KAJIAN NILAI INSENTIF UNTUK PENGUSAHAAN BATUBARA MUTU RENDAH DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN NILAI INSENTIF UNTUK PENGUSAHAAN BATUBARA MUTU RENDAH DI INDONESIA"

Transkripsi

1 KAJIAN NILAI INSENTIF UNTUK PENGUSAHAAN BATUBARA MUTU RENDAH DI INDONESIA ROCHMAN SAEFUDIN Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Jalan Jenderal Sudirman No 623 Bandung 40211, Telp. (022) , Fax. (022) SARI Energi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan, terutama untuk mendukung proses industrialisasi. Batubara sebagai salah satu sumber energi dapat berfungsi sebagai bahan bakar dan bahan baku. Potensi cadangan batubara sebagai salah satu sumber energi jumlahnya sangat besar, yaitu 61,366 milyar ton dengan mutu yang sangat bervariasi, baik dilihat dari jenis (komposisi kimia, maseral dan sifat fisik) maupun peringkatnya yaitu rendah (lignit), menengah (subbituminus) dan tinggi (bituminus-antrasit). Namun dari jumlah batubara tersebut ± 60% merupakan batubara bermutu rendah, yaitu batubara yang memiliki nilai kalor < kkal/kg, kandungan abu >17%, dan kandungan sulfur >2% dalam air dried basis (adb). Secara ekonomis untuk saat ini penambangan batubara mutu rendah kurang menguntungkan, namun sebenarnya batubara dapat menjembatani dalam perubahan penggunaan energi konvensional (minyak dan gas bumi) ke era energi non-konvensional (energi baru dan terbarukan). Indonesia sebagai salah satu negara penghasil batubara dengan potensi cadangan batubara mutu rendah yang cukup besar perlu memiliki kebijaksanaan pengusahaan sebagai arah dalam menyerasikan permintaan dan penyediaan batubara sebagai bagian dari kebijaksanaan energi nasional untuk menggantikan bahan bakar minyak yang cadangannya yang terus menurun, serta mengurangi impor bahan bakar minyak sehingga subsidi bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan. Di antara kebijaksanaan yang perlu ditempuh pemerintah untuk mengoptimalkan pengusahaan dan pemanfaatan batubara mutu rendah adalah dengan cara pendekatan insentif dan peraturan investasi, baik untuk swasta asing maupun swasta nasional. Tujuannya agar pengusahaan batubara mutu rendah bisa ekonomis, baik di dalam usaha penambangan maupun pemanfaatannya sebagai bahan bakar atau bahan baku, dan dapat bersaing dengan batubara mutu baik. Dari hasil proses simulasi, perhitungan nilai indikator keuntungan terhadap perubahan nilai bagi hasil tiga perusahaan yang dijadikan contoh, diperoleh nilai ratarata bagi hasil yang layak untuk pengusahaan batubara mutu rendah, yaitu sebesar 9,3%. Kata kunci : energi, batubara mutu rendah, kebijakan, insentif. ABSTRACT Energi has an important role in sustainable national development, especially for supporting industrialization. Coal as one of energy resources can be used as fuel or raw material. The potential reserve of coal is approximately billion tons with various quality, in types or rank. From the total amount of coal, ± 60% has low quality, its caloritic value is less than kkal/kg, ash content is more than 17%, and sulfur content is more than 2% in air dried basis (adb). At present, low quality coal mining is not beneficial. Coal can act as a bridge from conventional energy ( oil and gas) to the era of non conventional energi (new and renewable energy). Indonesia as one of coal producer with huge reserve, should have a policy in exertion of low quality coal to fulfil the demand. This is also as part of national energy policy to replace refined fuel oil which the reserve is considerably on the decline. If it can minimize import of refined fuel oil, the oil subsidy can be reduced or even omitted. One important government policy to optimalize the expand of low quality coal is by launching incentive approach and investment rule for foreign and domestic investors, so the exerting of low Kajian Nilai Insentif untuk Pengusahaan Batubara... Rochman Saefudin 35

2 quality coal can compete with the high quality coal. From the result of simulation, profit indicator value to the change profit sharing based on sample of three companies, it was found that the average profit sharing to work on low quality coal is 9,3%. Keywords : energy, low quality coal, policy, incentive. 1. PENDAHULUAN Peranan batubara sebagai sumber energi nasional akan terus meningkat karena sumber daya dan potensi cadangannya yang cukup besar. Salah satu jenis batubara yang belum diusahakan secara optimal kecuali untuk proses blending adalah batubara jenis lignit, yaitu batubara dengan mutu rendah, yang memiliki nilai kalor < 4612 kkal/kg, abu > 17%, dan sulfur >2% dalam air dried basis (adb) (Nursarya, 04). Indonesia sebagai salah satu negara penghasil batubara perlu memiliki kebijaksanaan pengusahaan batubara mutu rendah sebagai arah dalam menyerasikan permintaan dan penyediaan batubara, juga sebagai bagian dari kebijakan energi nasional. Hal ini diperlukan karena bahan bakar minyak cadangannya terus menurun, sehingga dapat mengurangi impor dan subsidi bahan bakar minyak. Kebijaksanaan yang harus ditempuh pemerintah untuk mengoptimalkan pengusahaan dan pemanfaatan batubara mutu rendah adalah dengan cara pendekatan insentif, berupa pemberian keringanan bagi pengusaha yang mau mengusahakan batubara mutu rendah. Insentif perlu diberikan, karena biaya penambangan batubara mutu rendah relatif sama dengan biaya penambangan batubara mutu baik, sedangkan harga batubara mutu rendah jauh lebih murah, sehingga dengan insentif ini bisa layak secara finansial, dan bisa kompetitif dengan batubara mutu baik. Dengan pemberian insentif tersebut diharapkan perusahaan tambang yang ada maupun investor baru mau mengusahakan batubara mutu rendah, sehingga penyediaan batubara sebagai sumber energi pengganti BBM dapat terjamin. Dalam tulisan ini akan dipaparkan hasil kajian finansial yang secara umum menunjukkan bahwa pemberian insentif melalui pengurangan nilai bagi hasil memberikan dampak sangat berarti terhadap nilai keekonomian pengusahaan batubara mutu rendah. 2. METODOLOGI Dalam kajian ini metoda yang digunakan adalah ekonomi mikro, yaitu analisis indikator keuntungan berdasarkan parameter komponen biaya pengusahaan batubara di Indonesia yang dilakukan melalui proses simulasi. Adapun parameter dan perhitungan ekonomi dalam Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang terdapat dalam sistem kontrak pertambangan batubara (DPMB, 04) adalah sebagai berikut : a. Investasi Investasi adalah pembiayaan atas proyek bernilai ekonomis yang ditawarkan dalam pengusahaan dan pengembangan sumber daya batubara di Indonesia meliputi biaya eksplorasi dan biaya pengembangan. Cara pengambilan biaya dari investasi yang telah dikeluarkan dapat dikelompokkan menjadi investasi kapital (tangible investment) dan investasi non kapital (intangible investment). Pada intangible investment, biaya dapat langsung diambil kembali pada tahun yang sama dari hasil produksi lapangan (kecuali ada perjanjian tertentu). Sedangkan untuk tangible investment pengambilan biaya kembali atas biaya yang telah dikeluarkan dilakukan dengan menggunakan sistem depresiasi. Barang/peralatan yang digolongkan sebagai tangible adalah barang/ peralatan yang dianggap memiliki pengurangan nilai atau depresiasi terhadap waktu, sedangkan barang/peralatan intangible dianggap tidak memiliki nilai depresiasi. Barang kapital meliputi bangunan-bangunan, peralatan produksi, fasilitas produksi, dan alat transportasi yang mengalami depresiasi karena waktu dan pemakaian. Sedangkan barang non kapital adalah biaya operasi dan pemeliharaan. Tidak ada nilai yang dapat ditetapkan pada saat pemeriksaan dan modal tidak mengalami depresiasi terhadap waktu. Penggolongan suatu barang termasuk tangible atau intangible bersifat tidak pasti, tergantung pada perjanjian kontrak yang dilakukan. 36 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 38, Tahun14, September 06 : 35 46

3 b. Pendapatan Kotor (revenue) Pendapatan kotor (revenue) didapat dari hasil penjualan batubara kepada konsumen. Pendapatan kotor merupakan hasil perkalian antara harga batubara dan jumlah produksi. c. Biaya Operasi Biaya operasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung kegiatan operasi produksi batubara. Biaya ini merupakan pengeluaran rutin yang meliputi biaya : d. Depresiasi Depresiasi atau penyusutan biaya adalah cara pengambilan kembali atas investasi kapital yang telah dikeluarkan. Pengembalian ini tidak dilakukan sekali, tetapi secara bertahap pada saat produksi berlangsung dengan menggunakan faktor penyusutan harga. Suatu modal atau barang akan mengalami pengurangan nilai karena waktu dan pemakaian. Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menghitung periode depresiasi dari suatu modal atau barang adalah biaya awal (initial cost), biaya yang dapat diperoleh (recoverable cost) pada waktu barang tak dapat dipakai lagi, dan lamanya waktu pemakaian. e. Cost Recovery Secara umum cost recovery adalah biaya yang harus dibayarkan kepada kontraktor atas semua biaya yang telah dikeluarkan. Yang termasuk dalam cost recovery ini meliputi : 1) Non capital cost tahun tersebut 2) Operating cost 3) Depresiasi dari capital cost tahun tersebut 4) Unrecoverable cost tahun sebelumnya. f. Recoverable Cost Recoverable cost dapat dinyatakan sebagai ongkos yang dapat diambil kembali pada tahun tersebut setelah lapangan berproduksi atas semua biaya yang telah dikeluarkan sebelum dan pada saat berproduksi. Recoverable cost merupakan penjumlahan antara cost recovery dan investment allowance. Recoverable cost dapat diambil langsung dari gross revenue yang dikalikan dengan cost recovery ceiling pada tahun yang bersangkutan. Jika recoverable cost pada tahun yang bersangkutan melebihi nilai gross revenue, maka kekurangan dapat diambil pada tahun produksi berikutnya dalam bentuk unrecoverable cost. g. Bagian Pemerintah Pada sistem perpajakan, bagian untuk pemerintah merupakan bagian hasil produksi yang diambil dari gross revenue sebelum dikurangi recoverable cost. Nilai bagian pemerintah yang saat ini berlaku pada produksi batubara adalah 13,5%. Tujuan dari pengenaan bagian pemerintah adalah sebagai jaminan pendapatan pemerintah walaupun pada tingkat produksi yang minimum. h. Indikator Keuntungan Nilai indikator yang akan dihitung di dalam kajian ini adalah : 1) Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) didefinisikan sebagai penjumlahan dari suatu seri present value (PV) atau nilai uang pada waktu sekarang yang dihitung berdasarkan suatu harga bunga (interest rate) tertentu. 2) Internal Rate of Return (IRR) Rate of Return (ROR) merupakan indikator keuntungan yang sering digunakan dalam penilaian kelayakan investasi. Rate of Return adalah suatu harga bunga yang menyebabkan besarnya cash inflow sama dengan cash outflow bila cash flow dikurangi atau digandakan untuk jangka waktu tertentu yang dapat diartikan sebagai bunga yang membuat harga sekarang dari penerimaan sama dengan harga sekarang dari penanaman modal. 3) Profit to Investment Ratio (PIR) Profit to Investment Ratio (PIR) yang biasa disebut juga dengan Return on Investment (ROI) adalah perbandingan antara keuntungan bersih dengan jumlah total investasi. Dengan kata lain PIR merupakan gambaran efisiensi dari suatu investasi. Profit to Investment Ratio akan membantu dalam menentukan pilihan proyek bila evaluasi keekonomian dua proyek atau lebih menghasilkan harga ROR dan NPV yang sama. 4) Biaya Ekonomi Biaya ekonomi adalah biaya yang dikeluarkan Kajian Nilai Insentif untuk Pengusahaan Batubara... Rochman Saefudin 37

4 tiap unit produksi tiap sumber energi. Biaya ini meliputi biaya investasi, biaya operasi, dan biaya produksi. Harga ini dihitung langsung dari seluruh biaya investasi ditambah dengan biaya operasi yang telah dikurangi dibagi dengan jumlah produksi yang telah dikurangi, tanpa menghitung pajak pemerintah dari proyek tersebut. Dalam menghitung biaya ekonomi biasanya digunakan konsep Average Incremental Cost (AIC) dengan formulasi sebagai berikut : AIC = Pe - (I + OC)i / (1+ r) Qi / (1+ r) AIC adalah Average Incremental Cost, US$ (satuan unit produksi); Pe adalah biaya ekonomi; I adalah biaya investasi, US$; OC adalah biaya Operasi, US$; i adalah discount rate, %; Q adalah produksi, (satuan unit produksi); T adalah lama produksi, tahun. 5) Biaya Finansial Biaya finansial adalah biaya per unit produksi yang dihitung dari seri cash flow yang telah diterima. Harga ini akan mengakibatkan penerimaan bersih kontraktor yang dihitung ke waktu saat awal investasi besarnya sama dengan nol (NPV = 0). Harga energi tertentu yang dikehendaki pihak produsen dalam menentukan kebijak-sanaan harga yang menguntungkan biasa disebut MARR (Minimum Attractive Rate of Return). Penentuan biaya finansial dilakukan secara trial and error, yaitu dengan memberikan masukan harga tertentu ke dalam model sehingga menghasilkan MARR tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam kebijaksanaan penentuan harga, pihak kontraktor harus menentukan harga sama dengan atau di atas harga finansial, dengan maksud agar diperoleh NPV positif pada tingkat ROR tertentu yang dikehendaki. 3. POTENSI BATUBARA DI INDONESIA Dari potensi endapan batubara yang ada di Indonesia berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi (DIM) tahun 05, cadangan potensial hanya ditemukan di 12 cekungan di Sumatera dan Kalimantan. Sumber daya batubara yang ditemukan diperkirakan mencapai 61,366 miliar ton yang tersebar di pulau Sumatera 28,646 miliar ton (48,68%), Kalimantan 32,319 miliar ton (52,67%) dan sisanya terdapat di Jawa, Sulawesi dan Papua. Bila dilihat berdasarkan nilai kalorinya, 85,77% batubara di Indonesia termasuk sedang dan rendah, dan 24,36% termasuk batubara kalori rendah. Kalau dilihat dari peringkat, sebagian besar (sekitar 60%) dari cadangan batubara Indonesia dikategorikan sebagai batubara peringkat rendah dengan peringkat lignit/brown coal. Sedangkan sisanya adalah batubara subbituminus 27%, batubara bituminus 14% dan semiantrasit antrasit sekitar 1%. Pada umumnya batubara peringkat rendah belum dimanfaatkan di Indonesia karena kendala kandungan airnya yang tinggi. Padahal batubara peringkat rendah di beberapa negara, seperti di Australia, Thailand, dan Jerman merupakan sumber energi yang sangat potensial. Sampai saat ini produksi batubara Indonesia sebagian besar berasal dari batubara dengan kalori sedang (> kkal/kg). Jumlah energi yang dikandung oleh batubara peringkat rendah ini cukup besar; dengan asumsi nilai kalorinya rata-rata kal/gr, maka jumlah energi tersebut adalah sekitar 270% lebih besar dari jumlah sumber daya energi yang dikandung oleh minyak dan gas bumi Indonesia (potensi batubara peringkat rendah 22,5 mliar ton, potensi minyak bumi 2,6 miliar ton setara batubara/tsb dan potensi gas bumi 5,7 miliar ton setara batubara (Daulay, 03). Dengan kandungan air total yang tinggi (mencapai 45%) batubara peringkat rendah masih dapat dipergunakan untuk pembangkit listrik mulut tambang (mine mouth power plant), walaupun biaya operasionalnya lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan batubara peringkat tinggi. Sumber energi tersebut dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan energi di propinsi-propinsi yang memiliki potensi batubara peringkat rendah namun pasokan listriknya terbatas, seperti Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Kalimantan Selatan. Dengan tersedianya listrik ini akan menghidupkan perekonomian daerah tersebut. 4. TINJAUAN SISTEM KONTRAK KARYA PERTAMBANGAN BATUBARA Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap 38 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 38, Tahun14, September 06 : 35 46

5 keekonomian pengusahaan penambangan batubara adalah sistem kontrak penambangan. Di dalam kontrak penambangan berisi aturan-aturan mengenai hak dan kewajiban kontraktor atau perusahaan penambangan batubara. Khususnya dalam hal keuangan, di dalam kontrak tercantum kewajibankewajiban pembayaran kontraktor kepada pemerintah, baik dalam bentuk DHPB (dana hasil produksi batubara), royalti, pajak-pajak, bea, tarif, retribusi, serta pungutan-pungutan lainnya. Kewajiban-kewajiban pembayaran kontraktor kepada pemerintah seperti yang tercantum dalam kontrak, akan berpengaruh pada tingkat harga minimum yang diharapkan oleh kontraktor atas batubara yang diproduksinya. Berdasarkan kontrak yang sudah berlaku saat ini, dapat dibuat suatu bagan umum sistem kontrak dan bagi hasil produksi batubara seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Penjelasan dari bagan tersebut adalah sebagai berikut: a. Pemasukan kotor adalah hasil penjualan batubara secara keseluruhan, yaitu jumlah batubara yang dijual dikalikan harga batubara. b. Biaya penjualan adalah seluruh biaya yang terkait dengan penjualan batubara, seperti biaya transportasi dari fasilitas muat akhir yang dimiliki kontraktor sampai titik penjualan akhir, biaya pemasaran yang dilakukan pihak ketiga, dsb. Pengaturan mengenai biaya penjualan ini tidak secara eksplisit disebutkan dalam kontrak. c. DHPB adalah sebesar 13,5% terhadap pemasukan kotor dikurangi biaya penjualan. d. Pemasukan bersih adalah pemasukan kotor dikurangi biaya penjualan dan 13,5% bagian pemerintah dari jumlah produksi. e. Biaya-biaya adalah seluruh biaya yang terkait dengan biaya penyediaan batubara, antara lain: biaya penambangan, biaya pengolahan, biaya transportasi (di luar biaya biaya penjualan). PEMASUKAN KOTOR DHPB 13,5% BIAYA PENJUALAN PEMASUKAN BERSIH PAJAK DAN IURAN BIAYA - BIAYA PENDAPATAN KENA PAJAK PAJAK BADAN PENDAPATAN BERSIH KONTRAKTOR PEMASUKAN NEGARA Gambar 1. Sistem bagi hasil produksi batubara Kajian Nilai Insentif untuk Pengusahaan Batubara... Rochman Saefudin 39

6 f. Pajak dan iuran adalah seluruh pajak dan iuran yang dapat dimasukkan sebagai komponen biaya, antara lain iuran tetap, bea, PPN, PBB, dsb. g. Pendapatan kena pajak adalah pemasukan bersih dikurangi biaya-biaya (termasuk di dalamnya pajak iuran yang dapat diperhitungkan sebagai biaya). h. Pajak badan (pajak penghasilan perusahaan) adalah sejumlah tertentu dari pendapatan kena pajak yang wajib disetorkan kepada negara sebagai pajak. Apabila pendapatan kena pajak nol atau negatif, maka tidak dikenakan pajak penghasilan (pajak sama dengan nol). i. Pendapatan bersih kontraktor adalah pendapatan kena pajak dikurangi pajak penghasilan. j. Penerimaan negara adalah seluruh penerimaan negara dari kegiatan produksi batubara, yang terdiri atas DHPB, pajak dan iuran, dan pajak penghasilan. Semua generasi kontrak PKP2B secara umum mengikuti pola bagi hasil seperti dibahas di atas. Yang berbeda adalah ketentuan-ketentuan rinci mengenai biaya, tarif, dan pajak dari masing-masing generasi kontrak. Demikian juga mengenai tunjangan investasi, yang hanya diterapkan pada kontrak PKP2B Generasi I. Dengan adanya tunjangan investasi berarti ada tambahan aliran dana kepada kontraktor yang timbul karena kontraktor melakukan investasi. Pada Tabel 1 ditunjukkan ikhtisar perbandingan ketentuan mengenai biaya, tarif, dan pajak antar generasi kontrak PKP2B, seperti tercantum dalam kontrak. Butir-butir pokok dalam kontrak kontrak PKP2B dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Persentase DHPB untuk semua kontraktor adalah 13,5% terhadap penjualan batubara (kecuali ada ketentuan lain seperti dalam kontrak PKP2B Generasi III). b. Persentase pajak badan tergantung generasi kontrak. c. Iuran, pungutan, dan pajak lain tergantung generasi kontrak. d. Pemerintah berwenang memberikan persetujuan atas semua kegiatan kontraktor. e. Pemerintah berwenang mengetahui dan mengatur kontrak penjualan dan harga. f. Kontraktor wajib melaporkan segala kegiatannya. g. Manajemen dan teknis operasional tetap pada kontraktor. Tabel 1. Perbandingan sistem kontrak batubara Biaya Penyelidikan Umum Minimal Biaya Eksplorasi Minimal Bank Garansi Pajak Badan Biaya Awal Kontrak Tunjangan Investasi Biaya Uang Muka Tahunan DHPB Generasi I*) Generasi II Generasi III $ 1/km 2 $ 500/km 2 $ %(<10th) 45% (>10th) $ % dari investasi atau max 5% dari taxable income $ /th 13,5% Rp /km 2 Rp /km 2 Rp. 0 juta 10% (<25 jt) % (25-50 jt) 30% (>50 jt) Rp. 100 juta - Rp. 50 juta/th 13,5% $300/km 2 $1000/km 2 $ % (<25 jt) % (25-50 jt) 30% (>50 jt) ,5%, ditinjau ulang jika mutu rendah/tamdal Catatan: 1) Biaya penyelidikan umum minimal adalah minimal biaya yang harus dikeluarkan kontraktor dalam tahap penyelidikan umum selama setahun. 2) Biaya eksplorasi minimal adalah minimal biaya yang harus dikeluarkan kontraktor dalam tahap eksplorasi selama setahun. Sumber : Himpunan Peraturan Perundang-undangan di Pertambangan Umum, DJGSM, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 38, Tahun14, September 06 : 35 46

7 5. PENGHITUNGAN DAN ANALISIS Sesuai dengan tujuan dari kajian ini, yaitu mengkaji nilai insentif yang dapat diberikan terhadap usaha penambangan batubara mutu rendah, maka pada kajian ini, model yang digunakan yaitu: a. Melihat pengaruh besarnya nilai bagi hasil terhadap aliran kas pengusahaan batubara mutu rendah. b. Melihat persentasi faktor pengotor yang terkandung di dalam batubara mutu rendah (seperti abu dan sulfur) terhadap besarnya nilai bagi hasil. Dengan adanya kendala data teknis batubara mutu rendah dari perusahaan yang dijadikan contoh, maka di dalam kajian ini perhitungan dilakukan dengan alternatif pertama, yaitu dilihat dari aspek finansial, melihat pengaruh besarnya nilai bagi hasil bagian pemerintah terhadap aliran kas perusahaan. Melalui proses simulasi akan diketahui berapa nilai insentif yang dapat diberikan terhadap pengusahaan batubara mutu rendah tersebut sehingga masih layak untuk diusahakan. Karena itu, di dalam melakukan penghitungan nilai insentif untuk pengusahaan batubara mutu rendah ini perlu memperhatikan beberapa faktor yang akan menentukan besarnya biaya produksi penambangan dan harga jual yang dapat diterima di pasar. 5.1 Penghitungan Bagian Pemerintah Berdasarkan Nilai Indikator Keuntungan Penghitungan nilai insentif ini dilakukan melalui proses simulasi terhadap aliran kas (cash flow) perusahaan menggunakan program profitability indicator untuk perusahaan batubara PKP2B dengan bantuan software Excel. Perusahaan yang dijadikan contoh untuk proses simulasi ada 3 (tiga) perusahaan PKP2B, yaitu 2 (dua) perusahaan berlokasi di Kalimantan yang berencana mengembangkan ke penambangan batubara mutu rendah, dan satu perusahaan berlokasi di Sumatera yang merupakan perusahaan baru. Karena data yang akan digunakan di dalam proses simulasi ini merupakan data keuangan perusahaan, maka untuk menjaga kerahasiaan, nama perusahaan tidak dicantumkan atau diganti dengan nama perusahaan A, perusahaan B, dan Perusahaan C. Khusus untuk harga jual batubara yang akan digunakan di dalam perhitungan awal, dihitung berdasarkan perbandingan nilai kalori batubara yang diusahakan dengan harga batubara untuk nilai kalori tertentu, dan menggunakan harga dari laporan studi kelayakan penambangan batubara mutu rendah yang diajukan beberapa perusahaan. Sebagai data masukan tetap yang digunakan untuk menghitung indikator keuntungan, dari 3 (tiga) perusahaan tersebut adalah sebagai berikut : Bagi hasil untuk pemerintah dalam penghitungan ini sesuai dengan perjanjian kontrak antara pemerintah dan perusahaan untuk batubara secara umum, yang termasuk di dalam biaya operasi/ produksi yang ditetapkan sebagai patokan dasar, yaitu sebesar 13,5% dari hasil produksi batubara sesuai dengan isi perjanjian di dalam kontrak PKP2B. Untuk selanjutnya akan dianalisis kelayakan finansial penambangan batubara mutu rendah tersebut dengan melihat nilai indikator keuntungannya. Indikator kelayakan yang dihitung di dalam proses simulasi ini adalah Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Biaya Ekonomi, dan Biaya Finansial, dengan nilai MARR (Minimal Atractive Rate of Return) yang digunakan 10%, %, dan %, tetapi bila besarnya suku bunga pinjaman dan resiko usaha di sektor pertambangan, maka di dalam perhitungan NPV, nilai MAAR yang digunakan adalah %. Dari proses simulasi yang dilakukan terhadap ketiga perusahaan tersebut diperoleh nilai indikator sebagai berikut (Tabel 3 Tabel 5) : 5.2 Analisis dan Pembahasan Di dalam menganalisis hasil penghitungan proses simulasi nilai indikator pengusahaan batubara mutu rendah, faktor utama yang digunakan adalah MAAR (Minimal Atractive Rate of Return ) sebagai patokan di dalam menentukan batas kelayakan, dan harga batubara sebagai variabel berubah di dalam proses simulasi. MARR dipakai sebagai indikator keuntungan oleh perusahaan apabila dalam berinvestasi sebagian besar menggunakan modal pinjaman. MARR ditentukan oleh manajemen perusahaan, dan biasanya nilai MARR lebih tinggi daripada tingkat suku bunga pinjaman dengan maksud untuk meminimumkan resiko investasi. Di dalam penghitungan indikator keuntungan nilai MARR yang digunakan ada tiga, yaitu 10%, %, dan %. Penetapan MARR tersebut didasari beberapa faktor sebagai berikut : Kajian Nilai Insentif untuk Pengusahaan Batubara... Rochman Saefudin 41

8 Tabel 2. Data perusahaan tambang No. Uraian Satuan Perusahaan A B C Nilai Kalori Jumlah Cadangan Jarak Tambang ke Terminal Kapasitas Produksi Stripping Ratio Umur Tambang Biaya Investasi Biaya Produksi Kkal/kg Juta ton Km Juta ton/thn tahun $ Juta $/ton ,2 100,0 2,5 1 : 2, ,66 13, , ,5 1 : 7,2 17 4,87 16, ,0 3,0 1: ,87 11,39 a. Faktor Resiko Investasi di sektor pertambangan dikenal sebagai suatu proyek dengan tingkat resiko yang tinggi karena keberadaan cadangan di dalam tanah yang penuh dengan ketidakpastian, jumlah cadangan batubara ditentukan dari hasil ekskplorasi dan dikompilasi dengan interpretasi geologi. Berdasarkan tingkat resiko yang tinggi tersebut nilai MARR akan jauh lebih tinggi daripada tingkat suku bunga pinjaman bank. b. Struktur Pajak Jika pajak-pajak meningkat karena meningkatnya keuntungan, penambahan nilai modal, atau meningkatnya pajak-pajak daerah, cenderung akan menaikkan nilai MARR. c. Modal Terbatas Apabila modal sendiri dan modal pinjaman terbatas, MARR akan meningkat sangat tajam serta manajemen cenderung berpikir untuk mempertimbangkan menutup proyek tersebut. Harga batubara mempunyai peranan yang sangat besar di dalam penghitungan aliran kas karena harga batubara selain dipengaruhi oleh kondisi pemasokan dan permintaan, juga dipengaruhi oleh harga BBM di pasar dunia seperti yang terjadi saat ini, yaitu harga batubara dengan mutu baik (nilai kalori di atas kkal/kg) harganya ikut naik sebagai akibat naiknya harga BBM di pasar dunia. Perusahaan tambang (PKP2B) di dalam melakukan penjualan batubara yang diproduksinya, secara umum dilakukan berdasarkan kontrak jangka panjang, yaitu antara 2 sampai dengan 5 tahun atau lebih, dengan sistem harga batubara CIF (Cost, Insurance, Freight) yang besarnya bervariasi tergantung jarak dari lokasi tambang ke negara tujuan. Namun dalam penghitungan nilai indikator keuntungan kelayakan penambangan batubara mutu rendah ini, harga patokan yang dipakai adalah harga FOB. Karena harga batubara sangat dipengaruhi oleh mutu batubara itu sendiri, dapat dikatakan bahwa harga batubara berbanding lurus dengan mutu batubara dilihat dari karakteristik penting diantaranya nilai kalor, kadar air, kadar sulfur dan kadar abu. Karakteristik yang paling mempengaruhi harga batubara adalah nilai kalor batubara. Setiap cadangan batubara yang ditemukan akan menghasilkan karakteristik dan nilai kalor yang berbeda-beda, sehingga untuk memperkirakan harga batubara dengan nilai kalor tertentu dapat ditentukan dengan membandingkan nilai kalor batubara tersebut dengan nilai kalor standar dikalikan dengan harga batubara standar tersebut (Metoda yang digunakan oleh perusahaan (trader) Jonker dari Australia di dalam menentukan harga patokan batubara). Pada kajian ini, harga batubara yang digunakan di dalam proses simulasi berbeda untuk perusahaan yang dijadikan contoh. Untuk perusahaan A menggunakan harga berdasarkan perhitungan perbandingan di atas, sedangkan untuk perusahaan B menggunakan data harga dari perusahaan yang bersangkutan, untuk selanjutnya dilakukan proses simulasi dengan mengubah harga dan nilai bagi hasilnya. 42 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 38, Tahun14, September 06 : 35 46

9 5.2.1 Analisis Net Present Value dan Internal Rate of Return Metode Analisis Net Present Value (NPV) atau analisis nilai sekarang merupakan suatu cara untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa mendatang. Oleh karena itu metode ini memperhitungkan nilai uang terhadap waktu sekarang. Analisis hasil penghitungan Net Present Value (NPV) ini, bertujuan agar semua investasi, pengeluaran dan penerimaan menjadi berbentuk cash flow untuk periode umur tambang dan nilai proyek diubah ke dalam nilai sekarang dengan menggunakan tingkat suku bunga yang relevan. Setelah melakukan analisis penilaian Net Present Value (NPV) terhadap beberapa skenario Bagian Pemerintah dan diperoleh hasil penilaian yang dapat dipakai dasar untuk mengambil keputusan, maka perlu dilakukan penghitungan suku bunga dengan analisis penilaian Internal Rate of Return (IRR), yaitu indikator keuntungan yang sering digunakan dalam penilaian kelayakan investasi. Rate Of Return adalah suatu harga bunga yang menyebabkan besarnya cash inflow sama dengan cash outflow bila cash flow di dikurangi atau digandakan untuk jangka waktu tertentu atau dapat diartikan sebagai bunga yang membuat harga sekarang dari penerimaan sama dengan harga sekarang dari penanaman modal. Penghitungan ini bisa memperoleh nilai NPV positif, tetapi nilai IRR nya negatif atau lebih kecil dari nilai MARR yang ditetapkan di dalam perhitungan, sehingga dengan NPV saja tidak cukup untuk mengambil keputusan layak tidaknya suatu usaha. Hasil perhitungan nilai indikator untuk perusahaan A seperti terlihat pada Tabel 2 sampai Tabel 5, menunjukkan bahwa pada kondisi harga batubara $ per ton, maka dengan nilai bagian pemerintah sebesar 13,5%, nilai NPV nya positif, yaitu $ 7,66 juta, tetapi nilai IRR nya hanya 12,86% jadi lebih kecil dari nilai MARR nya yaitu %. Hal ini menunjukkan pada kondisi harga batubara tersebut, dan nilai bagian pemerintah 13,5%, penambangan batubara tersebut belum layak secara finansial. Setelah dilakukan simulasi, ternyata penambangan tersebut baru layak, bila bagian pemerintah 9%, sehingga diperoleh nilai NPV=$,56 juta, dengan IRR =,93%, walaupun nilai ini masih pada batas minimal, karena selisih IRR dengan nilai MARR sangat kecil. Hasil perhitungan untuk perusahaan B dengan harga jual batubara $ per ton, ternyata untuk bagian pemerintah sebesar 13,5% menghasilkan nilai indikator keuntungan yang negatif, baik NPV maupun IRR. Kelayakan baru dapat dicapai bila nilai bagian pemerintah sebesar 9 %, sehingga diperoleh nilai NPV = $ 1,27 juta dengan IRR = 25,72%, atau harga batubara naik menjadi $ 16 per ton, maka penambangan batubara inipun menjadi layak dengan nilai NPV = $ 2,57 juta, dan IRR = 35,86 %. Sama halnya dengan perusahaan C, untuk nilai bagian pemerintah sebesar 13,5 %, penambangan batubara mutu rendah tidak layak secara finansial, karena nilai indikator keuntungannya masih negatif. Penambangan tersebut baru layak bila nilai bagian pemerintah turun menjadi 10 %, sehingga diperoleh nilai NPV = $ 1,38 juta, dan IRR = 29,29%. Bila harga batubara naik menjadi $21 per ton, maka penambangan tersebut tetap layak walaupun nilai bagi hasilnya tetap 13,5%, dengan nilai NPV = $ 2,95 juta, dan IRR=47,11%. Dari hasil proses simulasi perhitungan nilai indikator keuntungan dari 3 perusahaan tersebut, dapat diketahui bahwa faktor terpenting yang sangat berpengaruh dalam menentukan bagian pemerintah adalah harga batubara yang nilainya ditentukan oleh nilai kalor. Seperti telah diuraikan di atas, nilai kalor berbanding lurus dengan harga batubara. Apabila batubara mempunyai nilai kalor tinggi, maka harganya pun tinggi, dan sebaliknya bila nilai kalor rendah harga batubara juga rendah. Hasil perhitungan nilai indikator keuntungan untuk perusahaan A dengan nilai kalori kkal/kg, ternyata pada bagian pemerintah sebesar 9% penambangan batubara mutu rendah tersebut baru layak, dengan nilai NPV = $,56 juta, dan IRR=,93%. Demikian juga untuk perusahaan B dengan nilai kalori kkal/kg, ternyata pada nilai bagian pemerintah sebesar 9% penambangan batubara mutu rendah tersebut, juga baru layak, dengan nilai NPV = $ 1,27 juta, dan IRR = 25,72%. Sedangkan untuk perusahaan C dengan nilai kalori kkal/kg, ternyata penambangannya layak bila nilai bagian Pemerintah sebesar 10%, dengan nilai NPV = $ 1,38 juta, dan IRR = 29,29%. Mengacu kepada Peraturan Pemerintah No.45 tahun Kajian Nilai Insentif untuk Pengusahaan Batubara... Rochman Saefudin 43

10 Tabel 3. Nilai indikator keuntungan hasil simulasi lengkap untuk perusahaan A Nilai kalori : kkal/kg Nilai Bagi Hasil Harga Batubara ($/t) MARR IRR NPV (juta US$) Economic (US$/tce) Financial (US$/tce) 13,50 13,00 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 9,50 9,00 8,50 8,00 7,50 7,00 12,86 13,85 14,82,76 16,67 17,56 18,42 19,28,11,93 21,74 22,54 23,32 24,09 7,66 8,59 9,50 10,40 11,28 12,16 13,02 13,87 14,72,56 16,39 17,23 18,05 18,87 22,63 22,54 22,44 22,35 22,25 22,16 22,07 21,98 21,90 21,81 21,72 21,63 21,55 21,46 Tabel 4. Nilai indikator keuntungan hasil simulasi lengkap untuk perusahaan B Nilai kalori : kkal/kg Nilai Bagi Hasil Harga Batubara ($/t) MARR IRR NPV (juta US$) Economic (US$/tce) Financial (US$/tce) 13,50 13,00 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 9,50 9,00 8,50 8,00 7,50 7,00-3,01 3,25 8,47 13,13 17,48 21,65 25,72 29,73 33,74 37,66 41,57 (3,43) (2,89) (2,36) (1,84) (1,31) (0,79) (0,28) 0,24 0,75 1,27 1,78 2,30 2,80 3,31,49,43,37,32,26,,14,08,02 14,97 14,91 14,85 14,79 14,74 44 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 38, Tahun14, September 06 : 35 46

11 Tabel 5. Nilai indikator keuntungan hasil simulasi lengkap untuk perusahaan C Nilai kalori : kkal/kg Nilai Bagi Hasil Harga Batubara ($/t) MARR IRR NPV (juta US$) Economic (US$/tce) Financial (US$/tce) 13,50 13,00 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 9,50 9,00 8,50 8,00 7,50 7,00 6,76 18,70 29,29 39,90 51,05 62,97 75,84 89,90 105,03 (5,63) (4,51) (3,47) (2,47) (1,49) (0,53) 0,43 1,38 2,33 3,28 4,23 5,18 6, 7,12,55,46,37,29,21,14,06 19,98 19,91 19,83 19,75 19,68 19,60 19,52 03 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, yang menjelaskan tentang tarif royalti untuk mineral dan batubara, pembagian jenis batubara dibagi menjadi tiga berdasarkan nilai kalornya, yaitu lebih kecil dari 5100 kkal/kg, antara 5100 kkal/kg sampai 6100 kkal/ kg, dan di atas 6100 kkal/kg, maka berdasarkan hal tersebut dalam kajian ini pembagian mutu batubara dibagi menjadi tiga dengan batasan nilai kalornya, yaitu : a. Batubara mutu tinggi untuk nilai kalori di atas kkal/kg b. Batubara mutu sedang untuk nilai kalori antara kkal/kg c. Batubara mutu rendah untuk nilai kalori di bawah kkal/kg Perlakuan Insentif Sumber daya batubara merupakan sumber daya alam tak terbaharui sehingga kesempatan untuk memanfaatkannya sebagai komoditi yang dapat memenuhi kebutuhan energi hanya sekali saja. Pemanfaatan sumber daya batubara sebagai komoditi energi dipengaruhi oleh mutu dan pada proses pengalihannya menjadi komoditi akan dipengaruhi oleh biaya eksploitasi dan harga. Penyederhanaan penilaian pada proses pemanfaatan sumber daya dilakukan dari faktor-faktor alam dan parameter ekonomi yang sangat kompleks. Perusahaan pertambangan akan memaksimalkan keuntungan dengan mengeksploitasi sumber daya sebanyak mungkin apabila fungsi permintaan konstan dan fungsi produksi tidak berubah pada suatu perioda waktu atau selama umur tambang. Pada potensi batubara mutu rendah dari tiga perusahaan yang dijadikan contoh dalam penghitungan, di dalam pemasarannya tidak akan kompetitif dengan batubara mutu tinggi apabila tidak ada perlakuan khusus karena biaya eksploitasinya sama. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keekonimian perusahaan.untuk batubara bermutu tinggi (di atas kkal/kg), bagian pemerintah telah diketahui sebesar 13,5%, sedangkan dari penghitungan di atas untuk batubara bermutu rendah diperoleh nilai bagian pemerintah rata-rata dari tiga perusahaan yang dihitung adalah sebesar 9,3%. Jadi nilai insentif rata-rata yang dapat diberikan kepada pengusahaan pertambangan batubara mutu rendah adalah sebesar 4,2%. Bila dilihat hasil perhitungan proses simulasi secara detail berdasarkan hasil penurunan nilai bagian pemerintah (Tabel 2 Tabel 5) dengan metoda statistik, data tersebut tidak dapat digunakan untuk membuat model penghitungan secara umum. Dalam penentuan nilai insentif untuk pengusahaan batubara mutu rendah ini harus dilakukan secara kasus per kasus dengan melihat laporan studi kelayakan yang diajukan perusahaan. Kajian Nilai Insentif untuk Pengusahaan Batubara... Rochman Saefudin 45

12 6. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil kajian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut : 6.1 Kesimpulan a) Nilai indikator keuntungan hasil penghitungan sangat dipengaruhi oleh nilai kalor dari batubara yang ditambang, karena nilai kalor berbanding lurus dengan harga batubara, sehingga dari hasil kajian yang telah dilakukan terhadap rencana tiga perusahaan untuk menambang batubara mutu rendah akan layak apabila bagian pemerintah yang digunakan di dalam penghitungan aliran kas sebesar 9,3% untuk nilai kalori dari kkal/kg sampai kkal/kg. b) Data hasil penghitungan proses simulasi untuk ketiga perusahaan tidak menunjukkan pola perubahan yang sama, sehingga secara metoda statistik tidak dapat dibuat model umum untuk menentukan besarnya nilai bagian pemerintah dari pengusahaan batubara mutu rendah. c) Dari hasil kajian ini pemberian nilai insentif untuk pengusahaan batubara mutu rendah, hanya bisa dilakukan setiap perusahaan yang mengajukan rencana penambangan batubara mutu rendah. 6.2 Saran Penerapan nilai bagi hasil bagian pemerintah sebesar Kajian Nilai Insentif untuk Pengusahaan Batubara... Rochman Saefudin 45

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

KOMERSIALITAS. hasil ini, managemennya seluruhnya dipegang oleh BP migas, sedangkan

KOMERSIALITAS. hasil ini, managemennya seluruhnya dipegang oleh BP migas, sedangkan KOMERSIALITAS 1 Sistem Kontrak Bagi Hasil Kontrak bagi hasil adalah bentuk kerjasama antara pemerintah dan kontraktor untuk melaksanakan usaha eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya migas berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analisis Investasi Tambang Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan endapan bahan galian yang meliputi

Lebih terperinci

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B Sebelum dilakukan perhitungan keekonomian dari pengusahaan Gas Metana- B sesuai dengan prosedur penelitian yang telah diuraikan pada Bab III, kita harus melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 2. Tiap peluang memberikan hasil yang berbeda. 3. Tiap peluang memberikan resiko yang berbeda.

BAB III TEORI DASAR. 2. Tiap peluang memberikan hasil yang berbeda. 3. Tiap peluang memberikan resiko yang berbeda. BAB III TEORI DASAR 3.1 Analisis Investasi Tambang Investasi merupakan penukaran sejumlah dana dengan kemungkinan perolehan 100 % (karena telah dikuasai) dengan jumlah dana yang lebih besar, tetapi kemungkinan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumber pendapatan dari sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional didasarkan

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda Reka racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda GLEN WEMPI WAHYUDI 1, DWI PRASETYANTO 2, EMMA AKMALAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN IV.1 Prinsip Perhitungan Keekonomian Migas Pada prinsipnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada: - Profil produksi

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan tidak dapat bersaing, maka perusahaan tersebut dapat kalah dalam persaingan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

Bab 5 Penganggaran Modal

Bab 5 Penganggaran Modal M a n a j e m e n K e u a n g a n 90 Bab 5 Penganggaran Modal Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan perhitungan dalam investasi penganggaran modal dalam penentuan keputusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS KEEKONOMIAN PENGEMBANGAN COALBED METHANE (CBM) DI INDONESIA DENGAN BERBAGAI MODEL PRODUCTION SHARING CONTRACT (PSC) BERBASIS JOINT STUDY PADA LAPANGAN CBM X Abstrak Arif Budi Ariyanto, Siti Nuraeni

Lebih terperinci

PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN GAMBUT. Oleh : Eddy R. Sumaatmadja

PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN GAMBUT. Oleh : Eddy R. Sumaatmadja PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN GAMBUT Oleh : Eddy R. Sumaatmadja Kelompok Program Penelitian Energi Fosil ABSTRACT Coal is a strategic fossil fuel and has important role in national energy-mix. Information

Lebih terperinci

PERUBAHAN PROFIT SHARING MENJADI PRODUCTION SHARING PADA CONTRACT PSC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI, DAYA TARIK INVESTOR DAN DEBIROKRATISASI OPERASI

PERUBAHAN PROFIT SHARING MENJADI PRODUCTION SHARING PADA CONTRACT PSC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI, DAYA TARIK INVESTOR DAN DEBIROKRATISASI OPERASI PERUBAHAN PROFIT SHARING MENJADI PRODUCTION SHARING PADA CONTRACT PSC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI, DAYA TARIK INVESTOR DAN DEBIROKRATISASI OPERASI Rudi Rubiandini R.S, Andrias Darmawan, Herbert Sipahutar

Lebih terperinci

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu BAB II INVESTASI II.1. Definisi Investasi Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu mempunyai harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Transportasi Transportasi dapat didefinisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pengangkutan atau pemindahan

Lebih terperinci

Studi Kasus. Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi

Studi Kasus. Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi Studi Kasus Buku Aplikasi Excel dalam Aspek Finasial Studi Kl Kelayakan, Johar Aifi Arifin & Akhmad Fauzi Studi Kasus: Penilaian Kelayakan Investasi di bidang usaha transportasi Berdasarkan data data yang

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) M a n a j e m e n K e u a n g a n 103 Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Accounting

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT. X yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri textile dengan produk utamanya kain polyester. Seperti perusahaan

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam sumber energi, selain minyak bumi juga terdapat gas dan batubara sebagai kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa Alam Santosa Aspek Keuangan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Keuangan Menentukan sumber dana Menghitung kebutuhan dana untuk aktiva tetap dan modal kerja Aliran Kas Penilaian Investasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi

PENILAIAN INVESTASI. Bentuk investasi dibedakan 1. Berdasarkan asset yang dimiliki 2. Berdasarkan lamanya waktu investasi PENILAIAN INVESTASI I. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman (pengeluaran) modal (uang) waktu sekarang yang hasilnya baru diketahui diwaktu kemudian. Bentuk investasi dibedakan. Berdasarkan asset

Lebih terperinci

1. Studi Kelayakan Proyek. 2. Capital Budgeting. 3. Analisis Biaya-Volume-Laba

1. Studi Kelayakan Proyek. 2. Capital Budgeting. 3. Analisis Biaya-Volume-Laba 1. Studi Kelayakan Proyek 2. Capital Budgeting 3. Analisis Biaya-Volume-Laba Pengertian: serangkaian penelitian utk mengevaluasi dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dg berhasil Tujuan: utk menghindari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku III. METODE PENELITIAN A. Umum Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku maupun jurnal-jurnal yang membahas tentang studi kelayakan, yang dapat menambah pengetahuan tentang

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Teras, R. Sutjipto Tantyonimpuno Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

KEASLIAN KARYA ILMIAH...

KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERUNTUKAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sangat besar dan beragam. Berdasarkan data cadangan dan produksi energi terbarukan Indonesia 2007, (http://www.ebtke.esdm.go.id/energi/...pltmh.html)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG. Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin ABSTRACT

ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG. Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin ABSTRACT ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia. ABSTRACT SAHDIANNOR,

Lebih terperinci

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI BAB II KEPUTUSAN INVESTASI II.1. Pengertian Investasi Investasi dapat diartikan sebagai pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 2001: 284).

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. ABSTRAK Dalam memasuki era globalisasi, Indonesia dituntut untuk mempersiapkan dirinya agar dapat bersaing khususnya dalam bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia sekarang dapat dikatakan sudah mulai meningkat

Lebih terperinci

ANALISIS CAPITAL BUDGETING UNTUK MENILAI KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP (Studi Pada CV. Alfa 99 Malang)

ANALISIS CAPITAL BUDGETING UNTUK MENILAI KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP (Studi Pada CV. Alfa 99 Malang) ANALISIS CAPITAL BUDGETING UNTUK MENILAI KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP (Studi Pada CV. Alfa 99 Malang) Erika Kuncahyani Achmad Husaini Maria Goretti Wi Endang Fakuktas Ilmu Administrasi Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

Bab III Kajian Kontrak Pengusahaan dan Harga Gas Metana-B

Bab III Kajian Kontrak Pengusahaan dan Harga Gas Metana-B Bab III Kajian Kontrak Pengusahaan dan Harga Gas Metana-B Bab ini membahas pemodelan yang dilakukan untuk pengembangan kontrak dan harga Gas Metana-B di Indonesia dengan melakukan review terhadap model

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Pasar dan Pemasaran Gula Tahun Jawa Luar Jawa Jumlah Peningkatan (%) 1990 1,693,589 425,920 2,119,509-1991 1,804,298 448,368 2,252,666 6.28

Lebih terperinci

PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL

PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL OLEH : SUGIHARTO HARSOPRAYITNO, MSc DIREKTUR PEMBINAAN PENGUSAHAAN PANAS BUMI DAN PENGELOLAAN AIR TANAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES Pembimbing: Agus Riyanto, MT Oleh: Winda Octaviany 1.03.08.010 Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berbagai usaha pada saat ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: capital budgeting, net present value, pengambilan keputusan

ABSTRAK. Kata kunci: capital budgeting, net present value, pengambilan keputusan ABSTRAK Dunia usaha selalu dipenuhi dengan persaingan. Setiap perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan bisnis atau usahanya agar mampu bersaing dan dapat bertahan. Ada berbagai

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT

TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT TEKNIK ANALISA BIAYA/MANFAAT ANALISA INVESTASI SETIAP INVESTASI TERDAPAT 2 KOMPONEN : KAS MASUK PROCEEDS : KEUNTUNGAN SETELAH PAJAK DAN DEPRESIASI SETIAP TAHUN. KAS KELUAR BIAYA INVESTASI. PENILAIAN SUATU PROYEK SISTEM DAPAT DIUKUR

Lebih terperinci

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Oleh : Ani Hidayati Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keputusan Investasi (capital investment decisions) Berkaitan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terkait penulisan skripsi ini, ada beberapa penulis terdahulu yang telah melakukan penelitian yang membahas berbagai persoalan mengenai analisis kelayakan usaha. Adapun skripsi

Lebih terperinci

METODE ACCOUNTING RATE OF RETURN (ARR)

METODE ACCOUNTING RATE OF RETURN (ARR) METODE ACCOUNTING RATE OF RETURN (ARR) ARR dapat dihitung dengan dua cara : 1. ARR atas dasar Initial Invesment NI ARR = ----------- x 100 % Io dimana : NI = Net Income (keuntungan netto rata-rata tahunan)

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan yang terjadi di dalam dunia usaha begitu ketat, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan yang tepat agar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

Kontrak Kuliah. Analisis Biaya/Manfaat. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Kontrak Kuliah. Analisis Biaya/Manfaat. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Kontrak Kuliah Analisis Biaya/Manfaat Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Pendahuluan Pengembangan sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek lainya. Investasi artinya dikeluarkanya

Lebih terperinci

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi h_maksum@yahoo.com

Lebih terperinci

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek LOGO LOGO Aspek Finansial & Pendanaan Proyek Pendahuluan Aspek finansial pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6.

BAB VI ASPEK KEUANGAN. melakukan penghitungan net present value serta payback period. Proyeksi keuangan ini dibuat. Tabel 6. 76 BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Penjelasan Umum Bagian ini menjelaskan mengenai kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba-rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi yang

Lebih terperinci

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The aim of this research is to explore the feasibility of potato plantation project. From the finance point of view, Capital Budgeting Method will be suitable to be used as a measurement for the

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi Studi ini adalah untuk mengevaluasi model kontrak dan harga Gas Metana-B di Indonesia. Beberapa model kontrak mulai dari model Kontrak PSC Konvensional, model kontrak negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

Lebih terperinci

EVALUASI EKONOMI MINERAL

EVALUASI EKONOMI MINERAL Bahan Kuliah Ekonomi Mineral EVALUASI EKONOMI MINERAL DOSEN : Meinarni Thamrin PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNHAS 2010 @Mey 1 SUMMARY : Ekonomi mineral mencakup bermacam-macam kegiatan Aspek

Lebih terperinci

MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS PENILAIAN INVESTASI DAN RESIKO INVESTASI

MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS PENILAIAN INVESTASI DAN RESIKO INVESTASI MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS PENILAIAN INVESTASI DAN RESIKO INVESTASI Disusun Oleh: Paulina Sari 201210170311004 Aulia Pratiwi 201210170311033 Satria Sukanda 201210170311041 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING JENIS INVESTASI FINANCIAL ASSET (Saham, Obligasi dst) RIIL ASSET (Property, Machine, dst) PRODUCT DERIVATE (Reksadana, Bursa Valas,Bursa Komoditas) COMBINATION Pengertian

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini Indonesia sedang memasuki era globalisasi, sehingga Indonesia dituntut untuk selalu mengembangkan teknologi di segala bidang agar tidak tertinggal oleh teknologi negara lain. Hal ini juga

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT William

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara, Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara,

Lebih terperinci