BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Proses produksi Proses produksi yang dijalankan dalam membuat minuman botol Badak ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Proses produksi Proses produksi yang dijalankan dalam membuat minuman botol Badak ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1."

Transkripsi

1 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Proses produksi Proses produksi yang dijalankan dalam membuat minuman botol Badak ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1. FRYING SUGAR SARINGAN GULA MASUK BOTOL MIXER WASHER TRIMEK INSPECTOR 1 FILLER INSPECTOR 2 PACKING VALVING Gambar 3.1 Sistem Proses Produksi Minuman Botol Badak

2 Uraian Proses Produksi Proses produksi dibagi 3 proses yaitu 1. Tempat proses pembuatan soda limun yang dibagi atas beberapa proses yaitu Pemasakan gula (Frying Sugar), Saringan Gula, Mixer, Trimek, Filler. 2. Tempat proses masuk dan pembersihan botol yang dibagi atas beberapa proses yaitu Insert, Washer, Inspector Tempat pengisian soda limun kedalam botol dibagi atas beberapa proses yaitu Filler, Inspector 2, Packing and Valving Uraian Proses Produksi Pembuatan Soda Limun Pembuatan soda limun terdiri dari proses Pemasakan gula, Saringan gula, Mixer, Trimek, Filler. a. Pemasakan gula (Frying Sugar) o Gula dimasukkan ke sebuah tabung sebanyak 1500 kg untuk dimasak dengan suhu 100 o c selama 2 jam o Setelah gula berbentuk cairan maka suhu diturunkan menjadi 80 o c dan dipanaskan selama 1 jam b. Saringan gula o Gula yang sudah dipanaskan dialirkan melalui pipa ke saringan gula. o Gula yang berbentuk cairan disaring untuk memisahkan gula yang masih berbentuk batu dengan gula yang sudah mencair. c. Mixer [ Tabung pencampuran] o Gula yang susah disaring dialirkan ke tabung mixer untuk dicampurkan dengan air 1500L o Setelah dicampur air,diaduk hingga merata lalu ditambahkan dengan bahan-bahan yang lain seperti essence sarsapila dan pewarna agar terbentuk lah sirup sarsapila. d. Trimek o Setelah sirup sarsapila terbentuk,dialirkan menuju ke trimek o Didalam trimek sirup dicampur dengan Co2 dan air 250L. diaduk hingga menjadi larutan sirup soda sarsapila atau soda limun.

3 e. Filler o Setelah terbentuk soda limun,makan dialirkan ke filler untuk melakukan proses pengisian soda limun kedalam botol Uraian Proses Masuk dan Pembersihan Botol Tempat proses masuk dan pembersihan botol terdiri dari proses Insert, Washer, Inspector 1. a. Insert o Disini adalah awal masuknya botol kedalam proses,botol disusun satu persatu kedalam sebuah mesin rel menuju proses selanjutnya yaitu proses pensterilan botol b. Washer o Botol yang sudah dijalankan akan terlibah dahulu tersusun 6 botol perbaris didalam sistem dimana terdapat 3 kali perputaran. o Setelah botol tersusun maka direndam didalam air panas dan diputar lalu dibersihkan serta didinginkan. o Lalu botol dijalankan satu persatu untuk di inspeksi oleh Inspector 1, lanjutkan berulang kali sampai jumlah permintaan produksi terpenuhi c. Inspector 1 o Botol-botol yang sudah dibersihkan oleh washer akan diperiksa lagi oleh Human Inspector 1. o Disini Human Inspector 1 akan memeriksa apakah ada botol yang kurang bersih atau ada botol yang mengalami kerusakan, maka botol tersebut akan diambil dan dibuang dari proses Uraian Proses Pengisian Soda Limun Kedalam Botol Proses pengisian soda limun ke botol terdiri dari proses Filler, Inspector 2, Packing and Valving. a. Filler o Botol yang telah melewati Inspector 1 akan diisi soda limun didalam filler o Didalam filler botol akan diproses satu persatu dimulai dari pengisian soda limun kedalam botol.

4 o Setelah diisi, botol akan diperiksa oleh Inspector 2 lalu botol akan melalui proses filler yang kedua yaitu proses penutupan botol. b. Inspector 2 o Botol yang sudah melalui proses filler maka akan melalui Human Inspector 2 o Disini Human Inspector 2 akan memeriksa apakah ada kesalahan dalam pengisian dalam hal ketidak setimbangan volume ataupun ada botol yang mengalami kerusakan dalam proses pengisian, maka botol akan dibuang dari proses. c. Packing(Krak) and Valving o Botol-botol yang sudah diperiksa dan ditutup akan melalui rel dan menuju ke tempat packing dimana disusun kedalam krak. o Disini 1 krak akan diisi 24 botol. Lalu krak-krak tersebut akan disusun dalam valvet. o Didalam 1 valvet akan diisi 24 krak. Lalu dijalankan untuk dimasukkan kedalam gudang. Dengan volume gudang mencapai 4500 krak. 3.2 Pengumpulan data Data yang didapat dari perusahaan adalah sebagai berikut: e. Jumlah permintaan perhari pembuatan minuman Badak pada bulan januari 2015 hingga maret f. Jumlah persediaan botol pada januari-maret g. Jumlah produksi yang dihasilkan pada bulan Januari-Maret 2015 h. Biaya - biaya yang diperlukan dalam produksi. i. Jam kerja dalam setiap sistem produksi Jumlah Permintaan Produksi Bulan Januari Maret 2015 Jumlah permintaan produksi pada bulan Januari Maret 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.1

5 Tabel 3.1 Jumlah Permintaan Produksi Bulan Januari Maret 2015 (Krak) Hari ke Januari Februari Maret Jumlah Jumlah Persediaan Botol Bulan Januari Maret 2015 Data jumlah botol minuman pada bulan Januari Maret 2015 dapat dilihat dari Tabel 3.2

6 Tabel 3.2 Jumlah Persediaan Botol Bulan Januari Maret 2015 (Krak) Hari ke Januari Februari Maret Jumlah Jumlah Produksi yang Dihasilkan Bulan Januari Maret 2015 Data jumlah produksi yang dihasilkan pada bulan Januari Maret 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.3

7 Tabel 3.3 Jumlah Produksi yang Dihasilkan Bulan Januari Maret 2015 (Krak) Hari ke Januari Februari Maret Jumlah Biaya biaya yang diperlukan dalam produksi Biaya biaya yang diperlukan dalam sistem produksi antara lain :

8 Biaya Bahan Baku Tabel 3.4 Biaya Bahan Baku Biaya Bahan Baku Bulan (Rp) Januari ,031, Februari ,056, Maret ,230, Biaya Gaji Operator Tabel 3.5 Biaya Gaji Operator jumlah gaji Operator (Rp per bulan) Inspector 1 2,000,000 Inspector 2 2,000,000 Packing 1,800,000 Biaya Perawatan Mesin Tabel 3.6 Biaya Perawatan Mesin Biaya Perawatan Mesin (Rp per bulan) Filler 25,000,000 Washer 15,000,000 Biaya Pembelian Mesin Tabel 3.7 Biaya Penambahan Mesin Biaya Mesin Mesin (Rp per bulan) Filler 35,000,000 Harga Jual Produk Tabel 3.8 Tabel Harga Jual Produk Harga(Rp) Krak 100, Pengolahan Data Di dalam pengolahan data terdapat beberapa langkah yang dilakukan yaitu:

9 1. Menentukan distribusi yang digunakan pada data permintaan 2. Menentukan distribusi yang digunakan pada data persediaan botol 3. Menentukan distribusi yang digunakan pada data produksi Distribusi Data Permintaan Data distirbusi permintaan diolah dengan menggunakan operasi didalam Software stat:fit yang dapat dilihat pada lampiran 1 dimana distribusi didalam data permintaan dari sistem nyata dan akan digunakan dalam simulasi adalah distribusi normal dengan batas angka 1090,352 atau dapat ditulis menjadi N[1.09e+003,352] Distribusi Data Persediaan Botol Data distirbusi persediaan botol dengan menggunakan operasi didalam Software stat:fit yang dapat dilihat pada lampiran 2 dimana distribusi didalam data persediaan botol dari sistem nyata dan akan digunakan dalam simulasi adalah distribusi normal dengan batas angka 1190,350 atau dapat ditulis menjadi N[1.1e+003,350] Distribusi Data Produksi Data distirbusi produksi dengan menggunakan operasi didalam Software stat:fit yang dapat dilihat pada lampiran 3 dimana distribusi didalam dat permintaan dari sistem nyata dan akan digunakan dalam simulasi adalah distribusi normal dengan batas angka 1090,350 atau dapat ditulis menjadi N[1.09e+003,350]. 3.4 Model Simulasi Sistem Nyata Model simulasi dibuat dengan bantuan software ProModel TM. Model simulasi yang berhasil dibangun yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam sistem nyata dalam setiap proses nya seperti yang digambarkan pada pada lampiran 4.

10 Didalam model simulasi ProModel TM ada beberapa bagian keterangan dalam pembuatan model antara lain : a. Lokasi/Location Lokasi yang digunakan di dalam model berjumlah 20 lokasi dengan kapasitas setiap lokasi nya berbeda dengan satuan krak serta menggunakan prinsip antrian FIFO(First In First Out) dengan keterangan lebih jelas terdapat pada lampiran 5. b. Entitas/Entities Entitas atau dapat disebut juga bahan-bahan yang digunakan dalam sistem produksi seperti gula, botol, soda, krak_isi, krak_kosong dapat dilihat pada lampiran 6. c. Kedatangan/Arrival Proses awal kedatangan bahan(entitas) ke dalam sistem produksi dimana botol masuk dari lokasi pickup dengan jumlah sekali masuk 1 krak dengan total 1500 krak, gula masuk dari lokasi frying_sugar hingga trimek dengan jumlah sekali masuk 1 krak dengan total 1500 krak, dan krak_kosong masuk dari lokasi empty_krak denggan jumlah sekali masuk 1 krak dengan total 1500 krak. Agar lebih jelas nya terdapat pada lampiran 7. d. Proses/Process Sistem dimulainya proses produksi dari awal kedatangan gula dari frying_sugar, botol ke pickup, lalu gula dan botol digabungkan menjadi soda ke jalur_krak1, hingga akhir dari proses produksi soda dimasukkan ke krak_kosong menjadi krak_isi dari krak menuju vallet. Proses didalam sistem ini tergambarkan dalam lampiran 8.

11 3.5 Analisis Simulasi Sistem Nyata Simulasi yang dihasilkan dengan menggunakan jam kerja selama 8 jam perhari nya dan dilakukan perulangan sebanyak 24 kali dengan satuan krak dimana 1 krak terdapat 24 botol. Data hasil produksi yang dihasilkan menggunakan data yang didapat dari perusahaan dengan menggunakan distribusi yang didapat. Data yang dihasilkan dalam simulasi jika terdapat data yang kosong maka dapat dilakukan beberapa cara antara lain : a. Mean (rata-rata) Jika dari 24 data yang dihasilkan terdapat kekosongan data maka dapat dicari rata-rata dari data yang didapat dan digunakan untuk data kosong tersebut. Penggunaan mean dapat dilakukan jika data yang kosong terdapat 1 data yang kosong. b. Median (titik tengah) Jika dari 24 data yang dihasilkan terdapat kekosongan data maka dapat dicari titik tengah dari data yang didapat dan digunakan untuk data kosong tersebut. Jika terdapat 2 data yang kosong dan terdapat 1 median maka data kosong tersebut akan menggunakan data yang sama. Jika terdapat 1 data kosong dan 2 median maka akan dicari rata-rata dari median.. c. Modus (nilai yang sering muncul) Jika dari 24 data yang dihasilkan terdapat kekosongan data maka dapat dicari data yang paling sering muncul dari data yang didapat dan digunakan untuk data kosong tersebut. Penggunaan modus dapat dilakukan didalam single ataupun multiple data yang kosong Analisis Hasil dari Simulasi Hasil dari simulasi ini akan dibuat ke dalam tabel antara lain : Hasil Produksi dari Simulasi Nyata Lokasi : Vallet

12 Tabel 3.9 Jumlah Produksi yang Dihasilkan n X Jumlah Keterangan : n = jumlah replikasi X = jumlah produksi yang dihasilkan Analisis Simulasi Nyata Dalam Efisiensi Waktu Dan Biaya Analisis Simulasi Nyata Dengan Efisiensi Waktu Didalam sistem simulasi produksi nyata yang dilakukan dalam waktu proses 8 jam kerja per hari menghasilkan rata-rata hasil produksi 1008 krak, sedangkan di

13 dalam sistem proses produksi yang ideal akan menghasilkan 1500 krak per hari dalam waktu 8 jam kerja. Ini karena besarnya jumlah botol rusak dan tidak layak untuk digunakan yang mengakibatkan efisiensi waktu terhadap hasil produksi hanya sebesar 67.2%. Maka akan dilakukan usulan penambahan guna untuk meningkatkan hasil produksi seperti penambahan operator ataupun mesin yang digunakan. Jumlah dari botol yang rusak dalam simulasi nyata dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.10 Botol rusak L E botol rusak 2 53 failed 27 total 80 Keterangan : L = Location E = jumlah botol (krak) Analisis Simulasi Nyata Dengan Efisiensi Biaya Dari data Tabel 3.4 sampai dengan Tabel 3.8 terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan dan harga yang diterima dari hasil produksi yang terdapat pada Tabel 3.9. Dapat kita lihat perhitungan efisiensi biaya dengan menggunakan Ms.Excel yang terdapat pada Tabel Tabel 3.11 Biaya Produksi Hasil Produksi (krak per bulan) Biaya yang dihasilkan Harga (Rp) 2,418,300,000 Biaya Bahan Baku (per bulan) 337,772,590 Biaya yang dikeluarkan jumlah gaji (per bulan) 5,800, Biaya Perawatan (Rp per bulan) 40,000, Total Biaya yang dihasilkan (Rp) Biaya Hasil - Biaya Keluar (Rp) 2,034,727,410 Dari Tabel 3.12 dapat kita lihat hasil dari biaya produksi simulasi sistem nyata. Langkah selanjutnya akan dilakukan simulasi usulan penambahan operator ataupun mesin dengan memperhatikan penambahan gaji operator ataukah harga pembelian mesin serta biaya perawatan mesin. Setelah itu akan dibandingkan manakah biaya yang dihasilkan paling maksimum dari semua usulan-usulan penambahan yang akan dilakukan.

14 3.6 Pengembangan Simulasi Model Usulan Pengembangan model usulan dilakukan dengan cara memodifikasi model aktual. Pengembangan model ini bertujuan untuk mengurangi banyak nya kerusakan botol dan kelambatan mesin dalam proses produksi yang mengakibatkan hasil produksi yang tidak efisien. Untuk hal ini maka ada 3 (tiga) alternatif usulan yang bisa dikembangkan yaitu: pertama dengan penambahan operator, kedua dengan penambahan stasiun kerja (elemen mesin) dan ketiga penambahan stasiun kerja serta penambahan operator Analisis Simulasi Penambahan Operator Untuk usulan pertama yaitu dengan penambahan operator akan dilakukan penambahan sebanyak 3 operator kerja dimana 2 operator didalam proses inpseksi dan 1 operator didalam proses packing. Penggunaan penambahan operator guna mengurangi human error agar dapat mengurangi kerusakan pada botol serta dapat melakukan proses packing yang lebih cepat yang mengakibatkan bertambahnya hasil produksi yang dihasilkan. Setelah dibuat model dan melakukan simulasi nya dalam software Promodel maka akan didapatkan hasil sebagai berikut : Hasil Produksi Dari Simulasi Penambahan Operator Lokasi : Vallet Tabel 3.12 Jumlah produksi yang dihasilkan n X

15 n X Jumlah Keterangan : n = jumlah replikasi X = jumlah produksi yang dihasilkan Analisis Simulasi Penambahan Operator Dalam Efisiensi Waktu Dan Biaya Analisis Simulasi Penambahan Operator Dalam Efisiensi Waktu Didalam sistem simulasi produksi penambahan operator yang dilakukan dalam waktu proses 8 jam kerja per hari menghasilkan rata-rata hasil produksi 1140 krak jika dibandingkan dengan hasil dari simulasi nyata yang rata-rata hanya menghasilkan 1008 krak maka sudah mengalami peningkatan efisiensi waktu terhadap hasil produksi dari 67.2% menjadi 76.0%. Namun hasil yang didapat masih belum cukup dekat dengan efisiensi waktu yang ideal. Maka akan dilakukan usulan selanjutnya. Jumlah dari botol yang rusak dalam simulasi penambahan operator dapat dilihat pada Tabel 3.13.

16 Tabel 3.13 Botol rusak L E botol rusak 2 61 Failed 29 Total 90 Keterangan : L = Location E = jumlah botol(krak) Analisis Simulasi Penambahan Operator Dengan Efisiensi Biaya Dari data Tabel 3.4 sampai dengan Tabel 3.8 terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan dan harga yang diterima dari hasil produksi yang terdapat pada Tabel Dapat kita lihat perhitungan efisiensi biaya dengan menggunakan Ms.Excel yang terdapat pada Tabel Tabel 3.14 Biaya Produksi Hasil Produksi (krak per bulan) Biaya yang dihasilkan Harga (Rp) 2,736,100,000 Biaya Bahan Baku (per bulan) 337,772,590 Biaya yang dikeluarkan jumlah gaji (per bulan) 11,600, Biaya Perawatan (Rp per bulan) 40,000, Total Biaya yang dihasilkan (Rp) Biaya Hasil - Biaya Keluar (Rp) 2,346,727,410 Dari Tabel 3.14 dapat kita lihat bahwa biaya yang dihasilkan dalam simulasi penambahan operator mengalami peningkatan dibandingkan dengan biaya yang dihasilkan simulasi nyata dengan peningkatan biaya sebesar Rp ,00. Pada usulan penambahan operator biaya yang dikeluarkan untuk jumlah gaji operator bertambah namun hasil produksi mengalami peningkatan sehingga biaya yang dihasilkan pun bertambah. Dengan bertambah nya biaya hasil produksi yang lebih besar dari gaji operator maka keuntungan yang dihasilkan pun mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan simulasi model nyata. Tabel 3.15 Perbandingan Simulasi Nyata dan Usulan 1 Jumlah Operator Human Error Hasil Produksi Peningkatan Biaya Jumlah keuntungan A 3 17% ,034,727,410 A1 6 5% ,800,000 2,346,727,410

17 Keterangan : A = Simulasi nyata A1 = Usulan penambahan operator Analisis Simulasi Penambahan Mesin Untuk usulan kedua yaitu penambahan mesin akan dilakukan penambahan 1 mesin dimana mesin yang ditambahkan adalah mesin filler ataupun mesin yang digunakan untuk mengisi soda limun kedalam botol kosong. Penambahan mesin ini berguna untuk mengurangi terjadi nya antrian dan menumpuknya proses pada mesin filler. Setelah dilakukan model dan membuat simulasi nya dalam software Promodel maka akan didapatkan beberapa hasil sebagai berikut : Hasil Produksi Dari Simulasi Penambahan Mesin Lokasi : Vallet Tabel 3.16 Jumlah Produksi Yang Dihasilkan n X

18 n X Jumlah Keterangan : n = jumlah replikasi X = jumlah produksi yang dihasilkan Analisis Simulasi Penambahan Mesin Dalam Efisiensi Waktu Dan Biaya Analisis Simulasi Penambahan Mesin Dalam Efisiensi Waktu Didalam sistem simulasi produksi penambahan mesin yang dilakukan dalam waktu proses 8 jam kerja per hari menghasilkan rata-rata hasil produksi sebesar 1098 krak jika dibandingkan dengan simulasi nyata yang menghasilkan rata-rata hasil produksi sebesar 1008 krak sudah mengalami peningkatan efisiensi dari 67.2% menjadi 73.2%. Tetapi jika dibandingkan dengan usulan pertama yaitu denga penambahan operator mengalami penurunan efisiensi dari 76.0% menahdi 73.2%. Disini terlihat bahwa human error lebih mempengaruhi dalam hasil produksi daripada kecepatan mesin. Jumlah dari botol yang rusak dalam simulasi penambahan mesin dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.17 Botol rusak L E botol rusak 2 12 Failed 68 Total 80 Keterangan : L = Location E = jumlah botol(krak)

19 Analisis Simulasi Penambahan Mesin Dengan Efisiensi Biaya Dari data Tabel 3.4 sampai dengan Tabel 3.8 terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan dan harga yang diterima dari hasil produksi yang terdapat pada Tabel Dapat kita lihat perhitungan efisiensi biaya dengan menggunakan Ms.Excel yang terdapat pada Tabel Tabel 3.18 Biaya Produksi Hasil Produksi (krak per bulan) Biaya yang dihasilkan Harga (Rp) 2,634,800,000 Biaya Bahan Baku (per bulan) 337,772,590 Biaya yang dikeluarkan jumlah gaji (per bulan) 5,800,000 Biaya Perawatan (Rp per bulan) 65,000,000 Biaya Penambahan Mesin (per bulan) 35,000,000 Total Biaya yang dihasilkan (Rp) Biaya Hasil - Biaya Keluar (Rp) 2,191,227,410 Dari Tabel 3.18 dapat kita lihat bahwa biaya yang dihasilkan dalam simulasi penambahan mesin mengalami peningkatan dibandingkan dengan biaya yang dihasilkan simulasi nyata dengan peningkatan biaya sebesar Rp ,00. Pada usulan penambahan mesin biaya yang dikeluarkan untuk biaya penambahan mesin serta biaya perawatan mesin bertambah namun hasil produksi mengalami peningkatan sehingga biaya yang dihasilkan pun bertambah. Dengan bertambahnya biaya hasil produksi yang lebih besar dari penambahan biaya yang dikeluarkan maka keuntungan yang dihasilkan pun mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan simulasi model nyata. Namun mengalami penurunan keuntungan jika dibandingkan dengan simulasi usulan penambahan operator. Tabel 3.19 Perbandingan Simulasi Nyata, Usulan 1 dan Usulan 2 Jumlah Waktu kerja Jumlah Human Hasil Produksi Peningkatan Jumlah Filler Filler (sec) Operator Error Biaya keuntungan A % ,034,727,410 A % ,800,000 2,346,727,410 A % ,000,000 2,191,227,410 Keterangan : A = Simulasi nyata A1 = Usulan penambahan operator A2 = Usulan penambahan mesin

20 3.6.3 Analisis Simulasi Penambahan Operator dan Mesin Untuk usulan ketiga ini kita akan menggabungkan usulan pertama dan kedua yaitu dengan penambahan 1 mesin filler dan penambahan operator dimana penambahan operator sebanyak 3 operator kerja dimana 2 operator didalam proses inpseksi dan 1 operator didalam proses packing. Penambahan operator dan mesin ini berguna untuk mengurangi terjadi nya antrian dan menumpuknya proses pada mesin filler serta mengurangi Human Error yang membuat bertambahnya hasil produksi yang dihasilkan dan berkurangnya botol yang mengalami kerusakan. Setelah dilakukan model dan membuat simulasi nya dalam software Promodel maka akan didapatkan beberapa hasil sebagai berikut : Hasil Produksi Dari Simulasi Penambahan Operator Dan Mesin Lokasi : Vallet Tabel 3.20 Jumlah produksi yang dihasilkan n X

21 n X Jumlah Keterangan : n = jumlah replikasi X = jumlah produksi yang dihasilkan Analisis Simulasi Penambahan Operator Dan Mesin Dalam Efisiensi Waktu Dan Biaya Analisis Simulasi Penambahan Operator Dan Mesin Dalam Efisiensi Waktu Didalam sistem simulasi produksi penambahan operator danmesin yang dilakukan dalam waktu proses 8 jam kerja per hari menghasilkan rata-rata hasil produksi sebesar 1161 krak jika dibandingkan dengan simulasi nyata yang menghasilkan rata-rata hasil produksi sebesar 1008 krak sudah mengalami peningkatan efisiensi dari 67.2% menjadi 77.4%. Disini terlihat bahwa penggabungan human error dan kecepatan mesin untuk berproses meningkatkan efisiensi hasil produksi yang cukup signifikan. Jumlah dari botol yang rusak dalam simulasi penambahan operator dan mesin dapat dilihat dengan jelas pada Tabel Tabel 3.21 Botol rusak L E botol rusak 2 25 Failed 30 Total 65 Keterangan : L = Location E = jumlah botol(krak)

22 Analisis Simulasi Penambahan Operator dan Mesin Dengan Efisiensi Biaya Dari data Tabel 3.4 sampai dengan Tabel 3.8 terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan dan harga yang diterima dari hasil produksi yang terdapat pada Tabel Dapat kita lihat perhitungan efisiensi biaya dengan menggunakan Ms.Excel yang terdapat pada Tabel Tabel 3.22 Biaya Produksi Hasil Produksi (krak per bulan) Biaya yang dihasilkan Harga (Rp) 2,786,300,000 Biaya Bahan Baku (per bulan) 337,772,590 Biaya yang dikeluarkan jumlah gaji (per bulan) 11,600,000 Biaya Perawatan (Rp per bulan) 65,000,000 Biaya Penambahan Mesin (per bulan) 35,000,000 Total Biaya yang dihasilkan (Rp) Biaya Hasil - Biaya Keluar (Rp) 2,336,927,410 Dari Tabel 3.22 dapat kita lihat bahwa biaya yang dihasilkan dalam simulasi penambahan operator dan mesin mengalami peningkatan dibandingkan dengan biaya yang dihasilkan simulasi nyata dengan peningkatan biaya sebesar Rp ,00. Pada usulan penambahan operator dan mesin biaya yang dikeluarkan untuk biaya penambahan mesin, biaya perawatan mesin, serta biaya gaji operator bertambah namun hasil produksi mengalami peningkatan sehingga biaya yang dihasilkan pun bertambah. Dengan bertambah nya biaya hasil produksi yang lebih besar dari penambahan biaya yang dikeluarkan maka keuntungan yang dihasilkan pun mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan simulasi model nyata. Namun mengalami penurunan keuntungan jika dibandingkan dengan simulasi penambahan operator.

23 Tabel 3.23 Perbandingan Simulasi Nyata dan Simulasi Usulan Jumlah Filler Waktu kerja Filler (sec) Jumlah Operator Human Error Hasil Produksi Peningkatan Biaya Jumlah keuntungan A % ,034,727,410 A % ,800,000 2,346,727,410 A % ,000,000 2,191,227,410 A % ,800,000 2,336,927,410 Keterangan : A = Simulasi nyata A1 = Usulan penambahan operator A2 = Usulan penambahan mesin A3 = Usulan penambahan operator dan mesin Analisis hasil yang didapat dari sistem simulasi nyata dan simulasi ketiga usulan dapat dilihat dalam Tabel 3.24 serta grafik pada Gambar 3.2 hingga Gambar 3.6. Tabel 3.24 Perbandingan Hasil Simulasi Sistem Nyata Dan Simulasi Usulan Hasil Simulasi Sistem Nyata A1 A2 A3 Jumlah hasil produksi (krak) Rata-rata hasil produksi (krak) Utilitas hasil produksi 67.2% 76.0% 73.2% 77.4% Jumlah botol rusak (krak) Keuntungan (Rp) 2,034,727,410 2,346,727,410 2,191,227,410 2,336,927,410 Keterangan : A1 = usulan 1 A2 = usulan 2 A3 = usulan 3 Usulan 1 = penambahan operator Usulan 2 = penambahan mesin Usulan 3 = penambahan operator dan mesin

24 Sistem Nyata Jumlah hasil produksi A1 A2 A Jumlah hasil produksi Gambar 3.2 Perbandingan Jumlah Hasil Produksi Simulasi Sistem Nyata dan Simulasi Usulan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah produksi yang dihasilkan dalam setiap sistem simulasi usulan mengalami kenaikan hasil produksi yang cukup besar jika dibandingkan dengan hasil sistem simulasi nyata. Disini terlihat bahwa usulan 3 memiliki hasil produksi yang lebih besar dibandingkan usulan lain nya dan sistem nyata Rata-rata hasil produksi Sistem Nyata A1 A2 A3 Rata-rata hasil produksi Gambar 3.3 Perbandingan Rata-rata Hasil Produksi Simulasi Sistem Nyata dan Simulasi Usulan

25 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa perbandingan rata-rata hasil produksi yang dihasilkan dalam setiap sistem simulasi usulan mengalami kenaikan hasil produksi yang cukup besar jika dibandingkan dengan hasil sistem simulasi nyata. Disini terlihat bahwa usulan 3 memiliki rata-rata hasil produksi yang lebih besar dibandingkan usulan lain nya dan sistem nyata. 80.0% 78.0% 76.0% 74.0% 72.0% 70.0% 68.0% 66.0% 64.0% 62.0% Sistem Nyata 67.2% Utilitas hasil produksi 76.0% 73.2% A1 A2 A3 77.4% Utilitas hasil produksi Gambar 3.4 Perbandingan Utilitas Hasil Produksi Simulasi Sistem Nyata dan Simulasi Usulan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa perbandingan utilitas hasil produksi yang dihasilkan dalam setiap sistem simulasi usulan mengalami kenaikan utilitas hasil produksi yang cukup besar jika dibandingkan dengan hasil sistem simulasi nyata. Disini terlihat bahwa usulan 3 memiliki utilitas hasil produksi yang lebih besar dibandingkan usulan lain nya dan sistem nyata.

26 Jumlah botol rusak Jumlah botol rusak Sistem Nyata A1 A2 A3 Gambar 3.5 Perbandingan Jumlah Botol Rusak Simulasi Sistem Nyata dan Simulasi Usulan Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah botol rusak yang dihasilkan dalam setiap sistem simulasi usulan mengalami penurunan jumlah botol rusak jika dibandingkan dengan hasil sistem simulasi nyata. Disini terlihat bahwa usulan 3 memiliki kerusakan botol yang paling sedikit jika dibandingkan dengan usulan lain nya dan sistem nyata. 2,400,000,000 2,350,000,000 2,300,000,000 2,250,000,000 2,200,000,000 2,150,000,000 2,100,000,000 2,050,000,000 2,000,000,000 1,950,000,000 1,900,000,000 1,850,000,000 Sistem Nyata Keuntungan 2,034,727,410 2,346,727,410 2,191,227,410 A1 A2 A3 2,336,927,410 Biaya keuntungan Gambar 3.6 Perbandingan Keuntungan Simulasi Sistem Nyata dan Simulasi Usulan

27 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa perbandingan Keuntungan yang dihasilkan dalam setiap sistem simulasi usulan mengalami kenaikan biaya produksi yang cukup besar jika dibandingkan dengan hasil sistem simulasi nyata. Disini terlihat bahwa usulan 1 memiliki Keuntungan yang lebih besar dibandingkan usulan lain nya dan sistem nyata. Dari Tabel 3.24 serta Gambar 3.2 hingga 3,.6 kita dapat melihat bahwa dalam hasil produksi, rata-rata hasil produksi, utilitas hasil produksi, serta jumlah botol yang rusak usulan 3 memiliki efisiensi waktu terhadap hasil produksi yang lebih mendekati ideal dibandingkan sistem usulan lain nya. Namun untuk Keuntungan usulan 1 yang memiliki efisiensi biaya yang paling menguntungkan dalam proses produksi.

28 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data dan analisis pada bab sebelumya dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari sistem simulasi nyata yang dilakukan menghasilkan rata-rata hasil produksi sebesar 1008 krak dan menghasilkan keuntungan sebesar Rp Dari sistem simulasi usulan penambahan operator yang dilakukan menghasilkan rata-rata hasil produksi sebesar 1140 krak dan menghasilkan keuntungan sebesar Rp Dari sistem simulasi usulan penambahan mesin yang dilakukan menghasilkan rata-rata hasil produksi sebesar 1098 krak dan menghasilkan keuntungan sebesar Rp Dari sistem simulasi usulan penambahan operator dan mesin yang dilakukan menghasilkan rata-rata hasil produksi sebesar 1161 krak dan menghasilkan keuntungan sebesar Rp Saran Peneliti menyarankan agar pihak perusahaan ingin mendapatkan hasil produksi yang optimal dalam efisiensi waktu dan biaya pihak perusahan dapat menambahkan 3 operator dan 1 mesin dalam proses produksi minuman botol Badak tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persiapan produksi merupakan dasar bagi perusahaan industri dalam mengelola sebuah perusahaan dan kestabilan kapasistas produksi. Persiapan produksi juga berguna dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT Sinar Sosro merupakan suatu perusahaan yang memproduksi minuman dalam kemasan botol. Adapun produk yang dihasilkan berupa teh botol sosro, fruit tea dan prim-a. Pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Alpine Cool merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. Produk yang dihasilkan perusahaan adalah Refigerator System atau yang lebih dikenal dengan sebutan panel pendingin. Dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. oleh PT. Coca Cola Indonesia terdiri dari gula murni, air bersih, dan gas CO2.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. oleh PT. Coca Cola Indonesia terdiri dari gula murni, air bersih, dan gas CO2. BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Produksi Bahan baku dasar (Concentrate) yang dibuat dengan proses ilmiah oleh PT. Coca Cola Indonesia terdiri dari gula murni, air bersih, dan gas CO2. Bahan-bahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. General Manager Menentukan dan merumuskan kegiatan utama dalam perusahaan untuk pencapaian tujuan umum perusahaan. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumusan dari permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Rumusan dari permasalahan yang ditemukan adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ( Cukup 3 paragraf saja ) - Jelaskan mengenai keadaan/masalah perusahaan yang diamati - Uraikan fungsi simulasi untuk mengatasi permasalahan yang ada pada obyek yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PD. Sumur Sari adalah perusahaan yang memproduksi garam (garam meja/halus, garam dapur/briket, garam krosok), kerupuk (kerupuk sumur sari, kerupuk sumur sari super, kerupuk sumur sari bawang, kerupuk

Lebih terperinci

Analisis Keseimbangan Lintasan untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi dengan Pendekatan Line Balancing dan Simulasi

Analisis Keseimbangan Lintasan untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi dengan Pendekatan Line Balancing dan Simulasi Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.2, Juni 2013, pp.107-113 ISSN 2302-495X Analisis Keseimbangan Lintasan untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi dengan Pendekatan Line Balancing dan Simulasi Vickri Fiesta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, muncul banyak persaingan-persaingan industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, muncul banyak persaingan-persaingan industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, muncul banyak persaingan-persaingan industri khususnya industri makanan dan minuman. Hal ini terlihat dengan banyaknya jenis makanan

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

UTILITAS PINTU TOL MASUK DAN PEKERJA PINTU TOL MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMODEL (STUDI KASUS : PINTU TOL BUAH BATU BANDUNG)

UTILITAS PINTU TOL MASUK DAN PEKERJA PINTU TOL MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMODEL (STUDI KASUS : PINTU TOL BUAH BATU BANDUNG) bidang TEKNIK UTILITAS PINTU TOL MASUK DAN PEKERJA PINTU TOL MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMODEL (STUDI KASUS : PINTU TOL BUAH BATU BANDUNG) AGUS RIYANTO, IYAN ANDRIANA, GABRIEL SIANTURI Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Penyaringan Nira Kental Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk memisahkan kotoran yang masih ada pada nira kental hasil dari pemurnian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRAKSI Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... 3

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRAKSI Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... 3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Flow diagram pemecahan masalah

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Flow diagram pemecahan masalah BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram pemecahan masalah Definisi Sistem - Permodelan Sistem - Pola antrian produk Tidak sesuai Pengumpulan Data - Data produk dan perusahaan - Data waktu kedatangan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN METODE KERJA PROSES PENGANTONGAN UREA DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT. XYZ

USULAN PERBAIKAN METODE KERJA PROSES PENGANTONGAN UREA DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT. XYZ Afif hakim 1), Dicky Suryapranatha 2) USULAN PERBAIKAN METODE KERJA PROSES PENGANTONGAN UREA DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT. XYZ Afif hakim 1), Dicky Suryapranatha 2) Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembuatan Gula Pabrik gula adalah suatu pabrik yang berperan mengubah bahan baku tebu menjadi kristal produk yang memenuhi syarat. Di dalam proses kristalisasi dilakukan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN B A B V I KESIMPULAN DAN SARAN VI.!. Kesimpulan Dari analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut : A. Quality Control Secara umum untuk ke 36 pemeriksaan peta kontrol tersebut, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Pada penelitian tugas akhir ini, untuk mengetahui kondisi dan karakteristik

BAB V ANALISA HASIL. Pada penelitian tugas akhir ini, untuk mengetahui kondisi dan karakteristik BAB V ANALISA HASIL Pada penelitian tugas akhir ini, untuk mengetahui kondisi dan karakteristik dari sistem antrian kita telah mengambil dua data, yaitu data waktu antar kedatangan kendaraan dan data waktu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi Mesin pendingin icyball beroperasi pada tekanan tinggi dan rawan korosi karena menggunakan ammonia sebagai fluida kerja. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Cikal bakal PT. Sosro bermula dari usaha keluarga Sosrodjojo yang menjual teh wangi pada tahun 1940 di Kabupaten Slawi, Propinsi Jawa Tengah. Setelah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Keluarga Sosrodjojo memulai usaha dengan menjual teh wangi pada tahun 1940 di Slawi, Jawa Tengah. Pada tahun 1965 keluarga Sosrodjojo melakukan ekspansi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pabrik yang dimiliki Keluarga Sosrodjojo ini memulai usaha dengan menjual teh wangi pada tahun 1940 di Slawi, Jawa Tengah. Pada tahun 1965 keluarga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Selama ini Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kreasi Lutvi merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi makanan ringan keripik singkong. UD. Kreasi Lutvi berdiri pada tahun 1999. Sejarah

Lebih terperinci

KAJIAN ALTERNATIF USULAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CV GARUDA PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI

KAJIAN ALTERNATIF USULAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CV GARUDA PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI TUGAS AKHIR KAJIAN ALTERNATIF USULAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CV GARUDA PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratam akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Perusahaan X adalah perusahaan tekstil yang berada di kota Bandung. Perusahaan ini memiliki 3 departemen utama, yaitu departemen benang, departemen weaving dan departemen produksi. Saat ini perusahaan

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KELAYAKAN KONSUMSI AIR ES BALOK DAN AIR ES POLAR DI WARUNG MAKAN DI SEKITAR KAMPUS UMS DITINJAU DARI JUMLAH COLIFORM FECAL

PENENTUAN TINGKAT KELAYAKAN KONSUMSI AIR ES BALOK DAN AIR ES POLAR DI WARUNG MAKAN DI SEKITAR KAMPUS UMS DITINJAU DARI JUMLAH COLIFORM FECAL PENENTUAN TINGKAT KELAYAKAN KONSUMSI AIR ES BALOK DAN AIR ES POLAR DI WARUNG MAKAN DI SEKITAR KAMPUS UMS DITINJAU DARI JUMLAH COLIFORM FECAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti MODUL 6 SELAI RUMPUT LAUT Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah selai rumput laut dengan baik dan benar. Indikator Keberhasilan: Mutu selai rumput laut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah keadaan sekitar baik secara fisik dan non fisik yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi keadaan lingkungan kerja

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Pabrik Es Siantar merupakan satu-satunya pabrik tertua di Pematang Siantar yang berdiri sejak 1916 dengan nama NV Ijs Fabriek. PT. Pabrik Es

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Setia Pratama Lestari Pelletizing ( SPLP ) adalah perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Setia Pratama Lestari Pelletizing ( SPLP ) adalah perusahaan yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Setia Pratama Lestari Pelletizing ( SPLP ) adalah perusahaan yang menghasilkan produk pendukung bagi perusahaan perusahaan kabel di Indonesia. Produksi utamanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Sumatra Industri Cat merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang produksi cat. PT Sumatra Industri Cat didirikan pada bulan Juni tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu dari aspek ligkungan fisik seperti suhu,

Lebih terperinci

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 %

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 % OVER PRODUCTION Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 % No Tipe Pemborosan TL 1 TL 2 TL 3 TL 4 RATA-RATA RANKING 1 Produk Cacat (Defect) 3 3 2 2 2.5 1 2 Waktu Tunggu (Waiting) 1 1 1 0 0.75 6 3 Persediaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, akan dibahas mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, akan dibahas mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. 3.1.Studi Lapangan Studi lapangan merupakan tahapan awal dari penelitian yang akan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN SUSU DARI TEMPE BENGUK

TEKNOLOGI PEMBUATAN SUSU DARI TEMPE BENGUK 1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SUSU DARI TEMPE BENGUK Dyah Purwaningsih Staff Jurdik Kimia FMIPA UNY A. PENDAHULUAN Di tengah semakin melambungnya harga kedelai, kacang koro atau benguk diyakini mampu menjadi bahan

Lebih terperinci

MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS

MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS BAB VII MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS VII.1 Pendahuluan Tujuan pada bab ini adalah membuat suatu contoh aplikasi sistem berbasis pengetahuan untuk membantu dalam troubleshooting

Lebih terperinci

ANALISA BESARAN NILAI EFISIENSI POMPA (P3) PADA MESIN MIXER DI LINE 2 PT. CCAI

ANALISA BESARAN NILAI EFISIENSI POMPA (P3) PADA MESIN MIXER DI LINE 2 PT. CCAI ANALISA BESARAN NILAI EFISIENSI POMPA (P3) PADA MESIN MIXER DI LINE 2 PT. CCAI Nama : Rama Pradana NPM : 25411817 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. RR. Sri Poernomo

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1) Tata letak tempat kerja saat ini : Tata letak tempat kerja keseluruhan PT Kecap Salem pada saat ini masih kurang baik. Gang yang terdapat dalam pabrik hanya

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini industri pengecatan berada pada kondisi yang cukup stabil, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya orang yang memilih untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Sejarah Perusahaan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Sejarah Perusahaan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan PT. Bumi Energi Equatorial (PT. BEE) merupakan suatu usaha yang membuat dan mengembangkan pembaharuan energi, khusunya energi yang dibutuhkan untuk industri. PT.

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue.

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. SELAI PEPAYA 1. PENDAHULUAN Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. Konsistensi gel atau semi gel pada selai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Botol botol yang digunakan oleh PT. Bangun Wenang Beverage

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Botol botol yang digunakan oleh PT. Bangun Wenang Beverage BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Bahan Pengemas Botol botol yang digunakan oleh PT. Bangun Wenang Beverage Company merupakan Returnable Glass Bottle (RGB). Botol yang digunakan adalah botol baru

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Mesin dan Peralatan. - Mesin. - Bagian Water Treatment. a. Sand Filter. Diameter Tangki : 81 cm

Lampiran 1. Mesin dan Peralatan. - Mesin. - Bagian Water Treatment. a. Sand Filter. Diameter Tangki : 81 cm Lampiran 1 Mesin dan Peralatan - Mesin - Bagian Water Treatment a. Sand Filter Tinggi Tangki : 180 cm Diameter Tangki : 81 cm Isi Media : Pasir kuarsa : Untuk menyaring material berat dari air sumur :

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt Disusun Oleh : Yatin Dwi Rahayu 1006578 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

Kajian Alternatif Usulan Keseimbangan Lintasan Produksi CV Garuda Plastik Dengan Menggunakan Simulasi

Kajian Alternatif Usulan Keseimbangan Lintasan Produksi CV Garuda Plastik Dengan Menggunakan Simulasi Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol 4 No, Desember 015 Kajian Alternatif Usulan Keseimbangan Lintasan Produksi CV Garuda Plastik Dengan Menggunakan Simulasi Felisitas Fernita Widjaja 1), Lusia PS Hartanti ), Johan

Lebih terperinci

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipakai adalah laboratorium BKT FTSP UII, laboratorium Teknik Lingkungan dan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia. Adapun

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR 3.1 Pemeriksaan Pada Operasi Harian Operasional kompresor memerlukan adanya perawatan tiap harinya, perawatan tersebut antara lain: a. Sediakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Cikal bakal PT. Sosro bermula dari usaha keluarga Sosrodjojo yang menjual teh wangi pada tahun 1940 di Kabupaten Slawi, Propinsi Jawa Tengah. Setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung 4.1.1 Persiapan Bahan Baku Pada pembuatan bioetanol dengan bahan baku sumber pati yakni Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, yang memproduksi 11 macam obat. Obat-obat tersebut adalah Himaneuron kaplet, Hiralgin kaplet, Fenilbutazon tablet, magylan tablet,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 5, , , , ,

BAB I PENDAHULUAN 5, , , , , BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pemerataan penyediaan protein nabati dan hewani serta penganekaragaman jenis bahan makanan terus dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi pangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi yaitu penentuan objek penelitian, identifikasi masalah,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 3 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Menurut Jogiyanto system dapat di definisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen / subsistem yang berinteraksi untuk mencapai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PABRIK PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SYNCHRONOUS MANUFACTURING

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PABRIK PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SYNCHRONOUS MANUFACTURING PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PABRIK PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SYNCHRONOUS MANUFACTURING Budi Christianto, Witantyo Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto 12A

Lebih terperinci

Deskripsi ALAT EVAPORASI-DESTILASI AIR TUA GARAM

Deskripsi ALAT EVAPORASI-DESTILASI AIR TUA GARAM 1 Deskripsi ALAT EVAPORASI-DESTILASI AIR TUA GARAM 2 Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan evaporasi dan destilasi air laut lebih khususnya suatu alat evaporasi- destilasiterdiri daripenggabungan

Lebih terperinci

BAB 6 USULAN DAN ANALISIS

BAB 6 USULAN DAN ANALISIS BAB 6 USULAN DAN ANALISIS 6.1 Stasiun Kerja Usulan Berikut merupakan nama-nama stasiun kerja usulan yang digunakan untuk memproduksi toy Nxxxx. Pada usulan ini terdapat 27 stasiun kerja, berikut merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 34 BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir mengenai sistem antrian proses produksi pada salah satu operasi kerja di departemen

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N ANALISIS SISTEM ANTRIAN DI DEPARTEMEN WASHING PADA PT MARK DYNAMICS INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI PROMODEL TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM)

PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM) SIDANG TUGAS AKHIR PEMBUATAN GULA MERAH DENGAN BAHAN DASAR TEBU (SACCHARUM OFFICIANARUM) Oleh : M. Renardo Prathama Abidin 2307 030 049 Ferry Oktafriyanto 2307 030 076 DIPRESENTASIKAN PADA JUMAT, 9 JULI

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan adalah banyaknya jumlah unit pengantongan semen (packing plant) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan adalah banyaknya jumlah unit pengantongan semen (packing plant) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri semen merupakan salah satu industri prospektif saat ini. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyebutkan pada tahun 2012 kebutuhan semen nasional mencapai

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan 5.1.1 Alat yang digunakan Tabel 3.1 Alat yang digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Sendok

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Kurnia Aneka Gemilang berdiri sejak tahun 1969, dengan nama UD. Kurnia. Perusahaan ini menjalankan usaha yang bergerak dibidang produksi sirup

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4. Pengumpulan Data 4.. Proses Produksi Sistem produksi yang dilakukan pada PT Sinar Sosro KPB Cakung merupakan sistem produksi dengan kategori batch production.

Lebih terperinci

SMP VIIa. Unsur, Senyawa, dan Campuran. Devi Diyas Sari SMP VIIa

SMP VIIa. Unsur, Senyawa, dan Campuran. Devi Diyas Sari SMP VIIa SMP VIIa Unsur, Senyawa, dan Campuran Devi Diyas Sari 08312244013 SMP VIIa PETA KONSEP Materi Zat murni Campuran Unsur Senyawa Homogen Heterogen Pendapat Jons Jacob Berzelius Lambang unsur yang sekarang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga merupakan komoditas buah yang mudah rusak. Kerusakan buah mangga dapat disebabkan karena ketidak hati-hatian

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Jasa Putra Plastik merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pembuatan plastik padat. Perusahan ini telah dibangun

Lebih terperinci

PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC)

PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC) PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC) A. TUJUAN PERCOBAAN Dapat menentukan berat molekul zat non-elektrolit melalui penurunan titik beku larutan, dan menentukan persentase

Lebih terperinci

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai Satun di Kota Dumai 1. Keripik Cabe Bintang Usaha industri keripik cabe rumahan di Kelurahan Purnama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-26 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Florindo Makmur merupakan perusahaan manufaktur yang mengolah singkong menjadi tepung tapioka.perusahaan ini berlokasi di Jl. Besar Desa

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet. BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. Sendok 2. Ember 3. Pipet 2 buah 4. Pengaduk 5. Kertas ph Secukupnya 6. Kaca arloji 2 buah 7. Cawan

Lebih terperinci

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR BIODIESEL B25 BERASAL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0.5% TERHADAP SOLAR PADA MESIN DIESEL TIPE RD 65 T Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara keberadaan Soil Transmitted Helminths pada tanah halaman. Karangawen, Kabupaten Demak. Sampel diperiksa di

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara keberadaan Soil Transmitted Helminths pada tanah halaman. Karangawen, Kabupaten Demak. Sampel diperiksa di BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, karena menganalisa hubungan antara keberadaan Soil Transmitted Helminths pada tanah halaman rumah dengan kejadian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan pada bulan Desember 2007 Februari 2008 bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem dan Laboratorium Kimia Pangan Departemen Ilmu Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan motif laba. Pada era krisis global yang dialami

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSI

BAB III PROSES PRODUKSI BAB III PROSES PRODUKSI Dalam melaksanakan suatu aktivitas produksi pada perusahaan, tentunys tidak terlepas dari bahan-bahan yang digunakan dan jenis produk yang akan dibuat. Oleh sebab itu PT. Ananda

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Salix Bintama Prima adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah kayu menjadi bahan bakar pelet kayu (wood pellet). Perusahaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan. Bioetanol

Teknologi Pengolahan. Bioetanol Teknologi Pengolahan Djeni Hendra, MSi Bioetanol Pusat Litbang Hasil Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Yogyakarta, 11 Februari 2016 Outline I Latar

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI

ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI ANALISIS PERBAIKAN EFISIENSI PROSES ANTI KARAT DI PT INTI PANTJA PRESS INDUSTRI Oki Septavian Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak Rendahnya tingkat pelayanan merupakan masalah utama

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA BAB V PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA V.I Pendahuluan Pengetahuan proses dibutuhkan untuk memahami perilaku proses agar segala permasalahan proses yang terjadi dapat ditangani dan diselesaikan

Lebih terperinci