TINJAUAN PUSTAKA. Sejarah Perkembangan Kuda

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Sejarah Perkembangan Kuda"

Transkripsi

1 7 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Kuda Kuda (Equus caballus) termasuk dalam famili Equidae yang berkerabat erat dengan keledai (Equus asinus), zebra (Equus zebra) dan hemione (Equus heminus). Berdasarkan catatan sejarah dan pertimbangan arkeolog menunjukkan bahwa kuda telah terpisah dengan filum mamalia lainnya sejak dahulu kala (Gambar ) dan didomestikasi di daerah Eurasian, negara bagian Ukrania pada tahun 4000 SM yaitu hewan ini dimanfaatkan untuk tunggangan dan sumber daging (Vila et al. 001). Terdapat juga beberapa daerah lain yang diduga telah mendomestikasi kuda seperti di Cina, Mesopotamia, Turkistan dan wilayah bagian Utara pegunungan Persia (FAO 000; Walker 008). Filogeni kuda domestik di antara beberapa mamalia lainnya di gambarkan dalam Gambar. Gambar Filogeni kuda domestik Equus caballus diantara pyla mamalia lainnya (FAO- AAAS 1994) Tempat dan waktu pertama kali kuda didomestikasi masih menjadi perdebatan di antara para arkeologis. Pengetahuan terkini tentang domestikasi kuda berdasarkan analisis material purbakala (metode radiokarbon) menunjukkan di bagian Selatan Ukrania yang berusia SM (Anthony et al. 1991), terdapat paling kurang dua subspesies dari kuda liar yaitu Equus ferus ferus atau kuda Tarpan dan Equus ferus przewalski yang dikenal sebagai kuda Mongolian (Gambar ) (Bowling & Ruvinsky 004). Kuda Tarpan terakhir dibunuh pada bulan Desember 1879, keturunan jenis ini masih dipelihara di kebun binatang Moskow sampai tahun 1880 dan di wilayah Poltava, Ukrania sampai tahun 1918 (Bannikov & Flint 1989), sedangkan kuda Przewalski keturunannya masih dapat dijumpai hidup liar di dataran Barat Daya Cina yang kemudian banyak berbaur dengan kuda domestik dari Barat.

2 8 Gambar Kuda Przewalski (kiri) adalah cikal bakal nenek moyang kuda modern (kanan) Kuda Sumba/ Sandel pada abad ke-16 telah dimanfatkan sebagai hewan peliharaan para raja di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Timur (FSI 009). Di pulau Jawa kuda menjadi simbol kemegahan para raja dan dipergunakan dalam peperangan yang kemudian berkembang menjadii olahraga tontonan. Kuda di Indonesia selain untuk olahraga, juga berperan sebagai alat transportasi, bekerja untuk menarik bajak di sawah selain kerbau dan sapi (Gambar 4). Olahraga ketangkasan, pacuan dan berburu dengan menggunakan kuda masih banyak ditemukan di daerah Nusa Tenggara Barat dan Timur. Pada zaman Belanda, olahraga berkuda dikenal rakyat melalui pacuan kuda, yang dilakukan pada hari-hari pasar atau pada perayaan ulang tahun ratu. Berawal dari kegiatan tersebut peternakan tradisional yang melahirkan kuda pacu lokal seperti kuda Batak, kuda Padang Mangatas, kuda Priangan, kuda Sumba, kuda Minahasa dan kuda Sandel mulai tumbuh. Daerah-daerah yang pada awalnya dikenal memiliki ternak kuda tradisional adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara. Lomba ketangkasan berkuda dikenalkan kemudian hari oleh para tentara Belanda berupa lomba lompat rintangan (jumping) (FSI 009). Pada tahun 195 suatu badan yang berusaha menyatukan semua perkumpulan olahraga berkuda di Indonesia didirikan dan diberi nama Pusat Organisasi PONI Seluruh Indonesia (POPSI). Organisasi ini dalam perkembangannya berganti nama menjadi federasi dan kemudian pada tahun 1966, didirikan satu organisasi berkuda yang merupakan satu-satunya organisasi berkuda yang diakui oleh KONI Pusat yang dikenal dengan Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI) yang masih berdiri sampai saat ini. Organisasi ini dibentuk atas prakarsa empat daerah yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan

3 9 Sulawesi Utara serta satu klub yang bernama SEKARDIU yang dibentuk dari korps Kavaleri Bandung dengan ketua umum pertama adalah Achmad Syam dari Bogor. Pada perkembangannya, PORDASI kemudian diakui oleh pemerintah sebagai satu-satunya organisasi induk berkuda di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Olahraga nomor: 016 tertanggal 8 Oktober Sejak itu PORDASI selalu aktif menyelenggarakan perlombaan-perlombaan, baik dalam lomba pacuan kuda maupun lomba ketangkasan berkuda (Equestrian Indonesia 008; FSI 009). Gambar 4 Berbagai bentuk pemanfaatan ternak kuda (seperti untuk tunggangan, menarik delman dan mengangkut beban). Bangsa Kuda di Indonesia Beberapa kelompok populasi kuda di Indonesia (Gambar 5) berasal dari bangsa kuda jenis Thoroughbred yang digunakan untuk pacuan atau disilangkan dengan kuda lokal, populasi kuda lokal silangan dan kuda asli Sumba yang dikenal dengan kuda Sandel (FSI 009). Karakteristik beberapa kuda lokal Indonesia diperlihatkan pada Tabel 1. Gambar 5 Bangsa kuda di Indonesia: (dari kiri ke kanan) Thoroughbred, Kuda Pony/Sandel dan Kuda Silangan. Sumber: koleksi pribadi. Kuda Sandel atau sandalwood pony adalah kuda pacu asli Indonesia yang dikembangkan di pulau Sumba. Diduga kuda ini memiliki moyang kuda arab yang

4 10 disilangkan dengan kuda poni lokal (grading-up) dengan maksud untuk memperbaiki sejumlah penampilannya. Nama "sandalwood" sendiri dikaitkan dengan kayu cendana yang pada sebelumnya merupakan komoditas ekspor dari pulau Sumba dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya (FSI 009). Tabel 1 Karakteristik Kuda Lokal Indonesia Jenis Kuda Tinggi Badan (cm) Karakteristik Kuda Sumba 17 Bentuk kepala lebih besar dibanding kaki, ukuran leher yang pendek, sifatnya jinak dan cerdas, konformasi badan kurang sempurna tetapi memiliki bagian punggung kuat. Kuda Timor 1 Bentuk badan lurus dan leher pendek, bagian punggung lurus dengan bahu dan ekor yang tinggi, bagian tengkuk dan ekor penuh dengan bulu Kuda Sandel 15 Tubuh kecil, bentuk kepala kecil dan bagus. Mata yang besar, bulu yang lembut dan berkilauan, mempunyai kecepitan yang baik dan sangat aktif dengan kuku kaki yang keras dan kuat. Kuda Batak 1 Bentuk kepala bagus,bagian muka yang lurus, leher pendek dan lemah. Bagian punggung yang panjang dan sempit dengan kaki bagian belakang ramping, bagian rump tinggi, ekor dan tengkuk mempunvai rambut yang bagus, serta posisi ekor cukup tinggi sehingga sangat baik dalam pergerakan. Kuda Jawa 17 Stamina yang baik dan tahan terhadap panas, ukuran tubuh lebih besar dibandingkan kuda poni lainnya dan jinak. Kaki dan persendiannya tidak berkembang dengan baik sehingga mempengaruhi kekuatannya. Kuda Padang 17 Kuku kaki keras dan bentuknya bagus, bagian tumit lemah. Mempunyai konformasi yang baik, tetapi pertulangannya kecil. Kuda Sulawesi 15 Daya tahan tubuh kuat, kaki tegap dan kuat dan bertemperamen stabil. Kuda Flores 14 Bentuk badan kecil dan jinak. Kuda Bima - Badan kecil, pinggang yang pendek dengan daya tahan tubuh baik dan memiliki langkah yang cepat. Sumber: Edward (1994) dan FSI (009)

5 11 Kuda Sandel memiliki postur tubuh lebih rendah bila dibandingkan kuda ras dari Australia atau Amerika. Tinggi punggung antara cm, kaki dan kukunya yang kuat dengan leher besar, memiliki daya tahan (endurance) yang tinggi sehingga banyak dipakai sebagai kuda tarik, kuda tunggang dan bahkan kuda pacu. Memiliki warna bulu bervariasi dari hitam, putih, merah, dragem, hitam maid (brownish black), bopong (krem), abu-abu (dawuk), atau juga belang (plongko). Kuda ini sampai sekarang masih diternakkan di Pulau Sumba dan diperdagangkan ke pulau-pulau lain seperti Jawa, Madura dan Bali sebagai kuda tarik, kuda tunggang serta kuda pacu (Equestrian Indonesia 008; FSI 009). Kuda Thoroughbred adalah bangsa kuda yang dibentuk dari induk-induk kuda bangsa lain yaitu: kuda darley arabian, kuda godolphin arabian dan kuda byerly turki (KHP 008). Nama-nama tersebut diambil dari nama para pemilik kuda galur murni tersebut yaitu Thomas Darley, Lord Godolphin dan kapten Robert Byerly, ketiga kuda jantan tersebut dibawa ke Inggris dari wilayah Mediteranian Timur Tengah sekitar abad ke-17 yang disilangkan dengan kuda asli Eropa (Edward 1994). Persilangan tersebut menghasilkan kuda yang memiliki kemampuan mengangkut beban sekaligus memiliki kecepatan lebih untuk jarak tempuh yang jauh dan kemudian berkembang dalam ukuran yang lebih ramping, gagah dan menarik sebagai kuda pacuan. Melalui proses persilangan yang selektif selama lebih dari 50 tahun, tercipta kuda jantan dan betina terbaik dengan keunggulan yang super dan hebat sebagai kuda pacuan (FAO 000). Pelestarian Sumberdaya Genetik Bangsa Kuda Indonesia Sedikitnya satu bangsa ternak asli punah setiap minggu dan lebih sepertiga bangsabangsa ternak asli di Eropa dalam keadaan terancam punah (FAO 000). Lebih lanjut catatan dari FAO tahun 001 menyatakan hilangnya bangsa-bangsa ternak ini lebih disebabkan oleh kecenderungan para peternak untuk mengembangkan bangsa ternak eksotik. Keadaan ini banyak terjadi pada petani peternak di negara-negara berkembang seperti di Indonesia dan India akibat adanya persilangan yang meluas (Sodhi et al. 006). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pemuliaan ternak, bioteknologi, permintaan pasar yang berlebihan, penerapan mekanisasi pertanian yang tidak tepat dan diversifikasi produk ternak menyebabkan terjadinya eksploitasi sumberdaya genetik ternak lokal besar-besaran melalui persilangan dan penggantian bangsa baru, keadaan ini mengancam kelestarian keragaman genetik ternak yang sangat penting dipertahankan untuk menjaga dan melestarikan

6 1 sumberdaya genetik hewan demi kelangsungan ketersediaan sumber makanan asal hewan yang berkelanjutan (Subandriyo & Setiadi 00; Sodhi et al. 006). Konservasi sumberdaya genetik hewan lokal memainkan peranan penting dalam kelangsungan ketersediaan pangan dunia berdasarkan kenyataan bahwa; pertama, terdapat lebih dari pada 60% bangsa-bangsa ternak dunia berada di negara-negara berkembang; kedua, mempertahankan potensi genetik ternak asli/ lokal bukan merupakan hal yang menguntungkan bagi peternak; ketiga, tidak adanya program pengawasan yang ketat dan ketersediaan informasi yang akurat terhadap sebagian besar bangsa ternak asli dan keempat, masih kurangnya pengembangan potensi genetik terhadap bangsa-bangsa ternak lokal (FAO 001). Tiga metode yang dianjurkan untuk dilakukan demi melestarikan plasma nutfah ternak adalah: (1) mempertahankan populasi; () penyimpanan material genetik beku dengan teknologi cryopreservation, seperti semen dan oocyt (haploid/n) atau embryo beku (diploid/n); dan () penyimpanan material DNA (deoxyrybo nucleic acid) pada bank gen (Duryadi 005; Allendorf & Luikart 007). Sifat Kuantitatif dan Kualitatif Setiap sifat kuantitatif dan kualitatif yang diekspresikan seekor hewan atau ternak disebut fenotip. Fenotip (P) merupakan hasil keseluruhan pengaruh-pengaruh gen atau genotipe (G), lingkungan (E) dan adanya interaksi antara pengaruh genotipe dan lingkungan (GxE) (Martojo 199; Hardjosubroto 1994). Fenotipe ternak dapat diketahui melalui ukuranukuran tubuh (Otsuka et al. 1980; Nozawa et al. 1981), pertumbuhan tanduk, tekstur dan panjang bulu (Wiley 1981; Warwick et al. 1995). Sifat kuantitatif adalah sifat-sifat yang dapat diukur pada seekor ternak baik untuk sifat produksi seperti ukuran morfologi tubuh, kecepatan lari, daya tahan kerja dan tenaga tarik juga untuk sifat reproduksi seperti lama kebuntingan, lama birahi dan produksi susu (Martojo, 199). Menurut Warwick et al. (1995), sifat kuantitatif dipengaruhi oleh beberapa atau oleh banyak pasang gen dan adanya pengaruh interaksi dengan lingkungan. Gen-gen tersebut terdapat dalam sel-sel jaringan dari berbagai bagian tubuh dan organ-organ vital yang saling berinteraksi dalam proses biokimia faali dalam tubuh, maka tidak sulit membayangkan bahwa jumlah gen yang berperanan dalam proses tumbuh kembang ini dapat mencapai ratusan bahkan ribuan (Martojo 199). Setiap karakter ditentukan oleh banyak pasang gen atau poligenik dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan (Wiley 1981).

7 1 Sifat kualitatif seperti warna, pola warna, sifat bertanduk atau tidak bertanduk dapat dibedakan tanpa harus mengukurnya. Sifat kualitatif biasanya hanya dikontrol oleh satu atau beberapa pasang gen dan umumnya variasi sifatnya tidak kontinyu (Noor 008). Warna tubuh ternak dianggap sebagai character displacement atau penciri sifat untuk membedakan satu bangsa dengan bangsa lainnya (Wiley 1981; Warwick et al. 1995; Noor 008). Terdapat beberapa warna dasar pada kuda seperti black, bay dan chesnut (Hawcroft 1984; Bowling & Rivinsky 004) yang diekspresikan melalui interaksi sekurangnya tiga pasang gen. Searle (1978), telah mendeskripsikan beberapa genotip warna bulu seperti: A-/B-/dd (bay), aa/b-/dd atau aa/b-/dd (black), --/bb/dd (chesnut), A-/B-/Dd (bay-cream), --/bb/dd (chesnut-cream), DD (ivory white atau pseudo-albino), Rr (roan, RR bersifat letal) dan S- (spotted). Lebih lanjut Hawcroft (1984) menjelaskan, bahwa warna-warna seperti white, grey, cream, dun, roan dan pied (totol) adalah hasil modifikasi dari warna dasar kuda. Hal tersebut diperkuat oleh Bowling dan Rivinsky (004) yang menjelaskan, bahwa terjadinya keragaman pola warna bulu pada kuda seperti adanya dilusi, bercak putih dan totol-totol disebabkan adanya mutasi jauh sebelum kuda di domestikasi. Pola warna pada kuda dan hewan mamalia lainnya terjadi akibat mutasi yang disebabkan proses kehidupan individu hewan tersebut yang diatur secara genetik. Proses tersebut berupa spesialisasi dari sel-sel, jaringan-jaringan dan organ-organ tubuh hewan yang terjadi pada saat proses adaptasi hewan dengan lingkungan (Lamoreux et al. 010). Lebih lanjut dinyatakan, terbentuknya pola warna bulu karena adanya pigmentasi pada kulit atau bagian rambut dan bulu yang disebabkan oleh pigmen melanin seperti warna merah atau kuning yang dibentuk oleh pheo-melanin, sedangkan warna hitam atau cokelat oleh eumelanin. Bowling dan Ruvinsky (004) menjelaskan, bahwa pembentukan warna-warna dasar pada kuda merupakan ekspresi dari alel-alel pada gen agouti (A), extension (E) dan grey (G). Menurut Noor (008), heritabilitas secara sederhana berhubungan dengan proporsi keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. Ditambahkannya, bahwa heritabilitas dapat diperhitungkan dalam dua konteks yaitu (a) secara luas, rasio antara keragaman genetik dengan keragaman fenotip dan (b) secara sempit, hanya rasio bagian aditif dengan keragaman fenotip yang dilambangkan dengan h dan merupakan nilai dugaan yang paling berguna karena dapat menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dengan seleksi untuk sifat tersebut dalam populasi. Nilai heritabilitas suatu sifat akan bervariasi antar populasi,

8 14 perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (ragam genetik), perbedaan lingkungan (ragam lingkungan), metoda yang digunakan dan jumlah cuplikan data yang digunakan (Falconer & Mackay 1996) sedangkan repitabilitas (r) merupakan suatu pengukuran kesamaan antara pengukuran suatu sifat yang diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut hidup (Noor 008). Nilai repitabilitas suatu sifat akan ditentukan oleh keragaman komponen-komponen penyusunnya, yaitu komponen genetik yang terdiri atas gen aditif, dominan dan epistasis serta komponen lingkungan, baik yang bersifat permanen maupun yang bersifat sementara. Pengaruh lingkungan permanen adalah semua pengaruh lingkungan yang bukan bersifat genetik, tetapi dapat mempengaruhi produktivitas seekor ternak selama hidupnya (Warwick et al. 1995). Ditambahkannya, bahwa adanya perbedaan nilai dugaan heritabilitas maupun repitabilitas disebabkan oleh (a) metoda analisis yang digunakan untuk menduga, (b) ekspresi genetik yang ada pada tiap bangsa hewan didalam populasi yang berbeda, (c) jumlah data yang digunakan dan (d) faktor koreksi untuk sifat non-genetik yang dibuat pada setiap data. Besaran nilai heritabilitas dan repitabilitas berkisar antara nol sampai satu. Suatu sifat dengan nilai nol adalah sifat yang semua keragamannya disebabkan pengaruh lingkungan, sedang nilai satu menunjukkan sifat kuantitatif yang semua keragamannya disebabkan oleh faktor keturunan atau genetik (Warwick et al. 1995). Menurut Martojo (199) nilai dugaan heritabilitas/ repitabilitas dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu nilai heritabilitas tergolong rendah, nilai heritabilitas tergolong sedang dan nilai lebih dari pada 0.4 tergolong tinggi. Nilai heritabilitas untuk sifat kecepatan yang diukur berdasarkan catatan terbaik pada kuda jenis Thoroughbred dan Trotters dengan menggunakan analisis saudara tiri sebapak masing-masing adalah: 0. dan 0.5, sedangkan untuk daya tahan menarik beban pada kuda Jerman sebesar 0.9 (Hintz 1980). Noor (008) menyatakan, bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi nilai repitabilitas yaitu variasi lingkungan yang tetap seperti penyakit dan asupan pakan kualitas rendah selama ternak masih muda akan dapat mengubah kondisi ternak dan akan berpengaruh selamanya. Dijelaskan lebih lanjut bahwa besar nilai repitabilitas suatu sifat dipengaruhi oleh besar nilai heritabilitas pada sifat yang sama yaitu semakin besar nilai repitabilitas, semakin besar pula nilai heritabilitasnya. Penggunaan rumus matematika, nilai repitabilitas suatu sifat adalah:

9 15 Keterangan: r = Nilai repitabilitas suatu sifat; V A = variasi aditif; V Et = variasi lingkungan tetap = variasi fenotipik (variasi total). V P Macijauskiene (00) menyatakan, bahwa repitabilitas adalah ukuran kekuatan (konsistensi, reliabiliti) hubungan antara ukuran yang berulang-ulang (nilai fenotipik yang berulang-ulang) suatu sifat dalam populasi. Warwick et al. (1995) menyatakan, bahwa repitabilitas suatu sifat berguna dalam memperkirakan produktivitas ternak pada masa yang akan datang berdasarkan satu atau lebih catatan produksi. Noor (008) menyatakan, bahwa nilai repitabilitas yang tinggi menandakan ternak tersebut mampu berproduksi dengan ukuran yang hampir sama untuk setiap tahunnya, ternak dinilai cenderung mendekati ukuran tertinggi atau terendah secara konstan, tidak terpengaruh jumlah rataan ukuran yang mungkin berubah. Nilai repitabilitas yang tinggi adalah bukti dari determinasi sifat yang diamati (Macrejowski & Zieba 198). Karakter Morfologi, Penanda Biokimia dan Immunogenetik Sumber utama karakter dari mahluk hidup ditandai dari bentuk struktur morfologis hewan tersebut, dari yang sifatnya relatif sederhana sampai yang sangat rumit dan kompleks (Karthickeyan et al. 006). Oleh sebab itu, karakter morfologis dapat dijadikan faktor pembeda setiap taxa makhluk hidup mulai dari tingkat phyla sampai spesies (Khalil et al. 1986). Sebagai penduga yang mewakili bentuk dan deskripsi khas dari bentuk tubuh, maka karakter morfologis sangat bermanfaat untuk menganalisis karakteristik banyak mahluk hidup (Wiley 1981). Pengukuran panjang tulang-tulang menurut Salako dan Ngere (00), mempunyai ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan pengukuran bobot badan. Mulliadi (1996) menambahkan, bahwa untuk ukuran-ukuran tubuh yang memiliki keragaman tinggi dapat memberikan petunjuk bahwa ukuran-ukuran tersebut dapat dijadikan kriteria untuk seleksi dalam upaya peningkatan sifat-sifat produksi. Manfaat lain dari karakter morfologis adalah untuk menentukan asal-usul dan filogenitas setiap spesies, bangsa dan tipe ternak (Warwick et al. 1995; Ishii et al. 1996; Mulliadi 1996; Martojo 00). Selain karakter morfologis, secara molekuler, keragaman

10 16 suatu spesies dapat diperoleh dengan menggunakan penanda morfologis (Hill et al. 00; Ouragh 004). Sumber informasi genetik hewan dapat diperoleh melalui penafsiran dan pencatatan performa produksi dan reproduksi hewan. Karakter genetik yang kelihatan nyata ataupun tertutup oleh suatu individu hewan adalah merupakan pencerminan karakter genetik yang dimiliki oleh hewan tersebut (Lewin 000). Jadi dengan kata lain semua informasi yang dapat diperoleh dari pengamatan satu individu dapat disebut sebagai penanda genetik hewan itu (Muladno 006). Polimorfisme Protein Darah Polimorfisme adalah kondisi dimana alel-alel dalam populasi jumlahnya berbeda satu dengan lainnya atau variasi terjadi pada sifat-sifat tertentu (Feldhamer et al. 1999). Apabila pada suatu gen atau lokus terdapat banyak kombinasi alel yang ditunjukkan dengan besarnya nilai frekuensi alelnya, maka populasi tersebut akan disebut polimorfik. Suatu lokus dikatakan polimorfik jika nilai frekuensi alel Apabila nilai frekuensi alel adalah 1.00 maka alel tersebut bersifat monomorfik dan bisa dikatakan bahwa seluruh individu dalam populasi tersebut memiliki gen yang sama atau homosigot pada satu alel (Falconer & Mackay 1996). Polimorfisme protein darah merupakan salah satu metode yang sangat berguna dalam menentukan asal-usul dan menghitung jarak genetik antar spesies, bangsa atau kelompok suatu populasi hewan (Warwick et al. 1995; Duryadi 005). Menggunakan teknik elektroforesis yang mampu memisahkan dan membedakan jenis protein atau jenis enzim tertentu dalam suatu media gel pati atau akrilamid akan menghasilkan bentuk pola atau pitapita tertentu dimana apabila pola yang terbentuk dalam posisi sama pada semua individu yang diamati berarti gen tersebut sama atau tidak beragam (Freeland 005). Menurut Nicholas (1996), apabila gel elektroforesis menghasilkan satu pita berarti homozigot, sedangkan heterozigot akan ditunjukkan dalam bentuk dua pita. Teknik elektroforesis polimorfisme protein darah menurut Nei (1987) adalah merupakan pendugaan nilai heterogenitas gen secara minimum. Lebih lanjut dikatakan bahwa pendugaan akan semakin baik atau dapat lebih mengekspresikan populasi alami dari suatu individu apabila jumlah sampel darah dan lokus yang digunakan lebih banyak. Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa terdapat perbedaan genetik dalam globulin/ transferin (Tf), albumin (Alb), hemoglobin (Hb) dan enzim-enzim darah jika dianalisis melalui prosedur biokimia elektroforesis yang hasilnya menurut Nei dan Kumar (000), sangat berguna untuk

11 17 membantu dalam penentuan asal-usul, penyusunan hubungan filogenetik antara spesies, bangsa atau kelompok dalam spesies. Studi polimorfisme untuk menduga variasi genetik dengan menggunakan metode elektroforesis protein darah pada lokus post transferin-1 (Tf1), post transferin- (Tf), albumin (Alb) dan hemoglobin (Hb) telah banyak dilakukan pada ternak unggas, sapi dan beberapa hewan liar lainnya (Nozawa 1981; Noor et al. 000; Cervini et al. 006). Analisis protein darah pada populasi kuda Batak, kuda Padang, Kuda Noa Bosi dan populasi kuda di pulau Jawa pernah dilakukan terhadap 15 lokus protein darah untuk melihat keragaman genetik antara populasi-populasi kuda di Indonesia dan Malaysia dengan populasi kuda di Jepang. Hasilnya menunjukkan adanya proporsi polimorfis sebesar -4% dengan rataan heterozigositas sebesar 8-11%. Walaupun nilai polimorfis dan heterozigositas relatif rendah akan tetapi menurut Nozawa et al. (1981) keragaman genetiknya masih dalam level yang sama. Keragaman Genetik Perubahan pada frekuensi dan distribusi gen-gen diakibatkan adanya mutasi, proses seleksi alam atau buatan, perkawinan silang, migrasi dan bencana alam sehingga menyebabkan hilangnya gen-gen tertentu atau penghanyutan genetik (random genetik drift) dapat menyebabkan terjadinya keragaman genetik dalam populasi (Liu 1998), kecuali pada populasi yang besar, frekuensi genotipik cenderung tidak berubah dari generasi ke generasi (Falconer & Mackay 1996). Bangsa ternak yang berkembang dalam berbagai sistem dan lingkungan yang ada saat ini telah menghasilkan berbagai kombinasi gen yang unik. Gen-gen ini tidak hanya menentukan kualitas sifat produksi dari masing-masing bangsa, tetapi juga kemampuan adaptasinya pada kondisi lokal termasuk makanan, ketersediaan air, iklim dan hama penyakit (FAO 001). Keanekaragaman genetik ternak, sedikitnya memiliki empat manfaat, yaitu (1) keberlanjutan dan peningkatan produksi pangan; () memaksimalkan produktivitas lahan dan sumberdaya pertanian; () pencapaian pertanian berkelanjutan untuk memberikan keuntungan masa kini dan generasi yang akan datang dan (4) pemenuhan keanekaragaman baik yang telah ada maupun yang belum diketahui manfaatnya bagi kehidupan sosial masyarakat (Solis et al. 005). Ketersediaan keanekaragaman genetik ternak akan

12 18 mempengaruhi keberhasilan strategi pemuliaan untuk masa yang akan datang (FAO-AAAS 1994). Keragaman genetik suatu populasi ternak menjadi modal dasar dalam mengaplikasikan teknologi pemuliaan untuk pemanfaatan atau produksi. Keragaman penampilan hewan merupakan refleksi informasi genetik yang dimilikinya seperti adanya perbedaan-perbedaan dalam kemampuan adaptasi, besar ukuran tubuh dan daya tahan terhadap penyakit. Komponen ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap perubahan lingkungan seperti degradasi kualitas lingkungan sebagai media tumbuh hewan. Perbedaan penampilan ini disebabkan selama proses domestifikasi, tipe-tipe atau bangsa-bangsa hewan terpisah secara genetik karena adanya penyesuaian (adaptasi) dengan masing-masing lingkungan lokal dan kebutuhan komunitas lokal sehingga dihasilkan bangsa berbeda (Muladno 006). Adanya kemampuan adaptasi disebabkan hewan pada dasarnya memiliki kemampuan dalam menghasilkan lebih daripada satu alternatif bentuk morfologi, status fisiologi, dan atau tingkah laku sebagai reaksi terhadap perubahan lingkungan, yang oleh Noor (008) disebut sebagai pengaturan ekspresi gen. Pengukuran keragaman genetik diantara populasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan data elektroforesis protein darah yaitu dengan mengamati nilai heterozigositas populasi (H) atau rataan persentase dari lokus heterosigot tiap individu (Avise 1994). Analisis data frekuensi alel dari sepuluh bangsa kuda dan lebih daripada 50 ribu ekor kuda domestik telah menggunakan lokus golongan darah dan polimorfisme protein darah dalam menduga keragaman total gen (H T ), koefisien diferensiasi gen (G ST ) dan rataan keragaman gen (H S ) (Tabel ). Nilai keragaman genetik (H T ), yang tinggi akan menggambarkan terjadinya seleksi dalam taraf polimorfisme lokus sedang sampai tinggi yang baik untuk membantu pengujian parental. Pengukuran (H S ) dan (G ST ) ditujukan untuk menduga bagian-bagian keragaman antar dan diantara bangsa, sehingga besar sumbangan masing-masing bangsa atau populasi dapat diketahui (Bowling & Ruvinsky 004). Lokus-lokus yang bersumber dari kelompok darah, protein dan serum yang sering digunakan dalam penelitian untuk mencari keragaman dan perbedaan antar bangsa kuda dijelaskan pada Tabel.

13 19 Table Lokus yang digunakan dalam analisis perbedaaan antar bangsa kuda, nilai total keragaman gen (H T ), koefieien diferensiasi gen (G ST ) dan rataan keragaman gen (H S ) Sumber Lokus Kromosom Alel-alel H T G ST H S Kelompok Darah AA EAC EAD EAK EAP EAQ EAU 0 U U U Protein AP CA CAT HbA PGD PGM GPI U U U Serum ALB C ES GC PLG TF PI XK Sumber: Tosaki et al. 1995; Bowling & Ruvinsky 004. Keterangan: EA(A,C,D,K,P,Q,U): erythrocyt antigen; AP: acid phosphatase; CA: carbonic anhydrase; CAT: catalase; HBA: haemoglobin alfa; PGD: phosphogluconat dehydrogenase; PGM: phosphoglucomutase; GPI: glucosephosphat isomerase; ALB: albumin; C: complement component ; ES: carboxylesterase serum; GC: vit D-binding protein; PLG: plasminogen; TF: transferrin; PI: protease imhibitor; XK: A1B glycoprotein.

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA 35 KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA Pendahuluan Populasi kuda lokal di Sulawesi Utara memiliki karakteristik baik morfologi maupun pola warna tubuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang. beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati paling beragam di dunia. Kuda (Equus caballus) adalah salah satu bentuk dari keanekaragaman hewan yang dimiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi asli Indonesia secara genetik dan fenotipik umumnya merupakan: (1) turunan dari Banteng (Bos javanicus) yang telah didomestikasi dan dapat pula (2) berasal dari hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan

PENDAHULUAN. yang cukup besar dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Seiring dengan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah sejak lama kuda dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia, zaman dahulu kuda digunakan untuk alat transportasi karena kuda mempunyai tenaga yang cukup besar dan memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda Tarik

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda Tarik TINJAUAN PUSTAKA diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas mammalia (menyusui anak), ordo Perissodactyla yakni (tidak memamah biak) dan famili Equidae serta spesies Equus cabalus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Kuda Menurut Blakely dan Bade (1991) secara umum klasifikasi zoologis ternak kuda adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Sub Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Sumba atau lebih dikenal Sandal memiliki keistimewaan memiliki daya tahan tinggi terhadap iklim tropis dan juga memiliki kecepatan lari yang baik dengan warna bulu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda Lokal Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda Lokal Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda telah didomestikasi lebih daripada 6.000 tahun yang lalu di daerah stepa yang sekarang dikenal dengan daerah Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak itu kuda mempunyai banyak manfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Ayam lokal di Indonesia telah lama dikembangkan oleh masyarakat Indonesia dan biasanya sering disebut dengan ayam buras. Ayam buras di Indonesia memiliki perkembangan

Lebih terperinci

POTENSI GENETIK KUDA LOKAL DI SULAWESI UTARA SEBAGAI SUMBER BIBIT KUDA INDONESIA

POTENSI GENETIK KUDA LOKAL DI SULAWESI UTARA SEBAGAI SUMBER BIBIT KUDA INDONESIA POTENSI GENETIK KUDA LOKAL DI SULAWESI UTARA SEBAGAI SUMBER BIBIT KUDA INDONESIA BEN JUVARDA TAKAENDENGAN SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara

Gambar 10. Peta Lokasi Pengamatan di Provinsi Sulawesi Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan Lokasi pengamatan penelitian meliputi empat lokasi, yaitu Tomohon, Manado, Kabupaten Minahasa dan Amurang. Penentuan lokasi pengamatan penelitian dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kuda TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kuda Kuda digolongkan ke dalam hewan dalam filum Chordata yaitu hewan yang bertulang belakang, kelas Mammalia yaitu hewan yang menyusui anaknya, ordo Perissodactyla yaitu hewan

Lebih terperinci

PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA

PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA 55 PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA Pendahuluan Kuda pacu Indonesia merupakan ternak hasil silangan antara kuda lokal Indonesia

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal Usul Kuda Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari binatang kecil, oleh beberapa ilmuwan disebut sebagai Eohippus atau Dawn horse yang

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK KERBAU BENUANG DI BENGKULU

STUDI KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK KERBAU BENUANG DI BENGKULU STUDI KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK KERBAU BENUANG DI BENGKULU AZMI 1), GUNAWAN 1) dan EDWARD SUHARNAS 3) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 2) Universitas Bengkulu ABSTRAK Kerbau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

RIPITABILITAS SIFAT KECEPATAN LARI DAN KORELASI FENOTIPIKNYA DENGAN TINGGI BADAN PADA KUDA PACU INDONESIA

RIPITABILITAS SIFAT KECEPATAN LARI DAN KORELASI FENOTIPIKNYA DENGAN TINGGI BADAN PADA KUDA PACU INDONESIA RIPITABILITAS SIFAT KECEPATAN LARI DAN KORELASI FENOTIPIKNYA DENGAN TINGGI BADAN PADA KUDA PACU INDONESIA SKRIPSI JUSTIAN RENARDI LOUIS DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

A~a n = B~b~b 1 n = C~c b ~c s ~c a ~c n = D~d n = i~i n= L~l n = o~o n = = h.

A~a n = B~b~b 1 n = C~c b ~c s ~c a ~c n = D~d n = i~i n= L~l n = o~o n = = h. Lokus o~o yang terpaut kromosom X akan memberikan tiga macam warna fenotipe yaitu oranye (a 1 ), tortoiseshell (a ) dan bukan oranye (a ) dengan jumlah a 1 + a + a = n. Frekuensi alel ditentukan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. zoologis kuda termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, class mamalia,

TINJAUAN PUSTAKA. zoologis kuda termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, class mamalia, TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Penyebaran Kuda Kuda merupakan salah satu hewan liar yang didomestifikasi. Secara zoologis kuda termasuk dalam kingdom animalia, filum chordata, class mamalia, subclass

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi

PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Pasundan merupakan sapi lokal di Jawa Barat yang diresmikan pada tahun 2014 oleh Menteri pertanian (mentan), sebagai rumpun baru berdasarkan SK Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 ANALISIS HERITABILITAS POLA REGRESI LAPORAN PRAKTIKUM Oleh Adi Rinaldi Firman 200110070044 LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Terdapat lima (5) macam hubungan yang penting antar a kuda dengan manusia yaitu: 1) Daging

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini dapat dilihat dari keanekaragaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab Berbagai alasan muncul berkaitan dengan asal-usul penamaan ayam Arab. Beberapa sumber mengatakan bahwa asal mula disebut ayam Arab karena awalnya dibawa dari kepulangan ibadah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ayam Klasifikasi bangsa ayam menurut Myers (2001) yaitu kingdom Animalia (hewan); filum Chordata (hewan bertulang belakang); kelas Aves (burung); ordo Galliformes; famili Phasianidae;

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tersebar luas di Daratan Asia Tenggara, Lempeng Sunda, Kepulauan Filipina, dan daerah Wallacea Selatan. Monyet ekor panjang di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sapi adalah salah satu hewan yang sejak jaman dulu produknya sudah dimanfaatkan oleh manusia seperti daging dan susu untuk dikonsumsi, dimanfaatkan untuk membajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Fenotipe

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Fenotipe MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian menggunakan data sekunder dan dilakukan selama satu bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorim Komputasi Bagian Pemuliaan dan Genetika, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara umum telah dilakukan secara turun temurun meskipun dalam jumlah kecil skala rumah tangga, namun usaha tersebut telah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang TINJAUAN PUSTAKA SistematikaTernak Kambing Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besarbagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Alel Protein Darah Hasil penelitian terhadap protein plasma darah didapatkan hasil elektroforesis pita protein muncul ada lima lokus, yaitu Albumin (Alb), Post albumin (Pa),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang

TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Penemuan-penemuan arkeologi di India menyatakan bahwa kerbau di domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang lalu. Hampir tidak ada bangsa kerbau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keragaman Protein Plasma Darah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keragaman Protein Plasma Darah HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Protein Plasma Darah Hasil analisis plasma darah dari lokus Alb, PAlb, Tf, PTf-1, dan PTf-2 yang dilakukan pada itik lokal petelur Pegagan, Alabio, dan Mojosari divisualisasikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Klasifikasi Ternak Kambing Kingdom Bangsa Famili Subfamili Ordo Subordo Genus Spesies : Animalia : Caprini : Bovidae :Caprinae : Artiodactyla : Ruminansia : Capra : Capra sp.

Lebih terperinci

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Apabila kita mengawinkan sapi Bali, maka anaknya yang diharapkan adalah sapi Bali bukan sapi madura. Demikian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki banyak bangsa sapi dan hewan-hewan lainnya. Salah satu jenis sapi yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak kambing

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Domba Garut Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Sapi Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2016 berlokasi di Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir, Karodan Tapanuli Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda ( Equus Caballus Penyebaran Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda ( Equus Caballus Penyebaran Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda (Equus Caballus) Kuda telah didomestikasi sekitar 6.000 tahun yang lalu di area padang rumput luas yang kini dikenal sebagai Rusia Selatan dan Ukraina. Sejak saat itu, kuda memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. Walaupun demikian semuanya termasuk dalam genus Bos dari famili Bovidae (Murwanto, 2008).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Itik Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Itik Lokal TINJAUAN PUSTAKA Itik Lokal Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, family Anatidae, genus Anas dan termasuk spesies Anas javanica.proses domestikasi membentuk beberapa variasi

Lebih terperinci

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH 1, IMAM SULISTYONO 1, dan RATNA AYU SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus)

BAB I PENDAHULUAN. kerbau. Terdapat dua jenis kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati sangat melimpah. Salah satu dari keanekaragaman hayati di Indonesia adalah kerbau. Terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba  Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Plasma nutfah ternak mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan kesejahteraan bagi masyarakat dan lingkungannya. Sebagai negara tropis Indonesia memiliki

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau PENGANTAR Latar Belakang Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau Wild Mallard). Proses penjinakan telah terjadi berabad-abad yang lalu dan di Asia Tenggara merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari kabupaten induknya yaitu kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008 I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu jenis ternak kerja yang masih digunakan di Indonesia, walaupun saat ini telah muncul alat teknologi pembajak sawah yang modern yaitu traktor,

Lebih terperinci

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat Problem utama pada sub sektor peternakan saat ini adalah ketidakmampuan secara optimal menyediakan produk-produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Domba Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia. Disamping sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Bobot Lahir HASIL DAN PEMBAHASAN Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Rataan dan standar deviasi bobot lahir kambing PE berdasarkan tipe kelahiran dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal Keanekaragaman ternak sapi di Indonesia terbentuk dari sumber daya genetik ternak asli dan impor. Impor ternak sapi Ongole (Bos indicus) atau Zebu yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Peranakan Etawah Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo Ruminansia, Famili Bovidae, dan Genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burns,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos Banteng Syn Bos sondaicus) yang didomestikasi. Menurut Meijer (1962) proses penjinakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas penghasil daging. Domba memiliki keuunggulan diantaranya yaitu memiliki daya adaptasi yang baik terhadap

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam Uraian Materi Variasi Genetik Terdapat variasi di antara individu-individu di dalam suatu populasi. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan genetis. Mutasi dapat meningkatkan frekuensi alel pada individu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Friesien Holstein Sapi perah adalah jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu (Blakely dan Bade, 1992) ditambahkan pula oleh Sindoredjo (1960) bahwa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa

BAHAN DAN METODE. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan ialah : 1. Kambing Kacang di desa Paya Bakung, desa Hamparan Perak dan desa Klambir Lima Kampung, kecamatan Hamparan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Sumba merupakan kuda poni yang kemudian diberi nama kuda Sandel atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading up) dengan kuda Arab

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tertentu tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki Indeks Keanekaragaman Hayati(Biodiversity Index) tertinggi dengan 17% spesies burung dari total burung di dunia (Paine 1997). Sekitar 1598 spesies burung ada

Lebih terperinci

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produksi Susu Sapi Perah Nasional Industri persusuan sapi perah nasional mulai berkembang pesat sejak awal tahun 1980. Saat itu, pemerintah mulai melakukan berbagai usaha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba

TINJAUAN PUSTAKA Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Pada awal sebelum terjadinya proses domestikasi, domba masih hidup liar di pegunungan dan diburu untuk diambil dagingnya. Domba yang sekarang menyebar di seluruh dunia ini sebenarnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o o 17 bujur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o o 17 bujur IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o 04-108 o 17 bujur timur dan 6 o 36-6 o 48 lintang selatan memiliki luas wilayah 174,22

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fenotipe morfometrik Karakteristik morfometrik ikan nilem meliputi 21 fenotipe yang diukur pada populasi ikan nilem hijau (tetua) dan keturunannya dari hasil perkawinan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak

Lebih terperinci