POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER MARIA DEWI RAHAYU SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER MARIA DEWI RAHAYU SKRIPSI"

Transkripsi

1 POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER KASUS PADA KELUARGA ETNIS MINANG, JAWA DAN BATAK DI KELURAHAN SUKAJADI, KECAMATAN DUMAI TIMUR, KOTA DUMAI, PROVINSI RIAU MARIA DEWI RAHAYU I SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOBOR 2009

2 RINGKASAN MARIA DEWI RAHAYU. Pola Asuh Anak Ditinjau dari Aspek Relasi Gender Kasus pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau, di bawah bimbingan SITI AMANAH Keluarga merupakan unit kesatuan sosial terkecil yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina anggota-anggotanya. Setiap anggota dari suatu keluarga dituntut untuk mampu dan terampil dalam menanamkan peranan sesuai dengan kedudukannya. Proses pengasuhan diterima oleh anak dalam institusi ini. Latar belakang budaya orangtua tentu akan mempengaruhi bentuk pengasuhan yang diberikan kepada anak. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pola asuh anak yang ada dalam keluarga migran khususnya etnis Minang, Jawa dan Batak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi orangtua terhadap nilai anak pada keluarga etnis Jawa, Minang dan Batak, mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan pola asuh anak dalam keluarga etnis Jawa, Minang dan Batak, serta menganalisis relasi gender dalam keluarga etnis Jawa, Minang dan Batak dan hubungannya dengan pembentukan karakter anak. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Populasi penelitian adalah seluruh keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak yang bertempat tinggal di RT 21, 22 dan 23 Kelurahan Sukajadi. Melalui hasil perhitungan, jumlah keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 100 keluarga, yang terdiri dari 52 keluarga etnis Minang, 14 keluarga etnis Jawa dan 34 keluarga etnis Batak. Pengambilan sampel dilakukan dalam metode stratified random sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pengolahan data dilakukan mulai dari verifikasi kuesioner, selanjutnya dibuat tabulasi silang, kemudian diolah menggunakan statistika deskriptif, distribusi frekuensi dan pengujian hubungan. Analisis hubungan menggunakan pengujian Rank Spearman dan Uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada persepsi nilai psikologis anak, secara umum tidak terdapat perbedaan rata-rata untuk pernyataan anak dapat memperkuat kasih sayang antara suami dan istri, anak perempuan akan lebih memperhatikan orangtua di masa datang dan anak dapat menimbulkan stres pada orangtua. Pada persepsi nilai sosial anak, secara umum tidak terdapat perbedaan rata-rata untuk pernyataan bahwa anak yang terdidik dengan baik akan menimbulkan penghargaan dari masyarakat, baik anak laki-laki atau perempuan diharapkan dapat meningkatkan status sosial keluarga dan anak laki-laki atau perempuan diharapkan dapat meneruskan nilai-nilai yang dijunjung tinggi di dalam keluarga. Pada persepsi nilai ekonomi anak, secara umum tidak terdapat perbedaan rata-rata untuk pernyataan bahwa anak perempuan tidak berkewajiban memberikan bantuan ekonomi di hari tua, hanya anak laki-laki yang diharapkan membantu menyekolahkan adik-adiknya, anak perempuan diajarkan untuk dapat membantu dalam pekerjaan rumah tangga sejak kecil sedangkan anak laki-laki

3 tidak, anak laki-laki tidak perlu turut membantu dalam mengerjakan urusan rumah tangga dan anak laki-laki harus diasuh/diperhatikan lebih baik daripada anak perempuan. Pada keluarga etnis Minang, faktor peran media massa dan pola komunikasi dalam keluarga paling berhubungan positif dengan pola asuh anak. Pada keluarga etnis Jawa, faktor lingkungan fisik dan peran lembaga keagamaan yang berhubungan positif dengan pola asuh anak. Pada keluarga etnis Batak, lingkungan sosial, media massa dan pola komunikasi dalam keluarga yang berhubungan nyata positif dengan pola asuh anak. Media massa dan pola komunikasi dalam keluarga terlihat memiliki hubungan dengan pola asuh anak. Hal ini disebabkan karena hampir seluruh responden baik dari keluarga etnis Minang, Jawa maupun Batak yang memiliki akses terhadap media massa khususnya televisi yang kemudian mempengaruhi pola komunikasi dalam keluarga khususnya antara orangtua dan anak dalam keluarga. Pada aspek relasi gender dalam keluarga, terlihat bahwa sektor produktif tidak hanya milik laki-laki saja. Perempuan, dalam hal ini adalah istri juga terlibat dalam sektor produktif baik pada keluarga etnis Minang, Jawa maupun Batak. Anak laki-laki maupun perempuan yang telah dewasa dan belum menikah juga turut membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja. Jam kerja lakilaki di luar rumah tetap lebih besar daripada jam kerja perempuan. Laki-laki ratarata menghabiskan 8 jam per hari untuk bekerja di luar rumah, sedangkan perempuan hanya berkisar antara 5-6 jam per hari. Berkaitan dengan sektor reproduktif, perempuan masih tetap memegang peran yang dominan meskipun laki-laki juga turut terlibat dalam beberapa hal. Peran laki-laki dalam sektor reproduktif bukanlah sesuatu hal yang mutlak dan wajib sifatnya. Peran laki-laki dan perempuan dalam aktivitas sosial adalah seimbang. Keduanya memiliki hak yang sama untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya asal tidak melupakan tanggung jawab dalam keluarga. Meskipun demikian, tidak ditemukan adanya organisasi atau perkumpulan bagi laki-laki di lokasi penelitian. Laki-laki biasanya berinteraksi dengan tetangga atau dengan teman sekerjanya. Anak, baik laki-laki maupun perempuan diberi hak untuk berinteraksi dengan teman sebayanya dengan tidak mengabaikan tugas dan kewajiban anak dalam keluarga. Tugas pengasuhan anak masih dominan dilakukan oleh istri. Suami hanya terlibat dalam tugas pengasuhan yang bersifat fisik saja. Secara umum pola asuh anak dalam keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak tidak berbeda. Perbedaan terlihat jika dikaitkan dengan nilai anak, dimana dalam keluarga Batak masih cenderung mengganggap anak laki-laki lebih bernilai ekonomi sedangkan keluarga Minang dan Jawa cenderung netral.

4 POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER KASUS PADA KELUARGA ETNIS MINANG, JAWA DAN BATAK DI KELURAHAN SUKAJADI, KECAMATAN DUMAI TIMUR, KOTA DUMAI, PROVINSI RIAU MARIA DEWI RAHAYU I SKRIPSI Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOBOR 2009

5 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun: Nama NRP Judul : Maria Dewi Rahayu : I : Pola Asuh Anak Ditinjau dari Aspek Relasi Gender (Kasus pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau) Dapat diterima sebagai syarat menerima gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir Siti Amanah, M.Sc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Lala M. Kolopaking, MS NIP Tanggal Pengesahan :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER KASUS KELUARGA ETNIS MINANG, JAWA, DAN BATAK DI KELURAHAN SUKAJADI, KECAMATAN DUMAI TIMUR, KOTA DUMAI, PROVINSI RIAU BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIANLAH PERNYATAAN INI SAYA BUAT SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG-JAWABKAN PERNYATAAN INI. Bogor, Agustus 2009 Maria Dewi Rahayu I

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Muntilan, tanggal 13 Juni 1988 sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Ayah Yosef Tukan dan Ibu Tatiana Tri Sunarti. Penulis menyelesaikan pendidikan SMU di Sekolah Menengah Umum Katolik Santo Tarcisius dan lulus pada tahun Pada masa pendidikan di SMU, penulis aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sekaligus pernah menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS pada periode dan menjabat sebagai Ketua OSIS pada periode Penulis juga aktif mengikuti kegiatan Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), English Debating Club dan menjabat sebagai anggota divisi Olahraga dan Seni dalam Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Kota Dumai (HIPEMA-KD). Pada tahun 2005, penulis mendapatkan kesempatan untuk belajar di Institut Pertanian Bogor melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) dari Pemerintah Daerah Kota Dumai, Provinsi Riau. Penulis kemudian memilih mayor Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dengan minor Perkembangan Anak dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah, penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai Bendahara Divisi Kerohanian Keluarga Mahasiswa Katolik, Institut Pertanian Bogor periode , Anggota dan Bendahara Koor Mahasiswa Katolik Institut Pertanian Bogor, Bendahara Divisi Kesekretariatan Paduan Suara Mahasiswa Agriaswara, Institut Pertanian Bogor periode , dan aktif sebagai anggota Paduan Suara Mahasiswa Agriaswara IPB. Bersama Agriaswara, penulis pernah meraih prestasi saat mengikuti Festival Paduan Suara Institut Teknologi Bandung (FPS-ITB) ke XXI di Bandung pada tanggal Agustus 2008 dan berhasil meraih Gold Medal untuk kategori Female Choir dan Silver Medal untuk kategori Mixed Choir.

8 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Bapa yang Maha Mulia untuk segala kasih karunia-nya sehingga penulisan skripsi ini telah berhasil diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Ir. Siti Amanah M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah begitu baik dan sabar membimbing mulai dari penyusunan Studi Pustaka, proposal penelitian hingga skripsi ini. Terimakasih untuk segala saran dan masukan yang diberikan. 2. Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni MS selaku dosen penguji utama dan Ir. Anna Fatchiya, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen dalam ujian sidang skripsi. Terimakasih atas saran dan masukan yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Papa Yosef Tukan, Mama Tatiana, Sinyo Alexander dan semua keluarga besar dimanapun berada yang selalu mendoakan dan senantiasa mendukung baik secara moral maupun materiil dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Pemerintah Daerah Kota Dumai atas kesempatan yang diberikan untuk mengeyam pendidikan di Institut Pertanian Bogor. 5. Bapak Tammy Arthadinata selaku Lurah Sukajadi atas bantuan dan informasi yang banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Eti, Bapak Kateni dan Bapak Hidir Rambe selaku Ketua RT 21, 22 dan 23 Kelurahan Sukajadi yang banyak membantu selama proses pengumpulan data di lapangan. 7. Tubagus dan Lidia, teman satu bimbingan yang senantiasa menyemangati dan mendukung. 8. Keluarga kedua di Ananda (khususnya Mellisa, Rina, Agnes, Debbie, Kamalita, Devina, Tetty, Eleven, Devi, Hilaria, Pesta, Mei Cing, dan Evi) yang senantiasa memberikan perhatian, keceriaan dan semangat. 9. Teman-teman di Agriaswara, khususnya teman-teman My Luna (Gladys, Melvin, Bhaskoro, Nancy, Hafiz, Steffanus, Max) dan teman-

9 teman Soprano, Alto, Tenor dan Bass lainnya, yang selalu menyemangati dan memberi dukungan. 10. Teman-teman KPM 42 yang selama ini bersama-sama menjalani kehidupan perkuliahan, khususnya Wagner, Virgin, Anda, Sihol, Mulia, Nando, Sinta, Puty, Metri, Alwin; juga teman-teman KPM 43 dan Seluruh dosen dan staf pengajar di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang begitu banyak memberikan ilmu dan pengetahuan. 12. Teman-teman selama di empat tahun kuliah di IPB, teman-teman BUD Kota Dumai, dan teman-teman SMU (khususnya Clara, Heri, Dian, Silvia, Farindra, Joendri, Vera) yang banyak membantu dan mendukung selama ini. 13. Guru-guru SMU Santo Tarcisius Dumai yang senantiasa mendukung dan menyemangati. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara tidak langsung membantu saya dalam proses penyusunan skripsi ini.

10 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk segala kasih karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul Pola Asuh Anak Ditinjau dari Aspek Relasi Gender (Kasus pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai). Tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk mengetahui persepsi orangtua terhadap nilai anak pada keluarga migran dari etnis Jawa, Minang dan Batak, mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan pola asuh anak dalam keluarga migran etnis Jawa, Minang dan Batak, serta menganalisis relasi gender dalam keluarga migran etnis Jawa, Minang dan Batak dan hubungannya dengan pembentukan karakter anak. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih banyak keterbatasan, kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk membantu proses penyempurnaan skripsi ini. Bogor, Agustus 2009 Penulis

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Definisi dan Fungsi Keluarga Konsep Pengasuhan Anak dan Nilai Anak dalam Keluarga Relasi Gender dalam Keluarga Relasi Gender dalam Pengasuhan Anak Karakteristik Keluarga Etnis Minang Jawa dan Batak Kerangka Pemikiran Definisi Operasional Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pemilihan Responden Teknik Pengumpulan Data Validitas Instrumen Penelitian Teknik Analisis Data IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian... 32

12 Halaman Kondisi Umum Kelurahan Sukajadi, Kota Dumai Sarana dan Prasarana Kependudukan dan Kondisi Sosial Ekonomi Karakteristik Responden Penelitian Usia Tingkat Pendidikan Pekerjaan Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Kepemilikan Aset dalam Keluarga Pola Konsumsi Pangan V. PERSEPSI NILAI ANAK PADA KELUARGA ETNIS MINANG, JAWA DAN BATAK 5.1 Nilai Psikologis Anak pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Nilai Sosial Anak pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Nilai Ekonomi Anak pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak VI. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA ASUH ANAK PADA KELUARGA ETNIS MINANG, JAWA DAN BATAK 6.1 Keluarga Etnis Minang Keluarga Etnis Jawa Keluarga Etnis Batak VII. RELASI GENDER DAN POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA ETNIS MINANG, JAWA DAN BATAK 7.1 Keluarga Etnis Minang Pembagian Kerja dan Curahan Waktu Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga Keluarga Etnis Jawa Pembagian Kerja dan Curahan Waktu Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga Keluarga Etnis Batak... 71

13 Halaman Pembagian Kerja dan Curahan Waktu Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 81

14 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Kecamatan di Kota Dumai dan Luas Wilayahnya Sarana Peribadatan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur Sarana Pendidikan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur Jenis Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur Jenis Industri dan Jumlah Tenaga Kerja yang Dipekerjakan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur Sebaran Responden Etnis Minang, Jawa dan Batak Sebaran Tingkat Pendidikan Formal Kepala Keluarga (KK) dari Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pengeluaran untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pengeluaran untuk Memenuhi Kebutuhan Non Pangan pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Rasio Kepemilikan Aset pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Distribusi Frekuensi Makan/hari pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Distribusi Frekuensi Makan Daging, Ikan dan Telur/minggu pada Keluarga Etnis Minang Distribusi Frekuensi Makan Daging, Ikan dan Telur/minggu pada Keluarga Etnis Jawa Distribusi Frekuensi Makan Daging, Ikan dan Telur/minggu pada Keluarga Etnis Batak... 43

15 Halaman 15. Skor Rata-rata Nilai Psikologi Anak (Pernyataan yang Bersifat Umum) pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Skor Rata-rata Nilai Psikologi Anak (Pernyataan yang Bersifat Gender) pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Skor Rata-rata Nilai Sosial Anak (Pernyataan yang Bersifat Umum) pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Skor Rata-rata Nilai Sosial Anak (Pernyataan yang Bersifat Gender) pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Skor Rata-rata Nilai Ekonomi Anak (Pernyataan yang Bersifat Umum) pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Skor Rata-rata Nilai Ekonomi Anak (Pernyataan yang Bersifat Gender) pada Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Aktivitas Produksi, Reproduksi dan Sosial pada Keluarga Etnis Minang Aktivitas Produksi, Reproduksi dan Sosial pada Keluarga Etnis Jawa Aktivitas Produksi, Reproduksi dan Sosial pada Keluarga Etnis Batak... 72

16 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Kuesioner Penelitian Hasil Uji ANOVA untuk Persepsi Nilai Psikologis Anak Hasil Uji ANOVA untuk Persepsi Nilai Sosial Anak Hasil Uji ANOVA untuk Persepsi Nilai Ekonomi Anak Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Keluarga Etnis Minang Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Keluarga Etnis Jawa Hasil Uji Korelasi Rank Spearman untuk Keluarga Etnis Batak Dokumentasi... 96

17 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan. Keberhasilan seorang anak dalam hubungan sosialnya tergantung dari pola pengasuhan yang diterapkan orangtua dalam keluarga. Pada umumnya pengasuhan diwujudkan dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, dan membimbing anak. Pola asuh anak antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya berbeda-beda. Sa diyyah (1998) mengemukakan bahwa pola pengasuhan anak dalam sebuah keluarga dipengaruhi oleh umur Kepala Keluarga (KK) dan istri, usia saat menikah, status pekerjaan istri, jenis pekerjaan utama, besarnya keluarga, pendapatan keluarga, usia anak, jenis kelamin anak dan nomor urut anak dalam keluarga. Hasil penelitian Siregar (2003) pada keluarga migran di salah satu kelurahan di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor menunjukkan bahwa interaksi keluarga dengan masyarakat setempat akan mempengaruhi pola sosialisasi anak dalam hal penggunaan bahasa. Gunarsa dan Gunarsa (1991) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan orangtua akan berpengaruh terhadap cara, pola dan kerangka berfikir, persepsi, pemahaman dan kepribadian orangtua tersebut yang secara langsung atau tidak akan mempengaruhi pola komunikasi antara orangtua dan anak dalam lingkungan keluarga. Seorang anak di sebuah keluarga akan diasuh menurut nilai budaya dan agama yang diyakini oleh kedua orangtuanya. Proses sosialisasi nilai budaya dan agama tersebut dapat dilakukan melalui komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal antara orangtua dan anak. Pikunas (1976) seperti yang dikutip oleh Hastuti (2008) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses belajar untuk mengenali nilai-nilai dan ekspetansi kelompok, dan meningkatkan kemampuan untuk mengikutinya (conform). Penelitian Hernawati (2002) juga mengungkapkan bahwa persepsi dan harapan orangtua tentang perkembangan anak berbeda secara nyata menurut budaya. Pada etnis Jawa di Indonesia yang menganut budaya kolektivistik,

18 seorang anak dalam keluarga Jawa yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah dibutuhkan kontribusinya dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga. Pada keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, anak dipandang sebagai simbol martabat sebuah keluarga. Keduanya menganggap anak menentukan masa depan keluarga. Berbeda dengan di Amerika Serikat yang menganut budaya individualistik, dimana seorang anak tidak dianggap sebagai masa depan kedua orangtuanya. Pola asuh anak dalam sebuah keluarga juga berkaitan erat dengan pola komunikasi dan relasi gender di dalamnya. Pada keluarga-keluarga yang tanggung jawab ekonominya sepenuhnya dilakukan oleh ayah (suami) maka peran ibu dalam mengasuh anak-anak sangatlah dominan. Pada kasus semacam ini, ibu berperan penuh dalam sektor domestik dan ayah hanya mengurusi sektor produktif yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan materi keluarga tersebut. Pola pengasuhan yang diterapkan akan berbeda jika dalam sebuah keluarga ibu juga ikut mengurusi sektor produktif dan sektor domestik sekaligus atau yang disebut mengalami peran ganda. Lingkungan tempat tinggal juga dapat mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orangtua pada anak-anaknya. Situasi lingkungan tempat tinggal yang kondusif akan mendorong orangtua untuk memberikan pengasuhan yang baik bagi anak. Sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif cenderung akan mengakibatkan orangtua tidak terlalu memperhatikan aspek-aspek penting dalam pengasuhan. Pengaruh lingkungan sosial terhadap perkembangan anak mencakup faktor-faktor resiko dan faktor-faktor yang melindungi (protective and risk factors). Faktor resiko merupakan variabel-variabel yang berhubungan secara signifikan terhadap kegagalan pertumbuhan seorang anak, sedangkan faktor yang melindungi adalah kondisi yang berhubungan positif terhadap keberhasilan perkembangan anak meskipun terjadi peningkatan faktor resiko yang harus dihadapi (Alfiasari, 2008, p.5) Cole (1993) dalam Brooks (1997) seperti yang dikutip oleh Alfiasari (2008) mengidentifikasi faktor resiko yang secara umum menyebabkan kegagalan perkembangan seorang anak, yang mana dalam jangka pendek akan menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan, kegagalan pertumbuhan, kegagalan perkembangan

19 kognitif, dan juga kegagalan perkembangan sosial pada anak. Faktor resiko yang dimaksud antara lain (1) faktor ekologi yang mencakup lingkungan pertetanggan yang tidak nyaman dan aman, ketidakadilan yang muncul akibat perbedaan ras/suku/etnik, komunitas yang sebagian besar anggotanya adalah pengangguran, dan kemiskinan yang ekstrim yang terjadi dalam komunitas; (2) keadaan keluarga yang mencakup rendahnya kelas sosial, konflik keluarga, gangguan mental yang ada dalam keluarga, jumlah anggota keluarga yang besar, rendahnya emotional bonding antara anak dan orangtua, perpecahan keluarga, dan adanya penyimpangan dalam komunikasi di dalam keluarga. Merujuk pada konsep tersebut, lingkungan pemukimam kumuh (slum area) termasuk salah satu lingkungan tempat tinggal yang tidak kondusif bagi pembentukan karakter anak. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi sosial demografis di kawasan kumuh seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya. Tumbuhnya kawasan kumuh terjadi karena tidak terbendungnya arus urbanisasi. Perkotaan selalu menjadi tempat yang menarik bagi banyak orang. Daerah perkotaan, khususnya kota besar dan kota yang sedang berkembang, memiliki faktor penarik bagi kaum pendatang dari luar kota. Anggapan bahwa di perkotaan tersedia banyak lapangan pekerjaan, berbagai fasilitas pendidikan dan rekreasi serta tingkat budaya yang lebih tinggi menyebabkan banyak orang tertarik untuk bermigrasi ke kota. Kawasan pemukiman kumuh sudah banyak ditemui di kotakota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Bogor. Saat ini, di luar Pulau Jawa juga semakin banyak ditemui kawasan pemukiman kumuh khususnya di kota yang sedang berkembang. Kota Dumai, Provinsi Riau termasuk salah satu contohnya. Salioso (2003) menyatakan bahwa Kota Dumai dirancang untuk menjadi Pusat Pelayanan Industri dan Jasa di Pantai Timur Sumatera pada tahun Peluang ini tentunya tidak disia-siakan oleh para pencari kerja yang kemudian mencoba peruntungannya dengan melakukan migrasi ke Kota Dumai. Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Riau tahun 2007 menunjukkan bahwa penduduk Kota Dumai berjumlah jiwa.

20 Meningkatnya jumlah pendatang ke Kota Dumai dapat membawa dampak pada munculnya kawasan pemukiman kumuh (slum area). Data dari Bappeda Kota Dumai pada tahun 2000 menunjukkan bahwa dari 32 kelurahan yang ada di Kota Dumai, kawasan kumuh terdapat di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Dumai Barat (Kelurahan Pangkalan Sesai dan Kelurahan Rimba Sekampung) dan Dumai Timur (Keluarahan Teluk Binjai dan Kelurahan Sukajadi). Penduduk yang bermukim di kawasan tersebut rata-rata bekerja di sektor informal. Tata letak bangunan di kawasan tersebut tidak teratur, kepadatan penduduk sedang hingga tinggi, kerapatan bangunan sedang hingga tinggi, fasilitas dan sarana umum kurang memadai, dan rawan bencana terutama banjir, kebakaran dan penyakit. Kawasan pemukiman kumuh tersebut hingga saat ini masih ditemui di Kota Dumai. Atas dasar itulah, maka diteliti pola asuh anak dalam keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak yang tinggal di Kelurahan Sukajadi. Kelurahan ini berbatasan langsung dengan daerah bantaran sungai Dumai. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi orangtua terhadap nilai anak dalam keluarga etnis Jawa, Minang dan Batak yang tinggal di kawasan tersebut. Relasi gender dalam pengasuhan anak di keluarga tersebut juga dikaji untuk melihat peran masing-masing pihak dalam pengasuhan dan kaitannya dengan pembentukan karakter anak. 1.2 Masalah Penelitian Penduduk Kelurahan Sukajadi terdiri dari bermacam-macam etnis dan latar belakang budaya seperti Minang, Jawa, Batak dan Melayu. Pola hidup penduduk yang beragam etnis tersebut biasanya sudah diadaptasi dengan kebudayaan setempat sehingga nilai-nilai budaya asal mungkin tidak lagi kental. Suami dan istri dalam biasanya akan sama-sama bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tentu dapat ditemukan adanya pembagian kerja yang sedemikian rupa antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga tersebut, termasuk dalam hal pengasuhan anak. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan persepsi orangtua terhadap nilai anak dalam keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak?

21 2. Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan penerapan pola asuh anak dalam keluarga keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak? 3. Bagaimana relasi gender dalam keluarga dalam kaitannya dengan pola asuh anak pada keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menjelaskan persepsi orangtua terhadap nilai anak pada keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan pola asuh anak dalam keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak. 3. Menganalisis relasi gender dalam keluarga etnis Minang, Jawa dan Batak dan hubungannya dengan pola asuh anak. 1.4 Kegunaan Penelitian Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya pemahaman tentang konsep pengasuhan anak dalam keluarga. Melalui penelitian ini dapat diperoleh informasi mengenai keberagaman pola asuh anak dari latar belakang budaya orangtua yang beragam. Temuan penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah setempat untuk mengembangkan pendekatan kualitas anak dan relasi gender yang harmonis dalam keluarga.

22 II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Definisi dan Fungsi Keluarga Keluarga merupakan unit kesatuan sosial terkecil yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina anggota-anggotanya. Setiap anggota dari suatu keluarga dituntut untuk mampu dan terampil dalam menanamkan peranan sesuai dengan kedudukannya. Pada dasarnya, keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. Keluarga ini dapat dikategorikan lagi menjadi keluarga inti yang tidak lengkap yang terdiri atas ayah dan anak-anaknya atau ibu dan anakanaknya, serta pasangan yang baru menikah atau tidak punya anak (Kerangka TOR, 1994 dalam Ritonga et al, 1996). Keluarga luas adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti senior dan junior baik karena ikatan darah, perkawinan maupun adopsi. Hartoyo (1967) seperti yang dikutip dalam Ritonga et al, (1996) menyatakan bahwa dalam pengertian yang lebih luas, keluarga merupakan lembaga sosial yang terkecil dari masyarakat yang terdiri dari sekelompok manusia yang hidup bersama dengan adanya ikatan perkawinan, hubungan darah dan adopsi. Keluarga sebagai institusi primer merupakan tempat pertama dan utama bagi anak sebelum mengenal lingkungan luar. W. Bennet dalam Hastuti (2008) menyatakan bahwa keluarga adalah tempat paling efektif dimana seseorang anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan bagi hidupnya, dan bahwa kondisi biologis, psikologis dan pendidikan serta kesejahteraan seorang anak amat tergantung pada keluarga. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Secara prinsip keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas dua orang atau lebih, adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga,

23 berinteraksi diantara sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan. Fungsi keluarga dapat bermakna ganda, yaitu fungsi keluarga terhadap masyarakat dan fungsi keluarga terhadap individu anggotanya. Horton dan Hunt menyebutkan beberapa fungsi keluarga yaitu fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi (Tangdilintin, 1996:49) Konsep Pengasuhan Anak dan Nilai Anak dalam Keluarga Keluarga merupakan lembaga yang melaksanakan tugas pengasuhan pada anak. Hastuti (2008) mengemukakan bahwa pengasuhan kerap didefinisikan sebagai cara mengasuh anak mencakup pengalaman, keahlian, kualitas dan tanggung jawab yang dilakukan orangtua dalam mendidik dan merawat anak, sehingga anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia berada atau tinggal. Tugas pengasuhan ini umumnya dilakukan oleh ayah dan ibu (orangtua biologis anak), namun bila orangtua biologisnya tidak mampu melakukan tugas ini, maka tugas ini diambil alih oleh kerabat dekat termasuk kakak, kakek dan nenek, orangtua angkat atau oleh institusi pengasuhan sebagai alternative care. Tugas pengasuhan bukan hanya kegiatan memenuhi kebutuhan fisik anak seperti sandang, pangan dan papan. Tugas pengasuhan juga mencakup pemenuhan kebutuhan psikis anak dan pemberian stimulasi untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal. Beberapa aspek dalam pola pengasuhan yaitu mencakup pola asuh makan, pola asuh hidup sehat, pola asuh akademik atau intelektual, pola asuh sosial emosi serta pola asuh moral dan spiritual (Hastuti, 2008:76). Menurut Satoto (1990); Zeitlin, Collet, Megawangi dan Babatunde (1992) seperti yang dikutip oleh Hastuti (2008), diperlukan dua faktor yang saling berkaitan dalam pengasuhan yaitu interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan pemberian stimulasi 1. 1 Anak adalah sebagai penerima stimulus dari orang dewasa di sekitar kehidupan anak. Stimulus positiflah yang diharapkan berlangsung selama pengasuhan, misalnya dengan mensosialisasikan

24 Penelitian yang dilakukan oleh Sa adiyyah (1998) pada keluarga etnik Jawa dan Minang yang tinggal di desa dan kota menemukan fakta bahwa anak yang tinggal di kota lebih banyak menerima stimulasi dari orangtuanya dibandingkan dengan anak yang tinggal di desa. Hal ini dipengaruhi oleh nomor urut anak, pendidikan orangtua dan pendapatan keluarga. Semakin besar nomor urut anak dan pendapatan keluarga, serta semakin tinggi pendidikan orangtua cenderung akan menyebabkan semakin banyaknya stimulasi yang diterima anak. Jadi, faktor karakteristik anak dan kondisi ekonomi serta pendidikan orangtua mempengaruhi pemberian stimulasi pada anak. Faktor ketidaklengkapan anggota keluarga juga kemudian mempengaruhi pola pengasuhan anak yang dilakukan dalam keluarga tersebut yang juga akan mengakibatkan kurangnya stimulasi yang diterima anak. Rohman (1995) melakukan penelitian pada anak dari keluarga miskin di daerah ledok lereng sungai Gajahwong di dusun Papringan dan Caturtunggal, Depok, Sleman. Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa selain faktor ekonomi, faktor keadaan kehidupan keluarga juga mempengaruhi pola pengasuhan anak dalam keluarga tersebut. Pada kedua daerah penelitian, ditemukan bahwa banyak sekali keluarga yang tidak lengkap struktur keluarganya, namun di sisi lain juga ditemukan keluarga yang terlalu banyak anggota keluarganya. Jika dalam suatu keluarga tidak ditemukan peran seorang ibu maka peran ayah akan menonjol, demikian pula sebaliknya. Ketimpangan peran yang terlihat di sini dapat mempengaruhi penanaman konsep identitas gender pada anak dan berujung pada kualitas anak yang terbentuk. Menurut Joshi dan MacClean (1997) seperti yang dikutip dalam Putri (2006), nilai anak merupakan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak berdasarkan potensi yang dimiliki anak. Lebih lanjut mereka mengungkapkan bahwa persepsi dan harapan orangtua tentang perkembangan anak berbeda secara nyata menurut budaya (Hernawati, 2002). Becker (1995) seperti yang dikutip oleh Hernawati (2002) mengemukakan bahwa anak dipandang sebagai sumberdaya yang sangat berharga dan tahan lama. Secara alami anak memiliki nilai psikis dan kata-kata positif yang diperdengarkan kepada anak sejak masih kecil, mengajarkan anak tentang suatu konsep, mensosialisasika tentang peraturan dan sebagainya.

25 nilai materi sehingga orangtua menganggap anak merupakan nilai investasi di masa depan yang efisien. Investasi pada anak diwujudkan dengan pengasuhan yang baik, perawatan, sekolah dan pemenuhan makan anak yang baik. Penilaian orangtua akan mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya akan mempengaruhi penilaian anak terhadap orangtua. Pada dasarnya hubungan orangtua dengan anak bergantung kepada penilaian orangtua (Hurlock, 1997). Latar belakang sosial yang berbeda tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan, menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak (Siregar, 2003). Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Siregar (2003) juga menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang tua adalah merupakan tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar Relasi Gender dalam Keluarga Konsep kedudukan atau status dalam lingkup ilmu sosiologi dapat diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka seseorang tersebut dapat dikatakan telah menjalani suatu peranan (Prasodjo dan Pandjaitan, 2003:74). Status dan peranan antara laki-laki dan perempuan seringkali menjadi bahan perdebatan yang masih terus dibahas. Pada kondisi normatif, laki-laki dan perempuan mempunyai status atau kedudukan dan peranan (hak dan kewajiban) yang sama. Pembedaan diantara keduanya dibentuk oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Norma sosial dan nilai budaya tersebut menciptakan status dan peranan perempuan hanya sebatas sektor domestik saja. Perempuan memiliki status sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan semua pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga dan laki-laki

26 ditempatkan di sektor produksi dan berstatus sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai pencari nafkah utama (Sudarta, 2008). Pria dan wanita mempunyai persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun dalam kegiatan pembangunan di segala bidang. Selanjutnya, kewajiban yang sama umpamanya seorang istri sama-sama berkewajiban untuk mencari nafkah dengan suaminya dalam upaya memenuhi beragam kebutuhan rumah tangga. Mencari nafkah tidak lagi hanya menjadi kewajiban suami (pria), begitu juga kewajiban melakukan pekerjaan urusan rumah tangga tidak sematamata menjadi urusan istri (wanita). Bicara mengenai gender memang tidak terlepas dari seks dan kodrat. Seks, kodrat dan gender mempunyai kaitan yang erat, tetapi mempunyai pengertian yang berbeda. Pengertian dari ketiga konsep itu sering disalahartikan dalam kaitannya dengan peranan laki-laki dan perempuan di masyarakat. Istilah seks dapat diartikan kelamin secara biologis, yakni alat kelamin laki-laki (penis) dan alat kelamin perempuan (vagina). Sejak lahir sampai meninggal dunia, lakilaki akan tetap berjenis kelamin laki-laki dan perempuan akan tetap berjenis kelamin perempuan (kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin). Jenis kelamin itu tidak dapat ditukarkan antara laki-laki dengan perempuan. Kodrat adalah sifat bawaan biologis sebagai anugerah Tuhan, yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat ditukarkan yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Konsekuensi dari anugerah itu adalah manusia yang berjenis kelamin perempuan, diberikan peran kodrati yang berbeda dengan manusia yang berjenis kelamin laki-laki. Perempuan diberikan peran kodrati untuk mengalami menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui dengan air susu ibu dan menopause. Laki-laki diberikan peran kodrati membuahi sel telur perempuan. Jadi, peran kodrati perempuan dengan laki-laki berkaitan erat dengan jenis kelamin dalam artian ini (Arjani dan Agung Aryani, 2002). Gender berasal dari kata gender (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan sosial budaya dan psikologis. Pada prinsipnya, konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara laki-laki dengan perempuan, yang dibentuk oleh

27 masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Jadi gender bukan bicara perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan melainkan peranan yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dalam hidup bermasyarakat. White dan Hastuti (1980) mengemukakan bahwa dalam sistem kekerabatan patrilineal, terdapat adat dalam perkawinan dimana perempuan (istri) biasanya mengikuti laki-laki (suami) atau tinggal di pihak keluarga suami. Hal tersebut, merupakan salah satu faktor yang cenderung mempengaruhi status dan peranan perempuan dimana perempuan dipandang lebih rendah. Arjani dan Agung Aryani (2002) juga menyatakan bahwa beberapa kebudayaan juga tidak mengikutsertakan perempuan dalam hal pembagian warisan, sehingga secara ekonomi dan kepemilikan kekayaan pun perempuan masih saja lebih rendah dari laki-laki. Berkaitan dengan etnik Minang yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, Alfian dan D.F Anwar (1983) dalam Jendrius (2007) menjelaskan sebuah studi tentang masyarakat Minangkabau sangat dipengaruhi oleh pandangan Schneider tentang sistem matrilineal yang sebenarnya perlu dipertanyakan relevansinya untuk kasus masyarakat Minangkabau. Menurut Schneider seperti dikutip dari Tanner, dalam masyarakat matrilineal, keturunan dan kekuasaan merupakan dua hal yang terpisah dimana keturunan melalui perempuan sementara kekuasaan melalui laki-laki. Selanjutnya Schneider juga mengemukakan bahwa dalam sistem matrilineal kekuasan tidak terbagi melainkan terpusat pada seorang pemimpin. Dengan demikian berarti kedudukan perempuan dibandingkan dengan laki-laki tetap lebih rendah karena kekuasaan berada ditangan laki-laki dan segala keputusan diambil oleh laki-laki sedangkan perempuan tidak mempunyai suara. Alfian dan D.F Anwar (1983) dalam Jendrius (2007) menyatakan bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki peran yang penting dan analisis yang hanya memfokuskan perhatian pada satu dari dua kelompok ini tidak akan memberikan gambaran yang seutuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat yang menganut sistem matrilineal pun, peran perempuan sebenarnya masih tetap dipandang lebih rendah daripada lakilaki.

28 2.1.4 Relasi Gender dalam Pengasuhan Anak Gender adalah perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh sistem sosial yang ada, yaitu perbedaan yang bukan kodrati atau bukan ciptaan Tuhan. Seorang anak akan mengenal konsep identitas gender pertama kali melalui keluarganya. Penanaman konsep identitas gender biasanya dilakukan melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Agung Aryani (2002) dan Tim Pusat Studi Perempuan Universitas Udayana (2003) menyatakan bahwa peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara laki-laki dengan perempuan dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa, karena pengaruh kemajuan pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu berarti, peran gender dapat ditukarkan antara laki-laki dengan perempuan. Banyak penelitian yang dilakukan telah mengidentifikasi adanya peran gender dalam di keluarga. Laki-laki (suami) akan cenderung menjadi kepala keluarga dan perempuan (istri) menjadi kepala rumah tangga. Laki-laki bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga (sektor produksi), sedangkan perempuan bertugas mengasuh anak dan mengurus rumah tangga (sektor domestik). Pada penelitian yang dilakukan oleh Adiwijaya et al. (1984) tentang struktur keluarga dan sosialisasi anak di Kotamadya Jambi Provinsi Jambi, menunjukkan bahwa ayah mutlak memegang peranan di sektor produktif dan sosialisasi dengan lingkungan luar. Ibu lebih banyak berada di rumah dan memegang peran dalam mengasuh anak dan mengatur ekonomi keluarga, namun pada kenyataannya masih ditemukan istri yang ikut membantu mencari penghasilan untuk keluarga. Pada situasi seperti ini, dapat disebut bahwa perempuan mengalami beban ganda. Beban ganda dapat dilihat dari adanya perbedaan alokasi waktu yang terlihat antara laki-laki dan perempuan. Anggapan bahwa perempuan lebih bersifat memelihara, rajin dan tidak akan menjadi kepala rumah tangga mengakibatkan semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab perempuan. Selain harus bekerja di sektor domestik, perempuan masih harus bekerja

29 membantu mencari nafkah di sektor produksi (Handayani dan Sugiarti, 2002:19-20). Meskipun demikian, banyak perempuan yang tidak merasakan hal tersebut sebagai beban. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan kepada keluarga Orang Waropen di Irian Jaya (Sangganafa et al., 1995). Pada penelitian ini ditemukan bahwa tanggung jawab sosial dan ekonomi ditanggung oleh keluarga batih secara bersama-sama dimana ayah dan ibu sama-sama berperan dalam sektor produksi. Pada kasus semacam ini, maka relasi gender antara suami dan istri dalam keluarga dapat dikatakan seimbang. Profil akses dan kontrol dalam berbagai sumberdaya serta pola pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan juga dapat digunakan untuk melihat konsep relasi gender yang ada dalam sebuah keluarga. Berdasarkan penelitian Agustrisno et al. (1995) pada kelompok keluarga dalam kehidupan bermasyarakat suku bangsa Melayu Asahan, terlihat bahwa laki-laki mempunyai akses dan kontrol dalam sektor produksi, pengambilan keputusan, pendidikan dan pengawasan anak, nama baik rumah tangga/keluarga, masalah krisis keluarga, hubungan dengan urusan di luar rumah tangga bahkan urusan domestik seperti pendapatan dan belanja rumah tangga. Perempuan hanya memiliki akses dan kontrol dalam peranan di sektor domestik seperti mengurus makanan dan minuman keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan masih memiliki akses dan kontrol yang terbatas dalam sektor produksi. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Iwan (2005) menjelaskan berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1. Peranan Ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

30 2. Peranan Ibu. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Peran Ibu dalam mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan sangat penting, karena besarnya peran ibu dalam melahirkan kehidupan dan memelihara kehidupan yang dilahirkannya. Pengaruh Ibu terhadap kehidupan seorang anak telah dimulai selama dia hamil, selama masa bayi, dan berlanjut terus sampai anak itu memasuki usia sekolah. 3. Peranan Anak. Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Saat ini di masyarakat telah terjadi pergeseran nilai-nilai sosial budaya berkaitan dengan peranan ayah dan ibu berkaitan dengan fungsinya di dalam keluarga. Semakin banyak wanita yang ikut terlibat secara langsung dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, dan lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kualitas pola asuh terhadap sang anak. Disisi lain sosok ayah belum tentu telah siap menggantikan ataupun membantu peran ibu dalam mengasuh anak baik dari segi psikologis, fisioligis maupun sosial. Pada situasi demikian untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan anak muncullah sosok-sosok yang lain seperti kakek, nenek, kakak, saudara, bahkan mungkin seorang pengasuh anak profesional (baby sitter) yang berfungsi sebagai alternative care bagi anak. Namun demikian sosok pengasuh ini dalam banyak hal kenyataannya tidak sebaik apabila pengasuhan dilakukan oleh orang tua kandung, walaupun keberadaannya dalam konteks saat ini sangat dibutuhkan untuk membantu dalam pengasuhan anak. Dengan kata lain sosok pengasuh anak berfungsi untuk membantu orang tua kandung, sedangkan fungsi utama pengasuhan anak bagaimanapun juga merupakan peran dan tanggung jawab orang tua kandung.

31 Bagi orang tua kandung (ayah dan ibu) yang mempunyai pekerjaan ataupun kegiatan rutin diluar rumah harus kompak berbagi tugas. Seorang ibu tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan suami dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di rumah. Adanya persamaan persepsi dan komunikasi yang baik dalam hal pembagian tugas dan tanggung jawab ini merupakan kunci, sehingga diperoleh suatu kerja sama yang baik dalam melaksanakan peran ayah dan ibu sebagai orang tua. Adanya pembagian tanggung jawab pengasuhan anak dan mengurus rumah tangga antara istri dan suami, berdampak positif bagi anak. Dengan keterlibatan suami dalam mengurus dan mengasuh anak maka akan tercipta pula hubungan yang erat dan hangat antara ayah dan anak. Hal ini akan membawa pengaruh yang baik pula bagi proses tumbuh kembang anak. Keterlibatan ayah dan ibu yang bersama-sama dalam mengasuh anak akan membuat pertumbuhan dan perkembangannya semakin sehat. Pengasuhan juga lebih seimbang bila pekerjaan kedua orang tua berada pada tingkat yang sejajar. Oleh karena itu, pada dasarnya keberadaan ibu di dunia kerja bukan alasan rendahnya kualitas pengasuhan ibu Karakteristik Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Abidin (2008) menyatakan bahwa orang Minangkabau merasa terikat oleh satu keturunan yang ditarik menurut garis ibu atau perempuan (matrilineal). Hubungan kekerabatan matrilinial bersifat alamiah dan lebih awal munculnya dalam masyarakat dibanding tali kekerabatan lainnya. Sejak awal, anak-anak lebih mengenal ibunya. Ibu melahirkan, mengurus, mengasuh dan ibu membesarkan anaknya. Ibu menjadi pendidik keluarga. lbu menentukan perkembangan keturunan. Melalui garis Ibu (perempuan) terjalin ikatan keluarga matrilinial. Peran ibu di Minangkabau ada dua ; pertama melanjutkan keberadaan suku dalam garis matrilineal, dan kedua menjadi ibu rumah tangga dari keluarga, suami dan anak-anaknya. Etnis Batak menganut sistem patrilineal dimana garis keturunan ditarik mengikuti garis keturunan ayah. Menurut Geertz (1961) dalam Zeitlin, Megawangi, Kramer, Colleta, Babatunde dan Garman (1995), dalam keluarga Jawa terdapat kerjasama ekonomi

32 yang dilakukan antara suami dan istri. Kegiatan mencari nafkah tidak hanya dilakukan oleh suami sendiri, tetapi istri juga ikut berperan dalam kegiatan mencari nafkah keluarga seperti membantu suami dengan bekerja sampingan. Pembagian kerja antara suami dan istri tidak begitu tegas terlihat. Suami boleh membantu pekerjaan rumah tangga khususnya jika dalam keluarga tersebut memiliki banyak anak kecil dan tidak ada pembantu yang dapat meringankan pekerjaan rumah tangga. Geertz (1961) seperti yang dikutip oleh Zeitlin, Megawangi, Kramer, Colleta, Babatunde dan Garman (1995) menyatakan bahwa suami dan istri dalam pengambilan keputusan keluarga memiliki kedudukan yang setara. Hal tersebut terjadi karena istri juga ikut memberikan kontribusi ekonomi kepada keluarga sehingga istri juga memiliki kebebasan dan kekuasaan yang sama seperti yang dimiliki suami dalam pengambilan keputusan keluarga. Pendapatan yang diperoleh suami dan istri selama masa perkawinan berlangsung, termasuk harta milik perseorangan (milik suami atau istri sendiri sebelum perkawinan) merupakan milik bersama dan digunakan untuk kesejahteraan keluarga. Penggunaan dan pemanfaatan kekayaan keluarga diputuskan bersama oleh suami dan istri. Keputusan yang hanya dilakukan oleh suami atau istri sendiri akan mengakibatkan terjadinya konflik dalam keluarga tersebut. Hermawati (2007) menyatakan bahwa pada keluarga, terdapat dinamika pembagian kerja antara individu-individu di dalamnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga. Pembagian kerja di dalam keluarga akan membawa konsekuensi berupa adanya pengalokasian anggota keluarga (suami, istri, anakanak, keluarga luas) untuk melakukan kegiatan produksi, reproduktif dan sosial. Keluarga dan masyarakat Jawa mempunyai pandangan dan harapan yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuan. Pandangan ini mempengaruhi cara perlakuan masyarakat dan pengasuhan orangtua, yang telah mereka tanamkan sejak mereka bayi. Pembagian peran dalam masyarakat yang berhubungan dengan hal-hal apa yang boleh dilakukan dan siapa yang boleh melakukan mempengaruhi pemahaman mengenai partisipasi masing-masing jenis kelamin dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan hal ini menjadi sangat kuat di bidang pendidikan, biasanya anak laki-laki mendapat prioritas pendidikan yang lebih tinggi, dengan

POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER MARIA DEWI RAHAYU SKRIPSI

POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER MARIA DEWI RAHAYU SKRIPSI POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER KASUS PADA KELUARGA ETNIS MINANG, JAWA DAN BATAK DI KELURAHAN SUKAJADI, KECAMATAN DUMAI TIMUR, KOTA DUMAI, PROVINSI RIAU MARIA DEWI RAHAYU I34050780 SKRIPSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan.

Lebih terperinci

II. PENDEKATAN TEORITIS

II. PENDEKATAN TEORITIS II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi dan Fungsi Keluarga Keluarga merupakan unit kesatuan sosial terkecil yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan psikolog tidak terlepas dari pembinaan dan pendidikan orangtua, masyarakat dan lembaga pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA (Kasus Pedagang Sayur di Kampung Bojong Rawa Lele, Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK FENOMENA PILIHAN HIDUP TIDAK MENIKAH (STUDI DESKRIPTIF PADA WANITA KARIR ETNIS BATAK TOBA DI KOTA MEDAN) SKRIPSI Diajukan Oleh PRIMA DAFRINA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) Oleh : WAHYUNI RAHMIATI SIREGAR A14204045 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA (Studi Kasus TPA Jaya Kartika Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar) Nur Ita Kusumastuti K8409045 Pendidikan Sosiologi Antropologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan industri modern mempengaruhi perkembangan kehidupan sosial di masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat tentu saja tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional 5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga

Lebih terperinci

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH (STUDI KASUS : PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT ETNIS BATAK TOBA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG KABUPATEN KARO TAHUN 2010) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi penduduk yang termasuk empat atau lima besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H14053044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif Kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (Fatimah 2006). Apabila diperlukan, pengetahuan yang dimiliki dapat dipergunakan. Banyak

Lebih terperinci

BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada

BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada 68 BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008 5.1 Karakteristik Individu 5.1.1 Jenis Kelamin Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 7.

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Masalah Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat dalam kehidupannya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan yang begitu pesat dan perkembangan mental

Lebih terperinci

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER Persepsi mahasiswa peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan terhadap kesadaran gender yaitu pandangan mahasiswa yang telah mengikuti Mata Kuliah Gender

Lebih terperinci

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Noorfi Kisworowati F 100 050 234

Lebih terperinci

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, dan keluarga juga merupakan sistem sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi)

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh suatu negara. Berdasarkan data BPS tahun 2010, persentase kemiskinan saat ini mencapai 13,3 persen. Kemiskinan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk

BAB I PENDAHULUAN. makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, sebagaimana juga yang terjadi di seluruh penjuru dunia, makin banyak wanita yang bekerja di sektor formal. Ada yang sekedar untuk menyambung nafkah dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang dapat membentuk kepribadian seserang. Tidak dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah,

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis terbentuk paling dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta) Oleh : INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian. Persepsi Ibu Tentang Fungsi Keluarga. Oleh : Jemprianto Nababan

Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian. Persepsi Ibu Tentang Fungsi Keluarga. Oleh : Jemprianto Nababan Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Persepsi Ibu Tentang Fungsi Keluarga Oleh : Jemprianto Nababan Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

PERSEPSI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG KELUARGA KECIL (KASUS PADA ETNIS BATAK TOBA DI DAERAH ASAL DAN PERANTAUAN)

PERSEPSI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG KELUARGA KECIL (KASUS PADA ETNIS BATAK TOBA DI DAERAH ASAL DAN PERANTAUAN) PERSEPSI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG KELUARGA KECIL (KASUS PADA ETNIS BATAK TOBA DI DAERAH ASAL DAN PERANTAUAN) Oleh : DAYANA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1998 RINGKASAN Dayana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang dianugerahi sumberdaya alam yang melimpah. Posisi wilayahnya strategis, yakni sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.504

Lebih terperinci

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Konsep Keluarga Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Definisi Klg merupakan kumpulan individu didasarkan hubungan tali perkawinan, hub darah dan tempat tinggal dalam satu rumah ( Friedman, 1998)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Hutan memiliki kedekatan hubungan dengan masyarakat disekitarnya terkait dengan faktor ekonomi, budaya dan lingkungan. Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan, perubahanperubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan bahwa keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping berada di Jl Wates

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tanggung Jawab Menurut Kamus Besar Bahasa lndonesia (1998 : 1006) tanggung jawab diartikan sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi KERANGKA PEMIKIRAN Perkembangan kognitif merupakan suatu proses psikologis yang terjadi dalam bentuk pengenalan, pengertian, dan pemahaman dengan menggunakan pengamatan, pendengaran, dan pemikiran (Baraja

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) 1 PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) HADIJAH NASUTION A14203038 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci