ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH DI KABUPATEN CIAMIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH DI KABUPATEN CIAMIS"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH DI KABUPATEN CIAMIS SKRIPSI DONI ZEPRIANA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN DONI ZEPRIANA. Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Udang Galah di Kabupaten Ciamis. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan NUNUNG KUSNADI) Tingkat produksi udang galah masih rendah jika dibandingkan dengan produksi udang windu maupun udang vaname. Padahal udang galah mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dan mempunyai potensi pasar yang cukup luas. Tingkat produksi yang rendah ini diduga diakibatkan oleh penggunaan faktorfaktor produksi yang tidak efisien. Penggunaan faktor produksi yang efisien tentu tidak akan terlepas dari tingkat pendapatan usaha yang didapatkan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah (1). Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi usaha budidaya udang galah di lokasi penelitian. (2). Menganalisis pendapatan usaha budidaya udang galah di lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di tiga kecamatan yaitu Panumbangan, Cihaurbeuti, dan Sindangkasih. Daerah ini berada di Kabupaten Ciamis bagian Utara yang sebagian besar wilayahnya berupa bukit dan gunung. Waktu penelitian dilakukan selama sebulan antara bulan Juli-Agustus Jumlah responden yang diteliti sebanyak 30 orang dari populasi pembudidaya udang di lokasi penelitian. Metode penarikan sample dilakukan secara snowballing. Data yang diperoleh diolah secara kualitatif maupun kuatitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif berdasarkan data karakteristik responden. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis regresi menggunakan bantuan Minitab 14 dan Microsoft excel. Untuk melihat hubungan antara input dan produksi menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi yaitu luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk kandang, pakan buatan, dan kapur. Setelah dilakukan analisis regresi ternyata faktor produksi yang sesuai dengan syarat ekonomi dan ekonometrika adalah benih/ha, tenaga kerja/ha, pupuk TSP/ha, pakan buatan/ha, dan kapur/ha. Analisis yang digunakan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi adalah nilai rasio NPM dan BKM. Hasilnya menunjukkan bahwa semua faktor produksi tidak efisien. Penggunaan faktor produksi benih, tenaga kerja, dan pakan buatan telah melebihi batas optimal, maka dari itu penggunaannya harus dikurangi. Sedangkan penggunaan faktor produksi pupuk TSP dan kapur masih belum mencapai batas optimal., maka penggunaannya harus ditambah. Analisis pendapatan menunjukan nilai rasio R/C atas biaya tunai sebesar 1,18. Sedangkan nilai rasio R/C atas biaya total sebesar 0,74. Secara keseluruhan hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya udang galah di daerah penelitian kurang profitable atau pembudidaya kurang efisien dalam menggunakan biaya input. Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi akan tercapai jika pembudidaya udang galah tidak menggunakan faktor produksi tersebut berdasarkan atas perkiraan. Oleh karena itu diperlukan sebuah pembinaan atau penyuluhan agar meningkatkan pengetahuan juga kemampuan pembudidaya, sehingga akan meningkatkan pula hasil produksi udang galah dan pendapatan.

3 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH DI KABUPATEN CIAMIS DONI ZEPRIANA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

4 Judul skripsi Nama NIM : Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Udang Galah di Kabupaten Ciamis. : Doni Zepriana : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Faktor- Faktor Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Udang Galah di Kabupaten Ciamis adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Doni Zepriana H

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Doni Zepriana, lahir di Ciamis pada tanggal 20 Februari Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Uri Mustari dan Ibu Titi Sumiati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN I Golat pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 1 Panumbangan. Pendidikan menengah atas di SMUN 1 Cihaurbeuti diselesaikan pada tahun Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada tahun Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai macam organisasi. Pada tahun penulis menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (BEM TPB IPB). Pada tahun pernah menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM IPB). Pada tahun penulis juga bergabung dan aktif di organisasi bidang ekonomi syariah yaitu Sharia Economic Student Club (SES-C).

7 KATA PENGATAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Udang Galah di Kabupaten Ciamis Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dan efesiensi penggunaan faktor-faktor produksi serta melihat tingkat pendapatanya, sehingga dapat menjawab pertanyaan pada rendahnya tingkat produksi usaha budidaya udang galah di daerah penelitian. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam tulisan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar tulisan skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis juga berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2010 Doni Zepriana

8 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir. Nunung Kusnasdi, MS selaku dosen pembimbing sekaligus pimpinan departemen Agribisnis atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini 2. Ir. Dwi Rachmina, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji utama. 3. Ir. Narni Farmayanti M.Sc yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji dari Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis. 4. Dosen dan staf departemen Agribisnis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua dorongan yang diberikan. 5. Pemerintahan dan masyarakat pembudidaya udang galah di Kecamatan Panumbangan, Cihaurbeuti, dan Sindangkasih atas informasi, waktu dan dukungan yang diberikan. 6. Bapak dan ibu serta keluarga yang tiada hentinya selalu mendoakan atas kesuksesan penulis dalam mencapai cita-cita. 7. Teman-teman Departemen Agribisnis 42 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua kenangan indah yang telah terukir selama ini. Bogor, Januari 2010 Doni Zepriana

9 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Usaha Budidaya Udang Penelitian Faktor-Faktor Produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teknis Budidaya Udang Galah Fungsi Produksi Efisiensi Produksi Pendapatan Usahatani Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penarikan Contoh Metode Analisis Data Analisis yang Mempengaruhi Faktor-Faktor Produksi Pengujian Analisis Regresi Analisis Efisiensi Produksi Analisis Pendapatan Analisis Penerimaan dan Biaya Imbangan V. GAMBARAN UMUM Kondisi Wilayah Gambaran Penduduk Karakteristik Responden Jenis Pekerjaan Usia Responden Pendidikan Penagalaman Status Kepemilikan lahan Luas Lahan Garapan ix xi xiii xiv ix

10 Halaman VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DAN EFISIENSI PRODUKSI USAHA BUIDAYA UDANG GALAH Analisis Faktor-Faktor Produksi Budidaya Udang Galah Retturn to Scale Usaha Budidaya Udang Galah Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis Penerimaan Usaha Budidaya Udang Galah Analisis Struktur Biaya Usaha Budidaya Udang Galah Analisis Pendapatan dan Biaya Imbangan Usaha Budidaya Udang Galah VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran D AFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian Tahun Jumlah Volume Ekspor Udang Nasional Tahun Nilai Ekspor Komoditas Perikanan Indonesia Tahun Jumlah Volume Produksi Nasional Udang Windu, Vaname, dan Galah Tahun Pembagian Potensi Areal atau Lahan Perikanan Kabupaten Ciamis Berdasarkan Jenis Ikan Tahun Hasil Produksi Perikanan Kabupaten Ciamis Tahun Penggunaan Lahan Penduduk di Kecamatan Panumbangan dan Sindangkasih Tahun 2007/ Jumlah Penduduk di Kecamatan Panumbangan, Cihaurbeuti, dan Sindangksih Tahun 2007/ Pembagian Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Panumbangan, Cihaurbeuti, dan Sindangkasih Tahun 2007/ Anggapan Responden Terhadap Pekerjaan Usaha Budidaya Udang Galah Jenis Pekerjaan Utama Responden yang Menganggap Usaha Budidaya Udang Galah sebagai Pekerjaan Sampingan Pembagian Kelompok Umur Responden Budidaya Udang Galah Tingkat Pendidikan Responden Budidaya Usaha Udang Galah Lama atau Pengalaman Responden Melakukan Usaha Budidaya Udang Galah Status Kepemilikan Lahan Responden Usaha Budidaya Udang Galah Luas Lahan Garapan Responden Usaha Ussaha Budidaya Udang Galah Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Produksi Awal Usaha Budidaya Udang Galah Hasil Analisis Regeresi Setelah Penyatuan Faktor Produksi TKLK dan TKDK Usaha Budidaya Udang Galah xi

12 19. Hasil Analisis Regresi Setelah Pengurangan HOK pada Faktor Produksi Tenaga Kerja Usaha Budidaya Udang Galah Hasil Analisis Regresi Setelah Semua Variabel Dibagi dengan Faktor Produksi Luas Lahan (Ha) Usaha Budidaya Udang Galah Hasil Analisis Regresi Setelah Mengoreksi Faktor Produksi Pupuk Urea Usaha Budidaya Udang Galah Hasil Analisis Regresi Setelah Mengoreksi Data Pencilan Usaha Budidaya Udang Galah Hasil Analisis Regresi Setelah Mengoreksi Faktor Produksi Pupuk Kandang Usaha Budidaya Udang Galah Nilai Rasio NPM dan BKM Usaha Budidaya Udang Galah Jumlah Penerimaan Usaha Budidaya Udang Galah per Hektar per Musim Pendapatan dan Nilai R/C Usaha Budidaya Udang Galah per Hektar per Musim xii

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Bentuk Fungsi Produksi dengan Satu Variabel Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi Alur Kerangka Pemikiran xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Input Produksi Usaha Budidaya Udang Galah per Musim Input Produksi Usaha Budidaya Udang Galah per Hektar per Musim Hasil Analisis Regresi Faktor Produksi Usaha Budidaya Udang Galah Uji Normalitas Hasil Regresi Terbaik Usaha Budidaya Udang Galah Struktur Biaya Per Hektar Per Musim Budidaya Udang Galah Kuisioner penelitian xiv

15 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai 5,8 juta km persegi (75 persen dari luas total wilayah) dengan garis pantai km atau sekitar 14 persen dari garis pantai dunia. Dengan demikian wilayah geogrfis negara Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan sektor perikanan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa dilihat dari berbagai faktor, salah satunya berdasarkan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). (Tabel 1) Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun Lapangan Usaha Tahun Kenaikan rata-rata % Kelompok pertanian , , , ,9 12,3 Tanaman bahan makanan , , , ,7 11,7 Tanaman perkebunan , , , ,9 12,1 Peternakan dan hasilhasilnya , , , ,4 13 Kehutanan , , ,2 Perikaanan , , , ,9 15,5 Produk Domestik , , ,8 Bruto (PDB) Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 Produk Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan selama periode mengalami kenaikan rata-rata sebesar 15,5 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor perikanan setiap tahunnya terus mengalami kenaikan. Jika dibandingkan dengan sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan maka kenaikan PDB rata-rata sektor perikanan paling tinggi. Oleh karena itu sektor perikanaan merupakan sektor yang mempunyai prospek dan potensi yang besar. Produksi perikanan Indonesia bersumber dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada tahun 1999 produksi perikanan tangkap mendominasi, mencapai 81,95 persen terhadap perikanan budidaya akan tetapi pada tahun

16 mengalami penurunan menjadi 65 persen. Akan tetapi kondisi ini diikuti oleh adanya peningkatan yang cukup signifikan pada produksi perikanan budidaya mulai dari tahun Volume produksinya sebesar 1,1 juta ton pada tahun 2002 telah meningkat menjadi 3,2 juta ton pada tahun Hal ini menunjukan pertumbuhan volume produksi tahunan sebesar 23,6 persen. Pada tahun 2006 Indonesia menjadi negara ketiga terbesar dunia penghasil komoditas budidaya (DKP 2007). Kondisi seperti ini mencerminkan keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan produksi perikanan budidaya dan menekan produksi perikanan tangkap. Usaha perikanan budidaya diperkirakan akan mempunyai peran yang penting dalam jangka panjang karena sumber daya laut akan semakin berkurang yang disebabkan oleh sifatnya yang terbuka untuk di manfaatkan oleh siapa saja dan termasuk sumber daya alam yang mempunyai waktu lama untuk bisa diperbaharui. Potensi yang dimiliki oleh sektor perikanan ini perlu dikelola dengan baik dan optimal agar mampu menjadi penggerak utama perekonomian nasional. Dalam pelaksanaannya, usaha pengembangan sektor perikanan perlu melibatkan seluruh pihak, seperti pemerintah, pengusaha, pembudidaya dan stakeholder. Pemerintah mempunyai peran yang paling penting karena mempunyai kewenangan dalam pengambilan kebijakan tingkat mikro dan makro. Kebijakankebijakan yang diambil diharapkan mengarah pada komoditas-komoditas yang mempunyai keunggulan supaya kebijakan yang diambil lebih efektif dan terarah. Udang merupakan komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Bukan hanya itu, udang juga mempunyai pasar yang luas terutama di luar negeri. Sebelumnya udang hanya menjadi hasil sampingan dari tambak ikan bandeng serta harga jualnya relatif rendah. Padahal di luar negeri udang merupakan makanan yang mewah dan cukup digemari. Setelah pasar ekspor udang terbuka dan semakin meningkatnya permintaan komoditas ini, maka udang menjadi komoditas ekspor unggulan. Keunggulan yang dimiliki oleh komoditas udang memberikan pengaruh pada peningkatan jumlah volume ekspor udang dari tahun ke tahun (Tabel 2). 2

17 Tabel 2. Jumlah Volume Ekspor Komoditas Perikanan Indonesia Tahun Rata-rata No Komoditas kenaikan (ton) (%) 1 Udang ,15 2 Tuna, Cakalang, Tongkol ,24 3 Ikan lainnya (termasuk darat) ,63 4 Kepiting ,92 5 Lainnya ,74 Total ,67 Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2007) Berdasarkan Tabel 2, volume ekspor udang setiap tahunnya naik mulai dari tahun dengan rata-rata kenaikan 9,15 persen. Sedangkan untuk komoditas Tuna, Cakalang, dan Tongkol ternyata rata-rata kenaikan tiap tahunnya -0,24 persen. Komoditas ikan lainnya (termasuk darat) mempunyai rata-rata kenaikan yang paling tinggi tiap tahunnya yaitu 25,6 persen. Besarnya nilai kenaikan volume produksi untuk komoditas ikan lainnya (termasuk darat) karena merupakan gabungan dari beberapa komoditas perikanan. Selanjutnya, kenaikan rata-rata tiap tahun untuk komoditas kepiting sebesar 8,92 persen. Jumlah volume ekspor komoditas udang pernah mengalami penurunan dari tahun Volume ekspor pada tahun 2001 sebesar ton menjadi ton pada tahun Penurunan volume ekspor ini diakibatkan adanya pembatasan ekspor udang ke Amerika dari negara-negara Asia. Hal ini disebabkan isu atau dugaan oleh pemerintah Amerika tentang adanya kandungan antibiotik dalam udang yang dihasilkan. Disamping peningkatan jumlah volume produksi diikuti pula oleh peningkatan nilai ekspornya (Tabel 3). 3

18 Tabel 3. Nilai Ekspor Komoditas Perikanan Indonesia Tahun Rata-rata No Komoditas kenaikan (Rp. 000) (%) 1 Udang ,27 2 Tuna, Cakalang, ,38 Tongkol 3 Ikan lainnya (termasuk ,49 darat) 4 Kepiting ,53 5 Lainnya ,68 Total Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2007) Berdasarkan Tabel 3, kenaikan rata-rata nilai ekspor per tahun komoditas udang sebesar 2,27 persen. Sedangkan untuk tuna, cakalang, dan tongkol mempunyai nilai rata-rata kenaikan nilai ekspor tiap tahun sebesar 2,38 persen. Komoditas ikan lainnya (termasuk darat) mempunyai kenaikan rata-rata 16,49 persen, disusul komoditas kepiting yang mempunyai kenaikan rata-rata sebesar 19,53 persen. Jika melihat dari besaran kenaikan rata-rata nilai ekspor, komoditas udang mempunyai kenaikan rata-rata yang paling kecil. Akan tetapi jika melihat total nilai ekspor komoditas udang dibandingkan dengan total nilai ekspor keseluruhan komoditas perikanan maka nilai ekspor udang mempunyai kontribusi lebih dari 50 persen. Dengan demikian tidak heran jika udang dijadikan komoditas unggulan ekspor sektor perikanan. Produsen udang terbesar dunia yang menguasai pasar lebih dari 15 persen yaitu Negara Indonesia, Ekuador, Thailand, India, dan Meksiko. Pasar utama dari komoditas ekspor udang Indonesia adalah Jepang, AS, dan Uni Eropa. Dengan banyaknya pesaing maka pelaku ekspor udang Indonesia harus bisa meningkatkan kualitas komoditi ekspornya supaya memenuhi kebutuhan pasar dunia. Pada periode , sekitar persen produksi perikanan Indonesia masuk ke pasar Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Pangsa pasar untuk Amerika sebesar 34 persen, sedangkan Jepang dan Uni Eropa masingmasing sebesar 26 persen dan 13 persen. Adapun produk yang paling besar 4

19 diekspor adalah udang (47 persen), tuna (13 persen), dan rumput laut (4 persen). (Painte 2008). Pada saat ini produksi udang Indonesia lebih didomonasi oleh jenis udang windu dan vaname. Udang jenis ini hanya bisa diusahakan pada air payau. Padahal ada jenis udang lainnya yang bisa diusahakan pada air tawar yaitu jenis udang galah. Udang galah mempunyai nilai ekonomis tinggi karena harganya cukup tinggi di pasaran dan prospeknya pun cukup bagus karena pasarnya masih luas. Udang galah bisa menjadi alternatif pilihan pengembangan usaha budidaya udang dalam upaya meningkatkan produktivitas udang nasional. Akan tetapi pada saat ini jumlah produksi usaha budidaya udang galah masih sangat rendah. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan jumlah produksi secara nasional antara udang windu dan vaname dengan udang galah (Tabel 4). Tabel 4. Jumlah Volume Produksi Nasional Udang Windu, Udang Vaname, dan Udang Galah Tahun Jenis (Ton) Udang Tahun Udang Windu Udang Vaname Udang Galah Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008 Berdasarkan Tabel 4, jumlah volume produksi udang galah pada tahun 2007 hanya sebesar ton. Jika dibandingkan dengan jumlah volume produksi udang windu dan vaname pada tahun yang sama, masing-masing sebesar ton dan , maka volume produksi udang galah hanya 0,7 persen dari udang windu dan 0,5 persen dari udang vaname. Pada saat ini pengembangan usaha perikanan budidaya udang lebih diutamakan daripada usaha penangkapan udang di laut. Oleh karena itu pemerintah melakukan berbagai macam upaya melalui program ekstensifikasi dan intensifikasi dengan pemeliharaan benih unggul usaha budidaya udang. Upaya ini dilakukan supaya bisa meningkatkan hasil produksi dan kualitas udang yang di hasilkan. Adanya arahan pengembangan usaha budidaya udang dari pemerintah 5

20 serta potensi yang dimiliki udang cukup tinggi maka penelitian tentang komoditas udang skala budidaya menarik untuk dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mentargetkan pada tahun 2009 produksi udang nasional mencapai ton. 1 Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai target nasional yaitu merevitalisasi lahan tambak udang seluas ha pada lahan yang terbengkalai (idle). Total lahan di Indonesia yang berpotensi untuk dijadikan lahan tambak yaitu seluas hektar. Akan tetapi pada saat ini lahan yang baru dimanfaatkan diperkirakan baru 35 persen oleh para petambak udang. Dengan demikian pemanfaatan lahan untuk dijadikan lahan tambak masih terbuka lebar. Bukan hanya itu produktivitas udang masih sangat rendah yaitu 600 kilogram per hektar per tahun. Padahal jika dibandingkan dengan Negara Thailand mereka mampu memproduksi 10 ton per hektar per tahun. 2 Untuk meningkatkan produksi udang nasional maka udang galah bisa menjadi alternatif. Salah satu daerah yang menghasilkan udang galah yaitu di kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Luas lahan untuk kolam, empang, dan tambak di Kabupaten Ciamis mencapai 2.782,42 ha atau 1,14 persen dari luas wilayah kabupaten dengan potensi areal pengembangan sebagai berikut. (Tabe 5). Tabel 5. Pembagian Potensi Areal atau Lahan Perikanan Kabupaten Ciamis Berdasarkan Jenis Ikan Tahun No Jenis Ikan Potensi Areal (Ha) 1 Udang Galah 185,00 2 Ikan Nila 828,00 3 Ikan Mas 860,00 4 Ikan Gurame 882,00 5 Ikan Tawes 61,00 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis [27 April 2009] k [25 April 2009] 6

21 Berdasarkan Tabel 5, potensi areal untuk usaha budidaya udang galah cukup luas yaitu mencapai 185 Ha. Akan tetapi jika dibandingkan dengan potensi ikan nila, gurame, dan mas, potensi pengembangan areal usaha budidaya udang galah relatif kecil. Selain itu produksi udang galah di Kabupaten Ciamis juga masih rendah, jika dibandingkan dengan produksi komoditas perikanan lainnya (Tabel 6). Tabel 6. Hasil Produksi Perikanan Kabupaten Ciamis Tahun No Jenis ikan Produksi (Ton) Udang Galah 99,05 100,09 121,43 Ikan Nila 1970, , ,50 Ikan Mas 857,17 855,69 558,82 Ikan Gurame 774, , ,44 Ikan Tawes 889,50 999,89 704,46 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2007 Berdasarkan Tabel 6, menunjukan bahwa tingkat produksi udang galah paling kecil jika dibandingkan dengan tingkat produksi jenis ikan lainnya. Akan tetapi dari tahun produksi udang galah terus mengalami kenaikan. Kondisi tingkat produksi udang galah yang masih rendah salah satunya diduga akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak efisien pada tingkat petani usaha budidaya udang galah. Oleh karena itu timbul pertanyaan faktorfaktor produksi apakah yang mempengaruhi tingkat produksi pada budidaya udang galah di lokasi penelitian? Apakah penggunaan faktor produksi sudah efisien? Rendahnya tingkat produksi ini pula tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan petani, sehingga timbul pula pertanyaan bagaimana tingkat pendapatannya? 7

22 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan pelaksanaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi usaha budidaya udang galah di lokasi penelitian. 2. Menganalisis pendapatan usaha budidaya udang galah di lokasi penelitian. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam pengambilan keputusan pada usaha budidaya udang galah yang dilakukan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan. 3. Sebagai sarana pembelajaran bagi penulis dalam melakukan penulisan ilmiah dan penelitian. 8

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, dan lain-lain) untuk mencapai tujuan utama yaitu mendapatkan keuntungan (bersifat komersil). Untuk mencapai keuntungan atau produksi yang maksimal maka penggunaan faktor-faktor produksi (sumberdaya) sebagai korbanan harus efisien. Tingkat pendapatan merupakan indikator dari keberhasilan yang diperoleh dari setiap usaha budidaya. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 2002). Untuk menganalisis, apakah usaha budidaya yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak, maka dilakukan perbandingan antara jumlah penerimaan dan biaya (R/C). Usaha yang menguntungkan (profitable) mempunyai nilai R/C > 1. Nilai R/C dapat pula menunjukan ukuran efisiensi suatu usaha. Semakin besar nilai R/C maka semakin efisien usaha yang dilakukan. Telah banyak dilakukan penelitian mengenai analisis usaha pada budidaya udang. Diantaranya Agustina (2006) menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya tambak udang windu (Penaeus monodon) di kecamatan Muara Gembong, kabupaten Bekasi. Penelitian yang dilakukan yaitu membandingkan tingkat keuntungan antara petambak tradisional dan semi intensif. Hasil penelitiannya bahwa untuk petambak tradisional mengahsilkan nilai R/C 3,37. Penerimaan rata-rata petambak tradisional Rp per tahun dan biaya yang dikeluarkan Rp , jadi pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah Rp ,33 per tahun. Sedangkan untuk petambak semi intensif menghasilkan nilai R/C 1,89 dengan penerimaan rata-rata Rp per tahun dan biaya yang dikeluarkan Rp , jadi rata-rata pendapatan yang diperoleh Rp per tahun. Nilai R/C petambak tradisional lebih besar dari pada petambak semi intensif hal ini menunjukan bahwa petambak tradisional lebih efisien didalam menggunakan input produksi akan tetapi pendapatan yang diperoleh lebih besar petambak semi intensif. Nilai R/C pada petambak semi intensif lebih kecil karena 9

24 adanya penggunaan pakan tambahan, obat-obatan, dan mesin pompa, sehingga akan menambah biaya (cost). Sedangkan pada tambak tradisional hanya menggunakan pakan alami yang terdapat pada kolam tambak. Perbedaan teknik pemeliharaan dan penggunaan teknologi pada budi daya tambak udang windu ternyata cukup mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh. Saputra (2006) menganalisis usaha budidaya udang windu di CV Amri Ali, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Hasil dari analisis mengahsilkan nilai R/C sebesar 1,31 dengan penerimaan Rp dari total produksi kg per dua musim pada lahan seluas m 2. Sedangkan untuk biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,50 maka keuntungan yang diperoleh Rp ,50. Dengan demikian usaha budidaya udang windu yang dilakukan oleh CV Amri Ali menguntungkan atau porfitable. Triwahyuni (2005) melakukan analisis ekonomi usaha budidaya udang galah kelompok tani Puspasari di Desa Tambaksari, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis. Dalam penelitiannya meperlihatkan bahwa tingkat keuntungan usaha budidaya udang yang dilakukan lebih besar jika dibandingkan dengan usaha padi yang dilakukan sebelumnya. Tingkat penerimaan yang diperoleh sebesar Rp dengan biaya sebesar Rp ,25 maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp ,75. Jika menghitung nilai R/C maka nilainya 1,44. Dengan demikian usaha budidaya udang galah yang dilakukan oleh kelompok tani Puspasari menguntungkan atau profitable. Beberapa contoh penelitian terdahulu di atas memperlihatkan bahwa usaha budidaya udang windu dan galah menguntungkan atau profitable. Analisis mengenai perbandingan penerimaan terhadap biaya juga akan dilakukan oleh penulis pada usaha budidaya udang galah di tiga kecamtan di Kabupaten Ciamis sebelah utara. Kecamatan ini terdiri dari Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti. 2.2 Penelitian Faktor-Faktor Produksi Faktor produksi merupakan sebuah korbanan yang diberikan pada kegiatan produksi untuk menghasilkan output tertentu. Faktor produksi (input) akan mempengaruhi besar kecilnya produksi (output) yang diperoleh. Jenis dan pengaruh faktor produksi terhadap jumlah produksi tergantung dari jenis dan 10

25 kondisi usaha yang dilakukan. Berikut merupakan faktor-faktor produksi pada usaha budidaya perikanan. Faktor produksi yang berpengaruh terhadap tingkat produksi budidaya perikanan adalah luas lahan (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Faktor ini cukup penting karena berkaitan dengan tempat berlangsungnya kegiatan usaha budidaya. Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap tingkat produksi budidaya perikanan adalah tenaga kerja (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Jika dalam ilmu usahatani tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rumah tangga dan tenaga kerja luar rumah tangga. Faktor tenaga kerja diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan produksi. Jumlah tebaran benih juga mempengaruhi tingkat produksi (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Jumlah tebaran benih berkaitan dengan jumlah benih yang ditebar tiap m 2 kolam atau tambak. Kepadatan benih yang ditebar akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi. Jumlah dan jenis pakan yang digunakan juga mempengaruhi tingkat produksi budidaya perikanan (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Faktor ini berhubungan dengan kebutuhan nutrisi ikan atau udang sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhannya. Jumlah dan jenis pupuk juga mempengaruhi tingkat produksi (Haerani, 2004; Lindawati, 2005; Diyaniati, 2005). Pupuk ini berfungsi untuk menyediakan hara yang diperlukan untuk pertumbuhan pakan alami dan memperbaiki struktur tanah sehingga akan mempengruhi tingkat produksi. Obat-obatan pemberantas penyakit yang mempengaruhi tingkat poduksi (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Penggunaan obat-obatan yang aman dan tepat akan mencegah penurunan hasil produksi akibat serangan hama penyakit. Sebelum menganalisis faktor-faktor produksi yang akan mempengaruhi tingkat produksi maka diperlukan bentuk fungsi produksi. Banyak penelitian yang menggunakan model faktor produksi Cobb-Douglas sebagai model fungsinya (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Model ini mempunyai kelebihan yaitu setiap penyelesaian fungsi selalu dilogaritmakan dan diubah 11

26 bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, nilai variabel hasil analisis sekaligus menunjukan elastisitasnya. Hal ini membuat banyak peneliti yang menggunakan model fungsi Cobb-Douglas. Metode yang paling banyak digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan menguji signifikansi antara faktor-faktor yang ada adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Metode ini digunakan untuk model regresi dengan bentuk hubungan linier (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Haerani (2004) tentang analisis optimalisasi faktor produksi usaha budidaya ikan nila gift, menduga faktor produksi yang menpengaruhi tingkat produksi yaitu luas lahan (X1), benih (X2), pakan (X3), urea (X4), zeolit (X5), kapur (X6), dolomit (X7), dan tenaga kerja (X8). Selanjutnya dilakukan pemodelan fungsi dengan menggunakan model fungsi Cobb-Douglas yang diteruskan dengan melakukan analisis regresi metode Ordinary Least Square (OLS). Setelah dilakukan uji t, ternyata faktor X1, X5, X6, X7, dan X8 mempunyai t-hitung yang lebih kecil dari t-tabel. Oleh karena itu faktor ini kurang berpengaruh nyata, tetapi faktor-faktor ini cukup penting maka tetap dimasukan kedalam model. Meskipun demikian perbaikan model tetap harus dilakukan maka selain dilihat dari nilai t, dilihat pula dari nilai koefisien korelasi antar faktor. Hasilnya untuk faktor X5, X6, X7, dan X8 mempunyai nilai koefien korelasi yang tinggi sehingga faktor ini harus dikeluarkan dari model. Untuk faktor X1 dikeluarkan karena lahan yang diteliti merupakan lahan pribadi petani sehingga tidak ada biaya sewa. Selain itu sulit bagi petani untuk melakukan penambahan dan pengurangan luas petak lahan. Oleh karena itu setelah dilakukan perbaikan model maka faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah benih (X2), pakan (X3), dan urea (X4). Untuk analisis efisiensi produksi ternyata faktor produksi benih, pakan, dan urea memiliki rasio NPM dan BKM lebih dari satu. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi ini belum optimal sehingga perlu penambahan dalam penggunaannya. Lindawati (2005) tentang optimalisasi faktor produksi usaha budidaya ikan gurame pada kolam air deras, faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh 12

27 adalah luas kolam, benih, pakan, dan tenaga kerja. Dari faktor produksi ini dibuat model fungsi Cobb-Douglas yang selanjutnya dianalisis menggunakan regresi. Hasil analisis ternyata faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi adalah benih, pakan, dan tenaga kerja. Untuk luas lahan tidak dianggap faktor yang berpengaruh nyata meskipun mempunyai nilai yang positif karena mempunyai nilai regresi yang paling kecil. Hasil analisis efisiensi menunjukan bahwa pada kondisi aktual belum efisien karena penggunaan input belum optimal. Hal ini ditunjukan dari nilai rasio NPM dan BKM yang tidak sama dengan satu. Berdasarkan hasil perhitungan maka penggunaan faktor produksi benih harus dikurangi, sedangkan untuk pakan dan jam tenaga kerja harus ditambah sehingga perolehan keuntungan dapat ditingkatkan. Penelitian Diyaniati (2005) tentang analisis optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha pembesaran ikan gurame, diduga faktor-faktor produksi yang berpengaruh yaitu luas lahan, padat tebaran benih, pakan alami, pakan pelet, kotoran ayam, dan tenaga kerja. Setelah pendugaan dilakukan maka dibuat model fungsi produksi Cobb-Douglas yang selanjutnya akan dianalisis secara regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Setelah dianalisis secara regresi yang pertama maka dilakukan perbaikan model fungsi dengan menghilangkan salah satu faktor yang kurang berpengaruh nyata yaitu faktor produksi lahan. Hal ini disebabkan faktor produksi lahan di daerah penelitian sulit untuk dilakukan penambahan atau pengurangan maka secara parsial faktor lahan tidak berpengaruh secara nyata pada hasil produksi. Selanjutnya dilakukan pula analisis regresi yang kedua dengan menggunakan model yang sudah diperbaiki sebelumnya. Pada tahap ini faktor pakan alami dihilangkan karena mempunyai nilai t-hitung yang lebih kecil dari t- tabel dan mempunyai nilai korelasi tinggi dibandingkan dengan faktor produksi yang lain. Oleh karena itu faktor produksi yang berpengaruh nyata yaitu padat tebaran benih, pakan pelet, kotoran ayam, dan tenaga kerja. Hasil analisis efisiensi ekonomi rasio NPM dan BKM ternyata penggunaan faktor produksi belum efisien. Hal ini diperlihatkan dengan tidak adanya nilai rasio yang sama dengan satu. Faktor produksi benih dan pakan pelet 13

28 mengahasilkan nilai rasio NPM dan BKM lebih dari satu. Nilai ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi belum efisien. Oleh karena itu penggunaan faktor produksi benih dan pelet harus dilakukan penambahan agar mencapai tingkat yang optimal. Sedangkan untuk faktor produksi tenaga kerja mempunyai nilai rasio NPM dan BKM yang kurang dari satu. Nilai ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja melampaui batas optimal. Oleh karena itu untuk mencapai tingkat yang optimal maka penggunaan faktor produksi ini harus dikurangi. Untuk faktor produksi kotoran ayam mempunyai nilai rasio NPM dan BKM yang negatif hal ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi ini dapat mengurangi jumlah produksi. Berdasarkan pemaparan dari beberapa penelitian di atas tentang optimalisasi faktor produksi usaha budidaya perikanan maka persamaan penggunaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksinya yaitu luas lahan, tenaga kerja, padat atau jumlah tebaran benih, jumlah dan jenis pupuk, jumlah dan jenis pakan, dan pestisida atau obat-obatan pemberantas penyakit. Pada penelitian yang akan dilakukan mengenai analisis faktor-faktor produksi usaha budidaya udang galah di tiga kecamatan di Kabupaten Ciamis yaitu Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti, diduga faktor-faktor produksi yang akan mempengaruhi tingkat produksi bududaya udang galah yaitu luas lahan, tenaga kerja, benih, kapur, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk kandang, pakan buatan, pakan tambahan, obat-obatan, dan nutrisi. Pada pendugaan faktor produksi yang mempengaruhi produksi udang galah ini, ada penambahan faktor produksi yaitu nutrisi. Penambahan ini berdasarkan informasi yang didapatkan dari literatur-literatur teknik usaha budidaya udang galah. Jadi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada pendugaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi. Selain itu lingkup dan objek komoditas yang diteliti juga mempunyai perbedaan karena pada penelitian ini dilakukan juga analisis mengenai pendapatan usaha budidaya galah yang dilakukan oleh pembudidaya di daerah penelitian. 14

29 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Teknis Budidaya Udang Galah Sebelum melakukan usaha budidaya udang galah, perlu persiapan atau perencanaan terlebih dahulu. Pemilihan lokasi usaha sangat penting karena akan menunjang pada kelangsungan usaha yang dilakukan. Lokasi budidaya udang galah di usahakan dekat dengan sumber air, supaya air mengalir secara teratur. Berikut merupakan tahapan teknis usaha budidaya udang galah : 1. Persiapan Kolam Jenis tanah kolam yang baik untuk usaha budidaya udang galah yaitu tanah yang tidak berlumpur dan berpasir. Dasar kolam harus rata dan dibuat kemalir (caren) secara diagonal dari saluran pemasukan dan pembuangan air. Hal ini dilakukan supaya memudahkan dalam pemanenan. Selain itu air yang masuk ke kolam harus baik dan bebas dari hama atau predator. Oleh karena itu saluran pemasukan dan pembuangan air diusahakan menggunakan penyaring. Jika telah melakukan pemanenan, maka dilakukan pengeringan kolam selama kurang lebih 1 2 minggu, supaya terjadi proses mineralisasi bahan organik baik berupa sisa-sisa bahan organik yang ada di kolam dan membunuh hama, seperti benih-benih ikan liar yang merugikan kehidupan udang galah. Selain itu pengeringan kolam juga berfungsi untuk menguraikan senyawa sulfida dan senyawa beracun lainnya akibat dari proses perendaman selama musim tanam. Tanah dasar kolam jangan terlalu kering, cukup terlihat sudah retak-retak dan bila terinjak masih melesak. Pengeringan yang tidak sempurna akan memudahkan kolam tercermar setelah diisi oleh air. 2. Pengapuran dan pemupukan. Setelah kolam dikeringkan maka dilakukan pembajakan atau membalikan tanah kolam supaya mempercepat proses mineralisasi bahan organik dan melancarkan sirkulasi oksigen serta mengeluarkan gas-gas beracun. Lalu tanah dasar kolam di taburi dengan kapur kurang lebih 500 kg/ha. Penaburan kapur dilakukan untuk menetralkan keasaman kolam. Jika udang galah dipelihara 15

30 di kolam asam maka akan menghambat pertumbuhannya. Udang akan mengeluarkan lendir sebagai usaha untuk melindungi cangkangnya dari asam. Lapisan lendir itu bisa menghambat pertukaran gas dalam udang, akibatnya udang akan mati karena tidak mampu mengikat oksigen. Jika telah selesai melakukan pengapuran maka dilakukan pemupukan secara merata ke seluruh permukaan dasar kolam dengan menggunakan pupukorganik atau pupuk kandang kurang lebih 1000 kg/ha. Setelah itu kolam dialiri air dengan ketinggian 3-5cm, lalu dibiarkan menggenang selama 2-3 hari. Hal ini dilakukan supaya terjadi proses pembentukan pakan alami. Setelah penggenangan air, maka dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk non organik. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dan TSP. Pupuk urea merupakan sumber nitrogen, sedangkan pupuk TSP merupakan sumber fosfat. Maka penggunaan pupuk urea lebih sedikit daripada pupuk TSP.Dosis penggunaan pupuk urea sebanyak 25 kg/ha sedangkan pupuk TSP 100 kg/ha. 3. Penebaran Benih Benih udang yang baru datang tidak langsung di tebar, akan tetapi harus di aklimatisasi (penyesuaian) terlebih dahulu. Aklimitasi dilakukan untuk menekan jumlah kematian dan mengurangi tingkat stres benih. Ketika benih udang masih di dalam kantong oksigen, kantong tersebut dimasukan ke dalam air kolam lalu dibiarkan mengapung selama menit. Setelah itu udang ditebar secara perlahan-lahan ke dalam air kolam. Penggunaan benih udang sebanyak 5 7 ekor/m Pemeberian Pakan. Jenis pakan udang galah ada dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan pakan yang sudah terbentuk dengan sedirinya didalam kolam. Pakan alami tidak cukup untuk memberi makan udang galah, oleh karena itu diperlukan pakan tambahan berupa pakan buatan. Terkadang pembudidaya udang galah ada yang memberikan pakan tambahan lainnya seperti kelapa, singkong, dan siput. Pemberiaan pakan tambahan ini tidak dilakukan secara rutin 16

31 Pemberian pakan pada udang galah harus merata. Hal ini dapat menghindari adanya kompetisi dalam memperoleh makanan. Apabila kompetisi dapat dikurangi maka akan mengurangi pula sifat kanibal udang. Kompetisi udang galah dalam mecari makan dapat dilihat dari keseragaman ukuran udang. Frekuensi pemberian pakan pada udang galah dilakukan sebanyak 3-4 kali per hari. Jumlah pakan yang diberikan akan meningkat setiap bulannya. Waktu pemberian pakan yang baik pada malam hari karena udang mempunyai sifat mencari makan pada malam hari. 5. Penggantian Air Kolam dan Pemanenan Sisa-sisa pemberian pakan yang berlebih akan mengendap di dasar kolam, sehingga kolam menjadi kotor dan rentan terhadap penyakit bagi udang. Oleh karena itu harus dilakukan pengurasan atau penggantian air kolam setiap bulannya. Air kolam tidak semuanya diganti, akan tetapi disisakan kurang lebih satu per empat air kolam. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi udang galah agar bisa berganti kulit atau molting. Panen dilakukan setelah masa pemeliharaan udang kurang lebih 4-5 bulan dengan ukuran 30 ekor/kg. Akan tetapi di lapangan akan sulit ditemukan ukuran udang yang seragam. Panen sebaiknya dilakukan pada malam hari atau pagi hari sehingga udang tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah ditangkap udang sebaiknya langsung dikemas atau dimasukan kedalam pendingin atau freezer, agar daging udang tidak cepat busuk Fungsi Produksi Faktor keberhasilan suatu kegitan produksi tidak akan terlepas dari faktor ketersediaan bahan baku secara kontinu dalam jumlah yang tepat. Untuk mencapai produksi atau output yang optimal maka akan sangat dipengaruhi oleh inputnya. Untuk melihat hubungan antara input dan output suatu kegiatan produksi, maka diperlukan sebuah bentuk fungsi produksi. Menurut Nicholson (2004), fungsi produksi merupakan hubungan matematis antara input dan output. Sedangkan menurut Soekartawi et al (1986), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan dan produksi. 17

32 Input produksi merupakan syarat mutlak dalam sebuah proses produksi. Input produksi terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen. Ketiga input produksi selain manajemen merupakan syarat mutlak dalam suatu proses produksi. Tanah merupakan input atau faktor produksi yang penting karena menjadi tempat berlangsungnya suatu usaha. Faktor produksi ini terdiri dari faktor alam lainnya seperti air, udara, sinar matahari, kimia tanah, temperatur, dan lainnya (Daniel 2002). Semua faktor ini akan menentukan keputusan pada hasil produksi yang diharapkan. Faktor produksi tenaga kerja merupakan pelaku yang menjalankan proses proses produksi. Jumlah tenaga kerja dan curahan waktu yang diberikan pada suatu proses produksi akan mempengaruhi output produksi yang dihasilkan. Bukan hanya itu tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi teknologi untuk medapatkan komoditas yang mempunyai nilai jual tinggi (Rahim dan Hastuti 2008). Modal merupakan setiap hasil atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya (Daniel 2002). Dalam proses produksi modal dapat dibagi menjadi dua yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap merupakan modal yang tidak habis sekali pakai, tetapi bisa berkali-kali pemakaian dalam jangka waktu lama. Contohnya seperti mesin pabrik, bangunan, tanah, peralatan, dan sebagainya. Biaya modal tetap dihitung dari nilai penyusutannya. Sedangkan modal variabel merupakan modal yang habis sekali pakai, contohnya penggunaan pupuk, benih, pakan, dan sebagainya. Biaya modal variabel merupakan biaya riil yang dikeluarkan untuk membelinya. Faktor produksi manajemen merupakan faktor produksi yang tidak mutlak harus ada dalam proses produksi. Faktor produksi ini berkaitan dengan kemampuan seorang pengelola dalam mengelola atau mengorganisasi usaha yang dijalankan. Tolak ukur keberhasilan dalam pengelolaan suatu usaha yaitu adanya peningkatan produktivitas usaha. Untuk menghasilkan produksi yang bagus, petani biasanya mengetahui jumlah input produksi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. 18

33 Pendugaan atau pengetahuan sebagian besar berasal dari pengalaman sebelumnya. Akan tetapi mungkin akan lebih sulit jika masukan produksinya berupa hal yang diluar kendali petani seperti iklim, penyakit, dan lain-lain. Jika diketahui bentuk fungsi produksi, lalu memanfaatkan informasi harga dan biaya yang dikorbankan maka kita bisa menentukan kombinasi masukan input untuk menghasilkan output yang terbaik. Namun hal itu sulit dilakukan karena informasi yang diperoleh dari analisis fungsi produksi itu tidak sempurna. Hal ini disebabkan, (1) adanya ketidaktentuan mengenai cuaca, hama, dan penyakit tanaman. (2) data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak benar. (3) pendugaan fungsi produksi hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan. (4) data harga dan biaya yang dikorbankan (opportunity cost) mungkin tidak dapat diketahui secara pasti. (5) setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat khusus. Meskipun para petani atau petambak kurang menguasai keadaan iklim, penyakit, kualitas air, akan tetapi selayaknya membuat keputusan, seperti tanaman apa yang akan ditanam, jenis ikan apa yang akan dibudidayakan, berapa luas lahan yang akan digunakan, dan sebagainya. Menurut Soekartawi et al (1986), fungsi produksi mempunyai notasi sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3,..Xn) (3.1) dimana Y = Output f = Bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor produksi dengan hasil produksi X1, X2,.Xn = Input-input yang digunakan Berdasarkan fungsi di atas maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya Y (produksi) ditentukan peranan X1, X2, X3,.Xn, dan faktor-faktor lain yang tidak terdapat pada persamaan. Perlu diperhitungkan juga bahwa besar kecilya 19

34 produksi dipengaruhi oleh kondisi setempat mengingat sifat pertanian yang adaptasinya tergantung pada kondisi setempat (local spesific). Hubungan antara masukan X dan Y produksi berlaku hukum kenaikan yang berkurang (The law of diminishing return). Artinya bahwa setiap tambahan unit masukan pada saat tertentu akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi semakin kecil dibanding dengan masukan tersebut (Gambar 1). Y Y=f (X 1 ) X 0 Gambar 1. Bentuk fungsi produksi dengan satu variabel Y=f (X1) Sumber : Soekartawi et al (1986) Menurut Soekartawi (2002), bahwa dalam mengukur produktivitas suatu produksi didasarkan pada dua tolak ukur yaitu Produk Marginal (PM) dan Produk Rata-Rata (PR). Produk marginal adalah tambahan satu-satuan input X yang akan menyebabkan tambahan atau pengurangan satu-satuan output Y. Sedangkan produk rata-rata adalah perbandingan antara produk total per jumlah input. Bisa dirumuskan sebagai berikut : PM = (3.2) PR = (3.3) Ada tiga kondisi hubungan antara Y dan X yaitu, (1) Jika penambahan jumlah input X mengakibatkan penambahan jumlah output Y secara proposional disebut produk marginal konstan. (2) Jika penambahan jumlah input X mengakibatkan pengurangan jumlah output Y disebut produktivitas yang menurun (decreasing productivity). Kondisi ini sering terjadi pada aktivitas usaha pertanian. Misalnya, penambahan pupuk urea yang terus menerus akan 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembesaran ikan nila Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini bukan asli perairan Indonesia,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI Tingkat efisiensi ekonomi dari faktor-faktor produksi dapat dilihat dari besarnya rasio Nilai Produk Marjinal (NPM)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi Volume 17, Nomor 2, Hal. 01-08 Januari Juni 2015 ISSN:0852-8349 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI Ardhiyan Saputra Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BUDIDAYA TAMBAK BANDENG DI UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TESIS

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BUDIDAYA TAMBAK BANDENG DI UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TESIS ANALISIS KEUNTUNGAN DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BUDIDAYA TAMBAK BANDENG DI UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TESIS Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperolah derajat S2 Magister

Lebih terperinci

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah ROZFAULINA. ' Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting, kasus Tiga Desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI). Salah satu tanaman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Petani Pendapatan yang diterima seorang petani dalam satu musim/satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang petani yang mengusahakan

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN David Hismanta Depari *), Salmiah **) dan Sinar Indra Kesuma **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali Sutini NIM K.5404064 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI (Kasus: Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat) OLEH:

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A14103125 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesisir LIPI (2007), menyatakan daerah pesisir adalah jalur tanah darat atau kering yang berdampingan dengan laut, di mana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM TRIONO HERMANSYAH NPM. 0710 4830 0671 ABSTRAK Berbedanya kemampuan petani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Perikanan Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H14053975 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Oleh : Hamdani

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci