PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang
|
|
- Liani Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman bagi setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Biasanya ayah dalam keluarga berperan sebagai kepala rumah tangga dan bertanggung jawab untuk menghidupi istri serta anak-anaknya. Sedangkan sebagai ibu, seringkali dituntut untuk melaksanakan tugas tugas dalam rumah tangga, yaitu mengurus suami, anak, dan keadaan rumah tangganya (Tri Kamasanthi, 2001). Didalam keluarga utuh biasanya antara ibu, ayah, dan anak bisa saling bercanda bersama, saling bercerita, menonton televisi bersama, menghabiskan waktu bersama yang dapat menimbulkan kelekatan tidak hanya secara fisik namun juga kelekatan secara emosional antar anggota keluarga, namun tidak semua keluarga yang masih utuh dapat melakukan kebersamaan dengan anggota keluarganya. Setiap keluarga menginginkan bersama-sama hingga akhir hayat tetapi hal itu tidak mungkin karena setiap keluarga akan mengalami perpisahan / kehilangan, misalnya ada anggota keluarga yang meninggal. Santrock (2002) mengatakan bahwa kehilangan dapat datang dalam berbagai bentuk didalam kehidupan, seperti misalnya perceraian akan tetapi rasa kehilangan tersebut tidak begitu mendalam jika dibandingkan dengan kematian dari seseorang yang
2 dicintai dan disayangi, baik itu kematian orangtua, saudara kandung, atau pun yang lainnya. Menurut Santrock (2002) bahwa kematian orang-orang yang dicintai merupakan suatu kehilangan yang sangat besar pengaruhnya terhadap seseorang. Perpisahan dengan orang-orang terkasih atau orangtua terutama ibu, merupakan pengalaman yang menyakitkan. Sosok ibu didalam keluarga memberikan pengaruh yang besar terhadap keluarga. Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu dengan ibu (Puji Astuti, 2009). Ketika ibu meninggal dunia, keadaan itu dapat memberikan perubahan yang besar terhadap anggota keluarga khususnya pada anak-anak yang ditinggalkannya. Dari hasil penelitian (Puji Astuti, 2009) yang berjudul Dampak Kematian Ibu terhadap Kondisi Psikologis Remaja Putri diperoleh hasil bahwa kondisi seseorang saat mengalami duka cita atas kematian ibu yaitu mengalami respon seperti shock, sedih, dunia hampa, rasa rindu, kehilangan dan kesepian. Kematian ibu juga memberikan perubahan dalam keluarga antara lain, keluarga tidak berperan optimal, bahkan hadirnya orang baru dalam keluarga, namun disisi lain hubungan dengan saudara menjadi lebih solid. Kematian seorang ibu dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi anggota keluarganya terutama pada anak-anaknya. Dampak negatif yang ditimbulkan antara lain yaitu remaja mengalami ketidakmampuan dalam menyelesaikan suatu masalah, remaja kehilangan sosok ibu yang selalu memberikan nasehat dan support yang dapat berakibat perubahan nilai-nilai
3 akademis. Sedangkan dampak positifnya antara lain remaja menjadi lebih mandiri (Puji Astuti, 2009). Kehidupan setelah meninggalnya ibu memang tidak mudah. Seorang ayah yang seharusnya memberikan perhatian, menyayangi dan melindungi anaknya bahkan ada yang menghancurkan keluarganya sendiri. Berikut ini merupakan kutipan salah satu contoh kasus dimana sebuah keluarga ditinggal meninggal oleh ibu kandungnya. Sungguh berat cobaan yang harus dialami gadis EH yang baru berusia 12 tahun. Ia pun sudah kehilangan sosok sang ibu karena meninggal dunia. Malangnya, ayah kandungnya, S (45), malah tega menjadikannya sebagai pekerja seks komersial (PSK) dan 'menjualnya' ke pria hidung belang. Selain dijual oleh ayahnya, EH yang menolak menuruti ayahnya kerap kali digampar dan dipukuli oleh ayahnya. (tabloid nova) Berdasarkan contoh kasus yang terjadi pada EH merupakan pengalaman yang menyedihkan karena setelah ibu kandungnya meninggal, EH yang seharusnya bisa bergantung dan berlindung kepada ayahnya, ternyata yang terjadi pada EH justru sebaliknya. EH dijadikan seorang Pekerja Seks Komersial oleh ayah kandungnya. Anggota keluarga yang ditinggal meninggal ibu seharusnya saling menguatkan. Tetapi sebaliknya ada keluarga yang justru menjadi sumber ancaman dan ketidaktentraman bagi anak, dengan memberikan perlakuan yang salah pada anak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Putra (dalam Andayani, 2001) melalui penelitiannya A Focused on Child Abuse in Six Selected Provinces in Indonesia, menemukan bahwa hasil-hasil perlakuan
4 yang salah (maltreated) terhadap anak yang terjadi dimasyarakat dan di dalam keluarga ternyata sebagian besar dilakukan oleh orangtua mereka. Menurut Irwanto (dalam Andayani, 2001) yang dimaksud dengan perlakuan salah dalam hal ini, adalah segala jenis bentuk perlakuan terhadap anak yang mengancam kesejahteraan anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, sosial, psikologis, mental dan spiritual. Didalam keluarga sendiri pun yang seharusnya menjadi tempat tumbuh dan berkembang yang baik untuk remaja, justru menjadi tempat yang mengancam bagi remaja. Setelah meninggalnya ibu, secara otomatis peran utama dalam keluarga adalah ayah. Ketika tidak adanya sosok ibu, ayah mempunyai peran dan tugas baru yaitu sebagai pengganti ibu. Sebagai pengganti ibu, ayah mempunyai peran penting dalam keluarga, terutama dalam pengasuhan anak. Seorang ayah dituntut profesional, peduli, perhatian dan hadir secara utuh dalam keluarga bagi anakanaknya. Ayah juga diharapkan mampu berperan sebagai figur utama menggantikan sosok ibu bukan hanya figuran dalam keluarga (Fazriyati, 2013). Setelah kematian ibu, terdapat hal positif yang dapat dibangun antara remaja dengan ayah yang mungkin sebelumnya kurang dekat namun setelah kematian ibu dapat mendekatkan mereka atau yang sebelumnya sudah dekat menjadi lebih dekat lagi. Artinya tanpa kehadiran ibu disisi remaja, remaja seharusnya mampu membangun kelekatan (attachment) dengan ayah. Berikut ini adalah petikan wawancara peneliti dengan remaja perempuan bernama N berusia 21 tahun. N merupakan remaja yang ibu kandungnya sudah meninggal dunia 3 tahun yang lalu. Berikut hasil petikan wawancara.
5 nyamannya gue ke bokap ngelebihin nyaman gue ke tementemen gue. Gue nyaman karna bokap gue bisa ngerti apa mau gue kaya nonton konser, bokap ngerti dan ngizinin. Gue ngeliat bokap itu kaya pahlawan buat gue. Bokap tau kemauan gue kayak apa. Terkadang bokap nyenengin tapi kadang juga ngga. Ngganya nyenenginnya itu kalo bokap mulai bawa masalah kantor ke rumah dan gue yang kena trus nyenenginnya kalo jalan-jalan aja atau lagi makan bareng. Gue cemas kalo bokap cuek. karna takut ngga bisa minta duit. Cueknya itu kaya misalnya pas gue lagi badmood, kadang gue ngga nyapa bokap atau diem aja. Trus juga kalo bokap bawaannya lagi kesel pun sama gue bisa cuek. Trus hubungan gue sama bokap kadang hangat kadang dingin, yaitu tadi hangat tapi bisa dingin juga kalo sama-sama punya permasalah masing-masing. Kenapa kadang bisa hangat dan juga dingin sama bokap karna gue itu orangnya moody-an kalo lagi seneng ya bawaanya seneng kalo lagi badmood gitu kesiapa aja kena, termasuk bokap gue. Bokap gue kurang memberikan respon ke gue kalo ada masalah kayak masalah pacar, temen, atau kuliah tapi kalo soal materi, lumayanlah. Gue ngerasa deket sama bokap kalo lagi ngerasa kalo bokap lagi berpihak ke gue misalnyabokap tau gue lagi cape atau lagi sibuk ngerjain tugas, dia belain gue dengan nyuruh kakak gue buat gantiin gue beres-beres rumahdan bokap bisa nyenengin atau ngertiin gue tapi kalo lagi ngga ngedukung gue atau bikin kesel ya kadang bisa berubah jadi dingin, gitulah hubungan gue sama bokap gue. Gue kurang tau kalo soal kepercayaan. Soalnya gue jarang curhat masalah pacar, kuliah, atau apapun ke bokap. Soalnya bokap kalo udah dengerin keluhan gue pasti jadi beban pikiran dia Makanya jarang cerita, gue paling cerita ke kakak gue yang pertama. (dalam wawancara pribadi, 27 Maret 2013) Dapat disimpulkan bahwa N merasa tidak nyaman mengekspresikan masalah-masalah yang sifatnya pribadi dengan ayah sebagai pengganti ibu. Namun disisi lain, N menilai ayah sebagai pengganti ibu cukup mampu peduli dan mengerti akan keinginan-keinginan N. Artinya, hanya beberapa masalah saja yang nyaman untuk diceritakan kepada ayahnya namun menjadi tidak nyaman bila terkait dengan masalah pribadi.
6 Kualitas hubungan remaja dengan ayah setelah ibu meninggal merupakan sumber emosional dan kognitif bagi remaja. Hubungan tersebut dapat memberi kesempatan bagi remaja dan ayah untuk menjadi lebih dekat satu sama lain. Hubungan remaja dan ayah dapat menjadi model dalam hubungan selanjutnya dan dari hubungan tersebut bisa menjadikan remaja secure dan tidak secure dilingkungan sosialnya. Kelekatan remaja dengan ayah yang secure akan menjadikan remaja lebih dewasa. Saat dewasa nanti, mereka yang memperoleh secure attachment memiliki kemampuan untuk berbagi perasaan dengan orang lain (McCarthy G, 1999). Sedangkan kelekatan antara remaja dan ayah yang insecure dapat menjadi akar dari berbagai masalah kriminal dan sosial yang marak terjadi di masyarakat umum. Kelekatan yang secure, cenderung menilai ayahnya sebagai figur yang hangat dan penuh kasih sayang. Remaja juga nyaman kepada ayahnya, menjalin hubungan yang menyenangkan dengan ayahnya serta memiliki rasa percaya diri dan ayahnya merupakan sumber dukungan bagi remaja. Remaja yang memiliki pola secure attachment dapat melakukan aktifitas bersama dengan ayahnya dan ayahpun dapat bereaksi lebih cepat terhadap kebutuhan anak mereka daripada remaja dengan orangtua yang memiliki pola insecure attachment. Ketika ibu meninggal, remaja harus mampu mengembangkan kelekatan yang baru dengan figur yang berbeda yaitu, ayah, terutama bagi remaja yang terbiasa dekat dengan ibu. Remaja dengan ayah yang memiliki pola kelekatan yang insecure (Anxious attachment) akan memiliki pandangan bahwa orangtua tidak sensitif, orangtua kurang responsif terhadap kebutuhan anaknya, menjalin
7 hubungan dengan orangtua meskipun sebenarnya tidak nyaman bersama orangtua. Remaja cenderung mudah curiga terhadap orang asing. Sedangkan yang insecure (Avoidant attchment), remaja beranggapan bahwa orangtua tidak memberikan perhatian, hubungan dengan orangtua relatif dingin, merasa tidak nyaman saat bersama orangtua, dan sulit untuk percaya dengan orangtua. Remaja yang terbiasa dekat dengan ibu, namun ketika ibu meninggal, secara otomatis remaja harus mampu mengembangkan kelekatan yang secure terhadap ayahnya sebagai pengganti ibu, agar di lingkungan sosialnya pun remaja bisa lebih empatik, mampu berbagi perasaan dengan orang lain dan mampu menikmati hubungan intim. Sebaliknya, remaja dengan pola insecure avoidant dan anxious attachment sering merasa enggan menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain dan khawatir bahwa pasangan mereka tidak membalas perasaan mereka, mengalami kesulitan dengan hubungan intim dan dekat dengan oranglain. Dari uraian diatas, peneliti ingin melihat gambaran attachment remaja terhadap ayah ketika ibu sudah meninggal Identifikasi Masalah Idealnya keluarga utuh terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Mereka pun menjalankan peran dan tugas mereka masing-masing. Ayah memiliki peran sebagai kepala rumah tangga yang bertanggungjawab menafkahi istri dan anak. Sedangkan ibu memiliki peran mengurus suami, anak, dan keadaan rumahtangganya. Dengan kebersamaan yang utuh ayah, ibu, dan anak dapat
8 membangun kelekatan yang erat meskipun keluarga yang utuhpun terkadang belum mampu membangun kelekatan yang erat. Namun ketika ibu telah meninggal, secara otomatis ayah menjadi pengasuh utama. Remaja yang terbiasa dekat dengan ibu, tiba-tiba harus mengembangkan kelekatan yang baru dengan figur yang berbeda, yaitu ayah cenderung membutuhkan waktu untuk membangun kelekatan baru tersebut. Ada remaja yang tidak mampu mengembangkan kelekatan dengan ayah, karena ayah cenderung abusif dan tidak peduli dengan kesejahteraan psikologis remaja namun sebaliknya ada juga remaja yang mampu membangun kelekatan baru yang nyaman dengan figur pengganti ibu yaitu ayah. Remaja yang mampu mengembangkan kelekatan yang secure dengan ayah sebagai pengganti ibu cenderung menilai ayah figur yang hangat, penuh kasih sayang, dan menyenangkan. Sementara yang memiliki kelekatan insecure avoidant atau anxious attachment menilai ayah sebagai figur yang tidak sensitif terhadap anak, kurang responsif, tidak memberikan perhatian, dan sukar untuk mempercayai orangtua, bahkan bisa bertingkahlaku abusif Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Mengetahui gambaran attachment remaja terhadap ayah setelah ibu meninggal.
9 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi dan masukan terhadap disiplin Ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan. Penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan mengenai attachment yang terjalin antara remaja dengan ayah setelah ibu meninggal. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada : a. Bagi Remaja dan Ayah Tulisan ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang gambaran attachment remaja terhadap ayah setelah kematian ibu. b. Bagi Pembaca dan Masyarakat Melalui tulisan ini diharapkan mampu memberikan informasi dan wawasan baru serta pengetahuan bagi pembaca dan masyarakat mengenai attachment remaja kepada ayah setelah ibu meninggal. 1.5 Kerangka Berpikir Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja juga merupakan masa yang penting dalam perkembangan remaja. Remaja membutuhkan figur ibu, sebagai figur utama dalam pengasuhan keluarga. Menurut Bowlby (dalam Liliana, 2009) tokoh ibu menjadi sosok yang cukup sentral dalam relasi antara remaja dan orang tua. Bahkan dalam sebuah
10 keluarga seringkali yang dipersepsikan sebagai keluarga oleh anak-anak adalah tokoh ibu. Kebanyakan orang mengasosiasikan ibu memiliki kualitas seperti hangat, tidak mementingkan diri sendiri, menjalankan kewajibannya dengan setia, dan toleran (Liliana, 2009). Ketika ibu meninggal, akan memberikan perubahan yang besar bagi anggota keluarga khusunya remaja. Ketika ibu meninggal, remaja akan mengalami duka cita atas kematian ibu yaitu seperti shock, sedih, dunia hampa, rasa rindu, kehilangan dan kesepian. Kematian ibu juga memberikan perubahan dalam keluarga antara lain, keluarga tidak berperan optimal, bahkan hadirnya orang baru dalam keluarga, namun disisi lain hubungan dengan saudara menjadi lebih solid. Setelah ibu meninggal remaja dituntut untuk mulai menjalin dan mengembangkan (attachment) kelekatan baru dengan figur pengganti ibu yaitu, ayah (Puji Astuti, 2009). Menurut Bowlby (dalam Santrock 2002) attachment (kelekatan) adalah adanya suatu relasi atau hubungan antara figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan karakteristik relasi yang unik. Attachment (kelekatan) akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Sementara itu, menurut Ainsworth (1969) attachment (kelekatan) adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalan suatu attachment yang bersifat kekal sepanjang waktu. Artinya, bila dikaitkan dengan penelitian ini maka kelekatan atau ikatan
11 emosional antara remaja dengan ayah sebagai pengganti ibu juga dapat mengikat hubungan keduanya dalam suatu attachment (kelekatan) yang bersifat abadi. Kelekatan antara remaja dengan ayah dapat membentuk pola secure attachment atau insecure attachment. Remaja yang memiliki secure attachment dengan ayah cenderung memiliki pandangan nyaman saat bersama ayah, remaja tidak sepenuhnya bergantung pada ayah, memandang ayah sebagai figur yang hangat dan penuh kasih sayang, menjalin hubungan yang menyenangkan dengan ayah, memiliki rasa percaya diri dan ayah merupakan sumber dukungan bagi remaja. Sebaliknya remaja yang memiliki insecure anxious attachment cenderung menilai ayah tidak sensitif, kurang responsif, tidak bersikap adil, dan merasa tidak nyaman dengan remaja. Selain anxious attachment, remaja yang memiliki pola insecure avoidant attachment juga menilai ayah yang tidak memberikan perhatian, mengalami penolakan, hubungan relatif dingin, tidak ingin menjalin hubungan dekat, dan sukar untuk mempercayai ayahnya.
12 Remaja Ibu Meninggal Ayah Pengganti Reaksi-reaksi: -Shock -Sedih -Dunia Hampa -Kehilangan -Rasa Rindu -Kesepain Secure Attachment: - Nyaman bersama Ayah - Orangtua sbg Figur yang Hangat dan Penuh Kasih Sayang - Menjalin Hubungan yang Menyenangkan - Orangtua sebagai sumber dukungan Insecure Attachment: - Orangtua tidak responsif - Orangtua tidak bersikap Adil - Merasa Cemas Diabaikan - Orangtua tidak Memberika Perhatian - Mengalami Penolakan - Hubungan Relatif Dingin - Tidak Menjalin Hubungan dekat Tabel 1.1. Kerangka Berpikir
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling menarik dari percepatan perkembangan seorang remaja adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan satu masa yang sangat menyulitkan, di mana terjadi percepatan perkembangan baik secara fisik, seksual, maupun sosial. Hal yang paling menarik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan bersama anak-anaknya dari pada ayah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa termasuk di dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa itu umumnya merupakan masa transisi. Mereka masih mencari jati diri mereka masing-masing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi
BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan
BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang dalam menjalankan kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa dimana individu mulai mengemban tugas untuk menikah dan membina keluarga. Sesuai dengan pendapat Havighurst (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku asertif sangat penting bagi setiap orang guna memenuhi segala kebutuhan dan keinginan, terutama pada mahasiswa, dimana harus menyelesaikan tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi
Lebih terperinciSeorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis. memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. La tar Belakang Seorang wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak, secara otomatis memegang tanggung j awab membantu anak dalam mengembangkan semua potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Adanya interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, terutama dalam gaya hidup masyarakat. Indonesia pun tidak luput dari perubahanperubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan bersosialisasi dengan lingkungannya, keluarga, sekolah, tempat les, komunitas, dan lainlain. Manusia pada hakikatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental. Hal ini seringkali membuat orangtua merasa terpukul dan sulit untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa pasangan suami istri menginginkan keturunan sebagai bagian dari keluarga mereka. Pasangan suami istri pasti berharap untuk mendapatkan anak yang sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak. Anak untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial dengan orang lain dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing lagi untuk diperbincangkan. Jumlah perceraian di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang dapat memilih untuk menjadi sejahtera atau wellbeing, akan tetapi subjective well-being itu sendiri belum tentu dapat diperoleh dengan mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka
Lebih terperincisemangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut. Fenomena yang telah dilakukan oleh Triana, 2010, yaitu tentang keluarga
A. Latar Belakang Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang tidak akan melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain. Setiap manusia, selalu berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan seorang manusia berjalan secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Attachment merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh seorang psikolog dari Inggris John Bowlby pada tahun 1958 mengenai gambaran ikatan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan perilaku mereka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki keluarga yang utuh dan bahagia tidak hanya menjadi impian sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang anakpun menginginkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regulasi Diri Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. 2.1.1. Definisi Regulasi Diri Regulasi diri adalah proses
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya. resiprokal antara bayi dan pengasuhnya, yang sama-sama memberikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Pengertian kelekatan Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Keterikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan
PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciLAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah
LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti
Lebih terperinciBagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh
Bagan 2 Kondisi keluarga : penuh tekanan, memandang agama sebagai rutinitas dan aktivitas, ada keluarga besar yang selingkuh, Relasi ayah-ibu : ibu lebih mendominasi dan selalu menyalahkan sedangkan ayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, dimana mereka tidak dapat hidup seorang diri. Manusia selalu membutuhkan orang lain, baik untuk saling membantu, bekerja sama, bahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar
Lebih terperinciHenni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang
HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan berakhir dengan berkembangnya penggunaan bahasa. Masa bayi berlangsung sekitar 18
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi individu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di berbagai Negara. Pada tahun 2005 di Inggris terdapat 1,9 juta orangtua tunggal dan 91% dari angka
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian ini. Selanjutnya juga akan dipaparkan hasil diskusi dan saran. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat
BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu pesat dan perkembangan mental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) bukan menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for Youth on Drug, badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT PADA PENGASUH DENGAN SELF-DISCLOSURE REMAJA DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK WISMA PUTRA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, individu dibesarkan dalam sebuah keluarga yang memiliki orang tua lengkap yang terdiri dari seorang ibu dan seorang ayah. Namun, tidak semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang
BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang, sedangkan penting maksudnya bahwa ilmu pengetahuan itu besar
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu hal yang perlu dan penting. Perlu maksudnya bahwa ilmu pengetahuan yang terkandung dalam pendidikan harus dimiliki oleh setiap orang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan
Lebih terperinciKELEKATAN PADA ANAK. Oleh : Sri Maslihah
KELEKATAN PADA ANAK Oleh : Sri Maslihah Anak yang satu tetap nempel pada bundanya padahal sudah saatnya masuk ke kelas, ada juga anak lain menangis begitu melihat ibunya harus keluar dari kelasnya sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah tempat di mana anak berkembang dan bertumbuh, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit terkecil dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang kerap muncul dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN
LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada
Lebih terperinciDATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III
DATA SUBJEK SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III Inisial A D V Usia 22 tahun 27 tahun 33 tahun Tempat/Tanggal Jakarta, 24 Mei 1986 Jakarta, 19 Maret 1981 Jakarta Lahir Agama Islam Kristen Protestan Katolik Suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciLAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA : Hj. Cucu Zainabun Yusuf, S.Pd.,M.Pd : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mancak 1. Menurut ibu BK itu apa? Jawab: BK itu tempat untuk mengatasi permasalahan dari siswa-siswi,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi idaman semua orang. Bentuk tubuh yang ideal adalah bentuk tubuh yang diinginkan oleh kaum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan
Lebih terperinci