaan pembangunan daerah Peserta mengetahui tahapan perencanaan anggaran daerah. Peserta memahami posisi strategis musrenbang bagi perencanaan pembangunan masyarakat. Peserta memahami perannya dalam memfasilitasi pelaksanaan musrenbang Peserta mampu merumuskan strategy memperjuangkan PJM Pronangkis ke dalam msurenbang di wilayah dampingannya. VI Community Data Inventory 7 Peserta memahami: kaitan pengelolaan informasi, kemiskinan informasi dan Pengembangan Komunitas. Mengembangkan Kapasitas sifat-sifat Informasi, BKM dalam Daur Informasi serta istilah-istilah 1 Mengelola Informasi penting dalam pengelolaan informasi. 7 Komunitas. Mengidentifikasi kebutuhan penataan informasi di komunitas. Peserta mampu menyusun rancangan program untuk pengembangan kapasitas BKM dalam mengelola informasi komunitas. VII Manajemen Organisasi Nirlaba BKM/LKM sebagai Organisasi Nirlaba Komponen-komponen Manajemen 3 Fungsi Manajemen Peserta memahami Pengertian organisasi nirlaba/nonprofit Peserta memahami Perbedaan antara organisasi profit dengan BKM/LKM yang merupakan organisasi nonprofit Peserta memahami faktor-faktor yang memperkuat dan memperlemah pemahaman dan orientasi para pengelola BKM/LKM sebagai organisasi nirlaba Peserta dapat merumuskan langkahlangkah untuk memperkuat pemahaman dan orientasi para pengelola BKM/LKM sebagai organisasi nirlaba Peserta memahami Organisasi nirlaba sebagai sebuah sistem yang terbuka Peserta memahami Komponenkomponen di dalam pengelolaan BKM/LKM sebagai sebuah sistem yang terbuka Peserta memahami Saling hubungan dan pengaruh antar masing-masing komponen Peserta memahami fungsi manajemen di dalam pengelolaan organisasi nirlaba Peserta dapat merumuskan langkah

18 4 Dasar-dasar Pengelolaan Organisasi Nirlaba (BKM/LKM) langkah untuk memperkuat fungsi-fungsi vital sebuah organisasi nirlaba (BKM/LKM) Peserta memahami dasar-dasar pengelolaan BKM/LKM sebagai suatu organisasi nirlaba Peserta memahami bagaimana cara menyampaikan substansi materi ini kepada BKM VIII Memelihara dan mengembangkan KSM 7 Peserta mampu memahami kondisi KSM yang ideal Peserta mampu memetakan kondisi KSM 1 Memetakan Kondisi KSM yang ada di wilayah dampingannya. Peserta mampu mengidentifikasi hal-hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan dalam mengembangkan dan memelihara KSM. 4 Peserta mampu memahami peran-peran fasilitator dalam mendampingi BKM/LKM, 3 2 UP-UP dan relawan dalam Peran dan Strategi mengembangkan dan memelihara KSM Pendampingan Fasilitator Peserta mampu merumuskan strategi pendampingan dalam rangka mengembangkan dan memelihara KSM. IX Community Disaster Manajemen Konsep Penanggulangan Bencana Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas Pengertian bencana dan penanggulangan bencana Paradigma penanggulangan bencana Komponen dari penanggulangan bencana berbasis komunitas Peserta mendiskusikan persiapan dan perencanaan BKM menghadapi bencana. Peserta mendiskusikan apa yang harus dilakukan BKM saat bencana Peserta memahami apa yang dapat dilakukan BKM pasca bencana. 77 JPL/57,75 jam

19 Modul 3 Topik: Kontrak Belajar Peserta mampu : 1. Merumuskan harapan bersama terhadap pelatihan 2. Memahami hubungan antara harapan dan silabus 3. Membangun kesepakatan untuk mencapai harapan 4. Membangun kesepakatan tata tertib pelatihan Kegiatan 1: Curah pendapat dan diskusi harapan bersama Kegiatan 2: Penyepakatan mekanisme belajar 1 Jpl ( 45 ) Bahan Bacaan: 1. Ancangan Tata Ruang Kelas 2. Membangun Suasana Belajar 3. Pengelaman Memfasilitasi 4. Identifikasi Kebutuhan Peserta 5. Evaluasi Kertas Plano Metaplan Spidol, selotip kertas dan jepitan besar 17

20 Curah Pendapat dan Diskusi Harapan Bersama 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul Kontrak Belajar yang terdiri dari dua kegiatan. Jelaskan tujuan dari modul ini. 2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan pertama yaitu Diskusi mengenai Harapan Peserta. Bagikan kartu metaplan kepada seluruh peserta. Minta peserta untuk menuliskan harapan mengenai pelatihan yang akan mereka ikuti selama 4 hari pada kartu metaplan tersebut. Sebelum peserta menulis, berikan informasi bahwa peserta harus menulis di metaplan yang telah dibagi hal-hal sebagai berikut: o o o Alasan mengapa mengikuti pelatihan. Alasan ini dapat saja datang dari luar berupa perintah/penugasan, atau ingin tahu, dsb. Motivasi yang mendorong peserta mengikuti pelatihan. Motivasi ini merupakan dorongan dari dalam, misalnya; meskipun karena diperintah dapat saja motivasinya mengikuti sekedar menjalankan perintah/sekedar bebas dari tugas rutin/ingin meningkatkan pengetahuan. Harapan peserta mengikuti pelatihan ini. Harapan ini tentu saja terkait dengan motivasi peserta kalau yang motivasinya hanya sekedar menjalankan perintah harapannya tentu saja dapat melapor dgn menunjukan semua bahan maka yg dikumpulkan lebih fisik, yang ingin bebas dari tugas rutin tentu tdk punya harapan, yang meningkatkan pengetahuan tentu harapannya materi yang diberikan benar-benar bermanfaat dan cukup jelas untuk dicerna, dsb. 3) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok dan minta tiap kelompok menyimpulkan harapan kelompok bukan lagi harapan individu. 4) Ajak 1 kelompok menyajikan hasil kelompok dan kemudian minta kelompok lain melengkapi sehingga terjadi harapan kelas. 5) Diskusikan hasil harapan kelas tersebut dan kaitkan dengan garis besar program pembelajaran. 6) Bangun kesepakatan dengan seluruh peserta untuk bertekad bersama-sama mengikuti pelatihan guna mencapai harapan-harapan yang sudah didiskusikan sebelumnya. 7) Minta peserta untuk memberikan kesimpulan untuk kegiatan modul ini. 8) Setelah selesai lanjutkan ke kegiatan 2. 18

21 Penyepakatan Mekanisme Belajar 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita punya harapan bersama yang dirumuskan di Kegiatan 1. Diperlukan kesepakatan bersama untuk mencapai harapan tersebut selama pelatihan ini. Kesepakatan bersama tersebut merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dan merupakan aturan main bersama termasuk tata tertib agar dapat tercapai harapan bersama, yang harus ditaati oleh seluruh peserta dan penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan. 2) Diskusikan dengan peserta hal-hal apa saja yang harus disepakati untuk diatur bersama untuk menjaga proses pelatihan tersebut. 3) Tuliskan semua hal yang disepakati dan tata tertib yang telah disepakati tersebut pada kertas plano dan tempelkan di dinding di tempat semua peserta dapat melihat. Bangun kesepakatan bahwa aturan main dan tata tertib tersebut bersifat mengikat semua pihak di kelas tersebut selama pelatihan. 4) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih. 19

22 Ancangan Tata Ruang Kelas Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tak satupun susunan ideal, namun terdapat beberapa pilihan yang dapat dipilih. Dekorasi interior dari belajar aktif adalah menyenangkan dan menantang (khususnya jika meubeler kurang ideal). Dalam beberapa hal, meubeler dapat dengan mudah diatur untuk membentuk susunan yang berbeda-beda meskipun meja kursi tradisional dapat dikelompokkan bersama-sama untuk membentuk susunan bujursangkar atau yang lainnya. Jika anda memilih untuk melakukan begitu, suruhlah peserta didik membantu memindahkan meja dan kursi. Itu menjadikan mereka aktif juga. Kebanyakan layout yang dideskripsikan disini tidak dimaksudkan menjadi susunan yang permanen. Jika meubeler anda dapat dengan mudah dipindah-pindah, sangat mungkin, menggunakan beberapa lay out ini sesuai yang anda inginkan. Anda juga akan mendapatkan saran-saran tentang bagaimana menggunakan sekalipun lingkungan ruang kelas yang paling tradisional untuk belajar aktif. 1. Huruf U : Ini merupakan susunan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik memiliki permukaan untuk menulis dan membaca, para peserta didik dapat melihat anda dan atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Ini juga mudah untuk memasangkan mereka, terutama ketika terdapat dua tempat duduk yang setiap meja. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena anda dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. Anda dapat menyusun meja dan kursi dalam huruf U : Sediakan ruangan yang cukup antara satu tempat duduk dengan yang lain sehingga kelompok kecil yang terdiri tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah. Anda dapat juga menyusun meja dan kursi seperti meja oblong dalam huruf U yang kelihatan seperti setengah lingkaran. 2. Corak Tim L: Mengelompokkan meja-meja setengan lingkaran atau oblong di ruang kelas agar memungkinkan anda untuk melakukan interaksi tim. Anda dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika anda melakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat anda, papan tulis atau layar. Atau anda dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada siswa yang membelakangi papan tulis. 3. Meja Konferensi Ini terbaik jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi pentingnya pengajar dan menambahkan pentingnya peserta didik. Susunan ini dapat membentuk perasaan formal jika pengajar ada pada ujung meja. Jika pengajar duduk ditengah-tengah sisi yang luas, para peserta didik di ujung merasa tertutup. Anda dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan menggabungkan beberapa meja kecil (ditengahnya biasanya kosong). 20

23 4. Lingkaran Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat menyuruh peserta didik menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil. Jika anda menginginkan peserta didik memiliki tempat untuk menulis, gunakan susunan peripheral. Suruhlah mereka memutar kursi-kursinya melingkar ketika anda menginginkan diskusi kelompok. 5. Kelompok untuk kelompok : Susunan ini memungkinkan anda melakukan diskusi fishbowl (mangkok ikan) atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi aktifitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri dari dua konsentrasi lingkaran kursi. Atau anda dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar. 6. Workstation : Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, aktif dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemontrasikan. Tempat berhadapan mendorong partner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama. 7. Breakout groupings : Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara mereka sulit dijaga. 8. Susunan Chevron : Sebuah susunan ruang kelas tradisonal tidak melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia meja oblong, barangkali perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain daripada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah. 9. Kelas Tradisional : Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi, cobalah mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan penggunaan teman belajar. Cobalah membuat nomor genap dari baris-baris dan ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya. 10. Auditorium Meskipun auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun masih ada harapan. Jika tempat duduk tempat duduk itu dapat dengan mudah dipindah-pindah, tempatkan mereka dalam sebuah arc (bagian lingkaran) untuk membentuk hubungan lebih erat dan visibilitas peserta didik. 21

24 Membangun Suasana Belajar Satu hal penting tetapi justru sering dilupakan, terlalu sering disepelekan, dianggap bukan materi pokok pelatihan, adalah pentingnya persiapan awal sebelum pelatihan dilaksanakan. Padahal sebenarnya, bagian ini merupakan bagian yang sangat menentukan kelancaran suatu proses pelatihan yang dirancang berdasarkan asas- asas pendidikan kritis seperti yang memungkinkan terjadinya interaksi terbuka, spontan, jujur antar para peserta dengan fasilitator serta panitia teknis penyelenggaraan pelatihan. Tanpa interaksi semacam itu sulit mengharapkan terjadinya komunikasi dialogis dan kritis yang justru menjadi asas pelatihan ini. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kepribadiaan lah memang yang merupakan hambatan terbesar bagi penciptaan suasana yang hangat, spontan, terbuka, jujur. Kecenderungan kuat untuk menonjolkan diri atau selalu merujuk diri sendiri (self-centerd, selfish) adalah bentuk sikap dan perilaku yang paling jelas-jelas merupakan faktor penghambat yang serius. Tetapi sebaliknya kecenderungan yang terlalu menutup diri, malu, sungkan, dan kebiasaan sejenisnya juga merupakan penghambat yang tak kalah seriusnya. Dua bentuk sikap atau perilaku yang bertentangan itu sebenarnya sama sama tidak mendukung penciptaan suasana yang diinginkan. Tidak ada jalan lain kecuali harus mencairkan kecenderungan yang mengarah kepada kebekuan suasana itu, yakni dengan cara yang dikenal dalam pelatihan sebagai ice breaker. Ada seribu atau bahkan sejuta cara ice breaker yang pernah dikenal selama ini yang bentuknya bisa sangat beragam, mulai dari teka teki, cerita cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh, sampai permainan permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan pikiran. Namun apapun bentuknya suatu ice breaker yang baik adalah : Sedapat mungkin melibatkan semua peserta tanpa kecuali, jangan sampai ada yang hanya menjadi penonton saja, lebih baik lagi kalau gagasan-gagasannya justru berasal dari peserta sendiri. Sedapat mungkin melibatkan semua panca indera setiap orang, karena itu yang mengandung unsur adanya gerakan gerakan tubuh dan suara lebih disarankan. Sedapat mungkin menciptakan keharusan berinteraksi antar semua orang, karena itu disarankan bentuk bentuk permainan yang mengandung unsur unsure perlomabaan atau persaingan. Sedapat mungkin mengandung unsur unsur kejutan (surprise), misalnya sesuatu yang baru dikenal atau tidak disangka sangka sebelumnya, bukan sesuatu yang sudah terlalu umum dan biasa atau sudah dikenal baik selama ini, tetapi jangan yang terlalu banyak mengandung idiom idiom asing sehingga malah tidak dipahami oleh sebagian besar peserta. Sedapat mungkin mengandung unsur unsur kegembiraan (enjoyable) atau kelucuan yang menghilangkan rasa tegang atau bosan. Sedapat mungkin ringkas dan padat, menurut pengalaman, yang baik adalah sekitar 5 10 menit saja atau paling lama 15 menit dan tidak berbelit-belit cara melakukannya. Kalau 22

25 waktu yang tersedia cukup lama, maka harus dilakukan dengan tempo tinggi (cepat) dan dengan bentuk kegiatan beragam (tidak hanya satu jenis saja sampai membosankan). Sedapat mungkin memang ada kaitannya dengan pokok bahasan ata materi/topik yang sedang dibicarakan/dibahas pada waktu itu. Misalnya saja jika materi sessi saat itu adalah membahas masalah kepemimpinan yang demokratis, maka ice breaker yang perlu dikembangkan adalah membahas masalah kepemimpinan juga. Oleh karena itu setiap ice breaker juga harus diproses dalam daur belajar sehingga dapat diambil pelajaran bersama. Acara perkenalan di awal pelatihan adalah salah satu waktu terbaik dan merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan ice breaker dalam rangka menciptakan suasana pelatihan yang terbuka, hangat, spontan dan jujur, tetap serius tapi santai. Acara ini penting, karena suasana yang diciptakan akan banyak mempengaruhi suasana pada kegiatan dan hari hari berikutnya. Karena itu, usahakan acara perkenalan dilakukan dalam bentuk kegiatan yang mencairkan kebekuan yang kreatif dengan kaidah-kaidah asas di atas tadi. Hindari acara-acara berkenalan yang sudah lazim selama ini (misalnya, tiap orang berdiri dan memperkenalkan dirinya masing-masing). Juga lebih baik hindari memperkenalkan hal-hal yang sudah biasa dan tidak terlalu menarik lagi (misal : asal daerah, hobi, status marital, dll). Mengapa tidak memperkenalkan pandangan pandangan pribadi tentang suat hal yang berkaitan dengan tema pelatihan (hanya usahakan setiap orang tidak mengemukakan pandangannya dalam retorika berkepanjangan). Agar tidak terlalu berkepanjangandan semakin membuat bingung saja, sebaiknya kita berikan satu contoh cara perkenalan sekaligus suatu bentuk ice breaker untuk membentuk suasana awal pelatihan yang nisbi lebih terbuka dan spontan. 23

26 Identifikasi Kebutuhan Peserta Sebelum memproses pelatihan, hal lain yang penting untuk dilakukan adalah mengetahui karakteristik calon peserta pelatihan. Hal hal yang harus diperhatikan menyangkut peserta adalah: Berapa banyak peserta yang diundang dan berapa yang hadir? Mengapa mereka mau datang; kemauan mereka sendiri ataukah ada orang lain sebagai pimpinananya yang memerintahkan dia untuk datang. Apa harapan dan keinginan yang akan mereka peroleh? Apa kekhawatiran dan yang tidak dia inginkan terjadi selama pelatihan? Seberapa besar keterwakilan pengalaman, jenis kelamin, usia, dan status yang berbeda satu peserta dengan lainnya? Apakah mereka mempunyai prasangka tertentu terhadap atau tidak senang kepada anda secara pribadi maupun kepada organisasi anda? Adakah peserta yang memiliki pengetahuan khusus maupun umum yang berkaitan dengan masalah utama yang akan didiskusikan selama pelatihan? Pertanyaan tersebut akan membantu anda menentukan program pendek yang harus anda siapkan, materi latihan dan cara membantu anda dalam satu sessi tersendiri yang menghubungkan anda dengan kebutuhan kebutuhan belajar peserta. Dalam proses pelatihan dengan metode partisipatif mengenal dan menilai kebutuhan belajar menjadi salah satu prinsip yang harus dilakukan. Selama proses mengenal dan menilai kebutuhan peserta (kontrak belajar) jangan lupa perhatikan benar kebutuhan kebutuhan religius atau budaya yang dimiliki masing-masing peserta. Hal ini akan mempengaruhi penjadwalan anda selama pelatihan termasuk menetapkan jam atau hari tertentu yang memang sebaiknya tidak kita pakai sebagai jam belajar karena merupakan waktu ibadah bagi seorang pemeluk agama atau keyakinan tertentu. Materi apa saja yang akan dibicarakan, bagaimana tahapannya, membutuhkan waktu berapa dan kira kira memerlukan narasumber atau tidak merupakan hal penting yang harus dibicarakan di awal pelatihan. Tahap yang disebut KONTRAK BELAJAR. Kontrak belajar bisa dimulai dengan pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab peserta baik dengan tertulis atau lisan tentang : Apa saja yang telah dipelajari peserta menyangkut topik pelatihan Apa lagi yang mereka masih butuhkan untuk dipelajari lebih banyak Berapa waktu yang diperlukan untuk membicarakan materi itu? Selanjutnya untuk membantu dalam seleksi materi, cobalah minta peserta untuk menuliskan tentang : Apa yang harus diketahui atau dipahami? Apa yang sebaiknya diketahui atau dipahami? Dan apa yang boleh atau dapat dipahami? Selanjutnya setelah menemukan materi apa saja yang dibutuhkan, sebaiknya, susunlah kesepakatan itu dalam selembar tabel yang ditulis dalam kertas plano dan akan terus menerus ditempel di dinding hingga pelatihan selesai. 24

27 Teknik Bertanya Tipe terbaik dari latihan yakni bagaimana menjamin agar setiap orang dapat belajar bersama sama yang didasarkan pada mengerjakan daripada mendengarkan. Untuk menghindari dominasi dalam proses, gunakanlah diskusi diskusi dalam kelompok yang lebih kecil jumlah orangnya. Contoh ringkas berguna untuk bertanya pada peserta menerima mereka dan menulis pikiran mereka. Contohnya : Apa problem yang telah anda kemukakan dalam menggunakan tiap tiap metode? Bagaimana kemungkinan anda menggunakan pendekatan ini dalam pekerjaan anda? Dengan membiarkan kita menyangka dan bertanya-tanya bahwa anda telah melakukan. Bagaimana tindakan anda? Apabila fasilitator belum mampu mengumpulkan jawaban dan mendiskusikan bersama peserta, lebih baik usahakan peserta untuk berpartisipasi secara aktif dengan merefleksikan pada apa yang telah dipresentasikan. Dengan membagi peserta dalam sub kelompok untuk waktu latihan kelompok kritis dengan cepat pada subyek sebelum diskusi. Contoh, anda membicarakan tentang bentrokan Negara yang tidak diantisipasi dari kepastian politik pada situasi Negara yang panas, kemudian anda mungkin menanyakan peserta untuk menghentikan dan refleksi pada pengalaman mereka sendiri. Pertanyaan yang diberikan, misalnya : Apa contoh yang anda ketahui dimana politik mempunyai konsekuensi negatif untuk manajeman?. Peserta akan lebih terlibat dibandingkan apabila anda memberikan contoh sendiri. Juga tidak harus semua pertanyaan peserta dijawab oleh fasilitator, menjawab semua pertanyaan peserta bisa produktif tapi sebaliknya bisa gagal total (tidak dinamis sama sekali),peserta pasif dan tidak dinamis sama sekali. Disamping itu biar bagaimanapun peserta adalah juga sumber belajar yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk dibagikan. yang penuh pertanyaan pertanyaan pada waktu latihan cukup penting. Pertanyaan membantu mengklarifikasikan topik dan poin untuk partisipan lain. Janganlah membiarkan peserta berada pada situasi dan kebijaksanaan mereka sendiri. Jika anda mempunyai waktu, kemudian menangkap sikap kritis dalam kelompok kecil sebelum waktu Tanya jawab dalam pleno yang lebih besar, maka sebaiknya doronglah setiap peserta yang aktif untuk mengkontribusikan hal-hal yang ditemukan dalam kelompok kecil itu untuk disampaikan dalam diskusi pleno. Cara seperti ini juga membantu fasilitator untuk menciptakan suasana yang hidup dalam diskusi yang lebih besar (pleno). Tidak selalu mudah untuk memfasilitasi waktu latihan dan Tanya jawab, sumbang saran. Apa yang perlu dilakukan untuk memungkinkan membantu mereka lebih tenang. Jangan mengharapkan pertanyaan dari peserta dengan tergesa-gesa, terlalu agresif, semacam mengejar-ngejar peserta untuk segera bertanya. Janganlah mendiskusikan satu kasus saja, karena peserta yang diluar kasus tersebut lama lama akan bosan mendengarkan, yang paling penting adalah masalahnya pada setiap peserta itu tidak selalu ada. Memilih pertanyaan untuk peserta seperti memperkirakan.. atau dalam pengalaman anda. Untuk mengusahakan pertanyaan selanjutnya dari mereka. 25

28 Jika ukuran ruangan sangat luas dan ada peserta yang bicara dengan volume yang terlalu kecil, sebaiknya fasilitator mengulangi pertanyaan agar semua peserta mendengar, sebelum fasilitator menjawabnya. Menulis kembali (dalam buku catatan anda) poin poin pertanyaan peserta dan rencana komentar anda atau menjawab dengan satu atau dua kata pokok. Menjawab dengan ringkas. Jika anda tidak dapat menjawab, katakan bahwa anda tidak bisa menjawab, lemparkan apakah ada saran dari peserta. Ketika waktu hampir selesai, segera mengatakan pada kelompok umpamanya dengan menangatakan, hanya tinggal dua orang untuk mengambil kesempatan bertanya. Jika anda menyadari ada perumusuhan, coba untuk tetap tenang dan menjaga suasana dengan melempar humor. Memberi pertanyaan pada partisipan lain dengan menanyakan pada mereka tentang kritik pada statemen atau pertanyaan yang berbeda. Kalau memang harus merespon pada statemen yang bernada permusuhan, sebaiknya gunakan kerangka persetujuan untuk mengurangi ketegangan dan mengakui nilai apa dari menentang pendapat seperti itu. Jika ada peserta yang lebih suka melempar statemen daripada memberi pertanyaan, kemudian mempertimbangkan, dan membenarkan pendapat mereka dengan mengatakan terima kasih. Hal ini menimbulkan minat berpikir. Pertanyaan selanjutnya diberikan waktu. Jika anda merasa ragu-ragu belum mengeri betul apa yang dimaksud dalam pertanyaan yang dilemparkan peserta, sebaiknya anda lempar pertanyaan tersebut kembali yaitu Apakah saya mengerti pertanyaan anda..?. Tugas yang paling berat adalah meringkas apa yang telah dikatakan suatu kelompok dalam perputaran waktu Tanya jawab dengan tidak menghilangkan substansinya. Bagaimana Caranya Bertanya? Sepintas nampaknya tidak penting, bukankah tanya jawab dalam suatu obrolan adalah hal yang lumrah dialami sehari hari?. Padahal, justru bertanya itulah satu-satunya keterampilan pokok, mutlak yang harus dikuasai oleh Pemandu sebelum mempelajari yang lain. Sangat gamblang dan jelas nalarnya, karena hakekat dari pendidikan partisipatif adalah bahwa seorang Pemandu adalah pelayan dan pelancar aktivitas belajar peserta atas dasar pengalaman peserta sendiri. Tidak sedikit kita temukan, hal tersebut merupakan kelemahan umumnya dalam penyelenggaraan pelatihan, dimana proses belajar mandeg atau bahkan salah arah gara-gara Pemandu melemparkan pertanyaan yang tidak tepat. Di kalangan Pemandu pemula seringkali ditemukan merka bingung dan grogy di depan kelas hanya karena mereka kehilangan kata kata untuk bertanya. Dalam keadaan panik dan bingung seperti itu seringkali penyakit untuk menjelaskan bahken menyimpulkan dilakukan dengan mengatasnamakan pengalaman belajar para peserta, padahal merupakan pandangan pemandu. Dengan demikian prinsip dasar pendidikan ktritis pun akhirnya dilanggar. Teknik bertanya dalam proses fasilitasi, sebenarnya sederhana saja. Yang paling penting adalah kesadaran untuk tetap taat azas pada prinsip-prinsip latihan partisipatif. Bahkan tidak ada salahnya, tidak berdosa, dan tidak bergengsi bagi seorang pemandu untuk mengakui saja tidak tahu ( atau bahkan pura pura tidak tahu ) mengenai hal hal yang ditanyakan oleh peserta dan melemparkan pertanyaan tersebut kepada peserta lainnya. Hal ini menjadi prinsip agar peserta mengemukakan pendapat dan pengalamannya. 26

29 Beberapa hal yang bersifat lebih teknis, antara lain : Sebaiknya usahakanlah agar setiap pertanyaan yang diajukan tidak panjang lebar, tapi singkat dan jelas, jika perlu ulangi sampai peserta merasa jelas, terutama jika pertanyaan tersebut hanya ditujukan pada peserta tetentu. Usahakan agar jangan sampai peserta gelagapan atau malah gugup menjawabnya, maka hindari pertanyaan yang bersifat tendensius apalagi dengan gaya bertanya yang menghakimi karena pemandu itu bukan jaksa dan bukan pula interrogator. Dalam meneruskan sebuah pertanyaan dari peserta kepada peserta lainnya, hindari jangan sampai terjadi perang tanding (berdebat di luar kendali pemandu). Jika perlu pertanyaan tersebut bisa dikembalikan kepadanya lagi dengan pertanyaan balik, umpamanya : menurut anda sendiri bagaimana?. Hal tersebut dapat mendorong agar dia sendiri berfikir dan tidak menganggap pemandu adalah orang yang tahu segalanya. Banyak hal yang ternyata bisa dipahami justru setelah mengalami sendiri bagaimana memfasilitai, memandu proses latihan dengan kondisi yang ada. Sebagai pedoman teknis, jenis jenis pertanyaan dasar yang paling sering digunakan dalam kegiatan latihan selama ini, antara lain sebagai berikut : Pertanyaan ingatan : Dimana anda mengalami? Kapan hal itu terjadi? Apakah kejadian tersebut pernah tejadi pada diri anda? Dengan pengalaman ini, apakah bisa diakitan dengan pengalaman anda sebelumnya? Pertayaan Pengamatan Apa yang sedangterjadi? Apakah anda melihatnya? Pertanyaan Analitik? ( Urai sebab akibat ) Mengapa perbedaan pendapat itu tejadi? Bagaimana akibat kegiatan ini terhadap perilaku kelompok? Pertanyan Hipoteik (memancing praduga ) Apa yangakan tejadi? Kemungkinan apa akibatnya seandainya.? Pertanyaan Pembanding Siapakah dalam hal ini yang benar? Mana yang anda anggap paling tepat antara dan..? Pertanyaan Proyektif ( Mengungkap ke depan ) Coba bayangkan seandainya anda menghdapi seperti itu, apa yang akan anda lakukan? Pertanyaan Tertutup Kita sebagai fasilitaor, seyogyanya tidak melemparkan pertanyaan yang menjurus, IYA KAN? Dengan demikian maka Contoh contoh pertanyaan di atas, apapun bentuk dan jenis pertanyaannya, semuanya tetap bertumpu dari kata kata kunci atau pertanyaan pokok Apa, Siapa, Dimana dan kapan adalah kata tanya untuk mengungkap fakta, sementara kata kunci Bagaimana dan Mengapa? adalah kata tanya untuk mengungkap pendapat, digunakan pada tahap menganalisa, juga pada tahap kesimpulan, karena pada tahap ini memang dimaksudkan lebih terfokus pada pendapat peserta. Jenis pertanyaan analitik, hipotetik dan pembanding juga lebih banya digunakan pada tahap kesimpulan. Adapun pertanyaan tertutup biasanya digunakan pemandu ketika ingin menegaskan kembali kesimpulan peserta di akhir kegiatan. 27

30 Pengalaman Memfasilitasi Ketika pertama kali anda berdiri menjadi pemandu, sangat wajar jika anda merasa cemas, ini merupakan pekerjaan yang sangat menakutkan, sebetulnya itulah awal latihan untuk menjadi pemandu. Banyak yang menganggap hal seperti itu merupaka suatu rintangan. reaksi umum yang ditanyakan untuk membicarakan suatu hal oleh peserta rasanya seperti terror. Maka jangan dipelihara lama lama sikap dan perasaan seperti itu. Pikirkan, bahwa satu ketakutan akan hilang dengan menggunakan percakapan. Gunakan keberanian mengajak peserta dengan semangat bersahabat, jangan dipahami sebagai pihak musuh yang akan merintangi pekerjaan anda, maka : Persiapkan segala sesuatunya. Untuk membangun kepercayaan diri dengan melakukan persiapan yang baik. Anda jangan berpretensi bahwa ada pihak yang akan mengambat, menentang presentasi anda. Janganlah melakukan audiensi dengan memasang sikap bermusuhan. Janganlah memulai dengan mengacam menyesuaikan diri sendiri. Ilustrasikan proses yang akan dikerjakan secara ideal, dan bayangkan akan hal-hal yang menyenagkan. Menemukan tempat dimana anda dapat sendirian selama 10 menit sebelumnya acara dimulai. Tempat yang baik untuk menenangkan diri adalah toilet. Anda bisa melakukan gerak badan sejenak untuk melemaskan urat saraf anda yang tegang untuk mencapai situasi tubuh yang rilek. Satu dari jalan terbaik untuk ketenangan diri anda sendiri dan ketenangan perasaan anda yaitu dengan cara menarik napas panjang melalui hidung dan mengeluarkan napas pelan-pelan melalui mulut, lakukan beberapa kali. Mulai pembicaraan dengan peserta ketika mereka datang. Tersenyum dan rileks. Untuk mengetahui nama dan wajah. Hal ini akan mengurangi perasaan mengintimidasi. Ciptakan suasana santai dan tidak formal Ambilah posisi anda berbaur di antara tempat duduk peserta. Berbicara pada peserta dengan menggunakan kita, kami daripada menggunakan kata anda atau kamu. Kesalahan adalah bagian yang berharga dari proses belajar. Meletakan pemandu sejajar dengan peserta adalah hal yang positif, karena pada dasarnya mereka juga sama-sama membantu menunjukkan pengalaman anda. Menunjukkan, mendorong dan menghargai kemampuan peserta merupakan usaha untuk membuat niat belajar. Perencanaan yang sederhana dengan contoh contoh konkret merupakan awal suatu proses agar peserta dapat berpengalaman dengan hasil yang baik. 28

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F35. Pelatihan Utama. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F35. Pelatihan Utama. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Utama F35 Belajar Bersama PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Mitra Belajar 1 Kegiatan 1: Perkenalan 2 Kegiatan 2:

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C32. Relawan/BKM/Lurah/UP. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C32. Relawan/BKM/Lurah/UP. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan/BKM/Lurah/UP C32 Belajar Bersama PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Mitra Belajar 1 Kegiatan 1: Permainan Membangun

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C08 BKM/LKM. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C08 BKM/LKM. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS BKM/LKM C08 Belajar Bersama PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Mitra Belajar 1 Kegiatan 1: Perkenalan 2 Kegiatan 2: Mengisi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F16. Pelatihan Dasar 3. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F16. Pelatihan Dasar 3. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 3 F16 Belajar Bersama PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Mitra Belajar 1 Kegiatan 1: Perkenalan 2 Kegiatan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F00. Pelatihan Dasar 1. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F00. Pelatihan Dasar 1. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 1 F00 Belajar Bersama PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Mitra Belajar 1 Kegiatan 1: Perkenalan 2 Kegiatan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS PEMDA P00. Pelatihan Dasar. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS PEMDA P00. Pelatihan Dasar. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS PEMDA Pelatihan Dasar P00 Belajar Bersama PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Mitra Belajar 1 Kegiatan 1: Perkenalan 2 Kegiatan 2: Mengisi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C47. Relawan dan BKM. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C47. Relawan dan BKM. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan dan BKM C47 Belajar Bersama PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Mitra Belajar 1 Kegiatan 1: Perkenalan 2 Kegiatan 2:

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C00. Relawan. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C00. Relawan. Belajar Bersama. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C00 Belajar Bersama PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Mitra Belajar 1 Kegiatan 1: Perkenalan 2 Kegiatan 2: Mengisi

Lebih terperinci

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN

BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN BAB 1: ORIENTASI PELATIHAN Pokok Bahasan Perkenalan dan Kontrak Belajar Langkah-langkah Fasilitasi Perkenalan Langkah-langkah Fasilitasi Kontrak Belajar Penulis Muchtadlirin Penyelia Tulisan Fahsin M.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

FASILITATOR KUMPULAN MODUL PELATIHAN DASAR FASILITATOR PROGRAM NASIONALPEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

FASILITATOR KUMPULAN MODUL PELATIHAN DASAR FASILITATOR PROGRAM NASIONALPEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN PELATIHAN PEMANDU FASILITATOR KUMPULAN MODUL PELATIHAN DASAR FASILITATOR PROGRAM NASIONALPEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Modul 1 Topik: Mitra Belajar 1. Saling mengenal, saling memahami

Lebih terperinci

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar. Peserta memahami tujuan, Apa yang akan diperoleh dan bagaimana pelatihan akan dilakukan 2. Membangun kesepatakan untuk melakukan pembelajaran bersama Kegiatan

Lebih terperinci

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar. Peserta memahami tujuan, Apa yang akan diperoleh dan bagaimana pelatihan akan dilakukan 2. Membangun kesepatakan untuk melakukan pembelajaran bersama Kegiatan

Lebih terperinci

TEKNIK BERTANYA DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh :Winarto

TEKNIK BERTANYA DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. Oleh :Winarto TEKNIK BERTANYA DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Oleh :Winarto A. Pendahuluan Bertanya merupakan salah satu dari tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas.

Lebih terperinci

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan Peserta memahami prasyarat dan ciri program Sosial berkelanjutan 1. Brainstorming Prasyarat dan Ciri Program Sosial Berkelanjutan 2. Diskusi Kelompok Lembar

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 2 F12 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Memahami Pemetaan Swadaya 1 Kegiatan 1: Diskusi

Lebih terperinci

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI P E R K O TA A N KUMPULAN PANDUAN PEMANDU PELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH PP.03 LOKASI SIKLUS TAHUN KE 4 Modul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

Modul 1 Topik: Orientasi Belajar

Modul 1 Topik: Orientasi Belajar Modul 1 Topik: Orientasi Belajar 1 Peserta Saling mengenal, saling memahami dan menghargai perbedaan 2 Peserta mampu menciptakan keakraban 3 Peserta memahami tujuan, Apa yang akan diperoleh dan bagaimana

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Belajar melakukan perbaikan sikap dan perilaku Belajar merubah cara pandang terhadap persoalan kemiskinan dan pemecahan

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

Review Pelaksanaan Siklus

Review Pelaksanaan Siklus DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan dan BKM C48 Review Pelaksanaan Siklus Identifikasi Masalah 2 Pemetaan Swadaya 3 Membangun BKM KSM Tahap Perencanaan

Lebih terperinci

Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator

Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator Peserta menyadari perlunya perubahan peran fasilitator Peserta memahami transformasi peran dari fasilitator umum ke fasilitator wirausaha ke konsultan pembangunan

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM BUKU 5a SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-P2KP Panduan Fasilitasi Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut: PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGELOLAAN PELATIHAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PNPM Mandiri Perkotaan telah menetapkan tujuan Membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/desa peserta

Lebih terperinci

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN Menjawab Pertanyaan Kajian (Analisa Kajian Data Sekunder) PT. PRISMAITA CIPTA KREASI Metode

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan BUKU 4d SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Modul 3 Persoalan Kritis Dalam Membangun KSM Untuk Penghidupan

Modul 3 Persoalan Kritis Dalam Membangun KSM Untuk Penghidupan Modul 3 Persoalan Kritis Dalam Membangun KSM Untuk Penghidupan Peserta memahami dan menyadari berbagai tantangan dalam membangun KSM untuk mengembangkan penghidupan Kegiatan 1 : Curah pendapat mengenai

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM BUKU 7 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM Perkotaan DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) BUKU 2 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1

KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1 KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1 I.Latar Belakang Salah satu tahapan pelaksanaan P2KP adalah Pembangunan BKM, yang dipandang menjadi bagian yang merupakan tahapan yang

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL

MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL PP MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL Topik Tujuan Kegiatan belajar Waktu Acuan Penguatan Pendampingan KSM dalam Kegiatan Sosial 1. Peserta memahami tentang pentingnya penguatan modal sosial di dalam KSM 2. PANCASUTRA,tanggung

Lebih terperinci

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan 1. Pengantar Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai

Lebih terperinci

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

Modul 4 Gagasan KSM Ideal

Modul 4 Gagasan KSM Ideal Modul 4 Gagasan KSM Ideal Peserta mampu merumuskan pengertian dan kriteria suatu KSM yang siap mengembangkan penghidupan Kegiatan 1 : Curah pendapat KSM yang ideal Kegiatan 2 : Diskusi definisi dan kriteria

Lebih terperinci

Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT)

Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Tata cara pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Disampaikan pada perkuliahan Pengembangan Masyarakat di FKM USU Senin/Tanggal 26 Mei 2014. Pelaksanaan FGD/DKT perlu

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

Tahapan Pemetaan Swadaya

Tahapan Pemetaan Swadaya Langkah Satu : Persiapan Agar proses Pemetaan Swadaya memperoleh hasil yang optimal, dan memperkecil resiko kegagalan, serta mempermudah pelaksanaan di lapangan, maka perlu persiapan yang baik. Di bawah

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 I. MENGAPA POB DIPERLUKAN? a. Untuk Meningkatkan kemampuan personil konsultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi BUKU 4c SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan parisipatif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi

Lebih terperinci

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS)

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitator

Lebih terperinci

Modul 6 Membangun Nilai Dan Aturan Dasar Kelompok

Modul 6 Membangun Nilai Dan Aturan Dasar Kelompok Modul 6 Membangun Nilai Dan Aturan Dasar Kelompok Peserta memahami perlunya nilai dan aturan dasar dalam membangun kelompok Peserta meyakini bahwa nilai nilai luhur kemanusiaan dan lima aturan dasar Kelompok

Lebih terperinci

Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK)

Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK) BUKU 3 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Diskusi

Lebih terperinci

MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF

MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF Pengertian dan Manfaat Media belajar adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang jenis dan bentuknya bermacam macam. Dalam menyiapkan dan merancang media

Lebih terperinci

PERTEMUAN 18 PRESENTASI ILMIAH

PERTEMUAN 18 PRESENTASI ILMIAH PERTEMUAN 18 PRESENTASI ILMIAH A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai presentasi ilmiah. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 18.1. Menjelaskan presentasi ilmiah 18.2. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Tempat Penelitian Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 3 Bayat yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal nilai keterampilan berbicara pada pelajaran

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C06. Relawan. Pembangunan BKM. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C06. Relawan. Pembangunan BKM. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C06 Pembangunan BKM PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT Membangun BKM/LKM 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Persentase ketuntasan siswa pada prasiklus

Gambar 4.1 Diagram Persentase ketuntasan siswa pada prasiklus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Prasiklus Proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, guru hanya mengajar dengan ceramah. Guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa, sehingga guru lebih aktif

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Pencarian Bilangan Pecahan

Pencarian Bilangan Pecahan Pencarian Bilangan Pecahan Ringkasan Unit Siswa ditugaskan sebuah profesi yang menggunakan pecahan bilangan dalam pekerjaannya. Mereka meneliti, meringkas, menarik kesimpulan, dan mempresentasikan penemuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pratindakan Peneliti melakukan observasi sebelum melaksanakan penelitian. Observasi bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4a SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Pemetaan Wilayah, Sebaran Warga Miskin, Sarana dan Prasarana Lingkungan Perumahan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat

Lebih terperinci

Beberapa Teknik Fasilitasi* *Mengacu pada bahan bacaan yang disusun Dani Wahyu Munggoro dan Budhita Kismadi atas budi baik Bp.

Beberapa Teknik Fasilitasi* *Mengacu pada bahan bacaan yang disusun Dani Wahyu Munggoro dan Budhita Kismadi atas budi baik Bp. Beberapa Teknik Fasilitasi* *Mengacu pada bahan bacaan yang disusun Dani Wahyu Munggoro dan Budhita Kismadi atas budi baik Bp. Yando Zakaria Sasaran sesi ini : Peserta mengetahui ciri-ciri fasilitator

Lebih terperinci

Modul 10. POD dan Metode Pelatihan Partisipatif

Modul 10. POD dan Metode Pelatihan Partisipatif Modul 10 POD dan Metode Pelatihan Partisipatif Peserta memahami dan menyadari: 1. Semua warga belajar adalah narasumber 2. Pendiidkan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi 3. Metode-metode

Lebih terperinci

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) BUKU 5 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Gallery Walk (GW) Secara etimologi, Gallery Walk terdiri dari dua kata yaitu gallery dan walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI P E R K O TA A N KUMPULAN PANDUAN PEMANDU PELATIHAN PENGUATAN BKM/UP/RELAWAN/LURAH PP.02 LOKASI SIKLUS TAHUN KE 3 Modul

Lebih terperinci

Fighting Inequality for Better Growth

Fighting Inequality for Better Growth Panduan Sesi IDF 2017 Indonesia Development Forum 2017 Fighting Inequality for Better Growth Jakarta, 9-10 August 2017 PANDUAN SESI IDF 2017 Daftar Isi 1. Pembagian acara a. Sesi pleno b. Sesi parallel

Lebih terperinci

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

MENULIS ITU BERCERITA!

MENULIS ITU BERCERITA! SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum

Lebih terperinci

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32 Sebelum melakukan pelatihan diperlukan penjajagan kebutuhan pelatihan kepada masyarakat, petani, petugas, kepala desa, dan instansi terkait dengan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas I SDN Tingkir Lor 1 Salatiga. Sebelum dilaksanakannya

Lebih terperinci

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis BUKU 6 SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan Fasilitasi PJM

Lebih terperinci

BUKU 4 MENDENGARKAN (DALAM MEMFASILITASI) TEKNIK BERTANYA/ MENDENGARKAN

BUKU 4 MENDENGARKAN (DALAM MEMFASILITASI) TEKNIK BERTANYA/ MENDENGARKAN (DALAM MEMFASILITASI) 1 61 1 62 BAB 3 Teknik Bertanya/ Mendengarkan (Dalam Memfasilitasi) Banyak orang berpikir bahwa yang paling diperlukan fasilitator adalah keterampilan berbicara di depan orang banyak.

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Banyubiru 01 di Dusun Kampung Rapet, Desa Banyubiru, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4b SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Ranking Kemiskinan dan Transek Lingkungan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus

Lebih terperinci

PB 1. Visi Undang-undang Desa

PB 1. Visi Undang-undang Desa PB 1 Visi Undang-undang Desa SPB 1.1. Visi Perubahan Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan visi UU Desa tentang perubahan desa yang maju, kuat, mandiri, berkeadilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pratindakan Kegiatan pratindakan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal objek penelitian sebelum diberi tindakan. Kegiatan

Lebih terperinci

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Pertanyaan Penelitian Siapakah yang menjadi relawan dan apa saja jenis kemampuan, kapasitas, dan komitmen

Lebih terperinci

Modul ke: Produksi Berita TV. Wawancara Dalam Berita TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: Produksi Berita TV. Wawancara Dalam Berita TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting. Modul ke: 09 Syaifuddin, Fakultas Ilmu Komunikasi Produksi Berita TV Wawancara Dalam Berita TV S.Sos, M.Si Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id Wawancara dalam Berita TV Wawancara dalam

Lebih terperinci

MATERI 1 PEMBAHASAN JADWAL. Manjilala

MATERI 1 PEMBAHASAN JADWAL. Manjilala MATERI 1 PERKENALAN DAN PEMBAHASAN JADWAL Manjilala www.gizimu.wordpress.com TUJUAN BELAJAR Peserta, pelatih, dan panitia dapat menciptakan suasana keakraban selama pelatihan Peserta dapat menyebutkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN

PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKem) Waktu: 2 jam A. PENGANTAR Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG =====================================================

PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG ===================================================== Lampiran PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG ===================================================== TRANSKRIP HASIL WAWANCARA 1. Apakah arti penting

Lebih terperinci

ANALISA KOMUNITAS. Kelompok sasaran: Alat dan bahan: Rencana fasilitasi. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit.

ANALISA KOMUNITAS. Kelompok sasaran: Alat dan bahan: Rencana fasilitasi. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit. Modul I1: MemMerencanakan Kegiatan Waktu: 90 menit Pengantar: ANALISA KOMUNITAS Aktivitas belajar ini tepat diberikan kepada kelompok yang mau menyusun rencana kegiatan atau yang mau memfasilitasi perencanaan

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PNPM MANDIRI PERKOTAAN Modul 1 Orientasi Belajar 1 Kegiatan 1 Perkenalan 3 Kegiatan 2 Penjelasan Kurikulum Pelatihan/GBPP 3 Modul 2 Perencanaan Partisipatif Review PS dan PJM Pronangkis 7 Kegiatan 1 Diskusi Kelompok Analisa

Lebih terperinci

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT Modul Pelatihan MODUL MP-1 BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC) I. DESKRIPSI SINGKAT Dalam suatu pelatihan terutama pelatihan dalam kelas, bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap hasil belajar siswa kelas 5 SDN Karangduren 04 sebelum dilaksanakan penelitian

Lebih terperinci

TEMA BAGAIMANA TATA CARA PEMBANGUNAN KSM

TEMA BAGAIMANA TATA CARA PEMBANGUNAN KSM Materi Tujuan TEMA BAGAIMANA TATA CARA PEMBANGUNAN KSM Membangun nilai dan lima aturan dasar Peserta memahami perlunya nilai dan aturan dasar dalam membangun kelompok Peserta meyakini bahwa nilai nilai

Lebih terperinci

siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru,

siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan dengan melihat kondisi awal hasil belajar matematika pada siswa kelas 3 SD Negeri Kaliwungu 03, Kecamatan Kaliwungu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Pendidikan Anak Usia Dini Bhayangkari 26 Kota Bengkulu dengan dua siklus. Pada setiap siklus

Lebih terperinci

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011 KEGIATAN & SUB-KEGIATAN MILESTONE 1.1. PENDAMPINGAN TINGKAT PEMDA KOTA/ KAB 1.1.1. SERANGKAIAN LOBBY-LOBBY, SILATURAHMI SOSIAL DAN SOSIALISASI AWAL TINGKAT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL. Disusun Oleh : Anggi Permana

MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL. Disusun Oleh : Anggi Permana 122 MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL Disusun Oleh : Anggi Permana 14320102 123 PENDAHULUAN Manual ini berisikan sebuah panduan terapi yang dirancang

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu Konsep Dasar Paham Mau Pelatihan yang berorientasi pada penumbuhan pemahaman, motivasi, dan kemampuan dari Fasilitator untuk penanganan program secara partisipatif, transparan, akuntabel, mandiri dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

Modul 7 Membangun KSM Harapan

Modul 7 Membangun KSM Harapan Modul 7 Membangun KSM Harapan Peserta memahami tahapan perkembangan KSM Peserta memahami tata cara membangun KSM harapan (yang mampu mengembangkan penghidupan yang berkelanjutan) Peserta mampu membangun

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci