Makalah Seminar Kerja Praktek PIACS DC SEBAGAI PENGATUR PARAMETER PADA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR DI PT HOLCIM INDONESIA TBK CILACAP PLANT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Makalah Seminar Kerja Praktek PIACS DC SEBAGAI PENGATUR PARAMETER PADA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR DI PT HOLCIM INDONESIA TBK CILACAP PLANT"

Transkripsi

1 Makalah Seminar Kerja Praktek PIACS DC SEBAGAI PENGATUR PARAMETER PADA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR DI PT HOLCIM INDONESIA TBK CILACAP PLANT Gigih Mahartoto Pratama Mahasiswa Jurusan Teknik elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro JL. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak PT Holcim Indonesia Tbk merupakan industri produksi semen yang melibatkan pembakaran dalam proses produksinya. Dalam hal ini PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap plant menghasilkan emisi debu rata-rata 2,6 juta ton per tahun. Untuk mengatasi permasalahan emisi debu tersebut, PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap plant mengaplikasikan beberapa peralatan seperti Cyclone, Bag Filter, dan Electrostatic precipitator (EP). Electrostatic precipitator ( EP ) adalah suatu perangkat listrik yang berfungsi sebagai alat pengendap atau pemisah debu dari udara yang menggunakan listrik statis. Dengan menggunakan ESP ini jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong pembuangan bisa diturunkan hingga 63 %. Dalam penggunaanya, Electrostatic precipitator dikontrol dengan menggunakan PIACS DC. PIACS DC merupakan unit pengontrol parameter dalam operasional Electrostatic precipitator yang telah terintegrasi di dalam paket pembelian dari pabrikan. Kata Kunci : Electrostatic precipitator, EP, Emisi Debu, PIACS DC I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya perindustrian di zaman ini banyak membawa dampak baik maupun buruk sehingga pertumbuhan industri memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Salah satu dampak baik dengan pertumbuhan industri adalah meningkatnya pemasukan untuk negara sedangkan dampak buruk yang didapat semakin banyaknya pencemaran yang terjadi dalam lingkungan sehingga merusak ekosistem kehidupan. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah baik berupa cairan atau gas dari berbagai macam industri, membuat pemerintah menggalangkan program peduli lingkungan dengan menetapkan aturan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam UU nomor 32 Tahun PT Holcim Tbk Cilacap Plant sebagai salah satu industri besar ikut berpartisipasi dalam penggalangan program pemerintah yang tercantum dalam UU nomor 32 Tahun Untuk meminimalisir emisi debu dalam proses produksi semen, PT Holcim Tbk Cilacap Plant mengaplikasi peralatan penangkap debu yang dinamakan Elektrostatic Precipitator. Dalam pengoperasian Electrostatic precipitator dibutuhkan unit pengontrol untuk mengatur parameter parameter yang ada. Dengan adanya unit pengontrol yang dibutuhkan penggunaan Electrostatic Precipitator dapat diharapkan semaksimal dan seefisien mungkin. 1.2 Maksud dan Tujuan Hal-hal yang menjadi maksud dan tujuan dari Kerja Praktek ini adalah: 1. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja di PT Holcim Indonesia Tbk. 2. Mengetahui cara kerja dan aplikasi Electrostatic precipitator (EP) di PT Holcim Indonesia Tbk plant Cilacap. 3. Mengetahui setting parameter kerja dari Electrostatic precipitator. 1.3 Pembatasan Masalah Laporan Kerja Praktek ini difokuskan pada permasalahan aplikasi, cara kerja dan penyettingan PLACS DC untuk mengatur beberapa parameter EP di PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap plant sebagai penangkap emisi debu.

2 II. Pembuatan Semen 2.1 Bahan Baku A. Bahan Baku Utama Bahan baku utama terdiri dari : a. Batu Kapur/Limestone (77%) b. Tanah Liat /Clay (15%) c. Pasir Silica /Silica Sand (6%) d. Pasir Besi /Iron Sand (2%) B. Bahan Baku Pendukung Yang termasuk bahan baku pendukung yaitu : a. Gypsum (3-4%) b. Trass 2.2 Pembuatan Semen Proses yang digunakan dalam pembuatan semen pada PT. Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant adalah proses kering, dengan tahapan kerja yang meliputi : 1. Penyiapan Bahan Baku 2. Pengeringan dan Penggilingan Raw Material 3. Homogenisasi 4. Pemanasan Awal Tepung Baku (Suspension Preheater) 5. Proses Pembuatan Terak (Clinker) 6. Pendinginan Terak 7. Penghalusan Pendahuluan (Pregrinding) 8. Penggilingan Akhir 9. Pengantongan (Packing) III Dasar Teori 3.1 Prinsip Kerja Electrostatic precipitator Electrostatic precipitator merupakan alat penangkap debu dengan menggunakan sistem elektrik yang terdiri dari plat plat baja yang merupakan elektroda positif (collecting electrode) dan elektroda negatif (discharge electrode) dengan perbedaan tegangan yang sangat tinggi. Prinsip kerjanya menggunakan prinsip listrik, yaitu partikel bermuatan listrik dilewatkan dalam medan electrostatic sehingga terjadi discharge electrode yang berfungsi untuk menghasilkan elektron elektron bebas yang digunakan untuk memberikan muatan pada partikel-partikel debu sehingga terbentuk ion debu negatif. Karena pengaruh medan listrik yang kuat ion negatif akan berpindah ke elektroda positif sehingga pada elektroda positif akan terkumpul debu-debu yang terbawa oleh ion negatif tersebut. Selanjutnya ion negatif tadi dinetralkan oleh muatan positif pada elektroda pengumpul sehingga debu yang terkumpul menjadi bermuatan netral. Debu yang netral ini akan semakin banyak dan tebal sehingga lapisan itu akan menurunkan gaya tarik dan keelektrostatikannya, sehingga debu yang terkumpul pada elektroda ini akan mudah terjatuh ketika plat elektroda terpukul hammer. Untuk mengalihkan material yang terakumulasi pada pelat, secara periodik elektroda akan digetarkan oleh pukulan impact hammer dengan waktu interval (dapat diatur) pada unit rapping gear (pada collecting dan discharging system) sehingga secara periodik material rontok dan tertampung pada bottom Hopper. Material akan terkumpul dan siap diangkut sebagai produk atau diangkut ke dust bin oleh screw conveyor. Dari dust bin debu yang tertinggal bersama gas akan keluar bersama-sama melalui cerobong. Gambar 2.1 Bagan pembuatan semen

3 3.2 Komponen - Komponen dan Perlengkapan Electrostatic Prescipitator Komponen-komponen Mekanik dan Elektrik pada Elektrostatic Precipitator Hopper Hopper merupakan komponen electrostatic precipitator yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan debu secara berkala. Gambar 3.1 Hopper Elektroda pelepas muatan Elektroda pelepas muatan merupakan komponen dimana terjadinya peristiwa sparking corona. Gambar 3.2 Elektroda pelepas muatan Elektroda Pengumpul Elektroda pengumpul merupakan komponen tempat debu yang hendak ditangkap menempel. Gambar 3.3 Elektroda pengumpul Komponen Struktural Kompopnen Electrostatic precipitator yang termasuk dalam komponen struktural adalah frame elektroda pelepas muatan bagian bawah, frame elektroda pelepas muatan bagian atas, dan sistem penyangga plat housing. 3.3 Cara Kerja Electrostatic precipitator Proses penangkapan debu pada Electrostatic Precitipator terdiri dari lima langkah, yaitu: 1. Pendistribusian gas Gas kotor yang masuk pada EP diatur sedemikian sehingga pendistribusiannya merata ke seluruh ruangan Electrostatic precipitator (EP). 2. Pemuatan partikel debu atau pelepasan muatan corona Partikel debu akan dimuati ion negatif yang dihasilkan oleh efek corona yang terjadi pada elektroda pelepas muatan sehingga partikel debu tersebut menjadi bermujatan negatif. 3. Migrasi debu ke elektroda pengumpul Partikel yang telah termuati dengan muatan negatif akan bergerakl menuju elektroda pengumpul yang bermuatan positif. Perpindahan partikel bermuatan negatif disebut migrasi partikel debu. 4. Pengumpulan debu di elektroda pengumpul Perpindahan partikel debu yang telah termuati dari elektroda pelepas muatan ke elektroda

4 pengumpul disebabkan adanya gaya tarik coloumb. Partikel debu menempel pada pelat pengumpul karena adanya gaya adhesif. Partikel debu yang baru datang akan menempel pada partikel debu yang telah menempel sebelumnya akibat adanya gaya kohesif. IV PIACS DC SEBAGAI PENGATUR PARAMETER OPERASI PADA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 4.1 PIACS DC PIACS DC (Precipitator Integrated Automatic Control System) merupakan perangkat pengontrolan yang terintegrasi atau satu paket dengan Electrostatic precipitator. Sistem PIACS DC mempunyai 2 fungsi pewaktu. Dimana pewaktu 1 dan 2 digunakan sebagai kontrol normal untuk rapping pada collecting system (pengumpul) dan discharge system (pelepas), pewaktu tersebut dapat digunakan untuk kontrol penggetar pada pada gas distribution screen. Penyetingan pada fungsi pewaktu tergantung pada tipe pabrik atau proses. Dasar aturan penyetingan : Gambar 3.3 Proses kerja Electrostatic Precitipator 5. Pemindahan partikel debu Lapisan debu yang menempel pada elektroda pengumpul dapat menjadi demikian tebal sehingga dapat mengganggu proses penangkap debu. Pada lapisan debu yang tebal ini dapat terjadi spark. Untuk mengatasi ini, maka elektroda perlu dibersihkan secara berkala. Komponen Electristatic Precitipator yang bertugas membersihkan debu dari elektroda pengumpul tergabung dalam sebuah sistem yang dikenal dengan sistem rapping. Sistem rapping ini terdiri dari alat pemukul seperti palu (hammer) yang akan memukul elektroda pengumpul sehingga debu menjadi rontok. - Waktu ON pada rapping mempunyai penyesuaian untuk satu putaran penuh pada rapping shaft - Waktu OFF pada discharge system (pelepas) mempunyai kesamaan untuk semua keadaan, umumnya adalah 3 menit. - Waktu OFF pada collecting system (pengumpul) adalah shortest pada inlet dan memiliki sebuah nilai tinggi dalam mengikuti keadaan, sesuai untuk mengurangi pemusatan debu. - t ON M1 dan t OFF M1 fungsi pewaktu 1 ini bentuk normalnya untuk kontrol pada rapping gear motor pada collecting system (pengumpul). T ON memiliki normal sama untuk penyetingan di semua medan, penyesuaian untuk putaran pada rapping shaft. Waktu ini baiknya adalah 100 s.

5 4.2 Penyettingan pada Sistem PIACS DC Gambar 4.2 Papan tombol dan interface PIACS DC. Parameter dibagi dalam dua tingkat akses: Level 1 dapat ditunjukkan dan diubah tanpa menggunakan kata kunci (password) Level 2 hanya dapat ditunjukkan dalam jalan biasa. Untuk mengubah perlu memasukkan kata kunci 222 seperti ditunjukkan di bawah ini : tombol PASSWORD ENTER RESET Password Gambar 4.2 Langkah untuk parameter level 2 Parameter lain (level 3) sebagai cadangan untuk FLS miljφ dan dipanggil dengan memasukkan kode seperti ditunjukkan pada contoh berikut (display dari batas regangan lebih). Tombol display PASSWORD 6 ENTER RESET UDC upp.lim kv kode Gambar 4.3 Langkah untuk parameter level Setting pada Operasi DC (HV) Operasi DC sesuai dengan keadaan dimana thyristor ditembakkan dalam setiap satu setengah siklus pada garis frekuensi Operasi DC tanpa Back Corona Prinsip Dasar Pengaturan : - Arus precipitator harus setinggi mungkin untuk memperoleh efisiensi pengumpulan yang optimal. - Jika emisi debu rendah, level dapat diset dan arus dapat dikurangi. - Nilai percikan yang disesuaikan secara normal harus rendah. - Arus set-back harus kecil. Pengaturan pada Operasi DC tanpa back corona: I DC Limit Set Back Spk Set Rt t-quench t-recovery t-fastramp Operasi DC dengan Back Corona Ketika back corona terjadi, operasi DC tidak dianjurkan. Operasi Energy Control (EC) dianjurkan sebagai gantinya, mode operasi ini secara normal menghasilkan efisiensi pengumpulan lebih tinggi. Metode yang dianjurkan untuk mendeteksi back corona selama operasi DC adalah pengukuran dari karakteristik arus tegangan, dimana kepadatan arus (ma / m 2 ) direncanakan sebagai fungsi dari trough value dalam tegangan Precipitator. Jika bentuk kurva adalah vertikal atau negatif, mengindikasikan adanya back corona. Penggunaan dari trough value memberi indikasi lebih tepat dibanding sebelumnya, berdasar nilai rata rata Setting pada Operasi EC (Energy Control) Dalam model operasi ini thyristor secara normal ditembakkan ke dalam satu setengah siklus garis frekuensi dan setelah itu menjaga jumlah nomor tertentu yang diblok pada setengah siklus. Model operasi ini disebut dengan intermittent energization.

6 Operasi EC dengan Dust Resistivity Moderate Tidak adanya back corona pada operasi DC, bisa menjadi ide yang baik untuk mencoba operasi EC ketika penyimpanan daya dapat dicapai. Aturan dasar yang menentukan : - Arus precipitator harus tinggi. Bagaimanapun, jika diinginkan penyimpanan energi, arus mungkin dikurangi sepanjang emisi debu rendah pada level pengesetan. - Nilai percikan yang disesuaikan harus lembut / lunak - Arus set back setelah percikan harus kecil. Derajat intermittence (N ec ) harus lunak (moderate) Pengaturan pada Operasi EC dengan dust resistivity moderate: I DC Limit Set-Back Spk Set Rt Nec Min Operasi EC dengan Dust Resistivity Tinggi Aturan dasar Penyettingan : - Arus precipitator harus cukup rendah untuk membatasi atau menghilangkan back corona. Oleh karena itu, digunakan derajat intermittence (Nec) yang tinggi. - Pengurangan arus harus kecil. - Nilai percikan (spark) harus moderat ke tinggi. Pengaturan Operasi EC dengan Dust Resistivity Tinggi I DC Limit Set Back Spk Set Rt BC Measure dan BC Factor Setting dengan Variasi / Perubahan Kondisi Operasi (HV) Ketika komdisi operasi berubah sehingga normal dalam beberapa periode (tidak ada back corona) dan sulit dalam periode yang lain (back corona), dua solusi yang mungkin bisa digunakan : - Pengaktifan detektor back corona - Gunakan fungsi HRM (HRMfunction) Fungsi HRM adalah pilihan yang baik jika dua kondisi yang berbeda dapat ditandai dengan baik dalam parameter proses (contoh temperatur gas, keadaan pada raw mill, dan lainnya). Fungsi HRM digunakan dengan cara berikut : Fungsi HRM harus diaktifkan melalui input INI, dan parameter alternatif ditetapkan sebagai berikut: (I DC rated = 1200 ma) Pengaturan normal I DC Limit = 1000 ma Set-Back = 20 ma Spk Set Rt = 30 / menit t-recovery = 50 ms Nec min = 1 Pengaturan HRM HRM I Lim = 500 ma HRM Set Back = 10 ma HRM Spk Rt = 60 /menit HRM t-rec = 50 / ms Setting pada Rapping Control PIACS DC mengendalikan 2 pemilihan fungsi waktu. Pemilihan waktu fungsi 1 dan 2 digunakan secara normal untuk mengendalikan rapping pada collecting system dan discharge system, tetapi juga dapat digunakan untuk mengendalikan vibrator pada gas distribution screen. Pengaturan dari fungsi ini tergantung dari jenis pabrik atau proses. Aturan dasar penyettingan : - Rapping ON-time harus sesuai dengan putaran rapping shaft - OFF-time pada sistem pelepasan adalah sama untuk semua bidang. Secara normal 2 menit. OFF-time pada sistem pengumpul adalah paling pendek di pintu masuk (inlet) dan mempunyai nilai yang lebih tinggi di bidang berikutnya, sesuai konsentrasi debu yang menurun.

7 5.1 Kesimpulan 1. Electrostatic precipitator (EP) merupakan perangkat industri yang berfungsi untuk menangkap debu dari gas buang sisa proses produksi atau pembakaran yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas gas buang sehingga tetap ramah lingkungan. 2. Electrostatic precipitator bekerja dengan menggunakan tegangan tinggi DC yang dilewatkan pada sebuah elektroda pelepas muatan sehingga terjadi spark. Kemudian muatan negatif yang dilepas menempel pada debu dan ditangkap oleh collecting plate. 3. Proses penangkapan debu pada Electrostatic precipitator melibatkan beberapa peralatan pendukung seperti transformator tegangan tinggi, rectifier, dan peralatan pengontrol. 4. Electrostatic precipitator memiliki parameter penyettingan yang harus dikontrol untuk mencapai efisiensi yang baik dalam pengoperasiannya antara lain: Penyettingan pada operasi DC (HV) Setting pada operasi EC (Energy Control) Setting dengan varisasi / perubahan kondisi operasi Penyettingan pada rapping control 5. Parameter operasi Electrostatic precipitator di PT. Holcim Indonesia Tbk. Cilacap plant disetting dengan unit control PIACS DC. 6. PIACS DC (Precipitator Integrated Automatic Control System) merupakan perangkat pengontrolan yang terintegrasi atau satu paket dengan Electrostatic precipitator. 5.2 Saran 1. Perlu diperhatikan setting parameter Electrostatic precipitator dalam operasinya sehingga didapatkan kerja yang optimal dan umur peralatan yang panjang. 2. Perlunya diadakan pemeliharaan tiap bagian dari Electrostatic precipitator dan unit control PIACS DC sehingga peralatan tersebut tetap bekerja dengan baik. VI DAFTAR PUSTAKA [1]----Gambar Lokasi PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant, =en&tab=wl, Desember 2011 [2]----Hidayat, Fachojan. ELECTROSTATIC PRECITIPATOR, Laporan Kerja Praktek Teknik Industri Universitas Jendral Soedirman, [3]----Parker, Ken. Electrical Operation of Electrostatic precipitator. The Institute of Engineering and Technology. London, United Kingdom BIODATA Gigih Mahartoto Pratama dilahirkan di Cilacap, 14 Maret Saat ini masih menempuh studi di Teknik Elektero, Universitas Diponegoro angkatan 2008 mengambil konsentrasi ketenagaan. Semarang, 18 Februari 2012 Mengetahui, Dosen Pembimbing Ir. Tejo Sukmadi, MT. NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi gas tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR SEBAGAI PENANGGULANGAN POLUSI UDARA PADA CEROBONG GAS BUANG BOILER OLEH : Nama : DEDY ADVENTO PASARIBU

PENGGUNAAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR SEBAGAI PENANGGULANGAN POLUSI UDARA PADA CEROBONG GAS BUANG BOILER OLEH : Nama : DEDY ADVENTO PASARIBU PENGGUNAAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR SEBAGAI PENANGGULANGAN POLUSI UDARA PADA CEROBONG GAS BUANG BOILER (Aplikasi Dept. Power Plant PT. CANANG INDAH) OLEH : Nama : DEDY ADVENTO PASARIBU Nim : 035203013

Lebih terperinci

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 3.1 Gambaran Umum Elektrostatik merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang medan listrik statik. Elektrostatik diaplikasikan dalam dunia industri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan sistem elektrosatik yang terdiri dari plat plat baja yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan sistem elektrosatik yang terdiri dari plat plat baja yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Cara Kerja Electrostatic Precipitator Electrostatic precipitator merupakan alat penangkap debu dengan menggunakan sistem elektrosatik yang terdiri dari plat plat baja yang

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PEMICUAN METODE INTERMITENT ENERGIZATION PADA RAWMILL ELECTROSTATIC PRECIPITATOR PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. PLANT 9 Hardian Yanuar W¹, Karnoto, ST, MT² Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Debu Menurut Suma mur (1998), debu adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan, dan lain-lain

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI..... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO

SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO SIDANG TUGAS AKHIR Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industi ITS - Surabaya LOGO Pabrik Semen menggunakan Bahan Aditif Fly Ash dengan Proses Kering Oleh : Palupi Nisa 230 030 04 Hikmatul

Lebih terperinci

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN KESNI SAVITRI 0807121210 1. ALAT UTAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2010 2. BLENDING SILO ( Pencampuran dan Homogenisasi)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terbentur pada permasalahan penggunaan teknologi. Dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. terbentur pada permasalahan penggunaan teknologi. Dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI II.1. Parameter Pencemar Udara Selama ini teknologi pengolahan limbah kurang mendapatkan perhatian serius di Indonesia. Padahal, tidak sedikit permasalahan limbah cair maupun gas

Lebih terperinci

PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT)

PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT) Teknologi Pengendalian Emisi 1 PENGENDALI DEBU (PARTIKULAT) Partikulat Apa itu Partikulat? adalah butiran berbentuk padat atau cair Ukuran dinyatakan dalam mikron (µm), 1µm = 10-6 m Contoh 2 > 100µm, cepat

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. SEMEN PADANG EFISIENSI PANAS PADA KILN UNIT INDARUNG IV Dibuat Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Syarat Yang Diperlukan Pada Kurikulum Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

TUGAS UO 1 ( PROSES MEKANIKA ) PENERAPAN ELEKTROSTATIK PRESIPITATOR DALAM INDUSTRI

TUGAS UO 1 ( PROSES MEKANIKA ) PENERAPAN ELEKTROSTATIK PRESIPITATOR DALAM INDUSTRI TUGAS UO 1 ( PROSES MEKANIKA ) PENERAPAN ELEKTROSTATIK PRESIPITATOR DALAM INDUSTRI KELOMPOK 22 AFIQ UBAIDAH (21030112130151) M DZIKRI HANIF (21030112130084) REZZA TAQWA P (21030112110058) JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk dalam satu dekade terakhir menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya konsumsi energi nasional. Seperti

Lebih terperinci

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

BAB IV. PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR BAB IV PENGOPERASIAN dan PENANGANAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 4.1 Pengoperasian Untuk mengoperasikan ESP, ada presedur yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Pemeriksaan sebelum start-up 2. Start-up 3. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut adanya kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut adanya kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut adanya kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai faktor penggerak utama, khususnya dalam

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH

PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. PLANT CILACAP JAWA TENGAH Dibuat untuk memenuhi persyaratan permohonan Kerja Praktek di PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. Plant Cilacap Jawa Tengah Oleh: AHMAD

Lebih terperinci

Noza Afrian*, Firdaus**, Edy Ervianto**

Noza Afrian*, Firdaus**, Edy Ervianto** ANALISA KINERJA ELECTROSTATIC PRECIPITATOR () BERDASARKAN BESARNYA TEGANGAN DC YANG DIGUNAKAN TERHADAP PERUBAHAN EMISI DI POWER BOILER INDUSTRI PULP AND PAPER Noza Afrian*, Firdaus**, Edy Ervianto** *Alumni

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES PT Semen Padang: Studi Kasus Perusahaan PT SEMEN PADANG DISKRIPSI PERUSAHAAN PT. Semen Padang didirikan pada tahun 1910 dan merupakan pabrik semen tertua di Indonesia. Pabrik berlokasi di Indarung, Padang,

Lebih terperinci

48 juta ton naik 17,7%

48 juta ton naik 17,7% KESIMPULAN PERSAINGAN INDUSTRI KEBUTUHAN KONSUMEN KEPUASAN PELANGGAN 48 juta ton naik 17,7% PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk. ORDINARY PORTLAND CEMENT UNIT RAW MILL P 1-2 KUALITAS RAW MEAL PENYIMPANGAN

Lebih terperinci

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( )

Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering. Oleh : Lailatus Sa adah ( ) Sunu Ria P. ( ) Pabrik Ekosemen (Semen dari Sampah) dengan Proses Kering Oleh : Lailatus Sa adah (2308 030 025) Sunu Ria P. (2308 030 035) Latar Belakang Peneliti Jepang Abu Sampah Semen Pabrik Ekosemen di Indonesia Pabrik

Lebih terperinci

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF

C 3 S C 2 S C 3 A C 4 AF INDUSTRI SEMEN Khamdi Mubarok, M.Eng Definisi Semen merupakan komoditi strategis yang memanfaatkan potensi sumber daya alam bahan galian non logam berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi dan gipsum (diimpor)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

SIMULASI TIMER DAN COUNTER PLC OMRON TYPE ZEN SEBAGAI PENGGANTI SENSOR BERAT PADA JUNK BOX PAPER MILL CONTROL SYSTEM

SIMULASI TIMER DAN COUNTER PLC OMRON TYPE ZEN SEBAGAI PENGGANTI SENSOR BERAT PADA JUNK BOX PAPER MILL CONTROL SYSTEM Simulasi Timer dan Counter PLC Omron Type ZEN sebagai (David A. Kurniawan dan Subchan Mauludin) SIMULASI TIMER DAN COUNTER PLC OMRON TYPE ZEN SEBAGAI PENGGANTI SENSOR BERAT PADA JUNK BOX PAPER MILL CONTROL

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

Aji Prasetya Wibawa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang ABSTRAK

Aji Prasetya Wibawa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang ABSTRAK Pengaruh Perubahan Tegangan dan Jari-Jari Elektroda Pengion Pada Electrostatic Precipitator Silinder Konsentris Terhadap Efisiensi Penangkapan Partikel Gas Buang Kendaraan Bermotor Aji Prasetya Wibawa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dari jenis-jenis kegiatan sumber tidak bergerak perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran udara dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah

Lebih terperinci

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA Seminar dan Sidang Tugas Akhir Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation,

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui 6 tahapan, yaitu raw material extraction, raw material preparation, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri semen membutuhkan jumlah energi yang besar untuk berproduksi. Hampir sekitar 50% biaya produksi berasal dari pembelian energi yang terdiri dari 75% dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 ii iii iv UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 PEMODELAN DINAMIK DAN SIMULASI PROSES PENGGILINGAN AKHIR PADA PABRIK SEMEN Hengky Suleman

Lebih terperinci

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) Budi Utomo 1, Musyawaroh 2, Hunik Sri Runing Sawitri 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES PENYIMPANAN ENERGI PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES PENYIMPANAN ENERGI PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES PENYIMPANAN ENERGI PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP Mira Erviana 1, Dr.Ir. Joko Windarto, M.T 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CPM1A PADA MODUL SISTEM SILO

Makalah Seminar Kerja Praktek PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CPM1A PADA MODUL SISTEM SILO Makalah Seminar Kerja Praktek PERANCANGAN APLIKASI PLC OMRON SYSMAC CPM1A PADA MODUL SISTEM SILO Muhammad Fajri Nur Reimansyah (L2F009032) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

RENCANA PENGENDALIAN KUALITAS UDARA EMISI CEROBONG BOILER DI PG. PRADJEKAN BONDOWOSO

RENCANA PENGENDALIAN KUALITAS UDARA EMISI CEROBONG BOILER DI PG. PRADJEKAN BONDOWOSO RENCANA PENGENDALIAN KUALITAS UDARA EMISI CEROBONG BOILER DI PG. PRADJEKAN BONDOWOSO Solikin, Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhamadiyah Surabaya Email : solikin.ub@gmail.com Abstract A high levels

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG Zainal Abidin Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau zainal@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Selama ini manusia bergantung pada energi yang berasal dari minyak bumi untuk menjalankan sistem transportasi

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN

ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN ANALISIS EFISIENSI RAW GRIDING MILL PADA PROSES PEMBUATAN SEMEN Budi Setiyana 1) Abstract Raw grinding mill sebagai salah satu bagian dari alat produksi semen mempunyai peranan yang cukup penting. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Partial Discharge (PD) pada bahan isolasi yang diakibatkan penerapan tegangan gelombang AC sinusoidal pada listrik bertegangan tinggi sekarang ini telah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Identifikasi Partial Discharge (PD) pada isolasi kabel input motor dengan tegangan dan frekuensi tinggi menjadi suatu metode diagnosa yang sangat penting dalam dunia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, KEPUTUSAN MENTERI NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER MENTERI, Menimbang : 1. bahwa untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dari jenis-jenis kegiatan sumber tidak bergerak perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai disebabkan oleh kegagalan isolasi dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator tegangan

Lebih terperinci

ANALISA MESIN DUST COLLECTOR TIPE FABRIC FILTER/BAGHOUSE AMANO VNA 45 PADA RUANG MIXING ROOM.

ANALISA MESIN DUST COLLECTOR TIPE FABRIC FILTER/BAGHOUSE AMANO VNA 45 PADA RUANG MIXING ROOM. Nama : Daniel Christian Bernardo N P M : 20408824 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Dr.Sri Poernomosari,ST., MT. ANALISA MESIN DUST COLLECTOR TIPE FABRIC FILTER/BAGHOUSE AMANO VNA 45 PADA RUANG MIXING

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya PT Holcim Indonesia, Tbk Pabrik Cilacap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya PT Holcim Indonesia, Tbk Pabrik Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya PT Holcim Indonesia, Tbk Pabrik Cilacap Pemerintah Indonesia saat ini sedang berjuang keras untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang berkembang

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG. Jalan Prof. Sudharto S.H Tembalang, Semarang MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK ANALISA PENGHEMATAN POMPA AIR DIHOTEL SANTIKA SEMARANG Mahadi Prasetyawan (L2F008059) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 62-68 ISSN 0216-7395 PERANCANGAN PARAMETER PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA TIPE ROTOR BELITAN UNTUK PENINGKATAN UNJUK KERJA Tejo Sukmadi Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.155 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M- IND/PER/1/2012 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGURANGAN EMISI CO 2INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN

ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN ANALISIS UMUR LAMPU PIJAR TERHADAP PENGARUH POSISI PEMASANGAN Ahmad Rizal Sultan 1) Abstrak : Secara umum, tiap jenis lampu listrik memiliki umur sendiri. Namun karena berbagai faktor umur rata-rata belum

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang

I. PENDAHULUAN. Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang I. PENDAHULUAN Isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang berguna untuk memisahkan dua buah penghantar listrik yang berbeda potensial, sehingga hubung singkat atau percikan

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permintaan kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan secara pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem tegangan tinggi

Lebih terperinci

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan

5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. secara terpadu. Perusahaan ini termasuk perusahaan perseroan terbatas dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK

PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TENTANG PENGOLAHAN BATU BARA MENJADI TENAGA LISTIRK disusun oleh Ganis Erlangga 08.12.3423 JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG Dwi Harjanto. 1, Dr. Ir. Joko Windarto, MT 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan 33 karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan polimer yang lebih kuat dan tebal. Canister model

Lebih terperinci

Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dicantumkan dalam izin Ortodonansi Gangguan.

Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dicantumkan dalam izin Ortodonansi Gangguan. 1 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :KEP.13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Menimbang : a. bahwa untuk mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan faktor-faktor yang. serta dapat menghasilkan hasil penepungan yang optimal.

BAB II DASAR TEORI. harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan faktor-faktor yang. serta dapat menghasilkan hasil penepungan yang optimal. 7 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Penggilingan Proses penggilingan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan yang siap untuk diolah. Penggilingan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Semen Padang merupakan salah satu produsen semen terkemuka di Indonesia. PT Semen Padang menjadi industri semen pertama di Indonesia yang dibangun pada

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan teknologi, struktur bangunan juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Struktur beton bertulang merupakan salah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

III. METODE PENELITIAN. dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dibeberapa tempat berbeda berdasarkan proses kegiatan yang dilakukan, pembuatan sampel mentah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

Perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur besi baja ini sudah banyak menghasilkan produk seperti kawat baja, plat baja, maupun baja

Perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur besi baja ini sudah banyak menghasilkan produk seperti kawat baja, plat baja, maupun baja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Negara yang berkembang, Indonesia berusaha keras dalam memajukan sektor perindustrian agar dapat bersaing dengan Negara lain di dunia Internasional, terutama

Lebih terperinci

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik 1. Mesin Las 2. Kabel Las 3. Pemegang Elektroda 4. Elektroda (Electrode) 5. Bahan Tambah (Fluks) Mesin Las Mesin las busur nyala listrik

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Pencemar Udara

Teknologi Pengolahan Pencemar Udara Teknologi Pengolahan Pencemar Udara TEKNOLOGI PENGOLAHAN PENCEMARAN UDARA Bentuk Pencemar Udara : PARTIKULAT dan GAS Partikulat terdiri bentuk padat dan cairan Gas pencemar : 1. Hidrokarbon : alifatik

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP Novio Mahendra Purnomo (L2F008070) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Indonesia sebagai negara berkembang dimana pembangunan di setiap wilayah di indonesia yang semakin berkembang yang semakin berkekembang pesat-nya bangunanbangunan

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi Gravity Light nya. Bahasan perancangan dimulai dengan penjelasan alat secara keseluruhuan yaitu penjelasan singkat

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA Join Wan Chanlyn S, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

PEMBERSIH UDARA BUANG PADA BOILER (KETEL) UAP DENGAN MENGGUNAKAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) PADA PLTU ASAM-ASAM

PEMBERSIH UDARA BUANG PADA BOILER (KETEL) UAP DENGAN MENGGUNAKAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) PADA PLTU ASAM-ASAM 83 PEMBERSIH UDARA BUANG PADA BOILER (KETEL) UAP DENGAN MENGGUNAKAN ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) PADA PLTU ASAM-ASAM Syarifil Anwar Staf Pengajar Teknik Elektro, ATPN Banjarbaru Email: syarifilanwar@gmail.com

Lebih terperinci

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( ) 1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran

Lebih terperinci

Alat Pengolah Sampah Tanpa Bahan Bakar

Alat Pengolah Sampah Tanpa Bahan Bakar Alat Pengolah Sampah Tanpa Bahan Bakar l Abu hasil pemusnahan dapat dipergunakan sebagai pupuk PENGENALAN L-BOX 1. SISTEM DESAIN L-BOX dibuat sedemikian rupa, hingga pemusnahan sampah dapat dilakukan alat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 27 IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 4.1. Proses Produksi Listrik PLTU Suralaya PLTU Suralaya merupakan PLTU pertama yang dibangun di Indonesia, berbahan bakar utama batubara dan merupakan PLTU terbesar

Lebih terperinci

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dari rencana kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian

Lebih terperinci

Instruksi Kerja Penggunaan Inkubator Memmert INE500

Instruksi Kerja Penggunaan Inkubator Memmert INE500 Instruksi Kerja Penggunaan Inkubator Memmert INE500 Laboratorium Kesmavet Program kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2012 Instruksi Kerja Penggunaan Inkubator Memmert INE500 Laboratorium Kesmavet Program

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak No. 13 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : 1. bahwa untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dari jenis-jenis kegiatan sumber tidak

Lebih terperinci

Kalian sudah mengetahui usaha yang dilakukan untuk memindahkan sebuah benda ke arah horisontal, tetapi bagaimanakah besarnya usaha yang dilakukan

Kalian sudah mengetahui usaha yang dilakukan untuk memindahkan sebuah benda ke arah horisontal, tetapi bagaimanakah besarnya usaha yang dilakukan Kalian sudah mengetahui usaha yang dilakukan untuk memindahkan sebuah benda ke arah horisontal, tetapi bagaimanakah besarnya usaha yang dilakukan untuk memindahkan sebuah benda ke arah vertikal? Memindahkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Pengertian Dust Collector

BAB II DASAR TEORI Pengertian Dust Collector BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Dust Collector Dust collector merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk memperbaiki kualitas udara yang dihasilkan dari industri dan proses secara komersial dengan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENCEMAR UDARA Semester Ganjil FABRIC FILTER. Aryo Sasmita Prodi Teknik Lingkungan Universitas Riau

PENGENDALIAN PENCEMAR UDARA Semester Ganjil FABRIC FILTER. Aryo Sasmita Prodi Teknik Lingkungan Universitas Riau PENGENDALIAN PENCEMAR UDARA Semester Ganjil 2013-2014 FABRIC FILTER Aryo Sasmita Prodi Teknik Lingkungan Universitas Riau Fabric Filtration merupakan alat kontrol udara yang paling umum dipergunakan Fabric

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang berguna untuk memisahkan dua buah penghantar listrik yang berbeda potensial, sehingga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH ANALISA PROSES KERJA SOOT BLOWER TIPE FIXED ROTARY PADA PROTOTYPE MINI STEAM POWER PLANT DI PT. NW INDUSTRIES Nama : Rachmat Shaleh NPM

Lebih terperinci

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha.

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Misalnya kendaraan dapat mengangkat barang karena memiliki

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) Kimia Industri (TIN 4206) PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II Size Reduction III Storage IV Reaktor V Crystallization VI Heat treatment

Lebih terperinci

Rachmat Boedisantoso. Cyclone

Rachmat Boedisantoso. Cyclone Rachmat Boedisantoso Cyclone Cyclone separator adalah alat yang menggunakan prinsip gaya sentrifugal dan tekanan rendah karena adanya perputaran untuk memisahkan materi berdasarkan perbedaan massa jenis

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA (Indra Wibawa Dwi Sukma_Teknik Kimia_Universitas Lampung) 1 INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA Adapun berikut ini adalah flowsheet Industri pengolahan hasil tambang batubara. Gambar 1. Flowsheet Industri Pengolahan

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Desain Gritcone terhadap Pola Patahan Gritcone pada Vertical Roller Mill dengan simulasi Explicit Dynamic (LS-DYNA)

Analisa Pengaruh Desain Gritcone terhadap Pola Patahan Gritcone pada Vertical Roller Mill dengan simulasi Explicit Dynamic (LS-DYNA) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 65 Analisa Pengaruh Desain Gritcone terhadap Pola Patahan Gritcone pada Vertical Roller Mill dengan simulasi Explicit Dynamic

Lebih terperinci