STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA)
|
|
- Susanti Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( ) 1 STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA) Wenny Ananda Larasati, Firmanto Hadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya firmanto@na.its.ac.id Abstrak Terminal Petikemas Surabaya telah menetapkan reputasi yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai terminal yang mampu memenuhi kebutuhan para importir maupun eksportir di Jawa Timur dan Indonesia. Namun berdasarkan survey ditemukan bahwa pada blok impor di Terminal Petikemas Surabaya sering terjadi antrean truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan Petikemas. Antrean truk terjadi di pintu masuk menuju ke dalam Lapangan Penumpukan, maupun di dalam Lapangan Penumpukan. Tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penanganan petikemas impor dengan antrean truk. Kajian dilakukan dengan memodelkan kondisi eksisting penanganan petikemas impor di Terminal Petikemas sehingga dapat diketahui proses manakah dari serangkaian penanganan petikemas impor yang memberikan dampak bagi antrean truk. Kata Kunci petikemas, impor, antrean, truk I. PENDAHULUAN lok impor, merupakan lapangan penumpukan petikemas Byang dikhususkan untuk penerimaan petikemas dari luar negeri. Berdasarkan survey ditemukan bahwa pada blok impor di TPS kerap kali terjadi antrean truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan Petikemas. Antrean truk terjadi di pintu masuk menuju ke dalam lapangan penumpukan, maupun di dalam lapangan penumpukan. Kemacetan/antrean tersebut tentunya menjadi keluhan bagi pengguna jasa. Beberapa permasalahan juga timbul akibat adanya antrean truk tersebut, adanya penumpukan truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan petikemas di blok impor membuat truk-truk TPS yang seharusnya melakukan kegiatan bongkar dari Kapal ke lapangan penumpukan tidak dapat menjalakan tugasnya sebagaimana mestinya. Akibatnya proses bongkar dari kapal ke lapangan penumpukan terhambat. Adanya beberapa permasalahan yang timbul akibat antrean truk petikemas pada area impor pelabuhan tentu akan menimbulkan kerugian bagi semua pihak yang terlibat dalam proses tersebut diantaranya perusahaan truking, dan terminal petikemas. Untuk mengatasi masalah antrean truk perlu dilakukan pengkajian terhadap proses penanganan petikemas impor di TPS. Dengan demikian dapat diketahui proses apakah yang berpengaruh terhadap terjadinya antrean truk, sehingga dapat diberikan solusi yang tepat untuk mengatasai atau paling tidak mengurangi antrean truk yang terjadi di blok impor TPS. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Antrean Teori antrean merupakan teori yang dapat memperlihatkan perilaku pergerakan lalu lintas baik manusia maupun kendaraan. [1] B. Model Simulasi Simulasi adalah teknik yang digunakan dalam membuat keputusan dengan mengevaluasi perilaku model pada kondisi yang berlainan. Simulasi adalah perangkat uji coba yang menghasilkan solusi solusi yang hampir optimal yang dapat mempresentasikan sistem secara menyeluruh [2] III. METODE A. Identifikasi Permasalahan Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini. Permasalahan yang timbul adalah terjadinya antrean truk yang disebabkan oleh proses penanganan petikemas impor sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui proses apakah yang berpengaruh terhadap terjadinya antrean truk, dan solusi yang tepat untuk mengatasai atau paling tidak mengurangi antrean truk yang terjadi di blok impor TPS. B. Pengumpulan Data dan Studi Kondisi Awal Sistem Pengumpulan informasi tentang perusahaan merupakan upaya untuk mendapatkan gambaran umum sistem yang telah ada dan berlangsung di dalam perusahaan, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui proses proses yang ada dalam sistem sehingga diperoleh pemahaman tentang sistem secara menyeluruh, adapun data data yang dikumpulkan antara lain waktu interval antar pengisian PIB, waktu interval kedatangan truk, waktu proses penanganan dokumen, dan waktu proses pemuatan petikemas dari lapangan penumpukan keatas truk.
2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( ) 2 Y Mulai Proses PIB Data Valid? Penjaluran N Jalur MITA Jalur Hijau Jalur Kuning Jalu Merah Pemeriksaan Pemeriksaan Dokumen Dokumen Pemeriksaan Fisik tercantum pada In-Gate Terminal Job Slip. Kemudian operator Rubber Tyred Gantry Cranes akan mengangkat petikemas dari lapangan penumpukan keatas chassis head truck sesuai dengan In-Gate Terminal Job Slip. Setelah proses pengangkatan petikemas selesai truk akan menuju ke gerbang keluar untuk menyerahkan In-Gate Terminal Job Slip, dan CIR lembar ke 3 (tiga). Petugas gerbang keluar akan mengkonfirmasi nomor polisi truk, dan setelahnya truk dapat meninggalkan lapangan penumpukan Terminal Petikemas Surabaya. Mulai Proses Gerbang Masuk SPPB Transport Pengajuan Permohonan Jasa ke TPS Data Valid? Y Job Order Selesai N Memilih Blok Gambar III.1 Model Konseptual Pelayanan Dokumen Impor Gambar III.1 menjelaskan urutan proses penanganan dokumen impor mulai dari tahap pengisian PIB hingga mendapatkan job order. Pertama-tama pengguna jasa akan melakukan input/pengisian dokumen Pengajuan Impor Barang (PIB) melalui modul PIB. Setelah itu data PIB akan diproses di Portal Indonesia Single Window (INSW) untuk proses validasi kebenaran pengisian dolumen PIB. Jika terdapat kesalahan maka PIB akan ditolak dan pengguna jasa harus melakukan pembenaran pada data PIB dan mengirimkan ulang data PIB. Apabila data PIB telah sesuai maka data PIB secara otomatis akan dikirim ke Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea Cukai, dan mendapatkan nomor PIB. Kemudian dilakukan penjaluran, dimana terdapat 4 jenis penjaluran. Apabila PIB termasuk dalam jalur Mitra Utama (MITA) dan jalur Hijau maka akan langsung keluar Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Namun apabila PIB terkena jalur Kuning maka terlebih dahulu akan dilakukan pengecekan dokumendokumen yang terkait oleh petugas Bea dan Cukai. Untuk PIB yang terkena jalur Merah selain dilakukan pengecekan dokumen juga akan dilakukan proses cek fisik terhadap barang impor oleh petugas Bea Cukai. Setelah menyelesaikan proses pengurusan dokumen di Bea Cukai, selanjutnya pengguna jasa harus melakukan pengurusan dokumen di bagian Impor Terminal Petikemas Surabaya dengan membawa dokumen-dokumen yang diperlukan untuk mendapatkan Job Order/Container Interchange Receipt (CIR). Setelah mendapatkan Job Order/Container Interchange Receipt (CIR), truk dapat menuju ke gerbang masuk (Gate In). Di gerbang masuk, pengemudi truk menyerahkan Job Order kepada petugas gerbang masuk. Selanjutnya petugas gerbang masuk mencetak In-Gate Terminal Job Slip. Setelah itu pengemudi truk akan menuju ke blok dimana petikemas yang akan diangkutnya berada sesuai dengan yang telah Pengangkatan PK Proses Gerbang Keluar Selesai Gambar III.2 Model Konseptual Pelayanan Muat Petikemas C. Pembuatan Simulasi Pada tahap ini dilakukan pembuatan model simulasi yang sesuai dan menggambarkan penanganan petikemas impor di Terminal Petikemas Surabaya dengan menggunakan bantuan simulasi diskrit. Pada tahap ini dilakukan pula verifikasi dan validasi pada model simulasi yang dibuat, sehingga dapat diketahui apakah model simulasi yang dibuat telah mempresentasikan kondisi nyata di lapangan atau tidak [3]. Verifikasi dilakukan dengan pengecekan error pada model, sedangkan validasi dilakukan dengan uji hipotesa dua arah. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Simulasi Kondisi Eksisting Setelah hasil simulasi dinyatakan valid, maka dapat dikatakan secara umum hasil simulasi tidaklah berbeda dengan kondisi sebenarnya, sehingga model simulasi tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa kondisi sebernarnya pada proses penanganan petikemas impor yang berdampak pada antrian truk di Terminal Petikemas Surabaya[4]. Dari hasil running model didapatkan ringkasan data hasil simulasi sebagai berikut:
3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( ) 3 Tabel IV.1 Hasil Running Simulasi Dokumen Dalam Proses 547, Truk Dalam Proses 135, Antrian di Gerbang Masuk 61, Antrian di Blok I Lap. Penumpukan 9, Antrian di Blok J Lap. Penumpukan 9, Antrian di Blok K Lap. Penumpukan 9, Antrian di Blok L Lap. Penumpukan 6, Antrian di Blok M Lap. Penumpukan 3, Antrian di Blok N Lap. Penumpukan 9, Antrian di Blok O Lap. Penumpukan 6, Antrian di Blok P Lap. Penumpukan 7, Antrian di Blok XP Lap. Penumpukan 6, Antrian di Blok XXP Lap. Penumpukan 0, Antrian Proses Jalur Kuning 0, Antrian Proses Jalur Merah 95, Dari Tabel IV.1 diatas dapat diketahui bahwa antrian truk terjadi di gerbang masuk dan di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya. Adanya dokumen yang masih berada dalam proses penanganan pada sub model dokumen memerlukan dilakukannya peninjauan pada setiap proses dalam sub model dokumen untuk mengetahui proses apakah yang menyebabkan terjadinya dokumen yang masih berada dalam proses penyelesaian. Dari hasil running simulasi diketahui bahwa pada proses jalur kuning dan jalur merah sub dokumen terdapat antrian dalam jumlah yang besar, yang diakibatkan oleh lamanya waktu pelayanan yang dibutuhkan oleh operator untuk melayani pengguna jasa. Sama halnya dengan sub model dokumen, pada sub model lapangan penumpukan terlihat adanya truk yang masih berada dalam proses penanganan. Kembali dilakukan peninjauan pada setiap proses dalam sub model lapangan penumpukan untuk mengetahui proses apakah yang menyebabkan terjadinya antrian di tiap blok lapangan penumpukan impor. Dari hasil running simulasi diketahui bahwa antrian truk terjadi akibat dari 10 buah RTG yang seharusnya dapat beroperasi untuk melayani truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan petikemas, rata-rata alat yang siap digunakan (berada dalam kondisi ready) hanya 8 buah RTG. B. Skenario Perbaikan Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap hasil simulasi kondisi eksisting, didapatkan bahwa proses yang menyebabkan adanya antrian truk adalah proses jalur kuning dan proses jalur merah pada proses pengurusan dokumen di Bea Cukai, dan proses pengangkatan petikemas dari lapangan penumpukan keatas truk di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya. Antrian truk di gerbang masuk Terminal Petikemas Surabaya berhubungan dengan proses jalur kuning dan proses jalur merah pada proses pengurusan dokumen di Bea Cukai. Permasalah yang menyebabkan hal tersebut adalah lamanya waktu pelayanan yang dibutuhkan oleh operator untuk melayani pengguna jasa. Waktu pelayanan dipengaruhi oleh jumlah resources, yang dalam hal ini adalah operator jalur kuning dan jalur merah. Oleh sebab itu perlu dilakukan peninjauan utilitas operator di tiap jalur. Batas utilitas maksimum dari operator sendiri adalah lamanya waktu efektif bekerja dibagi keseluruhan waktu bekerja, yakni 7 jam dibagi 8 jam. Tabel IV.2 Utilisasi Operator Jalur Kuning dan Jalur Merah Utilisasi Operator Jalur Kuning 1 0, ,875 Utilisasi Operator Jalur Kuning 2 0, ,875 Utilisasi Operator Jalur Kuning 3 0, ,875 Utilisasi Operator Jalur Kuning 4 0, ,875 Utilisasi Operator Jalur Kuning 5 0,7765 0,875 Utilisasi Operator Jalur Merah 1 0, ,875 Utilisasi Operator Jalur Merah 2 0,7693 0,875 Utilisasi Operator Jalur Merah 3 0,7676 0,875 Utilisasi Operator Jalur Merah 4 0, ,875 Utilisasi Operator Jalur Merah 5 0, ,875 Dari Tabel IV.2 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata utilitas operator jalur kuning dan jalur merah adalah 0.7. Ini menunjukkan bahwa utilitas operator jalur merah dan jalur kuning masih berada dibawah utilitas maksimum. Namun variable terkontrol dari simulasi ini adalah data waktu dan jumlah resource, berdasarkan hal tersebut diusulkan 2 jenis solusi untuk perbaikan sistem pada proses jalur kuning dan jalur merah. Solusi pertama adalah menambah jumlah operator untuk jalur kuning dan jalur merah melihat tingginya nilai utilitas operator jalur kuning dan jalur merah. Solusi kedua adalah mereduksi waktu pelayanan. Untuk antrian truk yang terjadi pada proses pengangkatan petikemas ketas truk di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya disebabkan dari 10 buah RTG yang seharusnya dapat beroperasi untuk melayani truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan petikemas, rata-rata alat yang siap digunakan (berada dalam kondisi ready) hanya 8 buah RTG. Kembali perlu dilakukan tinjauan tingkat utilitas alat untuk mengetahui apakah utilitas alat sudah mencapai batas maksimum atau tidak. Tabel IV.3 Utilisasi RTG Utilisasi RTG 1 0, ,875 Utilisasi RTG 2 0, ,875 Utilisasi RTG 3 0,3029 0,875 Utilisasi RTG 4 0,3307 0,875 Utilisasi RTG 5 0, ,875 Utilisasi RTG 6 0, ,875 Utilisasi RTG 7 0, ,875 Utilisasi RTG 8 0, ,875 Dari Tabel III.7 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata utilitas RTG adalah dibawah 0.5. Ini menunjukkan bahwa utilitas RTG tidak terlalu tinggi, namun jumlah rata-rata RTG yang dioperasikan belum mampu untuk menangani jumlah truk yang akan melakukan kegiatan pemuatan petikemas keatas truk akibatnya masih terjadi antrian truk di dalam blok impor Terminal Petikemas Surabaya. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan perbaikan dari segi jumlah kesiapan alat sehingga
4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( ) 4 jumlah RTG yang siap mampu mengimbangi jumlah truk yang akan melakukan kegiatan pemuatan petikemas. Berdasarkan usulan solusi yang telah dikemukakan diatas ada 2 buah skenario perbaikan yang diajukan, yaitu; Skenario Perbaikan 1: Dilakukan penambahan operator pada proses jalur kuning dan jalur merah pengurusan Dokumen Bea Cukai serta Terminal Petikemas Surabaya menambah jumlah alat yang siap untuk dioperasikan. Skenario Perbaikan 2: Mereduksi waktu pelayanan pada proses jalur kuning dan jalur merah pengurusan Dokumen Bea Cukai serta Terminal Petikemas Surabaya menambah jumlah alat yang siap untuk dioperasikan. Untuk mengetahui jumlah penambahan operator dan jumlah alat yang siap dioperasikan digunakan metode trial and error. Jumlah penambahan yang dipilih adalah yang dapat memberikan waktu tunggu terendah dan utilisasi tertinggi. Didapatkan bahwa penambahan operator sebanyak 5 orang di masing-masing proses jalur kuning dan jalur merah mampu memberikan waktu tunggu terendah dan utilisasi tertinggi. Sedangkan dari sisi kesiapan alat, 10 buah RTG yang siap untuk melayani truk yang akan melakukan kegiatan pemuatan petikemas mampu memberikan waktu tunggu terendah dan utilisasi tertinggi. C. Perbandingan Skenario Perbaikan Untuk melakukan perbaikan terhadap sistem diajukan 2 usulan skenario perbaikan, yang pertama adalah dilakukan penambahan operator pada proses jalur kuning dan jalur merah pengurusan Dokumen Bea Cukai serta Terminal Petikemas Surabaya menambah jumlah alat yang siap untuk dioperasikan. Sedangkan usulan yang kedua adalah mereduksi waktu pelayanan pada proses jalur kuning dan jalur merah pengurusan Dokumen Bea Cukai serta Terminal Petikemas Surabaya menambah jumlah alat yang siap untuk dioperasikan. Tabel IV.4 Perbandingan Antrian truk Kondisi Eksisting dengan Skenario 1 Keterangan Eksisting Skenario 1 Perbedaan % Antrian di Gerbang Masuk % Antrian di Blok I Lap. Penumpukan % Antrian di Blok J Lap. Penumpukan % Antrian di Blok K Lap. Penumpukan % Antrian di Blok L Lap. Penumpukan % Antrian di Blok M Lap. Penumpukan % Antrian di Blok N Lap. Penumpukan % Antrian di Blok O Lap. Penumpukan % Antrian di Blok P Lap. Penumpukan % Antrian di Blok XP Lap. Penumpukan % Antrian di Blok XXP Lap. Penumpukan % Rata-rata % Tabel IV.5 Perbandingan Antrian truk Kondisi Eksisting dengan Skenario 2 Keterangan Eksisting Skenario 2 Perbedaan % Antrian di Gerbang Masuk % Antrian di Blok I Lap. Penumpukan % Antrian di Blok J Lap. Penumpukan % Antrian di Blok K Lap. Penumpukan % Antrian di Blok L Lap. Penumpukan % Antrian di Blok M Lap. Penumpukan % Antrian di Blok N Lap. Penumpukan % Antrian di Blok O Lap. Penumpukan % Antrian di Blok P Lap. Penumpukan % Antrian di Blok XP Lap. Penumpukan % Antrian di Blok XXP Lap. Penumpukan % Rata-rata % Dari Tabel IV.5 Diketahui bahwa skenario 2 dapat mereduksi antrian truk di gerbang masuk dari 135 truk menjadi 49 truk. Rata-rata antrian yang terjadi di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya juga tereduksi, yang semula berkisar antara 27.5 truk terduksi menjadi 1 antrian truk. Skenario 2 mampu mengurangi antrian sebesar 89%. Kedua skenario yang dibutuhkan mampu memberikan solusi untuk mengurangi dampak penanganan petikemas impor terhadap antrian truk. Namun apabila ditinjau dari segi truk yang mampu dilayani dan dapat meninggalkan lapangan penumpukan blok impor Terminal Petikemas Surabaya, skenario 2 memberikan hasil output yang lebih baik. Hasil pengaplikasian skenario 2 mampu meningkatkan keluaran output dari rata-rata jumlah truk per lima hari adalah 5156 truk menjadi 5701 truk, dimana terjadi peningkatan truk sebesar 545 truk per lima hari. Sedang skenario 1 hanya mampu memberikan kenaikan sebesar 165 truk per lima hari, dengan output rata-rata per lima hari adalah 5321 truk. Perbandingan output antara kondisi eksisting, skenario 1, dan skenario 2 dapat dilihat pada tabel IV.6 dan tabel IV.7 dibawah ini. Eksisting (E) Skenario 1 E-S1 % % % % % % % % % % Tabel IV.6 Perbandingan output antara Keadaan Eksisting dengan Skenario 1 Dari Tabel IV.4 diketahui bahwa skenario 1 dapat mereduksi antrian truk di gerbang masuk dari 135 truk menjadi 106 truk. Rata-rata antrian yang terjadi di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya juga tereduksi, yang semula berkisar antara 27.5 truk terduksi menjadi 1 antrian truk. Skenario 1 mampu mengurangi antrian sebesar 89%.
5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( ) 5 Eksisting (E) Skenario 2 E-S2 % % % % % % % % % % [4] Industri, T. (2012). Modul Tugas Besar Simulasi Sistem Industri. Surabaya: Teknik Industri ITS. Tabel IV.7 Perbandingan output antara Keadaan Eksisting dengan Skenario 2 V. KESIMPULAN 1. Antrian truk di blok impor Terminal Petikemas Surabaya terjadi di 2 titik, di depan gerbang masuk dan di dalam blok impor Terminal Petikemas Surabaya. Antrian yang terjadi di depan gerbang masuk disebabkan dokumen pelengkap yang dibutuhkan untuk memperoleh Job Order masih berada dalam proses penyelesaian di Bea Cukai. Untuk antrian di dalam blok disebabkan oleh jumlah kesiapan alat yang dapat melayani truk melakukan kegiatan pemuatan petikemas. 2. Skenario 1 yakni penambahan operator dokumen jalur kuning menjadi 10 operator, jalur merah menjadi 10 operator, serta terdapat 10 buah RTG yang siap melayani kegiatan pemuatan petikemas mampu menurunkan antrian truk sebesar 89% dan mampu menaikkan jumlah output sebesar 3%. 3. Skenario 2 yakni pereduksian waktu pelayanan dokumen jalur kuning menjadi 18 jam, jalur merah menjadi 72 jam, serta terdapat 10 buah RTG yang siap melayani kegiatan pemuatan petikemas mampu menurunkan antrian truk sebesar 89% dan mampu menaikkan jumlah output sebesar 10%. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada: Bapak Firmanto Hadi, S.T,.M.Sc. selaku dosen pembimbing, kedua orang tua atas dukungan moril dan materiil, seluruh staff dan karyawan Terminal Petikemas Surabaya atas bantuan data dan observasi. DAFTAR PUSTAKA [1] Tamin, O. Z. (2003). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi ke 2. Bandung: ITB. [2] Pidd, M. (1992). Computer Simulation in Management Science 3rd Edition. New York: John Wiley & Sons. [3] Sargent, R. G. (2007). Verification and Validation of Simulation Model. Proceedings of the 2007 Winter Simulation Conference, (pp ). New York.
Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT Petrokimia Gresik
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-11 Model Optimisasi Tata Letak Pelabuhan Curah Kering dengan Pendekatan Simulasi Diskrit: Studi Kasus Pelabuhan Khusus PT
Lebih terperinciMemprediksi Kebutuhan Alat Bongkar Muat dan Truk Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus : Terminal Peti Kemas Semarang)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (212) ISSN: 231-9271 1 Memprediksi Kebutuhan Alat Bongkar Muat dan Truk Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus : Terminal Peti Kemas Semarang) Alby Diantono dan Sudiyono
Lebih terperinciSTUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)
STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) Fajar Prasetya Rizkikurniadi, Murdjito Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan. Usaha mengurangi inefisiensi dalam proses bisnis
Lebih terperinciMeningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia Gresik)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Meningkatkan Laju Pembongkaran Pada Dermaga Bongkar Untuk Mengurangi Masalah Antrian Kapal Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus: PT Petrokimia
Lebih terperinciPENENTUAN JUMLAH FORKLIFT PADA PROSES PEMUATAN DI GUDANG PT. CM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT
PENENTUAN JUMLAH FORKLIFT PADA PROSES PEMUATAN DI GUDANG PT. CM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT Yudo Haryo Kusumo 1), Nurhadi Siswanto 2), Bobby Oedy P. Soepangkat 3) 1) Manajemen Industri,
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI
EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI Nadiya Firma Zulfana 1), Nurhadi Siswanto 1) dan Dewanti Anggrahini 1) 1) Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA. 2.1 Sejarah Singkat PT. Terminal Petikemas Surabaya
BAB II GAMBARAN UMUM PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA 2.1 Sejarah Singkat PT. Terminal Petikemas Surabaya PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan fasilitas
Lebih terperinciMEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK
MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK Disusun Oleh: Nama : Farida Vichyntia NPM : 32411706 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi melalui laut memainkan peran penting dalam sistem perdagangan. Berbagai jenis barang di seluruh dunia bergerak dari tempat satu ke tempat lainnya melalui laut.
Lebih terperinciSTUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)
STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) FAJAR PRASETYA RIZKIKURNIADI 4109 100 070 Selayang Pandang Dwelling time petikemas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas
Lebih terperinciMEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA
MEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA Disusun oleh: Femila Gita Ferninda 32411806 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja. Pengemudi Angkutan Mikrolet (Studi Kasus di JL. Urip Sumohardjo
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Nasrah Jusmin (2003), Analisa Tingkat Kepuasan Penumpang Terhadap Kinerja. Pengemudi Angkutan Mikrolet (Studi Kasus di JL. Urip Sumohardjo Makasar). Studi
Lebih terperinciOPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS
OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS Oleh: Adhitya Muakbar dan Sunaryo Abstrak Pelayanan jasa kontenerisasi semakin menjanjikan
Lebih terperinciANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA)
ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) *Muhammad Imam Wahyudi,**Setyo Nugroho. *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan *Staf Pengajar Jurusan
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI
1 EVALUASI SISTEM PRODUKSI PADA PEMENUHAN PESANAN DENGAN SIMULASI KEJADIAN DISKRIT: STUDI KASUS PADA INDUSTRI KAROSERI Nadiya Firma Zulfana, Nurhadi Siswanto, dan Dewanti Anggrahini Jurusan Teknik Industri
Lebih terperinciANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG
ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Mudjiastuti Handajani Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang Jalan Soekarno-Hatta, Tlogosari,
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP Prosedur Pelaporan Pajak Impor Barang Di PT. Lintas Niaga Jaya. sampai dengan clearance documenct. Seperti B/L, PIB, dll.
45 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan Pembahasan mengenai Prosedur Pelaporan Pajak Impor barang pada PT. Lintas Niaga Jaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 4.1.1. Prosedur Pelaporan Pajak
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 BISNIS PROSES KEGIATAN LOGISTIK A.
L1 LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1 BISNIS PROSES KEGIATAN LOGISTIK A. Bisnis Proses Kegiatan Pemindahan Lokasi Penumpukan ke Lapangan 215x L2 L3 L4 Bisnis Proses Kegiatan Pemindahan Lokasi Penumpukan (PLP)
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan
No.1429, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Belawan. Tanjung Priuk. Tanjung Perak. Makassar. Long Stay. Pemindahan Barang. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciP - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG
P - 08/BC/2009 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P-42/BC/2008 TENTANG Contributed by Administrator Monday, 30 March 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 30/BC/2010 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 30/BC/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG IMPOR
Lebih terperinciAnalisis Sistem Antrian Pada Proses Pelayanan Konsumen di Rumah Makan
Analisis Sistem Antrian Pada Proses Pelayanan Konsumen di Rumah Makan Hendra Nurjaya Al-Kholis 1, Ellysa Nursanti 2, Thomas Priyasmanu 3 1,3 Program Studi Teknik Industri S1, Institut Teknologi Nasional
Lebih terperinci-1- DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
-1- KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-02/BC/2016 TENTANG TATA LAKSANA PENGELUARAN BARANG IMPOR DARI KAWASAN PABEAN UNTUK DITIMBUN DI PUSAT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1899, 2015 Keuangan. Kepabeanan. Mitra Utama. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.04/2015 TENTANG MITRA UTAMA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS
ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS * Siti Dwi Lazuardi, **Firmanto Hadi. *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ** Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan Transportasi Laut - Teknik Perkapalan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dari sudut pandang geografis terletak di daerah katulistiwa, terletak diantara dua samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia),
Lebih terperinci2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.540, 2017 KEMENHUB. Pelabuhan Utama Belawan. Pelabuhan Utama Tanjung Priok. Pelabuhan Utama Tanjung Perak. dan Pelabuhan Utama Makassar. Pemindahan Barang yang Melewati
Lebih terperinciPENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Risa Rininta 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)
TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen
Lebih terperinciANALISA KEGIATAN BONGKAR MUAT PADA PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES BONGKAR MUAT
ANALISA KEGIATAN BONGKAR MUAT PADA PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES BONGKAR MUAT Moses Laksono Singgih Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Lebih terperinciANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN
Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Misliah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional sangat memerlukan adanya transportasi khususnya dibidang ekspor karena dapat memperlancar pengiriman barang sampai negara tujuan, barang-barang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.213, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pabean. Kawasan. Penimbunan Sementara. Tempat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PMK.04/2015 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh:
2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR COMPANY (MN 091482) NAME ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh: M. Imam Wahyudi N.R.P. 4105 100
Lebih terperinciPROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI
PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam
Lebih terperinciMODEL SIMULASI DISKRIT UNTUK MENGUKUR EFEK KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN TERHADAP ANTRIAN PRA TINGGAL LANDAS DAN PASCA PENDARATAN
MODEL SIMULASI DISKRIT UNTUK MENGUKUR EFEK KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN TERHADAP ANTRIAN PRA TINGGAL LANDAS DAN PASCA PENDARATAN Ayunda Larasati 2509100053 300 FLIGHTS Penelitian terdahulu Penulis
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2007 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 25/BC/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 21/BC/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATALAKSANA KEPABEANAN
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA
ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang
Lebih terperinciPemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (23) ISSN: 2337-3539 (23-927 Print) G-49 Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis Ludfi Pratiwi Bowo, AAB. Dinariyana, dan RO. Saut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada tahun 2001 hingga $ 1,97 milyar Amerika, terdiri dari ekspor migas sebesar $
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP- 68 /BC/2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinciCost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Cost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan Pratiwi Wuryaningrum,
Lebih terperinciBAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik
Lebih terperinciSistem Komputer Pelayanan Impor Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai
Sistem Komputer Pelayanan Impor Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DASAR HUKUM UU Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 28/BC/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 28/BC/2013 TENTANG TATALAKSANA PINDAH LOKASI PENIMBUNAN BARANG IMPOR YANG BELUM DISELESAIKAN KEWAJIBAN
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG
ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG Abu Khusyairi Email : abu_khusyairi@yahoo.co.id Endang Setyawati Hisyam Email : hisyam.endang@gmail.com Jurusan
Lebih terperinciPANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT
PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908
Lebih terperinciData jumlah permintaan pengiriman untuk container ukuran 40 feet PT.Inti Persada Mandiri. PT.Indah Kiat Pulp & Paper Mills. April
L1 Lampiran 1 Data jumlah permintaan pengiriman untuk container ukuran 40 feet PT.Inti Persada Mandiri. Bulan PT.Pindo Deli Pulp & Paper Mills PT.Indah Kiat Pulp & Paper Mills PT.Indo Rama Synthetics PT.Ultra
Lebih terperinciKata kunci: penentuan jumlah operator, simulasi, waktu tunggu
Penentuan Jumlah Operator OPTIMAL dengan Metode Simulasi Satya Sudaningtyas Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Laman: satya.sudaningtyas@gmail.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciModel Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi
Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Shofiyatul Mufidah a, Subiono b a Program Studi Matematika FMIPA ITS Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim,
Lebih terperinciZONASI KAWASAN PABEAN. di PELABUHAN TANJUNG PRIOK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIPAPARKAN DALAM:
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ZONASI KAWASAN PABEAN dan JOINT GATE TPS di PELABUHAN TANJUNG PRIOK DIPAPARKAN DALAM: SOSIALISASI OPTIMALISASI TINDAKAN KARANTINA SEBELUM RESPON KEPABEANAN DI TEMPAT
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Mitra Kargo Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan dan pengurusan atas kegiatan yang
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang Krishna Varian K, Hera Widyastuti, Ir., M.T.,PhD Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR PENYAMPAIAN PEB KE KANTOR PABEAN PEMUATAN Data elektronik atau tulisan diatas formulir PDE
Lebih terperinciPeningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)
JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Peningkatan Pelayanan Bus Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) Hasrina Puspitasari 1 dan Sardjito 2 Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciSistem Komputer Pelayanan Impor Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai
Sistem Komputer Pelayanan Impor Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DASAR HUKUM 2 Direktorat Jenderal Bea Bea dan dan Cukai Cukai Kementerian Keuangan Keuangan RI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS KAPASITAS PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bambang Triatmodjo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil dan
Lebih terperinciStudi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-6 Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi Aulia Djeihan Setiajid dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari pembahasan bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan:! Hasil survei pelanggan menyatakan bahwa sebagian besar responden menginginkan perbaikan pada sisi operasi,
Lebih terperinciStudi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-47 Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen Rendy Prasetya Rachman dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN,
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMK.04/2007 TENTANG PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN BARANG IMPOR MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus kajian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah masalah tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan efisien dalam mewujudkan
Lebih terperinciPANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT
PANDUAN TEKNIS PELANGGAN IMPORT MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Utama, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat, Indonesia Telp (62 21) 2908 2908, Fax (62 21) 2908
Lebih terperinciBAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN
BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT Bahtera Satria Adidaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengurusan jasa kepabeanan yang juga sudah mulai
Lebih terperinciDIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2017 TENTANG TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI PUSAT LOGISTIK BERIKAT
Lebih terperinciPANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT
PANDUAN TEKNIS PELANGGAN EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Utama, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat, Indonesia Telp (62 21) 2908 2908, Fax (62 21) 2908
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
Menimbang DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-40/BC/2008 TENTANG TATA LAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ilmiah yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan penelitian secara sistematis agar dalam pelaksanaan penelitian tidak ada langkah yang terlewati maka dibuat suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, perdagangan lokal maupun internasional mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Setiap negara memiliki kebutuhan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 56/BC/2012
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 56/BC/2012 TENTANG UJICOBA PENERAPAN SISTEM PINTU OTOMATIS TEMPAT
Lebih terperinciSTUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK
STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT SEMEN GRESIK Ikhyandini GA dan Nadjadji Anwar Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER-16/BC/2016 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER-16/BC/2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI DIREKTUR JENDERAL BEA
Lebih terperinciSistem Komputer Pelayanan Impor Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai
Sistem Komputer Pelayanan Impor Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DASAR HUKUM UU Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah
Lebih terperinciPANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT
PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908
Lebih terperinciPENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR
PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR Direktorat Teknis Kepabeanan DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI FUNGSI IMPLEMENTASI DJBC 1 Revenue Collector Mengoptimalkan penerimaan negara melalui penerimaan Bea
Lebih terperinciDirektorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI
DASAR HUKUM UU KEPABEANAN PASAL 3 UU NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN UU NOMOR 17 TAHUN 2006 PERATURAN MENTERI KEUANGAN PMK NOMOR 139/PMK.04/2007 TENTANG PABEAN DI BIDANG
Lebih terperinciAnalisis Performansi dan Perbaikan Lini Produksi dengan Menggunakan Metoda Simulasi
Analisis Performansi dan Perbaikan Lini Produksi dengan Menggunakan Metoda Simulasi T E K N O S I M 008 Yogyakarta, 16 Oktober 008 Irwan Sukendar, Dewi Retno F, Dian Setiadi, Dwi Riyanti, Eko Pramudyo,
Lebih terperinciLAMPIRAN. Hasil Wawancara 1. Jabatan: Manajer Operasional PT. BARUGA CARGOTRANS. 1. PT. BARUGA CARGOTRANS perusahaan yang bergerak di bidang
L1 LAMPIRAN Hasil Wawancara 1 Dengan: Sandi Kurniawan Jabatan: Manajer Operasional PT. BARUGA CARGOTRANS Tanggal: 24 September 2012 1. PT. BARUGA CARGOTRANS perusahaan yang bergerak di bidang apa? dan
Lebih terperinciPesawat Polonia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan
Lebih terperinciAnalisis Tingkat Inventori dan Kebutuhan Peralatan Bongkar Batu Bara pada Pabrik Semen PT Semen Indonesia
1 Analisis Tingkat Inventori dan Kebutuhan Peralatan Bongkar Batu Bara pada Pabrik Semen PT Semen Indonesia Fandy Achmad Okky Pratama dan Stefanus Eko Wiratno Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 30/BC/2009 TENTANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 30/BC/2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
Lebih terperinciSIMULASI ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL
SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI ANTRIAN PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL (STUDI KASUS TERMINAL MIRAH PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Oleh : Risky Abadi 1203.109.004 Latar Belakang Pelabuhan Tanjung Perak sebagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Logistik dan Tata Niaga Impor. mulai dari menekan biaya logistik dan mengatur seluruh proses dalam
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Logistik dan Tata Niaga Impor Dalam perdagangan internasional manajemen logistik akan berpengaruh terhadap kelancaran arus perdagangan dan tata niaga impor, mulai dari
Lebih terperinciSIMULASI PELAYANAN PENGISIAN BAHAN BAKAR DI SPBU GUNUNG PANGILUN
SIMULASI PELAYANAN PENGISIAN BAHAN BAKAR DI SPBU GUNUNG PANGILUN Dio Putera Hasian, Aldie Kur anul Putra Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Abstrak Antrian terjadi apabila waktu
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 42/BC/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI
Lebih terperinciPANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT
PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908
Lebih terperinciTINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK
SOSIALISASI OPTIMALISASI TINDAKAN KARANTINA SEBELUM RESPON KEPABEANAN DI TEMPAT PEMASUKAN TINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK SEKRETARIAT BADAN KARANTINA PERTANIAN Tanjung Priok, 23 Februari
Lebih terperinciOPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA
1 OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA Richson Lamron P Dosen Pembimbing : Sunaryo dan Riko Butarbutar Program Sarjana Teknik Perkapalan Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM PENGAWASAN PABEAN DAN PENETAPAN TINGKAT RISIKO DI BIDANG IMPOR A. PENGAWASAN DALAM REGISTRASI IMPORTIR
BAB III GAMBARAN UMUM PENGAWASAN PABEAN DAN PENETAPAN TINGKAT RISIKO DI BIDANG IMPOR Pengawasan Pabean sebagai satu metode untuk mencegah dan mendeteksi adanya pelanggaran kepabeanan. A. PENGAWASAN DALAM
Lebih terperinciEASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth
EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth Latar belakang project Ease of Doing Business (EODB) Ease of Doing Busines
Lebih terperinciBAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat adalah Provinsi di Indonesia yang memiliki komoditas cukup besar. Terutama di bidang tekstil dan garment. Sehingga diperlukan suatu system transportasi
Lebih terperinciBAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 2.1.1.Sejarah Singkat Perusahaan PT. DMR adalah salah satu dari anak perusahaan PT. SSU. PT. SSU adalah perusahaan yang bergerak dibidang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalur transportasi air/laut merupakan salah satu jalur transportasi yang paling sering digunakan untuk pengiriman barang dalam skala kecil sampai dengan skala besar,
Lebih terperinciSELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI KETENTUAN DI BIDANG IMPOR DAN EKSPOR. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI
SELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI KETENTUAN DI BIDANG IMPOR DAN EKSPOR Direktorat Jenderal Bea dan Cukai PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI PERDIRJEN NOMOR PER-16/BC/2016 Direktorat Jenderal Bea dan
Lebih terperinci