Persepsi perusahaan di seluruh dunia telah memasuki era dimana melihat. sebuah organisasi tidak hanya dari pencapaian hasilnya, tetapi melihat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persepsi perusahaan di seluruh dunia telah memasuki era dimana melihat. sebuah organisasi tidak hanya dari pencapaian hasilnya, tetapi melihat"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Persepsi perusahaan di seluruh dunia telah memasuki era dimana melihat sebuah organisasi tidak hanya dari pencapaian hasilnya, tetapi melihat komponen proses yang terlibat didalamnya. Posisi sumber daya manusia dalam organisasi telah dianggap memiliki peran penting bukan lagi sebagai alat untuk menjaga berjalannya perusahaan tetapi sebagai modal bagi perusahaan yang dapat mendukung efektivitas perusahaan. Sebagai salah satu modal utama maka organisasi melakukan banyak upaya untuk meningkatkan sumber dayanya, baik secara kemampuannya maupun kesejahteraan hidupnya, sehingga memberikan dampak maksimal terhadap organisasi. Sumber daya manusia memiliki peran penting dalam proses keberlangsungan suatu organisasi. Organisasi yang berhasil tentu memiliki karyawan yang menunjukkan kinerja positif dan perfomansi yang baik. Permasalahan muncul ketika perusahaan melakukan efisiensi untuk keberlangsungan efektivitas perusahaan dengan menggunakan karyawan kontrak sebagai penggerak organisasi. Strategi perusahaan menggunakan karyawan kontrak yang dianggap lebih efisien dan fleksibel, juga sebagai salah satu cara penghematan pengeluaran perusahaan (Boone & Kurtz, 2007). Berdasarkan data statistik (2010) rata-rata perusahaan di Indonesia hanya menggunakan karyawan tetap sebanyak 35% dan sisanya adalah karyawan kontrak. Menurut Kuroki (2012) karyawan kontrak memiliki kecenderungan takut akan kehilangan pekerjaan dan tidak memiliki jaminan akan keberlangsungan karir, sehingga berpotensi tinggi mengalami job insecurity. Penelitian Lozza, Libreri dan Bosio (2012) pada karyawan kontrak mengungkapkan bahwa job

2 insecurity memiliki kaitan dengan tingkat konsumsi sehari-hari dan rencana hidup seperti rencana berkeluarga dan rencana karir pekerjaan. Kurangnya kesadaran manajemen dalam mengontrol keadaan SDM sebagai penggerak organisasi dapat menimbulkan turunnya performansi kerja sehingga mempengaruhi efektivitas organisasi (Sverke, Hellgren, & Naswall, 2006). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi komponen kerja dalam organisasi salah satunya adalah job insecurity. Job insecurity itu sendiri banyak mempengaruhi komponen kerja seperti motivasi, kepuasan kerja, komitmen, turnover, performansi dan kesehatan mental (Greenhalgh & Rosenblat, 2010; Sverke, Hellgren, & Naswall, 2006). Oleh karena itu penelitian mengenai job insecurity banyak dikaji seiring dengan berkembangnya keadaan organisasi di dunia. Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) menjelaskan job insecurity sebagai ketidakberdayaan untuk mempertahankan kelangsungan keinginan dalam situasi pekerjaan terancam. Penelitian Staufenbiel dan Konig (2010) menjelaskan bahwa job insecurity sebagai kondisi stress atas ketidakberdayaan antara harapan karyawan dengan keadaan perusahaan. Lebih lanjut penelitian tersebut mengungkapkan adanya job insecurity pada karyawan berdampak pada penurunan kinerja. Karyawan adalah sumber daya manusia sebagai penggerak organisasi yang perlu selalu diperhatikan agar kualitas perusahaan pun tetap terjaga. Banyaknya perusahaan yang ada di Indonesia menciptakan persaingan yang menuntut organisasi untuk memiliki strategi dalam menghadapi perubahan (Brown & Harvey, 2006). Perubahan organisasi tersebut tentu sedikit banyaknya akan mempengaruh keberadaan karyawan didalamnya. Karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan yang tidak memiliki kepastian atau jaminan karir patut merasa 2

3 khawatir dan merasa tidak berdaya (Gracia, Ramos, Peiro, Calaballer, & Sora, 2011). Sverke, Hellgren dan Naswal (2006) yang menjelaskan job insecurity sebagai ketidakberdayaan yang dirasakan karyawan untuk mempertahankan keberlangsungan kerjanya ditengah situasi kerja yang terancam. Perusahaan melakukan perubahan sebagai salah satu strategi mempertahankan organisasi agar dapat terus berjalan. Kebutuhan karyawan yang meningkat diimbangi dengan kebutuhan dana yang meningkat pula. Oleh karena itu, melakukan merger, acquisition, outsourcing, dan kontrak sementara menjadi salah satu strategi perusahaan yang dapat memunculkan job insecurity (Sverke, Hellgren & Naswal, 2006). Adanya perubahan-perubahan tersebut maka dapat memberikan pengaruh persepsi karyawan akan keberlangsungan kerja dalam organisasi. Telah banyak penelitian yang menemukan bahwa adanya job insecurity pada karyawan memberikan dampak negatif pada organisasi (Ashford, Lee, & Bobko, 1989; Cuyper & Witte, 2005; Greenhalgh & Rosenblatt, 2010). Pasewark dan Strawser (1996) menyatakan bahwa job insecurity adalah hilangnya rasa keamanan untuk kelanjutan kerja karyawan yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kepercayaan organisasi serta berakhir pada perilaku karyawan untuk menilai kembali hubungan dengan perusahaan dan mencari alternatif pekerjaan. Oleh karena itu, hal tersebut juga akan berdampak pada produktivitas organisasi dan tidak optimalnya hasil kerja yang didapatkan oleh organisasi (Cuyper & De Witte, 2005). Penelitian lain menemukan bahwa ketidakamanan kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan, dimana semakin tinggi job insecurity 3

4 seseorang maka semakin rendah kinerjanya, dan semakin rendah job insecurity maka semakin tinggi hasil kerja yang dapat dicapainya (Nugraha, 2010). Ashford, Lee, dan Bobko, (1989) memodifikasi teori Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) dengan menguraikan dimensi job insecurity yaitu keparahan ancaman dan ketidakberdayaan. Keparahan ancaman terbagi menjadi dua bagian yakni job feature, yaitu ancaman akan aspek-aspek pekerjaan dan job total, yaitu ancaman kehilangan pekerjaan secara keseluruhan. Sedangkan ketidakberdayaan (powerlessness) diuraikan sebagai perasaan tidak berdaya yang berperan dalam perasaan seseorang terhadap kurangnya kontrol dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kejadian-kejadian di lingkungan kerjanya. Greenhalgh dan Rosenblatt (2010) mengkategorikan penyebab job insecurity ke dalam tiga kelompok. Pertama kondisi lingkungan dan organisasi (misalnya perubahan organisasi dan komunikasi organisasional). Kedua, karakteristik individual dan jabatan pekerja (misalnya usia, gender, status sosial ekonomi). Ketiga, karakteristik personal pekerja (misalnya locus of control, self esteem dan self efficacy). Pasewark dan Strawser (1996) menyebutkan empat hal yang mempengaruhi job insecurity, yaitu : (1) konflik peran, (2) ketidakjelasan peran (koordinasi arus kerja, peraturan, dan komunikasi), (3) locus of control dan (4) perubahan organisasi. Bryson dan Harvey (2000) menjelaskan terdapat dua jenis job insecurity dalam kerja, yaitu pertama secara objektif yang secara umum dikaitkan dengan indikator yang jelas seperti job tenure. Kedua secara subyektif yang relatif sulit untuk diamati secara langsung. Subyektif job insecurity dikaitkan dengan persepsi ancaman hilangnya pekerjaan dan konsekuensi dari hilangnya pekerjaan tersebut. 4

5 Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa job insecurity merupakan rasa ketidakamanan serta ketidakberdayaan pada situasi kerja yang mengancam seperti kejelasan akan keberlangsungan pekerjaan dan kehilangan pekerjaan karena perubahan yang terjadi di sekitarnya. Persepsi ketidakamanan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari karakteristik individu itu sendiri, karakteristik personal dan lingkungan organisasi tersebut. Berkaitan dengan job insecurity, banyak penelitian yang membahas faktor terkait pengaruh tingkat job insecurity berdasarkan lingkungan kerjanya (Huang, Niu, Lee, & Ashford, 2012). Lee, Bobko dan Chen (2006) menjelaskan bahwa akan sangat penting jika organisasi mampu untuk mengantisipasi dan memprediksi job insecurity. Secara umum Sverke, Hellgreen, dan Naswal (2002) menjelaskan bahwa job insecurity terkait dengan level performansi kerja, kepuasan kerja, komitmen organisasi, keinginan untuk bertahan, kepercayaan pada organisasi dan kesejahteraan. Selain itu dalam penelitian ditemukan bahwa kepercayaan merupakan suatu hal yang sangat vital dalam mempertahankan a sense of security dimana adanya kepercayaan memiliki keterkaitan yang kuat dengan job insecurity (Burchell, Day, Hudson, Ladipo, Mankelow, Nolan, Reed, Wichert & Wilkinson1999). Faktor lain yang mempengaruhi job insecurity adalah karakteristik personal, selain locus of control, self esteem, optimisme vs pessimisme, sense of coherence, karakteristik personal lainnya adalah kepercayaan (Kinnunen, Natti & Happonen, 2000). Setiap karyawan tentu mengharapkan karir yang baik dimasa depannya dimulai dari pekerjaannya saat ini. Karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan secara tidak langsung meletakkan kepercayaan karirnya pada perusahaan tersebut (Zahra & Mariatin, 2012). Karyawan berharap akan 5

6 keberlangsungan karir pada perusahaan tersebut sehingga akan menumbuhkan motivasi untuk bekerja dengan maksimal. Berkaitan dengan hal tersebut, persepsi karyawan akan ancaman kehilangan atau keberlangsungan pekerjaan dan kekhawatiran terkait ancaman tersebut tentu mempengaruhi aspek motivasi kerja yang berimbas pada produktivitas kerja (De Witte, 2005). Kepercayaan karyawan pada perusahaan yang memiliki reputasi baik di masyarakat akan meningkatkan harapan karyawan untuk tetap berkarir pada perusahaan tersebut. Kepercayaan tersebut akan menumbuhkan perilaku kerja yang baik dan termotivasi untuk tetap berkarir dalam perusahaan tersebut (Dietz & Hartog, 2006). Kepercayaan juga merupakan elemen yang paling penting dalam menciptakan hubungan yang harmonis, sinergis, dan efisien dalam lingkungan (Huff & Kelley, 2003). Berdasarkan kajian Schoorman, Mayer, dan Davis, (2007) kepercayaan didefinisikan secara konseptual sebagai kesediaan untuk menerima suatu keadaan atau perilaku dari pihak lain. Selain itu, dijelaskan lebih lanjut kepercayaan sangat berkaitan dengan kesediaan untuk menghadapi dan menerima resiko. Kaylay dan Sverke (2010) menemukan bahwa trust in manajement memoderatori hubungan antara qualitative job insecurity dengan perubahan komitmen afektif. Penelitian tersebut juga mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kepercayaan dan job insecurity. Shockley-Zalabak, Pamela, Ellis, dan Cesaria, (2000) mengungkapkan kepercayaan organisasi sebagai kerelaan organisasi, berdasarkan pada budaya dan perilaku berkomunikasi dalam hubungan atau transaksi. Lebih lanjut Shockley-Zalabak, dkk. (2000) mengemukakan model penelitian yang menjelaskan lima faktor pembangun kepercayaan organisasi, yaitu: kompetensi 6

7 (efektivitas pekerja dan pemimpin), keterbukaan dan kejujuran (jumlah, akurasi dan ketulusan berbagi informasi), kepedulian bagi karyawan (pameran empati, toleransi dan keamanan), keandalan (tindakan yang konsisten dan dapat diandalkan), dan identifikasi (berbagi tujuan bersama, nilai-nilai dan keyakinan). Robbins (2003) menyatakan bahwa kepercayaan sebagai suatu proses pengharapan positif dan ketergantungan yang berimplikasi pada keakraban dan risiko. Mayer dan Davis (1995) manyampaikan tiga dimensi dalam menggambarkan kepercayaan yaitu: kemampuan (ability) yang mengindikasikan masalah kompetensi atau kualitas perusahaan, kebajikan (benevolence) yang mengindikasikan masalah keterbukaan dan perhatian (seperti komunikasi dalam organisasi), serta integritas (integrity) yang mengindikasikan masalah keajegan. Mayer dan Davis (1995) menjelaskan kepercayaan pada manajemen dalam organisasi sebagai kemauan individu untuk menjadikan organisasi sebagai tempat yang dipercayai untuk bergantung. Sumaryono (2000) menjelaskan bahwa kepercayaan identik dengan keyakinan atas kemampuan organisasi atau orang lain. Dimensi kepercayaan dalam hal ini adalah konteks kepercayaan karyawan terhadap organisasi akan keberlangsungan karir di organisasi tersebut. Atkinson dan Butcher (2003) menyebutkan dua bentuk kepercayaan terhadap organisasi yaitu impersonal dan personal. Kepercayaan impersonal didasarkan pada peran, sistem dan reputasi organisasi sehingga muncul kepercayaan dari individu. Sedangkan personal, kepercayaan didasarkan pada interaksi hubungan tertentu. Widyastuti (2012) menyatakan bahwa kepercayaan dalam konteks organisasi berkaitan erat dengan kepercayaan interpersonal, hal tersebut 7

8 dikarenakan persepsi individu memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungan maupun pandangan dirinya sendiri. Lebih lanjut Widyastuti (2012) menyimpulkan kepercayaan terhadap organisasi sebagai suatu sikap yang mencerminkan keinginan untuk menanggung risiko dan melepaskan kontrol dengan harapan akan diperoleh manfaat yang diinginkan sebagai anteseden dari persepsi akumulasi pengalaman yang mengarah kepercayaan seseorang pada lembaga atau organisasi. Berdasarkan penjabaran definisi kepercayaan diatas, maka dapat disimpulkan kepercayaan pada organisasi sebagai kesediaan diri atau karyawan untuk menerima suatu keadaan dan perilaku orang lain serta menjadikan organisasi sebagai tempat yang dipercayai untuk bergantung yang mencerminkan keinginan untuk menanggung risiko atas apa yang diberikan organisasi. Dimensi kepercayaan pada organisasi yang sesuai dengan penelitian di organisasi digambarakan dengan dimensi Mayer dan Davis (1999) yaitu Integritas, kebajikan dan ability. Berkaitan dengan kepercayaan pada organisasi yang memiliki keterkaitan dengan job insecurity, faktor lainnya yang dapat mempengaruhi job insecurity adalah berasal dari kepribadian individu itu sendiri seperti salah satunya efikasi diri (Greenhalgh dan Rosenblatt, 2010). Ashford, Lee, dan Bobko, (1989) menjelaskan job insecurity perlu ditelaah lebih lanjut terutama mengenai kontrol perasaan individu, seperti locus of control, self esteem, self efficacy. Ashford, Lee, dan Bobko (1989) juga menjelaskan beberapa prediktor yang memiliki potensi sebagai moderator keterkaitan antara job insecurity dengan outcomes variable, beberapa diantaranya yaitu efikasi diri dan self esteem. Oleh karena itu, 8

9 dapat dikatakan efikasi diri memiliki pengaruh terhadap keberadaan job insecurity (Greenhalgh & Rosenblatt, 1984). Efikasi diri menurut Bandura (1997) merupakan evaluasi diri atas kesanggupan atau kompetensi diri individu dalam penyelesaian tugas atau menghadapi rintangan serta tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. Kirves, Cupyer, Kinnunen dan Natti (2011) membuktikan dalam penelitiannya bahwa seseorang yang memiliki kompetensi untuk menghadapi suatu mekanisme situasi, secara positif dapat mempengaruhi tingkat job insecurity. Oleh karena itu perlu diketahui seberapa banyak proporsi pengaruh dari efikasi diri seorang karyawan terhadap job insecurity yang muncul. Efikasi diri menurut Bandura (1997) dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber yaitu: kinerja atau pengalaman masa lalu, model perilaku (mengamati orang lain yang melakukan tindakan yang sama), persuasi dari orang lain, dan keadaan faktor fisik dan emosional. Baron dan Byrne (2004) menjelaskan bahwa efikasi diri mewujud dalam performa seseorang. Efikasi diri individu yang tinggi akan berdampak pada kinerja, motivasi, emosi yang stabil dan mampu menunjukkan perilaku kerja dengan baik. Wood dan Bandura (1989) mengungkapkan efikasi diri sebagai, keyakinan dalam kemampuan seseorang untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasional yang diberikan. Bandura (1997) menguraikan efikasi diri kedalam tiga dimensi: 1. Level atau besarnya tingkat kesulitan yaitu, keyakinan akan kemampuannya dalam menghadapi derajat tingkat tugas yang dirasakan; 9

10 2. Generality yakni seberapa yakin individu dalam keseluruhan kemampuan yang dimiliki, seperti employability dan kompetensi; 3. Strength atau kekuatan yaitu keyakinan untuk tetap bertahan dalam menghadapi kesulitan dan hambatan. Melihat penjabaran tersebut serta konteks dari penelitian ini yang berkaitan dengan tugas-tugas kerja di dalam perusahaan maka dapat disimpulkan bahwa efikasi diri yang dibahas adalah efikasi diri kerja. Efikasi diri kerja dalam hal ini dikonseptualisasikan sebagai evaluasi keyakinan individu tentang kemampuannya untuk menghadapi situasi serta tuntutan kerja yang bervariatif dipekerjaan mereka ( schanbroeck, Jones, & Xie, 2001). Berdasarkan konsep tersebut maka, efikasi diri kerja diartikan sebagai evaluasi diri atas kesanggupan atau kompetensi diri individu dalam penyelesaian tugas-tugas kerja atau menghadapi rintangan serta tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi yang mewujud dalam performansi individu. Efikasi diri kerja dapat diukur melalui tiga dimensi yaitu level, generality dan strength terkait dengan proses kerja yang dilakukan oleh karyawan. Pengukuran job insecurity menurut Naswall dan De Witte (2003) lebih akurat ketika dilakukan pada subjek yang mengalami kondisi job insecurity atau keadaan organisasi yang memungkinkan munculnya job insecurity pada karyawan seperti, restrukturisasi, merger, acquisition, dan perubahan kebijakan manajemen. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan, para karyawan berstatus kontrak tidak mengetahui dengan pasti jaminan posisi kerja akan diangkat menjadi pegawai tetap atau tidak. Tidak ada kepastian akan keberlangsungan karirnya pada perusahaan tersebut (sumber: Wawancara karyawan Bank BUMN, 2014). 10

11 Saya tidak pernah tahu kapan bisa diangkat ke pegawai tetap, saya mau saja kalau ada pengangkatan karena lebih enak, tentram dan lebih pasti jaminan kerjanya, kalau sekarang gak punya tunjangan cuma uang kendaraan, gak tahu juga kontraknya diperpanjang sampai kapan. (ER2, P, B ) Beberapa kali waktu gathering kepala cabang atau AMB selalu bilang kalau semua punya kemungkinan bisa dipromosikan atau ikut test untuk karyawan tetap, tapi sudah selama ini saya gak tahu ada tes karyawan tetap atau tidak. (ER2, P, B ) Pada umumnya telah diketahui bahwa tunjangan kerja pada pegawai tetap dengan pegawai kontrak memiliki perbedaan, pegawai kontrak dapat diberhentikan ketika tidak dibutuhkan, serta tidak mendapatkan jaminan kesehatan selayaknya pegawai tetap. Berbagai perbedaan tersebut yang dapat menjadi pemicu munculnya job insecurity yang akan berdampak pada banyak hal seperti sisi organisasi, lingkungan bahkan karyawan itu sendiri dan kondisi kepercayaan karyawan (Huff & Kelley, 2003). Karyawan kontrak dalam hal ini berarti karyawan yang diperbantukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rutin perusahaan, dan tidak ada jaminan keberlangsungan masa kerjanya. Berdasarkan uraian mengenai job insecurity, kepercayaan pada organisasi, dan efikasi diri kerja, belum diketahui dengan pasti bagaimana peran kepercayaan pada organisasi, dan efikasi diri kerja terhadap job insecurity khususnya pada karyawan kontrak. Job insecurity pada karyawan kontrak dirasa lebih menarik karena meskipun karyawan kontrak banyak menghadapi ketidakpastian tetapi, hingga saat ini banyak pekerja yang bertahan menjadi pekerja kontrak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepercayaan pada organisasi dan efikasi diri kerja secara bersama-sama terhadap tingkat job insecurity pada karyawan kontrak. 11

12 Kepercayaan Pada Organsiasi Job Insecurity Efikasi Diri Kerja Gambar 1. Kerangka Pikir Teori Berdasarkan kerangka pikir teori tersebut, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kepercayaan pada organisasi dan efikasi diri kerja secara bersama-sama dapat memprediksi job insecurity pada karyawan kontrak PT Bank X. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini adalah memberikan sumbangan referensi khususnya bagi bidang psikologi industri dan organisasi mengenai studi job insecurity. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan job insecurity, kepercayaan pada organisasi, dan efikasi diri kerja. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan praktis terhadap manajemen upaya mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap organisasi, dan efikasi diri kerja karyawan. Selain itu, dengan penelitian ini diharapkan organisasi dapat mengantisipasi serta mengurangi dampak dari job insecurity yang mungkin terjadi. 12

Atkinson, S. and Butcher, D. (2003). Trust in managerial relationships. Journal of Managerial Psychology, 18(4),

Atkinson, S. and Butcher, D. (2003). Trust in managerial relationships. Journal of Managerial Psychology, 18(4), DAFTAR PUSTAKA Argi, A. M. (2008). Hubungan Antara Kepercayaan Pada Manajemen dan Komitmen Afektif Karyawan. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Ashford, S. J., Lee, C.,&

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada persaingan antarperusahaan yang semakin meningkat (Kotter, 1995). Dalam iklim persaingan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ditengah iklim persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk selalu bisa beradaptasi dalam menghadapi situasi perekonomian yang tidak menentu

Lebih terperinci

Beberapa tahun belakangan pelaku bisnis mengantisipasi ketatnya persaingan dengan memilih menggunakan pihak ketiga untuk menangani sumber daya

Beberapa tahun belakangan pelaku bisnis mengantisipasi ketatnya persaingan dengan memilih menggunakan pihak ketiga untuk menangani sumber daya Beberapa tahun belakangan pelaku bisnis mengantisipasi ketatnya persaingan dengan memilih menggunakan pihak ketiga untuk menangani sumber daya manusia di bidang penunjang. Strategi ini belakangan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Teoritis 1. Komitmen Organisasi a. Pengertian Komitmen Organisasi Dalam prilaku organisasi, terdapat beragam definisi tentang komitmen organisasi. Sebagai suatu sikap,

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 47 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh. Selain itu, diajukan saran-saran untuk penelitian selanjutnya. 5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh perubahan dunia kerja (Lu, Wang, Lu, Du, & Bakker, 2013). Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. oleh perubahan dunia kerja (Lu, Wang, Lu, Du, & Bakker, 2013). Sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi seringkali berada pada tekanan persaingan yang disebabkan oleh perubahan dunia kerja (Lu, Wang, Lu, Du, & Bakker, 2013). Sehingga perubahan organisasional

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 8 2. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan untuk membantu peneliti dalam menjawab permasalahan penelitian, yang meliputi teori outsourcing, self-efficacy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini makin banyak organisasi menghadapi suatu lingkungan yang dinamis dan berubah yang selanjutnya menuntut agar organisasi itu menyesuaikan diri (Sunarto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi manusia dengan lingkungannya sering kali menimbulkan berbagai macam masalah mulai dari standar kebutuhan hidup yang terus meningkat, membuat manusia

Lebih terperinci

PENGARUH JANGKA PENDEK JOB INSECURITY DAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN OUTSOURCING DI PT. ASKES (PERSERO) KANTOR PUSAT

PENGARUH JANGKA PENDEK JOB INSECURITY DAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN OUTSOURCING DI PT. ASKES (PERSERO) KANTOR PUSAT PENGARUH JANGKA PENDEK JOB INSECURITY DAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN OUTSOURCING DI PT. ASKES (PERSERO) KANTOR PUSAT Elven Martini 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesiapan Berubah 1. Definisi Kesiapan Berubah Holt, Armenakis, Feild & Harris (2007) mendefinisikan kesiapan individu untuk berubah sebagai sikap komprehensif yang secara simultan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan pada dasarnya merupakan organisasi dari sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan asset bagi perusahaan. Setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi yang modern sekarang ini, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi yang modern sekarang ini, sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang modern sekarang ini, sumber daya manusia yang produktif sangatlah dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang masuk dan ikut berperan dalam kancah perekonomian. Hal ini tentu saja menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tenaga kerja yang berlebih di Indonesia, membuat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tenaga kerja yang berlebih di Indonesia, membuat beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah tenaga kerja yang berlebih di Indonesia, membuat beberapa perusahaan tertentu merasa memiliki posisi tawar yang tinggi, sehingga manusia atau karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena negara-negara

Lebih terperinci

JOB INSECURITY DALAM ORGANISASI

JOB INSECURITY DALAM ORGANISASI JOB INSECURITY DALAM ORGANISASI Oleh: Rony Setiawan Bram Hadianto Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha Bandung Abstract: The phenomenon of job insecurity is not

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2013). Frone, Rusell & Cooper (1992) mendefinisikan work-family conflict

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2013). Frone, Rusell & Cooper (1992) mendefinisikan work-family conflict 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Work-Family Conflict 1. Definisi Work-Family Conflict Secara umum, work-family conflict didefinisikan sebagai suatu bentuk inter-role conflict dimana tekanan peran dari pekerjaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KOMITMEN KONTINUAN PADA KARYAWAN PELAKSANA PRODUKSI PT. SARI WARNA ASLI UNIT V KUDUS

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KOMITMEN KONTINUAN PADA KARYAWAN PELAKSANA PRODUKSI PT. SARI WARNA ASLI UNIT V KUDUS HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KOMITMEN KONTINUAN PADA KARYAWAN PELAKSANA PRODUKSI PT. SARI WARNA ASLI UNIT V KUDUS Anindhita Setianingrum Harlina Nurtjahjanti Achmad Mujab Maskur Abstrak Komitmen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related

BAB II LANDASAN TEORI. Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Frontliner yang berarti garis depan ini begitu populer, akrab di telinga masyarakat yang rajin berinteraksi dengan bank. Frontliner merupakan istilah umum untuk Customer Service

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas perusahaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan memiliki peran sentral dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas perusahaan, karena manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam pengambilan data peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu skala psikologi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum kemunculan telepon seluler, PT. X merupakan penyedia. tunggal layanan komunikasi domestik di Indonesia dengan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum kemunculan telepon seluler, PT. X merupakan penyedia. tunggal layanan komunikasi domestik di Indonesia dengan memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sebelum kemunculan telepon seluler, PT. X merupakan penyedia tunggal layanan komunikasi domestik di Indonesia dengan memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Job insecurity adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan rancu yang dialami para UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Job insecurity adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan rancu yang dialami para UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Job insecurity adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan rancu yang dialami para pekerja yang di sebabkan berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran) yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Role Theory (Teori Peran) Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran) yang dikemukakan oleh Kahn dkk. (1964). Teori Peran menekankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepuasan Kerja Stephen P. Robbins (2008:40) kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu factor yang mampu menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu factor yang mampu menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu factor yang mampu menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam suatu organisasi adalah factor sumber daya manusia (SDM). Keunggulan bersaing suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Rousseau (2000) teori kontrak psikologi (Psychological Contract Theory) diartikan sebagai

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Rousseau (2000) teori kontrak psikologi (Psychological Contract Theory) diartikan sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Kontrak Psikologi (Psychological Contract Theory) Rousseau (2000) teori kontrak psikologi (Psychological Contract Theory) diartikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014)

PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014) PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dan pengelolaannya merupakan salah satu kunci penting yang dapat mempengaruhi kinerja dan menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. niversitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. niversitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Industri keuangan syariah di tanah air semakin mendapat tempat di masyarakat. Sejak beroperasi di tahun 1999, sejumlah bank syariah memperlihatkan prestasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. bahasan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. bahasan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pada bab ini membahas landasan teori yang mendasari kerangka berfikir dan bahasan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 2.1 Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era globalisasi ini setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil keputusan dan melakukan strategi yang tepat agar dapat bersaing di bidangnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era modern masa kini, banyak ditemukannya permasalahan yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak sesuai dengan rencana. Segala permasalahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA. Oleh: Reza Rizky Aditya

HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA. Oleh: Reza Rizky Aditya HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA Oleh: Reza Rizky Aditya Abstrak Sumber daya manusia salah satu sumber daya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan menjadi masalah yang harus dikontrol (Goodman & Atkin,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan menjadi masalah yang harus dikontrol (Goodman & Atkin, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemangkiran telah lama dianggap sebagai masalah yang signifikan pada organisasi. Kemangkiran mengakibatkan ketidakberfungsian suatu organisasi dan menjadi masalah

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN 70 5. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN Berdasarkan hasil analisis melalui perhitungan statistik, berikut ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian ini. Kesimpulan yang dibuat akan menjawab

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Turnover Intention 2.1.1 Pengertian Turnover Intention Turnover intention adalah kecenderungan niat karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya secara sukarela

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Manusia, dalam hal ini karyawan adalah aset utama yang

Lebih terperinci

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP JOB INSECURITY DENGAN MASA KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATOR

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP JOB INSECURITY DENGAN MASA KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATOR PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP JOB INSECURITY DENGAN MASA KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATOR (Studi pada Karyawan Outsourcing PT. Pos Indonesia Kantor MPC Semarang) skripsi disajikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh

Lebih terperinci

LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN JOB INSECURITY PADA KARYAWAN CV. ELFANA SEMARANG

LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN JOB INSECURITY PADA KARYAWAN CV. ELFANA SEMARANG LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN JOB INSECURITY PADA KARYAWAN CV. ELFANA SEMARANG Juwita Dwi Insani, Frieda NRH Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 juwitadwiinsani@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. SEMANGAT KERJA 1. Pengertian semangat kerja Semangat kerja merupakan konsep multidimensional yang merefleksikan tingkat kesejahteraan fisik dan emosi yang dialami oleh individu

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 12 2. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan pustaka ini akan dijelaskan berbagai teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang akan dijelaskan tersebut adalah teori mengenai kepuasan kerja, job

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi kesetian dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar. meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi kesetian dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar. meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat haruslah menyelenggarakan pelayanan secara adil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecurity merupakan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecurity merupakan suatu BAB II LANDASAN TEORI A. JOB INSECURITY 1. Definisi Job Insecurity Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecurity merupakan suatu tingkat dimana para pekerja merasa pekerjaannya terancam dan merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan permasalahan yang banyak di hadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan permasalahan yang banyak di hadapi oleh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres merupakan permasalahan yang banyak di hadapi oleh perusahaan modern sekarang ini, tak terkecuali di industri perbankan syariah. Tuntutan kerja yang tinggi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perasaingan dalam dunia bisnis merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh organisasi. Organisasi dituntut untuk mampu menghadapi perubahan paradigma, pergeseran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan ekonomi global yang dicirikan dengan perubahan cepat, dinamika tinggi, permintaan tinggi atas inovasi, dan (karenanya) memiliki tingkat ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 21 bidang organisasi bisnis dihadapkan pada tantangan bisnis yang kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam era globalisasi yang sudah sangat canggih dengan berbagai teknologi dan ilmu pengetahuan, menuntut suatu organisasi atau perusahaan untuk senantiasa melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Subjective well-being Subjective well-being merupakan bagian dari happiness dan Subjective well-being ini juga sering digunakan bergantian (Diener & Bisswass, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi. Manajemen pengetahuan berorientasi pada knowledge-based

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi. Manajemen pengetahuan berorientasi pada knowledge-based BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan manajemen pengetahuan kini sudah banyak dilakukan pada industri kreatif termasuk di dunia pendidikan dan organisasi yang berbasis kompetisi. Manajemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat maka bisa dipastikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya menyadari satu hal bahwa, kepuasan kerja merupakan faktor yang vital dalam manajemen sumber

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang dinamis akan selalu meningkatkan produktivitasnya melalui konsistensi menghasilkan kinerja terbaik serta mempertahankan hal yang menjadi keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna baik secara jasmani maupun rohani. Kesempurnaan inilah yang dapat digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pasangan yang bekerja (dual-earner couples) dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pasangan yang bekerja (dual-earner couples) dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan dan keluarga sering dianggap sebagai domain yang paling penting dalam kehidupan seseorang, dimana pekerjaan merupakan fondasi yang penting dari keamanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini akan dibahas mengenai kesimpulan, implikasi dan saran dari penelitian. 5.1 Kesimpulan Persyaratan analisis data telah terpenuhi, dengan demikian kesimpulan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepala keluarga memiliki peran sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, selain dituntut untuk memberikan nafkah, perlindungan fisik yang efektif dan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Setiap perusahaan atau organisasi memiliki daya kompeten yang tinggi sehingga keberadaan perusahaan lainnya tidak dapat mempengaruhi atau menggoyahkan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya sistem outsourcing di Indonesia telah banyak menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya sistem outsourcing di Indonesia telah banyak menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya sistem outsourcing di Indonesia telah banyak menimbulkan ketidakpuasan di kalangan karyawan outsourcing karena sistemnya yang bersifat kontrak dan tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori keagenan (agency theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara atasan (prinsipal) dan bawahan (agen). Hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia semakin penting artinya di dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia semakin penting artinya di dalam menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan bisnis dan tingginya biaya tenaga kerja mengharuskan perusahaan menerapkan kebijakan dalam pengambilan keputusan. Peranan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang saling bekerja sama, organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini internet sudah menjadi gaya hidup. Internet merupakan kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan menemukan segala macam informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Di dalam dunia kerja, seseorang dituntut untuk mampu dalam beradaptasi, baik untuk bekerja secara individu maupun tim, menambah nilai perusahaan, dan bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain self esteem (keyakinan nilai sendiri berdasarkan evaluasi diri secara

BAB I PENDAHULUAN. antara lain self esteem (keyakinan nilai sendiri berdasarkan evaluasi diri secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia tidak dapat dipungkiri merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan. Peranan sumber daya manusia bagi perusahaan tidak hanya dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan tersebut berbentuk perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, baik menghasilkan suatu barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Kekuatan setiap organisasi terletak pada sumber daya manusia, sehingga prestasi organisasi tidak terlepas dari prestasi setiap individu yang terlibat didalamnya,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hasil penelitian sebelumnya yang bersifat mutakhir yang memuat teori, konsep,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hasil penelitian sebelumnya yang bersifat mutakhir yang memuat teori, konsep, BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada Bab II ini akan memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta, hasil penelitian sebelumnya yang bersifat mutakhir yang memuat teori, konsep, atau pendekatan terbaru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dan industri tidak lepas dari adanya unsur manusia. Apa pun bentuk dan kegiatan suatu organisasi, manusia selalu memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pekerjaan bukanlah dua hal yang saling berlawanan, tetapi dua entitas yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pekerjaan bukanlah dua hal yang saling berlawanan, tetapi dua entitas yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Two Factor Theory Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Furnham et al. (2009) menyatakan bahwa kepuasan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perspektif manajemen sumber daya manusia strategis yang paling mendasar adalah asumsi keberhasilan sebuah kinerja organisasi dipengaruhi oleh tindakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik

Lebih terperinci

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara 1. Pengertian Kecemasan Berbicara Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan kekhawatiran yang mengeluh bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompetitif, tidak terkecuali persaingan dalam peningkatan kualitas di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan

Lebih terperinci