Simplifikasi Proses Transaksi Personalia pada Departemen HRD di PT. X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Simplifikasi Proses Transaksi Personalia pada Departemen HRD di PT. X"

Transkripsi

1 Simplifikasi Proses Transaksi Personalia pada Departemen HRD di PT. X Katherin Natasya Tingkir 1, Togar Wiliater Soaloon Panjaitan, S. T., MBA. 2 Abstract: Acquisition of PT. X by parent company affect in human resource development (HRD) department which is changing personnel transaction process becomes complicated. There are 11 steps with the process time (lead time) per transaction for days. The process will be simplified in order to proceed more effectively and efficiently with value stream mapping (VSM) method. The use of this VSM can determine which processes are value-added and non-valueadded that can be further analyzed to see which process is waste. Hereafter, analyzing of the waste(s) and propose process simplification. Proposed of process simplification tested with simulations with some personnel transactions process. The results of the process simplification show a decrease processing time by 36.4% with the 7 steps and the lead time required for one transaction is 20.3 days. The procedures/ guideline (local content) need to be made due to personnel transaction process simplification which contains work steps. The local content will guide in processing the personnel transaction. Finally, overall changes need to be communicated using blast, presentation and easy card. Keywords: Human Resource Development (HRD), Value Stream Mapping (VSM), Lead Time, Waste, Local Content, Communicate. Pendahuluan PT. X merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang consumer goods dan berskala internasional. PT. X mempunyai departemen-departemen yang membantu perkembangan perusahaan termasuk menunjang kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang diatur oleh departemen human resource development (HRD). Akhir bulan Oktober tahun 2014, HRD mengalami perubahan sistem kerja yang awalnya bersifat lokal menjadi global. Perubahan tersebut berpengaruh pada proses transaksi personalia yang dikerjakan pada sub-departemen C&B and IA Services dalam pengambilan keputusan yang melibatkan HR Asia yang berpusat di Filipina dan HR Central yang berpusat di Polandia. Akibat dari perubahan tersebut, waktu pengambilan keputusan yang dibutuhkan menjadi lebih lama karena prosedur yang panjang dan pendelegasian ke atas. Sebelum berpindah ke global, proses transaksi yang dilakukan hanya terdapat lima langkah proses dan waktu yang dibutuhkan untuk satu transaksi ratarata 10,49 hari. Pada proses global, terdapat 11 langkah proses dalam satu kali transaksi. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu transaksi adalah 31,93 hari. Perubahan/ permasalahan diantisipasi dengan cara mengadakan proyek yang bernama HRPro. 1,2, Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto , Surabaya katherintingkir@outlook.com, togar@petra.ac.id Proyek ini melibatkan departemen C&B and IA Services dengan tujuan simplifikasi proses transaksi personalia. Penggunaan value stream mapping (VSM) dapat membantu melihat proses yang memiliki value added (VA) dan non value added (NVA), sehingga dapat mengurangi proses yang tidak diperlukan (waste) guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses transaksi personalia. Perubahan proses tentunya juga membutuhkan perubahan dokumen-dokumen maupun panduanpanduan (local content) yang akan digunakan oleh para manager, dan pencarian metode komunikasi mengenai perubahan juga dibutuhkan agar para pihak terkait memahami perubahan yang terjadi. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada departemen sumber daya manusia (SDM) atau HRD khususnya subdepartemen C&B and IA Services yang bertugas memudahkan para manager dalam memproses transaksi personalia. Menurut Noe et al., [1] manajemen sumber daya manusia adalah segala kebijakan, praktik, maupun sistem yang mempengaruhi tingkah laku, sikap, dan kinerja dari karyawan. Menurut Hariandja [2] sumber daya manusia adalah keseluruhan penentuan dan pelaksanaan berbagai aktivitas, policy, dan program yang bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja, pengembangan, dan pemeliharaan dalam usaha meningkatkan dukungannya terhadap peningkatan efektivitas organisasi dengan cara yang secara etis dan sosial dapat dipertanggungjawabkan. Transaksi 69

2 personalia merupakan proses penempatan karyawan. Tiga macam penempatan karyawan seperti promosi, transfer, dan demosi. Promosi merupakan penaikan jabatan karyawan. Transfer merupakan perpindahan karyawan ke jabatan lain dengan tanggung jawab yang sama dan level organisasi yang sama. Demosi merupakan penurunan jabatan. Menurut Khurana, Khurana, & Sharma [3] penurunan pangkat dalam organisasi dapat menyebabkan kebencian di antara karyawan, ketidakpuasan kerja, peningkatan ketidakhadiran dan turnover tenaga kerja, mempengaruhi karir karyawan, keluhan, pengunduran diri, dan lain-lain. Simplifikasi proses dimulai dari penggambaran alur proses dari awal hingga akhir. Penggambaran proses menggunakan cross-functional flowchart. Menurut Andersen [4] cross-functional flowchart menunjukkan alur proses dan dari departemen mana proses itu dijalankan. Simbol-simbol yang digunakan dalam cross-functional flowchart seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 2. Simbol-simbol Pada VSM Analisa VSM dengan menggunakan konsep 7 waste Toyota Production System yang ditulis oleh El- Namrouty, & Khalil A [6], yaitu overproduction, defect, inventory, transportation, waiting, motions, dan processing (overprocessing). Proses simplifikasi yang telah dilakukan perlu dibuat prosedur (local content) untuk memudahkan pengerjaan dan perubahan proses yang baru juga perlu dikomunikasikan/ diinformasikan ke pihak terkait. Menurut Sutedja [7] ada 2 bentuk komunikasi, yaitu verbal dan non-verbal. Hasil dan Pembahasan Gambar 1. Simbol-simbol Cross-Functional Flowchart Analisa proses untuk simplifikasi dilakukan dengan penggambaran proses pada value stream mapping (VSM). Menurut Martin & Osterling [5] VSM adalah urutan kegiatan yang diperlukan untuk merancang, memproduksi, dan memberikan barang atau jasa pada permintaan pelanggan termasuk arus ganda informasi dan material. VSM dapat mengidentifikasi aktivitas yang bersifat non value added (NVA) dan value added (VA). Aktivitas yang memberikan nilai tambah dapat memenuhi kriteria yang diinginkan konsumen. Sedangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah menimbulkan pemborosan dalam segi material, biaya, dan sumber daya yang dikeluarkan. VSM digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan proses dan perpindahan. Simbol-simbol dari VSM dapat dilihat pada Gambar 2. Transaksi personalia pada departemen HRD terdapat dua jenis proses besar, yaitu yang berpindah manager sehingga butuh persetujuan manager dari karyawan dan yang tidak berpindah manager. Proses yang berjalan pada transaksi personalia dengan perpindahan manager, dimulai dari initiator atau 1 st manager yang mengajukan sebuah permintaan perpindahan posisi dengan mengisi form perpindahan karyawan (kandidat). Form pengajuan yang telah diisi diberikan pada sending manager yang merupakan manager dari kandidat. Form yang tidak disetujui akan dikembalikan ke 1 st manager untuk pengisian form kembali. Selanjutnya, 1 st manager akan mengecek ketersediaan posisi tujuan perpindahan. Posisi perpindahan yang tidak tersedia diinformasikan ke HR Central (HR SSC yang berada di Polandia) untuk dibuatkan lowongan posisi. Posisi yang telah disediakan akan diinformasikan ke 1 st manager untuk melakukan proses selanjutnya. Informasi tersebut membuat 1 st manager segera membuat daftar gaji dengan mengisi data pada template yang sudah disediakan berdasarkan guideline yang sudah ada. Guideline ini hanya berupa batas maksimal kenaikan gaji yang diperbolehkan untuk perpindahan. Daftar gaji tersebut akan diajukan ke initiator s manager atau 2 nd manager untuk mendapatkan persetujuan, jika ditolak akan dikembalikan ke 1 st manager untuk dibuat daftar gaji kembali. Persetujuan kembali dilakukan pada HR manager atau disebut business partner. Jika 70

3 tidak disetujui akan dilakukan pengisian daftar gaji kembali. Penolakan 2 nd manager dan HR manager biasanya disertai dengan pendapatnya masingmasing agar proses dapat berjalan lebih lancar tanpa banyak penolakan. Jika disetujui HR Asia (HR SSC yang berada di Filipina) akan meng-update sistem global departemen HRD yang bernama HR2U tentang perpindahan kandidat bersamaan dengan penggantian organization chart. Organization chart pada sistem akan berubah secara otomatis 1 hari setelah update HR2U. Proses interface dilakukan setelah update HR2U yang merupakan proses pemasukan data dari sistem global ke lokal (Oracle). Proses ini dilakukan karena berpengaruh pada proses selanjutnya, yaitu pembuatan surat yang harus dilakukan pada sistem lokal dikarenakan data karyawan lokal berada pada sistem lokal. HR Services akan langsung mengetahui perubahan tersebut dan segera menyiapkan surat untuk informasi perpindahan yang nantinya akan diberikan ke kandidat. Sebelum diberikan ke kandidat akan diberikan kepada 1 st manager. Proses selesai ketika surat diberikan ke kandidat. Proses tanpa perpindahan manager sama dengan proses dengan perpindahan manager. Hal yang membedakan adalah tidak ada persetujuan sending manager karena tidak berpindah manager, jadi setelah proses pengisian form langsung pada pembuatan lowongan posisi. Proses awal transaksi personalia digambarkan dalam current VSM untuk dilakukan analisa waste. Lead time yang didapatkan dari proses dengan perpindahan manager sebesar 29,7 hari dengan value added hari dan tanpa perpindahan manager sebesar 34,16 hari dengan value added 0,505 hari. VSM dapat dilihat pada Gambar 4. dan Gambar 5. Gambar 4. Current VSM dengan Perpindahan Manager Gambar 5. Current VSM tanpa Perpindahan Manager Masalah yang Terjadi dan Usulan Perbaikannya Masalah yang terdapat pada proses transaksi personalia dianalisa melalui identifikasi waste pada VSM. Identifikasi waste bertujuan untuk mencari kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah yang dapat dihilangkan untuk membuat proses yang ada dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Identifikasi ini dimulai dengan melihat setiap kegiatan proses yang berlangsung. Waste yang terdapat pada proses transaksi personalia adalah waiting dan overprocessing. Waiting Waste Waiting waste terjadi pada empat proses, yaitu persetujuan perpindahan pada sending manager, persetujuan perpindahan pada 2 nd manager, persetujuan perpindahan pada HR manager, dan interface. Persetujuan Perpindahan Pada Sending Manager Pengajuan kepada sending manager ini pada kenyataannya selalu disetujui, dengan kata lain 71

4 tidak pernah ditolak. Hal ini disebabkan oleh 1 st manager yang telah berdiskusi dengan sending manager sebelum dilakukan proses perpindahan. Kegiatan ini dianggap sebagai waiting waste karena customer menunggu suatu persetujuan yang tidak perlu. Proses ini memakan waktu karena menghasilkan waktu tunggu rata-rata 0,21 hari. Usulan yang diberikan adalah dengan menghilangkan proses persetujuan ini agar proses transaksi personalia lebih cepat tanpa adanya persetujuan yang pada akhirnya semuanya disetujui. Dampak dari usulan ini adalah pemberlakuan diskusi dengan 1 st manager sebelum dilakukan proses perpindahan (outside guideline). Persetujuan ini perlu adanya persetujuan yang sah agar para pihak tidak menyimpang terhadap kesepakatannya, jadi perlu adanya penandatanganan surat. Perusahaan ingin mengupayakan penghematan kertas, jadi persetujuan yang sah dilakukan dengan merekam pembicaraan yang dilakukan para pihak. Persetujuan Perpindahan Pada 2 nd manager dan HR Manager Proses persetujuan ini dilakukan terhadap daftar gaji yang dibuat oleh 1 st manager. Proses ini dianggap sebagai waiting waste karena standar pengisian daftar gaji kurang mendetil dan juga 1 st manager kurang komunikasi dengan dua pihak tersebut yang mengakibatkan terlalu banyak persetujuan yang dilakukan sehingga tidak dapat melanjutkan ke proses selanjutnya. Proses persetujuan untuk 2 nd manager menghasilkan waktu tunggu rata-rata 4,765 hari untuk proses dengan perpindahan manager sebesar 4,17 hari dan tanpa perpindahan manager sebesar 5,36 hari. Persetujuan kepada HR manager menghasilkan waktu tunggu rata-rata 1,51 hari untuk proses dengan perpindahan manager sebesar 1,18 hari dan tanpa perpindahan manager sebesar 1,84 hari. Usulan yang diberikan adalah dengan menghilangkan proses menjadi notifikasi otomatis yang dikirim dalam bentuk dan untuk persetujuan daftar gaji diberlakukan proses diskusi sebelum dilakukan proses perpindahan. Daftar gaji dapat didiskusikan sebelum dilakukan prosedur perpindahan (outside guideline) sehingga tidak menambah waktu tunggu. Dampak dari usulan ini adalah karena proses diubah menjadi notifikasi maka, isi dari notifikasi perlu ada informasi detil agar 1 st manager tidak menyimpang terhadap perjanjian yang dibuat pada proses diskusi (outside guideline), yaitu: Posisi sebelum dan sesudah perpindahan beserta daftar gaji Tidak ada link yang ditujukan untuk meng-edit. Jika terjadi kesalahan informasi pada notifikasi tersebut, maka 2 nd manager / HR manager harus melaporkan pada HR Services dan mengganti informasi yang salah tersebut. Merekam pembicaraan pada persetujuan daftar gaji juga berlaku pada usulan ini. Interface Proses ini merupakan waiting waste karena pengisian surat harus menunggu interface dari sistem selesai. Kondisi nyata yang dijalani kandidat nyatanya telah melakukan perpindahan sebelum menerima surat. Pencarian akar masalah dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Pencarian Akar Masalah Interface Proses interface dilakukan dua kali sehari setiap jam 11 pagi dan malam. Sebagai contoh jika HR SSC update sistem HR2U pada jam 12 siang, maka otomatis akan terinterface pada jam 11 berikutnya, yaitu jam 11 malam. Jika proses interface terdapat error pada sistem, maka HR Information harus turun tangan. Hal yang dapat membuat interface lama, yaitu update HR2U yang dilakukan diatas jam 11 dan karyawan HR Information tidak masuk karena karyawan yang ditugaskan untuk interface hanya satu orang saja. Waktu tunggu yang dihasilkan dari proses ini adalah rata-rata 2,99 hari untuk proses dengan perpindahan manager sebesar 3 hari dan tanpa perpindahan manager sebesar 2,985 hari. Usulan yang diberikan adalah dengan mengubah cara pengisian surat. Awalnya yang perlu proses pemasukan data ke Oracle menjadi tidak perlu perubahan (menggunakan sistem HR2U semua), jadi tidak perlu proses interface sehingga dapat mengurangi waktu tunggu yang ada. Dampak dari usulan ini adalah HR Information tidak perlu melakukan revisi jika ada error dan tidak ada waktu tunggu yang disebabkan oleh proses update yang beragam sehingga proses dapat lebih cepat tetapi ada biaya investasi untuk penggantian sistem. Overprocessing Waste Overprocessing waste terjadi pada 2 proses, yaitu mengisi daftar gaji untuk kandidat dan mengisi surat perpindahan dan memberikan ke 1 st manager. 72

5 Mengisi daftar gaji Daftar gaji ini diisi oleh 1 st manager setelah lowongan posisi untuk kandidat telah disediakan pada template yang sudah disediakan, dimana 1 st manager menjalankan perannya lagi. Gaji dibuat sesuai prosedur yang telah ditentukan, yaitu berupa persentase kenaikan maksimal jika ada kenaikan gaji. Proses ini diidentifikasi sebagai overprocessing waste karena proses ini dapat dikatakan bolak-balik dilihat dari urutan proses yang dikembalikan ke 1 st manager lagi dan tidak sebanding antara pekerjaan dengan waktu tunggu yang diakibatkan dari proses ini rata-rata 5,28 hari. Usulan perbaikan yang diberikan adalah dengan menggabungkan proses yang dikerjakan 1 st manager, yaitu pengisian form pengajuan perpindahan. Jadi, tugas 1 st manager pada proses pertama, yaitu mengisi form perpindahan disertai dengan daftar gaji sehingga, pekerjaan yang dilakukan hanya sekali di awal. Usulan ini dikombinasikan bersama usulan ke-2 waiting waste. Notifikasi secara otomatis diberikan kepada 2 nd manager dan HR manager setelah proses ini dilakukan. 2 nd manager dan HR manager tidak perlu membuat persetujuan karena isi notifikasi yang ada sudah berdasarkan keputusan bersama. Proses ini dapat mengurangi waktu tunggu 5,3 hari dari proses dengan perpindahan manager dan 5,26 hari dari proses tanpa perpindahan manager. Dampak dari usulan ini adalah penambahan pada proses awal, yaitu 1 st manager tidak hanya mengisi form pengajuan perpindahan tetapi juga beserta daftar gaji. Hal ini menyebabkan perlu adanya komunikasi diluar proses (outside guideline) dengan 2 nd manager dan HR manager. Mengisi Surat Perpindahan Proses pengisian surat di Oracle dimulai dari pemilihan jenis surat. Surat yang ada di Oracle baik untuk perpindahan karyawan maupun yang lain dijadikan 1 lokasi, dengan total jumlah surat yang ada sebanyak 55 surat. Masing-masing jenis surat terdapat dua buah surat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Adanya perbedaan bahasa karena aturan dari parent company yang memberlakukan perbedaan salary grade ada perbedaan bahasa. Pemilihan surat perpindahan, 1 dari 55 surat yang ada membuat waktu pengisian surat menjadi lebih lama. Bahasa surat merupakan faktor dari pemilihan surat yang lama karena jumlah surat yang banyak. Jenis surat yang banyak juga dianggap faktor dari pemilihan surat yang lama. Usulan yang diberikan dengan simplifikasi surat dengan cara menggabungkan beberapa surat dan penggunaan bahasa menjadi bahasa Indonesia. Penggabungan surat dilakukan pada beberapa surat yang masih memungkinkan untuk digabung. Usulan untuk bahasa, semua salary grade menggunakan 1 bahasa, yaitu bahasa Indonesia karena semua dapat mengerti bahasa Indonesia. Mengacu pada usulan pada waiting waste pada proses interface, perpindahan sistem dari Oracle ke HR2U akan mengubah sistem pengisian surat. Usulan untuk pengisian surat dengan memindah semua data yang ada di Oracle ke sistem HR2U sehingga tidak ada penyamaan format. Dampak dari usulan ini adalah adanya biaya investasi untuk perpindahan sistem akan tetapi dapat mengurangi waktu tunggu. Usulan perbaikan yang ada disimulasikan untuk mendapatkan waktu baru setelah perubahan. Hasil Simulasi Hasil simulasi digambarkan kembali dalam future VSM. Proses baru yang dibuat tidak membedakan antara perpindahan manager dan tanpa perpindahan manager karena proses yang membedakan kedua proses tersebut, yaitu persetujuan sending manager dihilangkan dan dijadikan outside guideline. Lead time yang diperoleh dari hasil usulan sebesar 20,3 hari. Waktu value added nya sebesar 0,504 hari. Gambar 7. Future VSM 73

6 Proses transaksi personalia berkurang menjadi 7 dari 11 proses. Lead time berkurang 31,6% atau setara dengan 9,4 hari untuk proses dengan perpindahan manager dan 40,6% untuk proses tanpa perpindahan manager atau setara dengan 13,9 hari. Waktu proses yang berkurang tersebut sebagian besar berasal dari waktu tunggu yang berkategori NVA. Hasil yang lebih jelas dapat dilihat pada grafik pada Gambar 7 dan Gambar 8. Local content di review dan di update berdasarkan perubahan (proses improvement) yang telah diusulkan dan dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Usulan Local Content Permanent Domestic Relocation/ Temporary Assignment Komunikasi/ Sosialisasi Gambar 7. Perbandingan Lead Time Sebelum dan Sesudah Perbaikan Gambar 8. Perbandingan Waktu Kategori Sebelum dan Sesudah Perbaikan Local Content Local content merupakan guideline yang dibuat berdasarkan proses baru yang diusulkan. Terdapat lima jenis perpindahan yang diaplikasikan ke dalam empat macam perpindahan, yaitu domestic relocation, move to another team, move within team, dan temporary assignment. Contoh Local content yang ada saat ini dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Local Content Permanent Domestic Relocation/Temporary Assignment Perubahan yang baru perlu disosialisasikan ke pihak terkait. Terdapat banyak cara komunikasi yang ada saat ini, sepeti , presentasi dalam meeting, demo, training, dll. Pemilihan cara komunikasi yang tepat perlu diketahui kelebihan dan kelemahannya dari masing-masing cara. Beberapa cara komunikasi yang telah ditemukan akan dianalisa pada Tabel 1. Tabel 1. Kelebihan dan Kelemahan Alternatif Cara Komunikasi Alter- Kelebihan Kelemahan natif Mudah untuk diterapkan (tinggal sekali klik send ) -Tidak semua orang membaca karena e- mail menumpuk -Dianggap tidak Presentasi Demo Training Artikel/ majalah -Penjelasan langsung -Hal yang tidak jelas dapat ditanyakan dan dijawab langsung Penjelasan langsung: Penjelasan visual yang dapat cepat dan mudah dimengerti Praktik secara langsung Penjelasan lengkap secara tertulis penting Memakan banyak waktu untuk presentasi ke orang Memakan banyak waktu untuk demo ke orang Memakan banyak waktu dan biaya Tidak semua orang membaca dan mau membaca hingga akhir Brosur Ringkas Tidak semua orang mau membaca karena brosur dianggap berita yang tidak penting (tidak menarik) Poster Ringkas Tidak semua orang membaca dan mau membaca hingga akhir 74

7 Metode yang akan digunakan untuk sosialisasi perubahan adalah dengan tiga cara. Cara pertama dengan blast ke semua pihak terkait yang berisi info singkat (teaser) tentang perubahan yang terjadi. Cara kedua dengan presentasi ke semua pihak terkait. Cara ini memang memakan banyak waktu, tetapi dapat dimanfaatkan dengan presentasi pada saat dilakukan meeting regional sehingga dapat dipresentasikan ke banyak orang sekaligus. Cara ketiga dengan membuat easy card yang berbentuk unik dan berisi prosedur proses transaksi personalia secara garis besar. Simpulan dan Saran Proses transaksi personalia merupakan proses dari departemen HRD di PT.X yang dikerjakan secara online (melalui sistem). Proses transaksi personalia yang awalnya hanya proses lokal yang terdapat satu jenis proses saja dengan waktu pengerjaannya 10,49 hari menjadi proses global dengan dua jenis proses dan waktu pengerjaannya rata-rata 31,93 hari. Jenis proses tersebut adalah transaksi personalia dengan perpindahan manager dan transaksi personalia tanpa perpindahan manager. Jalannya proses transaksi personalia melibatkan beberapa pihak seperti manager yang ingin memindahkan karyawan/kandidat (1 st manager) untuk mengisi form pepindahan dan daftar gaji, manager dari kandidat (sending manager) yang melakukan persetujuan perpindahan, manager dari 1 st manager (2 nd manager) dan HR manager yang melakukan persetujuan daftar gaji, pihak global di Polandia dan Filipina (HRSSC) yang melakukan update sistem global sebagai database dan pembuatan lowongan posisi baru, dan pihak yang membuatkan surat perpindahan (HR Services). Proses transaksi personalia tanpa perpindahan manager tidak melibatkan sending manager karena jika tidak berpindah manager maka managernya sama, yaitu 1 st manager. Proyek yang bernama HRPro dijalankan untuk simplifikasi proses transaksi personalia. Metode yang digunakan untuk simplifikasi adalah value stream mapping (VSM). Pada metode ini dilakukan identifikasi proses yang tidak diperlukan (waste). Hasil identifikasi menunjukkan terdapat 6 waste dari 6 proses. Waste yang ada pada proses transaksi personalia adalah waiting dan overprocessing waste. Waiting waste terjadi pada proses persetujuan sending manager karena persetujuan tersebut selalu disetujui, persetujuan 2 nd manager dan HR manager karena persetujuan yang berkali-kali dan proses interface (pemasukan data dari sistem global ke lokal) yang membuat proses selanjutnya (pengisian surat) menunggu lama. Overprocessing waste terjadi pada proses pengisian daftar gaji karena pekerjaan 1 st manager bolak-balik dan pengisian surat perpindahan karena lama akibat banyak jenis surat. Usulan perbaikan dengan menjadikan proses transaksi personalia satu proses besar saja seperti awalnya. Proses persetujuan form dan daftar gaji yang dilakukan terhadap sending manager, 2 nd manager dan HR manager dihilangkan dan dijadikan proses diskusi sebelum dilakukan proses perpindahan. Proses pengisian daftar gaji digabungkan dengan proses pengisian form yang menyebabkan diperlukan adanya notifikasi berupa informasi form untuk para manager terkait agar sesuai kesepakatan yang dilakukan pada proses diskusi sebelum dilakukan proses. Waktu proses pengisian surat diminimalkan dengan cara menggabungkan beberapa jenis surat. Usulan perbaikan disimulasikan untuk mengetahui proses baru berjalan dengan baik dari sebelumnya atau tidak. Usulan perbaikan proses menghasilkan waktu proses (lead time) 20.3 hari dimana hasil tersebut bekurang 36,4% dari waktu rata-rata sebelum perbaikan, yaitu 31,93 hari dengan nilai value added (VA) hari dan non value added (NVA) 19,8 hari. Berkurangnya waktu tersebut berasal dari sebagian besar waktu tunggu dengan kategori NVA yang turun sebesar 32,2%. Perubahan proses mengubah prosedur/ dokumen yang disebut local content. Usulan local content yang dibuat adalah berdasarkan perubahan yang terjadi. Perubahan proses dan local content perlu disosialisasikan kepada pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, selanjutnya dianalisa kelebihan dan kekurangan beberapa metode komunikasi seperti yang tertera di Tabel 1. Hasil analisa menunjukkan tiga cara terbaik untuk sosialisasi adalah melalui e- mail blast yang berisi informasi singkat tentang perubahan proses, presentasi di meeting regional, dan easy card yang berisi garis besar prosedur transaksi personalia dan dibagikan ke semua pihak terkait. Hasil simulasi usulan perbaikan menunjukkan terjadinya simplifikasi transaksi personalia, namun waktu tunggu yang disebabkan oleh penundaan pengerjaan proses oleh manager terkait belum dapat diatasi. Saran untuk mengurangi waktu tunggu adalah dengan membuat reminder otomatis agar pihak terkait dapat segera mengerjakan kewajibannya. Daftar Pustaka 1. Noe, R. A., Hollenbeck, J. R., & Gerhart, B. (2008). Human resource management: Gaining a 75

8 competitive advantage. New York: McGraw-Hill Irwin. 2. Hariandja, M. T. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Grasindo. 3. Khurana, A., Khurana, P., & Sharma, H. L. (2009). Human Resource Management. Delhi: V. K. Enterprise. 4. Andersen, B. (2007). Business Process Improvement Tool Box. Wisconsin: Quality Press. 5. Martin, K., & Osterling, M. (2014). Value Stream Mapping. United States: McGraw-Hill Education. 6. El-Namrouty, & Khalil A. (2013). Seven wastes elimination targeted by lean manufacturing. International Journal of Economics, Finance and Management Sciences. 7. Sutedja, W. (2007). Panduan Layanan Konsumen. Jakarta: PT Grasindo. 76

Standarisasi Aliran Proses dan Informasi Pada Departemen Transport di PT A

Standarisasi Aliran Proses dan Informasi Pada Departemen Transport di PT A Standarisasi Aliran Proses dan Informasi Pada Departemen Transport di PT A Fendy Aurino 1, Liem Yenny Bendatu 2 Abstract: PT A is a manufacturing company which produces consumer goods. Transportation Department

Lebih terperinci

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Maria Natalia 1, Nyoman Sutapa 2 Abstract: The thesis discusses the value added and non-value added of the

Lebih terperinci

Designing Work Standards to Reduce Lead Time Delivery using Value Stream Mapping Method: A Case Study

Designing Work Standards to Reduce Lead Time Delivery using Value Stream Mapping Method: A Case Study JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULY AGUSTUS SEPTEM OKTOBER NOVEM DESEMB Wijaya. / Designing Work Standards using VSM Method: A Case Study/ Jurnal Titra, Vol. 4, No.2, Juli 2016, pp.21-28 Designing

Lebih terperinci

Perbaikan Proses Transaksi Kepersonaliaan Departemen C&B Services PT. X

Perbaikan Proses Transaksi Kepersonaliaan Departemen C&B Services PT. X Perbaikan Proses Kepersonaliaan Departemen C&B Services PT. X Livia Vionita 1, Herry Christian Palit 2 Abstract: PT. X is a multinational manufacture company which produces consumer goods. PT. X expects

Lebih terperinci

VALUE STREAM MAPPING PROSES OPERASIONAL UNIFORM DI PT. X

VALUE STREAM MAPPING PROSES OPERASIONAL UNIFORM DI PT. X VALUE STREAM MAPPING PROSES OPERASIONAL UNIFORM DI PT. X Rachel Novia Pornomo 1, I Nyoman Sutapa 1 Abstract: The research was done at Compensation and Benefits Services are part of the Human Resources

Lebih terperinci

Simplifikasi Proses Pengadaan Seragam Tahunan Di PT. X

Simplifikasi Proses Pengadaan Seragam Tahunan Di PT. X Simplifikasi Proses Pengadaan Seragam Tahunan Di PT. X Shandy Alicia Gunawan 1, Debora Anne Y.A. 2 Abstract: C & B department of PT. X always do continuous improvement as department priority. One of the

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tahap Improve Setelah dilakukan tahap analyze, maka seluruh akar permasalahan serta faktor-faktor penyebabnya dapat teridentifikasi. Langkah selanjutnya adalah memperbaiki

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping. material dalam sistem secara keseluruhan. Value Stream Mapping yang digambarkan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping. material dalam sistem secara keseluruhan. Value Stream Mapping yang digambarkan BAB V ANALISA HASIL Pada bab ini akan dijabarkan hasil analisa dari pengolahan data yang telah dilakukan untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam pengembangan rekomendasi perbaikan pada sistem dan

Lebih terperinci

Efisiensi Proses Administrasi Karyawan Baru di PT X dengan Metode Value Stream Mapping

Efisiensi Proses Administrasi Karyawan Baru di PT X dengan Metode Value Stream Mapping Efisiensi Proses Administrasi Karyawan Baru di PT X dengan Metode Value Stream Mapping Anthony Y. Tanggono 1, Jani Rahardjo 1 Abstract: New hire administration process in PT X is such a long and complex

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dalam industri manufakatur kini semakin meningkat, membuat persaingan indsutri manufaktur pun semakin ketat. Di Indonesia sendiri harus bersiap mengahadapi

Lebih terperinci

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK

APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK APLIKASI LEAN THINKING PADA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK Krisna Ardi Wibawa, I Nyoman Pujawan Program Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto 12 A Surabaya E-mail: WibawaCTI@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tingkat persaingan di dunia usaha yang semakin tinggi menuntut setiap perusahaan berperan sebagai penghasil nilai (value creator), dengan memperbaiki

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri percetakan adalah salah satu industri yang selalu berhubungan dengan gambar dan tulisan untuk dijadikan sebuah hardcopy. Semakin berkembangnya zaman, industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. penerimaan pegawai Secara keseluruhan, berdasarkan hasil wawancara dan mekanisme

BAB V ANALISIS HASIL. penerimaan pegawai Secara keseluruhan, berdasarkan hasil wawancara dan mekanisme BAB V ANALISIS HASIL Bedasarkan Data yang telah diolah pada Bab sebelumnya maka peneliti melakukan analisis hasil yang akan dijelaskan dibawah ini. 5.1 Analisa current state mapping Value stream mapping

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tahun ke tahun, perkembangan dunia bisnis mengalami peningkatan yang mengakibatkan perusahaan terus bersaing untuk menawarkan produk berkualitas sesuai keinginan konsumen.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

Efisiensi Sistem Tunjangan Kesehatan Karyawan PT X

Efisiensi Sistem Tunjangan Kesehatan Karyawan PT X Hartono, et al. / Efisiensi Sistem Tunjangan Kesehatan Karyawan PT X / Jurnal Titra, Vol. 3, No 2, Juli 2015, pp 49-54 Efisiensi Sistem Tunjangan Kesehatan Karyawan PT X Vicky Hartono 1, Herry Christian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan sektor strategis yang akan terus tumbuh. Segmen yang menjanjikan yaitu pasar minuman ringan. Pasar minuman ringan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 MENGURANGI AKTIVITAS-AKTIVITAS YANG TIDAK BERNILAI TAMBAH UNTUK MEMPERBAIKI ALIRAN PROSES PENERAPAN COMPUTERIZED MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM (CMMS) DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING Chauliah Fatma Putri,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN PENGESAHAN... i HALAMAN PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi ABSTRAKSI... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING

PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA DISPENSING Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 45-50 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 PROSES ELIMINASI WASTE DENGAN METODE WASTE ASSESSMENT MODEL & PROCESS ACTIVITY MAPPING PADA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x ABSTRAK... xi BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data digunakan untuk elemen penyusunan current value state mapping agar mendapatkan satu rangkaian proses yang terjadi dalam pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri manufaktur pesawat terbang semakin berkembang, baik pesawat untuk penumpang maupun barang. Hal ini mendasari pelanggan mengharapkan produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. material dalam sistem secara keseluruhan. Value stream mapping yang

BAB V ANALISIS HASIL. material dalam sistem secara keseluruhan. Value stream mapping yang BAB V ANALISIS HASIL Bedasarkan Data yang telah diolah pada Bab sebelumnya maka analisis hasil yang akan dijelaskan dibawah ini. 5.1 Analisa Current State Mapping Value stream mapping merupakan awal untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Penelitian tentang penerapan Value Stream Maping ini dilakukan di PT. XYZ, Plant Daan Mogot. Untuk itu penulis akan membahas sekilas

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA)

PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA) PENINGKATAN EFISIENSI PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DAN TIME BASED PROCESS (STUDY KASUS DI RSU HAJI SURABAYA) Nugroho Wicaksono, Moses L. Singgih Program Studi

Lebih terperinci

Peningkatan Pencapaian KPI Timeliness Pada Human Resource Department PT. X

Peningkatan Pencapaian KPI Timeliness Pada Human Resource Department PT. X Peningkatan Pencapaian KPI Timeliness Pada Human Resource Department PT. X Ruth Yolanda Patricia Cahyono 1, Debora Anne Yang Aysia 2 Abstract: PT. X is an international manufacturing company. In October

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri mikro, kecil, dan menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi. Perkembangan industri mikro,

Lebih terperinci

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS

OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS OPTIMASI LINI PRODUKSI DENGAN VALUE STREAM MAPPING DAN VALUE STREAM ANALYSIS TOOLS Yosua Caesar Fernando 1 dan Sunday Noya 2 Abstract: Meminimalkan pemborosan dalam proses produksi adalah salah satu tujuan

Lebih terperinci

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan Petunjuk Sitasi: Eddy, & Aswin, E. (2017). Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C27-32). Malang: Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pembobotan yang dilakukan terhadap pemborosan (waste)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat yaitu berupa perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pertumbuhan industri di era globalisasi ini mengharuskan perusahaan menerapkan go green untuk menghemat energi serta harus mampu meningkatkan kinerja

Lebih terperinci

PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK

PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK PERANCANGAN VALUE STREAM MAPPING PROSES PRODUKSI MAINAN KAYU PADA CV. MK Azizah Mutiasari 1*, Ahmad Juang Pratama 2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al Azhar Indonesia

Lebih terperinci

Analisa Proses dan Perencanaan Bisnis

Analisa Proses dan Perencanaan Bisnis KEWIRAUSAHAAN - 2 Modul ke: Analisa Proses dan Perencanaan Bisnis Fakultas Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak Program Studi www.mercubuana.ac.id DOKUMENTASI PROSES Purchasing Department Manufacturing Department

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri makanan

Lebih terperinci

Perencanaan Perbaikan Proses Administrasi dan Analisis Kebutuhan Operator Proses Produksi PG 1160 di PT E-T-A Indonesia

Perencanaan Perbaikan Proses Administrasi dan Analisis Kebutuhan Operator Proses Produksi PG 1160 di PT E-T-A Indonesia Jurnal Titra, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, pp. 57 62 Perencanaan Perbaikan Proses Administrasi dan Analisis Kebutuhan Operator Proses Produksi PG 1160 di PT E-T-A Indonesia William Chokro 1, I Nyoman Sutapa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... SURAT KETERANGAN PENELITIAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK.....

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Media Informatika Vol.13 No.2 (2014) PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri saat ini mengalami peningkatan yang tinggi. Peningkatan yang tinggi ini disebabkan oleh semakin besarnya permintaan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci

Perancangan Arsitektur Informasi dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P )

Perancangan Arsitektur Informasi dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P ) Perancangan Arsitektur Informasi dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P ) Paramita Mayadewi Program Studi Manajemen Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

Pengurangan Waktu Proses Intra Transportasi Menggunakan Value Stream Mapping

Pengurangan Waktu Proses Intra Transportasi Menggunakan Value Stream Mapping Pengurangan Waktu Proses Intra Transportasi Menggunakan Value Stream Mapping Jeffery Tipawael 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: PT Y is one of the companies in Surabaya engaged in manufacturing cigarattes.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN GANGGUAN SPEEDY DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. (TELKOM) DIVISI REGIONAL-V Prita Lukitasari 1) dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1) Program

Lebih terperinci

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service Petunjuk Sitasi: Sugiono, S., Himawan, R., & Fadla, A. (2017). Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F178-183).

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DENGAN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN SIMULASI UNTUK MEREDUKSI MANUFACTURING

EVALUASI PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DENGAN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN SIMULASI UNTUK MEREDUKSI MANUFACTURING TUGAS AKHIR EVALUASI PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DENGAN MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN SIMULASI UNTUK MEREDUKSI MANUFACTURING LEAD TIME (STUDI KASUS: PT ECCO INDONESIA) Ditulis untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berisi penjelasan tahap-tahap yang dilalui penulis dalam menyusun penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah tahap awal penelitian, tahap pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Pindad (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dibidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) dan produk komersial. Salah

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

The, et al. / Pembuatan CDT sebagai pelengkap CDS di PT. X / Jurnal Titra, Vol. 1, No. 2, Juni 2013, pp

The, et al. / Pembuatan CDT sebagai pelengkap CDS di PT. X / Jurnal Titra, Vol. 1, No. 2, Juni 2013, pp Pembuatan Career Development Tools (CDT) untuk Departemen Human Resources (HR) Personalia dan Payroll sebagai Pelengkap dari Career Development System (CDS) di PT. X Theisca Doris The 1, Debora Anne Y.A.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Produksi dan Proses Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1990, Lean Production System yang lahir dari Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. Dimana tujuan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluasi proses pengelolaan obat dengan prioritas analisis pada pemborosan (waste) pada proses pengadaan obat, maka

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN

Seminar Nasional IENACO ISSN PROTOTIPE PENGAMBILAN DATA LEAN MANUFACTURING SECARA TEROTOMASI UNTUK SATU STASIUN KERJA DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION Rispianda, Fayyadl Garishah Aschuri Putra, Fadillah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

Perancangan Arsitektur Informasi Dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P )

Perancangan Arsitektur Informasi Dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P ) Perancangan Arsitektur Informasi Dengan Menggunakan Bussiness System Planning (Studi Kasus:Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten P ) Paramita Mayadewi Program Studi Manajemen Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking

Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking 1 Analisis Waste dalam Produksi Pasta Gigi Menggunakan Lean Thinking Hans Roberto Widiasmoro, dan Moses L. Singgih Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

ANALYSIS AND DESIGN INFORMATION SYSTEM LOGISTICS DELIVERY SERVICE IN PT REPEX WAHANA

ANALYSIS AND DESIGN INFORMATION SYSTEM LOGISTICS DELIVERY SERVICE IN PT REPEX WAHANA ANALYSIS AND DESIGN INFORMATION SYSTEM LOGISTICS DELIVERY SERVICE IN PT REPEX WAHANA Stephanie Surja 1 ; Lius Steven Sanjaya 2 1,2 Information Systems Department, School of Information Systems, BINUS University

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 berikut:

Lebih terperinci

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum Sulung Rahmawan Wira Ghani 1, Sudjito Soeparman 2, Rudy Soenoko 3 Program Magister Teknik Dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waktu siklus Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap elemen maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menyelesaikan produk sesuai due date merupakan hal yang penting untuk dipenuhi dalam suatu industri. Hal tersebut berpengaruh terhadap kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

enterprise resource planning, penjualan, produksi, work order, otomatisasi

enterprise resource planning, penjualan, produksi, work order, otomatisasi PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ENTERPRISE RESOURCE PLANNING SUBSISTEM PENJUALAN DAN PRODUKSI DENGAN OTOMATISASI PEMBUATAN WORK ORDER PADA PT. X, SIDOARJO Jimmy Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56 Petunjuk Sitasi: Patrisina, R., & Ramadhan, K. M. (2017). Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56. prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C131-135). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai penghasil nilai (value creator), baik industri manufaktur maupun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi menyebabkan tingkat persaingan di dunia usaha semakin tinggi. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean

BAB I PENDAHULUAN. dari sudut pandang konsumen oleh karena itu perlu dieliminasi. Didalam lean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pemborosan merupakan segala sesuatu yang menambah waktu dan biaya pembuatan sebuah produk namun tidak menambah nilai pada produk yang dilihat dari sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi merupakan proses yang berkenaan dengan pengubahan input menjadi jasa atau barang. Manufacturing adalah proses produksi untuk menghasilkan produk-produk fisik.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI DISUSUN OLEH : WAHYU EKO NURCAHYO 0632010198 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perencanaan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Accounting Information System, finished product stock, Internal Control System, computer technology. vii

ABSTRACT. Keywords: Accounting Information System, finished product stock, Internal Control System, computer technology. vii ABSTRACT In this global economy era, we need a changing in our system, especially for Accounting Information System (AIS). Extending information using computer technology in a company could be more effective

Lebih terperinci

Tipe-tipe Sistem Informasi

Tipe-tipe Sistem Informasi Tipe-tipe Sistem Informasi OPERATIONS SUPPORT SYSTEM (OSS) OSS memproduksi berbagai bentuk informasi yang digunakan secara internal atau eksternal. Namun demikian sistem informasi ini tidak ditujukan untuk

Lebih terperinci

DEVIS ZENDY NPM :

DEVIS ZENDY NPM : PENERAPAN LEAN MANUFACTURING GUNA MEMINIMASI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. KHARISMA ESA ARDI SURABAYA SKRIPSI Oleh : DEVIS ZENDY NPM : 0732010126 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu sektor industri di Indonesia yang memiliki potensi perkembangan yang tinggi. Menurut Kementerian Perdagangan dan Perindustrian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 untuk Supporting Department di PT. X

Perancangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 untuk Supporting Department di PT. X Perancangan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 untuk Supporting Department di PT. X Erwin Hermawan Teja 1, Debora Anne Yang Aysia 2 Abstract: PT. X is a PVC pipe factory that esthablised since 31st August

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma F295 Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma Ikha Sriutami dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

Perbaikan Proses Penerimaan Spare Part dengan Menghilangkan Peran Gudang Main Store: A Case Study

Perbaikan Proses Penerimaan Spare Part dengan Menghilangkan Peran Gudang Main Store: A Case Study Halim, et al. / Perbaikan Proses Penerimaan Spare Part dengan Menghilangkan Peran Gudang Main Store: A Case Studt/ Jurnal Titra, Vol. Perbaikan Proses Penerimaan Spare Part dengan Menghilangkan Peran Gudang

Lebih terperinci

PERBAIKAN UNSTRUCTURED DATABASE SISTEM PEMBELIAN PT. X UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PERUSAHAAN

PERBAIKAN UNSTRUCTURED DATABASE SISTEM PEMBELIAN PT. X UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PERUSAHAAN PERBAIKAN UNSTRUCTURED DATABASE SISTEM PEMBELIAN PT. X UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI PERUSAHAAN Bernardo Nugroho Yahya Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berperan penting dalam proses penyusunan tugas akhir. Dengan adanya metodologi penelitian maka seorang peneliti akan mengetahui dengan jelas langkah-langkah

Lebih terperinci

Industrial Management Identifikasi dan Eliminasi Waste pada Proses Receiving di Gudang Logistik

Industrial Management Identifikasi dan Eliminasi Waste pada Proses Receiving di Gudang Logistik Industrial Engineering Journal Vol.5 No.2 (2016) 38-45 ISSN 2302 934X Industrial Management Identifikasi dan Eliminasi Waste pada Proses Receiving di Gudang Logistik Program Studi Manajemen Logistik, Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV GLOBAL PURCHASE ORDER

BAB IV GLOBAL PURCHASE ORDER BAB IV GLOBAL PURCHASE ORDER 4.1 Arsitektur Bisnis Arsitektur Bisnis pada aplikasi Global Purchase Order (GPO) ini digambarkan melalui beberapa komponen yang tercantum pada bab ini dan bab sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITY (NVAA) GUNA MEMPERBAIKI ALIRAN PROSES OPERASI PELAYANAN DENGAN PENDEKATAN LEAN SERVICE DI CV.PERMATA DARUSSALAM TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA

IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA IDENTIFIKASI DAN PENGURANGAN WASTE DAN NON VALUE ADDED ACTIVITY DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING DI PT. SRIWIJAYA AIR DISTRICT SURABAYA SKRIPSI Oleh : MURTAFI' RIZQI 0532010142 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) merupakan perusahaan manufaktur industri pengolahan yang memproduksi berbagai jenis produk karet teknik untuk keperluan

Lebih terperinci