BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Supply Chain Management Semakin berkembangya industri, maka persaingan untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat semakin tinggi. Hal ini memaksa para pelaku industri untuk melakukan perbaikan di beragai bidang. Perubahan di internal saja tidak mencukupi untuk menghadapi tantangan tersebut, tapi dibutuhkan juga peran serta dari supplier, perusahaan transportasi dan jaringan distributor. Kesadaran akan hal ini maka pada awal tahun 1990-an lahirlah konsep baru yang disebut Supply Chain Management (SCM.) Menurut Monezka, Trent, and Handfield menyebutkan bahwa SCM adalah sebuah konsep yang memiliki dasar untuk mengatur dan menggabungkan sumber, aliran dan kontrol material menggunakan semua perspektif sistem melalui banyak fungsi dan tingkatan supplier. Definisi lain menyatakan bahwa Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir Komponen Supply Chain 1. Perencanaan Merupakan strategic level dari SCM, yang digunakan untuk mengatur semua sumber yang mengarah pada permintaan konsumen terhadap servis dari produk. Tujuan utama dari perencanaan adalah mengembangkan strategi untuk memonitor supply chain supaya lebih effisien, murah dan menghasilkan kualitas dan nilai yang tinggi ke konsumen.

2 11 2. Pemilihan yang dipilih harus dapat memberikan pelayanan dan barang yang terbaik untuk produk yang akan kita buat. Perkuat proses penentuan harga, pengiriman dan pembayaran untuk analisa dan monitoring terhadap supplier. 3. Pembuatan Menetapkan jadwal untuk produksi, testing, paking dan persiapan untuk pengiriman. Merupakan bagian terbesar dalam supply chain metricintensive, dimana level kualitas ditentukan beserta output produksi dan produktifitas dari pekerja 4. Pengiriman sering disebut dengan logistic dimana terjadi pencocokan order dari konsumen, pengembangan jaringan pergudangan, memilih metode transpotrasi untuk mengirim produk ke konsumen dan menyusun system faktur untuk penerimaan pembayaran. 5. Pengembalian Untuk mengatasi problem part yang rusak dari supply chain. Dibuat jaringan untuk menerima part yang cacat dan over stock dari konsumen dan retailer yang memiliki hambatan dalam penerimaan part Aktivitas Supply Chain Secara garis besar aliran supply chain dari suatu sumber sampai kepada end customer dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.1. Alur supply chain

3 12 Dari alur supply chain pada gambar di atas. Menurut Turban, Rainer, Porter terdapat tiga macam Aktifitas rantai suplai, yaitu: 1. Rantai Suplai Hulu / Upstream supply chain Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan. 2. Manajemen Internal Suplai Rantai / Internal supply chain management Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan. 3. Segmen Rantai Suplai Hilir / Downstream supply chain segment Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service. Jenis aliran yang terjadi pada tiap-tiap komponen dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.

4 13 2. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah. 3. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman. (Kalakota, 2000, h198) Area Cakupan SCM Apabila mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan-keiatan utama yang masuk dalam klasifikasi SCM adalah : 1. Kegiatan merancang produk baru (product development ) Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru. 2. Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement) Memilih supplier mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier 3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan ( planning and control ) Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan 4. Kegiatan melakukan produksi ( production ) Eksekusi produksi, pengendalian kualitas 5. Kegiatan melakukan pengiriman ( distribution ) Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di riap pusat distribusi

5 Fungsi SCM Berdasarkan level dan lama berlakunya suatu keputusan yang di ambil, dapat dilihat pada gambar di berikut : Gambar 2.2. Level pengambilan keputusan Dari gambar 2.2 di atas, semakin tinggi level pengambilan keputusannya maka semakin lama pula jangka waktunya, biasanya keputusan bersifat lebih luas yang menyangkut strategi perusahaan ke depannya Fungsi SCM Pada Pengambilan Keputusan di Strategic Level. Ditinjau dari aspek strategi, fungsi SCM sebagai berikut : 1. Startegi memaksimalkan jaringan yang ada seperti jumlah, lokasi, dan ukuran warehouse serta fasilitas dan pusat distribusinya. 2. Strategi dalam membuat alur komunikasi yang bersifat kritikal dan operational improvement seperti cross dock, pengiriman langsung dan menggunakan bantuan pihak ketiga untuk proses logistik. 3. Managemen untuk life cycle produk, sehingga produk yang masih ada dan poduk baru dapat diintegrasikan ke dalam supply chain dan capacity management.

6 Fungsi SCM Pada Pengambilan Keputusan di Tactical Level Sedangkan dari aspek tacticalnya, fungsi SCM adalah : 1. Sumber untuk menentukan kontrak dan keputusan purchasing lainnya. 2. Membantu pengambilan keputusan untuk inventory, termasuk kuantity, lokasi dan kualitas dari penyimpanan. 3. Membantu dalam menentukan strategi transportasi seperti frekuensi, route dan kontrak. 4. Merupakan dasar dari alur pembayaran barang. 5. Fokus pada permintaan kostumer Fungsi SCM Pada Pengambilan Keputusan di Operational Level Dari aspek Operasionalnya, fungsi SCM yaitu : 1. Perencanaan produksi dan distribusi harian. 2. Penjadwalan untuk tiap-tiap pembuatan fasilitas dalam supply chain. 3. Inbound Operations, yaitu pengaturan transportasi dari supplier dan penyimpanan di Gudang. 4. Operasional produksi, termasuk penggunaan material dan aliran barang finished good. 5. Outbound Operations, yaitu semua yang dibutuhkan untuk replacement parts dan transportasi ke konsumen 2.2 Produksi Tepat Waktu (Just In Time) Metode yang ditetapkan oleh Toyota untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan dengan membuat semua proses untuk menghasilkan barang yang diperlukan disebut produksi tepat waktu (Just In Time). Syarat yang harus dipenuhi dalam penerapan metode ini adalah dengan penetapan watu yang tepat dan jumlah yang dibutuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka Toyota menggunakan kanban sistem yang berupa kartu yang biasanya diletakan di amplop vinil berbentuk

7 16 empat persegi panjang yang member informasi tentang cycle issue pengiriman pada suatu interval waktu pengiriman part. Gambar 2.3 Cycle Issue pada Kanban Pada kanban, ditetapkan cycle issue pengiriman agar JIT dapat maksimal. Pada gambar 2.3 diatas dijelaskan penggambaran tentang cycle issue, yang pengertiannya yaitu interval waktu pengiriman part dalam satuan X, Y, Z yang artinya untuk X ialah satuan hari, Y ialah satuan berapa kali pengiriman, dan Z ialah satuan interval order. 2.3 Transportasi Pengertian Umum Transportasi Transportasi kebanyakan mengenai masalah pendistribusian suatu produk dari sejumlah produk kepada sejumlah tujuan. Transportasi memiliki berbagai macam metoda yang bertujuan untuk mengoptimumkan tujuan tertentu sehingga didapatkan rute yang paling efisien. Misalnya dengan meminimumkan jarak tempuh, meminimumkan waktu tempuh ataupun memaksimumkan laba. Metoda transportasi dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah seperti : 1. Jadwal pengiriman dari pabrik ke lokasi gudang atau wilayah pemasaran.

8 17 2. Penentuan lokasi pabrik. 3. Penentuan daerah/wilayah penjualan. 4. Jadwal produksi 5. Penugasan karyawan atau mesin 6. Penepatan layout fasilitas atau mesin. 7. Seleksi proyek maupun subcontractor dan lain-lain Manajemen Operational Penentuan Rute Travelling Salesman Problem ( TSP ) merupakan salah satu metode yang membahas pendistribusian dari sebuah tempat ke beberapa tempat lainnya dalam sekali tempuh. Metode yang paling sederhana dari Travelling Salesman Problem ini dengan pendekatan closest unvisited city atau kota terdekat yang belum dikunjungi. 1. Mulailah kunjungan pada salah satu kota dan kunjungi kota yang belum dikunjungi yang paling dekat. Lanjutkan langkah ini sampai semua kota terkunjungi. 2. Ulangi semua langkah tersebut, sampai semua titik menjadi titik awal kunjungan. Pilih solusi yang paling baik. A B C D G F E Gambar 2.4 Solusi Perjalanan Salesman

9 18 Untuk memecahkan masalah ini dapat dilakukan 2 observasi, yaitu : 1. Prosedur solusi heuristic yang tidak memberikan hasil yang optimal tapi memberikan kita solusi awal yang baik dan menolong kita dalam menguji permasalahan. 2. Prosedur analisa, yang akan menghasilkan solusi yang sangat baik jika diakhiri dengan penggambaran peta sehingga solusinya dapat dilihat. Karena dalam semua kasus, solusi optimal tidaklah nyata maka prosedur analisa menjadi sangat menolong. Solusi yang yang dapat digunakan adalah prosedur Multiple Travelling Salesman Problem. Solusi ini digunakan jika kendaraan tidak menjadi masalah, apabila semua beban dapat dilayani satu kendaraan maka digunakan satu kendaraan untuk melayani walaupun memilki lebih dari satu kendaraan. Transportasi routing problem merupakan permasalahan yang memerlukan lebih dari kendaraan. Untuk memecahkan permasalhan ini dapat digunakan prosedur yang dikembangkan oleh Clark dan wright. Prosedur Clark dan Wright diawali dengan asumsi yang tidak masuk akal, yaitu masing-masing dari N pemberhentian harus dilayani oleh kendaraan yang terpisah, mulai bergerak dari depot (gudang), pergi ke tempat yang harus dilayani dan kembali lagi ke depot. Gambar 2.5 menggambarkan situasi ini (perlu diketahui, walaupun asumsi ini dibuat pada awal prosedur, hanya sedikit, itu pun jika ada, yang memiliki solusi seperti asumsi tersebut diatas) DEPOT Gambar 2.5 Formulasi Inisialisasi Rute untuk Prosedur Clark and Wright

10 19 Langkah selanjutnya dari clark dan Wright adalah menghitung penghematan yang terjadi dengan mengkombinasikan 2 kota atau membentuk 1 rute dari dua buah rute. Untuk permasalahan simetris (jarak dari tempat i ke tempat j sama dengan jarak dari kota tempat j ketempat i), penghematan (S ij ) yang didapatkan dari mengkombinasikan tempat i dengan j, adalah : S ij = C oi + C oj - C ij C oi = Jarak dari depot ke tempat i C oj = Jarak dari depot ke tempat j i Extra j Saved Saved Depot Gambar 2.6 Penghematan untuk Kombinasi Pemberhentian i dan j Prosedur Clark dan Wright kemudian mengurutkan penghematan tersebut dalam urutan yang semakin kecil sehingga kombinasi yang terletak paling atas adalah kombinasi dengan penghematan yang paling besar, dan urutan kedua adalah kombinasi yang menimbulkan saving kedua yang paling besar, dan demikian seterusnya. Prosedur ini dimulai dengan mengambil kombinasi pertama dari daftar tersebut dan membuat ke dua tempat dalam kombinasi tersebut terletak dalam 1 rute (jika pembatas-pembatas yang ada mengijinkan kombinasi tersebut) dan dilanjutkan kebawah sampai didapatkan solusi yang lengkap.

11 Sistem Manajemen Transportasi Salah satu sistem produksi yang dikenal adalah Toyota Production system (TPS) yang merupakan konsep konsep lean manufacturing system yang dikembangkan oleh Toyota. Definisi dari APICS dictionary (2005), menyebutkan bahwa lean adalah suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada minimasi penggunaan sumber sumber daya (termasuk waktu) dalam berbagai aktivitas perusahaan. Sasaran lean adalah identifikasi dan eliminasi aktivitas aktivitas tidak bernilai tambah (pemborosan) atau yang biasa disebut waste atau muda dalam bahasa Jepang. Pada tabel 2.1 berikut merupakan beberapa contoh identifikasi muda. Tabel 2.1. Contoh Identifikasi Muda atau Waste Muda Deskripsi Root cause Overproduction Memproduksi lebih daripada kebutuhan pelanggan internal dan eksternal, atau memproduksi lebih cepat ketiadaan komunikasi atau informasi akan pemenuhan kebutuhan pelanggan internal dan eksternal daripada kebutuhan pelanggan Inventory Correction Kelebihan dari apa yang dibutuhkan untuk memberikan service (produk) kepada pelanggan, baik internal maupun eksternal Pemborosan yang timbul karena kita memperbaiki Peralatan yang tidak andal, aliran kerja yang tidak seimbang, pemasok yang tidak kapabel, permalan kebutuhan yang tidak akurat, ukuran batch yang besar Tidak adanya SOP yang benar, kurangnya sense of

12 21 Over processing Motion Waiting transportation kesalahan yang tidak terdekteksi dari awal Proses proses tambahan atau aktivitas yang kerja yang tidak bernilai tambah atau tidak efisien Setiap pergerakan dari orang atau mesin yang tidak bernilai tambah Keterlambatan karena menunggu material, orang, proses sebelumnya, atau hal hal dinamis lainnya yang berimplikasi pada terbuangnya waktu Memindahkan material atau orang dalam jarak yang sangat jauh dari satu proses ke proses berikutnya yang dapat mengakibatkan penanganan,material bertambah quality Ketidak tepatan penggunaan peralatan, pemeliharaan peralatan yang jelek, proses kerja parallel yang dibuat serial Organisasi kerja yang jelek, tata letak yang jelek, metode kerja yang tidak konsisten Inkonsistensi metode kerja, changeover yang lama Tata letak yang jelek, lokasi penyimpanan yang banyak dan saling berjauhan Untuk memenuhi kualitas transportasi yang baik harus mendukung right material, right quantity, right time, right place, right source, right price, right quality, dan right service yang biasanya disebut dengan 8 rights tanpa adanya pemborosan.

13 22 Berdasarkan hal diatas, maka yang dimaksud dengan lean transportation management system adalah sistem transportasi efektif dan terintegrasi untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang/jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan. Transportasi seringkali menjadi kambing hitam dalam kelebihan inventory dan biaya logistik. Manajemen transportasi sangat diperlukan dalam melihat pemborosan pemborosan yang mungkin tidak terlihat dalam alirannya. Empat hukum lean transportasi seperti yang dijabarkan Linda Taylor (dari FedEx) dan Robert Martichenko (LeanCor LLC), dapat menjelaskan bagaimana transportsi menjadi optimal dan memberikan dampak yang positif kepada kinerja organisasi. Hukum lean transportasi tersebut ialah sebagai berikut: Hukum Lean Transportasi 1 Hukum Pemborosan Transportasi Semua transportasi bukanlah pemborosan dan transportasi dapat digunakan sebagai strategi, akan tetapi transportasi yang berlebihan dari apa yang dibutuhkan adalah pemborosan dan harus dihilangkan Hukum Lean Transportasi 2 Hukum Strategi Transportasi Strategi transportasi dan eksekusinya seharusnya mendukung strategi inventory yang didesain untuk memenuhi harapan pelanggan. Inventory dan strategi pelanggan seharusnya tidak menjadi hasil dari strategi transportasi berdasarkan optimasi dari fungsi transportasi Hukum Lean Transportasi 3 Hukum Manajemen Harian Pengurangan biaya transportasi tidak dapat diwujudkan melalui desain jaringan transportasi yang jarang. Penghematan yang nyata hanya akan terjadi dari menajemen harian dan optimisasi persyaratan variable transportasi Hukum Lean Transportasi 4 Hukum Kinerja Transportasi Pelayanan transportasi dibedakan dengan jelas dan kinerja yang terukur

14 23 Dengan adanya 4 hukum di atas, meskipun tidak mengikat akan bisa menjadi acuan kita dalam mendesain konsep lean transportation management system. 2.4 Sistem Milk-run Pengertian Sistem Milk-run Dimulai dari masa lalu dimana petani susu di eropa biasa menampung susu dalam kaleng lalu diletakkan di pinggir jalan di depan rumah mereka, dimana selanjutnya pengumpul susu datang dan mengumpulkannya sebelum dikirimkan ke pabrik susu. Kemudian tukang pengumpul susu mengumpulkannya dan mengirimkan ke pabrik susu. Kebiasaan ini kemudian dikenal dengan Milk-run yang saat ini banyak diterapkan dalam sistem industri. Milk-run ialah salah satu konsep pengiriman yang dapat memperbaiki sistem manajemen transportasi yang ada dengan meminimalisir bererapa faktor-faktor yang dianggap pemborosan. Dengan sistem Milk-run, dalam satu kali pengiriman dapat terjadi beberapa kali pengangkutan atau penurunan barang pada lokasi yang berbeda dalam jadwal yang sama atau teratur. Sebelum Sesudah implement Milk Run ADM ADM Gambar 2.7 Aliran Supply Sebelum dan Sesudah Milk-run Seperti pada gambar 2.7 diatas, pengiriman secara Milk-run dilakukan untuk membawa barang dari satu lokasi ke beberapa tempat penerimaan, atau membawa

15 24 barang dari beberapa lokasi menuju satu tempat penerimaan, dengan bantuan pihak ketiga yaitu Logistic Partner (LP). Penjadwalan pengiriman secara Milk-run lebih rumit daripada penjadwalan pengiriman secara langsung. Keputusan yang diambil harus berkaitan dengan kuantitas pengiriman yang terdiri dari beberapa produk, volume produk, berkaitan dengan frekuensi pengiriman, dan yang paling penting adalah penentuan rute dan urutan pengambilan dan pengiriman. Harus ditentukan cycle issue dan loading pattern yang tepat agar efisiensi pengiriman dapat optimal Keuntungan Sistem Milk-run Keuntungan dari metode pengiriman ini adalah fakta bahwa efesiensi akan terjadi pada cara pengangkutan dan biaya penerimaan produk dari supplier akan berkurang karena tidak akan menghadapi banyaknya supplier yang datang dan juga tidak membutuhkan lahan yang luas. Jika Economic Order Quantities (EOQ) dibutuhkan untuk beberapa produk berbeda oleh lokasi penerimaan lebih kecil dari besarnya muatan truk, Milk-run memberikan keleluasaan adanya kombinasi dari beberapa produk sampai ditemukan cara agar sama dengan besar muatan truk. Jika terdapat banyak lokasi penerimaan yang membutuhkan jumlah produk yang sedikit, mereka bisa dilayani hanya dengan sebuah truk saja. Keuntungan dari sistem Milk-run: Minimalisasi biaya, ketika jumlah dari sarana pengiriman untuk permintaan yang sama bertambah, biaya juga akan meningkat. Mengoptimalkan rute pengiriman akan diperlukan untuk meminimasi biaya. Mengurangi waktu dan jumlah pengiriman Mudah untuk disesuaikan dan dilaksanakan pada semua sistem pengiriman.

16 Sistem Depo Sistem transportasi saat ini telah berkembang pesat, sistem yang berkembang saat ini mengutamkan pada optimalisasi jarak dan waktu pengiriman. Depo merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk mengoptimalisasi sistem transportasi yang ada ketika ada satu atau beberapa supplier mengalami masalah supply karena pembukaan cycle issue di luar jam kerjanya melalui penyimpanan part pada suatu pool atau area penempatan sementara yang memilikii waktu kerja yang sama dengan usernya dalam hal ini adalah PT. ADM sehingga kapanpun kanban di release tetap dapat terpenuhi. Pada Depo area ditetapkan stok minimal barang yang telah ditentukan sebelumnya sehingga dapat dihitung berapa kali pengiriman dari participant Depo ke area Depo untuk mengefisiensikan truk maupun frekuensi pengirimannya. Sedangkan untuk pengambilan barang dari logistic partner PT. ADM tetap mengikuti kanban yang sudah di release. Sesudah implement Milk Run Sesudah implement Depo ADM 4 (Depo) ADM Gambar 2.8 Aliran Supply Sebelum dan Sesudah Depo Seperti pada gambar 2.8 di atas pada kondisi sebelum implementasi Depo, truk dari logistic partner PT. ADM mengamil part dari supplier yang satu ke supplier yang lainnya lalu kembali ke PT. ADM. Sedangkan pada implementasi sistem Depo menggunakan gudang sementara dari supplier yang telah ikut dalam sistem sebelumnya (Milk-run) yang memiliki waktu kerja yang sama dengan PT. ADM.

17 Keuntungan & Kerugian Sistem Depo Dengan penerapan sistem depo maka akan didapatkan beberapa keuntungan sebagai berikut : Keuntungan dari sistem Depo: Waktu pengambilan part menjadi lebih luas atau flexible karena tidak dibatasi oleh jam kerja Minimalisasi waktu dan biaya transportasi karena jarak truk dari logistic partner berkurang dari yang sebelumnya karena tujuan pengambilan part berkurang Memiliki stock apabila terjadi peningkatan order secara tiba-tiba sehingga meminimalisir terjadinya shortage. Mengurangi warehouse area pada supplier yang menjadi depo participant. Disamping keuntungan, maka ada beberapa kerugian yang timbul akibat penerapan sistem Depo pada sistem milk-run yang sudah ada seperti : Munculnya biaya transportasi langsung dari Depo participant ke Depo area, karena sebelumnya part langsung di ambil oleh logistic partner PT. ADM. Munculnya biaya sewa gedung dan pekerja di Depo area. Dari keuntungan dan kerugian yang muncul, maka selanjutnya akan di analisa menggunakan metode-metode teori aspek keuangan untuk menentukan layak atau tidaknya sistem Depo untuk dijalankan. 2.6 Analisa Kenaikan Finansial Dalam menganalisa kelayakan sistem yang dipakai, hal utama yang digunakan adalah perubahan dari sisi finanisalnya. Untuk dapat menjadi sebuah analisa kelayakan proyek dari segi aspek keuangan maka diperlukan runtutan komponen yang perlu diidentifikasi dan diperhitungkan satu per satu yaitu :

18 Present Values (Nilai Sekarang) Present Value menunjukkan berapa nilai uang pada saat ini untuk nilai tertentu dimasa yang akan datang. Misalnya diketahui bahwa harga suatu barang tertentu yang akan dibeli satu tahun mendatang adalah Rp ,00 dan tingkat bunga simpanan (deposito misalnya) 15% per tahun, maka apabila A menunjukkan jumlah uang yang diinginkan untuk membeli suatu barang tersebut pada satu tahun lagi dan PV menunjukkan jumlah yang uang saat ini yang akan didepositokan serta K merupakan tingkat bunga, akan dapat dirumuskan sebagai berikut : A = PV ( 1 + K ) Dalam contoh kita ini berarti akan Rp ,00 = PV ( 1,15 ) PV = Rp ,00 / 1,15 = Rp ,21 Dengan demikian Rp ,21 merupakan nilai sekarang dari Rp ,00 pada satu tahun yang akan datang. Sedangkan present value dari jumlah uang tertentu pada 2 tahun mendatang akan sama dengan : PV = A2 / ( 1 + K )² Jadi, pada contoh kita akan sama dengan PV = Rp ,00 / (1,15)² = Rp ,00 / 1,3225 Jadi semakin lama suatu jumlah tertentu akan diterima semakin kecil nilai sekarangnya. Perhitungan diatas juga bisa dituliskan sebagai : PV = Rp ,00 [ 1 / (1,15)² ] = Rp ,66 Di sini kita bisa memisahkan faktor tingkat bunga, yaitu bagian yang ada di dalam tanda kurung, yang bisa disebut sebagai discount factor. Jadi discount factor untuk n tahun, dengan tingkat bunga K akan sama dengan : 1 / ( 1 + K ) n

19 28 Jadi discount factor untuk tahun ke-1, tahun ke-2 dan, tahun ke-3 dengan K = 15% akan sama dengan 0,86957; 0,75614; dan 0, Untuk perhitungan ini nantinya kita tidak perlu berpayah-payah, karena disediakan tabel present value. Apabila aliran kas pada masa-masa yang akan datang tetap jumlahnya, misalnya Rp 1,00 akan diterima setiap tahun selama 3 tahun berturut-turut, maka perhitungannya digunakan annuity yang juga terdapat pada lampiran tabel present value. PV dari Rp 1,00 yang akan diterima satu tahun lagi PV dari Rp 1,00, yang akan diterima dua tahun lagi 0,75614 PV dari Rp 1,00 yang akan diterima tiga tahun lagi 0, Present Value series tersebut diatas adalah 2,28323 Dengan menggunakan tabel present value of annuity itu akan mudah untuk menghitung berapa present value suatu series yang sama. Misalnya dengan tingkat bunga 15% per tahun selama 3 tahun, akan diterima Rp ,00 pada setiap akhir tahun. Maka present value dari series ini adalah : Rp ,00 x 2,28323 = Rp ,00 Jadi tabel present value of annuity bisa digunakan kalau angka-angka dalam series tersebut selalu sama. Kalau angka-angka tersebut tidak sama, maka kita harus menghitungnya satu per satu dengan menggunakan tabel present value. Annuity sering dipergunakan untuk menghitung angsuran yang sama (termasuk pokok pinjaman dan bunga) sari suatu pinjaman. Misalkan seseorang meminjam Rp ,00 dan akan mengangsur mengembalikannya dalam waktu 3 tahun. Ia dikenakan bunga 15% per tahunm, dan akan mengangsur dalam jumlah yang sama setiap tahunnya. (Husnan, Suad, Suwarsono, 2000, Studi Kelayakan Proyek, edisi 4, UPP AMP YKPN, Yogyakarta).

20 Metode Net Present Value Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional cash flow maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Ada beberapa konsep untuk menghitung tingkat bunga yang dianggap relevan ini. Pada dasarnya tingkat bunga tersebut adalah tingkat bunga pada saat kita menganggap keputusan investasi masih terpisah dari keputusan pembelanjaan ataupun waktu kita mulai mengaitkan keputusan investasi dengan keputusan pembelanjaan. Perhatikan di sini keterkaitan ini hanya mempengaruhi tingkat bunga, bukan aliran kas. Apabila nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar dari pada nilai sekarang investasi, maka proyek ini dikatakan menguntungkan karena diterima. Sedangkan apabila lebih kecil (NPV negatif), proyek ditolak karena dinilai tidak menguntungkan. Bila kita gunakan contoh yang sama untuk menerapkan NPV ini dengan investasi proyek sebesar Rp juta, kas masuk bersih tiap tahunnya (Rp 260 juta + Rp 100 juta) = Rp 360 juta dan terminal cash flow sebesar Rp 200 juta, maka perhitungannya adalah : NPV = (360 / (1 +r)) + (360 / (1+r)²) +. + ( / (1+r) ) Kalau kita misalkan r (tingkat bunga) yang relevan adalah 25%, (sementara ini kita anggap saja penentuan tingkat bunga ini adalah given maka, NPV = ,04 = +232,04 Karena positif, maka proyek dianggap menguntungkan, sehingga diterima. (Husnan, Suad, Suwarsono, 2000, Studi Kelayakan Proyek, edisi 4, UPP AMP YKPN, Yogyakarta). 8

21 Internal Rate of Return (IRR) atau Yield Internal Rate of Return (IRR) atau yield untuk suatu investasi adalah tingkat bunga yang menyamakan present value dari aliran kas keluar dan present value dari aliran kas masuk. Secara matematis, tingkat bunga tersebut dinyatakan sebagai r, bisa dinyatakan : n Σ t=0 ( 1 r ) = 0 At Gambar 2.9 Rumus Penghitungan IRR Dimana At adalah aliran kas pada periode t, mungkin berupa aliran kas keluar bersih ataupun aliran kas masuk bersih, n adalah periode terakhir aliran kas diharapkan dan simbol Σ menunjukkan jumlah aliran kas yang di discounted kan pada akhir tahun 0 sampai dengan tahun n. Apabila pengeluaran kas awal atau biaya terjadi pada waktu 0, persamaan tersebut bisa diubah menjadi : A0 = (A1 / (1+r)) + (A2 / (1+r)² (An + (1+r) ) Jadi, r adalah tingkat bunga yang men-discount aliran kas di waktu-waktu n mendatang A sampai dengan An untuk menyatakan pengeluaran kas di awal periode 0 Ao. Disini secara implisit dianggap bahwa kas masuk diterima dari investasi kemudian diinvestasikan kembali dan mendapat tingkat keuntungan yang sama dengan r. Untuk mencari r diperlukan perhitungan yang berkali-kali karana prosesnya sebetulnya lebih bersifat coba-coba (kecuali diselesaikan dengan menggunakan bantuan komputer). Untuk membantu mempercepat perhitungan kita bisa menggunakan tabel present value of annuity (karena kas masuknya selalu sama setiap tahunnya) dengan menggunakan prosedur sebagai berikut. Kita bagi pengeluaran kas awal dengan aliran kas masuk setiap tahun yaitu Rp ,00 / Rp

22 ,00 = 2. angka 2 ini kemudian kita lihat pada tabel present value of annuity untuk n = 3 (karena 3 tahun), dan yang paling mendekati adalah r = 23% dari r = 24%. Jadi tingkat bunga nantinya akan berada antara 23% dan 24%. (Husnan, Suad, Suwarsono, 2000, Studi Kelayakan Proyek, edisi 4, UPP AMP YKPN, Yogyakarta) Metode Payback Period Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa cepat investasi yang ditanamkan dalam sebuah proyek dapat kembali, oleh sebab itu itu satuan hasilnya adalah satuan waktu. Bilamana periode payback investasi yang ditanamkan dalam proyek ini lebih pendek daripada yang diisyaratkan seperti dengan menggunakan batasan umur proyek misalnya maka proyek dikatakan menguntungkan, sedangkan bilamana periode payback investasi yang ditanamkan dalam proyek lebih lama dari umur proyek misalnya maka proyek dapat dikatakan kurang menguntungkan. Karena metode ini mengukur seberapa cepat suatu investasi yang ditanamkan dalam proyek bisa kembali, maka dasar yang dipergunakan adalah aliran kas, bukan laba. Untuk itu perhitungannya diawali dengan terlebih dahulu menghitung aliran kas dari proyek tersebut. Aliran kas operasional per tahun dari sebuah proyek adalah laba setelah pajak ditambah dengan depresiasi. Bila dicontohkan laba setelah pajak sejumlah Rp 520 juta dan depresiasi Rp 200 juta maka aliran kas operasionalnya sejumlah Rp 720 juta. Bila terminal cash flow proyek ini adalah Rp 200 juta yang berasal dari kembalinya modal kerja pada akhir tahun umur proyek dan initial cash flow proyek ini adalah Rp juta, maka dengan demikian payback period-nya dapat dihitung : ( Rp juta / Rp 720 juta ) x 1 tahun = 2,78 tahun Jadi dalam 2,78 tahun investasi proyek tersebut sudah bisa kembali. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang diisyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding.

23 32 Secara normatif, memang tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam praktiknya yang dipergunakan adalah payback umumnya dari perusahaan-perusahaan yang sejenis. Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini adalah : 1. Diabaikannya nilai waktu uang 2. Diabaikannya aliran kas setelah periode payback Untuk mengatasi kelemahan yang pertama, ada yang menggunakan discounted payback, dimana aliran kas operasional tersebut dan juga terminal cash flow di-discounted-kan dengan tingkat bunga yang dianggap relevan. Misalkan ada 2 proyek, A dan B yang masing-masing memerlukan investasi sebesar Rp 20 juta, dengan usia ekonomis 6 tahun untuk A dan 10 tahun untuk B. Aliran kas masuk untuk A adalah Rp 6,5 juta per tahun, sedangkan untuk B adalah Rp 6 juta per tahun. Tingkat bunga yang dianggap relevan misalkan 10%. Dengan demikian, kalau aliran kas tersebut kita present value-kan, maka untuk investasi A akan sudah bisa kembali kurang dari 4 tahun, tetapi untuk B sedikit lebih banyak dari 4 tahun. Dengan demikian, kalau kita hitung secara total, ternyata proyek B memberikan tambahan kas masuk lebih banyak daripada A. karena itu, cara discounted payback hanya mengatasi kelemahan pertama. Meskipun diakui adanya kelemahan-kelemahan ini, dalam praktiknya masih banyak organisasi yang menggunakan metode payback sebagai pelengkap penilaian investasi. Cara ini terutama dipergunakan untuk perusahaan-perusahaan yang menghadapi masalah likuiditas atau kelancaran keuangan jangka pendek. (Husnan, Suad, Suwarsono, 2000, Studi Kelayakan Proyek, edisi 4, UPP AMP YKPN, Yogyakarta) Metode Profitability Index Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaanpenerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Kalau

24 33 profitability index (PI)-nya lebih besar dari 1, maka proyek dikatakan menguntungkan, tetapi kalau kurang dikatakan tidak menguntungkan. Sebagaimana metode NPV, maka metode ini perlu menentukan terlebih dulu tingkat bunga yang akan dipergunakan. Kalau kita terapkan pada contoh yang sama, maka : Profitability Index = / = 1,232 Karena PI-nya lebih besar dari satu, maka proyek ini dikatakan menguntungkan.

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MAKALAH E-BUSINESS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : Nama : Frizky Ramadhan NIM : 08.11.2135 Kelas : S1TI-6D JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT X, mengenai Peranan Capital Budgeting Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Untuk Pembelian Mesin

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) A. Dasar Dasar Proyek 1. Batasan Proyek Clive Gray mendifinisikan proyek sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu

Lebih terperinci

2 pemakaian. Istilah 'warehouse' digunakan jika fungsi utamanya adalah sebagai buffer dan penyimpanan. Jika tambahan distribusi adalah fungsi utmanya,

2 pemakaian. Istilah 'warehouse' digunakan jika fungsi utamanya adalah sebagai buffer dan penyimpanan. Jika tambahan distribusi adalah fungsi utmanya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan produk berupa kaleng kemasan. Sehingga keberadaan warehouse sangat

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

Dwi Hartanto, S,.Kom 03/04/2012. E Commerce Pertemuan 4 1

Dwi Hartanto, S,.Kom 03/04/2012. E Commerce Pertemuan 4 1 1.Pengertian E Market Place 2.Pertimbangan Bergabung g ke dalam E Market Place Suatu lokasi diinternet, di mana suatu perusahaan dapat memperoleh atau memberikan informasi, mulai transaksi pekerjaan, atau

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) Manajemen rantai pasokan dulunya berawal dari urusan logistik militer, sangat berperan dalam menentukan kemenangan perang, terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, HAMDANI M.SYAH HARIANTO.

RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, HAMDANI M.SYAH HARIANTO. RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, 2004. Analisis Kelayakan Investasi Ekspansi Usaha Penyamakan Kulit PT. Rahayu Indokulit Indah. Di bawah bimbingan HAMDANI M.SYAH dan HARIANTO. PT. Rahayu Indokulit Indah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan manufaktur semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan untuk mencari strategi yang tepat agar dapat

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Modul ke: PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING) Fakultas FEB MEILIYAH ARIANI, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Penganggaran Modal ( Capital Budgeting) Istilah penganggaran

Lebih terperinci

MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS PENILAIAN INVESTASI DAN RESIKO INVESTASI

MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS PENILAIAN INVESTASI DAN RESIKO INVESTASI MAKALAH STUDI KELAYAKAN BISNIS PENILAIAN INVESTASI DAN RESIKO INVESTASI Disusun Oleh: Paulina Sari 201210170311004 Aulia Pratiwi 201210170311033 Satria Sukanda 201210170311041 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan hidup dalam lingkungan yang berubah cepat, dinamik, dan rumit. Perubahan tersebut tidak hanya bersifat evolusioner namun seringkali sifatnya revolusioner.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sangat pesat, hal ini ditandai dengan adanya tingkat persaingan yang semakin meningkat. Mengingat hal ini, maka

Lebih terperinci

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL Penganggaran Modal 2 KERANGKA STRATEGIK KEPUTUSAN PENGANGGARAN MODAL Keputusan penganggaran modal harus dihubungkan dengan perencanaan strategi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan Kriteria Optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan investasi dalam membeli mesin produksi baru adalah dengan melakukan penghitungan

Lebih terperinci

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?

Lebih terperinci

Bab 5 Penganggaran Modal

Bab 5 Penganggaran Modal M a n a j e m e n K e u a n g a n 90 Bab 5 Penganggaran Modal Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan perhitungan dalam investasi penganggaran modal dalam penentuan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO

ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ANALISIS INVESTASI BUDI SULISTYO ASPEK INVESTASI UU & PERATURAN BIDANG USAHA STRATEGI BISNIS KEBIJAKAN PASAR LINGKUNGAN INVESTASI KEUANGAN TEKNIK & OPERASI ALASAN INVESTASI EKONOMIS Penambahan Kapasitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MAKALAH E BISNIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun oleh : Nama : Marcellinus Cahyo Pamungkas NIM : 08.11.2489 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar otomotif di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pasar otomotif di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar otomotif di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, meskipun perkembangannya tidak sepesat dibandingkan dengan negara tetangga Thailand.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

Proudly present. Penganggaran Modal. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

Proudly present. Penganggaran Modal. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK. Proudly present Penganggaran Modal Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK 081-331-529-764 www.bwmahardhika.com PENGANGGARANMODAL (CapitalBudgeting) ANALISIS PENGANGGARAN MODAL (ANALISIS USULAN INVESTASI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam mencapai tujuan dalam penulisan tugas akhir ini, digunakan landasan teori yang mendukung, dimana landasan teori ini didapat dari materi mata kuliah yang pernah didapatkan serta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Ibrahim H.M.Y (2003) menyatakan bahwa biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan suatu proyek, yang terdiri dari

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain MANAJEMEN OPERASIONAL BAB VI Supply Chain Pengertian Supply Chain Supply chain adalah jaringan perusahaan yang bekerja sama untuk menciptakan dan mengantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Menaksir Aliran Kas Beberapa Pertimbangan dalam Menaksir Aliran Kas Dalam analisis i keputusan investasi, i ada bb beberapa langkah yang akan dilakukan: 1) Menaksir aliran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu badan usaha, instansi, individu atau perorangan.

BAB II LANDASAN TEORI. suatu badan usaha, instansi, individu atau perorangan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aset Menurut Siregar (2004:178) aset adalah barang atau sesuatu barang yang mempunyai nilai ekonomi, nilai komersial atau nilai tukar yang dimiliki oleh suatu badan usaha, instansi,

Lebih terperinci

Hakikat Rantai Pasokan

Hakikat Rantai Pasokan 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Hakikat Rantai Pasokan 2 Jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstreams) dan ke hilir (downstreams), dalam proses dan kegiatan yang berbeda yang menghasilkan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL Nama : Marlina Fitri Annisa Npm : 15213303 Kelas : 4EA33 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Christera Kuswahyu Indira,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Dalam arti sempit, pengertian

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus bertahan dalam persaingan dunia usaha adalah harapan semua

BAB I PENDAHULUAN. terus bertahan dalam persaingan dunia usaha adalah harapan semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menengguk laba maksimum agar dapat berjalan dan berkembang, serta terus bertahan dalam persaingan dunia usaha adalah harapan semua perusahaan. Karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam semua aspek kehidupan manusia, air bersih merupakan kebutuhan yang sangat hakiki karena sel-sel dalam tubuh manusia terdiri dari 68% kadar air. Bagi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA JASA PENYEWAAN SOUND SYSTEM ECHO PRODUCTIONS DI RAWA LUMBU BEKASI

ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA JASA PENYEWAAN SOUND SYSTEM ECHO PRODUCTIONS DI RAWA LUMBU BEKASI ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA JASA PENYEWAAN SOUND SYSTEM ECHO PRODUCTIONS DI RAWA LUMBU BEKASI Nama : Felika Tabita NPM : 13213396 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Ir. Riskayanto

Lebih terperinci

MENILAI KELAYAKAN INVESTASI DAN HASIL INVESTASI

MENILAI KELAYAKAN INVESTASI DAN HASIL INVESTASI MENILAI KELAYAKAN INVESTASI DAN HASIL INVESTASI Sumber: http://hdwallpapersbuzz.com/creative Kita telah mengetahui berbagai jenis investasi, hasil dan risiko yang mungkin dihadapi serta peranannya dalam

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA AIR MINUM ISI ULANG DESMOND

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA AIR MINUM ISI ULANG DESMOND STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA AIR MINUM ISI ULANG DESMOND LATAR BELAKANG Salah satu usaha yang sering kita jumpai dan banyak diminati pada saat ini adalah usaha air minum isi ulang. Dengan

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG. Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin ABSTRACT

ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG. Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin ABSTRACT ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia. ABSTRACT SAHDIANNOR,

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian dan Pentingnya Investasi Investasi diambil dari kata bahasa Inggris investation yang bermakna penanaman modal. Investasi merupakan salah

Lebih terperinci

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI PROPOSISI Logistics Value Creation Dari perspektif konsumen, logistik merupakan kegiatan untuk menyampai kan produk ke konsumen secara tepat, yang memenuhi tujuh kriteria tepat. Dikenal dengan tujuh tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad ini seperti yang kita ketahui dunia ekonomi dan teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan adanya perkembangan teknologi itu

Lebih terperinci

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Analisa kelayakan untuk rencana ekspansi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan X menggunakan lima metode Capital Budgeting yaitu Payback Period, Accounting Rate

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1 ABSTRAKSI Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk selalu dapat unggul dalam persaingan. Karena bila salah dalam menerapkan strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Transportasi merupakan bagian dari distribusi. Ong dan Suprayogi (2011) menyebutkan biaya transportasi adalah salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

ANALISA STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN BATIK SARI KENONGO TULANGAN SIDOARJO. Oleh Endang PW Teknik Industri FTI-Surabaya ABSTRAK

ANALISA STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN BATIK SARI KENONGO TULANGAN SIDOARJO. Oleh Endang PW Teknik Industri FTI-Surabaya ABSTRAK ANALISA STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN BATIK SARI KENONGO TULANGAN SIDOARJO Oleh Endang PW Teknik Industri FTI-Surabaya ABSTRAK Perusahaan Bati Sari Kenongo adalah salah satu produsen batik di Sidoarjo yang

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan tidak dapat bersaing, maka perusahaan tersebut dapat kalah dalam persaingan dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Konsep Supply Chain Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

وإذ تا ذن لي ني ن ربكم شكرتم لا زیدنكم ولي ن إنن كفرتم عذابي لشدید Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur

وإذ تا ذن لي ني ن ربكم شكرتم لا زیدنكم ولي ن إنن كفرتم عذابي لشدید Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur ASPEK TEKNOLOGI ERP (II) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA وإذ تا ذن لي ني ن ربكم شكرتم لا زیدنكم ولي ن إنن كفرتم عذابي لشدید Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN Djoko Susilo 1 dan Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: 1) djokoyysusilo@yahoo.com

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RANTAI PASOK

PENGELOLAAN RANTAI PASOK PENGELOLAAN RANTAI PASOK Manajemen Rantai Pasokan Manajemen Rantai Pasokan Rantai pasok adalah sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan yang bekerja secara bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Setelah melakukan wawancara dan mengumpulkan data, penulis menggunakan suatu alat analisis untuk mengevaluasi kelayakan investasi produk Fitaliv yakni capital budgeting.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SISTEM TRANSPORTASI DENGAN SISTEM MILKRUN UNTUK MENGURANGI FREKUENSI KEDATANGAN KENDARAAN TUGAS AKHIR

OPTIMALISASI SISTEM TRANSPORTASI DENGAN SISTEM MILKRUN UNTUK MENGURANGI FREKUENSI KEDATANGAN KENDARAAN TUGAS AKHIR OPTIMALISASI SISTEM TRANSPORTASI DENGAN SISTEM MILKRUN UNTUK MENGURANGI FREKUENSI KEDATANGAN KENDARAAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta XII. Penganggaran Modal (Capita l Budgeting) i 1. Pengantar Investasi aktiva tetap merupakan salah satu investasi yang mendapat perhatian karena jangka waktu pengembalian biasanya lebih dari satu tahun,

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Oleh : Ani Hidayati Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keputusan Investasi (capital investment decisions) Berkaitan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci