II. PENDEKATAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. PENDEKATAN TEORITIS"

Transkripsi

1 II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Definisi dan Fungsi Keluarga Keluarga merupakan unit kesatuan sosial terkecil yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina anggota-anggotanya. Setiap anggota dari suatu keluarga dituntut untuk mampu dan terampil dalam menanamkan peranan sesuai dengan kedudukannya. Pada dasarnya, keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. Keluarga ini dapat dikategorikan lagi menjadi keluarga inti yang tidak lengkap yang terdiri atas ayah dan anak-anaknya atau ibu dan anakanaknya, serta pasangan yang baru menikah atau tidak punya anak (Kerangka TOR, 1994 dalam Ritonga et al, 1996). Keluarga luas adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti senior dan junior baik karena ikatan darah, perkawinan maupun adopsi. Hartoyo (1967) seperti yang dikutip dalam Ritonga et al, (1996) menyatakan bahwa dalam pengertian yang lebih luas, keluarga merupakan lembaga sosial yang terkecil dari masyarakat yang terdiri dari sekelompok manusia yang hidup bersama dengan adanya ikatan perkawinan, hubungan darah dan adopsi. Keluarga sebagai institusi primer merupakan tempat pertama dan utama bagi anak sebelum mengenal lingkungan luar. W. Bennet dalam Hastuti (2008) menyatakan bahwa keluarga adalah tempat paling efektif dimana seseorang anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan bagi hidupnya, dan bahwa kondisi biologis, psikologis dan pendidikan serta kesejahteraan seorang anak amat tergantung pada keluarga. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Secara prinsip keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas dua orang atau lebih, adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga,

2 berinteraksi diantara sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan. Fungsi keluarga dapat bermakna ganda, yaitu fungsi keluarga terhadap masyarakat dan fungsi keluarga terhadap individu anggotanya. Horton dan Hunt menyebutkan beberapa fungsi keluarga yaitu fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi (Tangdilintin, 1996:49) Konsep Pengasuhan Anak dan Nilai Anak dalam Keluarga Keluarga merupakan lembaga yang melaksanakan tugas pengasuhan pada anak. Hastuti (2008) mengemukakan bahwa pengasuhan kerap didefinisikan sebagai cara mengasuh anak mencakup pengalaman, keahlian, kualitas dan tanggung jawab yang dilakukan orangtua dalam mendidik dan merawat anak, sehingga anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia berada atau tinggal. Tugas pengasuhan ini umumnya dilakukan oleh ayah dan ibu (orangtua biologis anak), namun bila orangtua biologisnya tidak mampu melakukan tugas ini, maka tugas ini diambil alih oleh kerabat dekat termasuk kakak, kakek dan nenek, orangtua angkat atau oleh institusi pengasuhan sebagai alternative care. Tugas pengasuhan bukan hanya kegiatan memenuhi kebutuhan fisik anak seperti sandang, pangan dan papan. Tugas pengasuhan juga mencakup pemenuhan kebutuhan psikis anak dan pemberian stimulasi untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal. Beberapa aspek dalam pola pengasuhan yaitu mencakup pola asuh makan, pola asuh hidup sehat, pola asuh akademik atau intelektual, pola asuh sosial emosi serta pola asuh moral dan spiritual (Hastuti, 2008:76). Menurut Satoto (1990); Zeitlin, Collet, Megawangi dan Babatunde (1992) seperti yang dikutip oleh Hastuti (2008), diperlukan dua faktor yang saling berkaitan dalam pengasuhan yaitu interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan pemberian stimulasi 1. 1 Anak adalah sebagai penerima stimulus dari orang dewasa di sekitar kehidupan anak. Stimulus positiflah yang diharapkan berlangsung selama pengasuhan, misalnya dengan mensosialisasikan

3 Penelitian yang dilakukan oleh Sa adiyyah (1998) pada keluarga etnik Jawa dan Minang yang tinggal di desa dan kota menemukan fakta bahwa anak yang tinggal di kota lebih banyak menerima stimulasi dari orangtuanya dibandingkan dengan anak yang tinggal di desa. Hal ini dipengaruhi oleh nomor urut anak, pendidikan orangtua dan pendapatan keluarga. Semakin besar nomor urut anak dan pendapatan keluarga, serta semakin tinggi pendidikan orangtua cenderung akan menyebabkan semakin banyaknya stimulasi yang diterima anak. Jadi, faktor karakteristik anak dan kondisi ekonomi serta pendidikan orangtua mempengaruhi pemberian stimulasi pada anak. Faktor ketidaklengkapan anggota keluarga juga kemudian mempengaruhi pola pengasuhan anak yang dilakukan dalam keluarga tersebut yang juga akan mengakibatkan kurangnya stimulasi yang diterima anak. Rohman (1995) melakukan penelitian pada anak dari keluarga miskin di daerah ledok lereng sungai Gajahwong di dusun Papringan dan Caturtunggal, Depok, Sleman. Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa selain faktor ekonomi, faktor keadaan kehidupan keluarga juga mempengaruhi pola pengasuhan anak dalam keluarga tersebut. Pada kedua daerah penelitian, ditemukan bahwa banyak sekali keluarga yang tidak lengkap struktur keluarganya, namun di sisi lain juga ditemukan keluarga yang terlalu banyak anggota keluarganya. Jika dalam suatu keluarga tidak ditemukan peran seorang ibu maka peran ayah akan menonjol, demikian pula sebaliknya. Ketimpangan peran yang terlihat di sini dapat mempengaruhi penanaman konsep identitas gender pada anak dan berujung pada kualitas anak yang terbentuk. Menurut Joshi dan MacClean (1997) seperti yang dikutip dalam Putri (2006), nilai anak merupakan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak berdasarkan potensi yang dimiliki anak. Lebih lanjut mereka mengungkapkan bahwa persepsi dan harapan orangtua tentang perkembangan anak berbeda secara nyata menurut budaya (Hernawati, 2002). Becker (1995) seperti yang dikutip oleh Hernawati (2002) mengemukakan bahwa anak dipandang sebagai sumberdaya yang sangat berharga dan tahan lama. Secara alami anak memiliki nilai psikis dan kata-kata positif yang diperdengarkan kepada anak sejak masih kecil, mengajarkan anak tentang suatu konsep, mensosialisasika tentang peraturan dan sebagainya.

4 nilai materi sehingga orangtua menganggap anak merupakan nilai investasi di masa depan yang efisien. Investasi pada anak diwujudkan dengan pengasuhan yang baik, perawatan, sekolah dan pemenuhan makan anak yang baik. Penilaian orangtua akan mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya akan mempengaruhi penilaian anak terhadap orangtua. Pada dasarnya hubungan orangtua dengan anak bergantung kepada penilaian orangtua (Hurlock, 1997). Latar belakang sosial yang berbeda tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan, menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak (Siregar, 2003). Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Siregar (2003) juga menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang tua adalah merupakan tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar Relasi Gender dalam Keluarga Konsep kedudukan atau status dalam lingkup ilmu sosiologi dapat diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka seseorang tersebut dapat dikatakan telah menjalani suatu peranan (Prasodjo dan Pandjaitan, 2003:74). Status dan peranan antara laki-laki dan perempuan seringkali menjadi bahan perdebatan yang masih terus dibahas. Pada kondisi normatif, laki-laki dan perempuan mempunyai status atau kedudukan dan peranan (hak dan kewajiban) yang sama. Pembedaan diantara keduanya dibentuk oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Norma sosial dan nilai budaya tersebut menciptakan status dan peranan perempuan hanya sebatas sektor domestik saja. Perempuan memiliki status sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan semua pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga dan laki-laki

5 ditempatkan di sektor produksi dan berstatus sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai pencari nafkah utama (Sudarta, 2008). Pria dan wanita mempunyai persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun dalam kegiatan pembangunan di segala bidang. Selanjutnya, kewajiban yang sama umpamanya seorang istri sama-sama berkewajiban untuk mencari nafkah dengan suaminya dalam upaya memenuhi beragam kebutuhan rumah tangga. Mencari nafkah tidak lagi hanya menjadi kewajiban suami (pria), begitu juga kewajiban melakukan pekerjaan urusan rumah tangga tidak sematamata menjadi urusan istri (wanita). Bicara mengenai gender memang tidak terlepas dari seks dan kodrat. Seks, kodrat dan gender mempunyai kaitan yang erat, tetapi mempunyai pengertian yang berbeda. Pengertian dari ketiga konsep itu sering disalahartikan dalam kaitannya dengan peranan laki-laki dan perempuan di masyarakat. Istilah seks dapat diartikan kelamin secara biologis, yakni alat kelamin laki-laki (penis) dan alat kelamin perempuan (vagina). Sejak lahir sampai meninggal dunia, lakilaki akan tetap berjenis kelamin laki-laki dan perempuan akan tetap berjenis kelamin perempuan (kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin). Jenis kelamin itu tidak dapat ditukarkan antara laki-laki dengan perempuan. Kodrat adalah sifat bawaan biologis sebagai anugerah Tuhan, yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat ditukarkan yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Konsekuensi dari anugerah itu adalah manusia yang berjenis kelamin perempuan, diberikan peran kodrati yang berbeda dengan manusia yang berjenis kelamin laki-laki. Perempuan diberikan peran kodrati untuk mengalami menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui dengan air susu ibu dan menopause. Laki-laki diberikan peran kodrati membuahi sel telur perempuan. Jadi, peran kodrati perempuan dengan laki-laki berkaitan erat dengan jenis kelamin dalam artian ini (Arjani dan Agung Aryani, 2002). Gender berasal dari kata gender (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan sosial budaya dan psikologis. Pada prinsipnya, konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara laki-laki dengan perempuan, yang dibentuk oleh

6 masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Jadi gender bukan bicara perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan melainkan peranan yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dalam hidup bermasyarakat. White dan Hastuti (1980) mengemukakan bahwa dalam sistem kekerabatan patrilineal, terdapat adat dalam perkawinan dimana perempuan (istri) biasanya mengikuti laki-laki (suami) atau tinggal di pihak keluarga suami. Hal tersebut, merupakan salah satu faktor yang cenderung mempengaruhi status dan peranan perempuan dimana perempuan dipandang lebih rendah. Arjani dan Agung Aryani (2002) juga menyatakan bahwa beberapa kebudayaan juga tidak mengikutsertakan perempuan dalam hal pembagian warisan, sehingga secara ekonomi dan kepemilikan kekayaan pun perempuan masih saja lebih rendah dari laki-laki. Berkaitan dengan etnik Minang yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, Alfian dan D.F Anwar (1983) dalam Jendrius (2007) menjelaskan sebuah studi tentang masyarakat Minangkabau sangat dipengaruhi oleh pandangan Schneider tentang sistem matrilineal yang sebenarnya perlu dipertanyakan relevansinya untuk kasus masyarakat Minangkabau. Menurut Schneider seperti dikutip dari Tanner, dalam masyarakat matrilineal, keturunan dan kekuasaan merupakan dua hal yang terpisah dimana keturunan melalui perempuan sementara kekuasaan melalui laki-laki. Selanjutnya Schneider juga mengemukakan bahwa dalam sistem matrilineal kekuasan tidak terbagi melainkan terpusat pada seorang pemimpin. Dengan demikian berarti kedudukan perempuan dibandingkan dengan laki-laki tetap lebih rendah karena kekuasaan berada ditangan laki-laki dan segala keputusan diambil oleh laki-laki sedangkan perempuan tidak mempunyai suara. Alfian dan D.F Anwar (1983) dalam Jendrius (2007) menyatakan bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki peran yang penting dan analisis yang hanya memfokuskan perhatian pada satu dari dua kelompok ini tidak akan memberikan gambaran yang seutuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat yang menganut sistem matrilineal pun, peran perempuan sebenarnya masih tetap dipandang lebih rendah daripada lakilaki.

7 2.1.4 Relasi Gender dalam Pengasuhan Anak Gender adalah perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh sistem sosial yang ada, yaitu perbedaan yang bukan kodrati atau bukan ciptaan Tuhan. Seorang anak akan mengenal konsep identitas gender pertama kali melalui keluarganya. Penanaman konsep identitas gender biasanya dilakukan melalui proses sosialisasi dan internalisasi. Agung Aryani (2002) dan Tim Pusat Studi Perempuan Universitas Udayana (2003) menyatakan bahwa peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara laki-laki dengan perempuan dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa, karena pengaruh kemajuan pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu berarti, peran gender dapat ditukarkan antara laki-laki dengan perempuan. Banyak penelitian yang dilakukan telah mengidentifikasi adanya peran gender dalam di keluarga. Laki-laki (suami) akan cenderung menjadi kepala keluarga dan perempuan (istri) menjadi kepala rumah tangga. Laki-laki bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga (sektor produksi), sedangkan perempuan bertugas mengasuh anak dan mengurus rumah tangga (sektor domestik). Pada penelitian yang dilakukan oleh Adiwijaya et al. (1984) tentang struktur keluarga dan sosialisasi anak di Kotamadya Jambi Provinsi Jambi, menunjukkan bahwa ayah mutlak memegang peranan di sektor produktif dan sosialisasi dengan lingkungan luar. Ibu lebih banyak berada di rumah dan memegang peran dalam mengasuh anak dan mengatur ekonomi keluarga, namun pada kenyataannya masih ditemukan istri yang ikut membantu mencari penghasilan untuk keluarga. Pada situasi seperti ini, dapat disebut bahwa perempuan mengalami beban ganda. Beban ganda dapat dilihat dari adanya perbedaan alokasi waktu yang terlihat antara laki-laki dan perempuan. Anggapan bahwa perempuan lebih bersifat memelihara, rajin dan tidak akan menjadi kepala rumah tangga mengakibatkan semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab perempuan. Selain harus bekerja di sektor domestik, perempuan masih harus bekerja

8 membantu mencari nafkah di sektor produksi (Handayani dan Sugiarti, 2002:19-20). Meskipun demikian, banyak perempuan yang tidak merasakan hal tersebut sebagai beban. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan kepada keluarga Orang Waropen di Irian Jaya (Sangganafa et al., 1995). Pada penelitian ini ditemukan bahwa tanggung jawab sosial dan ekonomi ditanggung oleh keluarga batih secara bersama-sama dimana ayah dan ibu sama-sama berperan dalam sektor produksi. Pada kasus semacam ini, maka relasi gender antara suami dan istri dalam keluarga dapat dikatakan seimbang. Profil akses dan kontrol dalam berbagai sumberdaya serta pola pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan juga dapat digunakan untuk melihat konsep relasi gender yang ada dalam sebuah keluarga. Berdasarkan penelitian Agustrisno et al. (1995) pada kelompok keluarga dalam kehidupan bermasyarakat suku bangsa Melayu Asahan, terlihat bahwa laki-laki mempunyai akses dan kontrol dalam sektor produksi, pengambilan keputusan, pendidikan dan pengawasan anak, nama baik rumah tangga/keluarga, masalah krisis keluarga, hubungan dengan urusan di luar rumah tangga bahkan urusan domestik seperti pendapatan dan belanja rumah tangga. Perempuan hanya memiliki akses dan kontrol dalam peranan di sektor domestik seperti mengurus makanan dan minuman keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan masih memiliki akses dan kontrol yang terbatas dalam sektor produksi. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Iwan (2005) menjelaskan berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1. Peranan Ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

9 2. Peranan Ibu. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Peran Ibu dalam mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan sangat penting, karena besarnya peran ibu dalam melahirkan kehidupan dan memelihara kehidupan yang dilahirkannya. Pengaruh Ibu terhadap kehidupan seorang anak telah dimulai selama dia hamil, selama masa bayi, dan berlanjut terus sampai anak itu memasuki usia sekolah. 3. Peranan Anak. Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Saat ini di masyarakat telah terjadi pergeseran nilai-nilai sosial budaya berkaitan dengan peranan ayah dan ibu berkaitan dengan fungsinya di dalam keluarga. Semakin banyak wanita yang ikut terlibat secara langsung dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, dan lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kualitas pola asuh terhadap sang anak. Disisi lain sosok ayah belum tentu telah siap menggantikan ataupun membantu peran ibu dalam mengasuh anak baik dari segi psikologis, fisioligis maupun sosial. Pada situasi demikian untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan anak muncullah sosok-sosok yang lain seperti kakek, nenek, kakak, saudara, bahkan mungkin seorang pengasuh anak profesional (baby sitter) yang berfungsi sebagai alternative care bagi anak. Namun demikian sosok pengasuh ini dalam banyak hal kenyataannya tidak sebaik apabila pengasuhan dilakukan oleh orang tua kandung, walaupun keberadaannya dalam konteks saat ini sangat dibutuhkan untuk membantu dalam pengasuhan anak. Dengan kata lain sosok pengasuh anak berfungsi untuk membantu orang tua kandung, sedangkan fungsi utama pengasuhan anak bagaimanapun juga merupakan peran dan tanggung jawab orang tua kandung.

10 Bagi orang tua kandung (ayah dan ibu) yang mempunyai pekerjaan ataupun kegiatan rutin diluar rumah harus kompak berbagi tugas. Seorang ibu tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan suami dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di rumah. Adanya persamaan persepsi dan komunikasi yang baik dalam hal pembagian tugas dan tanggung jawab ini merupakan kunci, sehingga diperoleh suatu kerja sama yang baik dalam melaksanakan peran ayah dan ibu sebagai orang tua. Adanya pembagian tanggung jawab pengasuhan anak dan mengurus rumah tangga antara istri dan suami, berdampak positif bagi anak. Dengan keterlibatan suami dalam mengurus dan mengasuh anak maka akan tercipta pula hubungan yang erat dan hangat antara ayah dan anak. Hal ini akan membawa pengaruh yang baik pula bagi proses tumbuh kembang anak. Keterlibatan ayah dan ibu yang bersama-sama dalam mengasuh anak akan membuat pertumbuhan dan perkembangannya semakin sehat. Pengasuhan juga lebih seimbang bila pekerjaan kedua orang tua berada pada tingkat yang sejajar. Oleh karena itu, pada dasarnya keberadaan ibu di dunia kerja bukan alasan rendahnya kualitas pengasuhan ibu Karakteristik Keluarga Etnis Minang, Jawa dan Batak Abidin (2008) menyatakan bahwa orang Minangkabau merasa terikat oleh satu keturunan yang ditarik menurut garis ibu atau perempuan (matrilineal). Hubungan kekerabatan matrilinial bersifat alamiah dan lebih awal munculnya dalam masyarakat dibanding tali kekerabatan lainnya. Sejak awal, anak-anak lebih mengenal ibunya. Ibu melahirkan, mengurus, mengasuh dan ibu membesarkan anaknya. Ibu menjadi pendidik keluarga. lbu menentukan perkembangan keturunan. Melalui garis Ibu (perempuan) terjalin ikatan keluarga matrilinial. Peran ibu di Minangkabau ada dua ; pertama melanjutkan keberadaan suku dalam garis matrilineal, dan kedua menjadi ibu rumah tangga dari keluarga, suami dan anak-anaknya. Etnis Batak menganut sistem patrilineal dimana garis keturunan ditarik mengikuti garis keturunan ayah. Menurut Geertz (1961) dalam Zeitlin, Megawangi, Kramer, Colleta, Babatunde dan Garman (1995), dalam keluarga Jawa terdapat kerjasama ekonomi

11 yang dilakukan antara suami dan istri. Kegiatan mencari nafkah tidak hanya dilakukan oleh suami sendiri, tetapi istri juga ikut berperan dalam kegiatan mencari nafkah keluarga seperti membantu suami dengan bekerja sampingan. Pembagian kerja antara suami dan istri tidak begitu tegas terlihat. Suami boleh membantu pekerjaan rumah tangga khususnya jika dalam keluarga tersebut memiliki banyak anak kecil dan tidak ada pembantu yang dapat meringankan pekerjaan rumah tangga. Geertz (1961) seperti yang dikutip oleh Zeitlin, Megawangi, Kramer, Colleta, Babatunde dan Garman (1995) menyatakan bahwa suami dan istri dalam pengambilan keputusan keluarga memiliki kedudukan yang setara. Hal tersebut terjadi karena istri juga ikut memberikan kontribusi ekonomi kepada keluarga sehingga istri juga memiliki kebebasan dan kekuasaan yang sama seperti yang dimiliki suami dalam pengambilan keputusan keluarga. Pendapatan yang diperoleh suami dan istri selama masa perkawinan berlangsung, termasuk harta milik perseorangan (milik suami atau istri sendiri sebelum perkawinan) merupakan milik bersama dan digunakan untuk kesejahteraan keluarga. Penggunaan dan pemanfaatan kekayaan keluarga diputuskan bersama oleh suami dan istri. Keputusan yang hanya dilakukan oleh suami atau istri sendiri akan mengakibatkan terjadinya konflik dalam keluarga tersebut. Hermawati (2007) menyatakan bahwa pada keluarga, terdapat dinamika pembagian kerja antara individu-individu di dalamnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga. Pembagian kerja di dalam keluarga akan membawa konsekuensi berupa adanya pengalokasian anggota keluarga (suami, istri, anakanak, keluarga luas) untuk melakukan kegiatan produksi, reproduktif dan sosial. Keluarga dan masyarakat Jawa mempunyai pandangan dan harapan yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuan. Pandangan ini mempengaruhi cara perlakuan masyarakat dan pengasuhan orangtua, yang telah mereka tanamkan sejak mereka bayi. Pembagian peran dalam masyarakat yang berhubungan dengan hal-hal apa yang boleh dilakukan dan siapa yang boleh melakukan mempengaruhi pemahaman mengenai partisipasi masing-masing jenis kelamin dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan hal ini menjadi sangat kuat di bidang pendidikan, biasanya anak laki-laki mendapat prioritas pendidikan yang lebih tinggi, dengan

12 anggapan anak laki-laki kelak akan mendapat pekerjaan, peran dan kedudukan yang tinggi, sementara anak perempuan kelak akan mengasuh anak dan mengurus rumah tangga (Goode, 1997). Hal yang senada dikatakan juga oleh De Jong (1976) yang menuturkan bahwa seperti layaknya dalam keluarga Jawa, lingkungan keluarga dan masyarakat juga lebih memprioritaskan kesempatan dan fasilitas bagi anak laki-laki untuk mengembangkan kemampuannya daripada anak perempuannya. Zeitlin, Megawangi, Kramer, Colleta, Babatunde dan Garman (1995) menyatakan bahwa dalam budaya Jawa, peran suami dan istri mempunyai batasan yang jelas. Peran suami tidak lepas dari perannya sebagai laki-laki. Peran produksi merupakan peran yang berhubungan dengan kegiatan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, merupakan peran untuk mencari nafkah bagi keluarganya di luar rumah. Peran sosial adalah peran yang dibawa dan dimainkan oleh seseorang dalam masyarakat, peran tersebut berkaitan dengan hidup sosial pada umumnya, seperti peran-peran dalam hukum, pemerintahan, agama, kepemimpinan lain dalam masyarakat. Sedang peran reproduktif adalah peran yang dimainkan oleh kaum perempuan. Peran ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan dan melangsungkan kehidupan, tetapi tidak berhubungan dengan menghasilkan uang, misalnya melahirkan dan mengurus anak, memasak, dan mengurus anggota keluarga, membersihkan rumah dan lain-lain. Dengan adanya perbedaan peran tersebut, kaum istri atau perempuan menjadi lemah, bodoh, dan miskin. Kaum perempuan tidak mempunyai kekuasaan untuk ikut mengambil keputusan, karena posisinya secara sosial yang tidak menguntungkan tersebut, sehingga tidak jarang hal ini membuat mereka dalam posisi yang rapuh (Goode, 1997). 2.2 Kerangka Pemikiran Pengasuhan anak dalam keluarga mutlak dibutuhkan untuk menghasilkan anak yang berkualitas. Proses membentuk dan menciptakan anak yang berkualitas, berkompeten dan dapat mandiri, membutuhkan lingkungan keluarga yang baik dan lingkungan di sekitar kehidupan anak yang kondusif (Hastuti, p.29). Peran ayah dan ibu sama-sama dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut.

13 Pengasuhan anak dipengaruhi oleh karakteristik keluarga dimana anak tersebut tumbuh dan berkembang. Pada hakekatnya, sejak manusia dilahirkan ke dunia ia mulai dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang homogen tentu memungkinkan terjadinya sosialisasi yang serasi menurut pola yang sama. Keluarga migran yang tinggal di lingkungan pemukiman kumuh tidak mungkin dapat mengembangkan pola sosialisasi anak seperti pada keluarga yang tinggal di lingkungan yang bersifat homogen sebab akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tinggalnya tersebut. Karakteristik sebuah keluarga mempengaruhi pola asuh anak yang diterapkan dalam keluarga tersebut. Latar belakang pendidikan dan usia orangtua dapat mempengaruhi pola pikir orangtua akan pentingnya menerapkan pola asuh yang tepat bagi anaknya. Tingkat pendidikan orangtua, formal maupun non formal, kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orangtua kepada anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua, maka diasumsikan bahwa anak juga akan memperoleh pendidikan yang setara dengan orangtua atau jika memungkinkan lebih tinggi dari pendidikan orangtua. Latar belakang budaya orangtua mempengaruhi nilai-nilai apa yang akan diwariskan pada anak dalam keluarga tersebut melalui pola asuh yang diterapkan. Jumlah pendapatan dan besarnya keluarga mempengaruhi dalam kaitannya dengan peran anak yang dikehendaki orangtua. Jika pendapatan orangtua dirasa kurang dapat memenuhi kebutuhan keluarga, maka terdapat kemungkinan anak juga ikut dilibatkan untuk memberi kontribusi pada pendapatan keluarga. Hal ini kemudian berkaitan dengan nilai anak dalam keluarga tersebut. Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orangtua. Semakin banyak jumlah anak dalam sebuah keluarga maka ada kecenderungan bahwa orangtua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak. Orangtua tidak begitu memperhatikan aspek-aspek pengasuhan karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Usia anak juga mepengaruhi bentuk pengasuhan yang akan mereka terima dari orangtua. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor yang berasal dari kondisi lingkungan di mana keluarga tersebut bermukim. Lingkungan fisik mempengaruhi

14 pertumbuhan dan perkembangan anak karena anak pasti akan melakukan interaksi dengan lingkungan fisik yang ada di sekitarnya. Dalam konteks lingkungan pemukiman kumuh, lingkungan fisik jelas tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara positif. Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orangtua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bagi anak juga turut mempengaruhi, namun anak dari keluarga yang tinggal di pemukiman kumuh cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak mengecap bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. Nilai-nilai religi juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orangtua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan di dalamnya. Lingkungan kekerabatan atau peran keluarga besar dan media massa memberikan pengaruh dalam hal penerapan pola asuh pada anak. Kedudukan dan peranan laki-laki dan perempuan memang sejak dulu sudah ditetapkan, bahwa laki-laki mengurusi sektor produksi dan bertugas mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga sedangkan perempuan bertugas mengurus keluarga. Pengasuhan anak selama ini diketahui merupakan tugas seorang ibu semata dan banyak penelitian pun menunjukkan bahwa peran ayah di dalamnya masih sangat terbatas. Padahal dalam pengasuhan anak, tidak hanya peran ibu yang dituntut di dalamnya. Ayah juga turut memegang andil dalam mengasuh anak. Pembagian kerja dan curahan waktu antara ayah dan ibu secara tidak langsung ikut mempengaruhi bentuk pengasuhan yang diterima anak. Pada keluarga migran suami dan istri cenderung sama-sama mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Hal ini menyebabkan pembagian kerja tidak lagi berdasarkan stereotype bahwa laki-laki hanya mengurusi sektor produksi dan perempuan hanya mengurusi sektor reproduksi saja. Pada kasus suami dan istri sama-sama bekerja, maka pengasuhan anak dalam keluarga tersebut dapat dikatakan tidak maksimal. Orangtua hanya akan memiliki sedikit waktu untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak bisa juga dititipkan pada anggota keluarga lain yang ada di rumah seperti kakak, paman/bibi, kakek/nenek atau bahkan mungkin dengan orang lain yang tidak

15 memiliki hubungan darah sama sekali. Bahkan tidak jarang anak juga ikut dilibatkan dalam pekerjaan orangtua. Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik keluarga migran yang mencakup latar belakang pendidikan orangtua (formal maupun non formal), latar belakang budaya/etnis orangtua (patrilineal, matrilineal, bilateral), jenis pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, besarnya keluarga, jumlah anak, usia anak dan usia orangtua. Penelitian ini juga melihat hubungan antara kondisi lingkungan yang mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, peran sekolah, peran lembaga keagamaan, peran keluarga besar atau sistem kekerabatan dan peran media massa terhadap pola pengasuhan anak dalam keluarga migran etnis Minang, Jawa dan Batak. Profil aktivitas, profil akses dan kontrol, pola pengambilan keputusan dan pola komunikasi antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga migran etnis Jawa, Minang dan Batak yang tinggal di kawasan bantaran sungai juga dikaji hubungannya dengan pola asuh anak yang diterapkan yang kemudian akan berujung pada kualitas anak yang terbentuk. Karakteristik keluarga (X 1 ) : X 11 : latar belakang pendidikan orangtua (formal-non formal) X 12 : latar belakang budaya/etnis orangtua (patrilineal, matrilineal, bilateral) X 13 : jenis pekerjaan orangtua (pertanian-non pertanian) X 15 : pendapatan keluarga X 16 : besarnya keluarga X 17 : jumlah anak X 18 : usia orangtua Relasi gender dalam keluarga (X 3 ): X 31 : profil aktivitas, akses dan kontrol (sektor produksi, reproduksi dan sosial) X 32 : pengambilan keputusan X 33 : pola komunikasi Kondisi Lingkungan (X 2 ): X 21 : lingkungan fisik X 22 : lingkungan sosial X 23 : peran sekolah X 24 : peran lembaga keagamaan X 25 : peran keluarga besar POLA ASUH ANAK (Y) : Y 1 : fungsi prokreasi Y 2 : penanaman nilai Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) Keterangan : hubungan mempengaruhi Gambar 1. Kerangka Pemikiran

16 2.3 Definisi Operasional 1. Keluarga migran didefinisikan sebagai kelompok sosial terkecil yang diikat oleh tali perkawinan dan diakui sah oleh masyarakat yang umumnya terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya yang belum kawin dimana kepala keluarga atau seluruh anggota keluarga tersebut berasal dari luar daerah. Pada penelitian ini, yang digolongkan keluarga migran adalah keluarga yang kepala keluarganya bukan penduduk asli Kota Dumai. 2. Latar belakang pendidikan orangtua didefinisikan sebagai tingkatan pendidikan terakhir (baik formal maupun non formal) yang pernah dijalani orangtua dan dinyatakan dalam ukuran tahun. Pendidikan formal diukur menggunakan skala rasio dan dinyatakan dalam ukuran tahun lulus, dikategorikan menjadi : 1) SD/sederajat-tidak tamat. 2) SD/sederajat-tamat. 3) SMP/sederajat-tidak tamat. 4) SMP/sederajat-tamat. 5) SMA/sederajat-tidak tamat. 6) SMA/sederajat-tamat. Pendidikan non formal diukur dengan skala rasio untuk mengetahui frekuensi keikutsertaan responden dalam kursus atau pelatihan dalam 1 tahun terakhir. 3. Latar belakang budaya orangtua didefinisikan sebagai nilai-nilai budaya yang diyakini orangtua dan diwariskan kepada keturunannya melalui pengasuhan. Pada penelitian ini, responden yang dipilih adalah keluarga migran dengan Kepala Keluarga (KK) beretnis Minang (matrilineal), Jawa (bilateral) dan Batak (patrilineal). 4. Jenis pekerjaan orangtua didefinisikan sebagai segala bentuk aktivitas yang dilakukan orangtua yang dapat menghasilkan uang dan dinyatakan dalam rupiah. Variabel ini diukur menggunakan skala nominal yang dibedakan menjadi :

17 1) Pekerjaan di sektor pertanian mencakup pekerjaan di sektor pertanian itu sendiri, sektor perikanan, peternakan, kehutanan, perkebunan. 2) Pekerjaan di sektor non pertanian mencakup pedagang, buruh pabrik, buruh serabutan, tukang becak, tukang ojek, pembantu rumah tangga dan sejenisnya. 5. Pendapatan keluarga didefinisikan sebagai seluruh jumlah pendapatan yang berasal dari hasil pekerjaan utama maupun sampingan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan suami dan istri dalam keluarga. Variabel ini akan didekati melalui data pengeluaran keluarga baik pengeluaran pangan maupun non pangan dan diukur dengan skala rasio. 6. Besarnya keluarga didefinisikan sebagai jumlah seluruh orang yang tinggal bersama dalam satu rumah baik keluarga inti maupun keluarga luas. Variabel ini dinyatakan dalam jumlah orang dan diukur menggunakan skala rasio. 7. Jumlah anak didefinisikan sebagai banyaknya anak yang tinggal dan masih berada di bawah pengasuhan orangtua. Dikategorikan menjadi anak kandung, anak tiri dan anak angkat. Mengacu pada Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak didefinisikan sebagai seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pada penelitian ini, yang dikategorikan anak adalah yang masih tinggal bersama dengan orangtua dan masih berada di bawah tanggungan orangtua. 8. Usia orangtua didefinisikan sebagai lamanya hidup yang telah dijalani orangtua, dinyatakan dalam tahun. 9. Lingkungan fisik didefinisikan sebagai segala bentuk sarana dan prasarana fisik yang ada di sekitar keluarga dan dapat dimanfaatkan oleh anggota keluarga dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan dalam variabel ini mencakup ada/tidak adanya sarana dan prasarana fisik di lingkungan tempat tinggal mereka dan manfaat yang dirasakan dari keberadaan sarana prasarana tersebut. Selain itu, dilihat juga kondisi

18 rumah dan lingkungan sekitar rumah seperti ketersediaan sarana MCK, pembuangan sampah dan sumber air minum keluarga. 11. Lingkungan sosial didefinisikan sebagai lingkungan pergaulan yang dijalani oleh anggota keluarga tersebut dan memberi pengaruh pada pola hubungan antar anggota keluarga. Skala ordinal digunakan untuk mengukur apakah responden sering melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, keikutsertaan dalam organisasi/perkumpulan, pengaruh keikutsertaan dalam organisasi/perkumpulan topik interaksi, frekuensi interaksi responden dalam seminggu serta kualitas lingkungan sosial dalam kehidupan responden. 12. Peran sekolah didefinisikan sebagai peran yang ditunjukkan lembaga pendidikan formal bagi perkembangan kognitif anak. Pertanyaanpertanyaan dalam variabel ini diukur menggunakan skala nominal untuk menunjukkan apakah sekolah berpengaruh terhadap pengasuhan anak. 13. Peran lembaga agama didefinisikan sebagai peran yang ditunjukkan institusi keagamaan dalam mempengaruhi pola asuh anak. Pertanyaanpertanyaan dalm variabel ini diukur menggunakan skala nominal untuk menunjukkan apakah lembaga agama berpengaruh terhadap pengasuhan anak. 14. Peran keluarga besar didefinisikan sebagai sejauh mana anggota keluarga besar memberi pengaruh dalam pola asuh yang diterapkan orangtua pada anak. Pertanyaan-pertanyaan dalam variabel ini diukur menggunakan skala ordinal untuk menunjukkan apakah keluarga besar memberi pengaruh dalam pengasuhan anak dalam keluarga responden. 15. Media massa didefinisikan sebagai segala bentuk media elektronik maupun non elektronik yang dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada anggota keluarga dan memberikan pengaruh pada penerapan pola asuh anak. Variabel ini dinyatakan dalam kategori jenis media massa yang dimiliki keluarga yaitu berupa media audio visual, audio dan cetak (skala ordinal), intensitas penggunaannya (skala rasio) dan pemanfaatan media massa tersebut dalam kehidupan keluarga (skala ordinal) dengan ukuran pemanfaatan untuk hiburan semata (skor 1), untuk

19 hiburan dan pendidikan (skor 2) dan untuk hiburan, pendidikan dan usaha (skor 3). 16. Relasi gender dalam keluarga didefinisikan sebagai pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang mencakup kedudukan dan peran yang mereka jalani di sektor produksi, reproduksi maupun sosial. Penelitian ini akan melihat bagaimana relasi gender yang terbentuk antara laki-laki dan perempuan dalam kaitannya dengan profil aktivitas, dan profil akses serta kontrol mereka terhadap sumberdaya yang dimiliki keluarga. Profil aktivitas didefinisikan sebagai gambaran seluruh aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan selama satu hari. Melalui profil ini dapat dilihat apa saja yang dikerjakan oleh perempuan dan lakilaki serta mengetahui curahan waktu dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Dikategorikan menjadi : 1) Aktivitas pada sektor produktif adalah segala aktivitas yang dapat menghasilkan uang dan menyumbang ke dalam pendapatan keluarga. 2) Aktivitas pada sektor reproduktif adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak dll. 3) Aktivitas pada sektor sosial-politik-keagamaan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan pola hubungan keluarga tersebut dengan komunitasnya. Profil akses didefinisikan sebagai gambaran tentang akses laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya tertentu yang dimiliki keluarga. Profil kontrol didefinisikan sebagai gambaran tentang pola pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya yang dimiliki keluarga. 17. Pola pengambilan keputusan didefinisikan sebagai pola keterlibatan suami dan istri pada proses pengambilan keputusan di keluarga. Sajogyo (1983) seperti yang dikutip oleh Lestari (2006) mengemukakan 5 variasi pola pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu (1) pengambilan keputusan dilakukan oleh istri sendiri; (2) pengambilan keputusan dilakukan

20 bersama, namun istri lebih dominan; (3) pengambilan keputusan dilakukan bersama dan setara; (4) pola pengambilan keputusan dilakukan bersama namun suami lebih dominan; dan (5) pengambilan keputusan dilakukan oleh suami sendiri. Pola pengambilan keputusan yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada bidang konsumsi barang dan jasa, pembentukan keluarga, keuangan dan partisipasi sosial. 18. Pola komunikasi dalam keluarga didefinisikan sebagai bentuk interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga lainnya. Pada variabel ini akan dilihat apakah pola komunikasi dalam keluarga migran cenderung bersifat satu arah atau dua arah. 19. Pola asuh anak didefinisikan sebagai cara mengasuh anak yang dilakukan orangtua dalam mendidik dan merawat anak, sehingga anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia berada atau tinggal. Tugas pengasuhan ini umumnya dilakukan oleh ayah dan ibu (orangtua biologis anak), namun bila orangtua biologisnya tidak mampu melakukan tugas ini, maka tugas ini diambil alih oleh kerabat dekat termasuk kakak, kakek dan nenek, orangtua angkat sebagai alternative care. Pengasuhan bukan hanya bersifat fisik namun juga termasuk pengasuhan secara psikis. Kegiatan-kegiatan pengasuhan yang dilakukan pada anak dapat dilihat melalui profil aktivitas suami dan istri sehari-hari. 20. Persepsi nilai anak didefinisikan sebagai pandangan atau pendapat orangtua mengenai nilai anak bagi kehidupan mereka baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert pada pernyataan-pernyataan untuk mengukur persepsi orangtua mengenai nilai anak dalam keluarga yang kemudian dikategorikan menjadi: 1) Nilai psikologis adalah nilai yang menganggap anak membawa kegembiraan dan kebahagiaan dalam hidup orangtuanya, anak adalah sasaran cinta kasih dan sahabat bagi orangtua. Pernyataan untuk nilai psikologis anak adalah 10 pernyataan, dimana tujuh

21 pernyataan bersifat umum dan tiga pertanyaan lainnya bersifat gender (membedakan antara anak laki-laki dan perempuan). 2) Nilai sosial adalah nilai yang menganggap anak dapat meningkatkan status sosial keluarga dimata masyarakat. Pernyataan untuk nilai psikologis anak adalah 10 pernyataan, dimana tiga pernyataan bersifat umum dan tujuh pernyataan lainnya bersifat gender (membedakan antara anak laki-laki dan perempuan). 3) Nilai ekonomi adalah nilai yang menganggap anak dapat memberi kontribusi dalam hal ekonomi atau finansial bagi keluarga. Pernyataan untuk nilai psikologis anak adalah 10 pernyataan, dimana dua pernyataan bersifat umum dan delapan pernyataan lainnya bersifat gender (membedakan antara anak laki-laki dan perempuan) 21. Fungsi prokreasi keluarga didefinisikan sebagai fungsi reproduksi keluarga yang tidak saja meliputi fungsi meneruskan keturunan, tetapi juga berkaitan dengan aspek-aspek pengasuhan lainnya seperti sosialisasi nilai moral pada anak. Pada variabel ini, terdapat pertanyaan yang diukur dengan skala rasio untuk mengetahui penanaman nilai budaya dan moral yang dilakukan orangtua kepada anak. 22. Penanaman nilai Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) dalam keluarga didefinisikan kemampuan orangtua untuk memperlakukan anak-anaknya tanpa membedakan jenis kelamin anak. Pada variabel ini, terdapat pertanyaan yang diukur dengan skala rasio untuk mengetahui penanaman nilai Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) dalam keluarga. 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini yaitu : 1. Diduga terdapat perbedaan persepsi nilai anak pada keluarga migran yang berasal dari etnis yang berbeda.

22 2. Pola asuh anak pada keluarga migran diduga memiliki hubungan positif yang nyata dengan karakteristik keluarga, kondisi lingkungan dan relasi gender dalam keluarga.

POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER MARIA DEWI RAHAYU SKRIPSI

POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER MARIA DEWI RAHAYU SKRIPSI POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI ASPEK RELASI GENDER KASUS PADA KELUARGA ETNIS MINANG, JAWA DAN BATAK DI KELURAHAN SUKAJADI, KECAMATAN DUMAI TIMUR, KOTA DUMAI, PROVINSI RIAU MARIA DEWI RAHAYU I34050780 SKRIPSI

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga 7 Definisi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar 8.2 Pengertian Keluarga

BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar  8.2 Pengertian Keluarga BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dan merupakan gejala yang universal. Dewasa ini, lembaga keluarga banyak mengalami perubahan baik dalam struktur maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan industri modern mempengaruhi perkembangan kehidupan sosial di masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat tentu saja tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan psikolog tidak terlepas dari pembinaan dan pendidikan orangtua, masyarakat dan lembaga pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada

BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008. Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada 68 BAB V PROFIL GENDER DAN AGEN SOSIALISASI MAHASISWA TPB TAHUN AJARAN 2007/2008 5.1 Karakteristik Individu 5.1.1 Jenis Kelamin Komposisi mahasiswa TPB IPB menurut jenis kelamin disajikan pada Tabel 7.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan bahwa keluarga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Perilaku keluarga dan peran serta setiap individu anggota keluarga akan membantu kita untuk mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual memiliki nilai simbolik yang sangat besar sehingga dapat menjadi barometer masyarakat. Dari dahulu sampai sekarang, seksualitas bukan hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tanggung Jawab Menurut Kamus Besar Bahasa lndonesia (1998 : 1006) tanggung jawab diartikan sebagai keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis terbentuknya suatu keluarga dapat melalui ikatan darah, perkawinan ataupun adopsi.

Lebih terperinci

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Pemahaman Progresif tentang Hak Perempuan atas Waris, Kepemilikan Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya Beberapa Istilah Penting terkait dengan Hak Perempuan atas Waris dan Kepemilikan Tanah: Ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1937, Murdok menemukan tiga Tipe keluarga yaitu; keluarga inti (Nurclear

I. PENDAHULUAN. 1937, Murdok menemukan tiga Tipe keluarga yaitu; keluarga inti (Nurclear I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerjasama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Melalui servecynya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1 Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 Pendahuluan Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep dan Definisi Bekerja Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP Pertemuan I KONSEP DASAR KELUARGA Oleh : DODIET ADITYA SETYAWAN NIP. 197401121998031002 Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas I Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kognitif Kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (Fatimah 2006). Apabila diperlukan, pengetahuan yang dimiliki dapat dipergunakan. Banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai kehidupannya. Keluarga membentuk

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi Lampiran 2 HASIL WAWANCARA Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi 1. Bagaimanakah cara orang tua menyampaikan hukum adat Minangkabau kepada anak, terkait adanya pewarisan harta kepada anak perempuan?

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER By : Basyariah L, SST, MKes Kesehatan Reproduksi Dalam Persfektif Gender A. Seksualitas dan gender 1. Seksualitas Seks : Jenis kelamin Seksualitas : Menyangkut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional

TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional 5 TINJAUAN PUSTAKA Peran Keluarga Teori Struktural-Fungsional Para sosiolog ternama seperti William F. Ogburn dan Talcott Parsons mengembangkan pendekatan struktural-fungsional dalam kehidupan keluarga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata gender dalam istilah bahasa indonesia sebenarnya berasal dari bahasa

BAB II LANDASAN TEORI. Kata gender dalam istilah bahasa indonesia sebenarnya berasal dari bahasa BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Gender. Kata gender dalam istilah bahasa indonesia sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu Gander. Jika dillihat dalam kamus bahasa Inggris, tidak secara jelas

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Konsep Keluarga Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Definisi Klg merupakan kumpulan individu didasarkan hubungan tali perkawinan, hub darah dan tempat tinggal dalam satu rumah ( Friedman, 1998)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah,

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis terbentuk paling dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Hutan memiliki kedekatan hubungan dengan masyarakat disekitarnya terkait dengan faktor ekonomi, budaya dan lingkungan. Hutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Gagasan Emansipasi Kartini Tiga gagasan yang diperjuangkan Kartini yaitu emansipasi dalam bidang pendidikan, gagasan kesamaan hak atau

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sifat-sifat yang relevan dan efisien. Artinya pengambilan keputusan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. sifat-sifat yang relevan dan efisien. Artinya pengambilan keputusan tersebut harus BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sosiologi melihat pengambilan keputusan sebagai suatu hal yang pasti dialami oleh semua keluarga. Di mana untuk menghasilkan sebuah keputusan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja adalah dua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk menjadi potensi terjaminnya ketersediaan

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini berupaya menjawab masalah konflik peran pada Ibu bekerja yang baru pertama kali memiliki anak dan cara mereka mengatasinya. Dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional karena data yang diambil berkenaan dengan pengalaman masa lalu yaitu saat keluarga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan suatu kepekaan terhadap kebutuhan anak, karena dengan kepekaan tersebut pemahaman dapat mudah diperoleh. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketakutan Sukses 1. Pengertian Ketakutan Sukses Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah disposisi yang bersifat stabil dan mulai muncul sejak awal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan-kebutuhan seperti makhluk hidup lainnya, baik kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Negara Indonesia ini terdapat berbagai macam suku bangsa, adat istiadat, pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan perempuan dan

Lebih terperinci

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi, 61 PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan seorang diri, tetapi manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Subbab tinjauan pustaka berisi bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Lingkup Penelitian Geografi Menurut (Bintarto (1977:9) geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi

HASIL. Tabel 20 Sebaran nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi karakteristik keluarga Rata-rata ± Standar Deviasi 43 HASIL Karakteristik Keluarga Tabel 20 menunjukkan data deskriptif karakteristik keluarga. Secara umum, usia suami dan usia istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu telah ada orang-orang yang memberikan perhatian kepada nasib wanita, yang dianggap diperlakukan tidak adil dalam masyarakat maupun dalam keluarga dibanding

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial

Lebih terperinci

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (Sukirno, 2001:20). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (Sukirno, 2001:20). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Konsep Ketenagakerjaan Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

POTRET KELUARGA, DARI MASA KE MASA

POTRET KELUARGA, DARI MASA KE MASA Artikel POTRET KELUARGA, DARI MASA KE MASA Oleh Mardiya Dahulu kala, ketika orang-orang masih hidup secara nomaden dan agama belum diturunkan ke bumi, masih belum ada keluarga dalam arti sebenarnya. Karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Suatu pengkajian tentang wanita dan kerja perlu dihubungkan dengan keadaan masyarakat pada umumnya.

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN Oleh Drs. Bakti Ritonga, SH.,MH. 1 Assalmu alaikum wr.wb. Salam sejahtera untuk kita semua Yang Terhormat; Bapak dan Ibu Pembina, jajaran pengurus, dan seluruh pesrta

Lebih terperinci

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Noorfi Kisworowati F 100 050 234

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia sangat luas, juga mempunyai puluhan bahkan ratusan adat budaya. Begitu juga dengan sistem kekerabatan yang dianut, berbeda sukunya maka berbeda pula

Lebih terperinci