ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM
|
|
- Agus Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM TRIONO HERMANSYAH NPM ABSTRAK Berbedanya kemampuan petani untuk mengalokasikan faktor produksi yang dimilikinya sehingga pada akhirnya berpengaruh pada produksi dan pendapatan maka dirasa perlu untuk mengetahui lebih jauh tentang perbedaan pendapatan usaha tani kelapa sawit yang menerapkan pemeliharaan secara intensif dan nonintensif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bukit Harapan Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari, dari tanggal 1 Juni sampai dengan 30 Juni 013. Data data yang diperoleh ditabulasi dan diambil nilai rata rata pada masing masing komponen yang dihitung, kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu menggambarkan pengalokasian usaha tani dalam berusaha tani kelapa sawit dalam satu tahun proses produksi. Untuk melihat seberapa besar sumbangan tiap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, maka analisa yang digunakan adalah uji statistik regresi linear berganda.hasil penelitian menunjukan pendapatan petani kelapa sawit dengan pola intensif dan petani kelapa sawit dengan pola non intensif ada perbedaan yang signifikan. Secara parsial hanya hanya variabel tenaga kerja, jumlah pohon,dan pupuk yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif. Sedangkan pada petani dengan pola non intensif, variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi hanya pada variabel tenaga kerja dan pupuk. Keywords : petani kelapa sawit, pola intensif, non intensif PENDAHULUAN Sektor pertanian harus diakui sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Kekayaan sumber daya alam yang belum terkelola secara optimal dan banyaknya penduduk Indonesia yang menggantungkan mata pencahariannya pada sektor pertanian, menjadikan sektor ini sangat perlu ditangani secara serius ( Manuwoto, 010 ). Memasuki millennium ketiga, komoditas kelapa sawit masih tetap jadi komoditas perkebunan yang penting dan menjanjikan, mengingat hasilnya (minyak kelapa sawit dan inti sawit) merupakan bahan baku sistem sekaligus komoditas ekspor yang sangat penting karena kemanfaatannya yang sangat luas (Setyamidjaja, 006). Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan sub sektor perkebunan khususnya komoditi kelapa sawit telah memilki suatu kebijakan dengan menitikberatkan pada perkembangan pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat). Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang penting di propinsi Jambi, dimana tanaman kelapa sawit ini memiliki arti dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat, karena tanaman kelapa sawit ini menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan sebagian penduduk ( Anonim, 005). Di Kabupaten Batang Hari sampai tahun 010 pembangunan lebih diprioritaskan kepada sektor pertanian. Pembangunan sub sektor perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani, terciptanya pertanian yang maju, efisien, meningkatkan sumber daya manusia, berkembangnya kelembagaan petani yang tangguh serta semakin terkait antara sub sektor dan terbentuknya jaringan kegiatan agribisnis yang produktif (Anonim, 011). Di Kabupeten Batang Hari tanaman kelapa sawit masih menjadi komoditi unggulan dan menonjol diantara komoditi lain pada subsektor perkebunan. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Komoditi kelapa
2 sawit memilki produksi tertinggi dan selalu mengalami peningkatan setiap tahun dibandingkan komoditi lain di Kabupaten Batang Hari. Tanaman kelapa sawit ini menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan sebagian penduduk. Luas areal tanaman kelapa sawit di Kabupaten Batang Hari pada tahun 01 tercatat 77,748. Ha, yang terdiri dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seluas 18,819.8 Ha, Tanaman Menghasilkan (TM) seluas 56, Ha, Tanaman Tua atau Tanaman Rusak,64 Ha. Kecamatan Mersam termasuk salah satu wilayah yang memiliki produksi tertinggi setelah Bajubang yaitu sebanyak 39,753 Ton. Desa Bukit Harapan memiliki areal terluas yaitu hektar dan produksi sebanyak 609 ton per tahun, yang merupakan produksi tertinggi diantara desa/kelurahan lain di Kecamatan Mersam. Tanaman kelapa sawit sangat diminati masyarakat di desa Bukit Harapan dengan alasan tingkat pendapatan yang lebih baik dibandingkan usaha tani lain.hal ini terbukti secara empiris dengan adanya penanaman kelapa sawit di lahan pekarangan para petani. Pendapatan yang lebih baik dapat dilihat dari dampak pemeliharaan petani terhadap tanaman kelapa sawit yang dilakukan secara intensif. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bukit Harapan Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari dari tanggal 1 Juni sampai dengan 30 Juni 013 daerah ini dipilih sebagai lokasi penelitian atas dasar dengan pertimbangan, Desa Bukit Harapan adalah salah satu desa yang memiliki produksi kelapa sawit tertinggi di Kecamatan Mersam. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani yang memilki kebun kelapa sawit di daerah penelitian. Metode Pengumplan Data Data yang dikumpulkan bersumber dari data primer dan data skunder. Data dihimpun dari petani dengan metode wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan. Sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai lembaga atau instansi terkait dalam bentuk laporan, hasil penelitian serta literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Metode Penarikan Sampel Pemilihan petani sampel dilakukan secara acak bertingkat (stratified random sampling), yaitu sebesar 10 % dari populasi petani dengan pola intensif sebanyak 396 KK (Kepala Keluarga dan 10 % dari populasi petani dengan pola non intensif sebanyak 108 KK. Sehingga sampel yang dijadikan responden sebanyak 51 orang (40 orang petani dengan pola intensif dan 11 orang petani dengan pola non intensif). Analisis Data Data-data yang diperoleh ditabulasi dan diambil nilai rata-rata pada masingmasing komponen yang dihitung, kemudian dianalisis secara deskriptif yaitu menggambarkan pengalokasian usaha tani dalam berusaha tani kelapa sawit dalam satu tahun proses produksi. Perhitungan yang dipakai adalah sebagai berikut : 1. Penerimaan adalah produksi dikalikan harga jual, dihitung dengan pendekatan rumus : Yi = Xi. Hi Dimana : Yi = Penerimaan usaha tani kelapa sawit ( Rp ) Xi = Produksi ( Kg ) Hi = Harga ( Rp/Kg ).Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya produksi Li = Yi TC Dimana : Li = Pendapatan usaha tani kelapa sawit (Rp) Yi = Penerimaan (Rp) TC = Total biaya produksi (Rp) 3.Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada skala produksi, terdiri dari biaya penyusutan alat tahan lama yang dihitung dengan pendekatan rumus : Penyusutan = nilai baru nilai sisa x lama pemakaian Jangka usia ekonomi 4.Biaya variable (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung pada skala
3 produksi terdiri dari biaya pupuk, herbisida, upah tenaga kerja yang dihitung dalam rupiah. Untuk melihat seberapa besar sumbangan tiap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, maka analisa yang digunakan adalah uji statistik regresi linear berganda : Y = a + b 1 X 1 + b X + b 3 X 3 +b 4 X 4 + µ Yang dinyatakan kedalam bentuk logaritma : log Y = α + β 1 log x 1 + β log x + β 3 log x β 4 log x 4 + µ Dimana : Y = Jumlah produksi ( ton / ha ) X 1 = Tenaga Kerja ( HKSP ) X = Jumlah Pohon ( Batang ) X 3 = pupuk ( Kg ) X 4 = Herbisida ( Liter ) a = Konstanta b 1, b, b 3 = Koefisien regresi HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Umur Petani Umur petani dapat mempengaruhi fisik dan respon petani terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Petani berumur relatif lebih muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan petani yang berusia tua. Namun petani yang berusia lebih tua akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan ataupun dalam menerima teknologi baru (Soekartawi, 1986). Frekuensi atau persentase umur tertinggi berada pada selang kelompok umur tahun yaitu sebanyak 13 orang kepala keluarga atau 3,5 % dari jumlah sampel petani intensif. Sedangkan pada petani nonintensif frekuensi atau persentase umur tertinggi berada pada selang kelompok umur 57 6 dan tahun yaitu masing masing sebanyak 3 orang kepala keluarga atau 7,7 % dari jumlah petani sampel. Kelompok umur yang terendah berada pada kelompok 3 9 dan yaitu masingmasing 1 orang KK (kepala keluarga) atau,5 % dari jumla sampel petani intensif Sedangkan pada petani nonintensif kelompok umur terendah berada pada kelompok µ = Kesalahan pengganggu pada persamaan linear Untuk melihat apakah ada perbedaan pendapatan, antara petani dengan pola intensif dan nonintensif maka analisa yang digunakan adalah uji beda rata rata : x1 x Z = s1 s n n 1 di mana: = rata-rata sampel pertama; x 1 x s 1 s n 1 n = rata-rata sampel kedua; = varians sampel pertama; = varians sampel kedua; = jumlah sampel pertama; = jumlah sampel kedua. tahun yaitu sebanyak 1 orang kepala keluarga atau 9,1 % dari jumlah petani sampel. Pendidikan Petani Sampel Soeharjo dan Patong dalam Firdaus (011), menyatakan semakin tinggi-tingkat pendidikan seseorang, maka semakin efisien dan efektif dalam melakukan usaha tani. Pendidikan formal petani pada umumnya adalah tingkat SD yaitu sebanyak 19 orang kepala keluarga atau 47,5 % dari jumlah sampel petani intensif, Sedangkan pada petani nonintensif sebanyak 6 orang kepala keluarga atau 54,54 % dari jumlah petani sampel. Jumlah Anggota Keluarga Besarnya jumlah anggota keluarga yang berhubungan dengan tanggung jawab petani dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Dari hasil penelitian jumlah anggota keluarga bervariasi antara 1 6 orang dan rata-rata 3 orang. Sebesar 50 % dari jumlah sampel petani intensif dan 54,54 % pada petani nonintensif, yaitu masing-masing mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 3 4 orang yang merupakan kelompok terbesar. Petani yang mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 5 6 sebesar 7,5 % dan
4 merupakan kelompok terkecil dari jumlah sampe petani intensif. Sedangkan pada petani nonintensif jumlah anggota kelurga terkecil sebesar 45,46 % yaitu sebanyak 1 orang. Hernanto (1996), menyatakan petani yang mempunyai tanggungan keluarga besar akan berusaha semaksimal mungkin dalam melaksanakan usaha taninya. Pengalaman Berusaha Tani Pengalaman Petani berpengaruh terhadap keterampilan petani dalam mengelola usaha taninya Biasanya petani yang telah berpengalaman dalam usaha tanimya akan terlihat lebih terampil mengelola usaha tani di bandingkan dengan petani yang masih kurang pengalaman di bidang usaha tani ini. Berdasarkan hasil penelitian, pengalaman usaha tani petani responden berkisar antara 5 0 tahun. Pengalaman bertani yang terbesar berada pada selang tahun, sebanyak 31 KK atau 77,5 % pada petani dengan pola intensif dan pada petani non intensif sebanyak 10 KK atau 90,9 % dari jumlah petani responden. Sedangkan yang terendah berada pada selang 1 5 tahun, pada petani intensif yaitu sebanyak KK atau 5 % dari jumlah petani responden dan pada petani non intensif berada pada selang 6 10 tahun, yaitu sebanyak 1 KK atau 9,1 % dari jumlah petani responden. Jumlah Tegakan / Pohon Jumlah tegakan/pohon kelapa sawit yang dipanen oleh petani di lokasi praktek lapang dalam luas lahan hektar berkisar antara pohon. Jumlah pohon kelapa sawit terbanyak yang dimiliki petani dalam luas hektar terdapat pada kisaran yaitu sebanyak 18 orang atau 45% dari jumlah sampel petani intensif dan 4 orang pada petani nonintensif atau 36,37% dari jumlah petani sampel. Penggunaan Biaya Faktor Produksi Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja disini bervariasi yaitu berkisar diatas 1 > 8 juta rupiah per tahun. Pencurahan biaya tenaga kerja yang terbesar berada pada selang 7 - > 8 juta, yaitu sebanyak 3 KK atau 57,5% dari sampel petani dengan pola intensif dan pada petani non intensif berada pada selang 3 - > 4 juta, yaitu sebanyak 7 KK atau 63,64% dari jumlah petani responden. Sedangkan biaya pencurahan tenaga kerja yang terendah berada pada selang 3 - > 4 juta, pada petani intensif yaitu sebanyak 1 KK atau,5% dari jumlah petani responden dan pada petani non intensif berada pada selang 1 - > juta dan 5 - > 6 juta, yaitu masing masing sebanyak 1 KK atau 18,18% dari jumlah petani responden. Biaya Penggunaan Pupuk dan Herbisida Penggunaan pupuk terbagi menjadi dua jenis yaitu pupuk anorganik dan organik, kemudian ada juga sebagian dari petani responden yang menggunakan herbisida. Adapun penggunaan biaya saprodi tersebut sangatlah bervariasi yaitu berkisar antara 1 - > 11 juta. Biaya penggunaan pupuk dan herbisida yang terbesar berada pada selang 3 - > 4 juta dan 5 - > 6 juta, yaitu masing-masing sebanyak 14 KK atau 14% dari sampel petani dengan pola intensif sedangkan pada petani non intensif 100% berada pada selang 1 - > juta atau sebanyak 11 KK. Sedangkan biaya terendah pada petani dengan pola intensif berada pada selang > 11 juta, atau,5 % dari petani responden. Penyusutan Alat Tahan Lama Penyusutan alat tahan lama tidak dialami oleh semua petani karena bagi petani yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, maka semua peralatan ditanggung atau dibebankan pada pekerja. Sedangkan bagi petani yang mencurahkan tenaga kerja dari dalam keluarga, biaya penyusutan alat tahan lama dapat dillihat pada lampiran 13 dan 14. Produksi Produksi usaha tani kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh factor iklim dan kegiatan dalam usaha tani. Tingkat Produksi setiap petani sangat bervariasi, hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan tingkat penerimaan dan akhirnya perbedaan tingkat pendapatan. Produksi tertinggi berada pada kisaran ton, yaitu sebanyak 19 KK atau 47,5% dari sampel petani dengan pola
5 intensif sedangkan pada petani non intensif berada pada kisaran 31-35, yaitu sebanyak 5 KK atau 45,45% dari petani reponden Sedangkan produksi terendah pada petani dengan pola intensif berada pada kisaran > 50 ton,yaitu sebanyak 1 KK atau,5% dari petani responden. Kemudian pada petani non intensif produksi terendah berada pada kisaran 1 5 yaitu sebanyak KK atau 18,19 dari jumlah petani responden. Penerimaan Penerimaan usaha tani kelapa sawit petani responden bervariasi mulai dari 10 juta di atas 70 juta per tahun. Penerimaan tertinggi berada pada kisaran 50 > 60 juta yaitu sebanyak 3 KK atau 80% dari sampel petani dengan pola intensif sedangkan pada petani non intensif berada pada kisaran 30 - > 40 juta, yaitu sebanyak 9 KK atau 81,81% dari jumlah petani reponden. Sedangkan penerimaan terendah pada petani dengan pola intensif berada pada kisaran 30 - > 40 juta,yaitu sebanyak KK atau 5 % dari jumlah petani responden. Kemudian pada petani non intensif penerimaan terendah berada pada kisaran 50 - > 60 juta yaitu sebanyak KK atau 18,19% dari jumlah petani responden. Biaya Total Biaya total terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya penggunaan pupuk dan herbisida dan biaya penyusutan alat tahan lama. Biaya total tertinggi berada pada kisaran 10 > 1 juta, yaitu sebanyak 16 KK atau 40 % dari sampel petani dengan pola intensif sedangkan pada petani non intensif berada pada kisaran 4 - > 6 juta, yaitu sebanyak 9 KK atau 81,81% dari jumlah petani reponden. Sedangkan biaya total terendah pada petani dengan pola intensif berada pada kisaran > 19 juta, yaitu sebanyak 1 KK atau,5% dari jumlah petani responden. Kemudian pada petani non intensif biaya total terendah berada pada kisaran 1 - > 3 juta yaitu sebanyak KK atau 18,19% dari jumlah petani responden. Pendapatan Pendapatan tertinggi berada pada kisaran 50 > 60 juta, yaitu sebanyak KK atau 55% dari sampel petani dengan pola intensif sedangkan pada petani non intensif berada pada kisaran 30 - > 40 juta, yaitu sebanyak 9 KK atau 81,81% dari jumlah petani reponden. Pendapatan terendah pad petani dengan pola intensif berada pada kisaran 30 - > 40 juta, yaitu sebanyak 18 KK atau 45% dari jumlah petani responden. Kemudian pada petani non intensif pendapatan terendah berada pada kisaran 10 - > 0 juta yaitu sebanyak KK atau 18,19% dari jumlah petani responden. Analisis Faktor Produksi pada Usaha Tani Kelapa Sawit dengan Pola Intensif Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit di daerah penelitian, maka digunaka model regresi Cobb-Douglas dengan menggunakan data tranformasi logaritma natural, dengan persamaan matematis sebagai berikut : Log Y = - 0,970 +0,37log X 1 +0,37log X + 0,753log X 3 + 0,109log X4 + 0,009log X5 + ε Dimana : Y= Produksi atau hasil nyata yang dihasilkan petani (Kg) X 1 = Tenaga kerja (HKSP) = Jumlah pohon (Btg) X X 3 X 4 = Jumlah pemakaian pupuk (Kg) = Jumlah pemakaian herbisida (Ltr) Produksi merupakan fungsi produksi dari faktor produksi. Dalam meningkatkan faktor produksi, maka harus diperhatikan faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama. Analisis sidik ragam fungsi produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Tabel 18 Analisis Sidik Ragam Fungsi Produksi Kelapa Sawit dengan Pola Intensif di Desa Bukit Harapan Tahun 013 F-Hitung Signifikan R 5,768 0,001 a 0,397 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 013
6 Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Dari Tabel 18 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar lebih besar dari F tabel α 5% =,65. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (uji F) variabel bebas yang terdiri tenaga kerja, jumlah pohon, pupuk dan herbisida mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian. Selanjutnya untuk melihat nilai estimasi fungsi produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. Tabel 19 Estimasi Fungsi Produksi Kelapa Sawit dengan Pola Intensif di Desa Bukit Harapan Tahun 013 Taraf Koefesien Variabel Bebas Standard Error T-Hitung Signifikan Regresi Intercept -o,970 0,700-1,384 0,175 Tenaga Kerja 0,37 0,094,508 0,017 Jumlah Pohon 0,753 0,74,753 0,009 Jumlah Pupuk 0,109 0,044,506 0,017 Jumlah Herbisida 0,009 0,05 0,359 0,7 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 013 Bahwa untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, maka diteruskan dengan uji t terhadap koofesien variabel bebas. Dari Tabel 19 di atas menunjukan bahwa hanya variabel tenaga kerja, jumlah pohon dan penggunaan pupuk yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, hal ini terlihat dari t hitung masing-masing variabel yaitu,508 dan,753 serta,506 lebih besar dari t tabel α 0,05 = 1,960. Berarti bahwa penggunaan tenaga kerja, pengunaan jumlah pohon dan penggunaan jumlah pupuk mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian. Sedangkan penggunaan herbisida tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, terlihat dari t hitung variabel 0,359 lebih kecil dari t tabel α 0,05 = 1,960, berarti bahwa penggunaan herbisida tidak mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian pada tingkat keyakinan 95%. Analisis Faktor Produksi pada Usaha Tani Kelapa Sawit dengan Pola Non Intensif Analisis sidik ragam fungsi produksi kelapa sawit dengan pola nonintensif di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 0 berikut. Tabel 0 Analisis Sidik Ragam Fungsi Produksi Kelapa Sawit dengan Pola Non Intensif di Desa Bukit Harapan Tahun 013 F-Hitung Signifikan R ,010 a 0,857 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 013. Dari Tabel 19 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 8,990 lebih besar dari F tabel α 5% = 4,53. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama (uji F) variabel bebas yang terdiri tenaga kerja, jumlah pohon, pupuk dan herbisida mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian.
7 Selanjutnya untuk melihat nilai estimasi fungsi produksi kelapa sawit dengan pola non intensif di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Estimasi Fungsi Produksi Kelapa Sawit dengan Pola NonIntensif di Desa Bukit Harapan Tahun 013 Variabel Bebas Koefesien Regresi Standard Error T-Hitung Taraf Signifikan Intercept -0,977 1,74-0,767 0,47 Tenaga Kerja 0,69 0,180 3,838 0,009 Jumlah Pohon -0,06 0,390-0,59 0,616 Jumlah Pupuk 0,664 0,80,373 0,055 Jumlah Herbisida 0,115 0,079 1,457 0,195 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 013 Bahwa untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, maka diteruskan dengan uji t terhadap koofesien variabel bebas. Dari Tabel di atas menunjukan bahwa hanya variabel tenaga kerja, dan penggunaan pupuk yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif di daerah penelitian, hal ini terlihat dari t hitung masing masing variabel yaitu 3,838 dan,373 lebih besar dari t tabel α 0,05 =,8. Berarti bahwa penggunaan tenaga kerja, dan penggunaan jumlah pupuk mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit dengan pola nonintensif di daerah penelitian. Sedangkan jumlah pohon dan penggunaan jumlah herbisida tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola non intensif di daerah penelitian, terlihat dari t hitung variabel masing masng 0,59 dan 1,457 lebih kecil dari t tabel α 0,05 =,8 berarti bahwa jumlah pohon dan penggunaan herbisida tidak mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit dengan pola non intensif di daerah penelitian pada tingkat keyakinan 95 %. Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Tani Kelapa Sawit dengan Pola Intensif dan Non Intensif Dalam penelitian dihipotesiskan bahwa ada perbedaan pendapatan antara petani kelapa sawit dengan pola intensif dan petani kelapa sawit dengan pola non intensif. Untuk melihat apakah ada perbedaan pendapatan petani di daerah penelitian maka digunakan rumus uji beda rata rata ( lampiran 5). Dari rumus tersebut di peroleh Z hitung sebesar 4,98 dan nilai Z tabel pada α 0,05 = 1,96. Dengan demikian, maka Z hitung lebih besar dari Z tabel berarti, tolak Ho, yaitu artinya ada perbedaan antara pendapatan petani kelapa sawit pola intensif dengan petani kelapa sawit pola non intensif. KESIMPULAN Tingkat pendapatan rata-rata usaha tani kelapa sawit dengan pola intensif sebesar Rp / tahun atau Rp / bulan, Sedangkan pada usaha tani dengan pola non intensif sebesar Rp / tahun atau Rp / bulan (lampiran 1 dan ). Secara keseluruhan variable tenaga kerja, jumlah pohon, pupuk dan herbisida memberikan pengaruh yang positif terhadap produksi kelapa sawit baik dengan pola intensif maupun pola non intensif, terlihat dari nilai F hitung 5,768 > F table,65 pada petani dengan pola intensif dan untuk petani non intensif F hitung 8,990 > F table 4,53. Secara parsial hanya hanya variable tenaga kerja, jumlah pohon,dan pupuk yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi kelapa sawit dengan pola intensif. Sedangkan pada petani dengan pola non intensif, variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi hanya pada variabel tenaga kerja dan pupuk. Ditinjau dari segi perbedaan, pendapatan petani kelapa sawit dengan pola
8 intensif dan petani kelapa sawit dengan pola non intensif ada perbedaan yang signifikan. DAFTAR PUSTAKA Adiwilaga Anwas, 000. Ilmu Usaha Tani. Alumni : Bandung. Anonim, 011. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Kabupaten Batang Hari tahun 011 : Muara Bulian. Anonim, 011. Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus KUD Desa Bukit Harapan Tahun Buku 011 : Muara Bulian. Firdaus Jenatul, 011. Analisa Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari. Skripsi tidak dipublikasikan : STIP Muara Bulian. Hanafie Rita, 010. Pengantar Ekonomi Pertanian, Andi Yogyakarta : Yogyakarta. Hernanto.F, Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya : Jakarta. Manuwoto Syafrida, 010. Pendidikan Tinggi Pertanian Dalam Pembangunan Bangsa, IPB Press : Bogor. Muhklianis, 010. Analisa Pendapatan Peternak Kambing Yang dipelihara Secara Intensif di Desa Tebing Tinggi Kecamatan Maro Sebo Ulu, Skripsi Tidak dipublikasikan : STIP Muara Buian. Saharuddin, 005..Analisis Efisiensi Ekonomis Usaha Tani Kelapa Sawit di Kecamatan Mersam Kabupaten Batang Hari. Skripsi tidak dipublikasikan: STIP Muara Bulian. Setyamidjaja Djoehana 006. Budi Daya Kelapa Sawit, Kanisius : Yogyakarta Soeharjo,A. dan D. Patong. Sendi Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Ilmu Pertanian : Bogor Soekartawi, Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil, UI Press : Jakarta. Suratiyah Ken, 011. Ilmu Usaha Tani, Penebar Swadaya : Jakarta.
ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.
ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi
Lebih terperinciANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI
ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANDRI JUSTIANUS SIMATUPANG NPM ABSTRAK Mentimun merupakan sayuran yang banyak digemari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI MAMAN SUKARMAN NPM. 0910483020987 ABSTRAK Data statistik perkebunan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU
30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani
Lebih terperinciANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)
Zakwan ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, Medan ABSTRAK
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.
ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT
ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING POTATO FARMING INCOME IN BENER MERIAH DISTRICT PROVINCE OF ACEH
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH
ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus pada Kelompoktani Bumi Luhur Desa Indrajaya Kecamatan Salem Kabupaten Brebes) Oleh: Carkini 1), Dini Rochdiani
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan untuk mengggambarkan sifat sesuatu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciSTRATA PENGUASAAN LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SERTA HUBUNGANNYA DENGAN ALOKASI WAKTU KERJA DI LUAR USAHATANI
STRATA PENGUASAAN LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH SERTA HUBUNGANNYA DENGAN ALOKASI WAKTU KERJA DI LUAR USAHATANI (Kasus : Desa Pulau Birandang Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar) Oleh, Dedi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Merode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang
Lebih terperinciSURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013
EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN PASIR DESA KERTOJAYAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Diah Setyorini, Uswatun Hasanah dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik
Lebih terperinci226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN
226 ANALISIS USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA HAMPALIT KECAMATAN KATINGAN HILIR KABUPATEN KATINGAN (Analysis of oil palm farming in Hampalit Village, Katingan Hilir Sub district, Katingan District) Asro
Lebih terperinciANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI
ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
Lebih terperinciSURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI KUBIS (Brassica oleracea) DI DESA SUKOMAKMUR KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG Rini Utami Sari, Istiko Agus Wicaksono dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi
ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Ridwan Lutfiadi ABSTRACT Bekasi area is quite appropriate for the development of fruit and plantation
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya
I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada
Lebih terperinciSOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN
PENGELOLAAN PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING DI KELURAHAN SETERIO KECAMATAN BANYUASIN III KABUPATEN BANYUASIN Rafeah Abubakar 1, Harniatun Iswarini 1, Meliana Sari 2 1 Dosen Agribisnis,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek
III. METODE PENELITIAN Metode ialah sebuah cara atau jalan, dimana metode menyangkut cara kerja ataupun memahami objek yang menjadi sasaran ilmu. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan
37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)
ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian
Lebih terperinciPENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN
PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN David Hismanta Depari *), Salmiah **) dan Sinar Indra Kesuma **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO Kiki Diantoro 1, M. Sunarsih 2, Djoko Soejono 3 1) Alumni Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciEFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO
J. Agroland 17 (3) :233-240, Desember 2010 ISSN : 0854 641 EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO Production Factor Efficiency and Income
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang berpusat pada pemecahan masalah masalah
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa
Lebih terperinciANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak
ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Oleh: Erwin Krisnandi 1, Soetoro 2, Mochamad Ramdan 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak awal pembangunan peranan sektor pertanian dalam pembangunan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal pembangunan peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi
Volume 17, Nomor 2, Hal. 01-08 Januari Juni 2015 ISSN:0852-8349 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI Ardhiyan Saputra Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada 11 Maret 2015 sampai 11 Mei 2015. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Kabupaten Karanganyar. Pemilihan
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH Jones T. Simatupang Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia
Lebih terperinciKata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.
Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jeruk Pada Desa Gunung Bau Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Nama : Anak Agung Irfan Alitawan NIM : 1306105136 Abstrak Sektor Pertanian merupakan
Lebih terperinciKAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI
KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI YAN FITRI SIRINGORINGO JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan
Lebih terperinciOleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI
KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH DENGAN SISTEM PANEN HIJAU DAN SISTEM PANEN MERAH (Kasus Pada Petani Cabai di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran
21 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran dalam penelitian. Konsep dasar dan definisi operasional
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara
Lebih terperinciANALISIS PRODUKSI PETANI KARET DI DESA PENEROKAN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANGHARI. oleh:
ANALISIS PRODUKSI PETANI KARET DI DESA PENEROKAN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANGHARI oleh: *) Indria Mayesti, S.E., M.E. *) Abd Halim, S.E., M.E. *) Dosen Tetap STIE Muhammadiyah Jambi Abstrak Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebut petani hanya dapat melakukan kegiatan pertanian ala kadarnya sesuai
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris, mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian besar petani adalah petani gurem (petani kecil) yang memiliki lahan
Lebih terperinciBAB IV. METODE PENELITIAN
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usahatani tembakau dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani tembakau
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan
Lebih terperinciEFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN GULA KELAPA DI DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA ABSTRAK
22 EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN GULA KELAPA DI DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Affan Suyudi 1), Pujiharto 2), dan Pujiati Utami 2) 1) Dinas
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciStaf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Studi Kasus: Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kuta Limbaru, Kabupaten Deli Serdang) Amanda Rizka Nabilla *), Rahmanta Ginting **) dan Sinar
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI USAHATANI PADI ORGANIK DI PRIGEN PASURUAN
ANALISIS EKONOMI USAHATANI PADI ORGANIK DI PRIGEN PASURUAN Wenny Mamilianti* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: mamiliantiw@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan Penelitian (1) mengetahui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka
Lebih terperinciAnalis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu
Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu Idawati Universitas Andi Djemma Palopo ABSTRAK Tujuan dari penelitian
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi
Lebih terperinciAbstraksi. Rita Yani Iyan, Yusbar Yusuf dan Susi Lenggogeni
13 PENGARUH PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Abstraksi Rita Yani Iyan, Yusbar Yusuf dan Susi Lenggogeni Kajian ini memfokuskan pada peran perkebunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil
Lebih terperinciVI. METODE PENELITIAN
VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten
Lebih terperinciANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)
ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Septiawan, 2 Dini Rochdiani, 3 Muhamad Nurdin Yusuf
Lebih terperinciANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU
ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU Gibson F. Ginting, Hiras M.L. Tobing dan Thomson Sebayang 085372067505, franseda19@rocketmail.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup
39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional
Lebih terperinciDika Ardilla Sangi, Evy Maharani, Susy Edwina (Fakultas Pertanian Universitas Riau)
ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KARET POLA EX SRDP DENGAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KELURAHAN MUARA LEMBU KECAMATAN SINGINGI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Dika Ardilla Sangi, Evy Maharani, Susy
Lebih terperinciKelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)
Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep) Isdiantoni Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 8 ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Analysis of Household Income from Coconut
Lebih terperinciNILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN NATUNA
NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN NATUNA Oleh *)Supanji Setyawan (UNTIDAR) *) Endang Purwanti (UGM) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menemukan: (1) pendapatan dari kelapa,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO
71 Buana Sains Vol 11 No 1: 71-76, 2011 KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO Ana Arifatus Sa diyah dan Rikawanto Eko Muljawan PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Definisi Konversi Lestari (2009) dalam Irsalina (2009) mendefinisikan bahwa alih fungsi lahan atau lazimnya disebut konversi lahan adalah perubahan fungsi
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN PETANI TANAMAN KARET KLON PB 260 DENGAN PETANI TANAMAN KARET LOKAL
ANALISIS PENDAPATAN PETANI TANAMAN KARET KLON PB 260 DENGAN PETANI TANAMAN KARET LOKAL Oleh: Yusri Muhammad Yusuf *) dan Zulkifli **) Abstrak Analisis usaha dalam kegiatan usaha diperlukan untuk kepentingan
Lebih terperinciAgronobiS, Vol. 1, No. 2, September 2009
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis quinensis Jack) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Makartitama Kec. Peninjauan Kab. OKU Oleh: Septianita Abstract The research
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis 1 (2) : 185-191, Juni 2013 ISSN : 2338-3011 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Input Efficiency Analysis
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciPENGARUH INPUT TERHADAP PRODUKSI USAHATANI LADA PUTIH (Muntok White Pepper) DI DESA KUNDI KECAMATAN SIMPANG TERITIP KABUPATEN BANGKA BARAT
PENGARUH INPUT TERHADAP PRODUKSI USAHATANI LADA PUTIH (Muntok White Pepper) DI DESA KUNDI KECAMATAN SIMPANG TERITIP KABUPATEN BANGKA BARAT Yudi Sapta Pranoto Staf Pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas
Lebih terperinci