ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKAR PENGGILINGAN PADI BESAR DAN KECIL DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKAR PENGGILINGAN PADI BESAR DAN KECIL DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI"

Transkripsi

1 ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKAR PENGGILINGAN PADI BESAR DAN KECIL DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI OLEH SAHAT GUNAWAN SIJABAT /TEKNIK PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007 Besar Dan Kecil Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

2 2 ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKAR PENGGILINGAN BESAR DAN KECIL PADI DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI OLEH SAHAT GUNAWAN SIJABAT /TEKNIK PERTANIAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh Komisi Pembimbing (Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si.) Ketua (Achwil Putra Munir, STP., M.Si.) Anggota DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007

3 3 ABSTRACK The height of fuel price and difficult progressively farmer got the fuel to move the rice milling, becoming one of factor resistor of agriculture product increase and can pursue the economics growth in an area. This research were done to get the amount of actual rice milling requirement and also forecasted requirement of fuel of big rice milling and small rice milling to process the rice field farm product. This research method used the trend line analysis model, by used primary data (farmer sample) and secondary data (relevant institution). From research result the sum of actual rice milling were obtained in the year 2007 was 78 unit and the sum of fuel required were 231, litre. For forecasting of year 2008 obtained the rice milling amount were 82 unit with the fuel requirement were 242, litre. Forecasting method used be at the maximum elegibility value = 4 and minimum = - 4. Keywords : amount of rice milling, fuel requirement, material cost of fuel, forecasting, trend line ABSTRAK Tingginya harga bahan bakar dan semakin sulitnya petani memperoleh bahan bakar untuk menggerakkan penggilingan padi, menjadi salah satu faktor penghambat peningkatan produksi pertanian dan dapat menghambat pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jumlah kebutuhan aktual penggilingan padi serta memprediksi kebutuhan bahan bakar penggilingan padi besar dan penggilingan padi kecil untuk pengolahan produksi lahan sawah. Metode penelitian ini menggunakan model analisis garis kecenderungan, dengan menggunakan data primer (sampel petani) dan data sekunder (instansi terkait). Dari hasil penelitian jumlah aktual penggilingan padi yang diperoleh pada tahun 2007 adalah 78 unit dan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan adalah ,986 liter. Untuk peramalan tahun 2008 diperoleh jumlah penggilingan padi adalah 82 unit dengan kebutuhan bahan bakar adalah ,538 liter. Metode peramalan yang digunakan berada pada nilai kelayakan maksimum = 4 dan minimum = - 4 Kata kunci : jumlah penggilingan padi, kebutuhan bahan bakar, biaya bahan bakar, peramalan, garis kecenderungan.

4 4 RINGKASAN PENELITIAN ii SAHAT GUNAWAN SIJABAT Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Penggilingan Padi Besar dan Kecil di kecamatan Perbaungan kabupaten Serdang Bedagai, dibawah bimbingan bapak Saipul Bahri Daulay sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Achwil Putra Munir sebagai anggota komisi pembimbing. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi kebutuhan bahan bakar penggilingan padi besar dan kecil, yang dihitung dengan menganalisis jumlah dan kemampuan operasi penggilingan padi besar dan kecil, serta dapat memprediksi jumlah penggilingan padi dan kebutuhan bahan bakar penggilingan padi besar dan kecil serta biaya yang harus dikeluarkan untuk komsumsi bahan bakar. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer (data yang diperoleh langsung dari petani) dan data sekunder (data yang diperoleh dari instansi terkait) yang kemudian dianalisis, adapun ringkasan dari hasil penelitian ini adalah : Ditinjau berdasarakan data Dinas Pertanian dan Peternakan daerah kabupaten Serdang Bedagai (2007), diketahui bahwa desa Melati II merupakan desa yang memiliki luas lahan sawah terbesar dengan luas 847 ha. Desa Melati II merupakan daerah percontohan pertanian di kecamatan Perbaungan, sehingga kelompok tani yang ada si di desa ini menjadi prioritas dalam mendapatkan bantuan dari pemerintah baik dalam hal mesin pertanian,

5 5 bibit, pupuk maupun teknik-teknik budidaya tanaman hortikultura dan sarana prasarana pendukung lainnya. Dari total 78 penggilingan padi yang ada di kecamatan Perbaungan pada tahun 2007, untuk penggilingan padi besar rata-rata komsumsi bahan bakarnya adalah 4,870 liter/jam dengan efektivitas kg/jam dan kerja efektif adalah 36,600 hari/musim sedangkan untuk penggilingan padi kecil rata-rata komsumsi bahan bakarnya adalah 2,922 liter/jam dengan efektivitas 1.209,013 dan kerja efektif adalah 49,104 hari/musim. Peramalan Jumlah Penggilingan Padi Berdasarkan peramalan dengan menggunakan metode analisis garis kecenderungan (trend line analysis model) jumlah penggilingan padi besar berdasarkan persamaan Ft = 40, t diramalkan pada tahun 2008 adalah 11 unit. Dengan model peramalan Ft = 40, t nilai tracking signal yang dipeoleh berada dalam kisaran - 2,837 sampai 1,085, hasil tersebut berada dalam batasan pengendalian maksimum + 4 Berdasarkan peramalan dengan menggunakan metode analisis garis kecenderungan (trend line analysis model) jumlah penggilingan padi kecil berdasarkan persamaan Ft = 2,034+1,048 t diramalkan pada tahun 2008 adalah 71 unit.

6 6 Dengan model peramalan Ft = 2,034+1,048 t, nilai tracking signal yang diperoleh berada dalam kisaran - 2,386 sampai 1,504, hasil tersebut berada dalam batasan pengendalian maksimum + 4. Analisis Kebutuhan Bahan Bakar iv Pada tahun 2007 umumnya penggilingan padi yang ada di kecamatan Perbaungan rata-rata beroperasi 944,620 jam/tahun yang mana dalam per harinya beroperasi selama + 5 jam, selama beroperasi mengkonsumsi bahan bakar sebanyak 3,178 liter/jam, dan dalam setahun mengkonsumsi bahan bakar sebanyak 3.002,002 liter/tahun. Kebutuhan bahan bakar penggilingan pada tahun 2008, untuk penggilingan padi besar kebutuhan bahan bakarnya mencapai ,240 liter/tahun sedangkan untuk penggilingan padi kecil kebutuhan bahan bakarnya ,298 liter/tahun, sehingga kebutuhan total bahan bakar penggilingan padi adalah ,538 liter/tahun. Analisis Biaya Kebutuhan Bahan Bakar Biaya kebutuhan bahan bakar yang tertinggi yang harus dikeluaran oleh petani terjadi pada tahun 2008, yaitu : 1. Biaya kebutuhan bahan bakar penggilingan padi besar adalah Rp per tahun.

7 7 2. Biaya kebutuhan bahan bakar penggilingan padi kecil adalah Rp per tahun. Daftar harga yang digunakan pada perhitungan diasumsikan harganya tetap untuk segala periode waktu yaitu Rp RIWAYAT HIDUP v SAHAT GUNAWAN SIJABAT lahir di Gunung Sitoli, Nias pada tanggal 30 Januari 1986, anak kelima dari enam bersaudara lahir dari pasangan Ayahanda tercinta PRE. Sijabat dan Ibunda tersayang SM. Limbong. Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri I Kotapinang, dan pada tahun 2003 penulis lulus seleksi masuk universitas sumatera utara melalui jalur PMP ( Panduan Minat dan Prestasi ), di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis aktif sebagai organisasi IMATETA ( Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian). Penulis melaksanakan PKL ( Praktek Kerja Lapangan) di PTPN III, Pabrik karet PRTRA ( Pabrik Rubber Thread dan Rubber Article ), Medan pada tahun 2006.

8 8 KATA PENGANTAR vi Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Penggilingan Padi Besar dan Kecil di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan di Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian USU Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan kapada bapak Achwil Putra Munir, STP., M.Si. selaku anggota pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada ayahanda dan ibunda atas segala perhatian, doa dan dukungan materil maupun moril. Disamping itu penulis ucapan

9 9 terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga dan teman-teman yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penyusunan usulan penelitian ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sehingga menjadi lebih baik. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih. Medan, Juni 2007 DAFTAR ISI Penulis vii ABSTRACT... ii ABSTRAK... ii RINGKASAN PENELITIAN... iii RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tinjauan Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 TINJAUAN LITERATUR... 4 Gambaran Umum Kecamatan Perbaungan... 4 Hal

10 10 Perkembangan Teknologi Pertanian... 4 Mekanisasi Pertanian... 5 Pengolahan Hasil Pertanian (Pascapanen)... 6 Penggiling Padi... 7 Komponen dari Alat Menggiling Padi... 8 Hasil Sampingan Penggilingan Padi Motor bakar/motor Penggerak Perbedaan Prinsip Motor Bensin dan Motor Diesel Bahan Bakar METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengumpulan Data Pelaksanaan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Aktual Lahan Pertanian di Kecamatan Perbaungan Analisis Jumlah Ideal Penggilingan Padi di Kecamatan Perbaungan.. 21 Jumlah Aktual Penggilingan Padi dan Kemampuan Operasinya Peramalan Jumlah Penggilingan Padi Peramalan Jumlah Penggilingan Padi Kecil Peramalan Jumlah Penggilingan Padi Besar Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Analisa Biaya Bahan Bakar KESIMPULAN viii DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 35

11 11 DAFTAR TABEL ix 1. Luas lahan baku sawah kecamatan Perbaungan Jumlah penggilingan padi dan kemampuan operasinya tahun Data jumlah pengilingan padi Tahun Data masukan untuk peramalan Peramalan jumlah penggilingan padi kecil Hal

12 12 6. Uji kelayakan peramalan (tracking signal) Peramalan jumlah pengilingan padi besar Uji kelayakan peramalan Perkiraan kemampuan operasi dan komsumsi bahan bakar rata-rata penggilingan padi DAFTAR GAMBAR x Hal 1. Grafik trend line jumlah penggilingan padi besar tahun Grafik trend line jumlah penggilingan padi kecil tahun

13 13 DAFTAR LAMPIRAN xi 1. Data rangkuman jumlah penggilingan padi dan kemampuannya Hal

14 14 2. Data jumlah penggilingan padi besar dan penggilingan padi kecil Perhitungan jumlah ideal penggilingan padi Peramalan jumlah penggilingan padi kecil Peramalan jumlah penggilingan padi besar Perhitungan kemampuan operasi dan konsumsi bahan bakar penggilingan padi dalam satu tahun Analisis kebutuhan bahan bakar penggilingan padi tahun Analisis biaya bahan bakar penggilingan padi besar dan kecil tahun PENDAHULUAN Latar Belakang xii

15 15 Program peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan dengan cara melakukan pengeksplotasian sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia secara efisien, efektif dan selektif dengan tujuan agar peningkatan produksi hasil pertanian dapat optimal. Khusus dalam peningkatan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi kegiatan prapanen hingga pada pasca panen memerlukan dukungan berbagai sarana dan prasarana produksi yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat mesin pertanian (Thomson, 2002). Oleh karena itu adalah sangat penting merencanakan sistem penyediaan energi bahan bakar yang baik dalam mendukung produktifitas dan kinerja alat dan mesin pertanian (alsintan). Dalam mendukung peranan sektor pertanian untuk pembangunan ekonomi, penyediaan energi untuk memenuhi kebutuhan energi pada sektor pertanian menjadi sangat penting meliputi penyediaan energi untuk alat dan mesin pertanian (alsintan) (Deptan, 2008). Faktor ketersediaan energi memiliki peran penting dalam mendukung sektor pertanian, hingga saat ini jenis energi yang digunakan sebagai bahan bakar alat dan mesin pertanian di Indonesia adalah minyak solar dan premium. Kedua jenis bahan bakar minyak (BBM) ini memiliki peranan yang penting dalam mendukung sektor pertanian di daerah tersebut. Sehingga penyediaannya perlu dipertimbangkan sejak dini dalam perencanaan energi di daerah tersebut. Kecamatan Perbaungan, kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu sentra pertanian di provinsi Sumatera Utara khususnya dalam penyediaan bahan 1

16 16 pangan. Berdasarkan luas areal sawah yaitu seluas Ha, dan juga dalam penggunaan alat dan mesin pertanian, maka sektor pertanian di kecamatan ini dapat dikatakan sudah sangat maju, hal ini juga dapat dilihat dari jumlah alsintan yang tersedia di daerah tersebut, seperti pada tahun 2006 jumlah penggilingan padi besar 5 unit, penggilingan padi kecil 44 unit dan RMU 5 unit, data ini berdasarkan data BPS dan DEPTAN, tahun Penerapan mekanisasi mungkin secara langsung dapat mengatasi kelangkaan tenaga kerja, serta dapat mengefisienkan waktu serta meningkatkan hasil produksi. Sumber daya untuk menggerakkan alsintan adalah motor bakar/motor penggerak, sehingga agar dapat beroperasi, maka sangatlah diperlukan yang namanya bahan bakar minyak (BBM). Sedangkan apabila semakin banyaknya pengunaan alsintan maka kebutuhan BBM sebagai sumber energi alsintan tersebut akan semakin meningkat ( Viktor, 2005 ) Harga BBM ditetapkan berdasarkan konsumsi masyarakat dan konsumsi industri yang perbedaan harganya sangatlah tinggi. Alsintan dianggap sebagai mesin industri sehingga harga perolehan BBM dikenakan dengan harga industri. Seringkali dalam penyediaannya masih kurang dan lokasi pengambilan BBM dalam hal ini stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang kurang terjangkau mengakibatkan terganggunya proses produksi dan hasil yang dicapai tentunya kurang optimal, hal ini menjadi sangat memberatkan bagi petani/pengguna alsintan, sementara mereka tidak diperbolehkan membeli BBM dengan menggunakan media lain penyimpanan lainnya.

17 17 Berdasarkan hal di atas maka dirasa perlu melakukan analisis kebutuhan bahan bakar untuk alat mesin pertanian di kecamatan Perbaungan khususnya pada penggiling padi yang mana penggiling padi ini dibedakan menjadi penggiling padi besar (PPB) dan penggiling padi kecil (PPK). Analisis hal ini diperlukan sebagai dasar perencanaan penyediaan BBM di daerah tersebut guna menghindari terganggunya penyediaan bahan bakar untuk sektor pertanian yang dapat berdampak pada terganggunya produksi pertanian yang diperkirakan akan berdampak pula pada terganggunya perkembangan ekonomi daerah tersebut. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Memperoleh informasi kebutuhan bahan bakar alsintan penggiling padi besar dan kecil di kecamatan Perbaungan, kabupaten Serdang Bedagai. 2. Memprediksi kebutuhan BBM alsintan penggiling padi di kecamatan Perbaungan, kabupaten Serdang Bedagai. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan dasar penulisan skripsi untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Teknik Pertanian. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

18 18 TINJAUAN LITERATUR Gambaran Umum Kecamatan Perbaungan Luas wilayah Perbaungan 206,02 km 2 yang terdiri dari 5 kelurahan, 184 desa 269 RT dan 620 RW, batasan-batasan wilayahnya adalah sebagai berikut : - Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Teluk Mengkudu dan Sei Rampah - Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang - Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Pantai Cermin - Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Sei Rampah Pada awalnya kecamatan Perbaungan adalah salah satu kecamatan di kabupaten Deli Serdang, tetapi pada tanggal 18 Desember 2003 dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor, 36 tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten Samosir dan kabupaten Serdang Bedagai di provinsi Sumatera Utara, sehingga kecamatan Perbaungan termasuk kedalam 11 kecamatan yang ada di kabupaten Serdang Bedagai ( Perkembangan Teknologi Pertanian Dalam hakikatnya manusia itu senantiasa tergantung kepada lingkungannya, akan tetapi dalam upaya manusia memenuhi kebutuhannya mereka tidak selalu tergantung pada alam akan tetapi manusia dapat mempengaruhi, merubah, menciptakan corak dan bentuk lingkungan, untuk 4

19 19 mengolah lingkungan alam sehingga tercipta benda-benda kebutuhan manusia secara fisik mempunyai keterbatasan untuk itu diperlukan seperangkat peralatan dan cara penggunaannya yang disebut dengan teknologi (Rifai dkk, 1990). Perkembangan pertanian juga diiringi oleh perkembangan teknologi asal untuk membantu kegiatan tersebut seperti : pengolahan tanah, jentera penaikan air, dan alat pemanen. Peradaban pertanian, bercocok tanam dan beternak yang pada awalnya hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari atau subsistem pada perkembangan berikutnya, sejalan dengan kehidupan masyarakat yang bercorak perdagangan berangsur-angsur berubah menjadi cikal bakal usaha tani (Mangunwidjaja, 2005). Bagian yang merupakan kunci revolusi teknologi dalam pertanian yang sedang berlangsung, dan sebagian besar merupakan hasil revolusi teknologi itu sendiri, adalah meningkatnya dengan cepat keluaran (output) perjam kerja dalam usaha tani. Keluaran setiap jam kerja pada waktu sekarang adalah yang terbesar dalam sejarah, dalam kurun waktu 1745 sampai 1973 terjadi kemajuan yang cepat pada mekanisasi pertanian dan peningkatan hasil tanaman dan ternak yang tajam karena sebagai sebab adanya penerapan secara luas praktek usaha tani yang telah diperbaiki. Perubahan-perubahan ini meningkatkan kenaikan yang besar produksi dalam jumlah (output) total usaha tani, dengan jam kerja yang lebih sedikit yang dikeluarkan dalam usaha tani (Smith and Wilkes, 1990). Mekanisasi Pertanian

20 20 Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. (Lisyanto, 2002) Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian, Handaka (1996) mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam proses produksi sampai pasca panen bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis, namun sudah mulai menggunakan teknologi elektronika atau sensor, nuklir, image processing, bahkan sampai teknologi robotik. Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan produktifitas tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan untuk meningkatkan efesiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan megurangi beban kerja petani. Pengolahan Hasil Pertanian (Pascapanen) Penanganan pascapanen hasil pertanian meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus segera ditangani untuk meningkatkan mutu hasil pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi. Khususnya terhadap komoditas padi, tahapan pascapanen padi meliputi pemanenan, perontokan, perawatan, pengeringan,

21 21 penggilingan, pengolahan, transportasi, penyimpanan, standardisasi mutu dan penanganan limbah (Lisyanto, 2002). Sasaran pembangunan pasca panen diarahkan kepada tiga hal, yaitu penurunan kehilangan hasil hasil pasca panen, peningkatan mutu hasil dan daya saing, dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Tujuan utama dari peningkatan penanganan pascapanen hasil pertanian adalah mengurangi kehilangan hasil. Mutu hasil pertanian diharapkan akan lebih meningkat sehingga daya tahan dan harga jual akan lebih baik. Disamping itu peningkatan mutu diharapkan sesuai dengan standar mutu internasional. Penanganan pascapanen yang baik diharapkan selain peningkatan mutu dan kuantitas hasil panen juga diharapkan meningkatkan pendapatan petani serta sekaligus hendaknya meningkatkan kesejahteraannya. Penggilingan Padi Pemberasan secara tradisional dapat diartikan dengan sistem penumbukan yang menggunakan tenaga manusia. Oleh karena itu, untuk mendapatkan beras yang putih bersih secara tradisional sangat sulit. Untuk memperoleh beras yang putih harus mencapai derajat sosoh 100% dan memerlukan waktu penumbukan yang lebih lama, selain itu untuk mendapatkan beras yang bersih juga agak sulit karena pemisahan secara tradisional hanya diinteri sehingga masih banyak menir dan bekatul yang masih menempel pada beras. Secara tradisional, beras yang telah disosoh dengan cara ditumbuk, ditaruh pada tampah, dan diinteri. Bekatul yang terpusat disentral tampah diambil dengan

22 22 tangan, adapun pada mesin penggiling, saat penyosohan, beras bergesekan atau dikikis sehingga bekatul keluar lewat saringan dan beras tersosoh terus berjalan keluar karena dorongan dari beras berikutnya. Penggilingan padi adalah suatu proses mekanik memisahkan sekam dari gabah dan memisahkan lapisan kulit air beras dari beras pecah kulit untuk memperoleh beras giling. Kehilangan hasil di pabrik penggilingan tergantung pada penanganan gabah dari sejak dipanen sampai pengeringan (mutu gabah dan kadar air gabah), kondisi lingkungan (lahan kering/pasang surut), dan sistem sanitasi penggilingan padi (Suparyono dan Setyono, 1997). Berdasarkan kapasitas dan proses kerjanya maka penggilingan dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Penggilingan Padi Besar (PPB) adalah penggilingan padi yang mempunyai unit yang lengkap, terdiri dari mesin perontok, pembersih gabah, pembersih kulit, padi separator, pemutih (polisher), grader (pemilih) elevator dan lainnya. Kapasitas produksi riil lebih besar dari 1,5 ton beras/jam. 2. Penggilingan Padi Kecil adalah penggilingan padi yang terdiri dari dua unit mesin yang dipasang terpisah yaitu pemecah kulit (husker) dan pemutih (polisher). Kapasitas produksi riil antara 0,3 1,5 ton beras/jam. Pada umumnya pemindahan beras dari husker ke polisher dilakukan oleh tenaga manusia (manual). Komponen Alat Menggiling Padi Alat-alat yang dipersiapkan dalam penggilngan padi adalah mesin penggerak (diesel atau motor listrik), mesin penggupas, mesin penyosoh, dan

23 23 mesin pengesek (polisher). Secara lengkap alat-alat yang digunakan dalam penggilingan padi adalah sebagai berikut : 1. Pocket elevator Alat ini untuk mengangkut gabah ke atas dan memasukkannya ke mesin pengupas penyosoh, atau alat lain. Elevator dilengkapi alat seperti mangkok sehingga dapat menghemat tenaga manusia untuk mengangkut gabah ke atas. 2. Saringan atau ayakan bergetar/bergoyang. Ayakan untuk memisahkan kotoran dan benda asing, seperti kayu dan paku agar tidak ikut masuk ke mesin pengupas sehingga kerusakan mesin pengupas dapat dihindari. 3. Mesin pengupas Penggilingan gabah menjadi beras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah., syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling. Bila diukur dengan alat pengukur kadar air (moisture tester) kekeringan ini mencapai angka 14-14,5 %. Pada kadar air ini, gabah mudah digiling/dikupas kulitnya.mesin ini sering disebut huller atau husker Dulu mesin pengupas gabah menggunakan batu pengupas berbentuk meja bulat, sekarang ini banyak digunakan rubber-roll. Rubber-roll ini terdiri atas dua buah roll karet yang perputarannya berlawanan arah. Jarak kedua roll tersebut dapat diatur sehingga beras tidak mudah retak. Mesin pengupas ini dilengkapi dengan kipas penghembus angin untuk memisahkan sekam. Beras yang dihasilkan alat ini dinamakan beras pecah kulit, beras ini berwarna kelabu putih karena masih

24 24 dilapisi lapisan dedak halus. Untuk menyosohnya menjadi beras sosoh dibutuhkan alat lain yang akan memproses lebih lanjut (Hardjosentono, dkk, 2000). 4. Mesin penyosoh Beras pecah kulit yang dihasilkan alat pengupas kulit berwarna gelap kotor dan tidak bercahaya, karena bagian luarnya masih dilapisi kulit ari. Kulit ari atau lapisan bekatul (dedak halus) dapat dilepaskan dari beras pecah kulit ini, sehingga berasnya nampak lebih putih, lebih bersih dan bercahaya. Mesin penyosoh ada dua tipe. Tipe yang pertama adalah tipe pengikis. Tipe ini sekarang jarang digunakan karena batu sosoh sering sekali mudah aus dan beras banyak yang patah. Tipe kedua adalah tipe gesekan yang banyak digunakan sekarang ini. Untuk mendapatkan beras dengan derajat sosoh seperti yang dikehendaki dilakukan dengan mengatur berat beban pada bandul penyosoh beras. (Suparyono dan Setyono, 1997). 5. Mesin pemoles Mesin pemoles digunakan untuk membersihkan bekatul yang masih menempel pada butir-butir beras sehingga diperoleh butir beras yang bersih, putih dan mengilat. Mesin pemoles ini dilengkapi alat berupa sikat halus. Pada unit penggilingan beras modern, mesin tambahan ini terpasang sendiri dan merupakan unit seri terakhir sebelum mesin pemilih kualitas (grader). Dedak halus yang keluar dari saringan dedak disedot oleh udara yang berasal dari baling-baling kipas pengisap melalui saluran dedak, kemudian keluar lagi melalui lubang pintu pengeluaran. 6. Mesin grader

25 25 Beras sosoh yang bersih masuk ke mesin grader untuk memisahkan menir, beras patah, beras pecah, dan beras utuh atau beras kepala. Beras kepala yang bermutu tinggi ini langsung masuk ke kemasan atau karung. Mesin ini merupakan mesin tambahan, terutama bagi perusahaan pengilingan padi besar, lebih-lebih yang melayani keperluan ekspor dengan kualitas tertentu, kotoran-kotoran yang tidak perlu dapat dipisahkan dengan menggunakan mesin ini, misalnya batu-batuan kecil (pasir) maupun kotoran lainnya. Hasil Sampingan Penggilingan Padi Dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil samping berupa sekam (15-20%), dedak/bekatul (8-12%) dan menir (±5%). Pemanfaatan hasil samping tersebut masih terbatas, bahkan kadang-kadang menjadi limbah dan mencemari lingkungan terutama di sentra produksi padi saat panen musim penghujan. Secara umum hasil sampingan dari proses penggilingan padi yaitu : 1. Sekam adalah kulit paling luar dari gabah/padi. Sekam ini merupakan hasil pertama dari proses penggilingan atau beras pecah kulit (PK). Pada tahap ini, beras PK masih bercampur dengan sekitar 12% gabah yang sekamnya belum terkupas. Sekam yang diperoleh dari hasil penggilingan padi biasanya oleh petani digunakan sebagai media tumbuh jamur merang, untuk keperluan pertanian sekam digunakan sebagai mulsa untuk mengurangi penguapan air tanah saat penanaman kedelai atau kacang hijaudi musim kemarau.

26 26 2. Dedak adalah campuran antara sekam yang tergiling halus dan bekatul yang masih kasar. Biasanya dedak inilah yang dipergunakan untuk makanan ternak. 3. Bekatul adalah kulit paling luar dari beras dan kulit paling dalam dari sekam yang sudah terkelupas melalui proses pengilingan. Bekatul ini mengandung paling banyak jumlah kulit ari (rice bran) dari beras, bermanfaat sebagai makanan atau pangan, namun karena bekatul mengandung asam filat yang bersifat anti gizi maka asam filat harus dihidrolisis lebih dulu, dalam industri farmasi atau kedokteran bekatul dapat dimanfaatkan sebagai sumber asam filat dengan cara ekstraksi, asam filat ini sangat bermanfaatdalam pengobatan, antara lain obat keracunan logam berat, obat sakit perut dan obat luka bernanah. 4. Menir adalah beras yang hancur kecil-kecil karena proses penggilingan terhadap gabah yang dilakukan beberapa kali, patahan beras mencapai 1/3 bagian dari beras utuh, biasanya menir diberikan sebagai pakan ternak ayam atau bebek. (Widiowati, 2001). Motor Bakar/Motor Penggerak Motor pengerak adalah motor yang dapat mengubah tenaga panas hasil pembakaran menjadi tenaga mekanik, motor penggerak dapat digolongkan, yaitu : 1. Motor dengan pembakaran di luar (exhaust combustion engine) 2. Motor dengan pembakaran di dalam selinder (internal combustion engine )

27 27 Motor dengan pembakaran di dalam dapat dikelompokan menjadi antara lain : 1. Berdasarkan langkah torak a. motor 4 tak b. motor 2 tak 2. Berdasarkan bahan bakar yang dipakai a. motor bensin, apabila menggunakan bahan bakar bensin/premium b. motor kerosine, apabila menggunakan bahan bakar minyak tanah c. motor diesel, apabila menggunakan bahan bakar solar (Hardjosentono, 2000). Perbedaan Prinsip Motor Bensin dan Motor Diesel Perbedaan prinsip antara mesin tersebut terletak pada sisi pengapian bahan bakarnya : motor diesel menggunakan prinsip auto-ignition (terbakar sendiri), sedangkan mesin bensin menggunakan prinsip spark-ignition (pembakaran yang dipicu oleh loncatan api listrik dari busi) mesin diesel memiliki rasio kompresi (perbandingan antara volume total selinder dan volume sisa / dead space) yang sangat tinggi bisa mencapai 25:1. Tingginya rasio kompresi ini merupakan tuntutan mekanisme auto-ignition perlu kompresi yang sangat tinggi untuk menghasilkan tekanan dan temperatur yang tinggi pada udara di dalam selinder, sedangkan mesin bensin yang menggunakan spark-ignition tidak memerlukan kompresi yang tinggi pada campuran bahan bakar udaranya. Justru rasio kompresi yang terlalu tinggi pada mesin bensin akan mengakibatkan terjadinya knocking. Tingginya rasio kompresi pada motor diesel memiliki aspek ganda, secara thermodinamika, rasio kompresi

28 28 yang sangat tinggi akan mengakibatkan efisiensi mesin, namun disisi lain rasio kompresi yang juga menuntut kekuatan materil dan asembly yang tinggi pada mesin diesel (Indiartono, 2005). Bahan Bakar Bahan Bakar Sebagai Sumber Energi Berdasarkan sumbernya, secara garis besar, energi dapat dibedakan menjadi energi primer dan energi sekunder atau siap guna (end use). Energi primer meliputi energi kimia yang terdapat pada bahan bakar fosil, energi nuklir yang terdapat dalam inti radioaktif, energi geothermal yang terdapat dalam panas kerak bumi, energi tidak yang terjadi karena perputaran rotasi bumi, energi surya berupa sinar surya yang mengenai permukaan bumi. Sebagaimana halnya kebutuhan pangan dan sandang, kebutuhan energi secara global maupun nasional semakin meningkat seiring dengan peningkatan penduduk dan dipicu oleh pertumbuhan ekonomi secara global dan pengaruh perkembangan teknologi. Demikian juga keadaan ekonomi suatu negara yang berpengaruh pada kesejahteraaan warganya yang tercermin dari corak dan gaya hidup yang menjadi pemacu peningkatan kebutuhan energi, secara umum dapat dikatakan bahwa laju pertumbuhan kebutuhan energi di negara maju lebih tinggi dari negara berkembang. Secara umum kebutuhan energi didunia sampai saat ini masih tergantung pada sumber daya fosil, terutama minyak dan gas bumi, serta batu bara. Tingkat pertumbuhan manusia lebih tinggi dari laju perkembangannya.

29 29 Sejak tahun 1980-an minyak menjadi sumber energi nomor satu, tetapi sejak tahun 1980 produksi minyak menurun karena banyaknya minat dan kebutuhan berbagai Negara, dengan demikian, kebutuhan tidak sesuai lagi dengan ketersediaannya. Hal ini mengakibatkan harga minyak bumi menjadi mahal. (Mangunwidjaja dan Sailah, 2005). Bahan Bakar Motor Bakar Ditinjau dari segi bahan bakar, dalam hal ini bahan bakar yang disingkat BBM, yang pertama harus diingat bahwa kerja optimal yang diperoleh seseorang pengemudi dari bekerjanya mesin kendaraan adalah bergantung pada dua sifat utama BBM yaitu : 1. dapat memberikan campuran bahan bakar udara dalam perbandingan yang benar yang biasanya diatiur oleh karburator dan injektor. 2. dapat memberikan pembakaran secara normal pada saat yang tepat di dalam siklusnya. Sehubungan dengan sifat utama yang harus dimiliki tersebut dapat diharapkan bahwa bahan bakar dapat memberikan keuntungan, yaitu : a. memberikan kemudahan menghidupkan mesin saat keadaan dingin b. memberikan kemudahan menghidupkan mesin kembali disaat mesin panas c. cepat dalam memanaskan mesin d. memberikan kecepatan dan akselerasi yang baik e. memberikan penghematan bahan bakar yang baik

30 30 f. tidak menimbulkan suara aneh atau getaran aneh yang berhubungan dengan kualitas pembakaran dari bahan bakar g. Memenuhi batas-batas pencemaran udara yang ditentukan peraturan negara (Wartawan, 1997). Bahan Bakar Motor Bensin Motor bensin 4 tak menggunakan bensin murni, sedangkan motor bensin dua tak menggunakan bensin campuran, yaitu bensin murni dicampur oli SAE 30 dengan perbandingan 20 : 1 atau 25 : 1 tergantung pada spesifikasi motor. Perbandingan tersebut adalah perbandingan volume, pemilihan bensin dan oli yang berkualitas baik sangat mempengaruhi usia motor (Hardjosentono dkk, 2000). Bahan Bakar Motor Diesel Motor diesel menggunakan bahan bakar solar, pemilihan bahan bakar yang baik sangat perlu, karena dapat menghindari banyak kesulitan: a. menghidupkan motor b. kerusakan pada pompa injeksi c. pengausan torak, ring torak, katup dll d. pemeliharaan motor Nilai cetan (Cetan Number) adalah nilai penambahan bahan bakar untuk motor diesel yang dinyatakan dengan angka, misalnya, nilai cetan traktor pertanian 40-45%, yang artinya % adalah bahan yang mudah terbakar

31 31 ( hydrocarbon-cetan), % adalah campuran lain yang sukar terbakar ( alpha methyl nepthylene) (Hardjosentono, dkk,2000). METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Perbaungan, kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, pada bulan Agustus sampai dengan selesai. Metode Penelitian Pengkajian kebutuhan bahan bakar penggiling padi yang digunakan petani untuk pengolahan lahan pertanian diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : E = T. I e... (1) I e = O. F......(2) Keterangan : E = Total Komsusmsi bahan bakar (liter/tahun) T = Jumlah unit alat dan mesin pertanian (unit) I e = Intensitas energi dari setiap alat (liter/alat/tahun) O = Waktu pengoperasian (jam/tahun) F = Konsumsi bahan bakar dari setipa alat (liter/jam) Dalam membuat proyeksi kebutuhan bahan bakar alsintan untuk beberapa tahun kedepan digunakan model Trend Line sesuai dengan data yang diperoleh.

32 32 Model analisis garis kecenderungan dengan menggunakan persamaan garis lurus (staright line equation), sebagai berikut : F t = a + bt... (3) F t = Nilai ramalan permintaan pada periode ke-t a = intersep 16 b = slope dari garis kecenderungan (trend line), merupakan tingkat perubahan dalam permintaan. t = indeks waktu (t = 1, 2, 3,.,n) ; n adalah banyaknya periode waktu slope dan intersep dari persamaan garis lurus dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut : b = ta n t ( t bar)( A bar) 2 n( t bar) 2... (4) a = (A bar) b(t bar)... (5) b a t t bar A = slope dari persamaan garis lurus = intersep dari persamaan garis lurus = indeks waktu = nilai rata-rata dari t = variabel permintaan (data aktual permintaan) A bar = nilai rata-rata permintaan per periode waktu, rata-rata dari A Untuk mengetahui kehandalan dari model peramalan yang digunakan, digunakan peta kontrol tracking signal, untuk model analisis garis kecenderungan diketahui dengan menggunakan rumus :

33 33 Tracking signal = RSFE...(6) MAD MAD = Mean Absolute Deviation adalah rata-rata persentase kesalahan absolut ( Kumulatif absolute errors / periode ) RSFE = Running Sum of the Forecast Error adalah nilai kumulatif dari errors (Gaspersz, 2005). Pengumpulan Data Metode dalam pengumpulan data adalah metode sensus dimana penelitian dilakukan terhadap petani maupun instansi yang terkait. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut : 1. Pengamatan langsung Data diperoleh dengan meninjau langsung bagian-bagian yang berkaitan dengan penelitian 2. Wawancara Pengumpulan data dilakukan dengan cara menghubungi petugas-petugas yang berwenang untuk memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 3. Angket questioner Angket questioner dibuat agar mempermudah petani dalam pengisian data alsintan yang dimiliki, jumlah bahan bakar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian. 4. Pencatatan

34 34 dicatat. Data-data pengamatan langsung dan hasil wawancara yang telah diperoleh Adapun data yang dibutuhkan untuk menganalisa kebutuhan bahan bakar alsintan adalah sebagai berikut ; 1. Data jumlah alsintan (unit). 2. Waktu pengoperasian (jam/tahun). 3. Intensitas alat (liter/alat/tahun). 4. Luas lahan (hektar). Pelaksanaan Penelitian Adapun kegiatan yang dilakukan selama penelitian, yaitu : 1. Pengumpulan data jumlah alsintan pada tahun-tahun sebelumnya. 2. Pengumpulan data-data yang dipertlukan dengan metode : Pengamatan langsung Wawancara Angket questioner Pencatatan 3. Pengolahan data kebutuhan bahan bakar. 4. Proyeksi kebutuhan bahan bakar pada tahun-tahun yang akan datang.

35 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Aktual Lahan Pertanian Di Kecamatan Perbaungan Ada beberapa faktor yang mendorong berkembangnya bidang pertanian di kecamatan Perbaungan, diantaranya adalah aspek budaya, masyarkat perbaungan sudah turun-temurun mengandalkan pertanian sebagai sumber mata pencahariannya yang utama, dan aspek geografis, dengan keadaan topografinya yang relatif datar, serta memiliki sumber air yang mencukupi yaitu dengan adanya sungai ular yang merupakan salah satu intake sumber air irigasi untuk lahan pertaniannya, sehingga persediaan pengairan didaerah ini sudah memadai. Tabel 1. Luas lahan baku sawah kecamatan Perbaungan Desa Luas lahan Baku Sawah (ha) Irigasi Non Irigasi Jumlah

36 36 Kota Galuh Jambur Pulau Suka Jadi Lubuk Cemara Lidah Tanah Suka Beras Pematang Tatal Lubuk Dendang Bengkel Lubuk Rotan Lubuk Bayas Sei Naga Lawan Tualang Pematang Sijonam Cinta Air Melati II Cintaman Jernih Tanah Merah Kesatuan Sei Jenggih Sei Buluh Jumlah Data diatas merupakan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan daerah kabupaten Serdang Bedagai (2007), pada 20 tabel diatas diketahui bahwa desa Melati II merupakan desa yang memiliki luas lahan sawah terbesar dengan luas 847 ha, yang diikuti oleh desa Sei Naga Lawan 418 ha, desa Lubuk Bayas dan Lidah Tanah 400 ha. Desa Melati II merupakan daerah yang memiliki luas lahan baku sawahnya yang terluas dan desa Melati II merupakan daerah percontohan pertanian di kecamatan Perbaungan, sehingga kelompok tani yang ada di desa ini menjadi periritas dalam mendapatkan bantuan dari pemerintah baik dalam hal mesin pertanian, bibit, pupuk maupun teknik-teknik budidaya tanaman hortikultura dan sarana prasarana pendukung lainnya.

37 37 Analisis Jumlah Ideal Penggilingan Padi di Kecamatan Perbaungan Penggunaan penggilingan padi pada proses pasca panen diarahkan kepada tiga hal, yaitu penurunan kehilangan hasil hasil pasca panen, peningkatan mutu hasil dan daya saing, dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, tujuan utama dari peningkatan penanganan pascapanen hasil pertanian adalah mengurangi kehilangan hasil. Masyarakat di kecamatan Perbaungan sudah menggunakan pengilingan padi untuk mengolah hasil produksi sawah padinya hal ini dapat diketahui dengan banyaknya jumlah penggilingan padi yang ada di daerah tersebut, baik penggilingan padi besar maupun kecil, berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa jumlah ideal penggilingan padi besar di kecamatan Perbaungan adalah 73 unit/musim, hal ini berarti bahwa dengan jumlah tersebut maka diharapkan petani dapat mengolah hasil produksinya yang luas area persawahannya ha dengan tepat waktu, dengan asumsi pada daerah tersebut hanya menggunakan penggilingan padi besar saja, tidak adanya penggilingan padi tipe lain yang ada didaerah tersebut. Begitu pula halnya dengan penggilingan padi yang jumlah idealnya adalah 86 unit/musim. Jumlah Aktual Penggilingan Padi dan Kemampuan Operasinya Tabel 2. Jumlah penggilingan padi dan kemampuan operasinya tahun 2007 Rata Rata Jenis Penggilingan Jumlah Konsumsi Efektifitas Kerja Efektif Padi (liter/jam) (kg/jam) (Hari/musim)

38 38 Penggilingan Besar 11 4, ,600 Penggilingan Kecil 67 2, ,013 49,104 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penggilingan padi besar yang ada di kecamatan Perbaungan sebanyak 11 unit sedangkan untuk memenuhi jumlah ideal penggilingan padi besar yang ada didaerah tersebut yang sebanyak 73 unit maka kekurangan 62 unit penggilingan besar untuk memenuhi jumlah penggilingan besar ideal, begitu pula untuk penggilingan padi kecil jumlahnya 67 unit sedangkan jumlah ideal penggilingan padi yang dibutuhkan daerah tersebut adalah unit/musim sehingga adanya kekurangan sebanyak 19 unit. Tetapi berdasarkan pengamatan yang dilakukan pengolahan hasil panen padi dapat diselesaikan tepat waktu, hal ini dapat terjadi karena : 1. Adanya perbedaan jadwal tanam suatu desa dengan desa yang lain, tergantung geografis aliran irigasi dan ketersediaan air. 2. Petani menggunakan penggilingan padi yang ada didesa yang terdekat, jika pada desanya tidak ada penggilingan padi. 3. Adanya petani yang tidak langsung menggilingkan semua hasil panen sawah padinya pada saat panen tiba. Dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa rata-rata komsumsi bahan bakar untuk masing-masing tipe penggilingan padi, seperti untuk penggilingan padi besar rata-rata komsumsi bahan bakarnya adalah 4,870 liter/jam dengan efektivitas kg/jam dan banyaknya kerja efektif rata-rata adalah 36,600 hari/musim sedangkan untuk penggilingan padi kecil komsumsi bahan bakar

39 39 rata-ratanya adalah 2,922 liter/jam dengan efektivitas 1.209,013 dan kerja efektif rata-ratanya adalah 49,104 hari/musim Dari total 78 penggilingan padi yang ada di kecamatan Perbaungan pada tahun 2007, kesemuanya menggunakan bahan bakar solar, dari hal ini memperlihatkan bahwa penggilingan padi bermesin diesel, dari pengamatan yang dilakukan penggunaan penggilingan padi kecil lebih banyak dimiliki oleh para petani dibandingkan dengan penggilingan padi besar hal ini dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu, besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh petani meliputi biaya operasional (biaya pekerja, biaya bahan bakar), perawatan ( service, mesin, biaya oli) dan perbaikan (biaya suku cadang), sehingga penggunaan penggilingan padi besar dianggap kurang efisien dengan keadaan ekonomi petani. Peramalan Jumlah Penggilingan Padi Untuk memperoleh data acuan yang akan digunakan, dari hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan di berbagai instansi terkait, karena metode peramalan (forecasting) jumlah kebutuhan penggilingan padi dengan menggunakan Model Analisis Garis Kecenderungan (Trend Line Analysis Model), maka perlu diamati data yang telah diperoleh dari tahun sebelumnya, untuk mengetahui jumlah aktual dari masing-masing tipe penggilingan padi yang ada di kecamatan Perbaungan, dan untuk mengetahui apakah metode yang digunakan telah sesuai dengan data yang diterima maka diperoleh data seperti berikut : Tabel 3. Data jumlah penggilingan padi tahun Jumlah Traktor Tahun Penggilingan Padi Besar Penggilingan Padi Kecil

40 Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa instansi terkait, Seperti data tahun diperoleh dari Dinas Pertanian kabupaten Deli Serdang, sedangkan untuk tahun diperoleh dari Dinas Pertanian kabupaten Serdang Bedagai, untuk tahun 2007 diperoleh jumlah penggilingan padi besar sebanyak 11 unit, dan untuk penggilingan padi kecil sebanyak 67 unit, karena data yang diperoleh cenderung meningkat (trend) sehingga data yang diperoleh dapat digunakan sebagai data masukan (source data). Tabel 4. Data masukan untuk peramalan Jumlah Penggilingan Padi Periode Tahun Penggilingan Padi Besar (unit) Penggilingan Padi Kecil (unit) Peramalan Jumlah Penggilingan Padi Kecil Data yang akan digunakan untuk forecasting jumlah penggilingan padi kecil beberapa tahun kedepan dimulai dari tahun , berdasarkan dari

41 41 trend yang dibentuk oleh data tersebut membentuk suatu garis kecendrungan menaik. Peramalan dilakukan untuk satu tahun kedepan, karena keterbatasan data yang diperoleh hanya 8 ( delapan) tahun. Dari hasil perhitungan maka diperoleh persaman garis yang dibentuk adalah : Ft = 40, t Jumlah Tahun Gambar 1. Grafik trend line jumlah penggilingan padi kecil tahun Ditinjau dari pola yang dibentuk oleh garis trend line diatas menyatakan bahwa dari tahun ketahun jumlah penggilingan padi kecil dapat diramalkan akan terus meningkat. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka peramalan jumlah penggilingan padi kecil berdasarkan persamaan Ft = 40, t ditunjukkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 5. Peramalan Jumlah penggilingan padi kecil

42 42 Periode Tahun Jumlah Aktual (unit) Ramalan (unit) ? 71 Menganalisis kehandalan suatu peramalan maka perlu diuji dengan menggunakan tracking signal Tabel 6. Uji kelayakan peramalan (tracking signal) Periode forecast Aktual Tracking Signal , , , , , , , ,043 Dengan model peramalan Ft = 40, t nilai tracking signal yang dipeoleh berada dalam kisaran - 2,837 sampai 1,085, hasil tersebut berada dalam batasan pengendalian maksimum + 4 hal ini menunjukkan bahwa akurasi model peramalan ini dapat dihandalkan, karena menurut Gasperz (2005) bahwa batasan-batasan pengendalian tracking signal + 4 Peramalan Jumlah Penggilingan Padi Besar

43 43 Begitu juga untuk penggilingan padi besar data yang digunakan untuk forecasting jumlah penggilingan padi besar beberapa tahun kedepan dimulai dari tahun , data tersebut membentuk suatu garis kecendrungan meningkat. Dari hasil perhitungan maka diperoleh persaman garis yang dibentuk adalah : Ft = 2, ,048t Jumlah Tahun Gambar 2. Grafik trend line jumlah penggilingan padi besar Tahun Berdasarkan hasil yang diperoleh maka peramalan jumlah penggilingan padi besar berdasarkan persamaan Ft = 2, ,048 t ditunjukkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 7. Peramalan jumlah penggilingan padi besar Periode Tahun Jumlah Aktual (unit) Ramalan (unit)

44 ? 11 Menganalisis kehandalan suatu peramalan maka perlu diuji dengan menggunakan tracking signal Tabel 8. Uji kelayakan peramalan (tracking signal) Periode Forecast Aktual Tracking signal , , , , , , , ,000 Dengan model peramalan Ft = 2,034+1,048 t, nilai tracking signal yang diperoleh berada dalam kisaran - 2,386 sampai 1,504, hasil tersebut berada dalam batasan pengendalian maksimum + 4. Analisis Kebutuhan Bahan Bakar Tabel 9. Perkiraan kemampuan operasi dan komsumsi bahan bakar rata-rata penggilingan padi Rata Rata Jenis Penggilingan Jam Operasi Konsumsi BB Konsumsi BB Padi rata-rata setiap alat (jam/tahun) (liter/jam) (liter/alat/tahun) Secara Umum 944,620 3, ,002 Penggilingan Besar 732 4, ,840 Penggilingan Kecil 982,080 2, ,638 Untuk menentukan kebutuhan bahan bakar untuk penggilingan padi, dengan menggunakan metode lead yaitu dengan menggunakan rumus (1) terlebih dahulu ditentukan konsumsi bahan bakar per alat per tahun (Ie).

45 45 Dari tabel diatas diketahui bahwasanya penggilingan padi yang ada di Kecamatan Perbaungan rata-rata beroperasi 944,620 jam/tahun yang mana dalam per harinya beroperasi selama + 5 jam, selama beroperasi penggilingan padi tersebut mengkonsumsi bahan bakar sebanyak 3,178 liter/jam, setiap penggilingan padi dalam setahun mengkonsumsi bahan bakar sebanyak 3.002,002 liter/alat. Hasil dari perhitungan jumlah kebutuhan bahan bakar per alat per tahun dengan menggunakan metode lead yaitu dengan mengunakan rumus (1) dapat dilihat pada lampiran 7. Pada lampiran 7. dapat diambil kesimpulan bahwa semakin banyaknya penggilingan padi yang digunakan maka akan semakin banyak banyak pula junlah bahan bakar yang harus disediakan oleh daerah tersebut begitu pula sebaliknya, kebutuhan bahan bakar yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007, untuk penggilingan padi besar kebutuhan bahan bakarnya mencapai ,240 liter/tahun sedangkan untuk penggilingan padi kebutuhan bahan bakarnya , 298 liter/tahun, dengan kebutuhan total bahan bakar penggilingan padi adalah , 538 liter/tahun. Analisa Biaya Bahan Bakar Analisa perhitungan biaya kebutuhan bahan bakar yang harus disediakan petani di kecamatan Perbaungan, dilakukan dengan menggunakan rumus : Biaya = jumlah kebutuhan bahan bakar per tahun x harga bahan bakar Perhitungan biaya kebutuhan bahan bakar menggunakan harga yang tetap pada setiap tahunnya dari tahun , daftar harga bahan bakar yang

46 46 digunakan adalah daftar harga pada tahun 2007 hal ini dilakukan karena pengamatan pengambilan data dilakukan pada tahun Semua penggilingan padi di kecamatan perbaungan merupakan mesin diesel yang berbahan bakar solar, semua petani pemilik penggilingan padi yang ada di kecamatan Perbaungan memperoleh bahan bakar yang bersumber dari SPBU, sedangkan harga bahan bakar solar di SPBU pada tahun 2007 adalah Rp per liter. Berdasarkan perhitungan biaya kebutuhan bahan bakar yang tertinggi yang harus dikeluaran oleh petani terjadi pada tahun 2007, yaitu 1. Biaya kebutuhan bahan bakar penggilingan padi besar adalah Rp per tahun 2. Biaya kebutuhan bahan bakar penggilingan padi kecil adalah Rp per tahun Untuk penggilingan padi besar diperkirakan pada tahun 2008 jumlahnya tidak mengalami perubahan sehingga biaya kebutuhan bahan bakarnya juga tidak mengalami perubahan sedangkan untuk penggilingan padi kecil pada tahun 2008 diperkirakan biaya kebutuhan bahan bakarnya akan mengalami peningkatan mencapai Rp Para petani pemilik penggilingan padi di kecamatan Perbaungan mendapatkan sumber bahan bakar dari SPBU tidak dari eceran hal ini disebabkan

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKAR POMPA AIR /PENGGERAK POMPA AIR DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKAR POMPA AIR /PENGGERAK POMPA AIR DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKAR POMPA AIR /PENGGERAK POMPA AIR DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI OLEH GEORGE ALEXANDER MAXWELL PASARIBU 030308034/TEKNIK PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

SIMULASI PENGHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKAR ALAT MESIN PERTANIAN DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SIMULASI PENGHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKAR ALAT MESIN PERTANIAN DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SIMULASI PENGHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKAR ALAT MESIN PERTANIAN DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI Oleh: DIAN MUSTIKA HUTAURUK DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penduduk suatu Negara (Todaro, 1990).

PENDAHULUAN. penduduk suatu Negara (Todaro, 1990). 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu amanat dari Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ditetapkan bahwa tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 (tiga belas) desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, dan wilayahnya masuk dalam Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI M. SIDIK PRAMONO 110304078 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari sepuluh juta tenaga kerja, menangani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

ALAT DAN MESIN PANEN PADI ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

OBSERVASI WILAYAH DAN ANALISIS PEMANFAATAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN UNTUK KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

OBSERVASI WILAYAH DAN ANALISIS PEMANFAATAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN UNTUK KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI OBSERVASI WILAYAH DAN ANALISIS PEMANFAATAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN UNTUK KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI RODEARNI PURBA DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan,

TINJAUAN PUSTAKA. pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Traktor Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap berhasil diciptakan dan pada permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara itu penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen padi perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan, penjemuran, dan penggilingan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI JARINGAN IRIGASI KABUPATEN KARO

SISTEM INFORMASI JARINGAN IRIGASI KABUPATEN KARO SISTEM INFORMASI JARINGAN IRIGASI KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH WIRA PRATAMA PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 SISTEM INFORMASI JARINGAN IRIGASI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN POLITEKNIK AGROINDUSTRI SUBANG 2011 PROSES

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH PENGARUH KENAIKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) GABAH PER 1 JANUARI 2010 TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH Studi Kasus : Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang SKRIPSI

Lebih terperinci

KAJIAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI TERHADAP SUMBERDAYA PERTANIAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH PADA LAHAN SAWAH

KAJIAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI TERHADAP SUMBERDAYA PERTANIAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH PADA LAHAN SAWAH KAJIAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI TERHADAP SUMBERDAYA PERTANIAN UNTUK PENGOLAHAN TANAH PADA LAHAN SAWAH SKRIPSI OLEH: AHMAD RIZAN FADLY 100308045 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DI KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI Oleh : DEASY CH SAGALA 070304067 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI AZIZ ANHAR DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 EFISIENSI

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO Endang Suarna Abstract Energy demand in the agricultural sector consists of diesel, gasoline, and kerosene for fuel of agricultural

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah negara pengekspor beras. Masalah ketahanan pangan akan lebih ditentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen beras yang besar, tetapi kebutuhan konsumsi beras dan pertumbuhan penduduk yang besar menyebabkan Indonesia tidak mampu menjadi

Lebih terperinci

Permasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir

Permasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir 1.1 latar Belakang Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

Spark Ignition Engine

Spark Ignition Engine Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB)

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB) FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

PROGRAM SIMULASI PENGELOLAAN TRAKTOR UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN SAWAH SKRIPSI OLEH : SERINITA BARUS

PROGRAM SIMULASI PENGELOLAAN TRAKTOR UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN SAWAH SKRIPSI OLEH : SERINITA BARUS PROGRAM SIMULASI PENGELOLAAN TRAKTOR UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN SAWAH (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI OLEH : SERINITA BARUS 120308012 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI TEKNOLOGI PRAPANEN DI KABUPATEN DELI SERDANG

SISTEM INFORMASI TEKNOLOGI PRAPANEN DI KABUPATEN DELI SERDANG SISTEM INFORMASI TEKNOLOGI PRAPANEN DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI ELFANI OKTIANTO 0903080061 KETEKNIKAN PERTANIAN PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN Indriani, Satia Negara Lubis dan Sinar Indra Kusuma Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK RAK TELUR PUYUH SKRIPSI OLEH : EKO WAHYU HANDOKO

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK RAK TELUR PUYUH SKRIPSI OLEH : EKO WAHYU HANDOKO RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK RAK TELUR PUYUH SKRIPSI OLEH : EKO WAHYU HANDOKO PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK RAK TELUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI (Kasus Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan dan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur) Pantjar

Lebih terperinci

EFISIENSI LAPANG DAN BIAYA PRODUKSI BEBERAPA ALAT PENGOLAHAN TANAH SAWAH DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT

EFISIENSI LAPANG DAN BIAYA PRODUKSI BEBERAPA ALAT PENGOLAHAN TANAH SAWAH DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT EFISIENSI LAPANG DAN BIAYA PRODUKSI BEBERAPA ALAT PENGOLAHAN TANAH SAWAH DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : IVAN YOLESSA BUTAR BUTAR PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Modernisasi

Lebih terperinci

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul 4 PEMBANGUNAN MODEL Deskripsi Model Berdasarkan studi literatur dan observasi lapangan dapat dikenali beberapa pelaku utama yang berperan dalam pendistribusian beras dari tingkat petani sampai ke konsumen.

Lebih terperinci

Pendahuluan ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN. Jika Σ E meningkat kegiatan : - ekonomi - ilmu pengetahuan - apresiasi manusia Akan berkembang dengan subur

Pendahuluan ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN. Jika Σ E meningkat kegiatan : - ekonomi - ilmu pengetahuan - apresiasi manusia Akan berkembang dengan subur ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN Pendahuluan Segala sesuatu di dunia sangat bergantung kepada. Misalnya: - Air untuk mandi hasil pemompaan dengan - sikat gigi sesuatu yang dihasilkan dengan. (proses produk

Lebih terperinci

UJI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS

UJI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS UJI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS SKRIPSI OLEH : JONSION PURBA PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 UJI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS SKRIPSI OLEH:

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penanganan Awal Kacang Tanah Proses pengupasan kulit merupakan salah satu proses penting dalam dalam rangkaian proses penanganan kacang tanah dan dilakukan dengan maksud untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) Performance Test of Machine Breaking Skin Grain With Rubber Rollers Distance Variation

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA Oleh : SALIX FINI MARIS F14104091 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI UNJUK

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING KEDELAI UNTUK PEMBUATAN TAHU

RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING KEDELAI UNTUK PEMBUATAN TAHU RANCANG BANGUN ALAT PENGGILING KEDELAI UNTUK PEMBUATAN TAHU SKRIPSI Oleh ERWIN RAFLI SITUMEANG DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 1 2 RANCANG BANGUN ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. Tempat Pengilingan Ibu Ita Tempat Pengilingan Bapak Hamzah Lokasi Kantor Kelurahan Pedoman Wawancara I. Topik : Upah Pekerja Pengilingan Padi II. Tujuan : Mengetahui Sistem Pengupahan Pekerja Pengilingan

Lebih terperinci

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH SNI 6128:2015 BERAS Ruang lingkup : SNI ini menetapkan ketentuan tentang persyaratan mutu, penandaan dan pengemasan semua jenis beras yang diperdagangkan untuk konsumsi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 237 Desa, dan 6 Kelurahan definitif. Wilayah Serdang Bedagai di sebelah

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE ADDED TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA USAHA PENGUPASAN BAWANG MERAH DI KOTA MEDAN SKRIPSI HENDRICK FIRMANDO NADAPDAP

ANALISIS VALUE ADDED TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA USAHA PENGUPASAN BAWANG MERAH DI KOTA MEDAN SKRIPSI HENDRICK FIRMANDO NADAPDAP ANALISIS VALUE ADDED TINGKAT PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA USAHA PENGUPASAN BAWANG MERAH DI KOTA MEDAN SKRIPSI HENDRICK FIRMANDO NADAPDAP 080304003 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai produsen terbesar di dunia, kelapa Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses produksi, pengolahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN BATU BARA

SISTEM INFORMASI KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN BATU BARA SISTEM INFORMASI KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN BATU BARA SKRIPSI Oleh : JUSTIRA MAI NORA SIREGAR 060308045 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 SISTEM

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditas pangan yang paling dominan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana padi merupakan bahan makanan yang mudah diubah menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN KARO (TINJAUAN KETEKNIKAN PERTANIAN)

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN KARO (TINJAUAN KETEKNIKAN PERTANIAN) ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN KARO (TINJAUAN KETEKNIKAN PERTANIAN) SKRIPSI OLEH : PRIMA MEDISTA GINTING DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UJI VARIASI KOMODITAS TERHADAP KAPASITAS ALAT PADA PENGGILING MULTIFUCER

UJI VARIASI KOMODITAS TERHADAP KAPASITAS ALAT PADA PENGGILING MULTIFUCER UJI VARIASI KOMODITAS TERHADAP KAPASITAS ALAT PADA PENGGILING MULTIFUCER SKRIPSI OLEH : FADLY ELSYAH PASARIBU PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 UJI VARIASI

Lebih terperinci

Pertemuan ke-1. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin

Pertemuan ke-1. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin Pertemuan ke-1 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga

BAB I PENDAHULUAN. terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet sintetik berkembang pesat sejak berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945. Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetik terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ANNISA FATIN AMRAN

SKRIPSI. Oleh: ANNISA FATIN AMRAN RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS KULIT TANDUK KOPI MEKANIS SKRIPSI Oleh: ANNISA FATIN AMRAN 110308039 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015 RANCANG BANGUN ALAT

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS SKRIPSI

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS SKRIPSI RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS SKRIPSI OLEH : ANTHONI LUMBANTOBING PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI KABUPATEN KARO

SISTEM INFORMASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI KABUPATEN KARO SISTEM INFORMASI ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH : SAFRIL GINTING DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh penggantian koil pengapian sepeda motor dengan koil mobil dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Honda Supra x tahun 2002 Oleh: Nuryanto K. 2599038 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci