TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE"

Transkripsi

1 i TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE RINA DWICA DESYANA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 iii RINGKASAN RINA DWICA DESYANA. Trend Desain Penanaman pada Lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence. Dibimbing oleh Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, MAgr. Bertambahnya jumlah penduduk di Kota Bogor berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan permukiman, yang menyebabkan makin berkembangnya permukiman yang telah ada dan munculnya permukimanpermukiman baru. Bogor Nirwana Residence (BNR) merupakan salah satu permukiman berkonsep alam yang terdapat di Kota Bogor. Setiap areanya memiliki penataan tanaman dengan desain penanaman yang menarik untuk diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keragaman tanaman serta elemen desain penanaman, menganalisis trend desain penanaman dan menyusun rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR. Area studi mencakup gerbang utama, jalan utama, lima gerbang cluster (Arga Nirwana, Bukit Nirwana I, Padma Nirwana, The Panorama dan Tirta Nirwana), taman publik (taman kolam, taman cluster Arga Nirwana, Padma Nirwana dan Tirta Nirwana) serta masing-masing tiga taman depan rumah dari tiga cluster (Bukit Nirwana I, Padma Nirwana dan The Panorama). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan analisis deskriptif. Tahapan penelitian meliputi pengumpulan data, analisis dan sintesis. Pengumpulan data dilaksanakan dengan dua cara, yaitu survei lapang dan studi pustaka. Aspek yang diteliti mencakup dominansi tanaman, keragaman spesies, pola penanaman serta fungsi dan estetika tanaman pada area studi. Perhitungan dominansi tanaman dan keragaman spesies dilakukan mengikuti metode Shannon-Wiener. Pola penanaman diamati dan dibuat gambar spasialnya kemudian dibandingkan berdasarkan kemiripan pola yang muncul. Penilaian aspek fungsi dan estetika tanaman dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan hasil pengamatan di lapang, dengan kriteria dan bobot yang telah ditetapkan. Tahap analisis meliputi identifikasi elemen desain penanaman, penataan tanaman, serta fungsi dan estetika penanaman, kemudian melacak pola desain penanaman yang diterapkan pada masing-masing area studi. Tahap akhir dari penelitian berupa sintesis yaitu penyusunan rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR. Dari hasil pengumpulan data, didapatkan 128 spesies dari seluruh area studi, dengan 68 spesies di antaranya ditemukan pada lebih dari satu lokasi. Tanaman dengan dominansi tertinggi pada sebagian besar area studi adalah rumput, baik rumput gajah (Axonopus compressus) maupun rumput gajah mini (Axonopus compressus Dwarf ). Pada lanskap jalan utama, jenis tanaman yang mendapat nilai dominansi tertinggi adalah pohon pengarah dengan nilai rata-rata 4,7 %. Tanaman yang memiliki nilai dominansi tertinggi pada gerbang cluster adalah penutup tanah dengan nilai rata-rata 65,4 %. Untuk taman publik dan taman depan rumah, nilai dominansi tertinggi didapatkan oleh tanaman penutup tanah berupa rumput dengan nilai rata-rata berturut-turut 42,1 % dan 75 %. Nilai rata-rata indeks keragaman tanaman pada seluruh lokasi studi termasuk kategori rendah, yaitu sebesar 0,48. Area jalan utama termasuk kategori

3 iv keragaman rendah dengan nilai rata-rata 0,60. Nilai keragaman rata-rata untuk area gerbang cluster adalah sebesar 0,5 atau termasuk rendah. Nilai keragaman rata-rata untuk taman publik termasuk rendah yaitu sebesar 0,2. Untuk area taman depan rumah, nilai keragaman rata-rata adalah 0,45 atau termasuk kategori rendah. Hasil penilaian aspek fungsi pada area jalan utama tergolong buruk dengan nilai rata-rata 58,6 %. Aspek estetika pada keseluruhan area studi termasuk baik dengan kisaran nilai rata-rata 64,6% hingga 75,6%. Secara keseluruhan, desain penanaman pada BNR memiliki konsep tropis. Konsep ini dapat terlihat dari pemilihan tanaman berupa tanaman yang beradaptasi dengan baik pada iklim tropis, terutama dari jenis palem-paleman. Penataan tanaman secara multistrata juga menguatkan kesan tropis. Untuk trend desain penanaman pada area studi, masing-masing lokasi dikelompokkan ke dalam tipe tertentu berdasarkan kemiripan penataan tanaman pada lanskapnya. Jalan utama yang terdiri dari sembilan segmen digolongkan menjadi tiga tipe. Tipe 1 merupakan tipe dengan penanaman linear berupa gradasi dan repetisi dari blok-blok tanaman pada median. Tipe 2 memiliki penanaman berpola linear dengan kombinasi bentukan organik yang muncul dari semak dan penutup tanah pada median. Tipe memiliki penanaman linear dengan adanya ruang terbuka yang ditanami rumput pada median. Kelima gerbang cluster yang diteliti dikelompokkan menjadi tipe. Tipe 1 merupakan tipe penanaman dengan name sign berada di bagian tengah depan tapak, dengan penanaman di sekeliling name sign yang lebih bersifat dekoratif. Tipe 2 memiliki kemiripan dengan tipe sebelumnya, yaitu name sign terletak di bagian depan tapak, namun tidak dikelilingi penanaman. Tipe terakhir yaitu tipe memiliki penataan di bagian depan tapak berupa penanaman beberapa palem sebagai focal point yang dikombinasikan dengan batu-batu, sementara name sign diletakkan di tepi jalan, bukan di tengah tapak. Keempat taman publik yang menjadi lokasi studi dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe. Tipe 1 adalah tipe taman dengan lahan berbentuk memanjang dan penanamannya berpola jalur mengikuti bentukan lahan. Sedangkan tipe 2 merupakan taman pada lahan meluas, dengan penanaman berpola organik menyebar. Dari sembilan sampel taman depan rumah yang diteliti, pola penanamannya dapat dikelompokkan menjadi lima tipe. Tipe yang 1 adalah penanaman semak atau penutup tanah rapat mengelilingi lahan. Tipe 2 yaitu penanaman pada grading. Tipe adalah penanaman pada grading dan foundation planting dekat dinding rumah. Tipe 4 yaitu tanaman diletakkan atau ditanam mengikuti pola menyebar yang acak. Tipe 5 merupakan kombinasi penanaman dari tipe-tipe sebelumnya, yaitu penanaman semak atau penutup tanah mengelilingi lahan, penanaman pada grading serta peletakan tanaman menyebar. Rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman BNR sebagai hasil akhir penelitian dibuat mengikuti kriteria ideal dari fungsi-fungsi penanaman yang dibutuhkan pada masing-masing area, dengan tetap memperhitungkan segi estetika. Untuk menghasilkan lanskap yang optimal, diperlukan analisis mengenai fungsi penanaman yang dibutuhkan pada masing-masing area serta pertimbangan desain yang dapat memberikan nilai estetik sesuai dengan konsep yang ingin ditampilkan. Kata kunci : trend, desain penanaman, permukiman, Bogor Nirwana Residence

4 TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE (Planting Design Trend in Residential Landscape of Bogor Nirwana Residence) Rina Dwica Desyana 1, Nizar Nasrullah 2 1 Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB 2 Pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB Abstract Bogor Nirwana Residence (BNR) is a housing estate in Bogor city which has nature concept. Each area in BNR has different planting design trends which are interesting to be studied. The objectives of this study were to identify plants diversity and elements of planting design, to analyze planting design trends and to propose a recommendation of planting design concept for residential landscape of BNR. Method used in this study was survey method with descriptive analysis, which consisted of site inventory, analysis and synthesis stage (arranging recommendation). This study focused on plants dominants, species diversity, functional and aesthetic aspects of the plant arrangements. Results of the study showed that there were 128 species of plants in the whole area of study. The diversity varied from 0,07 to 1,1. Plant types which had highest dominant scores were trees on the main road and groundcovers on cluster gates, public parks and fronthouse gardens. Functional aspects scores on main road classified into poor with score 58,6%, while public park classified into fair with score 6,8%. Aesthetic aspects scores on whole area of study classified into fair, varied from 64,4% to 75,6%. Recommendation of planting design concept was made following ideal criteria of required functional aspects on each area of study. Keywords : trend, planting design, residential, Bogor Nirwana Residence

5 vi TREND DESAIN PENANAMAN PADA LANSKAP PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE RINA DWICA DESYANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Trend Desain Penanaman pada Lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini. Bogor, Agustus 2011 Rina Dwica Desyana A

7 v Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

8 vii Judul Nama NRP Departemen : Trend Desain Penanaman pada Lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence : Rina Dwica Desyana : A : Arsitektur Lanskap Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Disetujui :

9 viii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Trend Desain Penanaman pada Lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr. sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan dorongan, arahan dan masukan kepada penulis, Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi sebagai pembimbing akademik, Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc dan Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. atas masukannya sebagai penguji sidang, serta kepada staf Bogor Nirwana Residence yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapang. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar Ahmad Markum atas doa dan dukungan yang selalu mengalir kepada penulis, teman-teman Shofura dan Kongkow yang selalu menyemangati dari jauh. Tak lupa untuk keluarga besar Arsitektur Lanskap IPB dan TengTong Family ARL 4 terutama Adho, Manceu, Chan2, Cici, Pram dan Joe atas semua dukungan, semangat, kekeluargaan, canda tawa dan setiap momen yang jadi kenangan. Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penyusunan desain penanaman pada lanskap permukiman di kota besar. Semoga bermanfaat bagi penulis maupun pihak-pihak lainnya. Bogor, Agustus 2011 Penulis

10 ix RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada 4 Desember 1988 sebagai putri kedua dari pasangan Bapak Ahmad Markum dan Ibu Suprihatin Sumidami. Pada 199, penulis memulai pendidikan di TK Tunas Harapan, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Lawanggintung 1 pada Pada tahun 2000 penulis memasuki SLTP Negeri 1 Bogor dan pada 200 memasuki SMA Negeri 1 Bogor. Setelah lulus sekolah menengah atas pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama. Pada tahun berikutnya penulis berhasil masuk Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, penulis berkesempatan menjadi salah satu asisten mata kuliah Desain Penanaman Lanskap pada semester genap 2009/2010 dan Tanaman dalam Lanskap pada semester ganjil 2010/2011. Penulis juga aktif dalam kegiatan non akademis sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) periode Selain itu penulis juga kerap berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan maupun pelatihan dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.

11 x DAFTAR ISI Teks Halaman Daftar Tabel... xiii Daftar Gambar... xiv Daftar Lampiran... xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... TINJAUAN PUSTAKA Trend... 4 Permukiman... 4 Desain Penanaman... 5 Fungsi Tanaman dalam Lanskap... 6 Kriteria Fungsi Tanaman... 7 Estetika Tanaman dalam Lanskap METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Batasan Studi Metode Penelitian KONDISI UMUM Luas, Letak, Batas Kawasan Aksesibilitas Iklim Geologi dan Tanah... 2 Sosial Ekonomi... 2 Sejarah Pengembangan... 2 Fasilitas dan Utilitas Elemen Tanaman... 26

12 xi Teks Halaman ANALISIS Dominansi dan Keragaman Dominansi Tanaman Jalan Utama... 0 Gerbang Cluster... 4 Taman Publik... 6 Taman Depan Rumah... 8 Keragaman Spesies Penilaian Aspek Fungsi Gerbang dan Jalan Utama Taman Publik Penilaian Aspek Estetika Gerbang Utama Jalan Utama... 5 Gerbang Cluster Taman Publik Taman Depan Rumah Trend Desain Penanaman Gerbang Utama Jalan Utama Gerbang Cluster Taman Publik Taman Depan Rumah REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Gerbang Utama dan Gerbang Cluster Jalan Utama Taman Publik... 9 Taman Depan Rumah PENUTUP Simpulan Saran... 98

13 xii Teks Halaman DAFTAR PUSTAKA... 99

14 xiii DAFTAR TABEL No. Teks Halaman 1. Fungsi Tanaman dalam Lanskap Jenis, Parameter, Bentuk, Cara Pengumpulan dan Sumber Data Matriks Penilaian pada Area Studi Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman Jalan Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman pada Taman Publik Kriteria dan Penilaian Aspek Estetika Tanaman Jenis Tanaman di Lokasi Studi Jumlah dan Jenis Tanaman pada Masing-masing Area Studi Jenis Tanaman dengan Nilai Dominansi Tertinggi pada Masing-masing Lokasi Studi Nilai Keragaman Tanaman di Area Jalan Utama Nilai Keragaman Tanaman di Area Gerbang Cluster Nilai Keragaman Tanaman di Area Taman Publik Nilai Keragaman Tanaman di Area Taman Depan Rumah Nilai Aspek Fungsi di Area Jalan Utama Nilai Aspek Fungsi di Area Taman Publik Nilai Aspek Estetika di Area Gerbang dan Jalan Utama Nilai Aspek Estetika di Area Gerbang Cluster Nilai Aspek Estetika di Area Taman Publik Nilai Aspek Estetika di Area Taman Depan Rumah Pengelompokan Lokasi Studi Berdasarkan Pola Desain Penanaman Tipe Penataan Tanaman pada Jalan Utama Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Jalan Utama Tipe Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Gerbang Cluster Tipe Penataan Tanaman pada Area Taman Publik Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Taman Publik Tipe Penataan Tanaman pada Taman Depan Rumah Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Taman Depan Rumah... 82

15 xiv DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1. Peta Lokasi Studi Contoh Pola Desain Penanaman pada Taman Depan Rumah Tahapan Penelitian Peta Jalan Utama Kawasan Permukiman Bogor Nirwana Residence Pohon Pengarah dengan Dominansi Tinggi pada Jalan Utama Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Gerbang Cluster Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Taman Publik Penanaman pada Taman Depan Rumah Penanaman dengan Fungsi Pembatas Visual (Screen) Buruk pada Median Jalan Utama Penanaman dengan Fungsi Peneduh Baik pada Tepi Jalan Utama Penanaman dengan Fungsi Pengarah Baik pada Jalan Utama a) Penanaman pada Ujung Median, b) Penanaman pada Round About Taman Publik tanpa Pembatas Visual di Sekitar Taman Penanaman dengan Fungsi Peneduh Baik pada Taman Cluster The Panorama Penanaman dengan Fungsi Penahan Erosi Baik pada Taman Kolam (Taman Publik) Penanaman dengan Variasi Bentuk Tajuk, Warna dan Tekstur pada Gerbang Utama BNR Pemilihan Tanaman dengan Ciri Fisik Menarik pada Jalan Utama Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster Pengelompokan Tanaman dengan Nilai Baik pada Taman Kolam (Taman Publik) Taman Depan Rumah dengan Nilai Gradasi/Repetisi Buruk Desain Penanaman pada Gerbang Utama BNR Rekomendasi Tata Hijau untuk Gerbang Utama Rekomendasi Tata Hijau untuk Gerbang Cluster Rekomendasi Tata Hijau untuk Jalan Utama Rekomendasi Tata Hijau untuk Taman Publik... 95

16 xv No. Teks Halaman 27. Rekomendasi Tata Hijau untuk Taman Depan Rumah... 97

17 xvi DAFTAR LAMPIRAN No. Teks Halaman 1. Dominansi dan Keragaman Tanaman di Area Studi Penilaian Aspek Fungsi pada Jalan Utama Penilaian Aspek Fungsi pada Taman Publik Penilaian Aspek Estetika pada Area Publik Penilaian Aspek Estetika pada Taman Publik Penilaian Aspek Estetika pada Taman Depan Rumah

18 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk membuat kebutuhan akan rumah sebagai sarana tempat tinggal turut meningkat. Pertumbuhan penduduk ini berimplikasi pada munculnya permukiman-permukiman baru dan semakin berkembangnya permukiman-permukiman yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh, penduduk Kota Bogor pada tahun 2010 mencapai 949 ribu jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,9 % dan kepadatan penduduk orang per km², dengan okupasi wilayah permukiman sebesar hampir 70 % dari seluruh wilayah Kota Bogor (Pemerintah Daerah Jawa Barat 2010). Menurut Simonds (198), permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas kelompok, tapi cukup besar untuk menampung fasilitas besar seperti tempat berbelanja, lapangan bermain (playground) dan daerah penyangga (buffer). Rumah menjadi permukiman bila dipikirkan dalam kelipatannya baik sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kelompok rumah gandeng, rumah susun, atau apartemen (Laurie 1986). Bagi masyarakat golongan menengah ke atas, rumah dan permukiman bukan hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan papan, melainkan juga sebagai pemberi rasa aman, pemuas kebutuhan akan keindahan hingga penanda status sosial. Hal ini menyebabkan pihak pengembang berlombalomba menyediakan permukiman yang fungsional, nyaman, mudah diakses, memiliki fasilitas lengkap dan secara visual bernilai estetis. Faktor yang mendukung estetika sebuah hunian antara lain desain bangunan, lokasi dengan view yang indah, serta penanaman pada area sekitarnya. Desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di masa yang akan datang (Carpenter, Walker, Lanphear 1975). Tanaman yang dipilih dan ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat dipelihara. Menurut Eckbo (1956), pemilihan tanaman perlu memperhatikan

19 2 klasifikasi hortikultur, yaitu syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran, dan sifat adaptasi, serta klasifikasi fisik, yaitu fungsi tanaman, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat, umur, bentuk, tekstur, aroma dan budidaya. Desain penanaman diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi maupun estetika atau desain. Dalam kaitannya sebagai elemen utama tata hijau dalam lanskap kota khususnya permukiman, Booth (198) mengemukakan bahwa tanaman dalam lingkungan perkotaan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Trend desain, termasuk desain penanaman, sangat dipengaruhi oleh waktu, tempat dan faktor-faktor sosial ekonomi seperti status dan kondisi ekonomi masyarakat. Saat ini, terdapat banyak permukiman dengan desain penanaman yang serupa, baik dari jenis tanaman yang digunakan maupun penataan tanaman. Terdapat semacam kecenderungan untuk mengikuti trend desain penanaman yang sedang digemari dalam jangka waktu tertentu. Hal ini menyebabkan masingmasing permukiman kurang memiliki karakter dan identitas tersendiri. Permukiman Bogor Nirwana Residence (BNR) yang mengusung konsep Inspired by Nature merupakan salah satu permukiman besar di kota Bogor yang memiliki penataan lanskap yang cukup baik. Permukiman dengan luas area sekitar 1000 hektar ini sejak awal telah berkomitmen untuk mengalokasikan 60 % lahannya sebagai ruang terbuka hijau. Setiap areanya memiliki desain penanaman yang berbeda, mulai dari gerbang utama, jalan utama, taman, hingga penanaman untuk tiap cluster. Desain penanaman dengan karakter yang berbeda ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih mendalam. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui trend desain penanaman pada lanskap permukiman Bogor Nirwana Residence yang mencakup gerbang utama, gerbang cluster, taman publik dan taman depan rumah, sementara tujuan khususnya yaitu

20 1. mengidentifikasi keragaman tanaman beserta elemen desain penanaman pada lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence, 2. menganalisis trend desain penanaman pada lanskap Permukiman Bogor Nirwana Residence, dan. menyusun rekomendasi konsep tata hijau untuk Permukiman Bogor Nirwana Residence. Manfaat Manfaat penelitian secara umum adalah untuk menjadi referensi dalam penyusunan desain penanaman pada lanskap permukiman di kota besar, serta mengaplikasikan ilmu di bidang arsitektur lanskap yang telah diperoleh mahasiswa. Selain itu manfaat khusus yang diharapkan adalah 1. memberikan gambaran tentang konsep desain penanaman permukiman bertema alam, dan 2. menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh pihak pengembang permukiman Bogor Nirwana Residence untuk menentukan langkah lebih lanjut dalam proses pengembangan berikutnya.

21 4 TINJAUAN PUSTAKA Trend Secara etimologi, trend memiliki padanan sebagai gaya, model atau kecenderungan (Echols dan Shadily 1996). Trend juga didefinisikan sebagai suatu fenomena yang populer dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini, trend dapat diartikan sebagai kecenderungan gaya yang digunakan dalam desain penanaman lanskap. Trend penanaman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi lingkungan, preferensi dan faktor ekonomi pemilik properti. Pola desain yang sering digunakan dalam penataan tanaman dapat dikategorikan menjadi kelompok besar, yaitu pola geometrik (formal) dan organik (informal). Permukiman Menurut Simonds (198), permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas kelompok, tapi cukup besar untuk menampung fasilitas besar seperti tempat berbelanja, lapangan bermain (playground) dan daerah penyangga (buffer). Rumah menjadi pemukiman bila dipikirkan dalam kelipatannya baik sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas petak-petak lahan individual maupun sebagai kelompok rumah gandeng, rumah susun, atau apartemen (Laurie 1986). Untuk menyediakan kenyamanan dan dapat mengakomodasi kepentingan penghuninya, sebuah permukiman membutuhkan kelengkapan fasilitas penunjang. Lingkungan bermukim yang ideal adalah dengan terdapatnya fasilitas-fasilitas lokal yang tersusun rapi dalam suatu kelompok hunian yang berada pada pusat permukiman, adanya hubungan antar rumah dengan hadirnya pedestrian untuk pejalan kaki, taman yang tersebar secara radial, hubungannya dengan lingkungan luar dan terdapatnya akses lalu lintas yang mudah (Eckbo 1964). Merunut pada Chiara dan Koppelman (1990), terdapat tujuh karakteristik yang harus diperhatikan dalam perencanaan kawasan permukiman yang layak huni, yaitu

22 5 1. kondisi tanah dan lapisan tanah, 2. air tanah dan drainase,. bebas tidaknya dari bahaya banjir perumahan, 4. bebas tidaknya dari bahaya-bahaya topografi, 5. pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah, penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan jaringan utilitas, 6. potensi untuk pengembangan ruang terbuka, dan 7. bebas tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sementara itu, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Desain Penanaman Desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di masa yang akan datang (Carpenter et al. 1975). Tanaman yang dipilih dan ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat dipelihara. Desain penanaman ini diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi maupun estetika atau desain. Dalam memilih tanaman untuk desain penanaman, faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain sifat fisik yang mencakup warna, tekstur, ukuran, bentuk, aroma dan fungsi, serta sifat ekologis atau hayati tanaman, meliputi persyaratan tumbuh tanaman terhadap iklim, tanah, air, udara, perbanyakan dan pemeliharaan. Faktor yang mempengaruhi desain penanaman antara lain biaya konstruksi dan pemeliharaan jangka panjang, serta kondisi tapak yang mencakup jenis tanah, topografi, drainase, iklim, lokasi, serta existing features.

23 6 Fungsi Tanaman dalam Lanskap Dalam kaitannya sebagai elemen utama tata hijau dalam lanskap kota khususnya permukiman, Booth (198) mengemukakan bahwa tanaman dalam lingkungan perkotaan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi struktural, fungsi lingkungan dan fungsi visual. Selain itu, tanaman juga menyediakan sumber makanan dasar dan habitat bagi kehidupan semua makhluk hidup melalui keterlibatannya dalam jaring-jaring makanan, transpirasi, kontrol iklim, penyimpanan air, bangunan tanah, penguraian bahan organik serta produksinya (Simonds 198). Tanaman mempunyai fungsi-fungsi penting dalam kehidupan manusia, yang dapat mempengaruhi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Fungsi-fungsi tanaman dalam kehidupan manusia menurut Grey dan Deneke (1978), Booth (198), dan Carpenter et al. (1975) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Fungsi Tanaman dalam Lanskap No. Fungsi Tanaman Spesifikasi 1. Perbaikan Iklim 1. Modifikasi suhu 2. Penghalang angin dan pergerakan udara. Pengontrol presipitasi dan kelembaban 4. Penyaring dan pengkayaan udara 2. Bidang Teknik 1. Pengontrol pembuangan air dan pengendali mutu air 2. Pengontrol bising. Penyerap polusi udara 4. Pengontrol sinar langsung ataupun pantulan 5. Pengontrol pergerakan 6. Pengontrol erosi tanah. Bidang Arsitektur 1. Pemersatu area 2. Sebagai layar. Pembentuk suasana pribadi 4. Sebagai daya tarik 5. Memberikan tema pada suatu lanskap 6. Memperlunak garis arsitektur 7. Kanopi pohon sebagai pembatas bidang atas 8. Pembatas ruang terbuka 9. Penghalang pemandangan buruk 4. Nilai estetik 1. Menampilkan keindahan bentuk, warna dan tekstur 2. Pembingkai pemandangan. Pelengkap elemen bangunan 4. Pemersatu elemen-elemen lanskap yang berbeda 5. Habitat kehidupan liar 1. Sebagai tempat tinggal 2. Sebagai tempat mencari makanan Sumber : Grey dan Deneke (1978), Booth (198) dan Carpenter et al. (1975)

24 7 Kriteria Fungsi Tanaman Agar dapat berfungsi dalam arsitektur lanskap, terdapat beberapa kriteria tanaman yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Pengontrol Visual Tanaman pagar yang rapat dan mempunyai ketinggian lebih dari 1,8 meter dapat menciptakan suasana pribadi dan agar dapat menghalangi sinar secara efektif, tanaman harus diletakkan pada tempat yang strategis antara sumber sinar dengan area yang akan dilindungi (Carpenter et al. 1975). Efektivitas tanaman dalam mengontrol sinar, baik sinar langsung maupun sinar pantulan tergantung dari ukuran tanaman, ketinggian tanaman dan kepadatan daun (Grey dan Deneke 1978). 2. Pembatas Fisik Penghalang fisik bagi manusia dan hewan diberikan oleh tanaman yang memiliki ketinggian antara 0,9-1,8 meter. Tanaman dengan ketinggian lebih dari 1,8 meter selain dapat menciptakan penghalang fisik yang baik, juga dapat digunakan sebagai pengontrol visual (Carpenter et al. 1975). Grey dan Deneke (1978) juga menambahkan bahwa tanaman yang berduri dapat menghalangi pergerakan.. Pengontrol Suhu Radiasi matahari dapat berpengaruh terhadap suhu lingkungan. Efektivitas pepohonan dalam menangkap radiasi matahari tergantung pada kepadatan daun, bentuk daun dan pola percabangan (Grey dan Deneke 1978). Susunan daun yang rapat, lapisan daun yang berganda atau tajuk yang rapat dapat menghalangi datangnya sinar matahari. Simonds (198) menyatakan bahwa pohon yang memiliki batas kanopi tinggi berguna dalam menangkap radiasi matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menghalangi sinar dan menurunkan temperatur adalah a. bertajuk lebar, b. bentuk daun lebar, dan c. ketinggian kanopi lebih dari 2 meter.

25 8 4. Penahan Angin Tanaman dapat mengontrol angin dengan cara menghalangi, mengarahkan atau memperkuat angin (Carpenter et al. 1975). Efektivitas penanamannya sebagai pembatas angin ditentukan oleh tinggi tanaman, lebar penanaman dan kerapatan daun. Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tingkat proteksi suatu area oleh angin tergantung pada tinggi pohon. Angin yang mempunyai arah tegak lurus terhadap deretan tanaman penahan angin gerakannya akan dipengaruhi sampai pada jarak 5-10 kali tinggi tanaman penghalang pada ruang dekat pohon dan sampai 0 kali tinggi tanaman pada bagian belakang. Lebar tanaman dan mudah tidaknya tanaman ditembus angin tergantung dari pengaturan tanaman yang baik agar dapat menahan angin, yaitu dengan mengkombinasikan antara pohon dan semak. Selain itu tanaman penghalang angin juga dapat mempengaruhi suhu daerah di belakangnya (Crockett 1971). 5. Pengontrol Presipitasi dan Kelembaban Kriteria tanaman yang dapat menangkap jatuhnya air hujan dan mengontrol pergerakan air ke tanah adalah tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar (berambut), pola percabangan horizontal dan tekstur batang yang kasar (Grey dan Deneke 1978). Tanaman dapat mengontrol kelembaban dengan melepaskan air ke udara melalui transpirasi. Semakin banyak jumlah daun, jumlah air yang dikeluarkan semakin banyak, dengan demikian kelembaban udara semakin tinggi (Carpenter et al. 1975). 6. Pengontrol Bising Efektivitas tanaman dalam mengontrol bising tergantung dari tinggi tanaman, kepadatan daun dan lebar penanaman. Tanaman yang mempunyai penutupan daun sampai bawah, lebih efektif dalam mengontrol bising. Secara umum vegetasi paling efektif digunakan untuk mengurangi kebisingan dengan frekuensi tinggi yang mengganggu (berbahaya). Beberapa tanaman dengan lebar kaki dapat mengurangi suara bising dengan frekuensi tertinggi antara db, tapi kurang efektif jika digunakan untuk mereduksi

26 9 kebisingan dengan frekuensi yang lebih rendah. Penanaman satu jenis tanaman tidak seefektif penanaman beberapa jenis tanaman, karena penanaman satu spesies hanya dapat menangkap suara dengan frekuensi rendah atau tinggi saja, tapi tidak efektif dalam mereduksi suara dengan frekuensi sedang (antara tinggi dan rendah). Selanjutnya Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tanaman berdaun tebal, cabang dan batang yang besar dan penanaman yang rapat serta cabang-cabang yang ringan, mudah bergerak sehingga menimbulkan suara merupakan tanaman yang efektif dalam mengontrol kebisingan. 7. Pengontrol Polusi Udara Polusi udara dapat berupa partikel debu atau gas (Grey dan Deneke 1978). Polutan yang berbentuk partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara efektif. Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang dan dedaunan pohon. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap polutan berupa gas yaitu a. mempunyai pertumbuhan yang cepat, b. tumbuh sepanjang tahun, c. percabangan dan daun yang padat, dan d. daun yang berambut. 8. Kontrol Erosi Erosi tanah dipengaruhi oleh daya perlindungan tanah terhadap angin dan air, karakteristik fisik tanah serta topografi. Erosi oleh angin dipengaruhi oleh kecepatan, waktu dan arah angin disamping faktor tanahnya itu sendiri seperti kelembaban, struktur fisik dan lapisan tanah. Pohon dan semak sejak lama digunakan untuk mencegah erosi akibat angin (Grey dan Deneke 1978). Menurut Carpenter et al. (1975), perlindungan terbaik terhadap erosi tanah adalah penutupan tanah dengan baik oleh vegetasi, karena tanaman dapat mereduksi pengaruh dari hujan pada tanah dan akarnya membantu menangkap partikel tanah yang dapat tercuci.

27 10 Estetika Tanaman dalam Lanskap Selain memperhatikan fungsi, penggunaan tanaman juga harus diperhatikan dari segi estetikanya yaitu bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri baik dari segi warna, aroma, tekstur dan bentuk (Carpenter et al. 1975). Nilai estetik atau nilai hias dari suatu tanaman dapat dilihat dari bentuk keseluruhan tanaman atau bentuk dari bagian-bagian tanaman seperti bentuk percabangan, bentuk daun, bunga dan buah. Selain itu dapat pula dilihat dari nilai aromatik dan nilai historiknya (Crockett 1971). Pemilihan tanaman selain harus memperhatikan segi visual juga perlu menyesuaikan antara kondisi fisik tapak dengan kondisi tanaman, perkembangan tanaman tersebut baik pada waktu muda maupun saat dewasa serta pemeliharaannya. Pemilihan yang tepat dan cermat akan sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu lanskap. Menurut Eckbo (1956), pemilihan tanaman perlu memperhatikan : 1. Klasifikasi hortikultur, meliputi syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran dan sifat adaptasi. 2. Klasifikasi budidaya, meliputi fungsi tanaman, ukuran dewasa tanaman, kecepatan tumbuh, sifat, umur, bentuk tekstur, warna, aroma dan budidaya. Penggabungan dari unsur-unsur perancangan seperti warna, bentuk, garis, tekstur, irama dapat menciptakan daya tarik estetis pada penanaman di suatu area. Carpenter et al. (1975) menyatakan bahwa prinsip yang perlu diperhatikan dalam merancang penanaman adalah kesederhanaan, skala, proporsi, keseimbangan, irama, kontras dan kesatuan yang dapat memberikan nilai keindahan dan menambah kualitas lingkungan.

28 11 METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan April 2010 sampai Juli Tahap pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Juni 2010, sementara pengolahan data dan penyusunan skripsi dilakukan pada bulan Juni 2010 hingga Juli Lokasi penelitian adalah Permukiman Bogor Nirwana Residence Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Kampus IPB Darmaga Bogor. Gambar 1 menunjukkan lokasi studi. Gambar 1. Peta Lokasi Studi (tanpa skala) Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam studi ini adalah kertas gambar dan peta lokasi. Sementara alat yang digunakan adalah kamera digital, alat tulis, meteran

29 12 dan komputer dengan software AutoCAD 2004, Adobe Photoshop CS, Microsoft Word 2007 dan Microsoft Excel Batasan Studi Hasil akhir dari penelitian ini dibatasi pada produk rekomendasi konsep tata hijau (block plan) untuk lanskap permukiman BNR. Sebagai area studi adalah permukiman Bogor Nirwana Residence, dengan sampel pengamatan pada gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, taman, hingga taman depan rumah. Metode Penelitian Penelitian dilaukan menggunakan metode survei. Pelaksanaannya meliputi pengumpulan data primer dan sekunder, kemudian dilakukan analisis data dan perumusan rekomendasi sebagai hasil akhir penelitian. Pengumpulan Data Tahap inventarisasi mencakup pengumpulan data di lokasi penelitian. Pengumpulan data mengenai desain penanaman dan trend yang sedang berkembang pada lokasi penelitian dilaksanakan melalui dua cara, yaitu survei lapang dan studi pustaka. Data yang diambil meliputi peta lokasi, letak dan batas kawasan, geologi, tanah dan topografi, iklim, sosial ekonomi, dan data vegetasi. Data vegetasi adalah elemen penanaman (jenis atau keragaman tanaman) dan penataan tanaman (proporsi atau komposisi tanaman). Komposisi tanaman diamati dengan cara mendata distribusi spasial tanaman dengan membuat gambar eksisting area yang diamati. Gambar-gambar eksisting dari tiap area studi dibandingkan sehingga pola penanaman yang ada lebih mudah diamati sehingga dapat dilacak kemiripan atau karakter utama yang muncul dari masing-masing area tersebut. Area yang diteliti mencakup gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, taman, hingga halaman rumah. Tabel 2 menunjukkan jenis data, parameter, bentuk data, cara dan sumber pengambilan data pada lokasi studi.

30 1 Tabel 2. Jenis, Parameter, Bentuk, Cara Pengumpulan dan Sumber Data No Jenis Data Parameter 1. Letak Geografis 2. Geologi, Tanah, dan Topografi Batas wilayah Luas wilayah Ketinggian tempat Struktur geologi Jenis/klasifikasi tanah ph Drainase Senyawa dalam tanah Topografi. Iklim Suhu udara Kelembaban Curah hujan 4. Sosial Ekonomi Aktivitas Fasilitas 5. Vegetasi Dominansi dan keragaman Fungsi tanaman Estetika tanaman Desain penanaman Bentuk Cara Data Pengumpulan Sumber Sekunder Studi literatur Pengelola kawasan permukiman terkait Sekunder Studi literatur Pengelola kawasan permukiman terkait Sekunder Studi literatur Pengelola kawasan permukiman terkait Primer- Sekunder Primer- Sekunder Tinjauan lapang, studi literatur Pengamatan lapang, pengukuran, kalkulasi, studi literatur Lapang, pengelola kawasan permukiman terkait Lapang, pengelola kawasan permukiman terkait Untuk memudahkan inventarisasi dan analisis, area studi dibagi menjadi beberapa bagian dengan kesamaan-kesamaan tertentu. Area jalan utama dibagi menjadi sembilan segmen berdasarkan kesamaan atau kemiripan desain penanamannya. Gerbang cluster mengambil 5 sampel cluster yang telah diselesaikan pada pengembangan tahap 1 yaitu Arga Nirwana, Bukit Nirwana 1, Padma Nirwana, The Panorama dan Tirta Nirwana. Untuk taman depan rumah, diambil masing-masing sampel rumah dari cluster, yaitu, Bukit Nirwana 1, Padma Nirwana dan The Panorama. Ketiga sampel taman rumah yang dipilih memiliki kesamaan tipe dan bentuk taman rumah sehingga mudah dibandingkan. Masing-masing sampel yang diambil memiliki penataan yang berbeda sehingga dapat mewakili berbagai trend desain penanaman yang ada.

31 14 1. Dominansi dan Keragaman Pelaksanaan studi meliputi pengamatan lapang dengan cara menginventarisasi jenis-jenis tanaman yang digunakan pada penanaman di setiap area studi. untuk mengetahui sebaran vegetasi/tanaman tersebut dilakukan penghitungan keragaman dan dominansi tanaman. Perhitungan dominansi penutupan kanopi dan keragaman spesies dilakukan mengikuti metode Shannon- Wiener dalam Vitasari (2004). a. Dominansi Tanaman Dominansi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut Luas Proyeksi Kanopi Spesies i x 100 % Dominansi = Luas Bidang Dasar Semua Spesies b. Keragaman Spesies Kompleksitas vegetasi yang digambarkan dengan keragaman dihitung dengan rumus H = - Pi ln Pi dimana Pi = Ni / N total Keterangan : Pi = Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies Ni = Jumlah individu spesies i N total = Jumlah total individu H = Indeks keragaman Shannon-Wiener Nilai perhitungan indeks keragaman (H) tersebut menunjukkan bahwa jika: H<1 = Keragaman spesies rendah 1<H< = Keragaman spesies sedang H> = Keragaman spesies tinggi

32 15. Pola Penanaman Pola penanaman yang ada pada setiap area studi diamati dan dibuat gambar spasialnya dengan bantuan software AutoCAD. Gambar eksisting dari setiap kelompok area kemudian dibandingkan berdasarkan kemiripan pola yang muncul. Pola penanaman yang diperoleh untuk area jalan berbeda dengan area studi lainnya. Pada lanskap jalan, pada umumnya penanaman yang ada mengikuti pola linear, sementara pada area lainnya yaitu gerbang utama, gerbang cluster, taman dan taman rumah dapat lebih beragam mengikuti pola formal (geometrik) atau informal (organik), serta simetris atau asimetris. Gambar 2. Contoh Pola Desain Penanaman pada Taman Depan Rumah 4. Aspek Fungsi dan Estetika Penilaian aspek fungsi dan estetika dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan hasil pengamatan di lapang secara keseluruhan. Tabel menunjukkan aspek yang dinilai pada masing-masing area studi. Tapak yang telah diinventarisasi beserta elemen-elemen yang ada di dalamnya dibuat kembali gambarnya menggunakan software AutoCAD, kemudian ditentukan fungsi penanaman yang dibutuhkan pada setiap area studi. Selanjutnya ditentukan area penanaman ideal yang dapat memenuhi masingmasing fungsi tersebut. Skoring dilakukan dengan membandingkan luas area tapak yang memenuhi kriteria yang ditetapkan sesuai standar penilaian pada area penanaman ideal, yaitu : 4 (empat) bila volume pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati 81 % (tiga) bila volume pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati % 2 (dua) bila volume pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati % 1 (satu) bila volume pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati 40 %

33 16 Nilai yang telah didapatkan dihitung sesuai bobot masing-masing kriteria yang telah ditetapkan. Pembobotan ini penting karena ada kriteria yang menjadi faktor kritis dari setiap komponen yang dinilai. Penilaian untuk masing-masing kriteria tersebut dijumlahkan sehingga diperoleh nilai total untuk setiap komponen aspek. Nilai total yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai ideal atau total maksimum yang dapat diperoleh masing-masing komponen lalu diubah ke dalam bentuk persen sehingga total bobot penilaian dapat dikelompokkan kembali menjadi 4 kategori penilaian akhir untuk setiap aspek. Persyaratan pemenuhan kriteria sebagai berikut : Sangat Baik bila pemenuhan kriteria 81 % Baik bila pemenuhan kriteria % Buruk bila pemenuhan kriteria % Sangat Buruk bila pemenuhan kriteria 40 % Tabel. Matriks Area Studi dan Aspek Penilaian Area Pembatas Visual (Screen) Kontrol Kesilauan Penahan Angin Aspek Penilaian Peneduh Penahan Erosi Pengarah Estetika Gerbang Utama Jalan Utama Gerbang Cluster Taman Publik Taman Depan Rumah a. Aspek Fungsi Penilaian aspek fungsi hanya dilakukan untuk tanaman pada lanskap jalan utama dan taman publik. Tanaman yang diinventarisasi pada lanskap jalan utama dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Komponen aspek fungsi yang diamati meliputi fungsi tanaman sebagai pembatas visual, penahan angin, kontrol kesilauan, peneduh, penahan erosi dan pengarah. Sedangkan untuk tanaman pada taman publik, komponen yang diamati meliputi fungsi tanaman sebagai pembatas visual, penahan angin, peneduh dan penahan erosi. Pengelompokan fungsi tanaman dilakukan dengan menggunakan standar penilaian berupa kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

34 17 Tabel 4. Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman Jalan No Komponen Penilaian Nilai Kriteria Penilaian Aspek Fungsi di Lapang Ideal Bobot 1. Pembatas a) Pohon, perdu atau semak > 1.5m 1) 2) ) % Visual b) Tajuk bersinggungan / overlapping 2) % (Screen) c) Ditanam berbaris atau membentuk massa 1) ) % d) Massa daun rapat ) % Jumlah Total % 2. Kontrol a) Tanaman perdu/semak, ketinggian + 1.5m 1) ) % Kesilauan b) Ditanam rapat/berkelompok 1) ) % (Median) c) Kontinu/komposisi menahan silau dengan baik 1) ) % d) Bermassa daun padat/rimbun 1) ) % e) Berdaun sempit atau tebal 4) % f) Berbatang lunak ) % Jumlah Total %. Peneduh a) Pohon dengan tinggi sedang atau < 15m 1) ) % b) Bentuk tajuk spread/bulat/dome/irregular 4) % c) Peletakan sesuai orientasi objek yang dinaungi 4) % d) Tajuk bersinggungan ) % e) Bermassa daun padat 4) % f) Percabangan 5m di atas tanah ) % g) Ditanam secara kontinu/teratur ) % Jumlah Total % 4. Penahan Erosi Tanaman Pendek a) Penutupan merata 1) ) % b) Ditanam secara massal 1) ) % c) Penutup tanah tahunan/rumput 1) ) % Jumlah Total % Pohon a) Penutupan merata 1) ) % b) Pohon konifer (berdaun jarum) 1) ) % c) Percabangan horizontal 1) ) % d) Kulit batang kasar 1) ) % Jumlah Total % 5. Pengarah a) Ditanam secara massal/berbaris/linear 1) 4) % b) Kontinu 1) 4) % c) Perdu dengan ketinggian -6m atau pohon dengan % ketinggian 6m 1) 4) d) Jarak tanam teratur 1) 4) % e) Berkesan rapi dan memudahkan orientasi 4) % Jumlah Total % Total Sumber : 1) Carpenter et al. (1975) 2) Booth (198) ) Grey dan Deneke (1978) 4) Departemen Pekerjaan Umum (1996) dalam Vitasari (2004)

35 18 Tabel 5. Kriteria Penilaian Aspek Fungsi Tanaman pada Taman Publik No Komponen Penilaian Nilai Kriteria Penilaian Aspek Fungsi di Lapang Ideal Bobot 1. Pembatas a) Pohon, perdu atau semak > 1.5m 1) 2) ) % Visual b) Tajuk bersinggungan / overlapping 2) % (Screen) c) Ditanam berbaris atau membentuk massa 1) ) % d) Massa daun rapat ) % Jumlah Total % 2. Penahan a) Pohon tinggi 1) ) % Angin b) Kombinasi pohon dan semak atau penanaman % berlapis 1) ) c) Ditanam berbaris atau membentuk massa 1) % d) Jarak tanam rapat 1) % e) Tidak berdaun besar 1) ) % f) Daun tidak mudah rontok 4) % Jumlah Total %. Peneduh a) Pohon dengan tinggi sedang atau < 15m 1) ) % b) Bentuk tajuk spread/bulat/dome/irregular 4) % c) Peletakan sesuai orientasi objek yang dinaungi 4) % d) Tajuk bersinggungan ) % e) Bermassa daun padat 4) % f) Percabangan 2,5m di atas tanah ) % g) Ditanam secara kontinu/teratur ) % Jumlah Total % 4. Penahan Erosi Tanaman Pendek a) Penutupan merata 1) ) % b) Ditanam secara massal 1) ) % c) Penutup tanah tahunan/rumput 1) ) % Jumlah Total % Pohon a) Penutupan merata 1) ) % b) Pohon konifer (berdaun jarum) 1) ) % c) Percabangan horizontal 1) ) % d) Kulit batang kasar 1) ) % Jumlah Total % Total Sumber : 1) Carpenter et al. (1975) 2) Booth (198) ) Grey dan Deneke (1978) 4) Departemen Pekerjaan Umum (1996) dalam Vitasari (2004) b. Aspek Estetika Penilaian aspek estetika dilakukan untuk tanaman pada semua area studi, yaitu gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, taman publik dan taman rumah. Komponen aspek estetika yang dinilai meliputi pemilihan tanaman dan pengaturan tanaman (gradasi/repetisi, kesatuan/tema, aksen (kontras/focal point), dominansi dan keseimbangan) dengan mengikuti standar kriteria pada Tabel 6.

36 19 Tabel 6. Kriteria dan Penilaian Aspek Estetika Tanaman No Komponen Aspek Estetika Kriteria Penilaian Penilaian di Lapang 1. Pemilihan a) Bentuk tajuk dan percabangan menarik 1) 2) Tanaman b) Ukuran skalatis 1) 2) c) Terdapat variasi warna (batang, daun, bunga, buah) 1) 2) Pengaturan a. Gradasi / Repetisi Tanaman Nilai Ideal d) Tekstur tanaman menarik 1) 2) Jumlah Total % a) Terdapat perubahan warna untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu 1) 2) b) Terdapat perubahan bentuk untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu 1) 2) c) Terdapat perubahan tekstur untuk tiap kelompok tanaman pada jarak tertentu 1) 2) Jumlah Total % b. Kesatuan / Tema a) Memiliki kesatuan tema garis dengan lingkungan sekitar 1) 2) ) b) Memiliki kesatuan bentuk dengan lingkungan sekitar 1) 2) ) c) Memiliki kesatuan warna dengan lingkungan sekitar 1) 2) ) d) Dominansi terlihat (terdapat pola/tanaman tertentu yang dapat terekam dengan apik) 1) 2) ) Jumlah Total % c. Aksen (Kontras/Focal Point) a) Memiliki aksen dari segi pengelompokan tanaman secara massal atau individu dengan struktur 1) 2) ) unik/khas b) Memiliki aksen dari pengelompokan warna/bentuk/tekstur tertentu dari tanaman 1) 2) ) Jumlah Total % d. Keseimbangan a) Terciptanya keseimbangan dari komposisi tanaman secara visual baik yang bersifat formal (geometrik/simetris) ataupun secara informal (nongeometrik/asimetris) 1) Jumlah Total % Total Sumber : 1) Carpenter et al. (1975) 2) Booth (198) Grey dan Deneke (1978) Departemen Pekerjaan Umum (1996) dalam Vitasari (2004)

37 20 Analisis Data Tahap pengolahan data adalah kegiatan analisis dari kondisi tapak yang telah diinventarisasi. Analisis yang dilakukan yaitu mengidentifikasi elemen desain penanaman, penataan penanaman pada area studi, serta fungsi dan estetika penanaman, kemudian melacak pola desain penanaman yang diterapkan pada masing-masing area studi. Desain penanaman yang didapat kemudian dikelompokkan menurut polanya dengan mempertimbangkan proporsi tanaman yang ada. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Perumusan Rekomendasi Tahap akhir dari penelitian ini merupakan penyusunan hasil analisis yang disusun dalam bentuk block plan yang berisi rekomendasi konsep tata hijau untuk lanskap perumahan Bogor Nirwana Residence. Diharapkan rekomendasi konsep tata hijau ini dapat menjadi rekomendasi pengembangan desain penanaman lanskap permukiman di masa mendatang.

38 21 Pendalaman Teori Sesuai Tujuan dan Ruang Lingkup Studi Pengumpulan Data melalui Pengamatan Lapang, Pengukuran, Pemotretan, Studi Literatur dan Wawancara di Lokasi Studi Permukiman Bogor Nirwana Residence pengumpulan data Analisis Data pada Masing-masing Lokasi Studi Dominansi dan Keragaman Tanaman pada Gerbang Fungsi dan Estetika Utama, Jalan Utama, Tanaman meliputi Trend Desain Penanaman Gerbang Cluster, Taman Penilaian dan Pembobotan pada Gerbang Utama, Jalan Publik dan Taman Depan Rumah meliputi Kalkulasi (Sangat Baik, Baik, Buruk dan Sangat Buruk) Utama, Gerbang Cluster, Taman Publik dan Taman analisis Presentase dan berdasarkan Kriteria Depan Rumah Pengelompokan (Tinggi, Standar Sedang dan Rendah) Membandingkan dan Mendeskripsikan Dominansi, Keragaman, Fungsi, Estetika dan Trend Desain Penanaman pada Lokasi Studi Perumusan Rekomendasi Konsep Tata Hijau dari Aspek Fungsi, Estetika serta Trend Desain perumusan rekomendasi Gambar. Tahapan Penelitian

39 22 KONDISI UMUM Luas, Letak, Batas Kawasan Berdasarkan masterplan, BNR sebagai kawasan permukiman dan pariwisata memiliki luas lahan sebesar 1200 ha. Secara administratif, BNR terletak pada dua kelurahan yaitu Kelurahan Mulyaharja dan Kelurahan Rangga Mekar, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. BNR terletak di kaki Gunung Salak dengan ketinggian sekitar 400 meter di atas permukaan laut. Area BNR berbatasan dengan tegalan (Kelurahan Empang) di sebelah utara, Sungai Cipinang Gading dan permukiman penduduk (Kelurahan Rangga Mekar) di sebelah timur, permukiman penduduk (Kelurahan Sukamantri dan Kelurahan Pamoyanan) di sebelah selatan, serta tegalan dan Sungai Cisadane (Kelurahan Mulyaharja dan Kelurahan Pasirjaya) di sebelah barat. Dari area BNR dapat terlihat view ke arah Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango. Aksesibilitas Perumahan BNR cukup strategis dan dapat diakses dari beberapa jalur, yaitu dari Batutulis dan Dreded-Pahlawan. Keduanya dapat diakses dalam waktu relatif singkat dari Jalan Tol Jagorawi. Selain itu, untuk menuju perumahan ini dari Jakarta dapat pula melalui jalur tol Jakarta-Bogor. Boulevard BNR termasuk ke dalam perencanaan jalan tol Bogor inner ring road, sehingga nantinya akses masuk ke perumahan ini akan semakin mudah. Iklim Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Bogor tahun 2008, suhu udara rata-rata di kawasan perumahan BNR adalah 25,5 C. Rata-rata curah hujan tahunan mencapai 4028mm/tahun dengan kelembaban udara tertinggi 90% dan rata-rata kecepatan angin 2,5km/jam.

40 2 Geologi dan Tanah Berdasarkan analisis Service Laboratory Seameo Biotrop, tanah di kawasan BNR tergolong tanah latosol cokelat. Tanah latosol merupakan tanah yang mengalami pelapukan intensif dan perkembangan lanjut, dimana umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, sehingga memiliki sifat tanah subur dan bertekstur remah. Selain latosol, pada daerah bantaran sungai juga terdapat tanah aluvial (Suryani 2007). Topografi kawasan bervariasi mulai dari datar hingga agak landai pada area perumahan dan komersial, dan landai hingga curam pada area penghijauan. Lokasi BNR di kaki Gunung Salak memberi corak lanskap berupa banyak batuan baik di permukaan maupun di dalam tanah. Batuan yang berasal dari letusan Gunung Salak ini juga ditemukan di sungai-sungai yang melintasi kawasan maupun berbatasan dengan kawasan. Sosial Ekonomi Penghuni BNR berasal dari Bogor maupun luar Bogor. Sebagian rumah di BNR telah ditempati sebagai rumah hunian dan sebagian lainnya sebagai rumah peristirahatan di akhir pekan. Terdapat pula rumah-rumah yang sengaja tidak dihuni, hanya sebagai investasi pemiliknya. Dilihat dari nilai jual rumah dan daya beli konsumen, penghuni BNR dapat digolongkan dalam status sosial menengah ke atas, dengan kesenjangan cukup tinggi dibandingkan area sekitarnya yang masih berupa perumahan sederhana. Sejarah Pengembangan Pada awalnya, permukiman ini bernama Graha Bogor Indah (GBI) yang baru dikembangkan seluas 100 ha. GBI pertama kali dikembangkan pada tahun 1989 oleh PT Aliyah Panca Ha fat (APH). Pada tahun 1997, permukiman ini diakuisisi oleh PT Graha Andrasentra Propertindo (GAP). PT GAP merupakan anak perusahaan dari Bakrieland Tbk. Company yang menjalankan usaha di bidang perumahan, apartemen, hotel dan resort, telekomunikasi, industri serta

41 24 pendidikan. Pada tahun 2004, nama GBI diubah menjadi Bogor Nirwana Residence (BNR). PT GAP mengembangkan BNR dengan konsep Inspired by Nature, yaitu konsep hunian premium yang menghadirkan suasana alami dan keasrian alam sekitar berupa hawa pegunungan serta view sekitar permukiman berupa pegunungan dan sungai. PT GAP melanjutkan pengembangan tahap I yang sebelumnya dikelola oleh PT APH, serta fokus pada pengembangan tahap selanjutnya. Untuk mendukung konsep alami, sebanyak 60% dari luas area keseluruhan direncanakan menjadi ruang terbuka hijau. Area perumahan BNR sebagian besar ditata dalam sistem cluster, dimana sekelompok rumah berada dalam satu area dengan hanya satu jalan masuk atau keluar, sehingga lebih menjamin keamanan penghuni. Setiap cluster memiliki penataan lanskap yang menarik dengan fasilitas pendukung yang memadai. Beberapa cluster yang terdapat di BNR antara lain Tirta Nirwana, Bayu Nirwana, The Panorama, Bukit Nirwana 1 dan 2, Padma Nirwana, Arga Nirwana dan Grand Harmony 1 hingga 5. Cluster lainnya masih dalam tahap pengembangan, antara lain The Cliff dan Cendana. Fasilitas dan Utilitas Sebagai sebuah permukiman terintegrasi, BNR tidak hanya terdiri dari area hunian, tapi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut di antaranya kawasan Nirwana Epicentrum yang terdiri dari lifestyle center, komplek pendidikan (Bakrie University dan Madania), Orchard Walk Mall, Orchard Walk Arcade, community center (Flona Walk), Aston Bogor Hotel & Resort, lapangan golf 18 hole dan wahana permainan air The Jungle Waterpark. Selain itu, terdapat pula taman ketetanggaan di beberapa cluster sebagai tempat berkumpul para penghuni dan mushola yang berdampingan dengan club house di setiap cluster. Fasilitas masjid raya juga akan tersedia di kawasan perumahan BNR. Pada saat penelitian berjalan, masjid raya yang terletak tidak jauh dari Marketing Office BNR ini masih dalam tahap pembangunan.

42 25 Jalan Utama Kawasan BNR Sumber : Google Earth Gambar 4. Peta Jalan Utama Kawasan Permukiman Bogor Nirwana Residence (tanpa skala)

43 26 Elemen Tanaman Elemen tanaman pada lokasi studi dapat digolongkan sebagai berikut. 1. Pohon, yang berfungsi sebagai peneduh, pengarah, penghalang terik matahari, pengatur iklim mikro, mempertegas ruang, memberikan keseimbangan lingkungan, memberikan kenyamanan dan menambah nilai estetik. 2. Semak atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas visual, pengarah, pereduksi silau cahaya dari lampu kendaraan (pada jalan), pencegah erosi dan pemberi nilai estetik.. Penutup tanah (groundcover), yang berfungsi sebagai pembatas jalan, mengurangi silau cahaya matahari maupun lampu, mencegah erosi dan menambah nilai estetik. 4. Rumput, sebagai pencegah erosi, alas dan penambah nilai estetik. 5. Tanaman merambat, untuk memperlunak kesan keras dari hard material dan menambah nilai estetik. 6. Tanaman air, sebagai penambah nilai estetik. Tabel 7 menunjukkan jenis pohon, semak/perdu, penutup tanah, tanaman memanjat, rumput dan tanaman air yang ada di lokasi studi, sementara Tabel 8 menunjukkan sebaran jenis tanaman pada lokasi studi. Tabel 7. Jenis Tanaman di Lokasi Studi Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi GU Jalan GC TP TDR Pohon Achras zapota L. Sawo manila Amherstia nobilis Wall. Bunga ratu Annona squarrosa L. Srikaya Areca catechu L. Pinang Bismarckia nobilis Hildebr & H.Wendl Palem bismarck Callistemon citrinus Sikat botol Canarium commune L. Kenari Cerbera odollam Gaertn. Bintaro Citrus aurantifolia Jeruk nipis Cocos nucifera L. Kelapa Cupressus sempervirens L. Cemara lilin Cycas revoluta Thunb. ex Murray Sikas Cyrtostachys renda Blume Palem merah Diospyros celebica Bakh. Eboni Erythrina crista-galli L. Dadap merah

44 27 Tabel 7. (Lanjutan) Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi GU Jalan GC TP TDR Ficus benjamina L. Beringin bonsai Filicium decipiens (Wight & Arn) Thwaites Kerai payung Licuala grandis H. Wendl. Palem kol Livistona chinensis (Jacq.) R. Br. ex Martelli Palem kipas Livistona rotundifolia (Lam.) Martelli Palem sadeng Mangifera indica L. Mangga Mimusoph elengi L. Tanjung Muntingia calabura Kersen Nephelium lappaceum L. Rambutan Phoenix canariensis Hort ex Wendl. Palem phoenix Phoenix roebelenii O Brien Palem kurma mini Pinus merkusii Jungh. & de Vriese Pinus Plumeria alba Kamboja Polyalthia longifolia (Sonn.) Thwaites Glogogan tiang Psidium guajava L. Jambu biji Ptychosperma macarthurii (H.Wendl. ex HJ Veitch) H. Wendl. ex Hook. f. Palem hijau Ravenala madagascariensis Sonn. Pisang kipas Roystonea regia Palem raja Samanea saman (Jacq.) Merr. Ki hujan Solanum macranthum Terong hias Spathodea campanulata Beauv. Kecrutan Syzygium aromaticum Cengkeh Syzygium oleana Pucuk merah Syzygium polyanthum (Wight) Walp Salam Tabebuia donnell-smithii J.N. Rose Tabebuya Terminalia mantaly R.H. Perry Ketapang kencana Thuja orientalis L. Cemara kipas Veitchia merilii Palem putri Wodyetia bifurcata W. Irving Palem ekor tupai Semak/Perdu Acalypha godseffiana Daun renda merah Acalypha macrophylla Teh-tehan Acalypha wilkesiana Mull. Arg. Daun renda Adenium sp. Kamboja jepang Aerva sanguinolenta (L.) Blume Sablo laut Agave angustifolia HAW Agave Agave attenuate Siklok Alpinia zerumbet (Pers.) B.L.Burtt & R.M.Smith Lengkuas merah Anthurium crystallinum Kuping gajah Arundinaria pumila Bambu jepang Beaucarnea recurvata Nolina Bougainvillea spectabilis Willd. Bougenvil Calathea picturata Marantha merah Codiaeum variegatum Blume Puring Coleus blumei Benth. Jewer kotok

45 28 Tabel 7. (Lanjutan) Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi GU Jalan GC TP TDR Colocasia esculenta (L.) Schott Talas-talasan Cordyline australis Pandan bali Cordyline terminalis Kunth. Hanjuang Dieffenbachia sp. Balancing Dracaena laureirii Drasena Dracaena marginata Drasena Duranta repens L. Pangkas kuning Duranta erecta variegata Anak nakal Euodia suaveolens Zodia Euphorbia milii Euphorbia Excoecaria bicolor Hassk. Simbang darah Furcraea gigantean Vent. Giant false agave Heliconia psittacorum L. Pisang hias Hippeastrum hybrid Amarilis Hymenocallis speciosa (Salisb.) Salisb. Spider lily Ixora javanica Blume DC. Soka jawa Ixora sp. Soka Ixora speciosa Soka mini Jatropha pandurifolia Batavia Marantha sp. Marantha hijau Neomarica longifolia Lk. et Otto Iris Osmoxylum lineare Aralia Pachystachys lutea Lolipop Pachystachys lutea 'Shrimp plant' Lolipop merah Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandan Phyllanthus niruri Cendrawasih Rhapis excelsa (Thunb.) Henry ex Rehder Palem wregu Rhododendron sp. Azalea Rosa sp. Mawar Russelia equisetiformis Air mancur Schefflera arboricola Walisongo Tabernaemontana corymbosa Roxb. Krimbosa Penutup Tanah dan Rumput Ananas comosus (L.) Merr. Nanas hias Arachis pintoi Kacang-kacangan Asparagus densiflorus Asparagus Axonopus compressus Rumput paetan Axonopus compressus 'Dwarf' Rumput gajah mini Bromelia sp. Bromelia Carex morrowii Kucai Carex morrowii variegata Lili alang putih Catharantus roseus (L.) G.Don Tapak dara Chlorophytum comosum (Thunb.) Baker Lili paris Cryptanthus sp. Nanas hias Cuphea hyssopifolia Taiwan beauty Ipomoea sp. Ubi hias

46 29 Tabel 7. (Lanjutan) Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi GU Jalan GC TP TDR Lantana camara L. Lantana Nemophilia menziesii Baby blue eyes Nephrolepis exaltata Paku jejer Ophiopogon japonicas (L.f.) Ker Gawl Kucai mini Rhoeo discolor Adam hawa Sansevieria hahnii Kaktus kodok Sansevieria trifasciata Prain Sansevieria Spathiphyllum wallisii Spatipilum Spathoglotis plicata BL Anggrek tanah ungu Wedelia biflora (L.) DC. Seruni rambat Zephyranthes rosea Bawang-bawangan Tanaman Memanjat Allamanda cathartica L. Alamanda Jasminum pubescens Willd. Melati rambat Monstera deliciosa Liebm. Monstera robek Passiflora edulis Sims. Pasiflora Philodendron selloum C. Koch Daun pilo Scindapsus aureus Sirih belanda Syngonium podophyllum Schott Syngonium Tanaman Air Cyperus alternifolius L. Papirus Echinodorus sp. Melati air Equisetum hymale Futoi Hanguana malayana (Jacq.) Merr. Hanguana Nelumbo nucifera Gaertn. Lotus Typha angustifolia L. Alang-alang air Keterangan : GU = Gerbang Utama, GC = Gerbang Cluster, TP = Taman Publik, TDR = Taman Depan Rumah Sumber : pengamatan lapang Tipe Tanaman Tabel 8. Jumlah dan Jenis Tanaman pada Masing-masing Area Studi Gerbang Utama Jalan Lokasi Gerbang Cluster Taman Publik Taman Rumah Individu Spesies Individu Spesies Individu Spesies Individu Spesies Individu Spesies Pohon Semak/Perdu Penutup Tanah dan Rumput Tanaman Memanjat Tanaman Air Jumlah Sumber : pengamatan lapang spesies

47 0 ANALISIS Dominansi dan Keragaman Dominansi Tanaman Dari hasil perhitungan dominansi tanaman pada lokasi studi, didapatkan bahwa spesies dengan nilai dominansi tertinggi pada sebagian besar area studi adalah rumput, baik rumput gajah (Axonopus compressus) maupun rumput gajah mini (Axonopus compressus Dwarf ). Penggunaan rumput menjadi dominan dibandingkan spesies tanaman lainnya karena fungsinya sebagai alas pada lanskap dengan sifat tahan injakan serta fungsinya dalam mencegah erosi sekaligus menambah nilai estetik pada lanskap. Selain rumput paetan, rumput gajah mini juga cenderung dipilih karena pemeliharaannya yang mudah dan tidak memerlukan pemangkasan. Tabel 9 menunjukkan tanaman dengan nilai dominansi tertinggi pada tiap lokasi studi, sementara perhitungan dominansi dan keragaman pada masing-masing area studi disajikan pada Tabel Lampiran 1. Jalan Utama Pada lokasi studi jalan utama dengan luas area penanaman kurang lebih m² yang terdiri dari sembilan segmen, jenis pohon yang memiliki nilai dominansi tertinggi hampir semuanya merupakan pohon pengarah dengan nilai dominansi rata-rata mencapai 4,7 %. Nilai ini melebihi nilai dominansi penutup tanah sebesar 7,2 %, semak atau perdu sebesar, %, tanaman air dan tanaman memanjat masing-masing kurang dari 1 %. Tanaman pengarah yang mendapat nilai dominansi tertinggi tersebut yaitu palem raja (Roystonea regia) sebesar 57,4 % pada segmen 1 dan 1,9 % pada segmen 2, dadap merah (Erythrina cristagali) sebesar 6,7 % pada segmen, eboni (Diospyros celebica) sebesar 46, % pada segmen 4, tanjung (Mimusoph elengi) sebesar 6,7 % pada segmen 5, kenari (Canarium commune) sebesar masing-masing 41,7 % dan 29,6 % pada segmen 6 dan 7, pinus (Pinus merkusii) sebesar 4,9 % pada segmen 8, serta ki hujan (Samanea saman) sebesar 99,4 % pada segmen 9. Gambar 5 menunjukkan contoh pohon pengarah yang memiliki nilai dominansi tinggi pada jalan utama.

48 1 Tabel 9. Jenis Tanaman dengan Nilai Dominansi Tertinggi pada Masing-masing Lokasi Studi Penutup Tanah Pohon Semak/Perdu Lokasi (Groundcover) Tanaman Memanjat Tanaman Air Nama % Nama % Nama % Nama % Nama % Jalan Utama Segmen 1 (Gerbang Utama- Median) Roystonea regia 57,4 Aerva sanguinolenta 1,7 Axonopus compressus 1,7 Segmen 2 (Blok Palem Kurma) Roystonea regia 2,0 Hymenocallis speciosa 1,5 Axonopus compressus 1,0 Segmen Erythrina Aerva Axonopus (Blok Palem Putri) cristagali 6,7 Segmen 4 Diospyros (Blok Eboni) celebica 46, Segmen 5 (Blok Salam - Jembatan) Mimusoph elengi 6,7 sanguinolenta,6 Aerva sanguinolenta 6,4 compressus 78,7 Axonopus compressus 40,0 Bougainvillea spectabilis 4,2 Axonopus compressus 40,8 Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1) Canarium commune 41,7 Aerva sanguinolenta 2,1 Axonopus compressus 28,8 Philodendron selloum 0,0 Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2) Canarium commune 29,6 Aerva sanguinolenta 6, Axonopus compressus 4,8 Philodendron selloum 0,0 Hanguana malayana 0,1 Segmen 8 (Blok Palem Sadeng ) Pinus merkusii 4,9 Euphorbia milii 0,6 Axonopus compressus 48,6 Segmen 9 (Orchard Walk) Samanea saman 99,4 Nephrolepis exaltata 0, Rata-rata 4,7, 7,2 0,0 0,1 1

49 2 Tabel 9 (Lanjutan) Penutup Tanah Pohon Semak/Perdu Lokasi (Groundcover) Tanaman Memanjat Tanaman Air Nama % Nama % Nama % Nama % Nama % Gerbang Cluster Arga Nirwana Tabebuia donnell-smithii 25,6 Furcraea gigantea 1, Axonopus compressus 'Dwarf' 65,8 Bukit Nirwana I Phoenix canariensis 12,5 Sansevieria trifasciata 2,1 Axonopus compressus 'Dwarf' 65, Padma Nirwana Livistona rotundifolia 4,4 Spathoglotis plicata 0,9 Axonopus compressus 'Dwarf' 8,2 The Panorama Samanea saman 22,9 Codiaeum variegatum 2,0 Axonopus compressus 'Dwarf' 5,1 Tirta Nirwana Livistona Schefflera Axonopus compressus Allamanda Typha 14, 2,2 rotundifolia arboricola 'Dwarf' 59,8 cathartica 7,1 angustifolia 1,9 Rata-rata 16,0 1,7 65,4 7,1 1,9 Taman Publik Taman Kolam Heliconia Cyperus 61,5 Samanea saman psittacorum 0,4 Axonopus compressus 2,6 alternifolius 0,1 Arga Nirwana Samanea saman 66,7 Pachystachys lutea 8,0 Zephyranthes rosea 19,8 Padma Nirwana Samanea saman 9,5 Beaucarnea recurvata 0,2 Axonopus compressus 'Dwarf' 75,1 The Panorama Samanea saman 28,5 Callistemon citrinus 2,0 Axonopus compressus 'Dwarf' 49,8 Rata-rata 41,5 2,6 42,1 0,1 2

50 Tabel 9 (Lanjutan) Penutup Tanah Pohon Semak/Perdu Lokasi (Groundcover) Tanaman Memanjat Tanaman Air Nama % Nama % Nama % Nama % Nama % Taman Depan Rumah Bukit Nirwana I 5/1 Cyrtostachys renda,4 Tabernaemontana corymbosa 5,6 Axonopus compressus 'Dwarf' 8,7 Bukit Nirwana I 8/19 Neomarica longifolia 7, Axonopus compressus 'Dwarf' 85,6 Monstera deliciosa 0,8 Bukit Nirwana I 8/28 Cupressus sempervirens 8,7 Spathoglotis plicata 8,5 Axonopus compressus 'Dwarf' 64,2 Jasminum pubescens 1,2 Nelumbo nucifera 4,9 Padma Nirwana I/21 Cupressus sempervirens 2,7 Aerva sanguinolenta 5,7 Axonopus compressus 'Dwarf' 85, Padma Nirwana I/25 Adenium sp. 1,0 Neomarica longifolia 9,6 Axonopus compressus 'Dwarf' 80,4 Padma Nirwana I/65 Psidium guajava 1,5 Aerva sanguinolenta 1,0 Axonopus compressus 'Dwarf' 6,4 Panorama 2/8 Ficus benjamina 2,2 Calathea picturata 4,5 Axonopus compressus 'Dwarf' 67,8 Panorama /5 Cupressus sempervirens 4,1 Spathiphyllum wallisii 6,8 Axonopus compressus 'Dwarf' 64,4 Panorama /7 Plumeria alba 6,0 Neomarica longifolia 7,1 Axonopus compressus 'Dwarf' 80,1 Equisetum hymale 0,0 Rata-rata 5,2 7, 75,0 1,0 2,4

51 4 Untuk jenis semak atau perdu, tanaman yang mendapat nilai dominansi tertinggi terdiri dari sablo laut (Aerva sanguinolenta) pada segmen 1, segmen, segmen 4, segmen 6 dan segmen 7 berturut-turut sebesar 1,7 %,,6 %, 6,4 %, 2,1 % dan 6, %. Jenis lainnya adalah spider lily (Hymenocallis speciosa) sebesar 1,5 % pada segmen 2, bugenvil (Bougainvillea spectabilis) sebesar 4,2 % pada segmen 5, serta euphorbia (Euphorbia milii) sebesar 0,6 % pada segmen 8. Segmen 9 tidak memiliki tanaman semak atau perdu. a Gambar 5. Pohon Pengarah dengan Dominansi Tinggi pada Jalan Utama. a) Palem Raja (Roystonea regia) pada Segmen 1, b) Pinus (Pinus merkusii) pada segmen 8 Spesies tanaman penutup tanah yang mendominasi pada segmen 1 hingga segmen 8 adalah rumput paetan (Axonopus compressus) berturut-turut sebesar 1,7 %, 1 %, 78,7 %, 40 %, 40,8 %, 28,8 %, 4,8 % dan 48,6 %, dan pada segmen 9 terdapat paku jejer (Nephrolepis exaltata) sebesar 0, %. Tanaman memanjat hanya terdapat pada segmen 7 dan 8, yaitu daun pilo (Philodendron selloum) dengan nilai dominansi masing-masing 2 individu per 1000 meter persegi dan 4 individu per meter persegi. Pada jalan utama hanya terdapat satu spesies tanaman air yaitu hanguana (Hanguana malayana) dengan nilai dominansi 0,1 % pada segmen 7. b Gerbang Cluster Pada gerbang cluster, tipe tanaman dengan nilai dominansi rata-rata tertinggi adalah tanaman penutup tanah, yaitu rumput gajah mini sebesar 65,4 % diikuti pohon dengan nilai rata-rata 15,9 %, tanaman memanjat dengan nilai 7,1

52 5 %, tanaman air sebesar 1,9 % dan semak atau perdu sebesar 1,7 %. Jenis pohon dengan nilai dominansi tertinggi pada gerbang cluster adalah pohon yang memiliki fungsi estetik sebagai focal point. Gambar 6 menunjukkan contoh pohon dengan nilai dominansi tinggi pada gerbang cluster. Pada gerbang cluster Arga Nirwana dengan luas area penanaman sekitar 46 m² terdapat tabebuya bunga kuning (Tabebuia donnell-smithii) dengan nilai 25,6 %. Pada gerbang cluster Bukit Nirwana I dengan luas area penanaman kurang lebih 8 m² terdapat palem phoenix (Phoenix canariensis) dengan nilai 12,5 %. Palem sadeng memiliki nilai dominansi tertinggi untuk jenis pohon pada cluster Padma Nirwana dan Tirta Nirwana, masing-masing sebesar 4,4 % dan 14, %, sementara pada gerbang cluster The Panorama dengan luas area penanaman sekitar 75 m² terdapat ki hujan (Samanea saman) dengan nilai 22,9 %. Jenis semak atau perdu dengan dominansi tertinggi pada gerbang cluster Arga Nirwana adalah giant false agave (Furcraea gigantea) sebesar 1, %. Selanjutnya terdapat lidah mertua (Sansevieria trifasciata) dengan nilai 2,1 % pada Bukit Nirwana I, anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata) dengan nilai 0,9 % pada Padma Nirwana (luas area penanaman sekitar 57 m²), puring (Codiaeum variegatum) dengan nilai 2 % pada The Panorama, serta walisongo (Schefflera arboricola) dengan nilai 2,2 % pada Tirta Nirwana yang memiliki luas area penanaman hampir mencapai 58 m². a Gambar 6. Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Gerbang Cluster a) Palem Phoenix (Phoenix canariensis) pada Bukit Nirwana I, b) Palem Sadeng (Livistona rotundifolia) pada Padma Nirwana Spesies rumput gajah mini (Axonopus compressus Dwarf ) memiliki nilai tertinggi untuk jenis tanaman penutup tanah pada kelima gerbang cluster, b

53 6 berturut-turut sebesar 65,8 % pada gerbang cluster Arga Nirwana, 65, % pada gerbang cluster Bukit Nirwana I, 8,2 % pada gerbang cluster Padma Nirwana, 5,1 % pada gerbang cluster The Panorama dan 59,8 % pada gerbang cluster Tirta Nirwana. Tanaman memanjat dan tanaman air hanya terdapat pada gerbang cluster Tirta Nirwana, yaitu alamanda (Allamanda cathartica) dengan nilai 7,1 % dan typa (Typha angustifolia) dengan nilai 1,9 %. Pada lanskap gerbang cluster, pohon juga menjadi jenis tanaman dengan nilai dominansi cukup tinggi. Pohon yang ada di gerbang utama terutama merupakan pohon yang lebih bernilai estetik yang berfungsi sebagai point of interest. Semak atau perdu juga digunakan namun tidak terlalu banyak sehingga nilai dominansinya tidak terlalu tinggi, hanya berkisar 0,9 % hingga 2,2 %. Secara keseluruhan, keberadaan tanaman pada gerbang cluster dapat melembutkan kesan keras yang muncul dari hardscape yang ada seperti name sign dan pos keamanan. Taman Publik Terdapat empat taman publik yang menjadi lokasi studi, yaitu taman kolam di samping Marketing Office yang luas area penanamannya mencapai 5.84 m², taman cluster Arga Nirwana yang memiliki luas area penanaman sekitar 86 m², Padma Nirwana dengan area penanaman seluas kurang lebih m² dan The Panorama dengan luas area penanaman kurang lebih 680 m². Tipe tanaman dengan nilai dominansi rata-rata tertinggi pada lanskap taman publik adalah tanaman penutup tanah dengan nilai 42,1 % disusul berturut-turut pohon, semak dan tanaman air masing-masing sebesar 41,5 %, 2,6 % dan 0,1 %. Gambar 7 menunjukkan contoh pohon dengan nilai dominansi tinggi pada taman publik. Dari keempat taman publik tersebut, jenis pohon dengan nilai dominansi terbesar adalah ki hujan (Samanea saman) dengan nilai berturut-turut 61,5 %, 66,7 %, 9,5 % dan 28,5 %. Semak atau perdu dengan nilai dominansi tinggi yaitu pisang hias (Heliconia psittacorum) pada taman kolam sebesar 0,4 %, lolipop kuning (Pachystachys lutea) pada taman Arga Nirwana dengan nilai 8 %, nolina (Beaucarnea recurvata) sebesar 0,2 % pada taman Padma Nirwana dan sikat botol (Callistemon citrinus) sebesar 2,0 % pada taman The Panorama.

54 7 Untuk jenis tanaman penutup tanah, rumput paetan (Axonopus compressus) memiliki nilai tertinggi pada taman kolam dengan nilai 2,6 %. Pada taman Arga Nirwana, nilai dominansi tertinggi dimiliki oleh bawang-bawangan (Zephyranthes rosea) yaitu sebesar 19,8 %. Rumput gajah mini (Axonopus compressus Dwarf ) menjadi tanaman penutup tanah dengan nilai dominansi tertinggi pada taman Padma Nirwana dan The Panorama, masing-masing sebesar 75,1 % dan 49,8 %. Spesies tanaman air hanya ditemukan pada taman kolam yaitu papirus (Cyperus alternifolius) dengan nilai dominansi 0,1 %. Gambar 7. Pohon dengan Dominansi Tinggi pada Taman Publik. a) Taman Kolam, b) Taman Cluster Arga Nirwana Pohon peneduh merupakan jenis tanaman dengan nilai dominansi tertinggi pada lanskap taman publik. Hal ini berhubungan dengan fungsi peneduh yang sangat dibutuhkan dalan sebuah taman, yang berfungsi optimal dalam ameliorasi iklim dan memberikan kenyamanan bagi pengguna taman. Semak atau perdu serta tanaman penutup tanah selain rumput yang digunakan dalam penanaman di area taman publik cenderung memiliki warna dan tekstur yang menarik, untuk menambah nilai estetik pada taman. Rumput dan tanaman penutup tanah juga banyak digunakan sebagai alas pada lanskap taman publik, terutama penanaman pada tapak yang berkontur karena fungsi rumput yang baik untuk menahan erosi. Selain berfungsi sebagai pencegah erosi, tanaman penutup tanah juga memberikan warna dan tekstur yang kontras yang dapat meningkatkan nilai estetik (Carpenter et al. 1975). a b

55 8 Taman Depan Rumah Dari kesembilan sampel yang diteliti, tanaman penutup tanah berupa rumput gajah mini menempati nilai dominansi tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar 75 %. Tanaman semak menempati posisi kedua dengan nilai rata-rata 7, %, diikuti pohon dengan nilai 5,2 %, tanaman air dengan nilai 2,4 % dan tanaman memanjat dengan nilai 1 %. Tanaman pada taman depan rumah pada Bukit Nirwana I 5/1 yang memiliki nilai dominansi tertinggi adalah rumput gajah mini (Axonopus compressus Dwarf ) dengan nilai 8,7 % diikuti krimbosa putih (Tabernaemontana corymbosa) dari jenis semak atau perdu dengan nilai dominansi 5,6 % dan palem merah (Cyrtostachys renda) dari jenis pohon dengan nilai,4 %. Pada taman depan rumah Bukit Nirwana I 8/19, nilai dominansi tertinggi dimiliki oleh rumput gajah mini dari jenis tanaman penutup tanah, iris (Neomarica longifolia) dari semak atau perdu dan monstera robek (Monstera deliciosa) dari jenis tanaman memanjat, dengan nilai dominansi masing-masing 85,6 %, 7, % dan 0,8 %. Rumput gajah mini mendapat nilai tertinggi sebesar 64,2 % pada taman depan rumah Bukit Nirwana I 8/28, diikuti anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata) dari jenis semak atau perdu dengan nilai 18,5 %, cemara lilin (Cupressus sempervirens) dari jenis pohon dengan nilai 8,7 %, lotus (Nelumbo nucifera) dengan nilai 4,9 % dari jenis tanaman air dan melati rambat (Jasminum pubescens) dengan nilai 1,2 % dari jenis tanaman memanjat. Rumput gajah mini kembali mendapat nilai dominansi tertinggi untuk taman depan rumah Padma Nirwana I/21, Padma Nirwana I/25 dan Padma Nirwana I/65 dengan nilai masing-masing 85, %, 80,4 % dan 6,4 %. Dari jenis pohon, spesies dengan nilai tertinggi pada taman depan rumah Padma Nirwana I/21 adalah cemara lilin dengan nilai 2,7 %, kamboja jepang (Adenium sp.) dengan nilai 1,0 % pada Padma Nirwana I/25 dan jambu biji (Psidium guajava) dengan nilai 1,5 % pada Padma Nirwana I/65. Tanaman semak atau perdu dengan nilai dominansi tinggi pada ketiga taman depan rumah tersebut berturut-turut adalah sablo laut (Aerva sanguinolenta) dengan nilai 5,7 %, iris dengan nilai 9,6 % dan sablo laut dengan nilai 1 %. Pada ketiga taman depan rumah di cluster Padma

56 9 Nirwana ini tidak didapati jenis tanaman memanjat maupun tanaman air. Gambar 8 menunjukkan contoh penanaman pada taman depan rumah. a b c Gambar 8. Penanaman pada Taman Depan Rumah. a) Bukit Nirwana I 5/1, b) Bukit Nirwana I 8/28, c) Padma Nirwana 1/25, d) Padma Nirwana 1/65 Pada tiga sampel rumah di cluster The Panorama yaitu Panorama 2/8, Panorama /5 dan Panorama /7, rumput gajah mini masih menjadi spesies dengan nilai dominansi tertinggi, berturut-turut sebesar 67,8 %, 64,4 % dan 80,1 %. Pada Panorama 2/8, tanaman lain yang mendapat nilai dominansi tinggi adalah beringin bonsai (Ficus benjamina) sebesar 2,2 % dan marantha merah (Calathea picturata) sebesar 4,5 %. Tanaman lain dengan nilai dominansi tinggi pada Panorama /7 adalah iris sebesar 7,1 % dan kamboja (Plumeria alba) sebesar 6 %. Pada Panorama /7 ini juga terdapat jenis tanaman air, yaitu futoi (Equisetum hymale) dengan nilai dominansi kurang dari 1 %. Dominansi penutupan kanopi tanaman jenis semak yang cukup tinggi di area taman depan rumah diperkirakan karena pemilik properti menginginkan d

57 40 kesan terbuka pada taman depan rumah, sehingga memungkinkan aliran udara dan cahaya matahari dapat mencapai rumah tanpa terhalang kanopi pohon besar. Penggunaan tanaman jenis semak atau perdu serta tanaman penutup tanah juga dapat memberikan kesan lebih lapang daripada jenis pohon, yang dapat diterapkan pada lahan dengan luasan sempit seperti pada taman depan rumah. Selain itu, tanaman semak yang dipilih kebanyakan merupakan semak dengan warna semarak seperti sablo laut, spatipilum, anggrek tanah ungu dan iris yang dapat memberikan nilai estetik dan suasana cerah pada taman. Keragaman Spesies Hasil inventarisasi tanaman pada lokasi studi menunjukkan bahwa terdapat dua lokasi studi dengan nilai keragaman sedang, yaitu pada jalan utama segmen 1 (gerbang utama) yang sekaligus menjadi lokasi dengan nilai keragaman tertinggi pada area jalan utama, dan segmen 6 (blok palem sadeng 1) dengan nilai masing-masing 1,10 dan 1,05. Pada area jalan utama, lokasi dengan nilai keragaman terendah adalah segmen 8 (blok palem sadeng ) dengan nilai 0,10. Tabel 10 menyajikan nilai keragaman pada area jalan utama. Nilai keragaman rata-rata pada area ini adalah 0.60 dan termasuk kategori keragaman rendah. Tabel 10. Nilai Keragaman Tanaman di Area Jalan Utama Lokasi H Kategori Segmen 1 (Gerbang Utama) 1,10 Sedang Segmen 2 (Blok Palem Kurma) 0,55 Rendah Segmen (Blok Palem Putri) 0,47 Rendah Segmen 4 (Blok Eboni) 0,70 Rendah Segmen 5 (Blok Salam - Jembatan) 0,16 Rendah Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1) 1,05 Sedang Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2) 0,65 Rendah Segmen 8 (Blok Palem Sadeng ) 0,10 Rendah Segmen 9 (Orchard Walk) 0,60 Rendah Rata-rata 0,60 Rendah Keterangan : H = Indeks Keragaman, Tinggi jika H>, Sedang jika 1<H<, Rendah jika H<1 Lokasi dengan nilai indeks keragaman tertinggi pada area gerbang cluster adalah Tirta Nirwana dengan nilai 0,81. Nilai indeks keragaman terendah ditemukan pada gerbang cluster Padma Nirwana, yaitu sebesar 0,6. Nilai

58 41 keragaman rata-rata untuk area gerbang cluster adalah sebesar 0.5 atau termasuk rendah. Nilai keragaman tanaman pada area gerbang cluster dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Keragaman Tanaman di Area Gerbang Cluster Lokasi H Kategori Arga Nirwana 0,5 Rendah Bukit Nirwana I 0,57 Rendah Padma Nirwana 0,6 Rendah The Panorama 0,8 Rendah Tirta Nirwana 0,81 Rendah Rata-rata 0,5 Rendah Keterangan : H = Indeks Keragaman, Tinggi jika H>, Sedang jika 1<H<, Rendah jika H<1 Taman publik dengan nilai keragaman tertinggi adalah taman cluster The Panorama dengan nilai 0,62 sementara nilai terendah didapatkan taman kolam sebesar 0,07. Secara keseluruhan, keempat taman publik ini dapat digolongkan ke dalam keragaman rendah karena hanya mendapat nilai keragaman rata-rata 0,2. Nilai keragaman tanaman di area taman publik dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Keragaman Tanaman di Area Taman Publik Lokasi H Kategori Taman Kolam 0,07 Rendah Arga Nirwana 0,45 Rendah Padma Nirwana 0,11 Rendah The Panorama 0,62 Rendah Rata-rata 0,2 Rendah Keterangan : H = Indeks Keragaman, Tinggi jika H>, Sedang jika 1<H<, Rendah jika H<1 Untuk area taman depan rumah, nilai keragaman rata-rata adalah 0,45 atau termasuk kategori rendah. Nilai indeks keragaman tertinggi ditemukan pada Panorama /5 sebesar 0,79 diikuti oleh Panorama 2/8 dengan nilai 0,78. Nilai terendah dimiliki oleh Panorama /7 yaitu sebesar 0,21. Tabel 1 menyajikan nilai keragaman tanaman di area taman depan rumah.

59 42 Tabel 1. Nilai Keragaman Tanaman di Area Taman Depan Rumah Lokasi H Kategori Bukit Nirwana I 5/1 0,25 Rendah Bukit Nirwana I 8/19 0,9 Rendah Bukit Nirwana I 8/28 0,50 Rendah Padma Nirwana I/21 0,29 Rendah Padma Nirwana I/25 0,54 Rendah Padma Nirwana I/65 0,2 Rendah Panorama 2/8 0,78 Rendah Panorama /5 0,79 Rendah Panorama /7 0,21 Rendah Rata-rata 0,45 Rendah Keterangan : H = Indeks Keragaman, Tinggi jika H>, Sedang jika 1<H<, Rendah jika H<1 Penilaian Aspek Fungsi Penggunaan tanaman yang baik tidak hanya menitikberatkan pada segi keindahannya, tapi juga memperhatikan bagaimana tanaman dapat berfungsi secara optimal dan dapat mengakomodasi kepentingan pengguna tapak. Booth (198) mengemukakan bahwa meskipun kualitas visual dari elemen tanaman adalah hal yang penting, namun dibutuhkan juga pengetahuan mengenai nilai fungsional tanaman sehingga elemen tanaman dapat digunakan seoptimal mungkin pada lingkungan luar. Masing-masing tapak memiliki karakter tertentu sehingga fungsi penanaman yang dibutuhkan pun berbeda-beda. Gerbang dan Jalan Utama Area gerbang utama pada permukiman BNR bersama median pertama merupakan bagian dari jalan utama (segmen 1) yang berfungsi sebagai area penerimaan sebelum memasuki kawasan permukiman. Sebagai area terdepan dari suatu kawasan permukiman, penanaman pada area ini sebaiknya memiliki karakter tertentu yang dapat menjadi identitas dari permukiman itu sendiri sehingga pengguna jalan dapat mengetahui keberadaaanya hanya dengan melihat tata hijau yang ada. Gerbang utama BNR sendiri tidak benar-benar berupa gerbang, melainkan suatu area yang terdiri dari sebuah round about dengan name sign BNR serta beralas paving block yang membedakannya dengan area jalan utama

60 4 yang beralas aspal. Penanaman pada round about lebih berfungsi sebagai latar belakang dari name sign BNR yang terdapat di atasnya. Median sebelum dan sesudah round about ditanami tanaman penutup tanah sehingga memberikan kesan luas dan terbuka, sekaligus memusatkan perhatian pengguna jalan pada name sign BNR. Hal ini sekaligus meningkatkan keamanan bagi pengguna jalan karena tanaman tidak menghalangi pandangan. Tepi jalan ditanami rumput sebagai alas dan pohon tinggi yang berfungsi sebagai pengarah. Konsep tata hijau pada jalan utama permukiman BNR terutama menekankan pada fungsi pembatas visual (screen), kontrol kesilauan (pada median), peneduh, penahan erosi dan pengarah. Secara keseluruhan, nilai aspek fungsi pada jalan utama masih tergolong buruk dengan nilai keseluruhan 58,6 %. Nilai ini dipengaruhi oleh rendahnya nilai pembatas visual, yaitu rata-rata 49,7 % (buruk), kontrol kesilauan dengan nilai rata-rata 4,9 % dan penahan erosi dengan nilai rata-rata 60 %. Nilai rata-rata baik hanya diperoleh untuk fungsi peneduh dan pengarah, masing-masing sebesar 60, % dan 79,2 %. Nilai aspek fungsi di area jalan utama disajikan dalam Tabel 14 dan Tabel Lampiran 2. Tabel 14. Nilai Aspek Fungsi di Area Jalan Utama Lokasi Pembatas Visual (Screen) Nilai Komponen Aspek Fungsi (%) Kontrol Kesilauan Peneduh Penahan Erosi Pengarah Nilai Keseluruhan (%) Segmen 1 (Gerbang Utama-Median) 47,5 47, ,8 92,5 57, Segmen 2 (Blok Palem Kurma) 55 47, ,5 Segmen (Blok Palem Putri) 5 47,5 0 58,8 52,5 44,8 Segmen 4 (Blok Eboni) 27,5 47, Segmen 5 (Blok Salam - Jembatan) , 75 6, Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1) 50 47,5 72,5 66, 75 62, Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2) 42,5 47, , 72,5 59,8 Segmen 8 (Blok Palem Sadeng ) 57, , Segmen 9 (Orchard Walk) 72, , ,8 Rata-rata 49,7 4,9 60, 60 79,2 58,6 Keterangan : 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk, 40% Sangat Buruk

61 44 Fungsi pembatas visual (screen) dibutuhkan pada lanskap jalan utama karena di tepi jalan terdapat permukiman warga. Pembatas visual dapat mengurangi pemandangan yang tidak diinginkan dari jalan. Selain itu, tanaman sebagai pembatas visual juga dapat menghalangi pandangan dari arah jalan sehingga lebih menjamin privasi pemilik rumah (Carpenter et al. 1975). Kriteria penanaman sebagai pembatas visual adalah pohon, perdu atau semak dengan tinggi lebih dari 1,5 meter dengan tajuk bersinggungan atau overlapping, ditanam berbaris atau membentuk massa, serta massa daun rapat. Dari hasil penilaian, pemenuhan kriteria pembatas visual pada area jalan utama hanya 49,7 % atau tergolong buruk. Tanaman pada tepi jalan lebih banyak berupa pohon dengan rumput sebagai alas, dengan sedikit atau bahkan tidak ada semak atau perdu. Penanaman pohon membentuk barisan cukup rapi sepanjang jalan, namun dengan jarak tanam berjauhan sehingga tidak dapat membentuk screen secara maksimal. Fungsi tanaman sebagai kontrol kesilauan terutama dibutuhkan pada median jalan untuk mengurangi silau dari cahaya lampu sorot kendaraan yang datang dari arah berlawanan. Selain itu, menurut Carpenter et al. (1975), penanaman tanaman secara strategis dengan kerapatan dan ketinggian tertentu di antara sumber dan area yang terkena cahaya dapat mengurangi ketidaknyamanan visual akibat silau dan pemantulan cahaya, baik dari sinar matahari maupun sumber artifisial lain dengan cara menahan atau menyaring cahaya sebelum sampai di permukaan. Contoh penanaman dengan fungsi pembatas visual baik disajikan pada Gambar 9. Gambar 9. Penanaman dengan Fungsi Pembatas Visual (Screen) Buruk pada Median Jalan Utama Kriteria penanaman untuk pemenuhan fungsi kontrol kesilauan adalah tanaman perdu atau semak dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter, ditanam rapat

62 45 atau berkelompok, penanaman kontinu atau dengan komposisi tepat sehingga dapat menahan silau dengan baik, bermassa daun padat atau rimbun, berdaun sempit atau tebal, serta berbatang lunak. Area jalan utama masih tergolong buruk karena hanya memenuhi kriteria tersebut sebesar 4,9 %. Median jalan utama lebih banyak ditanami dengan semak atau perdu dengan tinggi kurang dari 1 meter sehingga tidak dapat menahan silau lampu kendaraan dengan optimal, meskipun peletakannya sudah termasuk baik karena ditanam berkelompok. Keberadaan pohon pada tepi jalan dapat menahan atau menyaring cahaya matahari sebelum mencapai permukaan, namun peletakan pohon yang berjauhan tidak dapat memberikan fungsi ini secara efektif sehingga pada siang hari pengguna jalan masih merasa kurang nyaman dengan adanya pantulan cahaya matahari dari jalan. Kriteria penanaman untuk fungsi peneduh adalah pohon dengan tinggi sedang atau kurang dari 15 meter, bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah atau tidak beraturan, peletakannya sesuai dengan objek yang dinaungi, tajuk bersinggungan, massa daun padat, percabangan mulai dari 5 meter di atas tanah dan ditanam secara kontinu atau teratur. Fungsi peneduh dibutuhkan pada sebuah lanskap jalan untuk memberikan kesan nyaman pada pengguna jalan terutama pejalan kaki. Untuk fungsi peneduh, penanaman pada jalan utama BNR sudah termasuk baik, yaitu 60, %. Meskipun tidak terdapat jalur pedestrian secara khusus, namun keberadaan pohon-pohon peneduh seperti dadap merah, tanjung, kenari dan ki hujan yang ditanam secara kontinu dapat memberikan kesan teduh dan nyaman bagi pengguna jalan. Namun masih terdapat area jalan utama yang tidak ditanami pohon peneduh dengan baik, yaitu pada segmen, 7 dan 8. Pada segmen tidak terdapat pohon peneduh di tepi jalan, sementara pada segmen 7 dan 8 tidak terdapat pohon peneduh di median maupun tepi jalan. Penanaman di tepi jalan kedua segmen ini menggunakan pinus yang tidak dapat memberikan naungan secara optimal. Gambar 10 menunjukkan contoh penanaman dengan fungsi peneduh baik pada jalan utama.

63 46 Gambar 10. Penanaman dengan Fungsi Peneduh Baik pada Tepi Jalan Utama Lanskap jalan utama permukiman BNR terletak pada lahan dengan topografi datar hingga curam sehingga dibutuhkan penanaman dengan fungsi penahan erosi. Kriteria penilaian fungsi penahan erosi yaitu tanaman pendek (tanaman penutup tanah atau semak rendah) dengan penutupan merata, ditanam secara massal dan berupa penutup tanah tahunan atau rumput, atau pohon dengan penutupan merata, pohon konifer (berdaun jarum), pohon dengan percabangan horizontal dan kulit batang kasar. Untuk fungsi ini, penanaman pada lanskap jalan utama memenuhi 60 % kriteria, atau masih tergolong buruk. Tanaman mengurangi erosi tanah akibat air dengan menangkap air hujan, mengikat tanah dengan akarnya, dan dengan meningkatkan penyerapan air melalui pengumpulan bahan-bahan organik, dan vegetasi yang mungkin paling berdaya guna dan paling banyak digunakan sebagai penahan erosi adalah rumput (Grey dan Deneke 1985). Walaupun median maupun tepi jalan hampir seluruhnya ditanami tanaman penutup tanah atau rumput secara massal yang dapat berfungsi optimal sebagai penahan erosi, namun keberadaan pohon kurang memenuhi kriteria sebagai penahan erosi. Salah satu fungsi penanaman yang paling penting untuk lanskap jalan utama adalah fungsi pengarah. Kriteria tanaman yang berfungsi sebagai pengarah yaitu perdu dengan ketingggian hingga 6 meter atau pohon dengan ketinggian lebih dari 6 meter, ditanam secara massal, berbaris atau linear, penanaman kontinu dengan jarak tanam teratur, berkesan rapi dan memudahkan orientasi. Untuk fungsi pengarah, penanaman pada lanskap jalan utama BNR termasuk baik dengan pemenuhan kriteria 79,2 %. Pohon-pohon yang ditanam di tepi jalan seperti palem raja, dadap merah, tanjung, kenari, pinus dan ki hujan telah

64 47 berfungsi sebagai pengarah yang efektif. Hal ini dikarenakan penanamannya yang kontinu dengan jarak tanam teratur serta penanaman berbaris sehingga dapat memberikan kemudahan bagi pengguna jalan untuk menentukan orientasi. Gambar 11 menunjukkan contoh penanaman dengan fungsi pengarah baik pada jalan utama. Gambar 11. Penanaman dengan Fungsi Pengarah Baik pada Jalan Utama Penanaman pada ujung-ujung median jalan termasuk cukup baik karena hanya terdapat tanaman penutup tanah serta semak rendah, tanpa semak tinggi atau pohon yang dapat menghalangi pandangan pengguna jalan. Hal yang serupa diterapkan pada round about yang ada pada jalan utama. Ketiga round about yang ada merupakan semacam landasan bagi main sign atau penunjuk arah kawasan BNR. Penanaman pada round about ini juga terdiri dari tanaman penutup tanah dan semak rendah untuk memberikan keleluasaan pandangan bagi pengguna jalan. Hal ini penting sebagai salah satu faktor keamanan pada penanaman lanskap jalan. Contoh penanaman yang baik pada ujung median dan round about ditunjukkan pada Gambar 12. a Gambar 12. a) Penanaman pada Ujung Median, b) Penanaman pada Round About b

65 48 Taman Publik Taman publik sebaiknya dapat mengakomodasi kegiatan penggunanya dan memberikan kenyamanan dengan memperhatikan penanaman yang fungsional dan estetik. Fungsi penanaman yang dibutuhkan pada taman publik yaitu pembatas visual (screen), penahan angin, peneduh dan penahan erosi. Hasil penilaian aspek fungsi pada lanskap taman publik dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel Lampiran. Tabel 15. Nilai Aspek Fungsi di Area Taman Publik Lokasi Nilai Komponen Aspek Fungsi (%) Nilai Rata-rata Pembatas Penahan Penahan Peneduh (%) Visual (Screen) Angin Erosi Taman Kolam 75 57, , 72,2 Arga Nirwana , Padma Nirwana ,5 68,8 62,8 The Panorama 52,5 42, ,8 Rata-rata 6,1 51, 80,6 60 6,8 Keterangan : 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk, 40% Sangat Buruk Keberadaan tanaman dengan fungsi sebagai pembatas visual (screen) dibutuhkan dalam sebuah taman publik untuk membatasi pemandangan buruk dari luar taman. Namun demi faktor keamanan dan keselamatan pengguna taman, sebuah taman publik sebaiknya tetap terbuka untuk mencegah tindakan kriminal terjadi di dalam taman tersebut. Pembatas visual yang dibutuhkan pada taman publik sebaiknya tidak terlalu masif sehingga tidak menghalangi seluruh pandangan ke dalam taman atau sebaliknya. Kriteria pembatas visual yang dibutuhkan pada sebuah taman publik sama dengan kriteria yang diterapkan pada jalan, yaitu pohon, perdu atau semak dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter dengan tajuk bersinggungan atau overlapping, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan massa daun rapat. Dari keempat taman publik yang menjadi lokasi studi, komponen aspek pembatas visual sudah termasuk baik dengan nilai rata-rata 6,1 %. Taman kolam di dekat Marketing Office memiliki nilai pembatas visual baik yaitu sebesar 75 % sementara taman cluster Arga Nirwana, Padma Nirwana dan The Panorama tergolong buruk dengan nilai berturut-turut 42,5 %, 60 % dan 52,5 %. Pada taman kolam, area berm yang berbatasan dengan jalan utama ditanami barisan cemara

66 49 kipas sebagai pembatas visual yang cukup efektif, namun arah pandangan ke dalam maupun ke luar taman tetap terbuka. Taman cluster Arga Nirwana merupakan taman kecil berbentuk jalur sempit memanjang, sehingga tidak terlalu memerlukan tanaman sebagai pembatas visual. Taman cluster Padma Nirwana memiliki pohon sedang dan besar yang ditanam mengelilingi taman sehingga visibilitas ke dalam dan ke luar taman kurang baik. Taman cluster The Panorama tidak memiliki tanaman dengan tinggi lebih dari 1,5 meter di sekeliling taman sehingga fungsi pembatas visual yang ada kurang optimal. Gambar 1 menunjukkan contoh penanaman pada taman publik. a b Gambar 1. Taman Publik tanpa Pembatas Visual di Sekitar Taman a) Taman Cluster The Panorama, b) Taman Cluster Arga Nirwana Kriteria tanaman sebagai penahan angin pada taman publik yaitu pohon tinggi atau kombinasi pohon dan semak atau penanaman berlapis, ditanam berbaris atau membentuk massa, jarak tanam rapat, tidak berdaun besar dan daun tidak mudah rontok. Fungsi penahan angin yang ada pada keempat taman publik tergolong buruk, yaitu berkisar 42,5 % hingga 57,5 % dengan nilai rata-rata 51, %. Fungsi penahan angin diperlukan dalam suatu taman publik untuk mencegah hembusan angin yang terlalu kencang memasuki taman sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengguna taman. Keempat taman publik tidak memiliki penanaman berupa kombinasi pohon dan semak atau penanaman berlapis maupun tanaman yang ditanam berlapis atau membentuk massa. Keberadaan pohon tinggi pada taman cluster Padma Nirwana dan The Panorama menyisakan ruang kosong di bawah tajuk pohon. Semakin tinggi pohon maka pergerakan angin di bawah tajuk yang lebih terbuka akan semakin besar (Grey dan Deneke 1985).

67 50 Untuk fungsi peneduh, kriteria penilaiannya yaitu pohon dengan tinggi sedang atau kurang dari 15 meter dengan bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah atau tidak beraturan, peletakan sesuai orientasi objek yang dinaungi, tajuk bersinggungan, massa daun padat, percabangan minimal 2,5 meter di atas tanah dan ditanam secara kontinu atau teratur. Nilai rata-rata yang diperoleh keempat taman publik ini adalah 80,6 % atau termasuk sangat baik. Kategori sangat baik diperoleh taman kolam dengan nilai 90 %, sementara ketiga taman lainnya yaitu taman cluster Arga Nirwana, Padma Nirwana dan The Panorama tergolong baik dengan nilai masing-masing 80 %, 72,5 % dan 80 %. Fungsi peneduh sangat dibutuhkan dalam suatu taman publik untuk memberikan kenyamanan optimal bagi pengguna taman. Keempat taman publik tersebut memiliki pohon peneduh dengan bentuk tajuk menyebar, bulat maupun kubah, dengan peletakan yang tepat dan ditanam teratur pada titik-titik yang dibutuhkan terutama pada area tempat pengguna taman beristirahat. Contoh penanaman yang baik pada taman publik ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14. Penanaman dengan Fungsi Peneduh Baik pada Taman Cluster The Panorama (Taman Publik) Pada taman publik yang terletak pada area berkontur, fungsi penahan erosi sangat dibutuhkan. Kriteria penahan erosi pada lanskap taman publik sama seperti kriteria penahan erosi pada lanskap jalan yaitu tanaman pendek (tanaman penutup tanah atau semak rendah) dengan penutupan merata, ditanam secara massal dan berupa penutup tanah tahunan atau rumput, atau pohon dengan penutupan merata, pohon konifer (berdaun jarum), pohon dengan percabangan horizontal dan kulit batang kasar. Nilai rata-rata yang diperoleh masih tergolong buruk, yaitu sebesar 60 %. Taman kolam, taman cluster Padma Nirwana dan The

68 51 Panorama memenuhi kriteria tersebut dengan nilai baik, yaitu berturut-turut 66,25 %, 68,8 % dan 68,8 % sementara taman cluster Arga Nirwana tergolong buruk dengan nilai 45 %. Taman kolam, taman cluster Padma Nirwana dan The Panorama mendapat nilai baik karena keberadaan tanaman penutup tanah atau rumput dengan penutupan merata dan ditanam secara massal, meskipun tidak terdapat pohon yang memenuhi kriteria penahan erosi secara optimal. Taman Arga Nirwana tergolong buruk karena tidak memiliki tanaman penutup tanah tahunan maupun rumput yang ditanam massal dengan penutupan merata. Gambar 15 menunjukkan contoh penanaman dengan fungsi penahan erosi baik pada taman kolam. Gambar 15. Penanaman dengan Fungsi Penahan Erosi Baik pada Taman Kolam (Taman Publik) Penilaian Aspek Estetika Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa selain memperhatikan fungsi, penggunaan tanaman juga harus diperhatikan dari segi estetikanya yaitu bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri baik dari segi warna, aroma, tekstur dan bentuk. Nilai estetik atau nilai hias dari suatu tanaman dapat dilihat dari bentuk keseluruhan tanaman atau bentuk dari bagianbagian tanaman seperti bentuk percabangan, bentuk daun, bunga dan buah. Nilai estetik tanaman diperoleh bukan hanya dari individu tanaman, tapi juga dari kombinasi elemen lanskap lainnya seperti bentukan lahan dan topografi.

69 52 Gerbang Utama Penanaman pada lanskap gerbang utama merupakan hal yang penting karena menjadi kesan pertama yang ditangkap oleh pengguna jalan yang baru memasuki area permukiman. Tata hijau yang menarik dengan karakter yang kuat sangat diharapkan agar dapat menjadi identitas dari seluruh kawasan permukiman. Dari penilaian terhadap aspek estetika tanaman di gerbang utama, pemilihan tanaman di lokasi ini tergolong sangat baik dengan nilai 81, %. Kriteria yang digunakan yaitu bentuk tajuk dan percabangan menarik, ukuran skalatis, terdapat variasi warna baik pada batang, daun, bunga dan buah, serta tekstur tanaman menarik. Tanaman yang ada sebagian besar merupakan tanaman ornamental yang memiliki ciri fisik khas seperti bentuk tajuk dan percabangan menarik seperti pada palem merah, palem kipas dan nanas hias. Selain itu juga terlihat variasi warna, seperti warna merah pada batang palem merah, warna hijau muda pada sikas rumput, hijau tua pada palem kurma mini dan palem kipas, kuning pada nanas hias, variegata pada simbang darah hingga hijau-ungu pada adam hawa. Terdapat juga variasi tekstur dari tanaman-tanaman tersebut yang dapat menambah nilai estetik pada area gerbang utama. Gambar 16. Penanaman dengan Variasi Bentuk Tajuk, Warna dan Tekstur pada Gerbang Utama BNR Gradasi atau repetisi pada area ini juga tergolong baik dengan nilai 75 %. Penggunaan tanaman diletakkan berkelompok dengan pola tertentu sehingga berkesan kompak dan menyatu, seperti yang terlihat pada peletakan adam hawa pada round about maupun nanas hias pada round about dan tepi jalan. Kesatuan atau tema juga tergolong baik dengan nilai 62,5 %. Tema tersebut terutama tampak dari kemiripan bentuk tajuk tanaman yang dipilih, yaitu bentuk V yang

70 5 terdapat pada adam hawa, lidah mertua dan nanas hias, serta bentuk tajuk palmate dari palem merah, palem kurma mini dan sikas. Aspek kontras pada gerbang utama tergolong baik dengan nilai 75 %. Tanaman yang muncul sebagai aksen atau focal point pada lokasi ini adalah palem merah. Palem merah yang memiliki warna mencolok dan lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya diletakkan berkelompok tepat di belakang name sign BNR sehingga terlihat sangat dominan dan menjadi pusat pandangan. Keseimbangan pada area ini juga tergolong baik dengan nilai 75 %, yang tampak dari penataan tanaman secara asimetris organik. Tabel 16 menyajikan nilai aspek estetika di area gerbang utama dan jalan utama, sementara Tabel Lampiran 4 menyajikan nilai aspek estetika pada area publik, mencakup gerbang utama, jalan utama dan gerbang cluster. Tabel 16. Nilai Aspek Estetika di Area Gerbang dan Jalan Utama Lokasi Pemilihan Tanaman Nilai Komponen Aspek Estetika (%) Pengaturan Tanaman Aksen Gradasi/ Kesatuan/ (Kontras/ Focal Repetisi Tema Point) Keseimbangan Nilai Rata-rata (%) Gerbang Utama 81, 75 62, ,8 Jalan Utama 81, 75 62, ,8 Keterangan : 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk, 40% Sangat Buruk Jalan Utama Area jalan utama pada permukiman BNR lebih mengutamakan fungsi pengarah, namun tetap tidak meninggalkan espek estetika. Selain pohon, terdapat juga tanaman penutup tanah serta semak atau perdu dengan nilai estetik tinggi. Tanaman yang dipilih sebagai pengarah antara lain yang memiliki bentuk tajuk dan percabangan menarik, variasi warna baik pada batang daun maupun bunga, serta tekstur menarik. Bentuk tajuk dan percabangan menarik tersebut dapat terlihat dari kenari dan tanjung, variasi warna pada dadap merah, palem putri, spider lily dan pangkas kuning sementara tekstur tanaman yang menarik dapat terlihat dari pinus, palem sadeng, pisang kipas dan euphorbia. Pemilihan tanaman pada area ini dapat dikategorikan sangat baik dengan nilai 81, %.

71 54 Gradasi atau repetisi dari penanaman pada area jalan utama tergolong baik dengan nilai 75 %. Karena bentuk jalan yang linear, aspek ini cukup mudah diamati yaitu dengan adanya perubahan warna, perubahan bentuk maupun perubahan tekstur tanaman pada jarak tertentu. Setiap segmen memiliki penataan tanaman berbeda sehingga menghadirkan pemandangan yang menarik untuk dinikmati oleh pengguna jalan. Jalan utama juga tergolong baik dalam kriteria kesatuan atau tema, dengan nilai 62,5 %. Penilaian ini didasari oleh adanya kesatuan tema garis, bentuk, maupun tekstur dengan lingkungan sekitar, serta adanya dominansi atau pola tertentu yang dapat terekam dengan apik. Tema ini muncul dengan adanya pemilihan dan penataan tanaman yang berbeda pada masing-masing median, sehingga setiap segmen memiliki ciri sendiri yang tidak sama dengan segmen lainnya. Penataan tersebut juga sekaligus memunculkan kontras atau focal point pada jalan utama, yang juga dapat digolongkan ke dalam kategori baik dengan nilai 75 %. Tanaman penciri diletakkan berbaris di tengah median dengan jarak tanam teratur, dengan dikelilingi tanaman penutup tanah maupun semak atau perdu rendah sehingga pandangan terfokus pada tanaman penciri. Keseimbangan pada gerbang utama juga termasuk baik dengan nilai 75 %, yang muncul dari penataan tanaman secara simetris terutama pada median jalan. Gambar 17. Pemilihan Tanaman dengan Ciri Fisik Menarik pada Jalan Utama

72 55 Gerbang Cluster Penilaian komponen aspek estetika pada area gerbang cluster tergolong baik dengan nilai rata-rata 75,6 % yang terdiri dari nilai 75 % untuk pemilihan tanaman, 66,7 % untuk gradasi atau repetisi, 71, % untuk kesatuan atau tema, 70 % untuk aksen dan 95 % untuk keseimbangan. Dari masing-masing lokasi, semua gerbang cluster tergolong ke dalam kategori baik, yaitu berkisar 71,7 % pada gerbang cluster Padma Nirwana hingga 79,6 % pada gerbang cluster The Panorama. Nilai aspek estetika di area gerbang cluster disajikan dalam Tabel 17. Untuk komponen aspek pemilihan tanaman, gerbang cluster The Panorama termasuk kategori sangat baik dengan nilai 87,5 % sementara keempat gerbang cluster lainnya mendapat nilai baik, yaitu Arga Nirwana dengan 68,8 %, Bukit Nirwana I dengan nilai 75 %, Padma Nirwana dengan nilai 68,8 % dan Tirta Nirwana dengan nilai 75 %. Gerbang cluster The Panorama mendapat nilai sangat baik karena pemilihan tanaman dengan kombinasi yang apik, yaitu ukuran skalatis, variasi tekstur serta variasi warna yang dapat terlihat antara lain dari tanaman sikas, puring, nanas hias dan soka mini. Selain itu, kesan estetik pada kelima gerbang cluster yang menjadi lokasi studi juga timbul dari perpaduan antara hardscape seperti pos keamanan dan name sign dengan tanaman sebagai softscape. Dalam penilaian komponen aspek penataan tanaman, gerbang cluster Arga Nirwana tergolong buruk untuk aspek gradasi atau repetisi, dengan nilai 58, %. Nilai ini diperoleh karena kurangnya variasi bentuk, warna maupun tekstur pada tanaman yang ada. Sikas, palem phoenix, dan kucai mini yang digunakan memiliki warna hijau yang tidak berbeda jauh, sedangkan bentuk tajuknya hampir serupa sehingga penanaman pada area ini menjadi terkesan agak monoton. Di lain pihak, kemiripan karakter tanaman-tanaman tersebut memberikan nilai kesatuan atau tema yang tinggi, yaitu 81, % atau termasuk sangat baik. Komponen aksen juga mendapat nilai baik, yaitu 62,5 %. Focal point pada gerbang cluster ini adalah palem phoenix yang ukurannya lebih besar dibandingkan tanaman lainnya dan diletakkan di bagian tapak yang tepat. Untuk keseimbangan, penanaman pada gerbang cluster Arga Nirwana tergolong sangat baik dengan nilai 100 %, karena penataan tanaman secara simetris dan rapi dinilai cocok untuk area gerbang yang

73 56 berkesan formal. Gambar 18 menunjukkan penataan tanaman pada gerbang cluster Arga Nirwana dan Padma Nirwana. Gambar 18. Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster. a) Arga Nirwana, b) Padma Nirwana Gerbang cluster Bukit Nirwana I mendapat nilai keseluruhan baik untuk semua komponen aspek penataan tanaman, yaitu 75 % untuk gradasi atau repetisi, 68,8 % untuk kesatuan atau tema, 75 % untuk aksen (kontras atau focal point) dan 75 % untuk keseimbangan. Variasi bentuk tajuk, warna maupun tekstur tanaman dengan penempatan secara berkelompok memberikan nilai tinggi pada gradasi atau repetisi. Untuk kesatuan atau tema, pengelompokan tanaman tersebut memiliki kesatuan tema garis, bentuk dan warna dengan lingkungan sekitar seperti pada penataan hanjuang, euphorbia serta kombinasi lidah mertua dengan simbang darah. Namun penempatan lidah mertua dan simbang darah terlihat bertumpuk sehingga terkesan kurang rapi. Keseimbangan pada gerbang cluster ini termasuk kategori baik dengan nilai 75 %, yang ditimbulkan dari pola penanaman kombinasi organik dan asimetris. a Nilai buruk (58, %) untuk komponen aspek gradasi atau repetisi pada gerbang cluster Padma Nirwana disebabkan oleh pemilihan tanaman dengan warna yang kurang bervariasi seperti paduan kucai mini, baby blue eyes dan cemara udang yang warnanya tidak jauh berbeda namun diletakkan terlalu berdekatan. Tanaman-tanaman dengan posisi berdekatan tersebut juga memiliki tekstur yang mirip, yaitu halus sehingga variasi tekstur yang ada kurang terlihat. Untuk komponen kesatuan atau tema, gerbang cluster Padma Nirwana sudah tergolong baik dengan nilai 68,8 % karena adanya kesatuan tema garis dan warna b

74 57 dengan lingkungan sekitar, serta dominansi yang muncul dari tanaman berbentuk tajuk palmate seperti sikas, palem sadeng dan palem kurma mini. Kontras atau focal point muncul dari palem phoenix yang dikombinasikan dengan batu-batu besar dan bawang-bawangan. Keseimbangan dinilai sangat baik (100 %) dengan pola penataan tanaman organik dan simetris. Untuk gerbang cluster The Panorama, komponen gradasi atau repetisi termasuk baik dengan nilai 66,7 %. Kesan gradasi muncul dari penataan tanaman sejenis secara mengelompok seperti pada paku jejer dan puring, serta tanaman yang diletakkan menyebar seperti bromelia namun tetap dihubungkan oleh hamparan kucai mini. Perubahan tekstur dan warna yang ada pun menarik untuk diamati, seperti pada barisan puring yang diletakkan di antara palem kurma mini dan sikas. Kesatuan atau tema pada gerbang cluster ini dapat terlihat dari adanya kesatuan tema garis dan warna dengan lingkungan sekitar, serta adanya dominansi dari tanaman dengan tajuk palmate seperti palem phoenix, palem kurma mini dan sikas di depan pos keamanan. Palem phoenix ini juga sekaligus menjadi focal point dari tapak, karena posturnya yang lebih besar dan tajuknya yang mencolok di antara tanaman lainnya serta posisinya di tengah sisi lebar tapak tepat di depan pos keamanan. Aksen atau kontras yang ditimbulkan oleh peletakan palem phoenix ini mendapat nilai baik, yaitu 75 %. Keseimbangan pada penanaman di gerbang cluster The Panorama juga dinilai baik, yaitu 100 %. Contoh penataan tanaman pada gerbang cluster ditunjukkan pada Gambar 19. a Gambar 19. Penataan Tanaman pada Gerbang Cluster. a) The Panorama, b) Tirta Nirwana b

75 58 Komponen aspek pengaturan tanaman pada gerbang cluster Tirta Nirwana secara keseluruhan bernilai baik, yaitu nilai 75 % untuk gradasi atau repetisi, 68,8 % untuk kesatuan atau tema, 75 % untuk aksen dan 100 % untuk keseimbangan. Penataan tanaman secara berkelompok seperti pada baby blue eyes dan euphorbia menampilkan perubahan warna dan tekstur yang memberi nilai pada gradasi dan repetisi, sementara kesatuan atau tema dapat diamati dari kesatuan tema garis dan dominansi dari pengaturan kucai mini dan kombinasinya dengan tanaman lain. Aksen terlihat dari peletakan rumpun palem kurma mini dan palem merah di atas hamparan kucai mini sehingga memberikan efek kontras yang sangat nyata, baik dari warna, bentuk maupun tekstur. Keseimbangan dari pola penanaman simetris dengan garis-garis organik dapat terlihat pada penanaman di bagian belakang tapak berupa hamparan rumput dan tanaman lainnya. Penanaman pada tepi kiri dan kanan jalan masuk cluster juga seimbang secara simetris, sementara pada bagian depan tapak (kolam dengan tanaman air) keseimbangan ini kurang terlihat karena penataan tanaman yang cenderung menyebar secara acak. Tabel 17. Nilai Aspek Estetika di Area Gerbang Cluster Lokasi Nilai Komponen Aspek Estetika (%) Nilai Pengaturan Tanaman Pemilihan Rata-rata Tanaman Gradasi/ Kesatuan/ Aksen (Kontras/ Keseimbangan (%) Repetisi Tema Focal Point) Arga Nirwana 68,8 58, 81, 62, ,1 Bukit Nirwana I , ,8 Padma Nirwana 68,8 58, 68,8 62, ,7 The Panorama 87,5 66,7 68, ,6 Tirta Nirwana , ,8 Rata-rata 75 66,7 71, ,6 Keterangan : 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk, 40% Sangat Buruk Taman Publik Nilai rata-rata penilaian aspek estetika untuk area taman publik tergolong baik, yaitu sebesar 79,7 % untuk pemilihan tanaman, 79,2 % untuk gradasi atau repetisi, 67,2 % untuk kesatuan atau tema, 62,5 % untuk aksen dan 81, % untuk keseimbangan. Nilai keseluruhan untuk semua aspek adalah 74 %. Tabel 18 dan Tabel Lampiran 5 menyajikan nilai aspek estetika di area taman publik.

76 59 Dari keempat taman publik yang menjadi lokasi studi, taman cluster Arga Nirwana tergolong baik untuk komponen pemilihan tanaman dengan nilai 62,5 % sementara ketiga taman publik lainnya termasuk sangat baik dengan nilai 81, % untuk taman kolam, 87,5 % untuk taman cluster Padma Nirwana dan 87,5 % untuk taman cluster The Panorama. Keempat taman tersebuut mendapat nilai tinggi karena pemilihan tanaman yang baik dengan memperhatikan ciri fisik yang menarik dan bervariasi, baik dari segi warna (batang, daun, bunga atau buah), bentuk tajuk maupun tekstur tanaman. Taman kolam yang terletak di samping Marketing Office mendapat nilai baik (75 %) untuk gradasi atau repetisi, karena penempatan tanaman secara berbaris atau berkelompok, terutama pada tanaman semak atau perdu seperti pisang hias dan daun renda. Adanya pengelompokan tanaman ini menyebabkan perubahan warna, bentuk maupun tekstur tanaman yang ada menjadi lebih terlihat. Untuk kesatuan atau tema, nilai yang didapatkan adalah 68,8 % atau termasuk baik, karena adanya kesatuan tema garis dan bentuk antara penempatan tanaman dengan bentukan lingkungan sekitar seperti jalan setapak dan kolam. Dominansi juga dapat terekam dengan baik dari keberadaan pohon-pohon ki hujan yang juga berfungsi sebagai peneduh pada tapak. Namun taman ini mendapat nilai buruk untuk aksen dan keseimbangan, yaitu masing-masing hanya sebesar 50 %. Nilai aksen yang buruk ini disebabkan tidak adanya tanaman yang berperan sebagai pusat pandangan pada tapak, sehingga didapat kesan bahwa focal point dari taman adalah kolam besar saja. Untuk keseimbangan, nilai rendah disebabkan oleh penempatan tanaman dalam pola yang kurang jelas atau terkesan acak, walaupun pengelompokan tanaman sejenis sudah dinilai cukup baik. Di lain pihak, pola tanaman yang acak ini dapat menimbulkan kesan alami pada tapak dengan luasan cukup besar ini. Gambar 20 memperlihatkan penataan tanaman pada taman kolam.

77 60 Gambar 20. Pengelompokan Tanaman dengan Nilai Baik pada Taman Kolam (Taman Publik) Nilai keseluruhan komponen aspek pengaturan tanaman untuk taman cluster Arga Nirwana adalah baik, yaitu 66,7 % untuk gradasi atau repetisi, 68,8 % untuk kesatuan atau tema, 75 % untuk aksen dan 100 % untuk keseimbangan. Taman kecil yang hanya berupa lahan berbentuk jalur sempit ini memiliki pengaturan tanaman yang baik walaupun dengan jenis tanaman yang tidak terlalu beragam. Gradasi atau repetisi muncul dari pengulangan blok lolipop dan palem kipas serta penempatan ki hujan dengan jarak tanam konsisten. Kesatuan atau tema tampak dari kesamaan garis dan bentuk antara pengelompokan tanaman dengan bentuk tapak yang memanjang, serta dominansi ki hujan dengan luas tajuk cukup besar yang menaungi hampir seluruh tapak. Meskipun tidak terdapat tanaman tertentu yang benar-benar menjadi point of interest taman, namun kesan kontras tampak cukup kuat dari komposisi tanaman dengan warna, tekstur, bentuk maupun struktur berbeda yang diletakkan berdekatan. Hal ini dapat dilihat pada peletakan lolipop yang dikombinasikan dengan palem kipas, serta hanjuang yang diposisikan di bawah naungan ki hujan di tengah-tengah blok kedua. Keseimbangan tercapai dengan sangat baik di tapak ini, karena pengaturan tanaman yang simetris pada seluruh taman. Taman cluster The Panorama mendapat nilai sangat baik untuk komponen aspek gradasi atau repetisi dan keseimbangan, masing-masing dengan nilai 91,7 % dan 100 %. Kedua aspek ini muncul dari pengaturan tanaman secara simetris dan berbaris rapi dengan jarak tanam konsisten, sebagaimana yang terlihat pada penempatan ki hujan dan semak atau perdu seperti bugenvil, agave dan azalea. Sedangkan komponen aspek lainnya yaitu kesatuan atau tema dan aksen mendapat nilai baik, masing-masing sebesar 68,8 % dan 62,5 %. Kesatuan

78 61 atau tema terlihat dari kemiripan bentukan garis dengan bentuk tapak yang memanjang hampir oval, sementara dominansi dari ki hujan pada kedua sisi taman terlihat jelas. Pola yang khas juga terlihat pada pengaturan tanaman di sekitar kolam kecil tepat di bagian tengah tapak. Aksen pada taman dihadirkan oleh pnegelompokan tanaman dengan warna, bentuk dan tekstur berbeda yang diletakkan berdampingan seperti perpaduan sikat botol dengan soka dan baby blue eyes maupun kombinasi puring dengan bawang-bawangan. Tabel 18. Nilai Aspek Estetika di Area Taman Publik Lokasi Pemilihan Tanaman Nilai Komponen Aspek Estetika (%) Pengaturan Tanaman Aksen Gradasi/ Kesatuan/ (Kontras/ Focal Repetisi Tema Point) Keseimbangan Nilai Ratarata (%) Taman Kolam 81, 75 68, Arga Nirwana 62,5 66,7 68, ,6 Padma Nirwana 87,5 8, 62,5 62, ,2 The Panorama 87,5 91,7 68,8 62, ,1 Rata-rata 79,7 79,2 67,2 62,5 81, 74 Keterangan : 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk, 40% Sangat Buruk Taman Depan Rumah Penilaian aspek estetika untuk lanskap taman depan rumah menunjukkan hasil yang beragam. Penilaian aspek estetika untuk area taman rumah termasuk baik dengan nilai keseluruhan 64,6 %. Nilai ini didapat dari rata-rata nilai komponen aspek, yaitu 6,2 % untuk pemilihan tanaman, 58, % untuk gradasi atau repetisi, 68,1 % untuk kesatuan atau tema, 6,9 % untuk aksen dan 69,4 % untuk keseimbangan. Nilai aspek estetika di taman depan rumah disajikan dalam Tabel 19 dan Tabel Lampiran 6. Untuk pemilihan tanaman, satu sampel yang mendapat nilai sangat baik adalah taman rumah Panorama /5 yaitu sebesar 87,5 %. Nilai baik diperoleh Bukit Nirwana I 8/28, Padma Nirwana 1/21 dan Padma Nirwana 1/65 dengan nilai masing-masing 75 %, 75 % dan 62,5 %. Sementara kategori buruk didapatkan oleh taman rumah Bukit Nirwana I 5/1 dengan nilai 50 %, Bukit Nirwana I 8/19 dengan nilai 56, %, Padma Nirwana 1/25 dengan nilai 56,5 % Panorama 2/8 dengan nilai 56, % dan Panorama /7 dengan nilai 50 %. Nilai sangat baik

79 62 didasari oleh pemilihan tanaman dengan variasi karakter fisik yang beragam, baik dari bentuk tajuk dan percabangan, warna maupun tekstur tanaman. Sebagaimana yang terlihat pada taman depan rumah Panorama /5, tanaman yang ada memiliki ciri fisik yang menarik seperti bambu jepang, euphorbia, pisang hias, spatipilum, anggrek tanah ungu, bromelia dan adam hawa. Ketiga sampel taman depan rumah dengan nilai baik juga memiliki tanaman dengan karakter fisik menarik meskipun dari segi kuantitas tidak sebanyak pada Panorama /5. Sedangkan kelima sampel lainnya mendapat nilai buruk karena tanaman yang ada jenisnya tidak banyak atau walaupun banyak, memiliki karakter fisik yang kurang bervariasi sehingga terlihat kurang menarik. Untuk komponen aspek gradasi atau repetisi, taman depan rumah Panorama /5 kembali mendapat nilai sangat baik, yaitu sebesar 91, 7 % karena pengaturan tanaman yang baik dengan pengelompokan tanaman berdasarkan ciri fisiknya sehingga perbedaan bentuk, warna maupun tekstur tanaman lebih terlihat. Tiga sampel termasuk kategori baik, yaitu Bukit Nirwana I 8/28 dengan nilai 75 %, Padma Nirwana 1/21 dengan nilai 66,7 % dan Panorama 2/8 dengan nilai 66,7 %. Empat sampel lainnya tergolong buruk, yaitu Bukit Nirwana I 5/1, Padma Nirwana 1/25, Padma Nirwana 1/65 dan Panorama /7 dengan nilai berturut-turut 41,7 %, 50 %, 58,% dan 41,7 %. Sementara taman depan rumah Bukit Nirwana I 8/19 mendapat nilai, % atau tergolong sangat buruk. Gambar 21 menunjukkan penataan tanaman dengan nilai gradasi atau repetisi buruk pada taman depan rumah. a Gambar 21. Taman Depan Rumah dengan Nilai Gradasi/Repetisi Buruk a) Panorama 2/8, b) Padma Nirwana 1/25 b

80 6 Untuk kesatuan atau tema, delapan dari sembilan sampel taman depan rumah termasuk kategori baik, yaitu Bukit Nirwana I 5/1 dengan nilai 62,5 %, Bukit Nirwana I 8/19 dengan nilai 68,8 %, Bukit Nirwana I 8/28 dengan nilai 75 %, Padma Nirwana 1/21 dengan nilai 68,8 %, Padma Nirwana 1/25 dengan nilai 68,75 %, Panorama 2/8 dengan nilai 68,8 %, Panorama /5 dengan nilai 75 % dan Panorama /7 dengan nilai 68,8 %. Kedelapan sampel tersebut mendapat nilai baik karena penataan tanamannya memiliki kesatuan tema garis, bentuk maupun warna dengan lingkungan sekitarnya, seperti penanaman mengikuti bentukan lahan yang ada, atau karena terdapat pola atau tanaman tertentu yang dapat terekam dengan baik (dominansi terlihat), seperti pada Bukit Nirwana I 8/28 dimana keberadaan anggrek tanah ungu sangat mendominasi pandangan. Satu sampel dengan nilai buruk sebesar 56, % adalah Padma Nirwana 1/65. Nilai yang rendah ini disebabkan peletakan pohon-pohon dan tanaman lainnya dengan jarak tanam terlalu rapat sehingga tajuknya saling bertumpuk dan muncul kesan tertutup. Selain itu, peletakan tanaman yang menyebar menyebabkan kesatuan tema, bentuk atau garis yang ada menjadi kurang terlihat. Dari segi komponen aspek aksen, tiga rumah termasuk kategori buruk, yaitu Bukit Nirwana I 8/19, Bukit Nirwana I 8/28 dan Padma Nirwana 1/25 dengan nilai sama untuk ketiganya yaitu 50 %. Nilai rendah ini disebabkan tidak adanya kesan kontras yang muncul, baik dari segi pengelompokan tanaman secara massal atau individu dengan struktur unik atau khas, maupun dari pengelompokan warna, bentuk atau tekstur tertentu dari tanaman. Enam sampel lainnya termasuk kategori baik, yaitu Bukit Nirwana I 5/1 dengan nilai 62,5 %, Padma Nirwana 1/21 dengan nilai 75 %, Padma Nirwana 165 dengan nilai 62,5 %, Panorama 2/8 dengan nilai 75 %, Panorama /5 dengan nilai 75 % dan panorama /7 dengan nilai 75 %. Keseimbangan dengan kategori baik (nilai 75 %) ditemui pada tujuh dari sembilan sampel taman depan rumah, yaitubukit Nirwana I 8/19, Bukit Nirwana I 8/28, Padma Nirwana 1/21, Padma Nirwana 25, Panorama 2/8, Panorama /5 dan Panorama /7. Nilai baik diperoleh karena adanya keseimbangan dari komposisi tanaman secara visual, baik yang bersifat formal maupun informal. Pada lanskap taman depan rumah dari tujuh sampel yang bernilai baik tersebut, seluruhnya

81 64 mendapatkan nilai baik dari komposisi tanaman secara asimetris mengikuti bentukan lahan, baik dengan pola geometrik maupun organik. Sementara dua sampel lainnya yaitu Bukit Nirwana I 5/1 dan Padma Nirwana 1/65 termasuk kategori buruk karena hanya mendapatkan nilai masing-masing 50 %. Kedua sampel ini mendapat nilai rendah karena pengaturan tanaman yang cenderung acak sehingga kesan seimbang kurang terlihat. Tabel 19. Nilai Aspek Estetika di Area Taman Depan Rumah Lokasi Pemilihan Tanaman Nilai Komponen Aspek Estetika (%) Pengaturan Tanaman Aksen Gradasi/ Kesatuan/ (Kontras/ Repetisi Tema Focal Point) Keseimbangan Nilai Ratarata (%) Bukit Nirwana I 5/ ,7 62,5 62,5 50 5, Bukit Nirwana I 8/19 56,, 68, ,6 Bukit Nirwana I 8/ Padma Nirwana I/ ,7 68, ,1 Padma Nirwana I/25 56, 50 68, Padma Nirwana I/65 62,5 58, 56, 62, ,9 Panorama 2/8 56, 66,7 68, , Panorama /5 87,5 91, ,8 Panorama / ,7 68, ,1 Rata-rata 6,2 58, 68,1 6,9 69,4 64,6 Keterangan : 81% Sangat Baik, 61-80% Baik, 41-60% Buruk, 40% Sangat Buruk Trend Desain Penanaman Sejak tahap utama pengembangan, BNR lebih sering melakukan penataan lanskap pada tahap akhir setelah merampungkan pembuatan bangunan dan elemen keras lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tanaman tidak mengalami resiko kerusakan akibat proses pembangunan yang terjadi. Selain itu, pada tahap awal pengembangannya, BNR belum menetapkan adanya perencanaan maupun perancangan khusus di bidang lanskap. Saat itu penanaman lanskap masih diserahkan kepada supplier material tanaman sehingga selain memasok bahan tanaman, pihak supplier juga bertanggung jawab atas penataan tanaman mulai dari desain hingga penanaman di lapang. Perencanaan dan perancangan lanskap oleh konsultan baru dilaksanakan pada pengembangan cluster The Cliff pada awal tahun 2010.

82 65 Secara keseluruhan, desain penanaman pada area studi lanskap permukiman BNR memiliki konsep tropis. Konsep ini dapat terlihat dari pemilihan tanaman berupa jenis palem-paleman maupun pemilihan tanaman dengan warna hangat seperti merah, ungu, kuning terang dan hijau. Penataan tanaman secara multistrata juga menguatkan kesan tropis, dimana tanaman rendah berupa semak, perdu atau penutup tanah diposisikan sebagai transisi antara pohon dan rumput. Untuk trend desain penanaman pada area studi, masing-masing lokasi dikelompokkan ke dalam tipe tertentu berdasarkan kemiripan penataan tanaman pada lanskapnya. Hasil pengelompokan disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Pengelompokan Lokasi Studi Berdasarkan Pola Desain Penanaman Lokasi Tipe 1 Tipe 2 Tipe Tipe 4 Tipe 5 Jumlah Gerbang Utama Jalan Utama Gerbang Cluster Taman Publik Taman Depan Rumah Gerbang Utama Gerbang utama BNR berupa sebuah round about di di jalan masuk menuju BNR. Round abut ini berisi name sign BNR yang dilatarbelakangi siluet seekor rusa tutul putih yang merupakan icon BNR. Di tepi kanan dan kiri jalan terdapat pilar-pilar putih membentuk kurva mengikuti bentukan lingkaran dari round about. Gambar 22 menunjukkan penanaman pada gerbang utama BNR. Penanaman di round about gerbang utama lebih difokuskan sebagai background dari name sign tersebut dan estetika. Secara keseluruhan, kesan pertama yang dapat ditangkap dari penanaman di area ini adalah kesan tropis dengan variasi bentuk, warna dan tekstur yang meriah. Booth (198) mengemukakan bahwa elemen tanaman dapat memberi kesan penyambutan terhadap suatu objek atau spot penting pada suatu lingkungan. Selain itu, tanaman dengan ukuran, bentuk tajuk, warna, tekstur maupun penataan yang unik membuat ruang menjadi lebih nyata dan mudah dikenali. Fungsi tanaman sebagai elemen penyambutan terutama akan tampak dengan penempatan tanaman tinggi di

83 66 belakang sebuah monumen atau benda sejenis. Pada gerbang utama BNR, tanaman tinggi yang digunakan tepat di belakang name sign adalah rumpun palem merah (Cyrtostachys renda) dan sikas (Cycas revoluta) yang memiliki karakter khas, yaitu warna mencolok dan bentuk tajuk menarik. Untuk melembutkan kesan keras yang muncul dari name sign sekaligus menguatkan keberadan name sign sebagai pusat pandangan, ditanam beberapa jenis semak dan tanaman penutup tanah mengelilingi name sign. Tanaman yang digunakan yaitu lidah mertua (Sansevieria trifasciata), adam hawa (Rhoeo discolor), nanas hias (Ananas comosus) dan simbang darah (Excoecaria bicolor). Terdapat juga kucai mini (Ophiopogon japonicus) sebagai tanaman penutup tanah yang digunakan untuk menghubungkan elemen atau grup tanaman yang terpisah sehingga terlihat menyatu sebagai sebuah kesatuan (Booth 198). Penataan pada bagian belakang name sign merupakan kombinasi antara hard material berupa batu-batu, pot tembikar besar dan kolam kecil berisi batu koral putih dengan tanaman penguat kesan kering. Tanaman yang digunakan yaitu adam hawa (Rhoeo discolor) dan nanas hias (Ananas comosus). Gambar 22. Desain Penanaman pada Gerbang Utama BNR Jalan Utama Penanaman pada lanskap jalan utama BNR memiliki pola linear dengan adanya pengelompokan tanaman berdasarkan ciri fisiknya (gradasi) dan pengulangan (repetisi) jenis tanaman yang digunakan. Pola linear dengan gradasi dan repetisi digunakan untuk memberikan pemandangan yang teratur pada jarak tertentu, sehingga tidak membingungkan pengguna jalan. Terdapat pula ciri khas tersendiri yang cukup menarik untuk diamati yaitu adanya pohon yang terlihat

84 67 mencolok sebagai focal point pada tiap median. Jenis tanaman focal point berganti setiap segmen, sehingga terdapat variasi yang dapat mencegah kesan monoton. Umumnya tanaman yang digunakan sebagai focal point ini memiliki fungsi utama sebagai tanaman pengarah jalan, seperti tanaman palem-paleman (famili Arecaceae) atau tanaman dengan bentuk tajuk kolumnar. Selain pola linear, bentukan organik juga dapat terlihat pada penanaman jalan utama yaitu dari tanaman semak atau perdu dan tanaman penutup tanah pada median jalan. Pola organik ini dapat memecah kekakuan yang muncul dari repetisi tanaman yang digunakan sebagai pengarah. Penempatan semak atau perdu di tengan median juga bermanfaat sebagai penahan silau dari lampu kendaraan, namun pemenuhan fungsi ini masih kurang efektif karena tinggi tanaman yang ada kurang dari 1 meter. Tabel 21 menyajikan tipe penataan tanaman pada jalan utama. Tabel 21. Tipe Penataan Tanaman pada Area Jalan Utama Lokasi Tipe 1 Tipe 2 Tipe Segmen 1 (Gerbang Utama-Median) Segmen 2 (Blok Palem Kurma) Segmen (Blok Palem Putri) Segmen 4 (Blok Eboni) Segmen 5 (Blok Salam - Jembatan) Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1) Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2) Segmen 8 (Blok Palem Sadeng ) Segmen 9 (Orchard Walk) Jumlah 4 2 Tipe 1 merupakan tipe dengan penanaman linear yang terutama terlihat pada median, yang lebih menekankan pada aspek gradasi dan repetisi dari semak rendah dan tanaman penutup tanah dalam bentuk blok-blok yang dominan. Tipe ini dapat dilihat pada segmen 1, 5, 7 dan 9. Untuk tipe 2 yang ditemukan pada segmen 2, 4 dan 6, penanamannya berpola linear dengan kombinasi bentukan organik dari semak dan penutup tanah pada median. Sementara tipe memiliki penanaman linear dengan adanya ruang terbuka yang ditanami rumput pada median, seperti yang terlihat pada segmen dan 8. Pengelompokan segmen pada jalan utama berdasarkan penataan dapat dilihat pada Tabel 22.

85 68 Tabel 22. Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Jalan Utama Tipe Lokasi Foto Eksisting Ilustrasi Segmen 1 (Gerbang Utama) 1 Penanaman linear pada median jalan (menekankan pada gradasi dan repetisi) Tanaman pada median dominan berupa semak, perdu atau penutup tanah dalam bentuk blok Segmen 5 (Blok Salam Jembatan) Segmen 7 (Blok Palem Sadeng 2) Segmen 9 (Orchard Walk) 68

86 69 Tabel 22 (Lanjutan) Tipe Lokasi Foto Eksisting Ilustrasi 2 Penanaman linear dengan bentukan organik dari semak, perdu atau penutup tanah pada median Segmen 2 (Blok Palem Kurma) Segmen 4 (Blok Eboni) Segmen 6 (Blok Palem Sadeng 1) Penanaman linear dengan adanya jeda berupa area terbuka yang ditanami rumput pada median Segmen (Blok Palem Putri) Segmen 8 (Blok Palem Sadeng ) 69

87 70 Segmen 1 meliputi area gerbang utama dan median sebelum jembatan pertama. Median ini ditanami lili paris (Chlorophytum comosum) dan sablo laut (Aerva sanguinolenta) secara berselang-seling setiap meter pada paruh awal median, dan pada paruh selanjutnya terdapat ubi hias (Ipomoea sp.) bergantian dengan kacang-kacangan (Arachis pintoi) dan buah palem putri (Veitchia merilii) setiap jarak tertentu. Penanaman pada median segmen 1 ini lebih menekankan pada konsep terbuka dan mengarahkan pengguna jalan untuk memasuki permukiman, dengan adanya palem raja (Roystonea regia) di tepi kiri dan kanan jalan. Adanya pengulangan kelompok tanaman menghadirkan gradasi dan repetisi yang kuat, yang diperlukan dalam lanskap jalan untuk menghadirkan kesan rapi, teratur dan terarah bagi pengguna jalan. Pada segmen kedua yaitu blok palem kurma, tanaman penciri pada mediannya adalah palem kurma (Phoenix dactylifera) yang dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah dan semak atau perdu pada median. Semak atau perdu ditanam dengan pola organik dan diletakkan di tengah median seperti soka jawa (Ixora javanica), soka (Ixora sp.) dan iris (Neomarica longifolia), sementara penutup tanah yang digunakan yaitu lili paris (Chlorophytum comosum) dan taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia). Penanaman pada ujung-ujung median menggunakan tanaman yang lebih bersifat dekoratif seperti sikas (Cycas revoluta), agave (Agave angustifolia), euphorbia (Euphorbia milii), lantana (Lantana camara), spider lily (Hymenocallis speciosa), dan bawang-bawangan (Zephyranthes rosea). Tanaman tepi jalan segmen 2 berupa deretan palem raja (Roystonea regia) dan dadap merah (Erythrina cristagali) sebagai pengarah. Rumput paetan (Axonopus compressus) ditanam menutupi sisa lahan pada median dan tepi jalan. Round about pertama juga masih termasuk ke dalam segmen 2. Round about ini memiliki sebuah main sign atau penunjuk arah kawasan permukiman, dengan tanaman ditata berpola radial dan berpusat pada main sign. Semak rendah dan penutup tanah dengan tekstur halus seperti sablo laut (Aerva sanguinolenta), pangkas kuning (Duranta repens), kacang-kacangan (Arachis pintoi) dan rumput paetan (Axonopus compressus) digunakan agar perhatian pengguna jalan tetap terpusat pada main sign di tengah round about.

88 71 Segmen ketiga yaitu blok palem putri (Veitchia merilii) yang terdapat pada dua median. Penanaman pada median segmen ini terkesan lebih terbuka dan sederhana dibandingkan penanaman median segmen lainnya, yaitu hanya menampilkan palem putri yang diletakkan pada jarak tanam teratur dikombinasikan dengan lili paris (Chlorophytum comosum), sablo laut (Aerva sanguinolenta) dan giant false agave (Furcraea gigantea). Ujung-ujung median dibiarkan polos, hanya salah satu ujung median yang ditanami amarilis (Hippeastrum hybrida). Penanaman pada ujung median penting diperhatikan yaitu harus memberi keterbukaan pandangan untuk keamanan pengguna jalan, namun sebaiknya ditanami dengan tanaman yang atraktif agar dapat dinikmati pengguna jalan karena kecepatan kendaraan pada saat melewati ujung median atau persimpangan cenderung lebih lambat. Seperti yang terlihat pada segmen sebelumnya, penanaman semak atau perdu sebagai penahan silau pada segmen ini kurang efektif karena ketinggian penanaman kurang dari 1 meter, sehingga tidak dapat menghalangi silau dari cahaya lampu kendaraan yang melintas di jalan utama. Pada tepi jalan segmen tidak banyak terlihat tanaman selain rumput paetan (Axonopus compressus). Hal ini dikarenakan area tepi jalan mulai dari segmen sudah berbatasan langsung dengan rumah-rumah warga, sehingga penataan tanaman pada tepi jalan tersebut seringkali mengikuti keinginan pemilik rumah. Kebanyakan pemilik rumah membiarkan area tepi jalan di depan rumah mereka polos tanpa ada pohon peneduh maupun pembatas visual.segmen 4 adalah blok eboni, dengan pohon eboni (Diospyros celebica) ditata berbaris rapi di tengah median. Penataan pohon secara kontinu dengan jarak tanam teratur ini selain berguna sebagai pengarah, juga memberikan identitas bagi segmen tersebut karena penampilan eboni yang khas, baik dari bentuk tajuk maupun warna batangnya yang kehitaman. Di antara eboni ditanami dengan spider lily (Hymenocallis speciosa), sablo laut (Aerva sanguinolenta) dan seruni rambat (Wedelia biflora). Tanaman-tanaman dengan warna menarik tersebut ditanam kontinu membentuk pola organik yaitu garis bergelombang sepanjang median. Sama seperti segmen, di tepi jalan segmen 4 ini tidak terdapat banyak tanaman selain rumput paetan (Axonopus compressus).

89 72 Segmen lima yaitu blok salam meliputi round about, median dengan tanaman penciri salam (Syzygium polyanthum), hingga jembatan kedua. Round about pada segmen ini memiliki penataan hampir sama dengan round about sebelumnya pada segmen 2, yaitu tanaman semak rendah dan penutup tanah ditata berpola radial dengan main sign sebagai pusatnya. Tanaman yang digunakan pun hampir serupa, yaitu lili paris (Chlorophytum comosum), sablo laut (Aerva sanguinolenta) dan pangkas kuning (Duranta repens). Setelah round about, terdapat median dengan penciri salam yang dikombinasikan dengan sablo laut dan lili paris yang ditanam berselang-seling setiap 2 meter. Mendekati jembatan tidak terdapat median lagi. Penanaman dengan fungsi pengarah terdapat pada tepi kiri dan kanan jalan, yaitu tanjung (Mimusoph elengi) dengan bugenvil (Bougainvillea spectabilis) yang ditanam rapat di antara tanjung. Pada area jembatan, penanaman hanya terdapat pada planter box di tepi kiri dan kanan jembatan, dengan tanaman berupa lidah mertua (Sansevieria trifasciata), adam hawa (Rhoeo discolor) dan lili paris dalam pot. Mendekati Marketing Office, segmen selanjutnya atau segmen 6 adalah blok palem sadeng 1. Segmen ini mengitari area taman kolam dan melewati bagian depan Marketing Office. Tanaman penciri pada kedua median di segmen ini adalah palem sadeng (Livistona rotundifolia). Palem sadeng diletakkan satu atau dua batang setiap jarak tertentu sepanjang median, dikombinasikan dengan berbagai tanaman yang ditata dalam pola organik. Tanaman-tanaman yang digunakan yaitu ubi hias (Ipomoea sp.), lili paris (Chlorophytum comosum), sablo laut (Aerva sanguinolenta), spider lily (Hymenocallis speciosa) dan cendrawasih (Phyllanthus niruri). Terdapat pula beberapa bagian yang terbuka, hanya ditanami rumput paetan dengan giant false agave (Furcraea gigantea) atau daun pilo (Philodendron selloum) dalam pot sebagai tanaman ornamental. Penanaman pada ujung-ujung median segmen ini termasuk baik dengan penggunaan berbagai tanaman dengan variasi bentuk, warna maupun tekstur sehingga bernilai estetik tinggi tapi tetap memberi kesan terbuka. Tanaman yang digunakan untuk penanaman di ujung median yaitu puring (Codiaeum variegatum), drasena (Dracaena marginata), spider lily, adam hawa (Rhoeo discolor), ubi hias (Ipomoea sp.), sablo laut dan siklok (Agave attenuata). Tepi

90 7 jalan sepanjang segmen 6 ditanami pohon peneduh seperti kenari (Canarium commune) dan tanjung (Mimusoph elengi) sehingga segmen ini terkesan lebih teduh dan nyaman dibanding segmen-segmen tanpa penanaman di tepi jalannya. Segmen selanjutnya yaitu segmen 7 dan 8 masih ditanami palem sadeng sebagai tanaman penciri median, namun dengan desain dan tanaman yang berbeda. Pada tepi kanan dan kiri jalan ketiga segmen ini terdapat deretan pohon pengarah yang didominasi kenari (Canarium commune), tanjung (Mimusoph elengi) dan pinus (Pinus merkusii). Segmen 7 dimulai dari round about ketiga tepat di depan name sign Marketing Office. Round about ini merupakan yang terbesar dari ketiga round about pada area studi, tidak berisi main sign kawasan melainkan hanya berisi semacam sculpture batu besar dengan bentuk alami. Penanaman pada round about masih sama dengan kedua round about sebelumnya, yaitu berpola radial dengan pusatnya adalah sculpture batu. Tanaman yang digunakan agak berbeda dari round about sebelumnya, yaitu lebih bersifat dekoratif dengan bentuk tajuk beragam seperti sikas (Cycas revoluta), daun pilo (Philodendron selloum), siklok (Agave attenuata) dan giant false agave (Furcraea gigantea). Penanaman bersifat dekoratif ini tidak masalah karena fungsi utama round about ini lebih berfungsi estetik dan tidak dikhawatirkan akan menutupi pandangan. Median setelah round about masih memiliki palem sadeng sebagai tanaman penciri, namun tanaman lain yang terdapat pada median hanya sablo laut dan lili paris yang ditanam berselang-seling secara rapat setiap jarak meter, tanpa adanya area terbuka seperti pada segmen 6. Tepi jalan segmen 7 juga ditanami beberapa jenis pohon peneduh. Jenis pohon peneduh yang mendominasi yaitu kenari (Canarium commune) dan tanjung (Mimusoph elengi). Walaupun tidak serapat pada segmen 6, keberadaan pohon peneduh ini masih terbilang efektif memberikan kesan nyaman bagi pengguna jalan. Segmen 8 merupakan segmen ketiga yang memiliki palem sadeng (Livistona rotundifolia) sebagai tanaman pencirinya. Namun berbeda dengan segmen 6 dan 7, keberadaan palem sadeng pada segmen ini dikombinasikan dengan pohon lain yang lebih berkesan ornamental seperti pisang kipas (Ravenala madagascariensis). Tanaman lain yang juga digunakan adalah tanaman-tanaman

91 74 dengan warna menarik, seperti puring (Codiaeum variegatum), soka (Ixora sp.), euphorbia (Euphorbia milii) dan giant false agave (Furcraea gigantea). Segmen 8 juga lebih terbuka daripada segmen-segmen sebelumnya, karena tidak memiliki pohon peneduh di tapi jalan. Tepi jalan hanya ditanami oleh pinus (Pinus merkusii) sebagai tanaman pengarah. Hal ini mengakibatkan segmen 8 terkesan panas dan silau, karena keberadaan pinus di tepi jalan tidak mampu menahan silau dari cahaya matahari dengan optimal. Segmen terakhir (segmen 9) merupakan area Orchard Walk. Segmen ini tidak memiliki median, sehingga pohon ki hujan di tepi jalan dianggap sebagai tanaman pencirinya. Area ini ditanami ki hujan (Samanea saman) di tepi jalan, dengan paku jejer (Nephrolepis exaltata) dan bawang-bawangan (Zephyranthes rosea) di bawahnya. Ki hujan ditempatkan dengan tajuk bersinggungan sehingga berfungsi optimal sebagai peneduh, terutama bagi pejalan kaki yang melewati Orchard Walk serta kendaraan yang diparkir di tepi jalan. Gerbang Cluster Pada kelima cluster yang diteliti, semuanya ditata dengan pola organik yang simetris. Tanaman yang menjadi focal point adalah pohon rendah yang memunculkan kesan tropis dan umumnya merupakan jenis palem-paleman, yang dikombinasikan dengan semak rendah dan tanaman penutup tanah bersifat dekoratif. Fungsi penanaman yang diutamakan pada gerbang cluster adalah fungsi estetika untuk mendukung keberadaan name sign dan melembutkan kesan keras yang ditimbulkan oleh bangunan pos keamanan. Penanaman pada gerbang cluster juga dapat berfungsi sebagai identitas, sehingga penting untuk masing-masing cluster memiliki penanaman dengan karakter yang khas. Pengelompokan gerbang cluster berdasarkan penataan dapat dilihat pada tabel 2 dan 24. Tabel 2. Tipe Penataan Tanaman pada Area Gerbang Cluster Lokasi Tipe 1 Tipe 2 Tipe Arga Nirwana Bukit Nirwana I Padma Nirwana The Panorama Tirta Nirwana Jumlah 2 1 2

92 75 Tabel 24. Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Gerbang Cluster Tipe Lokasi Foto Eksisting Ilustrasi 1 Focal point berupa name sign di bagian tengah depan tapak dengan penanaman mengelilingi name sign (fungsi dekoratif) Bukit Nirwana I The Panorama 2 Focal point berupa name sign di bagian tengah tapak, namun tidak dikelilingi oleh penanaman Tirta Nirwana Focal point berupa penanaman di bagian tengah depan tapak (di depan pos keamanan) dengan tanaman palem-paleman dan kombinasi dengan batu alam. Name sign cluster tidak berada di tengah tapak. Arga Nirwana Padma Nirwana 75

93 76 Tipe 1 yang ditemukan pada gerbang cluster Bukit Nirwana I dan The Panorama merupakan tipe penanaman dengan name sign berada di bagian tengah depan tapak, dengan penanaman di sekeliling name sign yang lebih bersifat dekoratif. Tipe 2 memiliki kemiripan dengan tipe sebelumnya, yaitu name sign terletak di bagian depan tapak, namun tidak dikelilingi penanaman seperti yang terlihat pada gerbang cluster Tirta Nirwana. Tipe terakhir yaitu tipe memiliki penataan di bagian depan tapak berupa penanaman beberapa palem sebagai focal point yang dikombinasikan dengan batu-batu, sementara name sign diletakkan di tepi jalan, bukan di tengah tapak. Tipe ini dapat dilihat pada gerbang cluster Arga Nirwana dan Padma Nirwana. Pada gerbang cluster Arga Nirwana, tidak terdapat name sign di sekitar pos keamanan. Tanaman focal point pada area depan adalah tiga buah sikas (Cycas revoluta) yang ditata dengan lili alang putih dan kucai mini serta hard material berupa batu-batu dan lima buah pilar kecil membentuk setengah lingkaran. Di dekat pos keamanan terdapat pula tiga buah giant false agave (Furcraea gigantea) dengan pola peletakan yang sama dengan sikas. Bagian belakang pos keamanan ditanami palem phoenix (Phoenix canariensis) yang dikombinasikan dengan kucai mini sebagai tanaman transisi antara pohon dengan rumput. Untuk melembutkan kesan keras dari bangunan pos keamanan, terdapat foundation planting yang mengelilingi bangunan. Tanaman yang digunakan yaitu iris (Neomarica longifolia) dan spatipilum (Spathiphyllum walisii). Pada gerbang cluster Bukit Nirwana I, name sign berukuran besar terdapat di bagian depan gerbang cluster, sehingga fungsi penanaman yang diutamakan adalah untuk mendukung keberadaan name sign tersebut. Untuk mengoptimalkan fungsi ini, tanaman yang cocok adalah tanaman yang lebih tinggi daripada name sign itu sendiri. Tanaman yang diletakkan sebagai latar belakang name sign adalah tanaman dengan warna-warni menarik seperti hanjuang (Cordyline terminalis) dan euphorbia (Euphorbia milii) untuk memberi kesan kontras dengan warna putih dari name sign. Selain tanaman-tanaman tersebut terlihat juga palem phoenix (Phoenix canariensis) dan rumpun pinang (Areca catechu) yang ditanam di dekat pos keamanan. Selain pinang, terdapat pula lidah mertua (Sansevieria trifasciata), simbang darah (Excoecaria bicolor), iris, lili

94 77 paris dan kucai mini yang ditanam pada bagian depan pos keamanaan. Bagian belakang pos keamanan juga ditanami dengan tanaman yang sama. Fungsi dari foundation planting di sekeliling bangunan pos keamanan ini adalah untuk melembutkan kesan keras yang ditimbulkan oleh bangunan. Gerbang cluster Padma Nirwana pada bagian depan memiliki penataan tanaman mirip dengan gerbang cluster Arga Nirwana. Tiga buah sikas ditempatkan di depan pos keamanan, dikombinasikan dengan baby blue eyes (Nemophilia menziesii), batu-batu besar dan pilar-pilar kecil membentuk setengah lingkaran sesuai bentukan tapak. Kesesuaian bentuk ini menimbulkan kesatuan atau unity pada tapak. Foundation planting dengan tanaman paku jejer (Nephrolepis exaltata), pisang hias (Heliconia psittacorum), simbang darah (Excoecaria bicolor) dan kucai mini mengelilingi bangunan pos keamanan. Bagian belakang tapak berbentuk memanjang sekaligus sebagai median jalan masuk cluster. Penanaman pada bagian belakang ini lebih dekoratif dengan penggunaan lebih banyak jenis tanaman dan ditanam dalam bentukan organik. Tanaman yang digunakan antara lain palem sadeng (Livistona rotundifolia), cemara udang (Cupressus sempervirens), palem kurma mini (Phoenix roebelenii), anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata), azalea (Rhododendron sp.), bawangbawangan (Zephyranthes rosea), baby blue eyes dan kucai mini. Tanamantanaman tersebut dikombinasikan berdasarkan perbedaan tingginya sehingga terlihat gradasi ketinggian yang menarik namun di lain pihak gradasi dari segi warna dan tekstur kurang terlihat karena penempatan tanaman dengan warna maupun tekstur yang mirip diletakkan berdekatan. Gerbang cluster The Panorama dapat dikatakan memiliki penataan dengan nilai estetika paling baik di antara kelima gerbang cluster yang diteliti. Name sign berukuran besar diposisikan tepat di tengah bagian depan tapak, dikombinasikan dengan berbagai tanaman penutup tanah dan semak dengan variasi bentuk, warna maupun tekstur. Tanaman yang diletakkan di sekitar name sign utnuk mendukung keberadaannya antara lain puring (Codiaeum variegatum), bromelia (Bromelia sp.), drasena (Dracaena marginata), soka mini dan kucai mini. Terdapat pula palem phoenix (Phoenix canariensis) sebagai focal point tepat di belakang name sign serta palem kurma (Phoenix roebelenii) di tepi name sign.

95 78 Untuk foundation planting digunakan puring (Codiaeum variegatum), iris dan kucai mini, namun penanamannya tidak mengelilingi bangunan pos keamanan. Bagian belakang tapak memiliki pohon rendah yang bernilai ornamental karena percabangannya unik, yaitu kamboja (Plumeria sp.), pandan bali (Cordyline australis) dan cemara udang. Pohon-pohon rendah ini dikombinasikan dengan penutup tanah maupun semak rendah dengan warna menarik seperti simbang darah dan bromelia, serta batu besar untuk menambah kesan alam. Penggunaan pohon rendah pada area ini diperlukan untuk mengimbangi bangunan pos keamanan yang lebih tinggi dibandingkan bangunan pada gerbang cluster lainnya. Desain penanaman yang agak berbeda dapat ditemukan pada gerbang cluster Tirta Nirwana. Pada gerbang ini, name sign cluster diletakkan di bagian atas gerbang. Hampir seluruh area depan gerbang merupakan elemen air berupa kolam dengan beberapa tanaman air yang diletakkan untuk memperkuat kesan tirta itu sendiri. Tanaman air yang digunakan adalah melati air (Echinodorus sp.) dan alang-alang air (Typha angustifolia). Area di belakang pos keamanan ditata seperti gerbang cluster lainnya yaitu kombinasi pohon dengan semak rendah dan tanaman penutup tanah. Tanaman yang menjadi focal point pada bagian belakang gerbang cluster ini adalah dua buah sikas di tengah tapak dan palem merah (Cyrtostachys renda) yang diletakkan simetris di kanan dan kiri tapak sehingga tercipta keseimbangan yang baik. Palem merah dikombinasikan dengan kucai mini dalam bentukan organik yang sesuai bentukan tapak, sehingga menimbulkan kesatuan atau kesamaan tema bentuk. Tanaman lain di bagian belakang gerbang yang ditata secara simetris adalah baby blue eyes yang dikombinasikan dengan euphorbia. Taman Publik Keempat taman publik yang menjadi lokasi studi dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe. Tipe 1 adalah tipe taman dengan lahan berbentuk memanjang dan penanamannya berpola jalur mengikuti bentukan lahan. Tipe 1 ini dapat dilihat pada taman cluster Arga Nirwana dan The Panorama. Sedangkan tipe 2 seperti yang ditemukan pada taman kolam dan taman cluster Padma Nirwana merupakan

96 79 taman pada lahan meluas,dengan penanaman berpola organik menyebar. Tabel 25 dan 26 menyajikan tipe penataan tanaman pada taman publik. Tabel 25. Tipe Penataan Tanaman pada Area Taman Publik Lokasi Tipe 1 Tipe 2 Taman Kolam Arga Nirwana Padma Nirwana The Panorama Jumlah 2 2 Tabel 26. Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Taman Publik Tipe Lokasi Foto Eksisting Ilustrasi 1 Lahan berbentuk memanjang dengan penanaman berpola jalur Taman Cluster Arga Nirwana Taman Cluster The Panorama 2 Lahan berbentuk meluas dengan penanaman berpola organik menyebar Taman Kolam Taman Cluster Padma Nirwana Taman publik terbesar yang ada di BNR terletak di samping Marketing Office. Taman ini ditata dengan pola organik, dengan kombinasi penanaman dengan elemen air berupa kolam besar yang dilengkapi air mancur. Pada tepi kolam ditanam beberapa rumpun talas-talasan (Colocasia esculenta) untuk memperkuat kesan air. Tanaman yang digunakan pada taman ini lebih banyak berupa tanaman peneduh seperti ki hujan (Samanea saman) dan bintaro (Cerbera

97 80 odollam) yang diposisikan mengelilingi kolam besar. Keberadaan tanaman peneduh tersebut sangat berguna untuk memberi kenyamanan pada pengguna taman. Terdapat pula semak dan tanaman penutup tanah yang ditata dengan pola organik secara berkelompok untuk memperkuat kesan gradasi dan repetisi, seperti daun renda merah (Acalypha godseffiana), bugenvil (Boougainvillea spectabilis), puring (Codiaeum variegatum), hanjuang (Cordyline terminalis), pangkas kuning (Duranta repens), pisang hias (Heliconia psittacorum) dan lolipop merah (Pachystachys lutea Shrimp plant ). Taman cluster Arga Nirwana lebih mirip median di antara jalur pedestrian yang ada di dalam cluster, namun dengan tambahan bangku yang dapat digunakan untuk duduk-duduk bagi penghuni cluster. Karena area yang sempit, penggunaan lahan dimaksimalkan untuk menanam pohon peneduh sehingga tapak yang kecil dapat lebih fungsional. Pohon peneduh yang digunakan adalah ki hujan (Samanea saman) yang bertajuk menyebar namun tidak terlalu masif sehingga cahaya matahari masih dapat menembus sela-sela tajuk. Penanaman lainnya adalah semak dan penutup tanah berupa lolipop (Pachystachys lutea) yang dikombinasikan dengan palem kipas (Livistona spp.), hanjuang (Cordyline terminalis) dan jewer kotok (Coleus blumei). Tanamantanaman tersebut ditanam secara mengelompok dengan pengulangan setiap jarak tertentu, sehingga menimbulkan kesan gradasi dan repetisi yang kuat. Terdapat pula bawang-bawangan yang ditanam mengitari tapak sebagai tanaman pembatas. Keberadaan pembatas berupa tanaman rendah tersebut bermanfaat untuk mempertahankan kesan terbuka sehingga tapak tidak terlihat sempit. Karena area yang kecil dan terletak pada lahan dengan topografi datar, taman ini tidak ditanami rumput atau penutup tanah dengan fungsi penahan erosi. Taman cluster Padma Nirwana juga merupakan area kosong yang dimanfaatkan sebagai hijauan. Letaknya strategis dengan dikelilingi rumah-rumah penduduk, berupa area yang ditinggikan sehingga berada 1 meter lebih tinggi daripada jalan di sekitarnya. Taman ini berpola organik mengikuti bentukan tapaknya. Tanaman peneduh ditempatkan di sekeliling tapak dengan jarak agak renggang sehingga pandangan dari maupun keluar taman tetap terbuka. Tanaman

98 81 peneduh yang digunakan yaitu kersen (Muntingia calabura), kecrutan (Spathodea campanulata), ketapang kencana (Terminalia mantaly) dan ki hujan. Pada bagian tengah taman terdapat jalur pejalan kaki selebar 1 meter melingkari tapak dengan pola organik. Bangku-bangku dari semen ditempatkan pada beberapa sudut jalur pejalan kaki tersebut, namun tidak ada penanaman pohon peneduh di dekatnya sehingga bangku menjadi kurang nyaman untuk diduduki. Untuk estetika, dilakukan penanaman berbagai tanaman dekoratif yang dapat memperkuat kesan tropis, yaitu tanaman berwarna cerah dengan tajuk menarik seperti palem bismarck (Bismarckia nobilis), palem kipas (Livistona spp.), siklok (Agave attenuata), batavia (Jatropha pandurifolia), drasena (Dracaena marginata) dan euphorbia. Sebagai transisi antara tanaman yang lebih tinggi dengan rumput, digunakan berbagai penutup tanah seperti lili paris (Chlorophytum comosum), baby blue eyes (Nemophilia menziesii), paku jejer (Nephrolepis exaltata), adam hawa dan kucai mini. Taman cluster The Panorama merupakan area memanjang berbentuk hampir oval, dengan elemen air berupa kolam pada bagian tengahnya. Bentuk oval juga diulang pada jalan setapak di bagian tengah taman, mengikuti bentukan kolam. Jalur pejalan kaki ini memanjang dari ujung ke ujung taman, dengan peletakan bangku taman di tepinya. Bangku taman dinanungi tanaman rambat berupa alamanda (Allamanda cathartica) yang juga berfungsi estetik. Penanaman yang ada lebih mengutamakan fungsi peneduh selain estetik. Pohon peneduh yang digunakan adalah ki hujan yang diposisikan berbaris pada bagian tengah tapak sehingga tajuknya dapat menanungi bangku di tepi jalur pejalan kaki. Selain peneduh, terdapat pula pohon untuk fungsi estetika seperti palem bismarck (Bismarckia nobilis), sikas (Cycas revoluta) dan ketapang kencana (Terminalia mantaly). Semak atau perdu yang digunakan adalah tanaman dengan warna bunga atau daun menarik seperti bugenvil (Bougainvillea spectabilis), sikat botol (Callistemon citrinus), puring (Codiaeum variegatum), batavia (Jatropha pandurifolia) dan azalea (Rhododendron sp.) atau tanaman dengan bentuk tajuk dan tekstur menarik seperti siklok (Agave attenuata), euphorbia (Euphorbia milii) dan giant false agave (Furcraea gigantea).

99 82 Taman Depan Rumah Taman rumah yang ada di BNR memiliki desain penanaman yang bervariasi dengan pola beragam, tergantung dari keinginan dan selera pemilik properti. Fungsi penanaman yang dominan tampak adalah fungsi estetika. Karena keragaman pola tersebut, penanaman pada taman rumah akan lebih menampakkan trend desain penanaman terbaru pada BNR. Dari pengamatan, penanaman yang dominan pada taman rumah di BNR adalah penggunaan tanaman dengan perawatan minim. Jenis tanaman yang sering digunakan adalah tanaman dengan bentuk vertikal atau bertajuk kolumnar, seperti iris (Neomarica longifolia), anggrek tanah ungu (Spathoglotis plicata) dan cemara lilin (Cupressus sempervirens). Selain itu, sering pula ditemukan tanaman dengan warna dominan merah seperti sablo laut (Aerva sanguinolenta) dan hijau seperti iris (Neomarica longifolia). Tabel 27. Tipe Penataan Tanaman pada Area Taman Depan Rumah Lokasi Tipe 1 Tipe 2 Tipe Tipe 4 Tipe 5 Bukit Nirwana I 5/1 Bukit Nirwana I 8/19 Bukit Nirwana I 8/28 Padma Nirwana 1/21 Padma Nirwana 1/25 Padma Nirwana 1/65 Panorama 2/8 Panorama /5 Panorama /7 Jumlah Tabel 28. Ilustrasi Penataan Tanaman pada Area Taman Depan Rumah Tipe Lokasi Foto Eksisting Ilustrasi 1 Penanaman semak atau penutup tanah rapat mengelilingi lahan Panorama /7 2 Penanaman pada grading Padma Nirwana 1/21

100 8 Tipe Lokasi Foto Eksisting Ilustrasi Penanaman pada grading dan foundation planting dekat dinding rumah Bukit Nirwana I 8/19 4 Penanaman menyebar pada lahan Bukit Nirwana I 5/1 Padma Nirwana 1/65 5 Penanaman semak atau penutup tanah mengelilingi lahan, penanaman pada grading serta peletakan tanaman menyebar (kombinasi) Bukit Nirwana I 8/28 Padma Nirwana 1/25 Panorama 2/8 Panorama /5 Dari sembilan sampel taman depan rumah yang diteliti, secara garis besar pola penanamannya dapat dikelompokkan menjadi lima tipe. Tipe yang pertama adalah pola penanaman semak atau penutup tanah rapat mengelilingi lahan, seperti pada Panorama /7. Tipe kedua yaitu penanaman pada grading yang terdapat pada Padma Nirwana 1/21. Tipe ketiga adalah penanaman pada grading dan foundation planting dekat dinding rumah, seperti pada Bukit Nirwana I 8/19.

101 84 Tipe keempat yaitu tanaman diletakkan atau ditanam mengikuti pola menyebar yang acak, seperti pada Bukit Nirwana I 5/1 dan Padma Nirwana 1/65. Tipe yang kelima merupakan kombinasi penanaman dari tipe-tipe sebelumnya, yaitu penanaman semak atau penutup tanah mengelilingi lahan, penanaman pada grading serta peletakan tanaman menyebar. Tipe terakhir ini merupakan tipe yang paling banyak diterapkan, yaitu pada empat dari sembilan rumah sampel (Bukit Nirwana I 8/28, Padma Nirwana 1/25, Panorama 2/8 dan Panorama /5).

102 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan tanaman, yaitu mempertimbangkan bagaimana tanaman dapat digunakan dalam lanskap untuk memenuhi fungsi yang diinginkan sebagai elemen pembentuk ruang seperti screen, pengarah, peneduh maupun alas. Penerapan fungsi tanaman pada lanskap permukiman juga harus menampilkan aspek estetika sehingga pengguna dapat menikmati keberadaan tanaman. Pada suatu lanskap, penanaman sebaiknya memperhatikan fungsi-fungsi utama yang dibutuhkan. Tidak semua fungsi yang dibutuhkan harus terpenuhi, karena setiap tapak spesifik dan membutuhkan fungsi yang berbeda-beda dengan derajat pemenuhan yang tidak sama. Pemenuhan fungsi penanaman yang dibutuhkan juga bergantung kepada keinginan masing-masing pemilik properti yang bersangkutan. Gerbang Utama dan Gerbang Cluster Penataan tanaman pada area gerbang utama (Gambar 2) harus dapat menampilkan identitas selain memberikan kesan estetik bagi kawasan tersebut. Fungsi pengarah juga dibutuhkan untuk mengarahkan pandangan dan memberikan orientasi pada gerbang sebagai focal point. Untuk menonjolkan area gerbang sebagai focal point dan identitas kawasan, penanaman pada area tersebut dapat ditata dengan pola-pola menarik yang berbeda dengan area lainnya, dengan pemilihan tanaman lokal atau yang menjadi ciri khas daerah. Untuk menjamin faktor keamanan, tanaman yang dipilih sebaiknya berupa tanaman rendah seperti semak atau tanaman penutup tanah yang memberi kesan terbuka sehingga tidak menghalangi pandangan pengguna jalan. Penempatan tanaman dengan nilai estetik baik dari bentuk tajuk, tekstur, warna daun, batang maupun bunga dapat diterapkan untuk menghadirkan aksen pada lanskap gerbang utama. Untuk mendukung keberadaan name sign, tanaman dengan postur lebih tinggi daripada name sign itu sendiri dapat ditempatkan

103 86 sebagai background. Tanaman lainnya yang ditempatkan di sekeliling name sign sebaiknya berupa tanaman rendah seperti semak atau penutup tanah. Tanaman memanjat juga dapat digunakan untuk melembutkan kesan keras pada pilar-pilar di tepi jalan yang mengelilingi gerbang. Untuk gerbang cluster (Gambar 24), fungsi penanaman yang sama dapat diterapkan, yaitu fungsi estetika, identitas dan mengimbangi kesan keras yang muncul dari hardscape. Keterbukaan juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan untuk member keleluasaan pandangan. Untuk itu, tanaman yang digunakan sebaiknya meliputi pohon pendek, semak atau perdu dan tanaman penutup tanah yang sesuai dengan konsep tropis yang ingin ditonjolkan.

104

105

106 89 Jalan Utama Penataan tanaman pada lanskap jalan utama (Gambar 25) dalam kawasan permukiman dapat berfungsi sebagai pembatas visual (screen), kontrol kesilauan, peneduh, penahan erosi, pengarah serta estetika. Kebutuhan akan terpenuhinya fungsi-fungsi tersebut bergantung pada kondisi spesifik tapak dan keinginan pengguna tapak atau pemilik properti. Penataan tanaman untuk menjadi pembatas visual dapat diterapkan pada area-area di mana terdapat pemandangan buruk yang harus dibatasi, atau area di mana penggunanya membutuhkan privasi, seperti penanaman pada bagian depan rumah atau pada jalan publik yang berbatasan dengan rumah warga. Agar dapat memenuhi fungsi pembatas visual dengan optimal, tanaman yang dipilih sebaiknya merupakan pohon, perdu maupun semak dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter atau setinggi pandangan mata, dengan penanaman rapat, tajuk bersinggungan atau membentuk baris. Tanaman dengan massa daun rapat dapat membatasi pandangan lebih baik daripada yang berdaun jarang. Contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai pembatas visual antara lain cemara lilin (Cupressus sempervirens), daun renda merah (Acalypha godseffiana) dan bambu jepang (Arundinaria pumila). Keberadaan tanaman dengan fungsi kontrol kesilauan sangat dibutuhkan pada median jalan. Jalan utama pada permukiman seperti Bogor Nirwana Residence dilewati kendaraan dengan intensitas cukup tinggi karena keberadaan The Jungle sebagai area rekreasi di dalam permukiman yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Untuk dapat menahan silau lampu kendaraan dengan baik, penanaman pada median sebaiknya menggunakan semak atau perdu yang tingginya melebihi tinggi lampu pada kendaraan. Penanaman rapat secara kontinu dengan massa daun padat dapat meningkatkan keefektifan pemenuhan fungsi ini. Contoh tanaman yang efektif digunakan untuk memenuhi fungsi ini antara lain pangkas kuning (Duranta repens), azalea (Rhododendron sp.) dan krimbosa (Tabernaemontana corymbosa). Fungsi peneduh sangat dibutuhkan pada tepi jalan untuk memberikan kenyamanan pada pengguna jalan, terutama pejalan kaki. Pohon peneduh juga penting untuk menahan cahaya matahari agar tidak terlalu banyak yang

107 90 dipantulkan oleh jalan beraspal dan menimbulkan gangguan visual pada pengguna jalan. Untuk memenuhi fungsi ini dengan baik, tanaman yang sebaiknya dipilih adalah pohon sedang dengan bentuk tajuk bulat, kubah, menyebar atau tidak beraturan, dengan percabangan minimal 5 meter di atas tanah sehingga tidak mengganggu kendaraan yang melintas. Peletakan tanaman sebaiknya sesuai dengan orientasi objek yang dinaungi atau mengikuti arah pergerakan matahari. Untuk jalan berorientasi utara-selatan, tinggi pohon akan sangat penting dalam memberikan naungan, sementara untuk jalan berorientasi barat-timur, bentuk tajuk akan sangat berpengaruh. Pengaturan jarak tanam juga penting untuk efektivitas fungsi peneduh. Tanaman yang ditanam kontinu dengan tajuk bersinggungan akan lebih memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan serta dapat berfungsi ganda sebagai tanaman pengarah. Untuk fungsi peneduh ini, contoh tanaman yang efektif digunakan yaitu bintaro (Cerbera odollam), dadap merah (Erythrina crista-galli) dan tanjung (Mimusoph elengi). Fungsi pengarah merupakan salah satu fungsi terpenting yang dibutuhkan dalam suatu lanskap jalan. Keberadan tanaman pengarah di tepi dan median jalan dapat memudahkan pengguna jalan menentukan orientasi menuju focal point atau area tertentu. Kriteria tanaman dengan fungsi pengarah pada lanskap jalan yaitu perdu dengan ketinggian hingga 6 meter atau pohon dengan ketinggian lebih dari 6 meter. Tanaman ditanam secara massal, berbaris atau linear dan lebih baik jika peletakannya kontinu dengan jarak tanam teratur. Penataan tersebut dapat menimbulkan kesan rapi dan memudahkan orientasi pengguna jalan. Tanaman yang dapat memenuhi fungsi pengarah dengan baik antara lain kenari (Canarium commune), glodogan tiang (Polyalthia longifolia) dan palem raja (Roystonea regia). Area jalan yang berada pada kontur tidak rata membutuhkan penanaman dengan fungsi penahan erosi. Tanaman untuk penahan erosi dapat berupa tanaman pendek maupun pohon. Untuk tanaman pendek, kriteria tanaman penahan erosi meliputi penutupan merata, ditanam secara massal dan lebih baik berupa penutup tanah tahunan atau rumput yang perakarannya dapat menahan tanah dengan baik serta tidak memerlukan pemeliharaan intensif. Untuk pohon, lebih diutamakan menggunakan pohon konifer atau berdaun jarum dengan percabangan horizontal

108 91 dan kulit batang kasar, serta penutupan merata. Dalam Booth (198), dikemukakan bahwa sekitar 60 % curah hujan mencapai tanah setelah melalui kanopi pohon tipe konifer, pohon jenis lain meneruskan 80 % curah hujan. Hal ini disebabkan struktur daun pohon jenis konifer yang dapat menjerap tetesan air lebih baik. Kulit batang kasar juga dapat memperlambat pergerakan air menuruni batang pohon sehingga mengurangi kecepatan air hujan mencapai permukaan tanah. Untuk mencegah kemonotonan, dalam penataan tanaman dibutuhkan variasi. Variasi yang ingin ditampilkan harus dipertimbangkan dengan baik karena bila terlalu banyak dapat menimbulkan kekacauan desain. Variasi yang dapat diterapkan adalah gradasi dan repetisi. Gradasi dapat diperoleh dengan menyusun atau mengelompokkan tanaman berdasarkan karakter fisik yang mudah terlihat seperti warna, bentuk maupun tekstur. Repetisi dapat dihadirkan dengan menempatkan tanaman dengan karakter fisik yang khas dalam kelompok dengan dengan meletakkannya secara berulang dalam jarak tertentu. Untuk mengimbangi kecepatan kendaraan, penyajian tanaman secara massal dapat dilakukan dengan perubahan jenis sepanjang jarak tertentu, disesuaikan dengan kecepatan maksimal kendaraan yang melintasi jalan. Hal ini dimaksudkan agar pengguna jalan dapat menangkap kesan warna, bentuk maupun tekstur dari tanaman. Untuk jalan permukiman dengan kecepatan maksimal 20km/jam, dapat dilakukan penanaman dengan satu jenis tanaman yang dominan sepanjang 120 hingga 180 meter. Untuk penanaman pada ujung-ujung median atau area dimana kecepatan kendaraan berkurang seperti pada persimpangan jalan, penanaman dapat lebih difokuskan pada fungsi estetik namun tetap terbuka tanpa penggunaan tanaman yang tingginya melebihi pandangan.

109

110 9 Taman Publik Penataan tanaman pada area taman publik (Gambar 26) sebaiknya memenuhi fungsi pembatas visual, peneduh, penahan angin, penahan erosi, alas dan estetika. Pemenuhan fungsi-fungsi tersebut juga bergantung dari karakter dan kebutuhan masing-masing tapak. Pembatas visual (screen) dibutuhkan dalam sebuah taman publik untuk membatasi pemandangan buruk dari luar taman. Namun demi faktor keamanan dan keselamatan pengguna taman, sebuah taman publik sebaiknya tetap memiliki kesan terbuka untuk mencegah tindakan kriminal terjadi di dalam taman tersebut. Pembatas visual yang dibutuhkan pada taman publik sebaiknya tidak terlalu masif sehingga tidak menghalangi seluruh pandangan ke dalam taman atau sebaliknya. Kriteria pembatas visual yang dibutuhkan pada sebuah taman publik sama dengan kriteria yang diterapkan pada jalan, yaitu pohon, perdu atau semak dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter dengan tajuk bersinggungan atau overlapping, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan massa daun rapat. Contoh tanaman yang dapat digunakan yaitu bambu jepang (Arundinaria pumila) yang ditanam berjarak, hanjuang (Cordyline terminalis) atau batavia (Jatropha pandurifolia). Untuk fungsi peneduh, kriteria penilaiannya yaitu pohon dengan tinggi sedang atau kurang dari 15 meter dengan bentuk tajuk menyebar, bulat, kubah atau tidak beraturan, peletakan sesuai orientasi objek yang dinaungi, tajuk bersinggungan, massa daun padat, percabangan minimal 2,5 meter di atas tanah dan ditanam secara kontinu atau teratur. Fungsi peneduh sangat dibutuhkan dalam suatu taman publik untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna taman. Penempatan yang tepat juga harus dipertimbangkan agar dapat memberi naungan secara optimal. Tanaman peneduh dapat diletakkan di dekat area duduk-duduk maupun dengan memperkirakan arah bayangan yang ditimbulkan saat tanaman terkena sinar matahari. Tanaman dengan fungsi peneduh baik yang dapat digunakan seperti bintaro (Cerbera odollam), kersen (Muntingia calabura) dan ki hujan (Samanea saman). Fungsi penahan angin diperlukan dalam suatu taman publik untuk mencegah hembusan angin yang terlalu kencang memasuki taman sehingga dapat

111 94 mengurangi kenyamanan pengguna taman. Kriteria tanaman sebagai penahan angin pada taman publik yaitu pohon tinggi atau kombinasi pohon dan semak atau penanaman berlapis, ditanam berbaris atau membentuk massa, jarak tanam rapat, tidak berdaun besar dan daun tidak mudah rontok. Keberadaan tanaman penahan angin di sekitar taman publik sebaiknya direncanakan dengan baik agar tetap dapat menyediakan jalur sirkulasi udara sehingga taman tidak menjadi pengap. Pada taman publik yang terletak pada area berkontur, fungsi penahan erosi sangat dibutuhkan. Kriteria penahan erosi pada lanskap taman publik sama seperti kriteria penahan erosi pada lanskap jalan yaitu tanaman pendek (tanaman penutup tanah atau semak rendah) dengan penutupan merata, ditanam secara massal dan berupa penutup tanah tahunan atau rumput, atau pohon dengan penutupan merata, pohon konifer (berdaun jarum), pohon dengan percabangan horizontal dan kulit batang kasar. Penanaman rumput sebagai alas pada taman publik merupakan pilihan yang tepat karena rumput merupakan tanaman penutup tanah dengan penutupan merata yang berfungsi menahan erosi dan dapat meningkatkan nilai estetik taman, sekaligus tahan injakan sehingga dapat menjamin aktivitas pengguna. Taman publik dengan estetika tinggi akan lebih disukai pengguna, namun penataan tanaman dengan fungsi estetika tetap harus mempertimbangkan kebutuhan ruang untuk pemenuhan aktivitas yang dibutuhkan oleh pengguna. Aktivitas yang umumnya terdapat pada taman publik skala kecil seperti dalam area permukiman ini adalah berjalan-jalan atau rekreasi pasif seperti duduk dan melihat-lihat.

112

113 96 Taman Depan Rumah Penataan tanaman pada taman depan rumah pada permukiman BNR (Gambar 27) lebih mengutamakan fungsi estetika dengan berbagai gaya penataan maupun pemilihan tanaman, mengikuti keinginan pemilik properti namun tetap memperhatikan fungsi penanaman yang dibutuhkan. Penataan tanaman dengan pola geometrik dapat menimbulkan kesatuan tema dengan bangunan rumah yang bergaya modern minimalis. Untuk mengurangi kesan monoton, tanaman dengan warna cerah dapat memberikan aksen. Penanaman dekat dinding rumah (foundation planting) dapat diterapkan untuk mengimbangi kesan keras yang ditimbulkan bangunan. Peletakan tanaman pada grading berfungsi sebagai barrier dan memberi tanda perbedaan ketinggian sehingga bermanfaat untuk keamanan. Bila diletakkan berbaris di bagian depan taman, tanaman juga dapat berfungsi sebagai pagar. Tanaman yang dapat digunakan dalam foundation planting ini seperti marantha (Marantha sp.), spatipilum (Spathiphyllum wallisii) atau air mancur (Russelia equisetiformis). Tanaman yang digunakan lebih baik berupa semak atau perdu rendah hingga sedang yang dikombinasikan dengan tanaman penutup tanah sehingga menciptakan kesan terbuka dan lapang. Desain dengan perawatan yang mudah dan tidak intensif lebih baik karena tidak merepotkan pemilik properti. Keberadaan satu atau dua batang pohon dapat dipertimbangkan sebagai peneduh atau screen pandangan atau pemandangan buruk, namun peletakannya sebaiknya memperkirakan arah jatuhnya bayangan yang diinginkan maupun arah pandangan atau pemandangan yang ingin diblokir. Pohon yang dapat digunakan pada taman depan rumah antara lain sawo (Achras zapota), kamboja (Plumeria sp.) dan jambu biji (Psidium guajava).

114

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap Pengelolaan atau pengorganisasian suatu kegiatan pemeliharaan bergantung pada berbagai faktor yang terdapat pada lokasi seperti pengunjung

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak AGUS RULIYANSYAH 1* 1. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Pontianak 1049, Indonesia *E-mail: agus.ruliyansyah@faperta.untan.ac.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan September 2011. Lokasi yang dipilih

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jendral Sudirman yaitu jalur hijau

Lebih terperinci

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian

Lebih terperinci

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE 2011 PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE JURUSAN ARSITEKTUR ITATS Ririn Dina Mutfianti, ST.,MT 10/30/2011 Materi 1 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR Oleh : Hendy Satrio Aji A34204030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A

PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN POHON PENGISI JALUR HIJAU JALAN DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR OLEH : RR. RIALUN WULANSARI A 34201036 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A34204047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian di lapang berlangsung dari April 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kawasan Industri Karawang International

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Permukiman

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Permukiman TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kota dan Permukiman Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang dicirikan oleh batasan administratif yang diatur dalam peraturan perundangan serta didominasi oleh kegiatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota

IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) IV. Pemilihan Tanaman Lanskap Kota Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan,S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami kriteria tanaman Lanskap Kota Mengetahui berbagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Leaf Index Area (LAI) Lokasi Sampel Kerapatan daun atau kerindangan, biasa diukur dengan nilai indeks luas daun atau Leaf Area Index (LAI) (Chen & Black 1992 diacu dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan).

Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan). Linda Lidiawati. Studi Konsep Taman Islam pada Lanskap Mesjid A1 Hurriyah, Kampus IPB Darmaga, Bogor. (Dibawah bimbingan Andi Gunawan). Pada saat ini adanya keanekaragaman taman yang sudah ada memang telah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS. Dominansi dan Keragaman

ANALISIS. Dominansi dan Keragaman 30 ANALISIS Dominansi dan Keragaman Dominansi Tanaman Dari hasil perhitungan dominansi tanaman pada lokasi studi, didapatkan bahwa spesies dengan nilai dominansi tertinggi pada sebagian besar area studi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Materi 3 PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN Bambang B. Santoso Semester Genap Tahun Ajaran 2009/2010 PENGENALAN ELEMEN PEMBENTUK TAMAN TUJUAN BELAJAR BAB INI : Mampu menyebutkan dan kemudian menjelaskan macam-macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup perancangan dan pembangunan keseluruhan lingkungan binaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang Rizki Alfian (1), Irawan Setyabudi (2), Rofinus Seri Uran (3) (1)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pengaruh RTH Terhadap Iklim Mikro 5.1.1 Analisis Pengaruh Struktur RTH Pohon Terhadap Iklim Mikro Pohon merupakan struktur RTH yang memiliki pengaruh cukup besar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI

FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL. Oleh : RETNO ISMURDIATI FUNGSI TANAMAN BAMBU DALAM LANSEKAP BERDASARKAN KARAKTER FISIK DAN VISUAL Oleh : RETNO ISMURDIATI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANLAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1998 RETNO ISMURDIATI. Fungsi Tanaman

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

TREND TATA HIJAU PADA LANSKAP AREA PERMAINAN LAPANGAN GOLF KLUB GOLF BOGOR RAYA FARIZ HARINDRA SYAM

TREND TATA HIJAU PADA LANSKAP AREA PERMAINAN LAPANGAN GOLF KLUB GOLF BOGOR RAYA FARIZ HARINDRA SYAM TREND TATA HIJAU PADA LANSKAP AREA PERMAINAN LAPANGAN GOLF KLUB GOLF BOGOR RAYA FARIZ HARINDRA SYAM DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.)

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) Oleh Chika Seriulina Ginting A34304064 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A44050670 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci