BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Di Pasar Umum Berdasarkan 5 Parameter Data AC Nielsen Wilayah DKI Jakarta Tabel Parameter Wilayah DKI Jakarta Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber : Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan : a. MS: pencapaian pangsa pasar Indomie soup yaitu 39,2 % jauh lebih besar dibandingkan dengan yang didapatkan oleh Mie Sedaap Soup yaitu sebesar 10,9 %. Hal ini menunjukkan bahwa Indomie Soup sangat dominan menguasai pasar di Jakarta dibandingkan dengan Mie Sedaap Soup. b. ND: Pencapaian ND Indomie Soup yg 95 % memang menjadi factor dominan yang menunjang pencapaian market share yang tinggi karena dari 100 % took yang di survey 95 % nya menjual Indomie Soup dibandingkan dengan pencapaian ND dari Mie Sedaap Soup yang hanya 58 % dimana artinya masih cukup banyak toko yg tidak menjual Mie Sedaap Soup.

2 Hal ini bisa saja disebabkan penggarapan dari salesman terhadap took kurang bagus atau memang toko sudah dirawarkan oleh salesman untuk menjual Mie Sedaap Soup tetapi menolak. c. FSS: Pencapaian pajangan dari Indomie Soup yg mencapai 38 % dibandingkan dengan pencapaian pajangan Mie Sedaap Soup yang hanya 12 % menunjukkan bahwa pedagang bersedia menyediakan pajangan yang jauh lebih besar kepada Indomie Soup sehingga peluang untuk penjualan juga menjadi lebih besar dibandingkan dengan Mie Sedaap Soup, hal ini bias saja terjadi karena memang permintaan yang sangat kuat dari konsumen di Jakarta terhadap Indomie Soup. d. OOS: Indomie Soup mempunyai OOS sebesar 6 % artinya ada 6 % dari toko yang biasa menjual Indomie Soup ternyata kehabisan stok sehingga mengakibatkan kehilangan peluang penjualan. Kekosongan barang ini bisa terjadi karena memang barang dengan cepat terjual habis sebelum salesman sempat mengisinya kembali atau memang terjadi kelalaian kunjungan dari salesman kepada toko sehingga toko kehabisan barang. Kekosongan produk Mie Sedaap Soup yang sebesar 5 % adalah sangat besar sehingga semakin memperlemah potensi penjualannya yang memang sudah kalah kuat dengan Indomie Soup.

3 e. SCD: Untuk produk Indomie Soup dengan SCD 14 hari menunjukkan bahwa stok pedagang cukup ideal yaitu tersedia selama 14 hari sampai kunjungan salesman berikutnya, hal ini menunjukan kunjungan salesman dari distributor Indomie di wilayah Jakarta sangat konsisten yaitu 2 minggu sekali mengunjungi toko yang sama. Sedangkan untuk produk Mie Sedaap Soup SCD sebesar 16 hari menunjukkan ada kelebihan stok produk Mie Sedaap Soup di toko yang mungkin disebabkan salesman kelebihan menjual produk di toko atau selling out produk Mie Sedaap Soup yang mengalami perlambatan sehingga stok meningkat Wilayah Jawa Barat Tabel Parameter Wilayah Jawa Barat Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber : Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sebagai berikut : a. MS: Market share Mie Sedaap Soup diwilayah Jawa Barat mencapai 22 % mengalahkan Indomie Soup yang market sharenya mancapai 17,6 %. Suatu fenomena yang menarik bahwa Mie Sedaap Soup yang relative masih cukup baru dipasaran mampu menggeser Indomie Soup. Tentu Mie Sedaap Soup

4 bisa mengalahkan Indomie Soup banyak factor yang memyebabkannya, namun yang pasti adalah Mie Sedaap Soup sebagai pendatang baru produknya bisa diterima oleh konsumen di wilayah Jawa Barat. b. ND: Pencapaian ND dari Mie Sedaap Soup adalah 83 % mengalahkan pencapaian ND dari Indomie Soup yang angkanya 64 %. Pencapaian ND yang cukup tinggi dari Mie Sedaap Soup tersebut factor terbesar disebabkan produknya yang bisa diterima oleh konsumen di wilayah Jawa Barat, karena banyak konsumen yang mencari produk tersebut di toko maka pemilik toko banyak yang menyediakan produk Mie Sedaap Soup untuk dijual di tokonya. Selain itu pencapaian ND yang cukup tinggi ini juga didukung oleh cara kerja salesman yang bagus sehingga banyak toko yang tergarap dengan baik. Disisi lain pencapaian ND Indomie Soup yang hanya 64 % menunjukkan terjadi penurunan ND karena terjadi penurunan permintaan konsumen terhadap produk tersebut sehingga cukup banyak toko yang tidak mau menjual Indomie soup lagi dan mengantikannya dengan Mie Sedaap Soup. Dengan pencapaian ND yang demikian maka dapat dipastikan MS Indomie Soup akan semakin tergerus sebaliknya MS Mie Sedaap Soup akan semakin membesar. c. FSS: Pencapaian FSS produk Mie Sedaap Soup 23 % lebih besar dari pencapaian produk Indomie Soup yang 16 %. Pajangan juga mengikuti tren dari laku tidaknya suatu produk, di wilayah Jawa Barat, toko memberikan ruang pajangan lebih besar kepada Mie Sedaap Soup dikarenakan pemilik took juga menginginkan memanfaatkan permintaan yang besar terhadap Mie

5 Sedaap Soup supaya menjadi omset ditokonya dengan cara memajang lebih banyak produk tersebut, sedangkan untuk produk Indomie Soup dengan FSS 16 % harus berusaha agar tidak berkurang lagi ruang pajangannya karena apabila berkurang maka akan semakin mempersulit posisinya. d. Tingkat OOS produk Mie Sedaap Soup yang mencapai 12 % adalah sangat tinggi karena dari 100 % toko yang menjual produk tersebut dijumpai 12% nya terjadi kekosongan barang sehingga terjadi kehilangan kesempatan penjualan. Hal yang demikian terjadi karena terjadi penjualan yang sangat cepat sehingga stok barang tidak mencukupi lagi padahal rute kunjungan salesman belum waktunya untuk mengisi barang di toko,selain itu juga bisa terjadi karena kurangnya pasokan barang yang terbatas sehingga permintaan dari toko yang semakin meningkat tidak bias dipenuhi. Dilain pihak untuk produk Indomie Soup dengan pencapain OOS sebesar 8 % adalah sangat jelek karena dalam situasi produk mereka dikalahkan ternyata ada toko toko yang sebetulnya mampu menjual produk Indomie Soup tapi pada kenyataannya terjadi kekosongan barang sehingga membuat semakin kehilangan potensi penjualannya. e. SCD: Pencapaian dari Mie Sedaap Soup dengan SCD 13 hr adalah masih kurang dimana hal ini tampak dengan OOS yang cukup tinggi. Penggarapan salesman terhadap toko harus diperbaiki dengan cara meningkatkan stok mereka sehingga tingkat SCD bisa mencapai 14 hr atau dengan kata lain

6 dikunjungi oleh salesman 2 minggu sekali dengan stok level yang memadai. Dilain pihak Indomie Soup SCD nya lebih jelek yaitu 12 hari yang artinya stok barang di toko menipis yang mungkin saja disebabkan karena penggarapan salesman yang kurang bagus atau memang pihak toko yang mengurangi stok produk Indomie Soup ditoko mereka Wilayah Jawa Tengah Tabel Parameter Wilayah Jawa Tengah Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb : a. MS: Pencapaian MS dari Mie Sedaap Soup yang mencapai 28,4 % adalah cukup tinggi dibandingkan dengan pencapaian dari Indomie Soup yang hanya 6,5 %. Pencapaian ini menunjukkan bahwa Mie Sedaap Soup dapat dengan segera diterima oleh konsumen di Jawa Tengah. Walaupun Mie Sedaap Soup relative baru dipasarkan namun dikarenakan faktor penerimaan konsumen yang cepat dan besar menyebabkan MS Mie Sedaap Soup juga meningkat dengan pesat mengalahkan pesaing utamanya Indomie Soup yang sudah lama berada dipasar dengan hanya mendapatkan 6,5 % MS

7 b. ND : Pencapaian ND dari Mie Sedaap Soup sangat tinggi yaitu 90 % dibandingkan dengan pencapaian dariindomie Soup yang hanya 37 %. Hal ini menunjukkan penetrasi produk Mie Sedaap Soup sudah menyebar dengan sangat baik dan diterima dengan baik juga oleh para pedagang sehingga pedagang dengan senang hati menyediakan barang di tokonya karena merespon banyaknya langganannya yang mencari dan membeli produk Mie Sedaap Soup. Selain itu factor penggarapan dari salesman yang cukup baik sangat membantu pendistribusian produk berjalan dengan cepat dan efektif. Dilain pihak ND dari Indomie Soup yang mencapai 37 % menunjukkan pendistribusiannya masih sangat kurang yang mana juga disebabkan karena pihak toko kurang mau menyediakan produk tersebut ditokonya mengingat permintaan konsumen terhadap produk ini tidak begitu besar dibandingkan dengan Mie Sedaap Soup. c. FSS: Pencapaian FSS dari produk Mie Sedaap Soup adalah % sedangkan pencapaian Indomie Soup adalah 7 %, hal ini menunjukkan bahwa pajangan yang disediakan oleh pedagang lebih besar diberikan kepada Mie Sedaap Soup karena pedagang menyadari bahwa dengan memberikan ruang pajangan yg lebih besar kepada Mie Sedaap Soup maka peluang penjualannya pun juga mengalami peningkatan mengingat akan banyaknya permintaan terhadap produk tersebut. Dilain pihak pedagang hanya memberikan ruang pajang yang relative kecil yaitu hanya 7 % kepada Indomie Soup karena memang

8 permintaan terhadap produk ini kurang sehingga penyediaan ruang pajang yang lebih besar tidak akan meningkatkan penjualan mereka. d. OOS: Pencapaian OOS dari Mie Sedaap Soup yang sebesar 7 % sama dengan pencapaian dari Indomie Soup yang sebesar 7 % juga. Bagi Mie Sedaap Soup OOS sebesar 7 % bisa dikatakan relative kecil dibandingkan dengan distribusi yang dicapainya yaitu 90 % namun bagi Indomie Soup OOS sebesar 7 % adalah sangat besar karena dengan ND yang hanya mencapai 37 % namun OOS nya 7 % menandakan penggarapan dari salesman kurang bagus karena banyak terjadi kekosongan stok barang di toko. e. SCD: Pencapaian SCD dari Mie Sedaap Soup adalah sebesar 13 hr sedangkan untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 15 hari. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara rata rata stok ditoko cukup bagus yaitu sekitar 2 minggu yang artinya juga salesman mengunjungi toko dengan jadwal 2 minggu sekali namun apabila dikaitkan dengan adanya OOS tersebut diatas menunjukkan adanya penumpukan stok yang tidak merata disatu sisi terjadi kekurangan barang dilain sisi terjadi kelebihan stok di toko toko tertentu namun secara rata rata tingkat SCD masih normal.

9 Wilayah Jawa Timur Tabel Parameter Wilayah Jawa Timur Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 Dengan data data tersebut diatas dapat dianalisa sbb : a. MS: Pencapaian MS dari produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar 24,6 % jauh lebih besar dibandingkan pencapaian dari Indomie Soup yang sebesar 4,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa untuk wilayah di Jawa Timur penerimaan konsumen terhadap produk Mie Sedaap Soup sangat cepat. Faktor yang utama adalah dari segi rasa Mie Sedaap Soup yang bisa diterima sehingga dengan cepat bisa mengalahkan produk Indomie Soup yang sudah lama eksis dipasar. b. ND : Pencapaian ND dari produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar 90 % dibandingkan dengan pencapaian dari Indomie Soup yang 37 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat distribusi dari Mie Sedaap Soup sangat bagus karena dari 100% toko yang disurvey ternyata 90 % nya secara aktif menjual produk Mie Sedaap Soup ini disebabkan factor dari tingkat permintaan dari konsumen yang sangat tinggi sehingga menyebabkan pedagang juga dengan segera ingin memanfaatkan momentum tersebut dengan cara menyediakan produk tersebut ditokonya supaya bisa mendapatkan penjualan, kondisi ini

10 yang semakin mempercepat penyebaran dari Mie Sedaap Soup. Dilain pihak ND dari Indomie Soup yang mencapai 37 % menunjukkan bawa distribusi produk tersebut masih kurang baik, hal ini disebabkan karena pedagang tidak mau menyediakan produk tersebut ditokonya karena beranggapan produk tersebut kurang laku dan mereka lebih memprioritaskan produk yang lebih laku. c. FSS: Pencapaian dari FSS produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar % dibandingkan dengan pencapaian produk Indomie Soup yang sebesar 4 %. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang memberikan ruang pajang yang lebih besar kepada Mie Sedaap Soup karena memang produk ini banyak dicari oleh konsumen sehingga dengan memperbesar pajangan produk tersebut di tokonya memperbesar juga peluang terjadinya peningkatan penjualan produk Mie Sedaap Soup, dilain pihak pajangan produk Indomie Soup hanya diberikan sebesar 4 % yang artinya pedagang hanya memberikan ruang pajang yang sangat kecil karena memang sedikit konsumennya yang mempunyai minat untuk membeli produk Indomie Soup sehingga ruang pajang diberikan lebih besar kepada produk yang tingkat lakunya lebih besar. d. OOS: Pencapaian OOS dari produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar 8 % sedangka untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 9 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekosongan barang ditoko masih cukup besar. Untuk produk Mie Sedaap Soup kekosongan produk ini bisa disebabkan

11 karena tingkat lakunya produk tersebut yang sangat tinggi sehingga toko kehabisan barang sebelum salesman sempat datang untuk mengisi barang, sedangkan untuk produk Indomie Soup kekosongan barang ini bisa disebabkan karena kunjungan dari salesmannya yang tidak rutin sehingga toko kehabisan barang atau memang toko hanya mau stok barang sedikit saja karena beranggapan kurang laku maka berakibat cepat terjadi kekosongan barang. e. SCD: Pencapaian SCD dari produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar 16 hari sedangkan untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 14 hari. Hal ini menunjukkan tingkat stok produk Mie Sedaap Soup agak tinggi karena pada umumnya berada diangka 14 hari atau 2 minggu rute kunjungan salesman, sedangkan untuk produk Indomie Soup tingkat SCD nya tepat 14 hari yang artinya salesmannya cukup rutin dalam mengunjungi toko sehingga stoknya pun bisa terjaga dengan baik sebanyak 14 hari Wilayah Sumatera Utara Tabel Parameter Wilayah Sumatera Utara Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008

12 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb: a. MS: Pencapaian MS untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 14,2 % sedangkan untuk produk Mi Sedaap Soup adalah sebesar 4,3 %, hal ini menunjukkan bahwa Indomie Soup masih belum bisa dikalahkan oleh pendatang barunya Mie Sedaap Soup. Hal yang demikian pada umumnya terjadi loyal karena faktor dari konsumen di Sumatera Utara yang masih sangat terhadap merek Indomie Soup. b. ND: Pencapaian ND dari Indomie Soup adalah sebesar 70% dibandingkan dengan pencapaian dari Mie Sedaap Soup yanmg sebesar 45 %. ND dari Indomie Soup masih cukup baik karena dengan pencapaian 70 % artinya masih Mie cukup banyak toko yang menjual produk tersebut namun dilain pihak Sedaap Soup dengan pancapaian sebesar 45 % adalah cukup bagus karena ini menunjukkan penetrasi pasar produk tersebut oleh tenaga penjualnya berjalan dengan bailk dan terus berusaha menambahnya yang pada akhirnya akan bisa menambah MSnya. c. FSS: Pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup adalah 12 % sedangkan pencapaian dari Mie Sedaap Soup adalah 6 %, dengan pencapaian FSS seperti ini menunjukkan Indomie Soup masih mempunyai posisi yang kuat di wilayah pemasaran Sumatera Utara karena para pedagang nya masih mau memberikan ruang pajangan yang lebih besar kepada Indomie Soup dari pada kepada Mie

13 Sedaap Soup. Ini juga menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk Indomie Soup masih cukup kuat dan Mie Sedaap soup harus berusaha lebih keras mendapatkan ruang pajang dengan berbagai cara. d. OOS: Pencapaian OOS untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 7 % sedangkan untuk produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar 9 %, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekosongan barang ditoko untuk produk Indomie Soup tidaklah begitu besar namun untuk Mie Sedaap Soup kekosongan sebesar 9 % adalah suatu hal yg cukup materiil mengingat tingkat distribusi penjualannya yang masih belum merata sehingga kekosongan barang di toko merupakan kehilangan peluang penjualan yang sangat berarti. e. SCD: dengan pencapaian SCD sebesar 14 hari untuk Indomie Soup dan 22 hari untuk produk Mie Sedaap Soup, menunjukkan bahwa untuk produk Indomie Soup tingkat SCD nya 14 hr adalah sangat bagus karena tingkat perputaran stoknya sangat ideal yaitu 14 hari yang artinya stok nya cukup untuk penjualan dua minggu sesuai dengan frekuensi kunjungan salesmannya ke toko dua minggu sekali. Di lain pihak tingkat SCD dari Mie Sedaap Soup yang 22 hari menunjukkan terjadinya penumpukan stok secara rata rata di toko yang disebabkan karena penjualan yang tidak begitu besar sehingga terjadi punumpukkan stok di toko toko tertentu.

14 Wilayah Sumatera Selatan Tabel Parameter Wilayah Sumatera Selatan Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb: a. MS: Pencapaian MS dari Indomie Soup di wilayah Sumatera Selatan adalah sebesar 12,7 % sedang kan pencapaian dari Mie Sedaap Soup adalah 9,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persaingan kedua produk tersebut di wilayah Sumatera Selatan sangatlah ketat, Mie Sedaap Soup sebagai pendatang baru cukup mendapat respon yang bagus dari konsumen di wilayah Sumatera Selatan sehingga matket share nya juga tidak jauh berbeda, dalam situasi yang peluang yang sangat besar untuk demikian Mie Sedaap Soup mempunyai mengalahkan Indomie Soup karena tingkat penerimaan konsumen di wilayah tersebut sangat cepat sehingga bisa dengan segera mengalahkannya. b. ND: Pencapaian ND untuk produk Indomie Soup adalah 60% sedangkan untuk produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar 61%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kedua produk tersebut bersaing sangat ketat

15 dipasar melalui masing masing team penjualannya dan Mie Sedaap Soup mampu mendapatkan ND yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan Indomie Soup hal ini menunjukkan konsumen dan pedagang di wilayah Sumatera Selatan merespon dengan positif terhadap produk mie Sedaap Soup sehingga dapat dengan cepat mendapatkan distribusi di pasar. Apabila Indomie Soup tidak segera mengambil langkah langkah perbaikan maka akan segera dikalahkan oleh Mie Sedaap Soup. c. FSS : Pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup adalah 13 % sedangkan untuk produk Mie Sedaap Soup adalah 10 %, data ini menunjukkan bahwa dikalangan pedagang Indomie Soup masih diberikan ruang pajangan yang lebih besar dari pada Mie Sedaap Soup karena memang permintaan terhadap produk Indomie Soup masih cukup tinggi namun dengan tingkat FSS sebesar 10 % Mie Sedaap Soup juga sudah mendapatkan respon yang sangat baik dikalangan pedagang sehingga para pedagang mau memberikan sebagian ruang pajangnya untuk perluasan pajangan Mie Sedaap Soup. d. OOS: Pencapaian OOS untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 7 % sedangkan untuk produk Mie Sedaap Soup adalah 5 %. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kekosongan barang Indomie Soup sebesar 7% adalah relative cukup kecil sehingga tidak terlalu mengganggu penjualan hanya saja tingkat OOS dari Mie Sedaap Soup ternyata bisa lebih bagus yaitu hanya mencapai 5 % hal ini menunjukkan pengelolaan tin

16 penjualan dari Mie Sedaap Soup cukup bagus didalam mengelola stok di toko toko di Wilayah Sumatera Selatan. e. SCD: Pencapaian SCD untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 13 hari sedangkan untuk produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar 12 hari. Pengelolaan stok oleh kedua tim penjualan dari masing masing produk cukup baik karena tingkat perputarannya berkisar 12 atau 13 hari yang artinya frekuensi kunjungan salesman ke toko toko adalah dua minggu sekali secara rutin sehingga stok ditoko dapat dijaga dengan baik Wilayah Kalimantan, Sulawesi, Dan Pulau Lainnya Lainya Tabel Parameter Wilayah Kalimantan, Sulawesi & Pulau Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dianalisa sbb : a. MS: Pencapaian MS dari produk Indomie Soup adalah 14,1 % sedangkan pencapaian untuk produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar 11,9 %. Hal ini menunjukkan bahwa Indomie Soup secara mayoritas di wilayah Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dll masih mendominasi pasar dengan produknya

17 namun MS yang dicapai oleh Mie Sedaap Soup juga menunjukkan bahwa produk tersebut juga mulai bisa diterima oleh konsumen di wilayah tersebut sehingga pencapaian MS nya juga cukup bagus. b. ND: Pencapaian ND untuk produk Indomie Soup adalah 54 % sedangkan pencapaian dari Mie Sedaap Soup adalah sebesar 69 %. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa walaupun Indomie Soup mempunyai ND yang lebih rendah dibandingkan dengan ND dari Mie Sedaap Soup namun pencapaian MS nya masih lebih besar Indomie Soup, ini menunjukkan bahwa toko toko yang masuk dalam distribusi produk Indomie Soup mempunyai volune penjualan yang lebih besar daripada volume penjualan dari took-toko yang menjual Mie Sedaap Soup. Kondisi yang demikian sangat menguntungkan Mie Sedaap soup dalam jangka panjang karena distribusi jumlah toko yang lebih banyak akan membuka peluang penjualan yang lebih besar. c. FSS: Pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup di wilayah ini adalah 13 % sedangka pencapaian Mie Sedaap Soup adalah 13 % juga. Berdasarkan pencapaian tersebut menunjukkan ke dua produk tersebut bersaing sangat ketat dipasar, permintaan konsumen terhadap kedua produk tersebut relative sama besar sehingga pedagang terpaksa menyediakan ruang pajang yang sama besarnya di tokonya. Namun apabila diperhatikan dengan lebih teliti maka posisi yang kuat diraih oleh Mie Sedaap Soup karena dengan produknya yang

18 relative masih baru namun dapat dengan segera menyaingi Indomie Soup maka diwaktu yang akan datang Mie Sedaap Soup dapat dengan cepat mengalahkan produk Indomie Soup diwilayah ini. d. OOS: Pencapaian OOS untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 7 % sedangkan untuk produk Mie Sedaap Soup adalah 6 %, hal ini menunjukkan pengelolaan tim penjualan terhadap stok barang di toko cukup baik sehingga tingkat kekosongan barang bisa diminimalkan. Kekosongan barang ini bisa terjadi karena memang barang terlalu cepat terjual karena adanya permintaan dari konsumen yang besar atau tim penjualan kurang bisa mengantisipasi volume penjualan sehingga toko kehabisan barang sebelum salesman mengunjungi kembali toko tersebut sesuai rutenya. e. SCD: Pencapaian SCD untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 12 hari sedangkan untuk produk Mie Sedaap Soup adalah 14 hari. Data tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan stok barang di toko cukup baik karena persedian barang di toko secara rata rata mencukupi sesuai dengan rute kunjungan salesman secara rutin ke toko.

19 Untuk Seluruh Wilayah Indonesia Tabel Parameter Wilayah Seluruh Indonesia Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb: a. MS: Pencapaian MS secara nasional untuk produk Mie Sedaap Soup adalah 18,4 % sedangkan pencapaian MS untuk produk Indomie Soup adalah13 %. Data tersebut menunjukkan bahwa produk Mie Sedaap Soup walaupun relative merupakan produk mie yang baru dipasaran namun dapat dengan cepat diterima oleh konsumen di Pulau Jawa khususnya sedangkan Indomie Soup masih belum terkalahkan di luar pulau Jawa, namun karena kontribusi secara volume di Pulau Jawa lebih besar dibandingkan dengan di Luar jawa maka pencapaian MS secara nasional Mie Sedaap soup lebih unggul dari pada pencapaian dari Indomie Soup. b. ND: Pencapaian ND untuk produk Mie Sedaap Soup secara Nasional adalah 76 % sedangkan pencapaian Indomie Soup adalah 85 %. Data ini menunjukkan bahwa produk Mie Sedap Soup mempunyai ND yang lebih sedikit dibandingkan dengan ND dari Indomie Soup namun walaupun ND nya lebih sedikit volume penjualan per titik ND secara rata rata lebih besar

20 dibandingkan dengan yang dicapai oleh Indomie Soup sehingga walaupun ND dari Mie Sedaap Soup lebih kecil daripada ND dari Indomie Soup namum bisa menghasilkan MS yang lebih besar. c. FSS: Pencapaian FSS dari produk Mie Sedaap Soup secara Nasional adalah 19 % sedangkan pencapaian dari Indomie Soup adalah 12 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara Nasional para pedagang lebih memberikan ruangan pajang yang lebih besar kepada produk Mie Sedaap Soup yang disebabkan karena permintaan yang sangat besar dari konsumen sehingga para pedagang juga memanfaatkan momentum tersebut dengan memberikan ruang pajang yang lebih besar dengan harapan penjualan mereka juga akan mengalami peningkatan. d. OOS: Pencapaian OOS dari produk Mie Sedaap Soup secara Nasional adalah 8 % sedangkan untuk produk Indomie Soup adalah 7 %. Dari data tersebut menunjukkan masing masing tim penjualan mampu mengendalikan tingkat kekosongan barang nya dengan cukup baik, walaupun masih saja terjadi kekosongan barang namun hal ini bisa terjadi karena memang permintaan yang cukup pesat dari khususnya Mie Sedaap Soup sehingga toko tidak sempat lagi mengisi stoknya kembali sehingga terjadi kekosongan barang. e. SCD: Pencapaian SCD untuk produk Mie Sedaap Soup secara Nasional adalah sebesar 14 hari sedangkan pencapaian dari Indomie Soup adalah 13

21 hari. Dari data rersebut menunjukkan bahwa kedua tim penjualan telah melakukan pengaturan kunjungan yang bagus secara rutin terhadap para langganannya sehingga level stok terjaga dengan baik antara 13 hari dan 14 hari yang artinya salesman secara rutin mengunjungi para langganannya dua minggu sekali dengan mendrop barang selama kebutuhan 14 hari sesuai rute kunjungan berikutnya Analisis Di Pasar Modern Berdasarkan 5 Parameter Data AC Nielsen Wilayah DKI Jakarta Tabel Parameter Wilayah DKI Jakarta Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 a. MS: Pencapaian MS di wilayah DKI Jakarta untuk pasar Modern produk Indomie Soup adalah sebesar 33,1 % sedangkan pencapaian untuk produk Mie Sedaap Soup adalah 11 %. Dengan pencapaian seperti tersebut diatas menunjukkan bahwa Indomie Soup sangat dominan dalam menguasai pasar Mie Soup di wilayah Jakarta untuk pasar modern. Hal ini menunjukkan bahwa

22 konsumen pasar modern di wilayah Jakarta masih sangat loyal dengan produk Indomie Soup dibandingkan dengan Mie Sedaap Soup. Hal ini terjadi karena memang konsumen di kota Jakarta sudah sangat cocok dengan produk Indomie Soup sehingga tidak mudah merubah mereka untuk berpindah ke produk Mie Sedaap Soup. b. ND: Pencapaian ND untuk produk Indomie Soup adalah 97 % sedangkan pencapaian untuk produk Mie Sedaap Soup adalah 95 %. Pencapaian ND di pasar modern memang mempunyai kecenderungan pencapaiannya sangat bagus karena jumlah dari pasar modern yang terbatas dan dapat dengan tepat di datakan sehingga toko toko nya dengan mudah diidentifikasi mana yang sudah menjual produk tersebut dan mana yang belum menjual oleh karena itu pencapaian ND oleh produk Indomie Soup sebesar 97 % dan Mie Sedaap Soup sebesar 95 % adalah suatu hal yg wajar. c. FSS: pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 33 % sedangkan pencapaian untuk produk Mie Sedaap Soup adalah sebesar 11 %. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa outlet pasar modern memberikan ruang pajangan yang lebih besar kepada Indomie Soup karena memang outlet pasar modern mempunyai system monitoring penjualan per outlet dengan detail sehingga ruang pajangan yang disediakan oleh pasar modern berdasarkan kontribusi penjualannya., jadi apabila di wilayah DKI Jakarta pasar modern memberikan ruang pajangan sebesar 33 % menunjukkan

23 penjualan Indomie Soup memang jauh lebih besar dari pada Mie Sedaap Soup yang hanya diberikan ruang pajang sebesar 11 %. d. OOS: Pencapaian OOS untuk produk Indomie Soup maupun Mie Sedaap Soup di pasar modern di wilayah DKI Jakarta adalah 0, yang artinya diseluruh outlet pasar modern yang disurvey tidak terjadi kekosongan barang hal ini memang bisa terjadi karena pada umumnya untuk outlet pasar modern diperlakukan secara khusus oleh distributornya yaitu dengan menyediakan SPG ( Sales Promotion Girl.) yang bertugas secara menetap di outlet tersebut sehingga ketersediaan barang, kelengkapan produknya dan pajangannya selalu dapat terjaga dengan baik. e. SCD: Pencapaian SCD untuk produk Indomie Soup dan Mie Sedaap Soup adalah 11 hari, hal ini menunjukkan persedian barang ditoko terjaga dengan baik sebesar 11 hari yang artinya secara rata rata persedian barang cukup untuk penjualan selama 11 hari sebelum barang dikirimkan lagi supaya tidak terjadi kekosongan barang.

24 Wilayah Jawa Barat Tabel Parameter Wilayah Jawa Barat Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb: a. MS: pencapaian MS untuk produk Indomie Soup di wilayag Jawa Barat adalah 33,1 % sedangkan pencapaian MS dari Mie Sedaap Soup adalah sebesar 13,4 %. Data tersebut menunjukkan bahwa Indomie Soup masih dominant menguasai pasar di outlet pasar modern di wilayah Jawa Barat, Mie Sedaap Soup masih belum bisa merebut konsumen yang masih banyak yang loyal terhadap Indomie Soup walaupun demikian pencapaian MS dari Mie Sedaap Soup sebesar 13,4 % adalah suatu prestasi juga mengingat dominasi dari Indomie yang demikian kuat dan sudah bertahun tahun ternyata Mie Sedaap Soup bisa menembus dan mendapatkan MS sebesar 13,4 %. b. ND: Pencapaian ND untuk produk Indomie Soup dan Mie Sedaap Soup masing dilakukan masing mencapai 97 %, hal ini menunjukkan bahwa distribusi yang oleh masing masing merek di pasar modern wilayah Jawa Barat sangat bagus kerena hanya ada 3 % yang tidak menjual kedua merek produk tersebut.

25 c. FSS : Pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 31 % sedangkan pencapaian dari Mie Sedaap Soup adalah sebesar 14 %. Hal ini menunjukkan outlet pasar modern di wilayah Jawa Barat menyediakan ruang pajang yang lebih besar kepada Indomie Soup yang memang mempunyai MS lebih besar juga dibandingkan dengan pencapaian dari Mie Sedaap Soup. Karena produk Indomie Soup memang mempunyai volume penjualan yang lebih besar dari pada Mie Sedaap Soup maka pihak pasar modern juga memberikan ruang pajang lebih besar kepada Indomie Soup dengan harapan dapat memaksimalkan peluang penjualannya. d. OOS: Pencapaian OOS untuk produk Indomie Soup dan Mie Sedaap Soup di wilayah pasar modern di jawa barat adalah 0 % artinya tidak terjadi kekosongan barang di toko / outlet pasar modern pada saat dilakukan survey. Hal ini memungkinkan terjadi mengingat outlet pasar modern pada umumnya mendapatkan penanganan yang khusus dimanamada SPG yang menjaga dan memonitor produk tersebut sehingga tidak akan terjadi kekosongan barang di toko. e. SCD: Pencapaian SCD untuk produk Indomie Soup dan Mie Sedaap Soup di pasar modern wilayah Jawa Barat adalah 11 hari, artinya stok barang yang tersedia di toko cukup untuk memenuhi kebutuhan penjualan selama 11 hari dan hal ini disesuaikan dengan jadwal kunjungan dari salesman atau ketentuan

26 waktu order yang sudah disepakati bersama antara pihak distributor dengan outlet pasar modern Wilayah Jawa Tengah Tabel Parameter Wilayah Jawa Tengah Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber data: AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb: a. MS : Pencapaian MS untuk produk Mie Sedaap Soup di wilayah pemasaran pasar modern di Jawa Tengah adalah 22,3 % mengungguli pencapaian dari Indomie Soup yang 14,1 %. Pencapaian ini menunjukkan bahwa Mie Sedaap Soup mampu mengalahkan Indomie Soup yang relative sudah lama produknya sebaliknya Mie Sedaap Soup bisa dengan cepat produknya diterima oleh konsumen pasar modern di Jawa Tengah. Memang banyak factor yang mempengaruhi konsumen berpindah kepada merek lainnya baik melalui iklan dan promosi namun pada prinsipnya kualitas dari produklah yang paling utama karena apabila produknya bisa diterima oleh konsumen maka mereka akan berpindah untuk seterusnya kepada merek lainnya, sebaliknya apabila produknya tidak bisa diterima maka konsumen hanya

27 mencoba 1 kali saja setelah itu kembali melakukan pembelian kepada merek yang lama. b. ND: Pencapaian ND untuk Mie Sedaap Soup adalah 98 % sedangkan pencapaian untuk produk Indomie Soup adalah 100 %. Data tersebut menunjukkan bahwa distribusi ke dua merek produk tersebut sangat bagus dalam arti hampit seluruh outlet pasar modern menjual kedua produk tersebut bahkan untuk produk Indomie Soup seluruh outlet pasar modern di Jawa Tengah menjual produk mereka.. Hal ini menunjukkan penanganan distribusi terhadap outlet pasar modern di wilayah Jawa Tengah sangat terkontrol dan dilakukan dengan baik. c. FSS: Pencapaian FSS untuk produk Mie Sedaap Soup adalah 22 % sedangkan pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup adalah 14 %. Data ini menunjukkan bahwa Mie Sedaap Soup diberikan ruang pajang yang lebih besar dari pada yang diberikan kepada Indomie Soup, hal ini disebabkan memang volume penjualan Mie Sedaap Soup jauh lebih besar dari Indomie Soup sehingga apabila dikonversikan kepada ruang pajangan maka secara otomatis ruang pajang untuk produk Mie Sedaap Soup akan lebih besar juga. Walaupun bisa dilakukan upaya penambahan ruang pajang melalui sewa khusus kepada pihak outlet pasar modern namun apabila tidak diikuti dengan kenaikan penjualan yang proposional maka penambahan ruang pajangan

28 melalui system sewa itupun menjadi tidak effisien antara biaya dan manfaatnya. d. OOS: Pencapaian OOS untuk produk Mie Sedaap Soup dan Indomie Soup adalah 0 %, artinya tidak terjadi kekosongan produk kedua merek tersebut di toko outlet pasar modern di wilayah Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan produk ke dua merek tersebut sangat bagus dilapangan sehingga ketersediaan barang di outlet terjaga dengan baik e. SCD: Pencapaian SCD untuk kedua merek ini di pasar modern di wilayah Jawa Tengah adalah 11 hari, hal ini mengambarkan persediaan yang disediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 11 hari sesuai dengan jadwal kunjungan dari salesman distributor ke outlet pasar modern Wilayah Jawa Timur Tabel Parameter Wilayah Jawa Timur Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb : a. MS: Pencapaian MS untuk Mie Sedaap Soup adalah 15,7 % sedangkan pencapaian untuk produk Indomie Soup adalah sebesar 9,3 %. Data tersebut

29 menunjukkan bahwa di pasar modern wilayah Jawa Timur, Mie Sedaap Soup berhasil menguasai pasar lebih besar dari Indomie Soup, hal ini didukung dengan penerimaan dari konsumen di pasar modern di Wilayah Jawa Timur yang merasa cocok dengan produk Mie Sedaap Soup sehingga mereka mau beralih merek. Tentu menjadi ancaman yang serius bagi Indomie Soup yang produknya sudah lebih lama dan boleh dikatakan tanpa ada yang menyainginya, namun dengan munculnya Mie Sedaap Soup dapat dengan cepat produk tersebut diterima oleh konsumen dan mengalahkan Indomie Soup. b. ND: Pencapaian ND untuk kedua merek produk di pasar modern di wilayah Jawa Timur adalah 100 %, hal ini menunjukkan bahwa seluruh outlet pasar modern yang berada diwilayah Jawa Timur telah menyediakan dan menjual produk tersebut di tokonya. Hal ini memang memungkinkan terjadi karena outlet pasar modern mudah didatakan dan jumlahnyapun tidak terlalu banyak sehingga bisa termonitor dengan baik penanganannya. c. FSS: Pencapaian FSS untuk produk Mie Sedaap Soup adalah 16 % sedangkan pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup adalah 9 %, data ini menunjukkan bahwa Mie Sedaap Soup diberikan ruang pajangan produk lebih besar dari pada yang disediakan untuk Indomie Soup, hal ini disebabkan volume penjualan Mie Sedaap Soup memang lebih besar sehingga dengan

30 diberikan ruang pajangan yg lebih besar diharapkan volume penjualannya bisa ditingkatkan lagi. d. OOS: Pencapaian OOS untuk kedua produk tersebut adalah 0 % yang artinya tidak terjadi kekosongan barang di outlet sama sekali. Dikarenakan outlet pasar modern selain jumlahnya sedikit dan dapat dimonitor dengan baik maka kekosongan barang bisa dicegah setiap saat untuk mengurang kerugian kehilangan kesempatan penjalan akibat barang kosong di outlet. e. SCD: Pencapaian SCD dari produk Mie Sedaap Soup dan Indomie Soup di outlet pasar modern di wilayah Jawa Timur adalah 11 hari, hal ini menunjukkan tingkat persediaan barang do toko cukup untuk kebutuhan penjualan selama 11 hari yang disesuaikan dengan jadwal kunjungan dari salesman order ke outlet tersebut Wilayah Sumatera Utara Tabel Parameter Wilayah Sumatera Utara Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup , Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008

31 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb : a. MS: Pencapain MS untuk produk Indomie Soup di pasar modern di wilayah Sumatera Utara adalah sebesar 22,2 % sedangkan pencapaian dari Mie Sedaap Soup adalah 9,4 %, hal ini menunjukkan bahwa Indomie Soup masih memimpin penguasaan pasar mie Soup di wilayah Sumatera Utara, walaupun demikian Mie Sedaap Soup bisa merupakan ancaman yang serius karena dengan pencapaian MS 9,4 % menunjukkan produknya pada dasarnya bisa diterima oleh konsumen di pasar modern Sumatera Utara sehingga apabila tidak diantisipasi dan diambil langkah langkah pemasaran yang benar maka tidak menutup kemungkinan Mie Sedaap Soup berkembang dengan pesat seperti di sebagian wilayah di Pulau Jawa. b. ND: Pencapaian ND untuk produk Indomie Soup di pasar modern wilayah Sumatera Utara adalah 100 % sedangkan pencapaian ND dari Mie Sedaap Soup adalah 85 %, hal ini menunjukkan bahwa Indomie Soup memang sudah secara merata diterima oleh konsumen pasar modern di wilayah Sumatera Utara sehingga seluruh outlet pasar modern mau menyediakan produk tersebut di outletnya sebaliknya Mie Sedaap Soup belum bisa mengisi seluruhnya dari outlet pasar modern dikarenakan ada daerah daerah tertentu yang memang Mie Sedaap tidak laku sehingga toko didaerah tersebut tidak mau menyediakan produk tersebut ditokonya.

32 c. FSS: pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup di pasar modern di wilayah Sumatera Utara adalah sebesar 23 % jauh lebih besar dibandingkan dengan ruang pajangan yang diberikan kepada Mie Sedaap Soup yang sebesar 11 %. Ruang pajangan ini disediakan oleh outlet pasar modern lebih besar karena memang volume penjualan produk Indomie Soup ini jauh lebih besar dari volume penjualan Mie Sedaap Soup, sehingga peluang terjadinya penjualan menjadi lebih banyak untuk produk Indomie Soup. d. OOS: Pencapaian OOS untuk kedua produk tersebut di outlet pasar modern di wilayah Sumatera Utara adalah 0 % yang artinya diseluruh outlet pasar modern yang menjual ke dua merek tersebut tidak terjadi kekosongan barang pada saat dilakukan survey, hal ini bisa terjadi disebabkan memang outlet pasar modern ditangani dan dimonitor dengan baik sehingga persediaan barang juga selalu terjaga. e. SCD: Pencapaian SCD untuk produk Indomie Soup adalah 12 hari sedangkan pencapaian dari Mie Sedaap Soup adalah 16 hari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persedian dari Indomie Soup terpelihara dengan baik yaitu 12 hari sedangkan untuk produk Mie Sedaap Soup terjadi penumpukan persediaan dibeberapa outlet sehingga tingkat persediaannya 16 hari yang disebabkan penjualannya tidak sebesar yang diharapkan.

33 Wilayah Sumatera Selatan Tabel Parameter Wilayah Sumatera Selatan Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb : a. MS: Pencapaian MS untuk produk Indomie Soup di pasar modern di wilayah Sumatera Selatan adalah sebesar 15,3 % sedangkan pencapaian MS dari Mie Sedaap Soup adalah 10,4 %. Hal ini menunjukkan Indomie Soup masih memimpin penguasaan pasar Mie Soup di wilayah Sumatera Selatan, namun dengan selisih pencapaian MS yang relative tidak terlalu besar menunjukkan bahwa Mie Sedaap Soup dapat diterima oleh konsumen pasar modern di wilayah tersebut dan dalam jangka panjang bisa menjadi ancaman bagi Indomie Soup. b. ND: Pencapaian ND untuk produk Indomie Soup sebesar 81 % sedangkan pencapaian untuk Mie Sedaap Soup adalah 77 %, hal ini menunjukkan tidak semua outlet pasar modern mau menyediakan kedua produk tersebut mengingat memang pencapaian MS nya yang angkanya tidak terlalu besar dimana artinya ada daerah tertentu yang Indomie Soup tidak laku sama sekali

34 sebaliknya ada daerah tertentu yang Mie Sedaap Soup tidak laku sama sekali sehingga outlet tidak mau menyediakan produk tersebut. c. FSS: Pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup adalah 15 % sedangkan pencapaian untuk produk Mie Sedaap Soup sebesar 10 %. Hal ini menunjukkan bahwa outlet pasar modern di Sumatera Selatan menyediakan ruang pajang lebih besar kepada Indomie Soup yang memang secara volume penjualannya lebih banyak dari pada volume penjualan Mie Sedaap Soup. d. OOS: Pencapaian OOS untuk kedua produk tersebut adalah 1 % yang artinya hanya terjadi 1 % dari toko yang menjual kedua jenis mie tersebut yang dijumpai persediannya mengalami kekosongan barang, namun pada dasarnya penanganan produk untuk kedua merek tersebut oleh kedua distributornya bisa dikatakan cukup bagus. e. SCD: Pencapaian SCD untuk kedua produk tersebut adalah 11 hari yang artinya di outlet pasar modern tersedia persediaan sebanyak 11 hari kebutuhan penjualan dan ini pada umumnya disesuaikan dengan jadwal kunjungan dari salesman dalam mengorder produk tersebut sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.

35 Wilayah Pulau Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lainnya Tabel Parameter Wilayah Kalimantan, Sulawesi Dan Pulau Lainnya Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan Data tersebut diatas dapat dianalisa sbb: a. MS: pencapaian MS untuk produk Indomie Soup di pasar modern untuk wilayah Kalimantan, Sulawesi dll adalah mencapai 20,9 % sedangkan pencapaian dari Mie Sedaap Soup adalah 18,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan antara kedua merek produk ini sangat ketat walaupun Indomie Soup masih unggul MS nya namun dengan melihat bahwa Mie Sedaap Soup adalah produk yang relative masih baru tetapi bisa dengan cepat diterima oleh konsumen sehingga dalam jangka waktu kedepan Mie Sedaap Soup bisa berkembang lebih cepat lagi dan bisa mengalahkan Indomie Soup. b. ND: Pencapaian ND untuk produk Indomie Soup adalah 99 % sedangkan pencapaian MS dari Mie Sedaap Soup adalah 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi dari Indomie Soup memang masih lebih bagus daripada Mie Sedaap Soup. Ini bisa terjadi karena Indomie Soup yang jauh lebih dulu sudah ada dipasarkan sehingga penyebaran distribusinya lebih luas sedangkan untuk

36 distribusi dari Mie Sedaap Soup menunjukkan masih ada 10 % outlet pasar modern yang tidak bersedia menjual/menyediakan produk tersebut di tokonya yang disebabkan tidak adanya permintaan terhadap produk tersebut. c. FSS: Pencapaian FSS untuk produk Indomie Soup adalah 20 % sedangkan pencapaian untuk Mie Sedaap Soup adalah 19 %. Hal ini menunjukkan bahwa outlet pasar modern menyediakan ruang pajangan untuk kedua produk yang bersaing ini dengan ukuran yang relative sama, hal ini terjadi karena memang mengacu terhadap volume penjualannya yang tidak berbeda banyak sehingga permintaan dari konsumen juga berimbang sebagai akibatnya ruang pajangan yang disediakan oleh outlet pasar modern juga hampir sama yaitu berkisar 20 %. d. OOS: Pencapaian OOS untuk produk Indomie Soup adalah 0% sedangkan pencapaian untuk Mie Sedaap Soup adalah 1%, hal ini menunjukkan penanganan ke dua produk tersebut di outlet pasar modern sangat bagus sehingga hampir tidak ditemukan kekosongan persedian barang di outlet. Hal ini bisa terjadi karena pada umumnya di outlet pasar modern disediakan SPG yang memang tugasnya menangani secara khusus outlet outlet tersebut. e. SCD: Pencapaian SCD untuk produk Indomie Soup dan Mie Sedaap Soup adalah 11 hari, hal ini menunjukkan persedian barang terkontrol dengan baik yaitu sebanyak 11 hari yang artinya cukup untuk memenuhi kebutuhan

37 penjualan selama 11 hari sebelum salesman dari distributor mengisi kembali persediaannya Wilayah Seluruh Indonesia Tabel Parameter Wilayah Seluruh Indonesia Merek Sales Vol MS ND FSS OOS SCD ( 000 bag ) Indomie Soup Mie Sedaap Soup Sumber: Data AC Nielsen periode 2008 Berdasarkan data tersebut diatas dapat dianalisa sbb: a. MS: Pencapaian MS dari produk Indomie Soup secara nasional dipasar modern adalah 24,5 % sedangkan pencapaian produk Mie Sedaap Soup adalah 14,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa produk Indomie Soup masih jauh lebih unggul pencapaian MS nya dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh Mie Sedaap Soup. Namun demikian Indomie Soup patut waspada mengingat produk Mie Sedaap Soup relative baru dipasaran namun sudah bisa mendapatkan MS sebesar 14,1 % secara nasional bahkan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur Mie Sedaap Soup sudah mengalahkan Indomie Soup, ini menunjukkan bahwa produk Mie Sedaap Soup sudah bisa diterima oleh sebagian besar konsumen sehingga hal ini

38 dalam jangka panjang akan sangat membahayakan posisi Indomie Soup apabila tidak segera melakukan tindakan pemasaran untuk mengantisipasi perkembangan dari Mie Sedaap Soup di pasar modern. b. ND: Pencapaian ND untuk produk Indomie Soup secara nasional di pasar modern mencapai 97 % sedangkan pencapaian dari Mie Sedaap Soup adalah 95 %. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi yang dilakukan kedua merek ini sangat bagus karena secara nasional hampir tercover semua outlet pasar modern. Hal ini memang memungkinkan untuk dilakukan karena pada umumnya outlet pasar modern terdata lokasinya dengan baik sehingga dapat dengan mudah dilakukan penggarapan dibandingkan dengan toko tradisional. Untuk Produk Mie Sedaap Soup pencapaian ND 95 % menunjukkan bahwa produk tersebut sudah diterima oleh konsumen dan pihak pedagang outlet pasar modern sehingga persaingan antara kedua merek ini benar benar berjalan dengan seimbang dan ketat. c. FSS: Pencapaian FSS dari Indomie Soup secara nasional di pasar modern mencapai 24 % sedangkan pencapaian FSS Mie Sedaap Soup adalah 14 %. Hal ini menunjukkan bahwa outlet pasar modern secara nasional memang masih menberikan ruang pajang yang lebih besar kepada Indomie Soup dari pada kepada Mie Sedaap Soup, hal ini didasari dengan volume penjualan dari Indomie Soup yang memang jauh lebih besar dari Mie Sedaap Soup. Outlet pasar modern memberikan ruang pajang yang lebih besar ini untuk

39 memaksimalkan peluang penjualan mengingat produk Indomie Soup masih lebih besar permintaannya daripada Mie Sedaap Soup. Sebaliknya bagi Mie Sedaap Soup pencapaian secara nasional pajangan 14 % juga merupakan petanda bahwa outlet pasar modern bisa menerima produk tersebut dikarenakan cukup banyak juga konsumen yang mencari produk tersebut sehingga ruang pajang juga harus disediakan diseduaikan dengan kontribusi penjualannya. d. OOS: Pencapaian OOS secara nasional untuk kedua produk tersebut di pasar modern adalah 0 %, hal ini menunjukkan bahwa penanganan terhadap produk tersebut oleh kedua distributornya berjalan dengan baik dan terkontrol karena tidak dijumpai kekosongan barang di outlet yang menjual kedua produk tersebut, hal ini bisa terjadi karena memang di outlet pasar modern pada umumnya diberikan SPG yang menjaga dan memonitor pergerakan penjualan, pajangan dan persediaan setiap saat sehingga kekosongan barang bisa dihindari. e. SCD: Pencapaian SCD untuk kedua produk tersebut secara nasional di outlet pasar modern mencapai 11 hari, hal ini berarti memang sudah menjadi standart bagi outlet pasar modern bahwa persediaannya adalah 11 hari penjualan sehingga order barang juga disesuaikan dengan ketentuan tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASINYA

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASINYA BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASINYA 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Kesimpulan Hasil Analisis Di Pasar Umum Berdasarkan analisis 5 parameter di pasar umum secara nasional dapat dikatakan performance dari Mie Sedaap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Segmentasi, Positioning Dan Pemerekan ( Branding ) 2.1.1. Segmentasi Pasar Untuk memulai memasuki pasar suatu produk mutlak diperlukan penentuan segmentasi dan positioning produk

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN TAKTIK PEMASARAN DAN PENJUALAN MELALUI SALURAN DISTRIBUSI UNTUK MEMENANGKAN PERSAINGAN PRODUK MIE SEDAAP SOUP DAN INDOMIE SOUP DENGAN

MENGEMBANGKAN TAKTIK PEMASARAN DAN PENJUALAN MELALUI SALURAN DISTRIBUSI UNTUK MEMENANGKAN PERSAINGAN PRODUK MIE SEDAAP SOUP DAN INDOMIE SOUP DENGAN MENGEMBANGKAN TAKTIK PEMASARAN DAN PENJUALAN MELALUI SALURAN DISTRIBUSI UNTUK MEMENANGKAN PERSAINGAN PRODUK MIE SEDAAP SOUP DAN INDOMIE SOUP DENGAN PEMANFAATAN HASIL SURVEY AC NIELSEN RESEARCH ARMANTO

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK MIE SEDAP TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK MIE SEDAP TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta) ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK MIE SEDAP TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta) Oleh: SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat persaingan didunia industri juga semakin ketat, termasuk di industri rokok. Agar bisa bertahan di pasar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan dan memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan dan memenuhi kebutuhan 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pemasaran, maka peranan dunia usaha adalah sangat penting sebagai penunjang suksesnya program di sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia usaha ritel di Indonesia cukup pesat. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, diketahui bahwa pertumbuhan ritel modern setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF

BAB IV RANCANGAN SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF BAB IV RANCANGAN SISTEM INFORMASI EKSEKUTIF 4.1. Kebutuhan Manajemen Sistem Informasi Eksekutif yang dibangun akan digunakan oleh manajemen puncak oleh karena itu beberapa hal yang harus menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pembelian konsumen menjadi hal penting sebagai penentu

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pembelian konsumen menjadi hal penting sebagai penentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputusan pembelian konsumen menjadi hal penting sebagai penentu eksistensi suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat terus eksis apabila rangsangan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi dan dunia bisnis, mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi dan dunia bisnis, mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya era globalisasi dan dunia bisnis, mengakibatkan banyaknya persaingan khususnya dalam industri perdagangan sehingga banyak perusahaan harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masyarakat saat ini merupakan masyarakat modern dan sibuk, yang selalu

I. PENDAHULUAN. Masyarakat saat ini merupakan masyarakat modern dan sibuk, yang selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat saat ini merupakan masyarakat modern dan sibuk, yang selalu menginginkan sesuatu dengan cepat dan mudah, termasuk dalam hal memilih makanan yang capat, mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jawaban produsen satu satunya dalam hal memenuhi tantangan. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jawaban produsen satu satunya dalam hal memenuhi tantangan. Dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat persaingan didunia industri juga semakin ketat, termasuk di industri rokok. Agar bisa bertahan di pasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

BAB I PENDAHULUAN. berlomba-lomba menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi dan informasi yang semakin berkembang menjadikan kebutuhan manusia ikut berkembang dan semakin kompleks. Perusahaan berlomba-lomba menciptakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu karakter konsumen Indonesia dalam melakukan pembelian adalah tidak terencana (unplanned buying). Berdasarkan hasil riset AC Nielsen dalam majalah MARKETING edisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin pesat. Berbagai produk baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu berkembang maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya pembangunan mall atau shopping centre semakin pesat. Hal ini terjadi dikarenakan, pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya perusahaan yang memiliki tujuan untuk memperoleh laba, memperbesar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil observasi dan praktek kerja langsung yang dilakukan penulis di PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart), maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah satunya disebabkan oleh kebutuhan masyarakat yang jumlahnya terus meningkat. Salah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK SEDAP

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK SEDAP ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK SEDAP Nama : Agus Priyanto NPM : 10211375 Jurusan : Manajemen ( S1 ) Dosen pembimbing : Syahruddin,SE.,MM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. Industri ini merupakan sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pendistribusian barang dalam hal ini adalah distributor.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pendistribusian barang dalam hal ini adalah distributor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya era pasar bebas mengakibatkan tingkat persaingan yang ketat dalam dunia industri baik yang bergerak dalam produksi barang maupun pendistribusian barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga akan berdampak pada perusahaan. Pemasaran merupakan hal yang. dengan produk baru yang semakin inovatif dan beragam.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga akan berdampak pada perusahaan. Pemasaran merupakan hal yang. dengan produk baru yang semakin inovatif dan beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasaran adalah faktor yang sangat penting bagi kesuksesan suatu produk dan bagi kelanjutan suatu perusahaan, karna jika sebuah produk dipasarakan dengan cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha retail (eceran) tumbuh pesat, jumlah dan lokasi usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian suatu bisnis baik itu berupa barang dan jasa, sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian suatu bisnis baik itu berupa barang dan jasa, sebaiknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendirian suatu bisnis baik itu berupa barang dan jasa, sebaiknya dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat. Selain hal tersebut, penciptaan produk atau jasa

Lebih terperinci

MANAJEMEN WILAYAH. Pokok Bahasan Modul - Wilayah penjualan - Lingkup Manajemen Wilayah. Helsinawati, SE, MM. Modul ke:

MANAJEMEN WILAYAH. Pokok Bahasan Modul - Wilayah penjualan - Lingkup Manajemen Wilayah. Helsinawati, SE, MM. Modul ke: MANAJEMEN WILAYAH Modul ke: Pokok Bahasan Modul - Wilayah penjualan - Lingkup Manajemen Wilayah Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Program Studi Manajemen- S1 Helsinawati, SE, MM www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMASARAN PRODUK PIPA WAVIN PADA TOKO GUNUNG KAWI DI BATAM YANG DITINJAU DARI SUDUT BAURAN PEMASARAN TIBRANI

KEBIJAKAN PEMASARAN PRODUK PIPA WAVIN PADA TOKO GUNUNG KAWI DI BATAM YANG DITINJAU DARI SUDUT BAURAN PEMASARAN TIBRANI KEBIJAKAN PEMASARAN PRODUK PIPA WAVIN PADA TOKO GUNUNG KAWI DI BATAM YANG DITINJAU DARI SUDUT BAURAN PEMASARAN TIBRANI Dosen Tetap Prodi Manajemen Universitas Riau Kepulauan Batam ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka ragam, antara lain kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer merupakan prioritas utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak persaingan dan para pelaku ekonomi akan bergelut didalamnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. banyak persaingan dan para pelaku ekonomi akan bergelut didalamnya tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang ini, dimana situasi dan kondisi perekonomian semakin banyak persaingan dan para pelaku ekonomi akan bergelut didalamnya tanpa mengenal

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran umum perusahaan 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Abad Dua Satu Makmur didirikan oleh Lie Maryo Rusdi Hamid, yang sekarang menjabat sebagai Direktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini kebutuhan sehari-harinya manusia semakin lama semakin meningkat di harinya. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang menganut pola konsumtif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar modern tumbuh seiring dengan adanya perubahan perilaku belanja konsumen dari pasar tradisional ke pasar modern yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan

Lebih terperinci

Inisiasi V Strategi Produk & Daur Hidup Produk. Selamat berjumpa. Jadwal tutorial yang telah kami kirimkan menunjukkan pada

Inisiasi V Strategi Produk & Daur Hidup Produk. Selamat berjumpa. Jadwal tutorial yang telah kami kirimkan menunjukkan pada Inisiasi V Strategi Produk & Daur Hidup Produk Pendahuluan Selamat berjumpa. Jadwal tutorial yang telah kami kirimkan menunjukkan pada minggu ini kita akan membahas pokok bahasan kelima, yaitu tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian yang telah di lakukan mengenai kinerja merek-merek mie

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian yang telah di lakukan mengenai kinerja merek-merek mie BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah di lakukan mengenai kinerja merek-merek mie instan di kalangan Mahasiswa Kota Bandung khususnya mahasiswa/ mahasiswi Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Data dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menyebutkan bahwa terdapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Data dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menyebutkan bahwa terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menyebutkan bahwa terdapat 793 penerbit yang menjadi anggotanya. Jumlah tersebut tersebar di 14 propinsi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen karena dipengaruhi oleh daya beli, begitu juga dengan dunia

BAB I PENDAHULUAN. konsumen karena dipengaruhi oleh daya beli, begitu juga dengan dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar akan selalu berubah akibat perubahaan karakteristik dari perilaku konsumen karena dipengaruhi oleh daya beli, begitu juga dengan dunia usaha, baik produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi lainnya. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan mampu. demikian pemasaran bisa luas dengan menggunakan saluran pemasaran,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi lainnya. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan mampu. demikian pemasaran bisa luas dengan menggunakan saluran pemasaran, BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi dunia mengalami perubahan yang cepat selama dua dasawarsa terakhir. Jarak geografis dan budaya telah menciut dengan penggunaan pesawat super sonik, mesin faksimili,

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA 8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro Pada bab ini akan dijelaskan analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada pepatah yang berbunyi Mempertahankan sesuatu lebih sulit daripada

BAB I PENDAHULUAN. Ada pepatah yang berbunyi Mempertahankan sesuatu lebih sulit daripada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada pepatah yang berbunyi Mempertahankan sesuatu lebih sulit daripada merebutnya. Pepatah tersebut menginspirasi bagaimana seharusnya perusahaan mempertahankan konsumennya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu : Indomie, Mie Sedap, Sarimi dan Supermi 2. Pasar makanan mi instan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu : Indomie, Mie Sedap, Sarimi dan Supermi 2. Pasar makanan mi instan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan yang pesat dalam perkembangan industri makanan sekarang ini, membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat dan modern, akan memberikan dampak yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat dan modern, akan memberikan dampak yang positif bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan modern, akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari. Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka telah mampu merebut 87% pangsa pasar

I. PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari. Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka telah mampu merebut 87% pangsa pasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis produk minuman isotonik dengan merek Pocari Sweat dari tahunketahun mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan perekonomian dan bisnis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. advertising, sales promotion, public relation and publicity dan direct

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. advertising, sales promotion, public relation and publicity dan direct BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 1. Gambaran mengenai program komunikasi pemasaran yang dilakukan Miko Mall berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa advertising, sales

Lebih terperinci

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan BAB IV Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang Jadi Pada PT Aneka Medium Garment IV.1. Survei Pendahuluan Kegiatan awal dalam melakukan audit operasional atas fungsi pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks dalam kegiatan pemasaran, sebab dengan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks dalam kegiatan pemasaran, sebab dengan perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap konsumen sebagai individu yang memiliki berbagai macam kriteria dan kondisi yang berbeda dalam perilakunya sehingga membuat suatu perbedaan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi) dan promotion (promosi),.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi) dan promotion (promosi),. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia marketing yang pesat, menyebabkan produsen dihadapkan pada persaingan pasar yang ketat sehingga menuntut adanya strategi pemasaran yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan maka perlu mempelajari karakteristik yang dimiliki konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan maka perlu mempelajari karakteristik yang dimiliki konsumen. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kegiatan pemasaran saat ini tidak bisa di lepaskan dari perilaku konsumen yang menjadi target pasar suatu perusahaan. Agar perusahaan tersebut menemui kesuksesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, baik perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, baik perusahaan yang bergerak di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini memicu persaingan yang sangat ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, baik perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumah penduduk lebih dari 220 juta, ditambah kunjungan wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas sekarang ini, tingkat persaingan usaha di

BAB I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas sekarang ini, tingkat persaingan usaha di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era perdagangan bebas sekarang ini, tingkat persaingan usaha di pasaran sangat ketat sekali. Hal ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi semakin berkembang pesat. Beberapa vendor besar seperti Nokia, Sony Ericsson, Research In Motion (RIM), LG dan Motorola terus merilis produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang terus naik berdampak terhadap tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis ritel eceran saat ini mengalami perkembangan cukup pesat, ditandai dengan semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademi. Keberadaan perguruan tinggi negeri maupun swasta di Kota

BAB I PENDAHULUAN. akademi. Keberadaan perguruan tinggi negeri maupun swasta di Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta melekat dengan sebutan Kota Pelajar dikarenakan banyaknya universitas negeri maupun swasta, sekolah tinggi, institut serta akademi. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, Indonesia menjadi daya tarik yang luar biasa bagi pebisnis ritel, baik lokal maupun asing.

Lebih terperinci

1. Apa saja data yang dibutuhkan? 2. Bagaimana sistem pengolahan data real time yang bisa diimplementasikan? 3. Teknologi Akses yang digunakan?

1. Apa saja data yang dibutuhkan? 2. Bagaimana sistem pengolahan data real time yang bisa diimplementasikan? 3. Teknologi Akses yang digunakan? 1 P a g e Deskripsi Soal : Sebuah Perusahaan Distributor makanan kecil mempunyai 10 cabang di 10 kota. Masingmasing cabang mempunyai beberapa unit yang membawahi kawasan tertentu. Masingmasing unit berkantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri-ciri yang semakin menonjol dalam dunia bisnis di Indonesia belakangan ini adalah kompleksitas, persaingan, perubahan dan ketidakpastian. Keadaan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya sebesar 5,2 juta kilometer persegi.

Lebih terperinci

Proposed By : Novel G. Harold PT. Jatim Tiga Manunggal. Distribution

Proposed By : Novel G. Harold PT. Jatim Tiga Manunggal. Distribution Proposed By : Novel G. Harold PT. Jatim Tiga Manunggal Distribution Distribusi atau supply chain management merupakan kegiatan terpadu yang melibatkan organisasi, orang, teknologi, kegiatan, informasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas kualitas produk, harga, promosi penjualan, citra toko, intensitas distribusi, dan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran umum dan sejarah TV LED merek Sharp di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran umum dan sejarah TV LED merek Sharp di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum dan sejarah TV LED merek Sharp di Indonesia Pada tahun 1975 Sharp Co. bersama PT Yasonta memproduksi televisi hitam putih di Indonesia. Dua tahun kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di

BAB I PENDAHULUAN. telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bisnis consumer good khususnya makanan dan minuman di Indonesia telah berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari penetrasi modern market di berbagai daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004, angkanya terus mengalami kenaikan mencapai 9% dari total nilai

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004, angkanya terus mengalami kenaikan mencapai 9% dari total nilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pasar mie instant di Indonesia memang menggiurkan. Ketergantungan masyarakat RI terhadap mie cepat saji ini cukup besar. Lihat saja, sejak 1999 hingga tahun 2004,

Lebih terperinci

LAMPIRAN INTERVIEW LAMPIRAN 1 I. INTERVIEW GUIDE KEPADA PEMILIK PP. Kabel Listrik, dan Senter bagi Pasar Domestik.

LAMPIRAN INTERVIEW LAMPIRAN 1 I. INTERVIEW GUIDE KEPADA PEMILIK PP. Kabel Listrik, dan Senter bagi Pasar Domestik. LAMPIRAN LAMPIRAN INTERVIEW LAMPIRAN 1 INTERVIEW GUIDE KEPADA INTERNAL PP I. INTERVIEW GUIDE KEPADA PEMILIK PP 1. Apa visi dan misi perusahaan? - Visi perusahaan: Menjadi Distributor Lampu, Kabel Listrik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merek (Brand) telah menjadi elemen penting yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi, banyak perusahan yang kegiatanya bisnis utamnya didasarakan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan globalisasi yang disertai pertumbuhan perdagangan domestik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan globalisasi yang disertai pertumbuhan perdagangan domestik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Ekonomi nasional sedang mengalami perubahan yang pesat seiring dengan perkembangan globalisasi yang disertai pertumbuhan perdagangan domestik dan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang consumer goods. Semakin besar jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang consumer goods. Semakin besar jumlah penduduk maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini tentunya memberikan manfaat dan keuntungan yang besar bagi produsen untuk menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia yang kaya akan kuliner khas dari berbagai provinsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia yang kaya akan kuliner khas dari berbagai provinsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya akan kuliner khas dari berbagai provinsi menginspirasi para produsen Mie Instan untuk membuat rasa yang serupa dari makanan khas Indonesia. Hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian dan perkembangan zaman khususnya Indonesia telah semakin modern, berdampak pada pergeseran budaya berbelanja masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan era globalisasi saat ini membawa kemajuan diberbagai bidang, salah satunya bidang perdagangan. Perdagangan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk membeli. Konsumen dalam melakukan suatu keputusan

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk membeli. Konsumen dalam melakukan suatu keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya industri yang dinamis menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. perusahaan-perusahaan seakan berlomba-lomba untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi bisnis merupakan kegiatan dari organisasi organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi bisnis merupakan kegiatan dari organisasi organisasi bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Administrasi bisnis merupakan kegiatan dari organisasi organisasi bisnis dalam usahanya mencapai tujuan yaitu mencari keuntungan. Kegiatan dari organisasi

Lebih terperinci

Bisnis produk minuman isotonik dengan merek "Pocari Sweat" dari tahunketahun

Bisnis produk minuman isotonik dengan merek Pocari Sweat dari tahunketahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis produk minuman isotonik dengan merek "Pocari Sweat" dari tahunketahun mengalami perkembangan yang pesat. Produsen pembuat Pocari Sweat yakni PT Amerta Indah Otsuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk memenangkan

Lebih terperinci

Salesmanship. - Manajemen Wilayah (Territory Management) - Manajemen Waktu. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis

Salesmanship. - Manajemen Wilayah (Territory Management) - Manajemen Waktu. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis Modul ke: Salesmanship - Manajemen Wilayah (Territory Management) - Manajemen Waktu Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST., MM Manajemen Wilayah (Territory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profile Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profile Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profile Perusahaan Indischetafel Restaurant merupakan suatu restoran yang berdiri pada bulan Juli tahun 2009. Restoran ini memiliki konsep Indo-Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama peran brand akan semakin penting. Dengan demikian, brand saat ini tak

BAB I PENDAHULUAN. sama peran brand akan semakin penting. Dengan demikian, brand saat ini tak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Situasi pasar saat ini semakin kompetitif dengan persaingan yang semakin meningkat pula diantara para produsen. Jika situasi persaingan meningkat, peran pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dikenal memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Ada

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dikenal memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung dikenal memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Ada saja tren-tren baru yang dilahirkan di kota ini, ditambah dengan pertumbuhan industri bakery,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai jenis usaha. Di era globalisasi saat ini, tingginya tingkat persaingan dalam menguasai pangsa pasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini perekonomian makin maju dan berkembang dengan pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini perekonomian makin maju dan berkembang dengan pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekarang ini perekonomian makin maju dan berkembang dengan pesat, banyak produk atau merek produk baru bermunculan. Pesatnya persaingan pasar yang sejenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat kita rasakan, sehingga tampak persaingan tajam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat kita rasakan, sehingga tampak persaingan tajam dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pesatnya pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi di Indonesia sangat kita rasakan, sehingga tampak persaingan tajam dalam merebut serta menguasai

Lebih terperinci

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal Berdasarkan aspek-aspek yang ditinjau untuk mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal perusahaan antara lain: faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah melalui bagian pemasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah melalui bagian pemasaran. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern seperti ini, perusahaan harus cepat dan tepat dalam melakukan perubahan. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah melalui bagian pemasaran. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi pasar terus menunjukan perkembangan yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi pasar terus menunjukan perkembangan yang demikian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kondisi pasar terus menunjukan perkembangan yang demikian cepatnya, hal ini antara lain disebabkan semakin baiknya konsumen terinformasikan, dimana keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Aktivitas masyarakat saat ini yang semakin tinggi menyebabkan pola konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Aktivitas masyarakat saat ini yang semakin tinggi menyebabkan pola konsumsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas masyarakat saat ini yang semakin tinggi menyebabkan pola konsumsi pangan masyarakat berubah. Perubahan pola atau gaya hidup masyarakat yang sudah semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapannya. Sehingga berakibat pelanggan akan lebih cermat dan pintar

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapannya. Sehingga berakibat pelanggan akan lebih cermat dan pintar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat persaingan pada dunia bisnis di Indonesia semakin ketat, karena setiap perusahaan pastinya akan terus berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar dan meraih konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahun menunjukkan kebutuhan masyarakat akan tersedianya sarana. menggunakan sepeda motor. Permintaan akan sepeda motor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ketahun menunjukkan kebutuhan masyarakat akan tersedianya sarana. menggunakan sepeda motor. Permintaan akan sepeda motor menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk melakukan mobilitas atau perpindahan tempat sangatlah penting. Populasi kendaraan bermotor dijalan raya yang meningkat dari tahun ketahun menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari semakin banyak merek di pasar mie instant yang diproduksi oleh

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari semakin banyak merek di pasar mie instant yang diproduksi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri mie instant di Indonesia semakin kompetitif, hal ini dapat terlihat dari semakin banyak merek di pasar mie instant yang diproduksi oleh perusahaan berskala

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi persaingan bisnis yang dewasa ini semakin dinamis disertai memudarnya batasan-batasan hubungan perdagangan antar negara mengharuskan setiap pelaku usaha menerapkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 1 PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan kekuatan kompetensi pada posisi ke 38 dari 144 negara dalam Global Competitiveness Index 2013, yang diselenggarakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan karena memiliki peran untuk memberikan keuntungan finansial yang terusmenerus atau keuntungan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam melaksanakan tugasnya yaitu mengelola dan memasarkan. menginginkan barang yang praktis tapi terkesan mewah.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dalam melaksanakan tugasnya yaitu mengelola dan memasarkan. menginginkan barang yang praktis tapi terkesan mewah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan pembangunan berbagai sektor ekonomi, dewasa ini tingkat kebutuhan akan transportasi sangat berkembang pesat. Hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab BAB V KESIMPULAN Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga terdapat implikasi penelitian secara manajerial, serta akan menjabarkan mengenai keterbatasan

Lebih terperinci