PENINGKATAN SIFAT MAGNETIK KOMPLEKS POLIMER OKSALAT [N(C 4 H 9 ) 4 ][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] DENGAN MENGGUNAKAN KATION ORGANIK TETRABUTIL AMONIUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN SIFAT MAGNETIK KOMPLEKS POLIMER OKSALAT [N(C 4 H 9 ) 4 ][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] DENGAN MENGGUNAKAN KATION ORGANIK TETRABUTIL AMONIUM"

Transkripsi

1 Prosiding Skripsi Semester Genap 2010/2011 SK SK PENINGKATAN SIFAT MAGNETIK KOMPLEKS POLIMER OKSALAT DENGAN MENGGUNAKAN KATION ORGANIK TETRABUTIL AMONIUM Izza Elmila*, Fahimah Martak 1 Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Abstrak Reaksi antara K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O, MnCl 2 4H 2 O, dan [N(C 4 H 9 ) 4 ]Cl dengan rasio molar 1 : 1 : 1 dalam akuades pada temperatur ruang menghasilkan kristal senyawa kompleks polimer oksalat dengan formula. Ligan oksalat bertindak sebagai mediator interaksi magnetik antara logam Mn dan Cr. Senyawa kompleks polimer ini bersifat paramagnetik dengan nilai momen magnetik sebesar 7,51 BM. Sampel dikarakterisasi dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) dan analisis C, H, N untuk penentuan rumus kimia senyawa kompleks polimer yang terbentuk. Sampel juga dikarakterisasi dengan teknik XRD (X-Ray Difraction) serbuk dan FTIR (Fourier Transform Infra Red) untuk penentuan struktur senyawa kompleks polimer yang terbentuk. Kata Kunci : Kompleks oksalat, tetrabutil amonium, paramagnetik Abstract Reaction between K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O, MnCl 2 4H 2 O, and [N(C 4 H 9 ) 4 ]Cl in the molar ratio 1 : 1 : 1 to the aquadest at room temperature produce oxalate polymer complex with formula. Oxalate ligand play role as magnetic interaction bridge between Mn and Cr. This polymer complex have paramagnetic properties with magnetic moment value is 7,51 BM. Sample characterized by AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) and C, H, N analysis to determine the chemical formula of polymer complex. It also characterized by XRD (X-Ray Difraction) powder technique and FTIR (Fourier Transform Infra Red) to determine the structure of polymer complex. Keyword: Oxalate complex, tetrabutyl ammonium, paramagnetic 1. Pendahuluan Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang yang sarat akan pengembangan teknologi. Salah satu yang banyak dikembangkan adalah dalam teknologi elektronik. Hampir dua pertiga kegiatan penduduk Indonesia memanfaatkan teknologi ini dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga permintaan penduduk akan kebutuhan material elektronik juga semakin meningkat setiap tahun. Beberapa material elektronik yang banyak digunakan adalah display, memory, dan saklar molekular. Material ini merupakan salah satu aplikasi dari senyawa kompleks. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan. Ikatan ini terjadi ketika ion logam menyediakan orbital kosong bagi pasangan elektron ligan untuk berkoordinasi. Sejauh ini penelitian fenomena sifat magnetik menjadi fenomena yang menarik dan banyak dikembangkan tidak hanya pada senyawa kompleks berinti tunggal (mononuklir), * Corresponding author Phone : , izza@chem.its.ac.id 1 Alamat sekarang : Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. tetapi juga pada senyawa kompleks berinti ganda (binuklir). Pembentukan senyawa kompleks binuklir lazim menggunakan ligan jembatan sebagai mediator interaksi magnetik diantara ion logam transisi pusat dengan ion logam transisi yang lainnya. Ion oksalat (C 2 O 4 2- ) merupakan salah satu ligan jembatan yang banyak digunakan dalam penelitian. Hal ini disebabkan oleh keunikan ion oksalat yang dapat menghasilkan senyawa kompleks multidimensi. Kompleks oksalat dengan dua ion logam transisi dikenal sebagai kompleks bimetalik oksalat. Telah dilaporkan oleh Sieber senyawa kompleks bimetalik oksalat dengan senyawa {[Co(bpy) 3 ][Li I Cr III (C 2 O 4 ) 3 ]}. Pada kompleks ini terjadi interaksi diantara ion ion logam pusat. Kompleks ini mempunyai sifat yang lebih unggul yaitu mempunyai karakter spin tinggi ( Sieber, 2000 ). Penggunaan senyawa organik dalam pembentukan kompleks polimer juga telah dilaporkan (Decurtins, et al, 1994). Senyawa organik yang digunakan adalah [P(Ph) 4 ]Cl dimana Ph adalah fenil. Penggabungan senyawa organik tersebut dengan kompleks polimer oksalat diperoleh senyawa dengan formula {[P(Ph) 4 ][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ]}. Hasil analisis Kristal tunggal senyawa menunjukkan bahwa kompleks {[P(Ph) 4 ][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ]} berstruktur dua dimensi (2D) yang dibangun oleh Mn(II)-oks-Cr(III) dengan oksalat sebagai jembatan antara dua logam tersebut. Kompleks ini memiliki kelompok ruang R3c dan memiliki

2 suseptibilitas yang positif yaitu pada temperatur 10,5K. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa senyawa kompleks ini bersifat feromagnetik. Selain itu, kompleks bimetalik oksalat lain yang juga telah dilaporkan adalah Kompleks bimetalik oksalat [A][M II M III (C 2 O 4 ) 3 ] dengan A = tetrabutil fosfin (P(C 4 H 9 ) 4 ), M II = Mn 2+, Fe 2+, Co 2+, Ni 2+, dan Cu 2+, sedangkan M III = Cr 3+ dan Fe 3+. Pada kompleks oksalat ini ion logam M(II) maupun Cr(III) dikelilingi oleh tiga ligan oksalat dan membentuk jaringan polimer dengan posisi ion logam berselang-seling. Jaringan ionik ini membentuk lorong yang ditempati oleh kation organik penyeimbang tertrabutil fosfin [P(C 4 H 9 ) 4 ] +. Lima kompleks polimer yang terbentuk menunjukkan adanya interaksi feromagnetik. Ini ditunjukkan nilai konstanta Weiss yang positif (T CW ). Nilai T CW pada masing-masing senyawa yang semakin menurun ini disebabkan terjadi penurunan interaksi magnetik antara ion-ion logam dalam senyawa tersebut (Martak, 2009). Upaya untuk menaikkan sifat magnetik senyawa kompleks bimetalik oksalat maka pada penelitian ini akan disintesis kompleks bimetalik Mangan (II) Kromium (III) oksalat dengan mengganti kation organik [P(Ph) 4 ] + dengan N(C 4 H 9 ) Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat-alat gelas, hot plate magnetic stirrer, ph meter, dan neraca analitik. Instrumen karakterisasi yang digunakan adalah Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) untuk menentukan kandungan ion logam, Spektroskopi Infra Merah (FTIR) SHIMADZU untuk penentuan gugus fungsi, Analisis Mikrounsur C, H, N, S digunakan untuk menentukan komposisi unsur, Difraktometer Sinar-X Phillips Expert digunakan untuk analisis kristalografi kristal tunggal, magnetometer untuk mendapatkan data sifat ferromagnetik bahan Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: MnCl 2.4H 2 O, K 2 Cr 2 O 7, H 2 C 2 O 4.2H 2 O, K 2 C 2 O 4.H 2 O, akuades, akua DM, tetrabutil amonium klorida, dan metanol. Semua bahan tersebut memiliki kualitas p.a. 2.2 Prosedur Kerja Sintesis K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O Ke dalam gelas kimia 300 ml yang berisi 5.55 gram H 2 C 2 O 4.2H 2 O ditambahkan 10 ml akuades dingin sambil diaduk selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 1.81 gram K 2 Cr 2 O 7 sambil diaduk secara kuat hingga terbentuk gelembung gelembung gas seperti mendidih. Selanjutnya, ke dalam larutan ditambahkan 2.12 gram K 2 C 2 O 4.H 2 O sambil diaduk dan dipanaskan hingga semua padatan larut. Selanjutnya gelas kimia yang berisi larutan tersebut didinginkan dalam wadah berisi es dan kedalamnya ditambahkan 5 ml metanol absolut sambil diaduk hingga terbentuk endapan. Setelah didiamkan selama 30 menit, endapan yang terbentuk disaring dengan menggunakan corong Buchner dan dicuci dengan 5 ml campuran metanol dan H 2 O (1 : 1). Selanjutnya endapan dikeringkan di udara terbuka dan ditimbang. Untuk mendapatkan senyawa K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O dengan tingkat kemurnian yang tinggi, maka endapan hasil sintesis selanjutnya direkristalisasi dengan prosedur sebagai berikut : 1,8 g padatan K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O hasil sintesis dilarutkan dalam 2 ml akuades di dalam gelas kimia 80 ml. Kemudian ke dalam larutan ditambahkan 10 ml metanol absolute tetes demi tetes melalui dinding gelas kimia. Kemudian gelas kimia ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya Kristal dikeringkan di udara terbuka dan ditimbang Sintesis Sintesis senyawa dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : sebanyak 2.44 gram K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O dimasukkan ke dalam gelas kimia 50 ml kemudian dilarutkan dengan 10 ml air. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan 0.99 gram MnCl 2.4H 2 O yang telah dilarutkan dengan 4 ml air sambil diaduk. Setelah itu pada larutan tersebut ditambahkan larutan 1.39 gram [N(C 4 H 9 ) 4 ]Cl dalam 6 ml air sambil diaduk. Endapan yang terbentuk disaring dengan corong buchner kemudian dikeringkan dalam udara terbuka dan ditimbang Karakterisasi Padatan Difraksi Sinar-X Serbuk Dua puluh mg sampel ditempatkan dengan merata dan termampatkan secara baik pada tempat sampel kemudian diletakkan pada sel (sample holder) dalam alat difraktometer sinar X. Sampel disinari dengan sinar X yang dihasilkan dari logam Cu Kα (λ = 1.54Ǻ). Selama penyinaran sampel dirotasi dengan kecepatan 60 rpm. Data difraksi sinar X sampel diambil pada rentang sudut difraksi (2θ) dengan interval /step dan waktu tiap step dua detik. Difraktogram yang diperoleh berupa grafik intensitas (counts) versus sudut difraksi (2θ) Spektroskopi Infra Merah (FTIR) Pengukuran spektroskopi inframerah dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer inframerah merek Shimadzu FTIR Pengukuran diawali dengan pembuatan pellet sampel ditambah senyawa KBr, yakni 3 mg sampel digabungkan dengan sekitar 30 mg KBr digerus sedemikian rupa hingga kedua padatan bercampur secara sempurna. Kemudian dimasukkan ke dalam press holder, divakumkan, dan ditekan beberapa saat hingga terbentuk pellet. Selanjutnya pellet tersebut diukur spektranya pada daerah bilangan gelombang cm Spektrofotometri Serapan Atom (AAS) Penyiapan Larutan Standar Larutan standar Kromium 100 ppm dibuat dengan cara sebagai berikut : sebanyak gram CrCl 3 6H 2 O dilarutkan dalam akua DM di dalam labu takar 100 ml hingga tanda batas. Kemudian dibuat larutan standar Kromuim 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm, dengan cara pengenceran berturut turut 2, 4, 6, 8, dan 10mL larutan standar 100 ppm di dalam masing- masing labu takar 100 ml hingga tanda batas. Larutan standar Mangan 100 ppm dibuat dari senyawa MnCl 2 4H 2 O sebanyak gram dengan cara yang sama seperti pembuatan larutan standar Kromium 100 ppm. Kemudian dibuat larutan standar Mangan 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm, dengan cara pengenceran berturut turut 2, 4, 6, 8, dan 10mL larutan standar 100 ppm di dalam masing- masing labu takar 100 ml hingga tanda batas.

3 Penyiapan Larutan Sampel Sebanyak gram sampel senyawa K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O dilarutkan dalam akua DM di dalam labu takar 100 ml. KemudianSebanyak gram sampel senyawa dilarutkan dalam akua DM di dalam labu takar 100 ml Pengukuran Suseptibilitas Magnetik Pada Temperatur Ruang Pengukuran momen magnetik pada temperatur ruang dilakukan dengan menggunakan alat MSB. Alat MSB ditempatkan di atas permukaan datar dan diatur sedemikian rupa sehingga petunjuk permukaan (waterpass) berada tepat ditengah lingkaran penunjuk. Kemudian alat dihidupkan dan dibiarkan selama 10 menit. Selanjutnya alat dikondisikan sedemikian rupa sehingga penunjuk nilai R menampilakan nilai 0. Tabung MSB kosong ditimbang, beratnya dinyatakan sebagai m o dalam satuan gram. Kemudian tabung tersebut dimasukkan ke dalam tempat khusus dalam alat MSB dan harga pada penunjuk nilai R dicatat sebagai R o. Selanjutnya tabung MSB diisi 0.15 gram sampel dan ditimbang kembali, beratnya dinyatakan sebagai m 1. Ketinggian sampel dalam tabung diukur dan dicatat sebagai l biasanya 2,2 cm. Tabung berisi sampel dimasukkan ke dalam alat MSB dan harga pembacaannya dicatat sebagai R 1. Temperatur saat pengukuran dicatat dan dokonversi kedalam satuan Kelvin. Dari data ini kemudian dilakukan perhitungan momen magnetik senyawa kompleks pada temperatur ruang Penentuan Kandungan C, H, dan N dalam Senyawa Alat untuk analisis mikrounsur C, H, N, S distandarisasi dengan L-Cistina Standard (C 6 H 12 N 2 O 4 S 2, C=29,99%, H=5,03%, N=11,66%, S=26,69% dan O=26,63%) sebelum digunakan. Sebanyak 2,83 mg sampel ditempatkan dalam aluminium foil, kemudian ditambahkan Vanadium(V) oksida untuk menyempurnakan reaksi oksidasi. Sampel tersebut dimasukkan dalam pelat berlubang untuk dilakukan pembakaran dengan gas oksigen. Selanjutnya alat mikrounsur dijalankan dan komposisi C, H, N, dan S yang terkandung pada senyawa terbaca pada layar monitor komputer. 3.Hasil dan Pembahasan 3.1 Sintesis dan Karakterisasi Kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O Kompleks binuklir tris(oksalat)-cr(iii) dengan ligan oksalat (C 2 O 4 2- ) disintesis dari reaksi asam oksalat dengan kalium dikromat kemudian direaksikan dengan kalium oksalat dengan rasio mol 7 : 1 : 2 dalam pelarut akuades. Kristal putih asam oksalat dilarutkan dalam akuades dingin. Penggunaan akuades dingin ini dikarenakan kelarutan asam oksalat dalam akuades dingin lebih kecil dibandingkan dalam akuades tanpa pendinginan, sehingga diharapkan dapat terbentuk suspensi asam oksalat. Kristal oranye kalium dikromat ditambahkan dalam suspensi dingin asam oksalat secara serentak yang disertai dengan pengadukan secara kontinu sehingga terjadi reaksi eksotermis yang ditandai dengan meningkatnya temperatur campuran dalam campuran tersebut yang disertai dengan munculnya gelembunggelembung gas seperti air mendidih. Reaksi eksotermis ini terjadi secara spontan dengan munculnya panas akibat reaksi tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa energi bebas dari sistem ini bernilai negatif. Pengadukan yang dilakukan pada proses ini bertujuan untuk mempercepat tercapainya reaksi yang sempurna antara suspensi asam oksalat dan kalium dikromat. Ketika reaksi eksotermis ini sedang berjalan, maka dilakukan penambahan kristal putih kalium oksalat yang disertai dengan pengadukan yang kontinu serta pemanasan pada temperatur 50 C sampai terjadi perubahan warna menjadi hijau kehitaman. Selama reaksi ini berjalan, terjadi perubahan warna yang signifikan, yaitu dari warna ungu kehitaman pada saat reaksi eksoterm itu terjadi menjadi hijau kehitaman. Adanya perubahan warna ungu kehitaman ini menunjukkan berlangsungnya reaksi antara asam oksalat dengan kalium dikromat, sedangkan warna hijau kehitamaan mengindikasikan telah terbentuknya kompleks kromium(iii) oksalat. Pada saat terjadi perubahan warna menjadi hijau kehitaman, larutan didinginkan. Perlakuan ini dimaksudkan untuk proses kristalisasi. Kristalisasi ini dilakukan dengan menambahkan secara perlahan metanol kedalam larutan tersebut sambil diaduk selama 25 menit. Pengadukan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penggumpalan. Kristalisasi merupakan suatu proses pembentukan kristal dari larutan, lelehan, atau dari gas dengan mengkondisikan zat pada temperatur yang fluktuatif (panas - dingin). Sedangkan tujuan pemanasan pada temperatur 50 C adalah untuk memercepat reaksi serta mencegah oksalat terdekomposisi menjadi karbon dioksida akibat pemanasan yang terlalu tinggi. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan buchner sehingga didapatkan endapan berwarna hijau kehitaman. Penyaringan yang dilakukan dengan vakum buchner dimaksudkan untuk mengurangi pengotor yang mungkin masih terdapat dalam endapan. Endapan hijau kehitaman kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O ditetesi dengan campuran metanol dan H 2 O (1 : 1). Penambahan ini bertujuan untuk mengangkat pengotor yang bersifat polar sehingga didapatkan kristal kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O yang murni. Selanjutnya endapan dikeringkan di udara. Reaksi pada pembentukan kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O dapat dituliskan sebagai berikut, 7H 2 C 2 O 4 2H 2 O + K 2 Cr 2 O 7 + 2K 2 C 2 O 4 H 2 O 2K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O + 6CO 2 + 7H 2 O Untuk mendapatkan senyawa K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O dengan tingkat kemurnian yang tinggi, maka endapan hijau kehitaman hasil sintesis direkristalisasi dengan melarutkan endapan tersebut dalam akuades sampai homogen. Kemudian ditambahkan metanol sedikit demi sedikit melalui dinding gelas beaker kemudian didiamkan selama 20 jam. Kristal yang terbentuk disaring dan dikeringkan di udara terbuka selama sehari 48 jam ditunjukkan oleh gambar 3.1. Rekristalisasi merupakan suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaan titik leleh antara komponen yang ada dalam campuran tersebut. Gambar 3.1 Kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O

4 Senyawa kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O telah berhasil disintesis serta diperoleh kristal tunggalnya. Kandungan ion kromium dalam kristal tersebut dengan menggunakan AAS sebesar 10,95%. Dari hasil itu menunjukkan bahwa kristal tersebut mengandung molekul air. Ini dibuktikan dari kandungan ion kromium secara teoritis jika tidak mengandung 3 molekul H 2 O seharusnya 12%. Perhitungan kandungan kromium dalam kompleks dapat dilihat pada lampiran F. Analisis FTIR digunakan untuk menentukan gugus fungsi senyawa kompleks yang terbentuk sehingga membantu memberikan informasi dalam memperkirakan struktur molekul. Sampel yang digunakan biasanya berupa material dalam keadaan padat, cair, atau gas (Sibilia, 1996). Keberadaan oksalat sebagai ligan ditandai oleh munculnya pita serapan inframerah pada daerah pita serapan cm -1 dan cm -1 yang merupakan serapan khas υ as (CO) bebas dan υ s (CO) (Pavia, 2001). Pita serapan yang muncul pada cm -1 yang menandai ikatan kromium(iii) dengan oksigen dari ligan oksalat υ(cr O) (Nakamoto, 1997). Spektrum inframerah senyawa ini ditunjukkan pada gambar 3.2, Gambar 3.3 Profil Difraksi Senyawa K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O Berdasarkan profil difraksi sinar-x serbuk, senyawa kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O diatas maka dapat diketahui bahwa prekursor telah terbentuk. Hal ini ditunjukkan oleh munculnya puncak-puncak yang tajam pada 2θ = 12,852 o sebesar 23,58%; 13,368 o sebesar 11,83%; dan 17,947 o sebesar 21,68% (intensitas sedang), tetapi pada 20,132 o yang seharusnya dengan intensitas rendah tetapi muncul dengan intensitas sedang yaitu sebesar 32,41%; 25 o yang seharusnya muncul dengan intensitas sedang muncul dengan intensitas yang rendah yaitu hanya sebesar 4%,dan 29,179 o dengan intensitas yang tinggi sebesar 37,78%. Untuk intensitas tertinggi tercapai pada 2θ = 41, 457 o dan 49, 598 yaitu masing masing sebesar 60, 4% dan 100%. Struktur kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O ditunjukkan pada gambar 3.4, Gambar 3.2 Spektrum Inframerah Senyawa K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O Berdasarkan gambar spektrum inframerah kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O dapat diketahui terdapat pita serapan 1654, ,43 cm -1 yang menunjukkan vibrasi dari υ as (CO) bebas dan pita serapan pada 1288,49 cm -1 yang menunjukkan vibrasi dari υ s (CO). Sedangkan pita serapan yang muncul pada 574,81 cm -1 menunjukkan vibrasi υ(cr O). Analisis cuplikan dengan metode XRD didasarkan atas terdapatnya kristal dalam senyawa tersebut. Suatu kristal memiliki bidang yang dibentuk oleh atom-atom yang tertata secara teratur. Difraksi sinar-x yang disebabkan oleh suatu bidang kristal tertentu ditandai dengan sudut difraksi yang khas. Setiap senyawa atau unsur yang berstruktur kristal tertentu akan memiliki pola difraksi tertentu juga, sehingga struktur suatu zat dapat diperkirakan berdasarkan pola difraksinya (Sibilia, 1996). Untuk membuktikan bahwa kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O, dilakukan uji difraksi sinar-x sampel K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O dengan sudut 2θ antara 5 o - 60 o. Hasil uji difraksi sinar-x menunjukkan bahwa serbuk senyawa K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O telah terbentuk. Ini tercermin dari tajamnya puncak puncak difraksi yang muncul pada difraktogramnya yaitu pada 2θ = 12 o, 13 o, 18 o, 33, dan 37 dengan intensitas sedang, 20 o dan 45 dengan intensitas rendah 25 o dan 29 dengan intensitas sedang, 26 o 28 o dengan intensitas rendah, dan 42 dan 50 o dengan intensitas yang sangat tinggi (Jahro, 2007). Profil difraksi sinar-x serbuk senyawa ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.4 Struktur Kompleks K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] 3H 2 O 3.2 Sintesis Kompleks Kompleks mangan(ii) kromium(iii) oksalat dengan kation tetrabutilamonium disintesis dari reaksi kompleks tris(oksalat) kromium(iii), garam mangan(ii)klorida dan senyawa tetrabutilamonium klorida dalam pelarut air dengan rasio mol 1 : 1 : 1. Ketiga senyawa baik K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O, MnCl 2.4H 2 O, dan N(C 4 H 9 ) 4 Cl larut dalam akuades. Oleh karena itu, dalam sintesis kompleks polimer digunakan pelarut akuades sehingga dapat mempercepat reaksi yang terjadi karena reaksi reaksi tersebut dilakukan dalam bentuk larutan. Sehingga dengan demikian energi aktivasi untuk pembentuk kompleks lebih rendah. Sintesis ini diawali dengan melarutkan kristal hijau kehitaman K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O dalam akuades. Selanjutnya ditambahkan larutan mangan(ii)klorida. Kemudian ditambahkan ke dalam larutan K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O yang berwarna hijau kehitaman sambil diaduk dengan stirer magnetik hingga terbentuk larutan homogen. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan N(C 4 H 9 ) 4 Cl yang telah dilarutkan dalam akuades sehingga terbentuk endapan. Endapan dari senyawa kompleks yang berwarna hijau ditunjukkan pada gambar 3.5.

5 Gambar 3.5 Kompleks Reaksi pembentukan senyawa adalah sebagai berikut : K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O (aq) + MnCl 2.4H 2 O (aq) 2KCl (aq) + 4H 2 O (aq) + K[MnCr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O (l) K[MnCr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O (l) + N(C 4 H 9 ) 4 Cl KCl (aq) + 3H 2 O (aq) + [N(C 4 H 9 ) 4 [MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] (s) Rumus senyawa kompleks ini ditetapkan berdasarkan hasil analisis kadar oksalat, mangan(ii), kromium(iii), dan unsur C, H, N. Kompleks ini diduga memiliki struktur polimer dengan oksalat sebagai ligan jembatan. Data kadar unsur penyusun kompleks ini disajikan dalam tabel 3.1 Tabel 3.1 Hasil Analisis Elemental Kompleks Rumus Molekul C H N (43,07)* 42,32 (5,87) 5,89 (2,28) 2,33 *Nilai dalam kurung menunjukkan perhitungan secara teoritis Senyawa kompleks polimer telah berhasil disintesis serta diperoleh kristalnya. Kandungan logam Cr dan Mn dalam kristal tersebut dengan menggunakan AAS berturut turut adalah sebesar 8,47% dan 8,97%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa kristal tersebut tidak menggandung air kristal. Hal ini dibuktikan dengan kandungan logam Cr dan Mn secara teoritis masing masing sebesar 8,48% dan 8,96%. Formula senyawa kompleks juga didukung oleh hasil uji kadar C, H, dan N menunjukkan bahwa formula dari kompleks bimetalik oksalat adalah. Untuk mendukung formula senyawa kompleks yang telah dihasilkan, dapat dianalisis dengan spektra infra merah sesuai dengan struktur kompleks polimer tersebut. Spektrum infra merah kompleks binuklir oksalat ditunjukkan pada gambar 3.6, Menurut penelitian sebelumnya, keberadaan oksalat sebagai ligan jembatan dalam kompleks polimer ditunjukkan oleh pita serapan infra merah pada daerah bilangan gelombang sekitar cm -1 (Martak, 2005). Vibrasi ulur dan tekuk C-H alifatik dari tetra butyl pada cm -1. Pita serapan yang muncul pada cm -1 yang menandai ikatan Cr(III)-O dan Mn(II)-O (Nakamoto, 1997). Spektra infra merah senyawa kompleks oksalat ditunjukkan selengkapnya pada lampiran A. Berdasarkan spektra infra merah kompleks ini dapat diketahui jenis gugus fungsi serapannya yaitu υ(c-h) butil terdapat pada bilangan gelombang cm -1, sedangkan υ(c-o) oksalat pada bilangan gelombang cm -1. Pita serapan pada bilangan gelombang ; ; ; cm -1 mengindikasikan vibrasi gugus alifatik CH, -CH 2, -CH 3 dari kation [N(C 4 H 9 ) 4 ] +. Keberadaan kation [N(C 4 H 9 ) 4 ] + juga didukung oleh munculnya bilangan gelombang pada daerah cm -1 yang menandai vibrasi ulur asimetri ikatan C-N-C. Nilai ini hampir mendekati vibrasi ulur asimetri ikatan υ(c-n-c) secara teori yaitu cm -1 (Lambert, et.al., 1998). Pita serapan untuk vibrasi ikatan Mangan(II) dan Kromium(III) dengan atom donor oksigen dari ligan oksalat υ(mn-o) dan υ(cr-o) masing masing yaitu cm -1 dan cm -1. Penentuan struktur untuk kompleks binuklir telah terbentuk, maka dilakukan dengan uji difraksi sinar-x serbuk. Kompleks mengkristal dalam sistem rhombohedral dan kelompok ruang R3c dengan parameter sel a = 18,783 (3) Ǻ, b = 18,783 (3) Ǻ, c = 57,283 (24) Ǻ, α = β = 90, V = (13) Ǻ 3 dan Z = 24. Kompleks ini membentuk jaringan polimer dengan posisi ion logam berselang seling dimana jaringan anionik [MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] -1 membentuk lorong yang ditempati oleh kation penyeimbang [N(C 4 H 9 ) 4 ] + seperti terlihat pada gambar 3.7. Ini tercermin dari tajamnya puncak puncak difraksi yang muncul pada difraktogramnya. Profil difraksi sinar-x serbuk senyawa ditunjukkan pada gambar 3.8, Gambar 3.7 Struktur Kompleks Gambar 3.6 Spektrum Inframerah Senyawa Gambar 3.8 Profil Difraksi Senyawa

6 Berdasarkan profil difraksi senyawa kompleks diatas maka dapat diketahui bahwa senyawa tersebut telah terbentuk. Adanya puncakpuncak yang tajam pada 2θ = o sebesar 100%; o sebesar 86.05% merupakan puncak yang khas dengan intensitas yang tinggi untuk kompleks [P(C 4 H 9 ) 4 ][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] (Martak, 2009). Muncul juga puncak yang tajam pada 2θ = o sebesar 46.08% dengan intensitas sedang, tetapi muncul juga puncak pada 2θ = o dan dengan intensitas yang rendah, seharusnya puncak ini tidak muncul seperti pada penelitian sebelumnya. Adanya puncak 2θ = 11,899-12,7 akibat adanya [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] -3 yang belum selesai bereaksi dengan ion logam Mn(II) dan kation [N(C 4 H 9 ) 4 ] +. Hal itulah yang juga menyebabkan padatan yang didapatkan tidak berupa kristal tunggal seperti pada (Martak, 2009). Senyawa kompleks oksalat yang dihasilkan bersifat spin tinggi dengan nilai momen magnetik efektif sebesar 7,51 BM. Kompleks ini bersifat paramagnetik karena momen magnetik ini hanya dipengaruhi oleh spin ion logam yang paling tinggi yaitu ion logam Mn(II). Nilai momen magnetik hasil pengukuran ini kemudian dihubungkan terhadap nilai momen magnetik secara teoritik yaitu sebesar 8.94 BM. Nilai momen magnetik secara teoritik ini ditentukan dari penjumlahan maksimum spin ion ion logam yang diperoleh dari jumlah elektron tak berpasangan pada kedua ion logam (S T = S Cr + S Mn ) dimana S Cr = 3/2 dan S Mn = 5/2. Momen magnetik kompleks dengan interaksi feromagnetik secara teoritis ditentukan melalui persamaan µ = g(s T (S T + 1)) 1/2 dimana g adalah rasio gyromagnetik = Nilai momen magnetik senyawa kompleks hasil eksperimen lebih rendah dari nilai momen magnetik teoritis. Ini disebabkan pada padatan hasil masih mengandung prekursor senyawa kompleks [Cr(C 2 O 4 ) 3 ] -3 yang belum selesai bereaksi dengan ion logam Mn(II) dan kation [N(C 4 H 9 ) 4 ] +. Hal ini dibuktikan dengan difraktogram sinar-x serbuk, tampak puncak pada 2θ = 11,899 12,7. 4. Kesimpulan Senyawa kompleks polimer oksalat dengan formula telah berhasil disintesis. Sintesis kompleks polimer ini melalui dua tahap yaitu sintesis K 3 [Cr(C 2 O 4 ) 3 ].3H 2 O sebagai prekursor. Kemudian direaksikan dengan ion logam Mn(II) dan kation organik [N(C 4 H 9 ) 4 ] +. Hasil karakterisasi penentuan rumus kimia pada prekursor membuktikan bahwa prekursor tersebut mengandung tiga air kristal. Sedangkan hasil karakterisasi senyawa kompleks polimer memiliki kandungan Mn dan Cr berturut-turut sebesar 8,96% dan 8,47% serta kandungan C, H, N masing masing sebesar 42,32%, 5,89%, 2,33%. Hasil karakterisasi penentuan struktur didapatkan kompleks kristalin dengan sistem rhombohedral dan kelompok ruang R3c. Hasil karakterisasi sifat magnetik diketahui bahwa kompleks ini bersifat paramagnetik yang ditunjukkan dengan nilai µ eff = 7,51 BM. DAFTAR PUSTAKA Bhattacharjee, A., Feyerhem, R. dan Steiner, M. (1999) : Magnetic Properties of Oxalate Ligand Based Molecular Materials : [NBu 4 M(II)][Fe(III)(ox) 3 ], NBu 4 = n-(c 4 H 9 ) 4, M = Ni, Fe, Journal of magnetism and Magnetic Material, 195, Browser, J.R. (1993) : Inorganic Chemistry, Brooks Publishing company Pacivic Grove, California Coronado, E. Galan Mascaros, J.R., Gomez Garzia, C.J. dan Martinez Agudo, J.M. (2001), Layered Molecul based magnets Formed by decamethylmetallcenium Cations and Two Dimensional bimetallic Complexes [M II Ru III (ox)] - (M II = Mn, Fe, Co, Cu, dan Zn; ox = oxalate), Journal of Solid state chemistry, 159, Cotton, F.A., dan Wilkinson, G. (1972) : Advanced Inorganic Chemistry, John Wiley&Sons, Inc, USA Daintith, J. (1994) : Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta Decurtins, S., Schamalle, H.W., and Oswald, H.R. (1994) : A Polymeric Two dimensional Mixed Metal Network. Crystal Structure and Magnetic Properties of {[P(Ph) 4 ][MnCr(ox) 3 ]} n, Inorg. Chim. Acta, 216, Effendy. (2007) : Kimia Koordinasi, Jilid I, Bayu Media Publishing, Malang Decutins, S., Pellaux R., Antorrena G. dan Palacio, F. (1999) : Multifunctional Coordination Compound : Designed and properties, Coordination Chemistry Review, , Goodwin, H.A., and Gutlich, P. (2004) : Spin Crossover in Cobalt(II) systems, Spin Crossover in Transition Metal Compounds II, Springer Verlag Berlin heidelberg, Jahro, Iis Siti. (2007) : Fenomena Transisi Spin Kompleks Besi(II) Pada Kompleks Mangan(II) Kromium(III) oksalat. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Juhasz, G., Hayami, S. sato, O. dan Maeda, Y. (2002) : Photo induced Spin Transition for Iron (III) Compound with π π interactions, Chemical Physics Letter, 364, Lambert, J.B., Shurvell, H.F., Lightner, D.A. dan Cooks, R.G. (1998) : Organic Structural Spectroscopy, Prentice Hall Inc., New Jersey, Malezieux, B., Andres, R., Brissard, M. (2001) : (Ferocenylmethyl) Trialkyl Ammonium as Ttemplate Cations in Optically Active Two Dimensional Oxalate Bridged [Cr Mn] and [Cr Ni] Molecule Based Magnets: Synthesis and Magnetic Properties, Journal of organometallic Chemistry, , Martak, F. (2009) : Studi Struktur Kompleks Ligan Karboksilat, Institut Teknologi Bandung, Bandung Nakamoto, K. (1997) : Infrared and Raman Spectra of Inorganic and Coordination Compounds, 5 th Ed., John Willey and Sons, Inc., New York, ;

7 Ohba, M., Tamaki, H., Matsumoto, N., dan Okawa H. (1992) : Oxalate bridge Dinuclear Cr(III) Mn(II) (M = Cu, Ni, Co, Fe, Mn) Complexes : Synthesis, Structure, and Magnetism, inorganic Chemistry, 32, Oxtoby, D.W. (1999) : Prinip prinsip Kimia Modern, Edisi keempat, Erlangga, Jakarta Rivai, H. (1995) : Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia, Jakarta Sibilia, P. (1996) : Guide to Material Characterization and Chemical Analysis, 2 nd Edition, John Willey VCH, New York Sieber, R., Decurtins, S., Stoeckli Evans, H., Wilson, C., Yufit, D., Howard, J.A.K., Capelli, S.C., and Hauser, A. (2000) : A Thermal Spin Transition in [Co(bpy) 3 ][Li I Cr III (ox) 3 ] (ox = C 2 O 4 2- ; bpy = 2,2 -bipyridine), Chem. Eur. J., 6, Slowinski, E.J. (1990) : Qualitative Analysis Properties of Ion Aqueous Solution, Harcourt Brace Jovanovich College publishers, USA Sugiyarto, K.H., dan Onggo, D. (2001) : Transisi Spin Pada Senyawa Kompleks Besi (II) Dengan Ligan Bidentat Beratom Donor Nitrogen, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sain Syarifuddin, N. (1994) : Ikatan kimia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Triki, S., Berezovski, F., Pala, J.S., Coronado E., Gomez Garcia, Clemente, J., Amedee, R. dan Molinie, P. (2000) : Oxalato - Bridged Dinuclear Complexes of Cr(III) and Fe(III) : Synthesis, Structure, and Magnetism of [(C 2 H 5 ) 4 N][MM (ox)(ncs) 8 ] with MM = CrCr, FeFe, and CrFe, Inorganic Chemistry, 39, Verdaguer, M. (2001) : Rational Synthesis of Molecular Magnetic Material : A Tribute to Olivier Khan, Polyhedron, 20,

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Senyawa kompleks oktahedral yang mengandung ion logam pusat transisi seri pertama dengan konfigurasi d 4 d 7 dapat berada dalam dua keadaan elektronik

Lebih terperinci

PENGARUH KATION ORGANIK PADA KOMPLEKS BINUKLIR [A][Mn II Fe III (ox) 3 ], A=[N(n-C 4 H 9 ) 4 ] + ATAU [N(n-C 5 H 11 ) 4 ] +

PENGARUH KATION ORGANIK PADA KOMPLEKS BINUKLIR [A][Mn II Fe III (ox) 3 ], A=[N(n-C 4 H 9 ) 4 ] + ATAU [N(n-C 5 H 11 ) 4 ] + Prosiding Skripsi Semester Genap 2009/2010 SK SK-091304 PENGARUH KATION ORGANIK PADA KOMPLEKS BINUKLIR [A][Mn II Fe III (ox) 3 ], A=[N(n-C 4 H 9 ) 4 ] + ATAU [N(n-C 5 H 11 ) 4 ] + Sekarayu Dianing Putri*,

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (1), 2006, h. 7-12 Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C 2 O 4 ) 2 (H 2 O) 2 ].2H 2 O dan [N(n-C 4 H 9 ) 4 ][CrFe(C 2 O 4 ) 3 ].H 2 O Kiki Adi Kurnia, 1 Djulia Onggo, 1 Dave Patrick,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu sintesis dan karakterisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O. Pada sintesis garam rangkap tersebut dilakukan variasi perbandingan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin

Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin Lexy Nindia Swastika dan Fahimah Martak Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (laelatriagustina@gmail.com)

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK 1. Kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O Tabel B.1 Data input (puncak difraksi) dan out put hasil dari program CELL-A Data

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa kompleks merupakan senyawa yang memiliki warna yang khas yang diakibatkan oleh adanya unsur yang dari golongan transisi yang biasanya berperperan sebagai atom pusat

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ) Vol. 7, No. 1, Oktober 005, hal : 16-0 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN,6-DI--PIRIDIL-1,,4,5-TETRAZIN (DPTZ) ABSTRAK Dini Zakiah Fathiana 1 dan Djulia Onggo 1 Pusat Penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Organik Universitas Lampung.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Mn(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN-2,6-DIKARBOKSILAT

SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Mn(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN-2,6-DIKARBOKSILAT 1 SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Mn(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN-2,6-DIKARBOKSILAT Yulien Nilam Sari 1409 100 068 Dosen Pembimbing: Dr. Fahimah Martak, M.Si Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ]

METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] Shielda N. Joris 1 dan Yusthinus T. Male 1,* 1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Pattimura, Ambon Ged. Biotek Lt.II,

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan Karakterisasi Kompleks besi(ii) dengan ligan NH 2 trz disintesis dari reaksi garam besi(ii) dengan ligan NH 2 trz dengan rasio mol 1:3 dalam pelarut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA Tri Silviana Purwanti 1, I Wayan Dasna 1, dan Neena Zakia 1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III)-EDTA ABSTRAK

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III)-EDTA ABSTRAK Prosiding Seminar Nasional Sains 2010 ISBN 978-979-028-272-8 OPTIMALISASI SAINS UNTUK MEMBERDAYAKAN MANUSIA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III)-EDTA 1.Harsasi Setyawati,S.Si 2. Dr. rer.

Lebih terperinci

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

Sintesis Senyawa Kompleks Ion Logam Mn(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin

Sintesis Senyawa Kompleks Ion Logam Mn(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin Sintesis Senyawa Kompleks Ion Logam Mn(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin Nourma Safarina*, Fahimah Martak 1 Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP GMP diperiksa pemerian, titik lebur dan identifikasinya sesuai dengan yang tertera pada monografi bahan di Farmakope Amerika Edisi 30. Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April s.d Oktober tahun 2009 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. B. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa diharapkan mampu mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

Gambar III.1 Bagan alir penelitian

Gambar III.1 Bagan alir penelitian Bab III Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas sintesis dan karakterisasi. Keseluruhan kegiatan sintesis dan karakterisasi digambarkan dalam bentuk bagan alir pada Gambar III.1. SINTESIS Tahap 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik 2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik Modul 1: Reaksi-Reaksi Logam Transisi & Senyawanya TUJUAN (a) Mempelajari reaksi-reaksi logam transisi dan senyawanya, meliputi reaksi

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat - Panci tahan panas Cosmo - Cawan porselen - Oven Gallenkamp - Tanur Thermolyne - Hotplate stirrer Thermo Scientific - Magnetic bar - Tabung reaksi - Gelas ukur Pyrex

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri Selasa, 10 Mei 2014 Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA 1112016200062 Kelompok : Ma wah shofwah Millah hanifah Savira aulia Widya fitriani PROGRAM

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium Riset (Research Laboratory) dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci