PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK"

Transkripsi

1 PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK 1.1 DASAR TEORI Tegangan tinggi bolak-balik banyak dipergunakan untuk pengujian peralatan listrik yang memiliki kapasitansi besar seperti kabel tegangan tinggi dan isolator, untuk penelitian, dan sebagai sumber untuk pembangkitan tegangan tinggi searah dan impuls, utamanya pada percobaan di laboratorium Pembangkitan Tegangan Tinggi Bolak-Balik Untuk membangkitan tegangan tinggi bolak-balik di laboratorium, maka digunakan transformator uji tegangan tinggi tiga belitan (dapat digunakan untuk rangkaian bertingkat kaskade). Jenis transformator ini memiliki perbandingan belitan yang sangat besar antara belitan tegangan tinggi H dan belitan tegangan rendah atau eksitasi E. Transformator uji tegangan tinggi tersebut mampu menghasilkan tegangan yang sangat tinggi namun menyerap daya yang lebih rendah dibanding dengan trafo daya. Keuntungan lainnya ialah dapat membangkitkan tegangan tinggi hingga di atas ratus kv dengan menyusun beberapa trafo uji tersebut secara seri atau susunan kaskade Pengukuran Tegangan Tinggi Bolak-Balik Pada percobaan ini, pengukuran tegangan tinggi bolak-balik dapat dilakukan dengan menggunakan tiga buah metode yaitu: 1. Sela bola. 2. Rangkaian penyearah. 3. Rasio belitan. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 1

2 Pengukuran Tegangan Puncak dengan Sela Bola Apabila besar tegangan uji yang diterapkan pada suatu sela bola di dalam udara melampaui nilai tegangan tembus statisnya, maka dalam selang waktu beberapa μs terjadi tembus elektrik pada sela bola tersebut. Selama selang waktu itu, nilai puncak tegangan tinggi bolak-balik pada trafo dianggap konstan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tembus elektrik pada gas atau udara dengan menerapkan tegangan tinggi bolak-balik frekuensi rendah, selalu terjadi pada saat nilai puncak tegangannya. Menurut standard IEC dan VDE, tegangan tembus elektrik suatu sela bola pada kondisi atmosfer standar (p 0 = 760 torr = 1013 mbar dan t 0 = 20 0 C = K) untuk berbagai diameter bola D ialah sebagai fungsi dari besar jarak sela s. Û d0 = f(d,s) Karena kondisi atmosfer atau besar kerapatan udara yang sangat bervariasi menurut waktu dan tempat, maka menyebabkan karakteristik tembus juga terpengaruh perubahan kondisi atmosfer. Menurut Kuffel dan Zaengl, besar tegangan tembus elektrik (U d = Û d ) pada berbagai kondisi atmosfer dirumuskan sebagai berikut: U d = δû d0 (1.1) δ = p 293 p 0,386 (p dalam torr) (1.2) t 273 t δ = p 293 p 0,289 (p dalam mbar) (1.3) t 273 t dengan substitusi persamaan 1.3 ke dalam persamaan 1.1, didapatkan: p U d = 0,289 Û d0 (1.4) 273 t Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 2

3 keterangan: Û d0 = tegangan tembus untuk sela bola menurut Schwaiger pada kondisi kerapatan udara standar (kv) U d = tegangan tembus yang terjadi pada sela bola (kv) δ = faktor koreksi atau disebut sebagai kerapatan udara relatif p = tekanan udara pada ruangan (mbar) t = temperatur udara pada ruangan ( 0 C) s = jarak sela bola (cm) D = diameter bola (cm) Pengukuran Tegangan Rata-rata dengan Rangkaian Penyearah Pada metode ini, trafo uji diseri dengan dioda tegangan tinggi sebagai penyearah setengah gelombang. Tegangan pada terminal keluaran dioda ialah tegangan tinggi searah yang mengandung ripel tegangan sebesar U karena adanya kapasitor perata. Besar tegangan rata-rata akan terbaca pada alat ukur yaitu DGM yang terhubung dengan resistor tegangan tinggi sebagai pembagi tegangan resistif (untuk lebih jelasnya, lihat gambar 1.2). Tegangan yang terukur pada DGM ialah U dc, dan dengan menggunakan nilai tersebut didapatkan besar tegangan tembus bolak-balik pada sela bola sebagai berikut: U ac = U dc kv (1.5) Pengukuran Tegangan Puncak dengan Rasio Belitan Rasio belitan pada trafo uji tegangan tinggi merupakan perbandingan antara jumlah lilitan tegangan tinggi atau sekunder dengan lilitan tegangan rendah atau primer. N N H E U U H nom E nom (1.6) keterangan: U E nom U H nom = tegangan nominal primer trafo (V) = tegangan nominal sekunder trafo (kv) Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 3

4 Besar tegangan di atas dapat dilihat pada name plate trafo uji. Pada Gambar 1.1.b ditunjukkan rangkaian ekivalen dari trafo uji tegangan tinggi. Dari gambar tersebut terlihat bahwa rangkaian ekivalen trafo uji tersebut tidak sama dengan rangkaian ekivalen trafo pada umumnya. Hal ini akibat adanya kapasitansi sendiri C i dari belitan tegangan tinggi yang paralel dengan kapasitansi objek uji C a. Dengan demikian total kapasitansi pada sisi sekunder trafo uji ialah C = C i + C a dan besar impedansi hubung singkatnya adalah R k + j L k. Dari diagram fasor pada Gambar 1.1.c, dapat disimpulkan bahwa besar tegangan sekunder trafo uji U s tidak sama dengan U p. U p = U U H nom E nom 1 U s = U p 2 1 L k C keterangan: U p (1.7) 1 = U p 1 U k (1.8) U p = tegangan primer trafo (V) U p = tegangan pada sisi sekunder trafo dengan sisi primer sebagai referensi (kv) U s = tegangan sekunder trafo (kv) U k = persentase tegangan hubung singkat trafo uji (%) Nilai U k dapat dilihat pada name plate trafo uji. Karena nilai 1-U k yang selalu lebih kecil dari 1, maka akan diperoleh peningkatan tegangan sekunder trafo uji atau U s U p, sehingga penentuan nilai U s tidak dapat dihitung langsung berdasarkan perbandingan rasio belitan trafo uji melainkan harus memperhitungkan juga besar U k trafo tersebut. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 4

5 N H N E ~ U p U p C i U s C a (a) R k Ī j L k Ī R k L k Ī U S U p C U S U p (b) Ī (c) Gambar 1.1 Rangkaian dasar trafo uji tegangan tinggi (a) Diagram rangkaian (b) Rangkaian ekivalen (c) Diagram fasor Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 5

6 PERCOBAAN - II FAKTOR EFISIENSI MEDAN LISTRIK PADA BEBERAPA BENTUK GEOMETRIS ELEKTRODA 2.1 DASAR TEORI Besar faktor efisiensi medan listrik ( ) pada berbagai konfigurasi susunan elektroda dengan bentuk geometris tertentu dapat didefinisikan menurut Schwaiger sebagai berikut: Erata rata = (2.1) atau E maksimum Erata rata = Emaksimum E maksimum= keterangan: rata rata (2.2) U d s m = efisiensi medan listrik pada susunan elektroda E = kuat medan listrik rata-rata (kv/cm) E = kuat medan listrik lokal tertinggi (kv/cm) U s maksimum d m = tegangan tembus pada susunan elektroda (kv) = jarak sela antar elektroda (cm) = 1 kv/cm (2.3) Pada susunan elektroda keping sejajar, distribusi medan listriknya homogen sehingga besar E sama dengan Erata rata. Sebaliknya pada maksimum distribusi medan listrik non homogen akan terdapat kuat medan listrik lokal pada daerah tertentu yang nilainya lebih besar dari kuat medan listrik rataratanya. Dengan demikian maka batas nilai faktor efisiensi medan listrik untuk Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 6

7 berbagai susunan elektroda dengan bentuk geometris tertentu memenuhi syarat: 1 Besar faktor efisiensi medan listrik bergantung pada bentuk geometris dari susunan elektroda, yaitu untuk susunan elektroda yang memberikan distribusi medan listrik homogen semisal susunan pelat datar sejajar maka = 1, sedangkan pada susunan elektroda yang menghasilkan distribusi medan listrik non homogen seperti jarum-piring, batang-bola, maka nilai < 1. Selain mengacu pada persamaan 1, faktor efisiensi medan listrik dapat pula ditentukan secara empiris dengan menyatakan sebagai fungsi dari satu atau dua besaran karakteristik geometris susunan elektroda p dan q. Berdasarkan pada buku faktor efisiensi geometri elektroda menurut Schwaiger halaman pertama, maka: p = q = r R keterangan: s r r s = jarak sela (cm) r, R = jari-jari elektroda (cm) dengan r < R (2.4) (2.5) Nilai dari fungsi p dan q tersebut untuk bermacam-macam susunan elektroda nantinya dapat dilihat pada buku faktor efisiensi geometri elektroda menurut Schwaiger. Apabila besar efisiensi medan diketahui, maka kuat medan listrik yang menyebabkan terjadi tembus pada dielektrik dalam sela elektroda dapat ditentukan yaitu: U d = s E d Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 7

8 E d = keterangan: U d (2.6) s U d = tegangan tembus pada susunan elektroda (kv) E = kuat medan listrik yang menyebabkan terjadi tembus (kv/cm) d Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 8

9 PERCOBAAN - III TEMBUS PADA GAS 3.1 DASAR TEORI Berdasarkan teori yang terdapat pada hukum Paschen disimpulkan bahwa besar tegangan tembus akan semakin meningkat ketika tekanan gas dinaikkan. Hal ini disebabkan karena tekanan gas yang semakin tinggi mengakibatkan semakin rapatnya molekul udara sehingga elektron untuk bergerak membutuhkan energi yang lebih besar. Pada percobaan, besarnya nilai tekanan gas (p) pada tabung uji dapat dihitung dengan menjumlahkan antara tekanan gas dalam ruangan dengan penambahan atau pengurangan tekanan gas dalam tabung uji. Maka perhitungannya sebagai berikut: p = p a + p b (3.1) keterangan: p p a p b = tekanan gas dalam tabung uji (mbar) = tekanan gas pada ruangan saat percobaan (mbar) = tekanan gas yang terbaca pada tabung uji (mbar) Untuk menentukan nilai tekanan gas dan jarak sela (ps) yaitu pada percobaan ini jarak sela elektroda dibuat tetap untuk perubahan p b, maka dapat digunakan persamaan sebagai berikut: p s ps = 1000 (3.2) keterangan: ps = perkalian tekanan gas dan jarak sela (barmm) p = tekanan gas dalam tabung uji (mbar) s = jarak sela (mm) Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 9

10 3.1.1 Mekanisme Townsend Mekanisme Townsend menjelaskan tentang fenomena tembus hanya pada tekanan rendah dan jarak sela yang kecil (ps 10 barmm) dengan medan homogen. Mekanisme Townsend menyatakan dua hal penting yang menjadi dasar teorinya yaitu proses primer (memungkinkan terjadinya banjiran elektron) dan proses sekunder (memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran elektron). Percobaan Townsend ditunjukkan pada Gambar 3.1. KATODA d Sumber tegangan Sinar ultra violet ANODA R Resistor pembatas arus U var A Gambar 3.1 Rangkaian percobaan tembus Townsend Proses Primer Proses primer merupakan proses ionisasi. Karena radiasi eksternal (sinar ultra violet) elektron akan dibebaskan dari katoda. Elektron ini akan dipercepat oleh medan listrik menuju anoda dengan suatu gaya sebesar ee, dan energi (W) yang diberikan adalah sebagai berikut: W e E x mv (3.3) Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 10

11 keterangan: W = energi (Joule) e = muatan elektron (1, C) E = intensitas medan (kv/m) m = massa elektron (gram) v = kecepatan elektron (m/s) x = jarak pengarah elektron (m) Dalam pergerakannya menuju anode, elektron tersebut akan menumbuk molekul gas dan menghasilkan ion-ion positif serta elektron-elektron bebas baru. Elektron bebas baru ini akan membentuk banjiran elektron primer yang bergerak ke anode sebagai arus listrik Proses Sekunder Bila elektron awal telah berhasil mencapai anode maka proses avalance tunggal telah selesai. Ion positif yang terbentuk pada proses primer akan bergerak menuju katode dan dipercepat oleh medan listrik. Ketika ion positif menumbuk katode maka elektron akan dibebaskan ke luar permukaan katode dan terjadi penambahan elektron yang akan membentuk banjiran muatan ruang yang lama-kelamaan menjembatani terjadinya kanal peluahan antara anodakatode pada sela elektroda, sehingga terjadi tembus total Kurva Paschen Pada Gambar 3.2 diperlihatkan kurva Paschen untuk udara dengan konstanta A = 1, mm -1 mbar -1, konstanta B = 27, V mm -1 mbar -1, dan = 0,02. Kurva Paschen dibagi menjadi 3 daerah tembus yaitu daerah I yang merupakan karakteristik tembus gas pada keadaan vakum. Pada kondisi awal diberikan tegangan tembus yang cukup tinggi untuk memicu terbentuknya elektron bebas sebagai pemicu terjadinya tegangan tembus pada gas. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 11

12 Ud (kv) Daerah I Daerah II Daerah III (ps min, Ud min) ps (barmm) Gambar 3.2 Kurva Paschen untuk gas (U d fungsi ps) Berikutnya daerah II merupakan daerah terjadinya tembus Townsend pada tekanan rendah dan jarak sela yang kecil (ps 10 barmm) dengan medan homogen. Untuk daerah III merupakan daerah terjadinya tembus Streamer pada tekanan tinggi dan jarak sela yang lebih besar dari daerah II. Pada kondisi ini (daerah III) molekul-molekul udara semakin padat dan menekan ke segala arah sehingga elektron bebas untuk dapat bergerak membutuhkan energi yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan nilai tegangan tembus U d semakin besar. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 12

13 PERCOBAAN - IV DISTRIBUSI TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK PADA ISOLATOR RANTAI 4.1 DASAR TEORI Pada saluran transmisi SUTT, kawat penghantar yang bertegangan tinggi digantungkan pada isolator rantai. Untuk isolator rantai yang panjang, distribusi tegangan tinggi bolak-balik pada tiap-tiap isolator penyusunnya tidak merata. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh dari: 1. Kapasitansi antara penghubung tiap-tiap isolator (C). 2. Kapasitansi antara penghubung isolator dengan tanah atau menara penghantar (C e ). 3. Kapasitansi antara penghubung isolator dengan kawat penghantar bertegangan tinggi (C h ). Isolator rantai yang dibebani dengan tegangan tinggi bolak-balik dapat dinyatakan dengan rangkaian pengganti seperti pada Gambar 4.1. Pada gambar tersebut, jumlah isolator yang digunakan ialah 5 buah isolator piring (suspension insulator), sehingga akan diperoleh 5 buah kapasitansi C, dan 4 buah kapasitansi masing-masing C e dan C h. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 13

14 n = 0 C e C C h X n = 1 C e C C h n = 2 C e C C h L n = 3 C e C C h n = 4 C n = 5 Tanah atau menara penghantar Kawat penghantar bertegangan tinggi Gambar 4.1 Rangkaian pengganti isolator rantai dengan 5 buah isolator penyusun Dengan analisis rangkaian listrik dapat diperoleh distribusi tegangan pada isolator rantai: U i(n) = 1 sinh Ka sinh K(1 a) Ce Ch 1 (4.1) C C e h sinh K sinh K Besar U i(n) dapat pula dicari secara praktek atau berdasarkan hasil percobaan, melalui persamaan pendekatan yaitu: Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 14

15 U U i(n) = 100% (4.2) U n dengan syarat batas, yaitu pada: n = 0, (X = 0), U i(n) = 0 atau U n = ~ n = 5, (X = L), U i(n) = 1 atau U n = U X a = L (4.3) K = keterangan: C C C e h (4.4) Besar distribusi tegangan tinggi bolak-balik pada tiap-tiap isolator piring ialah: ΔU n = U i(n) U i(n-1) (4.5) U n = tegangan pada jepitan ke-n isolator rantai (kv) U i(n) = tegangan pada jepitan ke-n isolator rantai (%) U = tegangan pembebanan pada isolator rantai atau tegangan antara kawat penghantar tegangan tinggi dengan tanah (kv) ΔU n = distribusi tegangan tinggi bolak-balik pada isolator ke-n (%) Kurva U i(n) fungsi a pada isolator rantai untuk nilai kapasitansi C e dan C h yang berbeda-beda ditunjukkan pada gambar 4.2. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 15

16 U i(n) a C e > C h C e = C h C e = C h = 0 C e < C h Gambar 4.2 Kurva U in fungsi a pada isolator rantai Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 16

17 PERCOBAAN - V PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI SEARAH DAN EFEK POLARITAS 5.1 DASAR TEORI Untuk membangkitkan tegangan tinggi searah dalam laboratorium umumnya menggunakan komponen penyearah yang terdiri atas sejumlah dioda semikonduktor yang terpasang seri. Prinsip dasar pembangkitan tegangan tinggi searah yaitu membangkitkan tegangan tinggi bolak-balik yang keluarannya dihubungkan dengan rangkaian penyearah setengah gelombang (menggunakan dioda tegangan tinggi) Pembangkitan Tegangan Tinggi Searah Pembangkitan tegangan tinggi searah yang paling sederhana diperlihatkan pada Gambar 5.1.a. Sebuah transformator uji tegangan tinggi dihubungkan dengan beban R melalui sebuah dioda penyearah ideal V. Tegangan sekunder trafo yang berbentuk sinusoida dengan nilai puncak Û akan disearahkan terlebih dahulu oleh dioda tegangan tinggi yang memiliki resistansi maju dan arus reverse sama dengan nol (karakteristik ideal). Bentuk keluaran gelombang tegangan yang telah disearahkan dapat dilihat pada Gambar 5.1.b dan 5.1.c. Terlihat pada Gambar 5.1.c, dengan memasang paralel kapasitor C dengan beban akan didapatkan gelombang tegangan yang rata dalam keadaan mantap dibanding tanpa kapasitor. Jadi fungsi kapasitor C ialah sebagai filter atau perata bentuk gelombang tegangan keluaran dari dioda. Untuk Gambar 5.1.c, tegangan searah pada beban u(t) akan mengandung tegangan cacat atau ripel tegangan, sehingga berlaku persamaan: Ū Û - U (5.1) Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 17

18 Semakin rata gelombang tegangan beban, maka besar ripel tegangan akan semakin kecil dan periode konduksi dioda t v akan menjadi lebih singkat. Besar tegangan balik yang harus ditahan oleh dioda ialah: Û V 2Û T Dengan melihat kembali Gambar 5.1.c, maka besar ripel tegangan dapat dicari yaitu: 1 untuk t v << T = dan U<<Ū, perubahan muatan pada kapasitor perata f selama periode padam: T 2 UC i g dt = T Ī g 0 1 U = Ī g 2 fc (5.2) Gambar 5.1 Rangkaian pembangkitan tegangan tinggi searah dengan metode penyearah setengah gelombang (a) Rangkaian pengganti; (b) Bentuk gelombang tegangan beban tanpa kapasitor perata C (c) Bentuk gelombang tegangan beban dengan kapasitor perata C Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 18

19 5.1.2 Pengukuran Tegangan Tinggi Searah Untuk melakukan pengukuran tegangan tinggi searah, salah satu metode yang digunakan ialah dengan bantuan tahanan atau resistor tegangan tinggi yang mempunyai harga tahanan sangat besar seperti yang terlihat pada Gambar 5.2. R 1 u(t) R 2 DGM Gambar 5.2 Pengukuran tegangan tinggi searah dengan suatu resistor seri atau pembagi resistif Tahanan R 2 ialah resistor yang berfungsi sebagai pembagi tegangan resistif yang diseri dengan R 1 dan diparalel dengan alat ukur tegangan tinggi searah DGM. Besar tegangan yang diukur DGM ialah nilai rata-rata tegangan searah Ū. Cara lain untuk pengukuran tegangan tinggi searah adalah dengan menggunakan meter-volt elektrostatik dan sela bola Korona Listrik Korona merupakan suatu gejala tembus parsial atau sebagian yang diakibatkan oleh adanya kuat medan listrik yang sangat tinggi di dalam daerah sela elektroda. Pada kondisi distribusi medan listrik yang tidak seragam seperti pada susunan elektroda jarum-piring, batang-piring, maka akan terjadi Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 19

20 pelepasan muatan listrik dari permukaan ujung elektroda yang memiliki radius kecil akibat medan listrik yang sangat besar di daerah sekitar ujung elektroda tersebut. Dengan adanya kuat medan listrik lokal yang tinggi tersebut, maka proses ionisasi di udara akan terjadi akibat tumbukan elektron-elektron bebas yang dipercepat oleh medan listrik tersebut dan otomatis menambah jumlah muatan ruang di dalam sela elektroda. Proses ini dinamakan avalance, yang terjadi berulang kali sehingga timbul elektron-elektron dan ion positif dalam jumlah besar disekitar daerah ujung elektroda tersebut yang akhirnya menyebabkan terjadinya tembus parsial atau korona. Penampilan visual korona dapat diamati berupa penampakan sinar korona yang tergantung pada polaritas elektroda koronanya dan timbulnya suara desisan. Korona positif biasanya menampakkan cahaya yang seragam pada permukaan elektrodanya, sedangkan korona negatif tampak seperti nodanoda terang pada tempat tertentu. Korona dipengaruhi oleh beberapa kondisi yaitu tekanan udara, bahan elektroda, adanya uap air di udara, fotoionisasi dan tipe tegangan tinggi yang diterapkan Efek Polaritas Pada medan listrik sangat tidak homogen seperti pada susunan elektroda jarum-piring, di depan elektroda tajam terjadi ionisasi tumbukan di udara setelah tegangan anjaknya (inception voltage) terlewati. Elektron-elektron karena mobilitasnya yang tinggi akan secara cepat meninggalkan daerah ionisasi, sedang ion-ion positif yang bergerak lamban akan membentuk muatan ruang positif di depan elektroda tajam, sehingga distribusi medan listriknya berubah. Dengan demikian maka tergantung pada jarak sela, tegangan tembus listrik pada elektroda jarum positif akan lebih rendah dibanding dengan jarum negatif. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 20

21 Pada jarum negatif, elektron-elektron bergerak menuju elektroda piring atau pelat. Ion-ion positif yang tertinggal akan menyebabkan penaikan kuat medan listrik sangat tinggi tepat pada ujung jarum, sedangkan pada daerah ruang medan listrik lainnya hanya memiliki kuat medan listrik yang lebih kecil. Dengan demikian pengembangan kanal peluahan muatan listrik ke arah elektroda pelat akan semakin lama. Pada jarum positif, elektron-elektron bergerak menuju elektroda jarum. Ion-ion positif yang tertinggal akan memperkecil besar kuat medan listrik di ujung jarum. Dengan demikian maka kuat medan listrik ke arah elektroda pelat akan meninggi sehingga memudahkan dan mempercepat pengembangan kanal peluahan muatan listrik. Untuk selengkapnya, efek polaritas dapat dilihat pada Gambar 5.3. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 21

22 PERCOBAAN - VI PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS 6.1 DASAR TEORI Dalam keadaan kerja, peralatan-peralatan elektrik selain mampu dibebani tegangan kerjanya, juga harus memiliki ketahanan terhadap pembebanan tegangan tinggi impuls akibat sambaran petir maupun akibat proses pengoperasian saklar daya. Penguasaan cara pembangkitan tegangan tinggi impuls diperlukan agar dapat dihasilkan bentuk gelombang tegangan yang mendekati kejadian pembebanan transien yang terjadi di jaringan dan agar dapat dilakukan penelitian dasar tentang tembus elektrik Definisi Tegangan Tinggi Impuls Di dalam teknik tegangan tinggi, pengertian tegangan tinggi impuls adalah tegangan impuls dengan suatu polaritas tertentu dan bentuk serta lamanya ditentukan oleh cara pembangkitannya. Tegangan impuls diperlukan dalam pengujian tegangan tinggi untuk mensimulasi terpaan akibat tegangan lebih dalam dan luar serta untuk meneliti mekanisme tembus. Umumnya tegangan tinggi impuls dibangkitkan dengan meluahkan muatan kapasitor tegangan tinggi (melalui sela percik bola) pada suatu rangkaian resistor dan kapasitor. Nilai puncak dari tegangan tinggi impuls dapat ditentukan dengan bantuan sela ukur atau dengan rangkaian elektronik yang dikombinasikan dengan pembagi tegangan. Alat ukur tegangan impuls yang terpenting adalah osiloskop sinar katoda yang memungkinkan penentuan nilainilai sesaat melalui pembagi tegangan. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 22

23 6.1.2 Bentuk Tegangan Tinggi Impuls Bentuk umum tegangan tinggi impuls yang dipakai pada laboratorium adalah tegangan yang naik dengan waktu yang sangat singkat sekali disusul dengan penurunan tegangan yang sangat lambat menuju ke nol, yaitu dapat dinyatakan dengan persamaan: at bt V V e e ) (6.1) 0 ( Bentuk tegangan semacam ini mudah dibuat, yaitu dengan menetapkan konstanta a dan b, sedangkan nilai maksimumnya disebut sebagai nilai puncak tegangan impuls. Contoh-contoh berbagai bentuk tegangan impuls ialah seperti gambar di bawah ini: puncak 0,9 Û punggung dahi T d Û Û Û t t t T d (a) (b) (c) Gambar 6.1 Bentuk gelombang tegangan tinggi impuls (a) Tegangan impuls persegi (b) Tegangan impuls terpotong (taji) (c) Tegangan impuls eksponensial ganda Tegangan impuls persegi mengalami waktu muka yang sangat singkat dan menjadi konstan setelah mencapai puncak sesaat sebelum terjadi tembus. Sedangkan tegangan impuls terpotong adalah tegangan impuls yang tiba-tiba menjadi nol pada saat mencapai puncak atau sewaktu di dahi atau di punggung. Tegangan impuls eksponensial ganda digunakan untuk peniruan Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 23

24 tegangan surja petir dan tegangan surja hubung. Perbedaannya ditentukan pada lama waktu dahi dan waktu punggung Parameter Tegangan Tinggi Impuls Petir Untuk keperluan pengujian di laboratorium, maka tegangan tinggi impuls yang dipilih ialah tegangan impuls eksponensial ganda jenis impuls petir dengan karakteristik 1,2/50 μs yang berarti besar waktu dahi T s = 1,2 μs dan waktu paruh punggung T r = 50 μs seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2. Muka gelombang impuls petir didefinisikan sebagai bagian dari gelombang yang dimulai dari titik nol hingga mencapai titik puncak, sedangkan sisanya adalah ekor gelombang. Setengah puncak gelombang adalah titik-titik pada muka dan ekor yaitu besar tegangannya adalah setengah dari nilai puncak (0,5Û). Parameter-parameter tegangan tinggi impuls petir untuk standar pengujian dapat dilihat pada Gambar 6.2 berikut ini. 0,9 Û B S punggung dahi u(t) Û 0,5 Û C 0,3 Û A 0 T s T r t Gambar 6.2 Parameter tegangan tinggi impuls petir standar untuk pengujian di laboratorium Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 24

25 Waktu muka (T s ) ialah waktu yang terjadi pada muka gelombang dimulai dari titik perpotongan sumbu waktu t dengan garis lurus yang dibentuk dari titik 0,3Û (A), 0,9Û (B) dan S hingga mencapai titik potong sumbu waktu t dengan garis vertikal dari titik S. Sedangkan waktu paruh punggung (T r ) adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari titik nol hingga mencapai setengah dari nilai puncak tegangan 0,5Û (titik C) pada ekor gelombang. F R d U 0 (t=0) C s R e I e C b u(t) (a) F R d U 0 (t=0) C s R e I e C b u(t) (b) Gambar 6.3 Diagram rangkaian dasar pembangkit tegangan tinggi impuls (a) angkaian a, (b) Rangkaian b Pembangkitan Tegangan Tinggi Impuls Rangkaian dasar pembangkitan tegangan impuls petir dan impuls hubung untuk pengujian adalah sama, hanya berbeda besar elemen-elemen rangkaiannya. Rangkaian dasar yang biasa digunakan ialah rangkaian kapasitif yaitu rangkaian a dan rangkaian b seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.3. Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 25

26 Prinsip kerja rangkaian di atas yaitu kapasitor pemuatan C s dimuati dengan tegangan tinggi searah U 0. Dengan penyalaan sela percik bola F, terjadi peluahan muatan untuk mengisi kapasitor beban C b dan tahanan peluahan R e. Tegangan tinggi impuls u(t) diperoleh pada terminal kapasitor beban C b. Jika diinginkan waktu dahi T s yang singkat, maka peluahan muatan yang mengisi kapasitor beban C b harus secepat mungkin untuk mencapai tegangan puncak Û, sedangkan waktu punggung T r yang lama ditentukan oleh tahanan peluahan R e yang jauh lebih besar dibandingkan tahanan peredam R d Pengukuran Tegangan Tinggi Impuls Pengukuran tegangan tinggi impuls dapat dilakukan dengan dengan sela percik bola, karena kejadian tembus elektrik sela udara terjadi beberapa mikrodetik setelah dicapai tegangan tembus statis. Dengan demikian sela percik bola dapat digunakan untuk pengukuran tegangan puncak impuls yang tidak terlalu cepat dan untuk konstanta waktu muka T 2 50 μs. Hal ini berlaku, dengan anggapan bahwa di dalam ruang antara sela bola tersedia pembawa muatan yang cukup, yaitu tembus elektrik akan langsung terjadi jika telah dicapai tinggi kuat medan tertentu. Alat ukur voltmeter tipe DSTM digunakan untuk menampilkan nilai puncak tegangan impuls pada pengukuran Penentuan T s dan T r untuk Tegangan Impuls Petir secara teori Pada percobaan ini, rangkaian dasar yang digunakan ialah rangkaian b. Lama waktu muka dan waktu paruh punggung ditentukan oleh besar kecilnya resistor peluahan R e dan resistor redaman R d. Dengan pendekatan R e C s >> R d C b, dihasilkan persamaan untuk rangkaian b yaitu: T 1 R C C ) (6.2) e ( s b Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 26

27 T 2 C C s b Rd (6.3) Cs Cb T s = k 2 T 2 (6.4) T r = k 1 T 1 (6.5) dengan k 1 = 0,73 dan k 2 = 2,96 S (6.6) C S C C b Dari persamaan-persamaan diatas, waktu muka T s berbanding lurus dengan R d. Jadi semakin kecil R d, maka waktu muka akan semakin singkat dan begitu pula sebaliknya. Sedangkan waktu paruh punggung T r berbanding lurus dengan R e. Semakin besar R e, waktu paruh punggung akan semakin lama dan begitu pula sebaliknya. Besar medan pada rangkaian b berdasarkan hasil percobaan ialah didekati dengan rumus pendekatan sebagai berikut: U DSTM (6.7) U DGM keterangan: U DSTM = Nilai puncak tegangan impuls yang terbaca pada alat ukur DSTM (kv) U DGM = Nilai tegangan searah pada alat ukur DGM (kv) Materi Praktikum Tegangan Tinggi Halaman - 27

Modul 1 Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik

Modul 1 Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik Modul 1 Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik 1. Jelaskan cara pembangkitan tegangan tinggi bolak balik! Pembangkitan tegangan tinggi bolak-balik dengan menggunakan trafo uji satu tingkat atau trafo uji kaskade

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN

STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN Riza Aryanto. 1, Moch. Dhofir, Drs., Ir., MT. 2, Hadi Suyono, S.T., M.T., Ph.D. 3 ¹Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, ² ³Dosen

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing : Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum-Plat LUQMAN KUMARA 2205 100 129 Dosen Pembimbing : Dr.Eng I Made Yulistya Negara, ST,M.Sc IG Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN VOLTMETER ELEKTROSTATIK UNTUK PENGUKURAN NILAI EFEKTIF TEGANGAN TINGGI AC 100 KV

RANCANG BANGUN VOLTMETER ELEKTROSTATIK UNTUK PENGUKURAN NILAI EFEKTIF TEGANGAN TINGGI AC 100 KV RANCANG BANGUN VOLTMETER ELEKTROSTATIK UNTUK PENGUKURAN NILAI EFEKTIF TEGANGAN TINGGI AC 100 KV Bobby Hertanto, Pembimbing 1: Moch. Dhofir. Drs., Ir., MT., Pembimbing 2: Hery Purnomo. Ir., MT. Abstrak

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dielektrik Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada.bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan gas. Pada

Lebih terperinci

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Sudarto, SH, Tembalang, kotak pos6199/sms/sematang

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS Andi Hidayat, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: RESI RATNASARI

Lebih terperinci

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Waluyo 1, Syahrial 2, Sigit Nugraha 3, Yudhi Permana JR 4 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola.

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola. Alat ukur ini terdiri dari dua elektroda bola yang berdiameter sama dan terbuat dari

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

RINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S

RINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S RINGKASAN DAN LATIHAN Listrik Statis - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S Hukum Coulomb ------------------------------- 1 Listrik Statis Medan Listrik Medan Listrik oleh titik bermuatan Fluk Listrik dan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board) Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board) PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI Disusun oleh: DESINTA AYU WORO HENDRASWARI NIM. 0910633040-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL 1 PENGANTAR TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI Tegangan

Lebih terperinci

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET 1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang tebalnya d mempunyai kapasitas C o. Ke dalam kapasitor ini dimasukkan dua bahan dielektrik yang masing-masing tebalnya d/2 dengan konstanta

Lebih terperinci

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus.

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus. DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus. II. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dioda Dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda termionik mungkin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin II. TINJAUAN PUSTAKA A. Petir 1. Proses Pembentukan Petir Petir merupakan suatu peristiwa peluahan muatan listrik di atmosfir. Pada suatu keadaan tertentu dalam lapisan atmosfir bumi terdapat gerakan angin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Laboratorium Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapasitor Kapasitor banyak digunakan dalam sirkuit elektronik dan mengerjakan berbagai fungsi. Pada dasarnya kapasitor merupakan alat penyimpan muatan listrik yang dibentuk

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS D I S U S U N Oleh : Heri Pratama ( 5141131008 ) Natalia K Silaen ( 5141131011 ) Yulli Hartanti Ritonga ( 5141131016 ) Rafiah perangin-angin ( 5141131014 ) Neni Awalia

Lebih terperinci

TEKNIK TEGANGAN TINGGI Prinsip dan Aplikasi Praktis

TEKNIK TEGANGAN TINGGI Prinsip dan Aplikasi Praktis TEKNIK TEGANGAN TINGGI Prinsip dan Aplikasi Praktis Penulis: I Made Yulistya Negara Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor 1. Hasil Preparasi Pada proses preparasi sampel yang didopan dengan zat tertentu terlebih dahulu melakukan penimbangan

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Statis - Soal Doc Name: RK13AR12FIS0201 Version: 2016-10 halaman 1 01. Jika sepuluh ribu elektron dikeluarkan dari benda netral maka benda itu menjadi bermuatan...

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Rangkaian seri RLC BAB 2 DASAR TEORI 2.1 GEJALA PERALIHAN (TRANSIEN) Gejala peralihan atau transien merupakan perubahan nilai tegangan atau arus maupun keduanya baik sesaat maupun dalam jangka waktu tertentu (dalam orde

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG Zainal Abidin Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau zainal@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

Pengaruh Bentuk dan Material Elektrode terhadap Partial Discharge

Pengaruh Bentuk dan Material Elektrode terhadap Partial Discharge B-47 Pengaruh Bentuk dan Material Elektrode terhadap Partial Discharge Wildan Rahadian Putra, I Made Yulistya Negara, dan IGN Satriyadi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls

Penentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls 33 Penentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls Managam Rajagukguk (1),Yul Martin () 1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Listrik saat ini merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Dari pusat kota sampai pelosok negeri, rumah tangga sampai industri, semuanya membutuhkan

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com

drimbajoe.wordpress.com 1. Suatu bidang berbentuk segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, diperoleh panjang 5,45 cm, lebar 6,2 cm, maka luas pelat tersebut menurut aturan penulisan angka penting adalah...

Lebih terperinci

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda KEGIATAN BELAJAR 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari dioda b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i diode c. Mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peluahan sebagian terjadi karena adanya medan listrik yang tinggi pada area yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peluahan sebagian terjadi karena adanya medan listrik yang tinggi pada area yang II. TINJAUAN PUSTAKA Peluahan sebagian terjadi karena adanya medan listrik yang tinggi pada area yang sangat kecil pada bahan isolasi. Medan listrik tersebut melebihi ambang batas kritis terjadinya peluahan

Lebih terperinci

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH Eykel Boy Suranta Ginting, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Partial Discharge (PD) pada bahan isolasi yang diakibatkan penerapan tegangan gelombang AC sinusoidal pada listrik bertegangan tinggi sekarang ini telah banyak

Lebih terperinci

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA Di Susun Oleh : Kelompok 2 1. AdityaEka 14.03.0.020 2. AnggaPrayoga. S 14.03.0.048 3. HasbiSagala 14.03.0.011 4. MuhammadIqbal 14.03.0.040

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA Join Wan Chanlyn S, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 ) No FISIKA 2015 TIPE C SOAL 1 Sebuah benda titik dipengaruhi empat vektor gaya yang setitik tangkap seperti pada gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. Besar resultan gayanya adalah. A. 60 N

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudirham Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik () BAB 4 Model Piranti Pasif Suatu piranti mempunyai karakteristik atau perilaku tertentu.

Lebih terperinci

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK 86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah

Lebih terperinci

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri Proteksi Terhadap Petir Distribusi Daya Dian Retno Sawitri Pendahuluan Sambaran petir pada sistem distribusi dapat menyebabkan kerusakan besar pada kabel overhead dan menyuntikkan lonjakan arus besar yang

Lebih terperinci

Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat

Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Udara Jarum - Plat Luqman Kumara - 2205100129 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh pember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo,

Lebih terperinci

KUAT MEDAN ELEKTRIK DI PERMUKAAN ISOLATOR PENDUKUNG

KUAT MEDAN ELEKTRIK DI PERMUKAAN ISOLATOR PENDUKUNG BAB II KUAT MEDAN ELEKTRIK DI PERMUKAAN ISOLATOR PENDUKUNG II.1. Umum Isolator pendukung jenis post silinder polos digunakan pada sistem instalasi tegangan tinggi pasangan dalam. Udara di sekitar permukaan

Lebih terperinci

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh 1. Air terjun setinggi 8 m dengan debit 10 m³/s dimanfaatkan untuk memutarkan generator listrik mikro. Jika 10% energi air berubah menjadi energi listrik dan g = 10m/s², daya keluaran generator listrik

Lebih terperinci

8 RANGKAIAN PENYEARAH

8 RANGKAIAN PENYEARAH 8 ANGKAIAN PENYEAAH 8.1 Pendahuluan Peralatan kecil portabel kebanyakan menggunakan baterai sebagai sumber dayanya, namun sebagian besar peralatan menggunakan sember daya AC 220 volt - 50Hz. Di dalam peralatan

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN PERTUMBUHAN PEMOHONAN LISTRIK PADA KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 KV

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN PERTUMBUHAN PEMOHONAN LISTRIK PADA KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 KV 34 BAB IV ANALISA PERHITUNGAN PERTUMBUHAN PEMOHONAN LISTRIK PADA KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 KV 4.1 DATA SAMPLE Peluahan sebagian (partial discharge) dan medan listrik lokal dapat menyebabkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1993

Fisika EBTANAS Tahun 1993 Fisika EBTANA Tahun 1993 EBTANA-93-01 Dimensi konstanta pegas adalah A. L T 1 B. M T C. M L T 1 D. M L T M L T 1 EBTANA-93-0 Perhatikan kelima grafik hubungan antara jarak a dan waktu t berikut ini. t

Lebih terperinci

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015 Modul 03: Catu Daya Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan Reza Rendian Septiawan February, 205 Dalam dunia elektronika, salah satu komponen yang paling penting adalah catu daya. Sebagian besar komponen

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut.

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. 1 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut. Rentang hasil pengkuran diameter di atas yang memungkinkan adalah. A. 5,3 cm sampai dengan 5,35 cm

Lebih terperinci

2 A (C) - (D) - (E) -

2 A (C) - (D) - (E) - 01. Gaya F sebesar 12 N bekerja pada sebuah benda yang masanya m 1 menyebabkan percepatan sebesar 8 ms -2. Jika F bekerja pada benda yang bermassa m 2 maka percepatannya adalah 2m/s -2. Jika F bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISOLATOR PIRING 2.1.1 Umum Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan

Lebih terperinci

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 5.1 Pendahuluan Gerak d Arsonval akan memberi respons terhadap nilai rata-rata atau searah (dc) melalui kumparan putar. Jika kumparan tersebut

Lebih terperinci

TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK

TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK TEGANGAN EFFECTIVE (RMS), PEAK DAN PEAK-TO-PEAK ELEKTRONIKA ANALOG (5TEMA) Dosen: Mujahidin Oleh: Lina (1221011) PRODI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM DESEMBER

Lebih terperinci

Rudi Susanto

Rudi Susanto LISTRIK STATIS Rudi Susanto http://rudist.wordpress.com Tujuan Instruksional Dapat menentukan gaya, medan, energi dan potensial listrik yang berasal dari muatanmuatan statik serta menentukan kapasitansi

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA. TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA. TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv TUGAS AKHIR STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah pita diukur, ternyata lebarnya 12,3 mm

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER)

PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER) PERTEMUAN 4 RANGKAIAN PENYEARAH DIODA (DIODE RECTIFIER) Rangkaian Penyearah Dioda (Diode Rectifier) Peralatan kecil portabel kebanyakan menggunakan baterai sebagai sumber dayanya, namun sebagian besar

Lebih terperinci

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt)

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt) BAB I Pendahuluan Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf C adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam) Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum

Lebih terperinci

BAB II BUSUR API LISTRIK

BAB II BUSUR API LISTRIK BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari No 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com Intisari Arester

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv Memory Hidyart (1), Syahrawardi (2) Konsentrasi Teknik Tenaga Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S. OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan

Lebih terperinci

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5 VERONICA ERNITA K. ST., MT Pertemuan ke - 5 DIODA SEMIKONDUKTOR Resistor merupakan sebuah piranti linear karena grafik arus terhadap tegangan merupakan garis lurus. Berbeda dengan dioda. Dioda merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM Oleh Nama NPM Semester : Yestri Hidayati : A1E011062 : II. B Tanggal Praktikum : Jum at, 06 April 2012 UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK 1. Konsep Dasar a. Arus dan Rapat Arus Sebuah arus listrik i dihasilkan jika sebuah muatan netto q lewat melalui suatu penampang penghantar selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai disebabkan oleh kegagalan isolasi dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator tegangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Dua buah bola A dan B dengan massa m A = 3 kg;

Lebih terperinci

12/26/2006 PERTEMUAN XIII. 1. Pengantar

12/26/2006 PERTEMUAN XIII. 1. Pengantar PERTEMUAN XIII RANGKAIAN DC KAPASITIF DAN INDUKTIF 1. Pengantar Jika sebuah rangkaian terdiri dari sebuah kapasitor dan induktor, beberapa energi dari sumber dapat disimpan dan energi tersimpan tersebut

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2004

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2004 Fisika Ujian Akhir Nasional ahun 2004 UAN-04-01 Persamaan gas ideal memenuhi persamaan PV = C, dimana C adalah konstanta. Dimensi dari konstanta C A. M L 1 2 θ 1 B. M L 2 2 θ 1 C. M L 2 1 θ 1 D. M L 2

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Dimensi konstanta pegas adalah... A. L T 1 B.

Lebih terperinci

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK FASO DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASA ANGKAIAN LISTIK 1. Fasor Fasor adalah grafik untuk menyatakan magnituda (besar) dan arah (posisi sudut). Fasor utamanya digunakan untuk menyatakan gelombang sinus

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Fisika EBTANAS Tahun 1994 Fisika EBTANAS Tahun 1994 EBTANAS-94-01 Diantara kelompok besaran di bawah ini yang hanya terdiri dari besaran turunan saja adalah A. kuat arus, massa, gaya B. suhu, massa, volume C. waktu, momentum, percepatan

Lebih terperinci