Rekapitulasi hasil uji-f pada sidik ragam pengaruh. faktor-faktor varietas (V), periode konservasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rekapitulasi hasil uji-f pada sidik ragam pengaruh. faktor-faktor varietas (V), periode konservasi"

Transkripsi

1 Percobaan I Rekapitulasi hasil uji-f pada sidik ragam pengaruh faktor-faktor varietas (V), periode konservasi (P), kemasan (K) dan interaksinya terhadap data pengamatan berbagai tolok ukur, tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi hasil uji-f pada sidik ragam pengaruh faktor-faktor varietas (V), periode konservasi (P), kemasan (K) dan interaksinya terhadap data pengamatan berbagai tolok ukur No. Tolok ukur Sunber Keragaman V P K W VK PK VPK Indikasi Fisik 1. Daya Hantar Listrik (DHL) ** Indikasi Fisiologis 2. Daya Berkecambeh (DB) t* 3. Berat Kering Kecernbeh (BKK) ** 4. Keserenpekan T urkh (KST) *+ 5. Delta Uji Daya Berkecambah (DKC) ** Indikasi Bidririaui 6. Uji Tetrazolirm (12) 7. Delta Uji Tetrazoliun (DTZ) 8. Kedar Lemak 9. Asam Lemak Bebas (ALB) 10 Asma Palmi tat 11. Asm Stearat 12. Asam Oleat 13. Asam Linoleat 14. Aktivitas Enzim 15. Karbondioksida (C02) 16. Oksigen (02) 17. Kosien Respirasi (KR) Keterangen : * nyata pads uji-f 5 X P periode konservasi VK interaksi varietas dan kemasan ** nyata pada uji-f 1 X K kmsan PK interaksi konserv. dan kemasan V varietas VP interaksi var. dan konservasi WK int.var., konserv. dan kemasan

2 Dalam Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan varietas dan periode konservasi sebagai faktor tunggal, banyak berpe- ngaruh terhadap perubahan viabilitas benih. Faktor macam kemasan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap peru- bahan viabilitas benih yang mengalami transportasi, ka- rena dari 17 tolok ukur yang diamati hanya ada dua tolok ukur yang menunjukkan perubahan viabilitas oleh pengaruh kemasan. Interaksi antar faktor-faktor yang berpenga- ruh terhadap viabilitas benih yang ditransportasi hanya terjadi pada tolok ukur Daya Hantar Listrik, Nilai DKCt laju produksi C02 dan laju konsumsi 02. Hasil analisis viabilitas dengan indikasi fisiologis dan biokimiawi pada percobaan I adalah sebagai berikut : A. ~ndikasi Fisiologis Perubahan viabilitas 1. viabilitas Potensial (Vp) Parameter Vp dapat dideteksi berdasarkan tolok ukur : Daya Berkecambah (DB) dan Benih Normal ~asil Uji Tetrazolium (TZ). Varietas Hc 33 yang telah mengalami transporta- si, apabila hendak ditanam pada kondisi optimum memi- liki Vp lebih tinggi dibanding varietas G 4. ~pabila setelah transportasi, benih disimpan lagi selama dua minggu (P2)# ternyata benih tersebut mengalami penurunan Vp (Tabel 3).

3 Tabel 3. Rata-rata DB (%) dan TZ(%) oleh pengaruh faktor tunggal Varietas(V) dan Periode Konservasi (P) Faktor perlakuan DB TZ Varietas V1 (Hc 33) a a v2 (G 4) b b BNJ 5 % Periode Konservasi P1 (0 minggu) P2 (2 minggu) a a BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama dalam kolom pada masing-masing faktor perlakuan yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 % 2. Vigor Daya Simpan (VDS) Parameter VDS dapat dideteksi berdasarkan tolok ukur : Keserempakan Tumbuh (KST), Berat Kering Kecambah (BKK), dan Daya Hantar Listrik (DHL). Benih varietas Hc 33 yang telah mengalami trans- portasi, apabila disimpan lagi masih memiliki VDS yang lebih baik dibanding varietas G 4. Benih yang telah melampaui periode konservasi dua minggu apabi- la disimpan lagi akan mengalami penurunan VDS yang lebih besar (Tabel 4). Interaksi antara faktor varietas dengan periode

4 konservasi berpengaruh terhadap VDS berdasar tolok ukur nilai DHL. Benih varietas G 4 yang setelah transportasi menunjukkan keunggulan dibanding varie- tas Hc 33, sesudah melampaui periode konservasi dua minggu tidak menunjukkan beda lagi (Tabel 5). Tabel 4. Persentase oleh pengaruh faktor tunggal (V) dan Periode Konservasi (P) Varietas (v) K~~ BKK Per iode Konservasi (P) K~~ BKK V1 (Hc 33) a a v2 (G 4) b b PI (0 minggu) PZ (2 minggu) a a b a BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada masing-masing kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 % Tabel 5. Rata-rata Nilai DHL (pmhos/g benih) oleh pengaruh interaksi antara faktor Varietas (V) dan Periode Konservasi (P) Periode Konservasi (P) Varietas (v) P1 (0 minggu) P, (2 minggu) V1 (Hc 33) v2 (G 4) a b BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %

5 3. Vigor Xonservasi (VKs) Tolok ukur yang digunakan untuk menilai VKS adalah nilai Delta (D) : a. Berdasar Uji Daya Berkecambah (DKC) b. Berdasar Uji Tetrazolium (DTZ) Interaksi antara faktor-faktor varietas, periode konservasi dan macam kemasan berpengaruh terhadap VKS berdasarkan tolok ukur DKC. Varietas G 4 yang dikemas plastik baik yang melampaui periode konservasi dua minggu maupun periode konservasi no1 minggu, memiliki VKS lebih rendah dibanding varietas Hc 33, juga yang dikemas dalam aluminium foil (Tabel 6). 'KS berdasarkan tolok ukur DTZ hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal varietas dan periode konservasi. Varietas G 4 memiliki VKS lebih rendah dibanding dengan varietas HC 33. Sesudah melampaui periode konservasi dua minggu juga memiliki VKS lebih rendah (Tabel 7).

6 Tabel 6. Nilai D Varietas (%) oleh pengaruh interaksi antara Faktor-f aktor Varietas (V), Pariode Konservasi (P), dan macam Kemasan (K) P1 (0 minggu) P2 (2 minggu) (V) K K2 K K2 (plashik) (al. foil) (plas$ik) (al. foil) BNJ 5 % 3.79 Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom tidak berbeda pada taraf 5 % uji BNJ Tabel 7. Nilai DTZ (%) oleh pengaruh faktor tunggal varietas (V) dan periode konservasi (P) Varietas (V) Nilai DTZ Per iode Konservasi (P) Nilai DTZ BNJ 5 % I Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada masingmasing kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ B, Indikasi Biokimiawi Perubahan viabizitas 1. Kadar lemak Kadar lemak benih kenaf yang ditransportasi dipengaruhi oleh interaksi antara faktor varietas de- ngan periode konservasi. Varietas G 4 yang sesudah transportasi mempunyai kandungan lemak yang lebih

7 tinggi dari pada varietas Hc 33, sesudah melampaui periode konservasi dua minggu tidak lagi menunjukkan beda, karena kandungan lemak varietas Hc 33 naik dengan nyata (Tabel 8). Tabel 8. Persentase kadar lemak oleh pengaruh interaksi antara faktor Varietas (V) dengan Periode Konservasi (P) Varietas (V) Periode konservasi (P) 0 minggu (PI) 2 minggu (P2) BNJ 5 % 2.03 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ Asam Lemak Bebas (ALB) Faktor varietas sangat berpengaruh terhadap kan- dungan ALB benih kenaf yang ditransportasi. ~arietas G 4 memiliki kandungan ALB lebih tinggi dibanding de- ngan varietas Hc 33 (Tabel 9).

8 Tabel 9. Persentase Asam Lemak Bebas (ALB) oleh pengaruh faktor tunggal varietas (V) Varietas (V) ALB (%) BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf ang tjdak sama berbeda nyata pada taraf % ull BNJ 3. Asam lemak jenuh (Palmitat dan Stearat) dan Asam lemak tak jenuh (Oleat dan Linoleat) Secara tunggal faktor periode konservasi sangat berpengaruh baik terhadap asam lemak jenuh maupun asam lemak tak jenuh. Tabel 10 menunjukkan bahwa be- nih yang telah melampaui periode konservasi dua ming- gu (P2) mempdnyai komposisi asam-asam Palmitat, Stearat, Oleat dan Linoleat lebih rendah dibanding dengan benih yang tidak mengalami periode konservasi no1 minggu (PI). Tabel 10. Persentase asam Palmitat, Stearat, Oleat, dan Linoleat oleh pengaruh faktor periode konservasi (I! %) Periode Konservasi Asam lemak BNJ 5 % PI (0 minggu) P2 (2minggu) Palmitat a b Stearat a b Oleat a b Linoleat a b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada masing-masing baris, berbeda pada taraf 5 % uji BNJ

9 70 Kromatoqram asam-asam Palmitat, Stearat, Oleat dan Linoleat tercantum dalam Gambar 6a - 6d. Gambar 6a. Kromatogram asam-asam Palmitat (C16:0)1 Stearat (C18:0)1 Oleat (C18:1)# dan Linoleat (C18 z z). A : VIPIKl (varietas Hc 33 tidak dikonservasi dalam kemasan plastik). B : V1P2K1 (varietas Hc33 dikonservasi 2 minggu dalam kemasan plastik).

10 I I A I I I I I O 5.lo Yakto rttcnsi (renit) Patto rcttnsi (atnit) Gambar 6b. Kromatogram asam-asam Palmitat (C16:0)t Stearat (CI8: 0), Oleat (C18:, dan Linoleat (CI8:2). A : V1P1K2 (varietas Hc 33 tidak dikonservasi dalam kemasan aluminium foil). B : V1P2K2 (varietas Hc 33 dikonservasi 2 minggu dalam kemasan aluminium foil)

11 Gambar 6c. Kromatogram asam-asam Palmitat (C16z0), Stearat (C18: 0), Oleat (C18:, dan Linoleat (C18:2). A : V2P1K1 (varietas G 4 tidak dikonservasi dalam kemasan plastik). B : V2P2K1 (varietas G 4 dikonservasi 2 minggu dalam kemasan plastik).

12 1 I I I I I 2 1 I I I I Q Yattu rctmsi (rcnitl Urttu rrtrnrl (renit) Gambar 6d. Kromatogram asam-asam Palmitat (C16:0), Stearat (C18:0)r Oleat (C18:1)t dan Linoleat (C18:2). A : V2P1K2 (varietas G 4 tidak dikonservasi dalam kemasan aluminium foil). B : V2P2K2 (varietas G 4 dikonservasi 2 minggu dalam kemasan aluminium foil)

13 Pada Gambar (6a - 6d)- A, terlihat kromatogram kombinasi perlakuan yang mengalami periode konservasi no1 minggu menunjukkan puncak-puncak lebih tinggi dan areal yang lebih luas dari pada kromatogram kombinasi perlakuan yang melampaui periode konservasi dua minggu [Gambar (6a - 6d)-B]. Hal ini menunjukkan bahwa benih yang mengalami periode konservasi dua minggu mengalami penurunan persentase komposisi asam-asam Palmitat, Stearat, Oleat, dan Linoleat lebih besar dibanding dengan benih yang mengalami periode konser- vasi no1 minggu. Pada kromatogram Gambar 6a-B dan 6b-B menunjukkan puncak-puncak yang lebih tinggi dari pada kromatogram Gambar 6c-B dan 6d-B. Hal ini me- ' nunjukkan bahwa varietas G 4 yang melampaui periode konservasi dua minggu baik yang dikemas plastik maupun aluminium foil mengalami penurunan persentase komposisi asam-asam Palmitat, Stearat, Oleat, dan Linoleat lebih besar dibanding varietas Hc Laju Produksi C02 Dalam Respirasi Benih Laju produksi C02 dipengaruhi oleh interaksi antara faktor varietas dengan periode konservasi. Benih varietas G 4 pada periode konservasi no1 minggu memiliki laju produksi C02 lebih rendah dari pada Hc 33, tetapi sesudah melampaui periode konservasi dua minggu tidak menunjukkan beda lagi (Tabel 11).

14 Interaksi antara faktor varietas dengan kemasan mempengaruhi laju produksi C02. Dalam kemasan plas- tik varietas G 4 mempunyai laju produksi C02 lebih rendah dari pada varietas Hc 33, sedangkan dalam ke- masan aluminium foil tidak ada perbedaan (Tabel 12). Laju produksi C02 juga dipengaruhi oleh interak- si antara faktor periode konservasi dengan macam ke- masan. Dalam kemasan aluminium foil benih yang me- lampaui periode konservasi dua minggu menunjukkan la- ju produksi C02 lebih tinggi dibanding dengan benih dalam kemasan plastik (Tabel 13). Tabel 11. Laju produksi CO oleh pengaruh in-. teraksi antara $aktor varietas (V) dengan periode konservasi (P) (log x) Periode Konservasi (P) Varietas (v) P1 (0 minggu) P2 (2 minggu) p1 C02/g benih/jam V1 (Hc 33) a ab Vz (G 4) b ab BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ

15 Tabel 12, Laju produksi CO oleh pengaruh interaksi antara fagtor varietas (V) dengan kemasan (K) (log x) Kemasan (K) Varietas (v) K1 (plastik) K2 ("1. foil) BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ Tabel 13. Laju produksi C02 oleh pengaruh interaksi antara faktor periode konservasi (P) dengan kemasan (K) (log x) Periode. Kemasan (K) Konservasi (PI K1 (plastik) K2 (al. foil) p1 C02/g benihljam P1 (0 minggu) c a P2 (2 minggu) bc 1,4822 ab BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ 5. ~aju Konsumsi O2 dalam Respirasi Interaksi antara faktor varietas dan kemasan berpengaruh terhadap laju konsumsi 02. Dalam kemasan

16 plastik varietas Hc 33 mempunyai laju konsumsi O2 lebih tinggi daripada varietas G 4, sedangkan dalam kemasan aluminium foil tidak menunjukkan perbedaan (Tabel 14). Interaksi antara faktor periode konservasi dan kemasan berpengaruh terhadap laju konsumsi 02. Benih dalam kemasan plastik setelah melampaui periode konservasi dua minggu tidak memiliki laju konsumsi O2 yang berbeda dengan yang dikemas dalam aluminium foil, meskipun semula yang dikemas dalam aluminium foil lebih tinggi dari pada dalam kemasan plastik (Tabel 15). Tabel 14. ~aju konsumsi 0 oleh pengaruh interaksi antara fagtor varietas (V) dan kemasan (K) (log x ) - Kemasan (K) Varietas (v) K1 (plastik) Kz ("1. foil) BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda pada taraf 5 % uji BNJ

17 Tabel 15, Laju konsumsi 0 oleh pengaruh interaksi antara fakhor periode konservasi (P) dan kemasan (K) (log x) Periode Kemasan (K) Konservasi (PI K1 (plastik) K2 (al. foil) p1 02/g benihljam P1 (0 minggu) b a PZ (2 minggu) b b BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda pada taraf 5 % uji BNJ C. Indikasi Perubahan Viabilitas oleh Transportasi Perubahan viabilitas oleh dampak transportasi adalah perbedaan antara viabilitas benih yang ditransportasi dengan benih yang tidak ditransportasi. Meskipun ada perubahan pada tolok ukur biokimiawi namun hanya beberapa perlakuan saja yang menunjukkan beda (kurang dari separoh), sedangkan pada tolok ukur fisiologis lebih banyak terjadi perubahan, seperti uraian dibawah ini : 1. Viabilitas Potensial (Vp) Dua tolok ukur (DB dan TZ) yang digunakan untuk mendeteksi Vp ternyata tolok ukur DB yang lebih banyak menunjukkan perbedaan viabilitas terhadap benih yang tidak ditransportasi. Hasil uji t-student yang tercantum dalam Tabel 16 menunjukkan bahwa lebih dari separoh kombinasi perlakuan menunjukkan penurunan Vp.

18 2. Vigor Daya Simpan (VDs) Dari tiga tolok ukur (KSTf BKK, dan DHL) yang digunakan untuk mendeteksi VDS ternyata hanya tolok ukur KST saja yang paling banyak menunjukkan perbeda- an berdasarkan uji t-student. Hampir semua kombinasi perlakuan yang diuji menunjukkan penurunan VDS be1 16). 3. Vigor Konservasi (VKS) (Ta- Dua tolok ukur (DKC dan DTZ) yang digunakan un- tuk mendeteksi VKS, ternyata hanya tolok ukur DKC yang paling banyak menunjukkan perbedaan berdasarkan uji t-student. Hampir semua kombinasi perlakuan yang diuj i menunjukkan penurunan VKS (Tabel 16).

19 Tabel 16. ~asil uji t-student antara benih yang ditransportasi (BT) dengan benih yang tidak ditransportasi.(btt) terhadap tolok ukur DB (%), KST (%I, dan DKC ($1 Kemasan (K) Periode Varietas Konservasi Plastik (Kl) al. foil (K2) (V) (PI BTT BT BTT BT - - DB Hc 33 (V1) 0 minggu (PI) a a a a 2 minggu (P2) a b a a G 4 (V2) 0 minggu (PI) a b a b 2 minggu (P2) a b a b =ST Hc 33 (V1) 0 minggu (PI) a b a b 2 minggu (P2) a b a b G 4 (V2) 0 minggu (PI) a b a b 2 minggu (P2) a b a b D~~ Hc 33 (V1) 0 minggu (PI) 0.47 b 2.26 a 0.84 b 4.05 a 2minggu (PZ) 0.68b 3.51 a 0.68 a 3.78 a Keterangan r Angka yang diikuti huruf mama pada tiap-tiap baria dalam kemaaan yang eama pada masing-maaing tolok ukur tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji t-student

20 Percobaan I1 Rekapitulasi hasil uji-f pada sidik ragam pengaruh faktor-faktor varietas (V), periode konservasi (P), kemasan (K), dan interaksinya terhadap data pengamatan berbagai tolok ukur tercantum dalam Tabel 17. Tabel 17. Rekapitulasi hasil uji-f pada sidik ragam pengaruh faktor-faktor varietas (V), periode konservasi (P), kemasan (K), dan interaksinya terhadap semua tolokukur yang diamati No Tolok ukur Sunber Keragaman V P K VP VK PK VPK Indikasi Fisik 1. Daya Hantar Listrik (DHL) * * lndikasi Fisiologis 2. Daya Berkecambah (DB) ** 3. Berat Kering Kecambah (BKK) ** ** 4. Keserenpakan Tunbuh (KST) ** 5. Delta Daya Berkecacnbeh (DKC) ** ** * lndikasi Biokimiaui 6. Uji Tetrazoliun (TZ) ** * 7. Delta Uji Tetrazoliun (DTZ) * ** * 8. Kadar Lmak t* ** ** 9. Asm Lemak Bebas (ALE) ** * t* * ** ** 10. Asam Palmitat 11. Asm Stearat 12. Asm Oleat 13. Asam Linoieat 14. Aktivitas Enzim ** 15. Karbondioksida (C02) 16. Oksigen (02) * 17. Kosien Respirasi (KR) * t* Keterangan : * nyata pada uji-f 5 X K kemasan ** nyata pada uji-f 1 X VP interaksi varietas dan konservasi - tidak nyata VK interaksi varietas dan kemasan V varietas PK interaksi konservasi dan kemasan P periode konservasi VPK interaksi varietas, konservasi dan kemasan

21 Dalam Tabel 17 terlihat bahwa perlakuan varietas dan periode konservasi sebagai faktor tunggal banyak berpengaruh terhadap perubahan viabilitas benih yang diguncang dalam mesin pengguncang. Interaksi antara faktor varietas dan periode konservasi lebih banyak berpengaruh terhadap perubahan viabilitas benih. Faktor kemasan hanya berpengaruh terhadap empat tolok ukur dari 17 tolok ukur yang diamati. Interaksi antara faktor kemasan dengan faktor lain hanya terjadi pada tolok ukur kadar lemak dan Kosien Respirasi. A. Indikasi Fisiologis Perubahan Viabilitas 1. Viabilitas Potensial (Vp) Sesudah mengalami guncangan delapan jam varietas Hc 33 menunjukkan nilai Vp lebih tinggi dibanding varietas G 4 (Tabel 18). Interaksi antara faktor varietas dengan periode konservasi berpengaruh terhadap Vp. Sesudah melam- paui periode konservasi dua minggu, varietas Hc 33 mempunyai nilai Vp yang lebih tinggi dari pada varietas G 4, meskipun sebelumnya tidak menunjukkan beda (Tabel 19).

22 Tabel 18. Persentase DB dan TZ oleh pengaruh faktor tunggal Varietas (V) Perlakuan DB TZ BNJ 5 % Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%. Tabel 19. Persentase TZ oleh pengaruh interaksi antara faktor Varietas (V) dan Periode Konservasi (P) Periode Konservasi (P) Varietas (V) P1 (0 minggu) p2 (2 minggu) BNJ 5 S 4.60 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf Vigor Daya Simpan (VDS) Secara tunggal faktor-faktor varietas, periode konservasi, dan kemasan masing-masing bergengaruh terhadap VDS. Varietas Hc 33 mempunyai VDS lebih tinggi dibanding varietas G'4, dan benih yang dikemas aluminium foil mempunyai VDS lebih tinggi dibanding yang dikemas plastik (Tabel 20).

23 Interaksi antara faktor varietas dengan periode konservasi berpengaruh terhadap VDS berdasarkan tolok ukur KST. Baik varietas Hc 33 maupun G 4 mengalami penurunan VDs sesudah melampaui periode konservasi dua minggu, meskipun antar keduanya tidak berbeda nyata (Tabel 21). Tabel 20. Nilai DHL (pmhos/g benih) dan BKK (mg/kecambah) oleh pengaruh faktor tunggal Varietas (V), periode konservasi (P) dan Kemasan (K) Varietas DHL BKK Varietas V1 (Hc 33) v2 (G 4) BNJ 5% Periode konservasi P1 (0 minggu) P2 (2 minggu) BNJ 5 % gemasan K1 (plastik) K2 (al.foi1) BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing kolom dan perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ

24 Tabel 21. Persentase KS oleh pengaruh interaksi antara Taktor Varietas (v) dan Periode Konservasi (P) Periode Konservasi (P) Varietas (v) P, (0 minggu) P2 (2 minggu) V1 (Hc 33) a b BNJ 5 % 2.18 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% Vigor Konservasi (VKs) Selama dalam periode konservasi, VKS benih dipengaruhi oleh faktor-faktor varietas, periode konservasi dan bahan kemasan berdasarkan tolok ukur DKC dan DTZ. Varietas Hc 33 memiliki VKS lebih baik di- banding dengan varietas G 4. Benih yang telah melam- paui periode konservasi dua minggu VKS nya menurun, dan benih yang dikemas kantong plastik memiliki VKS lebih baik dibanding dengan yang dikemas aluminium foil (Tabel 22).

25 Tabel 22. Persentase Nilai D dan Nilai oleh pengaruh f akkf aktor tungga Varietas (V), Periode Konservasi (P) dan Kemasan (K) Per lakuan Varietas V1 (Hc 33) v2 (G 4) Konservasi P1 (0 minggu) P2 (2 minggu) Kemasan K1 (plastik) K2 (al. foil) Nilai DKC (% 5.18 a 5.07 a Nilai DTZ (%I BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing baris perlakuan dan kolom yang sama tidak berbeda berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %. B. Indikasi Biokimiawi Perubahan viabilitas 1. Kadar Lemak Benih kenaf yang diguncang dalam mesin pengguncang mengalami perubahan kadar lemak oleh pengaruh interaksi antara faktor varietas dengan periode konservasi; interaksi antara faktor varietas dengan kemasan; dan interaksi antara faktor periode konservasi dengan kemasan. Sesudah melampaui periode konservasi dua minggu, varietas Hc 33 dan G 4 memiliki kadar lemak lebih

26 tinggi (Tabel 23). Dalam Tabel 24 terlihat benih varietas G 4 yang dikemas dalam aluminium foil memiliki kadar lemak paling tinggi, sebaliknya benih varietas Hc 33 yang dikemas aluminium foil memiliki kadar lemak paling rendah. Kemasan plastik tidak berpengaruh terhadap kadar lemak pada kedua varietas tersebut. Sesudah melampaui periode konservasi dua minggu, benih yang disimpan dalam aluminium foil maupun plastik menunjukkan kadar lemak yang meningkat. Dalam kemasan plastik kadar lemaknya lebih tinggi dibanding dalam kemasan aluminium foil (Tabel 25). Tabel 23. Persentase kadar lemak oleh pengaruh interaksi antara faktor Varietas (V) dengan Periode Konservasi (P) Konservasi (P) Varietas (v) PI (0 minggu) Pz (2 minggu) BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %

27 Tabel 24. Persentase kadar lemak oleh pengaruh interaksi antara faktor varietas (V) dengan dengan faktor kemasan (K) Kemasan (K) Varietas (v) K1 (plastik) K2 (al. foil) V1 (Hc 33) b c v2 (G bc a BNJ 5 % Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 % Tabel 25. Persentase kadar lemak oleh pengaruh interaksi antara faktor Periode Konservasi (P) dengan Kemasan (K) Kemasan (K) Varietas (v) K1 (plastik) K2 (al. foil) P, (0 minggu) PZ (2 minggu) BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5% 2. Asam Lemak Bebas Sesudah benih digoncang delapan jam, interaksi antara faktor varietas dengan periode konservasi ber- pengaruh terhadap kandungan asam lemak bebas. Sete- lah melampaui periode konservasi dua minggu, varie- tas G 4 mempunyai kandungan asam lemak bebas lebih tinggi (Tabe126).

28 Tabel 26. Persentase Asam Lemak Bebas (ALB) oleh pengaruh interaksi antara faktor Varietas (V) dan Periode Konservasi (P) Varietas (V) Konservasi (P) P1 (0 minggu) P, (2 minggu) V1 (Hc 33) v2 (G 4) BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 % Setelah pengguncangan delapan jam faktor varie- tas dan faktor macam kemasan tidak berpengaruh terha- dap aktivitas enzim lipoksigenase, tetapi faktor pe- riode konservasi berpengaruh. Setelah melampaui pe- riode konservasi dua minggu dapat menurunkan aktivi- tas enzim lipoksigenase (Tabel 27). Tabel 27. Aktivitas enzim lipoksigenase (absorban unit/g) oleh pengaruh faktor tunggal Periode Konservasi (P) Periode Konservasi Aktivitas enzim (Absorban unit/g) P1 (0 minggu) P2 (2 minggu) BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ

29 4. Laju Produksi C02 dan Laju Konsumsi O2 Interaksi antara faktor varietas dengan periode konservasi berpengaruh terhadap laju produksi C02 dan laju konsmsi O2 pada respirasi benih. Setelah me- lampaui periode konservasi dua minggu, laju produksi C02 pada varietas Hc 33 tidak mengalami perubahan, tetapi pada varietas G 4 terjadi peningkatan. Pada laju konsumsi O2 terjadi ha1 sebaliknya. Pada varie- tas G 4 tidak mengalami perubahan tetapi pada varie- tas Hc 33 mengalami penurunan (Tabel 28). 5. Kosien Respirasi (KR) Interaksi antara faktor-faktor varietas, periode konservasi dan macam kemasan berpengaruh terhadap ni- lai ~osien ~espirasi (KR). Sesudah diguncang delapan jam, varietas Hc 33 yang dikemas aluminium foil dan tidak dikonservasi (V1P1K2) mempunyai nilai KR paling rendah, dan nyata berbeda dengan varietas G 4 dalam kemasan kantong plastik yang telah melampaui periode konservasi dua minggu (V2P2K1). Kedua perlakuan ter- sebut merupakan interaksi yang nyata dari tiga fak- tor yang diuji (Tabel 29).

30 Tabel 28. Laju produksi C02 dan Laju konsumsi O2 pada respirasi benih yang mengalami pengguncangan oleh pengaruh interaksi axitara faktor Varietas (V) dengan Periode Konservasi (P) Laju Respirasi - Varietas Konservasi (P) (v) PI (0 minggu) P2 (2 minggu) Produks i p1 C02/g benihljam ---- C02 V1 (Hc 33) ab ab v2 (G 4) b a BNJ 5% Konsumsi p1 02/g benihljam O2 V1 (Hc 33) a b v2 (G 4) ab ab BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing tolok ukur tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ Tabel 29. Nilai KR oleh pengaruh interaksi antara faktor-faktor Varietas (V), Periode Konservasi (P), dan Kemasan (K), pada benih yang mengalami pengguncangan Varietas Per iode Konservasi Kemasan (K) (v) (PI K1 (plastik) K2 (al. foil) V1 (Hc 33) P1 (0 minggu) ab c P2 (2 minggu) ab a v2 (G 4) P1 (0 minggu) abc bc P, (2 minggu) a bc BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%

31 C. Indikaai Perubahan Viabilitas oleh Guncangan Perubahan viabilitas oleh guncangan yang dimaksud adalah perubahan viabilitas antara benih yang tidak diguncang dengan benih yang diguncang dalam mesin pengguncang berdasarkan analisis uji-t Student. Viabilitas Potensial (Vp) Di antara dua tolok ukur (DB dan TZ) yang digunakan untuk mendeteksi Vp ternyata hanya tolok ukur DB yang banyak menunjukkan perbedaan viabilitas. Hasil uji t-student dalam Tabel 30 menunjukkan bahwa hampir seluruh kombinasi perlakuan benih yang diguncang selama delapan jam mengalami penurunan Vp. Hal ini menginformasikan bahwa dampak guncangan pada benih menyebabkan penurunan Vp. 2. Vigor Daya simpan (VDs) Dari tiga tolok ukur (KST, BKK, dan DHL) yang digunakan untuk mendeteksi VDS ternyata hanya tolok ukur KST yang paling banyak menunjukkan perbedaan menurut uji tostudent. Hampir semua kombinasi perlakuan yang diuji menunjukkan penurunan VDS (Tabel 30). 3. Vigor Konservasi (Vxs) Dari dua tolok ukur (DKC dan DTZ) yang digunakan untuk mendeteksi VKS, ternyata hanya tolok ukur DKC yang paling banyak menunjukkan perbedaan menurut uji t-student. Hampir semua kombinasi perlakuan yang diuji menunjukkan penurunan VKS (Tabel 30).

32 4. Kadar Lemak Dari seluruh tolok ukur biokimiawi yang digunakan untuk mendeteksi perubahan viabilitas oleh dampak guncangan, ternyata hanya tolok ukur kandungan lemak saja yang paling banyak menunjukkan perbedaan sesuai dengan hasil uji t-student. Dampak guncangan menye- babkan peningkatan kandungan lemak di dalam benih (Tabel 30).

33 Tabe Hasil uji t-student antara benih yang diguncang (BG) dengan benih yang tidak diguhcang (BTG) terhadap tolok ukur DB (%), KST (%), DKC (%), dan kadar Lemak (%) Kemaean (K) Periode Varietae Konservasi Plaatik (K1) al. foil (K2) (V) (PI BTG BG BTG BG (V1) (V2) 0 minggu (PI) 2 minggu (P2) Ominggu (PI) 2 minggu (P2) Kadar Laralt b a a b a b a a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada tiap-tiap baria dalam kemaean yang sama pada maeing-maeing tolok ukur, tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji t-student

34 Rekapitulasi hasil uji-f pada sidik ragam pengaruh faktor-faktor varietas (V), lama guncangan (G), suhu/ke- lembaban nisbi (R), dan interaksinya terhadap data peng- amatan berbagai tolok ukur tercantum dalam Tabel 31. Tabel 31. Rekapitulasi hasil uji-f pada sidik ragam pengaruh faktor-faktor varietas (V), lama guncangan (G), suhu/ RH, dan interaksinya pada berbagai tolok ukur yang diamati No. Tolok ukur S h r Keragmn V G R VG V R. GR VGR Xndikasi Fisik Daya Hantar Listrik (DHL) Indikasi Fisiologi Daya Berkuhh (DB) Berat Kering Kecmbah (BKK) Kesermpakan Tunkh (KST) Viabi l i tas etsnol (Valk) Delta Day8 Berkechh (DKc) Xndikasi Bidtimimi Uj i Terazol iw (12) Delta Uji Terazoliu (DTZ) K&r L d ASm L mk Bebss (ALB) Asam Palmitat Asam Olwt Asm Linoleat. Keterangan : * uji-f 5% VG interaksi varietas den ** nyata pada uji-f 1% ~WMIO~~ - tidak nyata VR interaksi varietns dm V varietas suhu/rh G 1- guncangan GR interaksi guncangan den R suhu/rh suhu/rh VCR interaksi varietas, guncsngan dan suhu/rh

35 Apabila diperhatikan rekapitulasi hasil uji-f pada Tabel 31 terlihat bahwa faktor tunggal varietas (V) berpengaruh terhadap perubahan 9 tolok ukur dari 13 tolok ukur yang diamati. Faktor tunggal suhu /kelembaban nisbi (R) berpengaruh terhadap semua tolok ukur yang diamati. Lama guncangan (G) hanya berpengaruh terhadap lima tolok ukur. Interaksi antara faktor varietas dengan suhulkelembaban nisbi lebih banyak berpengaruh dibanding interaksi yang lain. Untuk memperjelas pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap masing-masing tolok ukur, dapat diikuti uraian selanjutnya berdasarkan indikasi perubahan fisiologis dan biokimiawi sebagai berikut : A. Indikasi Fisiologis Perubahan Viabilitas 1. Viabilitas Potensial (Vp) Viabilitas Potensial (Vp) benih kenaf yang dideteksi dengan tolok ukur DB dan TZ banyak dipengaruhi secara tunggal oleh faktor-faktor varietas, dan suhu/kelembaban nisbi. Varietas Hc 33 memiliki Vp yang lebih tinggi dari pada varietas G 4 (Tabel 32). Interaksi antara faktor varietas (V) dan lama guncangan (G) berpengaruh terhadap Vp berdasarkan tolok ukur DB. Varietas Hc 33 yang diguncang hingga delapan jam mempunyai Vp yang lebih tinggi dari pada varietas G 4. Vp varietas G 4 makin menurun apabila makin lama digun- cang (Tabel 33).

36 Interaksi antara faktor varietas (V) dengan suhu/ke- lembaban nisbi (R) berpengaruh terhadap Vp berdasa~kan tolok ukur TZ. Varietas Hc 33 menunjukkan penurunan Vp apabila udara makin panas dan kering, sedangkan sebalik- nya varietas G 4 menunjukkan penurunan Vp pada kondisi udara makin dingin dan lembab (Tabel 34). Tabel 32. Persentase DB dan TZ oleh pengaruh faktor tunggal varietas (V) dan suhu /RH (R) Per lakuan DB TZ~) Varietas (V) Hc 33 (V1) G 4 (V*) BNJ 5 % Suhu / RH (R) C/80-90 % (R1) a 30'-35OC/65-75 % (RZ) b C/50-60 % (R3) b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing baris perlakuan dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 % x) Data dalam Arcsin %

37 Tabel 33. Persentase DB oleh pengaruh interaksi antara faktor varietas (V) dengan lama guncangan (G) Lama Guncangan Varietas (V) (GI V1 (Hc 33) v2 (G 4) Go (0 jam) a abc G1 (2 jam) ab abc G2 (4 jam) abc abc G3 (6 jam) ab bc G4 (8 jam) a c BNJ 5% Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ Tabel 34. Persentase TZ oleh pengaruh interaksi antara faktor varietas (V) dengan suhu/rh (R) (Arcsin 4 %) Varietas (V) (R) V1 (Hc 33) v2 (G 4) R1 (25-290C/80-90%) ab c R2 (30-35OC/65-75%) a b R3 (36-400C/50-60%) b bc BNJ 5% 5.38 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom, tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ

38 2. Vigor Daya Simpan (VDs) Tolok ukur untuk mendeteksi parameter VDS disamping K ~ BKK ~ dan, DHL, juga Valk. Dalam Tabel 31 terlihat bahwa VDS berdasarkan tolok ukur KST sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tunggal varietas (V), lama guncangan (G), dan suhulkelembaban nisbi (R); sedangkan VDS berda- sarkan tolok ukur BKK, DHL, dan Valk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor varietas dan suhulkelembaban nisbi. Varietas Hc 33 yang mengalami guncangan hingga dela- pan jam pada variasi suhu/kelembaban nisbi masih memiliki VDS yang lebih baik dari pada varietas G 4. Guncangan menurunkan VDS dan nyata menurunkan VDS sesudah diguncang empat jam. Pengguncangan pada kondisi udara yang makin panas dan kering menyebabkan VDS menurun (Tabel 35). Pada kondisi tersebut apabila antara dua varietas dibandingkan, varietas Hc 33 yang diguncang selama dua jam VDS nya menurun lebih tajam dari pada varietas G 4. Namun apabila pengguncangan diteruskan hingga delapan jam tidak menunjukkan perbedaan VDS antara dua varietas tersebut (Tabel 36). Varietas Hc 33 dan G 4 yang diguncang pada kondisi udara makin panas dan kering, keduanya menunjukkan penurunan VDS, tetapi penurunan VDS pada varietas G 4 nyata lebih besar dari pada varietas Hc 33. Sebaliknya apabila pengguncangan dilakukan pada kondisi suhu udara rendah

39 dan lembab VDS varietas G 4 lebih tinggi dari pada varie- tas Hc 33 (Tabel 37). Tabel 35. Rata-rata KST(%), BKK (mg/kecambah), DHL (pmhos/g benih), dan Val oleh pengaruh f aktor-f aktor tungga!f varietas (V), lama guncangan(g), dan su- (R) Perlakuan BKK DHL "alk Varietas (V) V1 (Hc 33) a a a a v2 (G 4) b b b b BNJ 5% , 1.69 BNJ 5% Suhu/RE (R) R1 (25-290C/80-90%) a c a a R2 (30'-35OC/65-75%) b b b b Rj (36-400C/50-60%) b a a b BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ.

40 Tabel 36. Nilai DHL (pmhos/g) oleh pengaruh interaksi antara faktor-faktor varietastlama guncangan, dan suhu/rh Lama Suhu/RH (R) Guncangan (V) (GI R1 R2 R3 Varietas Go (0 jam) b b b G1 (2 jam) b b a V1(Hc 33) G2 (4 jam) ab b b G3 (6 jam) ab b b G4 (8 jam) b ab ab Go (0 jam) b b ab G1 (2 jam) b b b V2(G 4) G2 (4 jam) b b b G3 (6 jam) b b, b G4 (8 jam) b b ab BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNJ Tabel 37. Persentase Va oleh pengaruh interaksi antara taktor varietas (V) dengan suhu/rh(r) (Arcsin d %) Suhu/RH Varietas (V) BNJ 5% 4.31 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ.

41 3. Vigor Konservaai (VKS) Vigor Konservasi berdasarkan tolok ukur DKC dan DTZ sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor varietas (V), lama guncangan (G), dan suhulkelembaban nisbi (R) baik secara tunggal maupun secara berinteraksi (Tabel 31). Varietas Hc 33 relatif lebih tahan mengalami guncangan hingga delapan jam dibanding varietas G 4, dan memiliki VKS lebih baik dibanding G 4 (Tabel 38). Apabila guncangan itu terjadi pada kondisi udara yang relatif lebih dingin dan lembab, maka varietas Hc 33 masih lebih tahan mengalami periode konservasi dibanding- kan dengan varietas G 4. Namun apabila udara makin panas dan kering VKS kedua varietas tersebut semakin menurun (Tabel 38). ~enilaian terhadap VKS kedua varietas itu juga menunjukkan fenomena yang sama apabila diuji dengan tolok ukur DTZ (Tabel 39).

42 Tabel 38. Persentase Nilai D oleh pengaruh interaksi antara f%gtor varietas (V) dengan lama guncangan (G), dan interaksi antara faktor varietas (V) dengan suhu/rh (R) Per lakuan Varietas (V) Lama Guncangan (G) G~ (0 jam) 4.88 c G1 (2 jam) 7.10 abc G2 (4 jam) 8.88 ab G3 (6 jam) 7.88 abc G4 (8 jam) 5.79 bc 7.62 abc 7.58 abc 8.45 abc 8.94 ab a BNJ 5% 3.81 Buhu/RH (R) R1 (25-290C/80-90%) 4.02 b R2 (30-35OC/65-75%) 9.04 a Rg (36-400C/50-60%) 7.65 a BNJ 5% 2.64 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNJ

43 Tabel 39. Persentase Nilai D (d%+0.5) oleh pengaruh fador tunggal varietas (V) Perlakuan D~~ Varietas (V) V1 (Hc 33) v2 (G 4) BNJ 5 % 0.16 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ B. Indikasi Perubahan Biokimiawi 1. Lemak k Kadar lemak di dalam benih dipengaruhi oleh faktor- faktor varietas (V), lama guncangan (G), dan suhu/ kelem- baban nisbi (R), baik secara tunggal maupun interaksinya (Tabel 31). Baik varietas Hc 33 maupun G 4 pada berbagai kondisi suhu/kelembaban nisbi dan guncangan, menghasilkan kadar lemak yang bervariasi sehingga sulit untuk menginterpretasinya. Varietas Hc 33 yang diguncang sampai delapan jam pa- da kondisi udara yang makin panas dan kering kandungan lemaknya makin meningkat, sebaliknya pada varietas G 4 semakin menurun (Tabel 40).

44 Tabel 40. Persentase kadar lemak oleh pengaruh interaksi antara faktor-faktor varietas, lama guncangan dan suhu/rh. Lama Suhu/RH (R) Varietas Goncangan (V) (G) R1 R2 R Go (0 jam) bcdefgh fgh h G1 (2 jam) bcde h gh V1(Hc 33) G2 (4 jam) fgh bcdef ab G3 (6 jam) 16.99fgh fgh bc G4 (8 jam) bsdefgh a ab GO (0 jam) h a bcdef G1 (2 jam) bcdefgh bcd bcdefgh V2(G 4) G2 (4 jam) cdefgh bcdefgh efgh P G3 (6 jam) bcdefgh bcdefg defgh G4 (8 jam) efgh bcdefgh h BNJ.5% 1.69 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang eama pada barie dan kolorn tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNJ 2. Asam Lenak Bebas (ALB) ALB di dalam benih dipengaruhi oleh faktor-faktor : varietas, lama guncangan, dan suhu/kelembaban nisbi baik secara tunggal maupun interaksinya (Tabel 31). Varietas Hc 33 yang diguncang sampai delapan jam pada kondisi udara yang makin panas dan kering kandungan

45 ALB nya lebih rendah dari pada varietas G 4. Varietas G 4 yang diguncang sampai delapan jam pada kondisi udara yang makin panas dan kering (R3) menunjukkan kandungan ALB yang nyata paling tinggi, (Tabel 41). Tabel 41. Persentase ALB oleh pengaruh interaksi antara faktor-faktor varietas, lama guncangan, dan suhu/rh Lama Suhu/RH (R) Varietas Guncangan (V) (GI R1 R2 R3 Go (0 jam) e e e G1 (2 jam) e e e V1(Hc 33) G2 (4 jam) e de e G3 (6 jam) e e e G4 (8 jam) e e 1.036abcde t Go (0 jam) 0.907abcde cde 0,625 e G1 (2 jam) de bcde 0,869 bcde V2(G 4) G2 (4 jam) bcde 1.184abcd 1.469ab G3 (6 jam) de 0.945abcde 1.123abcde G4 (8 jam) e 1.4lOabc 1.614a BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNJ

46 3. Asam L8mak jenuh dan tidak jenuh Asam lemak jenuh yang terdeteksi hanya Asam Palmitat sedangkan Asam Stearat hanya sebagian kecil yang muncul dalam kromatogram dari perlakuan yang diuji, sehingga tidak dapat dianalisis secara statistik. Demikian juga pada asam lemak tidak jenuh, Asam Linolenat tidak dapat dianalisis secara statistik karena sebagian besar dari perlakuan tidak muncul dalam kromatogram. Asam Palmitat di dalam benih dipengaruhi oleh faktor lama guncangan dan faktor suhu/kelembaban nisbi secara tunggal. Meskipun lama guncangan berpengaruh, tetapi pengaruhnya kurang nyata dan ada kecenderungan semakin lama diguncang persentase asam Palmitat meningkat. Pengaruh suhu/kelembaban nisbi terhadap asam Palmitat lebih jelas karena pada udara makin panas dan kering persentase asam Palmitat meningkat (Tabel 42). Tetapi pada asam Oleat dan Linoleat terjadi penurunan (Tabel 42). Interaksi antara faktor varietas dengan faktor suhu/ kelembaban nisbi mempengaruhi kandungan asam Linoleat. Pada kondisi udara yang makin panas dan kering (R3) baik varietas Hc 33 maupun G 4 menunjukkan penurunan persentase Asam Linoleat (Tabel 43).

47 Tabel 42. Persentase Asam Palmitat, Asam Oleat dan Asam Linoleat oleh pengaruh faktor tunggal suhu/rh dan lama guncang an ( Arcsin V%) Perlakuan Palmitat Oleat Linoleat (% 1 (%I (%I Suhu/RH (R) BNJ 5% Lama Guncangan (a) Go (0 jam) b a a GI (2 jam) ab a a G2 (4 jam) ab a a G3 (6 jam) ab a a G4 (8 jam) a a a BNJ 5% Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama, pada masing-masing baris perlakuan dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ.

48 Tabel 43. Persentase Asam Linoleat oleh pengaruh interaksi antara faktor varietas dengan suhu/rh Suhu/RH Varietas (V) V1 (Hc 33) v2 (G 4 ) BNJ 5% Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji BNJ

A. Perubahan Viabilitas Oleh Dampak Transportasi Dan

A. Perubahan Viabilitas Oleh Dampak Transportasi Dan Bertolak dari masalah terjadinya kemunduran viabilitas benih kenaf setelah benih tersebut ditransportasi dari sentra pengadaan benih sampai ke lokasi pertanaman (petani), maka dicoba untuk mendapatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

Benih itu tananan nini Benih itu kecil tapi indah Bedh itu hasil hari iui, janji untuk esok hari

Benih itu tananan nini Benih itu kecil tapi indah Bedh itu hasil hari iui, janji untuk esok hari Dan janganlal, kumu berjalan dhuka b d ini dengan sonbong, karena sesungguhnya kamu sekalikali tidak dapat menembus buni dan sekali-kali kamu tidak akan sanpai setinggi gunung- (N Israa' : 37) Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Lot Benih Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih jagung melalui Metode

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Penyimpanan Suhu Rendah Pepaya Varietas Sukma Rekapitulasi sidik ragam pada pepaya Varietas Sukma baik pada faktor tunggal maupun interaksinya dilihat pada Tabel 1. Faktor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Secara struktural benih itu sama dengan biji tumbuhan yang dihasilkan dari ovula yang dibuahi. Tetapi secara fungsional benih itu tidak sama dengan biji, sebab benih digunakan

Lebih terperinci

PEWGARUH VARIETAS, KADAR AIR DAM HENTAKAN TERNADAP VIABILITAS BENIN KEDELAI ( Siyoine max ( L. ) Merr. )

PEWGARUH VARIETAS, KADAR AIR DAM HENTAKAN TERNADAP VIABILITAS BENIN KEDELAI ( Siyoine max ( L. ) Merr. ) PEWGARUH VARIETAS, KADAR AIR DAM HENTAKAN TERNADAP VIABILITAS BENIN KEDELAI ( Siyoine max ( L. ) Merr. ) OIeh N O V I Z A N A 23.1674 JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANlAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol

Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol 80 Lampiran 1. Hasil analisis ragam dan analisis regressi metode deteriorasi alami dan metode pengusangan cepat metanol Perlakua Tolok Hasil Analisis Regresi Peluan Kode**/*/NS Nilai b Persamaan Anov Kode

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Viabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan tolok ukur persentase daya berkecambah yang tinggi mengindikasikan bahwa benih yang digunakan masih berkualitas baik. Benih kedelai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kacang tanah termasuk kelompok benih ortodoks yaitu benih yang memerlukan kadar air (KA) rendah agar viabilitas benih dapat dipertahankan selama di penyimpanan. Benih kacang tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Vigor benih menunjukkan potensi benih untuk tumbuh dan berkembang dari kecambah normal pada berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Metode Pengusangan APC IPB 77-1 MM Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM ini dirancang untuk dapat melakukan pengusangan cepat secara fisik maupun kimia. Prosedur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah

Lebih terperinci

Oleh ENDANG SETlA MULlAWATi A

Oleh ENDANG SETlA MULlAWATi A PENGARUH KADAR AIR BENIH, KONDlSl RUANG PENYIMPANAN DAN IENlS BAHAN PENGEMAS TERHADAP VIABILITAS BENIH RASAMALA (Altingia excelsa Noronhae) PADA BEBERAPA PERIODE PENY IMPAN AN Oleh ENDANG SETlA MULlAWATi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari

Lebih terperinci

Viabilitas.Potensial Benih

Viabilitas.Potensial Benih BASIL DAN PEMBAHASAN Viabilitas.Potensial Benih Di antara ketiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi viabilitas benih, yaitu faktor innate, induced, enforced, dalam percobaan ini hanya diteliti pengaruh

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan I Indikasi Perubahan Fisiologi dan Biokimia Selama Pemasakan Benih dan Hubungannya Dengan Viabilitas dan Vigor Benih. Kondisi Umum Pengecambahan tanaman jarak pagar dilakukan

Lebih terperinci

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan

Lebih terperinci

Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan

Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan Viability of Jack bean seed (Canavalia ensiformis (L.)DC.) storaged in various types of

Lebih terperinci

PENYIEMPABAN BENBW TEWHADAP VlABlLBTAS

PENYIEMPABAN BENBW TEWHADAP VlABlLBTAS PE#Gb$WUH UMUR PANEN, PENGERINGAH PQkQNG DAM PENYIEMPABAN BENBW TEWHADAP VlABlLBTAS Oleh ERRY H. ANGGRAIhl A 23.1624 RINGKASAN ERRY HENDRAWATI ANGGRAINI (~231024). Pengaruh Umur Panen, Pengeringan Polong

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Oktober 2013 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu, di Laboratorium PKHT IPB, Baranangsiang untuk pengujian kadar air dan penyimpanan dengan perlakuan suhu kamar dan suhu rendah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih memiliki rata-rata daya berkecambah awal sebesar 94%. Kadar air awal benih sebelum mendapatkan perlakuan adalah 5-5.6%. Keterangan lebih lengkap mengenai kondisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan

Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan LAMPIRAN Lampiran 1. Genotipe yang Digunakan sebagai Bahan Penelitian pada Percobaan Pendahuluan Varietas/Genotipe Padi Sawah Padi Gogo Padi Rawa Aek Sibundong Batu Tegi B11586F-MR-11-2-2 B11283-6c-PN-5-MR-2-3-Si-1-2-

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 117 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI Tita Kartika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan konsumsi pangan berupa beras juga ikut meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan

Lebih terperinci

STUD1 PENENTUAN MlABlLlTAS POTENSIAL BENlW KEDELAl (Glycine max L. Merr) DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA TOLOK OKUR SECARA SINERGIS

STUD1 PENENTUAN MlABlLlTAS POTENSIAL BENlW KEDELAl (Glycine max L. Merr) DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA TOLOK OKUR SECARA SINERGIS STUD1 PENENTUAN MlABlLlTAS POTENSIAL BENlW KEDELAl (Glycine max L. Merr) DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA TOLOK OKUR SECARA SINERGIS JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTlTUT PERTANIAN BOGOR 1994

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Maret 2017-23 Mei

Lebih terperinci

Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT)

Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT) Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT) Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros

Lebih terperinci

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor )

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor ) Ir. Lilik Koesmihartono Putra, M.AgSt (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) Tahun-3 1. Konstruksi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN UJI KONDUKTIVITAS SEBAGAI UJI VIGOR PADA BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.) TESIS OLEH : ENDANG MURWANTINI

PENGGUNAAN UJI KONDUKTIVITAS SEBAGAI UJI VIGOR PADA BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.) TESIS OLEH : ENDANG MURWANTINI PENGGUNAAN UJI KONDUKTIVITAS SEBAGAI UJI VIGOR PADA BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.) TESIS OLEH : ENDANG MURWANTINI 11 212 01 011 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI KATA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini hlaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODA. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini hlaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini hlaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, dimulai pada tanggal 10 April 200 1 sampai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan tanaman cabai secara in vitro dapat dilakukan melalui organogenesis ataupun embriogenesis. Perbanyakan in vitro melalui organogenesis dilakukan dalam media MS dengan penambahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 8 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 hingga Maret 2009 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Kromatografi dan Analisis Tumbuhan, Departemen

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

Efektifitas Kemasan dan Suhu Ruang Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Meirril)

Efektifitas Kemasan dan Suhu Ruang Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Meirril) Planta Tropika Journal of Agro Science Vol 3 No 1 / Februari 2015 Efektifitas dan Suhu Ruang Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Meirril) DOI 10.18196/pt.2015.033.1-7 Marlinda Dwi

Lebih terperinci

STUDI EKSPLORATIF PENYIMPANAN BENIH DALAMAIR

STUDI EKSPLORATIF PENYIMPANAN BENIH DALAMAIR STUDI EKSPLORATIF PENYIMPANAN BENIH DALAMAIR Oleh GERALDINE AMANITA JAYANATA A 27.0411 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTASPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997 RINGKASAN GERALDINE AMANITA JA YANA TA.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Informasi umum mengenai kondisi awal benih sebelum digunakan dalam penelitian ini penting diketahui agar tidak terjadi kekeliruan dalam penarikan kesimpulan (misleading

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015). IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan

Lebih terperinci

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH Oleh: NURUL FITRININGTYAS A10400019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi Sawah Batu Tegi B11586F-MR Aek Sibundong Jati Luhur Inpara 2

Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi Sawah Batu Tegi B11586F-MR Aek Sibundong Jati Luhur Inpara 2 LAMPIRAN 47 Lampiran 1. Daftar Nama Genotipe Padi yang Digunakan untuk Pengujian Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada Penelitian Pendahuluan Genotipe Padi Gogo Genotipe Padi Rawa Genotipe Padi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Balai Besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki kadar protein yang tinggi, yaitu sebesar 37% dan kandungan lemak sebesar 16%

Lebih terperinci

penyimpanan benih yang selanjutnya disebut gudang G 1), Leuwikopo. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Mei 1994 dan selesai Februari 1995.

penyimpanan benih yang selanjutnya disebut gudang G 1), Leuwikopo. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Mei 1994 dan selesai Februari 1995. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian dan kolam ikan di Desa Gadog, Ciawi, Bogor, serta di Laboratorium Teknologi Benih Faperta-IPB (termasuk gudang penyimpanan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga pada

Lebih terperinci

Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.)

Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.) Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.) Evaluation of Vigor From Several Variable to Estimate Relabelling Extension of Rice Seeds (Oryza sativa

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN SUHU RUANG SIMPAN DAN BAHAN PENGEMAS TERHADAP KEMUNDURAN MUTU BENIH KEDELAI

PENGARUH PERBEDAAN SUHU RUANG SIMPAN DAN BAHAN PENGEMAS TERHADAP KEMUNDURAN MUTU BENIH KEDELAI SKRIPSI BERJUDUL PENGARUH PERBEDAAN SUHU RUANG SIMPAN DAN BAHAN PENGEMAS TERHADAP KEMUNDURAN MUTU BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) BERDASARKAN KANDUNGAN ASAM LEMAK BEBAS DAN DAYA HANTAR LISTRIK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan dari April Juli 2007 bertepatan dengan akhir musim hujan, yang merupakan salah satu puncak masa pembungaan (Hasnam, 2006c), sehingga waktu penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.) MAKALAH SEMINAR UMUM ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.) Disusun Oleh: MAHFUD NIM: 10/297477/PN/11918 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Prapto Yudhono, M.Sc. JURUSAN

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,6 juta ton

Lebih terperinci

PENGARUH KEMASAN DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KEMAMPUAN BERKECAMBAH BENIH MENTIMUN. U. Sumpena

PENGARUH KEMASAN DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KEMAMPUAN BERKECAMBAH BENIH MENTIMUN. U. Sumpena PENGARUH KEMASAN DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP KEMAMPUAN BERKECAMBAH BENIH MENTIMUN U. Sumpena Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu 7 Lembang Bandung E-mail; sumpenauum @gmile.com

Lebih terperinci

STUDl AKUMULASI FOSFAT UNTUK MENDETEKSI

STUDl AKUMULASI FOSFAT UNTUK MENDETEKSI STUDl AKUMULASI FOSFAT UNTUK MENDETEKSI VlABlLlTAS BENlH JAGUNG (Zea mays L.) PADA PERIODE I KONSEPSI STEINBAUER-SADJAD Oleh RUMIAWWB DEW1 A 26.0383 C_ JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTAMlAN IPaSTlTUT

Lebih terperinci

STUDl AKUMULASI FOSFAT UNTUK MENDETEKSI

STUDl AKUMULASI FOSFAT UNTUK MENDETEKSI STUDl AKUMULASI FOSFAT UNTUK MENDETEKSI VlABlLlTAS BENlH JAGUNG (Zea mays L.) PADA PERIODE I KONSEPSI STEINBAUER-SADJAD Oleh RUMIAWWB DEW1 A 26.0383 C_ JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTAMlAN IPaSTlTUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sampai sekarang ini semakin meningkat, baik dari segi pengembangan maupun permintaan pasar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Respon Umur Tanaman Pada Cekaman Kekeringan Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor pembatas yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 POLA PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS BEKATUL PASCA PENGGILINGAN Kerusakan hidrolitik pada bekatul mulai terjadi ketika proses penyosohan beras berlangsung, dimana terjadi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI

KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Tanaman Bengkuang. Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae,

Tanaman Bengkuang. Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, VolumVolume 3, Nomor 9, September 2008e 3, Nomor 9, September TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Bengkuang Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kerajaan: Plantae, Divisi : Magnoliophyta, Kelas :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

B. Analisis Variansi Pengaruh Komposisi, Konsentrasi dan Interaksi Terhadap Total Keasaman Soyghurt

B. Analisis Variansi Pengaruh Komposisi, Konsentrasi dan Interaksi Terhadap Total Keasaman Soyghurt 78 Lampiran 1. Hasil Penelitian A. Data Hasil Uji Total Keasaman Soyghurt Komposisi Konsentrasi Ulangan Total Ratarata (P) (K) 1 2 3 4 5 ( X) Kontrol (P0K0) 0.20 0.30 0.30 0.20 0.30 1.30 0.26* P1 0.52

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1)

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1) Jurnal Penelitian Pertanian, 1995, Vol. 14, No.1: 38-43 PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1) INFLUENCE OF PACKAGING MATERIAL AND INITIAL SEED MOISTURE CONTENT

Lebih terperinci

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2011 sampai Agustus

Lebih terperinci

Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin Brassica chinensis L.)

Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin Brassica chinensis L.) Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin Brassica chinensis L.) The Effect of Packaging Materials, Storage Room Conditions and Storage Periods on the Seed

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci