Tujuan Lokasi Belanja Oleh Penduduk Wanita Di Kecamatan Sukmajaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tujuan Lokasi Belanja Oleh Penduduk Wanita Di Kecamatan Sukmajaya"

Transkripsi

1 Tujuan Lokasi Belanja Oleh Penduduk Wanita Di Kecamatan Sukmajaya Hendry Nugroho (1), Ratna Saraswati (2), Tuty Handayani (2) (1) Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok (2) Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok Abstrak Letak Kecamatan Sukmajaya yang strategis mampu meningkatkan mobilitas penduduknya ke lokasi belanja yang berada di dalam wilayah dan di luar wilayah Kota Depok. Penelitian ini mengkaji mengenai tujuan lokasi belanja oleh penduduk wanita di Kecamatan Sukmajaya yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah dan di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah berdasarkan kelompok usia penduduk. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan keruangan dan analisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan lokasi belanja oleh penduduk wanita yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah dan yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah memiliki kecenderungan yang sama untuk setiap kelompok usia penduduk. Namun, perbedaan yang cukup jelas dapat terlihat pada alasan dan moda transportasi yang digunakan oleh penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah dan permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk ke tujuan lokasi belanja.. Abstract The strategic location of Sukmajaya District would increase the mobility of the resident to shopping locations within the region and outside the region of Depok. This study reviewing about the destination of shopping location by women resident in Sukmajaya for each age group of population that living in Perumnas Depok II Tengah and in non-regular settlements around the Perumnas Depok II Tengah. This research was conducted using the spatial approach and descriptive analysis. The results indicate that the destination shopping location by women resident who living in Perumnas Depok II Tengah and women resident who are living in non-regular settlements around the Perumnas Depok II Tengah are tend to have the same trend for each age group of population. However, the difference is quite clearly visible

2 on the reasons and modes are used for the destination of shopping location by women resident in Perumnas Depok II Tengah and non-regular settlements around the Perumnas Depok II Tengah. Keywords: shopping, shopping locations, women resident. PENDAHULUAN Kota pada hakekatnya adalah keseluruhan bangunan, jalan dan sejumlah manusia di suatu tertentu. Unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain. Kesatuan dari unsur-unsur tersebut serta kaitan antara satu dengan yang lainnya akan memberikan corak terhadap kehidupan manusianya, yaitu cara hidup dan sikap mental (Sandy, 1978). Tumbuh dan berkembangnya suatu kota dipicu oleh pertumbuhan dari unsur-unsur yang menopangnya seperti sistem pemerintahan, struktur perekonomian, pola perdagangan, interaksi sosial yang berkembang pada masyarakatnya, dan unsur-unsur pendukung lainnya. Daya tarik kota dan segala kelengkapan fasilitas yang dimilikinya menjadikan kota sebagai pilihan hidup bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini tentu saja mengakibatkan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi yang diikuti dengan permintaan kebutuhan akan barang dan jasa yang juga semakin tinggi. Tingginya permintaan terhadap barang dan jasa pada akhirnya akan merangsang besarnya pertumbuhan pusat-pusat pelayanan ekonomi. Kota Depok yang merupakan pintu gerbang bagi Provinsi Jawa Barat serta letaknya yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta diharapkan mampu menjadi secondary growth center serta menjadi kota baru dalam wilayah itu. Upaya pembangunan kota baru tersebut ditujukan untuk pembentukan kota mandiri, yaitu suatu permukiman yang memiliki kegiatan ekonomi (tempat kerja) serta fasilitas-fasilitas kehidupan sosial dan ekonomi yang lengkap bagi penduduknya. Struktur ruang Kota Depok terdiri atas tiga kelompok, yaitu wilayah berciri usaha tani, wilayah berciri pelayanan, dan wilayah berciri industri atau permukiman yang dibangun oleh pengembang (Rahardjo & Saraswati, 2002). Kota Depok yang dahulu direncanakan sebagai kota satelit, dalam pertumbuhannya ternyata menjadi kota dormitory yang mana penduduknya bekerja di luar Kota Depok, namun mereka tidur dan hidup dengan keluarganya di Kota Depok. Pada akhir tahun 2009, Kota Depok mengalami pemekaran wilayah kecamatan yang semula adalah enam kecamatan kemudian menjadi 11 (sebelas) kecamatan. Wilayah yang mengalami pemekaran ada lima kecamatan, terdiri atas Kecamatan

3 Tapos yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Bojongsari pemekaran dari Kecamatan Sawangan, Kecamatan Cilodong pemekaran dari Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Cipayung pemekaran dari Kecamatan Pancoran Mas, dan Kecamatan Cinere pemekaran dari Kecamatan Limo. Kota Depok pun telah mengalami perubahan fungsi dari kota yang hanya mampu memenuhi kebutuhan harian menjadi wilayah yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan lainnya. Kelengkapan fungsi Kota Depok terlebih dengan adanya pusat perbelanjaan sangat mungkin memberikan pengaruh terhadap tujuan lokasi belanja untuk kebutuhan penduduknya, sehingga jarak perjalanan penduduk untuk berbelanja kebutuhan bukan harian cenderung menjadi lebih pendek. Biaya transportasi dan waktu yang dibutuhkan penduduk untuk berbelanja ke pusat pelayanan ekonomi menunjukkan perbedaan yang nyata (Saraswati, 1999). Kecamatan Sukmajaya terletak di tengah-tengah Kota Depok, selain itu letaknya yang dekat terhadap Jalan Margonda Raya sebagai pusat lokasi belanja Kota Depok (Saraswati, 1999) dan keberadaan pintu tol Cijago di dekat wilayah ini semakin meningkatkan pilihan dan aksesibilitas penduduknya untuk melakukan mobilitas ke lokasi belanja di dalam wilayah dan ke luar wilayah Kota Depok. Dengan demikian penduduk menjadi semakin mudah untuk berinteraksi terhadap wilayah sekitar dan juga semakin mudah untuk mencapai beberapa pilihan lokasi belanja yang berada di dalam Kota Depok maupun yang berada di luar Kota Depok. Kecamatan Sukmajaya meliputi wilayah kerja Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Tirtajaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Abadijaya, dan Kelurahan Mekarjaya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (2012), Kecamatan Sukmajaya pada tahun 2012 merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kota Depok dengan angka jiwa/km 2. Kecamatan Sukmajaya memiliki jumlah penduduk jiwa dengan luas wilayah 18,04 km 2, angka jumlah penduduk tersebut merupakan tertinggi kedua setelah Kecamatan Cimanggis ( jiwa) yang memiliki luas wilayah sebesar 21,22 km 2. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan oleh Branityo (2011) dalam penelitiannya, Kecamatan Sukmajaya memiliki luas permukiman teratur yang paling besar di Kota Depok dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu 271,306 hektar dan luas permukiman tidak teraturnya sebesar 585,783 hektar. Menurut Lowe dan Moyardas (1975), setiap penduduk membutuhkan pergerakan untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap pergerakan yang dilakukan oleh penduduk membutuhkan upaya yang secara fisik dapat diukur melalui jarak. Dickenson (1992) menyatakan bahwa

4 kebanyakan perpindahan pada masyarakat untuk mencukupi kebutuhannya berlangsung pada jarak dekat. Kegiatan berbelanja identik dilakukan oleh kaum perempuan. Penduduk wanita yang tinggal di permukiman teratur cenderung memiliki standar kualitas dan hasrat yang lebih tinggi dibandingkan penduduk wanita yang tinggal di permukiman tidak teratur dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini terjadi karena secara umum tingkat ekonomi penduduk yang tinggal di permukiman teratur cenderung lebih tinggi daripada penduduk yang tinggal di permukiman tidak teratur. Sebab, keluarga dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi memiliki keleluasaan berbelanja yang lebih pula, baik dalam hal jumlah pengeluaran belanja maupun pengeluaran biaya. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tujuan lokasi belanja oleh penduduk wanita di Kecamatan Sukmajaya. TINJAUAN TEORITIS Interaksi dan Struktur Ruang Ciri esensial setiap struktur keruangan menurut Dickenson (1992) ialah adanya pusat, pertalian, dan hirarki. Pusat atau nodes merupakan titik-titik tempat pertukaran dan pengendalian, dan muncul di tempat-tempat keterjangkauan melalui linkages (jalan, telekomunikasi, dan lain-lain) dengan daerah belakangnya. Menurut Gould (dalam Lowe & Mayordas, 1975), adanya lokasi suatu tempat dalam suatu wilayah dengan sendirinya berhubungan langsung dengan wilayah lainnya dikarenakan adanya perbedaan nilai variasi suatu ruang dalam wilayah itu yang memiliki potensi menarik terhadap wilayah lain. Oleh karena itu, pada hakekatnya mobilitas penduduk merupakan refleksi perbedaan dan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara satu daerah dengan daerah lainnya, orang dari daerah yang fasilitas pembangunannya kurang akan bergerak menuju ke daerah yang mempunyai pembangunan lebih baik. Teori Lowe dan Mayordas (1975) menyatakan bahwa ada empat hal yang menyebabkan interaksi manusia dalam ruang sehingga menimbulkan pergerakan sebagai bagian dari kajian aspek spasial, diantaranya adalah : 1. Place and time utility, utility yang dimaksud merupakan kemampuan suatu komoditas atau pelayanan untuk memuaskan keinginan manusia. Adapun yang dimaksud yaitu:

5 Place utility adalah pertambahan manfaat ekonomi dari suatu komoditas dengan memindahkannya dari suatu tempat atau wilayah yang memiliki sedikit atau tidak sama sekali manfaat atas suatu barang ke wilayah yang memiliki manfaat kegunaan yang lebih banyak. Time utility adalah adanya kemampuan pemindahan yang mempertinggi kemampuan suatu barang untuk memuaskan keinginan manusia dengan tidak hanya membuatnya berada pada barang tersebut dibutuhkan, tetapi juga kapan barang tersebut dibutuhkan. 2. Complementary, adanya region yang berbeda kemampuan sumber daya di suatu wilayah yang mana ada wilayah yang surplus dan ada wilayah yang minus. Kemudian kedua wilayah tersebut terjalin dengan adanya permintaan dan penawaran. Kondisi ini memungkinkan terjadinya hubungan timbal balik keruangan di suatu wilayah. 3. Intervening opportunity, merupakan perlawanan dari kondisi complementary yang memungkinkan terjadinya pergerakan akibat dari perbedaan keruangan. Intervening opportunity menekankan pada pergerakan yang terjadi akibat adanya alternatif lain yang cukup baik dari perbedaan keruangan tersebut, walaupun alternatif tersebut bukan yang terbaik. 4. Spatial Transferability, adanya kemudahan perpindahan dalam ruang. Kemudahan perpindahan dalam ruang adalah fungsi jarak yang diukur dalam biaya dan waktu dan termasuk juga karakteristik benda yang dipindahkan. Reginald dan Robert (1997) membedakan aktivitas keruangan bagi setiap individu didominasi oleh tiga hal, yaitu : 1. Pergerakan yang dekat dari rumah; 2. Pergerakan dari dan ke lokasi aktivitas regular seperti perjalanan untuk bekerja, belanja, sosialisasi, dan lain-lain; 3. Pergerakan di dalam dan di sekitar lokasi terjadinya aktivitas. Dalam kaitannya dengan aktivitas belanja, maka McCabe (dalam Reginald & Robert, 1997) menyatakan bahwa perilaku konsumen dalam hubungannya dengan definisi wilayah pasar terkait dengan tujuan perjalanan, frekuensi perjalanan, jarak ke pusat-pusat perdagangan pada tingkat hirarki berbeda, dan prinsip interaksi keruangan secara umum.

6 METODE PENELITIAN Alur Pikir Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan komparasi keruangan. Gambar 3.1. adalah gambar alur pikir penelitian ini mengenai tujuan lokasi belanja oleh penduduk wanita di Kecamatan Sukmajaya. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian, tahapan tersebut antara lain adalah pengumpulan data, pengolahan data, dan analisa data. Gbr 1. Alur Pikir Penelitian Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Penggunaan tanah, yaitu permukiman teratur dan permukiman tidak teratur 2. Kelompok usia penduduk, yaitu kelompok usia penduduk tidak produktif muda (<15 tahun), kelompok usia penduduk produktif (15 64 tahun), dan kelompok usia penduduk tidak produktif tua (>64 tahun).

7 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah wilayah administratif Kecamatan Sukmajaya yang meliputi wilayah kerja Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Bhaktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Sukmajaya, dan Kelurahan Tirtajaya. Pengumpulan Data Penentuan responden penduduk wanita dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan langkah sebagai berikut : 1. Menentukan permukiman teratur yang pertama dibangun di Kecamatan Sukmajaya sebagai daerah penelitian dalam memenuhui kebutuhan penelitian terhadap keberadaan penduduk wanita kelompok tidak produktif tua ( > 64 Tahun). Berdasarkan informasi yang didapatkan dari wawancara dengan Kepala Dinas Kantor Kecamatan Sukmajaya dan survey lapang, Perumnas Depok II Tengah yang terletak di Kelurahan Mekarjaya merupakan permukiman teratur yang pertama dibangun di Kecamatan Sukmajaya. 2. Menentukan permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah yang juga terletak di Kecamatan Sukmajaya sebagai daerah penelitian. 3. Menentukan tempat tinggal pada daerah penelitian yang di dalamnya terdapat perwakilan penduduk wanita untuk masing-masing kelompok usia produktif penduduk (kelompok penduduk usia tidak produktif muda, kelompok penduduk usia produktif, dan kelompok penduduk usia tidak produktif tua) serta tercatat secara resmi dan menetap di tempat tinggal tersebut. 4. Data tempat tinggal didapatkan berdasarkan pengamatan data Kartu Keluarga dari Kantor Kelurahan Mekarjaya. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan sebanyak 11 tempat tinggal di Perumnas Depok II Tengah yang di dalamnya terdapat perwakilan penduduk wanita dari masing-masing kelompok usia produktif penduduk sebagai tempat tinggal responden, serta sebanyak delapan (8) tempat tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah yang di dalamnya terdapat perwakilan penduduk wanita dari masing-masing usia produktif penduduk sebagai tempat tinggal responden. Sehingga jumlah responden penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah adalah 33 responden dan jumlah responden penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah adalah 24 responden.

8 Menurut hasil survey yang telah dilakukan pada penduduk wanita yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah dan permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, lokasi belanja yang termasuk dalam penelitian adalah Pasar Agung, Kaget di Jl. Ir. H. Djuanda, Pasar Kaget di Jl. Merdeka, Pasar Segar, Depok Town Square, ITC Depok, Mall Depok, Mall Cimanggis, Margo City, Ramayana Depok, Blok M Plaza, Cibubur Junction, Mall Ambassador, Mall Kalibata, Mall of Indonesia, Plaza Indonesia, Plaza Semanggi, Pasar Tanah Abang, Pondok Indah Mall, Tamini Square, dan Thamrin City. Berdasarkan hal tersebut, lokasi belanja oleh penduduk wanita pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu lokasi belanja yang berada di wilayah administratif Kecamatan Sukmajaya (selanjutnya disebut Kategori I), lokasi belanja yang berada di luar wilayah administratif Kecamatan Sukmajaya yang masih berada di wilayah administratif Kota Depok (selanjutnya disebut Kategori II), dan lokasi belanja yang berada di luar wilayah administratif Kota Depok (selanjutnya disebut Kategori III). Lokasi belanja Kategori I adalah Pasar Agung, Kaget di Jl. Ir. H. Djuanda, Pasar Kaget di Jl. Merdeka, dan Pasar Segar. Untuk lokasi belanja Kategori II adalah Depok Town Square, ITC Depok, Mall Depok, Mall Cimanggis, Margo City, dan Ramayana Depok. Sedangkan untuk lokasi belanja yang termasuk Kategori III adalah Blok M Plaza, Cibubur Junction, Mall Ambassador, Mall Kalibata, Mall of Indonesia, Plaza Indonesia, Plaza Semanggi, Pasar Tanah Abang, Pondok Indah Mall, Tamini Square, dan Thamrin City. Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Pengadaaan peta administrasi Kecamatan Sukmajaya dengan mengolah data dijital menggunakan perangkat lunak ArcGIS untuk menentukan batas daerah penelitian. 2. Pengadaaan peta permukiman teratur dan permukiman tidak teratur di Kecamatan Sukmajaya. 3. Pengadaan Peta Daerah Penelitian, yaitu Perumnas Depok II Tengah dan permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah yang berada di wilayah administratif Kelurahan Mekarjaya. 4. Melakukan proses plotting pada Peta Daerah Penelitian untuk lokasi tempat tinggal responden. 5. Melakukan input data dan pengolahan data dengan perangkat lunak Microsoft Excel.

9 6. Membuat Peta Daerah Penelitian 7. Membuat Peta Lokasi Tempat Tinggal Responden 8. Membuat Peta Tujuan Lokasi Belanja oleh Penduduk Wanita Di Kecamatan Sukmajaya berdasarkan barang belanja. Analisis Data Penelitian ini menggunakan pendekatan komparasi keruangan dan analisis secara deskriptif. Pendekatan keruangan adalah suatu analisa yang diartikan sebagai metode analisis yang menekankan pada variabel ruang (Goodall, 1987). Pada pendekatan komparasi/perbandingan keruangan, minimal ada dua wilayah yang diteliti untuk dilakukan pembandingan. Tujuannya adalah sebagai upaya untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan yang ada pada masing-masing wilayah dalam hal yang sama sehingga dapat diketahui upaya yang menentukannya. Metode penelitian deskriptif adalah pembuatan deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematik, faktual, dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Untuk mengetahui tentang bagaimana tujuan lokasi belanja oleh penduduk wanita, dilakukan menggunakan fungsi analisis tabulasi silang dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel. HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan Lokasi Belanja Oleh Penduduk Wanita 1. Barang Belanja Atasan Pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif muda (< 15 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan ITC Depok sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan keragaman barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah kendaraan umum. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif muda (< 15 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan ITC Depok sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi

10 belanja Kategori II adalah berdasarkan keragaman barang dan kualitas barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah kendaraan umum. Pada penduduk wanita kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan ITC Depok sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan kualitas barang dan harga barang yang murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah kendaraan umum. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori III dengan Cibubur Junction, Plaza Indonesia, Pasar Tanah Abang, dan Thamrin City sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori III adalah berdasarkan kualitas barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori III adalah mobil pribadi. Pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif tua (> 64 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Agung sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan letak lokasi belanjanya yang strategis, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah kendaraan umum. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif tua (> 64 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Kaget di Jl. Merdeka sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan lokasi belanjanya yang strategis dan harga barangnya yang murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah dengan berjalan kaki.

11 Tabel 1. Dominasi Tujuan Lokasi Belanja Oleh Penduduk Wanita Pada Barang Belanja Atasan Perumnas Depok II Tengah Kategori Usia Lokasi Belanja Alasan Moda Transportasi <15 tahun Kategori II Keragaman Kendaraan umum tahun Kategori II Kualitas barang, harga Kendaraan umum >64 tahun Kategori I Strategis Kendaraan umum Permukiman Tidak Teratur di Sekitar Perumnas Depok II Tengah Kategori Usia Lokasi Belanja Alasan Moda Transportasi <15 tahun Kategori II Keragaman, kualitas barang Kendaraan umum tahun Kategori III Kualitas barang Mobil pribadi >64 tahun Kategori I Strategis, harga barang Jalan kaki Sumber : Hasil Survey dan Pengolahan Data, Barang Belanja Bawahan Pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif muda (< 15 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan Depok Town Square sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan keragaman barang, harga barang yang murah, dan kualitas barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah kendaraan umum dan mobil pribadi. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif muda (< 15 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan ITC Depok sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan harga barang yang murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah motor pribadi. Pada penduduk wanita kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan ITC Depok sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan keragaman barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah kendaraan umum dan mobil pribadi. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi

12 belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan ITC Depok sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan kualitas barang dan harga barangnya yang murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah dengan motor pribadi. Pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif tua (> 64 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Agung sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan letak lokasi belanjanya yang strategis dan harga barangnya yang murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah kendaraan umum. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif tua (> 64 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Kaget di Jl. Merdeka sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan harga barangnya yang murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah dengan berjalan kaki. Tabel 2. Dominasi Tujuan Lokasi Belanja Oleh Penduduk Wanita Pada Barang Belanja Bawahan Perumnas Depok II Tengah Kategori Usia Lokasi Belanja Alasan Moda Transportasi <15 tahun Kategori II Keragaman, harga, kualitas barang Umum, mobil pribadi tahun Kategori II Keragaman Umum, mobil pribadi >64 tahun Kategori I Strategis, harga Umum Permukiman Tidak Teratur di Sekitar Perumnas Depok II Tengah Kategori Usia Lokasi Belanja Alasan Moda Transportasi <15 tahun Kategori II Harga Motor pribadi tahun Kategori III Kualitas barang, harga Motor pribadi >64 tahun Kategori I Harga Jalan kaki Sumber : Hasil Survey dan Pengolahan Data, 2013

13 3. Barang Belanja Sepatu/Sandal Pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif muda (< 15 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Kaget di Jl. Ir. H. Djuanda sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan keragaman barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah dengan berjalan kaki. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif muda (< 15 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan Depok Town Square dan Mall Cimanggis sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan kualitas barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah motor pribadi. Pada penduduk wanita kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan Depok Town Square sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan kualitas barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah mobil pribadi. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Agung dan Pasar Kaget di Jl. Merdeka sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan harga barangnya yang murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah dengan kendaraan umum. Pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif tua (> 64 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Kaget di Jl. Merdeka sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan harga barangnya yang

14 murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah dengan berjalan kaki. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif tua (> 64 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Agung sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan keragaman barang dan lokasi belanjanya yang strategis, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah dengan kendaraan umum. Tabel 3. Dominasi Tujuan Lokasi Belanja Oleh Penduduk Wanita Pada Barang Belanja Sepatu/Sandal Perumnas Depok II Tengah Kategori Usia Lokasi Belanja Alasan Moda Transportasi <15 tahun Kategori I Keragaman Jalan kaki tahun Kategori II Kualitas barang Mobil pribadi >64 tahun Kategori I Harga Jalan kaki Permukiman Tidak Teratur di Sekitar Perumnas Depok II Tengah Kategori Usia Lokasi Belanja Alasan Moda Transportasi <15 tahun Kategori II Kualitas barang Motor pribadi tahun Kategori I Harga Umum >64 tahun Kategori I Keragaman, strategis Umum Sumber : Hasil Survey dan Pengolahan Data, Barang Belanja Aksesoris Wanita Pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif muda (< 15 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan ITC Depok sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan harga barang yang murah dan kualitas barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah dan mobil pribadi. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif muda (< 15 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Kaget di Jl. Merdeka, Pasar Kaget di Jl. Ir. H. Djuanda, Pasar Segar, dan Pasar Agung sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk

15 tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan harga barang yang murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah motor pribadi. Pada penduduk wanita kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan ITC Depok sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan keragaman barang, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah motor pribadi. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia produktif (15-64 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori II dengan ITC Depok sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori II adalah berdasarkan harga barangnya yang murah, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori II adalah dengan motor pribadi dan mobil pribadi. Pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif tua (> 64 tahun) yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Kaget di Jl. Merdeka sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan letak lokasi belanjanya yang strategis, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah dengan berjalan kaki. Sedangkan pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif tua (> 64 tahun) yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah, tujuan lokasi belanja paling banyak adalah pada lokasi belanja Kategori I dengan Pasar Agung sebagai tujuan lokasi belanja yang paling banyak. Alasan yang paling banyak digunakan penduduk wanita di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah untuk tujuan lokasi belanja Kategori I adalah berdasarkan lokasi belanjanya yang strategis, serta moda transportasi yang paling banyak digunakan untuk ke tujuan lokasi belanja Kategori I adalah dengan kendaraan umum.

16 Tabel 4. Dominasi Tujuan Lokasi Belanja Oleh Penduduk Wanita Pada Barang Belanja Aksesoris Wanita Perumnas Depok II Tengah Kategori Usia Lokasi Belanja Alasan Moda Transportasi <15 tahun Kategori II Harga, kualitas barang Mobil pribadi tahun Kategori II Keragaman Motor pribadi >64 tahun Kategori I Strategis Jalan kaki Permukiman Tidak Teratur di Sekitar Perumnas Depok II Tengah Kategori Usia Lokasi Belanja Alasan Moda Transportasi <15 tahun Kategori I Harga Motor pribadi tahun Kategori II Harga Motor, mobil pribadi >64 tahun Kategori I Strategis Umum Sumber : Hasil Survey dan Pengolahan Data, 2013 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tujuan lokasi belanja oleh penduduk wanita yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah dan tujuan lokasi belanja oleh penduduk wanita yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah memiliki kecenderungan yang sama. Tujuan lokasi belanja pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif muda dan penduduk wanita kelompok usia produktif didominasi pada lokasi belanja Kategori II, yaitu lokasi belanja yang berada di luar wilayah administratif Kecamatan Sukmajaya yang masih berada di wilayah administratif Kota Depok. Sedangkan tujuan lokasi belanja pada penduduk wanita kelompok usia tidak produktif tua didominasi pada lokasi belanja Kategori I, yaitu lokasi belanja yang berada di wilayah administratif Kecamatan Sukmajaya. Walaupun demikian, terdapat perbedaan yang jelas pada penduduk wanita yang tinggal di Perumnas Depok II Tengah dan penduduk wanita yang tinggal di permukiman tidak teratur di sekitar Perumnas Depok II Tengah mengenai alasan dan moda transportasi yang digunakan untuk tujuan lokasi belanjanya.. DAFTAR REFERENSI As ad, M. (2000). Psikologi Industri. Liberty, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok (2012). Kota Depok Dalam Angka BPS, Depok.

17 Branityo, J. G. (2011). Pola Keruangan Perkembangan Minimarket di Kota Depok. Skripsi Departemen Geografi FMIPA UI, Depok. Bruton, M. J. (1981). Introduction to Transport Planning. Hutchinson, London. Daldjoeni, N. (1998).Geografi Kota dan Desa Edisi Kedua. PT. Alumni, Bandung. Damapoli, I. W. (2002). Pola Aksesibilitas Berdasarkan Waktu Tempuh dan Biaya Transportasi di Kota Makassar. Skripsi Departemen Geografi FMIPA UI, Depok. Dewi, A. A. (2002). Pola Belanja Penduduk di Kota Depok. Skripsi Departemen Geografi FMIPA UI, Depok. Dickenson, J. P. (1992). Geografi Negara Berkembang. IKIP Semarang Press, Semarang. Glasson, J. (1990). Pengantar Perencanaan Regional. Sitohang P., penerjemah. Terjemahan dari An Introduction to Regional Planning. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok. Goodall, B. (1987). The Penguin Dictionary of Human Geography. Penguin Books, New York. Koestoer, R. H. (1995). Penduduk dan Aksesibilitas Kota. UI-Press, Jakarta. Koestoer, R. H. (1997). Perspektif Lingkungan Desa-Kota : Teori dan Kasus. Universitas Indonesia, Depok. Koestoer, R. H. (2001). Dimensi Keruangan Kota (Teori dan Kasus). UI Press, Jakarta. Lowe, J. C. & S. Moryadas. (1975). The Geography of Movement. Hughton Mifflin Company, Boston. Melanie, M. (1996). Struktur Permukiman Kotif Cimahi dan Kotif Depok. Skripsi Departemen Geografi FMIPA UI, Depok. Nasution, M. N. (1996). Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia, Bogor. Paulus, H. (2007). Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Bumi Aksara, Jakarta. Rahardjo, S., & R. Saraswati. (2002). Struktur Ruang Kota Depok. Jurnal Geografi Edisi No. 3. Departemen Geografi FMIPA UI, Depok. Reginald, G. G. & Robert J. S. (1997). Spatial Behavior : A Geographic Perspective. The Guilford Press, New York. Sandy, I. M. (1978). Kota di Indonesia, Publikasi No Direktorat Tata Guna Tanah, Dirjen. Agraria. Jakarta. Saraswati, R. (1999). Persebaran Fasilitas Pelayanan Serta Dampaknya Terhadap Beban Hidup Penduduk Di Kotif Depok. Lembaga Penelitian UI, Depok. Saraswati, R. (2000). Perbandingan Kebutuhan Biaya dan Waktu Untuk Berbelanja di Depok. Jurnal Geografi, No. 1, Universitas Indonesia, Depok.

18 Sugiyanti. (1997). Pelayanan Pasar terhadap Penduduk di Kabupaten Bogor. Skripsi Jurusan Geografi FMIPA UI, Depok. Sukirno, S. (1998). Pengantar Teori Mikroekonomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Taylor, P. (1977). Quantitative Methods in Geography. Houghton, Atlanta.

ABSTRAK. Kata Kunci : Lajur, hambatan, kapasitas, kendaraan pribadi, nodal, volume, waktu tempuh 1. PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Lajur, hambatan, kapasitas, kendaraan pribadi, nodal, volume, waktu tempuh 1. PENDAHULUAN WAKTU TEMPUH PADA JALAN UTAMA MENUJU JAKARTA DI KOTA DEPOK Doly Marestian, Triarko Nurlambang, Tito Latif Indra Departemen Geografi FMIPA UI Kampus UI Depok ABSTRAK Permasalahan yang dikemukakan pada penelitian

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DEPOK JAWA BARAT KOTA DEPOK ADMINISTRASI Profil Wilayah Salah satu penyebab Kota ini berkembang pesat seperti sekarang adalah setelah adanya keputusan untuk memindahkan sebagian

Lebih terperinci

KOTA DEPOK TH NO. 08 TENTANG PEMBENTU. Menimbang. Pemerintahan. di wilayah. dan. dengan. Mengingat. Lembaran. Negara. Nomor 3828); Negara

KOTA DEPOK TH NO. 08 TENTANG PEMBENTU. Menimbang. Pemerintahan. di wilayah. dan. dengan. Mengingat. Lembaran. Negara. Nomor 3828); Negara LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTU UKAN KECAMATAN DI KOTA DEPOK TH. 2007 Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

Tabel : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Agama yang di Kota Depok Tahun 2003

Tabel : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Agama yang di Kota Depok Tahun 2003 AGAMA / Religion Tabel 4.2.2 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Agama yang di Kota Depok Tahun 2003 No Islam Protestan Katholik Hindu Budha Khonghucu Jumlah Kode (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 010 Sawangan

Lebih terperinci

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DAN KECUKUPANNYA DI KOTA DEPOK. An analysis of Greenery Open Space and Its Adequacy in Depok City ABSTRACT ABSTRAK

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DAN KECUKUPANNYA DI KOTA DEPOK. An analysis of Greenery Open Space and Its Adequacy in Depok City ABSTRACT ABSTRAK ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DAN KECUKUPANNYA DI KOTA DEPOK An analysis of Greenery Open Space and Its Adequacy in Depok City Wuri Setyani 1), Santun Risma Pandapotan Sitorus 2), dan Dyah Retno Panuju

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang Undang No. 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 40 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang dari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, metodologi yang digunakan, serta sistematika pembahasan

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Semarang, 2010 Gambar 4.2. Peta Kepadatan Penduduk Kota Semarang, 2008 Gambar 4.5. Peta Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor Kota Semarang, 2008 Gambar 4.7. Peta Sebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai

Lebih terperinci

PENGARUH PREFERENSI BELANJA KONSUMEN TERHADAP PERKEMBANGAN PASAR CIPUTAT DI KOTA TANGERANG SELATAN

PENGARUH PREFERENSI BELANJA KONSUMEN TERHADAP PERKEMBANGAN PASAR CIPUTAT DI KOTA TANGERANG SELATAN PENGARUH PREFERENSI BELANJA KONSUMEN TERHADAP PERKEMBANGAN PASAR CIPUTAT DI KOTA TANGERANG SELATAN Nurul Handayani, Kuswanto Nurhadi, dan Erma Fitria Rini Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA J. Dwijoko Ansusanto Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta dwiyoko@mail.uajy.ac.id Sigit Priyanto Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Depok Jawa Barat. Depok sebagai penyangga DKI Jakarta dihuni oleh masyarakat yang sangat heterogen dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Depok merupakan wilayah penyangga (buffer state) bagi Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Depok merupakan wilayah penyangga (buffer state) bagi Daerah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Depok merupakan wilayah penyangga (buffer state) bagi Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk mengurangi tekanan perkembangan penduduk di Ibukota. Selain itu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA

BAB III TINJAUAN KOTA BAB III TINJAUAN KOTA 3.1 Tinjauan Kota Jakarta Selatan Gambar 3. 1 Peta Luas Wilayah Jakarta Selatan Menurut Kecamatan (Sumber: Jakarta Selatan dalam Angka 2015) Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Masalah Depok adalah sebuah Kotamadya di provinsi Jawa Barat. Luas wilayahnya 275 km² dengan populasi 1.369.461 jiwa. Terdapat enam Kecamatan di Kotamadya Depok yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia usaha yang semakin maju dan pesat menyebabkan peran pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia usaha yang semakin maju dan pesat menyebabkan peran pemasaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia usaha yang semakin maju dan pesat menyebabkan peran pemasaran sangat penting dalam menunjang kemajuan usaha. Persaingan antar pengusaha pada masa kini bukan lagi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB III DATA DAN ANALISIS BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah, baik potensi Sumber Daya Alam (SDA), sosial, ekonomi, budaya, ketersediaan infrastruktur, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Peneltitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan proses pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk

Lebih terperinci

BAB 3 Aspek Teknis dan Arsitektural Design

BAB 3 Aspek Teknis dan Arsitektural Design BAB 3 Aspek Teknis dan Arsitektural Design 3.1 Peta dan Tapak Tanah Berikut ini adalah peta lokasi yang akan Chicken Box tempati sebagai lokasi bisnis dari Chicken Box. 3.1 Peta Lokasi Kota Depok Gambar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG BERDIRINYA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013.

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG BERDIRINYA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG BERDIRINYA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI DESA CANDIMAS KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013 (Jurnal) Oleh : Rio Ristayudi 0743034038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LOKASI GERAI KULINER BAGI KONSUMEN MAHASISWA DI JALAN MARGONDA DAN SEKITARNYA

KARAKTERISTIK LOKASI GERAI KULINER BAGI KONSUMEN MAHASISWA DI JALAN MARGONDA DAN SEKITARNYA KARAKTERISTIK LOKASI GERAI KULINER BAGI KONSUMEN MAHASISWA DI JALAN MARGONDA DAN SEKITARNYA Triyoga Widiastomo MH Dewi Susilowati Ratna Saraswati Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 Abstrak

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK. 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 5. Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Pemerataan pembangunan di seluruh penjuru tanah air merupakan program pemerintah sebagai usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama dibidang ekonomi.

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA JALAN MARGONDA RAYA KOTA DEPOK Endang Susilowati Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

ANALISA KINERJA JALAN MARGONDA RAYA KOTA DEPOK Endang Susilowati Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma ANALISA KINERJA JALAN MARGONDA RAYA KOTA DEPOK Endang Susilowati Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma 1. Abstrak Jalan Margonda Raya memiliki fungsi jalan kolektor primer dengan panjang jalan 4.895

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan pesat pada pasar konsumen di menjadi wadah yang baik bagi perekonomian global. Kuatnya persaingan bisnis di mengakibatkan para pelaku bisnis harus benar-benar

Lebih terperinci

TINJAUAN ANGKUTAN BARANG DI KOTA MAGELANG DENGAN PENDEKATAN INDEKS AKSESIBILITAS REVIEW OF GOODS TRANSPORTATION IN MAGELANG USING ACCESSIBILITY INDEX

TINJAUAN ANGKUTAN BARANG DI KOTA MAGELANG DENGAN PENDEKATAN INDEKS AKSESIBILITAS REVIEW OF GOODS TRANSPORTATION IN MAGELANG USING ACCESSIBILITY INDEX TINJAUAN ANGKUTAN BARANG DI KOTA MAGELANG DENGAN PENDEKATAN INDEKS AKSESIBILITAS REVIEW OF GOODS TRANSPORTATION IN MAGELANG USING ACCESSIBILITY INDEX Andjar Prasetyo dan Arif Anwar Kantor Penelitian Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepertifashion, jewellery, food and beverage, entertainment maka ketertarikan. sesuai kebutuhan (needs) pasar

BAB I PENDAHULUAN. sepertifashion, jewellery, food and beverage, entertainment maka ketertarikan. sesuai kebutuhan (needs) pasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat perbelanjaan atau biasa disebut dengan Mall merupakan bangunan tertutup multi lantai yang diisi oleh ragam jenis unit retail dalam satu kesatuan struktur yang

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 4 (1) (2015) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage PENGARUH KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP REMITANSI PEDAGANG WARUNG MAKAN

Lebih terperinci

JADWAL PERENCANAAN TAHUN 2017 UNTUK PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KOTA DEPOK TAHUN 2018

JADWAL PERENCANAAN TAHUN 2017 UNTUK PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KOTA DEPOK TAHUN 2018 JADWAL PERENCANAAN TAHUN 2017 UNTUK PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KOTA DEPOK TAHUN 2018 NO URAIAN Tanggal A. PENYUSUNAN RKPD KOTA DEPOK TAHUN 2018 DESEMBER JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI

Lebih terperinci

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kota Tangerang Selatan yang merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Tangerang propinsi Banten. Kota Tangerang Selatan mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Fasilitas yang ada

I. PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Fasilitas yang ada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan penghuni bumi yang memerlukan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Fasilitas yang ada merupakan wujud

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 3 (2) (2014) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN GAJAH

Lebih terperinci

TINGKAT AKSESIBILITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS TERKAIT PENERAPAN RAYONISASI SEKOLAH DI KOTA BANDUNG

TINGKAT AKSESIBILITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS TERKAIT PENERAPAN RAYONISASI SEKOLAH DI KOTA BANDUNG TINGKAT AKSESIBILITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS TERKAIT PENERAPAN RAYONISASI SEKOLAH DI KOTA BANDUNG Prayoga Luthfil Hadi Magister Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Jln. Merdeka No. 30, Bandung

Lebih terperinci

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PENDUDUK KERJA DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK MENUJU TEMPAT KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Sabdo Wicaksono

Lebih terperinci

Taksiran Titik Parameter Populasi pada Small Area dengan Metode Spatial Empirical Bayes Berdasarkan Model Tingkat Area

Taksiran Titik Parameter Populasi pada Small Area dengan Metode Spatial Empirical Bayes Berdasarkan Model Tingkat Area Taksiran Titik Parameter Populasi pada Small Area dengan Metode Spatial Empirical Bayes Berdasarkan Model Tingkat Area Yudistira 1, Titin Siswantining 2 1. Departemen Matematika, FMIPA, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN PENDUDUK USIA KERJA DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEBAGAI KAWASAN URBAN FRINGE KOTA SEMARANG (Studi Kasus Di Kelurahan Tlogosari Kulon)

ANALISIS PERGERAKAN PENDUDUK USIA KERJA DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEBAGAI KAWASAN URBAN FRINGE KOTA SEMARANG (Studi Kasus Di Kelurahan Tlogosari Kulon) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2., Nomor2., Tahun 2013, Halaman 1 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ANALISIS PERGERAKAN PENDUDUK USIA KERJA DI KECAMATAN PEDURUNGAN SEBAGAI KAWASAN URBAN

Lebih terperinci

http://www.gunadarma.ac.id/ KAJIAN PENAMPUNGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA DEPOK ISI PRESENTASI: LATAR BELAKANG IDENTIFIKASI MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peran yang sangat penting dalam membantu

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peran yang sangat penting dalam membantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memainkan peran yang sangat penting dalam membantu perkembangan perekonomian. Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota terjadi akibat adanya dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional, pengembangan jalur kereta api Yogyakarta Borobudur sudah direncanakan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional, pengembangan jalur kereta api Yogyakarta Borobudur sudah direncanakan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Daerah Istimewah Yogyakarta dan Rancangan Induk Perkeretaapian Daerah dan Rencana Induk Perkeretaapian Nasional, pengembangan

Lebih terperinci

POLA PENGANGKUTAN PASIR DAN BATU DENGAN METODE SURVEY ORIGIN-DESTINATION (KASUS: KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN)

POLA PENGANGKUTAN PASIR DAN BATU DENGAN METODE SURVEY ORIGIN-DESTINATION (KASUS: KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN) POLA PENGANGKUTAN PASIR DAN BATU DENGAN METODE SURVEY ORIGIN-DESTINATION (KASUS: KECAMATAN CANGKRINGAN, KABUPATEN SLEMAN) Nadhila Shabrina nadhilashabrina@ymail.com Dyah Widiyastuti dwidiyastuti@ugm.ac.id

Lebih terperinci

PENGUMUMAN. Sehubungan dengan PP 27 tahun 2012 pasal 49 Tentang pengumuman izin lingkungan diumumkan bahwa :

PENGUMUMAN. Sehubungan dengan PP 27 tahun 2012 pasal 49 Tentang pengumuman izin lingkungan diumumkan bahwa : RUSUNAWA POLITEKNIK NEGERI JAKARTA Pemrakarsa : POLITEKNIK NEGERI JAKARTA (PNJ) Alamat : Jalan.Prof.Dr.G.A Siwabessy Kampus UI, Kelurahan Kukusan Beji Kota Telah mendapatkan izin lingkungan berdasarkan

Lebih terperinci

DAYA LAYAN HALTE BATIK SOLO TRANS DI KOTA SURAKARTA, KABUPATEN BOYOLALI, KABUPATEN KARANGANYAR DAN KABUPATEN SUKOHARJO. Abstract

DAYA LAYAN HALTE BATIK SOLO TRANS DI KOTA SURAKARTA, KABUPATEN BOYOLALI, KABUPATEN KARANGANYAR DAN KABUPATEN SUKOHARJO. Abstract DAYA LAYAN HALTE BATIK SOLO TRANS DI KOTA SURAKARTA, KABUPATEN BOYOLALI, KABUPATEN KARANGANYAR DAN KABUPATEN SUKOHARJO Intan Pandini Intanpandini.ip@gmail.com Erlis Saputra erlissaputra@ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JARINGAN JALAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBANGUNAN JALAN MARGONDA CINERE, DEPOK

ANALISIS KINERJA JARINGAN JALAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBANGUNAN JALAN MARGONDA CINERE, DEPOK ANALISIS KINERJA JARINGAN JALAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBANGUNAN JALAN MARGONDA CINERE, DEPOK Erni Yusmayanti NRP : 0221097 Pembimbing Utama : Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc Pembimbing Pendamping : Ir.

Lebih terperinci

Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Kota ini merupakan

Lebih terperinci

Pengertian & Sistem Sirkulasi

Pengertian & Sistem Sirkulasi Pengertian & Sistem Sirkulasi I.1.Pengenalan Perbelanjaan, I.1.1.Pusat Perbelanjaan I.1.1.1 Pengertian o Adalah kompleks pertokoan yang dikunjungi untuk membeli atau melihat dan membandingkan barang-barang

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu)

Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Pusat Pelayanan Kota (Studi Kasus Kecamatan Palu Timur, Kota Palu) ANDI CHAIRUL ACHSAN 1* 1. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 06 TH. 2010 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO Juanita 1, Tito Pinandita 2* 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

Pemilihan Lokasi Belanja Bahan Pangan Pokok Penduduk Kota Depok

Pemilihan Lokasi Belanja Bahan Pangan Pokok Penduduk Kota Depok Pemilihan Lokasi Belanja Bahan Pangan Pokok Penduduk Kota Depok Diky Pradana Putra 1, Hafid Setiadi 2, M.H Dewi Susilowati 3 Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus Ui Depok 16424 diky.pradana@gmail.com

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1981 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DEPOK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1981 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DEPOK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 1981 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DEPOK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan yang pesat dalam Wilayah Propinsi Daerah

Lebih terperinci

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan merupakan salah satu modal utama dalam perkembangan suatu wilayah. Pada daerah perkotaan, terutama, dibutuhkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) MARGONDA BOGOR

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) MARGONDA BOGOR IDENTIFIKASI PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) MARGONDA BOGOR Surya Putra Pratama 1), Indarti Komala Dewi 2), 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2) Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Bab ini berisi tinjauan terminal Tipe B di kawasan Stasiun Depok Baru yang dibahas melalui tinjauan tapak terminal, data umum angkutan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Perkembangan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN POTENSI AIR HUJAN DI WILAYAH KOTA DEPOK

BAB 3 ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN POTENSI AIR HUJAN DI WILAYAH KOTA DEPOK BAB 3 ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH DAN POTENSI AIR HUJAN DI WILAYAH KOTA DEPOK 3.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Dan Kebutuhan Air Bersih Di Kota Depok Dalam kurun waktu 10 tahun, penduduk Kota Depok naik sebesar

Lebih terperinci

3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH

3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1. METODOLOGI PENDEKATAN MASALAH Pendekatan analisis biasanya dilakukan dalam pembuatan suatu model pendekatan dengan penyederhanaan realita yang ada (masalah yang ada beserta parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia dengan memiliki luas wilayah daratan sekitar 662,33 km². Sementara dengan penduduk berjumlah 9.608.000 jiwa pada tahun

Lebih terperinci

Indeks: PEMERINTAH DAERAH. Propinsi/Daerah Tingkat I. Jawa Barat. Kabupaten/Daerah Tingkat II. Bogor. Kota Administratif. Depok. Pembentukan.

Indeks: PEMERINTAH DAERAH. Propinsi/Daerah Tingkat I. Jawa Barat. Kabupaten/Daerah Tingkat II. Bogor. Kota Administratif. Depok. Pembentukan. Bentuk: Oleh: PERATURAN PEMERINTAH (PP) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43 TAHUN 1981 (43/1981) Tanggal: 24 NOPEMBER 1981 (JAKARTA) Sumber: LN 1981/62 Tentang: PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DEPOK Indeks:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu wilayah, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah yang akan membawa manfaat ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini perlu ditentukan metode penelitian yang akan digunakan guna menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di

Lebih terperinci

mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah" atau susah nya lokas tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi

mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susah nya lokas tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi PENGUKURAN INDEKS AKSESIBILITAS DI KOTA DEPOK DENGAN GRAVITY MODEL 1 Hasan Basri M, ST., MT. Email: hasan.stin@gmail.com 1 ABSTRAK Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang menggabungkan sistem tata guna

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Sukajadi. Kecamatan Sukajadi merupakan salah satu kecamatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.

Lebih terperinci

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS JANGKAUAN PELAYANAN LOKASI MINIMARKET DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG Wisnu Kurniawan Suroso & Heri Tjahjono

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA Pemodelan Spasial Tingkat (Muhammad Rizqan Agustiandy Mahardika) 1 PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA SPATIAL MODELING

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE

BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE BAB V KARAKTERISTIK KONSUMEN DALAM PROSES PEMBELIAN KOPIKO BROWN COFFEE 5.1 Sejarah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung

Lebih terperinci

ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT 1 Antologi Geografi, Volume 1, Nomor 1, April 2013 ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT Oleh : L. Octa Rolina *) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas

Lebih terperinci

Dampak Perkembangan Permukiman Skala Besar terhadap Transportasi. Yayat Supriatna Univ. Trisakti - Jakarta

Dampak Perkembangan Permukiman Skala Besar terhadap Transportasi. Yayat Supriatna Univ. Trisakti - Jakarta Dampak Perkembangan Permukiman Skala Besar terhadap Transportasi Yayat Supriatna Univ. Trisakti - Jakarta Perkembangan Aglomerasi Jabodetabek Struktur & Pola Ruang Jabodetabek Kota-kota Baru yang membentuk

Lebih terperinci

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA DEPOK

RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA DEPOK RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN OPD TAHUN 06 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 07 PEMERINTAH KOTA DEPOK Nama OPD :.4.0. -DINAS TENAGA KERJA DAN SOSIAL Halaman dari Indikator Rencana Tahun 06 (Tahun Rencana)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan penyebaran daerah hunian sampai ke daerah sub urban. Karakteristik dasar pergerakan dalam kota juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERJALANAN TRANSPORTASI PENDUDUK DAERAH PINGGIRAN

ANALISIS POLA PERJALANAN TRANSPORTASI PENDUDUK DAERAH PINGGIRAN ANALISIS POLA PERJALANAN TRANSPORTASI PENDUDUK DAERAH PINGGIRAN Bambang Sugiyarto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang

Lebih terperinci

STRATEGI PENGENDALIAN FUNGSI RUANG PERUMAHAN BUMI TAMALANREA PERMAI (BTP)

STRATEGI PENGENDALIAN FUNGSI RUANG PERUMAHAN BUMI TAMALANREA PERMAI (BTP) STRATEGI PENGENDALIAN FUNGSI RUANG PERUMAHAN BUMI TAMALANREA PERMAI Muhammad Arsyal Mahasiswa Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Muh.arsyal@gmail.cm ABSTRAK Perumahan Bumi Tamalanrea Permai adalah

Lebih terperinci

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR Oleh: TITI RATA L2D 004 357 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

KOTA SETENGAH HATI DI SELATAN JAKARTA: DEPOK an

KOTA SETENGAH HATI DI SELATAN JAKARTA: DEPOK an Jurnal Sejarah. Vol. 1(2), 2018: 111 119 Pengurus Pusat Masyarakat Sejarawan Indonesia KOTA SETENGAH HATI DI SELATAN JAKARTA: DEPOK 1970-1990an Tri Wahyuning M. M. Irsyam Universitas Indonesia Tujuan penelitian

Lebih terperinci

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PENDUDUK KELAS EKONOMI MENENGAH KE BAWAH DI KELURAHAN AUR

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PENDUDUK KELAS EKONOMI MENENGAH KE BAWAH DI KELURAHAN AUR ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PENDUDUK KELAS EKONOMI MENENGAH KE BAWAH DI KELURAHAN AUR Sri Irianti Ulina Pinem 1 dan Yusandy Aswad 2 1 Mahasiswa Bidang Studi Transportasi Departemen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JANGKAUAN PELAYANAN HALTE BRT/BUS TRANS SEMARANG

OPTIMALISASI JANGKAUAN PELAYANAN HALTE BRT/BUS TRANS SEMARANG OPTIMALISASI JANGKAUAN PELAYANAN HALTE BRT/BUS TRANS SEMARANG Djoko Suwandono Staff Lecturer Urban and Regional Planning Department Faculty of Engineering Diponegoro University Jl. Prof. Sudharto, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pemilihan moda dapat dikatakan sebagai tahapan terpenting dalam berbagai perencanaan dan kebijakan transportasi. Sebab hal ini menyangkut efisiensi pergerakan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN MODA TRANSPORTASI KERETA REL LISTRIK (KRL) COMMUTER LINE DALAM PERGERAKAN KOMUTER BEKASI-JAKARTA

KAJIAN PEMANFAATAN MODA TRANSPORTASI KERETA REL LISTRIK (KRL) COMMUTER LINE DALAM PERGERAKAN KOMUTER BEKASI-JAKARTA KAJIAN PEMANFAATAN MODA TRANSPORTASI KERETA REL LISTRIK (KRL) COMMUTER LINE DALAM PERGERAKAN KOMUTER BEKASI-JAKARTA Fakhriah Aqmarina Quinta fakhriah.aqmarina.q@mail.ugm.ac.id H.B.S. Eko Prakoso ekoprak@ugm.ac.id.

Lebih terperinci

Hubungan Industri Dengan Lingkungan Sosial Masyarakat Menetap (Studi Kasus: Tipologi Lingkungan Industri Sedang di Jalan Raya Bogor)

Hubungan Industri Dengan Lingkungan Sosial Masyarakat Menetap (Studi Kasus: Tipologi Lingkungan Industri Sedang di Jalan Raya Bogor) Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership) Hubungan Industri Dengan Lingkungan Sosial Masyarakat Menetap (Studi Kasus: Tipologi Lingkungan Industri Sedang di Jalan Raya Bogor) Deskripsi Dokumen:

Lebih terperinci

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN KUSTA PADA KONTAK SERUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMSARI SEMARANG TAHUN 2013 Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang III. METODE PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi dan pihak-pihak terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Dinas

Lebih terperinci

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image. Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage PENGARUH PERTAMBAHAN PENDUDUK TERHADAP PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2000-2010 Ainul

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penggunaan metode kuantitatif dalam penelitian ini sesuai dengan penggunaan

Lebih terperinci

KONSTRIBUSI MOBILITAS SISWA SMAN FAVORIT TERHADAP KINERJA RUAS JALAN DI KOTA BANDUNG

KONSTRIBUSI MOBILITAS SISWA SMAN FAVORIT TERHADAP KINERJA RUAS JALAN DI KOTA BANDUNG KONSTRIBUSI MOBILITAS SISWA SMAN FAVORIT TERHADAP KINERJA RUAS JALAN DI KOTA BANDUNG Supratman Agus Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Brian Yogaswara C. Erlis Saputra

Brian Yogaswara C. Erlis Saputra PEMBANGUNAN ARMADA TOWN SQUARE DAN PERKEMBANGAN TITIK PUSAT PERDAGANGAN SERTA POLA KONSUMSI DAN BELANJA MASYARAKAT DI KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG Brian Yogaswara C. brianyogaswara@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada jurusan

Lebih terperinci