Topik 2. Lebah Madu. Buku Seri Iptek V Kehutanan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Topik 2. Lebah Madu. Buku Seri Iptek V Kehutanan"

Transkripsi

1 Topik 2 Lebah Madu

2 5. Pokok-pokok Pengembangan Budidaya Lebah Madu Teknik Budidaya Lebah Madu Trigona sp di Pulau Lombok Seleksi Koloni Unggul Teknik Ekstraksi Rendemen Propolis Trigona sp dengan Pelarut Air Pemanenan Madu Hutan Penurunan Kadar Air Madu Analisis Kelayakan Usaha Lebah Madu... 36

3 5 Pokok-pokok Pengembangan Budidaya Lebah Madu 16 Deskripsi Budidaya lebah madu adalah satu kegiatan usaha yang tidak berbasis lahan, sehingga tidak menjadi pesaing bagi usaha pertanian pada umumnya. Perlebahan bahkan berperan dalam optimalisasi sumberdaya melalui pemanfaatan nektar dan serbuksari, yakni produk tumbuhan yang sebagian besar akan terbuang percuma apabila tidak dimanfaatkan untuk pakan lebah madu. Dengan demikian perlebahan merupakan jenis kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah terhadap budidaya tanaman. Budidaya Lebah Gambar: Kuntadi Perlebahan memiliki peranan penting di dalam strategi pembangunan ekonomi mayarakat pedesaan dan sektor pertanian berkelanjutan. Kegiatan perlebahan menghasilkan produk pangan berkualitas yang dapat membantu meningkatkan gizi dan penghasilan masyarakat pedesaan. Melalui fungsi polinasi, lebah madu berperan dalam meningkatkan produksi buah dan biji serta menjaga kelangsungan hidup dan keragaman jenis tumbuhan. Pengembangan perlebahan dinilai penting mengingat Indonesia memilili potensi yang sangat besar di bidang ini. Keadaan alam dan kondisi ilklim yang sangat mendukung untuk usaha budidaya lebah, seperti tersedianya sumber pakan (bee forage) sepanjang tahun Budidaya Lebah Lokal Gambar: Kuntadi

4 dan aneka jenis lebah madu. Selain itu, masyarakat secara tradisional sudah mengenal budidaya lebah dan potensi pasar produk perlebahan masih sangat terbuka, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun permintaan pasar internasional. Aplikasi Pengembangan budidaya lebah madu sangat tergantung dari beberapa faktor kunci yang menentukan keberhasilan, antara lain; 1. Ketersediaan Sumber Pakan a) Inventarisasi jenis dan kelimpahan tanaman pakan serta pendataan kalender pembungaan b) Pengayaan Tanaman Pakan 2. Model Budidaya Lebah Madu Budidaya lebah madu di Indonesia terdiri dari lebah lokal (Apis cerana) dan lebah impor (A. millifera). Bentuk dan teknik manajemen koloni tergantung jenis lebah madu yang dikelolanya. a) Budidaya Menetap (Stationary Beekeeping) Jenis lebah madu yang dibudidayakan secara menetap umumnya adalah jenis lokal A. cerana. Keberhasilan budidaya menetap sangat tergantung dari ketersediaan sumber pakan sepanjang tahun dan masa pembungaannya b) Budidaya Berpindah (Migratory Beekeeping) Jenis lebah madu yang dibudidayakan secara berpindah adalah jenis A. mellifera. Lebah digembalakan secara berpindahpindah mengikuti musim pembungaan tanaman. Akan lebih baik apabila di satu lokasi tersedia tanaman penghasil Budidaya Apis Cerana di Bawah Tegakan Acacia crassicarpa di Prawang Gambar: Kuntadi 17

5 18 serbuksari dan nektar dalam jumlah banyak karena akan menekan biaya angon. Hasil produksi budidaya berpindah tergantung dari luas dan banyaknya jenis tanaman sumber pakan yang dapat dimanfaatkan untuk menggembalakan lebah madu. 3. Pengelolaan Koloni dan Apriari a) Budidaya Menetap Budidaya menetap sebaiknya hanya dilakukan pada lokasi dengan tanaman sumber pakan yang masa pembungaan dan atau sekresi nektarnya melimpah dalam waktu panjang dan juga tersedia sumber serbuksari. Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas koloni maka koloni lebah harus diletakkan menyebar sedemikian rupa sehingga setiap koloni dapat memperoleh pakan secara maksimal. b) Budidaya Berpindah Budidaya berpindah membutuhkan informasi dan pengetahuan musim pembungaan tumbuhan serta peta dan data luasan tanaman pakan. Peta dan data tersebut digunakan untuk menentukan kemana koloni lebah akan digembalakan. Hal tersebut akan dilakukan berulang setiap tahun, baik lokasi maupun tata urutan waktu penggembalaannya sehingga membentuk siklus tahunan. Pemanfaatan Hutan Tanaman untuk Budidaya Lebah Madu Gambar: Kuntadi Proses Pemindahan Lebah Madu dalam Budidaya Berpindah Gambar: Kuntadi

6 Stup Budidaya Lebah Madu Eropa Gambar: Kuntadi Tantangan Ketersediaan sumber pakan, informasi jenis dan kelimpahan tanaman pakan serta kalender pembungaan menjadi faktor penentu dalam pengembangan budidaya labah madu. Informasi tersebut akan menentukan jenis lebah yang dapat diusahakan dan pola budidaya yang akan diterapkan dan menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam pengembangan budidaya lebah madu di Indonesia. Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel ( ) Gambar : Kuntadi : Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) : kuntadi_sansoewadi@yahoo.co.id : Kuntadi, Puskonser dan BPTHHBK Mataram Pemberdayaan Masyarakat dalam Budidaya Madu Gambar: Puskonser 19

7 20 Madu di Indonesia didominasi oleh madu yang dihasilkan oleh lebah madu Apis sp. Namun, ada lebah madu jenis Trigona sp yang juga dapat menghasilkan madu, tetapi produksinya tidak sebanyak Apis sp. Ciri khas dari madu Trigona sp adalah madunya mempunyai rasa asam. Rasa madu yang asam menjadi salah satu keistimewaan dari trigona, selain harganya mahal karena trigona memproduksi sedikit madu daripada apis. Budidaya trigona akan mendapat manfaat antara lain : 1) manfaat ekologis : proses penyerbukan oleh lebah dalam keterkaitan pakan, 2). manfaat ekonomi : produk produk yang dihasilkan trigona berupa madu, propolis, bee pollen dan lainlain, 3). manfaat sosial : sebagai sumber penghasilan, membuka peluang usaha bagi masyarakat, obyek penelitian dan sebagai potensi daerah. 6 Deskripsi Teknik Budidaya Lebah Madu Trigona sp di Pulau Lombok Trigona sp merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu jenis lebah madu yang tidak bersengat (stingless bee). Trigona mengandalkan propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator dan untuk mempertahankan kestabilan suhu di dalam sarang. Pembudidaya trigona ditemukan di dataran rendah (daerah pantai) hingga ke daerah dataran tinggi (pegunungan) dan berhasil dibudidayakan di semua lokasi. Teknik budidaya lebah madu trigona sangat mudah. Peralatan yang harus disiapkan dalam membudidayakan trigona adalah sarang (stup), tali tambang, pisau kikis, mangkuk, saringan dan tempat hasil perasan madu. Pembuatan stup dibutuhkan papan kayu dengan ketebalan kayu ± 2 cm dan paku. Pembuatan stup lebah madu Trigona sp menggunakan kayu dengan ketebalan ± 2 cm karena untuk menjaga kelembaban dan stabilitas sarang (Hermawan, 2007). Jika kayu yang digunakan ketebalannya kurang dari 2 cm, kebanyakan koloni trigona akan pergi meninggalkan sarangnya. Stup dibuat dan didiamkan selama 3 hari, agar kondisi suhu dan kelembaban di dalam stup menjadi stabil. Setelah 3 hari, stup siap digunakan.

8 Aplikasi 21 Proses pengambilan koloni lebah madu Trigona sp dari alam ke dalam stup buatan Proses pemanenan madu dan propolis Trigona sp Stup diletakkan dengan 2 cara yaitu digantung dan diletakkan di rak penyimpanan. Digantung di lokasi yang teduh, tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena hujan. Beberapa pembudidaya meletakkan stup dengan digantung di pohon besar dengan alasan menciptakan suasana sarang yang sama dengan sarang aslinya. Tempat lain untuk menggantung stup yaitu disekitar pinggiran rumah dan pohonpohon yang tumbuh di halaman rumah. Untuk rak penyimpanan stup bisa diletakkan di kebun dan halaman rumah. Di alam, trigona bersarang di pohon lapuk dan di ruas pohon bambu. Pohon bambu diambil 2 ruas yang menjadi tempat bersarang trigona, koloni menggunakan sarang di ruas bambu bagian atas untuk meletakkan telur dan berkumpulnya koloni, sedangkan di bagian bawah digunakan sebagai penyimpan madu dan bee polen. Bambu yang berisi

9 koloni dan madu trigona ditebang dan diusahakan menebang dan membawa koloni pada sore hari agar semua anggota koloni pulang ke sarang dan tidak ada anggota koloni yang tertinggal. Tahap selanjutnya adalah pemindahan koloni dari sarang alami ke dalam stup. Pemindahan dilakukan pada malam hari setelah semua koloni kembali ke sarang atau dini hari ketika koloni belum mencari pakan keluar sarang. Perkembangan Trigona sp dalam memproduksi madu cukup beragam, 2 bulan sampai 6 bulan adalah rentang waktu bagi Trigona sp untuk memproduksi madu. Selama rentang waktu tersebut, stup didiamkan tanpa membuka tutupnya, hal ini bertujuan agar trigona merasa aman dan fokus dalam memproduksi madu. Hanya dilakukan pemeliharan seperti pembersihan dari sarang laba-laba, pembersihan dari sarang semut, dan pemeriksaan kondisi stup jika terkena air hujan. 22 Pemanenan madu maupun propolis dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan pisau kikis. Madu maupun propolis dikikis menggunakan pisau secara hati-hati, tanpa mengganggu telur dan ratu lebah madu trigona. Hasil tirisan madu langsung dimasukkan ke dalam botol dan ketika sudah penuh botol langsung ditutup. Stup Terbuat dari bambu Stup Terbuat dari Glodok

10 Gambar A dan B. Stup yang dipergunakan pembudidaya Gambar: Kuntadi Tantangan Beberapa kendala dalam pembudidayaan trigona yang dirangkum dari berbagai sumber adalah kurangnya pengetahuan tentang budidaya trigona, sehingga tidak tahu waktu memanen madu dan propolis yang tepat. Hal ini menyebabkan stup penuh dan trigona kabur. Kendala kedua adalah meletakkan stup di lokasi terkena langsung dengan sinar matahari, sehingga suhu didalam stup terlalu tinggi, bisa menyebabkan trigona pergi dari sarangnya. Kendala ketiga adalah adanya polusi dari pestisida dari lingkungan sekitar pembudidaya yang dapat menurunkan produksi madu sampai 0%. Kendala terakhir adalah kondisi stup yang terlalu besar maupun terlalu kecil karena belum menemukan ukuran stup standar bagi trigona. Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel ( ) Gambar : Septiantina Dyah Riendriasari dan Krisnawati : BPTHHBK Mataram : septiantinadyah@yahoo.com dan yakrisnawati@yahoo.com : BPTHHBK Mataram 23

11 24 Budidaya lebah madu lokal Apis cerana telah dilakukan masyarakat pedesaan sejak lama. Hambatan utama dalam pengembangan budidaya lebah A. cerana adalah produktifitas koloni rata-rata relatif rendah, mudah hijrah dan cenderung agresif. Upaya peningkatan mutu bibit koloni lebah perlu dilakukan untuk memperbaiki beberapa sifat penting pada koloni A. cerana. Sampai saat ini, satu-satunya cara yang paling mungkin dilakukan untuk mengadakan pemuliaan lebah madu adalah melalui kegiatan seleksi dan reproduksi koloni. Melalui proses seleksi dan reproduksi koloni yang dilakukan terus menerus, dalam jangka panjang akan menghasilkan koloni-koloni lebah madu yang memiliki sifat-sifat unggul. Sarang Lebah Apis Cerana Gambar: BPK Aek Nauli 7 Deskripsi Seleksi Koloni Unggul Seleksi koloni dimaksudkan untuk mendapatkan koloni dengan sifat-sifat atau karakter yang memperlihatkan keunggulan pada salah satu atau lebih perilakunya. Karakter koloni yang dipilih adalah karakter yang secara ekonomi dinilai Pemeriksaan Produktivitas Ratu Lebah Gambar: Kuntadi penting bagi keberhasilan budidaya lebah madu, seperti produksi madu, perilaku, kemampuan sebagai penyerbukan tanaman dan lain-lain. Persilangan antar induk hasil seleksi diharapkan akan menghasilkan koloni dengan karakter baru yang dapat meningkatkan keuntungan bagi peternak, serta dapat mengatasi persoalan dalam pembudidayaan lebah madu. Pada lebah madu A. cerana sekurang-kurangnya terdapat tiga karakter koloni yang penting dan menentukan keberhasilan budidayanya yaitu produktivitas, perilaku

12 hijrah dan agresivitas. Oleh sebab itu, seleksi koloni A. cerana ditujukan untuk memilih koloni yang tingkat produktivitasnya tinggi, frekuensi pemecahan koloni, kecenderungan hijrahnya rendah serta relatif jinak (kurang agresif). Dengan demikian persilangan antar induk hasil propagasi koloni terseleksi diharapkan akan menghasilkan perbaikan kualitas induk turunannya menjadi lebih produktif, jinak, dan tidak suka hijrah. Setelah tahapan seleksi berhasil mengidentifikasi koloni yang dinilai memiliki sifat sesuai dengan yang dikehendaki (produktivitas tinggi/tidak suka hijrah/ kurang agresif), tahap selanjutnya adalah penangkaran koloni dan atau lebah ratu dari koloni terseleksi tersebut. Aplikasi Pemuliaan koloni lebah madu dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut : 1. Seleksi Koloni Ungul Tujuannya untuk mendapatkan koloni dengan sifat-sifat atau karakter yang memperlihatkan keunggulan pada salah satu atau lebih perilakunya. 2. Penangkaran Ratu / Koloni Tujuannya untuk memproduksi ratu/koloni dari koloni terseleksi dengan harapan akan diperoleh ratu/ koloni dengan kualitas yang sama dengan ratu/koloni induknya. 3. Evaluasi Hasil Penangkaran Tujuannya untuk mengetahui perkembangan koloni hasil penangkaran dari koloni terseleksi dan perkembangan koloni yang telah diganti ratunya dengan ratu yang berasal dari koloni terseleksi. Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel ( ) Gambar Cangkok larva (grafting) Gambar: Kuntadi : Kuntadi : Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) : kuntadi_sansoewadi@yahoo.co.id : BPK Aek Nauli 25

13 26 Trigona sp merupakan salah satu jenis lebah madu yang tidak memiliki sengat (stingless bee). Jenis ini menggunakan propolis sebagai alat perlindungan untuk diri dan sarangnya. Propolis atau lem lebah merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu, dikumpulkan dari getah pucuk daun-daun yang muda untuk kemudian dicampur dengan air liurnya, digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang. Selain itu, propolis juga mempunyai fungsi yang lain bagi manusia yaitu sebagai bahan obat-obatan, zat antibiotik, dan sebagai suplemen penambah daya tahan tubuh. Namun, propolis tidak dapat dimanfaatkan secara langsung seperti madu. Propolis membutuhkan serangkaian proses ekstraksi untuk dapat dimanfaatkan lebih lanjut. 8 Teknik Ekstraksi Rendemen Propolis Trigona sp dengan Pelarut Air Deskripsi Dibuat 2 cara yang dapat digunakan untuk ekstraksi propolis mentah padat menjadi propolis mentah cair yaitu dengan Aquoeus (Water) Extraction Propolis (AEP) dan Ethanol Extraction Propolis (EEP). Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BPTHHBK) Mataram telah mencoba melakukan ekstraksi propolis dengan menggunakan metode pertama yaitu AEP atau menggunakan air. Peralatan yang digunakan dalam proses ekstraksi propolis Trigona sp Sarang Trigona sp Gambar: Kuntadi

14 Dipilih metode AEP karena mempunyai beberapa keuntungan, salah satunya adalah kemampuan dalam mempertahankan senyawa berguna yang ada di dalam propolis yang biasanya larut jika menggunakan ethanol atau alkohol. Aplikasi Tahapan-tahapan ekstraksi dengan menggunakan pelarut air dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Propolis yang baru dipanen, dibersihkan dari kotoran dan lilin (wax). Sifat propolis yang lunak dan lengket mengakibatkan perlunya tahap pengkondisian awal agar propolis mudah dihancurkan menjadi serbuk. Pada tahap ini, propolis mentah didinginkan atau dibekukan terlebih dahulu. Setelah mengeras, dilakukan proses penghancuran dengan menggunakan blender. 2. Proses perendaman propolis dengan menggunakan aquades selama 7 hari. Selama proses ini, dilakukan pengocokan secara berkala. Hal ini dilakukan agar zat-zat yang terkandung di dalam propolis dapat terlarut sempurna. 3. Proses penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring agar didapatkan propolis cair bebas padatan (lilin dan kotoran). Terakhir, hasil penyaringan disimpan di tempat yang steril dan dingin untuk menjaga keawetannya. Sampel ekstrak propolis selanjutnya dapat diujikan kandungan flavonoidnya. 27 Proses pemanenan propolis per bagian sarang : (A) Memanen propolis di bagian madu, (B) Propolis diletakkan di dalam toples per bagian sarang

15 Untuk mendapatkan nilai rendemen propolis yang terlarut, dilakukan penimbangan terhadap ampas sisa penyaringan yang terlebih dulu dikeringkan. Rendemen propolis adalah persen berat propolis yang larut dalam air atau selisih berat awal propolis mentah dengan berat ampasnya. 28 Proses Ekstraksi Propolis

16 29 Propolis Trigona Gambar (A) Bee polen, (B) Madu Trigona Tantangan Pada proses ekstraksi terdapat 2 tantangan: Menjaga propolis supaya tetap steril, tidak terkontaminasi dengan zat-zat yang ada di udara. Segera menghancurkan propolis setelah dikeluarkan dari mesin pendingin, jika tidak propolis akan melunak dan lebih sulit dihancurkan. Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel ( ) Gambar : Septiantina Dyah Riendriasari dan Nurul Wahyuni : BPTHHBK Mataram : septiantina.dyah@gmail.com dan nunik_colin@yahoo.com : BPTHHBK Mataram dan Kuntadi

17 9 Pemanenan Madu Hutan 30 Koloni Lebah Gambar: Kuntadi Madu berasal dari nektar yang telah diturunkan kadar airnya oleh lebah pekerja melalui proses penguapan, baik sebelum maupun sesudah disimpan di dalam sel sarang. Sel sarang akan ditutup setelah madu menjadi matang dengan kadar air sekitar 21 %. Dengan demikian, semakin banyak bagian sarang madu yang tertutup akan menghasilkan madu dengan kadar air yang semakin rendah. Kadar air menjadi parameter madu yang paling utama karena kaitannya dengan fermentasi yang semakin rendah akan menekan proses fermentasi oleh kapang (yeast) yang selalu ada dalam madu. Dasar inilah yang melandasi penentuan umur sarang yang terbaik untuk dipanen dan mendapatkan madu dengan kadar air yang terendah. Deskripsi Dari temuan di lapangan, semakin tua umur sarang, maka jumlah madu dan persentase penutupan sarang madu cenderung semakin kecil, meskipun kadar airnya akan semakin baik, hanya sarang termuda yang belum lolos SNI. Penurunan persentase penutupan sarang madu terjadi dimungkinkan karena faktor lingkungan, terutama terkait dengan semakin sedikitnya jumlah pakan saat musim kemarau, sehingga madu yang telah diproduksi akan dikonsumsi oleh lebah itu sendiri. Pemungutan Madu Lebah Hutan Gambar: Kuntadi

18 Aplikasi Pemanenan pada musim penghujan, dari ujicoba tersebut menunjukkan bahwa semakin tua umur sarang maka persentase sarang madu tertutup akan lebih besar. Untuk kadar air menunjukkan bahwa 2 sarang madu tertua lolos SNI. Untuk memperoleh madu yang memiliki kadar air relatif rendah, pemanenan sebaiknya dilakukan pada umur sarang Hari dan 24 Hari pada kedua musim. Namun berdasarkan hasil penelitian, dalam hal jumlah madu yang dihasilkan, kedua musim berkebalikan. Musim kemarau pada umur termuda, sedangkan musim penghujan pada umur tertua. Tantangan Hingga saat ini, madu dari jenis lebah Apis dorsata ini belum dapat dibudidayakan dan mayoritas tata cara pencarian madu adalah dengan berburu yang mengandung unsur kompetisi diantara mereka serta sifat madu itu sendiri yang higroskopis sehingga dipastikan kadar air akan naik setelah pemanenan. Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel ( ) Gambar Contoh Sarang Isi Madu Yang Terbuka dan Tertutup Ekstraksi dengan Sistim Sentrifus : Saptadi Darmawan, Nurul Wahyuni, M. M. Budi Utomo dan Edi Kurniawan : Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) : kuntadi_sansoewadi@yahoo.co.id : BPTHHBK Mataram 31

19 10 Penurunan Kadar Air Madu Deskripsi Beberapa cara dapat digunakan untuk menurunkan kadar air madu antara lain dengan pemanasan langsung (dimasak), pemanasan tidak langsung (dehidrasi) dan penguapan (dehumidifikasi). Peralatan yang digunakan dalam proses penurunan kadar air alah satu indikator madu dinyatakan 32 Smemenuhi syarat (SNI Madu 1994) jika madu mempunyai kadar air maksimal 22%. Namun ternyata kadar air madu Indonesia masih cukup tinggi (di atas 22%), sehingga membuat kualitas madu Indonesia rendah akibat rentan terhadap fermentasi yang dapat merusak madu. Bak dan Rak Penyimpan Madu

20 Aplikasi Upaya penurunan yang dilakukan adalah dengan teknik penguapan yang diaplikasikan dalam bangunan penurun kadar air madu beruangan kedap dengan ukuran 4,5 x 2 m2. Bangunan terdiri atas 2 ruangan, yaitu ruangan kedap dan ruangan penyangga (Gambar 1), untuk lay out ruangan dapat dilihat pada Gambar 2. Ruangan kedap udara berfungsi sebagai ruangan penurun kadar air madu. Permukaan dinding bagian dalam keseluruhannya dilapisi keramik dan bagian atas langit-langit dilapisi busa; langit-langit dibuat dari bahan kayu lapis yang bermelamin. Di ruangan diletakkan dehumidifier untuk menurunkan kadar air madu, rak penyimpan madu yang akan diturunkan, serta Air Conditoner (AC) yang berfungsi untuk mengkondisikan suhu ruangan saat proses penurunan kadar air. 33 Ruang kedua adalah ruang penyangga, yang fungsinya sebagai ruang perantara agar saat pintu ruang kedap dibuka, tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh kondisi di luar yang memiliki kelembaban tinggi, mengingat madu mempunyai sifat higroskopis yang mudah menyerap air dan bau dari lingkungan. Selain itu, ruang penyangga juga berfungsi sebagai Gambar 1. Bangunan bangunan penurun kadar air madu yang terdiri atas kombinasi ruangan kedap dengan sistem penguapan menggunakan dehumidifier : (A) Tampak depan, (B) Ruang Kedap

21 tempat menyimpan peralatan atau kelengkapan lainnya. Untuk mengurangi kelembaban udara di ruangan penyangga ini maka dipasang exhaust fan. Exhaust fan kipas yang berfungsi sebagai penyedot udara, sehingga terjadi sirkulasi udara yang baik dalam ruangan. Gambar 2. Layout ruangan 34 Tahapan persiapan : (A) Persiapan ruangan, (B) Persiapan bahan (madu)

22 35 Tantangan Tantangan yang dihadapi adalah penangan sifat madu yang higroskopis ages. Proses penurunan kadar air madu perlu memperhatikan sifat tersebut, agar kualitas madu tetap terjaga. Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel ( ) Gambar Pengujian Kadar Air Madu : Saptadi Darmawan, Retno Agustarini dan Nurul Wahyuni : BPTHHBK Mataram : saptadi_darma@yahoo.com, retno.agustarini@gmail.com dan nunik_colin@yahoo.com : BPTHHBK Mataram

23 36 Di Indonesia, peluang pasar untuk usaha lebah madu masih terbuka lebar. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya nilai impor madu Indonesia dibandingkan dengan nilai ekspornya. Nilai impor tertinggi sebesar US $ 3.180,91 sedangkan nilai ekspor tertingginya adalah US $ 1.481,03. Kesenjangan nilai tersebut menunjukkan bahwa permintaan madu untuk konsumsi dalam negeri terus meningkat. Sayangnya, peningkatan ini belum dapat diimbangi oleh kemampuan industri perlebahan. Umumnya, petani lebah madu memanfaatkan hasilnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga pengembangan usaha madu sebagai sarana untuk pemberdayaan masyarakat belum dilakukan secara maksimal. Ada beberapa masalah yang dihadapi yaitu: modal petani yang terbatas; harga yang terlalu rendah di tingkat petani; produk madu yang tidak sesuai standar; promosi yang tidak berjalan dan tempat pemasaran mengandalkan pasar lokal. Selain itu, belum adanya keterpaduan stakeholders yang berperan dalam pengusahaan madu. 11 Deskripsi Analisis Kelayakan Usaha Lebah Madu Budidaya Lebah Madu Gambar: Yanto Rachmanyanto Dalam pengusahaan lebah madu diperlukan pertimbangan ekonomi dalam pengambilan keputusan, karena biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Adapun indikator yang digunakan dalam analisis tersebut antara lain:

24 1. Harga pokok madu, dianalisis dari proses produksi sampai produk dijual atau dipasarkan. 2. Titik impas atau Break Even Point (BEP), digunakan untuk mengetahui volume penjualan dan volume produksi. Jika jumlah penerimaan ada di atas titik impas atau BEP maka usaha tersebut menguntungkan, begitu juga sebaliknya 3. Masa pembayaran kembali atau Payback Periode (PBP), menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Jika masa pembayaran kembali dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek dari masa pembayaran maksimum, maka usul investasi tersebut diterima, dan begitu sebaliknya. 4. Nilai sekarang netto atau Net Present Value (NPV), dimana apabila NPV bernilai negatif maka investasi tidak menguntungkan, dan baliknya apabiola NPV bernilai positif maka investasi tersebut menguntungkan. 5. Tingkat pengembalian internal atau Internal Rate Of Return (IRR). Apabila IRR lebih besar dari bunga bank maka usaha akan menguntungkan dan sebaliknya. 6. Nisbah manfaat terhadap biaya atau B/C ratio, merupakan ukuran berdiskontro manfaat proyek pertama dikenal. Apabila B/C > 1 maka pengembalian investasi yang ditanam dapat kembali. Jika sebaliknya pertanda nilai investasi tidak dapat kembali. Petani Lebah Madu Melakukan Pemanenan Madu Gambar: Purnomo dkk. 37

25 38 Aplikasi Dalam proses analisis kelayakan usaha lebah madu dilakukan kajian di 3 perusahaan, yaitu: Pusbahnas (Pusat Perlebahan Nasional) di Bogor, Unit Pelaksana Pengembangan Perlebahan Gunung Arca Sukabumi dan Peternakan Lebah Madu Sari di Sukabumi. Hasil analisis menyatakan bahwa usaha lebah madu layak untuk diusahakan dan menguntungkan karena: 1. Harga pokok produksi dan harga pokok penjualan per kg madu lebih kecil dari harga penjualan per kg madu. 2. Produksi madu lebih besar dari titik impas produksi dan hasil penjualan madu di atas titik impas nilai penjualan. 3. Analisis nisbah manfaat terhadap biaya (B/C ratio) berkisar 1,0-1,39 persen, sehingga investasi yang ditanamkan dalam pengusahaan lebah madu dapat kembali. 4. Jangka waktu pengembalian yang diperlukan agar dana yang tertanam dalam suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya berkisar bulan, yang berarti lebih kecil dari jangka waktu maksimum yang diusulkan, yaitu selama 60 bulan. 5. Tingkat bunga maksimum atau Internal Rate of Return (IRR) yang dapat dibayar dalam pengusahaan lebah madu Apis mellifera L. lebih besar dari bunga bank dengan nilai rata-rata di atas 50 persen. 6. Nilai sekarang dari arus uang pada masa yang akan datang atau Net Present Value (NPV) dengan tingkat diskonto 10 persen bernilai positif. Dengan demikian dalam pengusahaan lebah madu dapat membayar tingkat bunga yang lebih tinggi dari bunga bank dan memperoleh keuntungan dari sumberdaya yang diinvestasikan. Petani Lebah Madu Gambar: Purnomo dkk.

26 39 Budidaya Lebah Madu di Riau Gambar: Purnomo dkk. Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel ( ) Gambar : Yelin Adelina dan Yumantoko : Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) dan BPTHHBK Mataram : yumant@gmail.com : Yanto Rochmayanto, Purnomo dan kawan-kawan

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi MANFAAT PERLEBAHAN Optimalisasi sumberdaya tumbuhan/tanaman (tanpa dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERLEBAHAN DI INDONESIA

PERLEBAHAN DI INDONESIA PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH

BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH Oleh : Septiantina Dyah Riendriasari, S. Hut PENDAHULUAN Dulu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya lebah madu Trigona sp ini. Hanya jenis Apis

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK. Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati

PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK. Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati Ulin J Hut Trop 1(1): 71-75 pissn 2599 1205, eissn 2599 1183 Maret 2017 PRODUKSI PROPOLIS MENTAH LEBAH MADU TRIGONA SPP. DI PULAU LOMBOK Septiantina Dyah Riendriasari* dan Krisnawati Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera

Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera Perkandangan dan Proses Pembuatan Stup Lebah Apis mellifera Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Produksi Aneka Ternak Kmoditi Lebah Madu: Prof. Dr. Ir. H. MOCHAMMAD JUNUS, MS Disusun oleh : Kelompok 4 / Kelas

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa A. Luas Hutan Tanaman khususnya HTI Nasional: Definitif : 9 juta Ha Target s/d

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU Disusun Oleh : Muhammad Burhan Kurniawan NIM : 10.11.4556 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Meraup Untung dari Usaha Lebah Madu Abstraksi Bisnis lebah madu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah

Lebih terperinci

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 eskalisa.sch.id Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki jenis

Lebih terperinci

DEHUMIDIFIKASI BAGI SI MANIS Penurunan Kadar Air Madu Oleh : Ryke L. S. Siswari

DEHUMIDIFIKASI BAGI SI MANIS Penurunan Kadar Air Madu Oleh : Ryke L. S. Siswari DEHUMIDIFIKASI BAGI SI MANIS Penurunan Kadar Air Madu Oleh : Ryke L. S. Siswari Pendahuluan Madu merupakan salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang cukup populer dan prospektif. Budidaya madu banyak

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN

PENGELOLAAN LEBAH HUTAN PENGELOLAAN LEBAH HUTAN Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi POSISI LEBAH HUTAN DALAM KELUARGA LEBAH MADU FAMILY Apidae SUBFAMILY Apinae GENUS Apis SUBFAMILY Meliponinae GENUS Trigona, Mellipona,

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR AIR MADU HUTAN ALAM SUMBAWA

PENURUNAN KADAR AIR MADU HUTAN ALAM SUMBAWA PENURUNAN KADAR AIR MADU HUTAN ALAM SUMBAWA oleh: Saptadi Darmawan dan Retno Agustarini Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, Jl. Dharma Bhakti No. 7, Kotak Pos 1054, desa langko, kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya lebah madu merupakan salah satu alternatif usaha peternakan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk madu secara nasional. Beberapa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN

PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Rencana Bisnis Madu KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN SAROLANGUN, AGUSTUS 2015 RENCANA OPERASIONAL CORE BUSINESS MADU (Apis cerrana dan Apis trigona) DI KAWASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi

I. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlebahan memiliki peran penting dalam membantu penyediaan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

*) Diterima : 17 Maret 2008; Disetujui : 22 Juli 2008

*) Diterima : 17 Maret 2008; Disetujui : 22 Juli 2008 ANALISIS FINANSIAL USAHA LEBAH MADU Apis mellifera L. (Financial Analysis of Apis mellifera L. Honey Bee Enterprises)*) Oleh/By : Yelin Adalina Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU Firman Jaya 1 KARAKTERISTIK MADU SIFAT FISIK SIFAT KIMIA Sifat Higrokopis Tekanan Osmosis Kadar Air Warna Madu Karbohidrat Enzim Keasaman Komposisi Kimia Madu Granulasi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen

PEMBAHASAN Aktivitas A . cerana Terbang Harian dan Mencari Polen 32 PEMBAHASAN Aktivitas A. cerana Terbang Harian dan Mencari Polen Aktivitas terbang harian A. cerana lebih awal dibandingkan dengan aktivitas harian mencari polen. Aktivitas terbang harian A. cerana dimulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : 106 112 ISSN : 1411-1063 ANALISIS EFISIENSI EKONOMI USAHATANI LEBAH MADU DI DESA KALISARI, KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS Purwanto Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsumsi madu di Indonesia kurang lebih 10 gr/kapita/tahun, namun

I. PENDAHULUAN. Konsumsi madu di Indonesia kurang lebih 10 gr/kapita/tahun, namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi madu di Indonesia kurang lebih 10 gr/kapita/tahun, namun kenyataannya produksi madu hanya mampu memenuhi sekitar 3 gr/kapita /tahun (Murtidjo, 2011). Besarnya

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melakukan kontak langsung dengan insektisida kimia (Soetopo, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian hama dengan insektisida kimia telah menimbulkan resistensi hama terhadap insektisida, tercemarnya tanah dan air, dan bahaya keracunan pada manusia yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Berbagai macam flora dan fauna dapat ditemui serta dapat dimanfaatkan, salah satunya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica )

CARA PRAKTIS. Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) CARA PRAKTIS Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) Pelatihan Budidaya Lebah Madu ( Apis indica ) di Desa Karangmulya Kecamatan Bojong dan Desa Sesepan Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal Oleh : TIM PELATIHAN

Lebih terperinci

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana,

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana, 48 Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Pemeliharaan lebah yang bertujuan untuk mengambil madunya disebut peternakan lebah.orang yang bertenak lebah disebut peternak lebah.selain madu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi. Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. dan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi. Keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang tinggi. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah istilah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti 11 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada bulan Maret sampai bulan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Spesifikasi Biji Jarak Pagar Tanaman jarak (Jatropha curcas L.) dikenal sebagai jarak pagar. Menurut Hambali et al. (2007), tanaman jarak pagar dapat hidup dan berkembang dari dataran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan yang berasal dari hewan merupakan sumber protein dan mengandung asam amino esensial yang tidak disuplai dari bahan pangan lain, sehingga sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Agronomi Tanaman Kelapa Sistematika tanaman kelapa: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas :

Lebih terperinci

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011 STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN UNIT PENGOLAHAN GULA SEMUT DENGAN PENGOLAHAN SISTEM REPROSESING PADA SKALA INDUSTRI MENENGAH DI KABUPATEN BLITAR Arie Febrianto M Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : 07.12.2638 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA 2012 - Abstraksi Lebah merupakan insekta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Lindung Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah

I. PENDAHULUAN. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah didapat. Dilihat dan nilai gizinya, sumber protein telur juga mudah diserap tubuh (Nuraini, 2010). Telur

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu

II. TINJAUAN PUSTAKA Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku pembuatan gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang Kehutanan No.41 tahun

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang Kehutanan No.41 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Hutan

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana Salilama bagian selatan berdiri menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci