RUMAH SAKIT KHUSUS ANAK DENGAN PENERAPAN TAMAN TERAPI DI JAGAKARSA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RUMAH SAKIT KHUSUS ANAK DENGAN PENERAPAN TAMAN TERAPI DI JAGAKARSA"

Transkripsi

1 RUMAH SAKIT KHUSUS ANAK DENGAN PENERAPAN TAMAN TERAPI DI JAGAKARSA Yolanda Demetrius, Albertus Galih Prawata, Michael Isnaeni Djimantoro Fakultas sains dan teknonologi universitas Bina Nusantara JL.KH.Syahdan No.9,Jakarta Barat Telp ABSTRACT A healing garden in hospital could give some positive effect especially to children. A healing garden was designed by following several guidelines. Some of the guideline s include facility, materials that are related to texture that stimulates the user s senses and variety of plants that are related to colours and fragrance, in which colour and fragrance will affect the user s psychologically. Those guidelines will be the focus of this research. The purpose of this research is to make sure that those guidelines can be applied into the healing garden to support the users activity. In this research, therapy activity will be analyzed to obtain the negative effects of the activities which will determine colour and fragrance of the plants used to reduce those negative effects. Therapy characteristic will also determine the healing garden s facility and material. Colour and fragrance will determine the variety of plants that will be used in several areas that was used to perform certain type of therapy in healing garden. Colours that are applied on plants will also be placed in several room according to room function and the atmosphere needed in the room with the purpose that the plants placement will support the users activities.(y) Keywords: children hospital, theraphy, colour, healing garden ABSTRAK Keberadaan taman terapi dalam bangunan rumah sakit dapat membawa dampak yang positif khususnya bagi pasien anak. Taman terapi dirancang dengan memperhatikan berbagai kriteria design dan kriteria design yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah fasilitas untuk kegiatan terapi, material yang berkaitan dengan tekstur untuk menstimulasi panca indera pengguna dan jenis tanaman yang berkaitan dengan warna dan aroma yang memberikan dampak psikologis tertentu pada manusia. Penelitian ini bertujuan agar kriteria design yang menjadi fokus dapat dihadirkan untuk mendukung kegiatan para pengguna taman dimana semua kriteria tersebut akan disesuikan dengan kebutuhan pengguna. Dalam penelitian ini, kegiatan terapi akan dianalisis untuk mendapatkan karakteristik terapi berupa efek negatif yang akan menentukan warna dan aroma tanaman yang dibutuhkan untuk meredam efek negatif tersebut. Karakteristik terapi juga akan menentukan fasilitas yang dibutuhkan serta karakteristik materia taman. Warna dan aroma akan menentukan jenis tanaman yang dapat digunakan dan dihadirkan pada area tempat dilaksakannya terapi tertentu pada taman terapi. Warna yang diterapkan pada tanaman juga akan dihadirkan dalam ruang-ruang tertentu sesuai dengan kebutuhan suasana ruang yang diketahui dari fungsi ruang agar penempatan tanaman dapat mendukung kegiatan pengguna ruang. Hasil penelitian ini adalah berupa fasilitas yang akan dihadirkan pada taman terapi, kerakteristik material dan jenis tanaman yang akan diterapkan pada taman terapi serta lokasi penempatan tanaman yang telah disesuaikan dengan kebutuhan terapi dan kebutuhan tanaman akan lama penyinaran. (Y) Kata kunci: rumah sakit khusus, anak, warna, taman terapi 1

2 PENDAHULUAN Anak dikategorikan berdasarkan usia dimana remaja merupakan salah satu kategori usia anak. Anak juga merupakan bagian dari masyarakat yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks, walaupun selama ini diasumsikan sebagai kelompok yang sehat. Kegiatan rawat inap dirumah sakit, mengakibatkan stress bagi anak-anak. Sebagai akibatnya, anak-anak sering kali mengalami ketakutan, gelisah, bosan dan lebih rewel serta bergantung pada orang tua. Namun, dengan terlibat dalam kegiatankegiatan di taman baik secara aktif ataupun pasif dapat mengurangi stress sebagai akibatnya, anak-anak akan lebih tenang, ceria, penurut dan lebih kooperatif pada tindakan medis. (Said, 2009:1) Salah satu pelayanan dalam rumah sakit untuk mendukung kesembuhan pasien adalah pelayanan rehabilitasi medik yang terdiri dari sedikitnya 3 jenis terapi yaitu fisioterapi, terapi okupasi dan terapi wicara dimana berbagai jenis terapi tersebut dilakukan dengan berbagai kegiatan fisik yang membutuhkan fasilitasfasilitas tertentu dan dapat dilakukan baik didalam ruangan maupun diluar ruangan yaitu pada taman terapi. Namun, agar bisa dilaksanakan di taman, taman terapi harus bisa memenuhi fasilitas-fasilitas untuk mendukung kegiatan dalam terapi tersebut. Taman sebagai salah satu elemen ruang pada rumah sakit dapat dimanfaat sebagai suatu ruang terapi untuk mendukung kesembuhan pasien. Dalam jurnal Garden as An environmental Intervention in Healing Process of holpitalised Children, Ismail Said (2003:6-7) melaporkan hasil studi mengenai respon anak-anak terhadap keberadaan taman terapi dirumah sakit dan anak-anak menunjukkan respon yang positif diantaranya yaitu lebih jarang menangis karena diizinkan untuk bermain, lebih aktif secara fisik, lebih bekerja sama dan lebih penurut dalam proses penyembuhan. Beberapa Kriteria design suatu taman terapi yang perlu diperhatikan diantaranya adalah fasilitas, material taman, warna serta pemilihan jenis tanaman dengan mempertimbangkan warna dan aroma tanaman. fasilitas harus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna taman sedangkan warna dan material serta aroma berkaitan dengan efek stimulasinya pada panca indera pengguna taman. Pemilihan jenis tanaman merupakan kriteria perancangan taman terapi yang dipertimbangkan dari warna, aroma dan kondisi fisik tanaman (duri, getah, ketinggian dan lain-lain). Aneka ragam warna dan aroma yang dimiliki oleh berbagai jenis tanaman dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang baik secara positif ataupun negatif. Warna adalah faktor lingkungan dan faktor lingkungan mempengaruhi proses penyembuhan sebesar 40%. Warna dapat diterapkan salah satunya pada elemen estetis dimana salah satu elemen estetis adalah tanaman. (Wandira dan B.Pribadi, 2011:75). Penggunaan warna pada ruangan dalam rumah sakit dan pada taman terapi yang diterapkan lewat tanaman juga harus diperhatikan berkaitan dengan efek positif dan negatif yang diberikan warna terhadap kondisi psikologis manusia sebagai contoh warna biru mengurangi rasa cemas dan warna ungu mengakibatkan depresi (S.Azeemi, 2007:40-55) sehingga, pemilihan jenis tanaman dan penempatannya baik pada ruangan dalam bangunan ataupun pada taman terapi harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kegiatan dan fungsi dalam taman terapi ataupun ruangan tertentu. Maksud dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pengguna serta menghadirkan material dan jenis tanaman yang sesuai, dipertimbangkan dari efek stimulasinya pada panca indera serta efek psikologis yang diberikan khususnya lewat warna dan aroma sehingga pemilihan dan penempatan jenis tanaman tersebut baik di taman terapi ataupun di dalam ruangan dari rumah sakit yang akan dirancang dapat mendukung kegiatan pengguna. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan Jenis penelitian adalah penelitian terapan/ applied reasearch karena hasil dari penelitian ini sendiri akan langsung diterapkan dalam rumah sakit anak yang akan dirancang. Dalam penelitian ini, semua data bersumber dari studi pustaka serta observasi. Data berupa kegiatan terapi didapat dari hasil studi pustaka dan observasi dianalisa untuk mengetahui karakteristik terapi dan karakteristik terapi dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui efek negatif kegiatan terapi, serta fasilitas dan tekstur material yang dapat mendukung kegiatan terapi. Data berupa fungsi ruang, didapat dari hasil studi pustaka dan dianalisa untuk mengetahui kebutuhan suasana ruang. Data berupa pengaruh warna terhadap kondisi psikologis manusia didapat dari hasil studi pustaka dimana dampak psikologis dari warna-warna tadi akan dianalisa kaitannya dengan dampak negatif terapi dan kebutuhan suasana ruang sehingga dampak psikologis warna dapat digunakan untuk meredam efek negatif dari terapi serta 2

3 dapat memenuhi kebutuhan suasana ruang. Warna tanaman akan menentukan jenis tanaman yang digunakan dimana semua jenis tanaman yang dipilih merupakan tanaman yang aman bagi anak-anak, memiliki aroma tertentu untuk mendukung kegiatan terapi dan meredam efek negatif kegiatan terapi, memenuhi kebutuhan suasana ruang dan untuk beberapa tanaman dipilih karena dapat dikonsumsi. Semua jenis tanaman tersebut akan diletakkan pada ruang-ruang dan lokasi tertentu dalam taman terapi sehingga tanaman tersebut dapat mendukung kegiatan para penghuni rumah sakit. HASIL DAN BAHASAN Kegiatan terapi yang dianalisa memiliki beberapa efek negatif tertentu dimana efek-efek negatif tersebut dapat diredam dengan warna-warna tertentu. Beberapa dampak psikologis dari warna dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 1. Dampak psikologis warna terhadap manusia NO Warna Efek 1 Merah 1. Meningkatkan tekanan darah dan kecepatan pernafasan 2. Dampak negatif warna merah adalah gangguan emosional, mempercepat detak jantung dan pernafasan serta hipertensi 2 Orange 1. Warna orange dapat meredakan penyakit yang berhubungan dengan sistem pernafasan 2. Warna orange digunakan untuk meningkatkan fokus/ konsenterasi 3. Terpapar warna orange secara berlebihan mengakibatkan rasa gugup dan gelisah dan insomnia 3 Kuning 1. Warna kuning memberikan efek ceria dan menstimulasi kreativitas dan membantu konsentrasi 2. Warna kuning diminati oleh anak-anak dengan penyakit asthma dan gangguan pernafasan lainnya. 3. Terpapar warna kuning secara berlebihan menyebabkan mudah tersinggung 4 Hijau 1. Warna hijau membantu mengurangi ketegangan serta rasa gugup, mengurangi tekanan darah serta membantu proses penyembuhan 2. Penyakit yang dapat diringankan oleh warna hijau diantaranya adalah insomnia 5 Biru 1. Warna biru dapat menurunkan tekanan darah, meredakan sakit kepala dan mengatasi insomnia 2. Warna biru memberikan efek menenangkan pada detak jantung dan sistem pernafasan 3. Mereduksi stress, rasa cemas, tegang dan depresi. 4. Terpapar warna biru secara berlebihan dapat mengakibatkan depresi dan kelelahan 6 Ungu 1. Warna ungu digunakan untuk meredakan berbagai penyakit seperti cramp. 2. Terpapar warna ungu secara berlebihan pada anak-anak dapat menyebabkan depresi dan terlalu banyak berpikir 7 Pink 1. Identik dengan rasa takut pada anak laki-laki usia 9-10 tahun 2. Warna pink memberikan efek menenangkan dan mengurangi rasa takut dan cemas pada anak-anak karena memberikan kesan dicintai 3. Memberikan emosi negative pada perempuan dibandingkan laki-laki Sumber: Gaines et al, 2011:50-51 dan S.Azeemi, 2007:40-55 Efek-efek negatif dari terapi serta warna yang digunakan untuk meredam efek negatif tersebut berdasarkan dampak psikologis dari warna yang telah diuraikan adalah: 3

4 Tabel 2. Fisioterapi cardiovaskular&pulmonary Efek negatif terapi 1. kegiatan olahraga mengakibatkan kelelahan. 2. Kegiatan terapi tahap pertama mengakibatkan sesak nafas khususnya pada pasien dengan gangguan paru-paru dan kelelahan serta rasa tegang, cemas, ketakutan dan stress. Warna Biru Biru, pink, kuning dan orange Kegiatan utama dari fisioterapi cardiovaskular&pulmonary adalah olahraga sehingga, untuk fasilitas, dibutuhkan alat-alat olahraga serta jalur jogging dengan tekstur materaial yang tidak terlalu kasar untuk mencegah cedera Tabel 3. Fisioterapi Orthopedic Efek negatif terapi Warna 1. kegiatan fisik akan menyebabkan rasa lelah terutama bagi pasien pasca operasi. Biru 2. Kegiatan terapi dapat menyakitkan karena cedera yang masih diderita pasien dan rasa sakit, stress dan putus asa menyebabkan pasien sulit berkonsenterasi pada Biru dan pink dalam kegiatan terapi. 3. Pada awal kegiatan terapi umumnya pasien akan merasa tegang dan terapi ini Biru dan pink menimbulkan perasaan cemas dan ketakutan pada pasien khususnya pasien anak. 4. Terjatuh, ketika terapi dapat menyebabkan stress, depresi dan putus asa. Biru Kegiatan utama dari fisioterapi orthopedic adalah latihan-latihan fisik untuk mengembalikan fungsi otot dan tulang yang mengalami penurunan sehingga untuk fasilitas, dibutuhkan ramp, tangga, railing paralel dan papan keseimbangan sebagai sarana latihan dengan area berumput dengan tekstur empuk dan tidak kasar pada taman sebagai lokasi latihan berjalan untuk mencegah terjadinya cedera saat jatuh. Terapi okupasi: Pada terapi okupasi, efek negatif hampir tidak ada, yang terpenting adalah anak tidak merasa bosan dan elemen-elemen taman dapat menjadi sarana pembelajaran bagi anak sehingga dalam terapi ini, dituntut adanya variasi dari segi tekstur material, alat-alat bermain dimana bermain merupakan kegiatan utama terapi serta berbagai warna dan aroma untuk menstimulasi indera penglihatan dan penciuman anak. Terapi wicara: Terapi wicara membutuhkan konsentrasi yang tinggi karena pasien harus bisa mengikuti semua arahan dari terapis. Sehingga, terapi wicara dapat menyebabkan stress, cemas dan kelelahan bagi pasien karena mereka dituntut untuk berkonsentrasi. Sehingga warna yang dapat digunakan adalah orange dan kuning untuk meningkatkan konsentrasi. Efek stress dapat diredam dengan menggunakan aroma tanaman tertentu. Fasilitas untuk terapi wicara berupa tempat duduk serta meja. Ruang-ruang dalam rumah sakit digunakan baik oleh pasien, staff rumah sakit dan pengantar pasien (pengunjung) dengan kebutuhan beragam. Dalam satu lingkungan rumah sakit, ada beberapa ruang tertentu yang membutuhkan perhatian lebih karena aktivitas yang ditampung dalam ruang tersebut memberikan dampak psikologis tertentu bagi penggunanya dan membutuhkan manfaat terapi tertentu untuk mengurangi dampak psikologis yang bersifat negatif seperti tegang, cemas, ketakutan dan lain-lain. Ruag-ruang yang menjadi fokus penelitian serta kebutuhan suasana dari ruang tersebut berdasarkan fungsi adalah sebagai berikut: 1. Ruang tidur/ kamar pasien: tenang, dapat membantu pasien untuk istirahat. 2. Ruang tunggu perawatan intensif dan penanganan gawat darurat:kegiatan menunggu kabar dari staff rumah sakit mengenai kondisi keluarga yang dirawat mengakibatkan rasa cemas, stress serta lelah, sehingga dibutuhkan suasana yang lebih relaks dan tenang. 3. Ruang tunggu jenazah/ ruang duka: Kebutuhan suasana: keluarga pasien dalam kondisi berduka, stress dan depresi karena kehilangan anggota keluarga sehingga dibutuhkan warna cerah dan aroma yang dapat membantu mengatasi emosi negatif tersebut. 4

5 4. Corridor menuju ruang operasi dan Ruang persiapan (untuk dokter dan pasien sebelum operasi): Kebutuhan suasana: melakukan operasi berhubungan dengan menyelamatkan nyawa pasien dapat menyebabkan rasa gugup dan cemas serta stress pada dokter, perawat dan staff lainnya, pasien juga akan merasa gugup dan cemas sehingga dibutuhkan warna dan aroma yang mengatasi emosi negatif tersebut namun, tetap meningkatkan konsentrasi dan fokus dokter serta staff lainnya. 5. Lobby-administrasi: Kebutuhan suasana: nyaman, memberi kesan santai/ relaks namun tidak membosankan sehingga dibutuhkan banyak variasi jenis tanaman yang berbeda warna, bentuk dan ketinggian. Warna-warna yang dibutuhkan dalam ruangan-ruangan tersebut tersebut berdasarkan dampak psikologis dari warna yang telah diuraikan adalah: Tabel 4. Ruang dan Warna yang dibutuhkan Ruang Ruang tidur Ruang tunggu ICU dan UGD Ruang tunggu jenazah Corridor menuju ruang operasi dan ruang persiapan operasi Lobby-administrasi Warna Biru Biru dan pink Biru, pink, orange dan kuning Biru, orange dan kuning Hampir semua warna Jenis tanaman merupakan salah satu kriteria design taman terapi. Dari semua uraian mengenai warnawarna yang dibutuhkan oleh terapi tertentu dan ruang-ruang tertentu dalam rumah sakit maka, tanamantanaman yang mewakili warna-warna tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 5. Jenis tanaman berdasarkan warna Warna Biru orange Kuning Pink merah Ungu Putih (untuk aroma) Jenis tanaman Iris Reticulata, Geranium Pratense, Hydrangea Macropylla, Agapanthus Africanus Marigold, Cosmos sulphureus, Spathodea campanulata, kembang sepatu Alamanda Cathartica, chrysanthemum, Cosmos Caudatus, bunga matahari Carnation, teratai, Hollyhock, kembang sepatu Asoka, dahlia bishop of landalf, kembang sepatu, peony Rosemary, lavender, geranium incanum, bougenvillea Orange blossom, gardenia, melati, chamomile Dengan diketahuinya warna serta tanaman yang mewakili warna-warna tersebut maka, keberadaan tanaman tersebut pada jenis terapi tertentu untuk mengurangi efek negatif terapi dan ruang dalam rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan suasana ruang adalah: Tabel 6 Tabel bunga warna biru dan lokasinya Geranium Pratense Iris Reticulata Agapanthus Africanus Hydrangea Macropylla Area pada taman terapi tempat fisioterapi, dan terapi okupasi, kamar pasien, ruang tunggu UGD/ ICU, ruang persiapan operasi, ruang tunggu jenazah dan ruang duka serta lobby rumah sakit. Hanya pada area taman terapi tempat fisioterapi dan terapi okupasi 5

6 Tabel 7 Tabel bunga warna orange dan lokasinya Celendula Officinalis Cosmos Sulphureus Spathodea Campanulata Kembang sepatu Area pada taman terapi tempat fisioterapi, terapi okupasi dan terapi wicara, corridor menuju ruang operasi, ruang tunggu jenazah dan ruang duka serta lobby rumah sakit. Hanya pada area taman terapi tempat fisioterapi, terapi okupasi dan terapi wicara Tabel 8 Tabel bunga warna kuning dan lokasinya Chrysanthemum Cosmos Caudatus Alamanda Cathartica Bunga Matahari Area pada taman terapi tempat fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary, terapi okupasi dan terapi wicara, kamar pasien (hanya untuk chrysanthemum),corridor menuju ruang operasi, ruang tunggu jenazah dan ruang duka serta lobby rumah sakit Hanya pada area taman terapi tempat fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary, terapi okupasi dan terapi wicara Tabel 9 Tabel bunga warna pink dan lokasinya Carnation Hollyhock Kembang sepatu Bunga Teratai Area pada taman terapi tempat fisioterapi orthopedic dan terapi okupasi, ruang tunggu UGD dan ICU, ruang tunggu jenazah dan ruang duka serta lobby rumah sakit Hanya pada area taman terapi tempat fisioterapi orthopedic dan terapi okupasi Tabel 9 Tabel bunga warna merah dan lokasinya Paeonia cv Shima-nishiki Dahlia Bishop of llandalff Kembang sepatu Asoka Area pada taman terapi tempat fisioterapi orthopedic dan terapi okupasi, serta lobby rumah sakit Hanya pada area taman terapi tempat fisioterapi orthopedic dan terapi okupasi Tabel 10 Tabel bunga warna ungu dan lokasinya Geranium Incanum Rosemary Lavender Bugenvillea Area pada taman terapi tempat terapi okupasi, kamar pasien serta lobby rumah sakit Hanya pada area taman terapi tempat terapi okupasi 6

7 Tabel 11 Tabel bunga warna putih dan lokasinya Chamomile Orange Blossom Melati Gardenia Area pada taman terapi tempat terapi okupasi dan fisioterapi, kamar pasien, ruang tunggu UGD/ICU, ruang persiapan operasi, corridor menuju ruang operasi, ruang tunggu jenazah/ ruang duka dan lobby rumah sakit Area pada taman terapi tempat terapi okupasi dan fisioterapi (kecuali gardenia untuk fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary) kamar pasien, ruang tunggu UGD/ICU, ruang persiapan operasi, corridor menuju ruang operasi, ruang tunggu jenazah/ ruang duka dan lobby rumah sakit kecuali melati Selain disesuaikan dengan kebutuhan terapi, lokasi peletakan tanaman juga disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan lama penyinaran, Setelah melalui proses perancangan, taman terapi diputuskan terletak pada lantai 3 bangunan dengan memanfaatkan roof garden sebagai area tanam. Taman Terapi Taman Terapi Gambar 1. Letak taman terapi pada model dan taman terapi pada denah Area terluar taman terapi dimanfaatkan sebagai area tanam tanaman-tanaman peneduh dan memiliki level permukaan tanah yang lebih tinggi dari area yang ada di belakangnya. Beberapa tanaman yang akan digunakan pada taman terapi terbagi menjadi 2 kategori yaitu jenis tanaman full sun dan partial shade yang memiliki kebutuhan lama penyinaran yang berbeda yaitu minimal 6 jam penyinaran untuk jenis full sun dan minimal 3 jam penyinaran untuk jenis partial shade. Data-data mengenai kebutuhan lama penyinaran jenis-jenis tanaman yang digunakan yaitu: Tabel 12 Kebutuhan lama penyinaran tanaman Area terluar taman terapi yang dimanfaatkan sebagai area tanam pohon peneduh Tanaman Pencahayaan Geranium pratense Full sun/ partial shade-exposed/sheltered Indoor-outdoor Agapanthus africanus Full sun-sheltered Indoor-outdoor Hydragea macropylla Full sun/partial shade- Exposed/sheltered Indoor-outdoor Celendula officinalis Full sun/partial shade-exposed/sheltered Outdoor Cosmos sulphureus Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor Kembang sepatu (orange) Full sun- sheltered Indoor-outdoor Chrysanthemum Full sun/partial shade-sheltered Indoor-outdoor Cosmos Caudatus Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor Alamanda Cathartica Full sun-sheltered outdoor Bunga Matahari Full sun-exposed outdoor Carnation Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor 7

8 Tanaman Pencahayaan Hollyhock Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor Kembang sepatu (pink) Full sun-sheltered Indoor-outdoor Asoka Full sun/partial shade-exposed outdoor Kembang Sepatu (merah) Full sun-sheltered Indoor-outdoor Paeonia cv Shima-nishiki Full sun/ partial shade-sheltered Indoor-outdoor Dahlia Bishop of llandalff Full sun-sheltered outdoor Geranium Incanum Full sun/partial shade- Exposed/sheltered Indoor-outdoor Rosemary Full sun-sheltered Indoor-outdoor Lavender Full sun/partial shade-exposed Indoor-outdoor Bugenvillea Full sun-sheltered Indoor-outdoor Chamomile Full sun/partial shade-exposed/sheltered Indoor-outdoor Gardenia partial shade- sheltered outdoor Orange Blossom Full sun-exposed/sheltered Indoor-outdoor Melati Full sun/partial shade- sheltered Indoor-outdoor Sumber: RHS (Royal Horticultural Society) Letak taman terapi pada model disimulasikan dengan menggunakan software eco-tect untuk mengetahui lama penyinaran matahari pada beberapa area tertentu. Sehingga, penempatan tanaman tidak hanya disesuaikan dengan kebutuhan terapi namun juga disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan lama penyinaran. Simulasi lama penyinaran dilakukan mulai dari jam 6 pagi sampai dengan jam 6 sore dengan hasil penzoningan tanaman berdasarkan kriteria jenis tanaman full sun dan partial shade adalah sebagai berikut: 3 jam (partial shade) 6 jam (full sun) 7 jam (full sun) 5 jam (partial shade) 8-9 jam (full sun) Gambar 2 Hasil penzoningan jenis tanaman full sun dan partial shade pada denah taman terapi. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian berkaitan dengan kriteria design taman terapi berupa warna, tekstur dan fasilitas adalah adalah: 1. Warna biru dapat digunakan hampir pada semua jenis terapi, warna orange digunakan pada semua jenis kegiatan terapi karena semua jenis kegiatan terapi membutuhkan warna untuk meningkatkan fokus, warna kuning dapat dihadirkan pada semua jenis terapi khususnya untuk fisioterapi cardiovaskular & pulmonary untuk meringankan sesak nafas namun tidak pada fisioterapi orthopedik karena dikhawatirkan akan memperparah amarah anak, warna merah tidak terlalu banyak digunakan khususnya untuk fisioterapi cardiovaskular & pulmonary karena dapat mempercepat detak jantung dan pernafasan. warna ungu tidak digunakan pada jenis terapi apapun kecuali terapi okupasi karena dapat mengakibatkan depresi pada anak. 2. Tektur material pada taman terapi khususnya padajalur jogging tidak boleh terlalu kasar untuk mencegah cedera dan pada area tempat dilakukannya fisioterapi orthopedic, material tidak 8

9 boleh terlalu keras dan kasar untuk mencegah cedera. Pada area bermain untuk terapi okupasi material dengan tekstur terlalu kasar juga harus dihindari. 3. Fasilitas yang harus disediakan dalam taman terapi adalah jalur jogging dan alat fitness khusus untuk anak untuk mendukung fisioterapi cardiovaskular dan pulmonary serta railing paralel, tangga, ramp dan papan keseimbangan untuk mendukung fisioterapi orthopedic serta meja dan kursi untuk mendukung terapi wicara dan beragam alat bermain untuk mendukung terapi okupasi 4. Design taman terapi dan peletakan tanaman secara konseptual dengan memperhatikan warnawarna yang diperlukan oleh jenis terapi tertentu dan hasil penzoningan tanaman adalah sebagai berikut: Gambar 3 Design konseptual denah taman terapi Keterangan: A: Area A merupakan area yang disinari matahari selama 3 jam (partial shade) dan terletak didepan ruang fisioterapi sehingga, tanaman yang sesuai untuk area ini adalah: 1. Geranium Pratense 2. Hydragea Macropylla 3. Chamomile 4. Melati 5. Carnation 6. Kembang sepatu (warna pink) 7. Hollyhock 8. Orange blossom (sebagai tanaman peneduh) B: area B merupakan area yang disinari matahari selama 3 jam (partial shade) dan terletak didepan ruang tearpi wicara sehingga, tanaman yang sesuai untuk area ini adalah: 1. Celendula Oficinalis 4. Cosmos Caudatus 2. Chrysanthemum 5. Alamanda Cathartica 3. Cosmos sulphureus 6. Bunga Matahari Area C dan F: area C dan F merupakan area yang disinari matahari selama 5-7 jam dan merupakan area yang yang berada di depan ruang terapi okupasi dan lounge taman terapi serta dimanfaatkan untuk terapi okupasi sehingga tanaman yang ada pada area ini adalah: 1. Geranium pratense 2. Agapanthus africanus 3. Hydragea macropylla 4. Celendula officinalis 5. Cosmos sulphureus 6. Kembang sepatu (pink, orange dan merah) 7. Chrysanthemum 8. Cosmos Caudatus 9. Alamanda Cathartica 10. Bunga Matahari 11. Carnation 12. Hollyhock 13. Asoka 14. Paeonia cv Shima-nishiki 15. Dahlia Bishop of llandalff 16. Geranium Incanum 17. Rosemary 18. Lavender 19. Bugenvillea 20. Chamomile 21. Orange Blossom 22. Melati 23. Gardenia 9

10 Area D: area D merupakan area yang disinari matahari selama 7 jam (full sun) serta dimanfaatkan sebagai area untuk latihan berjalan dalam fisioterapi orthopedic. sehingga, tanaman-tanaman yang ada pada area ini adalah: 1. Agapanthus africanus 2. Carnation 3. Hollyhock 4. Chamomile 5. Orange Blossom 6. Melati 7. Asoka 8. Paeonia cv Shima-nishiki 9. Dahlia Bishop of llandalff 10. Kembang sepatu (warna orange, merah dan pink) 11. Celendula officinalis 12. Cosmos sulphureus Area E: area E merupakan area flower bed dan disinari matahari selama 7 jam (full sun) dan 5 jam (partial shade) sehingga, tanaman yang ada pada area ini adalah: 1. Geranium pratense 13. Paeonia cv Shima-nishiki 2. Agapanthus africanus 14. Dahlia Bishop of llandalff 3. Hydragea macropylla 15. Geranium Incanum 4. Celendula officinalis 16. Rosemary 5. Cosmos sulphureus 17. Lavender 6. Kembang sepatu 18. Bugenvillea 7. Chrysanthemum 19. Chamomile 8. Cosmos Caudatus 20. Gardenia 9. Alamanda Cathartica 21. Orange Blossom 10. Carnation 22. Melati 11. Hollyhock 12. Asoka Jenis-jenis tanaman tersebut baru ditempatkan sesuai dengan efek psikologis yang diberikan lewat warna dan aroma yang dimiliki tanaman tersebut untuk mendukung kegiatan terapi dan kegiatan pada ruang tertentu, dan telah disesuaikan dengan kebutuhan akan lama penyinaran namun, jenis tanaman yang digunakan masih kurang variatif sehingga penelitian berikutnya dapat berfokus untuk untuk mencari tahu tanaman-tanaman lainnya yang dapat digunakan untuk suatu taman terapi. REFERENSI Azeemi, S Khwaha. (2007). Colour Therapy. Kurkhiya education foundation Diamond, Denise. (1990). The Complete Book of Flowers. California : North atlantic books Marcus dan Barnes. (1999). Healing Garden: Therapeutic Benefits and Design Recommendation. River street,hoboken: John Willey & sons. Robert, J Margareth. (2000). Edible and Medicinal Flower. Garfield Road Claremont: Spearhead Said, I. (2008). Garden as Restorative Environment for Hospitalised Children. Johor Darul Ta zim Hebert, BB. (2003). Design Guidelines of Therapeutic Garden for Autistic Children [Thesis]. Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College. Vapaa, AG. (2002). Healing Gardens: Creating Places for Restoration, Meditation, and Sanctuary [Thesis]. College of Architecture and Urban Studies, Virginia Polytechnic Institute and State Unitversity, Virginia Said,I. (2003). Garden an an Envirinmental Intervention in Healing Process of Hospitalised Children. Departement of Landscape Architecture, Faculty of Built environment,universiti Teknologi Malaysia. Johor 10

11 Wandira,A dan B Pribadi, S. (2011). Kajian Aplikasi Warna Interior Rumah Sakit Ibu dan Anak Pada Psikologi Pasien Anak (Studi Kasus: RSIA Hermina Pandanaran). Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Diponogoro: semarang, 11 (2), hal.72 RIWAYAT PENULIS Penulis, Yolanda Demetrius lahir di Jakarta pada tanggal 3 september Penulis sedang menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada tahun Saat ini bekerja sebagai arsitek junior di CV.Smart Design&Build. 11

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan penelitian, serta analisa dan pembahasan maka, berikut. adalah hal-hal yang bisa disimpulkan:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan penelitian, serta analisa dan pembahasan maka, berikut. adalah hal-hal yang bisa disimpulkan: BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian, serta analisa dan pembahasan maka, berikut adalah hal-hal yang bisa disimpulkan: Keberadaan taman terapi dalam lingkungan rumah sakit

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANAMAN HIAS UNTUK MENINGKATKAN FASILITAS TERAPI ANAK

PENGGUNAAN TANAMAN HIAS UNTUK MENINGKATKAN FASILITAS TERAPI ANAK PENGGUNAAN TANAMAN HIAS UNTUK MENINGKATKAN FASILITAS TERAPI ANAK Michael Isnaeni Djimantoro; Yolanda Demetrius Architecture Department, Faculty of Engineering, BINUS University Jl. K.H. Syahdan No. 9,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana kesehatan memiliki pengertian sebagai suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. kecamatan Jagakarsa. Wilayah DKI Jakarta memiliki iklim tropis dengan suhu

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. kecamatan Jagakarsa. Wilayah DKI Jakarta memiliki iklim tropis dengan suhu BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Lokasi proyek Lokasi tapak ada pada wilayah DKI Jakarta yaitu di Jakarta selatan, kecamatan Jagakarsa. Wilayah DKI Jakarta memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 27

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi kata perancangan dan rumah sakit: Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi kata perancangan dan rumah sakit: Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Rumah Sakit Definisi kata perancangan dan rumah sakit: Perancangan adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam Konteks Kesehatan Sehat alami adalah sehat rohani dan jasmani yang diupayakan sendiri secara alami. Tentu saja hal ini sudah dilakukan sejak

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Kesimpulan Hasil Analisa Kondisi Penerapan Healing Environment Hasil penelitian studi banding menyimpulkan bahwa rumah sakit-rumah sakit terkemuka di Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa oleh karena itu, proses tumbuh kembang anak merupakan hal yang perlu untuk diperhatikan baik secara fisik, emosional, sosial

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB III TINJAUAN TEMA BAB III TINJAUAN 3.1. Interpretasi Tema Rehabilitasi berasal dari dua kata, yaitu re yang berarti kembali dan habilitasi yang berarti kemampuan. Menurut arti katanya, rehabilitasi berarti mengembalikan

Lebih terperinci

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan)

Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan) LAMPIRAN 106 Lampiran 1 Kuesioner untuk Survey Survey Pasien Healing Garden (Taman Penyembuhan) Responden yang terhormat. Perkenalkan, nama saya Rachma Kania. Saya sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Lebih terperinci

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku G254 Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Satriani Dian Pertiwi dan Nur Endah Nuffida Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 JENIS BUNGA. Full sun:lama penyinaran 8-12 jam, minimal 6 jam. Partial Shade: lama penyinaran 4-8 jam, minimal 3 jam

LAMPIRAN 1 JENIS BUNGA. Full sun:lama penyinaran 8-12 jam, minimal 6 jam. Partial Shade: lama penyinaran 4-8 jam, minimal 3 jam 158 LAMPIRAN 1 JENIS BUNGA Keterngan lama penyinaran: Full sun:lama penyinaran 8-12 jam, minimal 6 jam Partial Shade: lama penyinaran 4-8 jam, minimal 3 jam Full Shade: lama penyinaran dibawah 3 jam 1.

Lebih terperinci

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar

BAB V Konsep. 5.1 Konsep Ide dasar 5.1 Konsep Ide dasar BAB V Konsep Konsep ide dasar rancangan Pusat Rehabilitasi Tuna Daksa di Surabaya meliputi poin-poin arsitektur perilaku, nilai-nilai keislaman, dan objek rancangan sendiri. Hal ini

Lebih terperinci

KAJIAN APLIKASI WARNA INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PADA PSIKOLOGI PASIEN ANAK (STUDI KASUS : RSIA HERMINA PANDANARAN)

KAJIAN APLIKASI WARNA INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PADA PSIKOLOGI PASIEN ANAK (STUDI KASUS : RSIA HERMINA PANDANARAN) Abstrak KAJIAN APLIKASI WARNA INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PADA PSIKOLOGI PASIEN ANAK (STUDI KASUS : RSIA HERMINA PANDANARAN) Ayu Wandira, Septana B Pribadi Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 279 Penanganan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Lumpur Sidoarjo dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar (tata ruang luar) tetapi juga bagian dalam (tata ruang dalam) bangunan. Inti dari konsep

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Hasil Pengamatan Penulis melakukan pengamatan terhadap 2 objek rumah sakit, yaitu dan RSUD Pasar Rebo. Sedangkan objek lain adalah yang data-datanya merupakan

Lebih terperinci

Desain Taman sebagai Zona Terapi dan Edukasi Penyandang Cacat Studi Kasus: Konsep Therapeutic Garden pada Redesain Bangunan YPAC Surakarta

Desain Taman sebagai Zona Terapi dan Edukasi Penyandang Cacat Studi Kasus: Konsep Therapeutic Garden pada Redesain Bangunan YPAC Surakarta TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Desain Taman sebagai Zona Terapi dan Edukasi Penyandang Cacat Studi Kasus: Konsep Therapeutic Garden pada Redesain Bangunan YPAC Surakarta ( Perancangan Arsitektur, Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT

BAB III TINJAUAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT BAB III TINJAUAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT III.1. Pengertian Healing Environment Menurut Jones (2003) dalam bukunya Health and Human Behaviour (Kurniawati, 2011), faktor lingkungan memegang peran besar

Lebih terperinci

KONSEP DAN APLIKASI HEALING ENVIRONMENT DALAM FASILITAS RUMAH SAKIT

KONSEP DAN APLIKASI HEALING ENVIRONMENT DALAM FASILITAS RUMAH SAKIT KONSEP DAN APLIKASI HEALING ENVIRONMENT DALAM FASILITAS RUMAH SAKIT Vidra Lidayana 1), M. Ridha Alhamdani 2), Valentinus Pebriano 2) Abstrak Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit KAB./KOTA ADMINISTRASI KAB ADMINISTRATIF

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit KAB./KOTA ADMINISTRASI KAB ADMINISTRATIF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (World Health Organization, 1943).

Lebih terperinci

Desain Interior Nahdlatul Ulama Jombang dengan Konsep Therapeutic Environment

Desain Interior Nahdlatul Ulama Jombang dengan Konsep Therapeutic Environment JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) F-7 Desain Interior Nahdlatul Ulama Jombang dengan Konsep Therapeutic Environment Miftah A. Rahmati, Anggra Ayu Rucitra, dan Thomas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya disebabkan oleh pelayanan sarana kesehatan yang belum memadai. Dengan memperbaiki pelayanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA V.1. Konsep Pengolahan Site Hal yang dibahas pada konsep pengolahan site adalah mengenai konsep penzoningan kelompok-kelompok ruang yang telah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Kawasan Hasil Rancangan menggunakan konsep Serenity in Fluidity yang dijelaskan dalam bab sebelumnya, yaitu dengan menggunakan lingkungan yang tenang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan dalam perkembangannya, selsel kanker ini dapat

Lebih terperinci

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan jasa kesehatan sering kali menimbulkan tekanan psikologis dan ekonomi bagi konsumennya. Selama

Lebih terperinci

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, BAB.IV. KONSEP DESAIN IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, Refreshing, berarti tidak kaku, mampu memotivasi pengguna Relaxing, mampu

Lebih terperinci

PUSAT REHABILITASI STROKE di YOGYAKARTA

PUSAT REHABILITASI STROKE di YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep Perencanaan Perancangan Pusat Rehabilitasi Stroke di Yogyakarta ini dilatarbelakangi oleh peningkatan penderita stroke di Yogyakarat dan tingginya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Hasil Pengamatan Berdasarkan penelitian terhadap tiga objek rumah sakit kanker, yaitu Rumah Sakit Kanker Dharmais, MD Anderson Children Cancer Center dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a) Kelayakan Proyek Pengertian rumah sakit yaitu rumah tempat merawat orang sakit; tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah

Lebih terperinci

Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke

Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke JURNAL INTRA Vol. 2, No. 2, (2014) 579-584 579 Perancangan Interior Pusat Informasi dan Rehabilitasi Kelumpuhan Pasca Stroke Hendra Setiawan, dan Grace Mulyono Program Studi Desain Interior, Universitas

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum

BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum BAB VI KONSEP 6.1 Konsep Umum Perancangan taman terapi di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terutama diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Tapak akan dikembangkan menjadi taman yang dapat memberikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR Oleh: Siswanti Asri Trisnanih (1401083134) 08 PAC School of Design Interior Design Department Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN 03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN AKSESIBILITAS 31 Pada bab pembahasan ini akan memaparkan kritik desain yang dikaji bedasarkan hasil dari pendekatan masalah yang dikaji dengan teori mengenai aspek psikologi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU BAB IV KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU 4.1. Tema Desain Penderita TB maupun penderita penyakit paru lainnya akan memiliki perasaan dan pikiran negatif, bahkan setelah sembuh penderita penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam laporan ini, penulis membahas tentang proyek perancangan interior Perpustakaan Umum Bandung dengan konsep Fun Reading Melalui Aplikasi Karakteristik Pantai. Penulis mencari sumber data tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terdapat beberapa penyebab yang melatarbelakangi pemilihan judul Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang. Latar belakang dibedakan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti kita ketahui, saat ini pembangunan gedung-gedung untuk berbagai kepentingan masyarakat tumbuh dengan sangat pesat. Berbagai gedung baru seperti gedung perkantoran,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4.1 Alternatif Zoning 1 ANALISA : Letak zona publik berada di dekat pintu masuk karena zona tersebut diperunttukan bagi pengunjung yang baru datang. Pada alternative zona

Lebih terperinci

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Pengertian Warna Warna adalah suatu aspek yang dapat menghidupkan ruang dan membentuk/menciptakan kesan pada ruang. Merupakan sifat dasar visual yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa

BAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit Rumah sakit seharusnya menjadi tempat penyembuhan penyakit, namun sayangnya rumah sakit seringkali mengingatkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 158 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Diagram 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Rumah Sakit Jantung ini merujuk pada tema Healing Environment yang mengedepankan aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan kejiwaan atau sakit jiwa bisa dialami semua kalangan masyarakat, baik kaya maupun miskin, pria maupun wanita, tua maupun muda. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 28 Pusat Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Pelaku dan Kegiatan. Konsep Pelaku Pelaku kegiatan yang beraktivitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perancangan Konsep Perancangan Health Care for Mother adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Kesimpulan diperoleh berdasarkan kesesuaian

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Penyakit merupakan salah satu penyebab stres, jika penyakit itu terus-menerus menempel pada tubuh seseorang, dengan kata lain penyakit itu sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota besar di Indonesia, mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.

Lebih terperinci

mempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit

mempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit BAB VI KESIMPULAN Dari hasil analisa konsep hemat energi pada bangunan tinggi rumah sakit kanker di Surabaya dalam usaha untuk menghemat energi, yang diperoleh melalui kajian literatur, preseden, analisa

Lebih terperinci

BAB I. 1.1.Latar Belakang

BAB I. 1.1.Latar Belakang 1.1.Latar Belakang BAB I Klinik Pratama Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar (KPRIPMD) adalah salah satu bentuk amal Muhammadiyah dalam bidang kesehatan yang disebut Pembina Kesehatan Umat. Klinik Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit kanker. Penyakit kanker merupakan penyakit yang menyerang sistem kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit kanker. Penyakit kanker merupakan penyakit yang menyerang sistem kerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit yang banyak dikatakan orang sulit untuk disembuhkan yaitu penyakit kanker. Penyakit kanker merupakan penyakit yang menyerang sistem kerja dan imunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita. Keadaan persalinan adalah keadaan di mana masa hamil, melahirkan dan penanganan pada

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan mutlak untuk dilakukan. Data yang terkumpul dari

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/ BAB V KAJIAN PUSTAKA 5.1. Kajian Teori Penekanan/ Tema Desain Arsitektur Humanis Tema desain pada proyek Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. natural dan therapist, sehingga sangat berbeda dengan Rumah Sakit Kanker pada

BAB VI HASIL RANCANGAN. natural dan therapist, sehingga sangat berbeda dengan Rumah Sakit Kanker pada BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Panti Terapi dan Rehabilitasi Kanker Panti Terapi dan Rehabilitasi Kanker merupakan bangunan yang diciptakan sebagai media terhadap penyembuhan penderita kanker yang mengarah

Lebih terperinci

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G-11 Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit Asma, Arinal Haq, dan Erwin Sudarma Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber: dan

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Studi (Sumber:  dan BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Studi Studi ini dilakukan di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah yang terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Peta lokasi studi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior - Universitas Mercu Buana Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior - Universitas Mercu Buana Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan seseorang ibu di dalam keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Bukan hanya sebagai seorang yang telah melahirkan kita dan mengurus rumah tangga namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung merupakan rumah sakit khusus yang diklasifikasikan ke dalam rumah sakit tipe B menurut ketetapan mentri kesehatan no 340

Lebih terperinci

PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA

PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA Tri Suci H 1*, Tri Yuni 2, Leni Pramesti 3 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (World Health Organization, 1943).

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Kota Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang terletak di kota dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tempat aktivitas sosial. Secara umum,

Lebih terperinci

PENERAPAN THERAPEUTIC GARDEN PADA PUSAT REHABILITASI PASCA-STROKE DI JAKARTA TIMUR

PENERAPAN THERAPEUTIC GARDEN PADA PUSAT REHABILITASI PASCA-STROKE DI JAKARTA TIMUR PENERAPAN THERAPEUTIC GARDEN PADA PUSAT REHABILITASI PASCA-STROKE DI JAKARTA TIMUR Farakh Maulidya, Albertus Galih Prawata, ST. Trikariastoto Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Batasan pengertian judul 1

DAFTAR ISI. Batasan pengertian judul 1 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstraksi Lembar Persembahan Kata pengantar Daftar isi Bab I. Pendahuluan Batasan pengertian judul 1 1. Latar belakang permasalahan 2 Latar belakang objek 2 Kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Setelah melalui proses perancangan maka penulis pada bab ini akan menyimpulkan hasil perancangan yang telah penulis buat dan memberikan saran yang penulis harapkan dapat berguna

Lebih terperinci

Keywords: autism, therapy, metamorphosis, design

Keywords: autism, therapy, metamorphosis, design Abstract Autistic Children are those who undergo physical handicap either physically, mentally, intellectually, socially and emotionally. That makes the children become different from the normal ones.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang memberikan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

PUSAT REHABILITASI PASCA STROKE DI SEMARANG DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PUSAT REHABILITASI PASCA STROKE DI SEMARANG DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUSAT REHABILITASI PASCA STROKE DI SEMARANG DENGAN PENDEKATAN HEALING ENVIRONMENT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Strata I pada Program Studi

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

STUDI PUSTAKA PSIKOLOGI WARNA

STUDI PUSTAKA PSIKOLOGI WARNA STUDI PUSTAKA PSIKOLOGI WARNA 2.6 Psikilogi Warna Pada Ruang Psikologi warna menurut Hideaki Chijawa dalam bukunya "Color Harmony" : a. Warna hangat : merah, kuning, coklat, jingga. Dalam lingkaran warna

Lebih terperinci

pasien dan pendampingnya. Tidak hanya mewadahi fungsi hunian, Children Cancer Care Service juga mewadahi fungsi oprasional yayasan yang bergerak

pasien dan pendampingnya. Tidak hanya mewadahi fungsi hunian, Children Cancer Care Service juga mewadahi fungsi oprasional yayasan yang bergerak BAB I PENDAHULUAN Bab I berisi pendahuluan yang akan memaparkan penjelasan pengadaan proyek hingga permasalahannya. Selain itu, bab I juga berisi rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup studi, metode

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Aplikasi Konsep Aplikasi konsep recreative design diaplikasikan pada bentukan masa yang terpisah untuk setiap fungsi yang berbeda. Setiap masa bangunan dipisahkan oleh ruang

Lebih terperinci

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Umum Perancangan Menjawab permasalahan depresi yang dialami oleh penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang terjadi karena berbagai

Lebih terperinci

Healing Garden : Aplikasi Taman Inklusif dalam Perancangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai Upaya Penyembuhan Pasien

Healing Garden : Aplikasi Taman Inklusif dalam Perancangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai Upaya Penyembuhan Pasien JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Healing Garden : Aplikasi Taman Inklusif dalam Perancangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai Upaya Penyembuhan Pasien Aulia

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Konsep Sebuah konsep desain tempat pendidikan yang ramah lingkungan dengan membawa suasana yang asri membawa kehangatan keluarga dalam sebuah wadah pendidikan. Anak anak

Lebih terperinci

ABSTRAK. berkapasitas 32 tempat tidur, poliklinik, unit bedah dan persalinan, unit gawat

ABSTRAK. berkapasitas 32 tempat tidur, poliklinik, unit bedah dan persalinan, unit gawat ABSTRAK Rumah Sakit Bersalin ini dirancang di jalan Pajajaran Bandung dengan luas lahan 1890 m2 dan luas bangunan 7666 m2. Rumah sakit ini setara dengan rumah sakit kelas E. Fasilitas yang terdapat pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. umumnya, mereka mengalami penolakan dari masyarakat. Selain penolakan, diseuaikan dengan kemampuan fisik mereka.

ABSTRAK. umumnya, mereka mengalami penolakan dari masyarakat. Selain penolakan, diseuaikan dengan kemampuan fisik mereka. ABSTRAK Dewasa ini, jumlah penyandang cacat terutama anak-anak di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup banyak dikarenakan berbagai faktor. Seringkali pada umumnya, mereka mengalami penolakan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki kebutuhan primer yang merupakan kebutuhan utama manusia yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan untuk kesehatan. Pada

Lebih terperinci

Sebagai Penunjang Konsep Perawatan Parents as Partner

Sebagai Penunjang Konsep Perawatan Parents as Partner Desain Tempat Tidur Anak Untuk Rumah Sakit Sebagai Penunjang Konsep Perawatan Parents as Partner Permasalahan Tempat tidur yang di gunakan di ruang perawatan BUKAN merupakan furniture anak Baby crib hanya

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan, terdapat beberapa variabel aksesibilitas dan penataan ruang berdasarkan sistem terapi yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH... i ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR DIAGRAM... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB

Lebih terperinci

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang Tema: Healing Environment Khikmatus Amaliyah Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN MALIKI Malang Jl.Gajayana no.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN. 5.1 Konsep Desain

BAB V KONSEP PERENCANAAN. 5.1 Konsep Desain BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Desain Jakarta sebagai ibu kota negara merupakan kota tersibuk di Indonesia, banyak sekali kejadian-kejadian yang dapat membuat orang menjadi stress seperti, kemacetan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoga adalah sebuah filosofi tentang kehidupan yang dicapai melalui latihan olah tubuh, napas dan meditasi berdasarkan 8 tangga kehidupan seperti Yama (ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya kesehatan, terutama pada kesehatan kulit karena kulit merupakan permukaan terluar dari tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN PUSTAKA Penerangan dalam ruang kelas Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas penerangan yang harus dan layak disediakan didalam suatu ruangan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan Peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang saat ini menjadi persoalan yang memprihatinkan. Peningkatan jumlah pengguna dari tahun ke tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna tanpa kekurangan suatu apapun. Memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap, serta dapat melakukan berbagai kegiatan merupakan

Lebih terperinci

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental. MERAH - Menebarkan keberanian dan energy. - Membuat suasana menjadi cerah, meriah dan penuh pesona. - Secara psikologis warna merah mempercepat aliran darah karena memicu detak jantung. - Menjadi daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci