BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis tinggi dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Menurut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis tinggi dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Menurut"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Tuna (Thunnus sp.) Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan ikan pelagis besar dan bernilai ekonomis tinggi dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Menurut Saanin (1968), Ikan tuna termasuk dalam keluarga scombroidae, tubuhnya berbentuk cerutu, memiliki dua sirip punggung, memiliki jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Ikan tuna tertutup oleh sisik kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian aas tubuhnya, adapula yang memiliki sirip tambahan yang berwarna kuning cerah (yellowfin) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1 dan taksonomi dari ikan tuna (Saanin, 1968) adalah sebagai berikut : Filum Subfilum Klas Subklas Family Ordo Subordo Genus Spesies : Chordata : Vertebrata : Teleostei : Actinopterygi : Scombroidae : Perciformes : Scombridea : Thunnus : Thunnus sp. 5

2 Gambar 1. Morfologi ikan tuna (Thunnus sp.) Sumber: Wicaksono (2009) Tuna terdiri atas beberapa spesies diantaranya mata besar (Thunnus obesus), albakora (T. alalunga), madidihang (T. albacores), sirip biru (T. maccoyii), dan cakalang (Katsuwonus pelamis). Penyebaran tuna di perairan sangat ditentukan oleh parameter suhu. Jenis madidihang dan cakalang merupakan spesies yang paling banyak tertangkap di Indonesia. Berdasarkan Food and Agryculture Organization (FAO) (2012), madidihang banyak ditemukan di bagian bawah dan di atas lapisan termokline sehingga penyebaran jenis tuna ini banyak ditemukan di daerah tropis seperti di Indonesia. 2.2 Limbah Tulang Ikan Kegiatan pengolahan ikan akan menghasilkan limbah sisa atau hasil sampingan. Menurut Fahrul (2005), hasil samping atau limbah merupakan bagian dari tubuh ikan (selain daging) yang tidak terpakai pada pengolahan hasil-hasil perikanan sebab dianggap tidak dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah. Hasil samping tersebut salah satunya adalah tulang ikan, tulang ikan tergolong kedalam jenis limbah yang bersifat organik jika tidak termanfaatkan dan apabila dimanfaatkan lagi akan menghasilkan produk yang bernilai tambah. Lebih lanjut dinyatakan bahwa umumnya pengolahan tulang ikan dijadikan sebagai 6

3 bahan baku tepung ikan dan kerupuk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan gelatin. Pada ikan tuna yang diolah menjadi produk loin, akan menghasilkan hasil samping berupa tulang sekitar 15%, kepala sekitar 30%, sisa kulit dan sisik sekitar 10% (Wiratmaja 2006). Menurut Hadiwiyoto (1993), ikan tersusun atas tulang pokok pada ikan yang terdiri atas tulang punggung yang terdiri atas ruas tulang yang saling dihubungkan dengan jaringan pengikat yang lentur (kolagen). 2.3 Cuka Aren Menurut Baharudin dkk (2012), nira aren adalah cairan yang manis yang diperoleh dari air perasan batang atau getah tandan bunga tanaman dari keluarga Palma (palem) seperti aren. Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang penting di Indonesia karena tergolong tanaman serba guna. Tanaman aren berukuran besar dan tinggi, dengan diameter hingga 65 cm dan tinggi pohon dapat mencapai 25 m. Batang pokok aren kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk yang merupakan bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang serta buahnya dikenal dengan nama kolang-kaling (Warta 2009). Dalam keadaan segar, nira berasa manis, berbau khas dan tidak berwarna. Nira mengandung beberapa zat gizi yang dapat dilihat pada Tabel 1. 7

4 Gambar 2. Pohon aren sebagai penghasil air nira Sumber : Warta (2009) Tabel 1. Komposisi kimia nira aren Komponen Persentasi (%) Karbohidrat 11,18 Protein 0,28 Lemak 0,01 Abu 0,35 Air 89,23 Sumber : Lempang dan Mangopang (2012) Menurut Lempang dan Mangopang (2012), rasa manis pada nira disebabkan karena kandungan karbohidrat yang tinggi (11,18%) yaitu golongan sukrosa. Namun nira merupakan media yang subur bagi pertumbuhan mikroorganisme sehingga dapat mengalami fermentasi secara alami. Cuka aren merupakan hasil fermentasi air nira yang telah lama ditemukan oleh masyarakat. Rasa asam dari cuka disebabkan oleh kandungan asam. Selain asam asetat, cuka aren mengandung asam alami lainnya seperti asam laktat, asam fumarat, asam tartarat dan asam propoinat. Air nira mengandung gugus gula yang secara alami mengalami proses fermentasi. Proses fermentasi air nira berlangsung dalam 2 tahapan (Baharudin dkk 2012 ) yaitu : 8

5 a. Tahapan anaerobik. Melalui proses anaerobik dengan bantuan ragi alami yang telah ada dalam air nira diubah menjadi bentuk alkohol. Jenis ragi yang terdapat pada fermentasi nira adalah Saccharomyces. Ragi akan mengubah glukosa (C 6 H 12 O 6 ) menjadi alkohol (etanol) dan karbon dioksida. Reaksi pengubahan gugus gula menjadi alkohol dapat dilihat sebagai berikut. yeast C 6 H 12 O 6 2CH 3 CH 2 OH + 2CO 2 Glukosa Etanol Karbon dioksida b. Tahap aerobik. Etanol yang dihasilkan dari proses anaerobik teroksidasi (aerobik) menjadi asam asetat dan air. Menurut Solikhah (2010), mikroorganisme yang hidup didalam asam cuka memerlukan oksigen untuk melakukan metabolisme. Hasil oksidasi dari etanol adalah asam asetat, sedangkan metabolisme dari mikroorganisme akan menghasilkan air. Jenis bakteri dapat tumbuh dalam nira adalah Lactobacillus plantarum, Acetobacter sp, Bacillus subtillis, Bacterium aceti, Flavobacterium. Pembentukan etanol dan oksidasi etanol merupakan proses yang terjadi secara bersamaan. Reaksi pengubahan etanol menjadi asam asetat dapat dilihat sebagai berikut. bakteri 2CH 3 CH 2 OH + O 2 CH 3 COOH + 2H 2 O Etanol Oksigen Asam asetat Air Cuka aren yang difermentasikan selama sekitar 14 hari dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-sehari terutama dalam pengolahan masakan khas daerah. Selain itu, bagian dari tanaman aren dapat digunakan untuk keperluan kerajinan, bangunan, dan kebutuhan pangan. 9

6 2.4 Kolagen Sebagai Cikal Bakal Gelatin Kolagen merupakan salah satu jenis protein fibrial selain keratin dan elastin dan merupakan penyusun pada hampir sepertiga total massa protein hewan vetebrata atau hampir 30%. Kolagen juga dapat didefinisikan sebagai material yang mempunyai kekuatan rentang dan struktur yang berbentuk serat. Kolagen terdapat dalam semua organ yang menampilkan kekuatan dan kekakuan pada organisme vetebrata termasuk ikan. Organ-organ tersebut adalah tulang, gigi, tulang rawan dan urat pada daging dan kulit (Katili 2009). Menurut Lehninger (1982), kolagen disusun oleh + 20 jenis asam-asam amino yang mana asam amino glisin merupakan asam amino dengan persentasi terbesar yaitu berkisar 35%, kemudian diikuti dengan alanin berkisar 11%, selain itu terdapat asam amino prolin dan 4-hidroksiprolin sekitar 21%. Schrieber dan Gareis (2007) menyatakan bahwa kedua asam amino prolin dan 4-hydroxiprolin tersebut tidak di temukan pada jenis protein serat keratin. Hydroxiprolin merupakan salah satu asam amino pembatas dalam berbagai protein. Walaupun mengandung asam-asam amino lengkap, kolagen tidak memiliki asam amino triptofan (Almatsier, 2002). Menurut Katili (2009), secara fisik kolagen terdiri atas benang-benang fibrial (heliks) yang saling berpilin erat membentuk suatu struktur yang disebut tropokolagen. Heliks kolagen yang berpilin menyebabkan kolagen bersifat elastis. Di antara fibril kolagen terdapat ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen antara heliks kolagen sangat sensitif jika terkena dengan larutan alkali atau asam, dimana asam atau basa dapat memutuskan ikatan hidrogen sehingga heliks kolagen mengembang. 10

7 Almatsier (2002) menyatakan bahwa kolagen bersifat tidak larut air, namun jika dipanaskan dalam air, asam encer atau basa maka kolagen akan terkonversi dalam bentuk gelatin. Dalam hal ini konversi kolagen menjadi gelatin bergantung pada suhu dan larutan asam atau basa sebagai pemecah ikatan hidrogen pada untaian heliksnya. 2.5 Gelatin Menurut Pranoto (2006), gelatin merupakan hasil hidrolisis parsial dari jenis protein kolagen yang merupakan penyusun terbesar pada jaringan pengikat yang memiliki berat molekul gelatin berkisar Di dalam tubuh ikan, khususnya pada bagian tulangnya terdapat kandungan kolagen sebesar 18,6% yang merupakan cikal bakal dari gelatin (Wiratmaja 2006). Menurut Schrieber dan Gareis (2007), secara kimiawi gelatin mengandung 20 jenis asam amino yang tergabung dalam ikatan polipeptida, sama seperti komposisi kolagen. Senyawa gelatin tersusun oleh satuan terulang asam amino glisin-prolin-prolin atau glisin-prolin-hidroksiprolin. Bentuk struktur gelatin dapat dilihat pada Gambar 3. Simbol R pada Gambar 3 merupakan gugus alkil (rantai samping) yang terdiri atas residu glisin dan residu prolin. Gambar 3. Struktur kimia gelatin Sumber: Mar and Stewart (1957) diacu dalam Wijaya (2001) 11

8 Gelatin memiliki sifat yang khas. Gelatin akan mengembang jika direndam dalam air dan menjadi lunak, serta berangsur-angsur menyerap air 5-10 kali bobotnya. Gelatin larut dalam air panas dan jika didinginkan akan membentuk gel yang dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke gel seiring dengan menurun atau naiknya suhu, membengkak atau mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan dan dapat melindungi sistem koloid (Amiruldin 2007). Leigner et al (2012) menyatakan pula bahwa gelatin dapat larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol, propilen glikol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol itu sendiri, aseton, karbon, tetraklorida, benzene, petroleum eter. Karena sifatsifatnya, gelatin digunakan sebagai bahan tambahan (additive) pada beberapa bahan utama industri baik pangan maupun non-pangan Menurut Junianto dkk (2006), konversi kolagen menjadi gelatin melibatkan 3 tahapan utama, yaitu a. Pemutusan sejumlah ikatan peptida untuk memperpendek rantai b. Pemutusan / pengacauan sejumlah ikatan samping antar rantai c. Perubahan konfigurasi rantai Konversi kolagen ini merupakan suatu transformasi esensial dalam pembuatan gelatin. Junianto dkk (2006) menyatakan bahwa dalam proses transformasi ini, kolagen harus mendapat perlakuan awal menjadi bentuk yang dapat diekstraksi. Ekstraksi ini dapat menyebabkan pemutusan ikatan hidrogen di antara ketiga rantai tropokolagen menjadi tiga untai heliks rantai bebas, dua rantai heliks saling berikatan dan satu rantai heliks bebas. Serat kolagen akan mengembang bila direndam dalam asam atau larutan alkali. Berdasarkan 12

9 Lehninger (1982), bahwa kolagen akan terputus jika terkena asam atau basa dan akan mengalami transformasi dari bentuk untaian larut dan tidak tercerna menjadi gelatin yang larut air Metode Pembuatan Gelatin Metode pembuatan gelatin dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan jenis pelarut yang digunakan untuk memecahkan ikatan heliks kolagen. Pelarut yang digunakan dapat berupa asam atau basa, sehingga berdasarkan pelarut yang digunakan dikenal 2 metode yaitu metode asam dan metode basa. a. Metode Asam Metode asam berarti penggunaan larutan asam untuk memecahkan ikatan tropokolagen. Jenis asam yang digunakan bermacam-macam baik asam kuat maupun asam lemah. Asam dapat memecahkan ikatan tropokolagen menjadi rantai tunggal sehingga jumlah gelatin yang akan terbentuk menjadi lebih banyak (Lehninger 1982). Jenis asam organik yang dapat digunakan adalah asam asetat, sitrat, fumarat, askorbat, malat, suksinat, tartarat, dan asam lain yang aman serta tidak menusuk hidung. Beberapa jenis asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan asam fosfat tidak layak digunakan untuk mengekstraksi gelatin dari kulit karena akan menghasilkan warna hitam dan bau menusuk pada gelatin yang dihasilkan (Pelu dkk 1998 diacu dalam Setiawati 2009). Semakin kuat jenis asam yang digunakan maka akan menyebabkan meningkatnya jumlah kolagen yang terlarut bahkan akan ikut hilang pada saat pencucian ossein sehingga mempengaruhi jumlah rendemen yang dihasilkan (Mulyani dkk 2012). 13

10 Berdasarkan Wiratmaja (2006), metode pembuatan gelatin tulang ikan tuna yang menggunakan asam klorida (HCl) dengan konsentrasi 3%-7%. Tahapan pembuatan gelatin diawali dengan penghilangan lemak (degreasing) dengan cara merebus tulang ikan tuna pada suhu 80ºC selama 30 menit. Selanjutnya, tulang ikan tuna dibersihkan dari sisa daging dan kotoran lainnya, setelah bersih tulang dijemur selama 2 hari dan tulang ikan yang kering dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil (1-2cm). Tulang ikan direndam dengan menggunakan asam klorida (3%-7%) dengan perbandingan asam klorida dengan jumlah tulang ikan (1:4) dengan larutan perendaman adalah 2 hari. Tulang ikan yang telah direndam akan menjadi ossein. Ossein dicuci dengan air mengalir untuk menetralkan ph atau menghilangkan sisasisa asam. Tahap selanjutnya adalah ekstraksi yang dilakukan pada suhu 80-90ºC selama 4 jam. Hasil ekstraksi disaring menggunakan kain blacu. Hasil saringan berupa larutan gelatin dikeringkan dalam oven yang bersuhu 60ºC selama 24 jam. Hasil yang diperoleh berupa lembaran gelatin. Lembaran gelatin kemudian dihaluskan menjadi bubuk gelatin. Alur pembuatan gelatin dapat dilihat pada Gambar 4. 14

11 Tulang ikan Tuna Degreasing (suhu 80ºC, 30 menit) Pembersihan Pengeringan tulang 2 hari Pengecilan ukuran tulang Demineralisasi dalam larutan asam, 2 hari Pencucian sampai ph netral Perendaman ossein dalam akuades selama 1 hari Ekstraksi pada suhu 80ºC-90ºC, 4 jam Penyaringan Pengeringan dalam oven (60ºC) Lembaran gelatin Gambar 4. Metode pembuatan gelatin tulang ikan Tuna Sumber: Wiratmaja (2006) b. Metode Basa Metode pembuatan gelatin dengan proses basa hampir sama dengan proses asam, namun perbedaanya terdapat pada larutan perendaman bahan (tulang ikan) yang digunakan. Jenis larutan perendaman yang digunakan adalah larutan basa (alkali). 15

12 Menurut Astawan dan Aviana (2003), perendaman dalam larutan basa dinilai kurang efektif, sebab proses basa akan membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan proses asam dalam hal mengubah kolagen menjadi gelatin. Hal ini disebabkan karena larutan basa hanya dapat menguraikan tropokolagen menjadi rantai ganda. Amiruldin (2007) melaporkan bahwa tulang ikan yang telah direndam dalam NaOH (0,4-0,8%) masih mendapat perlakuan dengan perendaman dalam larutan asam klorida (HCl) dengan konsentrasi 5%. Perlakuan dengan bantuan asam ini bertujuan untuk mempercepat pemecahan ikatan hidrogen antar untai heliks sehingga waktu yang dibutuhkan lebih cepat Karakteristik Fisik dan Kimia Gelatin Ikan Gelatin sebagai bahan tambahan makanan (additive) memiliki karakteristik fisik yang khas seperti kekuatan membentuk gel dan viskositas, namun gelatin memiliki karakteristik lainnya yang juga penting seperti kandungan proksimat, ph, titik gel dan titik leleh yang menentukan mutu secara keseluruhan dari gelatin tersebut. Karakteristik inilah yang membuat gelatin mudah diserap oleh tubuh sehingga gelatin digolongkan sebagai biological fluids (Bhat dan Agrawal, 2007). Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional Indonesia (1995), FAO (2003) dan Global Agri System, mutu gelatin dapat dilihat pada Tabel 2. 16

13 Tabel 2. Standar mutu gelatin Karakteristik Syarat SNI Syarat FAO Global Agri System Warna Tidak berwarna, - - kekuningan pucat Bau, rasa Normal (dapat - - diterima konsumen) Kadar air Maks. 16% maks. 18% maks.12% Kadar abu Maks. 3,25% maks.2% maks.0,5% Kadar lemak - - 0% Nitrogen - - min 15,7% Logam berat Maks. 50 mg/kg Maks. 50 mg/kg maks ppm Arsen Maks. 2 mg/kg Maks. 1 mg/kg - Tembaga Maks. 30 mg/kg - - Seng Maks. 100 mg/kg - maks. 2 ppm Belerang Oksida - Maks. 40 mg/kg - Timah hitam - Maks. 5 mg/kg maks. 6 ppm Sulfit Maks.1000 Mg/kg - - Kalsium maks. 120 ppm Sumber : BSN (1995),JECFA (2003) dan Global Agri System (2009) Karakteristik fisik a) Rendemen Dalam pembuatan gelatin dari tulang ikan sangat penting bagi kita untuk mengetahui nilai rendemen gelatin. Rendemen merupakan perbandingan dari jumlah (g) hasil dengan jumlah (g) bahan baku. Rendemen gelatin adalah perbandingan jumlah gelatin yang diperoleh dari hidrolisis kolagen dengan jumlah bahan baku. Nilai rendemen dinyatakan dalam persentasi (%). Dengan mengetahui nilai rendemen maka akan dapat diperhitungkan aspek ekonomi pembuatan gelatin. Jumlah rendemen gelatin ditentukan oleh jenis pelarut atau metode pembuatannya dan lama perendaman. Gelatin yang diproses dengan asam akan menghasilkan nilai rendemen yang lebih besar dibandingkan dengan gelatin yang diperoleh dari proses basa (Wiratmaja 2006). 17

14 b) Titik gel dan titik leleh Menurut Scheiber dan Gareis (2007), titik gel dan titik leleh sangat menentukan aplikasi gelatin itu sendiri seperti pada pembuatan kapsul. Titik gel (gelation point) adalah suhu dimana gelatin mulai dapat membentuk gel, sedangkan titik leleh (melting point) adalah suhu dimana gelatin mulai meleleh. Titik gel dan titik leleh mempengaruhi karakteristik kekuatan gel Karakteritik kimia gelatin a. Derajat keasaman (ph) Menurut Nurilamala (2004), nilai ph dari gelatin akan menentukan tujuan aplikasi gelatin, ph netral cocok untuk produk daging, farmasi, fotografi, dan sebagainya sedangkan ph rendah sangat baik digunakan untuk produk juice, mayonnaise, sirop asam dan produk pangan yang bersifat asam lainnya. Nilai ph akan menentukan kekuatan gel dari gelatin ikan. Semakin tinggi nilai ph semakin rendah nilai kekuatan gel dari gelatin tulang ikan yang dihasilkan. Nilai ph yang diharapkan adalah mendekati ph netral sehingga dapat diaplikasikan secara luas (Amiruldin 2007). b. Kadar air Kadar air adalah kandungan air bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan bobot basah dan bobot kering. Kadar air merupakan parameter penting dari suatu produk pangan, karena kandungan air dalam makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, penampakan, tekstur, citarasa, dan mutu bahan pangan serta daya tahan bahan (Winarno 2002). Menurut Kusnandar (2011), air dalam pangan juga berperan sebagai media pindah panas sebab air dapat bersifat konduktif sehingga air dapat memindahkan panas dalam proses pengolahan. 18

15 c. Kadar abu Menurut Fennema (2008), kadar abu merupakan salah satu komposisi proksimat dari suatu pangan. Kadar abu digambarkan sebagai kandungan mineral dalam pangan namun tidak dapat menyatakan total kandungan mineral yang terdapat di dalam pangan tersebut. Menurut Fatimah (2008), penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kemurnian serta kebersihan suatu bahan pangan yang dihasilkan. d. Kadar protein Protein merupakan kandungan yang tertinggi di dalam gelatin. Gelatin sebagai salah satu jenis protein konversi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis kolagen. Menurut Fahrul (2005), kandungan protein suatu jaringan hidup (organisme) akan menentukan kandungan protein kolagen yang dihasilkan. e. Kadar lemak Menurut Winarno (2002), kadar lemak suatu produk pangan dapat mempengaruhi kemungkinan daya simpan suatu produk karena lemak berpengaruh pada perubahan mutu selama penyimpanan. Lemak berhubungan dengan mutu kerusakan lemak dapat menurunkan nilai gizi serta menyebabkan penyimpanan rasa dan bau Aplikasi Gelatin Aplikasi Gelatin Pada Produk Pangan Wiratmaja (2006) mengatakan fungsi gelatin pada bahan pangan adalah zat pengental, penggumpal, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, penghindari sineresis, pengikat air, memperbaiki konsistensi, pelapis tipis, pengawet. 19

16 Gelatin digunakan untuk memperbaiki tekstur produk dan mencegah terjadinya sineresis pada produk susu olahan seperti yoghurt, es krim dan keju. Pada produk daging olahan seperti kornet, sosis, ham, gelatin dipakai untuk meningkatkan daya ikat air. Pada produk-produk permen jelly, gelatin digunakan untuk memperbaiki tektur kekenyalan, mengatur konsistensi produk, mengatur daya gigit dan kekerasan serta tekstur produk, mengatur kelembutan dan daya lengket di mulut (Fatimah, 2008 dan Pranoto, 2006) Aplikasi Gelatin pada Produk non Pangan Menurut Jakhar et al. (2012), pada industri non pangan gelatin digunakan pada bidang farmasi, fotografi, kosmetik dan industri pengemasan. Di bidang kosmetika, gelatin digunakan untuk menstabilkan emulsi dan sebagai bahan pengental pada personal care product seperti penyegar dan lotion, sabun (terutama yang cair), lipstik, cat kuku, busa cukur, krim pelindung sinar matahari. Menurut Junianto dkk ( 2006), dalam bidang farmasi dan kedokteran, gelatin digunakan sebagai bahan baku pembungkus kapsul untuk berbagai macam obat dan vitamin, serta infus. Bhat dan Agrawal (2007), mengemukakan alasan gelatin digunakan dalam bidang ini karena tidak bersifat toksik bagi tubuh manusia, dapat mencair pada suhu tubuh, dan digolongkan sebagai biological fluids. Dalam bidang film dan fotografi, gelatin digunakan sebagai pembawa dan pelapis zat warna film sehingga membuat film menjadi lebih sensitif. Di bidang teknis, gelatin digunakan sebagai perekat untuk lapisan kertas (Pranoto 2006). 20

17 Penelitian terbaru menunjukan bahwa gelatin dapat diaplikasikan sebagai pengemas edible pengganti plastik untuk hasil-hasil perikanan seperti kemasan tuna loin (Junianto et al 2012). 2.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini terdiri atas dua alternatif sebagai berikut : H o adalah volume cuka aren tidak berpengaruh pada karateristik kimia dan fisik gelatin tulang ikan tuna H 1 adalah sedikitnya terdapat 1 perlakuan volume cuka aren yang berpengaruh pada karateristik kimia dan fisik gelatin tulang ikan tuna. 21

TINJAUAN PUSTAKA. Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki pembuluh darah, limpa dan syaraf. Tulang terdiri atas bagian tulang yang kompak atau padat dan bagian

Lebih terperinci

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kolagen Kolagen berasal dari bahasa Yunani yang berarti lem (perekat). Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih (white connetive tissue) yang meliputi

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin 4. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan proses ekstraksi gelatin dari bahan dasar berupa cakar ayam broiler. Kandungan protein dalam cakar ayam broiler dapat mencapai 22,98% (Purnomo, 1992 dalam Siregar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Pustaka II.1.a Tulang Gambar 2.1 Limbah Tulang Ayam Tulang merupakan salah satu tenunan pengikat. Tulang terdiri dari sel, seratserat dan bahan pengisi. Bahan pengisi

Lebih terperinci

Rendemen, Titik Gel dan Titik Leleh Gelatin Tulang Ikan Tuna yang Diproses dengan Cuka Aren

Rendemen, Titik Gel dan Titik Leleh Gelatin Tulang Ikan Tuna yang Diproses dengan Cuka Aren Rendemen, Titik Gel dan Titik Leleh Gelatin Tulang Ikan Tuna yang Diproses dengan Cuka Aren 1 Mohamad Zulkifli, 2 Asri Silvana Naiu dan 2 Nikmawatisusanti Yusuf 1 zulkifli@yahoo.com 2 Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gelatin merupakan suatu polipeptida larut hasil hidrolisis parsial kolagen yang merupakan konstituen utama dari kulit, tulang, dan jaringan ikat hewan. Gelatin memiliki

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dikelompokkan sebagai berikut:kingdomanimalia, FilumChordata, KelasAves,

TINJAUAN PUSTAKA. dikelompokkan sebagai berikut:kingdomanimalia, FilumChordata, KelasAves, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetik. Jenis ayam ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Afkir Itik afkir merupakan ternak betina yang tidak produktif bertelur lagi. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Lele (Clarias gariepunis) Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Dalam bahasa Inggris disebut pula

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang didapatkan melalui tulang atau kulit hewan dengan cara ekstraksi. Pada prinsipnya, gelatin diproduksi dari bahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Lele (Clarias sp.) Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Disebut dalam bahasa Inggris catfish,

Lebih terperinci

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis) Oleh : MARSAID/ 1409.201.717 Pembimbing: Drs.Lukman Atmaja, M.Si.,Ph.D. LATAR BELAKANG PENELITIAN GELATIN Aplikasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ,5 ribu US$ (Kemenperin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN ,5 ribu US$ (Kemenperin, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin berasal dari bahasa latin (gelatos) yang berarti pembekuan. Gelatin adalah protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengolahan menjadi produk lain yang bermanfaat, yaitu nonfood untuk kulit

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengolahan menjadi produk lain yang bermanfaat, yaitu nonfood untuk kulit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Kulit merupakan hasil samping atau sisa pemotongan ternak yang mudah mengalami laju kerusakan. Kulit ternak masih dapat digunakan melalui beberapa pengolahan menjadi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gelatin merupakan salah satu produk turunan protein yang diperoleh dari hasil hidrolisis kolagen hewan yang terkandung dalam tulang dan kulit. Susunan asam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Fisik Gelatin Pengujian fisik gelatin meliputi rendemen, kekuatan gel dan viskositas. Pengujian fisik bertujuan untuk mengetahui nilai dari rendemen, kekuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang didatangkan dari luar negeri. Bibit ini didatangkan ke Indonesia secara

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam mineral.

I. TINJAUAN PUSTAKA. pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam mineral. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tulang sapi Tulang merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat dan bahan pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam mineral. Garam-garam mineral

Lebih terperinci

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan.

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan. 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, tulang ikan nila mengalami tiga jenis pra perlakuan dan dua jenis ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak gelatin yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin adalah biopolimer yang dihasilkan dari hidrolisis parsial jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin adalah biopolimer yang dihasilkan dari hidrolisis parsial jaringan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gelatin adalah biopolimer yang dihasilkan dari hidrolisis parsial jaringan kolagen yang ada pada kulit, tulang rawan, dan jaringan ikat hewan. Gelatin merupakan protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai Perikanan Air Tawar, Bogor pada tahun 1969. Setahun kemudian,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Sosis Sapi Nilai ph Sosis Sapi Substrat antimikroba yang diambil dari bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa amonia, hidrogen peroksida, asam organik (Jack

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tingkat metabolisme yang tinggi. Ayam broiler sering dibudidayakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tingkat metabolisme yang tinggi. Ayam broiler sering dibudidayakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam pedaging (Broiler) merupakan ayam ras yang memiliki daya produktivitas tinggi sehingga dapat menghasilkan produksi daging dalam waktu relatif singkat (5-6

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Klasifikasi Ikan Cakalang Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas memiliki ukuran tubuh yang relatif besar, panjang tubuh sekitar 25cm dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan PENGANTAR Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan semakin meningkat. Bahan pangan dalam bentuk segar maupun hasil olahannya merupakan jenis komoditi yang mudah rusak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Sambal Saus Sambal merupakan salah satu jenis pangan pelengkap yang sangat populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI 0129762006), saus sambal didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam melimpah. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satunya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

PERBAIKAN NILAI TAMBAH LIMBAH TULANG IKAN TUNA (Thunnus sp) MENJADI GELATIN SERTA ANALISIS FISIKA-KIMIA

PERBAIKAN NILAI TAMBAH LIMBAH TULANG IKAN TUNA (Thunnus sp) MENJADI GELATIN SERTA ANALISIS FISIKA-KIMIA PERBAIKAN NILAI TAMBAH LIMBAH TULANG IKAN TUNA (Thunnus sp) MENJADI GELATIN SERTA ANALISIS FISIKA-KIMIA Mala Nurilmala 1), Mita Wahyuni1 1), Heidi Wiratmaja 2) Abstrak Tulang ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering Uji pembedaan segitiga dilakukan untuk melihat perbedaan ikan teri hasil perlakuan dengan ikan teri komersial.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan telah banyak dikenal, karena boleh dikatakan semua orang pernah menggunakan ikan sebagai bahan pangan dengan dimasak terlebih dahulu, misalnya sebagai lauk pauk,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Maksud Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Kerangka Pemikiran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah di dalam tubuh (Kurniawan, 2006). Gelatin

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah di dalam tubuh (Kurniawan, 2006). Gelatin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin merupakan salah satu jenis protein konversi yang bersifat larut air yang diperolah melalui hidrolisis kolagen. Kolagen merupakan salah satu komponen serat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Tugas Akhir : Ir. Budi Setiawan, MT. Oleh : Sinta Aprillia Dwi Wardani ( ) Ivan Edo Nurhadist ( )

Dosen Pembimbing Tugas Akhir : Ir. Budi Setiawan, MT. Oleh : Sinta Aprillia Dwi Wardani ( ) Ivan Edo Nurhadist ( ) Dosen Pembimbing Tugas Akhir : Ir. Budi Setiawan, MT Oleh : Sinta Aprillia Dwi Wardani (2307 030 040) Ivan Edo Nurhadist (2307 030 051) LATAR BELAKANG Produksi Ceker Ayam : Ribuan ton/tahun Harga jual

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit mentah basah adalah kulit hewan yang diperoleh dari hasil pemotongan, dimana kulit tersebut telah dipisahkan dari seluruh bagian dagingnya, baik yang segar maupun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA

11. TINJAUAN PUSTAKA 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kandungan Nutrisi Telur Puyuh Telur puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%, kuning telur ( yolk) 31,9% dan kerabang serta membran kerabang 20,7%. Kandungan protein telur

Lebih terperinci

HIDROLISIS TULANG SAPI MENGGUNAKAN HCL UNTUK PEMBUATAN GELATIN

HIDROLISIS TULANG SAPI MENGGUNAKAN HCL UNTUK PEMBUATAN GELATIN HIDROLISIS TULANG SAPI MENGGUNAKAN HCL UNTUK PEMBUATAN GELATIN Dyah Suci Perwitasari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi IndustriUPN Veteran Jatim Jl. Raya Rungkut Madya, Gunung Anyar Surabaya 294

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Sari Buah 1. Definisi Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu suatu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor di antaranya cita rasa, warna, tekstur, nilai gizi, dan faktor lainnya. Secara visual, faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan yoghurt adalah Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan yoghurt adalah Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Yoghurt Yoghurt merupakan salah satu jenis minuman fermentasi susu oleh bakteri asam laktat yang memiliki khasiat bagi kesehatan dan pengobatan tubuh. Khasiat ini diperoleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolagen Kolagen adalah beberapa unit struktural yaitu tropo kolagen yang memiliki struktur batang dengan BM 3.000.000, yang terbentuk dari tiga rantai polipeptida yaang sama

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI PEMANFAATAN KULIT TERNAK. Oleh : Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

MODUL TEKNOLOGI PEMANFAATAN KULIT TERNAK. Oleh : Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P MODUL TEKNOLOGI PEMANFAATAN KULIT TERNAK Oleh : Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fak.Peternakan Universitas Hasanuddin Teknologi Pemanfaatan Kulit Ternak Oleh : Dr. Muhammad

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Ikan Kulit merupakan hasil samping dari pemotongan hewan yang berupa organ tubuh pada saat proses pengulitan. Kulit hewan, berupa tenunan dari tubuh hewan yang terbentuk

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

B. Struktur Kulit Ikan

B. Struktur Kulit Ikan B. Struktur Kulit Ikan 1. Struktur Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh hewan yang merupakan suatu kerangka luar dan tempat bulu hewan tumbuh atau tempat melekatnya sisik (Sunarto, 2001). Kulit tidak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tahun 2009 meningkat menjadi ton. Tahun 2010 produksi ikan meningkat

I PENDAHULUAN. tahun 2009 meningkat menjadi ton. Tahun 2010 produksi ikan meningkat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pikiran, (6) Hipotesa, dan (7)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari PENDAHULUAN Latar Belakang Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari campuran sari buah dan air dengan penambahan bahan pembentuk gel yang dapat membuat teksturnya menjadi kenyal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alpukat Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan buah yang berasal dari Amerika Tengah, termasuk famili Lauraceae, yaitu suatu famili tanaman

Lebih terperinci

Dewi Hastuti, dkk. Pengenalan dan proses.. PENGENALAN DAN PROSES PEMBUATAN GELATIN

Dewi Hastuti, dkk. Pengenalan dan proses.. PENGENALAN DAN PROSES PEMBUATAN GELATIN PENGENALAN DAN PROSES PEMBUATAN GELATIN Dewi Hastuti* Iriane Sumpe** (* Dosen Fakultas Pertanian UNWAHAS, **Dosen Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan UNIPA (Papua) ) Abstract Gelatin adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Kepulauan Indonesia dengan daerah continental dengan perairan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Kepulauan Indonesia dengan daerah continental dengan perairan I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. daritubuhhewan, diperoleh setelah hewan tersebutmatidandikuliti. kerbaudandombasertakambingmemilikistruktur jaringan yang

TINJAUAN PUSTAKA. daritubuhhewan, diperoleh setelah hewan tersebutmatidandikuliti. kerbaudandombasertakambingmemilikistruktur jaringan yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.I Kulit Sapi Kulit adalah hasilsampingdaripemotonganternak,merupakanlapisanterluar daritubuhhewan, diperoleh setelah hewan tersebutmatidandikuliti. Kulitdari ternakbesardankecilbaiksapi,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tulang

TINJAUAN PUSTAKA Tulang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tulang Tulang adalah organ keras yang berfungsi sebagai alat gerak pasif, menjadi tempat pertautan otot, tendo, dan ligamentum. Tulang juga berfungsi sebagai penopang tubuh, memberi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI CH 3 COOH & HCl SEBAGAI PELARUT DAN WAKTU PERENDAMAN PADA PEMBUATAN GELATIN BERBAHAN BAKU TULANG/KULIT KAKI AYAM

PENGARUH KONSENTRASI CH 3 COOH & HCl SEBAGAI PELARUT DAN WAKTU PERENDAMAN PADA PEMBUATAN GELATIN BERBAHAN BAKU TULANG/KULIT KAKI AYAM PENGARUH KONSENTRASI CH 3 COOH & HCl SEBAGAI PELARUT DAN WAKTU PERENDAMAN PADA PEMBUATAN GELATIN BERBAHAN BAKU TULANG/KULIT KAKI AYAM Siti Miskah, Indri M. Ramadianti, Achti Fadilla Hanif Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan PENDAHULUAN Latar Belakang Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan bunga jantan tanaman penghasil nira seperti aren, kelapa, tebu, bit, sagu, kurma, nipah, siwalan, mapel,

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering. Purwanti Widhy H, M.Pd

Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering. Purwanti Widhy H, M.Pd Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering Purwanti Widhy H, M.Pd SEMANGKA Merupakan tanaman herba yang tumbuh merambat dg nama citrullus vulgaris termasuk dlm keluarga labu labuan (cucurbitaceae) yang

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGANDAAN SKALA KAPASITAS BENCH PADA PRODUKSI GELATIN TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.)

EFISIENSI PENGGANDAAN SKALA KAPASITAS BENCH PADA PRODUKSI GELATIN TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) EFISIENSI PENGGANDAAN SKALA KAPASITAS BENCH PADA PRODUKSI GELATIN TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.) EFFICIENCY OF CAPACITY BENCH SCALE IN GELATINE OF RED SNAPPER BONE S PRODUCTION Ivanti Lilianti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.) Cangkang kijing lokal yang diperoleh dari danau Teratai yang terdapat di Kec. Mananggu Kab. Boalemo

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Reaksi Kimia bisa terjadi di manapun di sekitar kita, bukan hanya di laboratorium. Materi berinteraksi untuk membentuk produk baru melalui proses yang disebut reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu merupakan produk makanan olahan kedelai yangbanyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Seperti tempe, tahu juga dikenal sebagai makanan rakyat karena harganya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

EKSTRAKSI GELATIN DARI KAKI AYAM BROILER MELALUI BERBAGAI LARUTAN ASAM DAN BASA DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN

EKSTRAKSI GELATIN DARI KAKI AYAM BROILER MELALUI BERBAGAI LARUTAN ASAM DAN BASA DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN EKSTRAKSI GELATIN DARI KAKI AYAM BROILER MELALUI BERBAGAI LARUTAN ASAM DAN BASA DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN Muhammad Rasyid Indrawan*, Risna Agustina, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman umbi-umbian dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau uwi-uwian. Genus Dioscorea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan karbohidrat yaitu sekitar 80-90%

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci