GAMBARAN COPING STRESS SUAMI TERHADAP ISTRI YANG MENDERITA SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN COPING STRESS SUAMI TERHADAP ISTRI YANG MENDERITA SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS"

Transkripsi

1 GAMBARAN COPING STRESS SUAMI TERHADAP ISTRI YANG MENDERITA SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS Desi Astuti Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta Abstrak Suami yang istrinya menderita lupus akan mengalami stres, dikarenakan kesulitan-kesulitan yang ditemui baik dari faktor psikologis, fisik, ekonomi, dan sosial. Respon Suami terhadap istri yang menderita lupus tidak sama kalahnya dengan penderita lupus yakni ketakutan, marah, kecewa dan gelisah. Agar kehidupan dapat berjalan dengan baik individu akan melakukan usaha untuk mengatasi stres ini. Usaha untuk mengatasi stres dikatakan juga sebagai coping. Pemilihan strategi coping yang akan digunakan oleh suami yang istrinya menderita lupus bergantung pada penilaian situasi yang dihayati atau dirasakannya. Kata Kunci: coping stress, systemic lupus erythematosus Pendahuluan Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai Lupus Erythematosus. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh tubuh atau sistem internal manusia. Dalam ilmu imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS. Pada Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease atau penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan (id.wikipedia.com, 2009). Lupus merupakan penyakit kronik, sebagian besar penderitanya adalah wanita yang berusia produktif antara tahun (Satriani, 2007, p.1). Ketua Yayasan Lupus Indonesia (YLI) Tiara Savitri mengatakan, hingga Januari 2009 terdapat penderita lupus di Indonesia. Padahal, penderita lupus di Indonesia tahun 2004, baru mencapai orang ( 2009). Hal ini membuktikan semakin lama penderita lupus semakin meningkat namun sampai saat ini belum ditemukan cara penyembuhannya. Penyakit SLE ini belum bisa disembuhkan atau dicegah yang bisa dilakukan hanyalah sebatas menekan dan mengurangi gejala lupus, yang mana salah satu caranya dengan mengkonsumsi obat-obatan seumur hidup. ( 2008). Oleh karena itu seorang penderita lupus seumur hidupnya sangatlah bergantung pada obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan yang dikonsumsi akan menyebabkan perubahan baik secara fisik maupun psikis. Secara psikologis penderita mengalami perubahan suasana hati (mood), berupa depresi ataupun emosi yang tidak stabil. Secara fisik dapat menyebabkan penambahan berat badan, kebotakan, pembengkakkan kaki atau wajah yang menjadi bulat seperti bulan (Savitri, 2005). Suami yang istrinya menderita lupus akan memberikan pengaruh yang besar dalam memberikan dukungan terhadap istri yang menderita lupus, karena salah satu peran utama dari pasangan hidup yakni menolong pasangannya dari keadaan yang lemah, dan dapat mendukung dalam keadaan sulit yang sedang menimpa pasangannya itu (archaengela.tblog.com, 2009). Dalam menjalankan peran sebagai suami penderita lupus tidaklah mudah, karena sebagai pasangan penderita lupus terkadang memiliki emosi yang sama kuatnya dengan penderita lupus akan timbul ketakutan, marah, kecewa dan gelisah bahwa orang terdekatnya berubah secara fisik maupun psikis (Savitri, 2005). Pernyataan beberapa suami penderita lupus yang mengatakan (Savitri, 2005) seperti takut akan tertular penyakit, suami tidak bisa menerima keadaan istri apa adanya dan adapun yang takut akan kehilangan istrinya. Perasaan-perasaan dan kesulitan-kesulitan yang ditemui pada Pernyataan merupakan respon dari stres. Taylor 1991 (Wangsadjaja, 2008) stres dapat menghasilkan berbagai respon salah satunya yakni respon yang berasal dari emosi seperti takut, cemas, marah, dan sebagainya. Peristiwa dimana suami yang istrinya menderita lupus merupakan salah satu peristiwa yang dapat menimbulkan stres. Dalam The College Life Stress Inventory (Renner & Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni

2 Mackin 1998 dalam Nevid, Rathus & Greene, 2005) dimana anggota keluarga menderita sakit serius, merupakan salah satu peristiwa yang dapat menimbulkan stres. Peristiwa ini berada pada urutan ke 14 dari 51 peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan stres, dengan skala nilai stresnya 85 (skala ). Berarti suami yang istrinya menderita sakit lupus mengalami stres. Usaha untuk mengatasi stres disebut juga dengan coping. Miller (dalam Lazarus & Folkman, 1984) menyatakan coping adalah sebagian dari perilaku-perilaku yang dipelajari dan yang membantu kelangsungan hidup dalam menghadapi bahaya yang mengancam individu. (Wangmuba, 2009). Coping yang efektif adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Wangsadjaja, 2008). Dalam melakukan coping membutuhkan suatu usaha, yang mana hal tersebut akan menjadi perilaku otomatis lewat proses belajar (Wangsadjaja, 2008). Proses belajar tiap individu tentunya berbeda-beda. Dengan demikian tiap individu dalam melakukan coping akan berbeda-beda tergantung dari proses belajar individu tersebut dalam menghayati dan merasakan situasi yang terjadi. Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif (Poerwandari, 2001). Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini jumlahnya kecil yaitu tiga orang, yang memiliki istri telah mengidap sakit lupus selama 5-10 tahun. Dengan pertimbangan pola coping yang sudah terbentuk sebab yang diutamakan adalah perolehan informasi yang rinci dan mendalam, serta pemahaman akan sudut pandang dan konteks subjek penelitian terhadap masalah penelitian. Teknik Pengambilan Sampel Fokus penelitian kualitatif adalah terletak pada kedalaman dan proses, sehingga peneliti cenderung melakkan penelitian dengan jumlah yang kecil atau kasus yang sedikit. Dalam penelitian ini pemilihan kasus dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara yakni dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi ataupun gabungan keempatnya. Alat Pengumpul Data Lembar Pemberitahuan Awal Lembar pemberitahuan akan diberikan sebagai prosedur yang dilakukan dalam penelitian kualitatif. Didalamnya mencakup beberapa informasi umum sekitar prosedur dan tujuan dari penelitian ini, sesuai kode etik dalam psikologi (Himpsi, 2003). Pedoman Wawancara Pedoman wawancara dipersiapkan bersifat terbuka (open-ended question) dan tidak harus selalu diajukan berurutan. Alat Perekam Alat ini digunakan demi memudahkan proses pencatatan dari hasil wawancara dengan subyek. Alat Tulis dan Kertas Digunakan untuk mencatat beberapa informasi penting yang mungkin terjadi selama proses wawancara Hasil dan Pembahasan Subjek 1 Subyek berinisial YS ini lahir di Jakarta 6 Februari 1963 yang bertempat tinggal di Jakarta Utara. Subjek merupakan anak ke dua dari dua bersaudara dengan bersuku bangsa Tionghoa dan beragama Kristen. Pendidikan terakhir subjek yakni Sarjana Theologi pada salah satu universitas swasta di Jakarta. Pekerjaan YS yakni sebagai wiraswasta di bidang percetakan, selain itu subyek juga berprofesi sebagai guru musik di suatu sanggar musik di Jakarta. Istri subjek yang menderita lupus berumur 34 tahun dan memiliki seorang putri berumur 12 tahun yang merupakan hasil dari pernikahan mereka. Pendidikan terakhir istri subyek yakni SMEA. Kini Istri subjek juga bekerja sebagai wiraswasta dibidang percetakan yang mereka dirikan bersamasama. Subjek merupakan individu yang memberikan perhatian dan bertanggung jawab terhadap anak dan istrinya. Usia pernikahan subjek dengan istrinya sudah 13 tahun dan memiliki seorang putri berusia 12 tahun yang masih duduk di bangku sekolah menegah pertama. Subjek bersama dengan istri dan anaknya kini tinggal di Jakarta Utara dan tempat usahanya itu juga berbarengan dengan tempat tinggal mereka. Subjek (YS), memiliki tinggi badan sekitar 160 cm dan berat 58 kg. Saat bertemu subjek mengenakan kemeja yang bercorak garis-garis vertical berwarna biru dengan celana panjang Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni

3 berwarna hitam. Subjek bermata sipit dan berkulit putih. Rumah subjek cukup besar dan bertingkat. Ruang tamu subjek dijadikan tempat usaha percetakannya. Sebagai suami yang istrinya divonis menderita lupus sejak 5 tahun yang lalu, subjek selalu mendampingi istrinya dan memberikan dukungan baik moril maupun materil. Baginya keadaan dimana istrinya menderita lupus merupakan kehendak dari Tuhan. Subjek juga percaya bahwa segala sesuatunya adalah untuk kebaikan, karena dengan keadaan ini subjek menjadi lebih dekat ke Tuhan. Disamping itu subjek merasa bahwa istrinya terkena lupus dikarenakan kerja yang berlebihan, pola makan yang tidak teratur, dan istirahat yang tidak cukup. Hal ini bagi subjek akan mendapatkan efek yang tidak bagus terhadap semua orang termasuk dirinya, bukan hanya pada penderita lupus saja. Sehingga subjek mendapatkan pembelajaran untuk dapat mengatur waktu dengan baik, seperti teratur untuk makan, jam kerja tidak berlebihan, dan istirahat yang cukup. Selama wawancara subjek menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan santai dan nada suara yang jelas dan tegas. Subjek terlihat gugup diawal-awal pertanyaan, hal ini terlihat dari kaki subjek yang bergoyang-goyang. Sikap terhadap peneliti ramah dan sopan. Subjek sedikit tertutup dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan namun subjek berusaha untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti. Dibeberapa pertanyaan subjek agak lama untuk menjawab pertanyaan. Setelah sejenak berpikir subjek baru menjawab pertanyaan. Subjek 2 Subjek berinisial RC ini berusia 45 tahun bersuku bangsa Tionghoa dan Beragama Kristen Protestan. Merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Subjek adalah pegawai swasta di salah satu perusahaan perkapalan di Jakarta dengan pendidikan terakhir di salah satu universitas swasta di Jakarta. Setelah menikah selama 15 tahun Subjek dianugerahi seorang putri (15 th) dan seorang putra (12 tahun) hasil dari pernikahan dengan istrinya yang menderita lupus. Istri subjek telah menderita lupus selama 7 tahun, sebagai suami subjek memberikan perhatian dan dukungan terhadap istrinya yang menderita lupus. Selama istrinya menderita lupus, subjek tidak sanggup merawat istri beserta kedua anaknya sendiri. Baginya keadaan dimana istri menderita lupus merupakan cobaan hidup yang harus dijalani dengan sabar hati. Subjek memiliki tinggi sekitar 168 cm dan berat 57 kg. Saat bertemu subjek menggunakan kaos berwarna putih dengan celana panjang hitam. Subjek bermata sipit dan berkulit putih. Rumah subjek cukup besar dengan halaman rumah yang cukup besar pula dan memilki berbagai macam tanaman yang ditanam didalam pot. Subjek termasuk orang yang terbuka dan mau menceritakan semua permasalahan yang dihadapinya. Sikap pada peneliti ramah dan bersahabat. Disela-sela pertanyaan subjek sempat menawarkan asuransi ke peneliti. Dalam menjawab pertanyaan subjek cukup santai dan jelas. Subjek 3 Subjek berinisial subjek ini berumur 34 tahun, ia anak ke 3 dari 3 bersaudara. subjek bersuku Jawa dan beragama Kristen Protestan. subjek bekerja di 2 tempat, pada pagi hari ia bekerja sebagai pegawai honorer di pemerintahan daerah, lalu dimalam hari ia bekerja sebagai penjaga keamanan disebuah tempat hiburan malam. Pendidikan terakhir subjek yakni S1 di salah satu universitas swasta di Jakarta. Subjek memiliki seorang putra berumur 9 tahun. Tujuh tahun yang lalu istri Subjek divonis menderita lupus. Sebagai suami yang istrinya menderita lupus, Subjek senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil. Ketika istrinya divonis lupus, dokter menyatakan bahwa hidup istrinya tinggal 3 bulan lagi. Sampai kini Subjek sangat bersyukur kepada Tuhan karena masih menjadi keluarga yang utuh. Subjek memiliki tinggi kurang lebih 170 cm dan berat 63 kg. Saat wawancara subjek mengenakan kaos bergambar dan celana pendek hawai. Subjek tinggal dengan mertuanya. Rumah mertua cukup sederhana, kecil dan ada beberapa retakan ditembok. Sikap subjek kepada peneliti ramah dan bersahabat. Subjek termasuk orang sangat terbuka, semua pertanyaan selalu dijawab dengan antusias dan tanpa ditutup-tutupi. Disela pertanyaan anak subjek menghampiri subjek sambil bercanda-canda dengan gelak tawa. Dari hasil observasi ini dapat diketahui bahwa subjek mengalami kesulitan ekonomi. Gambaran Stressor, Stres, dan Coping Stress Subjek 1 Setelah istri subjek divonis menderita lupus lima tahun yang lalu, beban terberat (stressor) yang dirasakan subjek adalah istri divonis akan meninggal sehingga subjek merasa takut akan kehilangan istrinya, selain karena dokter ahli juga telah mengatakannya demikian, obat yang dikonsumsi untuk istrinya saja merupakan pinjaman dari penyakit lain. Baginya jika istri masih bisa hidup merupakan kemurahan Tuhan karena tidak ada cara lain selain pasrah. (positive reappraisal). Ya.. sedih ya, saya tidak tahu apa jadinya kalo ga ada dia, waktu itu saya merasa kayaknya dah ngga Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni

4 ada pengharapan, karena dokter ahli aja dah vonis dia sudah tidak ada harapan tuk hidup, jadi jika dia masih bisa hidup, ya.. karena kemurahan Tuhan, karena apa yang bisa kita perbuat lagi... obatnya aja itu pinjaman dari penyakit lain. Disamping itu, beban lain yang dirasakan subjek yakni takut akan kambuhnya lupus istri, subjek merasa khawatir kalau istri kerja berlebihan. Subjek juga merasa khawatir bila istri istri marahmarah. Oleh karena itu subjek sering mengingatkan istri untuk tidak bekerja berlebihan dan mengingatkan istri tuk menjaga diri (active coping). Saya takut ya kalau dia kumat, khawatir kalau istri saya kerja berlebihan...sering tuh saya tegor dia...atau kalau dia lagi sendiri, lagi telpon terus tiba-tiba ribut gitu, kalau ada saya yah biar saya aja gitu. Jadi saya hanya untuk mewakili emosinya aja gitu. Maka dari itu saya khawatir kalau dia sudah marah-marah takut lupusnya aktif lagi...tapi ya tetep saya ingetin dia tuk jaga diri. Soalnyakan yang lebih tau dia, yang ngerasain dia. Jadi tergantung dianya gimana buat jaga diri. Ketika istri subjek terkena lupus selain perasaan kaget, subjek juga tidak bisa menerima istri terkena lupus, secara mental subjek juga tidak siap. Baginya jika seseorang sakit ada gejala-gejala yang terjadi terlebih dahulu dan tidak langsung divonis menderita lupus. Tapi sebagai suami, subjek berusaha tegar untuk menerima kondisi istri (self control) dan percaya Tuhan sebagai pelindung bagi umatnya (positive reappraisal). Dan menerima kondisi apapun yang akan terjadi dengan istri (accepting responsible) "...Nah terus.. tapikan sebagai suami mesti tegar gitu ya. Jadi waktu dia shock mendengar itu juga, saya mesti tegar gitu. Tapi kalau jujur ya, memang kita belum bisa untuk menerima keadaan itu. Karena kalau sakitkan ada tanda-tandanya, ngga tiba-tiba begitu, hanya saja pada waktu itu langsung divonis dokter menderita lupus, kita secara mental sebenarnya tidak siap, namun sebagai orang beriman kitakan punya Tuhan ya, kita percaya Tuhan pasti ngerti sebagai pelindung besar kita. Ya..Jadi, kita sih harus siap apa yang terjadi, ya... apakah dia kambuh, mungkin ee... apa ya istilahnya.. dinyatakan dokter sembuh gitu, atau udah ga perlu minum obat lagi. Jadi apapun itu harus siaplah baik -buruknya. Dari segi ekonomi subjek merasa harga obat untuk istri cukup mahal, dan harus dikonsumsi setiap hari oleh istri. Namun subjek bersyukur ke Tuhan karena telah memberkati ekonomi keluarga subjek (positive appraisal). e.. kalau biaya bisa dibilang banyak ya pengeluarannya, soalnya harga obatnya aja lumayan mahal dan harus dikonsumsi setiap hari, cuman karena Tuhan sudah memberkati ekonomi kami. Jadi kita tidak merasa keberatan. Subjek 2 Stressor terberat yang dirasakan subjek yakni ketika istrinya terkena lupus, perasaan takut akan kehilangan istri, merasa khawatir terhadap anak-anaknya bila tidak ada ibunya. Subjek merasa sedih melihat keadaan istri pada awal-awal terkena lupus, rambut yang rontok, mulut yang penuh dengan sariawan, muka dan tubuh istri yang berwarna merah hingga membuat istrinya tidak ada semangat lagi untuk hidup. Subjek hanya bisa pasrah dan berdoa untuk kesehatan istri ke Tuhan (positif appraisal). ehm.. inikan termasuk penyakit yang berbahaya, penyakit yang mematikan, tentunya saya tidak mau kehilangan istri saya, saya khawatir sama anak-anak bila tidak ada ibunya. hmm.. sedih juga ya kalau inget waktu dia lagi sakit-sakitnya, dia waktu itu udah pasrah bangat kayak dah ga semangat lagi buat hidup, gimana saya juga ga sedih ya, palanya udah hampir botak, dimulutnya banyak tumbuh sariawan dan berjamur, terus mukanya, badannya merah banget udah kayak udang rebus..... jadi ya.. saya juga pasrah aja abis udah ditanganin dokter aja masih kesakitan, jadi ya.. saya berdoa aja buat kesehatan istri saya Disamping itu stressor terberat yang dirasakan subjek yakni, mertua subjek suka menyalahkan subjek bila lupus istri kambuh, karena menurut mertua subjek, subjek sibuk dengan pekerjaan subjek jadi tidak memperhatikan istrinya. Namun subjek hanya bisa mengerti keadaan mertua subjek yang sedang khawatir kepada istri subjek (accepting responsible) kadang saya kesel juga kalo lupus istri saya kumat, mertua selalu nyalahin saya, katanya gara-gara saya ga perhatian ke istri sibuk ama kerjaan aja, padahalkan saya kerja buat istri anak juga masa dibilang ga perhatian Tapi ya udahlah namanya orang tua wajar aja kalo dia khawatir sama anaknya Subjek kebingungan dan kerepotan untuk mengurus kerjaan, mengurus anaknya yang masih kecil, mengurus kerjaan rumah tangga, sedangkan istri tidak bisa bekerja berlebihan karena akan memicu lupusnya kambuh. Akhirnya subjek meminta bantuan ibunya untuk mengurus anak-anaknya. (seeking social support). Sampai kini ibu subjek tinggal bersamanya. Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni

5 ya repot juga ya, ngurus kerjaan, ngurus anak, ngurus kerjaan rumah tangga juga, soalnya istri ga boleh kecapekan belum lagi kalo istri lagi kambuh.pusing deh kalo mikir gituan. Maka dari itu waktu itu saya minta ibu saya buat tinggal sama saya, biar bisa bantu ngurus anak saya. Yang paling repotkan ngurus anak, mana pada masih kecilkan waktu itu. Dalam membiayai pengobatan istri, subjek merasa harga obat untuk istri mahal, karena istri harus konsumsi obat setiap hari, dalam satu hari istri mengkonsumsi 8 macam jenis obat dan bisa menghabiskan biaya hingga Rp maka dalam sebulan bisa menghabiskan biaya seharga dengan sebuah motor. Untuk membiayai pengobatan istri, subjek meminjam uang kekantornya (seeking social support), mendapatkan bantuan dari mertua (seeking social suport). Besar juga tuh biayanya, soalnyakan dia harus minum obat tiap hari, harganya juga ga murah, 1 biji aja 22 ribu, sehari makan dua,. Itu baru satu macem, nah ini harus konsumsi 8 macem ada yang satuannya 8 ribuan juga. Jadi kalo satu hari bisa habis ribu. Nah itu diitung aja kalo sebulankan hehe.. bisa beli motor. Tapi kalo sekarang sih dah ga sebesar itu biayanya, kalo sekarang dia paling minum obat seminggu 3 kali. ya.. kalo dulu sih saya pinjem ke kantor, jadinya potong gaji deh, trus kadang mertua juga suka bantu Subjek merasa malu dan merepotkan mertuanya karena terkadang mertuanya membantu dalam biaya pengobatan istri. Ia juga merasa tidak mungkin selamanya mendapatkan bantuan biaya dari mertua. Oleh karena itu ia mengambil tindakan menjadi agen asuransi, dan agen multi level marketing untuk dapat membiayai pengobatan istri (planful problem solving)....ga enak juga sih kalo mertua juga ikut bantu biaya berobatnya soalnya adik istri saya juga masih pada sekolah, cuman mau gimana lagi.. man kan ga mungkin ya selamanya mertua saya bantuin biaya berobatnya.. ya udah belakangan saya ikutan jadi agen asuransi, sama tianshi... Subjek merasa cemas bila istri tidak diajak bila ada acara dari kantor, karena ia tidak bisa membawa istrinya di siang hari karena bisa membuat lupusnya kumat. Tapi teman-teman kantor memaklumi hal itu karena sudah banyak yang mengetahui kalau istri terkena lupus dan tidak bisa untuk diajak kepertemuan kantor (seeking social support)....semenjak istri saya sakit kalo ada acara dikantor saya ngerasa ga enak aja sih kan biasanya ngajak keluarga tuh, cuman saya ga bisa ajak istri soalnya diakan ga bisa kena matahari jadi saya ajak anak-anak aja... tapi temen-teman kantor sih dah tau kalau istri saya kena lupus, jadi ga bisa di bawa... Subjek 3 Beban terberat yang dirasakan subjek setelah istrinya terkena lupus yakni biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan istri, biaya periksa darah pada tiap bulannya, dan biaya keperluan sehari-hari. Untuk membiayai keperluan semuanya itu, subjek mengontrakkan rumahnya karena mereka sekeluarga sudah tinggal di rumah mertua (active coping). Disamping itu subjek juga bekerja di dua tempat, pada pagi hari subjek bekerja di pemerintahan daerah sebagai karyawan honorer, dan malam harinya subjek bekerja di sebuah hiburan malam sebagai penjaga keamanan (active coping). ya... masalah biaya ya, soalnya dia harus minum obat terus, belum periksa darah... paling ga sebulan sekali periksa darah, belum buat biaya sehari-hari ya.. karna kita sekeluarga tinggal sama mertua jadinya rumah saya kontrakin, terus sekarang saya jadi double job, kalo pagi sih masih tetep di pemda, trus malemnya saya kerja jadi security di nightclub gitu, ya lumayanlah buat biaya obat istri.. Beban lain yang dirasakan subjek yakni kebingungan mengurus istri yang sakit dan anak seorang diri karena subjek harus bekerja untuk membeli obat yang dikonsumsi untuk istrinya setiap hari dan keperluan sehari-hari. Untuk mengatasinya subjek membawa istri dan anaknya tinggal dengan mertua untuk dapat membantu mengurus keluarganya selagi subjek bekerja. (seeking social support). Cuman sayakan juga bingung ya waktu itu kan ga mungkin saya ngurus dia sendirian dah gitu belum ngurus anak, belum ngurusin kerjaan. Ya udah akhirnya kita bawa dia kerumah mertua. Jadi kalo disanakan ada yang bantuin ngurusin istri ma anak saya. Subjek kelelahan dan merasa capek karena harus bekerja di dua tempat. Bagi subjek hal ini memang sudah menjadi tanggung jawab dirinya sebagai kepala keluarga untuk membiayai istrinya berobat dan keperluan sehari-hari (accepting responsible). Untuk itu subjek harus menjaga kesehatannya agar tidak sakit sehingga subjek mengatur waktu untuk istirahat (planful problem solving)... cuman ya.. capek juga ya kerja doubledouble gitu, tapi inikan udah jadi tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga untuk biayain pengobatan dan keperluan sehari-hari...tapikan saya juga harus jaga kondisi badan juga biar ga sakit, jadi biasanya tuh kalo abis pulang kantor pemda saya tidur dulu sebelum kerja lagi Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni

6 malemnya, biar sebentar tapikan lumayan juga. Ya.. bisa-bisanya kitalah ngatur waktu buat istirahat. Ketika istrinya divonis akan meninggal, dimana dokter menyatakan kalau hidup istri tinggal 3 bulan lagi. Subjek kaget, sedih mendengar hal itu, namun subjek tidak mau ambil pusing dengan perkataan dokter. Subjek hanya bisa menyerahkan keadaan istrinya ke Tuhan, karena baginya hidup mati seseorang ada di tangan Tuhan (positif reappraisal). ya sedih ya pastinya.. gimana ga sedih waktu itu dokter bilang hidupnya ga lama lagi, dokter bilang tinggal 3 bulan lagi... lah saya kaget ya, saya juga ga mau kehilangan dia tapi saya sih ga mau ambil pusing.. saya sih serahin aja ke yang Atas soalnya mati hidup orangkan Tuhan yang nentuin. Bisa-bisa malah saya lagi yang duluan dipanggil Tuhan daripada istri saya.. siapa yang taukan... Selain itu reaksi lain ketika istri divonis akan meninggal. Subjek merasa sedih melihat istri sedih karena mengetahui hidupnya tinggal 3 bulan lagi. Subjek berusaha menenangkan istri dengan menyerahkan segala sesuatunya ke Tuhan dan memotivasi istri untuk tetap bertahan menghadapi lupusnya demi anaknya (active coping)....tapi gara-gara itukan istri saya jadi sedih tau hidupnya ga lama lagi, ya kalo saya ikutan sedih juga malah tambah kasian dianya donk ga da yang hibur dia......kalo pada saat itu saya hanya bisa bilang ke dia, udah kita serahin aja ke Tuhan Jesus yang melindungi kita. Kamu pasti bisa melalui ini. Ingat anak kita ma, dia butuh kamu. Subjek takut dan merasa khawatir bila lupus istri kambuh, untuk menjaga istri tidak kambuh subjek membuat suasana dirumah ceria dengan cara membuat lelucon untuk istri seperti keadaan diaman istri yang hidupnya pernah dibilang dokter tinggal 3 bulan lagi, dijadikan sebuah lelucon untuk istrinya (active coping). Disamping itu subjek juga membiarkan istri bebas untuk melakukan apa yang disukai istri (distancing) dan berdoa untuk kesehatan istri (positive reappraisal)...jadi sering tuh saya bilang ke dia kalo dia mo makan atau belom minum obatnya nanti mati lho hehehe nah diakan jadi malah ketawa ga dibawa sedih kalo dibikin candaan.....lagian kalo orang lupus tuh jangan biarin deh dia sediih, atau terlalu dibawa kehati gitu..sampe ngebatin atau merasa terbebani, dipikiriiin terus ntar mati. Justru itu malah bikin parah lupusnya. Jadi kalo saya sih, sekarang saya biarin aja dia mau ngapain kek.. selagi dia seneng, kerjain aja. Kalo dia ga seneng ya udah ga usah dikerjain.. Kita masih punya Tuhan jadi hadapi dengan suka cita aja... Subjek merasa malu masih tinggal dengan mertua dan merasa merepotkan mertua karena telah membantu mengurus istri dan anaknya. Subjek hanya bisa pasrah dan bersyukur dengan tinggal bersama mertua, lupus istri jarang kumat (positive reappraisal)...malu juga sih, masa dah berkeluarga masih numpang sama mertua, dah gitu ngerepotin lagi.. man kan mau gimana lagi udah keadaannya begini......justru kalo tinggal di tempat mertua jadi ga sering-sering kumat, soalnya mungkin kalo dirumah sepi ya, dah gitu ga da orang yang bisa diajak ngobrol... Ya Puji Tuhan sampe sekarang Lupusnya jarang kumat... Ketika istri sedang kritis akibat lupusnya subjek sudah tidak sanggup untuk membiayai perawatan di rumah sakit. Setelah satu minggu dirawat, subjek memutuskan untuk membawa pulang istrinya karena sudah kehabisan biaya dan melakukan berobat jalan (active coping). Setelah dibawa pulang keadaan istri semakin parah. Subjek akhirnya memanggil dokter untuk memeriksa keadaan istri (active coping)....tambah parah sih, dia sampe ga bisa bangun, trus batuk-batuk darah, saya khawatir banget waktu itu. Ya udah saya panggil aja dokter, terus dikasih obat buat penekan antibodi, obat nyeri, ya banyak deh waktu itu obatnya. Ya udah lama-lama mendingan deh tuh... Hubungan Subjek dengan lingkungan sekitar baik-baik saja, tidak ada perubahan. Namun sejak subjek bekerja di dua tempat, subjek tidak bisa berkumpul dengan teman-temannya, tidak bisa nonton bola bareng lagi. Ada keinginan subjek untuk bisa berkumpul dengan teman-temannya lagi. Namun demi keluarga, subjek memendam perasaan itu dan tetap bekerja dengan giat (self control)...hubungannya ya... biasa aja sih ga da perubahan tuh.. ya cuman kalo dulukan masih suka ngobrol-ngobrol ya, atau nonton bola kalo malem.. pengen sih kayak dulu lagi. Tapi kalo sekarang sih mana bisa lagi. Tapi ya udahlah kalo diikutin kemauan mah ga ada abisnya. Sekarang sih saya nyari duit ajalah buat keluarga... Analisis ketiga Subjek Disini tampak bahwa persepsi individu akan suatu peristiwa yang menimbulkan frustasi, ancaman, konflik, tekanan, tantangan dan diikuti dengan adanya respon fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku maka individu tersebut mengalami stres. Kondisi stress yang dialami sangat terkait Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni

7 dengan hasil penilaian individu terhadap transaksinya dengan psikologis, ekonomi, fisik, sosial. Tahap selanjutnya yang dilakukan subjek penelitian setelah menghayati adanya perasaan ketakutan dan kekhawatiran akan kehilangan istri, yaitu seberapa besar usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi rasa ketakutan dan kekhawatiran akan kehilangan istri. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi masalah tersebut disebut dengan coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984), coping terdiri dari dua fungsi Pertama, Usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi masalah yang menyebabkan stres (problem-focused coping) dan kedua, usaha untuk mengatur emosi yang ditimbulkan oleh masalah tersebut (emotion-focused coping). Individu cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi beberapa masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu cenderung memakai emotion focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol. Dari data yang ada, dapat diketahui bahwa tidak semua subjek mengalami stressor psikologis, ekonomi, fisik, dan sosial dalam menjalankan perannya sebagai suami yang istrinya menderita lupus. Masing-masing subjek menghadapi stressor yang berbeda-beda dan dirasakan telah mempengaruhi aktifitasnya sebagai suami. Subjek 1 merasakan stressor psikologis (istri terkena lupus, istri divonis akan meninggal, takut lupus istri kambuh) sebagai stressor yang paling berat subjek alami. Pada subjek 2 merasakan stressor psikologis (istri terkena lupus, peran ganda), ekonomi (biaya pengobatan), sosial (mertua menyalahkan subjek bila istri kambuh, merepotkan mertua dalam biaya pengobatan, cemas bila teman menanyakan soal istri), sebagai stressor yang paling berat ia hadapi. Pada subjek 3 merasakan stressor ekonomi (biaya pengobatan), psikologis (istri divonis akan meninggal, peran ganda, takut lupus istri kambuh), dan sosial (malu dan merepotkan tinggal bersama mertua, tidak bisa berkumpul dengan teman) sebagai stressor yang paling berat subjek hadapi. Dalam mengatasi stresor yang terjadi, subjek 1 lebih berorientasi pada emotion-focused coping. Namun dalam mengatasi rasa takut akan lupus istri kambuh, subjek menggunakan coping yang berorientasi pada problem-focused coping yakni active coping dimana subjek menegur istri bila bekerja berlebihan dan mengingatkan istri untuk jaga diri. Dalam mengatasi stressor yang terjadi, subjek 2 lebih berorientasi pada problem-focused coping. Namun dalam mengatasi rasa malu karena merepotkan mertua untuk biaya pengobatan istri, subjek menggunakan coping yang berorientasi pada problem-focused coping yakni planful problem solving dimana subjek merasa tidak mungkin untuk mendapatkan bantuan biaya pengobatan dari mertua selamanya sehingga subjek mencari pekerjaan lain. Dalam mengatasi stressor yang terjadi, subjek 3 lebih berorientasi pada emotion-focused coping. Namun dalam mengatasi biaya pengobatan, subjek menggunakan coping yang berorientasi pada problem-focused coping yakni active coping dimana subjek mengambil tindakan langsung dengan cara menyewakan rumahnya, bekerja didua tempat. Stressor psikologis karena istri divonis akan meninggal yang terjadi pada subjek 1 dan 3 sehingga subjek merasa ketakutan akan kehilangan istri, Untuk mengatasi hal ini subjek berserah diri kepada Tuhan (positive reapraisal). Strategi ini berorientasi pada emotional-focused coping Stressor psikologis karena istri terkena lupus yang terjadi pada subjek 1 dan 2 memiliki reaksi stres yang berbeda-beda. Untuk mengatasinya subjek pasrah dan berdoa untuk istri (positive reappraisal), berusaha tegar (self control), dan menerima kondisi apapun yang terjadi pada istri (accepting responsible). Strategi ini berorientasi pada emotional-focused coping. Stressor psikologis karena takut lupus istri kambuh yang terjadi pada subjek 1 dan 3 memiliki reaksi stres yang berbeda-beda. Untuk mengatasinya subjek menegur istri untuk tidak bekerja berlebihan (active coping), mengingatkan istri untuk menjaga diri (active coping), membebaskan istri untuk melakukan apa yang istri suka (distancing), dan berdoa untuk kesehatan istri (positive reappraisal). Strategi ini berorientasi pada problem-focused coping dan emotion-focused coping. Stressor psikologis yang terjadi pada subjek 2 dan 3 karena peran ganda sehingga bingung untuk mengurus anak. Untuk mengatasinya subjek mencari bantuan ke orangtua mereka untuk dapat mengurus anaknya (seeking social support). Strategi ini berorientasi problem-focused coping Stressor ekonomi yang terjadi pada Subjek 2 dan 3 dimana subjek mengalami kesulitan biaya dalam biaya pengobatan istri. Untuk mengatasinya subjek mengontrakkan rumah (active coping), pinjam ke kantor atau dapat bantuan biaya dari orang tua (seeking social support), kerja di dua tempat (active coping ). Strategi coping ini berorientasi pada problem-focused coping Stressor Fisik yang terjadi pada subjek 3 dimana subjek kelelahan karena harus bekerja di dua tempat. Untuk mengatasinya subjek merasa hal ini merupakan tanggung jawab sebagai kepala keluarga untuk membiayai berobat istri dan Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni

8 keperluan sehari-hari (accepting responsible). Disamping itu subjek juga mengatur waktu untuk istirahat agar tidak sakit (planful problem solving). Strategi ini berorientasi pada emotional-focused coping dan problem-focus coping Dalam hubungan dengan keluarga subjek 2 dan 3 mengalami masalah dengan mertua dimana mertua menyalahkan subjek bila istri kambuh dari lupusnya, untuk mengatasinya yakni dengan mengerti keadaan mertua yang juga khawatir akan keadaan istri (accepting responsible). Disamping itu subjek juga merasa malu dan merepotkan mertua karena telah menumpang tinggal dengan mertua, untuk mengatasinya dengan bersyukur kepada Tuhan YME dengan tinggal bersama mertua lupus istri jarang kambuh (positive rappraisal). Selain itu subjek juga merasa merepotkan mertua karena telah membantu akan biaya pengobatan istri untuk mengatasinya subjek merasa tidak akan mendapatkan bantuan biaya selamanya sehingga subjek mengambil kerja tambahan sebagai agen asuransi (planful problem solving). Strategi coping ini berorientasi pada emotion-focused coping dan problem-focused coping. Dalam hubungan dengan lingkungan sekitar, subjek 2 dan 3 mengalami masalah karena merasa cemas bila teman subjek menanyakan akan soal istri, untuk mengatasinya subjek mendapatkan pengertian mengenai keadaan istri dari teman-temannya (seeking social support). Selain itu subjek juga merasa rindu untuk bisa berkumpul lagi dengan teman-temannya, untuk mengatasinya subjek tidak mengikuti kemauan hati (self control). Strategi coping ini berorientasi pada problem-focused coping dan emotion-focused coping. Pada ketiga subjek, ada kesamaan reaksi stres yakni subjek ketakutan akan kehilangan istri yang berasal dari stressor psikologis. Disamping itu coping yang digunakan dalam menghadapi stressor tersebut juga sama yakni positive reappraisal dengan cara pasrah dan berserah diri kepada Tuhan, strategi ini berorientasi pada emotion-focused coping. Individu akan cenderung menggunakan emotion focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat (Artoja. F). Lupus merupakan penyakit yang tergolong berat oleh karena itu seluruh subjek menggunakan emotion-focused coping yakni berserah diri kepada Tuhan (positive reappraisal) dalam menghadapi stressor psikologis dimana istri divonis akan meninggal karena terkena penyakit lupus. Kesimpulan Merujuk pada permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini, yaitu bagaimana gambaran coping stres suami terhadap istri yang terkena lupus, dapat diketahui tidak semua subjek mengalami stressor psikologis, ekonomi, fisik, dan sosial dalam menjalankan perannya sebagai suami yang istrinya menderita lupus. Namun semuanya mengalami stressor yang sama yakni dari faktor psikologis. Pada subjek 1 hanya mengalami stressor psikologis. Pada subjek 2 mengalami sressor psikologis, fisik, ekonomi, dan subjek 3 mengalami stressor psikologis, fisik, ekonomi dan sosial sebagai stressor terberat yang dihadapi dan dirasakan. Dari data yang ada rata-rata seluruh subjek menggunakan emotion-focused coping dalam mengatasi stres yang dihadapi yang berasal dari stressor psikologis dimana istri terkena lupus merupakan situasi yang tak dapat dikontrol atau dihindari. Adapun gambaran coping stres yang dilakukan ketiga subjek yaitu: Stressor Psikologis dan Coping Stresnya. Stressor psikologis yang dialami oleh ketiga subjek yang berasal dari istri divonis akan mening-gal, takut lupus istri kambuh, dan peran ganda. Da-lam usaha untuk mengatasai ketakutan, kekha-watiran karena istri terkena lupus subjek lebih mem-fokuskan pada mendekatkan diri pada Tuhan (posi-tive reappraisal). Strategi coping ini berorientasi pada emotional-focused coping. Stressor ekonomi dan Coping stresnya. Stressor ekonomi yang terjadi pada Subjek 2 dan 3 dimana subjek mengalami kesulitan biaya dalam biaya pengobatan istri. Untuk mengatasinya subjek mengontrakkan rumah (active coping), pinjam ke kantor atau dapat bantuan biaya dari orang tua (seeking social support), bekerja di dua tempat (active coping). Strategi coping ini berorientasi pada problem-focused coping. Stressor Fisik dan Coping stresnya. Stressor Fisik yang terjadi pada subjek 3 dimana subjek kelelahan karena harus bekerja di dua tempat. Untuk mengatasinya subjek merasa hal ini merupakan tanggung jawab sebagai kepala ke-luarga untuk membiayai berobat istri dan keperluan sehari-hari (accepting responsible). Disamping itu subjek juga mengatur waktu untuk istirahat agar tidak sakit (planful problem solving). Strategi ini berorientasi pada emotional-focused coping dan problem-focus coping. Stressor Sosial dan Coping stresnya. Stressor sosial dalam hubungan dengan keluarga pada subjek 2 dan 3 berbeda beda. Untuk mengatasi hubungan dengan keluarga subjek memilih untuk menggunakan strategi coping yang berorientasi pada emotionfocused coping. Hubu-ngan dengan lingkungan sekitar pada subjek 2 dan 3 mengalami masalah Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni

9 yang berbeda-beda. Untuk mengatasi hubungan dengan lingkungan sekitar ini subjek memilih untuk menggunakan strategi coping yang berorientasi pada emotion-focused coping dan problem-focused coping Daftar Pustaka Anggraeni, D, Lupus, penyamar Lihai yang Terus Mengintai diunduh tgl 21 april 2009 Artoja, F Strategi Coping ping/ diunduh tgl 13 februari 2010 Faktor Pemicu Munculnya Stress hp diunduh tgl 13 februari 2010 Fausiah.F & Widury.J, Psikologi Abnormal klinis Dewasa. UI Press, Jakarta, 2005 Frahm, A.E & Frahm,D.J. Melawan Kanker. Delapratasa, 2002 Laatahzan Seri Keluarga : Tugas Suami seri-keluarga-tugas-suami/ diunduh tgl 9 mei 2009 Lupus Belum ada Obatnya com_content&task=view&id=207&itemid= 47 diunduh tgl 2 April 2009 Munandar, U. Psikologi Perkembangan Pribadi Dari Bayi Sampai Lanjut Usia. UI Press, Jakarta, 2001 Priharini Gambaran Proses Grieving dan Cara Coping pada Orang Dewasa Muda yang Mengalami Putus Cinta.Fakultas Psikologi Universitas, Jakarta, 2004 Satriani, A, Usia Produktif Pengidap Lupus, Waspadailah Perempuan. diunduh tgl 22 april 2009 Savitri,T, Aku dan Lupus. Puspa Swara, Jakarta, 2005 Soulmate (Siapa dan Bagaimana), 15 diunduh tgl 11 April 2009 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. cetakan 3. Alfabeta: Bandung Wangmuba, Strategi dan Bentuk Pengatasan Masalah (coping strategies) diunduh tgl 31 maret 2009 Wangsadjaja, R, diunduh tgl 31 maret temik. diunduh tgl 21 april n/02/tanggal/17/id/764/. diunduh tgl 2 april 2009 Nevid, Rathus & Greene Psikologi Abnormal. Erlangga (jilid 2), Jakarta, 2005 Perbedaan Hasil Mental Imagery Suami-Istri Mengenai Dampak Perceraian diunduh tgl 1 juli 2009 Poerwandari., Pendekatan kualitatif dalam Penelitian Psikologi. LPSP3. Universitas Indonesia, Jakarta, 1998 Poerwandari. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.Fakultas Psikologi Indonesia, Depok, 2001 Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit Lupus. Penyakit ini merupakan sebutan umum dari suatu kelainan yang disebut sebagai

Lebih terperinci

57 LAMPIRAN-LAMPIRAN

57 LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN-LAMPIRAN 57 58 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERIAHUAN AWAL FAKULAS PSIKOLOGI UNIVERSIAS INDONUSA ESA UNGGUL AKARA erima kasih telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian saya mengenai gambaran coping

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda? LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia, setiap wanita dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi dalam beberapa fase,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami fase perkembangan, dimulai dari fase bayi, fase anak, fase remaja, fase dewasa dan perubahan yang signifikan dalam tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kanker merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada manusia modern.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan dengan usaha menyeluruh, yaitu usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS) 131 Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Subjek 1 : Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 ENELITI () SUBJEK1 () Kode Verbatim Koding Hallo.. gimana kerjaannya? 1 Udah. Uda beres. Oke. Anakmu gimana kabarnya?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga bahagia merupakan dambaan bagi semua keluarga. Untuk menjadi keluarga bahagia salah satu syaratnya adalah keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satu jenis penyakit tersebut adalah Diabetes Mellitus (DM). DM adalah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil. Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda.

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil. Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda. BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Usia anak pada saat didiagnosis memiliki epilepsi berbeda-beda. Anak subyek 1 didiagnosis epilepsi pada saat usia empat tahun, anak subyek 2 pada usia lima tahun, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang wanita dalam kehidupan berkeluarga memiliki peran sebagai seorang istri dan sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. penyakit Lupus. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran seperti dijelaskan dalam Astuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. penyakit Lupus. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran seperti dijelaskan dalam Astuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sekarang ini banyak dikenal berbagai macam penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran seperti dijelaskan dalam Astuti (2010) disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penderita penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian kini mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, HIV/AIDS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era modern masa kini, banyak ditemukannya permasalahan yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak sesuai dengan rencana. Segala permasalahan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress PSIKOLOGI UMUM 2 Stress & Coping Stress Pengertian Stress, Stressor & Coping Stress Istilah stress diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia seperti sekarang ini, tatkala persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan

BAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi setiap orang yang telah menikah, memiliki anak adalah suatu anugerah dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya, tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang perajurit TNI-AL memilki tugas yang tidak mudah untuk dijalankan dalam mengatasi berbagai macam peristiwa yang terjadi dan dapat mengganggu stabilitas

Lebih terperinci

We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve

We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve We see, we observe, we investigate, we conclude, we solve Elle Ugh. Panas banget sih pagi ini. Apa matahari dan alam nggak bisa lebih bersahabat dikit? Tega banget manggang gue pagi-pagi begini. Oh iya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang sehat, maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan secara sah di mata hukum. Bagi setiap pasangan yang telah menikah, memiliki keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan otomotif khususnya mobil, akan terus berusaha untuk memproduksi unit-unit mobil dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak 1. Pengertian Coping Stress Coping adalah usaha dari individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 1 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian yang lancar sesuai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman

Lebih terperinci

STUDI KASUS GAMBARAN COPING STRES PADA MAHASISWI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

STUDI KASUS GAMBARAN COPING STRES PADA MAHASISWI PEKERJA SEKS KOMERSIAL 86 Studi Kasus Gambaran Coping Stres Pada Mahasiswi Pekerja Seks Komersial STUDI KASUS GAMBARAN COPING STRES PADA MAHASISWI PEKERJA SEKS KOMERSIAL Salsabila Nurul Hidayati 1 Dr. Gantina Komalasari, Psi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan saat ini menjadi faktor paling penting diantara sekian

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan saat ini menjadi faktor paling penting diantara sekian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan saat ini menjadi faktor paling penting diantara sekian banyak faktor dalam kehidupan manusia, karena hal ini dapat membantu untuk menunjang proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sepatu. PT. Pratama Abadi Industri adalah PMA Korea yang berdiri semenjak tahun 1989 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan sangat ditakuti di negara-negara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan menjaga kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sebutan bagi seseorang yang sedang menempuh perguruan tinggi. Masa perguruan tinggi dengan masa SMA sangatlah berbeda, saat duduk dibangku perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulis ilmiah atau skripsi merupakan persyaratan wajib bagi mahasiswa yang

BAB I PENDAHULUAN. tulis ilmiah atau skripsi merupakan persyaratan wajib bagi mahasiswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Gunawati, dkk 2006). Pada umumnya mahasiswa untuk program S1 menempuh waktu

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 1 LAMPIRAN 2 I. Identitas Pribadi Subjek 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Agama 4. Suku Bangsa Pedoman Wawancara Lampiran 1: Pedoman Wawancara II. Gambaran Pribadi Subjek 1. Masa Kecil Subjek (Prob: Peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat umum akhir-akhir ini. Stres dapat diartikan sebagai perasaan tidak dapat mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pasti tidak akan terlepas dari permasalahan sepanjang masa hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya pasti

Lebih terperinci

Lembar Informasi. Yth, Calon Partisipan. Di Tempat. adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu

Lembar Informasi. Yth, Calon Partisipan. Di Tempat. adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Lampiran 1 Lembar Informasi Yth, Calon Partisipan Di Tempat Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Ingrid Patty Nim : 462012069 adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta 90 PEDOMAN WAWANCARA Calon Peserta Demand Masyarakat Menjadi Peserta Mandiri Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Di Kota Medan Tahun 2016 I. Identitas Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 134 135 LAMPIRAN A OBSERVASI DAN WAWANCARA 136 PEDOMAN OBSERVASI i. Kesan Umum : Kondisi Fisik dan Penampilan Subyek ii. Perilaku yang cenderung ditampilkan iii. Kegiatan Sehari-hari iv. Lingkungan

Lebih terperinci

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) Inisial Nama : MA Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur Pendidikan Pekerjaan : 45 Tahun : SMA : Tidak Ada No. Variabel / Pertanyaan Informan Kemudahan Memperoleh Narkoba 1 Apakah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian agar sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca

Verbatim. Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3. dapat. Saya hanya pasrah kepada. kanker payudara istri pasca LAMPIRAN 1 Verbatim Tujuan Khusus Tema Sub Tema Kategori Kata kunci P1 P2 P3 Mengidentifikasi Bentuk-bentuk Dukungan Pasrah dan Saya kaget, karena selama dukungan sosial dukungan emosional percaya kepada

Lebih terperinci

BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family

BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT 7.1 Pendahuluan Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family conflict dirasakan oleh narasumber akibat bentroknya dua kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu melewati tahap-tahap perkembangan di sepanjang rentang kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Alkitab, 2007). Setiap manusia memiliki keunikannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

GUIDE INTERVIEW No. Uraian Pertanyaan

GUIDE INTERVIEW No. Uraian Pertanyaan GUIDE INTERVIEW No. 1. 2. 3. Uraian Pertanyaan Berapa usia Anda ketika menikah dengan suami? Pada saat anda hamil apakah anda masih berstatus siswa (masih aktif sekolah)? Bagaimana tanggapan orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal. Secara internal, kedaulatan NKRI dinyatakan dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal. Secara internal, kedaulatan NKRI dinyatakan dengan keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 adalah sebuah negara berdaulat yang telah diakui secara internal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal, yaitu dan tahun (Monks, dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal, yaitu dan tahun (Monks, dkk., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar dalam perguruan tinggi, mahasiswa dalam perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi oleh dunia bisnis yang semakin kompleks. Ditandai dengan adanya perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker merupakan penyakit yang mematikan dan jumlah penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun 2012 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi

Lebih terperinci

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan

Sebagaimana yang diutarakan oleh Sarafino dan Smith (2012, h.29) bahwa stres memiliki dua komponen, yaitu fisik, yang berhubungan langsung dengan BAB V PEMBAHASAN Setiap individu pasti menginginkan pekerjaan yang memiliki masa depan yang jelas, seperti jenjang karir yang disediakan oleh perusahaan, tunjangan tunjangan dari perusahaan berupa asuransi

Lebih terperinci

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias.

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias. Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias. Saat berjalan, dia sempat melirik suami yang masih tertidur.

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI Inisial Klien Nama Mahasiswa : Ny. S (69 tahun) : Sinta Dewi Status Interaksi M-K : Pertemuan, ke-2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes RI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) (2015) mendefinisikan stroke sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung) 107 PEDOMAN WAWANCARA Hari, tanggal : Sabtu, 3 juli 2010 Waktu : 15.15 Tempat : Kostan, Sekeloa Nara Sumber : Diana Umur : 20 tahun pendidikan terakhir Pekerjaan : SMA : Mahasiswi Eksistensi Komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian anak sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, setiap anak berhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berbagi serta menemukan kecocokan di dalamnya. untuk menjalani pernikahan, mereka akan mendambakan sebuah pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. saling berbagi serta menemukan kecocokan di dalamnya. untuk menjalani pernikahan, mereka akan mendambakan sebuah pernikahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan bukan sebagai individu yang akan hidup dengan kesendirian. Mereka akan berhubungan dengan manusia lainnya dan membutuhkan hubungan yang lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki keluarga yang utuh dan harmonis merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki keluarga yang utuh dan harmonis merupakan dambaan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki keluarga yang utuh dan harmonis merupakan dambaan setiap pasangan suami istri, akan tetapi untuk mewujudkannya bukanlah hal yang mudah. Untuk membangun keluarga

Lebih terperinci

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : WIDYA YULI SANTININGTYAS F100.050.270 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

Keindahan Seni Pendatang Baru

Keindahan Seni Pendatang Baru Pendatang Baru Hari ini adalah hari pertama Fandi masuk ke kampus. Karena dia baru pulang dari Aussie, setelah tiga tahun menetap dan sekolah disana, bersama dengan keluarganya. Orangtuanya telah mendaftarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa merupakan

Lebih terperinci