FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK INFRASTRUKTUR PINJAMAN LUAR NEGERI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK INFRASTRUKTUR PINJAMAN LUAR NEGERI"

Transkripsi

1 FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK INFRASTRUKTUR PINJAMAN LUAR NEGERI Ayu Hasyyati 1), dan Tri Joko Wahyu Adi 2 ) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, ayu.hasyyati@gmail.com 2) Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK Sebanyak 40 proyek (53%) dari total 76 proyek pinjaman luar negeri yang dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selama tahun mengalami keterlambatan dengan indikasi melakukan perpanjangan waktu pelaksanaan proyek dan masa berlaku pinjaman. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek infrastruktur yang didanai pinjaman luar negeri dan mengusulkan solusi untuk meminimalisasinya. Populasi penelitian adalah pemilik proyek, yaitu dari pihak Pemerintah dan Lembaga Pemberi Pinjaman yang mengelola proyek pinjaman luar negeri. Penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Kuesioner dibagikan dengan teknik purposive sampling kepada 62 responden dengan kriteria memiliki pengalaman dan pemahaman dalam mengelola proyek infrastruktur pinjaman luar negeri yang didanai oleh IBRD, ADB, IDB, JICA, atau RRT. Data dianalisis menggunakan Relative Importance Index (RII) dan Confidence Interval untuk mendapatkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek infrastruktur pinjaman luar negeri. Sedangkan metode Delphi digunakan untuk merumuskan solusi atas faktor dominan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan proyek infrastruktur pinjaman luar negeri adalah a) lamanya pemenuhan persyaratan readiness criteria, b) perencanaan pembebasan lahan dan pemukiman kembali yang kurang matang, c) perbedaan mekanisme pengadaan, d) perubahan desain dan ruang lingkup, dan e) perubahan regulasi dan kebijakan. Kata kunci: Keterlambatan Proyek Infrastruktur, Pinjaman Luar Negeri. PENDAHULUAN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengelola 76 proyek infrastruktur pinjaman luar negeri senilai USD selama tahun Pinjaman luar negeri tersebut bersumber dari lembaga pendanaan multilateral, seperti World Bank melalui International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB) dan melalui kerjasama bilateral, yaitu dengan Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), Republik Rakyat Tiongkok (RRT) melalui China Exim Bank, Australia melalui Department of Foreign Agency and Trade (DFAT), Korea Selatan melalui Economic Development Cooperation Fund (EDCF), Prancis, Spanyol, dan Jerman melalui Bank Pembangunan Jerman (KfW). Pelaksanaan proyek-proyek pinjaman luar negeri harus dilakukan secara optimal karena memiliki konsekuensi beban ekonomi yang lebih besar di masa yang akan datang. Pemantauan penggunaan dana pinjaman luar negeri dimulai sejak penandatanganan Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri (NPPLN)/ Loan Agreement. Pemantauan kinerja proyek B-19-1

2 pinjaman luar negeri dituangkan dalam bentuk laporan triwulanan yang diterbitkan oleh Bappenas mengenai perkembangan proyek, realisasi fisik, penyerapan dana dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Sebanyak 40 proyek ( 53%) dari total 76 proyek pinjaman luar negeri yang sedang dilaksanakan ataupun telah selesai yang dikelola oleh Kementerian PUPR mengalami keterlambatan waktu dengan indikasi melakukan perpanjangan masa berlaku pinjaman dalam pelaksanaannya, sebagaimana dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Proyek Pinjaman Luar Negeri Kementerian PUPR Tahun dan Persentase Keterlambatannya No Kreditur Jumlah Pinjaman (USD) Jumlah Jumlah Keterlambatan Proyek Proyek 1 IBRD (31,04%) (56%) 2 ADB (13,16%) 15 9 (60%) 3 IDB (8,13%) 6 3 (50%) 4 Jepang (32,06%) (40%) 5 RRT (8,17%) 5 3 (60%) 6 Australia (3,08%) 1 1 (100%) 7 Korea (2,31%) 3 2 (67%) Selatan 8 Perancis (0,61%) 1 1 (100%) 9 Spanyol (0,37%) 1 0 (0%) 10 Jerman (1,08%) 1 1 (100%) Total (100%) (53%) Sumber: Laporan Triwulanan Bappenas Rendahnya penyerapan dana pinjaman luar negeri secara ekonomi dinilai sangat merugikan negara, karena memiliki implikasi terhadap besarnya beban commitment fee yang harus dibayar, sebagai konsekuensi atas dana yang belum diserap akibat keterlambatan dalam pencairan pinjaman. Keterlambatan pelaksanaan proyek pinjaman luar negeri juga mengakibatkan penilaian buruk terhadap kualitas pekerjaan bahkan proyek tersebut kemungkinan gagal diselesaikan. Hal ini juga menyebabkan biaya keseluruhan penyelenggaraan proyek meningkat, dan mengurangi manfaat sosial dari proyek tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor penyebab keterlambatan proyek pinjaman luar negeri juga solusi atas permasalahan tersebut, maka diharapkan dapat disiapkan langkah-langkah penanganan untuk meningkatkan kinerja proyek. Penelitian memfokuskan pada pengelolaan pada tahap perencanaan, pengadaan dan konstruksi pada proyek-proyek pinjaman luar negeri yang didanai dari 5 (lima) lembaga pendanaan yang memberikan pinjaman terbesar dan proyeknya mengalami keterlambatan dalam pelaksanaannya, yaitu JICA, IBRD, ADB, RRT, dan IDB. METODE Studi eksplorasi pada penelitian ini diawali dengan studi literatur melalui pengumpulan data sekunder. Studi literatur dilakukan dengan tujuan untuk menambah pemahaman dan observasi atas pokok permasalahan. Hasil sintesis data sekunder melalui studi literatur didapat 51 faktor yang terbagi dalam tahap perencanaan, pengadaan, konstruksi dan faktor eksternal. Pengumpulan data primer melalui kuesioner dilakukan melalui 3 (tiga) tahap penyebaran kuesioner yang menjadi instrumen dalam penelitian ini. i) Tahap pertama yaitu survei pendahuluan kepada 3 (tiga) pakar untuk mencari indikator yang relevan dengan kondisi proyek infrastruktur pinjaman luar negeri. Hasil yang diperoleh dari survei B-19-2

3 pendahuluan adalah reduksi jumlah indikator berupa 44 indikator. ii) Tahap kedua adalah survei utama dengan tujuan mencari faktor dominan penyebab keterlambatan proyek pinjaman luar negeri. Kuesioner disebar menggunakan teknik purposive sampling, dan berhasil mengumpulkan 62 responden dari pihak owner yang memenuhi kriteria menjawab semua pertanyaan dengan lengkap dan memiliki pengalaman dan pengetahuan dalam mengelola dari tahap perencanaan hingga konstruksi proyek Kementerian PUPR yang didanai dari pinjaman IBRD, ADB, IDB, JICA, dan RRT. Data dianalisa menggunakan Relative Importance Index (RII) dan Confidence Interval (CI). iii) Tahap terakhir adalah survei akhir menggunakan metode Delphi melalui wawancara kepada 3 (tiga) pakar sebanyak dua putaran. Survei akhir bertujuan untuk mengumpulkan pendapat dan persetujuan mengenai cara untuk meminimalisasi faktor dominan penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek infrastruktur pinjaman luar negeri. HASIL DAN PEMBAHASAN Survei Pendahuluan Hasil yang diperoleh dari survei pendahuluan adalah reduksi jumlah indikator, dari 51 indikator yang didapat dari studi literatur, menjadi 44 indikator dengan menghilangkan 7 (tujuh) indikator yang tidak relevan, sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2. Variabel Penelitian Tahapan Keterangan Referensi Tahap X1 Lamanya negosiasi untuk mencapai kesepakatan desain (Nurfaida, W., Perencanaan X2 Lamanya pemenuhan persyaratan Readiness Criteria (AMDAL, 2009), DED) (Subki A., X3 Perencanaan pembebasan lahan dan resettlement yang kurang 2007), matang (Masita, R.N, 2014) X4 Penolakan masyarakat/lsm dan masalah sosial (Aryani, YF., X5 Lamanya proses ganti rugi sesuai kesepakatan harga tanah Subiyantoro, X6 Kurangnya koordinasi dengan Pemda dalam memberikan H., 2006) komitmen dan pengalokasian APBD X7 Lamanya proses perizinan dan birokrasi X8 Ketidaksiapan Executing dan Implementing Agency X9 Koordinasi yang buruk dengan K/L terkait, Pemda, dan pihak Pemberi Pinjaman X10 Terbatasnya ketersediaan dana pendamping dalam anggaran K/L Tahap X11 Pengumuman ulang prakualifikasi karena kurangnya peserta yang (Nurfaida, W., Pengadaan mendaftar 2009), X12 Prakualifikasi ulang karena tidak ada yang memenuhi persyaratan (Subki A., 2007), atau kurangnya kontraktor yang lolos evaluasi (Masita, R.N, X13 Tertundanya penerbitan NOL Prakualifikasi karena hasil evaluasi 2014) prakualifikasi tidak disetujui oleh pihak Pemberi Pinjaman (Aryani, YF., X14 Proses pelelangan yang tidak selesai sesuai target waktunya Subiyantoro, X15 Evaluasi penawaran ulang karena kurangnya kontraktor yang H., 2006) memenuhi persyaratan (Turnip, L.L., X16 Penyelenggaraan Aanwijzing yang tidak efektif 2008), X17 Tertundanya penerbitan NOL Bid Evaluation karena hasil evaluasi penawaran tidak disetujui oleh pemberi pinjaman X18 Perbedaan mekanisme pengadaan antara ketentuan lender dan instansi pelaksana X19 Perencanaan dokumen lelang yang kurang baik X20 Proses penandatanganan kontrak yang tidak selesai sesuai target waktunya B-19-3

4 Tahapan Keterangan Referensi Tahap X21 Perubahan desain dan ruang lingkup yang membutuhkan negosiasi (Nurfaida, W., Konstruksi ulang dengan pihak Pemberi Pinjaman 2009), X22 Kualitas konstruksi yang tidak memenuhi standar (Subki A., 2007), X23 Penggunaan metode konstruksi yang kurang tepat (Masita, R.N, X24 Kondisi/jenis tanah pada lokasi proyek yang tidak baik (berbatuan, 2014) lunak) (Aryani, YF., X25 Sulitnya akses menuju lokasi proyek Subiyantoro, X26 Manajemen pengendalian dan pengawasan lemah H., 2006) X27 Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar unsur proyek X28 Kecelakaan selama pelaksanaan proyek X29 Keterbatasan jumlah personil di lapangan X30 Kualitas tenaga kerja yang kurang baik atau tidak memahami peraturan yang berlaku X31 Kelangkaan dan kenaikan harga material/bahan/peralatan X32 Keterlambatan pengiriman material/bahan dalam negeri ataupun yang harus diimpor dari luar negeri X33 Kerusakan material/bahan/peralatan X34 Penerapan sistem disbursement yang baru di Kementerian Keuangan X35 Perubahan/penambahan anggaran dalam DIPA X36 Perencanaan target penyerapan yang kurang matang X37 Langkah penyesuaian dalam perubahan nilai tukar mata uang (kurs) X38 Backlog pada mekanisme penarikan menggunakan Rekening Khusus X39 Cashflow kontraktor yang bermasalah X40 Keterlambatan penerbitan DIPA Faktor Eksternal X41 Force Major (Nurfaida, W., 2009), X42 Permasalahan keamanan di berbagai wilayah (Subki A., 2007), (Masita, R.N, X43 Perubahan regulasi dan kebijakan Pemerintah ataupun pihak 2014) Pemberi Pinjaman (Aryani, YF., X44 Krisis Moneter/Fluktuasi nilai tukar dan inflasi Subiyantoro, H., 2006) Survei Utama Analisis Relative Importance Index (RII) dilakukan dengan dengan tujuan untuk mengetahui faktor signifikan penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek infrastruktur pinjaman luar negeri yang memiliki nilai tertinggi hingga terendah. Perhitungan RII dilakukan pada masing-masing tahapan proyek dan faktor eksternal dengan rumus sebagai berikut: dimana: RII N n = Nilai Relative Importance Index, = Jumlah/total jawaban seluruh responden untuk setiap variable, = Jumlah responden, dan = skor tertinggi. Analisis Confidence Interval (CI) digunakan untuk mendukung data penelitian dan memperkuat hasil peringkat yang diperoleh dari uji RII. Perhitungan CI dilakukan pada masing-masing tahapan proyek dan faktor eksternal, dengan membagi menjadi 4 (empat) (1) B-19-4

5 peringkat. Perhitungan confidence interval dengan probabilitas 95% adalah dengan rumus sebagai berikut: (2) dimana: CI = Nilai Confidence Interval, = rata-rata, = standar deviasi, dan N = jumlah responden. Hasil perhitungan data dengan menggunakan RII dan CI dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil Analisa Relative Importance Index dan Confidence Interval Variabel / Indikator Analisa RII Nilai RII Analisa CI Rank BA BB Rank A. Tahap Perencanaan Penyiapan Proyek X1 Lamanya negosiasi untuk mencapai kesepakatan desain X2 Lamanya pemenuhan dokumen persyaratan Readiness Criteria (AMDAL, DED, LARAP, dll) Pembebasan Lahan X3 Perencanaan pembebasan lahan dan resettlement yang kurang matang X4 Penolakan masyarakat/lsm dan masalah sosial X5 Lamanya proses ganti rugi sesuai kesepakatan harga tanah X6 Kurangnya koordinasi dengan Pemda dalam memberikan komitmen dan pengalokasian APBD X7 Lamanya proses perizinan dan birokrasi Manajerial X8 Ketidaksiapan Executing dan Implementing Agency X9 Koordinasi yang buruk dengan K/L terkait, Pemda, dan pihak X10 X11 X12 X13 Pemberi Pinjaman Anggaran Terbatasnya ketersediaan dana pendamping dalam anggaran K/L B. Tahap Pengadaan Prakualifikasi Pengumuman ulang prakualifikasi karena kurangnya peserta yang mendaftar Prakualifikasi ulang karena tidak ada yang memenuhi persyaratan atau kurangnya kontraktor yang lolos evaluasi Tertundanya penerbitan NOL Prakualifikasi karena hasil evaluasi prakualifikasi tidak disetujui oleh pihak Pemberi Pinjaman Pelelangan X14 Proses pelelangan yang tidak selesai sesuai target waktunya X15 Evaluasi penawaran ulang karena kurangnya kontraktor yang memenuhi persyaratan X16 Penyelenggaraan Aanwijzing yang tidak efektif X17 Tertundanya penerbitan NOL Bid Evaluation karena hasil evaluasi penawaran tidak disetujui oleh pemberi pinjaman X18 Perbedaan mekanisme pengadaan antara ketentuan lender dan instansi pelaksana X19 Perencanaan dokumen lelang yang kurang baik X20 Proses penandatanganan kontrak yang tidak selesai sesuai target waktunya B-19-5

6 Variabel / Indikator Analisa RII Nilai RII Analisa CI Rank BA BB Rank C. Tahap Konstruksi Perubahan Desain X21 Perubahan desain dan ruang lingkup yang membutuhkan negosiasi ulang dengan pihak Pemberi Pinjaman X22 Kualitas konstruksi yang tidak memenuhi standar X23 Penggunaan metode konstruksi yang kurang tepat Lokasi Proyek X24 Kondisi/jenis tanah pada lokasi proyek yang tidak baik (berbatuan, lunak) X25 Sulitnya akses menuju lokasi proyek Tenaga Kerja Konstruksi X26 Manajemen pengendalian dan pengawasan lemah X27 Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar unsur proyek X28 Kecelakaan selama pelaksanaan proyek X29 Keterbatasan jumlah personil di lapangan X30 Kualitas tenaga kerja yang kurang baik atau tidak memahami peraturan yang berlaku Material/Bahan/Peralatan X31 Kelangkaan dan kenaikan harga material/bahan/peralatan X32 Keterlambatan pengiriman material/bahan dalam negeri ataupun yang harus diimpor dari luar negeri X33 Kerusakan material/bahan/peralatan Pencairan Dana X34 Penerapan sistem disbursement yang baru di Kementerian Keuangan X35 Perubahan/penambahan anggaran dalam DIPA X36 Perencanaan target penyerapan yang kurang matang X37 Langkah penyesuaian dalam perubahan nilai tukar mata uang (kurs) X38 Backlog pada mekanisme penarikan menggunakan Rekening Khusus X39 Cashflow kontraktor yang bermasalah X40 Keterlambatan penerbitan DIPA D. Faktor Eksternal X41 Force Major X42 Permasalahan keamanan di berbagai wilayah X43 Perubahan regulasi dan kebijakan Pemerintah ataupun pihak Pemberi Pinjaman X44 Krisis Moneter/Fluktuasi nilai tukar dan inflasi Hasil uji RII pada 62 responden survei utama terhadap 44 indikator diperoleh faktor yang menduduki peringkat pertama pada setiap tahapan adalah perencanaan pembebasan lahan dan resettlement yang kurang matang (X3), perbedaan mekanisme pengadaan antara ketentuan pihak pemberi pinjaman dan instansi pelaksana (X18), perubahan desain dan ruang lingkup yang membutuhkan negosiasi ulang dengan pihak pemberi pinjaman (X21), dan perubahan regulasi dan kebijakan Pemerintah ataupun pihak pemberi pinjaman (X43). Hasil uji CI pada 62 responden survei utama terhadap 44 indikator diperoleh faktor yang menduduki peringkat pertama pada setiap tahapan adalah lamanya pemenuhan persyaratan readiness criteria (X2), perencanaan pembebasan lahan dan resettlement yang kurang matang (X3), perbedaan mekanisme pengadaan antara ketentuan pihak pemberi B-19-6

7 pinjaman dan instansi pelaksana (X18), perubahan desain dan ruang lingkup yang membutuhkan negosiasi ulang dengan pihak pemberi pinjaman (X21). Survei Akhir Survei akhir dilakukan setelah didapat faktor-faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan pelaksanaan proyek pinjaman luar negeri dengan tujuan untuk mengumpulkan data primer berupa pendapat dan persutujuan mengenai solusi guna meminimalisasi keterlambatan pelaksanaan proyek pinjaman luar negeri dari para pejabat di Kementerian PUPR dan Bappenas. Survei akhir dilakukan menggunakan metode Delphi melalui wawancara kepada 3 (tiga) pakar sebanyak dua putaran. Putaran Pertama digunakan untuk mengkonfirmasi melalui persetujuan dan mengumpulkan pendapat ataupun tambahan atas 16 solusi yang telah dikumpulkan sebelumnya melalui studi literatur yang mendalam. Putaran akhir dilakukan dengan mengumpulkan pendapat berupa persetujuan dan masukan para pakar. Hasil kompilasi solusi dari putaran akhir metode Delphi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Faktor Dominan Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Pinjaman Luar Negeri dan Rekomendasi Tindakan untuk Meminimalisasinya Faktor Dominan Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Infrastruktur Pinjaman Luar Negeri A. Tahap Perencanaan X2 Lamanya pemenuhan dokumen persyaratan readiness criteria X3 Perencanaan pembebasan lahan dan resettlement yang kurang matang Keterangan a.dapat disebabkan oleh Dokumen belum lengkap/belum dikerjakan, dokumen-dokumen sudah kadarluarsa (expired), tidak up-to-date,dokumen tidak dapat dipercaya karena tidak sesuai dengan kondisi di lapangan a.dapat disebabkan oleh perencanaan yang tidak efektif/susah diimplementasikan, lemahnya komitmen Pemda, sosialisasi kepada masyarakat dan proses musyawarah yang tidak jelas Rekomendasi Tindakan Minimalisasi a.meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari setiap pengusul proyek atas setiap dokumen readiness criteria yang diperlukan b.diperlukan juga pengawasan ketika mempersiapkan proyek dari aspek teknis readiness criteria (cek kesesuaian dokumen dengan kondisi di lapangan, cek kevalid-an dan kelayakan dokumen) c.merancang kebijakan yang memperketat pengusulan proyek dengan menyatakan seluruh dokumen readiness criteria yang diperlukan merupakan syarat dalam pengajuan proyek a. Pembentukan tim panitia pembebasan lahan dengan tujuan dapat siap menghadapi persoalan yang timbul di lapangan b.mengadakan pelatihan kepada tim panitia tersebut mengenai tugas fungsinya c.meningkatkan kualitas dokumen perencanaan pembebasan lahan (LARAP) secara efektif dan dapat B-19-7

8 Faktor Dominan Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Infrastruktur Pinjaman Luar Negeri B. Tahap Pengadaan X18 Perbedaan mekanisme pengadaan antara ketentuan pihak pemberi pinjaman dan instansi pelaksana Keterangan a.dapat disebabkan oleh perbedaan mekanisme pengadaan antara ketentuan pihak pemberi pinjaman dan Pemerintah sehingga proses birokrasi dan perizinan semakin panjang dan berbelit-belit Rekomendasi Tindakan Minimalisasi diaplikasikan d.meningkatkan kordinasi antar pihak-pihak yang berkepentingan secara vertikal dan horizontal e.dipertimbangkan untuk dibatalkan dan diganti dengan lokasi lain yang sudah siap f. Diharapkan dapat memperketat persyaratan agar seluruh izin terkait pengadaan tanah dan pemukiman kembali telah diselesaikan sebelum proses negosiasi. g.dapat ditingkatkan koordinasi pada saat perencanaan, dan penguatan komitmen Pemda melalui MOU yang mengikat hingga ke pemerintahan daerah yang terpilih selanjutnya h.penyediaan dana yg diperlukan dengan mengalokasikan dana APBD yang cukup a.peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan mengadakan sosialisasi dan pelatihan-pelatihan kebijakan, peraturan, tata cara dan pengelolaan proyek yang didanai dari pinjaman luar negeri b.harmonisasi kebijakan pengadaan barang/jasa GOI dengan development partners dan komunikasi intensif dengan LKPP c.membuat procurement plan / jadwal lelang yang efektif d.peningkatan layanan e- procurement sehingga dapat diakui secara internasional dan digunakan secara full e- procurement e.mencantumkan dalam Loan Agreement berupa sanksi atau pertimbangan lainnya, apabila proses perijinan menjadi memakan waktu melebihi jadwal f. Menggunakan metode postqualification, sebab B-19-8

9 Faktor Dominan Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Infrastruktur Pinjaman Luar Negeri C. Tahap Pelaksanaan Konstruksi X21 Perubahan desain dan ruang lingkup yang membutuhkan negosiasi ulang dengan pihak pemberi pinjaman D. Faktor Eksternal X43 Perubahan regulasi dan kebijakan Pemerintah ataupun pihak pemberi pinjaman Keterangan a. Dapat disebabkan oleh timbul item pekerjaan baru, perubahan jenis dan kuantitas pekerjaan terkait keterbatasan lahan yang sempit, meningkatnya kompleksitas proyek pada akhir pelaksanaan apabila konstruksi tetap dibangun a.dapat disebabkan oleh perubahan regulasi pembiayaan dan kebijakan dari pemberi pinjaman b.perubahan kondisi/politik di daerah Rekomendasi Tindakan Minimalisasi dengan menggunakan metode prakualifikasi membutuhkan waktu lebih panjang. a. Dibutuhkan personil yang berpengalaman dan professional untuk dapat menghasilkan desain secara teliti dan baik b. Diperlukan kesiapan pemaketan proyek yang akurat dalam perencanaan dan pemrograman penyaringan sesuai dengan kebutuhan teknis di lapangan c. Meninjau ulang dan memastikan kesamaan persepsi prosedur pada saat aanwijzing dilakukan, oleh semua pihak yang terlibat d. Dokumen sudah mendekati draft final e. Konsultan Perencana diharapkan dapat melakukan perencanaan proyek dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan f. Kontraktor dapat memprediksi lebih dini akan terjadinya perubahan desain g. Kontraktor dapat menambah jumlah tenaga kerja konstruksi untuk pengerjaan review desain a. Mengembangkan kebijakan dengan memperhatikan prinsip transparansi, disiplin, keadilan, efisiensi, efektifitas Hasil putaran akhir adalah koreksi dan penambahan hingga menghasilkan 25 solusi. Hal ini menunjukkan bahwa putaran pertama wawancara menghasilkan tambahan 9 solusi yang semula berjumlah 16 solusi, yang didapatkan melalui koreksi dan masukan dari para pakar. Kuesioner putaran kedua didistribusikan kembali kepada pakar untuk mendapatkan persetujuan atas kompilasi tambahan solusi tersebut. Hasil putaran akhir metode Delphi adalah kesepakatan dari ketiga pakar dalam memberikan persetujuan atas 25 solusi tersebut untuk 5 faktor dominan penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek pinjaman luar negeri. B-19-9

10 KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menunjukkan terdapat 5 (lima) faktor dominan penyebab keterlambatan proyek infrastruktur pinjaman luar negeri, yaitu lamanya pemenuhan persyaratan readiness criteria, perencanaan pembebasan lahan dan pemukiman kembali yang kurang matang, perbedaan mekanisme pengadaan antara ketentuan pihak pemberi pinjaman dan instansi pelaksana, perubahan desain dan ruang lingkup yang membutuhkan negosiasi ulang, dan perubahan regulasi dan kebijakan Pemerintah ataupun Lembaga Pemberi Pinjaman. Saran yang dapat diberikan guna menyempurnakan penelitian selanjutnya adalah karena penelitian ini hanya meneliti kinerja dari aspek waktu pelaksanaan proyek, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan meneliti kinerja dari aspek biaya, kualitas, dan safety. DAFTAR PUSTAKA Aryani, Y.F. (2006). Evaluasi Daya Serap Pinjaman Luar Negeri pada Proyek-proyek yang Dibiayai IBRD di Indonesia. Indonesia: Universitas Indonesia. Bappenas ( ). Laporan Triwulanan I, II, III, IV Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Luar Negeri. Jakarta Masita, R.N. (2013). Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Proyek di Bidang SDA Dinas PU Provinsi Papua. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nurfaida, W. (2009). Pengelolaan Risiko Penyiapan Proyek yang Bersumber Dana Pinjaman Luar Negeri terhadap Waktu Pelaksanaan Konstruksi Jalan. Jakarta: Universitas Indonesia. Subki, A. (2007). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Pembengkakan Biaya terhadap Owner pada Pelaksanaan Proyek Prasarana Jalan dengan Sumber Dana Pinjaman Luar Negeri. Jakarta: Universitas Indonesia. Turnip, L.L. (2008). Manajemen Kinerja Proses Pengadaan dan Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Waktu Proses Pengadaan dengan Pinjaman Luar Negeri di Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Bandung. B-19-10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tersedianya infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan infrastruktur fisik lainnya menjadi pendorong bagi kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional. Sistem

Lebih terperinci

Tabel 5.15 Kendala Proyek Pinjaman Luar Negeri

Tabel 5.15 Kendala Proyek Pinjaman Luar Negeri Tabel 5.15 Kendala Proyek Pinjaman Luar Negeri 123 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penyelenggaraan kegiatan melalui Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) di lingkungan Kementerian Pekerjaan

Lebih terperinci

Akselerasi Penyerapan Anggaran terkait Keppres 80/2003

Akselerasi Penyerapan Anggaran terkait Keppres 80/2003 LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Akselerasi Penyerapan Anggaran terkait Keppres 80/2003 Rapat Kerja Perkuatan Perekonomian Daerah dalam Mengantisipasi Krisis Finansial Global Kementerian

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 18/PRT/M/2006 TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 18/PRT/M/2006 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 18/PRT/M/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGENDALIAN PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI BIDANG PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA KEGIATAN YANG DIBIAYAI PINJAMAN IDB

KEBIJAKAN UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA KEGIATAN YANG DIBIAYAI PINJAMAN IDB KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS KEBIJAKAN UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA KEGIATAN YANG DIBIAYAI PINJAMAN IDB Workshop The IDB Procurement Guidelines Jakarta, 10 September2013 Direktorat Pendanaan Luar Negeri

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 6 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 52 /PMK. 010 /2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH KEPADA DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 6 Peraturan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI NOVEMBER 2014 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi November

Lebih terperinci

ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA

ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA Bagus Prasetyo Budi 3108100042 Dosen Pembimbing Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D. JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI APRIL 06 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.67, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Jabatan Fungsional. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa. Angka Kreditnya. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN IV TA.

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN IV TA. LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN IV TA. 2013 Ringkasan Eksekutif Dengan berakhirnya Tahun Aggaran 2013, Pusat

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, u PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 1 TAHUN 2013 NOMOR : 14 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR: PER. 005/M.PPN/06/2006 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN DAN PENGAJUAN USULAN SERTA PENILAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendapatkan pekerjaan (proyek) pada sektor jasa konstruksi hampir selalu melalui proses yang dinamakan pelelangan/tender. Proses ini menjadi sangat penting

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALYSIS OF FACTORS - FACTORS AFFECTING THE COST OVERRUNS ON CONSTRUCTION PROJECTS IN SURABAYA Ari Swezni, Retno

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI OKTOBER 204 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Oktober 204

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang No.1000, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PDN. PLN. Penerusan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENERUSAN PINJAMAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN III TA.

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN III TA. LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN III TA. 2013 Ringkasan Eksekutif Menginjak Triwulan IV Tahun Aggaran 2013

Lebih terperinci

Klasifikasi Pinjaman dan Hibah

Klasifikasi Pinjaman dan Hibah LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI MEI 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR LAPORAN TRIWULANAN PELAKSANAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR LAPORAN TRIWULANAN PELAKSANAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR LAPORAN TRIWULANAN PELAKSANAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN HIBAH (LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 180/PMK.08/2012 JO. PERATURAN MENTERI KEUNGAN NOMOR 224/PMK.08/2011)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud merupakan permasalahan yang perlu untuk dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga marak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53 /PMK.010/2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DAERAH DARI PEMERINTAH YANG DANANYA BERSUMBER DARI PINJAMAN LUAR NEGERI MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PROSEDUR EPROCUREMENT

PROSEDUR EPROCUREMENT Halaman 1 dari 14 PROSEDUR EPROCUREMENT No Dokumen Revisi : 00 Tanggal Terbit : Ref. ISO 27001 Ref. Regulasi : P03/GRMS/BP.Sby : A.10.1.1 Documented operating procedure :Perpres 54/2010, Perpres 70/2012,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 50-1. NAMA JABATAN : Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi I 2. IKHTISAR JABATAN: Melakukan penyiapan bahan monitoring dan evaluasi, analisis perkembangan dan penyiapan bahan rekomendasi rencana tindak

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI DANA DESA 1. Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.08/2016 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR DALAM RANGKA PENUGASAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI BIDANG KE-PU-AN

KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI BIDANG KE-PU-AN DOWNLOAD/UNDUH FORM KUESIONER ( dalam format DOC ) PENGIRIMAN HASIL PENGISIAN KUESIONER MELALUI alamat e-mail : bpksdm.survey@gmail.com KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 4 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Pebruari 2008 BAB I PENGORGANISASIAN KEGIATAN

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 4 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Pebruari 2008 BAB I PENGORGANISASIAN KEGIATAN LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 4 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Pebruari 2008 BAB I PENGORGANISASIAN KEGIATAN 1. Ketentuan Umum Pengelolaan Belanja Daerah dilakukan melalui proses perencanaan,

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI MARET 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53/PMK.010/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53/PMK.010/2006 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 53/PMK.010/2006 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DAERAH DARI PEMERINTAH YANG DANANYA BERSUMBER DARI PINJAMAN LUAR NEGERI MENTERI

Lebih terperinci

SHELLY ATMA DEVINTA

SHELLY ATMA DEVINTA SHELLY ATMA DEVINTA 3110100036 DOSEN PEMBIMBING: Cahyono Bintang Nurcahyo ST, MT Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI

PETUNJUK TEKNIS PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI PETUNJUK TEKNIS PENGAJUAN USULAN KEGIATAN YANG DIBIAYAI DARI PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI PENINGKATAN KESIAPAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (BUKU 3) KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisisi dan penegertian penghambat Kata penghambat dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang menghambat (merintangi, menahan,

Lebih terperinci

OLAAN N AMAN. Direktorat Direktorat Jen uangan

OLAAN N AMAN. Direktorat Direktorat Jen uangan LAPORAN PEENGELO OLAAN N AMAN N DAN HIBAH H PINJA EDIISI APR RIL 2015 D Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jen nderal Pengeelolaan Pemb biayaan dan Risiko Kemeenterian Keu uangan Direktorat Pinjaman

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN II TA.

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN II TA. LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN II TA. 2013 Ringkasan Eksekutif Dengan berakhirnya Triwulan II 2013, Pusat

Lebih terperinci

Klasifikasi Pinjaman dan Hibah

Klasifikasi Pinjaman dan Hibah LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JUNI 2015 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Penyimpangan yang terjadi pada pelaksanaan tender

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU + 1 PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM

BAB 2 IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM BAB 2 IMPLEMENTASI DAN PENGELOLAAN PROGRAM 4.1 Organisasi Pelaksana Kegiatan Program Hibah Kompetisi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter (PHK-PKPD) di FK UNEJ dikelola oleh satu tim yang dipimpin oleh

Lebih terperinci

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah);

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah); 1 Tujuan Untuk menjamin bahwa pelaksanaan proses Pemilihan Langsung sesuai dengan peraturan per undang-undangan yang berlaku, harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 2 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

Kebijakan dalam Mekanisme Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

Kebijakan dalam Mekanisme Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Kebijakan dalam Mekanisme Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Sosialisasi Pendanaan Alternatif melalui Mekanisme Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Batam,

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI NOVEMBER 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan

Lebih terperinci

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya

Analisis Risiko Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya 1 Analisis Rantai Pasok pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surabaya Shelly Atma Devinta, I Putu Artama Wiguna, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

K E M E N T E R I A N P U P R ( K o n s u l t a s i R e g i o n a l K e m e n t e r i a n P U P R )

K E M E N T E R I A N P U P R ( K o n s u l t a s i R e g i o n a l K e m e n t e r i a n P U P R ) KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN K E M E N T E R I A N P U P R ( K o n s u l t a s i R e g i o n a l K e m e n t e r i a n P U P R 2 0 1 7 ) J a k a r t a, 8 J u n i 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN DAN/ATAU PENERIMAAN HIBAH SERTA PENERUSAN PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

MATERI POK BULAN APRIL 2017

MATERI POK BULAN APRIL 2017 MATERI POK BULAN APRIL 2017 BIDANG SARANA PRASARANA PERMUKIMAN DAN BANGUNAN GEDUNG DINAS PU BINA MARGA DAN CIPTA KARYA PROVINSI JAWA TENGAH Program Peningkatan Kinerja Pengelola Air Minum dan Sanitasi

Lebih terperinci

Peran Audit untuk Mengungkap Penyalahgunaan Anggaran Proyek di Perusahaan Jasa Konstruksi Oleh : Putu Sukma Kurniawan

Peran Audit untuk Mengungkap Penyalahgunaan Anggaran Proyek di Perusahaan Jasa Konstruksi Oleh : Putu Sukma Kurniawan Peran Audit untuk Mengungkap Penyalahgunaan Anggaran Proyek di Perusahaan Jasa Konstruksi Oleh : Putu Sukma Kurniawan Program peningkatan perekonomian di Indonesia sangat ditunjang dengan adanya infrastruktur

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN I TA.

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN I TA. LAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN TRIWULAN I TA. 2014 Ringkasan Eksekutif Mengawali Tahun Aggaran 2014, Pusat Kerja

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 : KUESIONER REDUKSI VARIABEL PENELITIAN

Lampiran 1 : KUESIONER REDUKSI VARIABEL PENELITIAN 122 Lampiran 1 : KUESIONER REDUKSI VARIABEL PENELITIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KINERJA KUALITAS KONTRAKTOR I. PENDAHULUAN Penelitian ini akan berusaha mengidentifikasi dan menganalisis

Lebih terperinci

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya 1. Sistem Gugur 2. Sistem Nilai 3. Biaya Selama Umum Ekonomis

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya 1. Sistem Gugur 2. Sistem Nilai 3. Biaya Selama Umum Ekonomis EVALUASI PENAWARAN DALAM PROSES PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH Oleh : Abu Sopian Balai Diklat Keuangan Palembang Hal yang paling berpengaruh dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Hibah. Millenium Challenge Corporation. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.05/2012 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI MEI 2015

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI MEI 2015 LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI MEI 2015 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur transportasi darat yang berperan sangat penting dalam perkembangan suatu wilayah. Jalan berfungsi untuk mendukung kegiatan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) JASA KONSULTAN PENGAWAS Pekerjaan : Pengawasan Pembangunan/Rehabilitasi Pasar Doi-Doi Lokasi : Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru Tahun Anggaran 2016 1 KERANGKA ACUAN KERJA

Lebih terperinci

PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH

PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH PERENCANAAN, PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN, DAN PEMANTAUAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH KEPADA DAERAH A. PENGANTAR Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI OKTOBER 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia yang sedang dikerjakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Bab V SIMPULAN DAN SARAN

Bab V SIMPULAN DAN SARAN Bab V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pada indikasi menurunnya efisiensi dan efektivitas dari tahun ke tahun pada kegiatan operasional PT Rekayasa Engineering, maka dapat disimpulkan bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI SEPTEMBER 2014 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Agustus

Lebih terperinci

PEDOMAN APIP KEMENTERIAN/LEMBAGA/ PEMERINTAH DAERAH OLEH TAHUN ANGGARAN 2017 REVISI 1

PEDOMAN APIP KEMENTERIAN/LEMBAGA/ PEMERINTAH DAERAH OLEH TAHUN ANGGARAN 2017 REVISI 1 PEDOMAN REVIU PENYERAPAN ANGGARAN BELANJA DAN REALISASI PENDAPATAN, PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SERTA KEPATUHAN ATAS PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI OLEH APIP KEMENTERIAN/LEMBAGA/ PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENYIAPAN LELANG AWAL TA.2017

KEBIJAKAN DAN PENYIAPAN LELANG AWAL TA.2017 t KEBIJAKAN DAN PENYIAPAN LELANG AWAL TA.2017 Oleh: Direktur Jenderal Bina Konstruksi TOPIK PEMBAHASAN Pedoman dan Acuan Pengadaan Barang dan Jasa Tugas dan Fungsi ULP dan Pokja Kebijakan Pelelangan Awal

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Bagian Pembangunan Tahun 2015 RENCANA KINERJA

Rencana Kinerja Bagian Pembangunan Tahun 2015 RENCANA KINERJA RENCANA KINERJA BAGIAN PEMBANGUNAN SETDA KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 1 KATA PENGANTAR Dengan Mengucap puji syukur Kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmatnya akhirnya dapat disusun Rencana Kinerja Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DARI PEMERINTAH KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2018, No Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerint

2018, No Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerint No.624, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LKPP. Pemilihan dan Penetapan Panel Konsultan KPPIP. PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENYERAPAN ANGGARAN PROYEK PADA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENYERAPAN ANGGARAN PROYEK PADA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENYERAPAN ANGGARAN PROYEK PADA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU Diana Febrianti 1) dan Tri Joko Wahyu Adi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 IDENTIFIKASI DAN RESPON RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN PENGHUBUNG TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA PAKET C DARI PERSEPSI KONTRAKTOR Asraf Ali Hamidi 3106 100

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

- 1 - RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TINGKAT AHLI DAN ANGKA KREDITNYA BUTIR KEGIATAN

- 1 - RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TINGKAT AHLI DAN ANGKA KREDITNYA BUTIR KEGIATAN - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MOR : 77 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG DAN JASA DAN NYA RINCIAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

Direct Lending Kepada BUMN Sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur

Direct Lending Kepada BUMN Sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Direct Lending Kepada BUMN Sebagai Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Riza Azmi Pendahuluan Pemerintah khususnya Kementerian Keuangan dewasa ini dihadapkan pada keterbatasan anggaran negara dalam memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadaan barang/ jasa atau lebih dikenal dengan pelelangan merupakan salah satu proses pada proyek tertentu, seperti proyek pemerintah yang berskala besar. Pengadaan barang/

Lebih terperinci

1 Direktorat Pengelolaan Kas Negara, DJPBN, KEMKEU RI

1 Direktorat Pengelolaan Kas Negara, DJPBN, KEMKEU RI 1 2 Overview Prinsip Reksus Gambaran Umum Reksus Tahapan Reksus Pelaksanaan Reksus di KPPN Kebijakan Reksus Refund PHLN 3 Prinsip Manajemen Kas Reksus Efisien dan Efektif (Cost of Fund rendah) Efisien:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Proyek Konstruksi II.5.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan, ada awal dan akhir, dan umumnya berjangka

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2018 NOMOR : SP DIPA /2018 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-33.1-/218 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DARI PEMERINTAH KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 /PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

KEDUDUKAN PENYEDIA BARANG/JASA MENURUT PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015

KEDUDUKAN PENYEDIA BARANG/JASA MENURUT PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015 KEDUDUKAN PENYEDIA BARANG/JASA MENURUT PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015 Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Tanggal 16 Januari 2015 terjadi perubahan ketentuan

Lebih terperinci

PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN PEMBAYARAN PINJAMAN LUAR NEGERI

PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN PEMBAYARAN PINJAMAN LUAR NEGERI PENGUJIAN DOKUMEN PERSYARATAN PEMBAYARAN PINJAMAN LUAR NEGERI 8 Menyebutkan Pengertian Ketentuan Mengenai Uang Muka PHLN Menjelaskan Batas Pencairan UP PHLN Menjelaskan Ketentuan Mengenai Sisa Dana PHLN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA

KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA. Latar Belakang a. Dasar Hukum Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi

Lebih terperinci

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 TAHUN 2010 TANGGAL : 28 JANUARI 2010 TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA A. Perencanaan Pengadaaan 1. Menteri/Kepala

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 61 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Metode Penelitian adalah suatu metode yang digunakan untuk menjawab masalah secara detil yang meliputi : Variabel yang diteliti. Desain riset yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya volume pembangunan bangunan gedung negara, serta terbatasnya sumber daya yang tersedia, semakin dirasakan perlu adanya standarisasi yang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Lampiran I FORMAT SK PENETAPAN POKJA OLEH KEPALA SATUAN KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SATUAN KERJA...(A)....................... ( B )......................... (C)... KEPUTUSAN KUASA

Lebih terperinci