DETEKSI AFRIKANISASI LEBAH Apis mellifera BERDASARKAN GEN SITOKROM B DARI DNA MITOKONDRIA. Oleh: ANIFA BINTAR RAHMAWATI G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DETEKSI AFRIKANISASI LEBAH Apis mellifera BERDASARKAN GEN SITOKROM B DARI DNA MITOKONDRIA. Oleh: ANIFA BINTAR RAHMAWATI G"

Transkripsi

1 DETEKSI AFRIKANISASI LEBAH Apis mellifera BERDASARKAN GEN SITOKROM B DARI DNA MITOKONDRIA Oleh: ANIFA BINTAR RAHMAWATI G DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 ABSTRAK ANIFA BINTAR RAHMAWATI. Deteksi Afrikanisasi Pada Lebah Apis mellifera Berdasarkan Gen Sitokrom B Dari DNA Mitokondria. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan M. CHANDRA WIDJAJA. Apis mellifera merupakan lebah madu yang persebaran alaminya meliputi daerah Mediterania, Afrika, dan Eropa. Berdasarkan analisis morfometrik, Apis mellifera terbagi kedalam 24 subspesies yang terdiri dari kelompok garis keturunan A (Afrika), M (Eropa Utara dan Barat), C (Eropa Selatan) dan O (Timur Tengah). Peternak lebah di dunia banyak yang mengimpor A. mellifera. Peternak di Indonesia umumnya mengimpor dari Australia. Peternakan lebah menjadi terancam sejak A. m. scutellata diimpor dari Afrika ke Brazil yang keturunannya dengan A. m. ligustica menghasilkan Africanized honeybee yang bersifat agresif. Hingga saat ini belum ada usaha untuk mendeteksi keberadaan AHB di peternakan lebah madu Indonesia khususnya di lembaga yang berwenang seperti Balai Karantina Hewan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi afrikanisasi pada lebah A. mellifera berdasarkan gen sitokrom b dari DNA mitokondria. Keberadaan lebah AHB dapat dideteksi dari DNA mitokondria melalui gen sitokrom b berdasarkan keberadaan situs pemotongan enzim BglII. Hasil amplifikasi daerah gen sitokrom b dengan menggunakan primer forward dan reverse sitokrom b menghasilkan fragmen DNA berukuran 485 pb. Hasil pemotongan fragmen DNA tersebut dengan BglII menghasilkan satu mitotipe yang terdiri dari dua fragmen DNA masing-masing berukuran 194 pb dan 291 pb. Data DNA hasil restriksi menunjukkan bahwa belum ada AHB di Jawa. ABSTRACT ANIFA BINTAR RAHMAWATI. Detection africanized of A. mellifera honeybee based on cytochrome b gene in mitochondria DNA. Supervised by RIKA RAFFIUDIN and M. CHANDRA WIDJAJA. Apis mellifera is a honeybee that spread in Mediterania, Africa, and Europe regions. Based on morphometric analysis, it comprises of 24 subspecies that consist of four lineages; namely the African (A), Western and Northern Europe (M), Southeastern Europe (C), and Near Eastern (O). Beekeepers in many countries import and distribute A. mellifera. The beekeeper in Indonesia generally imported A. mellifera from Australia. The existence of A. m. scutellata in Brazil become threatened since A. m. scutellata hybridized with A. m. ligustica and became aggressive Africanized honeybee (AHB). Until recently, there was no attempt to detect the existence of the Africanized honeybee in quarantine apiary in Indonesia. Therefore, the objective of this research was to detect Africanized honeybee based on cytochrome b gene of mitochondrial DNA. Africanized honeybee could be detected based on cytochrome b gene in mitochondria DNA by using restriction site of cyt b/bglii. DNA fragment amplified by using cyt b forward and reverse primers revealed 485 bp. Digestion of the amplified region with the BglII restriction enzyme revealed one mitotype which produced two fragments of DNA that consist of 194 and 291 bp. This indicated that there were no AHB in Java, so far.

3 DETEKSI AFRIKANISASI LEBAH Apis mellifera BERDASARKAN GEN SITOKROM B DARI DNA MITOKONDRIA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh: Anifa Bintar Rahmawati G DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

4 Judul Skripsi : Deteksi Afrikanisasi Lebah Apis mellifera Berdasarkan Gen Sitokrom B Dari DNA Mitokondria Nama : Anifa Bintar Rahmawati NRP : G Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Rika Raffiudin, Msi Drs. Chandra Widjaja,MM NIP NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS. NIP Tanggal Lulus:

5 PRAKATA Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas segala rahmat serta limpahan karunianya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Rika Raffiudin, MSi. dan Drs. M. Chandra Widjaja, MM. atas bimbingan, saran, dan perhatiannya yang sangat besar selama ini. Terima kasih untuk Dr. Nampiah Sukarno, Msi. Atas masukan dan kritiknya terhadap karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan untuk mbak Zulfarida dan Apriani yang telah membantu selama penelitian di Laboratorium. Ucapan terima kasih juga kepada seluruh dosen Zoologi; Ibu Taruni, Bapak Heru, Ibu Wita Farajalah, Bapak Ahmad Farajalah, Bapak Bambang Suryobroto, Bapak Tri Atmowidi, kak Berry, dan mbak Kanthi, juga staf Zoologi mbak Tini atas nasehatnya, pak Djupri, dan pak Adi. Terima kasih juga untuk teman-teman di Laboratorium Zoologi atas kebersamaannya selama ini: Isma, Adisti, Rian Haris, Ikbal, Bian, Gema, Wida, Rifah, Sanah, Sumi, Dian Erlangga, dan seluruh teman-teman Biologi 39. Ucapan terima kasih juga untuk seluruh warga Griya Amani, kelompok azzahra dan seseorang yang memberikan semangat didalam hatiku. Akhirnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam untuk Bapak dan Ibu, adik-adik: Putra Aminudin dan Ainin Jariati atas dukungan, semangat, kasih sayang serta doanya selama ini. Bogor, Mei 2007 Anifa Bintar Rahmawati

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Nabire Pada tanggal 2 Maret 1985 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Rochmadi dan Siti Qomariah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1996 di SDN 02 Karang Tumaritis Nabire. Pendidikan menegah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTPN 1 Nabire. Pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMUN 1 Nabire dan pada tahu yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis juga pernah mengikuti organisasi Himabio dan kewirausahaan Bioworld Pada Tahun 2003/2004. Kegiatan studi lapang pernah pernah dilakukan pada tahun 2004/2005 bertempat di Situ Gunung, Sukabumi dengan topik Identifikasi Semut Epifit. Pada tahun yang sama penulis menjadi asisten mata kuliah Vertebrata, Fisiologi Hewan dan Biologi Dasar. Kegiatan praktek lapang pernah penulis lakukan pada tahun 2005 mengenai aktivitas makan kupu-kupu jeruk Papilio demoleus di Museum Serangga dan Taman Kupu, Taman Mini Indonesia Indah. Penulis juga pernah mengikuti seminar Indonesian Toray Science Fondation pada tahun 2006, sebagai peserta.

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 BAHAN DAN METODE Koleksi Lebah... 1 Ekstraksi dan Isolasi DNA... 1 Amplikasi DNA Gen Sitokrom b A. mellifera... 2 Elektroforesis dan Visualisasi DNA... 2 Pengukuran pita DNA... 2 PCR-RFLP... 2 Sequencing (pengurutan) DNA dan Alignment (penjajaran) DNA... 3 HASIL Amplifikasi DNA... 3 Pemotongan DNA A. mellifera Hasil Amplikasi dengan Enzim Restriksi BglII... 3 Pengurutan DNA A. mellifera... 3 Alignment DNA... 3 PEMBAHASAN... 7 KESIMPULAN... 7 SARAN... 8 DAFTAR PUSTAKA... 8 LAMPIRAN... 9

8 DAFTAR TABEL Halaman 1. Nukleotida primer yang digunakan untuk mengamplikasi gen sitokrom b A. Mellifera... 2 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Hasil amplikasi gen sitokrom b A. mellifera menggunakan primer forward dan reverse sitokrom b Hasil pemotongan gen sitokrom b A. mellifera meggunakan enzim restriksi BglII Hasil pengurutan nukleotida DNA gen sitokrom b Homologi urutan nukleotida gen sitokrom b A. mellifera... 5 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Daftar nama dan alamat peternak A. mellifera di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat Kromatogram hasil pengurutan DNA contoh Am19 Pati menggunakan primer forward sitokrom b Kromatogram hasil pengurutan DNA contoh Am19 Pati menggunakan primer reverse sitokrom b... 12

9 PENDAHULUAN Latar belakang Apis mellifera termasuk kedalam Ordo Hymenoptera, famili Apidae dan subfamili Apinae (Michener 2000). Lebah A. mellifera adalah lebah madu yang dibudidayakan karena produksi madunya yang tinggi. Lebah madu ada yang hingga saat ini belum semua dapat dibudidayakan. Lebah madu yang telah dapat dibudidayakan adalah dari kelompok lebah A. mellifera, dan A. cerana, sedangkan lebah madu yang belum dapat dibudiyakan yaitu A. koscevnikovi, A. dorsata, A. andreniformis, A. florea dan A. laboriosa. Lebah A. mellifera merupakan spesies lebah madu yang persebarannya paling luas. A. mellifera ditemukan di sebagian besar daerah gurun pasir dan daerah dengan temperatur yang dingin (Ruttner 1988). Persebaran alami A. mellifera adalah di daerah Mediterania, Afrika, dan Eropa. Berdasarkan analisis morfometrika, Ruttner (1988) membagi 24 subspesies ini menjadi empat kelompok garis keturunan (lineage). Garis keturunan A terdiri dari A. mellifera yang daerah persebarannya meliputi daerah Afrika, M meliputi Eropa utara dan barat, C meliputi Eropa Selatan dan O meliputi Timur Tengah. Pengelompokan yang sama juga dihasilkan oleh Franck et al. (2000) berdasarkan DNA mitokondria. Peternak lebah di dunia banyak mengimpor beberapa subspesies A. mellifera yaitu A. m. mellifera dan A. m. ligustica dari Eropa. Hal itu karena sifat jinak serta produksi madunya yang tinggi (Gojmerac 1983). Peternakan lebah menjadi terancam sejak lebah madu A. m. scutellata yang berasal dari Afrika diimpor ke Brazil pada tahun Lebah Afrika tersebut diimpor dengan tujuan untuk mendapat galur lebah yang adaptasinya baik di daerah tropis. A. m. scutellata mengalami hibridisasi dengan lebah madu Eropa yaitu A. m. ligustica dan A. m. mellifera yang menghasilkan Africanized honey bee (AHB) (Kenneth 1999). AHB memiliki sifat ganas, sengat yang mematikan dan sangat cepat dalam perbanyakan koloni (Sheppard 1999). Keturunan lebah AHB ini tersebar dari Brazil ke Meksiko, Texas, Arizona, dan California (Schneider et al. 2003). Secara morfologi peternak lebah tidak dapat membedakan antara lebah AHB dan lebah madu Eropa (bukan AHB). Penelitian dasar untuk mendeteksi lebah AHB dilakukan dengan menggunakan penanda molekuler mitokondria DNA. Mitokondria DNA diturunkan secara maternal melalui sitoplasma, tidak mengalami rekombinasi atau sedikit terjadi rekombinasi gen (Hoy 1994). Gen sitokrom b pada DNA mitokondria yang dipotong dengan enzim BglII dapat digunakan untuk mendeteksi AHB. Berdasarkan Crozier et al. (1991) enzim BglII mampu untuk memotong gen sitokrom b yang digunakan untuk mendeteksi AHB. Selain BglII dengan gen sitokrom b, enzim dan daerah gen lain dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan lebah AHB. Daerah gen tersebut adalah lrrna/eco RI dan cox 1/Hinc II (Pinto et al. 2003). Hingga saat ini belum ada usaha untuk mendeteksi keberadaan AHB di peternakan lebah madu di Indonesia khususnya di Balai Karantina Hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi afrikanisasi lebah A. mellifera di pulau Jawa berdasarkan gen sitokrom b pada DNA mitokondria. Bahan dan Metode Koleksi Lebah Contoh lebah diperoleh dari hasil pengkoleksian lebah madu pada tahun 2005 yang dilakukan di Pati (Jawa Tengah) dan Jember (Jawa Timur) (Raffiudin 2006). Sebanyak 70 koloni lebah yang berasal dari Pati dan Jember disimpan dalam tabung berisi etanol absolut. Ekstraksi dan Isolasi DNA Ekstraksi DNA sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (Hidayat 2006, Raffiudin 2006). Secara garis besar tahap persiapan dan pelaksanaan ekstraksi DNA adalah sebagai berikut. Sebelum ekstraksi DNA dilakukan, lebah dimasukkan ke dalam Tris-EDTA (TE) 10 mm untuk menggantikan etanol dalam jaringan. Sumber DNA lebah yang digunakan adalah bagian toraks lebah. Jaringan toraks lebah dimasukkan ke dalam tabung 1.5 ml diletakkan dalam steroform berisi nitrogen cair lalu digerus. Ekstraksi DNA menggunakan metode ekstraksi CTAB dan presipitasi alkohol (Sambrook et al. 1989).

10 2 Tabel 1 Nukleotida primer yang digunakan untuk mengamplifikasi gen sitokrom b A. mellifera berdasarkan posisi urutan DNA mitokondria A. mellifera Crozier & Crozier (1993) Nama Primer Susunan nukleotida primer (5-3 ) Posisi nukelotida primer pada mitokondria total Sitokrom b Forward TATGTACTACCTTGAGGACAAATATC Sitokrom b Reverse ATTACACCTCCTAATTTATTAGGAAT Sebanyak 200 µl cetyl trimetyl amonium bromida (CTAB) konsentrasi 20% dimasukkan ke dalam tabung berisi toraks yang sudah digerus untuk melisis membran. Kemudian ditambahkan 14 µl proteinase K dengan konsentrasi 5 mg/µl dan diinkubasi pada suhu 55 º C selama dua jam. Larutan berisi campuran CTAB dan proteinase K disentrifugasi rpm (10 menit). Supernatan yang berisi DNA dipindahkan ke dalam tabung steril baru, kemudian ditambahkan 250 µl Chloroform Isoamil Alkohol (C:IAA=24:1). Supernatan dikocok (5 menit) dan disentrifugasi rpm (5 menit). Fenol kloroform isoamil alkohol (P:C:I=25:24:1) kemudian disentrifugasi rpm (1menit). Larutan berisi DNA dipindahkan ke tabung 1.5 ml steril dan ditambahkan 400 µl CIAA, lalu dikocok (5 menit). Larutan berisi DNA disentrifugasi rpm (3 menit), kemudian supernatan dipindahkan ke tabung baru. DNA yang terlarut dalam supernatan dipresipitasi dengan menggunakan 600 µl isopropanol selama semalam pada suhu 4 º C. Campuran DNA dan isopropanol disentrifugasi rpm selama 30 menit. Etanol 70% sebanyak 500 µl ditambahkan pada pelet DNA. Campuran tersebut disentrifugasi rpm (10 menit) pada suhu 4 o C. Etanol dibuang dan pelet DNA dikeringkan dengan cara divakum (30 menit). DNA hasil ekstraksi dilarutkan dalam TE 0.5 mm dan disimpan pada suhu 4 o C. Amplifikasi DNA Gen Sitokrom b A. mellifera DNA lebah diamplifikasi menggunakan mesin PCR TaKaRa Thermal Cycler. Pereaksi PCR terdiri atas ddh20, 2.5 µm dntp, Mg 2+ free buffer, 25 µm MgCl 2, 10 µm primer sitokrom b reverse, 10 µm primer sitokrom b forward (Tabel 1) (Crozier et al. 1991), Taq polimerase 5 unit/0.1 µl, dan DNA hasil ekstraksi. Proses PCR dilakukan dengan tahapan; denaturation (pemisahan DNA utas ganda) pada 94 º C selama 1 menit, annealing (penempelan primer) pada 55 º C selama 1 menit, dan elongation (pemanjangan) pada 72 º C selama 2 menit. Semua tahap dilakukan selama 30 siklus. Elektroforesis dan Visualisasi DNA DNA hasil amplifikasi dipisahkan dengan polyacrilamide gel electrophoresis (PAGE) 6% menggunakan bufer 1 x Tris 0.5 M, Asam borat 0.65 M, EDTA 0.02M (TBE). Arus listrik yang digunakan sebesar 160 V selama 90 menit. Visualisasi DNA dalam gel poli akrilamid dilakukan dengan pewarnaan perak (Silver staining) yang dilakukan dalam shaking bath (Tegelstrom 1986). Gel hasil elektroforesis dicuci dengan larutan CTAB (0.2 gr/200 ml akuades) selama 8 menit. Kemudian gel dicuci dengan aquades dua kali masing-masing 2 menit. Setelah itu gel dibilas lagi dalam larutan NH 4 OH (2 ml/200 ml akuades) selama 6 menit. Selanjutnya gel direndam dalam campuran larutan 0.32 AgNO 3, 0.8 ml NH 4 OH, dan akuades 200 ml selama 10 menit. Kemudian gel dicuci lagi menggunakan aquades dua kali masing-masing 2 menit. Setelah itu gel direndam dalam campuran larutan 4 gr Na 2 CO 3, 100 µl formaldehida, dan 200 ml akuades sampai muncul pita DNA. Terakhir, gel direndam dalam larutan asam asetat 1% dalam 200 ml akuades untuk pengawetan pita DNA. Pengukuran pita DNA Pengukuran pita DNA dilakukan untuk mengetahui ukuran DNA berdasarkan gel akrilamida. Pengukuran ini dilakukan pada pita penanda DNA dan pada DNA target. Penentuan ukuran pita DNA target berdasarkan regresi menggunakan program R (the R Development Core Team Version 1.6.0) (Venables & Ripley 1999). PCR-RFLP DNA A. mellifera hasil amplifikasi dipotong menggunakan enzim restriksi BglII. Enzim restriksi BglII merupakan enzim pemotong enam basa. Situs pemotongannya adalah AGATCT (Griffiths et al. 1999) memotong basa ke 291 gen sitokrom b pada GenBank L Komposisi pereaksi RFLP dalam total reaksi 4 µl terdiri atas DNA hasil amplifikasi 2 µl, 10 x bufer enzim BglII 0.4 µl, enzim BglII 10 unit/0.5 µl, air destilata

11 3 steril 1.1 µl. Campuran pereaksi RFLP kemudian disentrifugasi 4500 rpm selama 1 menit, lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama semalam. Hasil pemotongan dimigrasikan pada gel akrilamida 6% dengan arus 120 V selama 90 menit. Visualisasi DNA dalam gel poliakrilamid dilakukan dengan pewarnaan perak (Tegelstrom 1986). Pengurutan DNA dan Alignment DNA Pengurutan hasil amplifikasi DNA gen sitokrom b dilakukan menggunakan jasa Lembaga Biologi Molekuler Charoen Pockphan Jakarta, menggunakan mesin ABI 310 Applied Biosystem. Pengurutan DNA dilakukan dari ujung 5' dan 3' menggunakan primer sitokrom b forward dan reverse. Hasil pengurutan DNA dilakukan analisis homologi dengan cara alignment DNA. Alignment DNA dilakukan antara gen sitokrom b A. m 19 Pati dengan gen A. mellifera (Crozier dan Crozier 1993); Acc Number L pada GenBank menggunakan program Clustal X (Thompson 1997). Analisis homologi juga dilakukan antara gen sitokrom b Am 19 Pati, A. mellifera (Crozier dan Crozier 1993) dan AHB haplotipe satu: Genbank Acc Number EF dan AHB haplotipe dua: Acc Number EF HASIL Amplifikasi DNA Hasil amplifikasi dan RFLP gen sitokrom b dilakukan pada seluruh contoh A. mellifera. Seluruh contoh menghasilkan ukuran PCR produk yang sama (500 pb) (Gambar 1). Data gambar PCR produk dan RFLP diperoleh dari contoh A. mellifera asal Jawa Timur (koloni 61-70, sesuai Lampiran 1). Data gambar tersebut mewakili data dari seluruh contoh A. mellifera pada penelitian ini. pb M Gambar 1 Hasil amplifikasi gen sitokrom b A. mellifera yang diimpor ke Indonesia M = marker (DNA 100 bp), 1-10 = nomor contoh A. mellifera Jawa Timur dengan no. koloni (lampiran 1). Pemotongan DNA A. mellifera Hasil Amplifikasi dengan Enzim Restriksi BglII Seluruh produk sitokrom b A. mellifera dipotong dengan enzim restriksi BglII. Hasil gel menunjukkan satu mitotipe yang memiliki dua pita DNA berukuran kurang lebih 200 dan 300 pb. Dengan demikian terdapat satu situs pemotongan yang monomorfik (seragam) (Gambar 2). Daerah restriksi gen sitokrom b hasil pemotongan enzim BglII berdasarkan sekuen DNA menghasilkan dua fragmen dengan ukuran 194 pb & 291 pb (Gambar 3). Posisi BglII dari hasil pengurutan nukleotida DNA gen sitokrom b A. mellifera terdapat pada basa ke 291 pb (Gambar 4) M Pengurutan DNA A. mellifera Contoh A. mellifera yang dipilih untuk dilakukan pengurutan DNA adalah A. mellifera koleksi Pati dengan nomor koloni 19. Pemilihan nomor koloni Am 19 untuk pengurutan DNA berdasarkan pada produk DNA hasil amplifikasi yang baik. Proses pengurutan DNA menggunakan primer forward dan reverse sitokrom b. Hasil pengurutan DNA berupa kromatogram (Lampiran 2 & 3) telah diedit secara manual. Hasil edit kemudian dimasukkan ke dalam program Genetyx (Genetyx Win Versi 4.0) untuk analisis lebih lanjut. Hasil pengurutan DNA pada nomor contoh A. mellifera 19 Pati menggunakan primer sitokrom b forward dan reverse didapatkan 485 pb (Gambar 5). Alignment DNA Analisis alignment DNA dilakukan untuk mengetahui homologi nukleotida. Nomor contoh A. mellifera 19 Pati dilakukan alignment DNA dengan lebah A. mellifera yang 10 Gambar 2 Hasil pemotongan gen sitokrom b A. mellifera dengan menggunakan enzim restriksi BglII M=marker (DNA 100 bp), 1-10=nomor contoh A. mellifera dengan no koloni (61-70) (lampiran 1)

12 4 telah diteliti sebelumnya oleh Crozier dan Crozier (1993) diperoleh dari Gen Bank ACC Number L Proses alignment DNA menggunakan program Clustal X (Thompson 1997). Hasil alignment DNA menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan urutan nukleotida antara nomor contoh A. mellifera 19 Pati dengan A. melli- fera hasil dari Crozier dan Crozier (1993) Acc Number L Hasil alignment DNA sitokrom b Am 19 Pati dengan AHB dari GenBank Acc Number EF dan EF menunjukkan bahwa terdapat perbedaan urutan nukleotida, yaitu terdapat sembilan substitusi nukleotida (Gambar 5) tatgtactaccatgaggacaaatatcatattgaggtgcaacagttattactaatctttta tcagcaattccttatattggtgatacaattgtattatgaatttgaggtggattttcaatt aataatgctacattaaatcgatttttttctttacattttattttaccattattaatttta tttatagttattcttcatttatttgccttacatttaactggatcatctaatcctcttgga tcaaattttaataattataaaatttcatttcatccatatttttcaattaaagatctttta BglII ggattttatatcatcttatttatctttatattcattaattttcaatttccatatcattta ggagatccagacaatttcaaaattgcaaatccaataaatactccaactcatattaaacct gaatgatatttcctatttgcatattcaattttacgagcaattcctaataaattaggaggt 490 gtaat Gambar 3 Hasil pengurutan nukleotida DNA gen sitokrom b A. mellifera. Nukleotida yang digaris bawah adalah nukleotida tempat situs pemotongan enzim BglII 1 BglII pb Gambar 4 Peta restriksi hasil pemotongan gen sitokrom b A. mellifera dengan enzim restriksi BglII. Hasil pemotongan dengan enzim restriksi BglII menghasilkan dua fragmen DNA berukuran 194 pb dan 291 pb

13 5 CYTBL06178 ATGAAAAAATTTATAAACTTTTTTAGTTCCAATGAATTTCTAAAAATAATTATATCTACA 60 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 ATTTATTTACCAACTCCAGTAAATATTAATTATATATGAAATTTTGGATCAATTCTTGGA 120 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 ATTTTTTTAATAATTCAAATCATTTCTGGATTTATTTTATCAATACATTATTGTCCAAAT 180 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 ATTGATATTGCTTTCTGATCAATTACTAATATTATAAAAGATATAAATTCAGGATGATTA 240 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 TTTCGTTTAATTCACATAAATGGAGCATCATTTTATTTTTTAATAATATATATTCATATT 300 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 AGTCGAAATTTATTTTATTGTTCATATAAATTAAATAATGTATGAGGAATTGGAATTATA 360 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 ATTCTTTTAATATCAATAGCAGCTGCATTTATAGGATATGTACTACCATGAGGACAAATA 420 AM19PT TATGTACTACCATGAGGACAAATA 24 EF016646_ TATGTACTACCATGAGGACAAATA 24 EF016647_ TATGTACTACCATGAGGACAAATA 24 ************************ CYTBL06178 TCATATTGAGGTGCAACAGTTATTACTAATCTTTTATCAGCAATTCCTTATATTGGTGAT 480 AM19PT TCATATTGAGGTGCAACAGTTATTACTAATCTTTTATCAGCAATTCCTTATATTGGTGAT 84 EF016646_1 TCATATTGAGGTGCAACAGTCATTACTAATCTTTTATCAGCAATTCCTTATATTGGTGAT 84 EF016647_2 TCATATTGAGGTGCAACAGTTATTACTAATCTTTTATCAGCAATTCCTTATATTGGTGAT 84 ******************** *************************************** CYTBL ACAATTGTATTATGAATTTGAGGTGGATTTTCAATTAATAATGCTACATTAAATCGATTT 540 AM19PT ACAATTGTATTATGAATTTGAGGTGGATTTTCAATTAATAATGCTACATTAAATCGATTT 144 EF016646_1 ACAATTGTATTATGAATCTGAGGTGGGTTCTCAATTAATAATGCTACCTTAAATCGATTT 144 EF016647_2 ACAATTGTATTATGAATCTGAGGTGGGTTCTCAATTAATAATGCTACCTTAAATCGATTT 144 ***************** ******** ** ***************** ************ CYTBL06178 TTTTCTTTACATTTTATTTTACCATTATTAATTTTATTTATAGTTATTCTTCATTTATTT 600 AM19PT TTTTCTTTACATTTTATTTTACCATTATTAATTTTATTTATAGTTATTCTTCATTTATTT 204 EF016646_1 TTTTCTTTACATTTTATTTTACCATTATTAATTTTATTTATAGTTATTCTTCATTTATTT 204 EF016647_2 TTTTCTTTACATTTTATTTTACCATTATTAATTTTATTTATAGTTATTCTTCATTTATTT 204 ************************************************************ CYTBL06178 GCCTTACATTTAACTGGATCATCTAATCCTCTTGGATCAAATTTTAATAATTATAAAATT 660 AM19PT GCCTTACATTTAACTGGATCATCTAATCCTCTTGGATCAAATTTTAATAATTATAAAATT 264 EF016646_1 GCCTTACATTTAACTGGATCATCTAATCCTCTTGGATCAAATTTTAATAATTATAAAATT 264 EF016647_2 GCCTTACATTTAACTGGATCATCTAATCCTCTTGGATCAAATTTTAATAATTATAAAATT 264 ************************************************************ CYTBL TCATTTCATCCATATTTTTCAATTAAAGATCTTTTAGGATTTTATATCATCTTATTTATC 720 AM19PT TCATTTCATCCATATTTTTCAATTAAAGATCTTTTAGGATTTTATATCATCTTATTTATC 324 EF016646_1 TCATTTCATCCATATTTTTCAATTAAAGACCTTTTAGGATTTTATATTATCTTATTTATC 324 EF016647_2 TCATTTCATCCATATTTTTCAATTAAAGACCTTTTAGGATTTTATATTATCTTATTTATC 324 ***************************** ***************** ************

14 6 CYTBL TTTATATTCATTAATTTTCAATTTCCATATCATTTAGGAGATCCAGACAATTTCAAAATT 780 AM19PT TTTATATTCATTAATTTTCAATTTCCATATCATTTAGGAGATCCAGACAATTTCAAAATT 384 EF016646_1 TTTATATTCATTAATTTTCAATTTCCATATCATTTAGGAGATCCAGATAATTTTAAAATT 384 EF016647_2 TTTATATTCATTAATTTTCAATTTCCATATCATTTAGGAGATCCAGATAATTTTAAAATT 384 *********************************************** ***** ****** 9 CYTBL06178 GCAAATCCAATAAATACTCCAACTCATATTAAACCTGAATGATATTTCCTATTTGCATAT 840 AM19PT GCAAATCCAATAAATACTCCAACTCATATTAAACCTGAATGATATTTCCTATTTGCATAT 444 EF016646_1 GCAAATCCAATAAATACTCCAACTCATATTAAACCTGAATGATATTTTCTATTTGCATAT 444 EF016647_2 GCAAATCCAATAAATACTCCAACTCATATTAAACCTGAATGATATTTTCTATTTGCATAT 444 *********************************************** ************ CYTBL06178 TCAATTTTACGAGCAATTCCTAATAAATTAGGAGGTGTAATCGGATTAGTAATATCAATT 900 AM19PT TCAATTTTACGAGCAATTCCTAATAAATTAGGAGGTGTAAT EF016646_1 TCAATTTTACGAGCAATTCCTAATAAATTAGGAGGTGTAAT EF016647_2 TCAATTTTACGAGCAATTCCTAATAAATTAGGAGGTGTAAT ***************************************** CYTBL06178 CTTATTCTTTATATTATAATTTTTTATAATAATAAAATAATAAACAATAAATTTAATATA 960 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 TTAAATAAAATTTATTATTGAATATTTATTAATAACTTCATTTTATTAACATGATTAGGT 1020 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 AAACAATTAATTGAATATCCATTTACTAATATTAATATATTATTTACAACAACATATTTT 1080 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 TTATATTTTTTCTTAAATTTCTATTTAAGAAAATTATGAGATAATTTAATTTGAAATTCA 1140 AM19PT EF016646_ EF016647_ CYTBL06178 CCATTAAATTAA 1152 AM19PT EF016646_ EF016647_ Gambar 5 Homologi urutan nukleotida gen sitokrom b A. mellifera. Cyt B = sitokrom b; Cyt B L06178 berasal dari GenBank Acc Number L06178, Am 19 pt adalah hasil urutan gen sitokrom b A. mellifera asal Pati. EF016646_1 adalah AHB haplotipe satu, EF016647_2 adalah AHB haplotipe dua berasal dari GenBank. * = kesamaan (homologi) nukleotida. Angka disamping kanan adalah nomor nukleotida. Nukleotida digarisbawah adalah situs restriksi BglII. Nukleotida di dalam kotak adalah perbedaan AHB satu dan AHB dua. = Perbedaan AHB dan bukan AHB. Angka diatas urutan nukleotida menunjukkan substitusi yang terjadi antara Am 19 Pt dengan AHB haplotipe satu dan AHB haplotipe dua.

15 7 PEMBAHASAN Penelitian dasar untuk mendeteksi AHB dilakukan dengan menggunakan penanda molekuler. Salah satu penanda molekuler yang banyak digunakan adalah DNA mitokondria karena sifatnya yang diturunkan secara maternal. Ada beberapa penanda molekuler yang dapat digunakan untuk membedakan AHB dan bukan AHB. Crozier et al. (1991) di Australia telah menggunakan gen sitokrom b yang dipotong dengan enzim restriksi BglII. Hasil penelitiannya menghasilkan satu fragmen DNA berukuran 485 pb untuk AHB. Dua fragmen DNA berukuran 194 pb dan 291 pb dihasilkan untuk yang bukan AHB. Penelitian yang sama juga telah dilakukan di Amerika Serikat oleh Pinto et al. (2003). Gen sitokrom b/bglii dapat membedakan antara A. mellifera dari garis keturunan Afrika dan garis keturunan A. mellifera yang lain. Satu fragmen DNA berukuran 485 pb dihasilkan A. mellifera yang termasuk garis keturunan Afrika. Dua fragmen DNA berukuran 194 pb dan 291 pb untuk keturunan A. mellifera selain Afrika. Crozier & Koulinous (1996) telah melakukan penelitian yang sama di Australia. Dengan menggunakan gen sitokrom b/bglii dapat membedakan antara kelompok garis keturunan asal Afrika dan Eropa. Hal tersebut diketahui berdasarkan keberadaan situs pemotongan BglII. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada situs pemotongan BglII pada A. mellifera dari garis keturunan Afrika. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2006), mengenai asal lebah madu impor A. mellifera di Indonesia berdasarkan daerah intergenik cox 1-2/Dra1 DNA mitokondria, menyatakan bahwa A. mellifera yang ada di Indonesia merupakan keturunan A. m. ligustica yang diimpor dari Australia. Pada penelitian ini ukuran DNA seluruh contoh A. mellifera hasil amplifikasi gen sitokrom b berdasarkan sekuen DNA ialah 485 pb. Daerah gen sitokrom b hasil pemotongan enzim BglII berdasarkan sekuen DNA menghasilkan dua fragmen DNA. Fragmen tersebut berukuran 194 pb dan 291 pb. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Crozier et al. (1991) pada gen sitokrom b/bglii. Apis mellifera membutuhkan sumber pakan yang lebih banyak dibanding lebah lain. Untuk mensiasati pemenuhan sumber pakan berupa bunga, maka lebah ini perlu dipindahkan (diangon). Sekitar bulan Mei, Juni, Juli pohon randu di daerah Jawa Tengah dan Timur sedang mengalami musim bunga. Pada saat itu lebah dari peternak di Jawa Barat membawa lebahnya untuk diangon di Jawa Timur. Selain contoh lebah dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, contoh lebah dari Jawa Barat juga ikut diambil untuk dianalisa pada penelitian ini. Dari seluruh contoh A. mellifera yang dideteksi yaitu contoh yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur tidak membawa gen AHB. Hal tersebut karena dari hasil amplifikasi fragmen DNA dapat dipotong oleh enzim BglII. Analisis homologi dilakukan antara nukleotida A. mellifera dari Crozier dan Crozier dengan Acc.Number: L0-6178, A. mellifera asal Pati dan A. m. scutellata (AHB) haplotipe satu dan haplotipe dua. Berdasarkan hasil Alignment diketahui bahwa contoh A. mellifera pada penelitian ini mempunyai urutan nukleotida yang sama dengan A. mellifera dari Crozier dan Crozier (1993) pada GenBank Acc Number: L06178 yang dimulai dari nukleotida ke 396. Situs BglII terdapat pada posisi nukleotida ke 694. Pencarian data dari GenBank diperoleh dua haplotipe AHB yaitu EF (AHB haplotipe satu) dan EF (AHB haplotipe dua). Berdasarkan analisis homologi, kedua haplotipe tersebut berbeda pada posisi nukleotida ke 65 (Gambar 4). Perbedaan antara AHB dan bukan AHB adalah terdapat substitusi pada nukleotida ke 295 (Gambar 5. Mutasi no 5). Nukleotida timin (T) yang dikenali oleh enzim BglII pada Am 19 pt mengalami mutasi menjadi nukleotida sitosin (C)n pada lebah AHB. Hal ini menyebabkan pada AHB tidak terdapat situs restriksi BglII sehingga hanya satu pita pada hasil RFLP. Berdasarkan hasil alignment DNA, terdapat sembilan substitusi yang membedakan antara Am 19 pt dari hasil penelitian ini dengan AHB haplotipe satu dan haplotipe dua. KESIMPULAN Amplifikasi daerah gen sitokrom b DNA mitokondria Apis mellifera berdasarkan urutan DNA menghasilkan produk sebesar 485 pb. Pemotongan DNA hasil amplifikasi dengan enzim restriksi BglII menghasilkan dua fragmen DNA masing-masing berukuran 194 pb dan 291 pb. Data sitokrom b/bglii hasil restriksi menunjukkan bahwa belum ada lebah AHB di pulau Jawa. Dengan demikian, keberadaan lebah Africanized dapat dideteksi dari DNA mitokondria melalui gen sitokrom b

16 8 berdasarkan keberadaan situs pemotongan BglII. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat akurasi daerah gen lain pada DNA mitokondria dengan enzim restriksi yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Clarke et al The Africanization of honeybees (Apis mellifera ligustica) of the Yucatan: study massive hybridization event across time. Evolution 56: Crozier RH, Koulinos S, Crozier YC An improved test for africanized honeybee mitochondrial DNA. Experientia 47: Crozier RH & Koulianos S Mitochondrial DNA sequence data provides further evidence that the honeybees of Kangaroo Islands, Australia, are of hybrid origin. Apidologie 27: Crozier YC & Crozier RH The mitochondrial genome of the honeybee Apis mellifera: complete sequence and genome organization. Genetics 133: Franck P et al Molecular confirmation of a fourth lineage in honeybees in the Near East. Apidologie 31(2): Gojmerac W.L Bees, Beekeeping, Honey and Pollination. Connecticut: AVI Pub. Griffiths AJ et al Modern Genetic Analysis. Freeman & Company, Madison Avenue, New York. Hidayat RM Asal Lebah Madu Impor Apis mellifera Di Indonesia Berdasarkan Daerah Intergenik cox 1/cox 2 DNA Mitokondria [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor Hoy MA Insect Molecular Genetics: An Introduction to Principles and Applications. Academic Press. Inc. Kenneth TK & Oguro J Update on the status of Africanized honeybees in the Western States. British Medical Association. West J Med 170: Michener DC The Bees of the World. Baltimore and London. The Johns Hopkins University Pr. Pinto AM et al Identification of Africanized honey bee (Hymenoptera: Apidae) mitochondrial DNA: Validation of a rapid polymerase chain reaction based assay. Ann Entomol 96(5): Raffiudin R Mitochondrial DNA Evidence of the Imported Honey Bee Apis mellifera in Indonesia. Report in Indonesian Toray Science Foundation (ITSF) Seminar on Science and Technology, Jakarta, 1 February Ruttner F Biogeography and Taxonomy of Honey Bees. Berlin: Springer Hiedelberg New York. Sambrooks J, Fritsch EF, Maniatis T Molecular Cloning a Laboratory Manual. Ed ke-2. New York: Cold Spring Harbor Pr. Schneider, Hoffman DG, Smith DR The African honeybee: factors contributing to a successful biological invasion. Ann Entomol 49: Sheppard et al Analysis of Africanized honeybee mitochondrial DNA reveals further diversity origin. Genet Mol Biol 22: Suwanda O Pengelolaan lebah madu oleh pramuka. Di dalam: Budi Daya dan Biologi Lebah Madu. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat: Sukabumi, Mei Jakarta: Perum Perhutani.hlm Tegelstrom H Mitochondrial DNA in natural population : an improved routine for screening of genetic variation based on sensitif silver staining. Electrophoresis 7: Thompson JD et al The Clustal X windows interface: flexible strategies for multiple sequence alignment aided by quality analysis tools Nucleic Acid Res 25: Venables EO & Ripley BD Modern Applied Statistics with S-plus. New York: Springer

17 LAMPIRAN

18 9 Lampiran 1 Daftar nama dan alamat peternak A. mellifera di Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogya, dan Jawa Barat (Raffiudin 2006). No Peternak Nama sampel Alamat 1 Pusbahnas Am 1 Parung panjang, Bogor 2 Pusbahnas Am 2 Parung panjang, Bogor 3 Ari puspa(joko) Am 3 Ds.Glagah kulon RT 1/RW 1, Kudus 4 Muria agung (Nurcholis) Am 4 Sragen 5 Ramli Am 5 Jawa tengah 6 Rifa'I Am 6 Jawa tengah 7 Harno Am 7 Purwasari, Tlogowungu, Pati 8 Mashudi Am 8 Ds.Tlogorejo, Tlogowungu 9 Mashudi Am 9 Ds.Tlogorejo, Tlogowungu 10 Mashudi Am 10 Ds.Tlogorejo, Tlogowungu 11 Santoso Am 11 Jawa tengah 12 UP3 Regaloh (Marsudi) Am 12 Jawa tengah 13 UP3 Regaloh (Marsudi) Am 13 Jawa tengah 14 Harno Am 14 Purwosari, Tlogowungu, Pati 15 Rahayu (Supri dan kani) Am 15 Yogyakarta 16 Bambang suseno Am 16 Jawa tengah 17 KUD Batu (Bashori) Am 17 Jl.Diponegoro no 8 kota Batu 18 Harwi Am 18 Jawa tengah 19 Serangga mas (Herman) Am 19 Yogyakarta, Mojosongo, solo 20 Serangga mas (Herman) Am 20 Yogyakarta 21 Serangga mas (Herman) Am 21 Yogyakarta 22 Serangga mas (Herman) Am 22 Yogyakarta 23 Serangga mas (Herman) Am 23 Yogyakarta 24 Sudar Am 24 Jawa tengah 25 Apiari madu (Geri) Am 25 Malang 26 Herman Am 26 Jawa tengah 27 Karya sari (Sutrisno) Am 27 Jawa tengah 28 Karya sari jaya (Sutirisno) Am 28 Jawa tengah 29 Djaenuri Am 29 Jawa tengah 30 Darsono jenggin Am 30 Jawa tengah 31 Kelp.tani lebah madu sariwono (wien) Am 31 Jawa tengah 32 Cipta apiari (Budi) Am 32 Jawa tengah 33 Sartono Am 33 Jawa tengah 34 Sartono Am 34 Jawa tengah 35 Pramuka (Wawan) Am 35 Temanggung, Jawa tengah 36 Perhutani gunung arca (Solichin) Am 36 Sukabumi, Jawa barat 37 Heru Am 37 Ketanggan, Gembong, Pati 38 Kelompok tani Yogya (Sutrisno) Am 38 Pringsurat, Temanggung 39 Madu sekarsari (Untung) Am 39 Yogyakarta 40 Mulyadi Am 40 Jawa tengah 41 Sari alam (Susanto) Am 41 Ds.Bedono, dusun wawarkidul RT 2/3 Ambarawa 42 Yapet Am 42 Jawa tengah 43 Suharjo Am 43 Jawa tengah

19 No Peternak Nama sampel Alamat 44 Suharjo Am 44 Jawa tengah 45 Cepi Am 45 Jawa tengah 46 Cepi Am 46 Jawa tengah 47 Khoirudin Am 47 Jawa tengah 48 Mustika apiaris (Nanang haryono) Am 48 Banyuwangi, Jawa timur 49 Mustika apiaris (Nanang haryono) Am 49 Banyuwangi, Jawa timur 50 Prima (Supri) Am 50 Jawa tengah 51 Santoso (Hawai) Am 51 Perhutani regaloh (Hawai) 52 Nuhana (Holland) Am 52 Dusun Purworejo, Ds bringin pare, Kediri 53 Santoso (Australia) Am 53 Gringsing,Batang 54 Santoso (Cina) Am 54 Perhutani regaloh (Hawai) 55 Nuhana madu (Nuhana) Am 55 Dusun Purworejo, Ds bringin pare, Kediri 56 Sumber madu (Junaidi) Am 56 Ds.Lumbang,kec.Lumbang, Probolinggo 57 KSR (Kasrin) Am 57 Singosari, Malang 58 KS (Liem) Am 58 Surabaya 59 Mekarsari (Samsul) Am 59 Jember 60 Warna muria (H.mustamar) Am 60 Gembong,Pati, Jawa timur 61 AL (Hasan) Am 61 Tempurejo, Jember 62 Sumber madu (Marsito) Am 62 Ds.Kepung pare, Kediri 63 Nektarindo abadi (Trisukow8ibowo) Am 63 Purwosari, Pasuruan 64 AL ihsan (H.tato) Am 64 Wajak, Malang 65 Bintang apiari Am 65 Batu, Malang 66 KUD Batu (Adrian sembodo) Am 66 Jl.Diponegoro no 8 kota Batu 67 Lebah alam (Mulyo haryono) Am 67 Punten batu, Malang 68 Omega madu (Narko/purnomo) Am 68 Dorok manggis RT 05/03,puncu, Kediri 69 Tasmuji Am 69 Pare, Kediri 70 Lestari (ketang) Am 70 Taraken, Kediri 10

20 Lampiran 2 Kromatogram hasil pengurutan DNA A. mellifera sampel Am 19 Pati menggunakan primer forward sitokrom b 11

21 Lampiran 3 Kromatogram hasil pengurutan DNA A. mellifera sampel Am 19 Pati menggunakan primer reverse sitokrom b 12

DETEKSI AFRIKANISASI LEBAH Apis mellifera BERDASARKAN GEN SITOKROM B DARI DNA MITOKONDRIA. Oleh: ANIFA BINTAR RAHMAWATI G

DETEKSI AFRIKANISASI LEBAH Apis mellifera BERDASARKAN GEN SITOKROM B DARI DNA MITOKONDRIA. Oleh: ANIFA BINTAR RAHMAWATI G DETEKSI AFRIKANISASI LEBAH Apis mellifera BERDASARKAN GEN SITOKROM B DARI DNA MITOKONDRIA Oleh: ANIFA BINTAR RAHMAWATI G34102010 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas

BAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Koleksi sampel dilakukan pada beberapa lokasi di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

PENELUSURAN ASAL WILAYAH LEBAH MADU A. mellifera DI INDONESIA MENGGUNAKAN DAERAH INTERGENIK cox1/cox2 DNA MITOKONDRIA

PENELUSURAN ASAL WILAYAH LEBAH MADU A. mellifera DI INDONESIA MENGGUNAKAN DAERAH INTERGENIK cox1/cox2 DNA MITOKONDRIA PENELUSURAN ASAL WILAYAH LEBAH MADU A. mellifera DI INDONESIA MENGGUNAKAN DAERAH INTERGENIK cox1/cox2 DNA MITOKONDRIA (Search Region of Origin Honey Bee A. mellifera in Indonesia Region Using Mitochondrial

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

ASAL LEBAH MADU IMPOR Apis mellifera DI INDONESIA BERDASARKAN DAERAH INTERGENIK cox1/cox2 DNA MITOKONDRIA. Oleh : Mohamad Rusdi Hidayat G

ASAL LEBAH MADU IMPOR Apis mellifera DI INDONESIA BERDASARKAN DAERAH INTERGENIK cox1/cox2 DNA MITOKONDRIA. Oleh : Mohamad Rusdi Hidayat G ASAL LEBAH MADU IMPOR Apis mellifera DI INDONESIA BERDASARKAN DAERAH INTERGENIK cox1/cox2 DNA MITOKONDRIA Oleh : Mohamad Rusdi Hidayat G34101031 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Evolusi Geografi dan Keragaman Organisme

TINJAUAN PUSTAKA Evolusi Geografi dan Keragaman Organisme TINJAUAN PUSTAKA Evolusi Geografi dan Keragaman Organisme Geografi bumi akhir periode Paleozoic dan awal mesozoic adalah dua benua yang sangat besar, yaitu Gondwana di bumi selatan dan Laurasia di bumi

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Penggerek Batang Padi di Indonesia Biologi S. incertulas (Walker)

TINJAUAN PUSTAKA Penggerek Batang Padi di Indonesia Biologi S. incertulas (Walker) 5 TINJAUAN PUSTAKA Penggerek Batang Padi di Indonesia Penggerek batang padi merusak tanaman padi pada semua tahap pertumbuhan mulai dari masa persemaian, fase vegetatif, dan fase generatif. Larva dari

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

VARIASI GEN lrrna LEBAH MADU Apis cerana DI LOMBOK, SUMBAWA, DAN FLORES INDRA ANGGRIAWAN

VARIASI GEN lrrna LEBAH MADU Apis cerana DI LOMBOK, SUMBAWA, DAN FLORES INDRA ANGGRIAWAN VARIASI GEN lrrna LEBAH MADU Apis cerana DI LOMBOK, SUMBAWA, DAN FLORES INDRA ANGGRIAWAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK INDRA

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Kolokium Ajeng Ajeng Siti Fatimah, Achmad Farajallah dan Arif Wibowo. 2009. Karakterisasi Genom Mitokondria Gen 12SrRNA - COIII pada Ikan Belida Batik Anggota Famili Notopteridae. Kolokium disampaikan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Analisis Kekerabatan Rayap Tanah M. gilvus dengan Pendekatan Perilaku

BAHAN DAN METODE. Analisis Kekerabatan Rayap Tanah M. gilvus dengan Pendekatan Perilaku BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Sampel rayap diambil dari Cagar Alam Yanlappa-Jasinga dan Kampus IPB- Dramaga, Bogor. Rayap diidentifikasi dan diuji perilaku agonistiknya di Laboratorium Biosistematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT BEBERAPA MODIFIKASI PERLAKUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI DNA DARI BAHAN HERBARIUM (Several modifications of treatment in extracting DNA from herbarium material) TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SINTESIS cdna DAN DETEKSI FRAGMEN GEN EF1-a1 PADA BUNGA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Sains (S.Si) pada Jurusan Biologi

Lebih terperinci

SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP

SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP SKRIPSI DETEKSI KEMURNIAN DAGING SAPI PADA BAKSO DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN TEKNIK PCR-RFLP Disusun oleh: Bening Wiji NPM : 060800997 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOBIOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR

METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR METODE MEMPERTAHANKAN KUALITAS DAN KUANTITAS ASAM RIBONUKLEAT (RNA) TANAMAN M. REZEKI MUAMMAR PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat

Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan III. 2 Alat Bab III Bahan dan Metode III.1 Bahan Pada penelitian ini, sampel yang digunakan dalam penelitian, adalah cacing tanah spesies L. rubellus yang berasal dari peternakan cacing tanah lokal di Sekeloa, Bandung.

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang digunakan hanya primer GE 1.10 dengan suhu annealing sebesar 49,5 o C yang dapat dianalisis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b

METODOLOGI. Gambar 1 Bahan tanaman : (a) Tetua IR64; (b) tetua Hawarabunar, dan (c) F 1 (IRxHawarabunar) c a b METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu penanaman padi dan analisis fisiologi dan marka molekuler. Penanaman padi secara gogo pada tanah masam dilakukan di rumah kaca Cikabayan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

Jumlah Koloni Lombok AcLb11 Kampus lama Univ Mataram, Kec. Selaparang, Mataram. AcLb12 Kelayu, Lombok Timur

Jumlah Koloni Lombok AcLb11 Kampus lama Univ Mataram, Kec. Selaparang, Mataram. AcLb12 Kelayu, Lombok Timur 4 HASIL Koleksi Lebah Lebah madu A. c. indica yang berhasil dikoleksi berjumlah 29 koloni. Koloni diambil dari tujuh kecamatan di Lombok yaitu Kec. Selaparang (satu koloni), Kec. Pamenang (dua koloni),

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. 3.2 Objek Penelitian DNA ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) yang resisten dan sensitif

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga April 2010 bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH 62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gambaran yang sistematis dengan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) SKRIPSI Oleh: SATRIYA PUTRA PRAKOSO NIM. 1208105013 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini meliputi kegiatan lapang dan kegiatan laboratorium. Kegiatan lapang dilakukan melalui pengamatan dan pengambilan data di Balai

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. dua lembar plastik transparansi dan semua sisinya direkatkan hingga rapat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. dua lembar plastik transparansi dan semua sisinya direkatkan hingga rapat. (Polyacrilamide Gel Elektroforesis) 5,5% pada tegangan 85 V selama 6 jam. Standar DNA yang digunakan adalah ladder (Promega) Gel polyacrilmide dibuat dengan menggunakan 30 ml aquades, 4 ml 10xTBE, 5,5

Lebih terperinci

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Della Rinarta, Roza Elvyra, Dewi Indriyani Roslim Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

The Origin of Madura Cattle

The Origin of Madura Cattle The Origin of Madura Cattle Nama Pembimbing Tanggal Lulus Judul Thesis Nirmala Fitria Firdhausi G352080111 Achmad Farajallah RR Dyah Perwitasari 9 Agustus 2010 Asal-usul sapi Madura berdasarkan keragaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus 2011. Penelitian ini bertempat di Laboratorium Analisis Genetika, Departemen Silvikultur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia

Lebih terperinci

IMPLIKASI GENETIK SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) PADA JENIS

IMPLIKASI GENETIK SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) PADA JENIS IMPLIKASI GENETIK SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) PADA JENIS Shorea johorensis Foxw DI PT. SARI BUMI KUSUMA BERDASARKAN RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD) TEDI YUNANTO E14201027

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. GENERASI F0 BAMBANG KUSMAYADI GUNAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Uji Stabilitas Integrasi Gen CryIAc dalam Transforman Jagung R3 dan R4

Uji Stabilitas Integrasi Gen CryIAc dalam Transforman Jagung R3 dan R4 Uji Stabilitas Integrasi Gen CryIAc dalam Transforman Jagung R3 dan R4 Toto Hadiarto, Sutrisno, dan Tri J. Santoso Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Tanaman yang sudah

Lebih terperinci