8. PERANCANGAN SISTEM MULTI AGEN. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "8. PERANCANGAN SISTEM MULTI AGEN. Pendahuluan"

Transkripsi

1 8. PERANCANGAN SISTEM MULTI AGEN Pendahuluan Peningkatan kecepatan proses komputasi sebagai solusi dari kecepatan maju sistem penyemprot berbasis sensor membutuhkan konsep tersendiri yang cukup kompleks. Hal ini disebabkan sistem harus dimodifikasi ke dalam bentuk komputasi terdistribusi yang memiliki karakteristik sistem sebagai berikut : - Sistem komputasi paralel kolaboratif dibutuhkan untuk memproses beberapa tahapan dari kegiatan penyemprotan. - Beberapa sistem cerdas yang dapat bekerja bersama secara simultan. - Sistem perangkat keras dan perangkat lunak yang terintegrasi dengan baik dan bekerja secara otomatis. - Pendelegasian tugas kepada bagian-bagian tertentu Solusi dari permasalahan dengan karakteristik tersebut di atas adalah dengan melakukan perubahan sistem yang telah dibangun menjadi Sistem Multi Agen (SMA) yang bekerja secara paralel. Terdapat dua standarisasi yang ditetapkan dalam pembangunan Agent. Pertama adalah The Foundation for Intelligent Physical Agents (FIPA), dan yang kedua adalah the Object Management Group (OMG). FIPA memiliki platform, yang terdiri dari agen managemen, agent komunikasi dan agen integrasi software. Agen managemen menangani agen life cycle, directory facilitator, dan message transport system. Agen komunikasi menangani protokol yang digunakan dalam interaksi antar agen, dan agen integrasi software menangani integrasi agen dalam sebuah sistem (Padgham L. and Winikof M., 2004). Agen komunikasi dan agen integrasi software terdapat pada sistem supervisori, sedangkan agen cerdas yang lain perlu dibangun untuk memenuhi kebutuhan kinerja sistem yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Greco (2005) dari universitas Florida menyatakan bahwa waktu untuk mengakses memori pada sistem memori utama (Random Access Memory) adalah sangat kecil bila dibandingkan dengan kecepatan sebuah prosesor, sedangkan data yang harus 131

2 diolah dalam pemrosesan citra adalah besar. Sehingga kecepatan pemrosesan lebih banyak dibatasi oleh akses memori, bukan oleh kecepatan sebuah processor. Metode Metode pengembangan sistem multi agen menurut sistem Promotheus memiliki tiga tahapan yaitu spesifikasi sistem, desain arsitektur sistem dan desain detail sebagaimana yang ditampilkan pada Gambar 73. Gambar 73. Proses desain sistem multi agen pada metodologi Prometheus. sumber : L. Padgham (2002) Spesifikasi sistem Spesifikasi sistem terfokus pada identifikasi tujuan dan fungsi utama dari sistem, selama proses pemasukan data dan aksi yang diberikan. Spesifikasi sistem ditentukan dengan melalui empat tahap berikut : 1. Identifikasi tujuan yang ingin dicapai oleh sistem. Tujuan yang ingin dicapai oleh sistem adalah : - Melakukan penangkapan citra tepat waktu dan lokasi - Melakukan pengolahan citra dengan cepat 132

3 - Melakukan segmentasi sesuai hasil pengolahan citra - Melakukan pengendalian gulma 2. Pengembangan skenario kasus yang menggambarkan cara kerja sistem Skenario cara kerja sistem secara garis besar mengikuti tahapan kerja berikut : - Sensor penentu jarak tempuh membaca jarak yang ditempuh, dan menjadi pemicu kerja kamera untuk menangkap citra lahan dan pemicu kerja dari aktuator penyemprot. - Kamera digital melakukan pengambilan citra lahan - Citra yang ditangkap pada memori komputer difilterisasi sesuai kebutuhan. - Citra yang telah difilterisasi mengalami proses analisa jenis tanaman dan analisa kepadatan serangan gulma secara simultan. - Berdasarkan hasil klasifikasi serangan selanjutnya dilakukan penyemprotan sesuai dosis dan lokasi. Waktu dan lama penyemprotan ditentukan oleh data yang diperoleh dari sensor pembaca jarak tempuh. Pada aplikasi pemupukan dan pemberantasan penyakit skenario memiliki sedikit perubahan dimana bagian analisa kepadatan gulma diganti dengan analisa kesuburan tanaman pada kegiatan pemupukan atau analisa kepadatan serangan penyakit pada kegiatan pemberantasan penyakit. 3. Identifikasi fungsionalitas dasar pada sistem Fungsionalitas dasar yang diperlukan sistem antara lain : d. Fungsionalitas Pengambilan Citra Nama fungsionalitas Deskripsi fungsionalitas Percepts/events/messages : Pengambilan citra : Mengambil citra tanaman pada luas tangkapan yang telah ditentukan. : Lokasi pemotretan telah sampai (message), Pemotretan citra tanaman (event). 133

4 Pengiriman pesan (message) : Pengiriman data digital citra ke procesor (message). Aksi : Menampilkan citra hasil pemotretan. Penggunaan data : Basis data peta pemotretan. Interaksi : Agen cerdas filterisasi citra. 2) Fungsionalitas Filterisasi Citra Nama fungsionalitas : Filterisasi citra. Deskripsi fungsionalitas : Melakukan filterisasi sesuai dengan parameter filterisasi yang telah ditentukan. Percepts/events/messages : Citra lahan telah ditangkap (message), filterisasi citra tanaman (event). Pengiriman pesan (message) : Pengiriman data digital hasil filterisasi citra ke procesor (message). Aksi : Menampilkan citra hasil filterisasi. Penggunaan data : Basis data peta pemotretan. Interaksi : Agen cerdas analisa dimensi fraktal dan analisa Bayes. 3) Fungsionalitas Analisa Dimensi Fraktal Nama fungsionalitas : Analisa Dimensi Fraktal. Deskripsi fungsionalitas : Menganalisa jenis tanaman yang ada pada citra. Percepts/events/messages : Citra yang telah difilterisasi (message), analisa dimensi fraktal (event), batas aplikasi (message). Pengiriman pesan (message) : Pengiriman data hasil analisa dimensi fraktal (message), Penentuan jenis tanaman (message). Aksi : Mengidentifikasi jenis tanaman. 134

5 Penggunaan data : Basis data peta pemotretan. Interaksi : Agen cerdas filterisasi citra, agen cerdas penentu kepadatan serangan hama dan penyakit atau tingkat kesuburan. 4) Fungsionalitas Analisa Kepadatan Serangan Gulma. Nama fungsionalitas : Analisa Kepadatan Serangan Gulma. Deskripsi fungsionalitas : Menganalisa kepadatan serangan gulma dengan metode Bayes. Percepts/events/messages : Citra hasil filterisasi (message), analisa kepadatan serangan gulma (event), kelas kepadatan serangan (message). Pengiriman pesan (message) : Penentuan tingkat kepadatan serangan gulma (message), Pengiriman data hasil klasifikasi ke agen pengatur dosis (message). Aksi : Menampilkan citra hasil klasifikasi kepadatan serangan gulma. Penggunaan data : Basis data peta aplikasi penyemprotan. Interaksi : Agen cerdas filterisasi citra, agen cerdas analisa dimensi fraktal,, agen pengaturan dosis mikrokontroler. 5) Fungsionalitas Pengaturan Dosis Aplikasi Nama fungsionalitas : Pengaturan Dosis Aplikasi. Deskripsi fungsionalitas : Menentukan dosis aplikasi berdasarkan hasil klasifikasi. 135

6 Percepts/events/messages : Klasifikasi tingkat serangan atau kesuburan (message), Penentuan dosis aplikasi (event). Pengiriman pesan (message) : Pengiriman data dosis ke mikrokontroler (message). Aksi : Menentukan kombinasi dosis dalam 4 potongan citra. Penggunaan data : Basis data peta aplikasi penyemprotan. Interaksi : Mikrokontroler. 6) Fungsionalitas Mikrokontroler Nama fungsionalitas : Mikrokontroler. Deskripsi fungsionalitas : Menerjemahkan data hasil penentuan dosis kedalam bentuk aksi yang harus dilakukan oleh aktuator. Percepts/events/messages : Data hasil klasifikasi dosis (message), Penerjemahan hasil klasifikasi kedalam pengaturan aksi aktuator (event). Pengiriman pesan (message) : Pengiriman data hasil klasifikasi ke modul aktuator (message) Penentuan dosis penyemprotan (message). Aksi : Mengaktifkan modul aktuator sesuai dengan data hasil klasifikasi. Penggunaan data : Basis data peta aplikasi penyemprotan. Interaksi : Agen cerdas klasifikasi aplikasi, aktuator. 136

7 e. Fungsionalitas Penentuan Jarak Tempuh. Nama fungsionalitas : Penentuan Jarak Tempuh. Deskripsi fungsionalitas : Membaca jarak tempuk peralatan di lahan. Percepts/events/messages : Operasi peralatan dimulai (message), Pencacahan jarak tempuh (event). Pengiriman pesan (message) :Pengiriman data jarak tempuh (message), penentuan pemotretan citra (message), penentuan penyemprotan (message). Aksi : Menghitung jarak tempuh peralatan. Penggunaan data : - Interaksi : Agen pengambilan citra, Mikrokontroler. 4. Menentukan spesifikasi hubungan antara sistem dan lingkungan dalam bentuk percept. a. Nama percept : Awal Program. Deskripsi : Perintah awal bagi aktivasi system. b. Nama percept : Pemicu Pengambilan Citra. Deskripsi : Perintah pengambilan citra berdasarkan jarak tempuh tertentu. c. Nama percept : Pemicu Pengolahan Citra. Deskripsi : Perintah pengolahan citra secara paralel tepat setelah citra ditangkap di layar. d. Nama percept : Pemicu Analisa Jenis Tanaman. Deskripsi : Perintah analisa dimensi fractal setelah data hasil filterisasi selesai. e. Nama percept : Pemicu Analisa Tingkat Kepadatan Serangan. 137

8 Deskripsi : Perintah analisa Bayes setelah data hasil filterisasi selesai. f. Nama percept : Penentuan Dosis Deskripsi : Penentuan dosis berdasarkan nilai hasil klasifikasi. g. Nama percept : Aktivasi Mikrokontroler. Deskripsi : Penerjemahan nilai hasil penentuan dosis dalam pemrograman mikrokontroler. h. Nama percept : Aktivasi Penyemprotan. Deskripsi : Penentuan awal dan lama penyemprotan karena pemicu dari pencacah jarak. Spesifikasi hubungan antara sistem dan lingkungan dalam bentuk actions. 1) Nama actions : Pencatatan Jarak Tempuh. Deskripsi : Pengukuran jarak tempuh peralatan berdasarkan pencacahan sensor magnet. 2) Nama actions : Pengambilan Citra. Deskripsi : Pengambilan citra kondisi lahan atau tanaman dan menampilkannya di layar monitor. 3) Nama actions : Filterisasi Citra. Deskripsi : Filterisasi citra yang telah ditangkap untuk memisahkan latar belakang dan tanaman. 4) Nama actions : Analisa Jenis Tanaman. Deskripsi : Penentuan jenis tanaman yang terdapat pada citra hasil pemotretan. 5) Nama actions : Analisa Kepadatan Serangan Gulma. Deskripsi : Penentuan kelas kepadatan serangan gulma berdasarkan analisa nonparametrik Bayes. 6) Nama actions : Penentuan dosis aplikasi. Deskripsi : Menentukan dosis penyemprotan berdasarkan data klasifikasi serangan gulma. 7) Nama actions : Penyemprotan. Deskripsi : Penyemprotan sesuai dosis dengan PWM. 138

9 Desain arsitektur sistem Fase desain arsitektur sistem menggunakan keluaran dari desain fungsionalitas dan desain hubungan antara sistem dan lingkungan untuk menentukan tipe agen yang akan bekerja dalam sistem dan bagaimana interaksi antar agen. Desain arsitektur meliputi kegiatan penentuan tipe agen, sebagai berikut : a) Agen Penangkap Citra Lahan Nama agen : Pemotret Citra Lahan. Deskripsi : Agen ini berfungsi sebagai penangkap citra lahan dengan kemampuan penangkapan citra 30 fps (frame per second). Lifetime : Selama sistem berjalan. Percept : Jarak tempuh, obyek tanaman Action : Penangkapan citra lahan. Tujuan : Menampilkan citra kondisi lahan di layar monitor. Fungsionalitas : Menangkap citra diam dari lahan pada waktu tertentu. Protokol : Protokol pengelola citra, protokol pencacah jarak, protokol kualitas citra. b) Agen Filterisasi Citra Nama agen : Filterisasi Citra. Deskripsi : Agen ini berfungsi sebagai pengolah citra lahan dengan kemampuan memisahkan tanaman dengan latar belakang citra. Lifetime : Selama sistem berjalan. Percept : Citra tanaman Action : Filterisasi citra lahan. Tujuan : Memisahkan latar belakang citra dengan tanaman. Fungsionalitas : Menyediakan citra hasil filterisasi untuk keperluan analisa citra lebih lanjut. Protokol : Protokol pengelola citra, protokol matrik citra, protokol kualitas citra 139

10 c) Agen Analisa Dimensi Fraktal Nama agen : Analisa Dimensi Fraktal. Deskripsi : Agen ini berfungsi sebagai agen cerdas yang memiliki kemampuan analisa dimensi fraktal. Lifetime : Selama sistem berjalan. Percept : Data matrik filterisasi, Jenis tanaman Action : Analisa dimensi fraktal. Tujuan : Melakukan analisa dimensi pada masing-masing tanaman yang ada pada citra. Fungsionalitas : Menentukan jenis tanaman yang tertangkap pada citra lahan. Protokol : Protokol matrik citra, protokol identifikasi. d) Agen Klasifikasi Non-parametrik Bayes Nama agen : Klasifikasi Non-parametrik Bayes. Deskripsi : Agen ini berfungsi sebagai untuk menentukan kelas suatu citra berdasarkan penampakan yang ditangkap oleh kamera. Lifetime : Selama sistem berjalan. Percept : Data matrik filterisasi, Kepadatan serangan Action : Analisa klasifikasi dengan metode Bayes. Tujuan : Menentukan kelas serangan hama penyakit atau kesuburan suatu tanaman. Fungsionalitas : Melakukan analisa kelas serangan hama dan penyakit atau tingkat kesuburan tanaman. Protokol : Protokol matrik citra, protokol segmentasi. e) Agen Penentu Dosis Penyemprotan Nama agen : Penentu Dosis Penyemprotan. Lifetime : Selama sistem berjalan. Percept : Nilai terjemahan klasifikasi dn identifikasi Action : Penentuan nilai dosis. Tujuan : Menentukan nilai dosis aplikasi. 140

11 Fungsionalitas : Menerjemahkan nilai klasifikasi ke dalam nilai PWM yang harus diaktifkan. Protokol : Protokol identifikasi, protokol segmentasi, protokol aktivasi. Hasil dan Pembahasan Pendefinisian Agen dalam Pemrograman Multithreading Pemrograman multi agen dilakukan dengan pendekatan komputasi paralel dengan memanfaatkan multi core yang ada pada prosesor terkini dengan bahasa pemrograman C#. C# (C sharp) adalah salah satu bahasa pemrograman yang mendukung pemrograman multithreading. Penggunaan pemrograman multithreading memungkinkan eksekusi secara paralel kode program pada masing-masing thread. Thread adalah bagian independen yang dapat dieksekusi secara simultan dengan bagian independen yang lain. Agen menempati sebuah thread yang terdiri dari satu atau lebih class obyek yang mampu melakukan satu atau lebih fungsi berdasarkan method yang dimiliki pada class tersebut. Berikut ini adalah contoh gambaran posisi agen dalam sebuah aplikasi multithreading pada sistem multithreading secara simultan. using System; using System.Threading; class ThreadTest { static void Main() { ThreadNaming agen2 = new Thread (x); agen2.start(); // thread agen2 bekerja secara simultan dengan thread utama. // berisi class obyek pada lingkungan program utama } static void x() { //isi kode program dari agen2 // berisi class obyek dengan method yang ada didalam class // untuk jenis operasi x } } 141

12 berikut : Mekanisme penamaan suatu thread adalah dengan pengaturan sebagai class ThreadNaming { static void Main() { Thread.CurrentThread.Name = main ; Thread agen1 = new Thread ( ); agen1.name = Agen-1 ; agen1.start(); Go(); } } Pada praktek pemrograman multithreading diperlukan sinkronisasi untuk mengkoordinasikan aksi dari beberapa thread untuk mendapatkan hasil akhir yang diinginkan. Pada komputasi paralel pipeline suatu agen akan di-blocking sampai terjadi kondisi yang memenuhi syarat-syarat untuk unblock. Proses blocking diperlukan untuk menjamin bahwa suatu agen hanya bekerja sesuai dengan peruntukannya saja. Penanganganan suatu status yang di block menjadi status unblock membutuhkan mekanisme sinyal yang disediakan oleh class Monitor melalui static methods yang disediakan, yaitu Wait dan Pulse atau PulseAll. Dengan menggunakan mekanisme blocking seperti yang dijelaskan tersebut, sistem multi agen akan dapat bekerja sesuai dengan desain yang telah ditetapkan. Sistem statis dari multi agen menggambarkan urutan kerja sistem dari awal sampai akhir tanpa memperhatikan hubungan antar agen, protokol yang terlibat, jenis Percept dan Action, dan hubunganya dengan basis data. Secara ringkas cara kerja sistem multi agen yang diusulkan adalah sebagai berikut : - Obyek kondisi tanaman di lahan ditangkap citranya oleh agen penangkap citra. - Citra tanaman selanjutnya akan difilterisasi oleh agen filterisasi citra. - Hasil filterisasi menjadi masukkan bagi agen identifikasi tanaman dan agen segmentasi. - Hasil segmentasi dan identifikasi selanjutnya akan menjadi masukkan agen penentu dosis 142

13 - Langkah terakhir adalah aplikasi penyemprotan sesuai dosis dan lokasi. Obyek tanaman Agen Penangkap Citra Agen Filterisasi Citra Agen klasifikasi Non-parametrik Bayes Agen penentu dosis Penyemprotan sesuai Dosis dan Lokasi Gambar 74. Blok diagram sistem multi agen pengendalian gulma pada lahan terbuka (praolah). Obyek tanaman Agen Penangkap Citra Agen Filterisasi Citra Agen analisa jenis tanaman Agen klasifikasi kepadatan serangan gulma Agen penentu dosis Penyemprotan sesuai Dosis dan Lokasi Gambar 75. Blok diagram sistem multi agen pengendalian gulma pada lahan dengan tanaman utama (pascatumbuh). Berbeda dengan gambaran diagram sistem secara statis (Gambar 74 dan Gambar 75), pada sistem dinamis dapat dengan jelas terlihat hubungan antara satu agen dengan agen yang lain, misalnya apa jenis protokol yang bekerja pada suatu agen atau antar agen, apa Percept dan Action dari 143

14 masing-masing agen. Percept adalah masukan yang diterima oleh suatu agen, dan Action adalah tindakan yang dilakukan oleh agen sebagai respon dari Percept yang diterima. Bentuk dan tatacara komunikasi antar agen ditentukan oleh Protokol. Pada Gambar 76 dapat dilihat hubungan antar agen dan protokol yang menjembatani komunikasi antar agen. Contoh bentuk kerja protokol adalah bagaimana protokol pencacah jarak terhubung pada dua agen yaitu Agen Penangkap Citra dan Agen Penentu Dosis. Protokol ini bertugas menentukan kapan waktu penangkapan citra harus dilakukan, dan kapan penyemprotan harus dimulai. Keberadaan protokol ini penting karena sangat menentukan akurasi kerja sistem dari segi ketepatan pengambilan citra dan ketepatan lokasi penyemprotan. Apabila agen yang bekerja menggunakan protokol ini bekerja dengan baik, maka fenomena blankspot dan overlap yang berlebihan dapat dihindari. Bentuk blank-spot dapat berupa penggambaran peta yang memiliki jarak antar frame, atau pada tahap aplikasi berupa kejadian adanya bagian lahan yang tidak mendapatkan penyemprotan sesuai lokasi. Sedangkan fenomena overlap adalah berupa penggambaran peta yang tumpang tindih antar frame, atau pada tahap aplikasi di lahan adalah kejadian dimana suatu lokasi mendapat perlakuan penyemprotan ganda. Dosis penyemprotan adalah keluaran (action) dari Agen Penentu Dosis. Penentuan dosis melibatkan dua agen lain selain Agen Penentu Dosis, yaitu Agen Identifikasi dan Agen Segmentasi. Bentuk komunikasi antara ketiga agen tersebut diatur oleh protokol identifikasi dan protokol segmentasi. Karakteristik dan atribut yang dimiliki oleh agen-agen yang dibangun antara lain : f. Autonomy Agen-agen yang telah dibuat dapat melakukan tugas secara mandiri dan tidak dipengaruhi secara langsung oleh user, agen lain. Untuk mencapai tujuan dalam melakukan tugasnya secara mandiri, 144

15 agen yang dibangun memiliki kemampuan kontrol terhadap setiap aksi yang mereka perbuat, baik aksi keluar maupun kedalam. g. Intelligence Beberapa agen yang dibangun (agen identifikasi tanaman dan agen penentu kepadatan serangan gulma) mempunyai standar minimum untuk bisa disebut agen, yaitu intelegensi (intelligence). Dalam konsep intelligence, ada tiga komponen yang harus dimiliki: internal knowledge base yaitu basis pengetahuan pada masing-masing agen, kemampuan reasoning berdasar pada knowledge base yang dimiliki. h. Delegation Pada sistem multi agen yang dibangun suatu pekerjaan dibagi menjadi beberapa proses dimana masing-masing proses didelegasikan pada masing-masing agen yang berbeda. Fenomena pendelegasian (delegation) ini adalah karakteristik utama suatu program disebut agen. i. Reactivity Karakteristik agen yang telah dimiliki oleh agen-agen yang dibangun adalah kemampuan untuk bisa cepat beradaptasi dengan adanya perubahan informasi yang ada dalam suatu lingkungan (informasi dari agen lain). j. Communication and Coordination Capability Agen yang dibangun memiliki kemampuan berkomunikasi dengan user dan juga agen lain, sehingga dapat mendukung koordinasi dan kolaborasi dengan agen lain. 2. Perancangan Komputasi Paralel pada Sistem Multi Agen Sebagaimana yang telah dibahas dalam hasil kinerja aplikator cairan berbasis sensor rata-rata waktu kerja sistem untuk menyemprot sepanjang 102 cm diluar waktu aktivasi aktuator penyemprot adalah detik. Berdasarkan nilai tersebut berarti kecepatan kerja sistem adalah m/s atau sama dengan km/jam dengan lebar kerja 136 cm berarti sistem penyemprot memiliki kapasitas kerja ha/jam. Sedangkan hasil 145

16 perhitungan dengan boom sprayer dengan lebar kerja 12 meter dan kecepatan maju 5 km/jam memiliki kapasitas kerja 6 ha/jam. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa penyemprot berbasis sensor yang dibangun hanya memiliki kapasitas kerja maksimum kali kapasitas kerja boom sprayer. Dengan kondisi tersebut maka perlu dilakukan metode pengoperasian sistem secara paralel untuk mencapai hasil yang lebih cepat untuk mendapatkan kinerja mendekati kapasitas kerja boom sprayer. Untuk dapat mengadaptasi suatu algoritma sekuensial ke dalam algoritma paralel, terlebih dahulu harus dipelajari mengenai konsep pemrosesan paralel dan bagaimana proses-proses dapat berlangsung secara paralel (Purbasari, 2002). Teknik pembangunan algoritma paralel dapat dibedakan menjadi paralelisme data dan partisi data. Paralelisme data lahir dari penelitian bahwa aplikasi utama komputasi paralel adalah dalam bidang sain dan teknik yang umumnya melibatkan array multi-dimensi yang sangat besar. Dalam program sekuensial biasa, array ini dimanipulasi dengan mempergunakan perulangan bersarang untuk mendapatkan hasil. Kebanyakan program paralel dibentuk dengan mengatur ulang algoritma sekuensial agar perulangan bersarang tersebut dapat dilaksanakan secara paralel. Paralelisme data menunjukkan bahwa basis data dipergunakan sebagai dasar untuk membentuk aktifitas paralel, dimana bagian yang berbeda dari basis data akan diproses secara paralel. Dengan kata lain paralelisme dalam program ini dibentuk dari penerapan operasi-operasi yang sama ke bagian array data yang berbeda (Purbasari, 2002). Partisi Data adalah teknik khusus dari Paralelisme Data, dimana data disebar ke dalam memori-memori lokal multikomputer. Sebuah proses paralel kemudian ditugaskan untuk mengoperasikan masing-masing bagian data. Proses tersebut harus terdapat dalam lokal memori yang sama dengan bagian data, karena itu proses dapat mengakses data tersebut secara lokal. Untuk memperoleh kinerja yang baik, setiap proses harus memperhatikan variabelvariabel dan data-data lokalnya masing-masing. 146

17 Cacah jrk Tangkap Citra Citra tnm Agen penangkap citra Agen Filterisasi P. Pencacah Jarak P. Citra Filterisasi Tanaman P. Kualitas Citra DB Citra P. matrik Matrik citra Matrik citra Agen Identifikasi Agen Segmentasi jenis tanaman Kepadatan P. Identifikasi P. Segmentasi Identifikasi tnmn Agen Penentu dosis DB Peta Perlakuan Segmentasi Keterangan P. Aktivasi Akt. Penentuan dosis Penyemprotan Percept Action Protokol Agen Gambar 76. Diagram sistem multi agen pengendalian gulma berbasis sensor. 147

18 Metode yang sesuai bagi permasalahan peningkatan kecepatan kerja sistem pengendalian gulma berbasis sensor adalah komputasi paralel dengan teknik pipeline. Hal ini didasarkan pada cara kerja mulai dari penangkapan citra sampai penyemprotan adalah deretan kerja yang harus dikerjakan secara berurutan. Dalam teknik pipeline, problem dibagi menjadi beberapa proses yang harus dilaksanakan satu setelah lainnya. Setiap tugas nantinya akan dieksekusi oleh proses atau prosesor yang berbeda dalam satu pipa komputasi. Gambar 77. Proses pipeline Pipeline dapat meningkatkan kecepatan untuk problem yang sekuensial, pada tiga kondisi : 1) Jika tugas komputasi yang dilakukan melibatkan beberapa tahapan proses berurutan dimana output suatu proses menjadi input bagi proses berikutnya. 2) Jika data yang dilibatkan dalam komputasi berjumlah banyak jauh melebihi jumlah prosesor yang ada. 3) Jika waktu eksekusi dari masing-masing proses relatif seragam. Gambar 78 menampilkan diagram yang berisi deretan proses antar agen pada kasus pengendalian gulma di lahan terbuka. Diagram tersebut menunjukkan bagaimana keluaran suatu proses menjadi masukan bagi proses berikutnya. Langkah pertama dari analisa perhitungan paralel dengan metode pipeline adalah menentukan granularitas proses. Granularitas adalah waktu berlangsungnya atau waktu eksekusi setiap proses. Berdasarkan hasil pengukuran waktu kerja tiap instance diperoleh data granularitas tiap-tiap proses sebagaimana ditampilkan pada Tabel

19 Proses dan Unit yang terlibat Keluaran Penangkap Citra - Ambil citra lahan - simpan - Tampilkan waktu operasi Image format (*.jpg/*.bmp) Filterisasi - Loading gambar - Filterisasi - Simpan file (*.txt) hasil filterisasi - Tampilkan waktu operasi hasil filterisasi (buffer 1) Segmentasi - Loading file filterisasi - Segmentasi kedalam 4 kelas - Simpan file (*.txt) hasil segmentasi - Tampilkan waktu operasi Penentuan Dosis - Loading file segmentasi - Terjemahkan hasil segmentasi ke kode aktivasi - Simpan file (*.txt) hasil penentuan dosis - Tampilkan waktu operasi hasil segmentasi (buffer 2) hasil penentuan dosis (file teks) Mikrokontroler Aktuator Gambar 78. Blok Diagram Hubungan Operasional Antar Agen pada Kasus Pengendalian Gulma di Lahan Terbuka. Diagram pipeline ruang-waktu disusun berdasarkan urutan proses dengan memperhatikan lama proses dan sifat pengerjaan tiap proses. Gambar 80. menunjukkan bentuk diagram pipeline untuk 5 proses pekerjaan pada kegiatan pengendalian gulma periode praolah dengan menggunakan 4 buah prosesor. Masing-masing prosesor memiliki tugas khusus yang berbeda satu dengan lainnya. Tugas masing-masing prosesor tersebut adalah penangkap citra, loading file citra, filterisasi, analisis kelas serangan dan penentuan dosis. 149

20 Tabel 24. Waktu kerja rata-rata tiap proses pada pengendalian gulma di lahan terbuka. Nomor Nama Proses Rata-rata waktu kerja (detik) 1. Penangkapan citra Loading file Filterisasi citra Analisa kelas serangan Penentuan dosis Jumlah Pada diagram pipeline dapat dilihat bahwa setiap proses dikerjakan secara paralel pada prosesor yang terpisah, dan pemrosesan terhadap citra kedua dilakukan tanpa harus menunggu selesainya proses terhadap citra pertama. Pembatas antar kegiatan dalam proses tersebut adalah penangkapan citra, karena penangkapan citra memerlukan waktu terlama dan proses selanjutnya hanya bisa dilakukan setelah citra ditangkap dan disimpan. Proses komunikasi pada metode komputasi paralel pipeline adalah bahwa satu proses melakukan komputasi terhadap beberapa nilai yang akan dipergunakan oleh proses paralel lainnya. Penanganan masalah tersebut memerlukan suatu kanal (channel) yang mempunyai properti kosong. Ketika suatu proses membaca kanal yang kosong, maka eksekusi proses secara otomatis akan tertunda sampai terdapat proses lain yang menulis suatu nilai ke dalam kanal tersebut. Misal proses P2 akan menunggu pembacaan variabel kanal sebelum proses P1 selesai menuliskan suatu nilai ke dalam variabel kanal. Dengan demikian komunikasi proses dijamin berlangsung dengan benar. Nilai overhead aktivasi Proses 2 dari posisi wait adalah pada kisaran waktu ns. 150

21 Proses 1 Proses 2 Tulis Baca Kanal Gambar 79. Komunikasi antar proses secara paralel Penggal program dari bentuk komunikasi antar agen dalam bentuk task adalah sebagai berikut : var buffer1 = new BlockingCollection<int>(limit); var buffer2 = new BlockingCollection<int>(limit); var f = new TaskFactory(TaskCreationOptions.LongRunning,TaskContinuationOptions.None); var task1 = f.startnew(() => / proses internal filterisasi / menghasilkan buffer1 Pipeline<int>.Producer(buffer1,,, inc)); var task2 = f.startnew(() => / membaca buffer1 hasil filterisasi / proses internal segmentasi / menghasilkan buffer2 Pipeline<int>.Consumer(buffer1, new Pipeline<int>., buffer2)); Pipeline<int>.Producer(buffer2,,, inc)); var task3 = f.startnew(() => / membaca buffer2 hasil segmentasi / proses internal penentuan dosis /menghasilkan file text akhir (dosis) { result_str = Pipeline<int>.LastConsumer(buffer2, str); }); Task.WaitAll(task1, task2, task3); Hans-.uk> Parallel Programming 151

22 Gambar 80. Diagram pipeline dengan 4 prosesor pada kegiatan pengendalian gulma periode praolah Hasil analisa peningkatan kecepatan pada komputasi paralel metode pipeline menunjukkan bahwa peningkatan nilai speed up berbanding lurus dengan semakin bertambahnya jumlah pekerjaan. Pekerjaan adalah rangkaian proses yang dilakukan pada satu buah citra. Nilai speed up akan bergerak dari 1 pada satu pekerjaan sampai pada 1000 pekerjaan, nilai speed up selanjutnya akan mencapai pada jumlah pekerjaan sampai tak hingga dengan efisiensi sebesar 93.88%. Gambar 81 menunjukkan grafik peningkatan nilai speed up akibat bertambahnya jumlah pekerjaan Speedup Jumlah pekerjaan Gambar 81. Grafik hubungan speed up dan jumlah pekerjaan pada kegiatan pengendalian gulma periode praolah. 152

23 Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan pendeteksian serangan gulma, pendeteksian gulma pada periode pascatumbuh membutuhkan agen cerdas untuk menganalisa jenis tanaman. Berdasarkan hasil perhitungan waktu kerja satu frame yang diperlukan untuk menganalisa tanaman dengan ukuran 100 x 140 piksel diperoleh nilai waktu detik. Karena dalam satu citra hasil tangkapan kamera rata-rata memiliki 10 citra tanaman utama, maka kebutuhan waktu untuk analisa dimensi fraktal adalah detik. Gambar 82. menunjukkan bentuk diagram pipeline untuk 6 proses pekerjaan pada kegiatan pengendalian gulma periode pascatumbuh dengan menggunakan 4 buah prosesor. Hasil perhitungan kinerja sistem menunjukkan nilai speed up akan bergerak dari 1 pada satu pekerjaan sampai pada 1000 pekerjaan, nilai speed up selanjutnya akan mencapai pada jumlah pekerjaan sampai tak hingga dengan efisiensi sebesar 95.35%. Gambar 83 menunjukkan grafik peningkatan nilai speed up akibat bertambahnya jumlah pekerjaan. Gambar 82. Diagram pipeline dengan 4 prosesor pada kegiatan pengendalian gulma periode pascatumbuh 153

24 Speed up Jumlah Pekerjaan Gambar 83. Grafik hubungan speed up dan jumlah pekerjaan pada kegiatan pengendalian gulma periode pascatumbuh. Pengoperasian sistem tanpa melalui penyimpanan dan pengambilan file citra akan mempersingkat waktu operasi tiap proses. Hal ini secara otomatis akan meningkatkan kecepatan proses tiap pekerjaan. Hasil analisa secara teoritis pada dimensi citra yang memiliki panjang 102 cm dan lebar 136 cm dengan pengoperasian prosesor tunggal menunjukkan kecepatan maju maksimum adalah 8.63 km/jam. Apabila pekerjaan dilakukan dengan 2 prosesor yang bekerja dengan metode pipeline akan diperoleh nilai speed up dan kecepatan maju km/jam dengan efisiensi sebesar 92.28%. Gambar 84. Diagram pipeline dengan 2 prosesor pada kegiatan pengendalian gulma periode praolah tanpa prosedur penyimpanan citra. 154

25 Axis Title Axis Title Gambar 85. Grafik hubungan speed up dan jumlah pekerjaan pada kegiatan pengendalian gulma praolah tanpa prosedur penyimpanan citra. Simpulan 1. Pemrograman sistem multi agen telah dibangun dengan pendekatan pemrograman multithreading. Agen-agen yang terlibat dalam kegiatan pengendalian gulma adalah ; agen penangkap citra, agen filterisasi, agen identifikasi tanaman, agen penentu kepadatan serangan gulma, agen penentu dosis. 2. Analisa kecepatan proses komputasi paralel dilakukan dengan melakukan granularisasi masing-masing proses pada tiap agen. Hasil perhitungan kinerja sistem pada sistem pengendalian gulma praolah menunjukkan nilai speedup akan bergerak dari 1 pada satu pekerjaan sampai pada 1000 pekerjaan, nilai speedup selanjutnya akan mencapai pada jumlah pekerjaan sampai tak hingga dengan efisiensi sebesar 93.88%. Penggunaan sistem multi agen akan mempersingkat waktu proses, sehingga nilai kecepatan maju maksimum dari VRT menjadi kali lebih cepat, yaitu dari 4.78 km/jam menjadi km/jam. 3. Hasil perhitungan dari kinerja sistem pada sistem pengendalian gulma pascatumbuh menunjukkan bahwa nilai speed up akan bergerak dari 1 pada satu pekerjaan sampai pada 1000 pekerjaan, nilai speed up selanjutnya 155

26 akan mencapai pada jumlah pekerjaan sampai tak hingga dengan efisiensi sebesar 95.35%. Penggunaan sistem multi agen akan mempersingkat waktu proses, sehingga nilai kecepatan maju maksimum dari VRT menjadi kali lebih cepat, yaitu dari 4.71 km/jam menjadi km/jam. 4. Hasil analisa secara teoritis pada dimensi citra yang memiliki panjang 102 cm dan lebar 136 cm dengan pengoperasian prosesor tunggal menunjukkan kecepatan maju maksimum dari sistem yang bekerja tanpa proses penyimpanan file citra adalah 8.63 km/jam. Apabila pekerjaan dilakukan dengan 2 prosesor yang bekerja dengan metode pipeline akan diperoleh nilai speed up dan kecepatan maju maksimum km/jam dengan efisiensi sebesar 92.28%. 156

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi)

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi) 9. PEMBAHASAN UMUM Beberapa metode analisa komputasi cerdas digunakan dalam penelitian pendeteksian serangan gulma. Masing-masing metode diarahkan untuk mencapai tujuan analisa utama yaitu pendeteksian

Lebih terperinci

3. METODE. Metode Penelitian. Waktu dan Lokasi Penelitian

3. METODE. Metode Penelitian. Waktu dan Lokasi Penelitian 3. METODE Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan menggunakan metode pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang diawali dengan identifikasi serangkaian

Lebih terperinci

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan

6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA. Pendahuluan 6. PENDETEKSIAN SERANGAN GULMA Pendahuluan Praktek pengendalian gulma yang biasa dilakukan pada pertanian tanaman pangan adalah pengendalian praolah dan pascatumbuh. Aplikasi kegiatan Praolah dilakukan

Lebih terperinci

7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan

7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN. Pendahuluan 7. RANCANG BANGUN APLIKATOR CAIRAN Pendahuluan Pada praktek pertanian presisi peralatan digunakan untuk membawa dan mendistribusikan bahan cair dan padat. Pendistribusian bahan padat bisa berupa bibit

Lebih terperinci

5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN. Pendahuluan

5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN. Pendahuluan 5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN Pendahuluan Tujuan aplikasi berbasis sensor adalah melakukan penyemprotan dengan presisi tinggi berdasarkan pengamatan real time, menjaga mutu produk dari kontaminasi obat-obatan

Lebih terperinci

PROSES PENGANTAR DATA TERDISTRIBUSI. Materi: 1. Thread 2. Client/Server 3. Agent

PROSES PENGANTAR DATA TERDISTRIBUSI. Materi: 1. Thread 2. Client/Server 3. Agent PROSES PENGANTAR DATA TERDISTRIBUSI Materi: 1. Thread 2. Client/Server 3. Agent Thread Thread adalah sebuah alur kontrol dari sebuah proses. Kontrol thread tunggal ini hanya memungkinkan proses untuk menjalankan

Lebih terperinci

Penggunakan lebih dari satu CPU untuk menjalankan sebuah program secara simultan. Tujuan Utama Untuk meningkatkan performa komputasi.

Penggunakan lebih dari satu CPU untuk menjalankan sebuah program secara simultan. Tujuan Utama Untuk meningkatkan performa komputasi. PARALLEL PROCESSING Penggunakan lebih dari satu CPU untuk menjalankan sebuah program secara simultan. Tujuan Utama Untuk meningkatkan performa komputasi. Komputasi Parallel Salah satu teknik melakukan

Lebih terperinci

Secara tidak langsung, proses merupakan program yang sedang dieksekusi.

Secara tidak langsung, proses merupakan program yang sedang dieksekusi. 3. PROSES PROSES Definisi Proses : Secara tidak langsung, proses merupakan program yang sedang dieksekusi. Silberschatz : suatu proses adalah lebih dari sebuah kode program, yang terkadang disebut text

Lebih terperinci

KONSEP PROSES (CONT.)

KONSEP PROSES (CONT.) PROCESS DAN THREAD KONSEP PROSES Program yang sedang dieksekusi Proses tidak hanya sekedar suatu kode program (text section), melainkan meliputi beberapa aktivitas yang bersangkutan seperti program counter

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI II.1 Pekerjaan II.2 Proses

BAB II DASAR TEORI II.1 Pekerjaan II.2 Proses BAB II DASAR TEORI Bab ini akan membahas dasar teori yang melandasi penulisan tesis ini yaitu pekerjaan, proses, struktur organisasi, sistem informasi, sistem informasi yang peduli proses, teknik pemodelan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA, KONSEP DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA, KONSEP DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA, KONSEP DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Sistem Tahap analisis merupakan tahapan awal dalam membuat sebuah perangkat lunak dimana penulis menganalisa kebutuhan dasar dari sistem yang akan dibuat.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Skenario Pengujian Program aplikasi diimplementasikan pada sebuah PC quadcore dan cluster 4 PC quadcore untuk mendapatkan perbandingan kinerja antara algoritma paralel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Desain Penelitian 34 35 Penjelasan dari skema gambar

Lebih terperinci

10. PARALLEL PROCESSING

10. PARALLEL PROCESSING 10. PARALLEL PROCESSING Parallel Processing Penggunakan lebih dari satu CPU untuk menjalankan sebuah program secara simultan. Tujuan Utama Untuk meningkatkan performa komputasi. Komputasi Parallel Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran ph makin dibutuhkan, bukan hanya oleh perusahaan berskala besar tetapi juga perusahaan berskala kecil misalnya tambak ikan dan udang milik warga perseorangan.

Lebih terperinci

Pendeteksian Kemacetan Lalu Lintas dengan Compute Unified Device Architecture (CUDA)

Pendeteksian Kemacetan Lalu Lintas dengan Compute Unified Device Architecture (CUDA) Pendeteksian Kemacetan Lalu Lintas dengan Compute Unified Device Architecture (CUDA) LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana oleh: Muhammad Ismail Faruqi / 13503045 PROGRAM

Lebih terperinci

Sistem Terdistribusi Proses. S1 Sistem Komputer Musayyanah, S.ST, MT

Sistem Terdistribusi Proses. S1 Sistem Komputer Musayyanah, S.ST, MT Sistem Terdistribusi Proses S1 Sistem Komputer Musayyanah, S.ST, MT Apa itu Thread? Sebuah alur control dari sebuah proses. Contohnya : Sebuah web browser mempunyai thread untuk menampilkan gambar atau

Lebih terperinci

Organisasi & Arsitektur. Komputer. Org & Ars komp Klasifikasi Ars Komp Repr Data

Organisasi & Arsitektur. Komputer. Org & Ars komp Klasifikasi Ars Komp Repr Data Organisasi & Arsitektur Komputer Org & Ars komp Klasifikasi Ars Komp Repr Data Organisasi berkaitan dengan fungsi dan desain bagianbagian sistem komputer digital yang menerima, menyimpan dan mengolah informasi.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. PU yang berfungsi mengatur dan bekerja sebagai kunci dari semua komponen

BAB III PERANCANGAN SISTEM. PU yang berfungsi mengatur dan bekerja sebagai kunci dari semua komponen 30 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Sistem ini menggunakan sensor api sebagai masukan. Fungsi sensor ini adalah untuk mendeteksi adanya titik api yang berpotensi menimbulkan kebakaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra dapat dikelompokkan menjadi citra tampak dan citra tak tampak.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segmentasi citra (image segmentation) merupakan langkah awal pada proses analisa citra yang bertujuan untuk mengambil informasi yang terdapat di dalam suatu citra.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan studi literatur dari teori-teori yang

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan studi literatur dari teori-teori yang BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Penelitian Penelitian ini dimulai dengan studi literatur dari teori-teori yang berhubungan dengan CNS/ATM khususnya bagian ADS-B Flight Monitoring. Observasi dan wawancara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis SIRANJAJA Perancangan Modul Pembangunan Content Streaming

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis SIRANJAJA Perancangan Modul Pembangunan Content Streaming 5 variasi parameter percobaan dilakukan sebanyak sepuluh kali perulangan. Hasil dari percobaan ini digunakan sebagai bahan analisis untuk encoding citra digital pada percobaan pengiriman data. b Percobaan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Gambaran sistem dapat dilihat pada blok diagram sistem di bawah ini : Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Berdasarkan blok

Lebih terperinci

Konsep I/O Programming

Konsep I/O Programming Pertemuan 4 Algoritma dan Pemrograman 2A Jurusan Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma 2015 Review Konsep Pemrograman dengan Delphi dengan Delphi Pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa catur adalah permainan yang digemari oleh segala usia. kendala bagi seseorang yang tergolong awam dalam catur.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa catur adalah permainan yang digemari oleh segala usia. kendala bagi seseorang yang tergolong awam dalam catur. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permainan yang sifatnya melatih kemampuan berpikir telah berkembang hingga saat ini. Baik permainan tradisional atau permainan modern memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Pada bab ini dijelaskan mengenai prosedur yang berjalan dan yang diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah embedded system berbasis mikrokontroller umumnya memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah embedded system berbasis mikrokontroller umumnya memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah embedded system berbasis mikrokontroller umumnya memiliki pilihan tampilan keluaran yang terbatas. Jenis tampilan yang biasa digunakan adalah LCD dot-matrix

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan sistem robot tanpa awak yang dapat dikendalikan secara otomatis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan sistem robot tanpa awak yang dapat dikendalikan secara otomatis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan wilayah perairannya mencapai + 2/3 dari luas total wilayah Indonesia. Dengan memanfaatkan potensi wilayah tersebut banyak

Lebih terperinci

Network Access/Interface Layer Internet Layer Host-to-Host Transport Layer Application Layer

Network Access/Interface Layer Internet Layer Host-to-Host Transport Layer Application Layer SAMUEL AJI SENA, 0610630097 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, 2013 Perancangan dan pembuatan Application Programming Interface Server untuk Arduino Dosen Pembimbing : Adharul

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model)

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model) BAB II PENGEMBANGAN SISTEM BASIS DATA Bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai arsitektur sistem basis data dan pengembangan sistem basis data. Sistem basis data tidak berdiri sendiri, tetapi selalu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi

BAB 3 METODOLOGI. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi kepustakaan dan studi laboratorium dimana penulis mempelajari teori-teori teknik pencarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Artificial Intelligence (AI) agen adalah fitur standar game komputer modern, baik sebagai lawan, teman atau tutor dari pemain. Agar tampil otentik, agen tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Dalam membangun sebuah system informasi diperlukan suatu pemahaman mengenai system itu sendiri sehingga tujuan dari pembangunan system informasi dapat tercapai.

Lebih terperinci

Proses. Sistem Terdistribusi Reza Aditya Firdaus, S.kom

Proses. Sistem Terdistribusi Reza Aditya Firdaus, S.kom Proses I. Thread Thread adalah sebuah alur kontrol dari sebuah proses. Kontrol thread tunggal ini hanya memungkinkan proses untuk menjalankan satu tugas pada satu waktu. Banyak sistem operasi modern telah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Kebutuhan Sistem Kebutuhan fungsional sistem merupakan paparan mengenai fitur-fitur yang akan dimasukan kedalam aplikasi yang akan dibangun. Fitur fitur tersebut harus memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pendahuluan dalam penyusunan Laporan Penelitian. Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, batasan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan oleh

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan oleh 23 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan dalam sistem kali ini berupa rancangan untuk mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beragam produk seperti tampilan suara, video, citra ditawarkan oleh perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. beragam produk seperti tampilan suara, video, citra ditawarkan oleh perusahaan untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Perkembangan multimedia dalam era sekarang ini meningkat dengan pesatnya, beragam produk seperti tampilan suara, video, citra ditawarkan oleh perusahaan

Lebih terperinci

Organisasi & Arsitektur Komputer

Organisasi & Arsitektur Komputer Organisasi & Arsitektur Komputer 1 Unit Input - Output Eko Budi Setiawan, S.Kom., M.T. Eko Budi Setiawan mail@ekobudisetiawan.com www.ekobudisetiawan.com Teknik Informatika - UNIKOM 2013 Flash Back 2 Pengertian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agent-Based Software Engineering

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agent-Based Software Engineering II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agent-Based Software Engineering Agen pintar (intelligent agents) dan sistem berbasiskan agen telah banyak dikenal dalam penelitian bidang kecerdasan buatan. Dewasa ini, kedua

Lebih terperinci

PROSES. Sistem Terdistribusi

PROSES. Sistem Terdistribusi PROSES PERT 3. Sistem Terdistribusi Konsep Proses Proses : suatu program yang sedang dieksekusi. Eksekusi proses dilakukan secara berurutan Dalam proses terdapat Program counter : menunjukkan instruksi

Lebih terperinci

Struktur Sistem Komputer

Struktur Sistem Komputer Struktur Sistem Komputer ARSITEKTUR UMUM SISTEM KOMPUTER Sistem Komputer Sistem komputer terdiri atas CPU dan sejumlah perangkat pengendali yang terhubung melalui sebuah bus yang menyediakan akses ke memori

Lebih terperinci

Direktori yang diperlihatkan pada gambar 1. tersebut adalah untuk satu unit (mis. disk pack atau tape reel) dari penyimpanan sekunder. Labelnya berisi

Direktori yang diperlihatkan pada gambar 1. tersebut adalah untuk satu unit (mis. disk pack atau tape reel) dari penyimpanan sekunder. Labelnya berisi PENGENALAN KONTROL INPUT/OUTPUT DEFINISI DAN PERSYARATAN KONTROL I/O Sebuah sistem kontrol I/O bertujuan untuk memberikan bantuan kepada user untuk memungkinkan mereka mengakses berkas, tanpa memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya sistem komunikasi bergerak seluler, yang terwujud seiring dengan munculnya berbagai metode akses jamak (FDMA, TDMA, serta CDMA dan turunan-turunannya)

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian bagian komponennya dengan maksud untuk

Lebih terperinci

STRUKTUR CPU. Arsitektur Komputer

STRUKTUR CPU. Arsitektur Komputer STRUKTUR CPU Arsitektur Komputer Tujuan Mengerti struktur dan fungsi CPU yaitu dapat melakukan Fetch instruksi, interpreter instruksi, Fetch data, eksekusi, dan menyimpan kembali. serta struktur dari register,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisa Sistem Perancangan aplikasi kamus Bahasa Sunda berbasis Android dengan menggunakan bahasa pemrograman Java ini merupakan sistem yang mempermudah pengguna

Lebih terperinci

Pemodelan Berorientasi Objek

Pemodelan Berorientasi Objek 1 Pemodelan Berorientasi Objek Perancangan Sistem dengan Analisis Dinamis Adam Hendra Brata Pemodelan Kebutuhan Sistem 2 Ruang Lingkup Masalah Analisis Kebutuhan Diagram Use Case Pemodelan Perangkat Lunak

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN SISTEM 34 BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Permasalahan yang ada Sering kali user kesulitan mengarang musik untuk menjadi sebuah lagu yang baik, Masalah yang dihadapi adalah terbatasnya penyediaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Dalam membangun aplikasi belajar matematika untuk anak sekolah dasar kelas 5 SD. Tahap analisis adalah tahap awal dalam membangun sebuah aplikasi. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian yang dilakukan Ebner et al. (2014) menyatakan bahwa perkembangan bisnis saat ini dapat menimbulkan masalah yaitu bagaimana sebuah korporasi akan mengatur

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis secara umum, analisis kebutuhan perangkat lunak dan penjelasan mengenai perancangan perangkat lunak. 3.1 Analisis Masalah Umum

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi dan informasi sekarang ini sangat besar pengaruhnya yang dapat mempermudah dan meringankan pekerjaan manusia. Salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK MENENTUKAN JENIS KAWANAN IKAN, JARAK KAWANAN IKAN, DAN POSISI KAPAL

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK MENENTUKAN JENIS KAWANAN IKAN, JARAK KAWANAN IKAN, DAN POSISI KAPAL xxxi BAB III PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK MENENTUKAN JENIS KAWANAN IKAN, JARAK KAWANAN IKAN, DAN POSISI KAPAL Perangkat lunak pengenal gelombang perubahan fasa ini dilakukan dengan menggunakan komputer

Lebih terperinci

Secara garis besar, arsitektur sistem Real Time Auto Door-Lock terbagi menjadi 6 bagian, yaitu:

Secara garis besar, arsitektur sistem Real Time Auto Door-Lock terbagi menjadi 6 bagian, yaitu: 7 DOOR-Lock BAB 2 SISTEM REAL TIME AUTO SISTEM REAL TIME AUTO DOOR-LOCK Bab ini akan menjelaskan tentang arsitektur dari sistem, proses analisis kebutuhan dan desain dari perangkat lunak sistem, skema

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada penelitian ini penulis menitik beratkan pada perancangan aplikasi sistem Monitoring Level Ketinggian Air dimana sistem ini menggunakan bahasa pemrograman arduino. Adapun dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini, teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat, khususnya pada perkembangan komputer. Adapun salah satu teknologi yang mendukung cepatnya perhitungan

Lebih terperinci

Kongkurensi LPOHLVSFOTJ!

Kongkurensi LPOHLVSFOTJ! LPOHLVSFOTJ! Daftar isi PENGERTIAN KONGKURENSI... 2 PRINSIP-PRINSIP KONGKURENSI... 2 PERMASALAHAN KONGKURENSI... 3 KESULITAN-KESULITAN YANG DITIMBULKAN KONGKURENSI... 5 PENANGANAN KONGKURENSI... 5 INTERAKSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab Tinjauan Pustaka memuat uraian gambaran umum dan fungsi-fungsi pada perpustakaan, pengertian sistem informasi, dan kaitan antara perpustakaan dan sistem informasi. 2.1. Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perangkat Lunak Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan, struktur data yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM.

PERANCANGAN SISTEM. BAB 4. PERANCANGAN SISTEM Setelah melakukan proses analisa sistem maka akan dilakukan proses perancangan sistem yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pengguna yang dianalisa. Perancangan sistem ini menggunakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAGAN KENDALI MUTU UNTUK KOMPOSISI. simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990).

PENGEMBANGAN BAGAN KENDALI MUTU UNTUK KOMPOSISI. simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990). Lalu bagan Shewhart dapat dibentuk dengan rumus sebagai berikut: simplex-lattice adalah (q+ m-1)!/(m!(q-1)!) (Cornell 1990). p = Rata-rata proporsi produk cacat n = Ukuran contoh yang diambil UCL = Batas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

Struktur Sistem Komputer

Struktur Sistem Komputer Struktur Sistem Komputer Pengampu Mata Kuliah Casi Setianingsih (CSI) Hp : 081320001220 (WA Only) Email Tugas : casie.sn@gmail.com Email Tel-U : setiacasie@telkomuniversity.ac.id Komposisi Penilaian Quiz

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian implementasi pemrograman paralel dalam deteksi tepi menggunakan metode operator Sobel dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman C++. Metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN Pada bagian ini penulis akan menganalisis kebutuhan-kebutuhan dalam membuat aplikasi ini, karena dengan melakukan analisis akan membuat lebih terarah dan jelas alur aplikasinya.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI GSM/GPRS PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 ABSTRAK

APLIKASI TEKNOLOGI GSM/GPRS PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 ABSTRAK APLIKASI TEKNOLOGI GSM/GPRS PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Oleh Ade Silvia Handayani Email: ade_silvia_armin@yahoo.co.id; armin.makmun@londonsumatra.com ABSTRAK Informasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN MEMORI SISTEM OPERASI

MANAJEMEN MEMORI SISTEM OPERASI MANAJEMEN MEMORI SISTEM OPERASI Manajemen Memori Memori adalah pusat dari operasi pada sistem komputer modern, berfungsi sebagai tempat penyimpanan informasi yang harus diatur dan dijaga sebaik baiknya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan Mengumpulkan data yang dibutuhkan Mempersiapakan alat dan bahan penelitian Observasi Wawancara Data Penelitian

Lebih terperinci

Nama : Rendi Setiawan Nim :

Nama : Rendi Setiawan Nim : Nama : Rendi Setiawan Nim : 41813120188 Pengertian Dasar Istilah Reakayasa Perangkat Lunak (RPL) secara umum disepakati sebagai terjemahan dari istilah Software engineering. Istilah Software Engineering

Lebih terperinci

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA Syahrul 1, Andi Kurniawan 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.116,

Lebih terperinci

BAB III KONSEP DAN PERANCANGAN

BAB III KONSEP DAN PERANCANGAN BAB III KONSEP DAN PERANCANGAN 3.1 Konsep Aplikasi modul pembelajaran Matematika SMA kelas 11 IPS ini merupakan aplikasi yang khusus dibuat untuk siswa-siswi SMA kelas 11 IPS. Di mana isi materi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata,

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Computer. Parallel Port ICSP. Microcontroller. Motor Driver Encoder. DC Motor. Gambar 3.1: Blok Diagram Perangkat Keras BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Perangkat Keras Sistem perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan oleh blok diagram berikut: Computer Parallel Port Serial Port ICSP Level

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komputer adalah sebuah alat yang dipakai untuk mengolah informasi menurut prosedur yang telah dirumuskan (Wikipedia, 2007: Komputer). Komputer berkembang mulai

Lebih terperinci

MODUL 2 KOMPONEN, LAYANAN SISTEM OPERASI M. R A J A B F A C H R I Z A L - S I S T E M O P E R A S I - C H A P T E R 2

MODUL 2 KOMPONEN, LAYANAN SISTEM OPERASI M. R A J A B F A C H R I Z A L - S I S T E M O P E R A S I - C H A P T E R 2 MODUL 2 KOMPONEN, LAYANAN SISTEM OPERASI M. R A J A B F A C H R I Z A L - S I S T E M O P E R A S I - C H A P T E R 2 1 KOMPONEN SO LAINNYA Jaringan (Sistem Terdistribusi) Sistem terdistribusi adalah sekumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat pengukur tinggi bensin pada reservoir SPBU. Dalam membuat suatu sistem harus dilakukan analisa mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merancang aplikasi Paralel Processing yang diimplementasikan dengan penggunaan Computer-Unified-Device-Architecture (CUDA).

BAB I PENDAHULUAN. Merancang aplikasi Paralel Processing yang diimplementasikan dengan penggunaan Computer-Unified-Device-Architecture (CUDA). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Merancang aplikasi Paralel Processing yang diimplementasikan dengan penggunaan Computer-Unified-Device-Architecture (CUDA). 1.2. Latar Belakang Banyak Central Processing Unit

Lebih terperinci

Modul ke: Aplikasi komputer. Sistem Operasi. Fakultas FEB. Handy Japar., SE., MM. Program Studi MKCU

Modul ke: Aplikasi komputer. Sistem Operasi. Fakultas FEB. Handy Japar., SE., MM. Program Studi MKCU Modul ke: Aplikasi komputer Sistem Operasi Fakultas FEB Handy Japar., SE., MM Program Studi MKCU http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Operating System Perangkat lunak computer atau software yang bertugas

Lebih terperinci

Perangkat Keras (Hardware) Komputer dan Fungsinya. Didiek Prasetya M.sn

Perangkat Keras (Hardware) Komputer dan Fungsinya. Didiek Prasetya M.sn Perangkat Keras (Hardware) Komputer dan Fungsinya Didiek Prasetya M.sn Perangkat keras (hardware) komputer dan fungsinya- Secara umum perangkat komputer terbagi menjadi 3 bagian yaitu Hardware,software

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SERVER MMOG

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SERVER MMOG BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SERVER MMOG 4.1 Implementasi Server MMOG Aplikasi server MMOG ini dibuat menggunakan software Microsoft Visual C++.NET 2003 yang berjalan pada sistem operasi Microsoft

Lebih terperinci

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN 10 bertujuan untuk melihat lama pengiriman data dari klien (perumahan) hingga ke pos pemantauan. Waktu respon sistem dihitung dengan menggunakan fungsi sebagai berikut: t respon = t t... (1) server klien

Lebih terperinci

PAPER PIPELINE INSTRUKSI

PAPER PIPELINE INSTRUKSI PAPER PIPELINE INSTRUKSI ARSITEKTUR DAN ORGANISASI KOMPUTER Dosen : Drs. Eko Polosoro, M.Eng, M.M Kelompok: Muhammad Akbar (1111601058) Rano Kurniawan (1111601074) Taufik Tirkaamiasa (1111601082) MAGISTER

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Matrix Multiplication Pada Lingkungan Komputasi Berkemampuan Tinggi (Cuda Gpu)

Analisis Kinerja Matrix Multiplication Pada Lingkungan Komputasi Berkemampuan Tinggi (Cuda Gpu) Analisis Kinerja Matrix Multiplication Pada Lingkungan Komputasi Berkemampuan Tinggi (Cuda Gpu) 1 Machudor Yusman, 2 Anie Rose Irawati, 3 Achmad Yusuf Vidyawan 1 Jurusan Ilmu Komputer FMIPA Unila 2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi Konsep teknologi informasi khususnya Internet telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei Situs CIA (Central Intellegence Agency) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei Situs CIA (Central Intellegence Agency) mengenai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei Situs CIA (Central Intellegence Agency) mengenai perbandingan populasi jumlah penduduk didunia, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALI PENGIRIMAN TABUNG GAS

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALI PENGIRIMAN TABUNG GAS PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALI PENGIRIMAN TABUNG GAS Yuli Fauziah Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. Babarsari no 2 Tambakbayan 55281 Yogyakarta Telp (0274)-485323

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Informasi Sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling bekerja sama baik secara manual atau berbasis komputer yang didalamnya ada pengumpulan, pengolahan, pemprosesan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK

PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK 3 Langkah Perencanaan : I. Pendefinisian masalah, II. Pengembangan strategi solusi, III. Rencana proses pengembangan. 2 I. Pendefinisian Masalah 1. Nyatakan masalah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Aplikasi Pengertian aplikasi adalah program siap pakai yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah dari pengguna aplikasi tersebut dengan tujuan mendapatkan hasil yang

Lebih terperinci

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2

PENGANTAR RUP & UML. Pertemuan 2 PENGANTAR RUP & UML Pertemuan 2 PENGANTAR RUP Rational Unified Process (RUP) atau dikenal juga dengan proses iteratif dan incremental merupakan sebuah pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

Sistem Operasi dalam bahasa Inggrisnya disebut Operating System, atau biasa di singkat dengan OS.

Sistem Operasi dalam bahasa Inggrisnya disebut Operating System, atau biasa di singkat dengan OS. DASAR SISTEM OPERASI Sistem Operasi Sistem Operasi dalam bahasa Inggrisnya disebut Operating System, atau biasa di singkat dengan OS. Sistem operasi merupakan sebuah penghubung antara pengguna dari komputer

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Rancangan Arsitektur Sistem Arsitektur sistem yang akan dikembangkan dari penelitian ini terdiri dari 2 Komponen, yaitu: Komponen pertama adalah Komponen web, yaitu bagian

Lebih terperinci