PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM KOMUNITAS VIRTUAL. (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM KOMUNITAS VIRTUAL. (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus)"

Transkripsi

1 PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM KOMUNITAS VIRTUAL (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus) LATIFA HANUM MUTIARA SARI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ABSTRACT LATIFA HANUM MUTIARA SARI. Social Institution and Capital on Virtual Community (Case of Virtual Community of Kaskus) (under guidance of DJUARA P LUBIS) Virtual community is a new form of community that generated by internet.virtual community has great potention to build social capital that disappearing from real life.virtual community is important not only socially but also economically and politically. Virtual community has a fundamental difference with the physical community because its members do not have geographic proximity, it becomes strongnesses and weaknesses. This research is using descriptive qualitative metode which aims to provide a picture of a virtual community based on social institutions and capital in it. The existence of institutions and social capital provide initial description of the potential of virtual community. The study found social institutions and capital in virtual community of Kaskus. However, social institutions and capital have different forms and has its own advantages and limitations when compared with the physical community. Keywords : virtual community, social capital and social institution

3 RINGKASAN LATIFA HANUM MUTIARA SARI. Pranata dan Modal Sosial dalam Komunitas Virtual (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus) (Di bawah bimbingan DJUARA P LUBIS) Modernisasi dengan berbagai teknologinya sering dianggap sebagai penyebab peregangan hubungan sosial. Di sisi lain, modernisasi memunculkan berbagai teknologi yang memudahkan untuk membangun hubungan yang terpisah jarak, membangun gerakan sosial hingga membangun kembali komunitas. Komunitas virtual yang muncul di dalam dunia virtual internet, menjadi harapan perbaikan komunitas yang hilang meskipun banyak ahli meragukan kemampuannya untuk menjadi setara dengan komunitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pranata dan modal sosial yang ada dalam komunitas virtual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan partisipatif. Peneliti menggunakan metode wawancara mendalam secara tatap muka maupun virtual (chatting) serta pengamatan partisipatif terhadap kegiatan komunitas secara virtual. Hasil wawancara diolah dan diklasifikasikan agar mengetahui kecukupan data yang diambil. Kemudian hasil tersebut disajikan dalam bentuk narasi, gambar serta bagan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pranata dan modal sosial dalam komunitas virtual Kaskus. Akan tetapi baik pranata maupun modal sosial ini berbeda dengan pranata dan modal sosial dalam komunitas fisik konvensional. Perbedaan pranata komunitas mencangkup komponen personel, sistem norma, peralatan fisik serta kelakuan berpola. Personel dalam komunitas virtual lebih mengandalkan identitas virtual dan cenderung mengabaikan identitas yang digunakan dalam dunia nyata. Komunitas virtual Kaskus mengandalkan identifikasi melalui sistem reputasi serta pangkat berdasarkan jumlah posting. Sistem reputasi dalam komunitas kaskus diwakili dengan jumlah GRP (Good Reputation Point) dan BRP (Bad Reputation Point). Sistem norma dalam

4 komunitas virtual memiliki kelemahan dalam menegakkan sanksi. Hukuman dalam komunitas virtual yang terberat yaitu banned yang dapat disetarakan dengan hukuman pengusiran dalam komunitas nyata tidak dapat diberlakukan secara total. Dengan kata lain, anggota yang di-banned masih dapat kembali masuk ke dalam jaringan komunitas virtual kaskus tanpa dikenali dengan menggunakan identitas baru. Hal ini disebabkan hukuman tidak dapat menjangkau pelanggar secara fisik. Oleh karena itu hukuman dalam komunitas virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota, terutama terkait penghargaan (cendol) dan hukuman (bata). Komponen peralatan fisik yang digunakan dalam komunitas virtual kaskus adalah perlengkapan untuk masuk ke dalam jaringan komunitas virtual. Sementara komponen kelakuan berpola ditunjukkan dengan interaksi secara online maupun offline. Modal sosial mencakup kepercayaan dan jaringan. Kepercayaan yang tumbuh dalam komunitas virtual umumnya memiliki batasan tertentu. Batasan ini pertama dipengaruhi oleh anonimitas anggota komunitas. Kepercayaan dalam komunitas virtual dibangun dengan menggunakan data-data personel yang dapat memangkas sebagian anonimitas serta pertukaran informasi antar anggota. Jaringan dalam komunitas virtual dapat menjangkau lebih banyak orang sehingga membentuk jaringan yang sangat luas. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual Kaskus. Bentuk pranata dan modal sosial berbeda dengan komunitas fisik. Pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual memiliki kelemahan yang terutama berasal dari ketiadaan ikatan fisik antar anggota. Akan tetapi di sisi lain, komunitas virtual memiliki kelebihan dan potensi besar dibandingkan komunitas fisik, terutama dalam membangun jaringan sosial.

5 PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM KOMUNITAS VIRTUAL (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus) Oleh: LATIFA HANUM MUTIARA SARI I Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nama : Latifa Hanum Mutiara Sari NRP : I Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi : Pranata dan Modal Sosial dalam Komunitas Virtual (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus) Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir Djuara P Lubis, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Lulus:

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PRANATA DAN MODAL SOSIAL DALAM KOMUNITAS VIRTUAL (STUDI KASUS KOMUNITAS VIRTUAL KASKUS) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Mei 2010 Latifa Hanum Mutiara Sari I

8 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kendal pada tanggal 25 April Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Haryanto dan Muzayanah. Penulis menempuh pendidikannya di SMP Boja Negeri 1 pada tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Boja pada tahun Selama masa pendidikan tersebut, penulis mengikuti organisasi OSIS dan MPK. Setelah lulus SMA penulis mengikuti program USMI dan diterima di Institut Pertanian Bogor. Setahun setelahnya, penulis masuk ke dalam Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama berada di IPB, penulis mengikuti berbagai keorganisasian dan kepanitiaan seperti HIMASIERA sebagai sekretaris II, Commnex 2008, Promosi KPM serta Masa Perkenalan Departemen. Penulis juga pernah mengikuti Training Basic Participatory yang diselenggarakan oleh Corporate Forum Community Development (CFCD) saat Kuliah Kerja Profesi.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pranata dan Modal Sosial dalam Komunitas Virtual (Studi Kasus Komunitas Virtual Kaskus). Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini memberikan gambaran komunitas virtual sebagai komunitas baru yang muncul pada era cyber, serta memaparkan keberadaan pranata dan modal sosial sebagai inti kesehatan komunitas di dalamnya. Bentuk-bentuk pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual serta perbedaannya dengan komunitas konvensional atau komunitas fisik. Dengan penelitian ini diupayakan sebuah gambaran tentang komunitas virtual serta potensinya sebagai sebuah komunitas. Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih untuk: 1. Dr. Ir Djuara P Lubis, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dukungan yang luar biasa kepada penulis sejak awal penulisan studi pustaka. 2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi serta Ir. Anna Fatchiya, MSi selaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan yang berharga untuk perbaikan skripsi. 3. Keluargaku tercinta: Ibu dan Bapak atas segala do a, kesabaran dan dukungan yang luar biasa. Mbak Arum, Mas Ardi, Irwin, Intan, Mas Hendra dan Eshan. 4. Warga Komunitas Kaskus yang telah membantu dengan segala bantuan data, informasi dan kepercayaan mereka. Rifky Ayerseptian, Tri Cahyo, Aditya Rahman, ID setan biasa TM, ID Mendo25, ID Traktor666, ID Deperruku, serta seluruh moderator dan administrator Kaskus. 5. Sahabat-sahabatku Ciwow, Uthie, Nui, Indah dan teman-teman KPM 42.

10 6. Segenap teman-teman dari Wisma Bintang yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan yang sangat berharga. 7. Serta beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih. Bogor, Mei 2010 Penulis

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 4 BAB II. PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Komunitas Virtual Perkembangan Teknologi dan Komunitas Pranata Sosial Modal Sosial Modal Sosial dan Internet Kerangka Pemikiran Hipotesis Pengarah Definisi Konseptual BAB III. PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Penentuan Unit Analisis, Informan dan Responden Penentuan Unit Analisis Penentuan Informan Penentuan Responden Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data BAB IV. PROFIL KASKUS Gambaran Umum Kaskus Kaskus sebagai Komunitas Virtual Bagian-bagian dalam Forum Kaskus Pengguna Notable Kaskus dan Anti Kaskus Ciri Khas Kaskus... 37

12 4.6.1 Pertamax Bahasa Khas Kaskus BAB V. PRANATA SOSIAL DALAM KASKUS Personel Data Personel secara Offline Data Personel secara Online Pangkat Reputasi Sistem Norma Konfrontasi Sistem Norma Komunitas Kaskus Sistem Reputasi Aturan-Aturan Terkait Sistem Reputasi Hak Anggota ISO Sanksi Keterbatasan Hukuman Pada Komunitas Virtual penyimpangan Ekspektasi Peralatan Fisik Kelakuan Berpola Pertemuan Online Pertemuan Offline Bahasa Khas BAB VI. MODAL SOSIAL Kepercayaan Kepercayaan dalam Forum Jual Beli Kepercayaan Terhadap Threads Aturan dalam Menulis Threads Umpan Balik Anggota Kelemahan Kepercayaan Virtual Jaringan BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 75

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Komponen-Komponen dari Pranata Sosial Bagan Kerangka Analisis Lambang Kaskus Halaman depan Situs Anti Kaskus Pertamax dan Gagal Pertamax Penggunaan bahasa Kaskus dalam situs pertemanan Facebook Gambar Profil Tempat Melaporkan ID secara Langsung Bagan Gambaran Kelemahan Hukuman Virtual Tips Berjualan Aman di Forum Jual Beli Hot Threads... 66

14 DAFTAR TABEL Halaman 1 Pembagian Forum pada Komunitas Kaskus Hierarki Pangkat Anggota Kaskus Berdasarkan Jumlah Posting Bahasa Khas Kaskus dan Pengertiannya... 60

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Contoh Kasus Gerakan Sosial dalam Internet Data Peringkat Kaskus Menurut Situs Alexa Halaman Depan Situs Kaskus Glossary Lirik Lagu Kaskus Anthem Kasus Konfrontasi secara Online Kasus Kelemahan Penegakan Sanksi secara Online Wawancara Online... 81

16 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Modernisasi seringkali dikaitkan dengan peregangan hubungan sosial. Ferdinand Tonnies mengungkapkan terjadinya pergeseran masyarakat yang memiliki hubungan kekeluargaan dan kontak langsung (gemeinschaft) menjadi lebih associational (gesselschaft) dimana kontrak dan bukti pembayaran (token) seperti uang mempersatukan orang (Lyon 1997). Di sisi lain modernisasi ditandai dengan kehadiran teknologi-teknologi komunikasi (Information and Communications Technologies) baru yang membantu menjembatani hubungan terpisah jarak dengan komunikasi jarak jauh. Information and Communications Technologies (ICTs) memfasilitasi kehadiran bentuk baru interaksi manusia yang kemudian dikenal sebagai cyberspace yaitu sebuah domain publik yang digerakkan oleh komputer yang tidak memiliki batasan teritorial ataupun atribut fisik (Loader 1997). oleh karena itu meskipun di satu sisi modernisasi dianggap sebagai peregang hubungan sosial tetapi di sisi lain, modernisasi memberikan harapan untuk memperbaiki hubungan sosial dan membangun kembali ikatan komunitas. Kemampuan internet yang memungkinkan banyak orang yang terpisah jarak untuk saling berkomunikasi, berinteraksi secara virtual (tanpa kehadiran fisik) dan membangun hubungan, memfasilitasi munculnya komunitas virtual. Komunitas virtual (virtual community) adalah istilah yang digunakan oleh Howard Rheingold (1993) untuk menjelaskan kumpulan sosial yang muncul

17 dalam internet ketika ada cukup banyak orang untuk melanjutkan diskusi cukup lama untuk membentuk hubungan sosial. Komunitas virtual memiliki perbedaan dengan komunitas fisik karena anggota komunitas virtual terpisah secara geografis. Hal ini mendorong beberapa peneliti merasa pesimis dengan kemampuan komunitas virtual untuk membangun modal sosial. Best dan Krueger (2006) mengungkap adanya dua alasan yang menunjukkan bahwa modal sosial tidak dapat terbentuk dalam komunitas online. Alasan pertama adalah bahwa ikatan sosial online terlalu lemah untuk membentuk modal sosial. Alasan kedua adalah bahwa internet memungkinkan individu untuk memilih komunitas mereka sendiri menurut topik, aktivitas atau ideologi, sehingga komunitas virtual cenderung menyatukan orang-orang dengan pemikiran serupa yang menghambat pembentukan modal sosial. Sementara itu London (1997) mengungkap bahwa komunitas virtual seringkali disebut sebagai pseudocommunities atau komunitas palsu. Hal ini disebabkan karena komunitas virtual tidak memiliki banyak ciri mendasar dari komunitas fisik seperti percakapan tatap muka dan pertemuan-pertemuan yang tidak direncanakan dan yang terpenting, adalah konfrontasi dengan orang lain yang menganut nilai dan gaya hidup yang berbeda, sehingga komunitas virtual dipandang cenderung menjadi utopian. Komunitas virtual selain memiliki berbagai kelemahan namun juga memiliki potensi yang besar. Beberapa gerakan sosial terjadi dalam internet yang turut didukung oleh komunitas virtual. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa contoh kasus yang terjadi di Indonesia bahwa internet dapat membangun gerakan sosial yang sangat kuat. Diantaranya adalah dukungan terhadap Prita

18 Mulyasari serta kasus Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melawan Polri (Lampiran 1). Komunitas virtual dengan berbagai potensinya diharapkan dapat memperbaiki komunitas yang mulai menghilang dalam dunia fisik. Howard Rheingold (Lyon 1997) memperkirakan kemunculan kembali komunitas sebagai ganti dari kehilangan di masa lalu. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat komunitas virtual ditinjau dari kepemilikan pranata dan modal sosial. 1.2 Perumusan Masalah Komunitas virtual merupakan cara baru bagi orang di masa modernisasi untuk membentuk hubungan dengan orang lain. Fenomena ini layak diamati karena berbagai fungsi yang dapat dicapai dari komunitas virtual, termasuk kepentingan sosial dan bisnis. Penelitian ini mencoba meneliti keberadaan dan ketegasan pranata pengatur komunitas virtual. Hal tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa kepemilikan pranata yang tegas akan membentuk ikatan yang kuat diantara anggota komunitas, karena pranata mampu menjaga keutuhan kelompok serta menjadi pegangan pengendalian sosial (Soekanto 2002). Selanjutnya komunitas yang kuat diharapkan mampu menghasilkan manfaat berupa modal sosial. Meskipun peneliti tidak menemukan literatur yang secara tegas menghubungkan pranata dengan kepemilikan modal sosial, akan tetapi penelitian Wade (Krishna 2000) menyebutkan bahwa efisiensi modal sosial lebih tinggi ketika tujuan sosial terdefinisi dengan baik dan secara obyektif disetujui. Sehingga diasumsikan jika pranata yang tegas yang berfungsi menjaga keutuhan kelompok memiliki hubungan dalam kepemilikan tujuan bersama oleh setiap

19 anggota komunitas, yang pada akhirnya membentuk modal sosial yang lebih efisien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberadaan komponen pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual, karena kedua komponen tersebut dianggap penting untuk membentuk komunitas yang kuat dan produktif. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang diajukan antara lain: 1. Bagaimana bentuk pranata di dalam komunitas virtual? 2. Apakah terdapat modal sosial di dalam komunitas virtual? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian untuk menghasilkan: 1. Deskripsi pranata sosial di dalam komunitas virtual. 2. Deskripsi modal sosial di dalam komunitas virtual. 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti : dapat menambah wawasan mengenai komunitas virtual terutama terkait dengan kepemilikan modal sosial. 2. Bagi komunitas dan pengembang komunitas virtual: dapat digunakan sebagai data yang membantu mengembangkan komunitas virtual.

20 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Komunitas Virtual Komunitas virtual merupakan terjemahan langsung dari kata virtual community, istilah yang digunakan oleh Rheingold (1993) untuk menyebut komunitas yang terbentuk di dalam dunia maya internet. Terdapat beberapa istilah lain yang merujuk pada komunitas yang terbentuk di dalam internet seperti internet community (Stockdale dan Borovicka 2006; Turner dan Fisher 2006), cyberspace community (Cantel dan Siegel dikutip oleh Stockdale dan Borovicka 2006) ataupun non-place community (London 1997). Komunitas virtual memiliki berbagai pengertian berbeda. Stockdale dan Borovicka (2006) mengambil pengertian yang digunakan oleh Rheingold (1993), menyatakan bahwa komunitas virtual merupakan kumpulan sosial yang muncul dari internet ketika ada cukup banyak orang untuk melanjutkan diskusi cukup lama untuk membentuk hubungan sosial. Lee, Voyagel dan Limayem (dikutip oleh Turner dan Fisher 2006) mengartikannya sebagai teknologi yang didukung oleh dunia maya, terpusat pada komunikasi dan interaksi partisipan yang disatukan dalam suatu bangunan relasi. Sementara itu London (1997) mengutip pengertian lain komunitas virtual dari Rheingold dan mendefinisikannya sebagai kelompok dari individu-individu yang dihubungkan bukan oleh geografi melainkan oleh partisipasi mereka dalam jaringan komputer. Berbagai pengertian tersebut, menunjukkan bahwa komunitas virtual membutuhkan beberapa ciri

21 seperti adanya komunikasi dan interaksi partisipan yang membentuk hubungan sosial serta mengembangkan sebuah bangunan relasi. Semua itu dilakukan di dalam sebuah ruang cyber dengan mengesampingkan kedekatan secara geografis antar partisipan. Komunitas virtual terbentuk karena adanya keberadaan teknologi computer-mediated communications (CMC) dan dorongan dari luar. Rheingold (1993) menyimpulkan bahwa dimanapun teknologi CMC disediakan bagi seseorang, siapapun dia, mereka tidak bisa dihindari akan membangun komunitas virtual dengan teknologi tersebut, seperti mikroorganisme membentuk koloni. Untuk perkembangan internet, cyberspace dan komunitas virtual yang berjalan cepat Rheingold menggambarkannya dengan perumpamaan biologis: cyberspace sebagai cawan petri sosial, Net sebagai medium agar-agar dan komunitas virtual dengan segala keberagamannya sebagai koloni mikroorganisme yang tumbuh dalam cawan petri. Setiap koloni kecil mikroorganisme (komunitas dalam Net) adalah percobaan sosial yang tidak direncanakan oleh seseorang tetapi tetap terjadi. Sementara itu hilangnya ruang publik dalam dunia nyata menumbuhkan kebutuhan dalam diri setiap orang untuk membentuk komunitas virtual. Rheingold (1993) meyakini bahwa komunitas virtual dalam internet merupakan komunitas yang sesungguhnya. Di lain pihak, meski sering dianggap memiliki ciri komunitas fisik, London (1997) mengungkap bahwa komunitas virtual seringkali disebut sebagai pseudocommunities atau komunitas palsu. Hal ini disebabkan karena komunitas virtual tidak memiliki banyak ciri mendasar dari komunitas fisik seperti percakapan tatap muka dan pertemuan-pertemuan yang tidak direncanakan, dan mungkin yang terpenting, menurut London (1997), adalah

22 konfrontasi dengan orang lain yang menganut nilai dan gaya hidup yang berbeda, sehingga komunitas virtual dipandang cenderung menjadi utopian. London (1997) juga mengkritisi komunitas virtual yang tidak memiliki tempat tertentu (nonplace) yang memberikan kepada anggota mereka rasa kepemilikan (sense of belonging) tanpa membebankan kewajiban layaknya komunitas model lama. Sehingga ketika memvirtualkan hubungan manusia, Ehrenfeld (dikutip oleh London 1997) mengajukan bahwa manusia tidak lagi menyentuh komposisi pokok komunitas, dengan beragam perbedaan fisik dan lingkungan. Perbedaan paling mendasar antara komunitas virtual dengan komunitas nyata, terdapat pada konteks ruang (space). Ruang, bagi anggota komunitas virtual adalah sebuah alamat dalam dunia cyber, dan lokasi yang terpisah puluhan kilometer dalam dunia nyata, disatukan dalam sebuah layar komputer. Mengambil pernyataan Parson tentang hubungan ruang dengan komunitas dikutip Brown (2002), bahwa hak hukum (jurisdiction) merujuk pada kewajiban (obligation). Kewajiban menyebabkan penegakan (reinforcement). Penegakan diikuti dengan sanksi. Sanksi untuk menyebabkan pengaruh, harus mencapai obyek. Obyek untuk dapat dicapai harus memiliki lokasi ruang (space). Semua dimulai dengan hak hukum dan berakhir dengan ruang. Sehingga mengikuti pernyataan Parson, sebuah komunitas tidak akan melakukan penegakan kewajiban (jurisdiction) jika mereka tidak menempati sebuah ruang tertentu. Komunitas tanpa kedekatan ruang seperti komunitas virtual menjadi sulit untuk mengikat anggotanya. Penelitian yang dilakukan Blanchard dan Markus (dikutip oleh Stockdale dan Borovicka 2006) di lain pihak, menemukan elemen obligasi yang oleh mereka

23 diartikan sebagai komitmen untuk ikut serta secara aktif dalam aktivitas komunitas. Melihat bukti ini cukup memberikan gambaran bahwa ikatan komunitas virtual yang didukung oleh kontak fisik memiliki ikatan yang cukup kuat, meskipun tidak mencapai level penegakan kewajiban (jurisdiction). Sementara itu, pengalaman yang dialami Thornton memperlihatkan bahwa dalam komunikasi melalui layar dalam komunitas internet, seseorang dapat dihukum dengan tindakan pengasingan (alienation). Tindakan tersebut dilakukan dengan cara tidak menanggapi percakapan yang dilakukan seseorang yang dihukum oleh semua anggota komunitas. Stockdale dan Borovicka (2006) menyatakan bahwa suatu komunitas online memperlihatkan beberapa komponen seperti: 1. Tujuan, kepentingan atau kebutuhan bersama. 2. Partispasi aktif dan berulang oleh anggota-anggota dengan interaksi dan ikatan yang kuat. 3. Aksesbilitas terhadap sumberdaya bersama dan kebijakan yang mengatur akses. 4. Pertukaran informasi, dukungan dan layanan. 5. Konteks bersama tentang ketentuan sosial, bahasa atau protokol. Ciri komunitas tersebut memperlihatkan pentingnya modal sosial dan pranata sosial. Oleh karena beberapa komponen modal dan pranata sosial turut menjadi cirinya. Penjelasan terkait modal dan pranata sosial akan dijelaskan dalam bagian selanjutnya.

24 2.1.2 Perkembangan Teknologi dan Komunitas Sejak revolusi industri Eropa pada abad ke-19 hingga revolusi informasi, perkembangan teknologi dan modernisasi selalu dikaitkan dengan kemunduran komunitas. Putnam (London 1997) secara tegas menarik garis langsung sejajar antara kemunculan televisi dengan kemunduran apa yang dia sebut sebagai modal sosial. Komputer, VCRs, virtual reality dan teknologi lain dituduh mengurung manusia dari pertetanggaan dan komunitas, memperburuk hilangnya modal sosial. Di sisi lain, terdapat pula pendapat yang menganggap jaringan komputer dan komunitas virtual memperkuat ikatan komunitas dan membalikkan kemunduran modal sosial. Penelitian Quan-Haase et al (2002), membagi dua sumber pandangan tentang teknologi dan komunitas. Pandangan pertama berasal dari para utopian, yang menganggap internet menyediakan cara baru yang lebih baik untuk melibatkan diri dalam masyarakat dan menemukan informasi. Sementara itu pandangan kedua berasal dari dystopian yang menganggap internet memikat orang menjauhi komunitas in-person dan diskusi informasi mereka. Howard Rheingold (1993), berargumen bahwa jaringan elektronik sebaiknya dipandang bukan sebagai dunia yang terpisah dari dunia nyata, melainkan sebagai sistem syaraf dari dunia fisik. Dari pengalamannya selama bertahun-tahun menjadi anggota sekaligus pengamat komunitas virtual WELL, Rheingold melihat bahwa komunitas virtual sebenarnya membutuhkan ikatan kepada komunitas fisik. Selain itu, sense of community berkembang saat anggota bertemu tatap muka. Francis Fukuyama (London 1997) mendukung gagasan

25 tersebut, menurutnya manfaat teknologi bukan dalam menciptakan komunitas baru, melainkan memperkuat jaringan sosial yang sudah ada. Pengaruh teknologi terhadap komunitas dapat dilihat dalam hasil penelitian Quan-Haase et al (2002). Penelitian mereka bertujuan untuk melihat pengaruh internet terhadap kontak sosial, civic engagement, dan sense of community. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan internet tidak berhubungan, dengan keseluruhan sense of community maupun dengan pengasingan diri (alienation). Di lain pihak, terdapat peningkatan dalam sense of online community yang disebut dalam penelitian Navarrete dan Huerta (2006) sebagai sense of virtual community. Sementara itu, para peneliti menduga bahwa orang memiliki lebih banyak hubungan relasi dibandingkan dengan masa pra-internet, kontak yang lebih sering dengan relasi, serta penguatan pertalian melalui kontak yang lebih sering. Dalam penelitian ini (Quan-Haase et al 2002) ditemukan sejumlah anomali, pertama meskipun penggunaan berhubungan dengan tingkat sense of virtual community yang lebih tinggi, namun tidak mempengaruhi sense of community secara keseluruhan. Kedua, penggunaan yang tinggi dengan teman dan keluarga (yang tempat tinggalnya) dekat, sedikit mempengaruhi penurunan kontak offline. Secara keseluruhan, penelitian tersebut tidak menunjukkan efek tunggal internet. Pada saat waktu memisahkan komunitas, internet memfasilitasi kontak sosial yang mendukung kontak tatap muka dan telepon. Pada saat terjadi kemunduran civic engagement, internet menyediakan alat bagi mereka yang telah terlibat untuk meningkatkan keterikatan (engagement) mereka. Ketika identitas menjadi bagian dari komunitas multipersonal, internet

26 menyediakan alat yang lain untuk merasa terhubung dengan teman dan sanak keluarga. Daripada melemahkan bentuk komunitas mereka yang lebih aktif secara offline lebih aktif pula secara online, begitupun sebaliknya. Dengan cara tersebut, orang memasukkan internet kedalam kehidupan sehari-harinya, internet membantu perkembangan perubahan komposisi modal sosial (Quan-Haase et al 2002) Pranata Sosial Istilah pranata sosial merupakan terjemahan dari kata institution yang berasal dari bahasa inggris. Istilah ini diterjemahkan dalam berbagai istilah oleh banyak ahli, sebagai pranata-sosial, bangunan sosial ataupun lembaga sosial (Soekanto 2002). Soekanto menyebutnya sebagai lembaga kemasyarakatan dan mengartikannya sebagai himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Hodgson mendefinisikannya sebagai sistem dari aturan yang ditetapkan dan umum yang membangun interaksi sosial. Bahasa, uang, hukum, sistem ukuran berat dan panjang serta table manners merupakan beberapa contoh dari pranata sosial (Hodgson 2006). Koentjaraningrat (2002b) menyebutnya sebagai pranata sosial untuk membedakannya dengan lembaga dan mengartikannya sebagai suatu sistem aktivitas khas dari kelakuan berpola beserta komponen-komponennya yaitu: sistem norma dan tata kelakuannya, dan peralatannya ditambah dengan manusia atau personel yang melaksanakan kelakuan berpola. Menurut fungsinya, Koentjaranigrat (2002a) menjelaskannya sebagai sistem-sistem yang menjadi

27 wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi. Sistem Norma Kelakuan Berpola Personel Peralatan Fisik Gambar 1. Komponen-Komponen dari Pranata Sosial (Koentjaranngrat 2002b) Pranata sosial atau lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dari manusia, pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, antara lain (Soekanto 2002): 1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah-laku atau bersikap di dalam menghadapi masalahmasalah dalam masyarakat, yang terutama menyangkut kebutuhan pokoknya. 2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan. 3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control), artinya, sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah-laku anggota-anggotanya.

28 Hodgson (2006) menyebut bahwa pranata sosial membatasi sekaligus memungkinkan terjadinya tingkah laku (behavior). Keberadaan aturan mengimplikasikan pembatasan, akan tetapi pembatasan itu membuka pilihan dan tindakan yang tanpa aturan tidak mungkin hadir, seperti bahasa yang memungkinkan manusia berkomunikasi atau aturan lalu lintas yang menjadikan lalu lintas teratur dan lebih aman. Oleh karena itu keberadaan pranata sosial sangat esensial bagi kelangsungan hidup kelompok. Norma sebagai salah satu komponen dari pranata sosial dijelaskan oleh Tuomela (Hodgson 2006) sebagai suatu aturan perilaku (behavioral regularities) yang muncul dari pertukaran tujuan dan ekspektasi. Tujuan kolektif tumbuh ketika individu yang memiliki tujuan tertentu mengikuti kelompok yang memegang tujuan tersebut dan percaya bahwa anggota kelompok yang lain juga memegang tujuan yang serupa. Penegakan norma lebih melibatkan jaringan kesalingpercayaan daripada persetujuan yang sesungguhnya (actual agreements). Sehingga bagi Tuomela norma berbeda dengan aturan (rules). Peraturan merupakan produk persetujuan yang jelas yang dibawa oleh suatu otoritas dan mengimplikasikan sanksi disisi lain, norma ditegakkan melalui pencelaan sosial (social disapproval). Meskipun sulit menegakkan pembedaan yang tegas diantara keduanya (Hodgson 2006). Komponen kelakuan berpola yang digunakan oleh Koentjaraningrat dalam penelitian ini akan dijelaskan dengan konsep kebiasaan (habit) dalam konsep Hodgson. Menurut Hodgson, tingkah laku berulang (dalam hal ini disamakan dengan kelakuan berpola) penting dalam menentukan kebiasaan,

29 meskipun keduanya tidak sama. Kebiasaan (habit) dijelaskan Hodgson sebagai repertoire bawah sadar terhadap pemikiran atau tingkah laku potensial yang dapat dicetuskan atau ditegakkan oleh stimulus atau konteks yang tepat. Penerimaan kebiasaan merupakan mekanisme psikologis yang membentuk sebagian besar perilaku mengikuti aturan (rule-following behavior). Aturan yang berlaku menyediakan imbalan dan batasan bagi tindakan individu. Oleh karena itu struktur aturan membantu menciptakan kebiasaan dan preferensi yang sejalan dengan reproduksinya. Kebiasaan merupakan material konstitutif dari pranata sosial, menyediakan daya tahan, kekuatan dan otoritas normatif bagi pranata sosial. Pada gilirannya, dengan mereproduksi kebiasaan bersama tentang pemikiran, pranata sosial menciptakan mekanisme kuat terkait konformitas dan persetujuan normatif (Hodgson 2006). Hodgson menjelaskan bahwa pranata sosial tidak berdiri terpisah dari kelompok individu yang terlibat, eksistensi pranata sosial bergantung kepada individu-individu, interaksi mereka terutama pola pemikiran bersama milik mereka. Lebih lanjut Hodgson menjelaskan bahwa pranata sosial terletak pada disposisi individu lain, selain itu juga bergantung pada interaksi yang tersusun diantara mereka, seringkali juga menyertakan artefak dan instrument material. Sehingga Hodgson menyatakan bahwa pranata sosial sesuai dengan botol Klein bahwa the subjective inside is simultaneously the objective outside.

30 2.1.4 Modal Sosial Modal sosial bukan merupakan entitas tunggal, Krishna (2000) menyatakannya sebagai aset sosial yang menghasilkan aliran manfaat. Aset terdiri dari persediaan (stock) modal sosial, sedangkan manfaat sebagai aliran (flow). Seperti halnya bentuk modal (capital) yang lain, modal sosial bersifat produktif, memungkinkan prestasi yang saat modal sosial tidak hadir, hal itu menjadi tidak mungkin (Coleman 2000). Sementara itu Putnam (dikutip oleh London 1997) mengartikan modal sosial sebagai stok kepercayaan sosial (social trust), norma dan jaringan yang dapat digunakan orang untuk menyelesaikan masalah bersama. Krishna (2000) mengungkap bahwa dalam konsep modal sosial yang dipopulerkan antara lain oleh Putnam, Leonardi, dan Nanetti, aliran dianggap berhubungan langsung dengan dengan tingkat persediaan, sehingga persediaan modal sosial yang tinggi selalu menghasilkan sebesar-besarnya aliran manfaat, sementara persediaan yang rendah selalu menghasilkan aliran yang memiskinkan (impoverished flows). Hubungan antara persediaan dengan aliran adalah langsung, sebanding, dan invariant. Sehingga menurut teori ini, modal sosial yang tinggi selalu menghasilkan aliran manfaat yang juga tinggi. Penelitian Wade di lain pihak (Krishna 2000) menunjukkan hasil yang berbeda. Wade melihat bahwa sebuah masyarakat dapat membawa persediaan modal sosial mereka untuk menghasilkan lebih atau kurang efektif terhadap tugas di tangan mereka. Efisiensi penggunaan akan lebih tinggi ketika tujuan sosial terdefinisi dengan baik dan disetujui secara obyektif. Jika anggota dalam kelompok tidak memiliki kesamaan pandangan atau kepentingan

31 terhadap tugas yang dihadapi, modal sosial tidak akan memberikan manfaat secara efektif. Dalam pembentukan modal sosial, baik Krishna maupun Uphoff (2000) menyadari satu fenomena perilaku obyektif yang menjadi dasar bagi modal sosial, yaitu ekspektasi. Ekspektasi tersebut terkait bagaimana seseorang seharusnya berperilaku, bagaimana orang lain berperilaku, dan bagaimana seseorang memperkirakan akan berperilaku, mempengaruhi bagaimana masing-masing dari kita akan berperilaku pada suatu situasi yang dihadapi. Beragam ahli memiliki penjelasan yang beragam tentang modal sosial. Coleman (2000) mengungkapkan bentuk-bentuk modal sosial berupa: Kewajiban, pengharapan (expectancy) dan struktur rasa kepercayaan; Saluran informasi, serta; Norma dan sanksi yang efektif. Tidak banyak berbeda dengan Coleman, Putnam (dalam Mohan dan Mohan 2002) menekankan bahwa modal sosial merupakan properti dari kolektivitas, dia mengacu pada ciri kehidupan sosial berupa jaringan, norma dan kepercayaan yang memungkinkan partisipan untuk melakukan tindakan bersama dengan lebih efektif untuk mengejar sasaran bersama (shared objectives). Menyatukan kedua pendapat tersebut, modal sosial yang ingin diteliti berupa kepercayaan, dan jaringan. Rasa kepercayaan memiliki fungsi esensial bagi pembentukan modal sosial. Coleman (2000) menjelaskan bahwa tanpa rasa kepercayaan yang tinggi diantara para anggota kelompok, kelembagaan tidak dapat hadir, atau dengan kata lain tidak memiliki modal sosial. Sementara itu terkait dengan komponen jaringan, Goddard (2003) dengan mengambil hasil penelitian

32 Coleman di Korea Selatan menunjukkan bahwa jaringan sosial menyediakan kesempatan bagi pertukaran informasi yang memfasilitasi hasil yang diinginkan oleh anggota kelompok. Tanpa hubungan sosial tidak mungkin dilakukan pertukaran informasi ataupun penegakan norma yang memfasilitasi tujuan kolektif (Goddard 2003). Sejalan dengan itu Andrea Kavaraugh dan Scott Patterson (dikutip oleh London 1997) menyatakan bahwa jaringan komunitas mampu membangun jaringan sosial dan pertukaran informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tindakan kolektif. Hal tersebut dianggap sebagai sebuah poin kepada kapasitas membangun (building capacity) dengan potensi meningkatkan modal sosial Modal Sosial dan Internet Berbagai penelitian telah melihat hubungan antara internet dengan modal sosial. Penelitian Navarrete dan Huerta (2006) terhadap komunitas Transnasional Communities of Immigrants (TCIs) menyediakan cukup bukti untuk membuktikan bahwa pengalaman TCIs memiliki perasaan communitylike dan tingkah laku dalam keadaan yang setara dengan komunitas fisik. Hal ini bisa jadi disebabkan karena komunitas TCIs mampu untuk melakukan kontak secara online maupun offline, yang disebut oleh Navarrete dan Huerta sebagai hybrid community of interest (komunitas minat hibrida). Bertolak belakang dengan hal tersebut, Best dan Krueger (2006) mengungkapkan beberapa peneliti yang memiliki pandangan berbeda. Pertama mereka menyatakan bahwa ikatan sosial online terlalu lemah untuk membentuk modal sosial. Menurut mereka, meskipun interaksi sosial secara online dapat memperluas jaringan sosial, namun ikatan lemah yang muncul

33 dari internet tidak menunjukkan kondisi minimal yang dibutuhkan untuk membentuk modal sosial. Salah satu alasannya adalah karena internet memungkinkan anggotanya untuk menyembunyikan identitas asli mereka. Mengambil pendapat Blanchard dan Horan serta Shah et al (dikutip oleh Best dan Krueger 2006) bahwa meskipun anonimitas ini memiliki manfaat seperti menyingkirkan ciri pembatas sosial seperti ras atau usia, tetapi karena users tidak dapat memutuskan dengan siapa dia berinteraksi online, users tidak dapat membangun kepercayaan. Alasan kedua yaitu bahwa internet memungkinkan individu untuk memilih komunitas mereka sendiri menurut topik, aktivitas atau ideologi, komunitas ini cenderung menyatukan orang-orang dengan pemikiran serupa, yang menghambat pembentukan modal sosial. Best dan Krueger mengambil pandangan Uslaner bahwa homophily ini memberikan dampak negatif bagi pembentukan kepercayaan bersama (Best dan Krueger 2006). Penelitian Best dan Kruger (2006) tersebut menunjukkan bahwa secara umum internet menyatukan orang-orang yang saling mempercayai. Oleh karena itu, meskipun terdapat pandangan bahwa interaksi sosial tidak mampu menghasilkan modal sosial, penemuan mereka mengimplikasikan bahwa setidaknya komunitas online bukanlah tempat berkumpul orang-orang yang saling membenci (misanthropic) (Best dan Krueger 2006). Sejalan dengan hal tersebut, London (1997) melihat bahwa jaringan elektronik, terutama ketika ditambah dengan jaringan tatap muka, dapat memperkuat komunitas dengan menyediakan free spaces dengan mengembangkan dialog dan deliberation

34 serta dengan memperkaya ikatan kepercayaan, pertukaran dan keterhubungan yang memperbaiki modal sosial. 2.2 Kerangka Pemikiran Seiring dengan perkembangannya, komunitas virtual menjangkau berbagai kepentingan, mulai dari kepentingan sosial hingga ekonomi. Dengan menggunakan internet sebagai sarana penghubung, komunitas virtual mampu menyatukan berbagai orang dari berbagai wilayah bahkan berbagai negara. Oleh karena kemampuannya menyatukan orang dan sebagai sarana komunikasi banyak orang ke banyak orang lainnya (many-to-many) itulah komunitas virtual memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Akan tetapi untuk membangun sebuah komunitas dalam dunia virtual bukan hal mudah, beberapa kendala seperti kerahasiaan identitas dan tingkat kepercayaan antar anggota yang tidak pernah bertemu muka secara langsung (face-to-face) dapat menghalangi pembentukan sense of community sebagai syarat komunitas. Pranata dan modal sosial merupakan dua hal yang penting bagi keberlanjutan suatu komunitas. Pranata sosial merupakan sistem dari peraturan sosial yang ditetapkan dan bersifat umum yang membentuk interaksi sosial (Hodgson 2006). Koentjaraningrat membagi pranata sosial kedalam empat komponen pembentuk berupa, sistem norma dan tata kelakuannya, peralatannya ditambah dengan manusia atau personel, yang melaksanakan kelakuan berpola. Modal sosial merupakan gabungan dari beberapa entitas yang berbeda. Akan tetapi setiap ahli memiliki konsep yang berbeda terhadap modal sosial.

35 Dalam konsep yang digunakan Quan-Haase et al (2002), modal sosial merupakan gabungan dari modal jaringan (network capital), civic engangement, serta sense of community. Sementara itu dalam konsep Coleman menyebutkan tiga entitas berupa kewajiban, pengharapan dan struktur rasa kepercayaan; Saluran informasi, serta; Norma dan sanksi yang efektif. Sementara itu Putnam (Mohan dan Mohan 2002) menekankan bahwa modal sosial merupakan properti dari kolektivitas, dia mengacu pada ciri kehidupan sosial berupa jaringan, norma dan kepercayaan. Beberapa ahli berpendapat bahwa modal sosial tidak dapat terbentuk didalam komunitas virtual (sebagai contoh Uslaner yang dikutip oleh Best dan Krueger 2006). Akan tetapi ahli yang berbeda berpendapat bahwa modal sosial dan sense of community dapat muncul dalam komunitas virtual, meskipun modal sosial dan sense of community tersebut mulai terbentuk pada saat anggotanya bertemu secara offline (Rheingold 1993). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui kepemilikan modal sosial dan pranata sosial didalam komunitas virtual, baik dengan ataupun tanpa interaksi offline.

36 PRANATA SOSIAL Personel Karakteristik anggota Sistem Norma Aturan Sanksi penegakan MODAL SOSIAL: Kepercayaan Jaringan Peralatan fisik Peralatan komunikasi Kelakuan berpola Pertemuan offline Pertemuan online Gambar 2. Bagan Kerangka Analisis 2.3 Hipotesis Pengarah Komunitas virtual dapat memiliki pranata dan modal sosial layaknya komunitas dalam dunia nyata. Bentuk-bentuk pranata maupun modal sosial dalam komunitas virtual dapat berbeda dengan komunitas nyata sehingga perlu dideskripsikan tersendiri.

37 2.4 Definisi Konseptual 1. Komunitas Virtual : Komunitas virtual dibentuk oleh cukup banyak orang dalam waktu yang cukup lama untuk membentuk hubungan sosial. 2. Pranata sosial : sistem dari peraturan sosial yang ditetapkan dan bersifat umum yang membentuk interaksi sosial yang terdiri dari empat komponen, yaitu personel, sistem norma, peralatan fisik dan kelakuan berpola. 3. Personel : individu yang mejadi anggota, berkomunikasi dan berinteraksi di dalam komunitas. 4. Peralatan fisik : Peralatan fisik dalam penelitian ini ditujukan bagi instrumen material, yaitu alat-alat yang digunakan oleh anggota komunitas untuk menjalankan kegiatannya sebagai komunitas. 5. Kelakuan berpola : merupakan tindakan berulang yang dilakukan bersama oleh anggota komunitas. Kelakuan berpola penting untuk membentuk kebiasaan (habits). 6. Sistem norma : merupakan aturan perilaku (behavioral regularities) yang muncul dari pertukaran tujuan dan ekspektasi yang penegakannya lebih lebih melibatkan jaringan kesalingpercayaan daripada persetujuan yang sesungguhnya (actual agreements). 7. Modal sosial : aset sosial yang bersifat produktif, properti dari kolektivitas yang mengacu pada ciri kehidupan sosial berupa jaringan dan kepercayaan. 8. Jaringan : merupakan pola pertukaran dan interaksi sosial yang berlangsung terus menerus.

38 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan kegiatan komunitas yang didukung dengan wawancara mendalam terhadap anggota komunitas virtual Kaskus. Pendekatan ini dipilih karena peneliti ingin melihat secara langsung keberadaan dan bentuk-bentuk pranata serta modal sosial yang ada di dalam komunitas virtual. Pendekatan wawancara dilakukan untuk memperdalam data yang sudah ditemukan dari pengamatan terhadap komunitas virtual Kaskus. Selain itu untuk melakukan pengamatan terhadap kegiatan komunitas, peneliti juga melakukan pendekatan partisipatif dengan menjadi anggota komunitas virtual Kaskus. Wawancara sebagian dilakukan secara tatap muka dan sebagian yang lain dilakukan secara online. Pendekatan online dilakukan karena lokasi responden yang tersebar. Responden dihubungi melalui private message melalui situs Kaskus kemudian dilanjutkan dengan melakukan percakapan secara online (chatting). 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan terhadap anggota website komunitas virtual Kaskus yang diakses melalui Penelitian dilakukan secara online maupun offline untuk memudahkan pengamatan dan demi mendapatkan data yang lebih lengkap bagi penelitian. Penelitian secara online selain melakukan pengamatan terhadap situs juga dilakukan wawancara dengan percakapan online (chatting) melalui Yahoo! Messenger. Sementara itu penelitian offline dilakukan dengan melakukan wawancara tatap muka terhadap anggota komunitas Kaskus yang berada di sekitar kampus IPB Dramaga.

39 Komunitas Kaskus sendiri memiliki berbagai forum, selain forum tempat bertukar informasi, Kaskus juga memiliki forum jual beli, blog, dan radio internet. Forum bertukar informasi misalnya Lounge, Forum Musik serta Forum Movie, di dalam forum ini anggota saling berkomunikasi membahas topik-topik tertentu hingga terbentuk hubungan yang dinamis. Forum jual beli diisi dengan anggota-anggota yang menjadi penjual dan pembeli serta melakukan transaksi ekonomi. Blog berisi dengan tulisantulisan catatan personal anggota dan anggota yang lain dapat memberikan umpan balik. Sementara itu Radio Internet Kaskus merupakan radio online yang memutar musik layaknya radio konvensional, serta memiliki tempat untuk melakukan komunikasi virtual antar anggota ataupun dengan pihak (Disk Jockey) radio Kaskus. Penelitian ini memfokuskan pada satu bidang saja, yaitu forum, dan pengamatan lebih fokus dilakukan dalam forum lounge. Pilihan ini diambil dengan pertimbangan antara lain: 1. Bidang yang dicakup Kaskus terlalu luas untuk diteliti secara keseluruhan. Bukan hanya keterbatasan waktu, melainkan juga adanya keterbatasan bidang ilmu yang dimiliki peneliti yang tidak memungkinkan melakukan penelitian komunitas secara menyeluruh. 2. Forum jual beli (FJB) tidak menjadi fokus penelitian karena hubungan yang terjadi didalamnya adalah berbasis keuntungan materi. Akan tetapi bukan berarti forum ini diacuhkan sama sekali karena FJB memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan forum Kaskus. Identitas penjual dan pembeli dalam forum ini sama dengan identitas anggota forum Kaskus. Sistem pangkat, reputasi, norma dan aturan lain dari forum Kaskus adalah pranata sosial bagi FJB. Perumpamaan dalam dunia nyata, FJB merupakan sebuah pasar, di dalam sebuah pasar, pranata

40 sosial komunitas ikut mengatur dan menjadi penggerak terjadinya aktivitas jual beli, akan tetapi sulit menemukan modal sosial di dalam sebuah pasar. 3. Forum lounge menjadi fokus utama penelitian, karena forum ini berperan sebagai ruang keluarga bagi rumah komunitas virtual Kaskus. Forum lounge menampung semua anggota secara umum, baik dia penjual ataupun pembeli dalam FJB, penggemar musik rock ataupun jazz, anggota grup penggemar klub Liverpool ataupun Manchester United, semua berkumpul dan berinteraksi di lounge. Thread yang dikemukakan biasanya bersifat ringan dan dapat diterima semua anggota. Oleh karena itu dalam forum ini setiap pranata sosial, modal sosial serta konfrontasi terlihat lebih jelas dibandingkan forum Kaskus yang lain. Forum lounge juga dianggap dapat mewakili gambaran komunitas Kaskus secara umum. 3.3 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tiga bulan, mulai bulan Oktober 2009 hingga Januari Sebelum dilakukan penelitian, peneliti telah melakukan pengamatan dan ikut masuk menjadi anggota komunitas untuk mempermudah penelitian. Awal penelitian digunakan untuk mendapatkan informasi dari informan dan melakukan pengamatan terhadap komunitas Kaskus untuk memahami cara-cara dan aturanaturan dalam komunitas.

41 3.4 Penentuan Unit Analisis, Informan, dan Responden Penentuan Unit Analisis Unit analisis yang dipilih sebagai objek kajian adalah anggota komunitas virtual Kaskus. Pemilihan dilakukan secara sengaja karena komunitas virtual Kaskus merupakan komunitas virtual terbesar di Indonesia sehingga dianggap dapat mewakili gambaran sebuah komunitas virtual. Selain itu komunitas virtual Kaskus juga telah berdiri cukup lama sehingga diharapkan telah tumbuh pranata dan modal sosial yang lebih baik dibandingkan komunitas virtual yang masih baru. Anggota komunitas juga mudah dijangkau peneliti, karena tersebar di berbagai wilayah, sehingga mempermudah penelitian Penentuan Informan Informan yang dipilih yaitu orang yang mengetahui tentang keberadaan komunitas virtual Kaskus serta orang yang mengikuti komunitas virtual. Informan yang dipilih adalah anggota yang telah lama menjadi anggota dan memiliki hubungan offline dengan peneliti untuk meningkatkan tingkat kepercayaan. Moderator dan Administrator Kaskus sendiri turut menjadi informan terutama terkait dengan aturan-aturan dalam Kaskus. Jumlah informan penelitian sebanyak lima orang Penentuan Responden Responden merupakan anggota komunitas virtual Kaskus. Responden yang dipilih selain anggota Kaskus yang sudah lama menjadi anggota juga responden yang memiliki kekhasan seperti menjadi pengumpul bad reputation point. Responden offline dipilih yang memiliki lokasi dekat dengan peneliti, sehingga mudah dijangkau. Sementara itu responden online dipilih melalui

42 informasi yang didapat dari thread Kaskus secara sengaja karena memiliki kekhasan. Responden penelitian berjumlah tujuh orang. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah pengambilan data primer di lapangan melalui wawancara mendalam secara online maupun offline, observasi langsung online serta pengamatan berperan serta. Wawancara dilakukan kepada responden dan informan. Informan yang diwawancarai adalah anggota komunitas Kaskus yang telah dikenal secara offline, hal ini untuk memperkuat kepercayaan terhadap sumber informasi. 3.6 Teknik Analisis Data Data hasil pengamatan dan wawancara merupakan data kualitatif yang akan dideskripsikan dan dinarasikan berdasarkan hasil yang didapat sesuai dengan permasalahan yang diambil. Data yang dideskripsikan tersebut digolongkan berdasarkan permasalahan yang diajukan oleh peneliti sehingga dapat terlihat kecukupan data yang diambil.

43 BAB IV PROFIL KASKUS 4.1 Gambaran Umum Kaskus Kaskus ( adalah situs forum komunitas maya terbesar Indonesia. Kaskus lahir pada tanggal 6 November 1999 oleh tiga pemuda asal Indonesia yang sedang melanjutkan studi di Seattle, Amerika Serikat. Saat ini Kaskus dikelola oleh PT. Darta Media Indonesia. Kaskus merupakan singkatan dari kasak kusuk. Kaskus saat ini telah menjadi komunitas virtual terbesar di Indonesia dengan jumlah anggota mencapai lebih dari satu juta orang yang tidak hanya berdomisili di Indonesia, melainkan juga tersebar ke berbagai negara yang lain. Berikut adalah lambang komunitas virtual Kaskus: Gambar 3. Lambang Kaskus Situs Alexa ( merupakan sebuah situs yang khusus menghitung peringkat situs dari seluruh dunia termasuk dari Indonesia. Kaskus dalam peringkat Alexa, menempati urutan ke 368 dunia dan terbesar ke delapan di Indonesia (data tanggal 12 Oktober 2009). Berikut ini data peringkat beberapa situs teratas di Indonesia menurut situs Alexa per 12 Oktober 2009: 1. Facebook (facebook.com) 2. Google.co.id (google.co.id) 3. Google (google.com)

44 4. Yahoo! (yahoo.com) 5. Blogger.com (blogger.com) 6. YouTube (youtube.com) 7. WordPress (wordpress.com) 8. Kaskus (kaskus.us) Situs-situs yang menempati peringkat diatas Kaskus tersebut tidak satupun yang berupa komunitas virtual, sehingga data itu mendukung pernyataan Kaskus sebagai komunitas terbesar di Indonesia. Data peringkat Kaskus menurut situs Alexa dapat dilihat di Lampiran 2. Peringkat ini terus diperbarui secara rutin, sehingga peringkat Kaskus dapat berubah setiap saat. Jumlah anggota dan posting Kaskus sendiri hingga penelitian selesai dilakukan masih terus meningkat dengan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa Kaskus masih terus berkembang sehingga terdapat kemungkinan peringkat Kaskus dalam perhitungan situs Alexa akan meningkat, meskipun tidak pula menutup kemungkinan muncul pesaing baru yang membuat peringkat Kaskus turun. Kaskus sebagai komunitas virtual terbesar Indonesia telah diakui oleh PC Magazine, sebuah majalah yang membahas tentang komputer dan internet yang pada tahun 2005 menganugerahi Kaskus sebagai situs terbaik dan komunitas terbesar. Tahun 2006, Kaskus kembali terpilih sebagai website terbaik pilihan pembaca PC Magazine.

45 4.2 Kaskus sebagai Sebuah Komunitas Virtual Stockdale dan Borovicka (2006) mengambil pengertian yang digunakan oleh Rheingold, menyatakan bahwa komunitas virtual merupakan kumpulan sosial yang muncul dari internet ketika ada cukup banyak orang untuk melanjutkan diskusi cukup lama untuk membentuk hubungan sosial. Lee, Voyagel dan Limayem (Turner dan Fisher 2006) mengartikannya sebagai dukungan teknologi cyberspace terkait komunikasi dan interaksi partisipan, sehingga menghasilkan pembangunan suatu hubungan (relationship). Sementara itu London (1997) mengutip pengertian lain komunitas virtual dari Rheingold dan mendefinisikannya sebagai kelompok dari individu-individu yang dihubungkan bukan oleh geografi melainkan oleh partisipasi mereka dalam jaringan komputer. Kaskus sendiri merupakan sebuah forum virtual dimana seseorang dapat bergabung dan kemudian berinteraksi dengan anggota lain dan berpartisipasi dalam komunitas. Terdapat sebuah bangunan sosial di dalamnya, hierarki berupa pangkat anggota, modal serta pranata sosial yang mengatur kelakuan anggota. Stockdale dan Borovicka (2006) menyatakan bahwa suatu komunitas online memperlihatkan beberapa komponen seperti: 1. Tujuan, kepentingan atau kebutuhan bersama. Berkumpulnya orang-orang menjadi anggota dalam komunitas virtual Kaskus merupakan sebuah penyaluran kebutuhan mereka terhadap ruang publik yang semakin menghilang di dalam dunia nyata, hal ini sesuai dengan pernyataan Rheingold (1993) tentang teknologi CMC. Di dalam komunitas Kaskus sendiri terdapat kebutuhan bersama, selain kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain juga terdapat kebutuhan untuk saling berbagi informasi atau bertransaksi (khusus FJB). Sebagai contoh pemilik

46 ID setan biasa yang memilih berinteraksi di forum civitas academica untuk berhubungan dengan teman satu universitas. Pertemuan itu dapat berlanjut dengan pertemuan offline melalui acara gathering yang digunakan sebagai sarana mempererat hubungan. Anggota juga membutuhkan hubungan dengan anggota lain untuk membangun reputasi. Melalui hubungan antar anggota komunitas, seorang anggota bisa mendapatkan cendol sebagai pembentuk reputasi. 2. Partispasi aktif dan berulang oleh anggota-anggota dengan interaksi dan ikatan yang kuat. Setiap anggota aktif berpartisipasi dengan membuat thread dan anggota yang lain berpartisipasi memberikan posting balasan. Dalam forum Heart to Heart (H2H) anggota bahkan dapat berinteraksi dengan lebih intim, dalam artian mereka dapat membicarakan masalah-masalah personal, termasuk masalah hubungan percintaan, atau masalah dalam keluarga. ID setan biasa melalui pertemuan dalam forum civitas academica, mendapatkan kenalan anggota lain yang berada dalam satu universitas sehingga memungkinkan dilakukan pertemuan offline dan membangun interaksi yang lebih erat. Hubungan dipererat melalui acara seperti menonton film bersama. Anggota yang lain seperti peneliti dengan ID anaktengah, membangun hubungan dalam forum Movie dan mendapatkan informasi-informasi terbaru dari anggota-anggota lain. Hubungan dengan anggota lain diakui peneliti masih belum erat, karena status pangkatnya yang masih pemula (newbie) sehingga interaksi yang dilakukannya diakuinya masih belum cukup untuk membentuk ikatan yang kuat. 3. Aksesbilitas terhadap sumberdaya bersama dan kebijakan yang mengatur akses. Terdapat norma yang mengatur hubungan anggota terutama batasan-batasan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Setiap anggota memiliki akses dan hak

47 yang sama di dalam Kaskus akan tetapi terdapat beberapa batasan seperti tidak boleh memposting sesuatu yang menyinggung SARA dan atau bersifat provokatif yang dapat menimbulkan perpecahan antar anggota. 4. Pertukaran informasi, dukungan dan layanan. Pertukaran informasi terjadi secara terus menerus di dalam komunitas virtual Kaskus. Pertukaran ini terjadi dalam setiap threads baru yang diposting setiap menit dalam berbagai forum Kaskus. Forum yang paling ramai adalah lounge, dalam forum ini pertukaran informasi terjadi dengan sangat cepat, melalui threads baru dan posting komentar dari anggota lain. Akan tetapi forum lounge juga menjadi forum yang paling rawan dan paling sering mendapatkan serangan junker. Junker adalah anggota yang mem-posting hal-hal yang dianggap sampah (junk) karena tidak penting, tidak memiliki arti, atau dianggap dapat merusak ketentraman komunitas. Forum-forum lain lebih teratur dibandingkan lounge karena terdapat beberapa alasan: 1) anggota yang berkumpul di forum lain memiliki keragaman yang lebih kecil dibandingkan forum lounge, karena forum-forum tersebut memiliki pengelompokan berdasar minat yang jelas (seperti musik, film, supranatural, dan sebagainya); 2) anggota forum lain memiliki minat dan kebutuhan yang serupa (contoh forum Movies diisi oleh anggota yang memiliki minat yang sama tentang film, forum Music diisi oleh anggota yang memiliki minat yang sama besar terhadap musik, dan sebagainya); 3) forum lain memiliki jumlah pengunjung yang lebih sedikit dibandingkan forum lounge. Oleh karena itu meskipun pertukaran informasi terjadi paling cepat dalam forum lounge, akan tetapi untuk dukungan dan layanan, forum-forum lain dapat dikatakan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan forum lounge.

48 5. Konteks bersama tentang ketentuan sosial, bahasa atau protokol. Komunitas Kaskus memiliki beberapa bahasa khas (seperti: cendol, juragan, bata, TKP, dan sebagainya) yang telah dikenali oleh anggota (lihat bagian tentang Pranata di Bab V). Bagi anggota baru, terdapat sebuah forum khusus yang memperkenalkan Kaskus, kebiasaan, bahasa, serta berbagai pertanyaan umum (FAQ) lainnya. Aturan-aturan ini meskipun sebagian merupakan aturan tertulis, akan tetapi sifatnya lebih seperti norma. Penjelasan tentang aturan-aturan ini dijelaskan lebih lanjut dalam Bab V tentang Sistem Norma. 4.3 Bagian-bagian dalam Forum Kaskus Forum Kaskus memiliki empat bagian utama yaitu: Kaskus Corner, Casciscus, Loekeloe dan Regional. Masing-masing bagian tersebut membawahi beberapa bagian yang lain. Kaskus Corner diisi dengan kabar-kabar tentang kegiatan yang diselenggarakan oleh Kaskus ataupun yang melibatkan Kaskuser. Selain itu dalam Kaskus Corner juga terdapat bagian Kaskus Celeb yang menjadi tempat pemberitaan selebritis yang menjadi Kaskuser, juga menjadi tempat beberapa selebritis untuk berinteraksi dengan penggemarnya. Casciscus sebagai tempat untuk berbagi gosip, melakukan curhat (curahan hati) serta mendiskusikan berbagai informasi, mulai dari info-info ringan hingga berita dan politik terbaru. Loekeloe (dibaca Lo ke Lo) yang berarti dari kamu untuk kamu berisi forum-forum informasi, hobi atau minat. Forum ini menyatukan anggota yang memiliki kesamaan dan mereka dapat saling berbagi informasi terkait minat mereka tersebut.

49 Regional merupakan forum tempat berkumpulnya anggota Kaskus yang berasal dari wilayah regional yang sama. Wilayah regional Kaskus tidak hanya mencangkup Indonesia saja melainkan hingga ke negara-negara Australia, Eropa, Amerika juga beberapa negara lain. Jika Kaskuser membutuhkan informasi tentang luar negeri maka dapat menghubungi regional negara yang dituju. Tabel 1. Pembagian Forum pada Komunitas Kaskus KASKUS CORNER CASCISCUS LOEKELOE REGIONAL Kaskus celeb Welcome to All About Australia Kaskus Design Kaskus Event & Bakti The Lounge AMH Eropa Sosial Kaskus Promo Surat Pembaca Arsitektur Indonesia Cinta Kaskus Berita dan Computer USA Politik Stuff Cinta Indonesiaku Business Board Cooking Asia Mencooking + Restaurant Guide Lelang Amal Kaskus- Can You Solve Fitness & Other Regional Puteri Indonesia This Game? health body Debate Club Gadget & Gizmo Disturbing Games Picture Education Handphone & PDA English Ilmu Marketing Girls & Boys s Corner Health & Medical Heart to Heart Lifestyle Dsb Dsb

50 4.4 Pengguna Notable Anggota komunitas Kaskus menjangkau berbagai kalangan, termasuk beberapa selebritis. Menurut wikipedia, beberapa dari mereka adalah: dan Black Angle. Kaskuser yang sempat dicari karena keterlibatannya menyebarkan rekaman kotak hitam Adam Air Penerbangan 574 di dunia maya. Saykojigor. Rapper, Saykoji. AndrieWongso, seorang motivator. Katon Bagaskara, seorang musisi. Melly Goeslaw, seorang penyanyi dan komposer lagu. Budi Anduk, seorang komedian. Zahir Ali, seorang pembalap nasional Indonesia. Tarzan, seorang komedian. Tukul Arwana, seorang komedian. Roy Suryo, seorang pakar telematika. Saykoji, di antara anggota notable tersebut, dapat mewakili ikon Kaskus. Dalam beberapa kesempatan, Saykoji secara terang-terangan menyebut dirinya sebagai seorang Kaskuser. Sebagai contoh saat dia mengikuti kuis Siapa Lebih Berani di salah satu stasiun TV swasta, dia mengaku dapat memenangkan hadiah utama karena sering ngaskus istilah untuk mengakses situs Kaskus. Saykoji bahkan memiliki thread khusus untuk berkomunikasi dengan penggemarnya di forum Kaskus Celeb. Saykoji juga membuat sebuah lagu khusus tentang keseharian seorang kaskuser berjudul Kaskus Anthem.

51 Lagu Kaskus Anthem tidak dijadikan lagu yang komersial melainkan dapat diunduh secara gratis dan bebas melalui Kaskus. Lirik lagu ini menggambarkan keseharian seorang Kaskuser yang selalu membuka situs Kaskus sebagai sebuah bagian dari rutinitas hariannya. Lirik lagu ini juga menggunakan bahasa-bahasa khas Kaskus seperti pertamax, nubitol, momod, cendol ataupun bata (lirik Kaskus Anthem dapat dilihat dalam lampiran 5). 4.5 Kaskus dan Anti Kaskus Pada tanggal 26 Oktober 2009, sebuah thread membahas tentang situs Anti Kaskus. Situs Anti Kaskus bertujuan untuk mengkritik Kaskus. Hal ini dapat dilihat dari salah satu tulisan yang muncul di halaman pertama situs tersebut: This is a blog which all the people and kaskus member must read. I believe, most of you wont like me or will be angry with me. Do you reliaze what you get from kaskus? you are wasting all your valueable time there? What do you think you can get by reading tons of hoax from a bunch of lame people there? Too many useless and pointless article. Open your eyes! It just makes your moral down! Beberapa hal yang dikritik situs ini dari Kaskus adalah (1) kebudayaan Kaskus yang dianggap siapa yang punya massa, dialah yang benar, (2) kebebasan berbicara di dalam Kaskus, (3) gambar-gambar pertamax yang dianggap menyedihkan dan tidak mendidik, serta (4) informasi dan topik yang seringkali tidak penting dan memojokkan pihak tertentu tanpa bukti yang jelas. Akan tetapi saat peneliti ingin membaca isi situs lebih jauh melalui pranala yang diberikan, ternyata pranala tersebut tidak membuka isi situs yang diinginkan.

52 Gambar 4. Halaman depan Situs Anti Kaskus 4.6 Ciri Khas Kaskus Sebagai sebuah komunitas, Kaskus memiliki beberapa hal yang menjadi ciri khas komunitas. Beberapa ciri khas tersebut adalah Pertamax serta bahasa khas Kaskus Pertamax Pertamax merupakan istilah yang digunakan oleh Kaskuser saat mereka berhasil membuat posting balasan pertama kali untuk sebuah thread yang baru dibentuk. Istilah ini merupakan idiom dari kata pertama dan kali (x) yang mendekatkan pada nama produk bahan bakar non subsidi dari PT. Pertamina Tbk. Pertamax bagi sebagian Kaskuser merupakan sebuah kebanggaan, karena untuk membuat posting Pertamax, seorang Kaskuser harus bersaing dengan banyak pemburu Pertamax lain yang rata-rata memiliki koneksi internet yang sangat cepat.

53 Pemburu Pertamax bahkan telah membuat grup bernama Perpakin atau Persatuan Pertamax Indonesia. Perpakin berdiri tanggal 1 November 2008 dan pada ulang tahun pertama mereka, Perpakin mengadakan perlombaan yang berhadiah GRP atau cendol. Akan tetapi tidak semua pemburu pertamax tergabung di dalam Perpakin, beberapa dari mereka membentuk persatuan yang lain, dan beberapa yang lain tidak masuk dalam kelompok apapun. Pada awalnya, para pemburu Pertamax ditentang oleh banyak anggota lain yang disebut sebagai Anti Pertamax. Alasannya karena mereka tidak setuju dengan tingkah usil pemburu pertamax yang terkesan tidak menghargai pembuat thread (Thread Starter/TS). Pemburu Pertamax seringkali dianggap membuat junk, karena demi secepatnya membuat posting, mereka menulis sesuatu yang tidak berarti yang sering disebut mantra Pertamax. Akan tetapi seiring dengan waktu dan banyaknya protes yang muncul, hingga tak jarang para pemburu Pertamax di timpuk bata atau diberikan BRP, mereka mengganti tradisi menjadi memposting gambar-gambar unik. Saat ini Pertamax tampaknya sudah cukup diterima di dalam komunitas virtual Kaskus meskipun masih terdapat pihak yang menentangnya. Selain gambar unik dari anggota yang berhasil mendapatkan pertamax, beberapa yang lain juga memposting gambar yang menggambarkan kegagalan mereka mendapatkan pertamax. Beberapa anggota yang lain merasa puas dengan berada di halaman pertama thread dan terkadang merekapun memposting gambar yang menggambarkan keberhasilan mereka muncul di halaman pertama.

54 Gambar 5. Pertamax dan Gagal Pertamax Bahasa Khas Kaskus Kaskus memiliki beragam bahasa khas yang muncul dari interaksi antar anggotanya. Bahasa-bahasa ini menjadi identitas anggota Kaskus, sebagai contoh jika seseorang mengatakan pertamax dalam status anda di situs pertemanan facebook, seorang anggota Kaskus lain yang kebetulan membaca status tersebut akan langsung mengenali anda sebagai seorang Kaskuser. Bahasa-bahasa ini meskipun khas Kaskus, tak jarang ditemukan pula di tempat lain, sebagai contoh dalam situs facebook. Hal ini dapat terjadi karena setiap anggota Kaskus seringkali bukan hanya menjadi anggota sebuah komunitas virtual, melainkan beberapa komunitas sekaligus. Anggota Kaskus inilah yang biasa menyebarkan bahasa khas Kaskus ke luar forum. Bahasa khas Kaskus akan dibahas lebih lanjut dalam Bab V tentang Pranata Sosial dalam Kaskus. Seorang anggota Kaskus dengan ID mendo25 (diakses tanggal 6 Oktober 2009) membuat thread yang menceritakan tentang penggunaan bahasa Kaskus di luar forum Kaskus, yaitu dalam situs pertemanan facebook:

55 Gambar 6. Penggunaan Bahasa Kaskus dalam Situs Pertemanan Facebook

56 BAB V PRANATA SOSIAL DALAM KASKUS 5.1 Personel Identitas dalam komunitas virtual diwakili oleh simbol-simbol virtual yang dapat diciptakan oleh anggota yang bersangkutan. Identitas virtual dalam komunitas Kaskus mencakup nama, gambar (avatar), pangkat serta reputasi. Identitas virtual dapat dibelokkan dari identitas anggota dalam dunia fisik namun dapat juga disesuaikan dengan identitas anggota dalam dunia offline. Kebebasan menciptakan ikon-ikon dan membuat identitas sesuai keinginan anggota ini disebut oleh Rheingold (1993) sebagai pseudonym Data Personel secara Offline Data personel anggota Kaskus secara offline sebagian besar merupakan rahasia. Beberapa pengecualian adalah anggota-anggota yang telah melakukan pertemuan offline. Pertemuan secara offline atau melakukan tatap muka secara langsung dapat dilakukan antar anggota yang tergabung dalam forum regional atau dalam civitas academica, yang memiliki kedekatan secara geografis. Beberapa kali muncul thread yang menanyakan jenis kelamin, usia atau lokasi anggota Kaskus, akan tetapi data dari thread seperti itu memiliki setidaknya dua kelemahan. Kelemahan pertama, tidak semua anggota bersedia menunjukkan identitas personal mereka. Kelemahan kedua, data identitas offline dalam komunitas virtual sulit untuk dijamin kebenarannya. Oleh karena itu, dalam komunitas Kaskus, data-data identitas online lebih penting dibandingkan identitas secara offline.

57 Pemilik ID setan biasa tidak bersedia memberikan nama aslinya saat dilakukan wawancara online melalui chatting, akan tetapi pemilik ID mengaku sering mengikuti gathering atau pertemuan offline dengan sesama anggota Kaskus yang aktif dalam forum civitas academica Universitas Indonesia. Setiap anggota komunitas virtual memiliki kebebasan dan kemampuan untuk menyembunyikan data diri mereka. Hal inilah yang seringkali dianggap sebagai kelemahan sekaligus kelebihan komunitas virtual dibandingkan komunitas fisik Data Personel secara Online Data personel secara online menjadi data yang lebih umum digunakan dalam membangun pranata dan modal sosial. Data personel online ini mencakup dua karakteristik penting yaitu reputasi dan pangkat Pangkat Pangkat anggota komunitas Kaskus ditentukan oleh jumlah posting yang telah dikirimkan. Hierarkinya telah ditentukan seperti terlihat pada Tabel 2. Tingkatan hierarki ini menentukan tingkat senioritas seorang anggota komunitas virtual Kaskus dan sekaligus menentukan hak bagi anggota. Anggota senior memiliki hak yang lebih banyak dibandingkan anggota lain yang lebih junior. Anggota Kaskus yang telah memiliki jumlah posting sebanyak 2000, memiliki hak untuk memberikan GRP kepada anggota komunitas lainnya. Tingkatan dimana anggota dapat mulai memberikan GRP kepada anggota lain ini disebut tingkatan ISO Tingkatan hierarki ini memiliki beberapa fungsi diantaranya memastikan bahwa anggota yang junior tidak memiliki kemampuan untuk memberikan BRP dan GRP. Hal ini dianggap penting karena anggota junior seringkali kurang

58 mengerti aturan dan norma di dalam Kaskus. Mereka kerapkali melakukan kesalahan-kesalahan seperti salah memilih forum untuk menempatkan thread. Tabel 2. Hierarki Pangkat Anggota Kaskus Berdasarkan Jumlah Posting (2009) Jumlah Posting Pangkat 0 sampai 99 newbie 100 sampai 499 kaskusser 500 sampai 749 aktivis kaskus 750 sampai 999 kaskus holic 1000 sampai 3999 kaskus addict 4000 sampai 9999 kaskus maniac sampai kaskus geek sampai kaskus freak Lebih dari made in kaskus Sebagai contoh, thread cerita seram di forum lounge, padahal Kaskus sudah memberikan tempat khusus forum spiritual. Forum lounge paling sering menerima thread salah sasaran, karena forum ini paling banyak dikunjungi, sehingga umpan balik lebih cepat muncul dibandingkan dengan forum-forum yang lain. Oleh karena anggota junior kebanyakan masih belum benar-benar memahami aturan, tingkatan hierarki ini dirasa cukup adil demi ketentraman bersama komunitas Kaskus. Tingkatan hierarki ini juga membuat hubungan dalam komunitas virtual Kaskus menjadi lebih hidup. Hal ini dapat dijelaskan bahwa keberadaan tingkatan hierarki menyebabkan anggota memiliki tujuan untuk mendapatkan pangkat yang lebih tinggi dengan cara rajin membuat posting thread atau komentar. Tindakan anggota ini menyebabkan komunitas Kaskus menjadi dinamis karena terjadi interaksi antar anggota secara rutin dan dinamis.

59 Reputasi Reputasi menjadi data personel yang sangat penting dalam membangun dan mengembangkan kepercayaan dalam komunitas virtual Kaskus. Reputasi digambarkan sebagai kotak berwarna hijau, abu-abu dan merah dalam kotak identitas seorang anggota. Warna hijau biasa disebut cendol, merupakan gambaran dari Good Reputation Point (GRP) yang bernilai positif bagi anggota komunitas. Warna abu-abu menggambarkan kekosongan reputasi atau dengan kata lain anggota tersebut belum memiliki reputasi. Warna merah biasa disebut bata, menggambarkan Bad Reputation Point (BRP) yang bernilai negatif bagi anggota komunitas. Reputasi memiliki mekanisme yang cukup rumit yang dijelaskan dalam sistem norma. 5.2 Sistem Norma Konfrontasi Konfrontasi dapat terjadi di dalam komunitas Kaskus. Konfrontasi ini biasa dipicu oleh anggota yang memberikan posting atau thread dengan kata-kata yang kasar atau bermuatan SARA (Suku, Agama, Ras dan budaya). SARA menjadi masalah yang sangat sensitif di dalam Kaskus karena setiap posting pelecehan SARA yang muncul di Kaskus selalu menimbulkan reaksi yang cepat dan keras. Reaksi ini dapat dilihat pada kasus pemilik ID Rabbitch yang membuat thread yang melecehkan Nabi Muhammad sehingga membuat gerah anggota Kaskus yang lain terutama Kaskuser pemeluk agama Islam. Reaksi yang muncul adalah makian, pelemparan bata, dan munculnya thread-thread balasan yang

60 meminta agar pemilik ID di-banned. Semua reaksi tersebut muncul hanya dalam hitungan menit. Selain itu konfrontasi ringan juga dapat dipicu oleh anggota baru (newbie) yang kurang paham peraturan dan membuat thread di dalam forum yang salah, sebagai contoh membuat thread tentang olah raga di forum lounge. Penyebab konfrontasi ringan yang lain dapat dipicu oleh perkataan yang merendahkan dan bernada mengejek. Salah satu kasus konfrontasi dalam Kaskus yang paling terkenal adalah kasus konfrontasi yang terjadi antara ID S4ViTr1 dengan ID Sersan Surip. Konfrontasi ini bahkan pernah dibuat thread oleh anggota Kaskus yang lain (ID TraktoR6666) agar dapat dibaca kembali oleh lebih banyak orang. Konfrontasi ini memperjuangkan perbedaan pendapat antara ID S4ViTr1 dengan ID Sersan Surip terkait kasus IPDN yang terjadi pada tahun 2008 (lihat Lampiran 6) Sistem Norma Komunitas Kaskus Terdapat beragam aturan di dalam komunitas Kaskus, baik yang tertulis ataupun tidak. Aturan-aturan khusus diberlakukan untuk setiap forum, tetapi terdapat aturan-aturan lain yang bersifat umum dan wajib ditaati. Aturan-aturan umum tersebut diantaranya: (1) harus sopan dalam menulis posting ataupun thread; (2) tidak boleh bermuatan SARA, terutama jika bertujuan untuk menghina; (3) tidak boleh membuat posting atau thread yang tidak ada artinya (junk); (4) tidak boleh melakukan provokasi; (5) dalam membuat threads harus disertai sumber dan atau gambar; (6) tidak boleh mengulang informasi (repost). Aturan-aturan umum ini diawasi oleh semua warga Kaskus, bukan hanya sekedar tanggung jawab administrator dan moderator. Pemberian hukuman selain

61 dapat dilakukan oleh administrator dan moderator, juga dapat dilakukan oleh anggota yang telah mencapai ISO Seorang anggota Kaskus yang telah mencapai ISO, memiliki hak untuk memberikan Bad Reputation Point (BRP) atau bata sebagai hukuman. ISO terkait erat dengan sistem reputasi yang akan dijelaskan sebagai berikut: Sistem reputasi Sistem reputasi merupakan sebuah sistem di dalam komunitas virtual Kaskus, yang muncul dalam profil anggota sebagai kotak hijau, abu-abu atau merah. Kotak hijau atau GRP (biasa disebut cendol) memperlihatkan reputasi yang baik, kotak abu-abu berarti belum punya reputasi dan kotak merah atau BRP (biasa disebut bata) menunjukkan reputasi yang buruk. Semakin banyak jumlah cendol, semakin baik pula reputasi orang tersebut, sebaliknya semakin banyak jumlah bata, maka reputasi orang tersebut semakin buruk. Gambar 7. Gambar Profil Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pemilik ID anaktengah belum memiliki reputasi karena kotak reputasi masih berwarna abu-abu. Kotak tersebut

62 akan berubah warna menjadi hijau jika pemilik ID memiliki reputasi yang baik dan berwarna merah jika reputasinya buruk. Selain itu, kotak tersebut juga dapat bertambah jumlahnya tergantung berapa banyak reputasi yang dimiliki oleh pemilik ID Aturan-Aturan Terkait Sistem Reputasi Pemberian reputasi memiliki aturan yang cukup kompleks. Aturan ini membatasi seseorang memberikan reputasi kepada orang lain yang tidak kompeten menerimanya. Beberapa aturan tersebut adalah sebagai berikut: 1. ISO Hanya anggota yang postingannya diatas 2000 post atau telah mencapai ISO 2000 yang dapat memberikan good atau bad reputation point berwarna merah atau hijau. Anggota yang belum ISO tidak dapat memberikan GRP maupun BRP, kotak pemberiannya hanya akan berwarna abu-abu atau tidak dihitung. Jumlah minimal 2000 posting ini dapat menyeleksi anggotaanggota yang layak dan loyal kepada Kaskus untuk memberikan reputasi. Hal ini dikarenakan setiap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota dapat mengurangi jumlah total postingan, sehingga akan makin sulit bagi anggota tersebut untuk memperoleh status ISO, sementara pelanggaran yang berat dapat membuat ID tersebut di-banned sebelum mendapatkan status ISO. 2. Status reputasi. Nilai reputation point akan berpengaruh terhadap status reputation point itu sendiri (dapat diketahui dari roll over mouse ke kotak hijau atau abu-abu atau merah). Satu balok melambangkan reputasi (baik bata ataupun cendol), dua balok melambangkan dan seterusnya.

63 3. Pemotongan jumlah posting. Anggota yang dianggap melakukan pelanggaran seperti mem-posting sesuatu yang bermuatan SARA, membuat junk, dan pelanggaran-pelanggaran lain dapat dikenai hukuman pemotongan jumlah posting. Hal ini akan memperjauh jumlah posting mereka untuk mencapai ISO. 4. Jumlah BRP. Anggota yang banyak memperoleh bata hingga lebih dari dua kotak (>200 BRP), ID-nya akan di-banned oleh Administrator Kaskus. Aturan ini belum dapat dilakukan secara optimal, beberapa ID yang memiliki deretan bata masih tetap bertahan di Kaskus. Pengecualian ini dilakukan karena keterbatasan manajemen Kaskus untuk mengurus banyak anggota serta adanya beberapa ID yang sengaja mengumpulkan bata tanpa melakukan tindakan-tindakan pelanggaran. 5. BRP dan GRP. Penghitungan nilai BRP dan GRP saling menutupi satu sama lain. Oleh karena itu jika seseorang memiliki satu GRP, kemudian mendapatkan satu BRP, maka reputasinya akan kembali menjadi nol, karena nilai GRP yang didapatnya dikurangi oleh nilai BRP, sehingga menjadi nol. 6. Banned. Banned secara langsung dapat dilakukan oleh administrator jika anggota dianggap melakukan pelanggaran berat yang berpotensi merusak ketentraman Kaskus. Hukuman banned dapat disetarakan dengan hukuman pengusiran di dalam dunia nyata, karena ID yang di-banned secara otomatis tidak dapat masuk ke dalam komunitas Kaskus.

64 Hak Anggota ISO 2000 Anggota yang telah mencapai ISO memiliki hak istimewa yang tidak dimiliki oleh anggota yang masih tergolong newbie. Oleh karena itu status ISO ini dianggap istimewa dan menjadi impian banyak Kaskuser. Anggota senior yang telah mencapai ISO 2000 dapat memberikan GRP ataupun BRP yang menjadi inti dari sistem reputasi, kepada anggota yang lain. Terdapat beragam alasan seseorang memberikan GRP atau cendol kepada anggota yang lain, beberapa diantaranya: (1) anggota membuat sebuah thread yang bagus sehingga dianggap layak untuk diberikan cendol, (2) anggota memberikan pelayanan yang bagus saat menjual barang di Forum Jual Beli, sehingga pembeli merasa perlu memberikan cendol untuk menghargai pelayanan tersebut, (3) beberapa anggota Kaskus menjual barang di FJB dengan memberikan bonus cendol bagi pembeli, (4) melalui taruhan hasil pertandingan sepakbola di forum olah raga, (5) bertukar cendol dengan anggota lain. Cara kelima atau bertukar cendol dengan anggota lain, menjadi cara yang dianggap curang. Akan tetapi cara ini pun sudah dibatasi oleh sistem Kaskus yang tidak memungkinkan seseorang memberikan cendol kepada ID yang sama dua kali berturut-turut kecuali dia telah memberikan cendolnya kepada 20 orang yang lain terlebih dahulu. Disisi lain, anggota yang telah mencapai ISO dapat pula memberikan BRP atau bata kepada anggota lain. Beberapa alasan yang dapat menjadi pemicu yaitu: (1) anggota dianggap membuat thread yang buruk, baik dari segi tema yang repost, dianggap menyebarkan berita hoax, bahasa yang kasar dan sebagainya; (2)

65 anggota membuat posting yang buruk, seperti bermuatan SARA, provokatif atau memposting sampah (junk) Sanksi Terdapat tingkatan norma yang masing-masing memiliki sanksi yang berbeda. semakin besar kesalahan yang dilakukan dan semakin tinggi tingkatan norma yang dilanggar, sanksi yang diterima akan semakin berat. Sanksi dalam komunitas virtual Kaskus setidaknya ada tiga macam dan bertingkat. Hukuman paling ringan berupa pencelaan melalui posting komentar. Hukuman ini dijatuhkan oleh semua anggota lain. Hukuman kedua adalah pemberian BRP (Bad Reputation Point) atau bata. Hukuman ini dapat dijatuhkan oleh anggota yang sudah mencapai tingkatan ISO. Bata atau BRP dapat dikatakan sebagai hukuman karena BRP merupakan lambang reputasi yang buruk. Hukuman bata ditunjukkan dengan reputasi poin yang berwarna merah. Hukuman paling berat adalah hukuman banned. Hukuman ini membuat ID anggota yang bersangkutan tidak dapat beraktivitas di dalam komunitas virtual. Anggota yang dihukum banned tidak dapat membuat posting apapun ke dalam komunitas. Hukuman banned dapat dilakukan untuk jangka waktu tertentu atau selamanya, yang ditentukan oleh pelanggaran yang telah dilakukan oleh pemilik ID tersebut. Hukuman banned hanya dapat dilakukan oleh administrator Kaskus, namun anggota lain dapat melaporkan ID yang dianggap melanggar kepada pihak admin. Banyak cara untuk melakukan pelaporan, yaitu (1) dengan memilih lambang tanda seru di profil pembuat masalah untuk melaporkan kepada moderator; (2) dengan memilih lambang lapor hansip di profil pembuat masalah

66 untuk melaporkan kepada moderator; (3) dengan melapor pada thread yang sudah disediakan khusus untuk pelaporan; (4) dengan membuat threads yang meminta perhatian moderator yang berisi keluhan atau pelaporan (cara ini ilegal tapi beberapa kali ditemukan peneliti digunakan sebagai cara pelaporan). Gambar dibawah menunjukkan salah satu cara pelaporan yang dapat dilakukan anggota Kaskus: Gambar 8. Tempat Melaporkan ID secara Langsung Aturan-aturan umum dalam komunitas virtual tersebut lebih mirip sebuah norma dibandingkan aturan resmi karena dalam pelaksanaanya lebih menekankan pada jaringan kesalingpercayaan daripada persetujuan yang sesungguhnya (Tuomela dikutip Hodgson 2006). Pengertian norma sendiri oleh Tuomela (Hodgson 2006) dijelaskan sebagai suatu aturan perilaku (behavioral regularities) yang muncul dari pertukaran tujuan dan ekspektasi. Pengamatan peneliti terhadap komunitas Kaskus melihat bahwa kesadaran anggota untuk ikut serta menegakkan aturan (melaporkan, mencela atau mengirim

67 bata) merupakan bentuk kepedulian mereka untuk membuat komunitas Kaskus menjadi sebuah tempat yang nyaman bagi mereka bersama. Tujuan mereka bersama yang mendorong untuk ikut berperan aktif menjaga ketentraman komunitas. Sementara itu terkait ekspektasi, terdapat semacam ekspektasi batasan tentang jenis pelanggaran dan hukuman yang layak diberikan atas pelanggaran tersebut. Anggota tidak akan serta merta meminta administrator mem-banned anggota yang berbicara kasar, mereka hanya akan membalasnya atau memberikan BRP. Anggota yang dianggap layak banned (dilihat dari permintaan banned yang muncul) seringkali adalah anggota yang dianggap provokatif dan berbau SARA, karena berpotensi merusak kerukunan dalam komunitas Kaskus Keterbatasan Hukuman dalam Komunitas Virtual Hukuman dalam komunitas virtual memiliki kelemahan besar yang tidak dapat dihindari. Komunitas virtual, dimana para anggotanya bergabung dengan nama dan lokasi yang tidak nyata (virtual) tidak dapat melakukan penegakan hukuman secara mutlak. Hukuman yang dilakukan hanya berlaku bagi ID anggota yang bersangkutan, tetapi tidak mampu menjangkau secara fisik, seseorang yang berada di balik ID tersebut. Sebagai gambaran, seseorang bernama X memiliki ID A yang melakukan kesalahan dalam komunitas Kaskus. Hukuman banned dijatuhkan kepada ID A sehingga ID tersebut tidak dapat masuk ke dalam jaringan komunitas Kaskus. Akan tetapi hukuman tidak dapat menjangkau X, sehingga X dapat kembali masuk ke dalam komunitas Kaskus dengan ID B, sebagai ID baru yang bersih.

68 X ID A ID A tidak dapat masuk ke dalam komunitas Kaskus BANNED KOMUNITAS KASKUS X membuat ID baru ID B Gambar 9. Bagan Gambaran Kelemahan Hukuman Virtual Kejadian seperti ini tak jarang terjadi dalam komunitas Kaskus. Beberapa anggota yang di-banned tak jarang kembali dengan ID yang lain. Terkadang mereka hanya ingin memprotes hukuman banned yang mereka terima, namun tak jarang pula mereka kembali melakukan kerusuhan serupa. Kejadian seperti ini dapat digambarkan dengan salah satu legenda Kaskus, ID AppleBreadKe-4. Seorang anggota Kaskus dengan ID Deperruku (diakses tanggal 17 Oktober 2009) mengungkapkan kisah pemilik ID AppleBread. AppleBread awalnya membuat sebuah ID yang gemar melakukan aksi junk, yaitu membuat thread dan posting tanpa arti. Kejadian ini terjadi berulang kali hingga penghuni lain gerah dan meminta admin untuk melakukan ban terhadap ID. ID AppleBread kemudian di banned, akan tetapi tak lama kemudian muncul ID AppleBreadKe-2. ID ini kembali melakukan kerusuhan yang serupa dengan pendahulunya. Kejadian ini terulang hingga muncul ID AppleBreadKe-4 yang akhirnya meminta maaf kepada

69 seluruh penghuni Kaskus (Lampiran 7). Kesamaan orang yang sama dibelakang ID AppleBread memang tidak dapat dipastikan, akan tetapi ini bisa menjadi gambaran bagaimana hukuman virtual tidak dapat berlaku mutlak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parson (Brown 2002) bahwa sebuah komunitas tidak akan melakukan penegakan kewajiban (jurisdiction) jika mereka tidak menempati sebuah ruang tertentu. Hubungan antara ruang dengan komunitas sebagaimana dikutip Brown (2002), adalah bahwa hak hukum (jurisdiction) merujuk pada kewajiban (obligation). Kewajiban menyebabkan penegakan (reinforcement). Penegakan diikuti dengan sanksi. Sanksi untuk menyebabkan pengaruh, harus mencapai obyek. Obyek untuk dapat dicapai harus memiliki lokasi ruang (space). Semua dimulai dengan hak hukum dan berakhir dengan ruang Penyimpangan Ekspektasi Kelemahan penegakan sanksi dalam komunitas virtual menyebabkan komunitas virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota terhadap sanksi itu sendiri. Seberapa besar anggota menganggap cendol berharga dan seberapa besar pula mereka menganggap bata sebagai aib sangat penting bagi kelangsungan komunitas virtual. Saat anggota tidak lagi mengakui bata dan cendol sebagai sanksi dan penghargaan, hal tersebut dapat memicu keruntuhan komunitas virtual. Saat penelitian berlangsung, telah teramati terjadinya penyimpangan yang ditunjukkan perilaku beberapa anggota komunitas yang membuat thread bagus untuk mengumpulkan BRP atau bata. Hal ini bisa jadi merupakan pertanda telah terjadi penyimpangan ekspektasi anggota Kaskus terhadap makna cendol dan bata.

70 Pemilik ID setan biasa adalah salah satu contoh pengumpul bata. Pemilik ID ini mengaku mengumpulkan bata karena beberapa alasan yang diakuinya dalam wawancara online: setan_biasa: 1. ane ga mau orang ngliat hanya dari sisi luarnya aja (karena bata identik dengan perusuh ato negatif) setan_biasa: 2. cari hal yg baru dan beda aja (soalnya sudah terlalu sering oran ngumpulin cendol) setan_biasa: 3. ane pengen ngejar post dengan ID bata merah (karena sampai saat ini belom ada sepertinya, walaupun ID bata merah riskan di banned, karena meman di larang) Uniknya pemilik ID setan biasa mendapatkan bata bukan hasil dari ngejunk atau membuat posting sampah melainkan dari beberapa sumber seperti minta pada teman atau membuat thread yang bagus. Selain itu ID setan biasa juga mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap sistem reputasi yang ditunjukkan oleh cendol dan bata. Menurut ID setan biasa, cendol tidak dapat lagi mewakili prestasi karena semakin banyak anggota yang mendapatkan cendol dari cara-cara ilegal seperti barter atau arisan. setan_biasa: karena fungsinya udah ga terlalu signifikan setan_biasa: lagian seharusnya cendol dikasih karena apresiasi setan_biasa: namun kenyataannya cenderung beda setan_biasa: cendol dikumpulkan dari hasil barter setan_biasa: ataupun ikut arisan setan_biasa: makanya banyak orang buat klonengan banyak dan ngeja ISO Selain itu, bata juga dianggap tidak efektif sebagai hukuman bagi perusuh. Hukuman yang dianggap masih cukup efektif hanyalah banned, namun itupun memiliki kelemahan, sehingga pemilik ID dapat membuat ID baru yang bersih. Keterbatasan penegakan sanksi menyebabkan norma dalam komunitas virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota, yaitu seberapa besar anggota

71 komunitas menghormati aturan dan berusaha mematuhinya. Oleh karena itu, terjadinya perubahan ekspektasi anggota terhadap kekuatan sanksi berpotensi menghancurkan norma dan komunitas virtual. Akan tetapi hal ini dapat pula dipengaruhi perasaan sebagai komunitas (sense of community) anggota komunitas virtual. Jika anggota merasa membutuhkan keberadaan komunitas virtual, anggota akan berusaha mempertahankan komunitas. Penelitian ini hanya melihat modal sosial dan pranata, sehingga komponen SOC tidak akan dibahas lebih lanjut. 5.3 Peralatan Fisik Alat komunikasi menjadi alat paling penting dalam membentuk komunitas virtual, karena di dalam alat komunikasi itulah mereka berkumpul sebagai komunitas. Hal ini dijelaskan oleh Rheingold (London 1997) dengan definisi komunitas virtual yang didefinisikannya sebagai kelompok dari individu-individu yang dihubungkan bukan oleh geografi melainkan oleh partisipasi mereka dalam jaringan komputer. Dengan kata lain, tanpa jaringan komputer, komunitas virtual tidak akan pernah ada. Akan tetapi selain jaringan komputer atau internet, komunitas virtual juga didukung oleh alat-alat komunikasi lainnya. Sebuah layanan baru dari Kaskus mempermudah anggota untuk saling berhubungan tidak hanya melalui dunia maya internet, melainkan juga melalui telepon seluler. Layanan yang diberi nama Kaskus SMS PM ini memungkinkan anggota untuk menghubungi anggota lain melalui layanan SMS (Short Message Service). Layanan ini dapat digunakan untuk mendapatkan balasan yang cepat dari anggota lain.

72 5.4 Kelakuan Berpola Anggota komunitas Kaskus, tak berbeda dengan anggota komunitas nyata, mereka butuh untuk melakukan kegiatan bersama. Kegiatan yang paling penting adalah membangun komunikasi sebagai jalan untuk mengembangkan ikatan sosial. Komunikasi utama anggota komunitas Kaskus terjadi secara online, akan tetapi merekapun terkadang melakukan komunikasi offline melalui gathering di wilayah regional masing-masing Pertemuan Online Kaskus sebagai sebuah komunitas virtual menggunakan pertemuan online sebagai cara utama untuk berkomunikasi antar anggota. Setiap anggota berkumpul di dalam forum-forum Kaskus melakukan percakapan jarak jauh dan membentuk sebuah hubungan sosial. Setiap anggota Kaskus akan memposting komentarkomentar, dukungan ataupun sanggahan sebagai tanggapan terhadap sebuah posting. Mengirimkan posting menjadi sebuah kelakuan berpola bagi seorang anggota Kaskus. Mengirimkan posting juga berarti melakukan komunikasi dengan anggotaanggota Kaskus. Mengirimkan posting dalam dunia maya seolah melakukan percakapan dengan sekumpulan anggota-anggota komunitas. Setiap anggota memiliki pendapat sendiri yang bahkan meskipun hanya berwujud tulisan, dapat menyalurkan emosi kepada pembacanya. Hal ini dirasakan pula oleh peneliti. Selama meneliti, peneliti beberapa kali menemukan thread yang berisi provokasi dan adu domba. Beberapa thread menyinggung agama, dan yang lain menyinggung Ras. Akan tetapi, peneliti melihat bahwa rasa kebersamaan di dalam komunitas Kaskus tetap terjaga. Meskipun beberapa anggota dengan cepat

73 terprovokasi, tetapi lebih banyak anggota lain yang mampu menanggapi dengan kepala dingin. Serangan-serangan dari luar seperti itu justru memiliki potensi untuk mengeratkan hubungan komunitas Kaskus. Pada penelitian bulan Oktober, peneliti banyak menemukan thread yang berasal dari oknum Malaysia yang muncul di forum lounge. Forum Lounge memiliki pergerakan thread dan posting yang paling cepat dan pengunjung yang paling banyak dibandingkan forum lain, bisa jadi itu alasan forum ini banyak diincar oleh pihak-pihak perusuh dan provokator. Kebenaran asal-usulnya provokator dunia maya tentu sulit di buktikan, akan tetapi mereka berbicara atas nama Malaysia dan mengeluarkan thread yang merendahkan Indonesia. Menghadapi perusuh dari pihak luar, semua anggota Kaskus bersatu layaknya sebuah komunitas yang menghalau pengacau dari luar. Anggota Kaskus juga dapat saling mendukung atau memberi nasehat kepada anggota lainnya. Hal ini sering terjadi di forum GIRLS&BOYS s CORNER. Forum ini menjadi tempat bagi anggota Kaskus yang ingin membicarakan masalah hubungan perempuan dengan laki-laki. Seorang anggota dapat bertanya cara untuk mendapatkan maaf dari kekasihnya di forum ini. posting balasan biasanya bersifat mendukung pembuat thread atau TS (Thread Starter) Pertemuan Offline Pertemuan offline biasa dilakukan oleh anggota regional komunitas. Pertemuan ini lebih terasa jika dilakukan oleh anggota regional komunitas di luar negeri, karena mereka berkumpul sebagai anggota dua komunitas: komunitas

74 virtual Kaskus serta komunitas karena kesamaan asal. Pertemuan offline dianggap sebagai hal yang patut diberitakan kepada anggota komunitas, sehingga thread yang membahas pertemuan regional kerap menjadi hot threads. Akan tetapi pertemuan rutin anggota kadangkala dijadikan pertemuan rutin yang tidak diekspose. Contoh pertemuan yang cukup rutin dilakukan adalah pertemuan oleh anggota Forum Civitas Academica Universitas Indonesia. Pertemuan offline mereka diisi dengan berbagai kegiatan mulai dari nonton hingga pertandingan olahraga Bahasa Khas Percakapan di dalam Kaskus, baik berupa thread, posting dan sebagainya seringkali menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lisan sehari-hari. Bahasa cetak yang digunakan di dalam Kaskus selain merupakan standar bahasa cetak atau chatting yang sudah umum digunakan di dunia cyber seperti LOL (Laugh Out Loud) atau tertawa keras untuk mengomentari sesuatu yang lucu dan IMO (In My Opinion) atau menurut pendapat saya untuk mengungkapkan pendapat pribadi, juga memiliki beragam bahasa lain yang memang asli muncul dari percakapan anggota komunitas Kaskus. Bahasa-bahasa ini selain mempermudah komunikasi juga berfungsi sebagai identitas atau ciri khas anggota komunitas.

75 Bahasa Kaskus yang umum digunakan dalam percakapan Kaskus adalah: Tabel 3. Bahasa Khas Kaskus dan Pengertiannya No Bahasa Khas Pengertian Kaskus 1. Pertamax Idiom dari kata Pertama dan x (kali) yang digabung menjadi satu sehingga mendekatkan pada produk bahan bakar non subsidi dari PT. Pertamina Tbk yaitu PERTAMAX, yang artinya memposting balasan dari sebuah Thread yang baru dibentuk atau Thread Starter (TS). 2. Maho Kependekan dari "manusia homo." Kata yang digunakan untuk mencela. Emoticon maho: 3. Juragan/agan Merupakan kata sapaan untuk sesama Kaskuser. 4. ISO 2000 Anggota Kaskus yang telah memberikan 2000 post, pada tingkatan ini anggota dapat memberikan GRP ataupun BRP kepada anggota yang lain. 5. GRP/cendol Merupakan singkatan dari Good Reputation Point. Disebut juga sebagai cendol karena akan muncul dalam tanda kotak kecil berwarna hijau. 6. BRP/bata Merupakan singkatan dari Bad Reputation Point. Disebut juga sebagai bata karena akan muncul dalam tanda kotak kecil berwarna merah. 7. Newbie/nubi Merupakan anggota baru yang memiliki jumlah posting < BB 17 Kependekan dari buka-bukaan 17 tahun. Awalnya mengacu pada subforum khusus dewasa di Kaskus. Akan tetapi saat ini lebih mengacu pada semua thread atau materi yang mengandung unsur pornografi. 9. Thread/Trit Halaman berisi satu topik tertentu yang dibuat oleh Kaskuser. 10. TS Orang yang membuat thread 11. TKP Singkatan dari Tempat Kejadian Perkara yang digunakan untuk menggantikan istilah pranala/link. 12. Kulkas Kata lain dari control panel, tempat untuk melihat jumlah BRP ataupun GRP yang telah diterima. 13. Momod Bahasa slang untuk menyebut moderator. 14. Mimin Bahasa slang untuk menyebut administrator. 15. HOAX Materi atau thread yang tidak memiliki sumber/bukti dan dianggap sebagai kebohongan. 16. IGO Kependekan dari Indonesian Girl Only. 17. Repost Jika TS mengangkat tema yang sudah pernah dibahas sebelumnya, seringkali disebut juga sebagai repsol. 18. Dejavu Merupakan istilah lain untuk repost. 19. Prikitiw preview, pratinjau 20. Sedot Istilah lain untuk download atau unduh

76 BAB VI MODAL SOSIAL 6.1 Kepercayaan Tingkat kepercayaan seorang anggota Kaskus terhadap anggota yang lain terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan identitas menjadi hal yang sangat umum dalam komunitas virtual, termasuk komunitas Kaskus. Oleh karena itu, mekanisme sistem reputasi (sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Bab V tentang Pranata bagian Norma) yang mengatur pemberian GRP dan BRP menjadi sangat penting dalam membangun dan mengembangkan kepercayaan antar anggota. GRP atau cendol menjadi gambaran bahwa anggota yang bersangkutan dipercaya oleh orang lain. Di lain pihak, BRP atau bata menjadi tanda untuk berhati-hati dan tidak cepat percaya pada ID yang memilikinya. Dengan melihat kepemilikan GRP dan BRP, seseorang dapat mengesampingkan identitas fisik seseorang dan memilih untuk percaya atau tidak percaya pada orang tersebut. Selain itu faktor kedua adalah jaringan informasi. Kepercayaan terhadap suatu informasi ataupun identitas seseorang akan lebih dipercaya jika didukung oleh banyak anggota yang lain Kepercayaan dalam FJB Contoh yang terjadi adalah kepercayaan yang tumbuh di dalam forum Forum Jual Beli (FJB). Kepercayaan mutlak dibutuhkan di dalam forum ini, dimana seseorang akan melakukan transaksi dengan seseorang yang tidak diketahui identitasnya secara fisik. Dalam proses menumbuhkan kepercayaan

77 inilah sistem reputasi berperan sangat penting, karena dengan sistem ini kita dapat memperoleh data yang memungkinkan kita mempercayai seseorang yang bahkan tanpa nama. Seperti yang diakui oleh Rifki, salah seorang Kaskuser yang telah beberapa kali melakukan transaksi melalui FJB. Rifki memilih untuk membeli dari anggota yang memenuhi beberapa persyaratan, yaitu : (1) Tanggal bergabung (join date). Semakin lama dia bergabung dengan komunitas Kaskus (lebih lama dari tahun 2000), dia akan semakin dipercaya; (2) Jumlah GRP (Good Reputation Points/cendol). Karena GRP dapat pula diberikan oleh pembeli yang merasa puas terhadap penjual tersebut; (3) Testimonial dari pembeli. Thread jual beli memungkinkan anggota lain memberikan testimonial kepada penjual, baik yang menunjukkan kepuasan atau kekecewaan. Testimonial ini akan menjadi informasi penting untuk membangun kepercayaan. Testimonial ini merupakan hasil dari jaringan informasi yang disediakan dalam komunitas virtual. Testimonial saat ini menempati posisi yang lebih penting setelah terjadinya penyimpangan reputasi seperti kemunculan para pengumpul bata dan kegiatan ilegal pertukaran cendol. Gambar 10. Tips Berjualan Aman di Forum Jual Beli

78 Hasilnya, selama melakukan transaksi jual beli melalui FJB, Rifki mengaku selalu puas. Hal ini diakui pula oleh Kaskuser yang lain, seperti yang saya temukan di dalam sebuah thread di forum lounge yang membahas tentang keamanan transaksi melalui FJB. Melalui thread tersebut tampak bahwa kepercayaan di dalam komunitas virtual dimulai dengan data-data. Dan sumber dari data-data tersebut adalah sistem reputasi serta pertukaran informasi antar anggota. Hal ini sesuai dengan pernyataan London yang menyatakan bahwa informasi adalah mata uang bagi komunitas virtual, seperti banyak budaya pasar (marketplace cultures) lainnya. Meskipun oleh London informasi lebih ditekankan manfaatnya untuk debat publik dan deliberation Kepercayaan terhadap Threads (Informasi) Informasi di dalam komunitas Kaskus muncul dalam bentuk artikel yang disebut sebagai thread. Beragam thread dengan berbagai tema muncul dan bertambah dengan cepat. Thread ini selanjutnya akan mendapat respon dari anggota yang lain berupa posting komentar. Akan tetapi, tidak semua informasi yang masuk ke dalam komunitas Kaskus merupakan informasi yang benar. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme untuk membangun kepercayaan dan mencegah informasi palsu yang masuk ke dalam situs Kaskus, lalu seandainya informasi palsu terlanjur masuk, Kaskus harus memiliki mekanisme untuk membongkar kepalsuan informasi tersebut. Mekanisme ini sangat penting karena sekali lagi, kerahasiaan identitas anggota komunitas virtual yang memungkinkan berbagai penipuan yang aman. Dan jika terjadi penipuan informasi yang terlanjur dipercaya oleh banyak anggota,

79 maka tingkat kepercayaan terhadap komunitas dapat turun dengan cepat. Turunnya tingkat kepercayaan anggota berpotensi menurunkan komitmen anggota terhadap komunitas dan pada akhirnya menjadi sebuah ancaman bagi eksistensi komunitas Kaskus sendiri Aturan dalam Menulis Threads Pembentukan kepercayaan terhadap informasi didukung oleh aturan-aturan menulis threads dalam komunitas Kaskus. Norma paling utama adalah yang meminta agar mencantumkan sumber dan atau gambar dalam membuat threads informasi. Norma ini harus dipatuhi jika penulis thread ingin mendapatkan kepercayaan dari anggota yang lain. Thread tanpa sumber dan atau gambar hanya akan dianggap sebagai informasi sampah yang tidak layak dipercaya. Anggota yang membuat thread yang dianggap hoax bisa diberikan respon negatif dari anggota yang lain dengan posting berupa teguran hingga celaan. Jika anggota lain merasa sangat dirugikan, maka anggota tersebut dapat saja mengirimkan BRP (bata) terhadap TS, yang tentu sangat dihindari oleh setiap anggota. Selain dorongan hukuman, anggota Kaskus membuat thread yang bagus juga karena adanya dorongan positif berupa penghargaan. Threads yang bagus seringkali mendapatkan penghargaan berupa GRP (cendol) dari anggota yang lain. Selain GRP, anggota yang rutin membuat thread bagus juga akan lebih dikenal yang tentu saja akan meningkatkan kepercayaan anggota yang lain terhadap dirinya.

80 Umpan Balik Anggota Umpan balik anggota merupakan mekanisme pertahanan komunitas virtual terhadap informasi palsu. Umpan balik dapat berupa respon positif berupa pujian, dukungan, tambahan informasi atau GRP. Akan tetapi umpan balik dapat pula berupa respon negatif berupa kritik, sanggahan, cacian, atau BRP. Umpan balik anggota sangat dibutuhkan dalam membangun kepercayaan lebih karena anggota komunitas virtual menjadi pemantau, penyaring sekaligus penegak norma dalam komunitas virtual disamping moderator dan administrator. Umpan balik berupa posting komentar dapat berkembang menjadi debat publik. Debat publik dapat terjadi dengan sengit menjadi sebuah konfrontasi dalam dunia cyber. Debat juga dapat dilakukan antar thread seperti yang terjadi saat muncul thread berita ramalan kiamat 2012 yang dibalas dengan thread bahwa ramalan kiamat 2012 hanyalah berita hoax. Pertukaran informasi, debat publik dan deliberation ini penting untuk menjaga kualitas informasi sebagai mekanisme untuk melawan informasiinformasi palsu (hoax). Dengan debat publik ini kualitas informasi di dalam Kaskus tetap terjaga dan sebagai lanjutannya tingkat kepercayaan anggota terhadap informasi-informasi di dalam Kaskus akan meningkat. Mekanisme tingkat kepercayaan di dalam Kaskus ini semakin lengkap dengan sistem rate dan hot threads. Mekanismenya sebagai berikut, seorang Kaskuser dapat memberikan rate untuk setiap thread. Rate ini dimulai dari satu bintang (*) untuk terrible (sangat buruk) hingga lima bintang (*****) untuk excellent (sangat baik). Kaskuser memberikan peringkat (rate) ini sebagai bentuk umpan balik (feed back) terhadap isi thread. Thread yang dianggap sangat bagus

81 akan diberikan lima bintang dan thread yang sangat buruk diberikan satu bintang. Thread yang memiliki rate yang bagus akan naik posisinya ke halaman depan. Umpan balik berupa postingan komentar juga dihitung untuk meningkatkan posisi sebuah threads. Threads yang mendapatkan rate yang bagus serta umpan balik posting yang banyak akan naik posisinya ke halaman depan. Posisi tertinggi sebuah threads diberikan penghargaan khusus Hot Threads. Posisi hot threads (HT) ini sangat istimewa yaitu di halaman muka situs, sehingga threads yang menjadi HT memiliki peluang lebih besar untuk dibaca pengunjung situs Kaskus. Oleh karena keistimewaannya, setiap Threads Starter (para pembuat threads yang biasa disingkat sebagai TS) memimpikan thread mereka menjadi HT. Sebagai syarat untuk mendapatkan HT, tidak ada jalan lain adalah dengan membuat threads yang bagus, menarik, terjamin sumbernya, bukan berita hoax, sehingga menarik Kaskuser lain untuk memberikan rate dan memberikan komentar mereka. Gambar 11. Hot Threads Terkait dengan berita bohong atau hoax, hal tersebut menjadi salah satu elemen yang dikritik oleh situs Anti Karskus. Akan tetapi menurut pengamatan peneliti, hal tersebut sudah diantisipasi dengan sangat baik oleh Kaskus melalui

82 sistem Kaskus yang telah dipaparkan. Melihat fakta tersebut, tuduhan bahwa komunitas Kaskus berisi berita-berita bohong tidak memiliki bukti yang kuat. Pada akhirnya keputusan untuk mempercayai atau menolak sesuatu merupakan pilihan setiap individu. Bahkan pada dunia nyata sekalipun dibohongi atau mendapatkan berita bohong adalah hal yang biasa terjadi. Kaskus sendiri sudah menerapkan sebuah sistem yang didukung oleh semua elemennya (administrator, moderator dan anggota) yang memperkecil kemungkinan munculnya informasi yang salah Kelemahan Kepercayaan Virtual Meskipun kepercayaan dapat tumbuh diantara anggota komunitas virtual, akan tetapi kepercayaan ini sulit mencapai tingkatan intim. Hal ini karena kepercayaan dalam komunitas virtual bergantung pada pertukaran informasi dan jaringan. Saat informasi yang diberikan bersifat umum, orang akan dengan mudah mencari sumber-sumber lain yang mendukung atau menyangkal informasi tersebut melalui situs-situs berita atau sumber informasi yang lain, akan tetapi saat informasi yang diberikan bersifat pribadi orang akan sulit mengecek kebenaran informasi tersebut. Oleh karena itu kepercayaan yang dibangun secara online akan kesulitan mencapai tingkatan intim. Kelemahan ini didukung pula dengan kerahasiaan identitas personel secara fisik serta lemahnya penegakan sanksi dalam komunitas virtual. Dalam penelitian yang dilakukan, anggota komunitas yang dihubungi dengan mudah mempercayai peneliti dan memberikan informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi diduga hal ini karena pertanyaan yang diajukan tidak menyinggung hal-hal yang bersifat pribadi.

83 Disamping itu juga karena identitas responden terlindungi oleh kerahasiaan yang serupa. Menghilangkan kerahasiaan adalah cara yang paling mungkin untuk mengawali pembentukan kepercayaan yang lebih intim dan cara termudah menghilangkan kerahasiaan tersebut adalah dengan pertemuan offline. 6.2 Jaringan Jaringan yang paling nyata di dalam Kaskus adalah jaringan informasi. Melalui jaringan informasi ini, Kaskuser bisa mendapatkan informasi-informasi terbaru dari dalam maupun luar negeri dengan sangat cepat. Kasus yang paling menarik dari jaringan Kaskus yang saya temui selama penelitian adalah terkait dengan kasus Polri vs KPK. Sebelum mengungkapkan jaringan Kaskus akan saya jelaskan sedikit tentang informasi kasus Polri vs KPK. Pada penelitian bulan Oktober terjadi kasus yang sangat panas bagi bangsa Indonesia, dimana dua pimpinan KPK ditangkap oleh Polri. Sebagai pihak yang dianggap pahlawan pemberantas korupsi, KPK didukung oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Akan tetapi dukungan masyarakat tidak akan memberi pengaruh apa-apa jika mereka tidak dapat menyuarakan pendapat mereka kepada pemerintah. Tindakan demonstrasipun memiliki banyak kelemahan, seperti sulitnya menyatukan semua masyarakat dari berbagai wilayah pada satu waktu dan pada tempat tertentu. Hingga kemudian sebuah grup pendukung KPK diluncurkan di dalam situs pertemanan facebook. Grup tersebut selanjutnya mulai beredar dari mulut ke mulut, blog, situs pertemanan, hingga Kaskus. Anggota grup terus meningkat hingga mencapai satu

84 juta orang, dan seiring dengan semakin banyaknya anggota, suara para pendukung KPK ini didengarkan oleh media. Berita-berita dalam dunia nyata melalui media cetak maupun elektronik mulai menyampaikan dukungan yang diberikan oleh ratusan ribu masyarakat Indonesia tersebut kepada lebih banyak masyarakat yang lain. Jaringan informasi ini menjadi sangat kuat hingga akhirnya kedua pimpinan KPK tersebut ditangguhkan penahanannya. Kasus kedua adalah kasus Evan Brimob. Kasus ini terjadi pada bulan November awal dan dimulai saat seseorang yang bernama Evan Brimob membuat status Polri gak butuh masyarakat tapi masyarakat yang butuh polri. Maju terus kepolisian indonesia, telan hidup2 cicak kecli dalam akun Facebooknya. Kasus ini memiliki sedikit kaitan dengan kasus KPK vs Polri yang telah dibahas sebelumnya. Status ini langsung dikecam banyak pihak, terutama karena beberapa waktu terakhir ini masih hangat kabar pertentangan Buaya vs Cicak, dimana Polri dianalogikan sebagai buaya dan KPK sebagai cicak. Status Evan ini seakan menyiram minyak ke dalam bara api. Masyarakat yang tengah gerah merasa bahwa Polri bermain kotor dengan menangkap petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi semakin gerah dengan kearoganan Evan sebagai bagian dari Polri. Sebuah thread yang mengambil sumber dari menyebutkan bahwa print screen dari kasus tersebut disebarkan kedalam forum terbesar di Indonesia yaitu Kaskus. Oleh karena itulah kasus ini bisa menyebar kepada masyarakat dengan cepat. Saat sebuah kasus telah menjadi luas, semua media ikut menanggapi,

85 termasuk media cetak dan elektronik. Inilah gambaran kekuatan jaringan komunitas virtual Kaskus. Kasus-kasus tersebut menunjukkan kelebihan utama jaringan komunitas virtual dibandingkan dengan jaringan yang terbentuk di dunia nyata (non-virtual): (1) komunitas virtual dapat menjangkau lebih banyak orang, karena setiap orang dapat mengaksesnya; (2) komunitas virtual dapat menjangkau banyak wilayah, terutama dengan semakin luasnya jangkauan jaringan internet khususnya di Indonesia; (3) komunitas virtual dapat menekan biaya, karena untuk mengumpulkan jutaan orang hanya membutuhkan beberapa ribu rupiah biaya internet tanpa biaya transportasi dan sebagainya; (4) praktis karena tidak membutuhkan tempat yang luas, hanya dengan 21 layar komputer dapat menampung jutaan orang; (5) dapat dengan mudah terhubung dengan media cetak, elektronik dan bahkan pemerintah. Dengan beragam kelebihan tersebut, jaringan elektronik memiliki potensi yang sangat besar membangun modal sosial. Kasus tersebut menunjukkan bahwa Kaskus mampu menyatukan ribuan bahkan jutaan manusia dari berbagai wilayah menjadi sebuah kekuatan besar yang terpadu. Kekuatan sebuah komunitas dengan satu tujuan yang sama.

86 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penelitian ini menemukan keberadaan pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual Kaskus. Bentuk pranata dan modal sosial berbeda dengan komunitas fisik. Pranata dan modal sosial di dalam komunitas virtual memiliki kelemahan yang terutama berasal dari ketiadaan ikatan fisik antar anggota. Pranata tidak memiliki kekuatan pengikat yang kuat, karena anggota komunitas virtual diwakili oleh identitas virtual yang bersifat pseudonym, sehingga hukuman tidak bisa mencapai identitas fisik anggota. Keterbatasan ini menyebabkan setidaknya dua hal, pertama anggota yang terkena sanksi dapat kembali dengan membuat identitas baru yang bersih. Kedua, norma dan aturan dalam komunitas virtual sangat bergantung pada ekspektasi anggota terhadap norma dan aturan tersebut. Perubahan ekspektasi anggota terhadap norma dan aturan komunitas virtual, dapat menghancurkan komunitas. Modal sosial dalam komunitas virtual juga memiliki kelemahan terutama terkait kepercayaan. Hal ini disebabkan identitas anggota yang bersifat pseudonym. Akan tetapi meski memiliki kelemahan, di sisi lain komunitas virtual memiliki potensi yang sangat besar terutama dalam membangun jaringan sosial. Jaringan sosial yang terbentuk dalam komunitas virtual dapat menjangkau banyak orang dari berbagai wilayah dengan mudah dan efisien.

87 7.2 Saran Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang masih membutuhkan banyak perbaikan melalui penelitian-penelitian mendatang. Saran yang dapat diberikan peneliti diantaranya, bagi pihak manajemen komunitas virtual Kaskus, harus selalu menjaga agar menghukum pelaku pelanggaran dengan adil dan terbuka. Peraturan yang tegas dan jelas juga dibutuhkan untuk mencegah terjadi perbedaan hukuman antara anggota yang melakukan kesalahan yang sama. Hal ini dikarenakan hukuman dalam komunitas virtual sangat bergantung terhadap ekspektasi anggota dan ekspektasi tersebut dapat rusak jika anggota menganggap aturan Kaskus tidak adil sehingga tidak layak dipatuhi. Komunitas Kaskus dapat berkembang menjadi komunitas yang lebih besar dari sekarang, akan tetapi hal tersebut harus disikapi dengan lebih waspada. Jumlah anggota yang semakin besar berarti keberagaman yang semakin besar yang membuka peluang konfrontasi yang lebih besar. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen yang lebih baik, lebih sigap dan tegas untuk mengatasi anggotaanggota yang melakukan kerusuhan dalam komunitas virtual. Penelitian ini akan lebih baik jika ditambah dengan dasar ilmu lain dalam berbagai aras. Seperti aras individu untuk meneliti identitas anggota komunitas virtual sebagai individu virtual sekaligus individu fisik. Ilmu lain seperti psikologi untuk melihat self identity dari anggota komunitas virtual, atau pengembangan masyarakat untuk mengembangkan modal sosial dalam komunitas virtual.

88 DAFTAR PUSTAKA Best, Samuel J dan Krueger, Brian S Online Interactions and Social Capital: Distinguishing Between New and Existing Ties. Diakses pada tanggal 29 April Brown, B. Ricardo The Sociological Study Of Community: Definition, Classification, Evolution, And Territory (C.1945-C.1975). /pages106726/p php. Diakses tanggal 3 Februari Camp, Jean dan Chien, Y.T. The Internet as Public Space: Concepts, Issues, and Implications in Public Policy. Diakses pada tanggal 2 Februari Coleman, James S Social Capital In The Creation Of Human Capital dalam Social Capital a Multifaceted Perspective editor Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin. The World Bank: Washington, DC. Goddard, D Roger Relational Networks, Social Trust, and Norms: A Social Capital Perspective on Students' Chances of Academic Success. Diakses pada tanggal 29 April Hodgson, Geoffrey N What Are Institutions?. Diakses pada tanggal 21 Mei Koentjaraningrat. 2002a. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta: Jakarta Koentjaraningrat. 2002b. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Krishna, Anirudh Creating and Harnessing Social Capital dalam Social Capital a Multifaceted Perspective editor Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin. The World Bank: Washington, DC. London, Scott Civic Networks: Building Community on the Net. Diakses tanggal 27 Januari Lyon, David Cyberspace Sociality: Controversies Over Computer- Mediated Relationship dalam The Governance of Cyberspace editor Brian D Loader. Roudledge: New York

89 Mohan, Giles dan Mohan, John Placing Social Capital. Diakses pada tanggal 29 April Navarrete, Celene dan Huerta, Esperanza A Bridge Home: The Use of the Internet by Transnational Communities. Diakses pada tanggal 6 Desember Quan-Haase, A., Wellman, B., Witte, J., dan Hampton, K Capitalizing On The Net: Social Contact, Civic Engagement, And Sense Of Community. Diakses tanggal 27 Oktober Rheingold, Howard Virtual Community. Diakses tanggal 27 Januari Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta. Stockdale, Rosemary dan Borovicka, Michael Developing an Online Business Community: A Travel Industry Case Study c.pdf?template=1&loginState=1&userData=anonymous- IP Diakses tanggal 6 Desember Thornton, Alinta Does Internet Create Democracy?. Diakses tanggal 1 Februari Turner, Tammara Combs dan Fisher, Karen E The Impact of Social Types within Information Communities: Findings from Technical Newsgroups. 006/2507/06/ b.pdf?template=1&loginState=1&userData=anony mous-ip Diakses tanggal 6 Desember Uphoff, N Understanding Social Capital: learning from the analysis and experience of participation dalam Social Capital a Multifaceted Perspective editor Partha Dasgupta dan Ismail Serageldin. The World Bank: Washington, DC.

90 LAMPIRAN

91 Lampiran 1 Contoh Kasus Gerakan Sosial dalam Internet Senin, 07/12/ :02 WIB 'KOIN UNTUK PRITA' JARING FACEBOOKER Jakarta - Seluruh lapisan masyarakat terus berduyun-duyun memberi dukungan kepada Prita Mulyasari untuk menjawab putusan Pengadilan Tinggi Banten yang mengharuskan ibu rumah tangga itu membayar denda Rp 204 juta. Tak terkecuali warga Facebook. Di situs jejaring sosial tersebut, Facebooker yang tercatat sudah tergabung dalam grup bernama 'Koin untuk Prita' itu sudah menembus angka orang. Dalam penjelasan di halaman grup tersebut, kelompok simpatisan ini mengaku terbentuk bukan lantaran unsur politis. Grup ini semata-mata merupakan bentuk simpati terhadap Prita Mulyasari. "Mohon simpatisan murni menyuarakan solidaritas dan keprihatinan serta tidak menggunakan grup ini sebagai ajang fitnah dan penghinaan kepada salah satu instansi manapun dengan menggunakan asas praduga tak bersalah," demikian tulis pesan di halaman tersebut. Grup dukungan ini juga menjadi sarana para pendukung Prita menyuarakan pendapatnya serta menyindir pihak penguasa. "Hukum di negri ini sudah milik orng yg berduit saja,hai tuan2 cba laah...bka pintu hatimu.maju trusss...tuk mba'prita tuk memperjuangkan hak dan keadilan," tulis Facebooker bernama Arenk Sudiro, yang dikutip detikinet, Senin (7/12/2009). "Mudah2an mata hati mereka terbuka! Keadilan bukan hanya milik penguasa tapi juga rakyat biasa! Dan Pesan Buat bu Prita...jgn sampai di seret oleh partai politik!" kata Muchrizal Rizal, tak kalah serunya. Kasus Prita saat ini sudah berada di tahap kasasi ke Mahkamah Agung. Sebelumnya di tingkat banding, Pengadilan Tinggi Banten menjatuhkan putusan denda Rp 204 juta kepada ibu dua anak itu. "Penggalangan dana berupa uang koin ini sebagai langkah persiapan bila memang nanti di putusan kasasi Prita kalah oleh hakim MA, sebagaimana putusan

92 Lampiran 1 (Lanjutan) PT Banten yang memenangkan RS Omni Internasional dalam gugatan perdata," pungkas pesan di halaman grup tersebut. Diambil dari : diakses tanggal 17 Mei 2010 Rabu, 30/12/ :35 WIB Hitung Koin Prita BI Lembur 5 Hari Prita Divonis Bebas Jakarta - Bank Indonesia (BI) akhirnya selesai menghitung koin untuk Prita Mulyasari yang berjumlah Rp 650 juta. 70 Pegawai BI dan 16 pegawai Bank Mandiri menghitung koin itu dari 24 Desember hingga pagi tadi. "Penghitungan koin mulai Kamis 24 Desember pukul WIB hingga hari ini pukul WIB. Kita mengerahkan 70 pegawai BI ditambah bantuan 16 orang dari Bank Mandiri," ujar kasir muda senior Irwin Azwir di Gedung BI, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (30/12/2009). Wartawan diajak oleh pihak BI untuk melihat koin yang sudah dihitung. Menurut Irwin, 86 pegawai BI dan Bank Mandiri lembur untuk menghitung koin itu. Bahkan pada Natal 25 Desember 2009 mereka tetap menghitung koin. Mereka hanya libur pada Minggu (27/12/2009). "Hanya hari Minggu kami tidak kerja. Hari Sabtu kami lembur. Natal kami masuk juga," kata Irwin. Jumlah pastinya koin Prita belum disampaikan pihak BI secara resmi. Rencananya uang akan diserahkan kepada Prita. "Tetapi bentuknya mau seperti apa terserah Bu Prita," imbuh Irwin. Acara penyerahan koin yang direncanakan pukul WIB belum juga dimulai karena Prita belum datang ke BI.

93 Lampiran 1 (Lanjutan) Saat ini, koin masih disimpan di lantai dasar Gedung BI. Koin ditempatkan dalam 21 kontainer transparan. Kontainer berupa kotak seperti akuarium dengan panjang 1 meter dan lebar 1 meter dan tinggi 30 cm. Koin tersebut dipisahkan menjadi 16 spesifikasi berdasarkan nilai pecahan dan tahun pembuatan koin. Ada juga koin mata uang asing seperti Bath dan Ringgit. Bahkan ada juga koin pecahan Rp 1 dan koin permainan. Irwin mengaku kesulitan dalam menghitung koin Prita. Padahal sudah ada 86 kru yang menghitung dan mesin alat penghitung uang logam digunakan. Penyebabnya karena uang tersebut harus dipisahkan dulu berdasarkan nilai pecahan dan tahun pembuatan. Selain itu juga ketika datang ke BI, koin sudah dilakban. "Membukanya saja butuh waktu lama," tutur Irwin. Diambil dari : diakses tanggal 17 Mei Senin, 02/11/ :50 WIB Bibit & Chandra Ditahan Dukungan di Facebook Dekati Angka 300 Ribu Jakarta - Pengguna jejaring sosial Facebook (FB) terus memberikan dukungan moril atas anggota Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) yang ditahan. Jumlah masyarakat yang bergabung dalam groups "Gerakan Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Riyanto" kini telah mendekati angka 300 ribu. Pantauan detikcom, Senin (2/11/2009) pukul WIB tercatat orang telah bergabung dalam gerakan tersebut. Berarti setelah sepuluh jam berlalu

94 Lampiran 1 (Lanjutan) sejak pukul WIB terjadi peningkatan dukungan terhadap Bibit dan Chandra sebanyak 40 ribu. Umumnya mereka yang bergabung dalam gerakan ini memberikan dukungan kepada Bibit dan Chandra dengan menuliskan pendapatnya. Seperti yang ditulis oleh Hendri Setiawan yang menyatakan agar Cicak tidak perlu takut dengan buaya. "Hai Cicak! Jangan pernah takut menghadapi buaya! Kami selalu dibelakangmu. Bantai koruptor," tulis Hendri. Gerakan Facebookers mulai diluncurkan pada Jumat, 30 Oktober pekan lalu, satu hari setelah Chandra dan Bibit ditahan oleh Mabes Polri. Gerakan ini diprakarsai oleh Ketua Yayasan Lembak Bengkulu, Usman Yasin. Dia juga merupakan salah satu dosen di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Dalam pengantarnya, Usman mengatakan, terlepas dari apakah bersalah atau tidak, tindakan hukum terhadap Bibit dan Chandra telah membuat masyarakat terganggu. Dikatakan dia, fakta membuktikan bahwa institusi Polri dan Kejaksaan Agung telah gagal mewujudkan cita-cita Indonesia yang bebas dari korupsi. Harapan besar dengan lahirnya KPK, kini harus redup oleh adanya kasus yang ditimpakan kepada Chandra dan Bibit. "Sebagai anak bangsa kami mencintai KPK, untuk itu mari kita dukung Chandra dan Bibit dalam Grup ini. Kita namakan Gerakan Satu Juta Facebookers Dukung Chandra dan Bibit. Ayo kirim semua teman-teman kita, kejar target Facebooker," ajak Usman. Diambil dari: diakses tanggal 17 Mei 2010.

95 Lampiran 2 Data Peringkat Kaskus menurut Situs Alexa (12 Oktober 2009) Peringkat Kaskus dalam daftar Top Sites Indonesia Menurut Situs Alexa (12 Oktober 2009)

96 Lampiran 3 Halaman Depan Situs Kaskus (25 April 2010)

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. komunitas yang terbentuk di dalam dunia maya internet. Terdapat beberapa istilah

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. komunitas yang terbentuk di dalam dunia maya internet. Terdapat beberapa istilah BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunitas Virtual Komunitas virtual merupakan terjemahan langsung dari kata virtual community, istilah yang digunakan oleh Rheingold (1993) untuk menyebut

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan kegiatan komunitas

Lebih terperinci

BAB VI MODAL SOSIAL. terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan

BAB VI MODAL SOSIAL. terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan BAB VI MODAL SOSIAL 6.1 Kepercayaan Tingkat kepercayaan seorang anggota Kaskus terhadap anggota yang lain terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan identitas menjadi

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB V PRANATA SOSIAL DALAM KASKUS. Identitas dalam komunitas virtual diwakili oleh simbol-simbol virtual yang

BAB V PRANATA SOSIAL DALAM KASKUS. Identitas dalam komunitas virtual diwakili oleh simbol-simbol virtual yang BAB V PRANATA SOSIAL DALAM KASKUS 5.1 Personel Identitas dalam komunitas virtual diwakili oleh simbol-simbol virtual yang dapat diciptakan oleh anggota yang bersangkutan. Identitas virtual dalam komunitas

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL KASKUS

BAB IV PROFIL KASKUS BAB IV PROFIL KASKUS 4.1 Gambaran Umum Kaskus Kaskus (www.kaskus.us) adalah situs forum komunitas maya terbesar Indonesia. Kaskus lahir pada tanggal 6 November 1999 oleh tiga pemuda asal Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. Latar Belakang. menjadi sarana dan media baru (new media) bagi masyarakat untuk saling berkomunikasi antara

BAB I. Latar Belakang. menjadi sarana dan media baru (new media) bagi masyarakat untuk saling berkomunikasi antara BAB I Latar Belakang 1.1 Peran New Media dalam Perubahan Sosial Masyarakat Pesatnya perkembangan zaman mampu secara pesat mendorong perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA ( Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah ) RAHMAT IMAM SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi memberikan pengaruh yang begitu besar bagi kehidupan. Di era modern ini, manusia tidak terlepas dari teknologi informasi yang menggiring

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG (Kasus: RT 005/002 Kampung Baru Selatan, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Tangerang) SITI HANI RAHMANITA I34050585 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan mulai digemari dan dimanfaatkan sebagai media promosi bisnis (ecommerce).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan mulai digemari dan dimanfaatkan sebagai media promosi bisnis (ecommerce). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi telah menciptakan banyak terobosanterobosan baru disegala bidang. Teknologi komputer berbasis internet berbasis jaringan mulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang internet, sangat banyak komunitas-komunitas virtual yang bermunculan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang internet, sangat banyak komunitas-komunitas virtual yang bermunculan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia saat ini mengalami perkembangan teknologi yang sangat cepat salah satunya dalam bidang internet, sangat banyak komunitas-komunitas virtual yang bermunculan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan rekan virtual lainnya. Istilah virtual sendiri. bisa kita artikan sesuatu yang bersifat maya, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan rekan virtual lainnya. Istilah virtual sendiri. bisa kita artikan sesuatu yang bersifat maya, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini media telah merubah kita dalam banyak cara dengan kemunculan internet, teknologi komunikasi, gaya hidup baru dan bahkan dinamika baru dalam kekuasaan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk penerimanya sehingga dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk penerimanya sehingga dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan manusia. Informasi sendiri merupakan data yang sudah diolah/diproses ke dalam bentuk yang sangat berarti

Lebih terperinci

SOCIAL CAPITAL. The important thing is not what you know, but who you know

SOCIAL CAPITAL. The important thing is not what you know, but who you know SOCIAL CAPITAL The important thing is not what you know, but who you know Social capital Sumberdaya yang diraih oleh pelakunya melalui struktur sosial yang spesifik dan kemudian digunakan untuk memburu

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

SOSIOLOGI UMUM (KPM 130)

SOSIOLOGI UMUM (KPM 130) SOSIOLOGI UMUM (KPM 130) Koordinator Matakuliah Sosiologi Umum Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Website: http://skpm.fema.ipb.ac.id

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minoritas bahasa), pemerintah dan dunia pendidikan. Mempelajari bahasa

BAB I PENDAHULUAN. minoritas bahasa), pemerintah dan dunia pendidikan. Mempelajari bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman bahasa dalam suatu masyarakat menimbulkan masalah bagi individu-individu dan kelompok individu (terutama kelompok minoritas bahasa), pemerintah

Lebih terperinci

mengembangkan dirinya melalui respons-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya.

mengembangkan dirinya melalui respons-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN RINGKASAN Penelitian ini bertujuan mengkaji partisipasi remaja dalam komunitas baca online dan memetakan peran komunitas baca online dalam mendorong pengembangan kemampuan literasi remaja. Pada akhirnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Kebutuhan dan selera pasar terus berkembang seiring waktu dan perkembangan jaman. Hal inilah yang mendasari perusahaan untuk bersaing dengan melakukan inovasi untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Penelitian Gambaran Umum Kaskus Rekening Bersama pada FJB Kaskus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Penelitian Gambaran Umum Kaskus Rekening Bersama pada FJB Kaskus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Kaskus Kaskus adalah suatu komunitas online terbesar di Indonesia yang berada dibawah perusahaan PT Darta Media Indonesia. Global Digital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. Ditengah perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN (Kasus PT Indofarma Tbk. Cikarang, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat) FACHRI AZHAR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Akhir akhir ini semakin banyak fenomena menarik di sekitar kita yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Akhir akhir ini semakin banyak fenomena menarik di sekitar kita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akhir akhir ini semakin banyak fenomena menarik di sekitar kita yang berasal dari adanya kesatuan aksi kelompok dari dalam dunia maya melalui tindakan mendukung

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar. perusahaan tersebut dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar. perusahaan tersebut dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan di era pasar bebas seperti saat ini harus senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan pangsa pasar dan meraih konsumen baru. Pada dasarnya, semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial di dalam internet yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data dengan pengguna lain. Dari

Lebih terperinci

JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN

JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN SKRIPSI Oleh: Winda Astutik NIM 090210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

PENELITIAN EKSPLORATIF PERILAKU GAMERS DI KALANGAN MAHASISWA. (Kasus: Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri di Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

PENELITIAN EKSPLORATIF PERILAKU GAMERS DI KALANGAN MAHASISWA. (Kasus: Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri di Kabupaten Bogor, Jawa Barat) PENELITIAN EKSPLORATIF PERILAKU GAMERS DI KALANGAN MAHASISWA (Kasus: Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri di Kabupaten Bogor, Jawa Barat) PRASETYO YUDHA PRATAMA I34051751 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi massa semakin pesat dan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dewasa ini, sehingga informasi dapat berpindah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru memberikan serangkaian kemampuan yang sama sekali baru ke tangan

BAB I PENDAHULUAN. baru memberikan serangkaian kemampuan yang sama sekali baru ke tangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran perekonomian dari perekonomian tradisonal ke perekonomian baru memberikan serangkaian kemampuan yang sama sekali baru ke tangan konsumen dan pelaku bisnis.

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN (PERSISTENCE) MASYARAKAT TANI (Studi Kasus: Kampung Ciharashas dan Cibeureum Batas, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan,

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan salah satu hal paling penting dalam kehidupan manusia. Semua manusia pasti berinteraksi dan bersosialisasi dengan cara berkomusikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Internet merupakan salah satu wujud perkembangan teknologi yang membawa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Internet merupakan salah satu wujud perkembangan teknologi yang membawa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Internet merupakan salah satu wujud perkembangan teknologi yang membawa pengaruh signifikan dalam kehidupan masyarakat. Saat ini masyarakat menjadikan fasilitas online

Lebih terperinci

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20... OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK..../20... TENTANG SITUS WEB EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. asal Indonesia yaitu Andrew Darwis, Ronald, dan Budi, yang sedang melanjutkan studi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. asal Indonesia yaitu Andrew Darwis, Ronald, dan Budi, yang sedang melanjutkan studi BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Kaskus adalah situs forum komunitas maya terbesar Indonesia dan penggunanya disebut dengan Kaskuser. Kaskus lahir pada tanggal 6 November 1999

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

Perkembangan teknologi terus mengalami kemajuan. Dari semua kemajuan yang signifikan yang dibuat oleh manusia sampai hari ini adalah perkembangan

Perkembangan teknologi terus mengalami kemajuan. Dari semua kemajuan yang signifikan yang dibuat oleh manusia sampai hari ini adalah perkembangan 1 Perkembangan teknologi terus mengalami kemajuan. Dari semua kemajuan yang signifikan yang dibuat oleh manusia sampai hari ini adalah perkembangan internet. Era internet tersebut membawa perubahan besar

Lebih terperinci

RESPON MAHASISWA TERHADAP STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS GRUP ORANG TUA DALAM PEMASARAN PRODUK WAFER TANGO. Oleh: SISKA TRIANA I

RESPON MAHASISWA TERHADAP STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS GRUP ORANG TUA DALAM PEMASARAN PRODUK WAFER TANGO. Oleh: SISKA TRIANA I RESPON MAHASISWA TERHADAP STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS GRUP ORANG TUA DALAM PEMASARAN PRODUK WAFER TANGO Oleh: SISKA TRIANA I3406111 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

Etika Profesi dan Pengembangan Diri

Etika Profesi dan Pengembangan Diri Etika Profesi dan Pengembangan Diri (Ethics in Information Technology) Evangs Mailoa FTI UKSW Organisasi Profesi Organisasi profesi adalah suatu organisasi yang mengatur dan melakukan standarisasi kualitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disediakan oleh pemasar menjadi tidak selalu efektif. informasi yang tidak memihak dan jujur berdasarkan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disediakan oleh pemasar menjadi tidak selalu efektif. informasi yang tidak memihak dan jujur berdasarkan pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang serba modern seperti saat ini, perkembangan bisnis menjadi sangat ketat sehingga konsumen menjadi semakin selektif dalam memilih informasi-informasi pemasaran

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PROTOTIPE SISTEM PORTAL E-GOVERNMENT DI INDONESIA WAWAN WIRAATMAJA

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PROTOTIPE SISTEM PORTAL E-GOVERNMENT DI INDONESIA WAWAN WIRAATMAJA DESAIN DAN IMPLEMENTASI PROTOTIPE SISTEM PORTAL E-GOVERNMENT DI INDONESIA WAWAN WIRAATMAJA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. kualitatif, dan studi kuantitatif. Studi literatur yang merupakan studi-studi tentang

BAB III METODOLOGI. kualitatif, dan studi kuantitatif. Studi literatur yang merupakan studi-studi tentang BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini menggunakaan studi literatur, studi kualitatif, dan studi kuantitatif. Studi literatur yang merupakan studi-studi tentang

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN TENTANG POLA KOMUNIKASI VIRTUAL PENGGUNA GAME ONLINE TOWNSHIP. menghasilkan temuan-temuan penelitian yang sudah dilakukan.

BAB IV TEMUAN TENTANG POLA KOMUNIKASI VIRTUAL PENGGUNA GAME ONLINE TOWNSHIP. menghasilkan temuan-temuan penelitian yang sudah dilakukan. BAB IV TEMUAN TENTANG POLA KOMUNIKASI VIRTUAL PENGGUNA GAME ONLINE TOWNSHIP A. Temuan Data Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data tahap paling penting dalam untuk menelaah data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS (Studi Kasus Kampanye Flu Burung oleh Badan Karantina Pertanian di Jakarta) Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I34052469

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Internet sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan menggunakan internet sebagai cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN. dilaksanakan secara praktis tanpa harus bertemu. Komunikasi yang. adalah melalui internet yang dikenal dengan belanja online.

BAB I PENDAHUUAN. dilaksanakan secara praktis tanpa harus bertemu. Komunikasi yang. adalah melalui internet yang dikenal dengan belanja online. BAB I PENDAHUUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di era globalisasi ini telah mendorong perubahan sistem perdagangan yang ada sejak ratusan tahun silam. Secara tradisional pembelian harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III.1 Pendekatan Penelitian

BAB III METODOLOGI. III.1 Pendekatan Penelitian 43 BAB III METODOLOGI Dalam bab ini akan dijelaskan metodologi penelitian yang digunakan sebagai untuk melihat obyek yang diteliti dalam menjawab pertanyaan penelitian. Peneliti akan mendeskripsikan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Esensi dari komunikasi politik sendiri adalah proses interaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Esensi dari komunikasi politik sendiri adalah proses interaksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esensi dari komunikasi politik sendiri adalah proses interaksi yang melibatkan penyebaran informasi diantara politisi, media baru dan masyarakat (Norris, 2004: 1).

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi menjadi ciri khas pada era globalisasi saat ini. Perkembangan sistem informasi saat ini sangat pesat khusunya dalam urusan bisnis manusia. Terlebih

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi dan internet yang semakin pesat di era globalisasi ini mendorong terjadinya perubahan kultur dalam kehidupan manusia. Saat ini media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS Pada bab ini, peneliti akan memaparkan dan menjelaskan tentang teoriteori yang ditemukan dalam literatur untuk menjelaskan tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. berbagai arah. Hal ini menyebabkan setiap pengguna dapat memperoleh informasi

BAB 5 PENUTUP. berbagai arah. Hal ini menyebabkan setiap pengguna dapat memperoleh informasi BAB 5 PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini melihat bagaimana fenomena mengenai komunitas virtual yang kini telah menjadi bagian dari masyarakat sosial. Berdasarkan pada pembacaan mengenai perkembangan

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN 136 PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA) DJULI SUGIARTO

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan merupakan informasi yang sudah menjadi komoditif yang memiliki nilai bagi pemiliknya. Pengetahuan dapat diperoleh atau diciptakan dan dibagikan dalam suatu

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Kelompok Sosial Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri namun di dalam proses kehidupan selanjutnya, manusia membutuhkan manusia

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan internet tersebut. Alat telekomunikasi seperti handphone pada era

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan internet tersebut. Alat telekomunikasi seperti handphone pada era 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi canggih telah menjadi suatu keharusan dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Teknologi informasi (internet) adalah salah satu teknologi yang berkembang

Lebih terperinci

Review Buku : Rozaqul Arif

Review Buku : Rozaqul Arif Review Buku : Rozaqul Arif Judul Buku : Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) Penulis : Rulli Nasrullah Jumlah Halaman : xxix + 296 Tahun : 2014 Penerbit : Kencana Prenadamedia Group Perubahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang selalu melibatkan partisipan (pembicara atau penulis,

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang selalu melibatkan partisipan (pembicara atau penulis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi secara garis besar dapat dirumuskan sebagai proses penyampaian pesan yang selalu melibatkan partisipan (pembicara atau penulis, dan pendengar atau

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. UMUM Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK) RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH DAN SAYUR (STUDI KASUS DI PT. HERO SUPERMARKET TBK) Oleh: Nugroho Iman Prakoso A 141 01 108 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi yang sudah berlangsung merupakan kenyataan terhadap kemajuan jaman yang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Hal ini terjadi berkat dari perkembangan dan

Lebih terperinci

Kantor maya mengatasi kendala fisik dari tempat kerja sehingga menghasilkan beberapa keuntungan sebagai berikut:

Kantor maya mengatasi kendala fisik dari tempat kerja sehingga menghasilkan beberapa keuntungan sebagai berikut: Pendahuluan Virtual Office merupakan Sebuah ruang kerja yang berlokasi di dunia internet dengan kata lain tidak mempunyai kantor real, dimana seorang individu dapat menyelesaikan tugas tugas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. public relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan. mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi

BAB I PENDAHULUAN. public relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan. mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, baik itu yang berorientasi sosial apalagi profit, keberadaan public relations sangat penting. Pengertian public relations

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemalsuan produk adalah proses produksi sebuah merek dagang. yang dilakukan oleh individu atau organisasi dengan maksud meniru

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemalsuan produk adalah proses produksi sebuah merek dagang. yang dilakukan oleh individu atau organisasi dengan maksud meniru BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemalsuan produk adalah proses produksi sebuah merek dagang yang dilakukan oleh individu atau organisasi dengan maksud meniru secara identik produk asli yang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi yang berkembang selalu dibutuhkan manusia untuk mendapatkan informasi dan juga berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan pun semakin luas, tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana 77 Fakultas Ilmu Komunikasi yang kampus utamanya berlokasi

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

SEGMEN DAN PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM KOMEDI DI TELEVISI (Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi)

SEGMEN DAN PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM KOMEDI DI TELEVISI (Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi) SEGMEN DAN PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM KOMEDI DI TELEVISI (Studi Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi) Oleh NADIA PRIONA ERI SHANTI A14201018 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN BOOTSTRAP FRAMEWORK SKRIPSI. Disusun oleh : ISHA SINETRIA PRIBADI NPM

E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN BOOTSTRAP FRAMEWORK SKRIPSI. Disusun oleh : ISHA SINETRIA PRIBADI NPM E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN BOOTSTRAP FRAMEWORK SKRIPSI Disusun oleh : ISHA SINETRIA PRIBADI NPM. 0934010142 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya era modern saat ini khususnya di bidang era komunikasi memberikan dampak yang cukup signifikan dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang perekonomian.

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN (Kasus di Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung) ERNA SUSANTY SEKOLAH PASCA SARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan itu ditandai dengan semakin meluasnya keberadaan internet di

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan itu ditandai dengan semakin meluasnya keberadaan internet di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia informasi dan teknologi berkembang sangat cepat. Perkembangan itu ditandai dengan semakin meluasnya keberadaan internet di Indonesia. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media sosial saat ini telah menjadi trend dalam komunikasi pemasaran. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus Perusahaan Geothermal di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat) LUSSI SUSANTI

Lebih terperinci

VARIASI BAHASA, ISI PESAN DAN KODE BAHASA CHATTING UNTUK KOMUNIKASI PERGAULAN DI INTERNET

VARIASI BAHASA, ISI PESAN DAN KODE BAHASA CHATTING UNTUK KOMUNIKASI PERGAULAN DI INTERNET VARIASI BAHASA, ISI PESAN DAN KODE BAHASA CHATTING UNTUK KOMUNIKASI PERGAULAN DI INTERNET SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci