IV. GAMBARAN UMUM DAN DINAMIKA PEMBANGUNAN MANUSIA WILAYAH PERBATASAN DARAT INDONESIA Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. GAMBARAN UMUM DAN DINAMIKA PEMBANGUNAN MANUSIA WILAYAH PERBATASAN DARAT INDONESIA Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi"

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM DAN DINAMIKA PEMBANGUNAN MANUSIA WILAYAH PERBATASAN DARAT INDONESIA 4.1 Gambaran Umum Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah darat kurang lebih mencapai 1.86 juta km 2 dan wilayah laut 7,9 juta km 2, yang terbentang dari Sabang sampai dengan Merauke. Konsekuensi dari negara kepulauan ini, maka Indonesia memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain baik di darat maupun di laut. Wilayah laut panjang garis batas mencapai km, dimana Indonesia berbatasan dengan 10 negara yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau,Papua New Guinea, Australia dantimor Leste. Sedangkan wilayah darat panjang garis perbatasan mencapai km, dimana Indonesia berbatasan dengan 3 negara yaitu Malaysia, Papua New Guinea dan Timor Leste. Daerah-daerah yang berbatasan darat dengan negara tetangga yaitu Kalimantan Barat dan Kaimantan Timor berbatasan dengan Malaysia, Nusa Tenggara Timur berbatasan dengan Timor Leste dan Papua berbatasan dengan Papua New Guinea 2. Adapun wilayah kabupaten/kota di perbatasan darat Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga terdiri dari 16 kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan Pontianak sebagai ibukota provinsi, yang terletak diantara garis Lintang Utara (LU) serta Bujur Timur (BT) dan BT. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini maka, daerah ini tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 0 0 ) sehingga cuacanya cukup panas. Antara bulan Maret dan September setiap tahun ada fenomena alam yang unik ketika matahari tepat baerada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada diatas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda di permukaan bumi. Peristiwa ini disebut titik kulminasi matahari. 2 Daerah Dalam Angka masing-masing kabupaten. 51

2 52 Kalimantan Barat memiliki luas wilayah mencapai km2 (7,53 persen luas Indonesia), merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara asing, yaitu Negara Bagian Serawak, Malaysia Timur dan satu-satunya provinsi di Indonesia yang secara resmi mempunyai akses jalan darat untuk masuk dan keluar dari Negara asing. Hal ini terjadi karena antara Kalimantan Barat dan Serawak telah terbuka jalan darat antar Negara dari Pontianak Entikong Kuching (Serawak, Malaysia) sepanjang sekitar 400 km dan dapat ditempuh sekitar 6-8 jam. Selain itu Kalimantan Barat juga dilalui oleh sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia dan mempunyai banyak anak sungai sehingga dijuluki sebagai provinsi Seribu Sungai. Suku bangsa yang mendominasi adalah suku Dayak, Melayu dan China. Selain itu, ada juga suku bangsa pendatang yang berasal dari Jawa, Sunda, Bugis, Minangkabau, Batak, Madura dan Bali. Provinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota, di mana 5 diantaranya berada pada garis batas dengan Serawak Malaysia, yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu. Panjang garis batas pada lima kabupaten ini mencapai 847,3 km yang melintasi 98 desa pada 14 kecamatan. Daerah perbatasan ini sebagian besar terdiri atas dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 200 m di atas permukaan laut (dpl) Kabupaten Sambas Kabupaten Sambas berada di bagian paling utara Provinsi Kalimantan Barat dengan luas 6.395,70 km 2 atau sekitar 4,36 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Barat yang sebesar km². Secara astronomis Kabupaten Sambas terletak pada posisi LU dan BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Sambas dibatasi oleh: - Sebelah Utara : Sarawak (MalaysiaTimur) - Sebelah Selatan : Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang - Sebelah Timur : Sarawak dan Kabupaten Bengkayang - Sebelah Barat : Laut Natuna.

3 53 Kabupaten Sambas terbagi dalam 16 wilayah kecamatan dan 183 desa. Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 78 jiwa/km². Panjang garis batas Negara Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Sambas mencapai + 97 km yang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh. Wilayah Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh meliputi 39,71 persen dari luas wilayah Kabupaten Sambas Kabupaten Bengkayang Kabupaten Bengkayang merupakan daerah yang terletak di bagian utara dengan luas 5.397,30 km² atau mencapai 3,68 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Barat. Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Bengkayang terletak diantara LU dan BT BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Bengkayang dibatasi oleh: - Sebelah Utara : Serawak (Malaysia) dan Kabupaten Sambas - Sebelah Selatan : Kabupaten Pontianak - Sebelah Timur : Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Landak - Sebelah Barat : Laut Natuna dan Kota Singkawang Kabupaten Bengkayang terbagi dalam 17 wilayah kecamatan dan 119 desa. Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 40 jiwa/km². Jarak tempuh untuk mencapai ibukota propinsi mencapai 267 km. Garis batas Negara Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Bengkayang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Siding Kabupaten Sanggau Kabupaten Sanggau merupakan salah satu daerah yang terletak di tengahtengah dan berada di bagian utara dengan luas km² atau mencapai 8,76 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Barat sebesar km². Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Sanggau terletak diantara LU dan LS, serta diantara , BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Sanggau dibatasi oleh: - Sebelah Utara : Malaysia Timur ( Serawak ) - Sebelah Selatan : Kabupaten Ketapang

4 54 - Sebelah Timur ; Kabupaten Sintang, dan Sekadau - Sebelah Barat : Kabupaten Landak Kabupaten Sanggau merupakan daerah terluas dan berada diurutan ke 4 dari kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat. Kecamatan terluas di Kabupaten Sanggau adalah Kecamatan Jangkan (1.589,20 km 2 ) dan Kecamatan Meliau (1.495,70 km 2 ). Kabupaten Sanggau terbagi dalam 15 kecamatan, 159 desa dan 6 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai jiwa dengan kepadatan mencapai 32 jiwa/km². Pada umumnya Kabupaten Sanggau daerah dataran tinggi yang berbukit dan berawa yang dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas, Sungai Sekayam. Panjang garis batas Indonesia dengan Malaysia pada Kabupaten Sanggau mencapai ±129,5 km yang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Sekayam dan Entikong Kabupaten Sintang Kabupaten Sintang berada di bagian utara Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah Km 2 atau 3,51 persen dari total luas Provinsi Kalimantan Barat yang sebesar km². Secara astronomis Kabupaten Sintang terletak pada posisi LU & LS dan 109, & BT 10 LU 0,60 LS & 109,80-111,30 BT. Secara administratif wilayah Kabupaten Sintang dibatasi oleh: - Sebelah Utara : Malaysia Timur (Serawak) - Sebelah Selatan : Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Melawi - Sebelah Barat : Kabupaten Sanggau, Sekadau dan Ketapang - Sebelah Timur : Kabupaten Kapuas Hulu Kabupaten Sintang terbagi dalam 14 wilayah kecamatan, 178 desa, 6 kelurahan. Jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 17 jiwa/km². Panjang garis batas Negara Indonesia dengan Malaysia di Kabupaten Sintang mencapai +143 km yang terbentang pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Ketungau Hulu, dan Ketungau Tengah. Luas total kecamatan yang menempati wilayah perbatasan meliputi luasan 4.320,6 Km 2 atau 19,97 persen dari total luas Kabupaten Sintang. Kecamatan Perbatasan terluas adalah Kecamatan Ketungau Tengah yang meliputi 10,1 persen dari luas kabupaten.

5 Kabupaten Kapuas Hulu Kabupaten Kapuas Hulu terletak di ujung paling Timur Provinsi Kalimantan Barat dengan luas km 2. Secara atronomis Kabupaten Kapuas Hulu terletak pada posisi ' LU sampai ' LU dan ' sampai ' BT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebeah Utara : Serawak (Malaysia Timur) - Sebelah Selatan : Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Sintang - Sebelah Barat : Kabupaten Sintang - Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Kabupaten Kapuas Hulu terbagi dalam 23 kecamatan, 154 desa dan 4 kelurahan dengan jumlah penduduk pada 2010 mencapai jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 8 jiwa/km². Konsentrasi penduduk berada di kecamatan Putusibau yang persentasenya mencapai 8 persen. Kabupaten Kapuas Hulu memiliki tujuh kecamatan yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Malaysia, yaitu Kecamatan Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu, Putussibau, Kecamatan Kedamin, dan Empanang. Luas total kecamatan yang menempati wilayah perbatasan sebesar ,6 km 2 atau 52,85 persen dari total luas Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan Perbatasan terluas adalah Kecamatan Kedamin seluas 5.352,3 Km 2 (17,94 persen), sedangkan Kecamatan perbatasan terkecil seluas 357,25 km 2 (1,20 persen) Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 11 kabupaten dan 4 kota di manadari 11 kabupaten, 3 diantaranya berada pada garis batas dengan Serawak Malaysia. Tiga kabupaten yang merupakan daerah perbatasan yaitu KabupatenKutai Barat, Malinau dan Nunukan. Wilayah perbatasan negara di Kalimantan Timur membentang dari Utara-Selatan sepanjang kilometer dengan luas sekitar ,64 Km 2. Secara astronomis wilayah ini terletak pada dan LU, dan BT. Sedangkan secara geografis wilayah ini di sebelah barat dan utara berbatasan langsung dengan negara Bagian Sabah dan Serawak, di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat, sedangkan sebelah Timur dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi. Wilayah ini

6 56 juga berada di jalur pelayaran nasional dan internasional dan merupakan outlet Kalimantan ke Asia Pasifik. Wilayah perbatasan Kalimantan Timur meliputi kawasan pantai/laut dan daratan/pegunungan. Dengan Serawak terdapat pegunungan Iban yang membujur dari utara-selatan dan kemudian membelok ke barat, di pegunungan Kapuas Hulu. Di samping pegunungan Iban, juga terdapat pegunungan Batu Ayu, yang membujur dari timur ke barat. Di bagian utara di Kecamatan Pulau Sebatik berbatasan dengan Negara Malaysia Timur, sedangkan Kabupaten Nunukan berbatasan laut dengan Kota Tawau. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara lain di provinsi Kalimantan Timur ada 3 kabupaten, dari tiga kabupaten yang merupakan daerah perbatasan di Kalimantan Timur, hanya terdapat satu pintu lintas batas yang resmiyaitu di Kabupaten Nunukan. Pada entry point di Nunukan ini terdapat fasilitas Custom, Immigration, Quarantyne and Security (CIQS) yang cukup baik. Sedangkan pada Kabupaten Malinau dan Kutai Barat, sebagian besar wilayah perbatasan masih berupa hutan lebat. Kalaupun ada entry point, masih belum berfungsi dengan baik atau masih bersifat tradisional karena tidak adanya fasilitas CIQS sebagaimana di Kabupaten Nunukan Kabupaten Kutai Barat Kabupaten Kutai Barat terletak di bagian tengah Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah sebesar ,7 Km 2 atau 15,94 persen dari luas daratan Propinsi Kalimatan Timur yang mencapai ,17 km 2. Secara astronomis Kabupaten Kutai Barat terletak pada ' ' BT dan ' LU ' LS. Kabupaten Kutai Barat terbagi atas 21 Kecamatan dengan jumlah Kampung/Desa 223. Jumlah penduduk tahun 2010 mencapai jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 5 jiwa/km 2. Secara administratif wilayah Kabupaten Kutai Barat dibatasi oleh : - Sebelah Utara : Sarawak ( Malaysia Timur ) - Sebelah Timur : Kabupaten Kutai Kartanegara - Sebelah Selatan : Kabupaten Penajam Paser Utara - Sebelah Barat : Kabupaten Murung Raya (Kalteng) Kabupaten Kutai Barat memiliki dua kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia yaitu Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai Panjang

7 57 dengan panjang garis perbatasan sebesar ± 52,3 km. Sedangkan luas kedua wilayah ini adalah 7.361,54 km 2 atau 23,27 persen dari luas total wilayah kabupaten. Sebagaimana lazimnya daerah perbatasan, kedua kecamatan ini juga dalam kondisi terisolir akibat sarana dan prasarana yang terbatas Kabupaten Malinau Kabupaten Malinau terletak di bagian utara Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah sebesar ,70 Km 2 atau 21,5 persen dari luas daratan Provinsi Kalimatan Timur yang mencapai ,17 km 2 dan merupakan kabupaten terluas di propinsi ini. Secara astronomis Kabupaten Malinau terletak pada ' ' BT dan ' LU ' LS. Kabupaten Malinau terbagi atas 12 Kecamatan dengan jumlah Desa 118. Jumlah penduduk tahun 2010 sebesar jiwa dengan kepadatan penduduk hanya 2 jiwa/km 2 sehingga menempatkan daerah ini sebagai daerah dengan tingkat kepadatan penduduk terendah di Propinsi Kalimantan Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Malinau dibatasi oleh : - Sebelah Utara : Kabupaten Nunukan - Sebelah Timur : Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Berau - Sebelah Selatan : Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kertanegera - Sebelah Barat : Sarawak ( Malaysia Timur ) Kabupaten Malinau memiliki tiga kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia yaitu Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Kayan Selatan, Pujungan dan Kecamatan Bahau dengan panjang garis perbatasan sebesar ± 669,2 km. Sebagaimana lazimnya daerah perbatasan, ke lima kecamatan ini juga dalam kondisi terisolir akibat sarana dan prasarana yang terbatas. Satu-satunya sarana transportasi menuju ke lima kecamatan tersebut adalah dengan menggunakan pesawat perintis dengan jumlah penumpang terbatas antara 6-12 orang saja Kabupaten Nunukan Kabupaten Nunukan merupakan daerah hasil pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan sesuai dengan UU No. 47 tahun 1999, sebagaimana diubah dengan UU No. 7 tahun Kabupaten ini terletak di bagian Utara Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah sebesar ,68 Km² atau 7,2 persen

8 58 dari luas daratan Propinsi Kalimatan Timur yang mencapai ,17 km 2. Kabupaten Nunukan terbagi ke dalam 7 kecamatan dan 218 kelurahan/desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak jiwa serta memiliki kepadatan sebesar 10 jiwa/km 2. Secara administratif wilayah Kabupaten Nunukan dibatasi oleh: - Sebelah Utara : Negara Bagian Sabah, Malaysia - Sebelah Timur : Laut Sulawesi/Selat Makassar - Sebelah Barat : Negara Bagi Serawak, Malaysia - Sebelah Selatan : Kab. Bulungan dan Kab.Malinau. Kabupaten Nunukan berbatasan langsung dengan Serawak dan Sabah Malaysia, dengan garis perbatasan darat sepanjang 308 Km. Garis batas negara di Kabuapten Nunukan terbentang pada enam kecamatan yaitu Kecamatan Krayan, Krayan Selatan, Lumbis Nunukan, Sebatik, dan Sebuku dengan luas wilayah perbatasan mencapai 85,58 persen dari luas wilayah Kabupaten Nunukan Provinsi Nusa Tenggara Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan propinsi dengan luas wilayah daratan hanya sekitar ,9 km 2, sementara km 2 merupakan wilayah perairan. Batas wilayah NTT di sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Flores, di sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan negara Timor Leste, di sebelah selatan berbatasan dengan samudera Hindia, dan di sebelah barat berbatasan dengan provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Provinsi NTT terdiri atas 20 kabupaten dan 1 kota. Dari 20 kabupaten 3 diantaranya terletak pada perbatasan dengan Negara Timor Leste. Ketiga kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kupang, Kabupaten Belu dan Kabupaten Timor Tengah Utara dengan luas daerah perbatasan darat sebesar ,50 km 2 atau 8 persen dari total luas wilayah daratan. Selain memiliki daerah perbatasan darat, Provinsi NTT juga memiliki 5 pulau kecil terluar, yaitu Pulau Alor (Kabupaten Alor), Pulau Batek (KabupatenKupang), Pulau Dana I (Kabupaten Kupang), Pulau Dana II (Kabupaten RoteNdao), dan Pulau Mangudu (Kabupaten Sumba Timur).

9 59 Kondisi sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke pintu perbatasan Nusa Tenggara Timur dengan Negara Timor Leste sudah cukup baik, sehingga akses kedua pihak untuk saling berkunjung relatif mudah dan cepat. Kondisi jalan dari Atambua, Ibukota Belu, menuju pintu perbatasan cukup baik kualitasnya, sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam waktu satu setengah jam. Berdasarkan nota kesepahaman RI-RDTK 11 Juni 2003, telah ditentukan 9 titik lintas batas. Hingga saat ini terdapat 3 Pintu Lintas Batas (PLB) yang berfungsi sebagai lokasi perlintasan internasional secara resmi dan telah dilengkapi olehtempat pemeriksaan imigrasi yaitu PLB Motaain, Napan, dan Metamauk, sementara PLB lainnya merupakan PLB tradisional Kabupaten Kupang Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas wilayah daratan sebesar 5.898,22 km 2 dan luas wilayah laut sebesar km 2 serta panjang garis pantainya mencapai 485 km. Secara Astronomis Kabupaten Kupang terletak antara ' ' LS dan antara ' BT dengan batas wilayah di sebelah utara dan barat berbatasan dengan Laut Sawu, sementara sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia serta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Negara Timor Leste. Wilayah Kabupaten Kupang mencakup 27 pulau, dimana diantaranya terdapat 8 pulau yang belum memiliki nama. Dari kedua puluh tujuh pulau tersebut yang telah dihuni hingga saat ini hanya sebanyak lima pulau yaitu Pulau Timor, Pulau Sabu, Pulau Raijua, Pulau Semau, dan Pulau Kera. Kabupaten Kupang terbagi dalam 29 kecamatan, 218 desa dan 22kelurahan yang tersebar pada 5 pulau yaitu Pulau Sabu, Pulau Semau, Pulau Raijua, Pulau Kera dan Pulau Timor. Di Pulau Timor, wilayah administrasi Kabupaten Kupang berbatasan dengan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan dan Belu. Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Kupang mencapai jiwa di mana konsentrasi penduduk terbesar berada di Kecamatan Kupang Timur dengan kepadatan penduduk sebesar 216 jiwa/km 2.

10 Kabupaten Timor Tengah Utara(TTU) Kabupaten TTU merupakan daerah daratan dengan luas 2.669,70 km 2 atau hanya sekitar 5,6 persen dari luas daratan Provinsi NTT. Sedangkan sebagian wilayah TTU yang berbatasan dengan laut sawu atau lazim dikenal dengan sebutan wilayah pantura memiliki luas lautan km 2 dengan panjang garis pantai 50 km. Kabupaten TTU terbagi dalam 9 kecamatan, 140 desa dan 33 kelurahan. Dari 9 kecamatan yang ada, 4 diantaranya berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste. Jumlah penduduk tahun 2010 mencapai jiwa dengan kepadatan mencapai 86 jiwa/km 2. Secara astronomis, Kabupaten TTU terletak antara ' LS ' LS dan antara ' BT ' BT. Batas-batas wilayah administratif adalah: - Sebelah Selatan : Kabupaten Timor Tengah Selatan, - Sebelah Utara : Ambenu (Timor Leste) dan Laut Sawu. - Sebelah Barat : Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan. - Sebelah Timur : Kabupaten Belu Kabupaten Belu Kabupaten Belu memiliki luas 2.445,57 km 2 atau mencakup 5,2 persen dari luas Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Belu terdiri atas 24 kecamatan dan 208 desa. Jumlah penduduk Kabupaten Belu mencapai jiwa atau 10 persen dari total penduduk Nusa Tenggara Timur dan merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Propinsi ini. Secara astronomis, Kabupaten Belu terletak pada koordinat BT dan LS. Secara geografis Kabupaten Belu di sebelah utara berbatasan dengan Selat Ombai, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor, sebelah timur berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tenagh Selatan. Garis batas Negara Indonesia dengan Timor Leste di Kabupaten Belu membentang pada lima kecamatan di mana salah satu kecamatan memiliki pintu perbatasan yang relatif lengkap dan sering dipergunakan sebagai akses lintas batas dibandingkan pos lintas batas lainnya di Propinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya berada di Kecamatan Tasifeto Timur. Pada pos lintas batas ini terdapat fasilitas

11 61 CIQS meski masih terbatas seperti kantor bea cukai yang belum dilengkapi dengan alat detektor/scan, kantor imigrasi yang masih terbatas dan pos keamanan yang juga masih sederhana Provinsi Papua Propinsi Papua merupakan propinsi yang terletak di ujung timur Negara Republik Indonesia dengan luas wilayah sebesar km 2, terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota dengan jumlah penduduk jiwa (BPS, 2010). Provinsi Papua merupakan provinsi yang berbatasan darat dengan Papua New Guinea (PNG) serta berbatasan laut dengan Republik Palau dan Guam Amerika di sebelah Utara serta Australia di sebelah Selatan. Propinsi Papua terbagi dalam 26 kabupaten dan 1 kota, dimana 5 diantaranya merupakan kabupaten/kota yang berbatasan darat dengan Papua New Guinea yaitu Kabupaten Merauke, Kabupaten Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Boven Digoel dan Kota Jayapura. Wilayah perbatasan darat antara Indonesia dengan PNG dimulai dari Utara di Kampung Skouw-Distrik Muara Tami-Kota Jayapura yang bersisian dengan Wutung (PNG) sampai Muara Sungai Bensbach dan Merauke yang bersisian dengan wilayah Western Province PNG di Selatan. Garis perbatasan darat keseluruhan sepanjang 760 kilometer yang ditandai dengan 52 buah pilar batas (Meridian Markers). Di laut, Provinsi Papua berbatasan dengan wilayah laut Australia dibagian Selatan dan wilayah laut Palau di bagian Utara Kabupaten Merauke Kabupaten Merauke memiliki luas wilayah mencapai km 2 atau mencakup 14,5 persen dari total luas Propinsi Papua yang mencapai ,4 km 2. secara astronomis Kabupaten Merauke terletak diantara BT dan LS. Kabupaten Merauke terbagi dalam 20 distrik (kecamatan), 160 kampung (desa) dan 8 kelurahan dengan jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak jiwa dan kepadatan penduduk 4 jiwa/km 2. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah di sektor pertanian dan sisanya di sektor jasa-jasa, perdagangan dan sektor lainnya. Kabupaten Merauke memiliki Pos Lintas Batas Darat yang

12 62 berada di Distrik Sota yang masih bersifat tradisional karena tidak dilengkapi dengan fasilitas CIQS. Kegiatan lintas batas di pintu perbatasan ini relatif sedikit dibandingkan dengan Kota Jayapura. Tujuan utama arus lintas batas masyarakat kedua negara adalah dalam rangka kunjungan keluarga dan perdagangan tradisional Kabupaten Boven Digoel Kabupaten Boven Digoel merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Merauke yang pada awalnya meliputi lima distrik yaitu Distrik Kouh, DistrikWaropko, Distrik Mindiptana, Distrik Jair dan Distrik Mandobo sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, KabupatenBoven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua. Luas wilayah Kabupaten Boven Digoel mencapai ,32 km 2 atau mencakup 9 persen dari luas Provinsi Papua. Kabupaten Boven Digoel terbagi menjadi 15 distrik di mana Distrik Mindiptana merupakan distrik yang terluas mencapai 3.328,62 km 2 (11,94 persen) dan Distrik Yaniruma merupakan distrik dengan luas wilayah yang paling kecil, yaitu mencapai 819 km 2 (2,94 persen). Secara astronomi Kabupaten Boven Digoel terletak diantara ' ' LS dan ' BT. Sedangkan secara administratif, batas wilayahnya adalah: - Sebelah utara : Kabupaten Pegunungan Bintang - Sebelah selatan : Kabupaten Merauke - Sebelah barat : Kabupaten Mappi dankabupaten Asmat - Sebelah timur : Negara Papua NewGuine. Jumlah penduduk Kabupaten Boven Digoel pada tahun 2010 sebanyak jiwa dan merupakan kabupaten perbatasan darat dengan penduduk paling sedikit diantara empat kabupaten perbatasan lainnya.

13 Kabupaten Pegunungan Bintang Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Dan Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua. Pegunungan Bintang memiliki luas wilayah km 2 atau mencakup 5 persen dari total luas Propinsi Papua. Pada awal pembentukannya Kabupaten Pegunungan Bintang terdiri atas 6 distrik yaitu Distrik Borme, Distrik Okbibab, Distrik Kiwirok, Distrik Batom, Distrik Oksibildan Distrik Iwur. Sampai saat ini, wilayah administratif Kabupaten Pegunungan Bintang dimekarkan menjadi 12 distrik dengan jumlah kampung sebanyak 110 kampung. Jumlah penduduk tahun 2010 mencapai jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 4 jiwa/km 2. Persebaran penduduk antar distrik tidak merata, di mana distrik dengan kepadatan tertinggi adalah Distrik Batom dengan tingkat kepadatannya 11jiwa/km Kabupaten Keerom Kabupaten Keerom merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Jayapura yang terbentuk pada tahun 2002 yang dikukuhkan melalui Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni, Dan Kabupaten Teluk Wondama Di Provinsi Papua. Luas wilayah Kabupaten Keerom sebesar Km 2 dengan jumlah distrik diawal pembentukannya sebanyak lima distrik yaitu Distrik Skanto, Distrik Arso, Distrik Waris, Distrik Senggi dan Distrik Web. Secara astronomis Kabupaten Keerom terletak antara ' ' LS dan ' ' BT, sedangkan secara administratif daerah ini berbatasan dengan:

14 64 - Sebelahutara : Kota Jayapura - Sebelah selatan : Kabupaten Pegunungan Bintang - Sebelah barat : Kabupaten Jayapura - Sebelah timur : Negara Papua New Guinea Sampai dengan tahun 2010, Kabupaten Keerom terdiri atas tujuh distrik dimana lima diantaranya berbatasan langsung dengan Papua New Guinea yaitu Distrik Waris, Distrik Senggi, Distrik Web, Distrik Arso Timur dan Distrik Owe Kota Jayapura Kota Jayapura dengan luas wilayah hanya sebesar 940 km 2 merupakan satu-satunya kota yang berada di wilayah perbatasan negara. Secara astronomis daerah ini terletak pada BT dan ' ' LS. Secara geografis, Kota Jayapura berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Keerom di sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Jayapura di sebelah barat dan berbatasan denganpapua New Guinea di sebelah timur. Kota Jayapura terbagi dalam lima distrik yaitu Distrik Abepura, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Jayapura Utara, Distrik Muara Tami dan Distrik Heram. Distrik Muara Tami merupakan distrik terluas yang mencakup 67 persen Kota Jayapura. Jumlah penduduk Kota Jayapura pada tahun 2010 mencapai jiwa atau 11 persen dari total penduduk Propinsi Papua. Kota Jayapura memiliki satu Pos Lintas Batas dengan Papua New Guinea yang terletak pada Distrik Muara Tami. Kegiatan perdagangan yang bernilai ekonomi tinggi dan bersifat resmi antara kedua negara melalui pintu perbatasanini masih sangat terbatas hal ini dikarenakan fasilitas yang kurang mendukung serta kondisi sosial ekonomi kedua wilayah yang juga masih banyak memiliki keterbatasan sehingga interaksi ekonomi tidak seperti yang terjadi di PropinsiKalimantan Barat dan Kalimantan Timur dimana intensitas perdagangan kedua negara sudah lebih maju Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk. PDRB per kapita lazim digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan ekonomi. Salah satu manfaat menggunakan PDRB per kapita yaitu: ketimpangan pembangunan antar daerah menjadi terukur dan dapat

15 65 dibandingkan. PDRB per kapita dianggap tinggi jika nilainya diatas 2 juta rupiah dan rendah jika nilainya di bawah 2 juta rupiah. Sedangkan tingkat Pertumbuhan PDRB per kapita dianggap tinggi jika berada di atas 3 persen, dan rendah jika di bawah 3 persen (Tambunan, 2001). Produk Domestik Regional Bruto per kapita Wilayah perbatasan darat Indonesia secara umum mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun PDRB per kapita terendah di Kabupaten Timor Tengah Utara yaitu sebesar 2,00 juta rupiah meningkat menjadi 2,17 juta rupiah, sedangkan PDRB per kapita tertinggi di Kabupaten Kutai Barat sebesar 17,00 juta rupiah meningkat menjadi 19,07 juta rupiah pada tahun Peningkatan PDRB per kapita terjadi karena peningkatan pendapatan lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk Rata-rata nasional Sumber: BPS (diolah) Gambar 4.1 PDRB per kapita wilayah perbatasan darat Indonesia menurut kabupaten/kota tahun 2007 dan 2010 dan rata-rata nasional Kemiskinan Kemiskinan merupakan fenomena yang kompleks dan bersifat multidimensi. Luasnya wilayah dan keragaman sosial-budaya maupun ekonomi masyarakat menyebabkan kondisi dan permasalahan kemiskinan di Indonesia menjadi sangat beragam dengan sifat-sifat lokal yang heterogen. Tingkat kemiskinan di wilayah perbatasan darat cenderung mengalami penurunan dari

16 66 tahun 2007 hingga 2010 Gambar 4.2 memperlihatkan persentase penduduk miskin pada tahun 2007 dan 2010 di kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia. Persentase tingkat kemiskinan terendah adalah Kabupaten Sanggau sebesar 7,97 persen menurun menjadi 5,02 persen. Sedangkan persentase kemiskinan tertinggi yaitu kabupaten/kota yang berada di Provinsi Papua dengan tingkat kemiskinan tertinggi sebesar 52,11 persen di Kabupaten Pegunungan Bintang. Tingginya tingkat kemiskinan di wilayah ini salah satu sebabnya adalah terbatasnya peluang ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah.rendahnya peluang ekonomi dan pendidikan di willayah ini terutama dikarenakan wilayah Pegunungan Bintang merupakan daerah pegunungan yang sangat sulit untuk dijangkau dan sarananya pun tidak memadai Rata-rata nasional Sumber: BPS (diolah) Gambar 4.2 Persentase tingkat kemiskinan wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010 dan rata-rata nasional Tenaga Pendidikan dan Kesehatan Pendidikan merupakan indikator utama pembangunan dan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas.terkait dengan pendidikan, dalam penelitian ini dilihat berdasarkan rasio tenaga pendidikan antara murid terhadap guru yang akan menjelaskan bagaimana pemenuhan pelayanan ketersediaan sumberdaya pengajar. Karena guru adalah faktor utama dalam proses transfer materi pengajaran kepada siswa untuk tiap satuan pendidikan. Keefektifan proses belaja mengajar dapat dilihat dari rasio

17 67 murid dan guru. Murid yang terlampau banyak dalam proses belajar akan berdampak kurang fokusnya penerimaan materi, akibatnya pendidikan akan kurang berkualitas. Perkembangan rasio murid terhadap guruselama periode penelitian menunjukkan nilai yang masih sesuai dengan standar beban murid terhadap gurur, dimana berdasarkan ketentuan dari dinas pendidikan dan kebudayaan rasio murid guru adalah 1 banding 40, sementara pada wilayah perbatasan darat ini rata-rata rasio murid guru masih di bawah standar yang ditetapkan yaitu pada interval 13 hingga 29 murid per guru pada masing-masing kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan pelayanan ketersediaan sumberdaya pengajar di wilayah ini sudah mencukupi. Kabupaten dengan ketersediaan sumber daya pengajar tertinggi di wilayah perbatasan adalah Provinsi Kalimantan Timur, di mana ketiga kabupatennya memiliki rasio terkecil yaitu sekitar murid per guru untuk tingkat SD dan 12 murid per guru untuk tingkat SMP. SD SLTP Sumber: BPS (diolah) Gambar 4.3 Rasio murid terhadap guru tingkat SD dan SMP wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2010 Berdasarkan ketersediaan sumber daya tenaga kesehatan, rasio beban tenaga kesehatan terhadap penduduk di wilayah perbatasan dapat dilihat berdasarkan Gambar 4.4.Gambar tersebut menunjukkan bahwa beban tenaga kesehatan (dokter) dalam memberikan pelayanan kesehatan di Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Kupang merupakan yang tertinggi pada tahun Hal ini mengindikasikan masih

18 68 sedikitnya jumlah tenaga kesehatan diwilayah tersebut. Sedangkan beban dokter terendah adalah di Kabupaten Malinau. Untuk tahun 2010 beban tenaga kesehatan pada wilayah ini sebagian besar lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya Standar nasional Sumber: BPS (diolah) Gambar 4.4 Rasio dokter terhadap jumlah penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010 dan standar nasional Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan dan Kesehatan Pengeluaran pemerintah yang tercermin dalam realisasi APBD (belanja Modal dan Biaya Operasional) memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi alokasi dan fungsi redistribusi. Fungsi Alokasi untuk memenuhi permintaan masyarakat terhadap tersedianya kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan publik yang tidak dapat dipenuhi oleh pihak swasta. Pendanaan terhadap pembangunan fasilitasfasilitas umum yang akan digunakan oleh masyarakat berhubungan langsung dengan berapa besar jumlah pengeluaran pemerintah yang dialokasikan melalui APBD, untuk menyediakan fasilitas umum yang diperlukan. Semakin besar jumlah pengeluaran pemerintah maka semakin besar pula dana pembangunan serta semakin baik pula kualitas sarana dan prasarana pelayanan publik termasuk bidang pendidikan dan kesehatan yang ada. Hal ini tentu saja diharapkan akan memberikan dampak terhadap tingkat kesejahteraan dan kualitas pembangunan manusia. Anggaran pengeluaran pemerintah memberikan gambaran mengenai peranan sektor pemerintah dalam membiayai investasi daerah, yang sekaligus

19 69 mencerminkan strategi kebijakan fiskal dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, perluasan kesempatan berusaha, dan berbagai program pembangunan lainnya, memperbaiki distribusi pendapatan, serta menunjang program stabilisasi, termasuk program penyelamatan dan pemulihan kondisi sosial ekonomi masyarakat Sumber: BPS (diolah) Gambar 4.5 Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010 Pengeluaran pemerintah untuk bidang pendidikan di wilayah perbatasan darat Indonesia selama tahun secara keseluruhan mengalami peningkatan. Peningkatan pengeluaran pemerintah tersebut diharapkan berimbas pada peningkatan sumber daya manusia sehingga mampu mengembangan diri, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama pada masyarakat miskin. Peningkatan ini juga terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah serta keputusan mahkamah konstitusi yang mengeluarkan kebijakan mengenai anggaran pendidikan 20 persen dari APBD seperti tercantum dalam UU no. 23 Tahun Di dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa pemerintah baik pusat maupun daerah harus mengalokasikan 20 persen anggaran untuk bidang pendidikan di luar gaji dan biaya kedinasan. Proses pengembangan sumber daya manusia memang membutuhkan dana yang relatif besar, oleh karena itu dapat dimengerti bahwa pengeluaran

20 70 pemerintah mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, termasuk bagi masyarakat di wilayah perbatasan. Tak hanya bidang pendidikan peningkatan anggaran bidang kesehatan juga merupakan salah satu bagian penting dalam upaya pembangunan, khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan kesehatan merupakan hak dasar manusia (Farid, 2003), sebagaimana yang terdapat dalam Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia ( The Universal Declaration of Human Right), bahwa setiap orang mempunyai hak untuk hidup pada standar yang layak untuk kesehatan dan kesejahteraan mereka, dan keluarnya, termasuk hak untuk mendapat makanan, pakaian, perumahan, dan pelayanan kesehatan. ( everyone has the right to a standart of living adequate for the health and well-being of himself and of his family, including food, clothing, housing, and medical care ). Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, batasan tentang hak manusia dalam kesehatan makin berkembang, meliputi hak-hak anak dan hak-hak perempuan. Bahkan dalam satu dekade terakhir artikel dalam hal deklarasi dan nomenklatur dari hak asasi manusia menjadi lebih komplek karena harus berhadapan dengan hal-hal seperti masalah pekerja anak, kondisi kerja dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perdagangan (bisnis) dalam Kesehatan. Dengan wacana ini jelas bahwa kesehatan merupakan dan harus dapat menjadi salah satu tolak ukur utama dari pembangunan dan kesejahteraan nasional suatu bangsa Sumber: BPS (diolah) Gambar 4.6 Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan wilayah perbatasan darat Indonesia tahun 2007 dan 2010

21 71 Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan selama tahun 2007 hingga 2010 di wilayah perbatasan dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pada periode tersebut pengeluaran pemerintah bidang kesehatan berfluktuasi, dimana pada tahun 2008 hampir di semua wilayah memiliki anggaran yang lebih besar dibandingkan anggran tahun berikutnya yaitu 2009 dan 2010, kecuali untuk Kabupaten Pegunungan Bintang, anggaran dua tahun 2009 dan 2010 lebih besar dibanding dua tahun sebelumnya Infrastruktur Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia selanjutnya. Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan. Dalam 30 tahun terakhir ditengarai pembangunan ekonomi Indonesia tertinggal akibat lemahnya pembangunan infrastruktur. Menurunnya pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia dapat dilihat dari pengeluaran pembangunan infrastruktur yang terus menurun dari 5,3 persen terhadap GDP (Gross Domestic Product) tahun 1993/1994, sekitar 2,3 persenpada 2005 dan menjadi 1.69 pada tahun Dalam kondisi normal, pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur bagi negara berkembang adalah sekitar 5-6 persen dari GDP. Tabel 4.1 menunjukkan besarannya persentase jalan dalam kondisi baik terhadap luas wilayah, berdasarkan tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa di wilayah perbatasan darat kondisi infrastruktur jalan ini sangatlah jauh dari yang diharapkan. Pada tahun 2010 Kabupaten Merauke hanya memiliki 0,0005 persen jalan dalam kondisi baik dari luas wilayah kabupaten. Sementara dari hasil tabulasi tersebut juga diketahui bahwa kondisi terbaik yang dimiliki oleh wilayah perbatasan berkaitan dengan akses jalan ini hanya sebesar 0,4455 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah kabupaten/kota yang berada di perbatasan akses

22 72 jalan yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat setempat masih sangat memprihatinkan. Tabel 4.1 Persentase infrastruktur jalan baik terhadap luas kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia tahun Kabupaten/Kota Sambas Bengkayang Sanggau Sintang Kapuas Hulu Kutai Barat Malinau Nunukan Belu TTU Kupang Merauke Boven Digoel Peg. Bintang Keerom Jayapura Sumber: BPS kabupaten/kota(diolah) Rendahnya kualitas jalan yang ada di wilayah perbatasan ini tentu sangat perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi dari pemerintah. Karena jalan memiliki fungsi yang sangat luas bagi masyarakat maupun suatu wilayah, maka diperlukan suatu strategi tersendiri agar pembangunan infrastruktur jalan ini dapat memberikan hasil ataupun manfaat yang lebih luas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono bahwa kunci bagi pembangunan infrastruktur yang inklusif dan berkelanjutan adalah konektivitas. "Infrastruktur yang inklusif dan berkelanjutan harus menghubungkan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya, pulau dengan pulau, kota dengan kota, desa dengan desa". Selain itu juga pembangunan infrastruktur jalan harus dapat menciptakan konektivitas fisik, konektivitas institusional, dan konektivitas antar masyarakat Pengangguran Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang akan memengaruhi manusia secara langsung (Mankiw, 2007). Pengangguran yang berkepanjangan

23 73 secara pribadi akan menimbulkan efek psikologis dan secara nasional jika terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap kestabilan politik, sosial dan keamanan. Variabel tingkat pengangguran terbuka di wilayah perbatasan darat Indonesia secara umum memiliki nilai persentase yang tidak jauh berbeda, yaitu berada pada interval 2,25 persen hingga 0,365 persen pada tahun Dinamika Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang mengukur pencapaian keseluruhan suatu wilayah, dimana IPM mengartikan kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar pendapatan domestik bruto (PDB), yang direpresentasikan oleh 3 dimensi,, yaitu Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli. Sesuai dengan fungsinya sebagai suatu indikator, IPM dihitung untuk melihat keterbandingan antar wilayah atau daerah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat posisi relatif pembangunan manusia di suatu wilayah di banding wilayah lainnya. Sehingga diperoleh gambaran mengenai pembangunan manusia pada wilayah tersebut. Indeks pembangunan manusia wilayah Perbatasan Darat Indonesia dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Dengan melihat secara rinci pada gambar 4.7 terlihat bahwa terdapat tren positif pada besaran IPM masing-masing kabupaten/kota di wilayah perbatasan, dimana terdapat peningkatan nilai IPM pada setiap tahunnya, yang dapat diartikan bahwa secara umum terdapat peningkatan pada bidang pendidikan, kesehatan dan pendapatan.tetapi jika dibandingkan dengan rata-rata IPM kabupaten/kota di Indonesia, IPM wilayah perbatasan ini hampir seuruhnya berada dibawah rata-rata kecuali kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Nunukan dan Kota Jayapura. Kenyataan ini mengindikasikan masih jauhnya ketertinggalan wilayah perbatasan dibanding dengan wilayah kabupaten/kota lain, yang apabila hal ini dibiarkan, maka akan semakin memperlebar kesenjangan antar wilayah. UNDP membedakan tingkat IPM berdasarkan klasifikasi yaitu: low (IPM kurang dari 50), lower-medium (IPM antara 50 dan 65,99), upper-medium (IPM antara 66 dan 79,99) dan high (IPM di atas 80). Secara umum, daerah yang mempunyai capaian IPM yang tinggi mempunyai tingkat kesejahteraan yang

24 74 lebih tinggi bila di bandingkan dengan daerah yang capaian IPM nya sedang maupun rendah Rata Sumber:BPS,PublikasiIPM, Gambar 4.7 IPM kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia dan Rata-rata IPM kabupaten/kota di Indonesia, tahun Indeks Pendidikan Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu wilayah. Dengan meningkatnya kualitas SDM, maka akan meningkatkan produktifitas, pendapatan, kemampuan daya beli yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan. Pendidikan merupakan salah satu jalan bagi peningkatan kualitas SDM. Indeks Pendidikan (IP) sebagai salah satu komponen utama dalam IPM merupakan nilai rata-rata dari variabel angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Menurut UNESCO, melek huruf adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan penulisan yang berkaitan dengan situasi. Kemampuan membaca merupakan hal yang penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan sehingga dapat mencapai tujuannya, menggali potensinya dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Sedangkan rata-rata lama sekolah merupakan indikator yang menunjukkan rata-rata jumlah tahun efektif untuk bersekolah yang di capai penduduk usia 15 tahun ke atas. Jumlah tahun efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani oleh seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan, misalnya tamat SD adalah 6 tahun, tamat SMP adalah 9 tahun dan

25 75 seterusnya. Perhitungan ini dilakukan tanpa memperhatikan apakah menamatkan sekolah lebih cepat atau lama dari waktu yang telah ditetapkan. Berdasarkan ukuran angka melek huruf, persentase angka melek huruf penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia dari tahun 2007 hingga 2010 tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dilihat dari angka melek huruf penduduk kabupaten/kota di Indonesia pada tahun 2007 adalah 91, 87 persen dan meningkat 92,91 persen pada 2010, sementara angka melek huruf penduduk di wilayah perbatasan darat sangat bervariasi, dimana Kabupaten Pegunungan Bintang dan Boven Digoel adalah kabupaten dengan penduduk yang memiliki kemampuan menbaca menulis terendah yaitu berada pada kisaran 31 persen pada tahun 2007 dan 32 persen pada tahun Hal ini berarti pada tahun 2010 hanya terdapat 32 persen penduduk di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Boven Digoel berusia 15 tahun ke atas yang memiliki kemampuan membaca dan menulis. Kota Jayapura memiliki kemampuan membaca dan menulis yang tertinggi diantara kabupaten/kota di wilayah perbatasan darat lainnya, bahkan lebih tinggi dari Indonesia sebesar 98,41 persen pada 2007 dan 99,58 persen pada2010 seperti terlihat pada tabel 4.1. Tabel 4.2 Angka melek huruf di wilayah perbatasan tahun No Kabupaten/Kota Angka Melek Huruf (%) Sambas 89,50 89,50 90,00 90,55 2 Bengkayang 88,68 88,68 88,70 88,71 3 Sanggau 89,92 89,92 89,95 89,96 4 Sintang 90,41 90,41 90,45 90,46 5 Kapuas Hulu 92,55 92,55 92,59 92,61 6 Kutai Barat 95,49 95,49 95,97 95,97 7 Malinau 92,33 92,33 92,65 92,94 8 Nunukan 93,30 93,30 93,94 94,35 9 Kupang 88,72 88,72 89,00 89,02 10 Timor Tengah Utara 87,19 87,45 87,73 87,75 11 Belu 82,79 82,79 82,98 83,07 12 Merauke 87,10 87,10 87,37 87,99 13 Boven Digoel 31,70 31,70 31,75 32,94 14 Pegunungan Bintang 31,60 31,60 31,76 32,32 15 Keerom 91,10 91,10 91,12 92,15 16 Kota Jayapura 98,41 99,09 99,10 99,58 Indonesia 91,87 92,19 92,58 92,91 Sumber: BPS kabupaten/kota(diolah)

26 76 Tabel 4.3 memperlihatkan rata-rata lama sekolah penduduk di wilayah perbatasan Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan 2010.Selama 2007 sampai 2010 penduduk Kabupaten Pegunungan Bintang hanya dapat menikmati jenjang pendidikan dengan rata-rata lama sekolah 2 tahun, sangat jauh dari rata-rata yang ditetapkan yaitu 15 tahun. Apabila dibandingkan dengan angka rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia (kabupaten/kota) pada tahun 2010 hampir mencapai 8 tahun, maka Kabupaten Pegunungan Bintang adalah merupakan kabupaten yang penduduknya menempati posisi terendah merikmati sekolah dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Oleh karena itu, perlu upaya yang lebih serius dan terarah dalam memeratakan kesempatan penduduk untuk dapat menikmati jenjang pendidikan lebih lama agar mempunyai kemampuan dan daya saing tinggi sehingga upaya mensejahterakan penduduk akan lebih mudah tercapai. Tabel 4.3 Rata-rata lama sekolah penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia tahun No Kabupaten/Kota Rata-rata lama sekolah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Sambas 5,90 5,90 5,94 5,94 2 Bengkayang 6,03 6,03 6,09 6,32 3 Sanggau 6,40 6,40 6,41 6,49 4 Sintang 6,25 6,58 6,59 6,59 5 Kapuas Hulu 7,10 7,10 7,15 7,16 6 Kutai Barat 7,75 7,75 7,79 7,80 7 Malinau 7,61 7,61 7,67 7,76 8 Nunukan 7,40 7,40 7,42 7,42 9 Kupang 6,71 6,71 6,72 6,85 10 Timor Tengah Utara 6,11 6,24 6,38 6,77 11 Belu 6,06 6,06 6,24 6,33 12 Merauke 8,48 8,48 8,63 9,33 13 Boven Digoel 3,00 3,00 3,10 3,37 14 Pegunungan Bintang 2,20 2,20 2,45 2,46 15 Keerom 7,30 7,30 7,32 7,36 16 Kota Jayapura 10,76 10,86 10,88 11,00 Indonesia 7,47 7,52 7,72 7,92 Sumber: BPS kabupaten/kota (diolah) Gambar 4.8 memperlihatkan perubahan indeks pendidikan penduduk di wilayah kabupaten/kota perbatasan darat Indonesia pada tahun Indeks pendidikan tertinggi di Kota Jayapura adalah sebesar 90,83 persen, sedangkan

27 77 terendah di Kabupaten Pegunungan Bintang sebesar 27,01 persen. Pada 2010, hampir semua kabupaten/kota mengalami peningkatan indeks pendidikan dan berada di atas rata-rata indeks pendidikan Indonesia, kecuali Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Kupang beradadi bawah rata-rata indeks pendidikan di Indonesia, yaitu sebesar 70,41. Kabupaten Kupang meningkat dari 68,67 menjadi 69,45, Kabupaten Boven Digoel dari 27,80 menjadi 29,45 dan Kabupaten Pegunungan Bintang meningkat dari 25,96 menjadi 27, Rata-rata Sumber: BPS,PublikasiIPM, Gambar 4.8 Indeks pendidikan kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia dan Rata-rata indeks pendidkan Indonesia, tahun Indeks Kesehatan Indeks kesehatan adalah ukuran jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk di suatu wilayah yang merupakan bagian dari indeks pembentuk IPM yang diperoleh dari indikator angka harapan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup sehat (Farid, 2003) sebagaimana yang telah dideklarasikan pada 10 desember 1944 dalam Deklarasi Universal tentang Hakhak Manusia. Oleh karena itu kesehatan merupakan dan harus dapat menjadi salah satu tolak ukur utama dari pembangunan dan kesejahteraan nasional suatu bangsa. Indikator harapan hidup yang mewakili Indeks Kesehatan di wilayah perbatasan darat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat ( Gambar 4.9). Berdasarkan pengamatan (Tabel 4.4) pada tahun 2010 angka harapan hidup Kabupaten/Kota di wilayah perbatasan darat Indonesia mengalami peningkatan. Secara umum, meningkatnya angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten/Kota perbatasan juga merupakan salah satu indikasi telah terjadinya

28 78 peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kabupaten Nunukan memiliki angka harapan hidup yang tertinggi yaitu sebesar 71, 54 tahun yang berarti penduduk Kabupaten Nunukan yang lahir pada tahun 2010 mempunyai harapan hidup yang besar untuk mencapai usia 71 tahun. Sedangkan Kabupaten Sambas merupakan kabupaten dengan AHH terendah yaitu sebesar 61, 27 tahun. Tabel 4.4 AHH penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup Sambas Bengkayang Sanggau Sintang Kapuas Hulu Kutai Barat Malinau Nunukan Belu TTU Kupang Merauke Boven Digoel Peg. Bintang Keerom Jayapura Sumber: BPS kabupaten/kota (diolah) Rata-rata

29 79 Sumber: BPS,PublikasiIPM, Gambar 4.9 Indeks kesehatan kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia dan Rata-rata indeks kesehatan Indonesia, Ttahun Indeks Daya Beli Indeks Daya Beli atau Indeks Standar Hidup Layak yang diukur dari pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan untuk wilayah perbatasan darat Indonesia meningkat selama periode penelitian. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada tingkat pembangunan manusia di wilayah perbatasan. Hal ini terlihat dari angka IPM wilayah perbatasan yang tetap meningkat di tahun Padahal pengeluaran per kapita yang merupakan cerminan dari daya beli masyarakat (purchasing power parity), adalah indikator yang sangat dipengaruhi oleh keadaan perekonomian. Komponen IPM lainnya berdasarkan uraian ternyata di atas terjuga tidak terganggu secara signifikan. Bahkan indeks pendidikan yang direpresentasikan oleh tingkat melek huruf dan rata-rata lama sekolah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini menandakan bahwa krisis Subprime Mortage yang terjadi pada tahun 2008 tersebut tidak terlalu berpengaruh pada pembangunan manusia di wilayah perbatasan. Demikian juga terhadap indeks kesehatan penduduk di wilayah perbatasan darat Indonesia yang menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan Rata-rata Sumber: BPS,PublikasiIPM, Gambar 4.10 Indeks daya beli kabupaten/kota wilayah perbatasan darat Indonesia tahun

30 80 Kemampuan daya beli masyarakat di wilayah perbatasan dari gambar di atas dapat diketahui bahwa dari tahun secara umum, semua kabupaten/kota di wilayah ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kabupaten Kutai Barat adalah kabupaten dengan kemampuan daya beli tertinggi di bandingkan kabupaten/kota lain di wilayah perbatasan darat Indonesia. Hal ini dikarenakan PDRB per kapita kabupaten ini adalah yang tertinggi, selain itu juga jika dilihat dari indeks pendidikannya juga memiliki nilai di atas rata-rata nasional. Secara keseluruhan perkembangan nilai IPM dan komponen pembentuknya di wilayah perbatasan darat Indonesia selama periode dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Perkembangan IPM dan komponen pembentuknya di wilayah perbatasan darat Indonesia tahun Sumber: BPS (diolah)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah darat kurang lebih sebesar 1,86 juta km 2 dan wilayah laut mencapai 7,9 juta km 2.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang banyak memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain yang berada di kawasan laut dan darat. Perbatasan laut Indonesia berbatasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara yang memiliki perananan penting baik dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2 0 08 LU serta 3 0 02 LS serta

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6 08 Lintang Utara dan 11 15 Lintang Selatan dan antara 94 45 141 05 Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 atau 639.570 Ha (4,36% dari luas wilayah propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL DAFTAR DAERAH TERTINGGAL DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN DAN TERLUAR (PERBATASAN) TAHUN 0 Dalam rangka pelaksanaan Beasiswa Afirmasi, Khususnya pemilihan Daerah yang termasuk dalam katagori Daerah

Lebih terperinci

Daftar Daerah Tertinggal

Daftar Daerah Tertinggal DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN DAN TERLUAR (PERBATASAN) TAHUN 2015 Dalam rangka pelaksanaan Beasiswa Afirmasi, Khususnya pemilihan Daerah yang termasuk dalam katagori Daerah Tertinggal, Terdepan dan

Lebih terperinci

DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018

DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018 DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018 No. Kabupaten / Kota Provinsi 1 Aceh Singkil Aceh 2 Nias Sumatera Utara 3 Nias Selatan Sumatera Utara 4 Nias Utara Sumatera Utara 5 Nias Barat Sumatera Utara 6 Kepulauan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah telah melahirkan desentralisasi fiskal yang dapat memberikan suatu perubahan kewenangan bagi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses multidimensional yang mencakup perubahan yang mendasar meliputi strukturstruktur sosial, sikap-sikap masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

Daftar Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T)

Daftar Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) Page 1 of 7 Daftar Daerah, Terdepan dan Terluar (3T) Daftar Daerah, Terdepan dan Terluar No Provinsi Kabupaten / Kota Status 1 Kalimantan Barat 2 Kalimantan Timur 3 Sulawesi Utara 4 Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 7/DPD RI/I/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN TAYAN SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya, pembangunan memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administratif BAB IV GAMBARAN UMUM Secara astronomi Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak antara 8 0 12 0 Lintang Selatan dan 118 0 125 0 Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T)

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T) DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T) Daftar Daerah Terdepan dan Terluar () No Provinsi Kabupaten / Kota Status Sambas Bengkayang 1 Kalimantan Barat Sanggau Sintang Kapuas Hulu Nunukan 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara selalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan ekonomi di negara yang sedang

Lebih terperinci

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T)

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T) DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T) Daftar Daerah Terdepan dan Terluar (Perbatasan) No Provinsi No Kabupaten / Kota Status 1 Sambas Perbatasan 2 Bengkayang Perbatasan 1 Kalimantan Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Geografi Indonesia Sumber: Tiara Agustin, 2012 GAMBAR 4.1. Peta Geografi Indonesia Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504

Lebih terperinci

Kalimantan Timur. Lembuswana

Kalimantan Timur. Lembuswana Laporan Provinsi 433 Kalimantan Timur Lembuswana Lembuswana adalah hewan dalam mitologi rakyat Kutai yang hidup sejak zaman Kerajaan Kutai. Lembuswana menjadi lambang Kerajaan Kutai hingga Kesultanan Kutai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara lain (UU No. 43 Tahun 2008). Menurut pasal 10 ayat 3 UU No. 24 tahun 1992,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Wilayah BARLINGMASCAKEB terdiri atas Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga,

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian penerapan

BAB I PENDAHULUAN. pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian penerapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang telah berjalan saat ini telah memberi hak serta wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu orientasi pembangunan berubah dan berkembang pada setiap urutan waktu yang berbeda. Setelah Perang Dunia Kedua (PDII), pembangunan ditujukan untuk mengejar pertumbuhan

Lebih terperinci

SETDIJEN PERHUBUNGAN DARAT

SETDIJEN PERHUBUNGAN DARAT Sekilas Kondisi Geografis Provinsi Kalimantan Utara merupakan Provinsi ke-34 di Indonesia dan merupakan provinsi termuda dari seluruh Provinsi yang ada di Indonesia. Letak Geografis Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah 146 807 km 2 terletak di bagian barat pulau Kalimantan, yakni di antara garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masih belum berkembang secara mantap, kritis dan rawan dalam ketertiban

BAB I PENDAHULUAN. dan masih belum berkembang secara mantap, kritis dan rawan dalam ketertiban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah perbatasan adalah kawasan khusus yang berbatasan dengan wilayah negara lain, sehingga penanganan pembangunannya memerlukan kekhususan pula. Pada umumnya daerah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T)

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (3T) DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (T) Daftar Daerah T [LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN] DAFTAR DAERAH TERTINGGAL, TERLUAR DAN TERDEPAN (T) Daftar Daerah Terdepan dan Terluar () No 6 7 Provinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografi dan Topografi Kabupaten Nunukan merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Bulungan, yang terbentuk berdasarkan pertimbangan luas wilayah, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk menetapkan perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam pengelolaan wilayah perbatasan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 BPS KABUPATEN SEKADAU No.02/11/6109/Th. I, 30 November 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014 IPM KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2014 SEBESAR 61,98 MENINGKAT SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR IPM pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Lebih terperinci

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan 402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK GURU KE S-1/D-IV DI KAWASAN PERBATASAN DAN PULAU KECIL TERLUAR

PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK GURU KE S-1/D-IV DI KAWASAN PERBATASAN DAN PULAU KECIL TERLUAR -0- PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK GURU KE S-/D-IV DI KAWASAN PERBATASAN DAN PULAU KECIL TERLUAR DIREKTORAT PROFESI PENDIDIK DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk mencapai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN NAMA KABUPATEN YAPEN WAROPEN MENJADI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Tabel 2 Perkembangan dan Proyeksi Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Tertinggal KODE KABUPATEN

Tabel 2 Perkembangan dan Proyeksi Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Tertinggal KODE KABUPATEN 1101 Simeulue 62,52 62,70 62,75 62,84 62,91 62,98 63,05 63,12 63,21 63,29 63,38 63,46 63,55 63,63 63,72 1102 Aceh Singkil 63,16 64,00 64,27 64,46 64,69 64,92 65,10 65,28 65,58 65,89 66,19 66,49 66,79 67,10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan karakteristik alam, ekonomi, sosial dan budaya. Wilayah-wilayah dengan

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan karakteristik alam, ekonomi, sosial dan budaya. Wilayah-wilayah dengan BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang memiliki keragaman antar daerah yang tinggi, keragaman tersebut merupakan hasil yang nyata dari perbedaan karakteristik

Lebih terperinci

Sanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP

Sanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab menyediakan data statistik dasar dengan menyelenggarakan kegiatan Sensus Penduduk. Sensus Penduduk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kesenjangan Berdasarkan data PDRB per kapita, diketahui bahwa nilai PDRB per kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk membangun suatu wilayah diperlukan perhatian khusus pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut, BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Fisik Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 1.192 pulau, 432 pulau mempunyai nama dan 44 pulau berpenghuni.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah terbesar dengan jumlah penduduk yang masih sedikit. Pemberlakuan Undang- Undang Desentralisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI RAJA AMPAT,

- 1 - BUPATI RAJA AMPAT, - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI RAJA AMPAT,

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. Tanah Merah, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Boven Digoel. Sunardi Juwono NIP

SEKAPUR SIRIH. Tanah Merah, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Boven Digoel. Sunardi Juwono NIP SEKAPUR SIRIH Sebagai pengemban amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggungjawab menyediakan data statistik dasar dengan menyelenggarakan kegiatan

Lebih terperinci

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 PROPOSAL PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT AIR TIBA II DISTRIK KAIMANA KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara yang dilewati garis khatulistiwa. Negara tropis tersebut memiliki jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA DI KALIMANTAN

BAB III KONDISI PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA DI KALIMANTAN BAB III KONDISI PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA DI KALIMANTAN Pada bab 3 ini membahas masalah-masalah di akibatkan oleh penyelundupan narkoba di Provinsi-provisni yang berbatasan langsung dengan Malaysia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No14/02/53/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan wilayah, secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan pembangunan antar wilayah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mengalami pertumbuhan cepat,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci