Beberapa tahun belakangan pelaku bisnis mengantisipasi ketatnya persaingan dengan memilih menggunakan pihak ketiga untuk menangani sumber daya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Beberapa tahun belakangan pelaku bisnis mengantisipasi ketatnya persaingan dengan memilih menggunakan pihak ketiga untuk menangani sumber daya"

Transkripsi

1 Beberapa tahun belakangan pelaku bisnis mengantisipasi ketatnya persaingan dengan memilih menggunakan pihak ketiga untuk menangani sumber daya manusia di bidang penunjang. Strategi ini belakangan semakin banyak dilakukan oleh perusahaan demi efisiensi, efektivitas dan terutama dapat membuat organisasi lebih fokus pada bisnis utamanya. Pihak ketiga tersebut merupakan perusahaan outsourcing yang menangani sumber daya manusia khususnya para pekerja di sektor penunjang bisnis. Outsourcing menurut Moorhead dan Griffin (2013) adalah praktik mempekerjakan perusahaan lain untuk melakukan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan sendiri oleh organisasi tersebut. Praktik ini merupakan strategi yang semakin populer karena membantu perusahaan tetap fokus pada aktivitas inti mereka dan menghindari terganggunya perusahaan oleh aktivitas sekunder. Meski demikian, penggunaan jasa outsourcing kemudian diikuti oleh munculnya kekhawatiran dari para pekerja akan keberlangsungan pekerjaan mereka atau disebut juga dengan job insecurity. Beberapa penelitian terdahulu juga telah menunjukkan bagaimana praktik outsourcing dapat memunculkan dampak negatif terhadap karyawan terutama terkait job insecurity mereka. Menurut Chambel dan Fontinha (2009) di salah satu hasil penelitiannya terhadap pekerja outsourcing bahwa job insecurity berhubungan negatif dengan pemenuhan kewajiban perusahaan outsourcing. Selain itu, Tyson (1996) juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa strategi outsourcing telah berkembang pesat dan memberi keuntungan bagi perusahaan, namun tidak dipungkiri strategi ini menurunkan penghasilan dan jaminan bagi para pekerjanya. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 56 adalah dasar yang selama ini dijadikan payung hukum untuk kegiatan outsourcing. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri Undang-undang ini masih memiliki beberapa kelemahan yang kemudian pada beberapa kasus dijadikan celah bagi para pelaku bisnis untuk memanfaatkannya. Beberapa kejadian terkait lemahnya dasar hukum tersebut antara lain adanya pekerja yang dikontrak lebih dari empat tahun dengan cara mengganti perusahaan outsourcing. Kondisi ini membuat perusahaan pengguna dapat terus menggunakan tenaga pekerja selama 2

2 bertahun-tahun tanpa harus mengangkatnya menjadi karyawan tetap karena kontrak kerja yang selalu diperbarui dengan perusahaan outsourcing yang berbeda-beda. Selain itu meskipun dalam kontrak disebutkan bahwa upah minimum pekerja adalah sebesar UMK namun banyak terjadi pemotongan upah pekerja yang besarnya bervariasi. Belum lagi masa kerja dan pengalaman karyawan outsourcing yang biasanya tidak disesuaikan dengan upah yang mereka terima sehingga pekerja yang meskipun sudah bertahun-tahun bekerja tetapi gaji yang mereka dapatkan tetap tidak jauh dari UMK atau tidak signifikan peningkatannya. Para karyawan outsourcing juga biasanya sulit untuk bergabung dalam organisasi pekerja karena pada umumnya perusahaan outsourcing tidak memiliki serikat pekerja. Kondisi-kondisi tersebut adalah bentuk pemanfaatan celah hukum yang merugikan pihak pekerja outsourcing. Di lain sisi, para karyawan dituntut untuk memenuhi persyaratan seperti jam kerja yang padat, upah yang tidak seimbang dengan masa kerja, dan tidak adanya kesempatan untuk bergabung dalam organisasi pekerja. Kondisi ini membuat hubungan yang terjadi antara pekerja outsourcing, perusahaan outsourcing, dan perusahaan pengguna adalah hubungan ketergantungan yang tidak seimbang. Ketergantungan ini lebih memposisikan para pekerja dalam keadaan yang terjepit. Meskipun kondisi pekerja outsourcing dapat dikatakan terjepit namun jumlah pekerja outsourcing di Indonesia tidak bisa dikatakan sedikit. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik di akhir Desember 2010 saja pekerja di Indonesia dengan status tetap hanya 35% dari total pekerja yang ada sisanya berstatus kontrak dan outsourcing. Jumlah ini diprediksi semakin meningkat di tahun-tahun setelahnya. Padahal hampir semua karyawan memiliki harapan akan kepastian status kerjanya. Sementara itu menurut wawancara salah satu situs berita online kepada Ketua Majelis Pengawas Organisasi Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (MPO KSBSI), Rekson Silaban menyatakan bahwa di tahun 2012 jumlah pekerja outsourcing hampir mencapai 50% dari 33 juta pekerja formal dan jumlah ini semakin meningkat setiap tahun. (Sumber: Jumlah-Buruh-#) 3

3 Banyaknya jumlah pekerja outsourcing di Indonesia seringkali memunculkan gerakan protes dengan menyampaikan keluhan-keluhan yang mereka rasakan. Keluhan yang banyak disampaikan oleh para pekerja adalah mengenai tidak adanya jaminan akan keberlangsungan pekerjaan mereka karena penggunaan sistem kontrak. Keluhan ini timbul karena kondisi yang mereka rasakan lebih tidak nyaman dibandingkan pekerja tetap. Penelitian Silla, Gracia dan Peiro (2005) menunjukkan bahwa kepuasan hidup dan well-being pekerja kontrak lebih rendah dibandingkan pekerja tetap. Tidak adanya kepastian dan jaminan akan kelanjutan pekerjaan karyawan outsourcing ini tidak dapat mereka hindari karena biasanya hal tersebut sudah tercantum dalam kontrak kerja mereka. Para pekerja tidak dapat memastikan apakah kontrak kerja mereka akan diperpanjang atau tidak, bahkan jika masa kerja di kontrak terakhir sudah selesai mereka harus berpikir mengenai kemungkinan mencari pekerjaan baru. Kondisi ini menurut Greenhalgh & Rosenblatt (2010) disebut dengan job insecurity yaitu ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja yang terancam termasuk di antaranya perubahan yang dialami oleh perusahaan. Jika melihat sejarah penelitian mengenai job insecurity yang dipaparkan oleh Greenhalgh dan Rosenblatt (2010), terlihat bahwa penelitian ini pada awalnya didasarkan pada teori job satisfaction dan teori motivasi dari Herzberg, Mausner, dan Synderman di tahun 1959 serta Maslow di tahun Teori Dua Faktor milik Herzberg menjelaskan mengenai Hygine Factors yang terkait dengan ketidakpuasan kerja. Salah satu yang termasuk dalam Hygine Factors adalah job security yang mencakup jaminan dan rasa aman dalam bekerja, gaji, status maupun jabatan. Teori Maslow di tahun 1954 tentang tingkatan kebutuhan manusia menggambarkan bahwa setelah kebutuhan dasar manusia (kebutuhan fisiologis) terpenuhi, maka tingkatan kedua setelah itu yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan rasa aman. Rasa aman yang dimaksudkan tidak hanya secara fisik tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual. Jika dilihat dari kedua teori di atas, tidak ada konstruk job insecurity yang dijelaskan secara lebih jauh. Oleh karena itulah Greenhalgh dan Rosenblatt mulai mengembangkan penelitiannya 4

4 mengenai job insecurity. Penelitian mengenai job insecurity lantas terus berkembang oleh peneliti-peneliti lain seperti De Witte (2005) yang mengungkapkan salah satu komponen job insecurity adalah adanya kecemasan terhadap keberlangsungan pekerjaan yang dikarenakan oleh munculnya ancaman akan kehilangan pekerjaan tersebut. Ketidakpastian terhadap kelangsungan pekerjaan para karyawan outsourcing juga terjadi pada PT. X yang merupakan salah satu perusahaan alih daya (outsourcing) dengan sebagian besar kliennya adalah perusahaan multifinance. Menurut Kepala Cabang PT. X Yogyakarta kerentanan adanya job insecurity pada karyawan di PT. X terlihat pada kasus beberapa bulan yang lalu. Sejumlah karyawan diberhentikan secara tiba-tiba sebagai akibat dari adanya pemutusan hubungan kerjasama antara PT. X dengan perusahaan klien tempat para karyawan tersebut ditempatkan. Kondisi ini lantas menimbulkan rasa tidak nyaman dan protes dari para pekerja. Mereka yang kebanyakan sudah berkeluarga mengkhawatirkan cara menghidupi keluarganya jika diberhentikan secara mendadak seperti itu. Kasus tersebut tidak hanya terjadi di PT. X cabang Yogyakarta namun seluruh karyawan PT. X yang ditempatkan di perusahaan klien tersebut di seluruh Indonesia. terus karyawan kita yang disana ya harus diberhentikan semua. Nah itu infonya baru dikasih ke kita per tanggal 25 kemaren, padahal putusnya per tanggal 27, ngasih taunya ke karyawan itu yang pusing mbak kalo mereka harus di-cut tiba-tiba gitu. Tapi ya memang kesepakatannya gitu, ga bisa apa-apa (R1, W1, 14-17) Lha iya mbak, mana ada yang siap coba. Mereka tiba-tiba diberhentikan, mereka ga bisa apa-apa wong namanya karyawan, terus ada kebijakan gitu dari perusahaan, mau apa lagi coba. Saya pribadi juga ngerti sih, tapi ya dari HO udah gitu, kita di cabang ya tinggal jalankan aja (R1, W1, 28-31) yang mereka proteskan ya salah satunya itu, pada bilang keluarga saya gimana pak kalo saya tiba-tiba berhenti kerja gini (R1, W1, 33-34) Diberhentikan aja tiba-tiba gini gimana mau ditempatkan di tempat lain, kan belum tentu ada kebutuhan di tempat lain. Apalagi minta yang posisinya bagus, ya mana bisa (R1, W1, 40-42) 5

5 Kasus tersebut dapat menjadi gambaran bagaimana ketidakpastian kerja yang dialami oleh karyawan outsourcing karena pemutusan hubungan kerja dapat terjadi sewaktu-waktu. Apabila pemberhentian tiba-tiba tersebut terjadi, maka tidak banyak yang dapat mereka lakukan padahal hampir semua pekerja memiliki harapan akan kepastian dan keberlanjutan pekerjaan mereka. Sistem kerja kontrak yang dialami oleh karyawan outsourcing menyebabkan perubahan sangat mungkin ia alami sehingga rasa tidak aman tersebut lantas muncul, padahal perubahan tidak dapat dihindari baik oleh perusahaan maupun karyawan. Persepsi karyawan akan ancaman kehilangan atau keberlangsungan pekerjaan serta kekhawatiran mereka terkait ancaman tentu berpengaruh pada aspek motivasi kerja yang berimbas pada produktivitas kinerja mereka dan akan pada akhirnya dapat berpengaruh pada kinerja organisasi (De Witte, 2005). Oleh karena itulah job insecurity yang terjadi pada karyawan outsourcing apabila tidak disikapi dengan tepat maka dapat berdampak negatif baik bagi karyawan yang bersangkutan maupun bagi perusahaan yang mempekerjakannya. Hal ini sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2010) yang memperlihatkan bahwa job insecurity berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan, dimana semakin tinggi job insecurity seseorang maka semakin rendah kinerjanya, dan sebaliknya. Selain itu, beberapa penelitian sebelumnya juga menjelaskan bagaimana job insecurity dapat mempengaruhi kepuasan kerja sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Utami (2008). Job insecurity memiliki dampak yang beragam termasuk pada kehidupan pribadi karyawan. Penelitian Lozza, Libreri dan Bosio (2012) pada karyawan kontrak mengungkapkan bahwa job insecurity memiliki kaitan dengan tingkat konsumsi sehari-hari dan rencana hidup seperti rencana berkeluarga, memiliki anak dan lain sebagainya. Job insecurity juga memiliki banyak dampak terhadap variabel-variabel di dunia kerja seperti komitmen organisasi, kepuasan kerja, turnover intention maupun well-being (Sverke, Hellgren, & Naswall, 2002). Oleh karena itulah job insecurity mulai banyak dikaji sejak beberapa tahun belakangan. Melihat hal di atas, dapat dikatakan bahwa job insecurity merupakan variabel 6

6 yang cukup penting untuk diteliti karena dapat mempengaruhi karyawan dan organisasi tempatnya bekerja. Job insecurity menurut Ashford, Lee dan Bobko (1989) adalah sebuah kondisi dimana para pekerja merasa pekerjaannya terancam dan mereka tidak berdaya untuk melakukan apapun terhadap situasi tersebut. Smithson dan Lewis (2000) menyebut job insecurity merupakan kondisi psikologis seorang karyawan yang menunjukkan rasa bingung maupun rasa tidak amannya karena adanya perubahan kondisi termasuk di tempat kerjanya. Pemaparan lain mengenai job insecurity juga disebutkan oleh Hartley (dalam Morcos, 2009) yakni sebuah ketidaksesuaian antara tingkat keamanan yang dirasakan dengan tingkat kemanan yang diharapkan seorang karyawan atas pekerjaannya. Hal ini tidak terlalu jauh berbeda dengan pengertian job insecurity menurut Davy, Kinicki dan Sheck (dalam Morcos, 2009) yaitu sebuah harapan mengenai kelanjutan situasi kerja seseorang. Beberapa pengertian di atas merujuk pada pengertian job insecurity merupakan persepsi karyawan yang menghadapi keadaan tidak aman terutama dalam hal kejelasan dan keberlangsungan pekerjaan mereka karena perubahan yang ada di sekitarnya maupun karakter orang yang bersangkutan. Berdasarkan beberapa pendapat dari berbagai ahli di atas, maka penelitian ini akan menggunakan penjelasan mengenai job insecurity yang dipaparkan oleh Greenhalgh & Rosenblatt (2010). Greenhalgh dan Rosenblatt (2010) menyebutkan bahwa job insecurity merupakan ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja yang terancam. Suasana yang nyaman dalam lingkungan kerja yang terancam merupakan salah satu hal yang cukup penting. Kenyamanan tersebut dapat diperoleh salah satunya dengan adanya dukungan dari orang-orang sekitar. Hal ini sebagaimana pendapat Greenhalgh dan Rosenblatt (2010) bahwa selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap job insecurity. Salah satu faktor eksternal yang dapat berpengaruh tersebut adalah dukungan sosial. Penelitian Lim (1996) juga menunjukkan bahwa dukungan baik yang berasal dari lingkungan kerja maupun lingkungan di luar pekerjaan erat sekali hubungannya dengan berbagai dampak yang timbul sebagai efek dari job insecurity. Penelitian lain 7

7 milik Borg dan Elizur (1992) pun menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan job insecurity terutama komponen emosi. Peran dukungan sosial terutama dari atasan tempat bekerja juga dinyatakan dalam penelitian Palmer (1990). Menurut hasil penelitiannya, Palmer (1990) mengatakan bahwa dukungan dari atasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres yang dialami oleh pekerja yang memiliki job insecurity tinggi. Adanya dukungan sosial dari sekitarnya menjadi salah satu faktor yang berperan bagi pekerja outsourcing dalam menyikapi kondisi kerjanya diutarakan juga oleh Chie (2010) dalam penelitiannya. Chie (2010) menyebutkan bahwa adanya harapan, dukungan sosial dan kepercayaan memungkinkan individu yang memiliki job insecurity yang tinggi mencapai well-being. Hal ini berarti dukungan sosial di lingkungan kerja memiliki pengaruh terhadap karyawan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Schreurs, Emmerik, Gunter dan Germeys (2012) yang memperlihatkan bahwa dukungan dari atasan dan rekan kerja memiliki pengaruh dalam hubungan antara job insecurity dengan kinerja karyawan. Oleh karena itulah dukungan sosial dan penghargaan dari orang-orang sekitar menjadi penting termasuk bagi para pekerja outsourcing yang tidak memiliki jaminan akan keberlangsungan kerjanya. Dukungan sosial menurut Sarafino (2006) merupakan kenyamanan, perhatian, penghargaan maupun bantuan dalam bentuk lain yang diterima oleh individu dari orang lain maupun kelompok. Pengertian lain mengenai dukungan sosial disebutkan oleh Lahey (2007) yaitu peran yang dimainkan oleh temanteman yang biasanya berupa pemberian nasihat, bantuan, dan beberapa di antaranya dengan menceritakan perasaan pribadi. Pendapat lain juga disampaikan oleh Caplan (1974) bahwa dukungan sosial merupakan tindakan menolong orang lain dan ketenratraman berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Sarafino (2006) bentuk dukungan sosial dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu dukungan emosional dan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan. Dukungan emosional dan penghargaan dapat berupa ungkapan empati maupun perhatian sedangkan dukungan instrumental dapat berupa uang maupun bantuan pekerjaan 8

8 keseharian. Selain itu masih ada dukungan informasi yaitu berupa nasihat, pengarahan maupun umpan balik atas apa yang telah dilakukan oleh seseorang. Sementara itu dukungan persahabatan berupa kebersamaan, ketersediaan waktu maupun aktivitas sosial yang sama. Caplan (1974) mengungkapkan terdapat tiga komponen dalam dukungan sosial, yaitu perhatian emosional, informasi dan penilaian. Perhatian emosional yaitu perhatian pribadi yang diberikan oleh orang-orang atau kelompok di sekitarnya dan membantu memecahkan masalahnya termasuk masalah pekerjaan maupun masalah pribadi. Informasi adalah individu mendapat berbagai informasi yang dibutuhkan dan juga dapat menyampaikan informasi kepada orang lain. Komponen ketiga adalah penilaian yaitu adanya pemberian umpan balik dari orang-orang atau kelompok di sekitarnya atas apa yang dilakukannya. Dukungan sosial yang diterima oleh pekerja outsourcing dapat bersumber dari berbagai pihak baik itu keluarga, rekan kerja, atasan, sistem di organisasi, teman-teman di luar lingkup pekerjaan, maupun komunitas sesama pekerja seperti serikat pekerja. Berdasarkan pengertian-pengertian dukungan sosial yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan kenyamanan yang diterima seseorang dari kelompok atau orang lain dalam berbagai bentuk seperti perhatian, penghargaan, bantuan dan lain sebagainya. Pengertian dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Caplan (1974) yaitu tindakan menolong orang lain dan ketentraman berkomunikasi dengan orang lain, dimana perilaku menolong ini termanifestasikan ke dalam tiga bentuk yaitu pemberian perhatian, bantuan informasi, dan umpan balik. Selain dukungan yang diperoleh dari orang-orang sekitar, karakteristik individu sebagai komponen yang akan mempengaruhi perasaan subjektif karyawan merupakan hal yang penting untuk dipertimbangan pengaruhnya terhadap munculnya job insecurity. Naswall, Sverke dan Hellgren (2005) dalam penelitiannya menjelaskan bagaimana karakteristik individu dapat menjadi hal yang penting terhadap job insecurity. Karakter yang dimiliki oleh seseorang mempengaruhi bagaimana ia mengevaluasi situasi dan menilai kebermaknaan 9

9 hidup mereka. Seseorang yang mempersepsikan diri mereka dan orang lain secara negatif cenderung akan memberi respon yang negatif pula terhadap lingkungan sekitar mereka dibandingkan dengan individu yang memiliki nilai positif. Hal ini menjelaskan bagaimana karakteristik personal seseorang dapat mempengaruhi cara yang ditempuh untuk menghadapi situasi yang mengancam atau permasalahan dalam hidupnya. Karakteristik personal pekerja outsourcing menjadi hal penting bagi mereka dalam menghadapi kekhawatiran akan keberlangsungan kerja mereka sebagaimana pendapat Klandermans dan Vuuren (1999) yang mengungkapkan bahwa salah satu komponen job insecurity adalah persepsi pribadi seseorang sebab situasi yang sama dapat dipersepsi berbeda oleh setiap karyawan. Greenhalgh dan Rosenblatt (2010) juga mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi job insecurity adalah karakteristik individual pekerja seperti locus of control, self-esteem, maupun perasaan optimis dan pesimis karyawan yang bersangkutan. Hal ini diperkuat juga dengan hasil penelitian Roskies, Louis- Guerin, dan Fournier di tahun 1993 tang dijelaskan oleh Kinnunen, Natti, & Happonen (2000) bahwa kepribadian positif yang dimiliki seorang karyawan memiliki dampak yang besar terhadap kemampuanya menghadapi stres terkait job insecurity. Pendapat Klandermans dan Vuuren (1999) yang menyebutkan bahwa salah satu komponen job insecurity adalah persepsi pribadi seseorang juga terlihat dengan adanya karyawan yang merasa pekerjaannya tidak aman meskipun kondisi baik-baik saja sedangkan karyawan lain ada yang merasa tenang meskipun pekerjaannya terancam. Hal ini sesuai dengan pengertian optimisme menurut Purba (2006) yaitu cara berfikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah, serta berfikir positif berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Oleh karena itu optimisme seseorang erat kaitannya dengan proses berfikir seseorang terkait dengan kondisi yang dialaminya dan dapat berpengaruh pada job insecurity terkait status kerja outsourcing. Pengertian lain mengenai optimisme dijelaskan oleh Carlson (2004) yang mendefinisikan optimisme sebagai kecenderungan untuk memandang sisi yang menyenangkan dari kondisi yang terjadi. Optimisme juga merupakan keyakinan bahwa hal baiklah yang akan 10

10 mendominasi. Selain itu, Srivastava dan Angelo (2009) mengatakan optimisme merupakan dorongan untuk berharap pada datangnya hal baik. Seligman (1991) juga menjelaskan bahwa optimisme merupakan keyakinan individu bahwa peristiwa buruk atau kegagalan hanya bersifat sementara, tidak mempengaruhi semua aktifitas, dan bukan mutlak disebabkan diri sendiri tetapi bisa juga disebabkan situasi, nasib atau orang lain. Ketika mengalami peristiwa yang menyenangkan, individu yang optimis akan memiliki keyakinan bahwa peristiwa baik tersebut akan berlangsung lama, mempengaruhi aktifitas yang lain dalam hidupnya dan disebabkan oleh dirinya sendiri. Hal ini berkebalikan dengan sikap pesimis, dimana orang yang pesimis akan berkeyakinan bahwa peristiwa buruk akan berlangsung lama, mempengaruhi semua aktifitas, dan hal itu disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Orang yang optimis menurut penelitian Pulford (2009) dapat mengambil keputusan dengan baik saat dihadapkan pada pilihan yang membingungkan. Selain itu menurut penelitian O Connor dan Cassidy (2007) optimisme dan harapan pikiran positif akan masa yang akan datang dapat merubah rasa putus asa seseorang. Para pekerja outsourcing dihadapkan pada keadaan dimana di satu sisi mereka membutuhkan pekerjaan demi menunjang kehidupannya namun di sisi lain pekerjaan yang tersedia adalah pekerjaan berstatus pekerja outsourcing sehingga tidak memiliki kepastian akan keberlangsungan pekerjaan mereka. Kondisi ini tidak menutup kemungkinan dapat menghilangkan harapan akan kehidupan yang mapan dan tenang jika para pekerja tersebut tidak memiliki optimisme yang besar untuk diangkat menjadi pekerja tetap. Oleh karena itulah optimisme menjadi salah satu variabel yang cukup penting untuk diteliti terutama bagi orang-orang yang mangalami keadaan tidak menyenangkan. Optimisme menurut Seligman (1991) terdiri dari tiga aspek utama. Aspek pertama yaitu permanence yang merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan waktu, yaitu temporer dan permanen. Orang yang optimis akan percaya bahwa peristiwa yang tidak menyenangkan hanya berlaku sementara (temporer) sehingga mereka tidak akan mudah putus asa. Sedangkan untuk peristiwa menyenangkan, orang optimis akan berpikir bahwa kejadian tersebut 11

11 akan terjadi terus-menerus pada dirinya (permanen). Aspek kedua adalah pervasiveness yang merupakan gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup yang dibedakan menjadi spesifik dan universal. Orang orang yang optimis akan melihat secara universal (keseluruhan) dalam menghadapi peristiwa yang menyenangkan, dan melihat secara spesifik pada peristiwa yang tidak menyenangkan. Aspek ketiga adalah personalization yang merupakan gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab, yaitu internal dan eksternal. Apabila seseorang berpikir tidak dapat mengendalikan peristiwa-peristiwa buruk, orang tersebut memiliki dua perkiraan, yakni apakah situasi tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan pribadi individu yang bersangkutan (internal) ataukah peristiwa buruk yang menimpanya terjadi karena hal-hal dari luar/lingkungan (eksternal). Orang yang optimis memandang masalah yang menekan dari sisi masalah lingkungan (eksternal) dan memandang peristiwa menyenangkan berasal dari dalam dirinya (internal). Hal ini disebut Seligman (1991) sebagai explanatory style yaitu salah satu atribut psikologis yang mengindikasikan bagaimana seseorang akan menjelaskan kepada dirinya mengenai kejadian yang dialami, baik positif maupun negatif. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas mengenai optimisme, maka penelitian ini akan menggunakan penjelasan dari Seligman (1991). Seligman (1991) menerangkan bahwa bahwa optimisme merupakan keyakinan individu bahwa peristiwa buruk atau kegagalan hanya bersifat sementara, tidak mempengaruhi semua aktifitas, dan bukan mutlak disebabkan diri sendiri tetapi bisa juga disebabkan situasi, nasib atau orang lain. Optimisme dibutuhkan para pekerja outsourcing karena hal ini yang diharapkan akan memberikan keyakinan bahwa kehidupan mereka maupun orang-orang di sekitarnya akan baik-baik saja sekalipun mereka dihadapkan pada situasi yang sulit. Karyawan outsourcing bagaimanapun juga harus tetap memiliki harapan akan hidup yang lebih baik meskipun kondisi yang sedang dijalani mereka rasa berat. Tujuannya agar mereka selalu berusaha untuk mencari jalan menuju target/cita-cita ketika mengalami hambatan sekalipun. Dengan selalu berusaha mencapai target maka mereka akan selalu termotivasi untuk memenuhi target 12

12 kinerja dari pekerjaannya. Artinya para karyawan outsourcing tidak lantas hanya selalu fokus pada kendala yang dialaminya seperti job insecurity tetapi juga harus membangun kualitas terbaik dalam segala kondisinya. Hal ini sesuai dengan teori Psikologi Positif dimana teori ini bertujuan untuk menjembatani perubahan dalam psikologi agar tidak hanya sibuk berusaha memperbaiki hal-hal terburuk dalam hidup tetapi juga lebih fokus ke arah membangun kualitas terbaik dalam hidup. Di dalam konsep Psikologi Positif, faktor-faktor yang signifikan berpengaruh pada organisasi adalah hope, resiliency, optimism, dan self efficacy/confident. Penerapan konteks Psikologi Positif dalam konteks organisasi atau lingkungan kerja menurut Luthans (2002) disebut dengan Positive Organizational Behavior (POB). Positive Organizational Behavior adalah studi dan aplikasi dari kapasitas psikologi dan kekuatan sumber daya manusia yang berorientasi secara positif, yang dapat diukur, dikembangkan, dan secara efektif dapat dikelola untuk meningkatkan kinerja di organisasi pada saat ini (Luthans, 2002). Pada konteks penelitian ini, hope dan optimism sebagai faktor dalam Psikologi Positif yang mempengaruhi organisasi sangat sesuai dengan kondisi yang dialami karyawan outsourcing dimana mereka merasakan job insecurity namun harus tetap optimis dan memiliki harapan akan hidup yang lebih baik. Kemungkinan adanya job insecurity yang dialami pekerja di PT. X membuat penelitian lebih jauh di PT. X perlu dilakukan guna memahami fenomena job insecurity pada pekerja outsourcing pada umumnya dan membantu PT. X dalam menghadapi kebutuhan psikologis karyawan penempatannya. Melihat penjelasan mengenai job insecurity, dukungan sosial, dan optimisme di atas, belum dapat dipastikan bagaimana peran dukungan sosial dan optimisme terhadap job insecurity karyawan outsourcing. Belum banyak penelitian yang benar-benar menguji atau memperlihatkan peran variabel dukungan sosial maupun optimisme terhadap job insecurity. Oleh karena itulah untuk memastikan hal tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui bagaimana peran dukungan sosial dan optimisme terhadap job insecurity para pekerja outsourcing di PT. X Cabang Yogyakarta. 13

13 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dan optimisme secara bersama-sama berperan terhadap job insecurity. Dukungan Sosial Job Insecurity Optimisme Gambar 1. Kerangka Pikir Hipotesis Implikasi Studi Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah guna memberikan sumbangan referensi mengenai job insecurity khususnya peran dukungan sosial dan optimisme terhadap job insecurity pada karyawan outsourcing. Sedangkan, implikasi praktis dari penelitian ini adalah memberikan gambaran bagi PT. X mengenai job insecurity yang mungkin dialami oleh para karyawan serta mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan job insecurtiy tersebut. Selain itu dengan melihat penelitian ini diharapkan organisasi dapat mengantisipasi kemungkinan adanya dampak dari job insecurity. METODE Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu dengan mengumpulkan data melalui proses penyebaran angket berupa skala psikologi untuk mengukur variabel-variabel yang hendak diukur kepada subjek penelitian. Pengambilan data yang digunakan pada proses penelitian ini ialah dengan teknik survei. Cara survei yang digunakan ialah self-administered questionnaires, yaitu dengan menyerahkan daftar pernyataan kepada subjek untuk diisi sendiri oleh subjek tersebut (Soehartono, 1995). Teknik ini dipilih agar subjek dapat menentukan sendiri waktu pengisian angketnya sehingga tidak mengganggu jam bekerja mereka. 14

Persepsi perusahaan di seluruh dunia telah memasuki era dimana melihat. sebuah organisasi tidak hanya dari pencapaian hasilnya, tetapi melihat

Persepsi perusahaan di seluruh dunia telah memasuki era dimana melihat. sebuah organisasi tidak hanya dari pencapaian hasilnya, tetapi melihat PENDAHULUAN Persepsi perusahaan di seluruh dunia telah memasuki era dimana melihat sebuah organisasi tidak hanya dari pencapaian hasilnya, tetapi melihat komponen proses yang terlibat didalamnya. Posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini makin banyak organisasi menghadapi suatu lingkungan yang dinamis dan berubah yang selanjutnya menuntut agar organisasi itu menyesuaikan diri (Sunarto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Teoritis 1. Komitmen Organisasi a. Pengertian Komitmen Organisasi Dalam prilaku organisasi, terdapat beragam definisi tentang komitmen organisasi. Sebagai suatu sikap,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi manusia dengan lingkungannya sering kali menimbulkan berbagai macam masalah mulai dari standar kebutuhan hidup yang terus meningkat, membuat manusia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada persaingan antarperusahaan yang semakin meningkat (Kotter, 1995). Dalam iklim persaingan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berubah sehingga menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Ditengah iklim persaingan usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk selalu bisa beradaptasi dalam menghadapi situasi perekonomian yang tidak menentu

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN 70 5. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN Berdasarkan hasil analisis melalui perhitungan statistik, berikut ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian ini. Kesimpulan yang dibuat akan menjawab

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 8 2. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang digunakan untuk membantu peneliti dalam menjawab permasalahan penelitian, yang meliputi teori outsourcing, self-efficacy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan tentang pendidikan memang tidak ada habisnya. Tidaklah heran bila kesadaran masyarakat awam tentang pentingnya pendidikan berangsurangsur menunjukkan

Lebih terperinci

juga kelebihan yang dimiliki

juga kelebihan yang dimiliki 47 1. Pengertian Optimisme Seligman (2005) menjelaskan bahwa optimisme adalah suatu keadaan yang selalu berpengharapan baik. Optimisme merupakan hasil berpikir seseorang dalam menghadapi suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan pada dasarnya merupakan organisasi dari sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Job insecurity adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan rancu yang dialami para UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Job insecurity adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan rancu yang dialami para UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Job insecurity adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan rancu yang dialami para pekerja yang di sebabkan berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era modern masa kini, banyak ditemukannya permasalahan yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak sesuai dengan rencana. Segala permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman semakin dibutuhkan pula individu yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi individu tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir semua bidang kehidupan berkembang sangat pesat. Berkembangnya berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related

BAB II LANDASAN TEORI. Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related literature). Sesuai dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah peristiwa penting dalam kehidupan seorang individu, di mana pernikahan ini memiliki beberapa tujuan yaitu mendapatkan kebahagiaan, kepuasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh perubahan dunia kerja (Lu, Wang, Lu, Du, & Bakker, 2013). Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. oleh perubahan dunia kerja (Lu, Wang, Lu, Du, & Bakker, 2013). Sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi seringkali berada pada tekanan persaingan yang disebabkan oleh perubahan dunia kerja (Lu, Wang, Lu, Du, & Bakker, 2013). Sehingga perubahan organisasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya sistem outsourcing di Indonesia telah banyak menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya sistem outsourcing di Indonesia telah banyak menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya sistem outsourcing di Indonesia telah banyak menimbulkan ketidakpuasan di kalangan karyawan outsourcing karena sistemnya yang bersifat kontrak dan tidak

Lebih terperinci

LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN JOB INSECURITY PADA KARYAWAN CV. ELFANA SEMARANG

LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN JOB INSECURITY PADA KARYAWAN CV. ELFANA SEMARANG LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN JOB INSECURITY PADA KARYAWAN CV. ELFANA SEMARANG Juwita Dwi Insani, Frieda NRH Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 juwitadwiinsani@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000 diperoleh data bahwa jumlah lansia (kaum lanjut usia) mencapai 15,8 juta jiwa atau 7,6%. Sementara itu populasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran) yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Role Theory (Teori Peran) Teori yang mendukung penelitian ini adalah role theory (teori peran) yang dikemukakan oleh Kahn dkk. (1964). Teori Peran menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak selalu ada kebutuhan untuk dikasihi dan merasakan bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. Keluarga

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 47 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh. Selain itu, diajukan saran-saran untuk penelitian selanjutnya. 5.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

JOB INSECURITY DALAM ORGANISASI

JOB INSECURITY DALAM ORGANISASI JOB INSECURITY DALAM ORGANISASI Oleh: Rony Setiawan Bram Hadianto Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha Bandung Abstract: The phenomenon of job insecurity is not

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bidang yang penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia semakin penting artinya di dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia semakin penting artinya di dalam menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan bisnis dan tingginya biaya tenaga kerja mengharuskan perusahaan menerapkan kebijakan dalam pengambilan keputusan. Peranan sumber daya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan asset bagi perusahaan. Setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan partisipasi wanita dalam dunia kerja telah menjadi fenomena yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kehadiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi yang modern sekarang ini, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi yang modern sekarang ini, sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang modern sekarang ini, sumber daya manusia yang produktif sangatlah dibutuhkan oleh perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan atau biasa disebut dengan stres, stres bisa hadir dalam keluarga, lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang masuk dan ikut berperan dalam kancah perekonomian. Hal ini tentu saja menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesiapan Berubah 1. Definisi Kesiapan Berubah Holt, Armenakis, Feild & Harris (2007) mendefinisikan kesiapan individu untuk berubah sebagai sikap komprehensif yang secara simultan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Suartana, 2010). Menurut Luthans, 2006 (dalam Harini et al., 2010), teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Turnover Intention 2.1.1 Pengertian Turnover Intention Turnover intention adalah kecenderungan niat karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya secara sukarela

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi 1 BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Seiring dengan hal globalisasi yang tidak dapat diprediksi, peningkatan sumber daya mansia sangat dibutuhkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. bahasan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. bahasan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pada bab ini membahas landasan teori yang mendasari kerangka berfikir dan bahasan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 2.1 Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen organisasi perlu diperhatikan pada setiap anggota yang ada dalam organisasi.allen dan Meyer (1990: 2) menyatakan anggota dengan komitmen organisasi, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perspektif manajemen sumber daya manusia strategis yang paling mendasar adalah asumsi keberhasilan sebuah kinerja organisasi dipengaruhi oleh tindakan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2013). Frone, Rusell & Cooper (1992) mendefinisikan work-family conflict

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2013). Frone, Rusell & Cooper (1992) mendefinisikan work-family conflict 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Work-Family Conflict 1. Definisi Work-Family Conflict Secara umum, work-family conflict didefinisikan sebagai suatu bentuk inter-role conflict dimana tekanan peran dari pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi/perusahaan seringkali menjadi isu yang sangat penting. Saking pentingnya hal tersebut, sampai-sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks menempati terbanyak kedua di seluruh dunia yang mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi penyebab kanker terbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun keunggulan lebih dari para pesaing, sehingga perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. maupun keunggulan lebih dari para pesaing, sehingga perusahaan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi mempunyai dampak dalam dunia usaha. Globalisasi menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan pangsa pasar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Self-Efficacy Self-Efficacy merupakan penilaian orang tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pasangan yang bekerja (dual-earner couples) dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pasangan yang bekerja (dual-earner couples) dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan dan keluarga sering dianggap sebagai domain yang paling penting dalam kehidupan seseorang, dimana pekerjaan merupakan fondasi yang penting dari keamanan

Lebih terperinci

PENGARUH JANGKA PENDEK JOB INSECURITY DAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN OUTSOURCING DI PT. ASKES (PERSERO) KANTOR PUSAT

PENGARUH JANGKA PENDEK JOB INSECURITY DAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN OUTSOURCING DI PT. ASKES (PERSERO) KANTOR PUSAT PENGARUH JANGKA PENDEK JOB INSECURITY DAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN OUTSOURCING DI PT. ASKES (PERSERO) KANTOR PUSAT Elven Martini 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisiologis ini. Jika satu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisiologis ini. Jika satu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan usaha untuk mempertahankan hidup. Usaha untuk mempertahankan hidup untuk semua makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang terbatas, membuat tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah pengangguran terbuka nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan. Kartu kredit diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam transaksi keuangan. Kartu kredit diberikan kepada BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Kartu kredit merupakan suatu alat transaksi berbentuk kartu yang diterbitkan oleh suatu lembaga keuangan baik oleh bank maupun lembaga bukan bank dan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat terpuaskan secara permanen. Dalam usahanya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat terpuaskan secara permanen. Dalam usahanya untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun, kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas. Hal ini dikarenakan kebutuhan manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas perusahaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan memiliki peran sentral dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas perusahaan, karena manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan tugas pemerintah untuk menciptakan keadilan (Pembukaan UUD 1945 alinea IV). Pembangunan nasional diwujudkan melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu pengetahuan dan tekhnologi berimbas pada semakin keras

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi adalah satu sistem, yang terdiri dari pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok orang untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era globalisasi ini kompetisi antar bank menjadi sangat ketat. Perkembangan bisnis yang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab kematian pada manusia adalah penyakit kronis (dalam Sarafino, 2006). Penyakit kronis merupakan jenis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KOMITMEN KONTINUAN PADA KARYAWAN PELAKSANA PRODUKSI PT. SARI WARNA ASLI UNIT V KUDUS

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KOMITMEN KONTINUAN PADA KARYAWAN PELAKSANA PRODUKSI PT. SARI WARNA ASLI UNIT V KUDUS HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KOMITMEN KONTINUAN PADA KARYAWAN PELAKSANA PRODUKSI PT. SARI WARNA ASLI UNIT V KUDUS Anindhita Setianingrum Harlina Nurtjahjanti Achmad Mujab Maskur Abstrak Komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa dengan jumlah penduduk lansia sebanyak 18.118.699 jiwa (BPS, 2010). Badan Pusat Statistik memprediksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang, mengupayakan pengembangan untuk mencapai tujuan guna persaingan dengan negara lain. Unsur dasar yang harus diperbaiki di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia masih menjadi sorotan bagi organisasi dalam usaha organisasi untuk bertahan dan dalam persaingan yang semakin kompetitif. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi bentuk masalah serta kekhawatiran selalu dihadapi para karyawan. Karyawan banyak mengalami permasalahan pekerjaan dari waktu ke waktu dan cenderung mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah 38 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Optimisme merupakan suatu sikap positif yang diperlukan setiap orang untuk mencapai suatu tujuan. Dengan memiliki sikap optimis seseorang dapat memiliki daya

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA. PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Job Satisfaction (kepuasan kerja) adalah suatu hal yang bersifat individual. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda. Kepuasan itu terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah surat kabar Harian Jogja Express tertanggal 13 September 2012 menulis sebuah artikel yang sangat menarik. Dalam tulisannya, diinformasikan bahwa batas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam setiap pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan sisi afektif atau emosi. Seperti yang di kemukakan oleh Martoyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era yang semakin modern saat ini, bekerja menjadi kunci utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era yang semakin modern saat ini, bekerja menjadi kunci utama untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja merupakan tuntutan setiap manusia yang mulai beranjak dewasa. Pada era yang semakin modern saat ini, bekerja menjadi kunci utama untuk meningkatkan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan hidup suatu organisasi/perusahaan saat ini dipengaruhi oleh era globalisasi, suatu proses dimana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang dan masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara. Namun, pada saat ini banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia senantiasa terus berkembang, dari awal hingga akhir kehidupan. Di mana setiap tahapan kehidupan terdapat tugas atau peran yang harus dipenuhi. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecurity merupakan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecurity merupakan suatu BAB II LANDASAN TEORI A. JOB INSECURITY 1. Definisi Job Insecurity Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecurity merupakan suatu tingkat dimana para pekerja merasa pekerjaannya terancam dan merasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menggambarkan peristiwa kehidupan dalam suatu cara yang positif (Burke, Joyner, Ceko, &

BAB II LANDASAN TEORI. menggambarkan peristiwa kehidupan dalam suatu cara yang positif (Burke, Joyner, Ceko, & BAB II LANDASAN TEORI A. Optimisme 1. Pengertian Optimisme Optimis adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi individu yang menggambarkan peristiwa kehidupan dalam suatu cara yang positif (Burke,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN OUTSOURCING NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Locus Of Control 2.1.1.1 Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Optimisme 2.1.1 Definisi Optimisme Optimisme merupakan bagaimana seseorang bereaksi terhadap kegagalan sosial dalam kehidupannya (Myers, 2008). Dalam keadaan yang memicu stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi mempunyai dampak dalam dunia usaha. Globalisasi menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan pasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian agar sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai kepuasan kerja operator bagian produksi PT X di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Peran organisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Peran organisasi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penunjang keberhasilan sebuah organisasi adalah keberadaan dan kontribusi karyawan. Produktifitas dan kinerja karyawan yang tinggi akan memberikan kontribusi

Lebih terperinci