SIMULASI PERBAIKAN PROSES BISNIS INSTALASI GAWAT DARURAT DENGAN METODE EVENT-DRIVEN PROCESS CHAIN (EPC) (STUDI KASUS : RSU HAJI SURABAYA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIMULASI PERBAIKAN PROSES BISNIS INSTALASI GAWAT DARURAT DENGAN METODE EVENT-DRIVEN PROCESS CHAIN (EPC) (STUDI KASUS : RSU HAJI SURABAYA)"

Transkripsi

1 1 SIMULASI PERBAIKAN PROSES BISNIS INSTALASI GAWAT DARURAT DENGAN METODE EVENT-DRIVEN PROCESS CHAIN (EPC) (STUDI KASUS : RSU HAJI SURABAYA) Hery Pamungkas Setia Budi dan Nurhadi Siswanto Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Hery.pamungkas46@gmail.com ; Nurhadi.siswanto@gmail.com Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena manusia perlu menjaga kesehatannya agar dapat bertahan hidup. Kurangnya dokter di Indonesia saat ini mengakibatkan buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia sehingga banyak pasien yang mengalami keterlambatan pelayanan atau bahkan tidak terlayani. Banyak sekali aspek yang mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien, salah satunya adalah waktu tunggu. Waktu tunggu merupakan waktu yang digunakan oleh petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan pada pasien. Untuk mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan dalam pelayanan tersebut, salah satu cara yang dilakukan rumah sakit yaitu dengan mengkombinasikan resources atau sumber daya yang ada dengan baik. Digunakan metode Eventdriven Process Chain (EPC) untuk memetakan proses bisnis yang ada pada Instalasi Gawat Darurat tersebut. Yang kemudian dilanjutkan dengan memodelkan pemetaan proses bisnis tersebut dengan menggunakan software Arena untuk menganalisis aliran pasien dari seluruh proses penanganan pasien pada Intalasi Gawat Darurat. Dalam merumuskan perbaikan, dilakukan analisis penyebab terjadinya keterlambatan pelayanan pasien sehingga terjadi antrian. Setelah itu dilakukan perumusan scenario-skenario perbaikan yang memungkinkan. Skenario-skenario perbaikan tersebut selanjutnya disimulasikan untuk melihat kontribusinya terhadap jumlah pasien yang terlayani atau throughput pasien dan waktu total pelayanan. Hasil akhir menunjukkan bahwa perbaikan yang paling mungkin dilakukan antara lain penggabungan beberapa proses yang berkesinambungan dan pemindahan beberapa resources atau pekerja ke proses lain yang mengalami antrian pada proses tersebut. Kata Kunci : Throughput Pasien, Event-driven Process Chain (EPC), Arena I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena manusia perlu menjaga kesehatannya agar dapat bertahan hidup. Sehubungan dengan hal tersebut, diberlakukan Undang-Undang No 25 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat daerah maka berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar masyarakat dapat meningkatkan akses pelayanan dan kualitas pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2004). Dari data Departemen Kesehatan, diketahui total jumlah dokter di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 42 ribu dokter. Kurangnya dokter di Indonesia saat ini mengakibatkan buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dimana perbandingan jumlah dokter dan pasien di Indonesia belum ideal. Dengan jumlah dokter sekitar 42 ribu dan jumlah penduduk yang mencapai 237 juta, maka satu dokter saat ini harus melayani sekitar 5 ribu orang (1:5000). Hal tersebut dibenarkan Ketua Komisi IX DPR RI, komisi yang membidangi kesehatan dimana saat ini dokter di Indonesia hanya ada sekitar 40 ribu orang, seharusnya minimalnya dokter di Indonesia harus ada 70 ribu orang atau 1 dokter melayani sekitar 2500 orang (Antaranews, 2011). Akibatnya pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan yang diinginkan dimana menurut Menteri Kesehatan banyak pasien yang mengalami keterlambatan pelayanan atau bahkan tidak terlayani. Akibatnya banyak pasien yang lebih memilih berobat ke luar negeri (Detiknews, 2005). Setidaknya terdapat 200 ribu orang setiap tahunnya berobat ke luar Malaysia (Inilah.com, 2012). Fakta tersebut berakibat pada devisa negara yang keluar negeri untuk berobat menurut data World Bank tahun 2004 sekitar Rp 70 triliun (Kompasiana, 2011). Maka dari itu Menteri Kesehatan menghimbau agar seluruh rumah sakit di Indonesia terus meningkatkan mutu pelayanannya agar masyarakat tidak perlu berobat ke luar negeri Banyak sekali aspek yang mempengaruhi mutu atau kualitas pelayanan, salah satunya adalah waktu tunggu. Waktu tunggu merupakan waktu yang digunakan oleh petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan pada pasien. Lama waktu tunggu pasien mencerminkan bagaimana rumah sakit mengelola komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien (Depdagri, 2007). Menurut Depkes (2007), standar waktu pelayanan dalam penyediaan berkas rekam medis di rumah sakit minimal yaitu kurang dari sama dengan 10 menit. Menurut Depkes dalam Sudarsono (2010), standar waktu pelayanan dalam pemeriksaan pasien di ruang periksa yaitu minimal 15 menit. Untuk mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan dalam pelayanan tersebut, salah satu cara yang dilakukan rumah sakit yaitu dengan menambah resources atau sumber daya. Dengan semakin kecilnya nilai waktu tunggu pelayanan, maka semakin besar nilai throughput pasien atau pasien yang terlayani. Karena tuntutan pelayanan yang tinggi, rumah sakit perlu mempertimbangkan faktor-faktor untuk meningkatkan pelayanan seperti biaya yang tinggi serta anggaran dan sumber daya yang terbatas. Akibatnya manajer rumah sakit perlu mempelajari efektivitas dan efisiensi sistem kesehatan dan mengevaluasi hasil dari setiap perubahan yang dibuat

2 2 untuk sistem tersebut. Manajer harus memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia saat dibatasi oleh anggaran tertentu (Ahmed et al, 2008). Selama beberapa tahun terakhir telah banyak upaya dalam mengembangkan model simulasi optimasi untuk memecahkan masalah manajemen kesehatan. Optimasi simulasi adalah praktek menggabungkan model simulasi dengan algoritma optimasi untuk mendapatkan nilai optimal dari parameter desain untuk memaksimalkan kinerja sistem simulasi. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai model simulasi optimasi di bidang kesehatan. Cote (1999), Ferreira de Oliveira (1999), Swisher et al. (2001), Blasé et al. (2003) dan Sinreich dan Marmor (2005) menggunakan model simulasi untuk mereproduksi perilaku dari sistem kesehatan dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja dan menganalisis hasil dari skenario yang berbeda. Beaulieu et al (2000) menggunakan pendekatan pemrograman matematika untuk penjadwalan dokter di gawat darurat. Flessa (2000) menggunakan pendekatan program linier untuk alokasi optimal sumber daya kesehatan. Baesler et al. (2003) menyajikan suatu moedel simulasi yang dikombinasikan dengan optimasi untuk meperkirakan kapasitas maksimum di ruang gawat darurat. Pada penelitian ini dilakukan pemetaan proses bisnis menggunakan pendekatan Event-driven Process Chain (EPC) untuk mengetahui proses bisnis instalasi gawat darurat pada rumah sakit tersebut. Kemudian dari hasil analisis dari pemetaan proses bisnis tersebut, dibuatkan model simulasi kondisi eksisting dengan software Arena untuk menganalisis aliran pasien dari seluruh proses. untuk memaksimalkan throughput pasien dan waktu tunggu. Bagaimana proses bisnis di instalasi gawat darurat memiliki beberapa tahapan proses atau layanan yang di setiap layanan atau proses memiliki beberapa server atau resources seperti jumlah dokter, teknisi laboratorium, perawat, jumlah tempat tidur, dll. Selain itu juga jumlah waktu tunggu pasien diantara setiap layanan adalah ukuran efisiensi dari seluruh sistem. Dari hasil analisa tersebut, kemudian dimodelkan simulasi kondisi perbaikan dengan software Arena. II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Bisnis Proses merupakan suatu urutan dari aktifitas yang berkaitan yang mengubah input menjadi output (Anupindi et al, 2011). Sedangkan menurut Davenport & Short dalam Anupindi et al. (2011), proses adalah sekumpulan aktivitasaktivitas yang didesain secara terstruktur dan terukur untuk memproduksi sebuah output yang spesifik untuk pelanggan atau pasar tertentu. Untuk proses bisnis dapat didefinisikan jadi beberapa pengertian, yaitu menurut Davenport & Short dalam Anupindi et al. (2011), proses bisnis adalah sekumpulan tugas-tugas yang berkaitan secara logis yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan bisnis yang diinginkan. Sedangkan definisi proses bisnis menurut Reiter et al. (2010) adalah proses bisnis merupakan suatu rantai yang menghubungkan tiap aktivitas yang menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai suatu sasaran dalam rangka mencapai hasil/produk yang spesifik dan terukur untuk pelanggan internal maupun eksternal. Terdapat tiga komponen utama yang menunjang dari proses bisnis yaitu antara lain : 1. Input, merupakan barang (bahan baku, data, material) atau jasa yang digunakan sebagai masukan sebelum dilakukannya proses bisnis. 2. Process, merupakan sejumlah aktivitas atau pekerjaan untuk mengubah input tersebut. 3. Output, merupakan hasil dari input yang sudah mengalami suatu proses tersebut. Pada penelitian ini digunakan metode EPC karena metode EPC dapat mendukung manajemen proses bisnis, menyediakan notasi yang intuitif, dan mampu mewakili proses yang sangat kompleks. Selain itu metode EPC dapat memetakan proses bisnis secara luas dengan cara yang lebih sederhana serta cocok digunakan untuk penelitian yang memerlukan beberapa alternatif perbaikan didalam proses bisnis supaya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Event-driven Process Chain (EPC) merupakan jenis flowchart yang digunakan untuk pemodelan proses bisnis. EPC dapat digunakan untuk mengkonfigurasi atau melakukan evaluasi dan analisis terhadap pelaksanaan proses bisnis dan untuk perbaikan proses bisnis. Metode EPC dikembangkan oleh Prof Wilhelm-Agustus Scheer di Institut für Wirtschaftsinformatik di Universität des Saarlandes pada awal 1990-an. EPC digunakan oleh banyak perusahaan untuk pemodelan, menganalisis, dan mendesain ulang proses bisnis yang ada. Karena itu bentuk-bentuk teknik inti untuk pemodelan dalam ARIS, yang berfungsi untuk menghubungkan pandangan yang berbeda dalam tampilan kontrol yang disebut, yang akan dijabarkan dalam bagian Modeling Proses Bisnis ARIS. EPC menyediakan berbagai konektor yang memungkinkan eksekusi paralel alternatif dan proses. Proses selanjutnya ditentukan oleh penggunaan dari logika, seperti OR, AND, dan XOR. Kelebihan yang utama dari EPC adalah dalam hal kesederhanaan dan kemudahan pihak luar dalam memahami notasi. Kelebihan tersebut membuat metode EPC diterima secara luas untuk menunjukkan proses bisnis. Event-driven Process Chain (EPC) terdiri dari beberapa elemen antara lain : A. Event Event adalah elemen pasif dalam EPC. Mereka menggambarkan keadaan apa fungsi atau bekerja proses atau yang menyatakan fungsi atau hasil proses masuk. Contoh peristiwa yang "persyaratan ditangkap", "materi pada saham", dll grafik EPC acara direpresentasikan sebagai segi enam. Secara umum, diagram EPC harus dimulai dengan suatu kejadian dan berakhir dengan sebuah event. B. Fungsi Fungsi adalah elemen aktif dalam EPC. Mereka model tugas atau kegiatan dalam perusahaan. Fungsi menggambarkan transformasi dari keadaan awal ke keadaan yang dihasilkan. Dalam kasus negara-negara yang berbeda sehingga dapat terjadi, pemilihan negara yang dihasilkan masing-masing dapat dimodelkan secara eksplisit sebagai fungsi keputusan menggunakan konektor logis. Fungsi dapat disempurnakan menjadi EPC lain. Dalam kasus ini disebut fungsi hirarkis. Contoh fungsi yang "menangkap persyaratan", "memeriksa materi pada saham", dll. Dalam grafik fungsi EPC direpresentasikan sebagai persegi panjang bulat. C. Unit Organisasi Unit organisasi menentukan seseorang atau organisasi dalam struktur dari suatu perusahaan bertanggung jawab untuk fungsi tertentu. Contohnya adalah "departemen

3 3 penjualan", "penjualan manajer", "manajer pengadaan", dll Hal ini digambarkan sebagai elips dengan garis vertikal. D. Informasi, bahan, atau sumber daya objek Dalam EPC, informasi, materi, atau benda sumber daya menggambarkan obyek dalam dunia nyata, misalnya obyek bisnis, badan, dll, yang dapat melayani input data sebagai dasar untuk fungsi, atau data output yang dihasilkan oleh fungsi. Contohnya adalah "materi", "order", dll grafik EPC seperti objek direpresentasikan sebagai persegi panjang. E. Logis konektor. Dalam EPC hubungan logis antara elemen dalam aliran kontrol, yaitu peristiwa dan fungsi yang dijelaskan oleh konektor logis. Dengan bantuan konektor logis adalah mungkin untuk membagi aliran kontrol dari satu mengalir ke dua atau lebih aliran dan sinkronisasi aliran kontrol dari dua atau lebih mengalir ke satu aliran. F. Kontrol aliran. Sebuah aliran kontrol menghubungkan kejadian dengan fungsi, jalur proses, atau konektor logis menciptakan urutan kronologis dan interdependensi logis antara mereka. Sebuah aliran kontrol direpresentasikan sebagai panah putus-putus. G. Arus informasi. Arus informasi menunjukkan hubungan antara fungsi dan input atau output data, di mana fungsi membaca atau menulis perubahan. H. Tugas Unit Organisasi. Tugas Organisasi Unit menunjukkan hubungan antara unit organisasi dan fungsi bertanggung jawab. I. Proses jalan. Proses jalan berfungsi sebagai bantuan navigasi di EPC. Mereka menunjukkan koneksi dari atau ke proses lainnya. Jalur proses direpresentasikan sebagai simbol senyawa terdiri dari simbol fungsi ditumpangkan pada simbol acara. Untuk menggunakan simbol proses jalan di EPC diagram, simbol terhubung ke jalur simbol proses, menunjukkan bahwa proses ditabelkan menggabungkan keseluruhan proses kedua yang, untuk kesederhanaan diagramatic, diwakili oleh satu simbol. II.2 Metode Law dan Kelton (1991) mendefinisikan simulasi sebagai suatu teknik untuk meniru operasi ke operasi atau proses ke proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan alat komputer dengan software yang sesuai dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah. Tujuan simulasi adalah untuk mendeskripsikan suatu model, dapat mengukur kinerja dan performansi dari sebuah model, dan dapat mengetahui perubahan yang terjadi apabila dilakukan perbaikan pada model tersebut. Berikut beberapa keunggulan dari metode simulasi yaitu : 1. dapat digunakan untuk sistem yang kompleks yang memiliki sifat-sifat stokhastik yang sulit dibentuk dengan menggunakan model matematika. 2. dapat mengidentifikasi perilaku sistem dalam pengoperasian yang berbeda-beda. 3. dapat digunakan pada sistem yang belum pernah terbentuk atau menganalisa sistem yang ada tanpa mengubah kondisi dari sistem yang ada. 4. dapat membandingkan alternatif-alternatif desain sistem dan memilih alternatif yang paling baik untuk digunakan atau diimplementasikan. Adapun langkah-langkah dalam melakukan simulasi menurut Law dan Kelton (1991) yaitu : 1. Perencanaan studi. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data hasil observasi, baik data sekunder maupun data primer untuk membangun model dari sistem yang akan disimulasikan. 2. Mendefinisikan sistem. Menjelaskan entitas input yang masuk, jumlah resource, sampai dengan distribusi waktu yang digunakan didalam sistem. 3. Perancangan model. Pada tahap ini dilakukan perancangan model simulasi sesuai dengan bagan-bagan yang telah disediakan pada software simulasi. 4. Melakukan verifikasi dan validasi. Verifikasi bertujuan untuk memastikan bahwa model yang telah dibuat dapat dijalankan. Sedangkan validasi bertujuan untuk memastikan bahwa model telah sesuai dengan kondisi real yang ada. 5. Analisis hasil simulasi. Setelah dilakukan running dan muncul data report dari simulasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis hasil simulasi tersebut. 6. Pelaporan hasil. Hasil yang telah dianalisis, kemudian akan dilaporkan dan dipresentasikan ke masyarakat. Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan. Berikut ini elemen-elemen dari sistem pada simulasi antara lain : Entity : Elemen yang diproses di dalam sistem. Atribut : Karakteristik yang dimiliki oleh sebuah entity tersebut. Activity : Kegiatan yang dilakukan di dalam sistem yang mempengaruhi entity baik secara langsung maupun tidak langsung. Resources : Elemen yang menjalankan activity. Controls : Segala sesuatu yang menentukan bagaimana, kapan, dan dimana proses sistem dijalankan. System State : Sekumpulan variabel yang berisi semua informasi penting untuk menggambarkan sebuah sistem. Salah satu tools yang seing digunakan dalam simulasi adalah dengan menggunakan software Arena. Dengan software ini, perubahan dan pergerakan entity dapat diamati secara langsung dan didapatkan laporan statistiknya. Basic Process merupakan modul-modul dasar yang digunakan untuk simulasi. Template dari basic process ini terdiri dari beberapa modul yaitu : Create Modul ini digunakan untuk menggenerate kedatangan entity dalam simulasi. Process Modul ini digunakan untuk memproses entity dalam simulasi yang didalamnya terdapat resources. Dispose Modul ini digunakan untuk mengeluarkan entity dari sistem simulasi. Decide

4 4 Modul ini digunakan untuk menentukan keputusan dalam proses yang didalamnya terdapat beberapa pilihan untuk membuat keputusan berdasarkan beberapa pilihan. Batch Modul ini digunakan untuk menggabungkan beberapa entity atau assembly. Separate Modul ini digunakan untuk memisahkan hasil dari modul batch. Assign Modul ini digunakan untuk member sifat pada entity seperti nilai baru pada variabel, entity atribut, entity type, atau variabel lain pada sistem. Record III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Tahap Identifikasi Permasalahan Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian permasalahan yang ada pada objek penelitian. Tahap ini merupakan tahap awal dilakukannya penelitian tugas akhir. III.1.1 Tahap Identifikasi Kondisi Eksisting Pada tahap ini dilakukan tinjauan terhadap objek penelitian. Kemudian dilakukan identifikasi permasalahanpermasalahan yang dialami oleh objek penelitian dan kondisi eksisting pada objek penelitian. Hal-hal yang perlu diidentifikasi antara lain adalah proses bisnis instalasi gawat darurat dan sumber daya (resources) yang tedapat pada Instalasi Gawat Darurat tersebut seperti dokter, perawat, teknisi laboratorium, dll.. III.2 Tahap Penentuan Metode Pada tahap ini akan dilakukan penetapan metode dan pemilihan metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. III.3 Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk penelitian dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan melalui pengamatan ataupun wawancara secara langsung. Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan melalui catatan dari rumah sakit tersebut. III.4 Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan terhadap data-data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya selama penelitian dilakukan. Hasil dari pengolahan data digunakan untuk membantu peneliti dalam melakukan analisis dan memberikan alternatif perbaikan. III.4.1 Pemodelan Proses Bisnis Berdasarkan studi lapangan dan data sekunder dari rumah sakit diperoleh proses bisnis dari Instalasi Gawat Darurat rumah sakit tersebut, maka selanjutnya dilakukan tahap pemetaan proses bisnis. Pada tahap ini pertama-tama melakukan proses identifikasi proses bisnis pada bagian Instalasi Gawat Darurat. Pemetaan proses bisnis dilakukan dengan pendekatan Event-driven Process Chain (EPC). III.4.2 Tahap Analisa dan Interpretasi Data Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi terhadap data yang telah diolah. Kemudian dilakukan pemodelan kondisi eksisting dan future dengan simulasi Arena. III.5 Tahap Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan juga pemberian saran yang dapat bermanfaat bagi rumah sakit maupun penelitian dimasa mendatang. IV.1 Model Konseptual IV. HASIL DAN DISKUSI Sebelum memulai merancang model simulasi, dilakukan pembuatan model konseptualnya terlebih dahulu. Model konseptual ini berfungsi untuk memudahkan penerjemahan model EPC yang telah dibuat pada sub bab sebelumnya menjadi model simulasi. Dibawah ini adalah gambaran model konseptual untuk penanganan pasien Instalasi Gawat Darurat pada Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Gambar IV.1 Model Konseptual Proses Penanganan Pasien IV.2 Skenario Perbaikan dan nya Pada tahap ini akan dilakukan perancangan skenario perbaikan dari kondisi eksisting yang ada beserta dengan model simulasi perbaikannya. Skenario ini nantinya diharapkan dapat diperoleh alternatif skenario perbaikan terbaik untuk mengatasi permasalahan dalam sistem. Berikut merupakan hasil rekapitulasi jumlah pasien yang terlayani atau throughput paisen dan total time pelayanan pasien pada kondisi eksisting. Tabel IV.1 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Kondisi Eksisting Initial Total Running ke - shift 1 shift 2 shift

5 5 Tabel IV.2 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Kondisi Eksisting (Lanjutan) Initial Total Running ke - shift 1 shift 2 shift Jumlah rata-rata std deviasi IV.3 Skenario Perbaikan I Pada skenario perbaikan 1 ini dilakukan penggabungan proses yang dikarenakan memiliki resources yang hampir sama dan urutan prosesnya berkesinambungan.. Tabel IV.3 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Kondisi Perbaikan 1 Initial Running ke - shift 1 shift 2 shift 3 Total Jumlah Rata-rata std deviasi IV.4 Skenario Perbaikan 2 Pada skenario perbaikan 2 ini dilakukan pemindahan resources yang dirasa tidak memberikan pengaruh yang secara signifikan. Tabel IV.4 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Kondisi Perbaikan 2 Initial Running ke - shift 1 shift 2 shift 3 Total Jumlah Rata-rata std deviasi IV.5 Skenario Perbaikan 3 Pada skenario perbaikan 3 ini dilakukan perbaikan kombinasi antara perbaikan 1 dan perbaikan 2 yaitu dengan melakukan penggabungan beberapa proses dan memindahkan resources ke proses lain. Tabel IV.5 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Kondisi Perbaikan 3 Initial Running Total ke - shift 1 shift 2 shift Jumlah Rata-rata std deviasi V. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian adalah berdasarkan hasil evaluasi bisnis proses dengan cara simulasi, didapatkan solusi rekomendasi perbaikan yang optimal yaitu dengan dilakukan penggabungan beberapa proses serta pemindahan beberapa resources yang memiliki nilai utilization rendah. Penggabungan proses dilakukan pada proses manajemen ABC dan konsultasi pada pasien merah dan biru serta penggabungan proses bedah medik dan observasi pada pasien kuning.hal tersebut dikarenakan sering terjadi antrian. Sedangkan untuk pemindahan resources dilakukan pemindahan perawat pada proses triase ke proses bedah medik atau observasi. Hal tersebut dikarenakan nilai utilitazation perawat pada proses triase rendah. Dari hasil perbaikan tersebut diperoleh hasil ratarata pasien yang terlayani atau throughput pasien sebesar 1419,25 pasien/bulan dengan terjadi peningkatan sebesar 89,875 pasien/bulan dari kondisi eksisting. Untuk total waktu pelayanan diperoleh nilai sebesar 0,844 jam pada shift 1, pada shift 2 sebesar 0,870 jam dan 0,835 jam pada shift 3. DAFTAR PUSTAKA [1]Ahmed, M., Alkhamis T. (2008). Simulation Optimization for an Emergency Department Healthcare Unit in Kuwait. European Journal of Operational Research 198 (2008) [2]Antaranews. (2011). Indonesia kekurangan Banyak dokter, nesia-kekurangan-banyak-dokter, diakses pada 15 November [3]Anupindi et al. (2011). Managing Business Process Flows (Second Edition ed.). Jakarta Pusat: PPM.

6 6 [4]Bertolini, M., Bevilacqua, M., Ciarapica, F. E., & Giacchetta, G. (2011). Business process reengineering in healthcare management: a case study. Business Process Management Journal, 17(1), doi: / [5]Detiknews.(2005). /162107/426110/10/menkes-akui-buruknyapelayanan-rs-di-indonesia, diakses pada 18 Oktober [6]Exhibitsalive.com. (2011). Gambar komponen Proses Bisnis, es.html, diakses pada 26 Oktober [7]Inilah.com. (2012). Tingkat Layanan Rumah Sakit Indonesia, 027/menkes-rumah-sakit-harus-tingkatkan-mutulayanan, diakses pada 18 Oktober [8]Infodokterku.com. (2010). Data jumlah penduduk dan dokter di Indonesia, content&view=article&id=172:beberapa-data-proxy kesehatan-indonesia-tahun , diakses pada 25 Oktober [9]Kompasiana. (2011). Devisa Negara yang keluar negeri, duh%e2%80%a6-buruknya-pelayanan-rumah-sakitkita/, diakses pada 18 oktober [10]Law and Kelton. (1991). Simulation and Modelling Analysis: McGraw Hill. [11]Metode-metode business process modeling, diakses pada 23 Oktober [12]Ningharmanto. (2011). Standar waktu pelayanan di Rumah Sakit, pelayanan-di-rumah-sakit/, diakses pada 18 oktober [13]Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit [14]Reiter et al. (2010). The Phenomenon of Business Process Management: Practitioners Emphasis. 18th European Conference on Information Systems. [15]Shvoong.com. (2011). Pengertian dan fungsi rumah sakit, pengertian-dan-fungsi-rumah-sakit/, diakses pada 23 Oktober 2012.

Sidang Tugas Akhir. Simulasi Perbaikan Proses Bisnis Instalasi Gawat Darurat dengan Metode Event-driven Process Chain

Sidang Tugas Akhir. Simulasi Perbaikan Proses Bisnis Instalasi Gawat Darurat dengan Metode Event-driven Process Chain Sidang Tugas Akhir Simulasi Perbaikan Proses Bisnis Instalasi Gawat Darurat dengan Metode Event-driven Process Chain (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Haji Surabaya) 1 2 Agenda Pendahuluan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

SISTEM TRANSPORTASI BUS KAMPUS UNAND

SISTEM TRANSPORTASI BUS KAMPUS UNAND SISTEM TRANSPORTASI BUS KAMPUS UNAND Aro Manis, Siti Tri Susiati Hutami Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Abstrak Pada umumnya, bus kampus beroperasi untuk mengantarkan mahasiswa

Lebih terperinci

Simulasi antrian pelayanan kasir swalayan citra di Bandar Buat, Padang

Simulasi antrian pelayanan kasir swalayan citra di Bandar Buat, Padang Simulasi antrian pelayanan kasir swalayan citra di Bandar Buat, Padang Dewi Rahmadani, Fitri Julasmasari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Abstrak Antrian merupakan salah satu

Lebih terperinci

SIMULASI PELAYANAN KASIR SWALAYAN CITRA DI BANDAR BUAT, PADANG

SIMULASI PELAYANAN KASIR SWALAYAN CITRA DI BANDAR BUAT, PADANG SIMULASI PELAYANAN KASIR SWALAYAN CITRA DI BANDAR BUAT, PADANG Dewi Rahmadani, Fitri Julasmasari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Abstrak Antrian merupakan salah satu fenomena

Lebih terperinci

Analisis Sistem Antrian Pada Proses Pelayanan Konsumen di Rumah Makan

Analisis Sistem Antrian Pada Proses Pelayanan Konsumen di Rumah Makan Analisis Sistem Antrian Pada Proses Pelayanan Konsumen di Rumah Makan Hendra Nurjaya Al-Kholis 1, Ellysa Nursanti 2, Thomas Priyasmanu 3 1,3 Program Studi Teknik Industri S1, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

SIMULASI PELAYANAN PENGISIAN BAHAN BAKAR DI SPBU GUNUNG PANGILUN

SIMULASI PELAYANAN PENGISIAN BAHAN BAKAR DI SPBU GUNUNG PANGILUN SIMULASI PELAYANAN PENGISIAN BAHAN BAKAR DI SPBU GUNUNG PANGILUN Dio Putera Hasian, Aldie Kur anul Putra Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Abstrak Antrian terjadi apabila waktu

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN INTELIGENSIA BISNIS

LABORATORIUM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN INTELIGENSIA BISNIS LABORATORIUM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DAN INTELIGENSIA BISNIS Latar Belakang Pelayanan terpusat di satu tempat Antrian pemohon SIM yg cukup panjang (bottleneck) Loket berjauhan Sumber daya terbatas Lamanya

Lebih terperinci

LAPORAN SIMULASI SISTEM ANTRIAN DI PARKIRAN FAKULTAS TEKNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

LAPORAN SIMULASI SISTEM ANTRIAN DI PARKIRAN FAKULTAS TEKNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA LAPORAN SIMULASI SISTEM ANTRIAN DI PARKIRAN FAKULTAS TEKNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Simulasi Sistem semester V Pengampu Ida Nursanti, ST, MEngSc Oleh:

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI

EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI Nadiya Firma Zulfana 1), Nurhadi Siswanto 1) dan Dewanti Anggrahini 1) 1) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI DISKRIT UNTUK MENGUKUR EFEK KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN TERHADAP ANTRIAN PRA TINGGAL LANDAS DAN PASCA PENDARATAN

MODEL SIMULASI DISKRIT UNTUK MENGUKUR EFEK KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN TERHADAP ANTRIAN PRA TINGGAL LANDAS DAN PASCA PENDARATAN MODEL SIMULASI DISKRIT UNTUK MENGUKUR EFEK KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN TERHADAP ANTRIAN PRA TINGGAL LANDAS DAN PASCA PENDARATAN Ayunda Larasati 2509100053 300 FLIGHTS Penelitian terdahulu Penulis

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI 3.1 Sistem Antrian Incoming Call THE TEMPO GROUP Gambar 3.1 Telepon Operator Secara umum Sistem Antrian Incoming Call di THE TEMPO GROUP dapat digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH FORKLIFT PADA PROSES PEMUATAN DI GUDANG PT. CM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT

PENENTUAN JUMLAH FORKLIFT PADA PROSES PEMUATAN DI GUDANG PT. CM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT PENENTUAN JUMLAH FORKLIFT PADA PROSES PEMUATAN DI GUDANG PT. CM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT Yudo Haryo Kusumo 1), Nurhadi Siswanto 2), Bobby Oedy P. Soepangkat 3) 1) Manajemen Industri,

Lebih terperinci

Kata kunci: penentuan jumlah operator, simulasi, waktu tunggu

Kata kunci: penentuan jumlah operator, simulasi, waktu tunggu Penentuan Jumlah Operator OPTIMAL dengan Metode Simulasi Satya Sudaningtyas Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Laman: satya.sudaningtyas@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE HEURISTIK DAN SIMULASI UNTUK MENYEIMBANGKAN LINI PERAKITAN LAMPU

IMPLEMENTASI METODE HEURISTIK DAN SIMULASI UNTUK MENYEIMBANGKAN LINI PERAKITAN LAMPU IMPLEMENTASI METODE HEURISTIK DAN SIMULASI UNTUK MENYEIMBANGKAN LINI PERAKITAN LAMPU Septian Andrew Susanto 1) dan Nurhadi Siswanto 2) 1) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,

Lebih terperinci

SIMULASI PELAYANAN TELLER DI BANK BRI UNIT PASAR BARU, PADANG

SIMULASI PELAYANAN TELLER DI BANK BRI UNIT PASAR BARU, PADANG SIMULASI PELAYANAN TELLER DI BANK BRI UNIT PASAR BARU, PADANG Harry Rahmadi Putra, Martha Eko Prima Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Abstrak Bank BRI Unit Pasar Baru merupakan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI

EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI 1 EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI Nadiya Firma Zulfana, Nurhadi Siswanto, dan Dewanti Anggrahini Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB III 3. LANDASAN TEORI

BAB III 3. LANDASAN TEORI BAB III 3. LANDASAN TEORI Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang meliputi landasan teori mengenai hal hal dari permasalahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA Nur Aini Rachmawati, Iwan Vanany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SISTEM, PEMODELAN DAN DUKUNGAN CONTENT 1. Pengambilan Keputusan 2. Proses Pemodelan 3. Fase Kecerdasan 4. Fase Desain 5. Fase

Lebih terperinci

Simulasi Arena Untuk Mengurangi Bottle Neck pada Proses Produksi Kaos (Studi kasus di UKM Greentees Order Division )

Simulasi Arena Untuk Mengurangi Bottle Neck pada Proses Produksi Kaos (Studi kasus di UKM Greentees Order Division ) Petunjuk Sitasi: Purwani, A., & Tsani, Y. (2017). Simulasi Arena Untuk Mengurangi Bottle Neck pada Proses Produksi Kaos (Studi kasus di UKM Greentees Order Division ). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

2.1 Pengantar Model Simulasi Sistem Diskrit

2.1 Pengantar Model Simulasi Sistem Diskrit Pokok Bahasan Pendahuluan Sistem, Model dan Simulasi Keuntungan dan Kerugian Simulasi Jenis-jenis Simulasi Simulasi Komputer Bahasa Simulasi Tahapan Pemodelan Simulasi 19 20 PENGANTAR PEMODELAN & SIMULASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, kini menjadi semakin diperlukannya kebutuhan akan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, kini menjadi semakin diperlukannya kebutuhan akan suatu sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya teknologi informasi yang pesat di era globalisasi, kini menjadi semakin diperlukannya kebutuhan akan suatu sistem informasi data yang cepat

Lebih terperinci

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Risa Rininta 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System

Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System Sistem Pendukung Keputusan / Decision Support System Pengambilan Keputusan, Sistem, Pemodelan dan Dukungan Oleh : Imam Cholissodin S.Si., M.Kom Content 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengambilan Keputusan Proses

Lebih terperinci

PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ABC MENGGUNAKAN KOMBINASI SIMULASI DAN OPTIMALISASI

PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ABC MENGGUNAKAN KOMBINASI SIMULASI DAN OPTIMALISASI PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ABC MENGGUNAKAN KOMBINASI SIMULASI DAN OPTIMALISASI Mahendrawathi ER, M. Afandi Sasmita, Ahmad Mukhlason Jurusan Sistem Informasi,

Lebih terperinci

SISTEM ADMINISTRASI POLIKLINIK DI PUSKESMAS KELURAHAN SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO TUGAS AKHIR

SISTEM ADMINISTRASI POLIKLINIK DI PUSKESMAS KELURAHAN SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO TUGAS AKHIR SISTEM ADMINISTRASI POLIKLINIK DI PUSKESMAS KELURAHAN SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO TUGAS AKHIR Disusun oleh : MERDEKA KUSUMA PUTRA 0434010294 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN EVALUASI

BAB V ANALISA DAN EVALUASI BAB V ANALISA DAN EVALUASI Setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data yang diperoleh dari, Instalasi rawat jalan RSU Haji Surabaya serta melakukan

Lebih terperinci

Teknik Simulasi. Eksperimen pada umumnya menggunakan model yg dapat dilakukan melalui pendekatan model fisik atau model matametika.

Teknik Simulasi. Eksperimen pada umumnya menggunakan model yg dapat dilakukan melalui pendekatan model fisik atau model matametika. Teknik Simulasi Dalam mempelajari sistem dapat dilakukan dengan pendekatan eksperimental, baik dengan menggunakan sistem aktual, maupun menggunakan model dari suatu sistem. Eksperimen pada umumnya menggunakan

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN (STUDI KASUS RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG)

APLIKASI SISTEM INFORMASI PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN (STUDI KASUS RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG) APLIKASI SISTEM INFORMASI PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN (STUDI KASUS RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG) M.Agustiawan, Andri Wijaya Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Teknik Musi Jl. Bangau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Sistem Sistem merupakan salah satu yang terpenting dalam sebuah perusahaan yang dapat membentuk kegiatan usaha untuk mencapai kemajuan dan target yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

PENGATURAN KOMPOSISI TENAGA KERJA UNTUK MEMINIMASI WAITING TIME DENGAN PENDEKATAN SIMULASI BERBASIS INTERAKSI PROSES

PENGATURAN KOMPOSISI TENAGA KERJA UNTUK MEMINIMASI WAITING TIME DENGAN PENDEKATAN SIMULASI BERBASIS INTERAKSI PROSES PENGATURAN KOMPOSISI TENAGA KERJA UNTUK MEMINIMASI WAITING TIME DENGAN PENDEKATAN SIMULASI BERBASIS INTERAKSI PROSES Arif Rahman, Murti Astuti dan Dyah Puspita Sari Program Studi Teknik Indusri, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI CLINICAL PATHWAY PADA RUMAH SAKIT PHC SURABAYA

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI CLINICAL PATHWAY PADA RUMAH SAKIT PHC SURABAYA ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI CLINICAL PATHWAY PADA RUMAH SAKIT PHC SURABAYA Boby Boy Wally 1)* dan Joko Lianto Buliali 2) 1) Program Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tiga strategic business unit yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara X

BAB 1 PENDAHULUAN. tiga strategic business unit yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara X BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jember Klinik (Rumah Sakit Perkebunan Jember) adalah salah satu dari tiga strategic business unit yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). Rumah

Lebih terperinci

O v e r v i e w & l e a r n i n g to run simulation Software Simulation Arena 5.0

O v e r v i e w & l e a r n i n g to run simulation Software Simulation Arena 5.0 Praktikum Arena 5.0 O v e r v i e w & l e a r n i n g to run simulation Software Simulation Arena 5.0 Tujuan Praktikum Memperkenalkan Software Arena 5.0 sebagai alat bantu dalam pemecahan masalah simulasi.

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Simulasi Sistem Industri Manufaktur Menggunakan Metode Simulasi Hybrid (Studi Kasus: PT. Kelola Mina Laut)

Pemodelan Dan Simulasi Sistem Industri Manufaktur Menggunakan Metode Simulasi Hybrid (Studi Kasus: PT. Kelola Mina Laut) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-234 Pemodelan Dan Simulasi Sistem Industri Manufaktur Menggunakan Metode Simulasi Hybrid (Studi Kasus: PT. Kelola Mina Laut)

Lebih terperinci

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik

Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-11 Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT

Lebih terperinci

DESAIN SIMULASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MULTIOBJECTIVE MENGGUNAKAN AGEN CERDAS

DESAIN SIMULASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MULTIOBJECTIVE MENGGUNAKAN AGEN CERDAS DESAIN SIMULASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MULTIOBJECTIVE MENGGUNAKAN AGEN CERDAS Mohamad Iman Prajitno 1, Bambang Wahyu W 2, Muh. Chosyi'in 3, Supeno Mardi S 4, Moch. Hariadi 5 Pasca Sarjana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM PELAYANAN PARKIR BERBASIS RFID (Radio Frequency Identification) DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM PELAYANAN PARKIR BERBASIS RFID (Radio Frequency Identification) DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM PELAYANAN PARKIR BERBASIS RFID (Radio Frequency Identification) DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Diyah Dwi Nugraheni, Yusuf Priyandari, dan Retno Wulan

Lebih terperinci

Optimasi Permasalahan Penugasan Dokter Menggunakan Representasi Graf Bipartit Berbobot

Optimasi Permasalahan Penugasan Dokter Menggunakan Representasi Graf Bipartit Berbobot JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) ISSN: 7-9 (0-97 Print) Optimasi Permasalahan Penugasan Menggunakan Representasi Graf Bipartit Berbobot Laili Rochmah, Ahmad Saikhu, dan Rully Soelaiman Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 269/MenKes/Per/III/2008 pasal 1 rekam medis yaitu berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS.

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Dalam melakukan kegiatan berupa analisa dan merancang sistem informasi, dibutuhkan sebuah pendekatan yang sistematis yaitu melalui cara yang disebut

Lebih terperinci

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh Review Rekayasa Perangkat Lunak Nisa ul Hafidhoh nisa@dsn.dinus.ac.id Software Process Sekumpulan aktivitas, aksi dan tugas yang dilakukan untuk mengembangkan PL Aktivitas untuk mencapai tujuan umum (komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Informasi Umum Pendidikan Tinggi Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia dijabarkan bahawa Institut merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian untuk menyelesaikan masalah di Instalasi Farmasi B RSUD Wangaya Kota Denpasar, terdapat empat tahapan utama yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap

Lebih terperinci

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA)

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 1 STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA) Wenny Ananda Larasati,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. terbagi atas beberapa tahap yaitu: perancangan basis data secara konseptual, logis dan fisis.

BAB II DASAR TEORI. terbagi atas beberapa tahap yaitu: perancangan basis data secara konseptual, logis dan fisis. BAB II DASAR TEORI 2.1. Konsep dan Definisi Konsep 2.1.1.Konsep Dasar Perancangan Perancangan basis data merupakan langkah untuk menentukan basis data yang diharapkan dapat mewakili kebutuhan pengguna.

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem adalah suatu gambaran sketsa sistem atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan ini dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelian Pembelian adalah usaha pengadaan barang-barang untuk perusahaan. Dalam perusahaan dagang pembelian dilakukan dengan dijual kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk

Lebih terperinci

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Shofiyatul Mufidah a, Subiono b a Program Studi Matematika FMIPA ITS Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim,

Lebih terperinci

Seminar dan Konferensi Nasional IDEC ISSN: Surakarta, 7-8 Mei 2018

Seminar dan Konferensi Nasional IDEC ISSN: Surakarta, 7-8 Mei 2018 SIMULASI DAN PEMODELAN SISTEM ANTRIAN BAHAN BAKAR PERTALITE DI SPBU JL. MONGINSIDI, SURAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ARENA Dwinda Asyfi Addina *1), Puty Mairawati *2), Eko Liquiddanu *3) *1,2,3) Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang di ambil penulis adalah Apotek Century Jalan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang di ambil penulis adalah Apotek Century Jalan 23 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang di ambil penulis adalah Apotek Century Jalan Sukajadi No. 137-139 Bandung. 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Apotek Century

Lebih terperinci

TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET

TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET TOOLS SIMULASI INVENTORI PADA SUPERMARKET 1) Benny Santoso 2) Liliana 3) Imelda Yapitro Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Surabaya Raya Kalirungkut Surabaya 60293 (031) 298 1395 email

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : 2.1.1 Sistem Pengertian sistem menurut Williams dan Sawyer (2005, p457) adalah sekumpulan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: OPTIMASI BIAYA TRANSPORTASI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SUSU SAPI PERAH DENGAN MODEL SIMULASI

Seminar Nasional IENACO ISSN: OPTIMASI BIAYA TRANSPORTASI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SUSU SAPI PERAH DENGAN MODEL SIMULASI Seminar Nasional IENACO - ISSN: - OPTIMASI BIAYA TRANSPORTASI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SUSU SAPI PERAH DENGAN MODEL SIMULASI Ida Nursanti *, Supriyanto Pusat Studi Logistik dan Optimisasi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mendapatkan laba yang maksimal. Dalam hal ini, perusahaan sering dihadapkan pada masalah masalah yang kompleks dalam mengambil

Lebih terperinci

Pertemuan 14. Teknik Simulasi

Pertemuan 14. Teknik Simulasi Pertemuan 14 Teknik Simulasi Pengantar Dalam mempelajari sistem dapat dilakukan dengan pendekatan eksperimental, baik dengan menggunakan sistem aktual, maupun menggunakan model dari suatu sistem. Eksperimen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM ANTRIAN TELLER BANK BNI DENGAN VISUALISASI PROMODEL (STUDI KASUS CABANG UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK)

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM ANTRIAN TELLER BANK BNI DENGAN VISUALISASI PROMODEL (STUDI KASUS CABANG UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK) ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM ANTRIAN TELLER BANK BNI DENGAN VISUALISASI PROMODEL (STUDI KASUS CABANG UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK) Penulis: Gargentiana Gian Program Studi Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI PENANGANAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT RSUD DR.

PEMODELAN DAN SIMULASI PENANGANAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT RSUD DR. PEMODELAN DAN SIMULASI PENANGANAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT DARURAT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Penyusun: Ika wulandari 526187 Dosen pembimbing Rully Agus Hendrawan, S.Kom, M.Eng SEMINAR TUGAS AKHIR KS91336

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersamasama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Metode Penelitian Mengacu pada latar belakang penelitian dan rumusan masalah serta tujuan penelitian maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam. BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Komponen Input Kebijakan waktu pelayanan IGD sudah sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar IGD Rumah Sakit, Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat merupakan instalasi yang paling sibuk di rumah sakit. IGD sebagai unit pertama yang akan menangani pasien dalam kondisi darurat sehingga dituntut

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit selalu berusaha melayani kesehatan masyarakat dengan performa terbaiknya, namun tidak semua rumah sakit mampu melayani pasien dengan efektif dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya.

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI (STUDI KASUS : PT. MECO INOXPRIMA) Oleh :

EVALUASI SISTEM PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI (STUDI KASUS : PT. MECO INOXPRIMA) Oleh : EVALUASI SISTEM PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI (STUDI KASUS : PT. MECO INOXPRIMA) Oleh : Akhmad Isnain Nahar (2504.100.044) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suparno, MSIE.

Lebih terperinci

Bab III. Landasan Teori

Bab III. Landasan Teori Bab III Landasan Teori Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

Pemodelan Proses Bisnis (Lanjutan) Mia Fitriawati,M.Kom

Pemodelan Proses Bisnis (Lanjutan) Mia Fitriawati,M.Kom Pemodelan Proses Bisnis (Lanjutan) Mia Fitriawati,M.Kom Pemodelan Proses Bisnis Menuangkan proses bisnis dalam bentuk diagram, sehingga: Terdokumentasi Dapat disampaikan kepada orang lain Memudahkan pemahaman

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PEMODELAN DATA ) Disusun Oleh : MUKHAMAT JAFAR 41813120014 MATA KULIAH : REKAYASA PERANGKAT LUNAK DOSEN : WACHYU HARI HAJI, S.KOM, MM UNIVERSITAS MERCUBUANA 2015 Mukhamat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan pengelola Rumah Sakit Umum Dr. Slamet Garut merupakan suatu lembaga kesehatan pemerintah yang memberikan jasa pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi meskipun istilah sistem yang digunakan bervariasi,semua sistem pada bidangbidang tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif.

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Maksudnya pemberi

Lebih terperinci

Simulasi Event-Diskrit (Discrete-Event Simulation)

Simulasi Event-Diskrit (Discrete-Event Simulation) Bab 4: Simulasi Event-Diskrit (Discrete-Event Simulation) Sumber: Harrell, C., B.K. Ghosh and R.O. Bowden, Jr., Simulation Using Promodel, 2 nd ed., McGraw-Hill, Singapore, 2003. Bab 4: Simulasi Event-Diskrit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Response time merupakan waktu tanggap yang dilakukan kepada pasien saat pasien tiba sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas Instalasi Gawat Darurat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan zaman yang begitu pesat, diera globalisaasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan zaman yang begitu pesat, diera globalisaasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman yang begitu pesat, diera globalisaasi teknologi dan komunikasi menuntut perkembangan kebutuhan informasi yang cepat dan akurat. Sehubung dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bagian dari rantai pelayanan kesehatan tidak terlepas dari tanggung jawab memberikan pelayanan gawat darurat. Di dalam PERMENKES RI Nomor:

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam analisis sistem ini akan diuraikan sejarah singkat dari Apotek 55 yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam analisis sistem ini akan diuraikan sejarah singkat dari Apotek 55 yang BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam analisis sistem ini akan diuraikan sejarah singkat dari Apotek 55 yang berlokasi di jalan Moh.Toha No.127 Bandung, Visi dan Misi dari apotek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang perekonomian, politik, maupun ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang perekonomian, politik, maupun ilmu pengetahuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi telah merambah dengan cepat ke berbagai negara maju yang sangat merasakan arti pentingnya teknologi informasi dalam menunjang pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI Oleh : BOBBY ALEXANDER NPM 0732010020 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tujuan sistem perencanaan pembangunan adalah untuk mendukung koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PEMODELAN ANALISIS. Di Susun Oleh : Linda Liana Dosen Pengampu : Wahyu Hari Haji M.Kom

PEMODELAN ANALISIS. Di Susun Oleh : Linda Liana Dosen Pengampu : Wahyu Hari Haji M.Kom PEMODELAN ANALISIS Di Susun Oleh : Linda Liana 41813120100 Dosen Pengampu : Wahyu Hari Haji M.Kom FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDY SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 PEMBAHASAN Model

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen

Lebih terperinci

Pemodelan Proses Bisnis

Pemodelan Proses Bisnis Modul ke: Pemodelan Proses Bisnis Pengenalan Proses Bisnis Fakultas FASILKOM Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom Definisi Proses Satu set aktivitas dan sumber

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan berperan dominan di dalam menentukan keberhasilan pelayanan

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR

PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR PEMROGRAMAN TERSTRUKTUR I. SEJARAH PENGEMBANGAN PROGRAM - PROGRAM BANYAK BERISI INSTRUKSI GOTO - BERISI PROSES YANG MELOMPAT MUNDUR KEBARIS SEBELUMNYA Mulai : GOTO Hitung Hitung : GOTO Hitung IDE-IDE :

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOFTWARE SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA PERUSAHAAN PERHIASAN SENTOSA ABADI

PENGEMBANGAN SOFTWARE SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA PERUSAHAAN PERHIASAN SENTOSA ABADI PENGEMBANGAN SOFTWARE SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PADA PERUSAHAAN PERHIASAN SENTOSA ABADI Lisana Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 Telp

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.2.1

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.2.1 20 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan pengolahan ikan tuna PT X, yang terletak pada kawasan Pelabuhan Perikanan Samudra Muara Baru, Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Langkah awal dalam pembuatan sistem adalah mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proposisi adalah pernyataan yang dapat ditentukan nilai kebenarannya, bernilai benar atau salah tetapi tidak keduanya. Sedangkan, Kalkulus Proposisi (Propositional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jasa Jasa (service) merupakan suatu atau serangkaian aktivitas yang tidak berwujud dan yang biasanya, tidak selalu, berhubungan dengan interaksi antara customer (pelanggan) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditemukannya penyakit-penyakit baru yang belum teridentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditemukannya penyakit-penyakit baru yang belum teridentifikasi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu kedokteran mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan ditemukannya penyakit-penyakit baru yang belum teridentifikasi sebelumnya. Para dokter

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Blanchard (2000) mendefinisikan sistem sebagai sekumpulan dari elemen-elemen yang mempunyai fungsi bersama untuk mencapai suatu tujuan (Miftahol, 2009). Sedangkan Law (2004)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 25/1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang Perkoperasian,

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 25/1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang Perkoperasian, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Koperasi Menurut UU No. 25/1992 Pasal 1 Ayat 1 tentang Perkoperasian, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan

Lebih terperinci

BAB3. LANGKAH-LANGKAHSIMULASI

BAB3. LANGKAH-LANGKAHSIMULASI Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Khusus 3.1. Pendahuluan BAB3. LANGKAH-LANGKAHSIMULASI Mahasiswa dapat menguraikan langkahlangkah dalam simulasi 1. Mahasiswa dapat menguraikan elemen analisis

Lebih terperinci