PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN
|
|
- Bambang Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone: Dewi.Simanullang.0814@gmail.com Abstrak Remaja yang mengalami masa peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan banyak mengalami masalah, seperti tidak tercapainya tugas perkembangan atau masalah dalam keluarga yang berdampak pada timbulnya perilaku antisosial. Dampaknya adalah mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku antisosial dan faktor faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan serta mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial yang paling dominan. Desain penelitian adalah deskriptif komparatif. Pengambilan sample dengan menggunakan total sampling. Sample sebanyak 22 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisoner perilaku antisosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja yang meliputi data demografi dan pernyataan terkait perilaku antisosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja. Kemudian data diolah dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentasi serta analisis regresi linear ganda untuk faktor dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku antisosial adalah proses keluarga dengan nilai b = 0,667. Institusi pendidikan/sekolah agar lebih mengenal siswanya dengan memberikan perhatian yang sama ke seluruh siswa, memberikan teguran yang tegas apabila muncul kenakalan di sekolah serta mengaktifkan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa. Kata kunci : Perilaku, Antisosial, Remaja PENDAHULUAN Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orangtuanya, masyarakat bahkan seringkali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Remaja pada masa perkembangannya harus memenuhi tugastugas perkembangan. Namun tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Banyak masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut (Hurlock, 2000) Salah satu wujud dari masalah-masalah tersebut adalah apa yang kemudian dikenal sebagai perilaku antisosial. Perilaku antisosial adalah gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial yang disebabkan oleh lemahnya kontrol diri. Merupakan kasus yang paling banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Gangguan perilaku antisosial, angka prevalensinya 3% pada laki-laki dan <1% pada perempuan. Penelitian Kristiyarini (2000) dengan sampel 152 remaja, memperoleh hasil penderita antisosial sebanyak 29 orang (19.07%), peneliti menyatakan bahwa angka prevalensi perilaku antisosial ini berada di urutan ke tiga dari semua gangguan perilaku. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kejadian perilaku antisosial di Indonesia ada kasus. Hasil penelitian Baskoro (2010) menyatakan distribusi perilaku antisosial sebagai berikut, dari jumlah total responden 37 responden yang terdiri dari 18 responden laki-laki dan 19 responden perempuan, didapatkan bahwa dari 18 responden laki-laki yang 1
2 mengalami gangguan perilaku antisosial adalah sebanyak 15 responden (40,5%). Sedangkan pada 19 responden perempuan yang mengalami gangguan perilaku antisosial adalah sebanyak 9 responden (24,3%). Gambaran betapa banyaknya masalah yang dialami remaja masa kini yang berdampak timbulnya perilaku antisosial. Faktor lain yang dapat menimbulkan perilaku antisosial juga dapat disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak harmonis, ketidakkonsistenan dalam pengasuhan anak, orangtua yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan perilaku anak yang tidak benar, orangtua yang tidak menunjukkan kasih sayang, pendidikan yang didapat kurang memadai. Peneliti melakukan wawancara pada guru bimbingan konseling di sekolah ini, didapatkan keterangan bahwa tingkat kenakalan remaja di sekolah ini memang tinggi. Rata rata siswa yang nakal ditiap kelas 5-10 orang. Mulai dari bolos pada jam pelajaran, melawan guru, menyontek, tawuran, melakukan perjudian di kantin sekolah, merokok, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, geng motor dan masih banyak lagi.berdasarkan uraian diatas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang perilaku antisosial dan faktor faktor yang mempengaruhinya pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial terkait dengan kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor tidak tercapainya identitas peran yaitu menggabungkan motivasi, nilainilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja. Faktor kontrol diri yang tidak kuat, faktor usia biasanya terjadi pada tahun, faktor jenis kelamin yang kebanyakan dialami oleh laki-laki, faktor harapan terhadap pendidikan dan nilainilai di sekolah rendah, faktor proses keluarga biasanya karena kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Faktor pengaruh teman sebaya memberi pengaruh pada sikap, pembicaraan, minat maupun tingkah laku, remaja biasanya akan selalu berusaha memenuhi aturan-aturan kelompok agar tetap dapat diterima di kelompok sebayanya. Faktor kelas sosial ekonomi yang rendah serta faktor kualitas lingkungan tempat tinggal rendah yang ditandai dengan tingkat kriminalitas yang tinggi. (Sumiati dkk, 2009) Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan, mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan, menganalisa faktor mana yang paling dominan dari semua faktor faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada ramaja SMA Swasta Raksana Medan. METODE Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan jumlah responden sebanyak 22 siswa yang berperilaku antisosial yang diperoleh setelah melakukan identifikasi perilaku antisosial pada 112 siswa yang dipilih secara acak dari populasi sebanyak 951 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja SMA disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel sedangkan untuk mengetahui faktor dominan penyebab perilaku antisosial, metode statistik yang digunakan adalah regresi linear ganda dengan metode backward. Memakai program komputerisasi yaitu memasukkan semua variabel kedalam model, tetapi kemudian satu persatu variabel independen di keluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu. 2
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Karakteristik responden Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik siswa dengan perilaku antisosial Data Demografi Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 15 68,2 Perempuan 7 31,8 Agama Islam 7 31,8 Kristen 9 40,9 protestan Khatolik 1 4,5 Hindu 3 13,6 Budha 2 9,1 Suku Batak 10 45,5 Jawa 3 13,6 Melayu 2 9,1 Minang 1 4,5 Lain-lain 6 27,3 Kelas X 6 27,3 XI IPA 5 22,7 XI IPS Usia 16 tahun (Remaja Pertengahan) 17 tahun (Remaja akhir) (Mean= 16,5 ; SD= 0,51) 12 54, ,5 Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku siswa Perilaku Siswa Berperilaku antisosial Tidak berperilaku antisosial Frekuensi Persentase (%) 22 19, ,4 Jumlah responden yang tergolong berperilaku antisosial dalam penelitian ini adalah 22 orang. Adapun karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup jenis kelamin, umur, agama, suku, dan kelas. Dari data yang diperoleh bahwa usia siswa yang paling muda yaitu 16 tahun dan yang paling tua 17 tahun dengan nilai mean 16,5. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 15 orang (68,2 %). Jumlah agama Kristen protestan lebih banyak dari yang lainnya yaitu 9 orang (40,9 %) dan agama Islam di urutan ke dua yaitu 7 orang (31,8 %). Suku yang paling banyak adalah suku batak dengan jumlah 10 orang (45,5 %) dan mayoritas berasal dari kelas XI IPS sebanyak 11 orang (50 %). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Antisosial Pada Remaja No. Faktor-Faktor Persentase(%) 1. Proses Keluarga 40,25 2. Lingkungan 38,68 3. Ekonomi Kontrol diri 35,2 5. Harapan terhadap 34,67 sekolah 6. Identitas 32,5 7. Pengaruh teman 32,25 sebaya Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan ada 9 faktor. Faktor usia dan jenis kelamin ada di data demografi dan 7 faktor yang diteliti adalah, identitas, kontrol diri, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa yang paling banyak mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan adalah faktor proses keluarga yaitu sebanyak 40,25% 3
4 siswa remaja memilih melalui pernyataan faktor tersebut. 3. Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Perilaku Antisosial Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan Tabel 4. Hasil uji regresi linear ganda dengan metode ( Backward ) tentang Perilaku Antisosial Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhinya Mode B P value (sig) Proses 0,667 0,685 Keluarga Persamaan regresi: Y = a + bx Y = 0, ,667X Dari hasil uji regresi, hasil interpretasinya adalah faktor proses keluarga memiliki kontribusi 0,667 kali mempengaruhi perilaku antisosial. Faktor ini sekaligus menjadi faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan. Pembahasan Dari 112 Remaja di SMA Swasta Raksana Medan, yang berperilaku antisosial 22 orang (19,6 %) dan yang tidak berperilaku antisosial 90 orang (80,4 %). Penelitian Baskoro (2010) menyatakan bahwa dari jumlah total 37 responden, diperoleh sebanyak 23 responden mengalami perilaku antisosial. Faktor proses keluarga adalah faktor yang paling dominan yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja. Proses keluarga mencakup dukungan keluarga, penerapan disiplin yang efektif, sikap orangtua, pola asuh anak yang diterapkan, peran orangtua serta konflik dalam keluarga Hasil ini sesuai dengan penelitian Yudriansyah (2010) yang menyimpulkan bahwa pola asuh orang tua sangat mempengaruhi bagaimana kelak anak berperilaku. Faktor proses keluarga ini juga diperjelas dari hasil penelitian Dianita (2009), menyimpulkan bahwa persepsi pola asuh orang tua otoriter berpengaruh cukup besar pada perilaku antisosial, pola asuh demokratis memiliki pengaruh negatif, persepsi pola asuh permisif orang tua cukup mempengaruhi perilaku antisosial anak. Melihat hal ini berarti persepsi pola asuh orang tua memberikan sumbangan yang besar terhadap perilaku antisosial pada remaja. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004). Situasi keluarga yang memungkinkan timbulnya perilaku antisosial pada anak diantaranya adalah disharmoni dalam keluarga dan rumah tangga berantakan. Rumah tangga yang berantakan disebabkan oleh kematian ibu atau bapak, perceraian diantara mereka, hidup terpisah, poligami, ketidak cocokan dan sering konflik, merupakan sumber munculnya perilaku antisosial pada anak. Selain itu anak yang tidak dibiasakan dengan disiplin dan kontrol diri yang baik dirumah sesuai dengan norma-norma yang ada dalam kehidupan masyarakat maupun norma-norma agama. Hal ini disebabkan karena ibu atau bapak atau keduanya tidak dapat menjalani fungsinya dengan baik bagi pendidikan anak. Pola kriminal orang tua juga dapat menyebabkan perilaku antisosial pada anak. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian kesimpulan yang dapat diambil adalah faktor dominan yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja Di SMA Swasta Raksana Medan adalah proses keluarga. Saran yang bisa diberikan dalam menindaklanjuti hasil penelitian ini adalah: perlu diberikan penekanan materi tentang faktor-faktor perilaku antisosial pada remaja, para guru juga harus mengenali faktor perilaku antisosial pada siswa remaja. DAFTAR PUSTAKA Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan- Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang 4
5 Kehidupan. (Edisi 5). Jakarta: Erlangga Sumiati dkk. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja Dan Konseling. Jakarta : Trans Info Media. Badan Pusat Statistik (2010). Data_SP2010_menurut_kelompo k_umur. ile/data_sp2010_menurut_kelom pok_umur.pdf Kristiyarini, E. (2000). Kecenderungan gangguan kepribadian pada remaja dan dewasa awal di desa Sedeng Pacitan. September 03, evi-5658-remaja Baskoro, P. (2010). Hubungan antara depresi dengan perilaku antisosial pada remaja di sekolah. Agustus 27, ent of Medicine" and Year is 2010 Yudriansyah. (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Antisosial Remaja di kecamatan Bekasi Selatan. Juni 23, pository/view/1899/hubunganantara-pola-asuh-permisif dengan-perilaku-antisosialremaja.html/ Dianita. (2009). Pengaruh Persepsi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Antisosial Pada Remaja. Juli 01, gi Suprajitno (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. EGC: Jakarta 5
BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan
Lebih terperinciPOLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN
POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA SMA KARTIKA I-2 MEDAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA SMA KARTIKA I-2 MEDAN Eis Sumiati* Mahnum Lailan Nasution** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas
Lebih terperinciPOLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN
POLA ASUH KELUARGA DAN TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 7 MEDAN Susi Yanti*, Siti Zahara Nasution** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan,
Lebih terperinciPOLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO
POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO Sri Sudarsih Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Mojokerto Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciPOLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN Efitri Novalina Siboro*, Iwan Rusdi ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.
Lebih terperinciDUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI
DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI Delia Ulpa*, Mahnum Lailan Nst.** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
Lebih terperinciDUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciMEKANISME KOPING PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DOWN SYNDROME DI SDLB NEGERI LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG
MEKANISME KOPING PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK DOWN SYNDROME DI SDLB NEGERI 107708 LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG Dewi Permata Suri*,Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil pengolahan data, dan analisa data hasil penelitian. Hasil ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan
Lebih terperinciBABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi memaksa orangtua lebih
Lebih terperinciBAB I. saja kesukaran pada individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang. tuanya. Hal ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa transisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan saja kesukaran pada individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang tuanya. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEP. dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam penelitian ini
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Konsep adalah abtraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara dua variabel independen dan
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT 07-08 RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA Aristina Halawa Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. ABSTRAK Kenakalan remaja yang merupakan
Lebih terperinciGAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG. Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar.
GAYA PEMECAHAN MASALAH YANG DIMILIKI SISWA SMA NEGERI I PARONGPONG BANDUNG Cesarina Silaban Dosen Akademi Perawatan Surya Nusantara Pematangsiantar. Abstrak Remaja sekarang ini banyak yang tidak tahu cara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012
46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah
Lebih terperinciFORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. : Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dan Perilaku Agresif Remaja. di STM Raksana Medan
Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian : Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dan Perilaku Agresif Remaja di STM Raksana Medan Peneliti : Theresia Gustina Manalu Saya adalah Mahasiswi
Lebih terperinciPERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN
LAPORAN PENELITIAN PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN Evi Karota-Bukit*, Yesi Ariani.** ABSTRAK Penelitian ini adalah deskriptif yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada subyek dengan menggunakan teknik cluster sampling. Jumlah kuesioner
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu
Lebih terperinciSURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
70 SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Nama Peneliti Judul penelitian : Ummi Ana Sari Nasution :Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Pencapaian Tugas Perkembangan Remaja di SMA Negeri 1 Kualuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja adalah tahap umur berikutnya setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah tahap umur berikutnya setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja
Lebih terperinciHUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN Wirdasari Hasibuan*, Ismayadi** ABSTRAK Program pelayanan posyandu
Lebih terperinciPENGETAHUAN IBU HAMIL DAN MOTIVASI KELUARGA DALAM PELAKSANAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS UJUNG BATU RIAU
PENGETAHUAN IBU HAMIL DAN MOTIVASI KELUARGA DALAM PELAKSANAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS UJUNG BATU RIAU Astini Siringo-Ringo*, Siti Saidah Nasution** *Mahasiswi Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen
Lebih terperinciSURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan
Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Nama Peneliti Judul Penelitian : Dewi Sartika Panjaitan : Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Sosialisasi Remaja di SMA Negeri 15
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya, kerap sekali keluarga itu tidak hanya terdiri dari suami istri dan anakanaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI
PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI Sry Oktaviana Br Sitepu*, Iwan Rusdi** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa
Lebih terperincikeberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah
Lebih terperinciGambaran Karakteristik Partisipan Penelitian
43 4. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dan interpretasi hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian pertama bab ini, akan diuraikan gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan dan merupakan usia emas dalam proses perkembangan anak. Apabila pada masa tersebut anak
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA DI SMA GITA BAHARI SEMARANG. Ira Puspitasari*).
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA DI SMA GITA BAHARI SEMARANG Ira Puspitasari*)., Ns. Heryanto Adi N, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom**), Mamat Supriyono,SKM.,M.Kes.(Epid)***)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta selama 4 bulan sejak bulan November 2015 Februari 2016 dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode, lokasi dan sampel
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN. Oleh : Ade Pratiwi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PERHATIAN PADA LANSIA DI DESA SENGKLEYAN JENGGRIK KEDAWUNG SRAGEN Oleh : Ade Pratiwi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro 2009 A. Latar Belakang
Lebih terperinciHUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN Ida Safitri * Sulistiyowati **.......ABSTRAK....... Konsep diri merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciPERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013
PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013 Dina Indarsita 1, Mariaty S 2, Ravina Primursanti 1 1 Jurusan Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Kota Magelang terletak di tengah-tengah Kabupaten Magelang, wilayah provinsi Jawa Tengah dan memiliki posisi strategis karena berada di tengah-tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan sangat menentukan bagi perkembangan serta kualitas diri individu dimasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia mengalami beberapa proses perkembangan dalam hidupnya, baik secara fisik maupun psikis. Di mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan beranjak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun,
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning Pada Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Saya yang bernama Tantri Mawarni
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
12 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Umur Jenis kelamin Suku Pekerjaan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN
KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN Fransiska Ompusunggu* Evi Karota Bukit ** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ** Dosen Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. A, B, C, D, E, dimana masing-masing alternatif jawaban mempunyai kategori
BAB III PENYAJIAN DATA Penyajian data berikut ini berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Kelurahan Pematang Pudu sebanyak 379 angket dengan daftar pertanyaan sebanyak 8 pertanyaan. Pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan, namun ternyata ada beberapa faktor yang
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PENELITIAN. pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Di dalam penelitian ini
1. Kerangka Penelitian BAB III KERANGKA PENELITIAN Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan dengan beban keluarga dalam mengikuti regimen terapeutik pada anggota
Lebih terperinciUniversitas Sumatra Utara
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Nama saya adalah Ahmad Syahidin Sinaga, mahasiswa S1 Keperawatan Ekstensi 2012 Fakultas Keperawatan USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Stres Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kepada remaja yang berada pada tingkatan sekolah menengah pertama. Penelitian dilakukan di
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian SMA Negeri 1 Getasan merupakan Sekolah Menengah Atas yang terletak di perbatasan antara Sumogawe dan Getasan, tepatnya di Jalan Raya
Lebih terperinciVolume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA
STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA Asmawahyunita 1, dan Ummu Lathifah 2 INTISARI Pola asuh orang tua yang demokratis menjadikan adanya komunikasi
Lebih terperinciPROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL
PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA
HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,
Lebih terperinciPENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS
PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS Juliana S.R. Marpaung*, Setiawan ** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan ** Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan, Universitas
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan
18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan.kualitas sumber. daya manusia (SDM) memainkan peran penting dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan.kualitas sumber daya manusia (SDM) memainkan peran penting
Lebih terperinci