BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan untuk Penelitian Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat dan Bahan untuk Penelitian Pendahuluan"

Transkripsi

1 37 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pendahuluan mengenai bentuk dan dimensi guludan tanaman keprasan, tahanan penetrasi dan tahanan geser tanah, gaya cabut satu rumpun tunggul tebu sisa pemanenan, dan pengambilan tunggul tebu untuk bahan percobaan dilakukan di perkebunan tebu milik PG Jatitujuh, Cirebon, Jawa Barat. Pengembangan model matematika untuk menduga torsi pengeprasan tebu, pembuatan alat uji pengeprasan, percobaan pengukuran torsi pengeprasan, dan pengamatan pertunasan dan pertumbuhan tebu hasil uji pengeprasan dilakukan di Laboratorium Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rangkaian kegiatan penelitian tersebut diselesaikan selama sembilan bulan yakni dari Juni 2005 sampai Maret Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri atas (1) alat dan bahan untuk penelitian pendahuluan, (2) alat dan bahan untuk percobaan pengeprasan tunggul tebu skala laboratorium. Alat dan Bahan untuk Penelitian Pendahuluan Peralatan yang digunakan dalam penelitian pendahuluan antara lain: (1) Penetrometer SR-2 untuk mengukur tahanan penetrasi dan tahanan geser tanah, (2) traktor 4 roda, (3) load cell (Type: U2 F.Nr 34181, 2 ton), (4) bridge box (Kyowa, DB-350), (5) handy strain meter, (Kyowa, UCAM-1A), (6) kawat penarik (7) garpu pencabut, dan (8) alat-alat pendukung lainnya seperti meteran, kamera dan multitester. Bahan yang digunakan dalam penelitian pendahuluan tersebut adalah lahan dan tunggul tebu di PG. Jatitujuh setelah penebangan yang nantinya akan diteruskan untuk tanaman keprasan pertama (R 1 ), kedua (R 2 ), dan ketiga (R 3 ). Lahan tebu tersebut memiliki jenis tanah mediteran (alfisol) dengan kadar air ratarata saat pengukuran sebesar 27.40%. Alat dan Bahan untuk Percobaan Pengeprasan 1. Alat uji pengeprasan tunggul tebu (stublle bin test apparatus) yang dilengkapi dengan transduser torsi dan instrumen perekaman data.

2 38 2. Piring pengolah tanah yang terdiri atas bajak piring dan garu piring (Gambar 30). Lebar tiap coakan untuk mata piring bentuk coak (garu piring) sebesar 7.4 cm, lebar tiap mata garu piring 8 cm, dan kedalaman coakan 5 cm. Kedua jenis piring pengolah tanah tersebut memiliki sudut mata piring sebesar 34 o, jari-jari kelengkungan cm, diameter piring 60.5 cm, dan massa 11.8 kg. (a) (b) Gambar 30 Piring pengolah tanah dengan mata piring bentuk rata atau bajak piring (a) dan bentuk coak atau garu piring (b). 3. Traktor 4 roda (Yanmar 330 MT) digunakan untuk menarik aparatus uji pengeprasan sesuai dengan parameter kecepatan maju yang diiginkan. 4. Instrumen pengukuran dan perekaman data yang terdiri atas transducer torsi menggunakan sensor strain gages (Kyowa, KFG D16-11N15C2), slip ring (Michigan Scientific, S4), bridge box (Kyowa, DB-120), dynamic strain amplifier (Kyowa, DPM-603A), analog to digital converter (ADC), handy strain meter (Kyowa, UCAM-1A), seperangkat komputer (NEC, PC-9801), kamera, dan alat-alat bantu lainnya seperti: tachometer digital (Shimpo, DT205B), multimeter digital (CE, DT830D), stop watch, tool kit, solder, dan jangka sorong. 5. Alat-alat perkakas untuk pembuatan alat uji pengeprasan tunggul tebu seperti: mesin bubut, mesin gergaji, mesin bor, las listrik, dan mesin gerinda. Bahan percobaan untuk menentukan gaya potong satu tunggul tebu digunakan 4 varietas paling dominan dari 26 varietas yang dibudidayakan di areal kebun tebu milik PG Jatitujuh (Lampiran 3), yakni PA 198 (56.08%), PA 183 (10.23%), Triton (7.60%), dan PA 022 (7.46%). Rumpun tunggul tebu sisa penebangan dari tanaman keprasan ketiga (R 3 ) varietas PA 198 dipilih sebagai bahan percobaan untuk pengukuran torsi pengeprasan tebu dengan masing-masing rumpun terdiri atas 2-6 tunggul. Penentuan varietas PA 198 sebagai bahan

3 39 percobaan dilakukan dengan pertimbangan bahwa varietas tersebut memiliki luas tanam terbesar (56.08%) di areal kebun tebu PG Jatitujuh, sehingga kemungkinan penerapan dari alat kepras yang dikembangkan akan lebih banyak dimanfaatkan untuk varietas tersebut. Selanjutnya penentuan rumpun tunggul tebu sisa penebangan dari tanaman keprasan ketiga (R 3 ) dilakukan karena setelah keprasan ketiga (R 3 ) tunggul-tunggul tebu tersebut dibongkar dan diganti dengan tanaman pertama sehingga penelitian yang dilakukan tidak banyak menganggu kegiatan budidaya di pabrik gula tersebut. Rumpun tunggul tebu tersebut diambil dari lahan PG Jatitujuh dengan kondisi 3 hari setelah dibakar, hal ini disebabkan PG Jatitujuh tidak melakukan kegiatan pengeprasan namun menerapkan metode cut and go yakni sistem bakar setelah penebangan. Selanjutnya rumpun tersebut disimpan di Laboratorium Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penyiraman dilakukan tiap dua hari sekali untuk menjaga agar rumpun tebu tersebut tidak kering pada saat akan digunakan untuk percobaan pengeprasan. Bagian yang dipotong pada percobaan pemotongan adalah ruas kelima dari pangkal tunggul tebu (Gambar 31) dengan kadar air rata-rata pada saat percobaan pemotongan sebesar 20.28%. Gambar 31 Bagian ruas tunggul tebu yang dilakukan uji pemotongan. Metode Penelitian Peubah Penelitian Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengidentifikasi peubah-peubah yang berkaitan dengan karakteristik pengeprasan tunggul tebu. Peubah yang diamati dalam studi pendahuluan tersebut antara lain adalah jumlah tunggul tebu dalam satu rumpun, diameter rata-rata tunggul tebu, tinggi tunggul dari permukaan tanah setelah ditebang, bentuk dan dimensi guludan tanaman keprasan

4 40 (R 1, R 2, dan R 3 ), tahanan penetrasi dan tahanan geser tanah, dan gaya cabut satu rumpun tunggul tebu. Data peubah-peubah tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar pijakan dalam perancangan alat uji pengeprasan dan pelaksanaan percobaan pengeprasan di Laboratorium. Beberapa peubah yang divariasikan dalam pelaksanaan percobaan pengeprasan tebu di laboratorium terdiri atas: 1. Jenis piring pengolah tanah (J P1 = bajak piring dan J P2 = garu piring) 2. Kecepatan maju alat (V 1 = 15 cm s -1 dan V 2 =30 cm s -1 ) 3. Kecepatan putar piring (N 1 = 500 rpm, N 2 = 1000 rpm) 4. Disk angle (D A1 =35 o, D A 2 =40 o, dan D A3 = 45 o ) 5. Tilt angle (T A1 =15 o, T A2 =20 o, dan T A3 =25 o ) Metode Pengukuran Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Gaya cabut tunggul tebu diukur dengan cara menarik satu rumpun tunggul tebu menggunakan garpu pencabut yang diikat dengan kawat penarik yang dihubungkan dengan load cell dan handy strain meter. Salah satu ujung kawat penarik diikatkan pada draw bar traktor, sedangkan ujung yang lainnya diikatkan pada load cell yang telah disambungkan dengan garpu pencabut (Gambar 32). Gambar 32 Metode pengukuran gaya cabut rumpun tebu setelah penebangan. Gaya cabut maksimum diperoleh dengan cara mensubstitusikan nilai regangan ( μ s) maksimum yang diindera oleh handy strain meter ke dalam persamaan regresi hasil kalibrasi load cell (Lampiran 4) yang menghubungkan antara regangan (X) dan beban (Y) yakni: Y = 0.209X (14) Pengukuran dimensi guludan lahan tebu R1, R 2, dan R 3 dilakukan menggunakan meteran, sedangkan tahanan penetrasi tanah diukur secara acak menggunakan penetrometer SR-2 pada kedalaman 5, 10, dan 15 cm.

5 41 Metode Analisis Kinematika Mekanisme Pengeprasan Tunggul Tebu Analisis kinematika mekanisme pengeprasan tebu terdiri atas analisis gerakan dan lintasan (locus) bajak piring dan garu piring dalam proses pemotongan. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis mekanisme pengeprasan tunggul tebu menggunakan bajak piring yang diputar antara lain adalah: 1) kecepatan putar piring pada saat pemotongan konstan, 2) kecepatan maju pemotongan konstan, 3) kadar air tunggul tebu pada saat percobaan pemotongan seragam, dan 4) pengeprasan dilakukan pada ketinggian yang seragam serta pada permukaan tanah yang rata atau datar. Gerakan dari sebuah benda kaku dapat didefinisikan sebagai gerakan dari satu atau lebih titik-titik yang terdapat pada benda tersebut. Gerakan dari bajak piring dan garu piring yang digunakan dalam mekanisme pengeprasan tersebut memiliki bentuk gerak rotasi yang diperoleh dari putaran motor listrik dan gerak translasi yang dihasilkan dari tarikan traktor. Gerak rotasi tersebut diperlukan untuk variasi parameter kecepatan sudut (ω ), sedangkan gerak translasi diperlukan untuk variasi parameter kecepatan maju (V). Gambar 33 menunjukkan skema dari mekanisme pengeprasan tunggul tebu menggunakan bajak piring yang diputar dan beberapa paremeter yang relevan. GARIS TENGAH VERTIKAL DARI LINGKARAN MATA BAJAK PIRING Z POROS PIRING TUNGGUL TEBU SETELAH DIUJI KEPRAS ω T A 0 D A Y GARIS TENGAH MENDATAR DARI LINGKARAN MATA BAJAK PIRING V X TUNGGUL TEBU SEBELUM DIUJI KEPRAS Gambar 33 Mekanisme pengeprasan tunggul tebu menggunakan bajak piring yang diputar dan beberapa parameter yang relevan.

6 42 Posisi sebuah titik P pada mata bajak piring dianalisis menggunakan bidang tiga dimensi (XYZ). Titik yang digunakan sebagai referensi dalam analisis gerakan bajak piring adalah titik P yang terdapat pada sumbu Y positif. Sebelum parameter o o kemiringan bajak piring dimasukkan yakni = 90 dan = 0 (Gambar 34), titik P memiliki koordinat P = [ 0, R, 0]. Selanjutnya apabila poros bajak piring tersebut diputar searah jarum jam sebesar θ, maka posisi titik P bergeser menjadi P [ 0, R cosθ, ] =. 1 R D A T A Z Z P Y O X O θ P 1 R X Gambar 34 Gerakan titik referensi P pada mata bajak piring saat o T = 0 dengan sudut putar θ. A D A o = 90 Tilt angle (T A ) merupakan sudut kemiringan bajak piring terhadap sumbu Z yang diperoleh dengan cara memutar piringan tersebut pada sumbu Y sebesar α (Gambar 35). Pada kondisi tersebut yakni berubah dari posisi awalnya yakni P = [ 0, R,0] dan o DA = 90 dan T A = α titik P tidak, namun setelah poros bajak piring tersebut diputar searah jarum jam sebesarθ, posisi titik P 1 yang awalnya P 0, R cosθ, P = R sinα, R cosθ, cosα. = [ ] berubah menjadi [ ] 1 R 1 R Perubahan posisi titik P 1 tersebut hanya terjadi untuk X dan Z, sedangkan untuk Y = R cosθ tidak mengalami perubahan dikarenakan piringan tersebut dimiringkan atau diputar terhadap sumbu Y. Posisi titik-titik P pada mata bajak piring untuk kasus tersebut apabila digambarkan dalam bidang XY (dilihat dari sumbu Z) akan menghasilkan garis untuk mata bajak piring yang berbentuk elips.

7 43 (a) (b) (c) o Gambar 35 Gerakan titik referensi P pada mata bajak piring saat D A = 90 dan T = α pada bidang XYZ (a), bidang XZ (b), dan bidang XY (c). A Disk angle (D A ) merupakan sudut kemiringan bajak piring terhadap sumbu X yang diperoleh dengan cara memutar sumbu XY terhadap sumbu Z sebesar φ. Garis mata bajak piring dengan penampang berbentuk elips tersebut digunakan sebagai acuan dalam menentukan sudut pemutaran aksis Z (φ ) yang nilainya memiliki hubungan langsung terhadap besarnya D A yang diinginkan. Gambar 36 mengilustrasikan sistem pemutaran aksis dan munculnya sudut baru ( β ) yang menentukan posisi titik-titik pada mata bajak piring dalam dua peubah sudut kemiringan yakni D = δ dan T = α. A A P Y P 1 y φ X β x P 1 P φ Y y D A =δ X Gambar 36 Sistem pemutaran sumbu Z untuk menentukan disk angle o ( D = 90 φ ) mata bajak piring pada D = δ dan T = α. A x A A

8 44 Pemutaran sumbu XY sebesar φ (Gambar 36) menghasilkan koordinat baru (x,y) dan sudut baru ( β ) yang terbentuk antara titik P 1 dan sumbu y. Titik P 1 tersebut sekarang memiliki koordinat P 1 (x,y) dan P 1 (X,Y) yakni x = R sin β dan y = R cos β, sedangkan X = R sin( β + φ) dan Y = R cos( β + φ). Nilai sudut β dapat ditentukan dengan cara memasukkan persamaan posisi titik P 1 (x,y) tersebut ke dalam persamaan posisi sembarang titik P 1 (XY) sebelum posisi bajak piring digeser sebesar φ, yakni P = [ R sinα, cosθ ] 1 R titik P 1 (x,y) dan P 1 (XY) dapat diuraikan sebagai berikut: ' P = [ R sin β, cos β ], 1 R [ R sinα, cosθ ] 1 R x = R sin β dan y = R cos β P =, X = R sin α dan Y = R cosθ Substitusi nilai x dan X dari kedua titik tersebut adalah: R sin β = R sinα R sinα sin β = = sinα R sin β = (sinα ). Substitusi persamaan posisi β = sin 1 (sinα ), sedangkan substitusi untuk y dan Y adalah: R cos β = R cosθ R cosθ cos β = = cosθ R cos β = cosθ β = cos 1 (cosθ ) Selanjutnya nilai β tersebut digunakan sebagai parameter dalam formulasi pemutaran aksis Z untuk bidang XY mata bajak piring yang berbentuk elips yakni: x = R sin β y = R cos β X = R sin( β + φ) Y = R cos( β + φ) Penjumlahan cosinus tersebut dapat diselesaikan sebagai berikut: X = R sin( β + φ) = R = ( sin β cosφ + cos β sin φ ) ( R sin β ) cosφ + ( R cos β ) sin φ = x cosφ + y sinφ X = R sinα cosφ + R cosθ sinφ (15)

9 45 Y = R cos( β + φ) = R = ( cos β cosφ sin β sin φ ) ( R cos β ) cosφ ( R sin β ) sin φ = y cosφ x sinφ Y = R cosθ cosφ R sinα sinφ (16) Pemutaran aksis Z tersebut tidak mengakibatkan perubahan nilai Z pada titik P 1, sehingga persamaan untuk Z adalah: Z = R cosα (17) Persamaan (15), (16), dan (17) selanjutnya disimulasikan menggunakan excel untuk menggambarkan posisi pergeseran garis mata bajak piring atau garu piring yang memiliki bentuk elips. Metode Pendugaan Gaya Pemotongan Spesifik Satu Tunggul Tebu Gaya pemotongan spesifik tunggul tebu (σ) diduga berdasarkan hubungan antara luas pemotongan (A T ) atau panjang pemotongan (L T ) dan gaya hasil pengukuran pada pemotongan satu tunggul tebu (F UT ). Nilai A T dihitung berdasarkan pendekatan integrasi yang dibatasi oleh titik potong antara kurva mata bajak piring atau garu piring dengan kurva penampang tunggul tebu, sedangkan F UT diperoleh dari torsi pengukuran pada pemotongan satu tunggul tebu (T PT ) dibagi dengan radius (R) mata bajak piring yang digunakan. Prinsip least squares diterapkan untuk mengepas garis (fitting a line) antara data A T (x) dan F UT (y). Persamaan linier untuk garis tersebut umumnya dinyatakan dengan y = β + 1x 0 β (18) Dalam hal ini y merupakan gaya hasil pendugaan pada pemotongan satu tunggul tebu (FMT), β 1 adalah gaya pemotongan spesifik tunggul tebu (σ), x adalah luas lintasan pemotongan (A T ) atau panjang mata bajak piring atau garu piring yang memotong tunggul tebu (L T ), dan β 0 adalah intersep garis tersebut yang dinyatakan dengan konstanta (C). Dari persamaan (18), model pendugaan untuk σ dan C dapat dituliskan sebagai berikut: F F MT MT ( t) = C + σa ( t) (19) T ( t) = C + σl ( t) (20) T

10 46 Metode Penghitungan Luas dan Panjang Pemotongan Satu Tunggul Tebu Luas pemotongan tunggul tebu (A T ) pada persamaan (19) dihitung menggunakan pendekatan integrasi numerik kaidah Simpson, sedangkan panjang mata bajak piring dan garu piring yang memotong tunggul tebu (L T ) pada persamaan (20) ditentukan secara grafis dengan bantuan CAD. Sistem koordinat polar digunakan untuk menentukan titik potong antara kurva mata piring yang berbentuk elips dan kurva tunggul tebu berbentuk lingkaran yang digeser. Persamaan koordinat polar untuk mendeskripsikan radius kurva mata piring (R P ) yang memiliki bentuk elips dapat dituliskan sebagai berikut: 2 2 ( R P cos θ ) ( R P sin θ ) + = 1 (21) 2 2 a b Persamaan yang digunakan untuk menentukan radius penampang satu tunggul tebu (R T ) yang digeser adalah: h) + ( y k) (22) ( x = r Gambar 37 menunjukkan beberapa parameter yang terkait dalam penentuan persamaan radius (R) kurva tunggul tebu menggunakan sistem koordinat polar. x = R cosθ dan y = R β = θ 1 + α 1 ; sinα = 1 k 1 k tan β = ; β = tan h h r 2 2 ( h + k ) 1/ 2 θ1 = β α 1 dan θ 2 = β + α 2 Y ; sehingga α 1 = sin 1 r ( ) h + k 1/ O α 1 α 2 β q θ2 θ 1 r p k y X s t h x Gambar 37 Parameter yang terkait dalam penentuan persamaan radius (R) kurva satu tunggul tebu yang digeser menggunakan sistem koordinat polar. R

11 47 Metode Pendugaan Gaya Pengeprasan Rumpun Tunggul Tebu Persamaan (19 dan 20) merupakan model linier untuk pendugaan gaya pemotongan pada satu tunggul tebu. Model tersebut kemudian digunakan untuk pendugaan gaya pemotongan pada pengeprasan rumpun tebu (F MR ) yang terdiri atas beberapa tunggul tebu dengan diameter dan posisi tunggul yang berbeda. Luas pemotongan (A T ) dan panjang pemotongan (L T ) pada model tersebut digantikan dengan luas pemotongan rumpun tebu (A R ) dan panjang mata piring yang memotong rumpun tebu (L R ). A R dan L R merupakan penjumlahan dari luas dan panjang pemotongan pada tiap-tiap tunggul tebu yang secara bersamaan terpotong oleh garis mata piring, sehingga model matematika untuk pendugaan gaya pengeprasaan rumpun tunggul tebu dinyatakan dengan: F F MR MR ( t) = C + σa ( t) (23) R ( t) = C + σl ( t) (24) R Metode Percobaan Pengeprasan Tebu Pengeprasan tebu merupakan pemotongan sisa-sisa tunggul tebu setelah penebangan yang dilakukan pada posisi tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan. Gaya yang diperlukan oleh alat potong atau piring untuk pengeprasan tersebut meliputi gaya untuk menggerakkan piring, gaya untuk mengatasi tahanan potong tunggul tebu, dan gaya untuk mengatasi tahanan potong tanah jika pengeprasan dilakukan pada posisi lebih rendah dari permukaan guludan. Percobaan pengeprasan tebu dilakukan pada bak uji tanah (soil bin) dengan ketinggian potong pada posisi tepat atau rata dengan permukaan tanah. Penggunaan bak uji tanah dimaksudkan agar data hasil pengukuran memiliki akurasi yang tinggi, variasi terhadap peubah percobaan dapat dilakukan lebih mudah, instrumentasi untuk sistem pengukuran dan perekaman data dapat dikerjakan lebih aman, dan asumsi-asumsi yang digunakan untuk pengembangan model matematik dapat terpenuhi. Percobaan pengeprasan atau pemotongan tunggul tebu dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1. Menyiapkan bahan percobaan berupa rumpun tunggul tebu yang akan ditempatkan pada alur tanam pada bak uji (Gambar 38). Penempatan rumpun tunggul tebu dilakukan dengan cara menanam rumpun tersebut ke dalam

12 48 lubang yang terdapat pada alur tanam bak uji. Alur tanam tersebut memiliki panjang 125 cm, jumlah rumpun empat buah, jarak antara pusat ke pusat rumpun 30 cm, dan tiap satu rumpun terdiri atas 2-6 tunggul tebu. Selanjutnya rumpun tunggul tebu tersebut diikat atau dijepit menggunakan besi beton berdiameter 10 mm berbentuk U agar rumpun tebu tersebut tidak bergeser dari posisinya atau tidak tercabut pada saat dilakukan uji pemotongan. Tahanan cabut rumpun tebu pada bak uji dibuat lebih rendah dibandingkan dengan tahanan cabut rumpun tebu di lapangan. Gambar 38 Penempatan dan penyusunan rumpun tunggul tebu untuk percobaan pengeprasan pada bak uji. 2. Setelah pemasangan dan penyusunan bahan percobaan tersebut selesai maka diperoleh susunan rumpun tunggul tebu yang siap digunakan untuk uji pengeprasan. Gambar 39 memperlihatkan salah satu contoh susunan tunggul tebu yang digunakan dalam uji pengeprasan dalam bak uji. Sebelum diuji kepras Gambar 39 Contoh susunan rumpun tunggul tebu pada saat uji pengeprasan. 3. Setting alat uji kepras dan melakukan variasi peubah percobaan sesuai dengan nomor urut pengujian. Terdapat 72 kombinasi perlakuan yang tersusun dari lima peubah percobaan pemotongan (Lampiran 5).

13 49 4. Setelah persiapan bahan uji dan setting alat percobaan tersebut selesai, uji pengeprasan dilakukan dengan cara menghidupkan motor listrik yang digunakan untuk memutar bajak atau garu piring pada alat uji. Berikutnya piring tersebut digerakkan maju sesuai dengan peubah kecepatan maju yang diinginkan dengan cara menarik rangka alat uji tersebut menggunakan traktor 4 roda. Gambar 40 mengilustrasikan alat uji pengeprasan tunggul tebu skala laboratorium menggunakan piring yang diputar dengan seperangkat instrumentasi dan komputer untuk sistem perekaman dan peragaan data. Gambar 40 Alat uji pengeprasan tunggul tebu menggunakan piring yang diputar skala laboratorium beserta seperangkat instrumentasinya. 5. Metode pengukuran tahanan potong tunggul tebu untuk beberapa varietas uji yakni PA 198, PA 183, Triton, dan PA 022 dilakukan dengan prinsip yang hampir sama dengan metode percobaan pengeprasan, namun pemotongan dilakukan hanya pada satu tunggul tebu. Metode Pengukuran Torsi dan Sistem Perekaman Data Pengukuran torsi pemotongan dilakukan menggunakan alat uji pengeprasan tunggul tebu yang dilengkapi dengan sistem perekaman data. Pada poros penggerak yang terdapat pada alat tersebut dipasang 4 buah sensor berupa strain gages (Gambar 41) untuk mengindra torsi yang terjadi pada saat proses pengeprasan berlangsung. Sebelum alat tersebut digunakan untuk pemotongan, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi transduser torsi dan kalibrasi alat (strain amplifier) agar data hasil pengukuran tidak bias dan dapat dikonversi untuk keperluan analisis data.

14 50 SLIP RING POROS STRAIN GAGES (SENSOR TORSI) SPROKET BEARING D R1 R2 R1 R4 D C B A A C Vo R2 R3 R4 R3 B V S Gambar 41 Pemasangan strain gages (sensor torsi) yang disusun dalam bentuk rangkaian jembatan wheatstone pada poros bajak piring. Kalibrasi sensor torsi menggunakan handy strain meter (Lampiran 6) menghasilkan persamaan regresi yang menghubungkan antara torsi (T) dan strain atau regangan (ε ) sebagai berikut: ε = T (25) T = ε T = ε T = ε (26) Kalibrasi strain amplifier dilakukan pada setiap saat akan melakukan percobaan pengeprasan. Persamaan regresi yang menghubungkan antara tegangan (v) dan regangan (ε ) dari kalibrasi tersebut adalah: v = ε (27) ε = v v ε =

15 51 ε = v (28) Data pengukuran yang dihasilkan dari sistem perekaman data tersebut adalah sinyal listrik dalam bentuk tegangan (v), sehingga perlu dilakukan konversi nilai tegangan menjadi nilai torsi. Persamaan untuk konversi tersebut dapat diperoleh melalui substitusi persamaan (28) ke dalam persamaan (26) yang dapat diuraikan sebagai berikut: T = ε [ ] T = v + T = v T = v (29) Persamaan (29) tersebut digunakan sebagai persamaan untuk konversi data tegangan hasil pengukuran menjadi torsi percobaan pengepasan tunggul tebu. Proses pengukuran torsi dimulai dengan menghidupkan motor listrik untuk menggerakkan bajak piring atau garu piring. Setelah piring berputar stabil ( ± 3 detik), traktor sebagai sumber tenaga tarik dijalankan untuk menarik rangka piring tersebut dengan kecepatan maju yang telah ditetapkan. Pemotongan terjadi pada saat mata bajak piring atau garu piring tersebut mulai menyentuh tunggul tebu pada bak uji. Pengukuran torsi dilakukan secara berkelanjutan mulai sebelum pemotongan, selama pemo-tongan, dan setelah pemotongan dengan periode perekaman data setiap 0.01 detik. Pada saat piring mulai berputar maka terjadi perubahan secara mekanik pada poros piring. Perubahan sifat mekanik poros tersebut selanjutnya diindera oleh sensor strain gages yang kemudian diubah dalam bentuk sinyal listrik. Proses transmisi sinyal dilakukan melalui penggunaan slip ring yang berfungsi untuk menjaga agar kabel dari sensor tidak terlilit pada saat poros bajak piring berputar. Berikutnya, melalui bridge box sinyal tersebut diteruskan ke strain amplifier yang digunakan untuk membesarkan atau menguatkan sinyal dari sensor yang relatif masih kecil. Sinyal tersebut kemudian dikonversi ke dalam bentuk data digital oleh analog to digital converter (ADC). Akhirnya data yang terekam tersebut dapat diperagakan dan disimpan menggunakan seperangkat komputer untuk keperluan analisis data. Gambar 42 menunjukkan skema metode pengukuran torsi pada uji pengeprasan tunggul tebu menggunakan piring pengolah tanah yang diputar beserta diagram blok sistem penginderaan dan perekaman data.

16 52 STRAIN AMPLIFIER ANALOG TO DIGITAL CONVERTER SEPERANGKAT KOMPUTER BRIDGE BOX MOTOR LISTRIK PENGATUR DISK ANGLE KERANGKA SLIP RING TRAKTOR PENARIK STRAIN GAGES DONGKRAK ULIR BAJAK PIRING TUNGGUL TEBU RODA PENAHAN RODA BESI PONDASI DUDUKAN REL REL RODA GROUND Gambar 42 Skema metode pengukuran torsi pada uji pengeprasan tunggul tebu menggunakan piring pengolah tanah yang diputar beserta diagram blok sistem penginderaan dan perekaman data.

17 53 Metode Pengamatan Hasil Potongan Setiap uji pemotongan selesai dilakukan, berikutnya diamati mengenai jumlah dan posisi tunggul yang terpotong, diameter tungul, dan pecah tidaknya permukaan hasil potongan. Metode pengamatan jumlah dan posisi tunggul yang terpotong dilakukan dengan cara menggambarkan posisinya pada alur tanam dalam bak uji. Pengukuran diameter tunggul yang terpotong dilakukan menggunakan jangka sorong, sedangkan pengamatan pecah tidaknya hasil potongan dilakukan secara manual dan dengan kamera. Rumpun tebu tersebut kemudian dicabut dari posisinya dan diganti dengan rumpun tebu lainnya untuk uji pengeprasan berikutnya. Penggantian rumpun tebu dilakukan dengan cara mencabut penjepit tunggul tebu tersebut menggunakan pengait yang digerakkan oleh hidrolik traktor (Gambar 43). Rumpun tunggul tebu yang sudah tercabut selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan. Gambar 43 Pencabutan penjepit rumpun tunggul tebu dari bak uji menggunakan tenaga hidrolik traktor. Penanaman rumpun tebu yang telah dipotong dilakukan dengan cara menempatkan bagian akar rumpun tersebut dalam alur tanam pada lahan percobaan dengan kedalaman ± 20 cm. Rumpun tebu tersebut kemudian ditimbun atau ditutup dengan tanah hingga rata dengan permukaan tunggul tebu hasil uji pemotongan. Lahan yang digunakan terletak di Laboratorium lapang Leuwikopo, Darmaga dengan ukuran 6 x 10 m (60 m 2 ). Penanaman dilakukan mengarah ke barat dan timur dengan jarak tanam antar rumpun cm dan jarak pusat ke pusat 60 cm.

18 54 Perawatan dilakukan mengikuti perawatan standar yang diberikan di lahan PG Jatitujuh untuk tanaman keprasan, yakni sekali pemupukan pada saat tanaman setelah berumur satu bulan. Pembumbunan dilakukan hanya satu kali saat tebu berumur 1.5 bulan. Penyiangan sebanyak dua kali saat tanaman berumur satu bulan dan 2.5 bulan. Dosis pupuk standar yang digunakan untuk tanaman keprasan di PG Jatitujuh Cirebon adalah 8 kw per ha (0.08 kg m -2 ) dengan komposisi sebagai berikut: Urea 3 kw per ha, Za=1 kw per ha, Sp-36= 1.5 kw per ha, dan ZK + =2.5 kw per ha. Oleh karena lahan yang digunakan dalam percobaan memiliki luas sebesar 60 m 2, maka dosis pupuk yang digunakan adalah 4.8 kg dengan komposisi Urea = 1.8 kg, Za = 0.6 kg, Sp-36 = 0.9 kg, ZK + = 1.5 kg. Dalam pelaksanaannya, jenis ZK + digantikan oleh pupuk KCL, hal tersebut disebabkan sulitnya mendapatkan jenis pupuk ZK + di toko pertanian sekitar Darmaga. Jenis KCL dipilih dikarenakan antara kedua jenis pupuk tersebut memiliki bahan aktif yang sama, namun KCL memiliki unsur K yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ZK +. Pengamatan pertunasan dan pertumbuhan tunggul tebu yang mencakup jumlah tunas, tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi, panjang daun, dan lebar daun dilakukan pada saat tanaman keprasan berumur 4, 8, 12, dan 16 minggu setelah tanam (MST). Teknik Analisis Data Torsi Data torsi pengeprasan diperoleh melalui susbstitusi tegangan keluaran hasil pengukuran ke dalam persamaan kalibrasi (persamaan 29). Torsi pemotongan satu tunggul tebu (T PT ) adalah torsi keseluruhan pada saat pemotongan berlangsung (T KP ) dikurangi torsi untuk mengatasi gesekan dan beban pemutaran piring sebelum pemotongan (T SP ). Hal yang sama juga berlaku untuk torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu (T PR ), yakni: T PR = T T (30) KP SP Gaya hasil pengukuran pada pengeprasan rumpun tunggul tebu (F UR ) diperoleh dari T PR dibagi dengan radius (R) bajak piring yang digunakan. F UR tersebut kemudian digunakan sebagai pembanding (validasi) terhadap gaya

19 55 pengeprasan rumpun tunggul tebu yang diperoleh dari pendugaan menggunakan model matematika. Data torsi pemotongan untuk tiap kombinasi perlakuan ditentukan dengan cara merata-ratakan nilai torsi pemotongan maksimum yang terjadi pada tiap percobaan pengeprasan rumpun tunggul tebu yang terdiri atas empat rumpun. Rataan dari torsi maksimum tersebut kemudian digunakan sebagai data untuk menjelaskan efek parameter pemotongan terhadap torsi pengeprasan rumpun tunggul tebu menggunakan piring pengolah tanah yang diputar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Guludan dan Tunggul Tebu Sisa Panen Kondisi lahan di PG Jatitujuh setelah penebangan umumnya tertutup oleh serasah atau pucuk-pucuk tebu sisa pemanenan. Serasah tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat sebagai berikut. 1) Laboratorium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011. Tempat perancangan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian IPB. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : FERI F14103127 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F14104084 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR vii UJI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR Oleh : HAMZAH AJI SAPUTRO F14103078 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Kondisi Serasah dan Lahan Setelah Panen Tebu Berdasarkan hasil survey lapangan di PG. Subang, Jawa barat, permasalahan yang dihadapi setelah panen adalah menumpuknya sampah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium lapangan Leuwikopo jurusan Teknik Pertanian IPB. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Mekanika dan Fisika

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F141484 29 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR vii UJI KINERJA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN

IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN IV. PERANCANGANDAN PEMBUATAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN SLIP RODA DAN KECEPATAN 4.1. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk

Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk LAMPIRAN 49 50 Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Massa Jenis Pupuk 1. Timbang berat piknometer dan air (ma). 2. Hitung suhu air. 3. Haluskan pupuk dan masukkan ke dalam piknometer. 4. Timbang berat piknometer,

Lebih terperinci

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING LISYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 7 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumputrumputan (Gramineae) yang merupakan tanaman untuk bahan baku gula. Batang tanaman tebu memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A.WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Juni 2010. Desain pembuatan prototipe, uji fungsional dan uji kinerja dilaksanakan di Bengkel

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN.. DYNAMOMETER TIPE REM CAKERAM HASIL RANCANGAN Dynamometer adalah alat untuk mengukur gaya dan torsi. Dengan torsi dan putaran yang dihasilkan sebuah mesin dapat dihitung kekuatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik

Lebih terperinci

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING

EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING EVALUASI PARAMETER DESAIN PIRING PENGOLAH TANAH DIPUTAR UNTUK PENGEPRAS TEBU LAHAN KERING LISYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 0 0 7 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah LAMPIRAN 84 85 Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah 1. Aliran Massa Serasah Tebu 3 a. Bulk Density serasah tebu di lahan, ρ lahan = 7.71 kg/m b. Kecepatan maju mesin, Vmesin = 0.3 m/s c. Luas penampang

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dimulai bulan Agustus 2010 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu (1)

Lebih terperinci

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH

UJI KUAT GESER LANGSUNG TANAH PRAKTIKUM 02 : Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan terdrainase SNI 2813:2008 2.1 TUJUAN PRAKTIKUM Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian laboratorium geser

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI Dari definisi permasalahan yang ada pada masing-masing mekanisme pengendali, beberapa alternatif rancangan dibuat untuk kemudian dipilih dan

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram Desrial 1), Y. Aris Purwanto 1) dan Ahmad S. Hasibuan 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB. Email: desrial@ipb.ac.id, Tlp.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Tempat dan Waktu. 4.2 Bahan dan Alat. 4.3 Metode

METODE PENELITIAN. 4.1 Tempat dan Waktu. 4.2 Bahan dan Alat. 4.3 Metode IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2011 di Lab. Instrumentasi dan Kontrol, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

Arzal Bili 1, Syafriandi 1, Mustaqimah 2 Program Studi Teknik pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Arzal Bili 1, Syafriandi 1, Mustaqimah 2 Program Studi Teknik pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Pengaruh Kedalaman Keprasan Tebu dengan Menggunakan Mesin Kepras Traktor Roda Dua Terhadap Kualitas Keprasan dan Pertumbuhan Tunas Effect of Stubble Cane Cutting Depth by Using Cutting Machine Two Wheel

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG KABEL ROBOTIK TIPE WORM GEAR RANCAN BANUN ALAT PEMOTON KABEL ROBOTIK TIPE WORM EAR Estiko Rijanto Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI Kompleks LIPI edung 0, Jl. Cisitu No.1/154D, Bandung 40135, Tel: 0-50-3055;

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016 KINERJA UNIT PEMOTONG SERASAH TEBU TIPE REEL

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 2, September 2016 KINERJA UNIT PEMOTONG SERASAH TEBU TIPE REEL KINERJA UNIT PEMOTONG SERASAH TEBU TIPE REEL Performance of Sugarcane Trash Cutting Unit with Reel Type Cutter Wahyu K Sugandi 1,*), Radite P A Setiawan 2, Wawan Hermawan 2 1 Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F

KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING. Oleh : ARI SEMBODO F KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH UNTUK BUDIDAYA TEBU LAHAN KERING Oleh : ARI SEMBODO F14101098 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR KINERJA DITCHER DENGAN PENGERUK TANAH

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah METODE PENELITIAN A. Rangkaian kegiatan Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah b. Pengolahan tanah c. Pesemaian d. Penanaman dan uji performansi

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan

PENDEKATAN RANCANGAN. Kriteria Perancangan IV PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototype produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD Dalam tugas akhir ini, peneliti melakukan analisa dinamik connecting rod. Geometri connecting rod sepeda motor yang dianalisis berdasarkan

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi

Lely Etika Sari ( ) Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI MASSA BANDUL TERHADAP POLA GERAK BANDUL DAN VOLTASE BANGKITAN GENERATOR PADA SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBAN LAUT SISTEM BANDUL KONIS Lely Etika Sari (2107100088)

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

3. METODOLOGI PENELITIAN. Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Persiapan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Desember 2011. Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua bagian,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 80 BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang dianggap sesuai dengan dimensi ukuran sesungguhnya dengan jarak antar partikel penyusunnya tetap. Ketika benda tegar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung pada bulan September 2012 sampai dengan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate IV. ANALISA PERANCANGAN Alat tanam jagung ini menggunakan aki sebagai sumber tenaga penggerak elektronika dan tenaga manusia sebagai penggerak alat. Alat ini direncanakan menggunakan jarak tanam 80 x 20

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Alat Penelitian Bahan Penelitian

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Alat Penelitian Bahan Penelitian METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2005 sampai dengan bulan Juli 2006. Identifikasi masalah dilaksanakan di kebun tebu dan divisi teknik Pabrik Gula Jatitujuh,

Lebih terperinci