Taksiran Titik Parameter Populasi pada Small Area dengan Metode Spatial Empirical Bayes Berdasarkan Model Tingkat Area

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Taksiran Titik Parameter Populasi pada Small Area dengan Metode Spatial Empirical Bayes Berdasarkan Model Tingkat Area"

Transkripsi

1 Taksiran Titik Parameter Populasi pada Small Area dengan Metode Spatial Empirical Bayes Berdasarkan Model Tingkat Area Yudistira 1, Titin Siswantining 2 1. Departemen Matematika, FMIPA, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Matematika, FMIPA, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia aritsiduy.ui.0301@gmail.com Abstrak Dalam penerapan statistika di masyarakat, metode pengambilan sampel dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang populasi yang menjadi fokus pengamatan. Namun karena keterbatasan dalam menjalankan metode pengambilan sampel, banyaknya sampel tersebut seringkali tidak mencukupi untuk mendapatkan taksiran yang presisi untuk populasi. Oleh karena itu, dikembangkan beberapa metode alternatif untuk menaksir parameter tersebut dengan area sampel yang jumlahnya kecil yang dibahas dalam topik Small Area Estimation. Dalam skripsi ini, dijelaskan tentang bagaimana mencari taksiran titik dari rata-rata populasi pada Small Area dengan metode Empirical Bayes berdasarkan model tingkat area. Secara umum, metode ini diawali dengan pendefinisian Model Spasial Tingkat Area, yaitu model dasar tingkat area dengan tambahan definisi model efek acak spasial pada. Model tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk menaksir parameter rata-rata populasi dengan menggunakan Metode Empirical Bayes. Pada bagian akhir skripsi ini juga diberikan contoh penerapan metode Spatial Empirical Bayes untuk menaksir tingkat kemiskinan di Kota Depok pada tahun Point Estimation of Population Parameter of Small Area with Spatial Empirical Bayes Method based on Area Level Model Abstract In the application of statistics in society, sampling methods are conducted to obtain information about the populations that become a focus of observation. However, due to limitations in carrying out of sampling methods, the number of samples is often not sufficient to obtain precise estimates for the population. Therefore, several alternative methods are developed for estimating the parameters with a small number of sample areas which has covered in the topics Small Area Estimation. This paper is described about how to find a point estimation of population mean on small area with Empirical Bayes method based on area level model. In general, this method starts with defining the Spatial Area Level Model, which is the basic area level model with an additional definition of spatial random effects model for. That model then becomes basis for estimate parameter of population mean using Empirical Bayes methods. At the end, this paper also give an example of the application of Spatial Empirical Bayes methods for estimating poverty in Depok in Keywords : Empirical Bayes; hyperparameter; Small Area Estimation; spatial area level model; spatial random effect.

2 I. Pendahuluan Dalam statistika, sering dikenal istilah survey sampling, yaitu salah satu metode pengambilan sampel untuk memberikan informasi taksiran dari parameter populasi objek tersebut yang menjadi fokus penelitian. Objek yang dijadikan sebagai populasi biasa disebut sebagai domain. Menurut Gelman, dkk. (2000), taksiran yang diperoleh dari suatu metode pengambilan sampel disebut dengan taksiran langsung, jika hanya berdasarkan data sampel yang berasal dari suatu domain tertentu. Suatu domain dikatakan besar (large area) jika sampel yang diambil dari domain yang lebih spesifik cukup besar untuk mendapatkan taksiran langsung dengan tingkat keakuratan (presisi) yang mencukupi. Namun dalam kenyataan sehari-hari, sangat jarang untuk mendapatkan suatu data dalam jumlah besar serta lengkap untuk mendukung taksiran parameter populasi yang menjadi fokus penelitian. Sehingga secara teoritis metode large area estimation tidak dapat digunakan dengan baik. Oleh karena itu, berbagai cara telah dikembangkan untuk mendapatkan informasi taksiran secara akurat, meskipun secara jumlah sampel tidak cukup memadai untuk mendapatkan taksiran langsung. Cara-cara tersebut dibahas secara mendalam pada topik Small Area Estimation. Pada dasarnya menurut Rao (2003), metode-metode yang terdapat pada pembahasan Small Area Estimation menghasilkan taksiran tak langsung, yaitu taksiran yang diperoleh dengan pembobotan berdasarkan nilai variabel acak dari suatu domain tertentu, untuk mengefektifkan ukuran sampel. Terdapat banyak cara dalam hal pendefinisian bobot tersebut, salah satunya yang dibahas pada skripsi ini yaitu pendefinisian bobot suatu domain berdasarkan kedekatannya dengan domain lain di sekitarnya yang biasanya disebut dengan pengaruh spasial. Secara umum menurut Rao (2003), untuk mendapatkan taksiran tak langsung dari suatu parameter pada Small Area Estimation, harus berdasarkan dari model Small Area yang dibentuk berdasarkan suatu domain tertentu yang dijelaskan oleh sebarang variabel yang terdapat dalam model tersebut. Taksiran seperti ini disebut sebagai taksiran berdasarkan model (Model-based Estimator). Selanjutnya dalam mencari taksiran parameter berdasarkan model Small Area yang telah ditentukan sebelumnya, secara garis besar dibagi menjadi 2 metode : Non Bayesian dan Bayesian. Dalam skripsi ini, yang dibahas lebih jauh adalah metode Bayesian, dimana taksiran yang diperoleh dari metode ini berasal dari fungsi kepadatan probabilitas yang diasumsikan

3 mempunyai distribusi tertentu. Salah satu contoh metode Bayesian yang dibahas lebih jauh dalam skripsi ini adalah Empirical Bayes (EB). Jadi, secara keseluruhan yang dibahas dalam skiripsi ini adalah bagaimana mencari taksiran tak langsung dari suatu parameter berdasarkan model Small Area dengan memperhatikan pengaruh spasial dari domain di sekitarnya serta dengan menggunakan metode Empirical Bayes. Sehingga metode ini diistilahkan sebagai metode Spatial Empirical Bayes. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara untuk mendapatkan taksiran parameter pada Small Area Estimation dengan metode Spatial Empirical Bayes menurut model Small Area yang telah ditentukan? 2. Bagaimana perbandingan taksiran parameter yang diperoleh antara metode Spatial Empirical Bayes dengan metode lainnya? Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui cara untuk mendapatkan taksiran parameter pada Small Area Estimation dengan metode Spatial Empirical Bayes berdasarkan model spasial tingkat area. 2. Mengetahui perbandingan antara taksiran parameter yang diperoleh antara metode Spatial Empirical Bayes dengan metode lainnya. II. Tinjauan Teoritis Pada bagian tinjauan teoritis dijelaskan tiga teori utama yang digunakan dalam skripsi ini, yaitu Aturan Bayes pada Distribusi, Metode Maksimum Likelihood, serta Lapangan Markov dan Sifatnya. Teori 1 : Aturan Bayes pada Distribusi Misalkan terdapat suatu parameter yang tidak terobservasi, dimana pada awalnya tidak bergantung pada observasi sebelumnya. Fungsi kepadatan probabilitas (untuk selanjutnya disingkat dengan f.k.p) untuk parameter disebut sebagai fungsi distribusi prior, dilambangkan dengan. Misalkan pula terdapat data terobservasi yang dibangkitkan dari distribusi prior. F.k.p bersyarat dari diberikan disebut sebagai fungsi distribusi sampling, dilambangkan dengan.

4 Aturan Bayes pada distribusi adalah suatu formula untuk mencari f.k.p bersyarat dari diberikan data observasi, yang didefinisikan sebagai =, = dimana adalah fungsi distribusi marginal dari,. (2.1) Perlu diperhatikan bahwa pada persamaan (2.1) merupakan fungsi dari parameter yang bergantung pada data terobservasi, sehingga dapat disebut sebagai fungsi distribusi posterior. Dengan demikian, taksiran untuk (untuk selanjutnya disebut dengan taksiran Bayes) didefinisikan sebagai nilai ekspektasi dari distribusi posterior yang diperoleh sebelumnya. Dalam aplikasi, distribusi marginal merupakan fungsi yang sudah tidak bergantung pada parameter, dengan nilai-nilai yang diketahui. Oleh karena itu, fungsi distribusi posterior pada persamaan (2.1) dapat ditulis dalam bentuk ekuivalen berikut : (2.2) Teori 2 : Metode Maksimum Likelihood Metode maksimum likelihood bertujuan untuk mendefinisikan suatu statistik sedemikian sehingga jika terdapat nilai-nilai pengamatan, maka nilai statistik tersebut dapat menjadi suatu taksiran yang baik untuk suatu parameter (Hogg, McKean, dan Craig, 2013). Secara umum, langkah-langkah untuk melakukan taksiran parameter dengan metode maksimum likelihood dapat dibagi ke dalam beberapa tahap. Pertama, misalkan,, sampel acak dari distribusi dengan f.k.p. ;, maka f.k.p. bersama dari,, merupakan perkalian dari f.k.p masing-masing variabel acaknya yaitu ; ; ;. F.k.p bersama ini dapat dinyatakan sebagai fungsi dari, sehingga disebut dengan fungsi likelihood dari sampel acak yang ditulis sebagai : ;,, = ; ; ;, (2.3) Selanjutnya, dicari fungsi nontrivial,,, sedemikian sehingga jika disubstitusi dengan fungsi tersebut dapat memaksimumkan nilai fungsi likelihood ;,, pada persamaan (2.3). Dengan demikian, diperoleh suatu statistik =,, sebagai taksiran maksimum likelihood untuk. Terkadang untuk mencari fungsi,, yang memenuhi, dibutuhkan bantuan transformasi logaritma natural atau sifat turunan dari fungsi likelihood tersebut. Jika terdapat lebih dari satu parameter, = 1,2, yang perlu dicari taksirannya, maka dengan bantuan

5 sifat turunan parsial terhadap setiap parameter dari fungsi likelihood, fungsi,, diperoleh dengan menyelesaikan sistem persamaan secara stimultan untuk mendapatkan taksiran maksimum likelihood untuk. Teori 3 : Lapangan Markov dan Sifatnya Menurut Freno (2013), Lapangan Markov adalah sistem yang terdiri dari suatu graf tak berarah serta himpunan yang disebut dengan fungsi potensial. Graf tak berarah dari lapangan Markov direpresentasikan dalam beberapa titik (node) yang menyatakan variabel acak, serta himpunan pasangan dari suatu titik variabel acak yang saling terhubung dalam satu garis pada graf, disebut sebagai clique. Sedangkan fungsi potensial adalah fungsi yang memetakan setiap kondisi (state) pada suatu clique ke bilangan real nonnegatif. Contoh representasi lapangan Markov ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Representasi Lapangan Markov Pada lapangan Markov, didefinisikan tetangga dari variabel acak (dinotasikan dengan ), yaitu himpunan semua node yang terhubung secara langsung dengan node pada graf. Selain itu, misalkan terdapat,, himpunan node yang saling lepas pada graf. Maka dikatakan memisahkan dari jika untuk sebarang node dan terdapat setidaknya sebuah node yang berada pada semua kemungkinan jalur antara dan. Adapun sifat-sifat yang berhubungan dengan lapangan Markov dijelaskan dalam suatu teorema yang telah dibuktikan oleh Hammersley dan Clifford (1971). Misalkan = (,, ) merupakan vektor variabel acak dengan nilai variabel acak = (,, ), serta

6 adalah probabilitas bersama dari yang memenuhi > 0 untuk sebarang nilai, maka pernyataan berikut ekuivalen : a. Sifat Lokal Markov : Jika adalah himpunan tetangga pada lapangan Markov, maka \ =, dimana \ adalah himpunan semua variabel acak pada lapangan Markov kecuali variabel. b. Sifat Global Markov : Jika,, adalah himpunan bagian yang saling lepas dari, dan memisahkan dari, berlaku =. III. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan contoh aplikasi. Studi literatur dilakukan untuk mempelajari teori yang digunakan untuk menentukan Small Area Model, serta untuk mencari taksiran parameter dengan metode Spatial Empirical Bayes berdasarkan Small Area Model yang telah ditentukan. Sedangkan contoh aplikasi digunakan untuk mengetahi penerapan langkah penaksiran parameter yang dibahas dalam skripsi ini dalam kasus nyata, serta untuk mengetahui perbandingan taksiran parameter yang diperoleh antara metode Spatial Empirical Bayes dengan metode lainnya. IV. Pembahasan Pada bagian ini dijelaskan langkah-langkah secara umum untuk mendapatkan taksiran parameter populasi pada Small Area dengan menggunakan metode Spatial Empirical Bayes. Langkah 1. Pendefinisian Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini antara lain : 1. Variabel yaitu parameter utama yang menjadi fokus perhatian untuk dicari taksirannya. Dalam skripsi ini didefinisikan adalah parameter rata-rata populasi. 2. Variabel sebagai taksiran langsung dari. 3. Variabel, yaitu sekumpulan variabel-variabel penjelas pada area sampel terpilih yang merupakan tambahan informasi tentang taksiran. 4. Variabel, yaitu efek acak spasial yang dalam skripsi ini berupa nilai-nilai koordinat titik pusat setiap wilayah.

7 Langkah 2. Pendefinisian Spatial Area Level Model. Untuk membentuk suatu model spasial tingkat area yang digunakan dalam skripsi ini, pertama-tama didefinisikan model dasar Small Area yang digunakan, barulah kemudian didefinisikan suatu model khusus dari variabel efek acak yang terdapat pada model dasar Small Area tersebut. Berdasarkan pembahasan dari Rao (2003), model dasar Small Area yang digunakan dalam skripsi ini pada awalnya adalah model dasar tingkat area (Area Level Model). Misalkan terdapat suatu parameter, variabel-variabel, serta efek acak yang diasumsikan berdistribusi identik dan independen dengan = 0 dan "# =. Parameter dan variabel tersebut dihubungkan melalui suatu model linear berikut = +, = 1,2,, (4.1) dimana =,, merupakan vektor koefisien regresi dari. Sedangkan merupakan suatu konstanta positif yang menunjukkan kontribusi efek acak area ke- terhadap taksiran. Untuk mencari taksiran parameter rata-rata populasi pada Small Area berdasarkan model pada persamaan (4.1), diasumsikan bahwa taksiran langsung dari rata-rata populasi ada, sehingga dapat diasumsikan pula bahwa = = +, = 1,2,, (4.2) dimana adalah error dari pemilihan area sampel yang berdistribusi independen dengan = 0 dan "# =. Dengan substitusi persamaan (4.1) ke dalam persamaan (4.2), serta asumsi tambahan dan independen, diperoleh bentuk dasar dari model tingkat area. Selanjutnya dengan substitusi = 1, diperoleh suatu model yang disebut sebagai model Fay-Herriot yang menjadi model dasar Small Area yang digunakan dalam skripsi ini dengan bentuk sebagai berikut : = + +, = 1,2,, (4.3) Langkah 3 : Pendefinisian Himpunan Ketetanggan dan Model untuk Efek Acak Spasial. Model untuk efek acak spasial didefinisikan oleh Rao (2003) sebagai fungsi distribusi bersyarat dari diberikan himpunan nilai-nilai pada area lainnya yaitu, dalam bentuk auto-normal dari Conditional Autoregression (CAR) (Lihat skripsi Subbab ) yang dapat ditulis dalam bentuk berikut

8 ", (4.4) dimana adalah korelasi gabungan antara efek acak dengan seluruh efek acak, serta adalah variansi gabungan dari efek acak. Sedangkan " merupakan suatu konstanta yang menunjukkan kontribusi korelasi antara dengan, yang memenuhi persamaan " = ". Adapun nilai dari pendefinisian. " sangat tergantung dari bagaimana Dalam skripsi ini, didefinisikan sebagai himpunan area ke- yang berbatasan langsung dengan area ke- ( ). Dengan demikian, nilai " dapat dituliskan sebagai " = 1 jika berbatasan langsung dengan, serta " = 0 untuk yang lainnya (termasuk = 0). Selain itu, dalam skripsi ini didefinisikan pula nilai dari efek acak sebagai koordinat titik pusat dari wilayah ke- yang dinyatakan dalam dua komponen : nilai garis bujur (longitude) dan nilai garis lintang (lattitude). Sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk vektor = lattitude. berikut, dimana menyatakan nilai longitude dan menyatakan nilai Dengan demikian distribusi bersyarat pada persamaan (4.4) dapat ditulis sebagai ", (4.5) sehingga dengan substitusi persamaan (3.5) ke dalam model dasar pada persamaan (4.3), diperoleh suatu model tingkat area yang memperhatikan pengaruh spasial pada, sehingga disebut dengan Spatial Area Level Model. Langkah 4 : Pendefinisian Model Bayes dari Spatial Area Level Model Model Bayes adalah suatu model bertingkat yang terdiri atas distribusi sampling dari data observasi serta keluarga dari distribusi prior dari suatu parameter. Pada Spatial Area Level Model dalam persamaan (4.3), dengan asumsi tambahan bahwa dan berdistribusi normal, maka Model Bayes yang tebentuk adalah sebagai berikut ~"#, (4.6.a) ~"#, (4.6.b) dimana,, dan masing-masing merupakan hyperparameter pada model Bayes yang tidak diketahui nilainya. Perlu diperhatikan bahwa model (4.6.a) merupakan distribusi

9 sampling dari, sedangkan model (4.6.b) merupakan parameterisasi dari keluarga distribusi prior dari. Langkah 5 : Pencarian Distribusi Posterior dan Taksiran dari Model Bayes Pencarian Distribusi Posterior dan Taksiran Bayes dari Model Bayes tersebut dilakukan dengan menggunakan Aturan Bayes pada Distribusi (Teori 1). Berdasarkan model Bayes yang telah didefinisikan pada persamaan (4.6.a) dan (4.6.b), telah dibuktikan dalam skripsi ini bahwa distribusi posterior dari diberikan,, adalah sebagai berikut,, ~"# + 1, = (4.7) sehingga taksiran yang optimal untuk nilai diberikan,, yaitu =,, = + 1 (4.8) dimana = +. Sebelum penjelasan langkah selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa mulai dari Langkah 2 hingga Langkah 5 termasuk ke dalam tahapan Bayesian pada metode Spatial Empirical Bayes. Adapun Langkah 3 merupakan awal dari tahapan spasial dari metode tersebut. Langkah 6 : Pengolahan Data yang Diperlukan Secara umum ada dua jenis data yang diperlukan : data numerik sebagai nilai taksiran langsung dan nilai-nilai variabel, serta data koordinat wilayah sebagai nilai efek acak. Langkah 7 : Pengecekan Asumsi Distribusi Pengecekan asumsi ini perlu dilakukan mengingat penurunan rumus yang dilakukan dalam skripsi ini dilakukan di bawah asumsi distribusi tertentu pada dan. Diketahui pada skripsi ini bahwa dan diasumsikan berdistribusi normal (khusus untuk yang direpresentasikan dalam suatu vektor, maka pengujiannya termasuk dalam kasus multivariat normal). Langkah 8 : Perhitungan Taksiran Hyperparameter Berdasarkan persamaan (4.8), terdapat 3 hyperparameter,, dan yang perlu dicari taksirannya secara empiris untuk mendapatkan taksiran titik rata-rata populasi.

10 Pertama, terlebih dahulu dicari taksiran untuk berdasarkan model efek acak spasial pada persamaan (4.5). Selanjutnya, metode Maksimum Likelihood diterapkan pada persamaan tersebut sehingga telah dibuktikan rumus taksiran dari dan adalah sebagai berikut : dimana = 1 = 1 2 " " " + " (4.9) " " Selanjutnya, taksiran untuk diperoleh berdasarkan fakta bahwa model (4.3) dapat dipandang sebagai model regresi linear normal antara dan, dengan merupakan error dari regresi linear tersebut yang diketahui nilainya. Dengan demikian, taksiran untuk merupakan koefisien hasil regresi linear antara dengan. Sedangkan taksiran untuk dalam skripsi ini nilainya diasumsikan sama, yaitu = untuk setiap area. Dengan demikian, nilai dapat ditaksir langung dari variansi sampel. Pada akhirnya, taksiran rata-rata populasi dengan metode Spatial Empirical Bayes "# diperoleh dengan substitusi ketiga nilai taksiran hyperparameter,, dan ke dalam persamaan (3.8). Perlu diperhatikan pula bahwa Langkah 6 hingga Langkah 8 termasuk dalam tahapan empiris pada metode Spatial Empirical Bayes, yang merupakan kelanjutan dari tahapan Bayesian maupun tahapan spasialnya. Dari langkah-langkah tersebut, terlihat bahwa langkah-langkah metode Spatial Empirical Bayes sebenarnya tidak jauh berbeda dengan metode Empirical Bayes pada umumnya, yaitu terdiri atas tahapan Bayesian dan tahapan empiris. Namun terdapat 2 hal yang berbeda dari metode Spatial Empirical Bayes ini, yaitu adanya pendefinisian sebagai efek acak spasial yang diasumsikan berdistribusi tertentu, serta adanya tambahan data yang diperlukan dalam menaksir parameter rata-rata populasi. Pada bagian akhir dari pembahasan skripsi ini, diberikan contoh aplikasi metode Spatial Empirical Bayes pada data kemiskinan di Kota Depok pada tahun Data yang digunakan secara umum adalah hasil olahan dari Survey Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun Adapun tujuan utama yang dicapai adalah untuk menaksir tingkat kemiskinan di tiap kecamatan di wilayah Kota Depok pada tahun 2012.

11 Terdapat beberapa variabel yang perlu didefinisikan terlebih dahulu dalam contoh aplikasi ini : 1. Variabel, didefinisikan sebagai jumlah penduduk miskin pada kecamatan ke- di Kota Depok pada tahun Variabel, didefinisikan sebagai jumlah penduduk keluarga miskin pada kecamatan ke- di Kota Depok pada tahun 2012 berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita per bulan. 3. Variabel, didefinisikan sebagai jumlah penduduk miskin pada kecamatan ke- di Kota Depok pada tahun 2012 berdasarkan kriteria profil keluarga miskin versi BPS.. Dari 14 kriteria, hanya 8 kriteria yang digunakan dalam contoh aplikasi ini, yaitu : a. Variabel, adalah jumlah penduduk yang tinggal dengan luas lantai rumah per kapita kurang dari 8. b. Variabel, adalah jumlah penduduk yang tinggal dengan jenis lantai rumah terluas berupa tanah, bambu, atau kayu murahan. c. Variabel adalah jumlah penduduk yang tinggal dengan jenis dinding rumah berupa bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah, atau tembok tanpa diplester). d. Variabel adalah jumlah penduduk yang tidak menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri/keluarga. e. Variabel adalah jumlah penduduk yang menggunakan bahan bakar kayu bakar, arang, atau minyak tanah untuk memasak. f. Variabel adalah jumlah penduduk yang tidak mampu membayar biaya pengobatan selama 3 bulan terakhir. g. Variabel adalah jumlah penduduk yang mendapatkan atau membeli beras miskin dalam 3 bulan terakhir. h. Variabel adalah jumlah penduduk dengan kepala keluarganya memiliki tingkat pendidikan terakhir di bawah SMP. 4. Variabel, didefinisikan sebagai efek acak kecamatan ke- di wilayah Kota Depok. Efek acak tersebut direpresentasikan dengan koordinat titik-titik pusat kecamatan di Kota Depok yang dinyatakan dalam 2 nilai longitude ( ) dan lattitude ( ), sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk vektor =. Berdasarkan penjelasan Langkah 6 pada bagian Pembahasan, ada dua jenis data yang diperlukan dalam contoh apilkasi ini : data numerik sebagai nilai taksiran langsung dan nilai-nilai variabel, serta data koordinat wilayah sebagai nilai efek acak. Untuk data

12 numerik yang digunakan dalam contoh aplikasi ini berasal dari Data Sussenas tahun 2012 Modul KorRT yang telah disortir untuk sampel keluarga yang tinggal di Kota Depok. Pada awalnya data numerik yang tersedia tidak dalam bentuk jumlah penduduk. Oleh karena itu, terlebih dahulu dilakukan tranformasi menjadi data yang sesuai kriteria yang dijelaskan pada definisi variabel. Adapun hasil dari tranformasi data menjadi data numerik yang digunakan dalam contoh aplikasi ini disajikan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengolahan Data Numerik Susenas Kota Depok 2012 Kecamatan Beji Bojongsari Cilodong Cimanggis Cinere Cipayung Limo Pancoran Mas Sawangan Sukmajaya Tapos Sedangkan untuk data koordinat wilayah, digunakan data hasil digitasi dari Peta Kota Depok yang terdiri dari 11 kecamatan seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Peta Kota Depok Beserta Titik Pusat Tiap Kecamatan

13 Kemudian dari data tersebut dicari koordinat titik pusat untuk masing-masing kecamatan dengan bantuan perangkat lunak QGIS Lisboa. Adapun sistem koordinat yang dipakai adalah koordinat Geografis dengan rentang nilai longitude 180 < < 180 dan rentang nilai lattitude 90 < < 90. Hasil perhitungan koordinat-koordinat tersebut ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Data Koordinat Titik Pusat Kecamatan di Kota Depok Kecamatan Longitude Lattitude Beji Bojongsari Cilodong Cimanggis Cinere Cipayung Limo Pancoran Mas Sawangan Sukmajaya Tapos Proses pencarian taksiran tingkat kemiskinan di tiap kecamatan di wilayah Kota Depok pada tahun 2012 dilakukan berdasarkan Spatial Area Level Model yang telah didefinisikan pada persamaan (4.3). Sedangkan untuk model efek acak spasial diturunkan berdasarkan definisi himpunan ketetanggaan sebagai himpunan kecamatan yang berbatasan langsung dengan kecamatan ke- dalam wilayah Kota Depok, sehingga digunakan model seperti pada persamaan (4.5). Oleh karena itu, dengan asumsi bahwa dan berdistribusi normal, diperoleh distribusi posterior serta taksiran Bayes seperti pada persamaan (4.7) dan (4.8), dimana terdapat 3 hyperparameter,, dan yang dicari taksirannya. Namun sebelum itu, diperlukan pengecekan asumsi distribusi dan berdasarkan data yang digunakan. Dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk distribusi normal yang tersedia pada software R.3.0.2, dapat disimpulkan bahwa pada tingkat signifikansi = 0.05 baik data maupun berdistribusi normal. Sehingga taksiran parameter yang diperoleh di bawah asumsi tersebut dapat digunakan. Untuk perhitungan taksiran hyperparameter berdasarkan persamaan (4.9), perlu dicari terlebih dahulu nilai " untuk masing-masing kecamatan di Kota Depok. Nilai

14 tersebut diperoleh dengan identifikasi semua kecamatan yang berbatasan langsung dengan suatu kecamatan tertentu, kemudian semua koordinat titik pusat kecamatan-kecamatan tersebut dijumlahkan. Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam persamaan persamaan (4.9) untuk dicari nilai. Dengan bantuan software Microsoft Excel 2010, diperoleh nilai = Untuk perhitungan taksiran parameter diperoleh langsung dari hasil regresi linear antara dengan. Dengan bantuan software Minitab 16, hasil regresi linear yang diperoleh adalah sebagai berikut : = (4.10) Sedangkan untuk perhitungan taksiran parameter = diperoleh langsung dari variansi data. Dengan bantuan software Microsoft Excel 2010, diperoleh = Terdapat satu hal yang penting untuk diperhatikan bahwa nilai taksiran hyperparameter dan merupakan hasil taksiran dari data yang sudah distandarisasi. Standarisasi data tersebut penting dilakukan karena satuan yang digunakan antara kedua hyperparameter tersebut tidak setara dengan. Apabila tidak distandarisasi, maka akan berpengaruh terhadap perhitungan pada persamaan (4.8). Setelah semua nilai taksiran hyperparameternya ditemukan, maka nilai taksiran "# Spatial Empirical Bayes untuk jumlah penduduk miskin tiap kecamatan di Kota Depok dapat dicari dengan substitusi ketiga nilai taksiran hyperparameter tersebut, serta nilainilai dan di tiap kecamatan berdasarkan persamaan (3.8). Adapun hasil perhitungan dari "# disajikan pada Tabel 3. Hal terakhir yang dilakukan dalam analisis ini adalah perbandingkan nilai-nilai taksiran jumlah penduduk miskin tiap kecamatan di Kota Depok tahun 2012 antara taksiran langsung ( ) dan taksiran Spatial Empirical Bayes ( "# ), dengan nilai sebenarnya berdasarkan diambil dari laporan BPS Kota Depok tahun Berdasarkan hasil perbandingan taksiran pada Tabel 3. terlihat bahwa hasil taksiran jumlah penduduk miskin tiap kecamatan, baik taksiran langsung maupun Spatial Empirical Bayes banyak yang jauh dari nilai sebenarnya. Hal ini wajar karena sebenarnya masih banyak standar yang digunakan untuk pengukuran tingkat kemiskinan selain yang dijelaskan pada definisi variabel sebelumnya. Namun apabila dilihat dari MSE dan variansi sebagai dasar perbandingan antara kedua taksiran tersebut, dapat dilihat bahwa nilai MSE dan variansi pada metode Spatial Empirical Bayes sedikit lebih kecil dibandingkan metode taksiran langsung.

15 Tabel 3. Perbandingan Hasil Taksiran Jumlah Penduduk Miskin Tiap Kecamatan di Kota Depok Tahun 2012 Kecamatan "# Aktual Beji Bojongsari Cilodong Cimanggis Cinere Cipayung Limo Pancoran Mas Sawangan Sukmajaya Tapos Rata Rata Variansi MSE V. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan dan contoh aplikasi dari skripsi ini antara lain : 1. Perbedaan mendasar antara metode Spatial Empirical Bayes dengan metode Empirical Bayes pada umumnya adalah adanya definisi khusus efek acak spasial serta tambahan data lokasi yang digunakan untuk menaksir variansi efek acak. 2. Berdasarkan contoh aplikasi, terlihat bahwa taksiran Spatial Empirical Bayes sedikit lebih baik dalam menaksir jumlah penduduk keluarga miskin tiap kecamatan di Kota Depok tahun 2012 dibandingkan dengan taksiran langsung. Hal ini dapat dilihat dari nilai MSE yang lebih kecil. VI. Saran Skripsi ini hanya membahas secara detail tentang bagaimana mencari taksiran titik rata-rata populasi dengan menggunakan metode Spatial Empirical Bayes. Padahal jika dikaji lebih dalam, masih banyak hal yang dapat dibahas dari metode yang termasuk baru ini. Di antaranya yang menjadi harapan penulis untuk dilanjutkan adalah bagaimana mencari variansi dari taksiran Spatial Empirical Bayes, atau interval kepercayaan untuk rata-rata populasinya.

16 VII. Referensi Freno, A. (2013). Markov Random Fields. Diakses tanggal 17 Juni pdf Gelman, A., Carlin, J.B., Stern, H.S., & Rubin, D.B. (2000). Bayesian Data Analysis. New York : Chapman & Hall/CRC. Hogg, R.V., McKean, J.W., & Craig, A.T., (2013). Introduction to Mathematical Statistics (7 th ed). Boston : Pearson Education, Inc. Rao, J.N.K. (2003). Small Area Estimation. New York : John Wiley & Sons, Inc.

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL

PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL PENERAPAN MODEL REGRESI LINIER BAYESIAN UNTUK MENGESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL Vania Mutiarani 1, Adi Setiawan, Hanna Arini Parhusip 3 1 Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW, 3 Dosen

Lebih terperinci

Penaksiran Mean Stratum pada Sampling Acak Stratifikasi dengan Menggunakan Metode Empirical Bayes

Penaksiran Mean Stratum pada Sampling Acak Stratifikasi dengan Menggunakan Metode Empirical Bayes Penaksiran Mean Stratum pada Sampling Acak Stratifikasi dengan Menggunakan Metode Empirical Baes Sisca Agnessia Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 6 sisca.agnessia@ahoo.com Abstrak Dalam

Lebih terperinci

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES

MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES MENAKSIR PARAMETER µ DARI N( µ, ) DENGAN METODE BAYES Hartayuni Saini 1 1 Jurusan Matematika, FMIPA-UNTAD. e-mail: yunh3_chendist@yahoo.co.id Abstrak Untuk menaksir nilai µ dari N(µ, ) umumnya digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENDUGAAN AREA KECIL (SMALL AREA ESTIMATION) PADA PENENTUAN PROPORSI RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN KLUNGKUNG

PENERAPAN METODE PENDUGAAN AREA KECIL (SMALL AREA ESTIMATION) PADA PENENTUAN PROPORSI RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN KLUNGKUNG E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, 35-39 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN METODE PENDUGAAN AREA KECIL (SMALL AREA ESTIMATION) PADA PENENTUAN PROPORSI RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN KLUNGKUNG PUTU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka dari buku referensi karya ilmiah. Karya ilmiah yang digunakan adalah hasil penelitian serta

Lebih terperinci

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI Disusun Oleh: NANDANG FAHMI JALALUDIN MALIK NIM. J2E 009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Regresi Regresi adalah suatu studi statistik untuk menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk persamaan. Salah satu variabel merupakan variabel

Lebih terperinci

Penaksiran Parameter Regresi Linier Logistik dengan Metode Maksimum Likelihood Lokal pada Resiko Kanker Payudara di Makassar

Penaksiran Parameter Regresi Linier Logistik dengan Metode Maksimum Likelihood Lokal pada Resiko Kanker Payudara di Makassar Vol.14, No. 2, 159-165, Januari 2018 Penaksiran Parameter Regresi Linier Logistik dengan Metode Maksimum Likelihood Lokal pada Resiko Kanker Payudara di Makassar Sutrianah Burhan 1, Andi Kresna Jaya 1

Lebih terperinci

RELIABILITAS ORDINAL PADA METODE TEST-RETEST

RELIABILITAS ORDINAL PADA METODE TEST-RETEST RELIABILITAS ORDINAL PADA METODE TEST-RETEST Yaqozho Tunnisa 1, Rianti Setiadi 2 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 tunnisa.yaqozho@gmail.com 1, ririnie@yahoo.com.sg 2 Abstrak Dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Depok Jawa Barat. Depok sebagai penyangga DKI Jakarta dihuni oleh masyarakat yang sangat heterogen dengan tingkat

Lebih terperinci

PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES

PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES PENERAPAN METODE EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION (EBLUP) PADA MODEL PENDUGA AREA KECIL DALAM PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES SKRIPSI Disusun Oleh : RAHAYU NINGTYAS 24010211130042

Lebih terperinci

MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER

MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER Etis Sunandi 1), Khairil A Notodiputro 2), Anik Djuraidah 2) 1) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu 2) Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR TERKAIT METODE BAYES

KONSEP DASAR TERKAIT METODE BAYES KONSEP DASAR TERKAIT METODE BAYES 2.3. Peubah Acak dan Distribusi Peluang Pada statistika kita melakukan percobaan dimana percobaan tersebut akan menghasilkan suatu peluang. Ruang sampel pada percobaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembicaraan statistik, jawaban yang diinginkan adalah jawaban untuk ruang lingkup yang lebih luas, yakni populasi. Tetapi objek dari studi ini menggunakan sampel

Lebih terperinci

Prosiding ISBN :

Prosiding ISBN : Penggunaan Metode Bayesian Subyektif dalam Pengkonstruksian Grafik Pengendali-c Sekar Sukma Asmara a, Adi Setiawan b, Tundjung Mahatma c a Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Sains Matematika Universitas

Lebih terperinci

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased M. Adi Sidauruk, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Lampung E-mail:

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PARAMETER µ DAN σ PADA DISTRIBUSI NORMAL MENGGUNAKAN METODE BAYES DAN MAKSIMUM LIKELIHOOD SKRIPSI SUNARTO URJOYO PURBA

PENAKSIRAN PARAMETER µ DAN σ PADA DISTRIBUSI NORMAL MENGGUNAKAN METODE BAYES DAN MAKSIMUM LIKELIHOOD SKRIPSI SUNARTO URJOYO PURBA PENAKSIRAN PARAMETER µ DAN σ PADA DISTRIBUSI NORMAL MENGGUNAKAN METODE BAYES DAN MAKSIMUM LIKELIHOOD SKRIPSI SUNARTO URJOYO PURBA 09083005 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER 1 ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER A. Musdalifa, Raupong, Anna Islamiyati Abstrak Estimasi parameter adalah merupakan hal

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL LINIER 1 ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL DENGAN TRANSFORMASI MODEL REGRESI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Sarimah. ABSTRACT

Sarimah. ABSTRACT PENDETEKSIAN OUTLIER PADA REGRESI LOGISTIK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK TRIMMED MEANS Sarimah Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Jember Pengeluaran Per kapita

TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Jember Pengeluaran Per kapita TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Jember Berdasarkan data BPS (2009), Kabupaten Jember secara geografis terletak pada 113 0 30-113 0 45 Bujur Timur dan 8 0 00-8 0 30 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KEKUATAN KONVERGENSI DALAM PROBABILITAS DAN KONVERGENSI ALMOST SURELY

KEKUATAN KONVERGENSI DALAM PROBABILITAS DAN KONVERGENSI ALMOST SURELY KEKUATAN KONVERGENSI DALAM PROBABILITAS DAN KONVERGENSI ALMOST SURELY Joko Sungkono* Abstrak : Tujuan yang ingin dicapai pada tulisan ini adalah mengetahui kekuatan konvergensi dalam probabilitas dan konvergensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Statistika adalah salah satu cabang ilmu matematika yang memperhitungkan probabilitas dari suatu data sampel dengan tujuan mendapatkan kesimpulan mendekati

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL DENGAN MODEL REGRESI LINIER BERGANDA BAYESIAN

ESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL DENGAN MODEL REGRESI LINIER BERGANDA BAYESIAN ESTIMASI PARAMETER DAN INTERVAL KREDIBEL DENGAN MODEL REGRESI LINIER BERGANDA BAYESIAN Vania Mutiarani a, Adi Setiawan b, Hanna Arini Parhusip c a Program Studi Matematika FSM UKSW Jl. Diponegoro 52-6

Lebih terperinci

PENDUGAAN AREA KECIL TERHADAP ANGKA MELEK HURUF DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN METODE EMPIRICAL BAYES BERBASIS MODEL BETA-BINOMIAL

PENDUGAAN AREA KECIL TERHADAP ANGKA MELEK HURUF DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN METODE EMPIRICAL BAYES BERBASIS MODEL BETA-BINOMIAL PENDUGAAN AREA KECIL TERHADAP ANGKA MELEK HURUF DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN METODE EMPIRICAL BAYES BERBASIS MODEL BETA-BINOMIAL Norlatifah 1), Gandhi Pawitan 2), Enny Supartini 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

PENAKSIRAN RATAAN DAN VARIANSPOPULASI PADA SAMPEL ACAK TERSTRATIFIKA DENGAN AUXILIARY VARIABLE

PENAKSIRAN RATAAN DAN VARIANSPOPULASI PADA SAMPEL ACAK TERSTRATIFIKA DENGAN AUXILIARY VARIABLE Vol. 12, No. 1, 9-18, Juli 2015 PENAKSIRAN RATAAN DAN VARIANSPOPULASI PADA SAMPEL ACAK TERSTRATIFIKA DENGAN AUXILIARY VARIABLE Raupong, M. Saleh AF, Hasruni Satya Taruma Abstrak Penaksiran rataan dan variansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Statistik area kecil (small area statistics) saat ini telah menjadi perhatian para statistisi dunia secara sangat serius. Telah banyak penelitian yang dikembangkan

Lebih terperinci

(DS.5) MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER

(DS.5) MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER (DS.5) MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER (Kasus : Pendugaan Proporsi Keluarga Miskin Di kabupaten Jember Jawa Timur) Etis Sunandi 1), Khairil A Notodiputro 2), Anik

Lebih terperinci

PENGUJIAN KESAMAAN BEBERAPA MODEL REGRESI NON LINIER GEOMETRI (Studi Kasus : Data Emisi CO 2 dan Gross Nation Product di Malaysia, Bhutan, dan Nepal)

PENGUJIAN KESAMAAN BEBERAPA MODEL REGRESI NON LINIER GEOMETRI (Studi Kasus : Data Emisi CO 2 dan Gross Nation Product di Malaysia, Bhutan, dan Nepal) PENGUJIAN KESAMAAN BEBERAPA MODEL REGRESI NON LINIER GEOMETRI (Studi Kasus : Data Emisi CO dan Gross Nation Product di Malaysia, Bhutan, dan Nepal) Yanti I 1, Islamiyati A, Raupong 3 Abstrak Regresi geometrik

Lebih terperinci

PENAKSIRAN PARAMETER REGRESI LINIER DENGAN METODE BOOTSTRAP MENGGUNAKAN DATA BERDISTRIBUSI NORMAL DAN UNIFORM

PENAKSIRAN PARAMETER REGRESI LINIER DENGAN METODE BOOTSTRAP MENGGUNAKAN DATA BERDISTRIBUSI NORMAL DAN UNIFORM BIAStatistics (2015) Vol. 9, 2, hal. 28-32 PENAKSIRAN PARAMETER REGRESI LINIER DENGAN METODE BOOTSTRAP MENGGUNAKAN DATA BERDISTRIBUSI NORMAL DAN UNIFORM Munawar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Syiah

Lebih terperinci

MASALAH NILAI AWAL ITERASI NEWTON RAPHSON UNTUK ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL TERBOBOTI GEOGRAFIS (RLOTG)

MASALAH NILAI AWAL ITERASI NEWTON RAPHSON UNTUK ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL TERBOBOTI GEOGRAFIS (RLOTG) MASALAH NILAI AWAL ITERASI NEWTON RAPHSON UNTUK ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL TERBOBOTI GEOGRAFIS (RLOTG) Shaifudin Zuhdi, Dewi Retno Sari Saputro Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Meta-Analisis untuk Odds Ratio

Meta-Analisis untuk Odds Ratio Meta-Analisis Odds Ratio Emy Meylita Haloho Rianti Setiadi Departemen Matematika FMIPA UI Kampus UI Depok 644 emymeylita@gmailcom ririnie@yahoocomsg Abstrak Membandingkan probabilitas kesuksesan suatu

Lebih terperinci

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR)

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR) BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR) 3.1 Regresi Poisson Regresi Poisson merupakan suatu bentuk analisis regresi yang digunakan untuk memodelkan data

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. INJAUAN PUSAKA.1 Penduga Area Kecil Rao (003) mengemukakan bahwa suatu area disebut kecil apabila contoh yang diambil pada area tersebut tidak mencukupi untuk melakukan pendugaan langsung dengan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis statistika pada dasarnya merupakan suatu analisis terhadap sampel yang kemudian hasilnya akan digeneralisasi untuk menggambarkan suatu karakteristik populasi.

Lebih terperinci

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON 3.1 Regresi Poisson Regresi Poisson merupakan salah satu model regresi dengan variabel responnya tidak berasal

Lebih terperinci

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI INVERS MAXWELL UKURAN BIAS SAMPEL MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN. Rince Adrianti 1, Haposan Sirait 2 ABSTRACT ABSTRAK

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI INVERS MAXWELL UKURAN BIAS SAMPEL MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN. Rince Adrianti 1, Haposan Sirait 2 ABSTRACT ABSTRAK PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI INVERS MAXWELL UKURAN BIAS SAMPEL MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN Rince Adrianti, Haposan Sirait Mahasiswa Program Studi S Matematika Dosen Matematika, Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. metode yang bisaanya digunakan dalam estimasi parameter yakni Ordinary Least

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. metode yang bisaanya digunakan dalam estimasi parameter yakni Ordinary Least BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data populasi dalam suatu penelitian berguna untuk mengetahui karakteristik objek yang akan menghasilkan gambaran akurat mengenai karakteristik objek tersebut. Statistik

Lebih terperinci

DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA

DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA digilib.uns.ac.id DEFICIENCY PENAKSIR PARAMETER PADA DISTRIBUSI GAMMA oleh ANIS TELAS TANTI M0106003 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

UNTUK PENGENDALIAN VARIABEL PROSES MULTIVARIAT

UNTUK PENGENDALIAN VARIABEL PROSES MULTIVARIAT BAGAN KENDALI UNTUK PENGENDALIAN VARIABEL PROSES MULTIVARIAT (Studi Kasus pada data Nilai Tukar Mata Uang Rupiah terhadap Mata Uang Asing Dollar Amerika Serikat, Euro dan Real UEA mulai pada tanggal 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara variabel respon dan variabel prediktor. Pada umumnya analisis regresi

Lebih terperinci

Medan, Juli Penulis

Medan, Juli Penulis 9. Seluruh teman-teman seperjuangan di Ekstensi Matematika Statistika, dan semua pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI ZERO-INFLATED POISSON (ZIP) MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN Karima Puspita Sari, Respatiwulan, dan Bowo Winarno Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak. Model regresi zero-inflated

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI POISSON TERGENERALISASI TERBATAS DENGAN METODE MAKSIMUM LIKELIHOOD

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI POISSON TERGENERALISASI TERBATAS DENGAN METODE MAKSIMUM LIKELIHOOD ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI POISSON TERGENERALISASI TERBATAS DENGAN METODE MAKSIMUM LIKELIHOOD Fitra1, Saleh2, La Podje3 Mahasiswa Program Studi Statistika, FMIPA Unhas 2,3 Dosen Program Studi Statistika,

Lebih terperinci

MODEL REGRESI DATA TAHAN HIDUP TERSENSOR TIPE III BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL. Jln. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang.

MODEL REGRESI DATA TAHAN HIDUP TERSENSOR TIPE III BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL. Jln. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang. MODEL REGRESI DATA TAHAN HIDUP TERSENSOR TIPE III BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL Winda Faati Kartika 1, Triastuti Wuryandari 2 1, 2) Program Studi Statistika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis Regresi adalah analisis statistik yang mempelajari bagaimana memodelkan sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu

Lebih terperinci

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma)

BAB III KALMAN FILTER DISKRIT. Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) BAB III KALMAN FILTER DISKRIT 3.1 Pendahuluan Kalman Filter adalah rangkaian teknik perhitungan matematika (algoritma) yang memberikan perhitungan efisien dalam mengestimasi state proses, yaitu dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN E-Jurnal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 45-52 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN NI PUTU NIA IRFAGUTAMI 1, I GUSTI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel prediktor terhadap variabel respons. Hubungan fungsional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel prediktor terhadap variabel respons. Hubungan fungsional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Dalam ilmu statistika, metode yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara satu variabel atau lebih dengan satu variabel atau lebih lainnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL MIXTURE AUTOREGRESSIVE (MAR) MENGGUNAKAN ALGORITMA EKSPEKTASI MAKSIMISASI (EM) Abstract

ESTIMASI PARAMETER MODEL MIXTURE AUTOREGRESSIVE (MAR) MENGGUNAKAN ALGORITMA EKSPEKTASI MAKSIMISASI (EM) Abstract Estimasi Parameter (Mika Asrini) ESTIMASI PARAMETER MODEL MIXTURE AUTOREGRESSIVE (MAR) MENGGUNAKAN ALGORITMA EKSPEKTASI MAKSIMISASI (EM) Mika Asrini 1, Winita Sulandari 2, Santoso Budi Wiyono 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada tiga indikator kemiskinan yang digunakan, Pertama Head Count Index (HCI- P0) yaitu persentase penduduk yang dibawah garis

Lebih terperinci

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 163-168. METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian Definisi 1 Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel dan dinyatakan dengan S. Tiap hasil dalam ruang sampel disebut

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dalam proses penelitian pendugaan parameter dari suatu distribusi diperlukan

LANDASAN TEORI. Dalam proses penelitian pendugaan parameter dari suatu distribusi diperlukan II. LANDASAN TEORI Dalam proses penelitian pendugaan parameter dari suatu distribusi diperlukan beberapa konsep dan teori yang mendukung dari ilmu statistika. Berikut akan dijelaskan beberapa konsep dan

Lebih terperinci

PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU PENDEKATAN HIERARCHICAL BAYES SMALL AREA ESTIMATION (HB SAE) DALAM MENGESTIMASI ANGKA MELEK HURUF KECAMATAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Ari Shobri B 1), Septiadi Padmadisastra 2), Sri Winarni 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Informasi Fisher pada Algoritme Fisher Scoring untuk Estimasi Parameter Model Regresi Logistik Ordinal Terboboti Geografis (RLOTG)

Informasi Fisher pada Algoritme Fisher Scoring untuk Estimasi Parameter Model Regresi Logistik Ordinal Terboboti Geografis (RLOTG) SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Informasi Fisher pada Algoritme Fisher Scoring untuk Estimasi Parameter Model Regresi Logistik Ordinal Terboboti Geografis (RLOTG) Aulia Nugrahani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk tesis ini, yang selanjutnya akan diperlukan pada bab 3. Yang akan dibahas dalam bab ini adalah metode bootstrap

Lebih terperinci

Penaksiran Parameter Model Kalibrasi Linier yang Berdistribusi Skew-Normal dengan Algoritma-EM

Penaksiran Parameter Model Kalibrasi Linier yang Berdistribusi Skew-Normal dengan Algoritma-EM Vol. 12, No. 1, 36-47, Juli 2015 Penaksiran Parameter Model Kalibrasi Linier yang Berdistribusi Skew-Normal dengan Algoritma-EM Try Widyaiswara Hairil 1, Anna Islamiyati 1, Raupong 1 Abstrak Sebuah penelitian

Lebih terperinci

SIMULASI DAMPAK MULTIKOLINEARITAS PADA KONDISI PENYIMPANGAN ASUMSI NORMALITAS

SIMULASI DAMPAK MULTIKOLINEARITAS PADA KONDISI PENYIMPANGAN ASUMSI NORMALITAS SIMULASI DAMPAK MULTIKOLINEARITAS PADA KONDISI PENYIMPANGAN ASUMSI NORMALITAS Joko Sungkono 1, Th. Kriswianti Nugrahaningsih 2 Abstract: Terdapat empat asumsi klasik dalam regresi diantaranya asumsi normalitas.

Lebih terperinci

(R.1) KAJIAN MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION UNTUK MASALAH DATA SPASIAL DISKRIT

(R.1) KAJIAN MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION UNTUK MASALAH DATA SPASIAL DISKRIT REGRESI 2 (R.1) KAJIAN MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION UNTUK MASALAH DATA SPASIAL DISKRIT Dani Robini, Budi Nurani R., Nurul Gusriani Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

Bagan Kendali Rasio Likelihood dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang dan Industri

Bagan Kendali Rasio Likelihood dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang dan Industri Vol. 10, No. 1, 26-34, Juli 2013 Bagan Kendali Rasio Likelihood dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang dan Industri Andi Fitri Ayu 1, Erna Tri Herdiani 1, M. Saleh AF 1, Anisa 1, Nasrah Sirajang 1 Abstrak

Lebih terperinci

Pengujian Overdispersi pada Model Regresi Poisson (Studi Kasus: Laka Lantas Mobil Penumpang di Provinsi Jawa Barat)

Pengujian Overdispersi pada Model Regresi Poisson (Studi Kasus: Laka Lantas Mobil Penumpang di Provinsi Jawa Barat) Statistika, Vol. 14 No. 2, 69 76 November 2014 Pengujian Overdispersi pada Model Regresi Poisson (Studi Kasus: Laka Lantas Mobil Penumpang di Provinsi Jawa Barat) Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

PEMILIHAN MODEL REGRESI LINIER DENGAN BOOTSTRAP. Tarno. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Semarang. Subanar Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta

PEMILIHAN MODEL REGRESI LINIER DENGAN BOOTSTRAP. Tarno. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Semarang. Subanar Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta PEMILIHAN MODEL REGRESI LINIER DENGAN BOOTSTRAP Tarno Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Semarang Subanar Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta Abstrak Tulisan ini membicarakan tentang penerapan bootstrap

Lebih terperinci

ESTIMASI KOMPONEN VARIAN PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN MODIFIKASI HARTLEY-ROU

ESTIMASI KOMPONEN VARIAN PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN MODIFIKASI HARTLEY-ROU ESTIMASI KOMPONEN VARIAN PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN MODIFIKASI HARTLEY-ROU Lismayani Usman 1, Raupong 2, Andi Kresna Jaya 3 Program studi Statistika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

Model Regresi Zero Inflated Poisson Pada Data Overdispersion

Model Regresi Zero Inflated Poisson Pada Data Overdispersion Model Regresi Zero Inflated Poisson Pada Data Overdispersion Wirajaya Kusuma Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail: Kusuma_Wirajaya@yahoo.co.id Desy Komalasari Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail:

Lebih terperinci

PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT MENGGUNAKAN METODE TIPE KERNEL

PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT MENGGUNAKAN METODE TIPE KERNEL PENDUGAAN FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT MENGGUNAKAN METODE TIPE KERNEL Ro fah Nur Rachmawati Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Binus University Jl.

Lebih terperinci

SMALL AREA ESTIMATION UNTUK PEMETAAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DEMAK

SMALL AREA ESTIMATION UNTUK PEMETAAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DEMAK SMALL AREA ESTIMATION UNTUK PEMETAAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DEMAK Moh. Yamin Darsyah 1 Setia Iriyanto 2 Iswahyudi Joko S 3 1) Prodi Statistika FMIPA UNIMUS, Semarang 2) Prodi Manajemen FE UNIMUS, Semarang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data panel ini, penulis menggunakan definisi, teorema dan konsep dasar yang berkaitan dengan pendugaan parameter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita mempunyai data yang terdiri dari dua atau lebih variabel maka sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat berhubungan, hubungan

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL ESTIMASI REGRESI NONPARAMETRIK

BAB 3 MODEL ESTIMASI REGRESI NONPARAMETRIK BAB 3 MODEL ESTIMASI REGRESI NONPARAMETRIK Dalam melakukan estimasi pada suatu kasus regresi nonparametrik, ada banyak metode yang dapat digunakan. Yasin (2009) dalam makalahnya melakukan estimasi regresi

Lebih terperinci

METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE KUSMAN SADIK

METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE KUSMAN SADIK METODE PREDIKSI TAK-BIAS LINEAR TERBAIK DAN BAYES BERHIRARKI UNTUK PENDUGAAN AREA KECIL BERDASARKAN MODEL STATE SPACE KUSMAN SADIK SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel

LANDASAN TEORI. menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel 5 II. LANDASAN TEORI 2.1 Model Regresi Poisson Analisis regresi merupakan metode statistika yang populer digunakan untuk menyatakan hubungan antara variabel respon Y dengan variabel-variabel prediktor

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. beberapa konsep dan teori yang berkaitan dengan penduga parameter distribusi GB2

II. LANDASAN TEORI. beberapa konsep dan teori yang berkaitan dengan penduga parameter distribusi GB2 5 II. LANDASAN TEORI Dalam proses penelitian penduga parameter dari suatu distribusi diperlukan beberapa konsep dan teori yang mendukung dari ilmu statistika. Berikut ini akan dijelaskan beberapa konsep

Lebih terperinci

KONSISTENSI ESTIMATOR

KONSISTENSI ESTIMATOR KONSISTENSI ESTIMATOR TUGAS STATISTIKA MATEMATIKA II Oleh 1. Wahyu Nikmatus S. (121810101010) 2. Vivie Aisyafi F. (121810101050) 3. Rere Figurani A. (121810101052) 4. Dwindah Setiari W. (121810101054)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap mendekati normal dengan mean μ = μ dan variansi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap mendekati normal dengan mean μ = μ dan variansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang melambangkan kemajuan zaman. Oleh karena itu matematika banyak digunakan oleh cabang ilmu lain

Lebih terperinci

GEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA

GEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA GEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA 1 Surya Amami P a, Masagus Ahmad Azizi b a Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSWAGATI Jl. Perjuangan No 1 Cirebon, amamisurya@gmail.com

Lebih terperinci

Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture

Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture Vol. 4, No., Oktober 04 Algoritma Expectation-Maximization(EM) Untuk Estimasi Distribusi Mixture Tomy Angga Kusuma ), Suparman ) ) Program Studi Matematika FMIPA UAD ) Program Studi Pend. Matematika UAD

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diberikan beberapa konsep dasar seperti teorema dan beberapa definisi sebagai landasan dalam penelitian ini. Konsep dasar ini berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

Lebih terperinci

Menampilkan Penaksir Parameter pada Model Linear * Mulyana **

Menampilkan Penaksir Parameter pada Model Linear * Mulyana ** Menampilkan Penaksir Parameter pada Model Linear * Abstrak Pada model linear Mulyana ** Y = X + ε, jika penaksir untuk, maka dua peran. Yaitu sebagai penaksir faktual, hitung, X memiliki Y = X, dan penaksir

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI LOG-LOGISTIK PADA DATA SURVIVAL TERSENSOR TIPE II

ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI LOG-LOGISTIK PADA DATA SURVIVAL TERSENSOR TIPE II ESTIMASI PARAMETER DISTRIBUSI LOG-LOGISTIK PADA DATA SURVIVAL TERSENSOR TIPE II Ryndha, Anna 2, Nasrah 3 ABSTRAK Data survival adalah data yang menunjukkan waktu suatu individu atau objek dapat bertahan

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI MULTIVARIAT BAYESIAN DENGAN DISTRIBUSI PRIOR INFORMATIF 1. PENDAHULUAN

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI MULTIVARIAT BAYESIAN DENGAN DISTRIBUSI PRIOR INFORMATIF 1. PENDAHULUAN ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI MULTIVARIAT BAYESIAN DENGAN DISTRIBUSI PRIOR INFORMATIF Dina Ariek Prasdika, Dewi Retno Sari Saputro, Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan, kedokteran, teknik mesin, software komputer, bahkan militer

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan, kedokteran, teknik mesin, software komputer, bahkan militer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Statistika merupakan salah satu ilmu matematika yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Di dalamnya mencakup berbagai sub pokok-sub pokok materi yang sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Regresi merupakan salah satu teknik analisis statistika yang paling banyak digunakan. Banyak sekali teknik analisis statistika yang diturunkan atau didasarkan pada

Lebih terperinci

PENAKSIR RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KURTOSIS PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA

PENAKSIR RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KURTOSIS PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA PENAKSIR RASIO UNTUK VARIANSI POPULASI MENGGUNAKAN KOEFISIEN VARIASI DAN KURTOSIS PADA SAMPLING ACAK SEDERHANA Erpan Gusnawan 1, Arisman Adnan 2, Haposan Sirait 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

Lebih terperinci

Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang

Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang Structural Equation Modelling untuk Mengetahui Keterkaitan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Jombang Oleh : Renanthera Puspita N. Pembimbing : Dr. Bambang Widjanarko Otok, M.Si. 1

Lebih terperinci

PENAKSIR MAKSIMUM LIKELIHOOD DENGAN METODE ITERASI NEWTON - RAPHSON

PENAKSIR MAKSIMUM LIKELIHOOD DENGAN METODE ITERASI NEWTON - RAPHSON PENAKSIR MAKSIMUM LIKELIHOOD DENGAN METODE ITERASI NEWTON - RAPHSON Haposan Sirait 1 dan Rustam Efendi 2 1,2 Dosen Program Studi Matematika FMIPA Universitas Riau. Abstrak: Makalah ini menyajikan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan mengenai beberapa teori dan metode yang mendukung serta mempermudah dalam melakukan perhitungan dan dapat membantu di dalam pembahasan

Lebih terperinci

KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN SIX SIGMA. Victoria Dwi Murti 1, Sudarno 2, Suparti 3

KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN SIX SIGMA. Victoria Dwi Murti 1, Sudarno 2, Suparti 3 JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 241-248 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KAJIAN DATA KETAHANAN HIDUP TERSENSOR TIPE I BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Peubah Acak dan Distribusinya.1.1 Peubah Acak Definisi.1: Peubah acak adalah suatu fungsi yang menghubungkan sebuah bilangan real dengan setiap unsur di dalam ruang contoh, (Walpole

Lebih terperinci

STATISTIKA DASAR MAF Dosen: Dr. Lutfi Rohman Wenny Maulina, M.Si

STATISTIKA DASAR MAF Dosen: Dr. Lutfi Rohman Wenny Maulina, M.Si STATISTIKA DASAR MAF 1212 Dosen: Dr. Lutfi Rohman Wenny Maulina, M.Si Pokok Bahasan Pokok Bahasan KONTRAK PERKULIAHAN UTS 35% UAS 35% TUGAS/QUIZ 20% KEHADIRAN 10% REFERENSI: Walpole, Ronald E. 2011. Probability

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. adalah banyaknya hari hujan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. adalah banyaknya hari hujan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Modul Neo-Normal dapat diaplikasikan ke dalam WinBUGS karena

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penaksiran Parameter Jika adalah nilai parameter populasi yang belum diketahui harganya, maka dapat ditaksir oleh nilai statistik, dan disebut sebagai penaksir atau fungsi keputusan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perbandingan Komposisi Gizi Pada Susu Sapi, Susu Kambing dan ASI

Lampiran 1. Perbandingan Komposisi Gizi Pada Susu Sapi, Susu Kambing dan ASI Lampiran 1. Perbandingan Komposisi Gizi Pada Susu Sapi, dan ASI Komposisi Susu Sapi ASI Protein (Gr) 3,30 3,60 1,00 Lemak (Gr) 3,30 4,20 4,40 Karbohidrat (Gr) 4,70 4,50 6,90 Kalori (Cat) 61,00 69,00 70,00

Lebih terperinci

Perbandingan Estimasi Parameter Pada Distribusi Eksponensial Dengan Menggunakan Metode Maksimum Likelihood Dan Metode Bayesian

Perbandingan Estimasi Parameter Pada Distribusi Eksponensial Dengan Menggunakan Metode Maksimum Likelihood Dan Metode Bayesian Perbandingan Estimasi Parameter Pada Distribusi Eksponensial Dengan Menggunakan Metode Maksimum Likelihood Dan Metode Bayesian Rado Yendra 1, Elsa Tria Noviadi 2 1,2 Jurusan Matematika, Fakultas Sains

Lebih terperinci

Distribusi Weibull Power Series

Distribusi Weibull Power Series Distribusi Weibull Power Series Maulida Yanti 1, Sarini S.Si.,M.Stats 2 1 Mahasiswa Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424 2 Staff Pengajar Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok,

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI

PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA BERDASARKAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 58 65 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN REGRESI POISSON DAN BINOMIAL NEGATIF DALAM MEMODELKAN JUMLAH KASUS PENDERITA AIDS DI INDONESIA

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Logistik Distribusi logistik merupakan distribusi yang memiliki fungsi kepekatan peluang kontinu. Bentuk kurva distribusi logistik adalah simetris dan uni modal. Bentuk

Lebih terperinci