ffiffi. ffiffiffi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ffiffi. ffiffiffi"

Transkripsi

1 ffiffi ffiffiffi

2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN RAPAT TAHUNAN BIDANG ILMU-ILMU PERTANIAN BKS - PTN WILAYAH BARAT TAHUN 212 Volume 3 Tema: "PENINGKATAN PRESISI MENUIU PERTANIAN BERKELANJUTAN" Sub Tema: "PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI NASIONAL MELALUI PERAN IPTEK DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM" Medan,3-5APRIL212 Editor: Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi Dr. Ir. Ristika Handarini, MP Siti Latifah, S.Hut, MSi, PhD Dr, Ir. Ma'ruf Tafsin, MSi Ir. Razali, MP Ir. T. Sabrina, M,Agr.Sc. PhD Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP Dr. Ir. Elisa Julianti, MSi tr. Ionatan Cinting, MS Ir. T. Irmansyah, MP lr. Fauzi, MP Penyelenggara: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SUPPORTED BY : i93 itt "lamsosiek

3 l:.\lp:k PF.MBERIAN KOMPOS ECENG CONDOK (Lt.rr.,,ra./drr,p r) DAN KTAMBANC.j ;:,ia rdrrrs) TERIIADAp TANAH DAN TANAMAN PADI KETAN PADA STSTIM RAKIT BAMtsll 75 t84 :: \ l as.eah B enras, Yanua. CtaDdra. and DN i probowati Sulistiyan i......_._ a2.-.t]sis VAN SOEST LIMBAH SINGKONG DENC4N IIENAMB4H\N \SAM CUK/\, ASAM i].]pionat DAN NII{'\ SELAMA PENYIMPANAN.: = 5and i r l9i l:sllrv DAN KINERJA MESTN KFpRAS T{JNGGI JI. TEBU DENGAN -:.ljitor SUMBER TENAGA PTO RODA EMPAT :.\ILISIS NII-A] TAMAAH FINANS]AL DAN IiANTAI PASOK USAHA KAMBING PERAH \TF\S8 IRASI DI KOTA P \\ AKI \4BI-H t i8 ::\{1r\FAATAN TF.PL'}.lc BIJI NANGKA(,4rr..drpur }eleraphy rs) Dl\L TEPUNG BIJI DURTAN :rzio zibethirtb M\t\ SEBAGAI STABILIZER DALAM PEMBUATAN ES KRIM Sj-ifah Rohay4 R) n Moiilana, Nida E! Husn4 Srj Wah}!ni..._..._..._.'._.-.:.-----,._...'...18 j,\.{ltsis KoRELAST FAKToR-FAKToR YANG BERpENcARtiH balaur rnersr.asl currrao,?roduks] DAN EFISIENSI USAIIATANI PADI SAWAH PADAMUSIM IruJAN :. \.'.-CARI H \I NSlIIUSI qlisi RIDI I AI \GIi i"" hj\) DAN IfNIs BAHAN DTNSIABIL -RHADAP MUTU ES KRIM 1 rtimeldasari Lubis, Satiana, Ahmad Ckrahar t,iya. oemar..._..._.._..._..._.._...-._..._...1 l6 IE\C.ARUH JEIi]S KAKAO, WADAII, DAN LAI,fA PENYIMPANAN TERHADAP TERHADAP LjDAR ASAM LEMAI( BEBAS LEMAK KAKAO (neobtuna c@aa L) AC.EH \ uliani Aisyah, Hetu Prono Widayat dan SiliUIfa._._._.._._...jt7!\ \LIsl\ Kl\j-RlA Ar Al PD\jCFL\C I NA\C ( 4,;,.J. ar..r, L.r llpt RAK ] usnanizar, Hend.i Syah, Ruslan Agussini _._._... :1:13 iuai-]]'as PRODIjK PERTANIAN ORGANIK. rnrtah Ginri _ !tl _.2.17

4 DESAIN DAN KINERJA MESIN KEPRAS TUNGGUL TEBU DENGAN SUMBER TENAGA PTO TRAKTOR RODA EMPAT Syafriandi (Fakultas Pertanian Unsyiah) Wawan Hermawan (Fakultas Teknologi Pertanian IPB) Radite P.A. Setiawan (Fakultas Teknologi Pertanian IPB) anida_tp@yahoo.co.id ABSTRAK Pengeprasan merupakan salah satu kegiatan penting dalam budidaya tanaman tebu ratoon. Alat kepras atau stubble shaver yang digunakan beberapa pabrik gula di Indonesia memiliki beberapa kelemahan antara lain membutuhkan daya yang besar, desain mata pisau yang kurang tepat dan hasil potongan tunggul banyak yang pecah sehingga produktivitasnya menjadi rendah. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendesain mesin kepras tunggul tebu dengan sumber tenaga PTO traktor roda empat, 2) menganalisa pengaruh dari jenis pisau, kecepatan maju traktor, kecepatan putaran pisau dan sudut pemotongan. Prototipe mesin kepras tunggul tebu terdiri dari 8 mata pisau yang diputar PTO traktor roda empat. Pengujian prototipe mesin kepras dilakukan dengan beberapa peubah antara lain 2 tipe/jenis mata pisau, kecepatan maju (.3 dan.5 m s -1 ), kecepatan putar pisau (5 dan 85 rpm) dan sudut kemiringan pemotongan (45 o dan 6 o ). Hasil pengujian menunjukkan penggunaan pisau dengan penambahan feed pada bagian belakang lebih baik dari pisau dengan jari-jari yang sama. Torsi terendah pada perlakuan kecepatan.5 m s -1, kecepatan putaran pisau 85 rpm dan sudut pemotongan 6 o dengan rata-rata Nm. Perlakuan kecepatan.3 m s -1, kecepatan putaran pisau 85 rpm dan sudut pemotongan 45 o menghasilkan kualitas pemotongan yang paling baik. Kata kunci : mesin kepras, tebu ratoon, traktor, torsi, kualitas pemotongan PENDAHULUAN Tebu merupakan salah satu komoditas penting dalam agribisnis pertanian di mana lebih dari setengah produksi gula dunia berasal dari tebu. Kebutuhan gula nasional baik untuk konsumsi langsung rumah tangga maupun industri akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pada tahun 214 kebutuhan gula nasioanal diperkirakan mencapai 5.7 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan gula tersebut diupayakan program swasembada gula nasional. Sasaran tersebut diusahakan secara bertahap dalam kurun waktu 21 hingga 214, dengan langkah intensifikasi peningkatan produktivitas tebu diatas 87 ton/ha dan peningkatan mutu rendemen 8.5%, yang dilaksanakan melalui rehabilitasi tanaman tebu ratoon. Selain itu diusahakan dengan langkah-langkah ekstensifikasi dengan perluasan areal atau mempertahankan luasan yang ada dan pembangunan PG baru (Dirjenbun 211). Meningkatnya kebutuhan gula nasional ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi gula dengan peningkatan produktivitas tebu sebagai bahan baku gula. Kebutuhan gula yang tidak tercukupi dikarenakan adanya beberapa permasalahan dalam kegiatan budidaya tebu yang berdampak pada berkurangnya produktivitas tebu, diantaranya adalah

5 masalah penyiapan lahan, kwalitas bibit, pemupukan, irigasi, pemeliharaan dan pengendalian hama serta pemanenan. Usaha untuk mencukupi kebutuhan gula nasional dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas tebu keprasan, mengingat sekitar 81% areal tanam tebu di Indonesia merupakan tanaman keprasan (Anonim 1978). Pengeprasan tebu merupakan pemotongan sisa-sisa tunggul tebu setelah penebangan yang dilakukan pada posisi tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan (Koswara 1989). Terdapat beberapa keuntungan dalam budidaya tebu keprasan, di samping kekurangannya tersebut. Widodo (1991) menyatakan bahwa, dengan keprasan pemakaian bibit tebu semakin hemat, tebu yang tumbuh sudah beradaptasi dengan lingkungan, dan kelestarian tanah dapat terjaga. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas tebu khususnya pada budidaya tebu ratoon adalah memperbaiki mutu keprasan agar tunas yang dihasilkan baik dengan cara mendesain suatu mesin kepras tebu yang dapat memberikan hasil keprasan yang baik dan efisien. Sutardjo (1996) mengatakan pengeprasan tebu bertujuan agar tunas tanaman tebu yang tumbuh tidak mengambang di atas tanah dan tidak roboh apabila sudah tumbuh besar. Ada dua bentuk pengeprasan (Gambar 1) yaitu keprasan bentuk U atau V yang dilakukan pada tanah yang mengandung pasir dan bentuk W yang dilakukan pada tanah-tanah berat yang mudah pecah pada musim kemarau. (a) Bentuk U/ V (b) Bentuk W Gambar 1 Bentuk profil pengeprasan (dimodifikasi dari Sutardjo 1996). Sekarang ini di luar negeri telah tersedia mesin kepras yang dikenal stubble shaver yang umumnya tipe rotary-slasher. Radite et al (27) juga mengembangkan alat kepras tebu piringan bercoak dengan diameter 28 inchi dan dapat melakukan pemotongan tunggul dengan baik pada lebar sekitar 25 cm pada kedalaman yang diinginkan yaitu 5-1 cm. Namun demikian prototipe ini masih mempunyai kelemahan yaitu pada lebar kerja yang terbatas (hanya satu alur) dan kesulitan kontruksi sistem transmisinya, jika lebar kerja ingin ditingkatkan menggunakan dua piringan secara tandem. Oleh karena itu, alat kepras tebu memiliki prospek yang baik untuk terus dikembangkan di Indonesia, mengingat alat ini secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi gula terutama pada tebu ratoon. Penelitian ini bertujuan :

6 1. Mendesain suatu prototipe mesin kepras tunggul tebu tipe rotari yang ditarik traktor roda 4 dengan tenaga putar poros PTO. 2. Menganalisis pengaruh desain ujung pisau, kecepatan maju mesin, kecepatan putaran pisau, dan sudut kemiringan mata pisau terhadap kualitas hasil pemotongan dan tenaga putarnya. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 21 September 211. Perancangan mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) Fateta IPB. Pembuatan prototipe dilakukkan di Bengkel Departemen TMB, dan pengujiannya dilakukan di Laboratorium Lapangan Departemen TMB. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan kontruksi prototipe alat kepras tebu adalah : besi UNP 1 mm x 5 mm tebal 5 mm, besi plat tebal 8 mm, besi as diameter 4 mm, universal joint, mur dan baut, flens bearing, plat baja. Untuk pembuatannya digunakan peralatan perbengkelan. Instrumen untuk mengukur tenaga pemotongan adalah: tachometer digital ((Shimpo DT25B), starin gauge (Kyowa,KFG-3-2-D16-11), handy Strain meter (Kyowa, UCAM- 1A), kamera digital. Peralatan untuk mengukur kecepatan maju pengeprasan adalah: stop watch, meteran dan patok-patok kayu. Untuk pengujian di lapangan, prototipe mesin pengepras digandengkan dengan traktor 4 roda yang memiliki poros PTO yang sesuai. Analisis Rancangan Untuk memenuhi fungsinya maka mesin pengepras dirancang untuk dapat memotong tunggul tebu dan digandengkan ke tiga titik gandeng traktor serta diputar oleh tenaga putar poros PTO. Selain mengepras, mesin ini juga harus dapat memotong perakaran tunggul tebu di kiri-kanan barisan tanaman tebu menggunakan piringan bercoak ( coulter). Pemotongan tunggul dirancang menggunakan pisau pemotong tipe rotari terdiri dari 8 buah mata pisau yang memotong bagian tunggul tebu pada kedalaman 5-1 cm di bawah permukaan tanah. Desain mata pisau ditentukan berdasarkan analisis pergerakan ujung mata pisau dimana feed yang dihasilkan dari ujung depan dan belakang satu mata pisau sebesar.19 m dan feed yang dihasilkan untuk dua mata pisau yang bersebelahan sebesar.75 m. Dari simulasi ini

7 ditentukan 2 buah bentuk mata pisau (Gambar 2 ) agar dihasilkan pemotongan pada batang tebu yang efektif dan daya yang dihasilkan kecil. Bagian mata pisau yang berfungsi memotong diperkeras dengan tujuan tahan terhadap penggerusan oleh tanah saat operasi. a.pisau dengan jari-jari yang sama b. Pisau dengan penambahan feed Gambar 2 Bentuk- bentuk mata pisau Tenaga putar pisau diperoleh dari poros PTO traktor dan direncanakan putaran pisau sesuai dengan kecepatan putar poros PTO maka tidak diperlukan roda gigi reduksi. Karena arah poros PTO tidak segaris dengan poros pemutar piringan pisau maka digunakan transmisi daya berupa universal joint. Universal joint akan berfungsi sebagai penyaluran tenaga dari PTO ke unit pisau untuk menggerakkan mata pisau yang dapat diatur sudut kemiringannya. Hasil analisis rancangan mesin pengepras pada Gambar 3. Untuk rangka dibuat dari besi UNP ukuran 1 x 5 cm tebal 5 mm. Coulter terbuat dari besi plat 8 mm dengan diameter 5 cm dan bagian kelilingnya bergerigi atau bercoak agar dapat melakukan pembelahan tanah dengan baik antara 3-4 cm pada kedalaman 2-3 cm. Unit pisau terdiri dari 8 buah mata pisau yang terbuat dari baja dengan ukuran panjang 2 cm, lebar 6 cm, dan tebal 6 mm yang dipasangkan dengan pengikat baut pada piringan pisau yang memiliki diameter 4 cm. Universal joint yang digunakan untuk menghubungkan unit pisau ke poros PTO merupakan standart pabrik. Rangka utama Penutup unit pisau Sambungan ke PTO Universal joint coulter Unit pisau Gambar 3 Alat kepras tebu yang dirancang Metode Pengujian Uji kinerja mesin kepras tebu dilakukan di lahan Percobaan Teknik Mesin Budidaya Pertanian Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fateta IPB. Lahan yang diuji adalah lahan yang ditanami 48 rumpun tebu yang memiliki tinggi guludan antara cm. Pada saat uji kinerja beberapa peubah yang divariasikan dalam pelaksanan pengujian adalah:

8 1. Desain mata pisau ( jenis pisau 1 yang jari-jari sama dan jenis pisau 2 dengan penambahan feed pada sisi belakang) (Gambar 2) 2. Kecepatan maju pengeprasan (V 1 =.3 m s -1 dan V 2 =.5 m s -1 ) 3. Kecepatan putar pisau (n 1 = 5 dan n 2 = 85 rpm) 4. Sudut kemiringan piringan pisau (S= 45 o dan 6 o ) Setiap kombinasi perlakuan dilakukan dalam tiga ulangan pengujian. Pengukuran torsi pengeprasan dilakukan dengan menggunakan sebuah torque-meter yang dipasang antara poros PTO dan poros pemutar pisau (Gambar 4). Untuk mengukur regangan yang terjadi pada torque-meter, digunakan sebuah handy strain meter. Selanjutnya nilai torsi dihitung dengan menggunakan persamaan hasil kalibrasi hubungan torsi-strain. T = a + bx di mana : T : torsi (Nm), a dan b : konstanta hasil kalibrasi torsi-strain X : nilai yang terbaca pada handy strain meter (με). Handy strain meter Bride box Torque-meter Gambar 4 Skema pengukuran torsi Pengukuran persentase tunggul yang pecah hasil potongan dilakukan secara manual dan kamera. Pengamatan pertumbuhan dengan menghitung jumlah tunas yang tumbuh, diamati 2 minggu dan 3 minggu setelah pengeprasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Torsi Pengeprasan Rumpun Tunggul Tebu Torsi Pengeprasan (Nm) b a c Waktu (detik) Gambar 5 Pola torsi pemotongan 3 rumpun tebu perlakuan jenis pisau 1, V=.3 m s -1, n=5 rpm dan S = 45 o

9 Gambar 5 menunjukkan pada saat antara waktu dari 1 sampai 3 detik (a) traktor mulai berjalan dan pisau berputar tanpa beban pemotongan, torsi menunjukkan nilai sekitar 1 Nm. Pada saat selang 3 sampai 4 detik (b) pisau mulai memotong tunggul tebu pada rumpun pertama dan torsi menunjukkan nilai 5.82 Nm. Selanjutnya nilai torsi menurun karena pisau berputar tanpa beban pemotongan sampai menuju rumpun kedua (c) dan akan meningkat lagi nilai torsinya pada saat memotong tunggul tebu berikutnya. Dari hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa setiap rumpun tebu memiliki satu nilai puncak torsi yang selanjutnya disebut torsi maksimum. Percobaan kombinasi jenis pisau 1 yang memiliki jari-jari sama, kecepatan.3 m s -1. putaran pisau 5 rpm dan sudut pemotongan 45 o diperoleh nilai torsi maksimum pada rumpun pertama sebesar 5.82 Nm, rumpun kedua sebesar Nm dan rumpun ketiga sebesar Nm. Rataan dari sejumlah torsi maksimum dari percobaan tersebut kemudian digunakan sebagai data torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu. Efek Jenis Mata Pisau terhadap Torsi Pengeprasan Pengeprasan rumpun tunggul tebu menggunakan jenis pisau 1 (pisau dengan jari-jari sama) menghasilkan torsi yang umumnya lebih besar dibandingkan dengan menggunakan jenis pisau 2 (pisau dengan penambahan feed pada sisi belakang mata pisau) kecuali pada perlakuan kecepatan maju.3 m s -1, putaran pisau 5 rpm dan sudut pemotongan 45 o dimana torsi pemotongan jenis pisau 1 lebih kecil dibanding jenis pisau 2 (Gambar 6). Torsi Pengeprasan (Nm) pisau 1 pisau 2 Gambar 6 Grafik nilai torsi yang dihasilkan dari jenis pisau 1 dan pisau 2 dengan masing-masing perlakuan Rendahnya torsi pengeprasan yang dihasilkan pisau 2 disebabkan proses pemotongan tunggul tebu secara bertahap. Pola pemotongan dengan pisau 2 memiliki pola pemotongan seperti mengiris sehingga dapat meminimalisir pemotongan secara ditebas pada batang tebu tersebut. Ini disebabkan oleh bentuk mata pisau yang secara bertahap memanjang jari-jarinya, sehingga pemotongan yang terjadi adalah memotong secara mengiris dan pisau selanjutnya akan masuk ke bagian dalam tebu yang kemudian akan memotong secara mengiris juga.

10 Sedangkan pada pisau jenis 1, pemotongan terjadi dengan penebasan setebal feed pemotongan secara langsung (impact). Efek Kecepatan Maju Pemotongan terhadap Torsi Pengeprasan Hasil pengujian yang dilakukan, menunjukkan sebagian besar nilai torsi pengeprasan dengan kecepatan maju pemotongan.3 m s -1 menghasilkan torsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan maju.5 m s -1 (Gambar 7). Hal ini berbanding terbalik dengan analisa bahwa kecepatan maju yang lebih tinggi akan menghasilkan feed pemotongan yang lebih besar sehingga daya dan torsi yang diperlukan untuk pengeprasan juga meningkat. Torsi Pengeprasan (Nm) V1 =.3 m/det V2 =.5 m/det Gambar 7 Grafik nilai torsi yang dihasilkan dari kecepatan maju.3 m s -1 dan.5 m s -1 dengan masing-masing perlakuan Hasil penelitian Lisyanto (27) dengan menggunakan mata piring bentuk rata juga menunjukan hasil yang sama dimana sebagian besar kecepatan maju yang rendah juga menghasilkan torsi yang tinggi. Pemotongan dengan kecepatan maju.5 m s -1 menghasilkan torsi yang kecil, diduga saat pemotongan batang tebu mengalami pecah oleh mata pisau sebelumnya karena feed pemotongan yang besar. Sehingga proses feed pemotongan selanjutnya tidak terjadi, selain itu posisi tunggul tebu yang tidak rapat dan rendahnya kedalaman kepras juga dapat menyebabkan torsi menjadi kecil. Efek Kecepatan Putaran Pisau terhadap Torsi Pengeprasan Hasil pengujian dengan kecepatan putaran pisau 5 rpm dan 85 rpm ditunjukkan pada Gambar 8. Pada kecepatan putaran pisau 85 rpm menunjukkan nilai torsi pengeprasan yang lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan putaran pisau 5 rpm. Sesuai dengan analisa bahwa kecepatan putaran pisau yang lebih tinggi akan menghasilkan feed pemotongan yang lebih kecil, sehingga beban pemotongannya kecil dan torsi pemotongannya lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan putaran pisau yang lebih rendah. Perlakuan dengan kecepatan maju yang sama, feed pemotongan kecepatan putar 5 rpm sekitar 1.7 kali lebih besar dari kecepatan putar 85 rpm.

11 Torsi Pengeprasan (Nm) n1 = 5 rpm n2 = 85 rpm Gambar 8 Grafik nilai torsi yang dihasilkan dari kecepatan putaran pisau 5 rpm dan 85 rpm dengan masing-masing perlakuan Efek Sudut Pemotongan terhadap Torsi Pengeprasan Gambar 9 menunjukkan bahwa pada sudut pemotongan 6 o, sebagian besar menghasilkan torsi pemotongan yang lebih kecil dibanding dengan sudut pemotongan 45 o. Hal ini disebabkan gaya saat proses pemotongan tunggul yang relatif tegak lurus terhadap tunggul batang tebu lebih besar dari pada gaya yang dibutuhkan pada pemotongan yang relatif sejajar. Persson (1987), menjelaskan untuk menurunkan gaya pemotongan spesifik maksimum adalah dengan memperbesar sudut kemiringan pisau. Hasil pengujian ini rataan torsi pengeprasan yang menunjukkan nilai yang berbanding terbalik adalah perlakuan jenis pisau 1, kecepatan maju.3 m s -1 dan putaran pisau 5 rpm dengan sudut 45 o sebesar Nm dan sudut 6 o sebesar 5.92 Nm. Demikian juga pada perlakuan jenis pisau 2, kecepatan maju.3 m s -1 dan putaran pisau 85 rpm dengan sudut 45 o sebesar Nm dan sudut 6 o sebesar Nm. Torsi Pengeprasan (Nm) sudut 45 sudut 6 Gambar 9 Grafik nilai torsi yang dihasilkan dari sudut pemotongan 45 o dan 6 o rpm dengan masing-masing kombinasi perlakuan Persentase Tunggul yang Pecah Secara umum pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa posisi sudut pemotongan 45 o menghasilkan potongan tunggul yang pecah relatif rendah dibandingkan sudut pemotongan 6 o. Pada posisi sudut pemotongan 45 o, memotong relatif tegak lurus dengan arah serat tebu dibandingkan sudut 6 o yang mendekati sejajar dengan arah serat tebu, yang dapat berakibat tidak memotong tapi membelah tunggul tebu. Saat pisau maju ke depan dapat mengakibatkan

12 tunggul tebu menjadi pecah. Dari hasil pengujian pengeprasan tunggul tebu diperoleh persentase tunggul pecah yang terendah adalah sebesar 8.33%, dengan perlakuan jenis pisau 1, kecepatan maju.3 m s -1, putaran pisau 85 rpm dan sudut pemotongan 45 o. (%) Gambar 1 Persentase tunggul tebu yang pecah dari masing-masing perlakuan Persentase Pertunasan Gambar 11 menunjukkan pertunasan 2 dan 3 minggu setelah kepras (msk). Dari hasil pengamatan pertumbuhan tunas, pada minggu kedua setelah pengeprasan persentase pertunasan tertinggi pada perlakuan jenis pisau 1, kecepatan maju.5 m s -1, putaran pisau 85 rpm dan sudut pemotongan 45 o yaitu sebesar 1% dan kemudian meningkat menjadi 12% pada minggu ketiga. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak terjadinya atau terhambatnya pertunasan diantaranya tunggul tebu yang pecah, mata tunas yang terpotong dan faktor lingkungan yang tidak mendukung seperti kurang air. (%) msk 3 msk Gambar 11 Persentase Pertunasan setelah pengeprasan dari masing-masing perlakuan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Mesin kepras tipe rotari menggunakan jenis pisau 2 dengan penambahan feed pada bagian belakang mata pisau menghasilkan torsi yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis pisau 1 yang memiliki jari-jari sama.

13 2. Rataan torsi yang terendah pada perlakuan jenis pisau 2, kecepatan maju.5 m s -1, putaran pisau 85 rpm dan sudut pemotongan 6 o sebesar Nm dimana dengan perlakuan tersebut dihasilkan feed pemotongan yang kecil. 3. Pengeprasan dengan sudut pemotongan 45 o menghasilkan kualitas pemotongan yang lebih baik dibandingkan sudut pemotongan 6 o. 4. Persentase tunggul yang pecah terendah pada perlakuan jenis pisau 1, kecepatan maju.3 m s -1, putaran pisau 85 rpm dan sudut pemotongan 45 o yaitu 8.33%. Saran Pengoperasian mesin kepras ini sebaiknya menggunakan jenis pisau 2, dengan kecepatan maju yang rendah (.3 m s -1 ), dan kecepatan putaran pisau yang tinggi (85 rpm) agar dihasilkan torsi pemotongan yang rendah. Untuk kwalitas hasil pemotongan sebaiknya digunakan sudut 45 o. DAFTAR PUSTAKA [DIRJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan Kebutuhan Gula Nasional Mencapai 5.7 juta ton tahun dirjenbun.deptan.go.id/sekretariat/index.php. [12 April 211]. Anonim Pengembangan Proyek Gula Jatitujuh. Jatibarang. Cirebon. Koswara, E Pengaruh kedalaman kepras terhadap pertunasan tebu. Prosiding Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering, Pasuruan, November P3GI. hlm Lisyanto, 27. Evaluasi Parameter Desain Bajak Piring yang Diputar Untuk Pengeprasan Tebu Lahan Kering [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Persson, S Mechanics of Cutting Plant Material. Michigan: American Society of Agricultural Engineers. Radite, P. A. S., I. N. Suastawa, M. F. Syuaib, dan H. K. Sulistiadji. 27. Pengembangan Mesin Pengepras Tebu Tipe Powered Disc. Laporan Hasil Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Sutardjo, E Budidaya Tanaman Tebu, Bumi Aksara,Jakarta. Widodo, Pengusahaan TRI di Wilayah Kerja PG Tasik Madu PTP XV-XVI,Surakarta, Jawa Tengah. Laporan Ketrampilan Profesi Jurusan Budidaya Pertanian IPB. Bogor.

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan

Lebih terperinci

Desain Alat Kepras Tebu dengan Tenaga Hand Traktor untuk Meningkatkan Mutu Tebu Keprasan ABSTRAK

Desain Alat Kepras Tebu dengan Tenaga Hand Traktor untuk Meningkatkan Mutu Tebu Keprasan ABSTRAK Desain Alat Kepras Tebu dengan Tenaga Hand Traktor untuk Meningkatkan Mutu Tebu Keprasan Syafrindi, Andriani Lubis, Kiman Siregar 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Unsyiah

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : FERI F14103127 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F14104084 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR vii UJI

Lebih terperinci

RONA TEKNIK PERTAI{IAN

RONA TEKNIK PERTAI{IAN rssn 208s-2614 RONA TEKNIK PERTAI{IAN Jurnal Ilmiah dan Pener ap an Ketekn tkan P ertanuan Volume 4, No. I, April 2012 Program Sfudi Teknik Pertanuan Fakultas Pertantan Universitas Syiah l(uala Darussalam,Banda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumputrumputan (Gramineae) yang merupakan tanaman untuk bahan baku gula. Batang tanaman tebu memiliki

Lebih terperinci

Arzal Bili 1, Syafriandi 1, Mustaqimah 2 Program Studi Teknik pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Arzal Bili 1, Syafriandi 1, Mustaqimah 2 Program Studi Teknik pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Pengaruh Kedalaman Keprasan Tebu dengan Menggunakan Mesin Kepras Traktor Roda Dua Terhadap Kualitas Keprasan dan Pertumbuhan Tunas Effect of Stubble Cane Cutting Depth by Using Cutting Machine Two Wheel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Putaran Pisau Simulasi dilakukan untuk menduga bentuk putaran yang akan terjadi pada saat melakukan pengujian. Di samping itu dari hasil simulasi ini dapat diketahui

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat sebagai berikut. 1) Laboratorium

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Maju Traktor dan Putaran Pisau Pemotong Pada Pengeprasan Tebu Ratoon

Analisis Kecepatan Maju Traktor dan Putaran Pisau Pemotong Pada Pengeprasan Tebu Ratoon Analisis Kecepatan Maju Traktor dan Putaran Pisau Pemotong Pada Pengeprasan Tebu Ratoon Analysis on Forward Speed of Tractor and The Spin of Cutter Knife on Ratoon Sugarcane Stubble Shaver Syafriandi *1)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA LPORN KHIR Insentif Riset SINas 2014 Desain dan Pengujian lat Pemanen dan Pengepras Tebu dengan Memodifikasi dan Memanfaatkan Tenaga Traktor Roda Dua RT-2014-1137 Bidang Prioritas Iptek: 10. Teknologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011. Tempat perancangan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian IPB. Pengambilan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu Berdasarkan hasil survey lapangan di PG. Subang, Jawa barat, permasalahan yang dihadapi setelah panen adalah menumpuknya sampah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen Kondisi lahan di PG Jatitujuh setelah penebangan umumnya tertutup oleh serasah atau pucuk-pucuk tebu sisa pemanenan. Serasah tersebut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F141484 29 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR vii UJI KINERJA

Lebih terperinci

MODIFIKASI PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING (Sistem Mekanisme Pengeruk Tanah)

MODIFIKASI PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING (Sistem Mekanisme Pengeruk Tanah) MODIFIKASI PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING (Sistem Mekanisme Pengeruk Tanah) OLEH: PRIAGUNG BUDIHANTORO F14103010 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F14103078 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan untuk Penelitian Pendahuluan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan untuk Penelitian Pendahuluan 37 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pendahuluan mengenai bentuk dan dimensi guludan tanaman keprasan, tahanan penetrasi dan tahanan geser tanah, gaya cabut satu rumpun tunggul tebu

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING Oleh : ARI SEMBODO F14101098 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

DAYA DAN KUALITAS PEMOTONGAN TUNGGUL TEBU PADA BEBERAPA BENTUK PISAU DAN PITCH PEMOTONGANNYA SKRIPSI

DAYA DAN KUALITAS PEMOTONGAN TUNGGUL TEBU PADA BEBERAPA BENTUK PISAU DAN PITCH PEMOTONGANNYA SKRIPSI DAYA DAN KUALITAS PEMOTONGAN TUNGGUL TEBU PADA BEBERAPA BENTUK PISAU DAN PITCH PEMOTONGANNYA SKRIPSI ICHSAN GANTINA F14070046 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 CUTTING POWER AND

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN.. DYNAMOMETER TIPE REM CAKERAM HASIL RANCANGAN Dynamometer adalah alat untuk mengukur gaya dan torsi. Dengan torsi dan putaran yang dihasilkan sebuah mesin dapat dihitung kekuatan

Lebih terperinci

DISAIN PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh: ALAM MUHARAM F

DISAIN PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh: ALAM MUHARAM F DISAIN PENGERUK TANAH PADA DITCHER UNTUK SALURAN DRAINASE PADA BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING Oleh: ALAM MUHARAM F14102005 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ROI{A TEKNIK PERTAhIIAN

ROI{A TEKNIK PERTAhIIAN ISSN 2085-26t4 ROI{A TEKNIK PERTAhIIAN Jurnal Ilmiah dan Penerapan Keteknikan Peftanuan Volume 5, No. 2o Oktober 2012 Program Sfudi Teknik Pertanian Fakultas Pertantan Universitas Syiah Kuala Darussalam,Banda

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI

PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI PENGUJIAN TAHANAN TARIK (DRAFT) BAJAK SUBSOIL GETAR TIPE LENGKUNG PARABOLIK SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING LISYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 0 0 7 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING LISYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 7 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: 2355-3553 PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Sukadi* Novarini** *Dosen Teknik Mesin Politeknik Jambi **Dosen Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : FERI F14103127 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor)

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) Radite P.A.S 2, Wawan Hermawan, Adhi Soembagijo 3 ABSTRAK Traktor tangan atau

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram Desrial 1), Y. Aris Purwanto 1) dan Ahmad S. Hasibuan 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB. Email: desrial@ipb.ac.id, Tlp.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM Oleh : ARIEF SALEH F14102120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Arief Saleh. F14102120.

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Evaluasi Kinerja Lapang Prototipe II Aplikator Pupuk Cair, APIC 1

Rancang Bangun dan Evaluasi Kinerja Lapang Prototipe II Aplikator Pupuk Cair, APIC 1 Rancang Bangun dan Evaluasi Kinerja Lapang Prototipe II Aplikator Pupuk Cair, APIC 1 Desrial 2, M. Faiz Syuaib, Kusnanto, dan Ronal Heri ABSTRAK Pemupukan merupakan salah satu usaha peningkatan produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM UPAYA MEMBANTU PROSES PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN PADI

PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM UPAYA MEMBANTU PROSES PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN PADI PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM UPAYA MEMBANTU PROSES PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN PADI Eko Surjadi Fakultas Teknologi Industri, Teknik Mesin, Universitas Surakarta email: doel _qellyk@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 19 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan, dimulai pada bulan Januari 2012 hingga September 2012. Penelitian dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

II. PASCA PANEN KAYU MANIS

II. PASCA PANEN KAYU MANIS 1 I. PENDAHULUAN Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan komoditas perkebunan yang telah lama dimanfaatkan oleh manusia sebagai bumbu penyedap masakan (Anonim, 2010). Di Indonesia, produk kayu manis

Lebih terperinci

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH HASIL MODIFIKASI UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING OLEH: THALHA FARIZI F

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH HASIL MODIFIKASI UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING OLEH: THALHA FARIZI F KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH HASIL MODIFIKASI UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING OLEH: THALHA FARIZI F14103133 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

DESAIN DAN UJI PERFORMANSI RODA SIRIP LENGKUNG TRAKTOR TANGAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN KERING

DESAIN DAN UJI PERFORMANSI RODA SIRIP LENGKUNG TRAKTOR TANGAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN KERING DESAIN DAN UJI PERFORMANSI RODA SIRIP LENGKUNG TRAKTOR TANGAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN KERING Design and Performance Test of the Curve Wheel Lug of Hand Tractor to Soil Processing at Dry Area Agricultural

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016 KINERJA UNIT PEMOTONG SERASAH TEBU TIPE REEL

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016 KINERJA UNIT PEMOTONG SERASAH TEBU TIPE REEL KINERJA UNIT PEMOTONG SERASAH TEBU TIPE REEL Performance of Sugarcane Trash Cutting Unit with Reel Type Cutter Wahyu K Sugandi 1,*), Radite P A Setiawan 2, Wawan Hermawan 2 1 Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu ini dilakukan selama kurang lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Pendekatan Rancangan dan Konstruksi Alat III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini meliputi penelitian pendahuluan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan perancangan desain yang dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL Gatot Pramuhadi 1), Abdul Wahhaab 2), Gina Rahmayanti 2), Nurwan Wahyudi 2), Syahidin Nurul Ikhwan 2) 1) Dosen Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU. Oleh : RAMLI MANURUNG F

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU. Oleh : RAMLI MANURUNG F OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU Oleh : RAMLI MANURUNG F14102115 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR OPTIMALISASI

Lebih terperinci

MEMBANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS KONSUMSI PAKAN TERNAK SAPI

MEMBANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS KONSUMSI PAKAN TERNAK SAPI ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN PROGRAM PENGABDIAN PROGRAM VUCER TAHUN 2009 MEMBANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS KONSUMSI PAKAN TERNAK SAPI Oleh: 1. Andasuryani,STP,MSi / NIP.

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT Oleh : SUPRIYATNO F141 02 105 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) seperti terlihat pada Gambar 1. merupakan family graminae yang dapat tumbuh di berbagai kondisi tanah dan iklim. Menurut Notojoewono

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

MEKANISME PEMOTONGAN RUMPUT DENGAN MENGGUNAKAN PISAU PEMOTONG RUMPUT TIPE REEL OLEH : LISYANTO

MEKANISME PEMOTONGAN RUMPUT DENGAN MENGGUNAKAN PISAU PEMOTONG RUMPUT TIPE REEL OLEH : LISYANTO MEKANISME PEMOTONGAN RUMPUT DENGAN MENGGUNAKAN PISAU PEMOTONG RUMPUT TIPE REEL OLEH : LISYANTO PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK LISYANTO. Mekanisme Pemotongan Rumput dengan Menggunakan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN IV. PENDEKATAN PERANCANGAN A. KRITERIA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung dengan tenaga tarik traktor tangan ini dirancangan terintegrasi dengan alat pembuat guludan (furrower) dan alat pengolah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dimulai bulan Agustus 2010 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu (1)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011 di Bengkel Daud Teknik, Cibereum, Bogor. B. Tahapan Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium lapangan Leuwikopo jurusan Teknik Pertanian IPB. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Mekanika dan Fisika

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F14103078 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI. Oleh: OKTAFIL ULYA F

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI. Oleh: OKTAFIL ULYA F PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT TEBANG TEBU MANUAL TIPE TAJAK SKRIPSI Oleh: OKTAFIL ULYA F14054386 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT

Lebih terperinci

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati BAB V ANALISIS KEBIJAKAN SEKTOR PERTANIAN MENUJU SWASEMBADA GULA I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati ABSTRAK Swasembada Gula Nasional

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI AERATOR KINCIR TIPE PEDAL LENGKUNG PADA PENINGKATAN KADAR OKSIGEN AIR. Oleh: SARI ROSMAWATI F

PENGARUH MODIFIKASI AERATOR KINCIR TIPE PEDAL LENGKUNG PADA PENINGKATAN KADAR OKSIGEN AIR. Oleh: SARI ROSMAWATI F PENGARUH MODIFIKASI AERATOR KINCIR TIPE PEDAL LENGKUNG PADA PENINGKATAN KADAR OKSIGEN AIR Oleh: SARI ROSMAWATI F14102049 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F

SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR. Oleh: GINA AGUSTINA F SKRIPSI DESAIN RODA BESI BERSIRIP GERAK DENGAN MEKANISME SIRIP BERPEGAS UNTUK LAHAN SAWAH DI CIANJUR Oleh: GINA AGUSTINA F14102037 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DESAIN RODA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Ring Transducer

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Ring Transducer HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Ring Transducer Hasil rancangbangun sensor tahanan pemotongan berupa ring transducer yang ditunjukkan pada Gambar 60. Salah satu sisi ring dipasang dua buah strain gage yaitu

Lebih terperinci