BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU SURIAN (Toona sinensis) ASAL KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT ARIEF NUR RAKHMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU SURIAN (Toona sinensis) ASAL KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT ARIEF NUR RAKHMAN"

Transkripsi

1 BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU SURIAN (Toona sinensis) ASAL KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT ARIEF NUR RAKHMAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 DHH BASIC PROPERTIES of Toona sinensis WOOD from INDRAMAYU DISTRICT, WEST JAVA PROVINCE Arief Nur Rakhman, Imam Wahyudi INTRODUCTION. Much effort has been made to overcome the scarcity problem of wood as raw material for many wood industries in Indonesia. One of them is to build and develop plantation forests including the community forest. It was predicted that wood supply from community forest will be increased in the future. This research aims to study several basic properties of surian (Toona sinesis) wood especially their physical and mechanical properties, which consists of moisture content (MC), density (ρ) and specific gravity (SG), modulus of rupture (MOR), modulus of elasticity (MOE), compressive strength parallel to the grain (σtk//) as well as wood hardness tangentially and radially. Physical properties measurement were conducted following to the ASTM D1762, while the mechanical properties were followed the ASTM D143. MATERIALS AND METHOD. The main material used was the heartwood portion of three trees of T. sinensis. The sample trees were obtained from one area of man made forest of Indramayu District, West Java Province. Each stem of the tree was divided into three sections, namely basal, middle and the top of the stem. Tree diameter and age as well as their silviculture treatments were unknown. The data was then statistically analyzed using a completely randomized experimental design one factor by SPSS 13.0 software, with six replications (two samples per section x 3 trees). RESULT AND DISCUSSIONS. It was showed that the average value of MC, ρ and SG was 14.85%, 0.61 g/cm 3 and 0.52, respectively. The highest of MC (16.37%) was found at the top of the stem, while the highest of SG and ρ (0.55 and 0.64 g/cm 3, respectively) was found at the middle of the stem. The lowest of MC (12,69%) was found at the middle of the stem. The lowest of SG (0.49) was found at the basal area, while the lowest of ρ (0.57 g/cm 3 ) was found at the top of the stem. It was also showed that the average value of MOE, MOR, σtk// as well as wood hardness was 203, kg/cm 2, kg/cm 2, kg/cm 2, kg/cm 2 (tangential) and kg/cm 2 (radial), respectively. The highest of MOE, tangential hardness as well as radial hardness (226, kg/cm 2, kg/cm 2 and 518 kg/cm 2, respectively) were found at the middle of the stem. The highest of MOR ( kg/cm 2 ) was found at the base of the stem, while the highest of σtk// ( kg/cm 2 ) at the top of the stem. The lowest of MOE and σtk// (189, kg/cm 2 and kg/cm 2, respectively) were found at the base of the stem, while the lowest of MOR, tangential hardness and radial hardness ( kg/cm 2, kg/cm 2 and kg/cm 2, respectively) were found at the top of the stem. From ANOVA, it was showed that section of the stem has a significant effect on MC and ρ only, but none on SG, MOE, MOR, σtk// and the hardnesss. Based on the average value of SG, MOE and MOR, therefore, this surian wood belonged to the strength class of III. This wood is suitable for a moderate building construction. Since its MOE is higher and its hardness is similar to those of teak-wood, this surian wood in general could partially replace the function of teak-wood. Key words: Surian (T. sinensis), MOE, MOR, compressive strength parallel to the grain, wood hardness

3 RINGKASAN ARIEF NUR RAKHMAN. Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinesis) Asal Kabupaten Indramayu, Jawa barat. Dibawah bimbingan: IMAM WAHYUDI. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kelangkaan kayu sebagai bahan baku industri. Salah satunya adalah dengan membangun dan mengembangkan hutan tanaman termasuk hutan rakyat. Diperkirakan pasokan kayu di masa datang akan terus dipenuhi oleh jenis-jenis kayu dari hutan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisis dan mekanis kayu surian (Toona sinensis), yang terdiri dari kadar air, kerapatan dan berat jenis (BJ) kayu, modulus of rupture (MOR), modulus of elasticity (MOE), keteguhan tekan sejajar serat (σtk//) dan kekerasan sisinya. Pengujian sifat fisis mengacu kepada ASTM D1762, sedangkan pengujian sifat mekanis mengaju kepada ASTM D143. Bahan utama adalah bagian teras kayu surian (T. sinensis) dari tiga pohon yang berasal dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Diameter, umur pohon dan perlakuan silvikulturnya tidak diketahui. Data dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor (bagian batang) menggunakan software SPSS 13.0 dengan enam ulangan. Hasil penelitian sifat fisis kayu menunjukkan bahwa rata-rata nilai KA, kerapatan dan BJ berturut-turut adalah 14,85%, 0,61 g/cm 3, dan 0,52. KA tertinggi (16,37%) terdapat di bagian ujung, sedangkan BJ dan kerapatan yang tertinggi (berturut-turut 0,55 dan 0,64 g/cm 3 ) terdapat di bagian tengah batang. KA terendah (12,69%) terdapat di bagian tengah batang, BJ terendah (0,49) di bagian pangkal batang, sedangkan kerapatan terendah (0,57 g/cm 3 ) terdapat di ujung batang. Hasil penelitian sifat mekanis kayu menunjukkan bahwa rata-rata nilai MOE, MOR, keteguhan tekan sejajar serat (σtk//) dan kekerasan sisi berturut-turut adalah ,10 kg/cm 2, 694,10 kg/cm 2, 368,94 kg/cm 2, 519,05 kg/cm 2 (tangensial) dan 432,16 kg/cm 2 (radial). MOE serta kekerasan sisi tangensial dan radial yang tertinggi (masing-masing ,97 kg/cm 2, 535,67 kg/cm 2 dan 518 kg/cm 2 ) terdapat di bagian tengah batang. MOR tertinggi (721,95 kg/cm 2 ) terdapat di bagian pangkal, sedangkan σtk// tertinggi (377,15 kg/cm 2 ) di bagian ujung batang. MOE dan σtk// yang terendah terdapat di bagian pangkal (masing-masing ,93 kg/cm 2 dan 359,30 kg/cm 2 ), sedangkan MOR, kekerasan sisi tangensial dan radial yang terendah (masing-masing 638,55 kg/cm 2, 486,17 kg/cm 2 dan 400,00 kg/cm 2 ), terdapat di bagian ujung batang. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bagian batang hanya berpengaruh terhadap KA dan kerapatan kayu, sedangkan BJ, MOE, MOR, σtk// dan kekerasan sisi (tangensial dan radial) kayunya tidak. Berdasarkan nilai-nilai BJ, MOE dan MOR, maka kayu surian yang diteliti masuk ke dalam Kelas Kuat III sehingga cocok digunakan sebagai bahan bangunan beban sedang. Dengan nilai MOE yang lebih tinggi dan kekerasan sisi yang relatif sama, secara umum kayu surian dapat menggantikan sebagian peranan kayu jati. Kata kunci: Surian (T. sinensis), MOE, MOR, keteguhan tekan sejajar serat, kekerasan sisi

4 BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU SURIAN (Toona sinensis) ASAL KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT ARIEF NUR RAKHMAN E Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinensis) Asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2012 Arief Nur Rakhman E

6 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian Nama Mahasiswa NRP Program Studi : Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinensis) asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat : Arief Nur Rakhman : E : Teknologi Hasil Hutan Menyetujui: Dosen Pembimbing 1 Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS NIP Mengetahui: Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc. NIP Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Oktober 1988 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ir. Muhammad Aulawi Dzin Nun, MSc. (ayah) dan Dra. Herlina (ibu). Pada tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bogor. Selama di IPB penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN), Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan aktif di KOMUNITAS LADANG SENI IPB serta mengikuti kegiatan Bina Corps Rimbawan (BCR) dan KOMPAK DHH. Penulis juga telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Baturaden-Cilacap pada tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di CV. Hadir Jaya, Karawang pada tahun Dalam rangka menyelesaikan pendidikan Sarjana di Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinensis) Asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat, kasih sayang-nya, hidayah-nya serta tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurah untuk Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan tugas akhir yang berjudul Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinensis) Asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kehutanan khususnya dibidang sifat-sifat kayu dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Mei 2012 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah. Segala puji penulis panjatkan bagi Allah SWT yang telah memberikan anugerah berupa kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa yang akan penulis kenang dan syukuri. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ayah Ir. Muhammad Aulawi Dzin Nun, Msc dan ibu Dra. Herlina tersayang yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, dukungan moril dan materil serta kakakku Agha Respati Aulia, S.Hut yang selalu memberikan motivasi. 3. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku Dosen Penguji dan Istie Sekartining Rahayu, S.Hut, M.Si selaku Ketua Sidang. 4. Seluruh staf pengajar dan staf kependidikan di lingkungan Departemen Hasil Hutan terutama yang di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu. 5. Dahlia Dessiananyanthi yang selalu menemani dan memberikan motivasi. 6. Teman-teman seperjuangan THH 43 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 7. Dicky kristia dinata, Didn t Dwi Prihartono dan Singgih Ari mukti selaku teman sebimbingan. 8. Teman-teman FAHUTAN 43, abang dan teteh FAHUTAN 42, 41, dan 40 serta adik-adik FAHUTAN 44, 45 dan 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk rasa kekeluargaannya selama ini. 9. Teman-teman LADANG SENI IPB, Redi, Danny, Ganjar, Ipunk, Atsenk dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat dituliskan satu per satu

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surian Sifat Fisis Kayu Kadar Air Kerapatan dan BJ kayu Sifat Mekanis Kayu Keteguhan lentur statis Keteguhan tekan sejajar serat Kekerasan... 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Alat Bahan Pelaksaan penelitian Persiapan dan pembuatan contoh uji Pengujian KA, kerapatan dan BJ kayu Pengujian sifat mekanis Keteguhan lentur statis Keteguhan tekan sejajar serat Kekerasan Analisis data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Kadar air Berat jenis Kerapatan Sifat Mekanis MOE MOR Keteguhan tekan sejajar serat Kekerasan sisi i v

11 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

12 DAFTAR TABEL No. Halaman 1 Rata-rata KA kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam KA per masing-masing bagian batang Rata-rata BJ kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam BJ per masing-masing bagian batang Rata-rata Kerapatan kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam Kerapatan per masing-masing bagian batang Rata-rata MOE kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam MOE per masing-masing bagian batang Rata-rata MOR kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam MOR per masing-masing bagian batang Rata-rata σtk// kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam σtk// per masing-masing bagian batang Rata-rata kekerasan sisi tangensial kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam kekerasan sisi tangensial per masing-masing bagian batang Rata-rata kekerasan radial kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam kekerasan radial per masing-masing bagian batang... 20

13 No. DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Pembagian batang dan persiapan pembuatan contoh uji Pelaksanaan pengujian keteguhan lentur statis Ilustrasi pengujian keteguhan tekan sejajar serat Ilustrasi pengujian kekerasan... 10

14 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1 Data KA, BJ, dan Kerapatan pada Masing-Masing Bagian Batang Data MOE dan MOR pada Masing-Masing Bagian Batang Data Keeguhan Tekan Sejajar Serat pada Masing-Masing Bagian Batang Data Kekerasan sisi tangensial dan radian pada Masing-Masing Bagian Batang Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) KA Hasil uji Lanjut Tukey KA Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) BJ Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) Kerapatan Hasil uji Lanjut Tukey Kerapatan Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) MOE Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) MOR Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) Keteguhan Tekan Sejajar Serat Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) Kekerasan Sisi Dokumentasi Penelitian... 38

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemanenan hutan yang dilakukan secara ilegal dan tidak taat azas mengakibatkan rusaknya kelestarian sumberdaya hutan. Dari hasil penelitian Smith (2002) diketahui bahwa kegiatan pemanenan hutan mulai dari penebangan hingga penyaradan mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal yang cukup parah, penurunan jumlah jenis vegetasi serta kondisi fisik dan kimia tanah sehingga produktifitas hutan alam terus berkurang. Hal ini berbanding terbalik dengan kebutuhan kayu yang semakin meningkat. Pada tahun 2008 kebutuhan kayu bulat mencapai lebih dari 46 juta m 3 sementara hutan alam hanya mampu menyediakan sekitar 32 juta m 3 (Departemen Kehutanan 2009). Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kelangkaan kayu sebagai bahan baku adalah dengan membangun dan mengembangkan hutan tanaman industri (HTI) sejak akhir tahun Usaha ini masih belum optimal karena berbagai kendala, malahan akhirakhir ini pasokan kayu yang ada di pasaran lebih banyak dipenuhi oleh kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat. Hal ini tercermin dari kontribusi kayu hutan rakyat dalam memenuhi kebutuhan nasional selama tahun 2008 yang mencapai lebih dari 2 juta m 3 (Departemen Kehutanan 2009). Diperkirakan pasokan kayu di masa datang akan dipenuhi oleh jenis-jenis kayu dari hutan rakyat. Toona sinensis Roem. atau yang dikenal sebagai kayu surian telah lebih dulu dibudidayakan oleh masyarakat di daerah Sumatera Barat untuk keperluan kayu pertukangan dan pembuatan kapal. Melalui program pemerintah yakni Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/GERHAN) tanaman ini mulai dikembangkan di Jawa Barat sejak tahun Pemanfaatan kayu surian selama ini tidak sepopuler kayu suren (T. sureni Merr.) meskipun berasal dari famili yang sama. Hal ini terkait dengan kurangnya data tentang sifat-sifat dasar kayu tersebut. Dengan mengetahui sifat-sifat dasar kayu surian, maka diharapkan penggunaan kayu ini akan lebih meningkat apalagi mengingat penampilan fisik (corak dan warna) kayu surian yang menyerupai kayu jati (Suhaya 2012). Dengan

16 2 demikian maka surian dapat dianggap sebagai tanaman masa depan yang potensial dalam rangka menghasilkan produk yang bernilai tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini difokuskan kepada beberapa sifat dasar kayu surian terutama sifat fisis dan mekanisnya khususnya pada kayu surian yang berasal dari hutan rakyat di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait dengan sifat fisis dan mekanis kayu surian sehingga tujuan penggunaannya dapat lebih optimal, minimal sebagai komplemen (pelengkap) maupun pengganti kayu jati. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisis dan mekanis kayu surian (T. sinensis) asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang meliputi kadar air, kerapatan dan berat jenis (BJ) kayu, modulus of rupture (MOR), modulus of elasticity (MOE), keteguhan tekan sejajar serat dan kekerasan sisinya. 1.3 Manfaat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang sifat-sifat dasar kayu surian sehingga dapat diarahkan untuk tujuan yang paling menguntungkan.

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surian (Toona sinensis Roem.) Surian adalah tumbuhan yang masuk ke dalam genus Toona dan merupakan anggota famili Meliaceae, satu famili dengan mahoni. Tumbuhan yang berasal dari Afganistan, India Bagian Selatan, Bagian Timur Korea, Papua New Guinea dan Bagian Timur Australia ini dikenal sebagai penghasil kayu berkualitas baik. Klasifikasi tumbuhan ini menurut Martawijaya (2005 b ) adalah: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Toona Species : Toona sinensis Genus toona memiliki lima spesies pohon yaitu Toona calantas atau Philippine mahogany, T. ciliata (syn. T. australis) yang disebut juga sebagai Australian red cedar, toon, suren atau Indian mahogany, T. febrifuga atau Vietnam mahogany, T. sinensis atau Chinese mahogany atau Chinese toon, dan T. sureni atau suren atau Indonesian mahogany. Perbedaan diantara mereka sulit diidentifikasi (Martawijaya 2005 b ). Pohon surian lurus dan berbanir, tergolong sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi m dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Diameter pohon dapat mencapai lebih dari 100 cm. Kulit batang pecah-pecah dan terlihat seolah-olah saling tumpang tindih mirip kulit buaya, berwarna coklat keputihan, pucat hingga keabu abuan, dan mengeluarkan aroma apabila dipotong. Daun berbentuk oval dengan panjang cm, menyirip tunggal, dengan 8-30 pasang daun pada pohon dewasa. Kayunya ringan, dengan gubal merah muda dan teras coklat (Heyne 1987). Salah satu kelebihan surian menurut Nurkhayat (2010) terletak pada daunnya yang tidak bisa dimakan oleh ternak sehingga tanaman dapat tumbuh tanpa gangguan.

18 4 Kayu surian bernilai tinggi dan mudah digergaji serta memiliki sifat kayu yang baik. Kayu berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap maupun bubuk kayu dengan warna kemerahan. Kayu sering digunakan untuk membuat lemari, mebel, interior ruangan, panel dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas, konstruksi, kayu perkakas, papan, peti, kotak cerutu, kayu bangunan,plywood, rangka pintu dan jendela, kayu perkapalan, seni ukir dan pahat, potlot,serta moulding. Surian juga sering ditanam di perkebunan teh sebagai pemecah angin. Jenis ini cocok sebagai naungan dan pohon di sepanjang tepi jalan. Beberapa bagian pohon, terutama kulit dan akar sering digunakan untuk ramuan obat diare. Kulit dan buahnya dapat digunakan untuk minyak atsiri (Nurkhayat 2010). Berdasarkan penelitian, surian memiliki kandungan bahan surenon, surenin dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida dan antifeedant (menghambat daya makan) bagi larva serangga uji ulat sutera. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan repellant (pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk. 2.2 Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu adalah sifat yang berhubungan dengan respon kayu terhadap air dan faktor lingkungan (terutama kelembaban udara / RH dan suhu) sehingga mempengaruhi wujud fisik dan penampilan (appearance) nya. Sifat fisis merupakan karakteristik yang kuantitatif dan sangat penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap kekuatan kayu. Menurut Bowyer et al. (2003), sifat fisis kayu yang penting adalah kadar air, kerapatan dan berat jenis kayu Kadar air Kadar air (KA) kayu didefinisikan sebagai banyaknya air yang terkandung dalam kayu, dan dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. KA kayu bervariasi tergantung jenis dan lokasinya dalam batang dan dapat berubah sesuai dengan kondisi iklim dimana kayu berada (Bowyer et al. 2003).

19 Kerapatan dan BJ kayu Kerapatan kayu adalah perbandingan antara masa atau berat kayu dengan volumenya, yang dinyatakan dalam g/cm 3 atau kg/m 3, sementara berat jenis (BJ) kayu adalah perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada suhu 4ºC. BJ kayu merefleksikan jumlah seluruh bahan penyusun dinding sel. Kerapatan dan BJ kayu bervariasi menurut jenis, antar pohon dari satu jenis yang sama, bahkan dalam satu batang pohon (Bowyer et al. 2003). Dibandingkan dengan kerapatan, maka BJ kayu dapat lebih mencerminkan nilai kekuatan kayu. Semakin tinggi BJ, maka kekuatan kayu akan semakin meningkat. Variasi yang besar dari BJ kayu tidak saja dapat terjadi di antara pohonpohon pada jenis yang sama (variasi individual) tetapi juga diantara bagian-bagian pohon dari pohon yang sama. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi BJ kayu seperti umur pohon, kecepatan tumbuh dan lokasinya dalam batang (Oey, 1964). BJ kayu yang tinggi antara lain juga dapat disebabkan oleh kadar ekstratif yang tinggi atau endapan-endapan diantara serabut-serabut kayu (Den Berger 1923 dalam Oey 1964). Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu yang terberat merupakan kayu yang terkuat. Keteguhan dan kekerasan kayu serta hampir semua sifat teknis lainnya berbanding lurus dengan BJ kayu. 2.3 Sifat Mekanis Sifat mekanis kayu adalah ketahanan kayu terhadap gaya-gaya yang berasal dari luar yang cenderung merubah bentuk kayu (Tsoumis 1991). Gaya luar atau beban tersebut dapat berupa tekanan, tarikan atau geseran. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanis kayu antara lain BJ dan KA kayu, kayu teras dan kayu gubal, adanya riap tumbuh, arah serat dan tempat tumbuh Keteguhan lentur statis (static bending strength) Parker (1974) dalam Prasetyo (2001) menyatakan bahwa keteguhan lentur statis adalah ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban yang bekerja tegak lurus sumbu batang di tengah-tengah balok yang disangga kedua ujungnya sehingga permukaan atas kayu mengalami tekanan, sedangkan yang di bawah

20 6 sumbu netral mengalami tarikan. Balok akan mengalami pelengkungan di bagian tengahnya. Pelengkungan yang terjadi dinamakan defleksi. Berdasarkan hubungan antara ukuran kayu, bentang, beban dan defleksi maka akan diperoleh nilai modulus of elasticity (MOE) dan modulus or rupture (MOR). Menurut Parker (1974) dalam Prasetyo (2001), dari pengujian keteguhan lentur statis akan diperoleh nilai keteguhan kayu pada batas proporsi dan keteguhan kayu maksimum. Keteguhan kayu pada batas proporsi merupakan kemampuan kayu untuk menahan beban lentur tanpa terjadi perubahan bentuk yang tetap. Sifat ini biasanya dinyatakan dalam besaran MOE yang merupakan perbandingan antara beban dengan deformasi per unit luas. Keteguhan kayu maksimum diperoleh setelah kayu mengalami kerusakan, dan nilai ini menggambarkan kekuatan kayu yang biasanya dinyatakan dalam MOR Keteguhan tekan sejajar serat (compression strength) Keteguhan tekan sejajar serat adalah kemampuan kayu untuk menahan beban tekan yang terjadi pada kedua permukaannya. Keteguhan tekan sejajar serat digunakan untuk menentukan beban yang dapat dipikul oleh suatu tiang atau pancang yang pendek yang biasa terdapat pada konstruksi bangunan (Bowyer et al. 2003) Kekerasan (Hardness) Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan kikisan. Kekerasan kayu juga dapat diartikan sebagai ukuran kekuatan kayu dalam menahan gaya yang dapat membuat lekukan. Kayu yang mempunyai nilai kekerasan yang tinggi cocok digunakan untuk lantai (Bowyer et al. 2003).

21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sifat-sifat Dasar dan Laboratorium Terpadu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dimulai pada 20 November 2010 sampai dengan 15 Januari Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan untuk pengujian sifat fisis terdiri dari kaliper, oven, timbangan elektrik dan desikator, sedangkan untuk uji mekanis adalah universal testing machine merek Amsler dan Instron Bahan Bahan utama adalah kayu surian (Toona sinensis) dari tiga batang pohon yang berasal dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Diameter dan umur pohon serta perlakuan silvikulturnya tidak diketahui. 3.3 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan meliputi persiapan dan pembuatan contoh uji, pengujian sifat fisis, pengujian sifat mekanis dan pengolahan data Persiapan dan pembuatan contoh uji Pohon-pohon suren yang terpilih kemudian ditebang pada ketinggian cm dari tanah, lalu dipotong menjadi tiga bagian, yaitu pangkal, tengah dan ujung, masing-masing sepanjang cm. Dari masing-masing bagian, diambil log pendek berukuran 60 cm. Bagian kayu teras dari masing-masing log tadi selanjutnya dipotong menjadi sortimen dengan ukuran penampang 2,5 cm x 2,5 cm pada empat sisi yang berbeda (Gambar 1). Seluruh sortimen tersebut kemudian dibungkus rapi dan dibawa ke Bogor untuk selanjutnya dijadikan sampel uji sesuai dengan sifat dan prosedur pengujian yang digunakan.

22 8 2,5 cm 2,5 cm Ujung Tengah ` 60 cm Pangkal Gambar 1 Pembagian batang dan persiapan pembuatan contoh uji Pengujian KA, kerapatan dan BJ kayu KA, kerapatan dan BJ kayu diuji sesuai prosedur BS: Masingmasing contoh uji berukuran 2 cm x 2 x cm x 2 cm. KA, kerapatan dan BJ kayu dihitung dengan rumus: KA = (BB-BKT) / BKT x 100% Kerapatan = BB / VB BJ Kayu = (BKT / VB) / Kerapatan Air Dimana: BB = berat awal (kondisi basah) contoh uji BKT = berat konstan (kondisi kering tanur) contoh uji VB = volume awal (kondisi basah ) contoh uji Pengujian Sifat Mekanis Sifat mekanis yang diuji terdiri dari: Keteguhan lentur statis Keteguhan lentur statis diuji dengan mengikuti prosedur pengujian sebagaimana ASTM D Contoh uji berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 41 cm, dan pembebanan dilakukan di tengah bentang. Jarak sangga 36 cm (Gambar 2).

23 2,5 cm Beban 9 2,5 cm 41 cm Gambar 2 Pelaksanaan pengujian keteguhan lentur statis Dari uji keteguhan lentur statis dapat diperoleh nilai modulus of elasticity (MOE) dan modulus of rupture (MOR). MOE dan MOR dihitung dengan rumus: MOE = ( P L 3 ) / 4 y b h 3 MOR = (3 P L) / 2 b h 2 Dimana: MOE = Modulus of elasticity (kg/cm 2 ) MOR = Modulus of rupture (kg/cm 2 ) P = Perubahan beban yang terjadi di bawah batas proporsi (kg) L = Jarak sangga (cm) y = Defleksi yang terjadi akibat pembebanan (cm) b h = Lebar contoh uji (cm) = Tebal contoh uji (cm) Keteguhan tekan sejajar serat Contoh uji berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. Pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan sampai contoh uji mengalami kerusakan. Arah pembebanan sejajar dengan arah serat pada kedudukan contoh uji vertikal (ASTM D ) (Gambar 3). Nilai keteguhan tekan sejajar serat dihitung dengan rumus: σ tk// = P maks / A Dimana: σ tk// = Keteguhan tekan sejajar serat (kg/cm²) P maks = Beban maksimum (kg) A = Luas penampang (cm²)

24 10 Beban 2,5 cm 10 cm Kekerasan Gambar 3 Ilustrasi pengujian keteguhan tekan sejajar serat Contoh uji kekerasan berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. Pengujian dilakukan dengan membebankan setengah bola baja masuk ke dalam kayu (ASTM D ) (Gambar 4). Kekerasan kayu dihitung dengan rumus: Dimana: 2,5 cm H = Kekerasan sisi (kg/cm²) P maks = Beban maksimum (kg) A = Luas penampang (cm²) H = P maks / A Beban 2,5 cm 2,5 cm 10 cm Gambar 4 Ilustrasi pengujian kekerasan

25 3.3.4 Analisis Data Data kemudian dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor (bagian batang) dengan software SPSS 13.0 dan enam ulangan (dua sampel per bagian batang x 3 pohon). Model umum RAL yang digunakan pada penelitian ini adalah: Y ij = µ + τ i + ε ij Dimana: Y ij = Pengukuran pada bagian batang ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum τ i = Pengaruh bagian batang ke-i ε ij = Pengaruh acak (galat) pada bagian batang ke-i ulangan ke-j i = Bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) j = Ulangan (1, 2,..., 6) Selain itu, akan dibuat regresi sederhana antara BJ dengan MOE, BJ dengan MOR, BJ dengan keteguhan tekan sejajar serat dan BJ dengan kekerasan kayu apabila hubungan keduanya berbeda nyata. 11

26 4.1 Sifat Fisis Kadar air BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata nilai kadar air (KA) kayu surian kondisi kering udara pada masing-masing bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 1. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 1. Tabel 1 Rata-rata KA kayu surian pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 15,85 12,52 16, ,67 13,06 17, ,20 13,49 16, ,25 13,22 17, ,48 12,18 13, ,22 11,70 16,78 Rata-rata 14,94 12,69 16,37 Dari Tabel 1 diketahui bahwa KA tertinggi terdapat di bagian ujung batang (16,37%), kemudian diikuti KA di bagian pangkal (14,94%), dan yang terendah pada bagian tengah batang (12,69%). Secara umum rata-rata KA kayu surian kondisi kering udara adalah 14,85%. Nilai ini masuk dalam selang nilai KA kering udara atau KA keseimbangan untuk wilayah Bogor dan sekitarnya (14-18%). Hasil penelitian ini lebih rendah dengan Darwo (1994) untuk kayu borneo (16,85%), Risnasari (2008) untuk kayu sengon (16,30%) dan Muslim (2011) untuk kayu mangium (15,17%). Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 2) menunjukkan bahwa bagian batang sangat berpengaruh terhadap nilai KA kayu. Bagian tengah batang menghasilkan nilai KA yang terendah, sedangkan bagian ujung menghasilkan KA yang tertinggi. Tabel 2 Analisis sidik ragam KA per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 41, ,565 13,587 0,000 Kesalahan 22, ,514 Total Terkoreksi 63,834 17

27 Perbedaan nilai KA pada masing-masing bagian batang sebagaimana di atas selain disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan tempat tumbuh dan asal (heredity) pohon juga dipengaruhi oleh proporsi kayu juvenil yang ada. Bagian ujung batang selain didominasi oleh sel-sel yang berdinding tipis dengan diameter lumen yang lebih besar, juga merupakan bagian yang masih hidup sehingga lebih banyak mengandung air. Selain itu abnormalitas pada pertumbuhan pohon seperti adanya kayu tarik dan kayu tekan juga akan mempengaruhi nilai KA kayu (Tsoumis 1991) Berat jenis (BJ) Rata-rata BJ kayu surian pada masing-masing bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 3. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 1. Tabel 3 Rata-rata BJ kayu surian pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 0,54 0,55 0,51 2 0,52 0,60 0,52 3 0,49 0,57 0,55 4 0,46 0,53 0,53 5 0,46 0,54 0,60 6 0,47 0,53 0,41 Rata-rata 0,49 0,55 0,52 Dari Tabel 3 diketahui bahwa BJ tertinggi terdapat di bagian tengah batang (0,55), kemudian diikuti oleh BJ di bagian ujung (0,52), dan yang terendah pada bagian pangkal batang (0,49). Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 4) menunjukkan bahwa bagian batang tidak mempengaruhi nilai BJ kayu. Dengan demikian, meskipun nilai BJ kayu bervariasi, secara umum BJ kayu surian di bagian pangkal setara dengan yang di bagian tengah maupun yang di bagian ujung batang. Secara umum rata-rata BJ kayu surian yang diteliti adalah sebesar 0,52. Dengan nilai BJ kayu yang demikian, kayu surian masuk dalam Kelas Kuat III. Menurut Yap (1997), kayu-kayu dengan selang nilai BJ kayu 0,40-0,60 masuk dalam Kelas Kuat III. 13

28 14 Tabel 4 Analisis sidik ragam BJ kayu per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 0, ,006 3,122 0,074 Kesalahan 0, ,002 Total Terkoreksi 0, BJ kayu surian hasil penelitian ini meski lebih besar dari Martawijaya et al. (2005 b ) tetap masuk dalam selang yang mereka hasilkan. Menurut Martawijaya et al. (2005 b ), BJ kayu surian berkisar 0,27-0,67, dengan rata-rata sebesar 0,39. Menurut Pandit dan Kurniawan (2008), BJ kayu dari jenis yang sama bisa saja bervariasi karena dipengaruhi oleh umur pohon, tempat tumbuh, dan kecepatan pertumbuhan pohon. Dibandingkan dengan Martawijaya et al. (2005 a ), BJ kayu surian yang diteliti juga lebih rendah dari BJ kayu jati (0,67) Kerapatan Rata-rata kerapatan kayu surian pada bagian pangkal, tengah dan ujung batang disajikan pada Tabel 5. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 1. Dari Tabel 5 diketahui bahwa kerapatan kayu tertinggi terdapat di bagian tengah batang (0,64 g/cm 3 ), kemudian diikuti oleh kerapatan kayu di bagian pangkal (0,61 g/cm 3 ), dan yang terendah pada bagian ujung batang (0,57 g/cm 3 ). Tabel 5 Rata-rata kerapatan kayu surian (g/cm 3 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 0,56 0,62 0,55 2 0,57 0,67 0,60 3 0,65 0,64 0,60 4 0,59 0,60 0,62 5 0,64 0,69 0,53 6 0,68 0,61 0,54 Rata-rata 0,61 0,64 0,57 Kerapatan kayu surian hasil penelitian ini relatif sama dengan kerapatan kayu mahoni dan atau kayu mangium, tetapi lebih besar dibandingkan dengan kerapatan kayu sengon. Kerapatan kayu mahoni dan kayu mangium masingmasing sebesar 0,57 g/cm 3 (Wahyuni 2006) dan 0,61 g/cm 3 (Subiyanto 2006), sedangkan kerapatan kayu sengon adalah 0,36 g/cm 3 (Amin 2006).

29 Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel6) menunjukkan bahwa bagian batang berpengaruh nyata terhadap nilai kerapatan kayu. Tabel 6 Analisis sidik ragam kerapatan kayu surian per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 0, ,007 3,877 0,044 Kesalahan 0, ,002 Total Terkoreksi 0, Kerapatan kayu yang terdapat di bagian tengah batang merupakan nilai yang tertinggi, sedangkan yang di bagian ujung adalah yang terendah. Menurut Bowyer et al. (2003), bagian ujung batang merupakan bagian dengan porsi kayu juvenil terbesar dan porsi kayu dewasa terkecil. Sel-sel penyusunnya didominasi oleh sel dengan dinding yang tipis dan rongga sel yang lebih lebar. Inilah sebabnya mengapa kerapatan kayu di bagian ujung batang selalu lebih kecil dibandingkan dengan bagian batang yang lain. Tingginya nilai kerapatan kayu di bagian tengah batang dibandingkan dengan yang di pangkal batang mengikuti Sanio, dimana dinding sel cenderung bertambah tebal dari pangkal ke suatu titik dan kemudian terus berkurang ke arah ujung batang. Semakin tebal dinding sel, maka kerapatan akan semakin meningkat. 4.2 Sifat Mekanis MOE Rata-rata MOE kayu surian pada masing-masing bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 7. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 2. Tabel 7 Rata-rata MOE kayu surian (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung , , , , , , , , , , , , , , , , , ,70 Rata-rata , , ,93 15

30 Dari Tabel 7 diketahui bahwa MOE tertinggi terdapat di bagian tengah batang ( ,97 kg/cm 2 ), kemudian diikuti oleh MOE di bagian ujung ( ,93 kg/cm 2 ) dan bagian pangkal batang ( ,93 kg/cm 2 ). Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 8) menunjukkan bahwa bagian batang tidak berpengaruh terhadap nilai MOE. Dengan demikian, meskipun nilainya bervariasi, secara umum MOE kayu surian di bagian pangkal setara dengan MOE yang di bagian tengah maupun dengan yang di bagian ujung batang. Secara umum rata-rata MOE kayu surian yang diteliti adalah sebesar ,10 kg/cm 2. Tabel 8 Analisis sidik ragam MOE kayu surian per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang , ,402 2,078 0,160 Kesalahan , ,505 Total Terkoreksi , Nilai MOE kayu surian hasil penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian Martawijaya et al. (2005 a ) maupun Abdurachman dan Hadjib (2009). Menurut Martawijaya et al. (2005 a ), MOE kayu jati adalah kg/cm 2, sedangkan menurut Abdurachman dan Hadjib (2009), MOE kayu suren (T. sureni) yang masih satu genus dengan surian hanya ,77 kg/cm 2. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena dalam jenis kayu yang sama pun dapat terjadi perbedaan sifat fisis dan sifat mekanis kayu (Bowyer et al. 2003) MOR Rata-rata MOR kayu surian pada masing-masing bagian batang disajikan pada Tabel 9. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 2. Tabel 9 Rata-rata MOR kayu surian (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 767,08 711,10 584, ,64 622,02 711, ,82 778,38 663, ,51 713,67 697, ,00 805,96 491, ,68 699,61 682,42 Rata-rata 721,95 721,79 638,55 Dari Tabel 9 diketahui bahwa MOR tertinggi terdapat di bagian pangkal batang (721,95 kg/cm 2 ) yang relatif sama dengan MOR yang di bagian tengah 16

31 (721,79 kg/cm 2 ) dan yang terendah adalah MOR di bagian ujung batang (638,55 kg/cm 2 ). Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 10) menunjukkan bahwa bagian batang juga tidak berpengaruh terhadap nilai MOR. Dengan demikian, maka secara umum MOR kayu yang di bagian pangkal setara dengan yang di bagian tengah maupun dengan yang di bagian ujung batang. Rata-rata MOR kayu surian yang diteliti adalah sebesar 694,10 kg/cm 2. Berdasarkan PKKI (1961), dengan nilai MOR yang demikian maka kayu surian yang diteliti masuk dalam Kelas Kuat III Tabel 10 Analisis sidik ragam MOR kayu surian per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 27770, ,319 2,491 0,116 Kesalahan 83617, ,492 Total Terkoreksi , Jika dibandingkan dengan MOR kayu jati menurut Martawijaya et al. (2005 a ), MOR hasil penelitian ini ternyata lebih kecil. MOR kayu jati kg/cm 2 (Martawijaya et al a ). Sebaliknya dibandingkan dengan hasil penelitian Abdurachman dan Hadjib (2009), hasil penelitian ini ternyata lebih besar. MOR rata-rata kayu suren menurut Abdurachman dan Hadjib (2009) adalah 484,82 kg/cm Keteguhan tekan sejajar serat (σtk//) Rata-rata σtk// kayu surian pada masing-masing bagian batang disajikan pada Tabel 11. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 3. Dari Tabel 11 diketahui bahwa σtk// tertinggi terdapat di bagian ujung batang (377,15 kg/cm 2 ), kemudian diikuti oleh yang di bagian tengah (370,39 kg/cm 2 ) dan yang terendah adalah yang di bagian pangkal batang (359,30 kg/cm 2 ). Tabel 11 Rata-rata σtk// kayu surian (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 353,31 376,09 353, ,74 360,13 403, ,69 408,67 344, ,34 401,45 365, ,26 371,70 404, ,46 304,28 392,51 Rata-rata 359,30 370,39 377,15 17

32 Meskipun demikian, hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 12) menunjukkan bahwa bagian batang juga tidak berpengaruh terhadap nilai σtk//. Oleh karena itu σtk// yang di bagian pangkal secara umum setara dengan yang di bagian tengah maupun dengan yang di bagian ujung batang. Rata-rata σtk// kayu surian yang diteliti adalah sebesar 368,94 kg/cm 2. Tabel 12 Analisis sidik ragam σtk// kayu surian per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 974, ,219 0,608 0,557 Kesalahan 12018, ,238 Total Terkoreksi 12993, Dari hasil perhitungan diketahui bahwa σtk// kayu surian di bagian pangkal adalah yang paling rendah dibandingkan dengan yang di bagian tengah maupun ujung. Hal ini terkait dengan nilai BJ kayunya. Dengan BJ kayu yang paling rendah, maka nilai σtk// nya pun akan semakin rendah. Jika dibandingkan dengan kayu jati, σtk// kayu surian hasil penelitian ini juga lebih kecil. σtk// surian sebesar 368,94 kg/cm 2, sedangkan σtk// kayu jati 550 kg/cm 2 (Martawijaya et al a ). Dengan rata-rata nilai σtk// sebesar 368,94 kg/cm 2, maka kayu surian yang diteliti berdasarkan PKKI (1961) masuk dalam Kelas Kuat III Kekerasan sisi Rata-rata kekerasan sisi tangensial kayu surian pada masing-masing bagian batang disajikan pada Tabel 13. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 4. Dari Tabel 13 diketahui bahwa kekerasan sisi tangensial tertinggi terdapat di bagian tengah batang (535,67 kg/cm 2 ) yang sebanding dengan kekerasan sisi di bagian pangkal (535,33 kg/cm 2 ), sedangkan yang terendah adalah yang di bagian ujung batang (486,17 kg/cm 2 ). Tabel 13 Rata-rata kekerasan sisi tangensial (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 486,00 566,00 456, ,00 464,00 522, ,00 618,00 490, ,00 534,00 388, ,00 498,00 565, ,00 534,00 496,00 Rata-rata 535,33 535,67 486,17 18

33 Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 14) menunjukkan bahwa bagian batang tidak berpengaruh terhadap nilai kekerasan sisi tangensial. Dengan demikian, maka kekerasan sisi tangensial kayu di bagian pangkal secara umum sama dengan kekerasan sisi tangensial di bagian tengah maupun yang di bagian ujung batang. Rata-rata nilai kekerasan sisi tangensial kayu surian yang diteliti adalah sebesar 519,05 kg/cm 2. Tabel 14 Analisis sidik ragam kekerasan sisi tangensial kayu surian per masingmasing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 9735, ,722 1,761 0,206 Kesalahan 41469, ,633 Total Terkoreksi 51204, Rata-rata kekerasan sisi radial pada masing-masing bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 15. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 4. Dari Tabel 15 diketahui bahwa kekerasan sisi radial tertinggi terdapat di bagian tengah batang (518 kg/cm 2 ), kemudian diikuti oleh yang di bagian pangkal (430 kg/cm 2 ) dan yang terendah adalah yang di bagian ujung batang (400 kg/cm 2 ). Tabel 15 Rata-rata kekerasan sisi radial (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 430,00 518,00 400, ,00 424,00 447, ,00 510,00 432, ,00 410,00 381, ,00 417,00 458, ,00 440,00 475,00 Rata-rata 430,00 518,00 400,00 Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 16) menunjukkan bahwa bagian batang juga tidak berpengaruh terhadap nilai kekerasan radial. Dengan demikian, maka kekerasan sisi radial kayu di bagian pangkal secara umum sama dengan yang di bagian tengah maupun yang di bagian ujung batang. Rata-rata kekerasan sisi radial kayu surian yang diteliti adalah sebesar 432,16 kg/cm 2. 19

34 Tabel 16 Analisis sidik ragam kekerasan sisi radial kayu surian per masingmasing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 6848, ,222 1,874 0,188 Kesalahan 27412, ,500 Total Terkoreksi 34260, Jika dibandingkan dengan kayu jati hasil penelitian Martawijaya et al. (2005 a ), kekerasan kayu surian hasil penelitian ini secara umum ternyata sedikit lebih besar (432,16 kg/cm 2 berbanding 428 kg/cm 2 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MOE kayu surian yang diteliti lebih tinggi dibandingkan nilai MOE kayu jati. Kekerasan sisi kayu surian yang diteliti relatif sama dengan kekerasan sisi kayu jati. Dengan demikian, maka secara umum kayu surian yang diteliti dapat menggantikan sebagian peran kayu jati. 4.3 Hubungan BJ Kayu dengan Sifat Mekanis Regresi antara BJ kayu dengan MOE, MOR, keteguhan tekan sejajar serat dan dengan kekerasan sisi tidak dapat digambarkan mengingat antara BJ kayu dengan masing-masing sifat mekanis yang diteliti tidak memiliki hubungan yang nyata (Lampiran 7 serta Lampiran 10 s/d 13). 20

35 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan terhadap kayu surian asal Kabupaten Indramayu diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Rata-rata nilai kadar air (KA) kondisi kering udara, berat jenis (BJ) dan kerapatan kayu berturut-turut sebesar 14,85%, 0,52 dan 0,61 g/cm 3. KA kayu masuk ke dalam selang nilai KA kering udara atau KA keseimbangan untuk wilayah Bogor dan sekitarnya. 2. Rata-rata nilai MOE, MOR, keteguhan sejajar serat dan kekerasan sisi kayu berturut-turut adalah ,10 kg/cm 2, 694,10 kg/cm 2, 368,94 kg/cm 2, dan 519,05 kg/cm 2 (tangensial), dan 432,16 kg/cm 2 (radial). 3. KA dan kerapatan kayu dipengaruhi oleh bagian batang, sedangkan BJ, MOE, MOR, keteguhan sejajar serat dan kekerasan sisi (tangensial dan radial) kayunya tidak. 4. Berdasarkan nilai BJ, MOE dan MORnya, maka kayu surian yang diteliti masuk ke dalam Kelas Kuat III sehingga cocok digunakan sebagai bahan bangunan beban sedang. 5. Dengan nilai MOE yang lebih tinggi dibandingkan MOE kayu jati serta kekerasan sisi yang relatif sama, maka kayu surian ysng diteliti dapat dijadikan komplemen atau pengganti kayu jati. 5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang sifat anatomi, kimia keawetan dan pengeringan kayu surian untuk melengkapi data tentang sifat dasarnya dalam rangka pemanfaatan kayu ini secara maksimal.

36 DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, N. Hajib Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat Untuk Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan Amin Y Sifat Fisik-Mekanik Empat Jenis Kayu Cepat Tumbuh Berdasarkan Posisi Melintang Kayu dalam Batang. UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial-LIPI Anonimus Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Yayasan Dana Normalisasi. Jakarta. [ASTM]. American Society for Testing and Material Annual Books of ASTM Standars. Volume Wood. D 143. Section Four. USA. [BSI]. British Standard Institution Methode of Testing Small Clear Speciments of Timber. Serial B.S. 373:1957 Bowyer J L, R Shmulsky, JG Haygreen Forest Product and Wood Science: An Introduction. Iowa State Press. Ames, Iowa. Darwo Sifat Fisis, Mekanis dan Kelas Kuat Kelompok Jenis Kayu Borneo Berdasarkan Contoh Kecil Bebas Cacat. Buletin Penelitian Kehutanan. Pematang Siantar. Departemen Kehutanan Statistik Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Jakarta. Heyne Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta Martawijaya A, I Kartasujana, K Kadir, SA Prawira a. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor., YI Mandang, K Kadir, SA Prawira b. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Muslim R Pengaruh Pengawetan dengan Wood Injector Terhadap Sifat Fisis dan Kekuatan Kayu pada Kayu Balsa (Ochroma bicolor Rowlee) dan Akasia (Acacia mangium Willd.) [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nurkhayat Pohon Kayu Suren. 05/pohon-kayu-suren/ diakses pada19 Januari 2011 Oey Djoen Seng Berat jenis`dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Pengumuman No. 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Pandit IKN, Kurniawan D Anatomi Kayu: Struktur Kayu, Kayu sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prasetyo A Perbandingan Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Pilang (Acacia leucophlodia Willd.) dengan Kayu Jati, Mahoni dan Meranti [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

37 Risnasari I Kajian Sifat Fisis Kayu Sengon (Paraserienthes falcataria (L.) Nielsen) pada bagian dan Posisi Batang [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sastrapradja DS, S Adisoemarto, K Kartawinata, S Sastrapradja dan MA Rifai Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Bogor. Smith W The Global Problem of Illegal Logging. Tropical Forest Update Vol. 12 No. 1, ITTO, Yokohama Subiyanto B Sifat Fisik-Mekanik Empat Jenis Kayu Cepat Tumbuh Berdasarkan Posisi Melintang Kayu dalam Batang. UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial-LIPI Suhaya Y Potensi dan Penyebaran serta Karakteristik Fisik, Mekanik dan Anatomi Makro Kayu Surian (Toona sinensis Roem) Pada Berbagai Kondisi Ekologi di Jawa Barat [Draf Disertasi]. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. Tsoumis G Science and Technology of Wood: Structure, properties, and utilization. Van Nostrand Reinhold. New York. Wahyuni I Sifat Fisik-Mekanik Empat Jenis Kayu Cepat Tumbuh Berdasarkan Posisi Melintang Kayu dalam Batang. UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial-LIPI. Yap KHF Konstruksi Kayu. CV. Bina Cipta. Bandung. 23

38 LAMPIRAN

39 25 Lampiran 1 Data KA,BJ dan Kerapatan kayu surian pada masing-masing bagian batang contoh uji BB BKT KA % P L T V BJ Kerapatan P P P P P P T T T T T T U U U U U U

40 26 Lampiran 2 Data MOE dan MOR kayu surian pada masing-masing bagian batang Contoh Uji B H H² (cm²) H³(cm³) ΔP/ΔY (kgf/cm) beban Max (kgf) L (cm) L³ MOE MOR (kgf/cm²) P P T T U U P P T T U U P P T T U U

41 27 Lampiran 3 Data Keteguhan tekan sejajar serat kayu surian pada masing-masing bagian batang Contoh uji b h l beban max a σtk P , P T T U U P P T T U U P P T T U U

42 28 Lampiran 4 Data Kekerasan sisi tangensial dan radial kayu surian pada masing-masing bagian batang Contoh uji Tangensial Radial P P P P P P T T T T T T U U U U U U

43 29 Lampiran 5 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Kadar air Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: KA F df1 df2 Sig. 1, ,388 Tabel Analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 41,130(a) 2 20,565 13,587 0,000 Intercept 3873, , ,911 0,000 perlakuan 41, ,565 13,587 0,000 Error 22, ,514 Total 3937, Corrected Total 63, a R Squared = 0,644 (Adjusted R Squared = 0,597)

44 30 Lampiran 6 Hasil Uji Lanjut Tukey Kadar Air Dependent Variable: KA Tukey HSD Confidence Interval 95% (I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound P T 2,2500(*),71031,017,4050 4,0950 U -1,4217,71031,146-3,2667,4233 T P -2,2500(*),71031,017-4,0950 -,4050 U -3,6717(*),71031,000-5,5167-1,8267 U P 1,4217,71031,146 -,4233 3,2667 T 3,6717(*),71031,000 1,8267 5,5167 KA Tukey HSD Subset perlakuan N 1 2 T 6 12,6950 P 6 14,9450 U 6 16,3667 Sig. 1,000,146 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 1,514. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b Alpha =,05.

45 29 Lampiran 5 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Kadar air Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: KA F df1 df2 Sig. 1, ,388 Tabel Analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 41,130(a) 2 20,565 13,587 0,000 Intercept 3873, , ,911 0,000 perlakuan 41, ,565 13,587 0,000 Error 22, ,514 Total 3937, Corrected Total 63, a R Squared = 0,644 (Adjusted R Squared = 0,597)

46 30 Lampiran 6 Hasil Uji Lanjut Tukey Kadar Air Dependent Variable: KA Tukey HSD Confidence Interval 95% (I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound P T 2,2500(*),71031,017,4050 4,0950 U -1,4217,71031,146-3,2667,4233 T P -2,2500(*),71031,017-4,0950 -,4050 U -3,6717(*),71031,000-5,5167-1,8267 U P 1,4217,71031,146 -,4233 3,2667 T 3,6717(*),71031,000 1,8267 5,5167 KA Tukey HSD Subset perlakuan N 1 2 T 6 12,6950 P 6 14,9450 U 6 16,3667 Sig. 1,000,146 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 1,514. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b Alpha =,05.

47 Lampiran 7 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Berat Jenis Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: BJ F df1 df2 Sig., ,519 Table analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model,012(a) 2,006 3,122 0,074 Intercept 4, , ,113 0,000 Perlakuan,012 2,006 3,122 0,074 Error,029 15,002 Total 4, Corrected Total, a R Squared = 0,294 (Adjusted R Squared = 0,200) 31

48 32 Lampiran 8 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Kerapatan Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: KERAPATAN F df1 df2 Sig. 1, ,315 Table analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 0,013(a) 2 0,007 3,877 0,044 Intercept 6, , ,536 0,000 perlakuan 0, ,007 3,877 0,044 Error 0, ,002 Total 6, Corrected Total 0, a R Squared = 0,341 (Adjusted R Squared =0,253)

49 33 Lampiran 9 Hasil Uji Lanjut Tukey Kerapatan Dependent Variable: KERAPATAN Tukey HSD (I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound P T -,0233,02365,596 -,0848,0381 U,0417,02365,216 -,0198,1031 T P,0233,02365,596 -,0381,0848 U,0650(*),02365,037,0036,1264 U P -,0417,02365,216 -,1031,0198 T -,0650(*),02365,037 -,1264 -,0036 KERAPATAN Tukey HSD perlakuan N Subset 1 2 U 6 0,5733 P 6 0,6150 0,6150 T 6 0,6383 Sig. 0,216 0,596 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) =,002. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b Alpha =,05.

50 34 Lampiran 10 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) MOE Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: MOE F df1 df2 Sig. 1, ,366 Tabel analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model ,805(a) ,402 2,078 0,160 Intercept , , ,448 0,000 perlakuan , ,402 2,078 0,160 Error , ,505 Total , Corrected Total , a R Squared = 0,217 (Adjusted R Squared = 0,113)

51 35 Lampiran 11 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) MOR Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: MOR F df1 df2 Sig. 0, ,663 Tabel analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 27770,638(a) ,319 2,491 0,116 Intercept , , ,640 0,000 perlakuan 27770, ,319 2,491 0,116 Error 83617, ,492 Total , Corrected Total , a R Squared = 0,249 (Adjusted R Squared = 0,149)

52 36 Lampiran 11 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) keteguhan tekan sejajar serat Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: TEKAN F df1 df2 Sig. 0, ,455 Tabel analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 974,437(a) 2 487,219,608 0,557 Intercept , , ,950 0,000 PERLAKUAN 974, ,219,608 0,557 Error 12018, ,238 Total , Corrected Total 12993, a R Squared =,075 (Adjusted R Squared = -0,048)

53 BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU SURIAN (Toona sinensis) ASAL KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT ARIEF NUR RAKHMAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

54 BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU SURIAN (Toona sinensis) ASAL KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT ARIEF NUR RAKHMAN E Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

55 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinensis) Asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2012 Arief Nur Rakhman E

56 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian Nama Mahasiswa NRP Program Studi : Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinensis) asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat : Arief Nur Rakhman : E : Teknologi Hasil Hutan Menyetujui: Dosen Pembimbing 1 Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS NIP Mengetahui: Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc. NIP Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

57 DHH BASIC PROPERTIES of Toona sinensis WOOD from INDRAMAYU DISTRICT, WEST JAVA PROVINCE Arief Nur Rakhman, Imam Wahyudi INTRODUCTION. Much effort has been made to overcome the scarcity problem of wood as raw material for many wood industries in Indonesia. One of them is to build and develop plantation forests including the community forest. It was predicted that wood supply from community forest will be increased in the future. This research aims to study several basic properties of surian (Toona sinesis) wood especially their physical and mechanical properties, which consists of moisture content (MC), density (ρ) and specific gravity (SG), modulus of rupture (MOR), modulus of elasticity (MOE), compressive strength parallel to the grain (σtk//) as well as wood hardness tangentially and radially. Physical properties measurement were conducted following to the ASTM D1762, while the mechanical properties were followed the ASTM D143. MATERIALS AND METHOD. The main material used was the heartwood portion of three trees of T. sinensis. The sample trees were obtained from one area of man made forest of Indramayu District, West Java Province. Each stem of the tree was divided into three sections, namely basal, middle and the top of the stem. Tree diameter and age as well as their silviculture treatments were unknown. The data was then statistically analyzed using a completely randomized experimental design one factor by SPSS 13.0 software, with six replications (two samples per section x 3 trees). RESULT AND DISCUSSIONS. It was showed that the average value of MC, ρ and SG was 14.85%, 0.61 g/cm 3 and 0.52, respectively. The highest of MC (16.37%) was found at the top of the stem, while the highest of SG and ρ (0.55 and 0.64 g/cm 3, respectively) was found at the middle of the stem. The lowest of MC (12,69%) was found at the middle of the stem. The lowest of SG (0.49) was found at the basal area, while the lowest of ρ (0.57 g/cm 3 ) was found at the top of the stem. It was also showed that the average value of MOE, MOR, σtk// as well as wood hardness was 203, kg/cm 2, kg/cm 2, kg/cm 2, kg/cm 2 (tangential) and kg/cm 2 (radial), respectively. The highest of MOE, tangential hardness as well as radial hardness (226, kg/cm 2, kg/cm 2 and 518 kg/cm 2, respectively) were found at the middle of the stem. The highest of MOR ( kg/cm 2 ) was found at the base of the stem, while the highest of σtk// ( kg/cm 2 ) at the top of the stem. The lowest of MOE and σtk// (189, kg/cm 2 and kg/cm 2, respectively) were found at the base of the stem, while the lowest of MOR, tangential hardness and radial hardness ( kg/cm 2, kg/cm 2 and kg/cm 2, respectively) were found at the top of the stem. From ANOVA, it was showed that section of the stem has a significant effect on MC and ρ only, but none on SG, MOE, MOR, σtk// and the hardnesss. Based on the average value of SG, MOE and MOR, therefore, this surian wood belonged to the strength class of III. This wood is suitable for a moderate building construction. Since its MOE is higher and its hardness is similar to those of teak-wood, this surian wood in general could partially replace the function of teak-wood. Key words: Surian (T. sinensis), MOE, MOR, compressive strength parallel to the grain, wood hardness

58 RINGKASAN ARIEF NUR RAKHMAN. Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinesis) Asal Kabupaten Indramayu, Jawa barat. Dibawah bimbingan: IMAM WAHYUDI. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kelangkaan kayu sebagai bahan baku industri. Salah satunya adalah dengan membangun dan mengembangkan hutan tanaman termasuk hutan rakyat. Diperkirakan pasokan kayu di masa datang akan terus dipenuhi oleh jenis-jenis kayu dari hutan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisis dan mekanis kayu surian (Toona sinensis), yang terdiri dari kadar air, kerapatan dan berat jenis (BJ) kayu, modulus of rupture (MOR), modulus of elasticity (MOE), keteguhan tekan sejajar serat (σtk//) dan kekerasan sisinya. Pengujian sifat fisis mengacu kepada ASTM D1762, sedangkan pengujian sifat mekanis mengaju kepada ASTM D143. Bahan utama adalah bagian teras kayu surian (T. sinensis) dari tiga pohon yang berasal dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Diameter, umur pohon dan perlakuan silvikulturnya tidak diketahui. Data dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor (bagian batang) menggunakan software SPSS 13.0 dengan enam ulangan. Hasil penelitian sifat fisis kayu menunjukkan bahwa rata-rata nilai KA, kerapatan dan BJ berturut-turut adalah 14,85%, 0,61 g/cm 3, dan 0,52. KA tertinggi (16,37%) terdapat di bagian ujung, sedangkan BJ dan kerapatan yang tertinggi (berturut-turut 0,55 dan 0,64 g/cm 3 ) terdapat di bagian tengah batang. KA terendah (12,69%) terdapat di bagian tengah batang, BJ terendah (0,49) di bagian pangkal batang, sedangkan kerapatan terendah (0,57 g/cm 3 ) terdapat di ujung batang. Hasil penelitian sifat mekanis kayu menunjukkan bahwa rata-rata nilai MOE, MOR, keteguhan tekan sejajar serat (σtk//) dan kekerasan sisi berturut-turut adalah ,10 kg/cm 2, 694,10 kg/cm 2, 368,94 kg/cm 2, 519,05 kg/cm 2 (tangensial) dan 432,16 kg/cm 2 (radial). MOE serta kekerasan sisi tangensial dan radial yang tertinggi (masing-masing ,97 kg/cm 2, 535,67 kg/cm 2 dan 518 kg/cm 2 ) terdapat di bagian tengah batang. MOR tertinggi (721,95 kg/cm 2 ) terdapat di bagian pangkal, sedangkan σtk// tertinggi (377,15 kg/cm 2 ) di bagian ujung batang. MOE dan σtk// yang terendah terdapat di bagian pangkal (masing-masing ,93 kg/cm 2 dan 359,30 kg/cm 2 ), sedangkan MOR, kekerasan sisi tangensial dan radial yang terendah (masing-masing 638,55 kg/cm 2, 486,17 kg/cm 2 dan 400,00 kg/cm 2 ), terdapat di bagian ujung batang. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bagian batang hanya berpengaruh terhadap KA dan kerapatan kayu, sedangkan BJ, MOE, MOR, σtk// dan kekerasan sisi (tangensial dan radial) kayunya tidak. Berdasarkan nilai-nilai BJ, MOE dan MOR, maka kayu surian yang diteliti masuk ke dalam Kelas Kuat III sehingga cocok digunakan sebagai bahan bangunan beban sedang. Dengan nilai MOE yang lebih tinggi dan kekerasan sisi yang relatif sama, secara umum kayu surian dapat menggantikan sebagian peranan kayu jati. Kata kunci: Surian (T. sinensis), MOE, MOR, keteguhan tekan sejajar serat, kekerasan sisi

59 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Oktober 1988 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ir. Muhammad Aulawi Dzin Nun, MSc. (ayah) dan Dra. Herlina (ibu). Pada tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB setelah menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bogor. Selama di IPB penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN), Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dan aktif di KOMUNITAS LADANG SENI IPB serta mengikuti kegiatan Bina Corps Rimbawan (BCR) dan KOMPAK DHH. Penulis juga telah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Baturaden-Cilacap pada tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat tahun 2009 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di CV. Hadir Jaya, Karawang pada tahun Dalam rangka menyelesaikan pendidikan Sarjana di Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinensis) Asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS.

60 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat, kasih sayang-nya, hidayah-nya serta tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurah untuk Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan tugas akhir yang berjudul Beberapa Sifat Dasar Kayu Surian (Toona sinensis) Asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kehutanan khususnya dibidang sifat-sifat kayu dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Mei 2012 Penulis

61 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah. Segala puji penulis panjatkan bagi Allah SWT yang telah memberikan anugerah berupa kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa yang akan penulis kenang dan syukuri. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ayah Ir. Muhammad Aulawi Dzin Nun, Msc dan ibu Dra. Herlina tersayang yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, dukungan moril dan materil serta kakakku Agha Respati Aulia, S.Hut yang selalu memberikan motivasi. 3. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku Dosen Penguji dan Istie Sekartining Rahayu, S.Hut, M.Si selaku Ketua Sidang. 4. Seluruh staf pengajar dan staf kependidikan di lingkungan Departemen Hasil Hutan terutama yang di Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu. 5. Dahlia Dessiananyanthi yang selalu menemani dan memberikan motivasi. 6. Teman-teman seperjuangan THH 43 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 7. Dicky kristia dinata, Didn t Dwi Prihartono dan Singgih Ari mukti selaku teman sebimbingan. 8. Teman-teman FAHUTAN 43, abang dan teteh FAHUTAN 42, 41, dan 40 serta adik-adik FAHUTAN 44, 45 dan 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk rasa kekeluargaannya selama ini. 9. Teman-teman LADANG SENI IPB, Redi, Danny, Ganjar, Ipunk, Atsenk dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat dituliskan satu per satu

62 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surian Sifat Fisis Kayu Kadar Air Kerapatan dan BJ kayu Sifat Mekanis Kayu Keteguhan lentur statis Keteguhan tekan sejajar serat Kekerasan... 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Alat Bahan Pelaksaan penelitian Persiapan dan pembuatan contoh uji Pengujian KA, kerapatan dan BJ kayu Pengujian sifat mekanis Keteguhan lentur statis Keteguhan tekan sejajar serat Kekerasan Analisis data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Kadar air Berat jenis Kerapatan Sifat Mekanis MOE MOR Keteguhan tekan sejajar serat Kekerasan sisi i v

63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

64 DAFTAR TABEL No. Halaman 1 Rata-rata KA kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam KA per masing-masing bagian batang Rata-rata BJ kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam BJ per masing-masing bagian batang Rata-rata Kerapatan kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam Kerapatan per masing-masing bagian batang Rata-rata MOE kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam MOE per masing-masing bagian batang Rata-rata MOR kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam MOR per masing-masing bagian batang Rata-rata σtk// kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam σtk// per masing-masing bagian batang Rata-rata kekerasan sisi tangensial kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam kekerasan sisi tangensial per masing-masing bagian batang Rata-rata kekerasan radial kayu surian pada masing-masing bagian batang Analisis sidik ragam kekerasan radial per masing-masing bagian batang... 20

65 No. DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Pembagian batang dan persiapan pembuatan contoh uji Pelaksanaan pengujian keteguhan lentur statis Ilustrasi pengujian keteguhan tekan sejajar serat Ilustrasi pengujian kekerasan... 10

66 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1 Data KA, BJ, dan Kerapatan pada Masing-Masing Bagian Batang Data MOE dan MOR pada Masing-Masing Bagian Batang Data Keeguhan Tekan Sejajar Serat pada Masing-Masing Bagian Batang Data Kekerasan sisi tangensial dan radian pada Masing-Masing Bagian Batang Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) KA Hasil uji Lanjut Tukey KA Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) BJ Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) Kerapatan Hasil uji Lanjut Tukey Kerapatan Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) MOE Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) MOR Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) Keteguhan Tekan Sejajar Serat Hasil Analisi Sidik Ragam (ANOVA) Kekerasan Sisi Dokumentasi Penelitian... 38

67 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemanenan hutan yang dilakukan secara ilegal dan tidak taat azas mengakibatkan rusaknya kelestarian sumberdaya hutan. Dari hasil penelitian Smith (2002) diketahui bahwa kegiatan pemanenan hutan mulai dari penebangan hingga penyaradan mengakibatkan kerusakan tegakan tinggal yang cukup parah, penurunan jumlah jenis vegetasi serta kondisi fisik dan kimia tanah sehingga produktifitas hutan alam terus berkurang. Hal ini berbanding terbalik dengan kebutuhan kayu yang semakin meningkat. Pada tahun 2008 kebutuhan kayu bulat mencapai lebih dari 46 juta m 3 sementara hutan alam hanya mampu menyediakan sekitar 32 juta m 3 (Departemen Kehutanan 2009). Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kelangkaan kayu sebagai bahan baku adalah dengan membangun dan mengembangkan hutan tanaman industri (HTI) sejak akhir tahun Usaha ini masih belum optimal karena berbagai kendala, malahan akhirakhir ini pasokan kayu yang ada di pasaran lebih banyak dipenuhi oleh kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat. Hal ini tercermin dari kontribusi kayu hutan rakyat dalam memenuhi kebutuhan nasional selama tahun 2008 yang mencapai lebih dari 2 juta m 3 (Departemen Kehutanan 2009). Diperkirakan pasokan kayu di masa datang akan dipenuhi oleh jenis-jenis kayu dari hutan rakyat. Toona sinensis Roem. atau yang dikenal sebagai kayu surian telah lebih dulu dibudidayakan oleh masyarakat di daerah Sumatera Barat untuk keperluan kayu pertukangan dan pembuatan kapal. Melalui program pemerintah yakni Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL/GERHAN) tanaman ini mulai dikembangkan di Jawa Barat sejak tahun Pemanfaatan kayu surian selama ini tidak sepopuler kayu suren (T. sureni Merr.) meskipun berasal dari famili yang sama. Hal ini terkait dengan kurangnya data tentang sifat-sifat dasar kayu tersebut. Dengan mengetahui sifat-sifat dasar kayu surian, maka diharapkan penggunaan kayu ini akan lebih meningkat apalagi mengingat penampilan fisik (corak dan warna) kayu surian yang menyerupai kayu jati (Suhaya 2012). Dengan

68 2 demikian maka surian dapat dianggap sebagai tanaman masa depan yang potensial dalam rangka menghasilkan produk yang bernilai tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini difokuskan kepada beberapa sifat dasar kayu surian terutama sifat fisis dan mekanisnya khususnya pada kayu surian yang berasal dari hutan rakyat di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait dengan sifat fisis dan mekanis kayu surian sehingga tujuan penggunaannya dapat lebih optimal, minimal sebagai komplemen (pelengkap) maupun pengganti kayu jati. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat fisis dan mekanis kayu surian (T. sinensis) asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang meliputi kadar air, kerapatan dan berat jenis (BJ) kayu, modulus of rupture (MOR), modulus of elasticity (MOE), keteguhan tekan sejajar serat dan kekerasan sisinya. 1.3 Manfaat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang sifat-sifat dasar kayu surian sehingga dapat diarahkan untuk tujuan yang paling menguntungkan.

69 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surian (Toona sinensis Roem.) Surian adalah tumbuhan yang masuk ke dalam genus Toona dan merupakan anggota famili Meliaceae, satu famili dengan mahoni. Tumbuhan yang berasal dari Afganistan, India Bagian Selatan, Bagian Timur Korea, Papua New Guinea dan Bagian Timur Australia ini dikenal sebagai penghasil kayu berkualitas baik. Klasifikasi tumbuhan ini menurut Martawijaya (2005 b ) adalah: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Toona Species : Toona sinensis Genus toona memiliki lima spesies pohon yaitu Toona calantas atau Philippine mahogany, T. ciliata (syn. T. australis) yang disebut juga sebagai Australian red cedar, toon, suren atau Indian mahogany, T. febrifuga atau Vietnam mahogany, T. sinensis atau Chinese mahogany atau Chinese toon, dan T. sureni atau suren atau Indonesian mahogany. Perbedaan diantara mereka sulit diidentifikasi (Martawijaya 2005 b ). Pohon surian lurus dan berbanir, tergolong sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi m dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Diameter pohon dapat mencapai lebih dari 100 cm. Kulit batang pecah-pecah dan terlihat seolah-olah saling tumpang tindih mirip kulit buaya, berwarna coklat keputihan, pucat hingga keabu abuan, dan mengeluarkan aroma apabila dipotong. Daun berbentuk oval dengan panjang cm, menyirip tunggal, dengan 8-30 pasang daun pada pohon dewasa. Kayunya ringan, dengan gubal merah muda dan teras coklat (Heyne 1987). Salah satu kelebihan surian menurut Nurkhayat (2010) terletak pada daunnya yang tidak bisa dimakan oleh ternak sehingga tanaman dapat tumbuh tanpa gangguan.

70 4 Kayu surian bernilai tinggi dan mudah digergaji serta memiliki sifat kayu yang baik. Kayu berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap maupun bubuk kayu dengan warna kemerahan. Kayu sering digunakan untuk membuat lemari, mebel, interior ruangan, panel dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas, konstruksi, kayu perkakas, papan, peti, kotak cerutu, kayu bangunan,plywood, rangka pintu dan jendela, kayu perkapalan, seni ukir dan pahat, potlot,serta moulding. Surian juga sering ditanam di perkebunan teh sebagai pemecah angin. Jenis ini cocok sebagai naungan dan pohon di sepanjang tepi jalan. Beberapa bagian pohon, terutama kulit dan akar sering digunakan untuk ramuan obat diare. Kulit dan buahnya dapat digunakan untuk minyak atsiri (Nurkhayat 2010). Berdasarkan penelitian, surian memiliki kandungan bahan surenon, surenin dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida dan antifeedant (menghambat daya makan) bagi larva serangga uji ulat sutera. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan repellant (pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk. 2.2 Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu adalah sifat yang berhubungan dengan respon kayu terhadap air dan faktor lingkungan (terutama kelembaban udara / RH dan suhu) sehingga mempengaruhi wujud fisik dan penampilan (appearance) nya. Sifat fisis merupakan karakteristik yang kuantitatif dan sangat penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap kekuatan kayu. Menurut Bowyer et al. (2003), sifat fisis kayu yang penting adalah kadar air, kerapatan dan berat jenis kayu Kadar air Kadar air (KA) kayu didefinisikan sebagai banyaknya air yang terkandung dalam kayu, dan dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. KA kayu bervariasi tergantung jenis dan lokasinya dalam batang dan dapat berubah sesuai dengan kondisi iklim dimana kayu berada (Bowyer et al. 2003).

71 Kerapatan dan BJ kayu Kerapatan kayu adalah perbandingan antara masa atau berat kayu dengan volumenya, yang dinyatakan dalam g/cm 3 atau kg/m 3, sementara berat jenis (BJ) kayu adalah perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada suhu 4ºC. BJ kayu merefleksikan jumlah seluruh bahan penyusun dinding sel. Kerapatan dan BJ kayu bervariasi menurut jenis, antar pohon dari satu jenis yang sama, bahkan dalam satu batang pohon (Bowyer et al. 2003). Dibandingkan dengan kerapatan, maka BJ kayu dapat lebih mencerminkan nilai kekuatan kayu. Semakin tinggi BJ, maka kekuatan kayu akan semakin meningkat. Variasi yang besar dari BJ kayu tidak saja dapat terjadi di antara pohonpohon pada jenis yang sama (variasi individual) tetapi juga diantara bagian-bagian pohon dari pohon yang sama. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi BJ kayu seperti umur pohon, kecepatan tumbuh dan lokasinya dalam batang (Oey, 1964). BJ kayu yang tinggi antara lain juga dapat disebabkan oleh kadar ekstratif yang tinggi atau endapan-endapan diantara serabut-serabut kayu (Den Berger 1923 dalam Oey 1964). Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu yang terberat merupakan kayu yang terkuat. Keteguhan dan kekerasan kayu serta hampir semua sifat teknis lainnya berbanding lurus dengan BJ kayu. 2.3 Sifat Mekanis Sifat mekanis kayu adalah ketahanan kayu terhadap gaya-gaya yang berasal dari luar yang cenderung merubah bentuk kayu (Tsoumis 1991). Gaya luar atau beban tersebut dapat berupa tekanan, tarikan atau geseran. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanis kayu antara lain BJ dan KA kayu, kayu teras dan kayu gubal, adanya riap tumbuh, arah serat dan tempat tumbuh Keteguhan lentur statis (static bending strength) Parker (1974) dalam Prasetyo (2001) menyatakan bahwa keteguhan lentur statis adalah ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban yang bekerja tegak lurus sumbu batang di tengah-tengah balok yang disangga kedua ujungnya sehingga permukaan atas kayu mengalami tekanan, sedangkan yang di bawah

72 6 sumbu netral mengalami tarikan. Balok akan mengalami pelengkungan di bagian tengahnya. Pelengkungan yang terjadi dinamakan defleksi. Berdasarkan hubungan antara ukuran kayu, bentang, beban dan defleksi maka akan diperoleh nilai modulus of elasticity (MOE) dan modulus or rupture (MOR). Menurut Parker (1974) dalam Prasetyo (2001), dari pengujian keteguhan lentur statis akan diperoleh nilai keteguhan kayu pada batas proporsi dan keteguhan kayu maksimum. Keteguhan kayu pada batas proporsi merupakan kemampuan kayu untuk menahan beban lentur tanpa terjadi perubahan bentuk yang tetap. Sifat ini biasanya dinyatakan dalam besaran MOE yang merupakan perbandingan antara beban dengan deformasi per unit luas. Keteguhan kayu maksimum diperoleh setelah kayu mengalami kerusakan, dan nilai ini menggambarkan kekuatan kayu yang biasanya dinyatakan dalam MOR Keteguhan tekan sejajar serat (compression strength) Keteguhan tekan sejajar serat adalah kemampuan kayu untuk menahan beban tekan yang terjadi pada kedua permukaannya. Keteguhan tekan sejajar serat digunakan untuk menentukan beban yang dapat dipikul oleh suatu tiang atau pancang yang pendek yang biasa terdapat pada konstruksi bangunan (Bowyer et al. 2003) Kekerasan (Hardness) Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan kikisan. Kekerasan kayu juga dapat diartikan sebagai ukuran kekuatan kayu dalam menahan gaya yang dapat membuat lekukan. Kayu yang mempunyai nilai kekerasan yang tinggi cocok digunakan untuk lantai (Bowyer et al. 2003).

73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sifat-sifat Dasar dan Laboratorium Terpadu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dimulai pada 20 November 2010 sampai dengan 15 Januari Alat dan Bahan Alat Alat yang digunakan untuk pengujian sifat fisis terdiri dari kaliper, oven, timbangan elektrik dan desikator, sedangkan untuk uji mekanis adalah universal testing machine merek Amsler dan Instron Bahan Bahan utama adalah kayu surian (Toona sinensis) dari tiga batang pohon yang berasal dari Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Diameter dan umur pohon serta perlakuan silvikulturnya tidak diketahui. 3.3 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan meliputi persiapan dan pembuatan contoh uji, pengujian sifat fisis, pengujian sifat mekanis dan pengolahan data Persiapan dan pembuatan contoh uji Pohon-pohon suren yang terpilih kemudian ditebang pada ketinggian cm dari tanah, lalu dipotong menjadi tiga bagian, yaitu pangkal, tengah dan ujung, masing-masing sepanjang cm. Dari masing-masing bagian, diambil log pendek berukuran 60 cm. Bagian kayu teras dari masing-masing log tadi selanjutnya dipotong menjadi sortimen dengan ukuran penampang 2,5 cm x 2,5 cm pada empat sisi yang berbeda (Gambar 1). Seluruh sortimen tersebut kemudian dibungkus rapi dan dibawa ke Bogor untuk selanjutnya dijadikan sampel uji sesuai dengan sifat dan prosedur pengujian yang digunakan.

74 8 2,5 cm 2,5 cm Ujung Tengah ` 60 cm Pangkal Gambar 1 Pembagian batang dan persiapan pembuatan contoh uji Pengujian KA, kerapatan dan BJ kayu KA, kerapatan dan BJ kayu diuji sesuai prosedur BS: Masingmasing contoh uji berukuran 2 cm x 2 x cm x 2 cm. KA, kerapatan dan BJ kayu dihitung dengan rumus: KA = (BB-BKT) / BKT x 100% Kerapatan = BB / VB BJ Kayu = (BKT / VB) / Kerapatan Air Dimana: BB = berat awal (kondisi basah) contoh uji BKT = berat konstan (kondisi kering tanur) contoh uji VB = volume awal (kondisi basah ) contoh uji Pengujian Sifat Mekanis Sifat mekanis yang diuji terdiri dari: Keteguhan lentur statis Keteguhan lentur statis diuji dengan mengikuti prosedur pengujian sebagaimana ASTM D Contoh uji berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 41 cm, dan pembebanan dilakukan di tengah bentang. Jarak sangga 36 cm (Gambar 2).

75 2,5 cm Beban 9 2,5 cm 41 cm Gambar 2 Pelaksanaan pengujian keteguhan lentur statis Dari uji keteguhan lentur statis dapat diperoleh nilai modulus of elasticity (MOE) dan modulus of rupture (MOR). MOE dan MOR dihitung dengan rumus: MOE = ( P L 3 ) / 4 y b h 3 MOR = (3 P L) / 2 b h 2 Dimana: MOE = Modulus of elasticity (kg/cm 2 ) MOR = Modulus of rupture (kg/cm 2 ) P = Perubahan beban yang terjadi di bawah batas proporsi (kg) L = Jarak sangga (cm) y = Defleksi yang terjadi akibat pembebanan (cm) b h = Lebar contoh uji (cm) = Tebal contoh uji (cm) Keteguhan tekan sejajar serat Contoh uji berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. Pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan sampai contoh uji mengalami kerusakan. Arah pembebanan sejajar dengan arah serat pada kedudukan contoh uji vertikal (ASTM D ) (Gambar 3). Nilai keteguhan tekan sejajar serat dihitung dengan rumus: σ tk// = P maks / A Dimana: σ tk// = Keteguhan tekan sejajar serat (kg/cm²) P maks = Beban maksimum (kg) A = Luas penampang (cm²)

76 10 Beban 2,5 cm 10 cm Kekerasan Gambar 3 Ilustrasi pengujian keteguhan tekan sejajar serat Contoh uji kekerasan berukuran 2,5 cm x 2,5 cm x 10 cm. Pengujian dilakukan dengan membebankan setengah bola baja masuk ke dalam kayu (ASTM D ) (Gambar 4). Kekerasan kayu dihitung dengan rumus: Dimana: 2,5 cm H = Kekerasan sisi (kg/cm²) P maks = Beban maksimum (kg) A = Luas penampang (cm²) H = P maks / A Beban 2,5 cm 2,5 cm 10 cm Gambar 4 Ilustrasi pengujian kekerasan

77 3.3.4 Analisis Data Data kemudian dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor (bagian batang) dengan software SPSS 13.0 dan enam ulangan (dua sampel per bagian batang x 3 pohon). Model umum RAL yang digunakan pada penelitian ini adalah: Y ij = µ + τ i + ε ij Dimana: Y ij = Pengukuran pada bagian batang ke-i dan ulangan ke-j µ = Rataan umum τ i = Pengaruh bagian batang ke-i ε ij = Pengaruh acak (galat) pada bagian batang ke-i ulangan ke-j i = Bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) j = Ulangan (1, 2,..., 6) Selain itu, akan dibuat regresi sederhana antara BJ dengan MOE, BJ dengan MOR, BJ dengan keteguhan tekan sejajar serat dan BJ dengan kekerasan kayu apabila hubungan keduanya berbeda nyata. 11

78 4.1 Sifat Fisis Kadar air BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata nilai kadar air (KA) kayu surian kondisi kering udara pada masing-masing bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 1. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 1. Tabel 1 Rata-rata KA kayu surian pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 15,85 12,52 16, ,67 13,06 17, ,20 13,49 16, ,25 13,22 17, ,48 12,18 13, ,22 11,70 16,78 Rata-rata 14,94 12,69 16,37 Dari Tabel 1 diketahui bahwa KA tertinggi terdapat di bagian ujung batang (16,37%), kemudian diikuti KA di bagian pangkal (14,94%), dan yang terendah pada bagian tengah batang (12,69%). Secara umum rata-rata KA kayu surian kondisi kering udara adalah 14,85%. Nilai ini masuk dalam selang nilai KA kering udara atau KA keseimbangan untuk wilayah Bogor dan sekitarnya (14-18%). Hasil penelitian ini lebih rendah dengan Darwo (1994) untuk kayu borneo (16,85%), Risnasari (2008) untuk kayu sengon (16,30%) dan Muslim (2011) untuk kayu mangium (15,17%). Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 2) menunjukkan bahwa bagian batang sangat berpengaruh terhadap nilai KA kayu. Bagian tengah batang menghasilkan nilai KA yang terendah, sedangkan bagian ujung menghasilkan KA yang tertinggi. Tabel 2 Analisis sidik ragam KA per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 41, ,565 13,587 0,000 Kesalahan 22, ,514 Total Terkoreksi 63,834 17

79 Perbedaan nilai KA pada masing-masing bagian batang sebagaimana di atas selain disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan tempat tumbuh dan asal (heredity) pohon juga dipengaruhi oleh proporsi kayu juvenil yang ada. Bagian ujung batang selain didominasi oleh sel-sel yang berdinding tipis dengan diameter lumen yang lebih besar, juga merupakan bagian yang masih hidup sehingga lebih banyak mengandung air. Selain itu abnormalitas pada pertumbuhan pohon seperti adanya kayu tarik dan kayu tekan juga akan mempengaruhi nilai KA kayu (Tsoumis 1991) Berat jenis (BJ) Rata-rata BJ kayu surian pada masing-masing bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 3. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 1. Tabel 3 Rata-rata BJ kayu surian pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 0,54 0,55 0,51 2 0,52 0,60 0,52 3 0,49 0,57 0,55 4 0,46 0,53 0,53 5 0,46 0,54 0,60 6 0,47 0,53 0,41 Rata-rata 0,49 0,55 0,52 Dari Tabel 3 diketahui bahwa BJ tertinggi terdapat di bagian tengah batang (0,55), kemudian diikuti oleh BJ di bagian ujung (0,52), dan yang terendah pada bagian pangkal batang (0,49). Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 4) menunjukkan bahwa bagian batang tidak mempengaruhi nilai BJ kayu. Dengan demikian, meskipun nilai BJ kayu bervariasi, secara umum BJ kayu surian di bagian pangkal setara dengan yang di bagian tengah maupun yang di bagian ujung batang. Secara umum rata-rata BJ kayu surian yang diteliti adalah sebesar 0,52. Dengan nilai BJ kayu yang demikian, kayu surian masuk dalam Kelas Kuat III. Menurut Yap (1997), kayu-kayu dengan selang nilai BJ kayu 0,40-0,60 masuk dalam Kelas Kuat III. 13

80 14 Tabel 4 Analisis sidik ragam BJ kayu per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 0, ,006 3,122 0,074 Kesalahan 0, ,002 Total Terkoreksi 0, BJ kayu surian hasil penelitian ini meski lebih besar dari Martawijaya et al. (2005 b ) tetap masuk dalam selang yang mereka hasilkan. Menurut Martawijaya et al. (2005 b ), BJ kayu surian berkisar 0,27-0,67, dengan rata-rata sebesar 0,39. Menurut Pandit dan Kurniawan (2008), BJ kayu dari jenis yang sama bisa saja bervariasi karena dipengaruhi oleh umur pohon, tempat tumbuh, dan kecepatan pertumbuhan pohon. Dibandingkan dengan Martawijaya et al. (2005 a ), BJ kayu surian yang diteliti juga lebih rendah dari BJ kayu jati (0,67) Kerapatan Rata-rata kerapatan kayu surian pada bagian pangkal, tengah dan ujung batang disajikan pada Tabel 5. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 1. Dari Tabel 5 diketahui bahwa kerapatan kayu tertinggi terdapat di bagian tengah batang (0,64 g/cm 3 ), kemudian diikuti oleh kerapatan kayu di bagian pangkal (0,61 g/cm 3 ), dan yang terendah pada bagian ujung batang (0,57 g/cm 3 ). Tabel 5 Rata-rata kerapatan kayu surian (g/cm 3 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 0,56 0,62 0,55 2 0,57 0,67 0,60 3 0,65 0,64 0,60 4 0,59 0,60 0,62 5 0,64 0,69 0,53 6 0,68 0,61 0,54 Rata-rata 0,61 0,64 0,57 Kerapatan kayu surian hasil penelitian ini relatif sama dengan kerapatan kayu mahoni dan atau kayu mangium, tetapi lebih besar dibandingkan dengan kerapatan kayu sengon. Kerapatan kayu mahoni dan kayu mangium masingmasing sebesar 0,57 g/cm 3 (Wahyuni 2006) dan 0,61 g/cm 3 (Subiyanto 2006), sedangkan kerapatan kayu sengon adalah 0,36 g/cm 3 (Amin 2006).

81 Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel6) menunjukkan bahwa bagian batang berpengaruh nyata terhadap nilai kerapatan kayu. Tabel 6 Analisis sidik ragam kerapatan kayu surian per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 0, ,007 3,877 0,044 Kesalahan 0, ,002 Total Terkoreksi 0, Kerapatan kayu yang terdapat di bagian tengah batang merupakan nilai yang tertinggi, sedangkan yang di bagian ujung adalah yang terendah. Menurut Bowyer et al. (2003), bagian ujung batang merupakan bagian dengan porsi kayu juvenil terbesar dan porsi kayu dewasa terkecil. Sel-sel penyusunnya didominasi oleh sel dengan dinding yang tipis dan rongga sel yang lebih lebar. Inilah sebabnya mengapa kerapatan kayu di bagian ujung batang selalu lebih kecil dibandingkan dengan bagian batang yang lain. Tingginya nilai kerapatan kayu di bagian tengah batang dibandingkan dengan yang di pangkal batang mengikuti Sanio, dimana dinding sel cenderung bertambah tebal dari pangkal ke suatu titik dan kemudian terus berkurang ke arah ujung batang. Semakin tebal dinding sel, maka kerapatan akan semakin meningkat. 4.2 Sifat Mekanis MOE Rata-rata MOE kayu surian pada masing-masing bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 7. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 2. Tabel 7 Rata-rata MOE kayu surian (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung , , , , , , , , , , , , , , , , , ,70 Rata-rata , , ,93 15

82 Dari Tabel 7 diketahui bahwa MOE tertinggi terdapat di bagian tengah batang ( ,97 kg/cm 2 ), kemudian diikuti oleh MOE di bagian ujung ( ,93 kg/cm 2 ) dan bagian pangkal batang ( ,93 kg/cm 2 ). Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 8) menunjukkan bahwa bagian batang tidak berpengaruh terhadap nilai MOE. Dengan demikian, meskipun nilainya bervariasi, secara umum MOE kayu surian di bagian pangkal setara dengan MOE yang di bagian tengah maupun dengan yang di bagian ujung batang. Secara umum rata-rata MOE kayu surian yang diteliti adalah sebesar ,10 kg/cm 2. Tabel 8 Analisis sidik ragam MOE kayu surian per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang , ,402 2,078 0,160 Kesalahan , ,505 Total Terkoreksi , Nilai MOE kayu surian hasil penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian Martawijaya et al. (2005 a ) maupun Abdurachman dan Hadjib (2009). Menurut Martawijaya et al. (2005 a ), MOE kayu jati adalah kg/cm 2, sedangkan menurut Abdurachman dan Hadjib (2009), MOE kayu suren (T. sureni) yang masih satu genus dengan surian hanya ,77 kg/cm 2. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena dalam jenis kayu yang sama pun dapat terjadi perbedaan sifat fisis dan sifat mekanis kayu (Bowyer et al. 2003) MOR Rata-rata MOR kayu surian pada masing-masing bagian batang disajikan pada Tabel 9. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 2. Tabel 9 Rata-rata MOR kayu surian (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 767,08 711,10 584, ,64 622,02 711, ,82 778,38 663, ,51 713,67 697, ,00 805,96 491, ,68 699,61 682,42 Rata-rata 721,95 721,79 638,55 Dari Tabel 9 diketahui bahwa MOR tertinggi terdapat di bagian pangkal batang (721,95 kg/cm 2 ) yang relatif sama dengan MOR yang di bagian tengah 16

83 (721,79 kg/cm 2 ) dan yang terendah adalah MOR di bagian ujung batang (638,55 kg/cm 2 ). Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 10) menunjukkan bahwa bagian batang juga tidak berpengaruh terhadap nilai MOR. Dengan demikian, maka secara umum MOR kayu yang di bagian pangkal setara dengan yang di bagian tengah maupun dengan yang di bagian ujung batang. Rata-rata MOR kayu surian yang diteliti adalah sebesar 694,10 kg/cm 2. Berdasarkan PKKI (1961), dengan nilai MOR yang demikian maka kayu surian yang diteliti masuk dalam Kelas Kuat III Tabel 10 Analisis sidik ragam MOR kayu surian per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 27770, ,319 2,491 0,116 Kesalahan 83617, ,492 Total Terkoreksi , Jika dibandingkan dengan MOR kayu jati menurut Martawijaya et al. (2005 a ), MOR hasil penelitian ini ternyata lebih kecil. MOR kayu jati kg/cm 2 (Martawijaya et al a ). Sebaliknya dibandingkan dengan hasil penelitian Abdurachman dan Hadjib (2009), hasil penelitian ini ternyata lebih besar. MOR rata-rata kayu suren menurut Abdurachman dan Hadjib (2009) adalah 484,82 kg/cm Keteguhan tekan sejajar serat (σtk//) Rata-rata σtk// kayu surian pada masing-masing bagian batang disajikan pada Tabel 11. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 3. Dari Tabel 11 diketahui bahwa σtk// tertinggi terdapat di bagian ujung batang (377,15 kg/cm 2 ), kemudian diikuti oleh yang di bagian tengah (370,39 kg/cm 2 ) dan yang terendah adalah yang di bagian pangkal batang (359,30 kg/cm 2 ). Tabel 11 Rata-rata σtk// kayu surian (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 353,31 376,09 353, ,74 360,13 403, ,69 408,67 344, ,34 401,45 365, ,26 371,70 404, ,46 304,28 392,51 Rata-rata 359,30 370,39 377,15 17

84 Meskipun demikian, hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 12) menunjukkan bahwa bagian batang juga tidak berpengaruh terhadap nilai σtk//. Oleh karena itu σtk// yang di bagian pangkal secara umum setara dengan yang di bagian tengah maupun dengan yang di bagian ujung batang. Rata-rata σtk// kayu surian yang diteliti adalah sebesar 368,94 kg/cm 2. Tabel 12 Analisis sidik ragam σtk// kayu surian per masing-masing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 974, ,219 0,608 0,557 Kesalahan 12018, ,238 Total Terkoreksi 12993, Dari hasil perhitungan diketahui bahwa σtk// kayu surian di bagian pangkal adalah yang paling rendah dibandingkan dengan yang di bagian tengah maupun ujung. Hal ini terkait dengan nilai BJ kayunya. Dengan BJ kayu yang paling rendah, maka nilai σtk// nya pun akan semakin rendah. Jika dibandingkan dengan kayu jati, σtk// kayu surian hasil penelitian ini juga lebih kecil. σtk// surian sebesar 368,94 kg/cm 2, sedangkan σtk// kayu jati 550 kg/cm 2 (Martawijaya et al a ). Dengan rata-rata nilai σtk// sebesar 368,94 kg/cm 2, maka kayu surian yang diteliti berdasarkan PKKI (1961) masuk dalam Kelas Kuat III Kekerasan sisi Rata-rata kekerasan sisi tangensial kayu surian pada masing-masing bagian batang disajikan pada Tabel 13. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 4. Dari Tabel 13 diketahui bahwa kekerasan sisi tangensial tertinggi terdapat di bagian tengah batang (535,67 kg/cm 2 ) yang sebanding dengan kekerasan sisi di bagian pangkal (535,33 kg/cm 2 ), sedangkan yang terendah adalah yang di bagian ujung batang (486,17 kg/cm 2 ). Tabel 13 Rata-rata kekerasan sisi tangensial (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 486,00 566,00 456, ,00 464,00 522, ,00 618,00 490, ,00 534,00 388, ,00 498,00 565, ,00 534,00 496,00 Rata-rata 535,33 535,67 486,17 18

85 Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 14) menunjukkan bahwa bagian batang tidak berpengaruh terhadap nilai kekerasan sisi tangensial. Dengan demikian, maka kekerasan sisi tangensial kayu di bagian pangkal secara umum sama dengan kekerasan sisi tangensial di bagian tengah maupun yang di bagian ujung batang. Rata-rata nilai kekerasan sisi tangensial kayu surian yang diteliti adalah sebesar 519,05 kg/cm 2. Tabel 14 Analisis sidik ragam kekerasan sisi tangensial kayu surian per masingmasing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 9735, ,722 1,761 0,206 Kesalahan 41469, ,633 Total Terkoreksi 51204, Rata-rata kekerasan sisi radial pada masing-masing bagian batang (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 15. Hasil lengkap perhitungan disajikan pada Lampiran 4. Dari Tabel 15 diketahui bahwa kekerasan sisi radial tertinggi terdapat di bagian tengah batang (518 kg/cm 2 ), kemudian diikuti oleh yang di bagian pangkal (430 kg/cm 2 ) dan yang terendah adalah yang di bagian ujung batang (400 kg/cm 2 ). Tabel 15 Rata-rata kekerasan sisi radial (kg/cm 2 ) pada masing-masing bagian batang Ulangan Pangkal Tengah Ujung 1 430,00 518,00 400, ,00 424,00 447, ,00 510,00 432, ,00 410,00 381, ,00 417,00 458, ,00 440,00 475,00 Rata-rata 430,00 518,00 400,00 Hasil analisis sidik ragam atau ANOVA (Tabel 16) menunjukkan bahwa bagian batang juga tidak berpengaruh terhadap nilai kekerasan radial. Dengan demikian, maka kekerasan sisi radial kayu di bagian pangkal secara umum sama dengan yang di bagian tengah maupun yang di bagian ujung batang. Rata-rata kekerasan sisi radial kayu surian yang diteliti adalah sebesar 432,16 kg/cm 2. 19

86 Tabel 16 Analisis sidik ragam kekerasan sisi radial kayu surian per masingmasing bagian batang Sumber Jumlah Kuadrat Derajat Kuadrat Keragaman Nilai Tengah Bebas Tengah F Hitung Sig. Bagian Batang 6848, ,222 1,874 0,188 Kesalahan 27412, ,500 Total Terkoreksi 34260, Jika dibandingkan dengan kayu jati hasil penelitian Martawijaya et al. (2005 a ), kekerasan kayu surian hasil penelitian ini secara umum ternyata sedikit lebih besar (432,16 kg/cm 2 berbanding 428 kg/cm 2 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MOE kayu surian yang diteliti lebih tinggi dibandingkan nilai MOE kayu jati. Kekerasan sisi kayu surian yang diteliti relatif sama dengan kekerasan sisi kayu jati. Dengan demikian, maka secara umum kayu surian yang diteliti dapat menggantikan sebagian peran kayu jati. 4.3 Hubungan BJ Kayu dengan Sifat Mekanis Regresi antara BJ kayu dengan MOE, MOR, keteguhan tekan sejajar serat dan dengan kekerasan sisi tidak dapat digambarkan mengingat antara BJ kayu dengan masing-masing sifat mekanis yang diteliti tidak memiliki hubungan yang nyata (Lampiran 7 serta Lampiran 10 s/d 13). 20

87 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan terhadap kayu surian asal Kabupaten Indramayu diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Rata-rata nilai kadar air (KA) kondisi kering udara, berat jenis (BJ) dan kerapatan kayu berturut-turut sebesar 14,85%, 0,52 dan 0,61 g/cm 3. KA kayu masuk ke dalam selang nilai KA kering udara atau KA keseimbangan untuk wilayah Bogor dan sekitarnya. 2. Rata-rata nilai MOE, MOR, keteguhan sejajar serat dan kekerasan sisi kayu berturut-turut adalah ,10 kg/cm 2, 694,10 kg/cm 2, 368,94 kg/cm 2, dan 519,05 kg/cm 2 (tangensial), dan 432,16 kg/cm 2 (radial). 3. KA dan kerapatan kayu dipengaruhi oleh bagian batang, sedangkan BJ, MOE, MOR, keteguhan sejajar serat dan kekerasan sisi (tangensial dan radial) kayunya tidak. 4. Berdasarkan nilai BJ, MOE dan MORnya, maka kayu surian yang diteliti masuk ke dalam Kelas Kuat III sehingga cocok digunakan sebagai bahan bangunan beban sedang. 5. Dengan nilai MOE yang lebih tinggi dibandingkan MOE kayu jati serta kekerasan sisi yang relatif sama, maka kayu surian ysng diteliti dapat dijadikan komplemen atau pengganti kayu jati. 5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang sifat anatomi, kimia keawetan dan pengeringan kayu surian untuk melengkapi data tentang sifat dasarnya dalam rangka pemanfaatan kayu ini secara maksimal.

88 DAFTAR PUSTAKA Abdurachman, N. Hajib Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat Untuk Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan Amin Y Sifat Fisik-Mekanik Empat Jenis Kayu Cepat Tumbuh Berdasarkan Posisi Melintang Kayu dalam Batang. UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial-LIPI Anonimus Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Yayasan Dana Normalisasi. Jakarta. [ASTM]. American Society for Testing and Material Annual Books of ASTM Standars. Volume Wood. D 143. Section Four. USA. [BSI]. British Standard Institution Methode of Testing Small Clear Speciments of Timber. Serial B.S. 373:1957 Bowyer J L, R Shmulsky, JG Haygreen Forest Product and Wood Science: An Introduction. Iowa State Press. Ames, Iowa. Darwo Sifat Fisis, Mekanis dan Kelas Kuat Kelompok Jenis Kayu Borneo Berdasarkan Contoh Kecil Bebas Cacat. Buletin Penelitian Kehutanan. Pematang Siantar. Departemen Kehutanan Statistik Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Jakarta. Heyne Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta Martawijaya A, I Kartasujana, K Kadir, SA Prawira a. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor., YI Mandang, K Kadir, SA Prawira b. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Muslim R Pengaruh Pengawetan dengan Wood Injector Terhadap Sifat Fisis dan Kekuatan Kayu pada Kayu Balsa (Ochroma bicolor Rowlee) dan Akasia (Acacia mangium Willd.) [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nurkhayat Pohon Kayu Suren. 05/pohon-kayu-suren/ diakses pada19 Januari 2011 Oey Djoen Seng Berat jenis`dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Pengumuman No. 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Pandit IKN, Kurniawan D Anatomi Kayu: Struktur Kayu, Kayu sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Prasetyo A Perbandingan Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Pilang (Acacia leucophlodia Willd.) dengan Kayu Jati, Mahoni dan Meranti [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

89 Risnasari I Kajian Sifat Fisis Kayu Sengon (Paraserienthes falcataria (L.) Nielsen) pada bagian dan Posisi Batang [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sastrapradja DS, S Adisoemarto, K Kartawinata, S Sastrapradja dan MA Rifai Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Bogor. Smith W The Global Problem of Illegal Logging. Tropical Forest Update Vol. 12 No. 1, ITTO, Yokohama Subiyanto B Sifat Fisik-Mekanik Empat Jenis Kayu Cepat Tumbuh Berdasarkan Posisi Melintang Kayu dalam Batang. UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial-LIPI Suhaya Y Potensi dan Penyebaran serta Karakteristik Fisik, Mekanik dan Anatomi Makro Kayu Surian (Toona sinensis Roem) Pada Berbagai Kondisi Ekologi di Jawa Barat [Draf Disertasi]. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. Tsoumis G Science and Technology of Wood: Structure, properties, and utilization. Van Nostrand Reinhold. New York. Wahyuni I Sifat Fisik-Mekanik Empat Jenis Kayu Cepat Tumbuh Berdasarkan Posisi Melintang Kayu dalam Batang. UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial-LIPI. Yap KHF Konstruksi Kayu. CV. Bina Cipta. Bandung. 23

90 LAMPIRAN

91 25 Lampiran 1 Data KA,BJ dan Kerapatan kayu surian pada masing-masing bagian batang contoh uji BB BKT KA % P L T V BJ Kerapatan P P P P P P T T T T T T U U U U U U

92 26 Lampiran 2 Data MOE dan MOR kayu surian pada masing-masing bagian batang Contoh Uji B H H² (cm²) H³(cm³) ΔP/ΔY (kgf/cm) beban Max (kgf) L (cm) L³ MOE MOR (kgf/cm²) P P T T U U P P T T U U P P T T U U

93 27 Lampiran 3 Data Keteguhan tekan sejajar serat kayu surian pada masing-masing bagian batang Contoh uji b h l beban max a σtk P , P T T U U P P T T U U P P T T U U

94 28 Lampiran 4 Data Kekerasan sisi tangensial dan radial kayu surian pada masing-masing bagian batang Contoh uji Tangensial Radial P P P P P P T T T T T T U U U U U U

95 29 Lampiran 5 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Kadar air Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: KA F df1 df2 Sig. 1, ,388 Tabel Analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 41,130(a) 2 20,565 13,587 0,000 Intercept 3873, , ,911 0,000 perlakuan 41, ,565 13,587 0,000 Error 22, ,514 Total 3937, Corrected Total 63, a R Squared = 0,644 (Adjusted R Squared = 0,597)

96 30 Lampiran 6 Hasil Uji Lanjut Tukey Kadar Air Dependent Variable: KA Tukey HSD Confidence Interval 95% (I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound P T 2,2500(*),71031,017,4050 4,0950 U -1,4217,71031,146-3,2667,4233 T P -2,2500(*),71031,017-4,0950 -,4050 U -3,6717(*),71031,000-5,5167-1,8267 U P 1,4217,71031,146 -,4233 3,2667 T 3,6717(*),71031,000 1,8267 5,5167 KA Tukey HSD Subset perlakuan N 1 2 T 6 12,6950 P 6 14,9450 U 6 16,3667 Sig. 1,000,146 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 1,514. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b Alpha =,05.

97 29 Lampiran 5 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Kadar air Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: KA F df1 df2 Sig. 1, ,388 Tabel Analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 41,130(a) 2 20,565 13,587 0,000 Intercept 3873, , ,911 0,000 perlakuan 41, ,565 13,587 0,000 Error 22, ,514 Total 3937, Corrected Total 63, a R Squared = 0,644 (Adjusted R Squared = 0,597)

98 30 Lampiran 6 Hasil Uji Lanjut Tukey Kadar Air Dependent Variable: KA Tukey HSD Confidence Interval 95% (I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound P T 2,2500(*),71031,017,4050 4,0950 U -1,4217,71031,146-3,2667,4233 T P -2,2500(*),71031,017-4,0950 -,4050 U -3,6717(*),71031,000-5,5167-1,8267 U P 1,4217,71031,146 -,4233 3,2667 T 3,6717(*),71031,000 1,8267 5,5167 KA Tukey HSD Subset perlakuan N 1 2 T 6 12,6950 P 6 14,9450 U 6 16,3667 Sig. 1,000,146 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 1,514. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b Alpha =,05.

99 Lampiran 7 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Berat Jenis Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: BJ F df1 df2 Sig., ,519 Table analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model,012(a) 2,006 3,122 0,074 Intercept 4, , ,113 0,000 Perlakuan,012 2,006 3,122 0,074 Error,029 15,002 Total 4, Corrected Total, a R Squared = 0,294 (Adjusted R Squared = 0,200) 31

100 32 Lampiran 8 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Kerapatan Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: KERAPATAN F df1 df2 Sig. 1, ,315 Table analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 0,013(a) 2 0,007 3,877 0,044 Intercept 6, , ,536 0,000 perlakuan 0, ,007 3,877 0,044 Error 0, ,002 Total 6, Corrected Total 0, a R Squared = 0,341 (Adjusted R Squared =0,253)

101 33 Lampiran 9 Hasil Uji Lanjut Tukey Kerapatan Dependent Variable: KERAPATAN Tukey HSD (I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound P T -,0233,02365,596 -,0848,0381 U,0417,02365,216 -,0198,1031 T P,0233,02365,596 -,0381,0848 U,0650(*),02365,037,0036,1264 U P -,0417,02365,216 -,1031,0198 T -,0650(*),02365,037 -,1264 -,0036 KERAPATAN Tukey HSD perlakuan N Subset 1 2 U 6 0,5733 P 6 0,6150 0,6150 T 6 0,6383 Sig. 0,216 0,596 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) =,002. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000. b Alpha =,05.

102 34 Lampiran 10 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) MOE Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: MOE F df1 df2 Sig. 1, ,366 Tabel analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model ,805(a) ,402 2,078 0,160 Intercept , , ,448 0,000 perlakuan , ,402 2,078 0,160 Error , ,505 Total , Corrected Total , a R Squared = 0,217 (Adjusted R Squared = 0,113)

103 35 Lampiran 11 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) MOR Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: MOR F df1 df2 Sig. 0, ,663 Tabel analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 27770,638(a) ,319 2,491 0,116 Intercept , , ,640 0,000 perlakuan 27770, ,319 2,491 0,116 Error 83617, ,492 Total , Corrected Total , a R Squared = 0,249 (Adjusted R Squared = 0,149)

104 36 Lampiran 11 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) keteguhan tekan sejajar serat Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Dependent Variable: TEKAN F df1 df2 Sig. 0, ,455 Tabel analisis sidik ragam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 974,437(a) 2 487,219,608 0,557 Intercept , , ,950 0,000 PERLAKUAN 974, ,219,608 0,557 Error 12018, ,238 Total , Corrected Total 12993, a R Squared =,075 (Adjusted R Squared = -0,048)

105 Lampiran 13 Hasil Analisis Sidik Ragam (ANOVA) kekerasan sisi Between-Subjects Factors Perlakuan N P 6 T 6 U 6 Table analisis sidik ragam Levene's Test of Equality of Error Variances(a) F df1 df2 Sig. Kekerasan t 0, ,797 Kekerasan r 0, ,431 Source Dependent Variable Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model Kekerasan t 9735,444(a) ,722 1,761 0,206 Kekerasan r 6848,444(b) ,222 1,874 0,188 Intercept Kekerasan t , , ,134 0,000 Kekerasan r , , ,595 0,000 perlakuan Kekerasan t 9735, ,722 1,761 0,206 Kekerasan r 6848, ,222 1,874 0,188 Error Kekerasan t 41469, ,633 Kekerasan r 27412, ,500 Total Kekerasan t , Kekerasan r , Corrected Total Kekerasan t 51204, Kekerasan r 34260, a R Squared = 0,190 (Adjusted R Squared = 0,082); b R Squared = 0,200 (Adjusted R Squared = 0,093) 37

106 Lampiran 14 Dokumentasi penelitian 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sifat-sifat Dasar dan Laboratorium Terpadu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis 4.1.1 Kadar air BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata nilai kadar air (KA) kayu surian kondisi kering udara pada masing-masing bagian (pangkal, tengah dan ujung) disajikan pada Tabel 1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan November 2010 di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel, dan pengujian

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) HASIL PENELITIAN Oleh : TRISNAWATI 051203021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Data hasil pengujian sifat fisis kayu jabon disajikan pada Tabel 4 sementara itu untuk analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% ditampilkan dalam

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Iwan Risnasari : Kajian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 - April 2012 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juli 2011 Januari 2012 dan dilaksanakan di Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Bagian Kimia Hasil Hutan, Bagian Biokomposit

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,

Lebih terperinci

PROTOTYPE PARQUET DARI LIMBAH BATANG AREN Arenga pinnata (Wurmb) Merrill SKRIPSI. Oleh: ANDRO TARIGAN

PROTOTYPE PARQUET DARI LIMBAH BATANG AREN Arenga pinnata (Wurmb) Merrill SKRIPSI. Oleh: ANDRO TARIGAN PROTOTYPE PARQUET DARI LIMBAH BATANG AREN Arenga pinnata (Wurmb) Merrill SKRIPSI Oleh: ANDRO TARIGAN 041203010 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PROTOTYPE PARQUET

Lebih terperinci

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH Oleh/By Muhammad Faisal Mahdie Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu. 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksankan mulai dari bulan November 2011 - April 2012 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu dan Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU IPIL (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) BERDASARKAN LETAK KETINGGIAN DALAM BATANG

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU IPIL (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) BERDASARKAN LETAK KETINGGIAN DALAM BATANG Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU IPIL (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) BERDASARKAN LETAK KETINGGIAN DALAM BATANG Kusno Yuli Widiati

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA

BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA (Pterocarpus indicus) Some Physical Properties of Angsana (Pterocarpus indicus) Sapwood Belly Ireeuw 1, Reynold P. Kainde 2, Josephus I. Kalangi 2, Johan A. Rombang 2

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan Mei 2010, bertempat di Laboratorium Pengeringan Kayu, Laboratorium Peningkatan Mutu Hasil Hutan dan

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu akan mempengaruhi kekuatan kayu dalam menerima dan menahan beban yang terjadi pada kayu itu sendiri. Pada umumnya kayu yang memiliki kadar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

KAJIAN DIAMETER - PERSENTASE KAYU TERAS TERHADAP KUALITAS KAYU JATI (Tectona grandis Linn. F) DARI HUTAN RAKYAT GUNUNG KIDUL

KAJIAN DIAMETER - PERSENTASE KAYU TERAS TERHADAP KUALITAS KAYU JATI (Tectona grandis Linn. F) DARI HUTAN RAKYAT GUNUNG KIDUL KAJIAN DIAMETER - PERSENTASE KAYU TERAS TERHADAP KUALITAS KAYU JATI (Tectona grandis Linn. F) DARI HUTAN RAKYAT GUNUNG KIDUL The Study of Diameter- Heartwood Percentage to Teakwood (Tectona grandis Linn.

Lebih terperinci

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN 1 PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain

Lebih terperinci

Oleh/By : Nurwati Hadjib & Abdurachman ABSTRACT. mechanical properties of damar mata kucing wood from

Oleh/By : Nurwati Hadjib & Abdurachman ABSTRACT. mechanical properties of damar mata kucing wood from SIFAT FISIS-MEKANIS KAYU DAMAR MATA KUCING BEKAS SADAPAN DAN KEMUNGKINAN PEMANFAATANNYA UNTUK KAYU KONSTRUKSI (Physical and Mechanical Properties of Damar Mata Kucing Tapped Wood and its Possibility As

Lebih terperinci

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) KARYA TULIS KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) Disusun oleh : RUDI HARTONO, S.HUT, MSi NIP 132 303 838 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar

Lebih terperinci

Variasi Aksial dan Radial Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) yang Tumbuh di Kabupaten Sleman

Variasi Aksial dan Radial Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) yang Tumbuh di Kabupaten Sleman Seminar Nasional MAPEKI XVIII Variasi Aksial dan Radial Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) yang Tumbuh di Kabupaten Sleman Muhammad Rosyid Ridho* dan Sri Nugroho Marsoem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Produk Majemuk Kelompok Peneliti Pemanfaatan Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Pengaruh Variasi Penyusunan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.

KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb. KARAKTERISTIK SIFAT ANATOMI DAN FISIS SMALL DIAMETER LOG SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DAN GMELINA (Gmelina arborea Roxb.) FARIKA DIAN NURALEXA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

DAMPAK PENGASAPAN KAYU TERHADAP SIFAT FISIK KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd) DAN KAYU LABAN (Vitex pubescens Vahl)

DAMPAK PENGASAPAN KAYU TERHADAP SIFAT FISIK KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd) DAN KAYU LABAN (Vitex pubescens Vahl) DAMPAK PENGASAPAN KAYU TERHADAP SIFAT FISIK KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd) DAN KAYU LABAN (Vitex pubescens Vahl) (Effect Of Traditional Timber Fumigation To Physical Properties Of Acacia mangium Willd

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) DARI KALIMANTAN SELATAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) DARI KALIMANTAN SELATAN Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.3, No.1, Juni 2011: 29 39 SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) DARI KALIMANTAN SELATAN PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF COCONUT (Cocos nucifera

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Sifat fisis dari panel CLT yang diuji yaitu, kerapatan (ρ), kadar air (KA), pengembangan volume (KV) dan penyusutan volume (SV). Hasil pengujian sifat fisis

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWETAN TERHADAP SIFAT MEKANIS TIGA JENIS KAYU RENDY KURNIAWAN RACHMAT

PENGARUH PENGAWETAN TERHADAP SIFAT MEKANIS TIGA JENIS KAYU RENDY KURNIAWAN RACHMAT PENGARUH PENGAWETAN TERHADAP SIFAT MEKANIS TIGA JENIS KAYU RENDY KURNIAWAN RACHMAT DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 PENGARUH PENGAWETAN TERHADAP SIFAT MEKANIS TIGA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN SKRIPSI FRANS JANUARI HUTAGALUNG 051203045 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVESITAS SUMATERA UTARA 2010 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA

Lebih terperinci

SIFAT FISIS, MEKANIS DAN PEMESINAN KAYU RARU (Cotylelobium melanoxylon) SKRIPSI

SIFAT FISIS, MEKANIS DAN PEMESINAN KAYU RARU (Cotylelobium melanoxylon) SKRIPSI ii SIFAT FISIS, MEKANIS DAN PEMESINAN KAYU RARU (Cotylelobium melanoxylon) SKRIPSI Oleh: Agnesia Claudia Agita Putri Siregar 071203012 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu ini dilakukan selama kurang lebih

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(1): 1-7 (2010)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(1): 1-7 (2010) 1 SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL KEBUN AEK PANCUR- SUMATERA UTARA Physical and Mechanical Properties of Palm Oil Trunk from Aek Pancur Farming-North Sumatera

Lebih terperinci

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) SIFAT KEKUATAN KAYU MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) 1 A. Sifat yang banyak dilakukan pengujian : 1. Kekuatan Lentur Statis (Static Bending Strength) Adalah kapasitas/kemampuan kayu dalam menerima beban

Lebih terperinci

JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN

JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN Oleh: Kasmudjo* Abstrak Jenis kayu dari hutan rakyat jumlahnya cukup banyak. Terdiri dari jenis kayu yang sudah dikenal maupun belum dengan potensi

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN MEKANIS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper BACKER EX. HEYNE) PADA BERBAGAI JUMLAH LAPISAN DAN POSISI PENGUJIAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper BACKER EX. HEYNE) PADA BERBAGAI JUMLAH LAPISAN DAN POSISI PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper BACKER EX. HEYNE) PADA BERBAGAI JUMLAH LAPISAN DAN POSISI PENGUJIAN SKRIPSI Oleh: MARIAH ULFA 101201035 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK

OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK 121201056 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L) Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Desember 00 : 7 BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L) LAMINATED BEAMS FROM COCONUT WOOD (Cocos nucifera L) Djoko Purwanto *) *) Peneliti Baristand

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu : 1. Kayu Bangunan Struktural : Kayu Bangunan yang digunakan untuk bagian struktural Bangunan dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tampilan Kayu Pemadatan kayu menghasilkan warna yang berbeda dengan warna aslinya, dimana warnanya menjadi sedikit lebih gelap sebagai akibat dari pengaruh suhu pengeringan

Lebih terperinci

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.1, No.2, Desember 2009 : 19 24 PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN THE CHARACTERISTIC IMPROVEMENT OF LOW STRENGTH CLASS WOOD BY PRESSING

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengumpulan data di laboratorium berlangsung selama tujuh bulan dimulai pada bulan Juli 2006 hingga Januari 2007. Contoh bambu betung (Dendrocalamus asper) yang digunakan

Lebih terperinci

Pengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan

Pengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan Pengaruh Perbedaan Umur dan Bagian Batang Bambu Legi (Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz) Sebagai Bahan Mebel dan Kerajinan Oleh : Rupita Nilansari 1 dan Kasmudjo 2 INTISARI Bambu yang telah dikenal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin berkurang pasokan kayunya dari hutan alam, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia melaksanakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT SKRIPSI Oleh Ance Trisnawati Gultom 061203040/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung. 22 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sifat Anatomi Bambu 4.1.1 Bentuk Batang Bambu Bambu memiliki bentuk batang yang tidak silindris. Selain itu, bambu juga memiliki buku (node) yang memisahkan antara 2 ruas (internode).

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan menurut kekuatan lentur paku serta pembenaman paku ke dalam balok terhadap empat jenis kayu dilakukan selama kurang lebih tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sengon merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh yang dipilih dalam program pembangunan hutan tanaman industri (HTI) karena memiliki produktivitas yang tinggi dengan

Lebih terperinci

SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu

SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu KARYA TULIS SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Tekat D Cahyono 1), Syarif Ohorella 1), Fauzi Febrianto 2) Corresponding author : (Tekat D Cahyono)

Tekat D Cahyono 1), Syarif Ohorella 1), Fauzi Febrianto 2) Corresponding author : (Tekat D Cahyono) Sifat Fisis dan Mekanis Kayu Samama (Antocephalus macrophylus Roxb.) dari Kepulauan Maluku (Physical and Mechanical Properties of Samama Wood (Antocephalus macropylus Roxb.) Grown in Mollucas Island) Tekat

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS ABSTRAK

STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS ABSTRAK VOLUME 5 NO. 2, OKTOBER 2009 STUDI PENGARUH KONDISI KADAR AIR KAYU KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS Fauzan 1, Ruddy Kurniawan 2, Siska Martha Sari 3 ABSTRAK Kayu kelapa sebagai alternatif bahan konstruksi

Lebih terperinci

ISBN KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium)

ISBN KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium) KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium) Sonia Somadona, Evi Sribudiani dan Tuti Arlita Dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau E-mail: sonia.somadona@lecturer.unri.ac.id

Lebih terperinci

PENENTUAN DAUR TEKNIS KAYU SENGON BERDASARKAN SIFAT FISIS-MEKANISNYA FARIKH SAKTI SYARIFUDIN

PENENTUAN DAUR TEKNIS KAYU SENGON BERDASARKAN SIFAT FISIS-MEKANISNYA FARIKH SAKTI SYARIFUDIN PENENTUAN DAUR TEKNIS KAYU SENGON BERDASARKAN SIFAT FISIS-MEKANISNYA FARIKH SAKTI SYARIFUDIN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENENTUAN DAUR TEKNIS KAYU SENGON BERDASARKAN

Lebih terperinci

Oleh /by : Gunawan Pasaribu. Key word: Endemic wood species, physical, mechanical, and North Sumatra

Oleh /by : Gunawan Pasaribu. Key word: Endemic wood species, physical, mechanical, and North Sumatra SIFAT FISIS DAN MEKANIS EMPAT JENIS KAYU ANDALAN ASAL SUMATERA UTARA (Physical and Mechanical Properties of Four Endemic Wood Species from North Sumatra) Oleh /by : Gunawan Pasaribu Abstract This paper

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik TINJAUAN PUSTAKA Ekaliptus Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Division Sub Divisio Class Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospoermae : Dicotyledone : Myrtiflorae : Myrtaceae

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2010. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut : untuk pembuatan

Lebih terperinci

POLA PEMBELAHAN JATI RAKYAT DAN SIFAT FISIK SERTA MEKANIK KAYU GERGAJIANNYA

POLA PEMBELAHAN JATI RAKYAT DAN SIFAT FISIK SERTA MEKANIK KAYU GERGAJIANNYA C POLA PEMBELAHAN JATI RAKYAT DAN SIFAT FISIK SERTA MEKANIK KAYU GERGAJIANNYA Oleh : Sutjipto A. Hadikusumo Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan UGM ABSTRACT Teak grown on community

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PELUPUH (ZEPHYR) DAN BUKU BAMBU (NODE) TERHADAP KUALITAS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper)

PENGARUH UKURAN PELUPUH (ZEPHYR) DAN BUKU BAMBU (NODE) TERHADAP KUALITAS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) PENGARUH UKURAN PELUPUH (ZEPHYR) DAN BUKU BAMBU (NODE) TERHADAP KUALITAS LAMINASI BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) SKRIPSI Oleh: ANNISA NADIA 101201040 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Sifat Mekanik Kayu Keruing untuk Konstruksi Mechanics Characteristic of Keruing wood for Construction

Sifat Mekanik Kayu Keruing untuk Konstruksi Mechanics Characteristic of Keruing wood for Construction Jurnal aintis Volume 13 Nomor 1, April 2013, 83-87 ISSN: 1410-7783 Sifat Mekanik Kayu Keruing untuk Konstruksi Mechanics Characteristic of Keruing wood for Construction Sri Hartati Dewi Program Studi Teknik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUAT ACUAN TERHADAP JENIS KAYU YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KUPANG BERDASARKAN SNI 7973:2013

IDENTIFIKASI KUAT ACUAN TERHADAP JENIS KAYU YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KUPANG BERDASARKAN SNI 7973:2013 IDENTIFIKASI KUAT ACUAN TERHADAP JENIS KAYU YANG DIPERDAGANGKAN DI KOTA KUPANG BERDASARKAN SNI 7973:2013 Elia Hunggurami 1 (eliahunggurami@yahoo.com) Sudiyo Utomo 2 (diyotomo@gmail.com) Beddy Y. Messakh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F KAYU LAMINASI Oleh : Yudi.K. Mowemba F 111 12 040 Pendahuluan Kayu merupakan bahan konstruksi tertua yang dapat diperbaharui dan merupakan salah satu sumber daya ekonomi yang penting. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Hasil Hutan Vol. 25 No. 1, Februari 2007: 15-27 Sifat mekanis kayu yang diuji antara lain Modulus of Elasticity (MOE), Modulus of Rupture (MOR), keteguhan tekan sejajar serat dan keteguhan tekan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI-5 2002 DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh

Lebih terperinci

BIODETERIORASI BEBERAPA JENIS KAYU DI BERBAGAI DAERAH DENGAN SUHU DAN KELEMBABAN YANG BERBEDA HENDRA NOVIANTO E

BIODETERIORASI BEBERAPA JENIS KAYU DI BERBAGAI DAERAH DENGAN SUHU DAN KELEMBABAN YANG BERBEDA HENDRA NOVIANTO E BIODETERIORASI BEBERAPA JENIS KAYU DI BERBAGAI DAERAH DENGAN SUHU DAN KELEMBABAN YANG BERBEDA HENDRA NOVIANTO E 24104068 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009. Tempat pembuatan dan pengujian glulam I-joist yaitu di Laboratorium Produk

Lebih terperinci

PENGARUH PEMADATAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU PALAPI

PENGARUH PEMADATAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU PALAPI PENGARUH PEMADATAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU PALAPI Hajatni Hasan 1, Burhan Tatong 1 ABSTRACT The objective of this research is to study the effect of physical treatment, in this case is wood

Lebih terperinci

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI 1 VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI SKRIPSI ANDRIAN TELAUMBANUA 111201059/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo Abstraksi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisika kayu keruing dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No., Juni 009 : 7 PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL THE INFLUENCE OF NATURAL AND ARTIFICIAL DRYING FOWORD THE

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER DAN JUMLAH PAKU TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN GESER GANDA TIGA JENIS KAYU

PENGARUH DIAMETER DAN JUMLAH PAKU TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN GESER GANDA TIGA JENIS KAYU 2 Sadiyo et al. PENGARUH DIAMETER DAN JUMLAH PAKU TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN GESER GANDA TIGA JENIS KAYU The Effects of Diameter and Number of Nails on Double Shear Connections Strength from Three Wood

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, [ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 204 di Workshop Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk membuat

Lebih terperinci

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan 3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI 3.1. Pendahuluan Analisa teoritis dan hasil eksperimen mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mekanika bahan (Gere dan Timoshenko, 1997). Teori digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN Oleh: Yunida Syafriani Lubis 111201033 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ERICK MARTHIN GULTOM (061203028) KEHUTANAN 2010 KUALITAS PAPAN PLASTIK KOMPOSIT PADA BERBAGAI TINGKAT PENDAURULANGAN PLASTIK ERICK MARTHIN GULTOM 061203028 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT HASIL PENELITIAN Oleh: Desi Haryani Tambunan 061203010/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU KARYA TULIS PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Ikatan Pembuluh Bambu Foto makroskopis ruas bambu tali disajikan pada Gambar 7 dan bukunya disajikan pada Gambar 8. Foto makroskopis ruas bambu betung disajikan

Lebih terperinci

HALAMAN PERSEMBAHAN TUGAS AKHIR INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK KEDUA ORANG TUA KU YANG SELALU MEMBERIKAN YANG TERBAIK TANPA PERNAH MENUNTUT APAPUN DARIKU

HALAMAN PERSEMBAHAN TUGAS AKHIR INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK KEDUA ORANG TUA KU YANG SELALU MEMBERIKAN YANG TERBAIK TANPA PERNAH MENUNTUT APAPUN DARIKU HALAMAN PERSEMBAHAN TUGAS AKHIR INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK KEDUA ORANG TUA KU YANG SELALU MEMBERIKAN YANG TERBAIK TANPA PERNAH MENUNTUT APAPUN DARIKU v ABSTRAK Indonesia merupakan salah satu eksportir

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN UMUR DAN BAGIAN BATANG KAYU AKASIA (Acacia auriculiformis A. Cunn. ex. Benth) SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN INTISARI

PENGARUH PERBEDAAN UMUR DAN BAGIAN BATANG KAYU AKASIA (Acacia auriculiformis A. Cunn. ex. Benth) SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN INTISARI C5 PENGARUH PERBEDAAN UMUR DAN BAGIAN BATANG KAYU AKASIA (Acacia auriculiformis A. Cunn. ex. Benth) SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN Oleh : Kasmudjo, Sigit Sunarta, Rini Pujiarti, Vendy Eko Prasetyo Jurusan

Lebih terperinci